13.07.2015 Views

Penilaian Awal Akses Informasi Publik di Nusa Tenggara ... - Article 19

Penilaian Awal Akses Informasi Publik di Nusa Tenggara ... - Article 19

Penilaian Awal Akses Informasi Publik di Nusa Tenggara ... - Article 19

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


Daftar Tabel dan BoksTabelTabel 1 Kegiatan Pengambilan Data <strong>di</strong> Lapangan............................................... 22Tabel 2 Kewajiban Pemerintah Daerah dalam MengImplementasikan UU ........ 25Tabel 3 Peraturan <strong>di</strong> Tingkat Lokal yang Menjamin <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong>.................. 29Tabel 4 Standar Layanan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> dalam Implementasi UU KIP<strong>di</strong> Pemerintah Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur, Pemerintah Kota Kupang,dan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan................................. 35Tabel 5 <strong>Publik</strong>asi <strong>Informasi</strong> dalam Website dan Brosur....................................... 42BoksBoks 1 Catatan Observasi <strong>di</strong> Dinas Administrasi Kependudukandan Catatan Sipil Kota Kupang.............................................................. 46Boks 2 Pengalaman Seorang Warga dari Forum Warga SerabutanSaat Berurusan dengan SKPD............................................................... 49Daftar SingkatanAIPDBako HumasBappedaBKKBNBPMDDinkesDIPADSFGTZISAIJuklakKBKIAKominfoKoremKPDEKPPTSPKTPNLSMMDG’sNTT: Australia-Indonesia Partnership for Decentralisation: Badan Koor<strong>di</strong>nasi Hubungan Masyarakat: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah: Badan Koor<strong>di</strong>nasi Keluarga Berencana Nasional: Badan Penanaman Modal Daerah: Dinas Kesehatan: Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran: Desentralization Support Facility: Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit GmbH: Institut Stu<strong>di</strong> Arus <strong>Informasi</strong>: Petunjuk Pelaksanaan: Keluarga Berencana: Kesehatan Ibu dan Anak: Komunikasi dan Informatika: Komando Resort Militer: Kantor Pengolahan Data Elektronik: Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu: Kartu Tanda Penduduk Nasional: Lembaga Swadaya Masyarakat: Millenium Development Goals: <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> TimurLaporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


Laporan Penelitian<strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong><strong>Publik</strong> <strong>di</strong> <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> TimurPemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen untuk menja<strong>di</strong>kan Indonesia sebagainegara terbuka dan demokratis dengan menerapkan Undang Undang Nomor 14 Tahun 2008tentang Keterbukaan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> (UU KIP). Undang-undang yang <strong>di</strong>berlakukan sejakApril 2010 itu memberi jaminan hukum kepada setiap anggota masyarakat untuk memintainformasi dari badan-badan publik. Undang-undang tersebut juga mewajibkan seluruh badanpublik <strong>di</strong> Indonesia memberi informasi terkait kepentingan publik kepada masyarakat. Hak atasinformasi merupakan hak asasi manusia yang sangat penting untuk menciptakan demokrasisejati dan menjamin keterlibatan warga masyarakat. Pelaksanaan UU yang efektif akan memberidampak positif pada pemberdayaan masyarakat dan transparansi pemerintah serta badan-badanpublik <strong>di</strong> Indonesia.Untuk menopang implementasi UU KIP, ARTICLE <strong>19</strong> bersama Yayasan Tifa, BadanPerencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur, lembagaswadaya masyarakat (LSM) Perkumpulan Pengembangan Inisiatif dan Advokasi Rakyat (PIAR)melakukan penilaian awal mengenai masalah akses informasi publik <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong>Timur. Fokus penelitian ini adalah berusaha memahami situasi yang berkembang dewasaini terkait dengan akses informasi publik dan menilai apakah badan-badan publikpemerintah daerah <strong>di</strong> <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur sudah siap dan mampu memenuhitanggung jawab mereka dalam menye<strong>di</strong>akan akses informasi publik sebagaimana<strong>di</strong>tetapkan oleh UU KIP. Kegiatan penelitian ini <strong>di</strong>danai Pemerintah Australia melaluiprogram Australia <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Assistance for Regional Autonomy (ANTARA).<strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur adalah salah satu provinsi miskin <strong>di</strong> Indonesia yang rawan terhadapketahanan pangan 1 . <strong>Akses</strong> informasi publik dapat menja<strong>di</strong> sebuah alat untuk memberdayakanmasyarakat memerangi kemiskinan dan mengatasi soal rawan pangan. Dengan adanya aksesinformasi publik, kelompok-kelompok marjinal khususnya memiliki kesempatan dan mampumengakses pelayanan publik – berpartisipasi dalam setiap proses pembuatan kebijakan yangberimbas langsung pada kehidupan mereka -- termasuk memantau kinerja lembaga-lembagapemerintahan. Target penelitian ini adalah Pemerintah Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur (PemprovNTT), Pemerintah Kota Kupang (Pemkot Kupang), dan Pemerintah Kabupaten Timor TengahSelatan (Pemkab TTS).1 Lihat, Badan Pusat Statistik, “Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi E<strong>di</strong>si 5, Oktober 2010”, dalam http://dds.bps.go.id/download_file/IP_Oktober_2010.pdf.Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur11


Penelitian ini <strong>di</strong>laksanakan sejak Juni hingga Oktober 2010. Sementara riset lapangan <strong>di</strong>lakukandari tanggal 16 Agustus sampai 25 Agustus 2010. Tujuh pertanyaan kunci <strong>di</strong>jawab dalampenelitian ini:Peraturan Lokal: Tidak ada peraturan lokal <strong>di</strong> lingkungan Pemprov NTT, Pemkot Kupang,dan Pemkab TTS, yang secara khusus mengatur implementasi UU KIP. Memang <strong>di</strong>temukansejumlah peraturan lokal -- peraturan daerah, peraturan gubernur, keputusan gubernur,peraturan wali kota, dan peraturan bupati -- yang mengatur kewajiban lembaga-lembagapemerintah setempat untuk memberi informasi kepada masyarakat, namun sebagian besarperaturan tersebut belum <strong>di</strong>implementasikan. Terkait implementasi UU KIP, pemerintah daerahmemang tidak <strong>di</strong>wajibkan membuat peraturan khusus, namun tetap perlu <strong>di</strong>buat peraturanlokal sebagai petunjuk pelaksanaan UU KIP. Keberadaan peraturan-peraturan lokal sepertiPeraturan Gubernur, Peraturan Wali Kota, dan Peraturan Bupati, penting untuk memastikanUU KIP telah <strong>di</strong>implementasikan <strong>di</strong> aras (level) pemerintahan daerah, baik Pemprov NTT,Pemkot Kupang, maupun Pemkab TTS. Hal itu tertuang dalam Peraturan Menteri DalamNegeri Nomor 35 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan <strong>Informasi</strong> danDokumentasi <strong>di</strong> Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.Persiapan dan Pelaksanaan: Implementasi UU KIP <strong>di</strong> Pemprov NTT, Pemkot Kupang,dan Pemkab TTS, hingga dewasa ini terbatas pada persiapan pembentukan Komisi <strong>Informasi</strong>.Pembentukan tim yang akan menyeleksi Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi masih menunggu persetujuanGubernur NTT. Sementara itu, implementasi UU KIP dalam badan-badan publik masih sangatminim dan kesadaran publik akan hak untuk memperoleh informasi sangat rendah. Ketigapemerintahan belum menetapkan Pejabat Pengelola <strong>Informasi</strong> dan Dokumentasi (PPID) dantidak memiliki standar pelayanan informasi sebagaimana <strong>di</strong>wajibkan UU KIP. Satuan KerjaPerangkat Daerah (SKPD) yang mengetahui dan mengenal secara mendalam UU KIP hanyaDinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Sosialisasi UU KIP selama ini hanya <strong>di</strong>tujukanuntuk jajaran Dinas Kominfo tingkat provinsi dan kabupaten/kota.Pelayanan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>: Hampir <strong>di</strong> seluruh badan publik ketiga pemerintahan belummemiliki prosedur operasi standar (standard operating procedure/SOP) layanan informasi, kecualiBiro Hukum Pemerintah Daerah dan Resource Centre Bappeda. Namun, SOP layanan informasidua lembaga itu juga tidak <strong>di</strong>maksudkan khusus untuk mengimplementasikan UU KIP.Demikian pula publikasi informasi proaktif melalui website atau brosur. Sebagian besar belummencantumkan informasi dasar sebagaimana <strong>di</strong>wajibkan dalam Peraturan Komisi <strong>Informasi</strong>Nomor 1 Tahun 2010 (PerKI No.1/2010), khususnya informasi tentang keuangan, peraturan/kebijakan yang berpengaruh terhadap publik, dan informasi mengenai akses informasi publik.Beberapa informasi dasar seperti profil organisasi, program yang sedang berlangsung, ataunarahubung (contact person) yang bisa <strong>di</strong>akses masyarakat, <strong>di</strong>sajikan kurang lengkap. Belum adastandar untuk menerima dan merespons permintaan informasi selain melalui bagian tata usahadan menunggu <strong>di</strong>sposisi Kepala SKPD.Koor<strong>di</strong>nasi Antarbadan <strong>Publik</strong>: Belum ada standar koor<strong>di</strong>nasi antarbadan publik saat harusmelayani permintaan informasi. Kantor Pengelola Data Elektronik (PDE) mempunyai fungsidan tugas mengoor<strong>di</strong>nasi pengumpulan data dari SKPD-SKPD untuk <strong>di</strong>pergunakan sebagaibasis data informasi pemerintah daerah. Namun, dalam pelaksanaannya, Kantor PDE hanyamengumpulkan informasi yang <strong>di</strong>butuhkan untuk bahan paparan kepala atau wakil kepaladaerah. Koor<strong>di</strong>nasi antarbadan publik pun sangat tergantung pada <strong>di</strong>sposisi Kepala SKPDtertentu, apakah <strong>di</strong>rujuk atau tidak ke SKPD yang memiliki informasi.12 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


Kesadaran Pejabat: Banyak pejabat publik <strong>di</strong> ketiga pemerintahan belum menyadari bahwamasyarakat memiliki hak untuk memperoleh informasi yang <strong>di</strong>pegang oleh badan-badanpublik sebagaimana <strong>di</strong>atur UU KIP. Banyak pejabat publik belum mendapat pelatihan danpedoman untuk mengimplementasikan seluruh aspek UU KIP seperti <strong>di</strong>amanatkan PerKINo.1/2010. Setidaknya dukungan itu berupa peningkatan kapasitas PPID, membantu PPIDdalam memahami isi UU KIP, mendokumentasi dan mengklasifikasi informasi, serta merancangsistem pengumpulan informasi publik.Kesadaran Masyarakat: Narasumber dari unsur masyarakat peserta Diskusi KelompokTerfokus yang <strong>di</strong>wawancarai menyatakan belum mengetahui adanya UU KIP dan hak merekaatas informasi publik. Sosialisasi UU KIP kepada masyarakat masih sangat minim. Sementarakalangan LSM dan akademisi mengetahui adanya UU KIP, tetapi belum pernah mempraktikkansekadar untuk meminta informasi. Mereka belum menganggap hak atas informasi sebagai salahsatu alat yang dapat <strong>di</strong>pergunakan untuk memberdayakan masyarakat atau rencana ke depanmemanfaatkan UU KIP untuk mendapatkan informasi dalam rangka kerja mereka.Permintaan <strong>Informasi</strong>: Permintaan informasi yang <strong>di</strong>terima atau <strong>di</strong>tolak badan-badanpublik ketiga pemerintahan, baik sebelum maupun sejak UU KIP <strong>di</strong>implementasikan, tidakbisa <strong>di</strong>ketahui secara pasti karena mereka tidak memiliki sistem pendokumentasian informasi.Apakah informasi dapat <strong>di</strong>berikan atau tidak sangat tergantung pada keputusan Kepala SKPD,sehingga tampak sangat subjektif.Dari sisi praktik pelayanan informasi, ada potensi yang sebenarnya dapat <strong>di</strong>kembangkan gunamenenuhi hak atas informasi. Pertama, ketiga pemerintahan daerah yang <strong>di</strong>teliti masing-masingtelah memiliki sebuah website resmi dan lembaga yang khusus mengelolanya, yakni KantorPengolahan Data Elektronik (PDE). Kedua, ada dua lembaga <strong>di</strong> lingkungan Pemprov NTTyang telah memiliki standar pelayanan informasi, yaitu Biro Hukum Provinsi NTT dan ResourceCenter Bappeda Provinsi NTT. Isi website mereka belum memenuhi standar UU KIP dan SOPyang ada memang tidak <strong>di</strong>maksudkan untuk implementasi UU KIP, tetapi dapat <strong>di</strong>kembangkanuntuk kepentingan tersebut. PerKI No.1/2010 memasukkan kepemilikan website resmi danadanya SOP Pelayanan <strong>Informasi</strong> sebagai dua aspek yang harus <strong>di</strong>penuhi oleh badan publik.Sebagai tindak lanjut hasil penelitian untuk mengimplementasikan UU KIP, proses seleksi Komisi<strong>Informasi</strong> Provinsi perlu terus <strong>di</strong>bahas secara terbuka dan memastikan adanya dukungan danadari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi NTT untuk operasionalisasiawal Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi. Terkait implementasi UU KIP <strong>di</strong> tingkat pemerintahandaerah, langkah pertama yang perlu <strong>di</strong>lakukan adalah mendorong penetapan dan tata kerjaPejabat Pengelola <strong>Informasi</strong> dan Dokumentasi (PPID) dan PPID Pembantu dalam bentukPeraturan Gubernur, Peraturan Wali Kota, atau Peraturan Bupati. Setelah terbentuk, PPID danPPID Pembantu dapat <strong>di</strong>bekali dukungan teknis berupa pelatihan atau penyusunan pedomanterkait tugas mereka dalam pelayanan informasi publik. Sedangkan untuk implementasi UUKIP kepada masyarakat, perlu <strong>di</strong>lakukan sosialisasi dan kampanye yang dapat meningkatkanpemahaman mereka serta mendorong adanya upaya strategis dalam memanfaatkan UU KIP.Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur13


14 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur<strong>Publik</strong>asi proaktif <strong>di</strong> papan informasiKantor Administrasi Kependudukan danCatatan Sipil Kota Kupang


2. Desain dan Pelaksanaan PenelitianPenelitian dengan menggunakan metode kualitatif ini merinci fenomena yang sulit <strong>di</strong>ungkapoleh penelitian kuantitatif. Penelitian mencakup Pemprov NTT, Pemkot Kupang, dan PemkabTTS, ini juga menargetkan lembaga-lembaga berikut:• Pemprov NTT dan Sekda Provinsi NTT• Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi NTT• Dinas Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi NTT• Dinas Kesehatan Provinsi NTT• Kantor Wali Kota Kupang dan Sekda Kota Kupang• Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Kupang• Dinas Kesehatan Kota Kupang• Dinas Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan, Pemuda, dan Olahraga Kota Kupang• Kantor Bupati Kabupaten TTS dan Sekda Kabupaten TTS• Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten TTS• Dinas Kesehatan Kabupaten TTS• Dinas Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten TTS• Badan Koor<strong>di</strong>nasi Keluarga Berencana Provinsi NTT• Perwakilan masyarakat• Perwakilan organisasi masyarakat sipil• Jurnalis• Akademisi2.1 Pertanyaan PenelitianFokus penelitian adalah menilai kesiapan Pemprov NTT, Pemkot Kupang, dan Pemkab TimorTengah Selatan, dalam mengimplementasikan UU KIP serta memberikan penilaian terhadapkesadaran badan-badan publik dan masyarakat akan hak atas informasi. Pertanyaan pokoktersebut kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>bagi menja<strong>di</strong> beberapa pertanyaan lebih spesifik sebagai berikut:• Apakah ada peraturan lokal yang mengatur akses informasi publik? Apakah peraturan lokalberjalan sesuai dengan UU KIP? Apakah pemerintah setempat membutuhkan peraturankhusus untuk mengimplementasikan UU KIP?• Bagaimana langkah, tindakan, atau kebijakan pemerintah setempat dalammengimplementasikan UU KIP?Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur<strong>19</strong>


• Bagaimana badan-badan publik pemerintah memublikasikan informasi seperti <strong>di</strong>tetapkandalam UU KIP dan PerKI No. 1/2010, baik proaktif maupun berdasar permintaan? Apakahinformasi tersebut akurat, mudah <strong>di</strong>akses masyarakat, dan termutakhir (up date)? Apakahbadan-badan publik bertindak efektif dalam menangani informasi yang <strong>di</strong>minta? Apakahsemua proses itu telah sesuai dengan UU KIP?• Bagaimana badan-badan publik ketiga pemerintahan melakukan koor<strong>di</strong>nasi secara vertikalmaupun horizontal dalam melayani permintaan informasi?• Bagaimana tingkat kesadaran para pejabat publik ketiga pemerintahan menyikapi hakmemperoleh informasi seperti <strong>di</strong>atur dalam UU KIP? Apakah mereka memiliki kapasitasdalam mengimplementasikan UU KIP? Apa saja yang <strong>di</strong>butuhkan supaya mereka dapatmengimplementasikan UU KIP dengan baik?• Bagaimana tingkat kesadaran masyarakat NTT akan hak atas informasi yang <strong>di</strong>jamin dalamUU KIP? Apakah mereka telah mempraktikkan permintaan informasi seperti <strong>di</strong>tetapkandalam UU itu?• Berapa banyak permintaan informasi yang <strong>di</strong>terima badan-badan publik ketiga pemerintahansejak UU KIP <strong>di</strong>implementasikan?2.2 Teknik Pengumpulan DataPenelitian ini menggunakan lima teknik pengumpulan data, yaitu stu<strong>di</strong> literatur informasi yangtelah <strong>di</strong>publikasikan, analisis data sekunder, <strong>di</strong>skusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion/FGD), wawancara mendalam, dan pengamatan terlibat.Sebelum riset lapangan, tim peneliti melakukan prauji pada 22–27 Juli 2010 untuk menemukanjika garis besar desain dan pertanyaan riset dalam rancangan panduan riset lapangan sesuaidengan kon<strong>di</strong>si lokal, mengidentifikasi calon potensial untuk FGD, wawancara, dan lokasipengamatan terlibat, serta mengidentifikasi hambatan potensial pada riset ini dan cara yangmungkin dapat <strong>di</strong>lakukan untuk mengatasinya.2.2.1 Stu<strong>di</strong> Literatur <strong>Informasi</strong> yang Telah DipublikasikanStu<strong>di</strong> literatur informasi (lihat, Lampiran 2) bertujuan menjawab pertanyaan tentang bagaimanapelayanan informasi publik ketiga pemerintahan yang <strong>di</strong>teliti, khususnya publikasi informasisecara proaktif. Metode ini menggunakan sistem skoring untuk menilai sejauh mana badanpublik telah memublikasikan lima jenis informasi dasar seperti <strong>di</strong>amanatkan dalam Pasal 9 UUKIP dan Pasal 11 PerKI No.1/2010, yaitu profil organisasi, program yang sedang berlangsung,anggaran, akses informasi publik, serta peraturan/kebijakan yang berpengaruh terhadap publik.Pelaksanaannya <strong>di</strong>lakukan dengan meninjau (review) materi informasi yang <strong>di</strong>publikasikanlembaga-lembaga pemerintah <strong>di</strong> lingkungan Pemprov NTT, Pemkot Kupang, dan PemkabTTS, serta lembaga-lembaga lain yang memiliki relevansi dengan pelayanan publik <strong>di</strong> NTT.Materi yang <strong>di</strong>tinjau adalah website dan brosur terbitan SKPD-SKPD <strong>di</strong> lingkungan ketigapemerintahan <strong>di</strong> NTT sejak Januari 2009 hingga Juli 2010.2.2.2 Analisis Data SekunderAnalisis data sekunder <strong>di</strong>lakukan dengan meninjau dokumen-dokumen yang mencakupperaturan <strong>di</strong> tingkat lokal dan dokumen lain yang relevan dengan tujuan penelitian. Analisis20 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


data sekunder dalam penelitian ini lebih <strong>di</strong>tekankan pada peraturan lokal yang mengatur aksesinformasi.2.2.3 Diskusi Kelompok TerfokusDiskusi kelompok terfokus (FGD) bertujuan untuk menggali secara mendalam fakta tentangpraktik pelayanan informasi yang pernah <strong>di</strong>lakukan lembaga-lembaga <strong>di</strong> ketiga pemerintahanyang <strong>di</strong>teliti serta kebijakan implementasi UU KIP yang <strong>di</strong>jalankan masing-masing lembaga.Dari FGD <strong>di</strong>harapkan dapat terjawab pertanyaan mengenai langkah dan kebijakan dalammengimplementasikan UU KIP, praktik pelayanan informasi, serta tingkat kesadaran pemerintahdan masyarakat akan keberadaan UU KIP. Penelitian ini mengadakan lima kali FGD padatanggal 18-<strong>19</strong> Agustus 2010.2.2.4 Wawancara MendalamWawancara <strong>di</strong>maksudkan untuk menggali informasi lebih mendalam dari narasumberkunci (key informant) yang <strong>di</strong>nilai relevan dalam soal implementasi UU KIP <strong>di</strong> NTT, sertamendalami informasi yang <strong>di</strong>peroleh dari hasil FGD. Seperti FGD, wawancara mendalamjuga <strong>di</strong>maksud untuk memperoleh jawaban akan tindakan dan kebijakan ketiga pemerintahandalam mengimplementasikan UU KIP, praktik pelayanan informasi, serta tingkat kesadaranpemerintah dan masyarakat akan keberadaan UU KIP.2.2.5 Pengamatan TerlibatPengamatan terlibat adalah untuk melihat secara langsung praktik pelayanan informasi SKPDdan instansi-instansi pemerintah <strong>di</strong> ketiga pemerintahan (lihat, Tabel 1). Peneliti mengikutimagang selama satu hari kerja bersama pegawai SKPD setempat untuk melayani permintaaninformasi yang masuk. Dari partisipasi observasi ini <strong>di</strong>harapkan dapat <strong>di</strong>peroleh jawaban tentangpraktik layanan informasi lembaga-lembaga pemerintah <strong>di</strong> NTT; apakah praktik ini sesuai atautidak dengan mekanisme yang <strong>di</strong>tetapkan dalam UU KIP dan PerKI No.1/2010.Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur21


i. Memberikan tanggapan atas keberatan yang <strong>di</strong>ajukan olehPemohon <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> yang mengajukan keberatan;j. Membuat dan mengumumkan laporan tentang layanan <strong>Informasi</strong><strong>Publik</strong> sesuai dengan Peraturan ini serta menyampaikan salinanlaporan kepada Komisi <strong>Informasi</strong>; dank. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap pelaksanaanlayanan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> pada instansinya3 Peraturan PemerintahRepublik IndonesiaNomor 61 Tahun 2010tentang PelaksanaanUndang-UndangNomor 14 Tahun 2008Tentang Keterbukaan<strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>4 Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor35 Tahun 2010 tentangPedoman PengelolaanPelayanan <strong>Informasi</strong>dan Dokumentasi<strong>di</strong> LingkunganKementerianDalam Negeri danPemerintahan Daeraha. Pimpinan Badan <strong>Publik</strong> menunjuk PPID paling lambat satutahun sejak Peraturan Pemerintah ini <strong>di</strong>undangkan (Agustus2011). PPID <strong>di</strong>jabat oleh seseorang yang memiliki kompetensi<strong>di</strong> bidang pengelolaan informasi dan dokumentasi (Pasal 12, 13dan 21 ayat 1)b. Dalam hal PPID belum <strong>di</strong>tunjuk, tugas dan tanggung jawabPPID dapat <strong>di</strong>lakukan oleh unit atau <strong>di</strong>nas <strong>di</strong> bidang informasi,komunikasi, dan/atau kehumasan (Pasal 21 ayat 2)a. PPID <strong>di</strong> lingkungan pemerintahan provinsi <strong>di</strong>tetapkan olehgubernur, sedangkan untuk lingkungan kabupaten/kota, PPID<strong>di</strong>tetapkan oleh bupati/wali kota (Pasal 7 ayat 4 dan 5)b. PPID melekat pada pejabat struktural yang membidangi tugasdan fungsi pelayanan informasi (Pasal 7 ayat 2) dan <strong>di</strong>bantu olehPPID Pembantu yang ada <strong>di</strong> masing-masing SKPD (Pasal 8 ayat5 dan 6)c. PPID <strong>di</strong> lingkungan Pemerintahan Provinsi dan PemerintahanKabupaten/Kota masing-masing bertanggung jawab kepadaGubernur dan Bupati/Wali Kota melalui Sekretaris Daerah(Pasal 8 ayat 2 dan 3)d. Tata kerja PPID <strong>di</strong> lingkungan Pemerintahan Provinsi <strong>di</strong>aturdalam Peraturan Gubernur, sedangkan tata kerja PPID <strong>di</strong>lingkungan Pemerintahan Kabupaten/Kota <strong>di</strong>atur dalamPeraturan Bupati/Wali Kota (Pasal 12 ayat 2 dan 3)4. Temuan dan Analisis4.1 Jaminan <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> dalam Peraturan LokalPenelitian ini tidak menemukan adanya peraturan lokal khusus mengatur implementasi UUKIP, baik <strong>di</strong> lingkungan Pemprov NTT, Pemkot Kupang, dan Pemkab TTS. Namun, adabeberapa peraturan lokal (peraturan daerah, peraturan gubernur, keputusan gubernur, peraturanwali kota, dan peraturan bupati) yang telah mengatur kewajiban lembaga pemerintah setempatuntuk memberi informasi kepada masyarakat. Walaupun demikian, peraturan-peraturantersebut tidak secara jelas mengatur tata cara mengakses informasi sebagaimana <strong>di</strong>atur dalamUU KIP; beberapa daerah pernah memasukkan mekanisme itu ke dalam Perda Partisipasi danTransparansi.Perlu <strong>di</strong>kemukakan dalam bagian ini, atas inisiasi World Bank melalui program PrakarsaPembaharuan Tata Pemerintahan Daerah (P2TPD) beberapa daerah <strong>di</strong> Indonesia telah26 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


dokumentasi dan informasi hukum. Selain itu juga memuat ketentuan tentang pengelolaandokumentasi dan informasi hukum, termasuk penataan, penyimpanan, pengklasifikasian,dan ketentuan tentang pelayanan informasi hukum.4.1.2 Peraturan Lokal yang Menjamin <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>di</strong> Pemerintah KotaKupangUntuk Kota Kupang, sepanjang penelusuran dalam penelitian ini, terdapat satu peraturan yangmengatur tentang akses informasi publik, yaitu Peraturan Wali Kota Kupang Nomor 18 Tahun2008 tentang Pedoman Dengar Pendapat <strong>Publik</strong> dalam Perumusan Kebijakan dan PelaksanaanPelayanan <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Kota Kupang. Peraturan ini antara lain memuat pengertian tentang sisteminformasi, yakni mekanisme penyampaian informasi dari penyelenggara kepada masyarakat dansebaliknya baik dalam bentuk lisan, tulisan, maupun dokumen elektronis mengenai segala halterkait dengan penyelenggaraan pelayanan yang <strong>di</strong>kelola (Pasal 1 ayat 26). Ketentuan lain dalamperaturan itu adalah kewajiban pemerintah untuk menye<strong>di</strong>akan data dan informasi (Pasal 12ayat 2 huruf b) serta pertanggungjawaban kepada publik melalui me<strong>di</strong>a elektronik, me<strong>di</strong>a cetak,papan informasi dan/atau secara langsung (Pasal <strong>19</strong> ayat 2).4.1.3 Peraturan Lokal yang Menjamin <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>di</strong> PemerintahKabupaten Timor Tengah SelatanSementara penelusuran <strong>di</strong> Kabupaten TTS menemukan ada empat peraturan lokal berisiketentuan mengenai pengaturan akses informasi publik.1) Peraturan Bupati Timor Tengah Selatan Nomor 22 Tahun 2008 Tentang TugasPokok dan Fungsi Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika KabupatenTimor Tengah Selatan.Beberapa ketentuan dalam peraturan mengenai akses informasi publik ini adalah adanyatugas <strong>di</strong> bidang pelayanan dan pemberdayaan komunikasi dan informasi untuk meningkatkanpelayanan informasi <strong>di</strong> bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanankeamanan, serta membina para juru informasi dan komunikasi sebagai ujung tombak <strong>di</strong>tengah-tengah masyarakat dan pemerintah menyangkut berbagai me<strong>di</strong>a penerangan danprogram-program pembangunan yang <strong>di</strong>canangkan pemerintah (Pasal 13 huruf c dand). Peraturan itu juga memuat ketentuan tentang seksi Promosi, <strong>Informasi</strong> Elektronikdan Telekomunikasi <strong>di</strong> Bidang Telematika dan <strong>Informasi</strong> yang salah satu tugasnya adalahmempromosikan penyajian informasi serta pengembangan multime<strong>di</strong>a dan komunikasi(Pasal 24 ayat 3).2) Peraturan Bupati Timor Tengah Selatan Nomor <strong>19</strong> Tahun 2008 Tentang TugasPokok dan Fungsi Dinas Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan, Pemuda, dan Olahraga, Kabupaten TimorTengah Selatan.Peraturan ini memuat salah satu tugas subbagian program Pengendalian dan Pelaporanadalah menyusun program <strong>di</strong> bidang data dan informasi (Pasal 8 ayat 3 huruf a).3) Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 2 Tahun 2009Tentang Penanganan Kesehatan Reproduksi Remaja <strong>di</strong> Kabupaten Timor TengahSelatan.28 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


Beberapa ketentuan yang mengatur akses informasi publik dalam peraturan ini antaralain adalah pemerintah kabupaten bertugas melakukan pencegahan terhadap munculnyapersoalan kesehatan reproduksi remaja melalui penyuluhan dan/atau sosialisasi secaraberkala kepada remaja mengenai kesehatan reproduksi remaja, masalah dan akibatnya. (Pasal4 ayat 2 huruf b). Tata cara penyuluhan atau sosialisasi kepada remaja <strong>di</strong>lakukan secaralangsung melalui tatap muka, seminar, ceramah, atau sejenisnya, serta penyuluhan atausosialisasi secara tidak langsung <strong>di</strong>lakukan melalui me<strong>di</strong>a massa dan me<strong>di</strong>a informasi lainnya(Pasal 6 ayat 2 dan 3).4) Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 3 Tahun 2009tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS.Beberapa ketentuan dalam peraturan yang mengatur akses informasi publik ini adalahPemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan wajib mencegah HIV dan AIDS, baik secaralangsung dengan melakukan penyuluhan dan/atau sosialisasi perilaku hidup bersih dansehat kepada seluruh lapisan masyarakat, sehingga masyarakat terhindar dari penularanHIV dan AIDS serta mencegah penularannya kepada orang lain maupun secara tidaklangsung dengan menyebarluaskan informasi mengenai upaya penanggulangan HIV danAIDS kepada aparat dan masyarakat melalui me<strong>di</strong>a informasi (Pasal 6 ayat 2 huruf a danb). Peraturan daerah mengenai pencegahan HIV dan AIDS ini juga mengatur kewajibansetiap orang yang karena pekerjaan dan/atau jabatannya atau sebab apa pun mengetahuidan memiliki informasi status HIV seseorang untuk merahasiakannya (Pasal 22 ayat 1).Ketentuan lainnya, tenaga kesehatan atau konselor hanya atas persetujuan Orang DenganHIV/AIDS (ODHA) dapat menyampaikan informasi kepada pasangan seksualnya (Pasal 25ayat 1).Tabel 3Peraturan <strong>di</strong> Tingkat Lokal yang Menjamin <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong>No Lingkungan Peraturan Lokal1 PemerintahProvinsi <strong>Nusa</strong><strong>Tenggara</strong> Timur2 PemerintahKota Kupang• Keputusan Gubernur <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur Nomor 27 Tahun 2001tentang Jaringan Dokumentasi dan <strong>Informasi</strong> Hukum <strong>di</strong> Provinsi<strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur.• Keputusan Gubernur <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur Nomor <strong>19</strong>8/Kep/HK/2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Keputusan GubernurNomor 27 Tahun 2001 Tentang Jaringan Dokumentasi dan <strong>Informasi</strong>Hukum <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur, kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>perbaruidalam Peraturan Gubernur Nomor 12 Tahun 2010 tentang PetunjukPelaksanaan Jaringan Dokumentasi dan <strong>Informasi</strong> Hukum Provinsi<strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur.Peraturan Wali Kota Kupang Nomor 18 Tahun 2008 tentang PedomanDengar Pendapat <strong>Publik</strong> dalam Perumusan Kebijakan dan PelaksanaanPelayanan <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Kota Kupang.Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur29


3 PemerintahKabupatenTimor TengahSelatan• Peraturan Bupati Timor Tengah Selatan Nomor 22 Tahun 2008tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Perhubungan, Komunikasi,dan Informatika, Kabupatan Timor Tengah Selatan.• Peraturan Bupati Timor Tengah Selatan Nomor <strong>19</strong> Tahun 2008tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan, Pemuda, danOlahraga, Kabupaten Timor Tengah Selatan.• Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 2Tahun 2009 tentang Penanganan Kesehatan Reproduksi Remaja <strong>di</strong>Kabupaten Timor Tengah Selatan.• Peraturan Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan Nomor 3 Tahun2009 tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIV dan AIDS.Dari sekian peraturan lokal yang mengatur akses informasi <strong>di</strong> ketiga pemerintahan, peraturanyang mengatur secara rinci mekanisme dan tata cara mengakses informasi adalah KeputusanGubernur <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur Nomor 27 Tahun 2001 tentang Jaringan Dokumentasi dan<strong>Informasi</strong> Hukum <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur serta peraturan teknis dalam LampiranKeputusan Gubernur <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur Nomor <strong>19</strong>8/Kep/HK/2001 tentang PetunjukPelaksanaan Keputusan Gubernur Nomor 27 Tahun 2001 dan <strong>di</strong>perbarui dalam PeraturanGubernur Nomor 12 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jaringan Dokumentasi dan<strong>Informasi</strong> Hukum Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur.Peraturan tersebut mengatur secara rinci mekanisme penyusunan sistem pelayanan informasihukum <strong>di</strong> tingkat Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur. Dalam petunjuk pelaksanaan pembangunandokumentasi dan jaringan hukum, misalnya, <strong>di</strong>atur ketentuan cara memperoleh bahandokumentasi dan informasi hukum melalui pengiriman, pencarian, dan penemuan sen<strong>di</strong>ri,hasil produksi yang <strong>di</strong>tetapkan, pinjam dan fotokopi, tukar-menukar, membeli sen<strong>di</strong>ri, layananmelalui me<strong>di</strong>um penyimpanan data cakram padat (Compact Disk Read-Only Memory/CD-ROM), surat elektronik/internet, leaflet, dan papan informasi. Selain itu juga <strong>di</strong>muat pedomanbaku dokumentasi hukum yang mencakup pembuatan daftar klasifikasi sesuai jenis dan subjekproduk hukum, pembuatan abstrak, indeks, dan daftar katalog.Petunjuk pelaksanaan itu juga mengatur secara rinci penyimpanan dokumen hukum yangtelah <strong>di</strong>dokumentasikan dalam berbagai map berkas dengan warna berbeda, misalnya, mapjingga untuk produk hukum pusat, map biru tua untuk peraturan daerah Provinsi NTT, mapbiru muda untuk keputusan gubernur, map hijau tua untuk surat keputusan, map hijau daununtuk instruksi gubernur, map hijau muda untuk peraturan daerah kabupaten/kota se-<strong>Nusa</strong><strong>Tenggara</strong> Timur, map merah muda untuk produk hukum Kementerian Dalam Negeri, dan mapkuning untuk produk DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, dan lain lain. Demikian puladengan tata cara pelayanan informasi hukum yang <strong>di</strong>rinci melalui me<strong>di</strong>a cetak dan elektronik,penyuluhan hukum secara langsung baik melalui acara tatap muka maupun Ra<strong>di</strong>o RepublikIndonesia (RRI), Televisi Republik Indonesia (TVRI) dan wahana lain, pelayanan informasihukum dengan cara meminjam, serta pelayanan informasi hukum melalui faksimile, telepon,dan konsultasi.Demikian rincinya pengaturan sistem pelayanan informasi dalam jaringan dokumentasi daninformasi hukum tersebut membuat salah seorang staf Biro Hukum Provinsi NTT secarategas menyatakan bahwa pelayanan informasi <strong>di</strong> biro hukum ini sudah berjalan baik sebelumUU KIP <strong>di</strong>berlakukan. Menurut <strong>di</strong>a, informasi hukum antara pusat dan daerah sudah terjalin30 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


karena sistem jaringan dokumentasi dan informasi hukum tersebut dapat menghubungkanBiro Hukum Provinsi NTT, baik dengan Kementerian Hukum dan HAM maupun BiroHukum Kabupaten/Kota,Standard operating procedure sistem pelayanan informasi berdasarkan KeputusanMenteri Dalam Negeri tentang Sistem Pelayanan <strong>Informasi</strong> Hukum. Sistem inisudah menghubungkan Biro Hukum dengan Kementerian Hukum dan HAM,sehingga informasi hukum antara pusat dan daerah sudah terhubung. KeputusanMendagri itulah yang melandasi sistem pelayanan informasi <strong>di</strong> Biro Hukum Provinsi<strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur, bukan UU KIP.Peraturan tentang pembentukan jaringan dan dokumentasi hukum <strong>di</strong> Provinsi NTT itumerupakan pengejawantahan Keputusan Presiden Nomor 91 Tahun <strong>19</strong>99 tentang JaringanDokumentasi dan <strong>Informasi</strong> Hukum Nasional, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor21 Tahun <strong>19</strong>99 tentang Sistem Jaringan Dokumentasi dan <strong>Informasi</strong> Hukum <strong>di</strong> JajaranDepartemen Dalam Negeri, serta Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 168 Tahun 2004tentang Pedoman Pembangunan dan Pengembangan Sistem <strong>Informasi</strong> Hukum DepartemenDalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.Jika melihat bangun jaringan dokumentasi hukum dalam aturan <strong>di</strong> tingkat provinsi, PemerintahKota Kupang dan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan kemungkinan besar jugamemiliki peraturan serupa. Namun, penelitian ini tidak menemukan data mengenai hal itu.Peraturan yang baik dan bagus memang belum tentu identik dengan implementasinya. Misalnya,praktik pelayanan informasi hukum <strong>di</strong> Biro Hukum Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur. Pihak luaryang meminta informasi tentang peraturan daerah atau produk hukum lainnya akan <strong>di</strong>catatlebih dahulu. Setelah itu, pemohon <strong>di</strong>persilakan memfotokopi peraturan daerah atau peraturanyang <strong>di</strong>maksud. Setiap hari rata-rata 5-6 orang datang meminta atau meminjam informasitentang peraturan daerah, kebanyakan dari SKPD yang berbeda. Permintaan mereka selalu<strong>di</strong>penuhi. Salah seorang anggota tim peneliti dalam penelitian ini mencoba meminta berkasperaturan terkait sistem dokumentasi dan jaringan informasi hukum Provinsi NTT. Namun,peneliti dari kalangan pemerintahan (Bappeda) ini justru harus mencari sen<strong>di</strong>ri peraturan yang<strong>di</strong>maksud. Hal itu belum tentu terja<strong>di</strong> jika yang meminta adalah mereka dari kalangan luarpemerintahan.Minimnya masyarakat yang memanfaatkan akses informasi hukum menunjukkan adanyapersoalan dalam penyebarluasan informasi dari lembaga-lembaga pemerintah <strong>di</strong> Provinsi NTT.Ada contoh menarik <strong>di</strong>alami Forum Warga Pedagang Kaki Lima (PKL) terkait pencarianinformasi produk hukum seperti peraturan daerah. Pada 2006, ketika muncul persoalanretribusi yang <strong>di</strong>anggap memberatkan PKL <strong>di</strong> Kota Kupang, Forum Warga PKL menghadapDPRD Kota Kupang. Anggota DPRD yang menerima pengaduan mereka menyatakan bahwaretribusi itu sudah <strong>di</strong>atur dalam Perda Retribusi. Mereka meminta dokumen yang <strong>di</strong>maksud kesekretariat dewan, namun <strong>di</strong>tampik dengan alasan perda tersebut masuk dalam kategori rahasia.Mereka akhirnya memperoleh salinan Perda Retribusi tersebut dari salah seorang anggotaDPRD secara priba<strong>di</strong>. Padahal, jika menilik petunjuk pelaksanaan sistem jaringan dokumentasidan informasi hukum, perda tersebut dapat <strong>di</strong>minta <strong>di</strong> bagian hukum pemerintah kabupaten/kota setempat yang sudah masuk sebagai anggota jaringan.Peraturan lokal terkait akses informasi <strong>di</strong> ketiga pemerintahan tersebut belum ada yangmenjamin hak akses informasi sebagaimana <strong>di</strong>atur dalam UU KIP. Pembelajaran yang dapatLaporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur31


<strong>di</strong>petik dari implementasi peraturan-peraturan tersebut bagi proses implementasi UU KIP adalahkeberhasilan implementasi undang-undang ini amat terkait dengan kemampuan masyarakatdalam memanfaatkan jaminan akses informasi yang <strong>di</strong>berikan. Implementasi UU KIP tidakcukup hanya dengan membangun kesiapan badan-badan publik yang wajib menye<strong>di</strong>akaninformasi, tetapi juga harus <strong>di</strong>sertai dengan peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakatakan manfaat UU KIP bagi <strong>di</strong>ri mereka.4.2 Belum Terbentuknya Komisi <strong>Informasi</strong> ProvinsiSaat ini sudah <strong>di</strong>bentuk tim yang bertugas menyeleksi Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong><strong>Tenggara</strong> Timur. Pembentukan tim bermula dari rangkaian acara sosialisasi Undang-UndangKeterbukaan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> yang <strong>di</strong>dukung oleh the Deutsche Gesellschaft für TechnischeZusammenarbeit (GTZ) <strong>di</strong> Hotel Kristal, Kupang, <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur, Juni 2010. Dalam acaraitu terbentuk sebuah kelompok kerja yang bertugas membentuk tim seleksi untuk memilihKomisi <strong>Informasi</strong> Provinsi. Kini,dengam <strong>di</strong>fasilitasi Dinas Komunikasidan Informatika (Kominfo) Provinsi<strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur, nama-namayang masuk menja<strong>di</strong> bagian dari timseleksi tinggal menunggu persetujuanGubernur <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur.Dinas Kominfo Provinsi NTT jugamengalokasikan dana sebesar Rp100 juta melalui APBD Perubahan2010, yang telah <strong>di</strong>setujui DPRD,untuk <strong>di</strong>gunakan membiayai prosesseleksi dan operasional awal Komisi<strong>Informasi</strong> Provinsi. Saat penelitianini <strong>di</strong>lakukan, jumlah final anggaranFGD Kelompok Masyarakat18 Agustus 2010tahun 2011 untuk Komisi <strong>Informasi</strong>Provinsi belum <strong>di</strong>keluarkan karenaAPBD Provinsi NTT tahun 2011baru memasuki tahap pembahasan.Proses pembentukan Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi <strong>di</strong> atas menunjukkan bahwa PemerintahProvinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur memiliki komitmen dalam melaksanakan UU KIP. Sejauh ini adabeberapa provinsi yang sudah membentuk Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi antara lain Jawa Tengah,Jawa Timur, dan Riau. Sementara dua provinsi sudah memasuki tahap seleksi pembentukanKomisi <strong>Informasi</strong> Provinsi, yakni Sulawesi Selatan dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).Ja<strong>di</strong>, langkah Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur dalam membentuk tim seleksi Komisi <strong>Informasi</strong>Provinsi dapat <strong>di</strong>katakan berada <strong>di</strong> barisan terdepan dalam mengimplementasikan UU KIP <strong>di</strong>tingkat provinsi.Akan tetapi, komitmen tersebut patut <strong>di</strong>pertanyakan mengingat tim seleksi belum jugamenyeleksi calon anggota Komisi <strong>Informasi</strong>. Padahal, sejak Juli 2010 Dinas Kominfo ProvinsiNTT telah mengajukan sembilan nama calon anggota tim seleksi guna <strong>di</strong>pilih lima orang yangakan <strong>di</strong>tetapkan oleh Gubernur <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur. Bahkan, hingga pelaksanaan lokakaryapresentasi hasil penelitian pada 12 Oktober 2010, Gubernur <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur belummenetapkan nama-nama tersebut. Pada awalnya, tim ini <strong>di</strong>janjikan terbentuk sebelum perayaan32 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus, kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>undur menja<strong>di</strong>bulan Oktober 2010. <strong>Informasi</strong> terakhir, tim itu akan terbentuk sebelum 20 Desember 2010.Menurut kata-kata seorang pejabat pemerintah yang <strong>di</strong>wawancarai,Dulu <strong>di</strong>janjikan sebelum tanggal 17 Agustus sebagai kado hari kemerdekaan.Kemu<strong>di</strong>an mundur lagi katanya Oktober. Sekarang <strong>di</strong>janjikan lagi sebelum 20Desember.Di pihak lain, ada semacam kekhawatiran <strong>di</strong> kalangan masyarakat sipil yang mengawal prosesitu. Jika calon anggota Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi belum terpilih dan bekerja, ini tentu akanmemengaruhi pengajuan anggaran untuk Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi tahun 2011. Jika anggaranyang telah <strong>di</strong>alokasikan melalui APBD Perubahan 2010 tidak <strong>di</strong>manfaatkan, maka anggarantersebut akan <strong>di</strong>masukkan kembali ke kas daerah. Hal demikian bisa saja melahirkan pandangantertentu <strong>di</strong> kalangan DPRD bahwa pemerintah tidak serius membentuk Komisi <strong>Informasi</strong>Provinsi, sehingga jika ada pengajuan kembali anggaran untuk pos pembentukan Komisi<strong>Informasi</strong> Provinsi pasti akan <strong>di</strong>pertanyakan dan <strong>di</strong>tolak oleh DPRD Provinsi NTT.Kekhawatiran kelompok-kelompok masyarakat sipil tidaklah berlebihan. Dalam penelitian inimuncul dua pendapat <strong>di</strong> lingkungan Pemerintah Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur terkait anggaranuntuk Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi. Pendapat pertama sesuai dengan amanat UU KIP bahwaanggaran Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi berasal dari APBD provinsi, harus ada alokasi anggaranuntuk Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi dalam APBD 2011. Pendapat kedua, mengingat kecilnyaAPBD Provinsi NTT, menyatakan cukup berat mengalokasikan anggaran untuk membiayaioperasional Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi. Jika <strong>di</strong>kembalikan pada aturan UU KIP, sesungguhnyatidak ada alasan untuk tidak mengalokasikan anggaran untuk Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi dalamAPBD Provinsi. Meminjam pernyataan salah seorang pejabat pemerintah yang <strong>di</strong>wawancarai,Di kalangan penyusun anggaran ada resistensi terhadap pembentukan Komisi<strong>Informasi</strong> Provinsi yang anggarannya <strong>di</strong>danai dari APBD, karena <strong>di</strong>anggapmemberatkan APBD Provinsi NTT. Mereka meminta agar anggaran untuk Komisi<strong>Informasi</strong> Provinsi <strong>di</strong>tanggung oleh pemerintah pusat melalui APBN. Padahal, sudahmenja<strong>di</strong> amanat undang-undang bahwa APBD Provinsi NTT harus menye<strong>di</strong>akananggaran untuk Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi.Sementara pejabat lain menyatakan,Terhadap usulan masuknya anggaran untuk Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi pada APBDProvinsi NTT 2011, ada telaah bahwa Provinsi NTT memiliki kesulitan teknis untukmemberikan dukungan bagi operasional Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi <strong>di</strong> tahun 2011.Anggaran pembangunan NTT selama 2011 hanya sebesar Rp 550 miliar untukpembangunan <strong>di</strong> dua puluh satu kabupaten/kota, sehingga susah mengalokasikananggaran untuk operasional Komisi <strong>Informasi</strong>.4.3 Tidak Ada Standar Layanan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> termasuk KeberadaanPPIDSeperti <strong>di</strong>paparkan pada bagian kewajiban pemerintah daerah dalam mengimplementasikanUndang-Undang Keterbukaan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>, sesuai ketentuan dalam UU KIP dan Pasal 4Peraturan Komisi <strong>Informasi</strong> Nomor 1 Tahun 2010, badan publik yang melayani akses informasipublik wajib memenuhi sebelas aspek (lihat, Tabel 4). Seluruh SKPD <strong>di</strong> lingkungan ketigaLaporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur33


pemerintahan yang <strong>di</strong>teliti belum ada yang memenuhi semua aspek itu. Hanya dua aspekyang sebagian sudah ada <strong>di</strong> <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur. Pertama, menetapkan peraturan mengenaiprosedur operasi standar (SOP) layanan informasi publik. Beberapa SKPD dan instansipemerintah daerah yang sudah memiliki SOP tersebut adalah Biro Hukum Provinsi NTTdan Resource Center Bappeda Provinsi NTT. Namun, SOP yang <strong>di</strong>maksud bukan khususuntuk mengimplementasikan UU KIP dan peraturan pelaksanaannya. Prosedur operasistandar layanan informasi <strong>di</strong> Biro Hukum Provinsi NTT merupakan aturan pelaksanaanKepmendagri No 21/<strong>19</strong>99 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 168 Tahun 2004tentang Pembangunan Sistem Jaringan dan Dokumentasi <strong>Informasi</strong> Hukum. Sementara SOP<strong>di</strong> Resource Center Bappeda Provinsi NTT khususnya bagian Client Response merupakanaturan internal berisi tata cara pelayanan informasi kepada masyarakat yang ingin memanfaatkanlayanan Resource Center. SOP yang <strong>di</strong>miliki Biro Hukum Provinsi NTT tidak mengatur secararinci bagaimana memproses dan mengolah permintaan informasi, termasuk standar biaya yangharus <strong>di</strong>keluarkan oleh pemohon informasi untuk memperoleh dokumen yang <strong>di</strong>kehendaki.Kedua, menye<strong>di</strong>akan sarana dan prasarana layanan informasi publik, termasuk papanpengumuman dan meja informasi <strong>di</strong> setiap kantor badan publik, serta situs resmi bagi badanpublik negara. Ketiga pemerintahan daerah memang telah memiliki website resmi, namunisinya belum memenuhi seluruh kategori yang <strong>di</strong>tetapkan dalam UU KIP. Ketiga website yang<strong>di</strong>miliki oleh masing-masing pemerintahan daerah itu belum memberi dan menggambarkanseluruh informasi yang <strong>di</strong>prasyaratkan, yaitu profil organisasi, program yang sedang <strong>di</strong>jalankan,informasi tentang keuangan, informasi tentang akses informasi, serta peraturan/kebijakan yangberpengaruh terhadap publik.Sementara untuk pemohon informasi yang datang atau mengirim surat permintaan ke kantorSKPD yang belum memiliki SOP biasanya <strong>di</strong>rujuk ke bagian tata usaha/sekretariat. Bagianini akan meneruskan permintaan itu ke Kepala SKPD untuk mendapatkan <strong>di</strong>sposisi. Disposisipelayanan informasi akan <strong>di</strong>berikan Kepala SKPD dengan mengarahkan pada bagian tertentujika informasi yang <strong>di</strong>minta <strong>di</strong>miliki atau <strong>di</strong>arahkan ke instansi lain jika informasi yang <strong>di</strong>mintatidak <strong>di</strong>miliki. Dalam proses itu tidak ada batasan berapa lama permintaan harus <strong>di</strong>layani atau<strong>di</strong>penuhi dan mekanisme lain yang <strong>di</strong>tetapkan oleh UU KIP.Praktik tersebut lazim <strong>di</strong>terapkan <strong>di</strong> berbagai lembaga pemerintahan <strong>di</strong> NTT. Ada yangmenyebutnya kebijakan pemberian informasi satu pintu; hanya Kepala SKPD atau pejabat yang<strong>di</strong>tunjuk berhak memutuskan pemberian informasi kepada pihak luar. Kebijakan ini bertujuanuntuk menjaga agar tidak terja<strong>di</strong> kesimpangsiuran informasi. Saat berhubungan dengan me<strong>di</strong>amassa, kebijakan pemberian informasi satu pintu pun <strong>di</strong>terapkan. Pejabat paling berwenangmemberi keterangan kepada me<strong>di</strong>a massa adalah Kepala SKPD. Jika Kepala SKPD tidak berada<strong>di</strong> tempat, informasi <strong>di</strong>maksud tidak dapat <strong>di</strong>berikan. Terkadang, Kepala SKPD sangat subjektifdalam menentukan kepada siapa informasi dapat <strong>di</strong>berikan.34 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


Tabel 4Standar Layanan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> dalam Implementasi UU KIP <strong>di</strong>Pemprov NTT, Pemkot Kupang, dan Pemkab TTSNo Aspek yang Harus Dipenuhi Kon<strong>di</strong>si Lapangan1 Adanya SOP layanan informasipublik2 Keberadaan PPID dan atasan PPIDsebagai pejabat yang bertanggungjawab <strong>di</strong> bidang penyimpanan,pendokumentasian, penye<strong>di</strong>aandan/atau pelayanan informasi <strong>di</strong>badan publik3 Menye<strong>di</strong>akan dan memberikaninformasi publik sesuai denganUU KIP dan PerKI4 Membangun sistem informasidan dokumentasi pengelolaaninformasi publik secara baik danefisien5 Terse<strong>di</strong>anya sarana dan prasaranalayanan informasi publik sepertipapan pengumuman, situs resmi,dan meja informasi6 Menganggarkan pembiayaanlayanan informasi publik secaramemadai7 Menetapkan danmemutakhirkan secara berkaladaftar informasi publik yangdapat <strong>di</strong>akses oleh masyarakatHanya ada dua lembaga yang memiliki SOP pelayananinformasi, Biro Hukum Provinsi NTT dan ResourceCenter Bappeda Provinsi NTT. Namun, SOP kedualembaga tersebut tidak <strong>di</strong>maksudkan khusus untukmengimplementasikan UU KIP.Pengalaman kelompok-kelompok masyarakat dan LSMmemperlihatkan bahwa untuk mendapatkan informasidari badan publik harus melalui kenalan pejabat atau stafbadan publik bersangkutan.Ketiga pemerintahan yang <strong>di</strong>teliti belum menetapkanPPID dan atasan PPID.Ketiga pemerintahan yang <strong>di</strong>teliti belum menye<strong>di</strong>akan danmemberikan informasi publik sesuai dengan UU KIP danPerKI.Ketiga pemerintahan yang <strong>di</strong>teliti belum membangunsistem informasi dan dokumentasi sesuai dengan UU KIPdan PerKi.Ketiga pemerintahan memiliki website resmi yang <strong>di</strong>kelolaoleh SKPD tertentu. Website resmi Pemerintah ProvinsiNTT dan Pemerintah Kota Kupang masing-masing<strong>di</strong>kelola oleh Kantor Pengelolaan Data Elektronik (PDE).Sedangkan website Pemerintah Kabupaten TTS <strong>di</strong>kelolaoleh Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika.Namun, informasi yang <strong>di</strong>sajikan ketiga website resmitersebut belum memenuhi ketentuan UU KIP. Ketigapemerintahan yang <strong>di</strong>teliti tidak memiliki meja informasisebagai tempat khusus pelayanan informasi publik.Belum ada anggaran khusus bagi layanan informasi publik<strong>di</strong> ketiga pemerintahan. Alokasi anggaran baru untukpembentukan Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi.Tidak ada daftar informasi publik yang dapat <strong>di</strong>aksesoleh masyarakat. Bisa tidaknya informasi <strong>di</strong>akses sangattergantung pada subjektivitas Kepala SKPD melaluipemberian <strong>di</strong>sposisi.Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur35


8 Penetapan informasi publikyang masuk dalam kategoripengecualian9 Standar biaya salinan informasipublik10 Tata cara pengelolaan keberatanterkait dengan pelayananinformasi publik11 Mengevaluasi dan mengawasilayanan informasi publik instansimasing-masingBelum ada tata cara penetapan informasi yang <strong>di</strong>kecualikan.Praktiknya, penetapan itu <strong>di</strong>lakukan oleh Kepala SKPDdengan menentukan sebuah informasi bisa <strong>di</strong>berikan atautidak. Misalnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupangmenetapkan informasi tentang hasil tes kandungan bakterie-coli <strong>di</strong> sumur warga Kota Kupang sebagai kategorisensitif.Tidak ada standar biaya salinan informasi.Tidak ada tata cara pengelolaan keberatan terkait denganpelayanan informasi publik. Penyelesaian keberatan sangattergantung pada keberanian warga masyarakat untukmengajukan protes kepada badan publik bersangkutan. Jikawarga berani, ada kemungkinan informasi yang <strong>di</strong>inginkandapat <strong>di</strong>berikan.Tidak ada evaluasi dan pengawasan layanan informasipublik <strong>di</strong> ketiga pemerintahan yang <strong>di</strong>teliti.Persoalan utama dalam lingkup Pemerintah Provinsi NTT, Pemerintah Kota Kupangdan Pemerintah Kabupaten TTS adalah belum adanya peraturan atau keputusan untukmengimplementasikan UU KIP. Seluruh SKPD yang menja<strong>di</strong> narasumber penelitian iniselalu mengatakan belum ada peraturan lokal yang menja<strong>di</strong> dasar hukum bagi SKPD untukmengimplementasikan UU KIP <strong>di</strong> lembaga masing-masing, termasuk penetapan PPID.Memang, UU KIP tidak mewajibkan adanya peraturan lokal untuk memayungi implementasiundang-undang ini <strong>di</strong> daerah. Seluruh SKPD yang menja<strong>di</strong> narasumber penelitian ini selalumengatakan “belum ada peraturan lokal yang mengatur.” Hal ini menunjukkan bahwa SKPD-SKPD <strong>di</strong> ketiga pemerintahan itu membutuhkan adanya peraturan lokal sebagai payung hukumimplementasi UU KIP <strong>di</strong> lingkungan kerja mereka.Namun, adanya peraturan lokal tersebut masuk dalam salah satu klausul Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 35 Tahun 2010 tentang Sistem Pelayanan <strong>Informasi</strong> dan Dokumentasi<strong>di</strong> Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah. Klausul itu menyebutkanbahwa penetapan PPID <strong>di</strong> lingkungan pemerintah provinsi harus <strong>di</strong>tetapkan melalui peraturangubernur, dan PPID <strong>di</strong> lingkungan pemerintah kabupaten/kota <strong>di</strong>tetapkan melalui peraturanbupati/wali kota. Dalam penelitian ini, PPID yang <strong>di</strong>amanatkan UU KIP belum terbentuk<strong>di</strong> ketiga pemerintahan yang <strong>di</strong>teliti. Dalam kaitan itu ada tiga pendapat yang berkembangdan <strong>di</strong><strong>di</strong>skusikan <strong>di</strong> kalangan pejabat pemerintah Provinsi NTT. Pendapat pertama cenderungmenginginkan PPID menja<strong>di</strong> bagian dari Dinas Kominfo Provinsi NTT, karena SKPD yangmemiliki tugas pokok dan fungsi berkait pelayanan informasi <strong>di</strong> Pemerintah Provinsi NTTadalah Dinas Kominfo. Apalagi bagian hubungan masyarakat Sekretariat Daerah Provinsi NTTsudah <strong>di</strong>lebur menja<strong>di</strong> salah satu bagian <strong>di</strong> Dinas Kominfo.Pendapat kedua cenderung menginginkan PPID berada <strong>di</strong> masing-masing SKPD, karena terkaitsoal penguasaan informasi. <strong>Informasi</strong> sektoral tentu akan lebih <strong>di</strong>kuasai oleh SKPD tertentu.Bila PPID hanya ada <strong>di</strong> Dinas Kominfo tentu akan berpengaruh terhadap kualitas pelayananinformasi, apalagi jika muncul sengketa informasi. Tugas Kepala Dinas Kominfo selaku atasan36 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


PPID tidak mungkin hanya menyelesaikan sengketa informasi saja. Selain tidak mungkin darisisi waktu, penguasaan materi informasi juga tidak lebih baik <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ng SKPD teknis terkait.Hal ini pada gilirannya akan memengaruhi penentuan informasi mana yang boleh <strong>di</strong>buka dantidak.Pendapat ketiga yang berkembang adalah merekat posisi PPID dengan Biro Humas ProvinsiNTT yang hendak <strong>di</strong>hidupkan lagi (sebelumnya <strong>di</strong>gabung menja<strong>di</strong> bagian dari Dinas Kominfo).Latar belakang <strong>di</strong>hidupkannya kembali Biro Humas bukan khusus untuk mengimplementasikanUU KIP, tetapi untuk menanggapi keluhan gubernur yang melihat pelayanan informasibirokrasi <strong>di</strong> lingkungan Pemerintah Provinsi NTT berjalan kurang lancar. Banyak kegiatanatau kebijakan gubernur tidak terliput me<strong>di</strong>a massa karena tidak ada bagian humas yang dapatmem-back up. Selama ini, informasi tentang kegiatan gubernur <strong>di</strong>tangani oleh bagian protokol<strong>di</strong> eselon bawah, sehingga bagian ini susah melekat dengan kegiatan gubernur. Akibatnya,banyak informasi tentang kegiatan gubernur tidak dapat <strong>di</strong>liput oleh para jurnalis.Tiga pendapat tersebut tidak ada yang keliru, karena Permendagri No.35/2010 sen<strong>di</strong>rimenyatakan bahwa PPID melekat pada pejabat struktural yang membidangi tugas dan fungsipelayanan informasi dan <strong>di</strong>tetapkan oleh gubernur untuk lingkungan pemerintahan provinsiserta bupati/wali kota untuk lingkungan pemerintah kabupaten/kota (Pasal 7 ayat 2 dan 4).Karena itu, perlu segera <strong>di</strong>susun peraturan gubernur atau peraturan bupati/wali kota untukmenetapkan PPID <strong>di</strong> masing-masing lingkungan pemerintahan. Akan tetapi, ketiadaan PPIDbukan berarti ketiga pemerintahan bebas dari kewajiban melayani informasi publik. Dalam PPNo. 61/2010 <strong>di</strong>sebutkan bahwa jika PPID belum <strong>di</strong>tunjuk, tugas dan tanggung jawab PPIDdapat <strong>di</strong>lakukan oleh unit atau <strong>di</strong>nas <strong>di</strong> bidang informasi, komunikasi, dan/atau kehumasan.Untuk Pemprov NTT, Pemkot Kupang dan Pemkab TTS, lembaga yang sekarang mengembantugas dan tanggung jawab PPID adalah Dinas Kominfo.4.4 Subjektivitas dalam Penolakan Permintaan dan Penetapan <strong>Informasi</strong>RahasiaKetiadaan SOP pelayanan informasi <strong>di</strong> sebagian besar SKPD <strong>di</strong> ketiga pemerintahan yang<strong>di</strong>teliti tampaknya berakibat pada tidak jelasnya tata cara penolakan permintaan informasiserta penetapan informasi yang dapat atau tidak dapat <strong>di</strong>akses publik. Jika melihat mekanismepelayanan informasi yang selalu menunggu <strong>di</strong>sposisi Kepala SKPD, penetapan apakah informasiyang <strong>di</strong>minta masuk dalam kategori rahasia atau tidak, juga tergantung pada keputusan KepalaSKPD. Pendek kata, kategorisasi informasi bersifat rahasia atau tidak sangat tergantung padasubyektivitas Kepala SKPD. Tidak ada mekanisme penetapan informasi yang <strong>di</strong>kecualikanmelalui uji konsekuensi seperti <strong>di</strong>tetapkan dalam UU KIP.Jika melihat mekanisme yang <strong>di</strong>terapkan SKPD <strong>di</strong> ketiga pemerintahan yang <strong>di</strong>teliti, masyarakatyang memiliki relasi atau <strong>di</strong>kenal oleh pegawai <strong>di</strong> SKPD bersangkutan tentu akan lebihmudah mendapatkan informasi. Mereka dapat langsung menemui pejabat bersangkutan untukmeminta informasi yang <strong>di</strong>kehendaki. Namun, bagi masyarakat yang tidak memiliki relasi,tentu akan sangat sulit mendapatkan informasi apa pun. Hal itu <strong>di</strong>tunjukkan oleh kalanganLSM dan kelompok-kelompok masyarakat yang mencoba mencari informasi dari pelbagaiSKPD <strong>di</strong> Pemerintah Provinsi NTT, Pemerintah Kota Kupang, dan Pemerintah KabupatenTTS. Seluruh LSM dan kelompok masyarakat yang <strong>di</strong>wawancarai dan menja<strong>di</strong> peserta FGDmenyatakan bahwa untuk memperoleh informasi dari salah satu SKPD <strong>di</strong> NTT mereka harusmemiliki kenalan staf atau pejabat SKPD. “Mekanisme” itu juga berlaku bagi PKK dan DharmaWanita yang notabene memiliki hubungan dekat dengan lembaga pemerintahan.Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur37


Beberapa anggota PKK, misalnya, tidak mengetahui jadwal Puskesmas Keliling yang mendatangiposyandu <strong>di</strong> tingkat desa. Mereka harus mendekati teman yang kebetulan pegawai puskesmasagar posyandu <strong>di</strong> desa mereka <strong>di</strong>kunjungi oleh Puskesmas Keliling. Menurut pejabat terkait,jadwal puskesmas untuk berkeliling ke masing-masing desa/kelurahan yang menja<strong>di</strong> daerahbinaan mereka sesungguhnya ada <strong>di</strong> masing-masing puskesmas. Akan tetapi, hingga penelitianini selesai <strong>di</strong>jalankan, data tersebut tidak <strong>di</strong>peroleh/<strong>di</strong>temukan. Bahkan, anggota Komisi ADPRD Kota Kupang pun merasakan adanya perbedaan pelayanan informasi yang <strong>di</strong>terimasebelum dan sesudah <strong>di</strong>a menja<strong>di</strong> wakil rakyat. Contohnya ketika mereka mengurus masalahtanah <strong>di</strong> Badan Pertanahan. Semua berjalan lancar. Padahal, sebelum menja<strong>di</strong> anggota DPRD,untuk mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP) saja butuh waktu sangat lama. Salah seorangnarasumber dari kelompok masyarakat menyatakan,Untuk memperoleh informasi harus memiliki pertemanan dengan salah satupegawai lembaga tersebut. Jika tidak memiliki, akan sangat sulit sekali untukmemperoleh informasi. Jika meminta informasi memakai seragam, kita akan mudahmemperoleh informasi. Namun, jika mengenakan pakaian biasa saja jangan harapkita mendapatkan informasi yang <strong>di</strong>inginkan.Praktik permintaan dan pelayanan informasi <strong>di</strong> NTT tampaknya belum sampai pada levelkesadaran akan adanya hak publik untuk mendapatkan informasi. Permintaan informasiatau pelayanan yang muncul masih dalam kerangka pekerjaan. Kalangan jurnalis, misalnya,menganggap bahwa UU KIP tidak terlalu berpengaruh terhadap kerja mereka, karena merekarelatif mudah mendapatkan informasi tanpa adanya aturan perundangan itu. Dalam penelitianini tidak <strong>di</strong>temukan rencana strategis dari kalangan jurnalis <strong>di</strong> NTT untuk memanfaatkanUU KIP. Demikian pula dengan warga masyarakat. Banyak yang mengalami kesulitandalam mendapatkan informasi dari badan publik. Penyelesaiannya cenderung menggunakan“mekanisme” biasa, memanfaatkan orang dalam untuk kepentingan <strong>di</strong>ri sen<strong>di</strong>ri ketimbangmendorong kesempatan yang sama bagi semua orang untuk memperoleh informasi publikyang <strong>di</strong>butuhkan seperti <strong>di</strong>amanatkan UU KIP.Subjektivitas Kepala SKPD juga terkait dengan penetapan informasi yang bisa <strong>di</strong>akses atau tidak(informasi yang <strong>di</strong>kecualikan). Meskipun belum pernah menetapkan sebuah informasi masukdalam kategori rahasia, salah seorang pejabat <strong>di</strong> bidang kesehatan mengaku pernah menetapkansebuah kebijakan informasi yang masuk kategori sensitif. Bila hendak <strong>di</strong>publikasikan, informasiitu harus mendapat persetujuan kepala <strong>di</strong>nas. Akan tetapi, lembaga tersebut tidak memilikikriteria informasi apa saja yang masuk dalam kategori sensitif. Dia hanya mencontohkanhasil pemeriksaan kualitas air termasuk dalam kategori informasi sensitif. Pejabat tersebutmenyatakan,Selama menjabat kepala <strong>di</strong>nas, belum ada data atau informasi masuk dalamkategori <strong>di</strong>rahasiakan. Akan tetapi, ada semacam kebiasaan bahwa informasiyang <strong>di</strong>keluarkan oleh masing-masing bidang harus sepengetahuan kepala <strong>di</strong>nas,terutama untuk informasi yang cukup sensitif.Ketidakjelasan penetapan informasi yang masuk kategori rahasia pada SKPD <strong>di</strong> lingkup ketigapemerintahan yang <strong>di</strong>teliti juga terkait dengan praktik menolak permintaan informasi. Sebagianbesar SKPD yang menja<strong>di</strong> narasumber penelitian ini, kecuali satu SKPD, mengaku belumpernah menolak permintaan informasi. Dengan alasan takut <strong>di</strong>salahgunakan, Dinas SosialProvinsi NTT menolak permintaan salinan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang<strong>di</strong>minta oleh seorang mahasiswa yang sedang meneliti soal anggaran daerah. Bahkan, salinan38 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


informasi yang <strong>di</strong>maksud tidak boleh <strong>di</strong>pinjamkan apalagi <strong>di</strong>fotokopi. Menurut Undang-Undang Keterbukaan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>, DIPA tidak termasuk dalam daftar informasi yang<strong>di</strong>kecualikan, sehingga seharusnya dapat <strong>di</strong>buka.Begitu pula dengan rujukan jika informasi yang <strong>di</strong>minta tidak <strong>di</strong>miliki oleh SKPD tertentu.Seluruh SKPD yang menja<strong>di</strong> narasumber mengaku jika informasi yang <strong>di</strong>minta tidak <strong>di</strong>miliki,mereka akan menghubungkan si pemohon dengan SKPD yang memiliki informasi tersebut.Salah satu proses yang menunjang SKPD untuk merujuk informasi ke SKPD lain adalahadanya koor<strong>di</strong>nasi program lintas sektor <strong>di</strong> bawah Bappeda dan Sekda sesuai SK Gubernur,yang memungkinkan <strong>di</strong>nas terkait mengetahui keberadaan informasi itu. <strong>Informasi</strong> yang tidakberada dalam kewenangan <strong>di</strong>nas tertentu, biasanya informasi yang sedang hangat <strong>di</strong>bicarakandan <strong>di</strong>butuhkan masyarakat, <strong>di</strong>peroleh dari pertemuan Badan Koor<strong>di</strong>nasi Humas.Badan Koor<strong>di</strong>nasi Hubungan Masyarakat (Bako Humas) adalah pertemuan koor<strong>di</strong>nasi <strong>di</strong> antarahumas Pemerintah Provinsi NTT dengan humas Pemerintah Kabupaten/Kota seluruh NTTyang <strong>di</strong>selenggarakan oleh Dinas Kominfo Provinsi NTT setiap bulan. Pertemuan koor<strong>di</strong>nasiitu biasanya mengangkat dan membahas masalah-masalah aktual yang menja<strong>di</strong> pembicaraanpublik <strong>di</strong> NTT. Dalam pertemuan itu, pimpinan SKPD yang membidangi persoalan <strong>di</strong>maksudakan menja<strong>di</strong> narasumber; <strong>di</strong>a memberi informasi panjang lebar tentang topik tersebut. Jika<strong>di</strong>butuhkan, <strong>di</strong>a dapat membagi informasi atau menja<strong>di</strong> sumber rujukan.4.5 Minimnya <strong>Informasi</strong> Dasar pada <strong>Publik</strong>asi <strong>Informasi</strong> ProaktifUndang-Undang Keterbukaan<strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> mengaturpemberian informasi kepadapublik melalui dua cara, yaitupublikasi informasi proaktif tanpaharus menunggu permintaan daripublik dan publikasi informasijika ada permintaan dari publik.<strong>Informasi</strong> yang wajib <strong>di</strong>umumkansecara berkala dan informasiyang wajib <strong>di</strong>umumkan sertamertamasuk dalam publikasiinformasi proaktif. Untukkategori informasi yang harus<strong>di</strong>ungkapkan secara proaktif,<strong>di</strong>tetapkan ketentuan pemberianinformasi dengan menggunakanwww.nttprov.go.id, 10 November 2010me<strong>di</strong>a yang mudah <strong>di</strong>akses dan<strong>di</strong>pahami masyarakat. Dalam implementasi pelayanan informasi publik <strong>di</strong> NTT, faktor me<strong>di</strong>adan tata cara pemberian informasi patut <strong>di</strong>perhatikan agar akses informasi publik mencapaitujuannya.Penelitian ini menerapkan sebuah sistem skoring untuk mengetahui bagaimana SKPD <strong>di</strong>lingkungan ketiga pemerintahan yang <strong>di</strong>teliti melaksanakan publikasi secara proaktif (lihat,Lampiran 2); sejauh mana ketiga pemerintah daerah memublikasikan informasi secara proaktifsesuai dengan standar UU KIP dan PerKI No.1/2010. <strong>Penilaian</strong> <strong>di</strong>lakukan terhadap sejumlahdokumen atau informasi yang telah <strong>di</strong>publikasikan selama kurun waktu satu tahun, Juli 2009-Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur39


Juli 2010. Menurut UU KIP, informasi proaktif yang <strong>di</strong>publikasikan lewat sejumlah me<strong>di</strong>um– laporan yang <strong>di</strong>terbitkan, leaflet, brosur, dan website -- setidaknya harus berisi beberapa jenisinformasi dasar seperti,1) Profil organisasi mencakup alamat lengkap SKPD, nomor telepon dan faksimile, sertastruktur organisasi.2) Program sedang berlangsung mencakup nama, kegiatan, sasaran, penerima manfaat,anggaran, narahubung utama, serta alamat dan nomor telepon yang <strong>di</strong>gunakan untukprogram kegiatan.3) Anggaran mencakup total alokasi anggaran untuk tahun sedang berjalan, rencanaanggaran untuk tahun berjalan, laporan keuangan tahun sebelumnya, serta daftar aset danperse<strong>di</strong>aan.4) <strong>Akses</strong> informasi publik mencakup jumlah permohonan informasi yang <strong>di</strong>terima, jumlahpermohonan informasi yang <strong>di</strong>tanggapi, jumlah permohonan informasi yang <strong>di</strong>tolak,alasan penolakan, prosedur bagi permohonan informasi, narahubung dan rinciannya.5) Peraturan dan kebijakan berdampak pada publik berupa daftar undang-undang, peraturan,dan kebijakan yang telah <strong>di</strong>berlakukan atau dalam proses pengesahan.<strong>Penilaian</strong> <strong>di</strong>lakukan terhadap 9 SKPD <strong>di</strong> ketiga pemerintah daerah yang publikasi informasinya<strong>di</strong>temukan dalam pelaksanaan penelitian lapangan. Kesembilan SKPD itu adalah BappedaProvinsi NTT, Sekretariat Daerah Provinsi NTT, Dinas Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan, Pemuda, dan OlahragaProvinsi NTT, Dinas Kesehatan Provinsi NTT, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu(KP2TSP) Provinsi NTT, P2TPA Provinsi NTT, Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Kupang,Dinas Kesehatan Kota Kupang, dan Pemerintah Kabupaten TTS.40 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> Kumpulan <strong>Publik</strong> brosur <strong>di</strong> Provinsi <strong>di</strong> Perpustakaan <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Resource Timur Centre Bappeda Provinsi NTT


Skor yang <strong>di</strong>peroleh dari penilaian terhadap publikasi proaktif yang <strong>di</strong>lakukan kesembilanlembaga <strong>di</strong> Pemprov NTT, Pemkot Kupang, dan Pemkab TTS, berkisar <strong>di</strong> antara 1 hingga 12.Angka tertinggi <strong>di</strong>raih P2TPA Provinsi NTT, karena brosur yang <strong>di</strong>publikasikan lembaga initelah memenuhi separuh dari sekian banyak aspek yang harus <strong>di</strong>penuhi sebagaimana <strong>di</strong>tetapkanoleh UU KIP. Angka terendah <strong>di</strong>peroleh Pemerintah Kabupaten TTS, terutama karena websiteresmi pemerintah setempat hanya se<strong>di</strong>kit memenuhi ketentuan dalam UU KIP.Bila melihat hasil tabulasi skoring dalam Lampiran 2 dan Tabel 5, dapat <strong>di</strong>katakan publikasiinformasi proaktif ketiga pemerintahan yang <strong>di</strong>teliti belum sepenuhnya memenuhi aspekaspekyang <strong>di</strong>tetapkan dalam UU KIP. Bahkan, tidak semua alamat lembaga dan narahubung<strong>di</strong>cantumkan dalam publikasi. Misalnya, semua website resmi ketiga pemerintahan tidakmencantumkan alamat atau narahubung yang dapat <strong>di</strong>kontak jika ingin menanyakan informasilebih mendalam. Begitu pula dengan program yang sedang berjalan. Semua tidak mencantumkannarahubung utama yang dapat <strong>di</strong>kontak, termasuk nomor kontak khusus program tersebut.Brosur yang <strong>di</strong>keluarkan P2TPA untuk memperkenalkan lembaga yang menangani soalpengaduan perempuan dan anak ini tidak menyebutkan nama narahubung yang bisa <strong>di</strong>hubungijika ingin sekadar meminta informasi atau berhubungan dengan lembaga tersebut. Demikianpula brosur layanan kesehatan gratis Dinas Kesehatan Kota Kupang. Isi brosur tersebut cukuplengkap. Nama program, penerima manfaat, layanan yang <strong>di</strong>berikan, dan tata cara pengurusanlayanan, terpampang sangat jelas. Namun, brosur tersebut tidak mencantumkan alamat DinasKesehatan Kota Kupang atau siapa yang harus <strong>di</strong>hubungi jika ingin meminta informasi lebihjauh. Pembaca brosur itu akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan informasi yang lebihmendalam.Dari kelima kategori yang <strong>di</strong>tetapkan UU KIP untuk <strong>di</strong>publikasikan secara proaktif, publikasikeuangan dan akses informasi publik tampak paling minim. Untuk aspek keuangan, hanyaPemerintah Kota Kupang yang memublikasikan APBD melalui website, meski bukan APBD2010. Data yang dapat <strong>di</strong>peroleh dari website Pemkot Kupang adalah total APBD 2007,2008, dan 2009, bukan informasi rinci mengenai alokasi anggaran dalam APBD. SementaraPemerintah Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur dan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatantidak memaparkan informasi mengenai APBD mereka dalam website resmi atau <strong>di</strong>publikasikandalam bentuk dokumen lain. Sedangkan untuk aspek akses informasi publik, seluruh badanpublik yang <strong>di</strong>periksa-kembali tidak mencantumkan informasi yang seharusnya <strong>di</strong>publikasikan.Ini terja<strong>di</strong> karena ketiga pemerintah yang <strong>di</strong>teliti memang belum mengimplementasikan UUKIP.Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur41


Tabel 5<strong>Publik</strong>asi <strong>Informasi</strong> <strong>di</strong> Website dan Brosur Resmi KetigaPemerintahan 16No.Lima Jenis <strong>Informasi</strong> DasarMenurut UU KIPTingkat Penerapan1 Profil Organisasi Tidak lengkap. Sebagian besar tidak menyebut namanarahubung, alamat, nomor telepon, faksimile, sertatidak mencantumkan struktur organisasi.2 Program dan Kegiatan yangSedang BerlangsungTidak lengkap. Rata-rata tidak menyebut secarakhusus penerima manfaat program secara langsung,anggaran program, dan penanggung jawab program.3 <strong>Informasi</strong> Keuangan Hampir tidak ada yang mencantumkan. HanyaPemerintah Kota Kupang yang mencantumkan totalAPBD 2007-2009 <strong>di</strong> website.4 Peraturan/Kebijakan yangBerpengaruh Terhadap <strong>Publik</strong>Tidak semua lembaga. Pemerintah Provinsi NTT,Pemerintah Kabupaten TTS, dan Dinas KesehatanKota Kupang, tidak mencantumkan peraturan dalamwebsite mereka.5 <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> Hampir tidak ada yang mencantumkan.P2TP2A hanya mencantumkan prosedur pelayananinformasi melalui kunjungan dan per telepon. Pelayanan<strong>di</strong>lakukan selama 24 jam atau on call/per telepon.4.6 <strong>Publik</strong>asi <strong>Informasi</strong> Proaktif Melalui Tatap MukaTemuan lain yang muncul dalam penelitian adalah kecenderungan masyarakat <strong>di</strong> NTT untukmenerima informasi proaktif melalui tatap muka. Sosialisasi tatap muka ini selalu <strong>di</strong>sebutsebagai cara pemberian informasi dari seluruh SKPD ke masyarakat. Namun, dalam prosespencarian data lainnya, kelompok-kelompok masyarakat mengaku bahwa sosialisasi tatap mukaitu hanya <strong>di</strong>peruntukkan bagi pegawai negeri sipil (PNS) atau perangkat pemerintah desa.Kelompok-kelompok masyarakat pun mengaku sering memperoleh informasi lewat sosialisasi<strong>di</strong> gereja. In<strong>di</strong>kator lain masyarakat “lebih suka” menerima informasi melalui forum tatap mukaadalah hasil observasi <strong>di</strong> Dinas Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Kupang;masyarakat tidak mau melihat informasi yang terpampang <strong>di</strong> papan informasi (lihat, Boks 1).Elaborasi terkait me<strong>di</strong>um pemberian informasi publik ini <strong>di</strong>perlukan agar pemerintah <strong>di</strong> <strong>Nusa</strong><strong>Tenggara</strong> Timur tidak terpaku pada asumsi bahwa keterbukaan informasi publik identik denganpublikasi melalui website. Selama ini publik <strong>di</strong> <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur, selain <strong>di</strong> Kota Kupang,menganggap akses internet merupakan sebuah “kemewahan”. Website sen<strong>di</strong>ri merupakansalah satu aspek yang harus <strong>di</strong>penuhi sebagai bentuk pemberian informasi oleh badan publik16 Skoring lengkap publikasi informasi proaktif dapat <strong>di</strong>lihat pada Lampiran 2.42 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


sebagaimana <strong>di</strong>atur dalam PerKI No.1/2010. Ketiga pemerintah yang <strong>di</strong>teliti memang telahmemiliki website resmi serta SKPD yang khusus bertugas mengelola website itu.Namun demikian, website tersebut perlu <strong>di</strong>maksimalkan sedemikian rupa agar sesuai denganstandar UU KIP dan PerKI No.1/2010. Perlu juga <strong>di</strong>pikirkan berbagai me<strong>di</strong>a pemberianinformasi publik lainnya, termasuk kemungkinan memasukkan model pemberian informasilangsung ke masyarakat dalam standar pelayanan informasi publik <strong>di</strong> NTT. Selain soalkecenderungan masyarakat yang lebih banyak meminta informasi melalui tatap muka, modekomunikasi dan informasi juga sangat <strong>di</strong>pengaruhi oleh keterbatasan jaringan internet <strong>di</strong> NTT.Dari pengalaman penelitian lapangan, jaringan internet <strong>di</strong> Kota Kupang ternyata sangat terbatasdan kurang lancar. Peneliti sen<strong>di</strong>ri mengalami kesulitan mengakses internet, meski <strong>di</strong> beberapatempat seperti hotel atau perkantoran terdapat jaringan internet nirkabel (wireless fidelity/Wi-Fi). Peneliti merasakan akses internet lumayan bagus hanya <strong>di</strong> Resource Center Bappeda ProvinsiNTT. Ini bukan penilaian subjektif peneliti. Mantan anggota Komisi X DPR Cyprianus Aoer,misalnya, menilai program e-learning yang <strong>di</strong>kembangkan <strong>di</strong> NTT tidak berjalan efektif karenajaringan internet <strong>di</strong> provinsi itu, termasuk Kota Kupang, tidak bagus. Bahkan, dalam penelitianlapangan, Kepala Kantor PDE Provinsi NTT sempat berujar bahwa impian Kantor PDE adalahmembangun jaringan internet yang bagus.4.7 Minimnya Kesadaran Pejabat dan Masyarakat akan Hak atas<strong>Informasi</strong>Penelitian ini menemukan fakta bahwa sosialisasi UU KIP <strong>di</strong> Provinsi NTT hanya terbatas<strong>di</strong> lingkungan pejabat Dinas Kominfo saja, sehingga pengenalan dan pendalaman isi undangundangini menja<strong>di</strong> tidak maksimal. Masyarakat dan para pejabat <strong>di</strong> luar Dinas Kominfo belumbanyak yang mengetahui keberadaan UU KIP. Dalam FGD maupun wawancara dengansubjek penelitian menunjukkan bahwa narasumber yang mengetahui dan memahami UU KIPadalah pejabat-pejabat Dinas Kominfo Provinsi NTT, Dinas Perhubungan, Komunikasi, danInformatika Kabupaten TTS, serta Resource Center Bappeda Provinsi NTT. Narasumber ketigainstitusi tersebut pernah mengikuti dan menyosialisasikan UU KIP.Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT beberapa kali menyosialisasikan UU KIP <strong>di</strong>Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur:1) Sosialisasi UU KIP dalam Forum Pranata Humas <strong>di</strong> Hotel Ina Boi, Kupang, Mei 2010.Pesertanya seluruh pranata humas kabupaten/kota se-NTT.2) Pertemuan Bako Humas dengan peserta humas kabupaten/kota se-NTT.3) Sosialisasi UU KIP <strong>di</strong> Kabupaten Timor Tengah Utara dengan peserta jajaran DinasKomunikasi dan Informatika se-NTT dan narasumber Profesor Alo Liliweri dari Universitas<strong>Nusa</strong> Cendana. Acara itu merupakan kerja sama Dinas Kominfo Provinsi NTT denganFKIP Universitas Cendana, BPPI Makassar, dan Forum Parlemen NTT (forum anggotaDPRD se-Provinsi NTT).4) Sosialisasi UU KIP yang <strong>di</strong>dukung GTZ <strong>di</strong> Hotel Kristal, Kupang. Salah satu hasil pertemuanitu adalah pembentukan tim seleksi Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi.Resource Center Bappeda Provinsi NTT juga pernah satu kali menggelar <strong>di</strong>skusi tentang UUKIP. Diskusi tersebut mengha<strong>di</strong>rkan narasumber dari Komisi <strong>Informasi</strong> Pusat, Kepala DinasKomunikasi dan Informatika Provinsi NTT, serta Pemimpin Redaksi Harian Pos Kupang.Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur43


Walaupun <strong>di</strong>lakukan beberapa kali kegiatan sosialisasi UU KIP, para pejabat <strong>di</strong>luar ketigainstitusi -- Dinas Kominfo Provinsi NTT, Dinas Pehubungan, Komunikasi, dan InformatikaKabupaten TTS, serta Resource Center Bappeda Provinsi NTT -- tidak mengetahui isi UU KIP.Bahkan, Dinas Kominfo Kota Kupang mengaku baru mengenal UU KIP saat Bappeda KotaKupang menyelenggarakan Bimbingan Teknis (Bimtek) Diseminasi Peraturan terkait lembagalembagateknis. Undang-Undang Keterbukaan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> menja<strong>di</strong> salah satu materiBimbingan Teknis bagi Dinas Kominfo Kota Kupang. Pada saat penelitian ini <strong>di</strong>lakukan, tidaksatu pun materi sosialisasi UU KIP ada <strong>di</strong> seluruh badan publik itu. Sementara para pejabat<strong>di</strong>luar ketiga institusi <strong>di</strong> atas mengaku tidak memahami UU KIP dengan baik, karena belumpernah mengikuti sosialisasi UU KIP. Bahkan, pejabat Kantor Pengelolaan Data ElektronikPemprov NTT dan Kota Kupang mengetahui UU KIP dari internet. Demikian pula parapejabat SKPD sektor kesehatan, seperti Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan KotaKupang, Dinas Kesehatan Kabupaten TTS, BKKBN Provinsi, dan Dinas Sosial Provinsi NTT.Mereka tidak memahami UU KIP dengan baik.Sementara untuk kalangan legislatif, hanya DPRD Provinsi NTT yang <strong>di</strong>ketahui sudahmengenal isi UU KIP. Komisi A DPRD Provinsi NTT telah mengadakan serangkaianpertemuan membahas pembentukan tim seleksi Komisi <strong>Informasi</strong> dan menyetujui alokasianggaran untuk membentuk dan operasional awal Komisi <strong>Informasi</strong> dalam APBD Perubahan2010 sebesar Rp 100 juta. Sedangkan DPRD Kota Kupang relatif belum mengenal UUKIP. Dua anggota Komisi A DPRD Kota Kupang baru mendengar UU KIP saat menerimaundangan mengikuti FGD yang <strong>di</strong>selenggarakan sebagai bagian dari pencarian data untukpenelitian ini. Padahal, Komisi A DPRD adalah komisi yang membidangi urusan informasidan komunikasi. Pemerintah Kota Kupang sen<strong>di</strong>ri belum pernah mengajak bicara DPRD KotaKupang mengenai implementasi UU KIP dalam bentuk peraturan daerah.Kalangan LSM dan akademisi relatif mengetahui keberadaan dan isi UU KIP. Akan tetapi,mereka belum mempraktikkannya dengan menggunakan mekanisme UU KIP. Tampaknyamereka belum menganggap akses informasi sebagai alat untuk memperoleh hak-hak dasarlainnya, yang dapat <strong>di</strong>gunakan untuk memberdayakan komunitas. Namun demikian, bukanberarti mereka tidak punya pengalaman terkait permintaan informasi dari lembaga pemerintah.Semua LSM, akademisi, dan kelompok masyarakat, yang menja<strong>di</strong> narasumber dalam penelitianini menilai cukup sulit mendapatkan informasi dari lembaga-lembaga pemerintah <strong>di</strong> NTT.Masyarakat kerap <strong>di</strong>pingpong untuk mendapatkan sebuah informasi. Menghadapi kon<strong>di</strong>siitu, mereka bersatu padu menyebut strategi untuk mendapatkan informasi adalah denganmenggunakan mekanisme relasi orang dalam.Strategi yang <strong>di</strong>tempuh para akademisi, LSM, dan kelompok masyarakat <strong>di</strong> Kupang sebenarnyabermuara dari tiadanya standar pelayanan informasi. Pejabat SKPD tidak memiliki kriteriabaku bagaimana seharusnya melayani pemohon informasi. Mereka lebih banyak melayani orangyang <strong>di</strong>kenal. Ada ungkapan cukup menarik <strong>di</strong> kalangan masyarakat yang menja<strong>di</strong> narasumberpenelitian ini, “informasi mudah <strong>di</strong>peroleh untuk mereka yang berseragam”. Jika datang kekantor suatu SKPD tanpa memakai seragam, niscaya pemohon informasi sulit memperolehinformasi yang <strong>di</strong>inginkan.Tiadanya standar pelayanan informasi dan “mekanisme kenalan orang dalam” akhirnyaberdampak besar pada pemberian informasi dan pengajuan keberatan. Masyarakat yang beraniberdebat dengan pejabat/staf SKPD atau memiliki jaringan politik dapat menekan badanpublik dengan melakukan negosiasi atau mengajukan keberatan. Dalam kasus seperti itu,permintaan informasi atau pengajuan keberatan warga biasanya dapat <strong>di</strong>terima. Hal tersebut44 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur<strong>Publik</strong>asi Proaktif <strong>di</strong> papan informasi KantorDinas Administrasi Kependudukan dan CatatanSipil Kota Kupang45


Boks 1Catatan Observasi <strong>di</strong> Dinas Administrasi Kependudukandan Catatan Sipil Kota KupangSebagai lembaga pelayanan publik yang terkait dengan urusan administrasikependudukan (KTP, Kartu Keluarga, akte kelahiran, akte perkawinan, dan sebagainya),SKPD ini ramai <strong>di</strong>datangi masyarakat. Di kantor itu ada keterangan mengenai loketloketpengurusan pelbagai jenis administrasi kependudukan, sehingga masyarakatdapat dengan mudah mencari loket yang sesuai. Loket-loket tersebut adalah:Loket 1. Pembelian formulir permohonan Kartu Tanda PendudukNasional (KTPN) dan Kartu KeluargaLoket 2. Penerimaan berkas permohonan KTPN dan Kartu KeluargabaruLoket 3. penerimaan berkas permohonan KTPN perpanjanganLoket 4. KasirLoket 5. Pengambilan KTPN dan Kartu Keluarga baruLoket 6. Pembelian formulir dan pengambilan akta-akta catatan sipilLoket 7. Penerimaan berkas permohonan akta kelahiran dan aktakematianLoket 8. Penerimaan berkas permohonan akta perkawinan dan aktaperceraianLoket 9. LegalisasiSementara <strong>di</strong> papan pengumuman terpampang SK Kepala Dinas Kependudukandan Catatan Sipil. Surat keputusan tersebut menjelaskan pelaksanaan UU No23/2006 tentang penyelenggaraan administrasi kependudukan menggunakanformulir pendaftaran terbaru, berbeda dengan sistim pelayanan terdahulu (simduh).Di samping itu juga terse<strong>di</strong>a brosur yang menjelaskan KTPN sebagai bukti jati<strong>di</strong>ri, himbauan untuk memiliki KTPN demi kejelasan status sebagai penduduk danWNI, serta surat keputusan tentang tata cara pengurusan, persyaratan, dan biayaadministrasi kependudukan.Sepanjang pengamatan kami, nyaris tidak ada masyarakat yang membaca informasi<strong>di</strong> papan pengumuman. Tidak mengherankan, beberapa warga masyarakat mengakukurang puas karena tidak mengetahui semua persyaratan. Masyarakat masih harusbolak-balik karena persyaratan administrasi kurang lengkap, juga terlihat beberapa<strong>di</strong> antara mereka langsung masuk ke dalam ruang pelayanan. Mereka melakukan itukarena sudah kenal dengan pegawai <strong>di</strong> Kantor Dinas Administrasi Kependudukan.Warga masyarakat yang memiliki teman <strong>di</strong> kantor itu juga dapat menanyakaninformasi melalui telepon.46 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


<strong>di</strong>utarakan oleh salah seorang warga dari Forum Warga Serabutan dalam pertemuan FGD danwawancara. Dia memiliki jejaring politik dengan seorang pejabat teras pemerintah yang <strong>di</strong>telitidan LSM <strong>di</strong> Kupang. Jejaring itu membuat <strong>di</strong>a dapat melakukan bargaining position denganSKPD bersangkutan (lihat, Boks 2)Demikian pula dengan masyarakat. Banyak <strong>di</strong> antara mereka mengalami kesulitan dalam mencaridan memperoleh informasi dari badan-badan publik. Warga masyarakat yang membutuhkaninformasi cenderung memakai “mekanisme” tertentu dengan memanfaatkan orang dalam,sehingga informasi yang <strong>di</strong>peroleh pun lebih pada pemuasan kepentingan priba<strong>di</strong> ketimbangmendorong kesempatan yang sama bagi semua orang dalam memperoleh informasi publik.Seharusnya setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan informasi daribadan-badan publik, dan UU KIP <strong>di</strong>maksudkan sebagai jaminan atas kesetaraan kesempatandalam memperoleh informasi dari badan publik.5. Potensi Pengembangan <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> NTTImplementasi UU KIP <strong>di</strong> lingkungan Pemprov NTT, Pemkot Kupang, dan Pemkab TimorTengah Selatan, memang sangat minim. Namun demikian, ada beberapa praktik pelayananinformasi yang berpotensi mendorong lebih jauh implementasi UU KIP <strong>di</strong> ketiga pemerintahan,khususnya Pemerintah Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur.5.1 Keberadaan Kantor Pengelola Data Elektronik (PDE)Pemerintah Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur, Pemerintah Kota Kupang, dan PemerintahKabupaten Timor Tengah Selatan, masing-masing memiliki sebuah website resmi. Alamatwebsite sarana penyampaian informasi pemerintah tersebut adalah www.nttprov.go.id, www.kotakupang.go.id, dan www.ttskab.go.id. Ketiga website menaungi seluruh SKPD dalamlingkup ketiga pemerintahan. Beberapa SKPD juga memiliki website sen<strong>di</strong>ri, misalnya, DinasPen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan, Pemuda, dan Olahraga Provinsi NTT dengan alamat www.ppontt.go.id atauBappeda Provinsi NTT dengan alamat www.bappeda.nttprov.go.id.Pengelola ketiga website resmi ketiga pemerintahan adalah SKPD yang memang memiliki tugasdan fungsi khusus. Website Pemerintah Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur dan website PemerintahKota Kupang masing-masing <strong>di</strong>kelola oleh Kantor PDE Provinsi NTT dan Kantor PDE KotaKupang, sedangkan website Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan <strong>di</strong>kelola oleh BagianTelematika Dinas Perhubungan <strong>Informasi</strong> dan Komunikasi. Sebenarnya keberadaan lembagakhusus yang mengelola website resmi ketiga pemerintahan justru lebih menguntungkan karenainformasi yang <strong>di</strong>sajikan selalu mengalami pemutakhiran.Website dari segi sajian informasi relatif mutakhir hanyalah website resmi Pemerintah KotaKupang. Ketika <strong>di</strong>akses pada 21 Agustus 2010, <strong>di</strong> dalam www.kotakupang.go.id tersaji beberapainformasi tambahan seperti struktur organisasi pengelola website atau informasi tentangpembangunan berupa sumber daya manusia, kesehatan, pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan, kependudukan/KB, danpendayagunaan ekonomi rumah tangga. Website itu juga memuat informasi pelayanan publikseperti informasi tentang akses kesehatan gratis, layanan administrasi kependudukan (KTP,KK dan akta kelahiran), layanan perizinan usaha (SIUP dan SITU). Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah Kota Kupang tahun 2007 hingga 2009 -- kendati hanya jumlah total anggarandalam APBD tanpa <strong>di</strong>sertai informasi lebih detail alokasi peruntukannya -- dan peraturanlokal <strong>di</strong> lingkungan Pemerintah Kota Kupang juga sudah tersaji dalam website itu. WebsitePemerintah Kabupaten TTS relatif tidak mengalami pemutakhiran. Demikian pula websiteLaporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur47


Pemerintah Provinsi NTT dengan isi terbatas berupa profil daerah, profil kabupaten, hasilpembangunan, dan target Millennium Development Goals (MDG’s).Narasumber pengelola masing-masing website resmi tersebut sering kali “menjemput bola,”meminta data dari instansi-instansi pemerintah untuk <strong>di</strong>tampilkan <strong>di</strong> website. Kantor PDE,baik <strong>di</strong> Provinsi NTT maupun <strong>di</strong> Kota Kupang, memiliki tugas dan fungsi khusus mengelolawebsite resmi pemerintah dan <strong>di</strong>beri wewenang mengumpulkan data dari seluruh lembagayang ada <strong>di</strong> lingkup pemerintah masing-masing. Namun, dalam praktik, mereka harus selalumeminta data instansi-instansi pemerintah lain untuk <strong>di</strong>tampilkan <strong>di</strong> website. Soal ini lebihbanyak <strong>di</strong>sebabkan oleh “faktor” eselon. Kantor PDE berada <strong>di</strong> bawah SKPD lain, sehinggasulit untuk melakukan koor<strong>di</strong>nasi. Sebagai contoh, Kepala Kantor PDE Pemerintah ProvinsiNTT dalam jajaran Setda Provinsi NTT adalah pejabat eselon III, sedangkan SKPD lain<strong>di</strong>pimpin oleh pejabat eselon II. Karena perbedaan eselon itulah beberapa SKPD tidak proaktifmengirimkan data yang <strong>di</strong>miliki ke Kantor PDE. Kantor PDE pun terpaksa harus melayangkansurat permintaan ke masing-masing SKPD. Sebagaimana <strong>di</strong>kemukakan salah seorang pejabatKantor PDE,Persoalan yang <strong>di</strong>hadapi Kantor PDE adalah masalah power sehingga Kantor PDEsulit mengumpulkan data dari SKPD lain. Power yang <strong>di</strong>maksud adalah eselonisasijabatan. Kepala Kantor PDE merupakan pejabat <strong>di</strong> lingkungan Setda Provinsi NTTyang memiliki eselon III, sedangkan SKPD lain <strong>di</strong>pimpin oleh pejabat eselon II.Karena perbedaan eselon itulah terkadang SKPD lain enggan proaktif mengirimkandata yang mereka miliki ke Kantor PDE.Terlepas dari belum maksimalnya fungsi Kantor PDE dalam mengelola website, keberadaanlembaga yang memiliki tugas khusus mengelola website ini berpotensi cukup besar dalamimplementasi UU KIP. Website merupakan salah satu me<strong>di</strong>a yang dapat <strong>di</strong>gunakan memenuhihak masyarakat dalam memperoleh informasi secara proaktif. Selain memaksimalkan pelaksanaandan fungsi Kantor PDE sesuai standar UU KIP, juga perlu <strong>di</strong>pikirkan bagaimana mensinergikantugas dan fungsi Kantor PDE dengan PPID yang akan <strong>di</strong>bentuk sebagai pemenuhan amanatUU KIP.Kantor PDE Pemerintah Provinsi NTT memiliki tugas dan fungsi membangun basis datainformasi dari seluruh SKPD dan menyajikan data tersebut melalui website resmi PemerintahProvinsi NTT. Karena Undang-Undang Keterbukaan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> telah mengamanatkanbahwa harus ada sarana dan prasarana pelayanan informasi, antara lain website, maka tugas danfungsi Kantor PDE hanya perlu <strong>di</strong>maksimalkan saja. Kantor PDE atau SKPD yang memilikifungsi serupa juga ada <strong>di</strong> setiap kabupaten/kota. Untuk Kota Kupang, pengelolaan website danpembangunan basis data <strong>di</strong>lakukan oleh Kantor PDE Kota Kupang, sedangkan <strong>di</strong> KabupatenTimor Tengah Selatan <strong>di</strong>tangani oleh Dinas Perhubungan dan Kominfo Kabupaten TTS.Salah satu poin penting yang <strong>di</strong>temukan terkait tugas dan fungsi Kantor PDE Provinsi adalahmasalah koor<strong>di</strong>nasi pengumpulan data. Setiap SKPD seharusnya menyerahkan data daninformasi mereka kepada Kantor PDE untuk <strong>di</strong>sajikan dalam website. Pada kenyataannya,Kantor PDE masih harus menjemput data dari seluruh SKPD. Pengambilan data dari kantorSKPD belum <strong>di</strong>lakukan secara rutin dan terbatas jika ada kebutuhan untuk menyiapkan bahanpresentasi atau pengambilan keputusan oleh gubernur atau wakil gubernur. Data dari SKPDkemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>olah oleh sebuah tim ter<strong>di</strong>ri dari Kepala Kantor PDE, Kepala SKPD terkait, danbeberapa staf dari Kantor PDE.48 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


Boks 2Pengalaman Seorang Warga dari Forum WargaSerabutan Saat Berurusan dengan Salah Satu SKPDKita punya izin trayek <strong>di</strong>tarik oleh kepala <strong>di</strong>nasnya langsung, kan memangmobilnya sudah mati, tidak boleh jalan lagi. Lalu mereka tarik kita punya izintrayek, lalu kita itu menghadap sampai <strong>di</strong> pejabat politik itu, ja<strong>di</strong> kita bertengkar<strong>di</strong> kantornya. Dia bilang izin trayek ini sudah mati, makanya kami tarik. Sayabilang iya, mati, memang sudah mati, tapi apa pantas bapak menarik izintrayek <strong>di</strong> jalan. Ada aturan apa tidak untuk tarik kembali izin trayek? Merekabilang ada, ibu. Karena saya tidak tahu aturan, saya tanya aturannya seperti apa.Mereka bilang harus kasih surat teguran. Surat peringatan sampai tiga kali barukita tarik. Lalu kenapa kemarin bapak tarik kita punya <strong>di</strong> jalan? Bapak belumpernah kasih peringatan untuk saya. Lalu mereka kembalikan kita punya izintrayek, karena <strong>di</strong> muka Bapak wakil wali kota. Kita bertengkar <strong>di</strong> ruangan itusama Ka<strong>di</strong>s dan satu orang kepala bagiannya. Saya bertengkar.Saya bilang, berarti bapak ini membohongi masyarakat. Saya langsung bicara keBapak wakil wali kota. Pak wakil, saya bertemu dengan kepala <strong>di</strong>nas ini sudahempat kali, itu pun pak wakil yang utus saya untuk bertemu langsung. Sayakekurangan administrasi apa? Kita pergi hari ini, <strong>di</strong>a bilang begini, besok bilangbegini, setelah selesai bilang komputer rusak dan saya harus minta lagi mandatdari wali kota. Kita sudah berkelahi <strong>di</strong> dalam ruangannya…Dalam peraturan lokal yang akan memayungi implementasi UU KIP <strong>di</strong> NTT, khususnyakewajiban untuk memiliki website resmi (sesuai PerKI No.1/2010 Pasal 4 huruf E), tugasdan fungsi Kantor PDE perlu <strong>di</strong>perhatikan dengan cermat agar tidak terja<strong>di</strong> tumpang-tin<strong>di</strong>hpelayanan informasi melalui website. Kantor PDE ini mungkin bisa <strong>di</strong>fungsikan sebagai bagiandari pelayanan informasi yang <strong>di</strong>lakukan oleh PPID.5.2 Keberadaan Forum Badan Koor<strong>di</strong>nasi Hubungan MasyarakatBadan Koor<strong>di</strong>nasi Hubungan Masyarakat (Bako Humas) merupakan rapat koor<strong>di</strong>nasi <strong>di</strong> antarabagian hubungan masyarakat pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota se-<strong>Nusa</strong><strong>Tenggara</strong> Timur. Forum yang <strong>di</strong>selenggarakan setiap bulan itu biasanya membahas isu-isuaktual dengan mengundang Kepala SKPD terkait guna memberi penjelasan kepada humasdari seluruh daerah. Harapannya, setiap humas dapat memberi penjelasan terkait isu yang<strong>di</strong>bahas <strong>di</strong> daerah masing-masing. Terkait implementasi UU KIP, Forum Bako Humas ini dapat<strong>di</strong>manfaatkan sebagai koor<strong>di</strong>nator kemajuan pelayanan informasi pemerintah daerah se-<strong>Nusa</strong><strong>Tenggara</strong> Timur dan rujukan informasi <strong>di</strong> masing-masing pemerintah daerah .Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur49


Pengunjung <strong>di</strong> stand Polda NTT <strong>di</strong> PameranPembangunan dalam rangka memperingati HariKemerdekaan RI ke-65, 17 Agustus 20105.3 Pameran Pembangunan sebagai Sarana <strong>Publik</strong>asi <strong>Informasi</strong>Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur memiliki kegiatan rutin tahunan, antara lain, pameranpembangunan yang <strong>di</strong>selenggarakan dalam rangka memperingati HUT ke-65 KemerdekaanRepublik Indonesia. Pameran <strong>di</strong>ikuti seluruh SKPD Pemerintah Provinsi NTT, pemerintahkabupaten/kota, Kepolisian Daerah (Polda) NTT, Komando Resort Militer (Korem), danlembaga-lembaga lain <strong>di</strong>luar Pemprov NTT. Dari sisi akses informasi, pameran tersebut adalahsarana publikasi informasi proaktif masing-masing SKPD. Mereka dapat menyajikan seluruhinformasi dan dokumen yang <strong>di</strong>miliki. Sebaliknya, masyarakat yang datang ke pameran dapatmemperoleh informasi dari seluruh SKPD. Pameran setiap malam itu senantiasa <strong>di</strong>padatipengunjung. Karena itu, ajang pameran ini dapat <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kan salah satu me<strong>di</strong>a penyampaianinformasi dari SKPD terkait implementasi UU KIP.6. Kesimpulan dan RekomendasiMemahami situasi saat ini terkait dengan akses informasi publik <strong>di</strong> <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong>Timur dan menilai apakah badan-badan pemerintah daerah sudah siap dan mampumemenuhi tanggung jawab mereka dalam menye<strong>di</strong>akan akses informasi publiksebagaimana <strong>di</strong>amanatkan Undang-Undang Keterbukaan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> adalahfokus dari penelitian ini. Tujuh aspek <strong>di</strong>pakai sebagai pertanyaan kunci untuk menjawab fokuspenelitian. Hasil penelitian ini menemukan jawaban sebagai berikut:50 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


1) Peraturan Lokal yang Mengatur <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong>Ditemukan beberapa peraturan lokal mulai dari peraturan daerah, peraturan gubernur, keputusangubernur, peraturan wali kota, sampai peraturan bupati yang telah mengatur kewajibanlembaga-lembaga <strong>di</strong> lingkungan Pemerintah Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur, PemerintahKota Kupang, dan Pemerintah Kabupaten Timor Tengah Selatan untuk memberi informasikepada masyarakat. Namun, tidak satu pun peraturan-peraturan tersebut mengatur secararinci mekanisme memperoleh informasi, termasuk penentuan informasi yang <strong>di</strong>kecualikansebagaimana <strong>di</strong>atur dalam UU KIP. Implementasi peraturan-peraturan tersebut juga belumberjalan dengan baik.Daerah memang tidak <strong>di</strong>wajibkan menyusun peraturan khusus, namun tetap perlu <strong>di</strong>buatperaturan lokal sebagai petunjuk pelaksanaan implementasi UU KIP <strong>di</strong> daerah. Hal ini pentinguntuk memastikan UU KIP dapat berjalan dengan baik para aras pemerintah daerah, baikPemerintah Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur, Pemerintah Kota Kupang, maupun PemerintahKabupaten Timor Tengah Selatan. Seluruh narasumber yang menja<strong>di</strong> subjek penelitian inimenegaskan perlu adanya peraturan lokal (misalnya, peraturan gubernur atau peraturan bupati/wali kota) sebagai batu-landas untuk mengimplementasikan UU KIP <strong>di</strong> lingkungan kerjamasing-masing. Hal itu juga <strong>di</strong>atur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun2010 tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan <strong>Informasi</strong> dan Dokumentasi <strong>di</strong> LingkunganKementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah.2) Persiapan dan Pelaksanaan Implementasi UU KIP <strong>di</strong> NTTImplementasi UU KIP <strong>di</strong> lingkungan Pemprov NTT, Pemkot Kupang, dan Pemkab TTSsebatas persiapan pembentukan Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi. Proses tersebut sudah memasukitahap pembentukan tim seleksi dan menunggu persetujuan Gubernur Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong>Timur. Sementara dua aspek lainnya -- implementasi UU KIP <strong>di</strong> badan-badan publik dankesadaran publik akan hak memperoleh informasi – tampak masih sangat minim. Ketigapemerintahan yang <strong>di</strong>teliti belum menetapkan serta membentuk Pejabat Pengelola <strong>Informasi</strong>dan Dokumentasi (PPID) atau memiliki standar pelayanan informasi sebagaimana <strong>di</strong>wajibkanoleh UU KIP. Bahkan, sebagian besar badan publik <strong>di</strong> ketiga pemerintahan belum mengenalsecara mendalam UU KIP, kecuali Dinas Kominfo. Sosialisasi UU KIP selama ini hanya terbatas<strong>di</strong> lingkungan Dinas Kominfo saja, baik provinsi maupun kabupaten/kota.3) Adanya Standar Pelayanan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>Pemerintah Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur, Pemerintah Kota Kupang, dan PemerintahKabupaten Timor Tengah Selatan, belum memiliki SOP layanan informasi kecuali Biro HukumPemerintah Daerah dan Resource Centre Bappeda. Namun, SOP layanan informasi kedualembaga itu tidak <strong>di</strong>maksudkan khusus untuk mengimplementasikan UU KIP. Sebagian besarpublikasi informasi proaktif melalui website atau brosur belum sepenuhnya mencantumkaninformasi dasar yang <strong>di</strong>wajibkan dalam Peraturan Komisi <strong>Informasi</strong> Nomor 1 Tahun 2010,terutama informasi keuangan, peraturan-peraturan yang terkait dengan masyarakat, dan aksesinformasi publik. Profil organisasi dan program yang sedang berlangsung juga belum <strong>di</strong>sajikansecara lengkap, misalnya, tidak ada narahubung yang bisa bisa <strong>di</strong>akses publik. Belum ada standaruntuk menerima dan merespons permintaan informasi yang masuk, selain melalui bagian tatausaha dan menunggu <strong>di</strong>sposisi Kepala SKPD.Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur51


4) Koor<strong>di</strong>nasi Antar-Badan <strong>Publik</strong>Belum ada standar koor<strong>di</strong>nasi antarbadan publik saat harus melayani permintaan informasi.Kantor Pengelola Data Elektronik memang berfungsi sebagai koor<strong>di</strong>nator pengumpulan datadari SKPD lain sebagai basis data informasi pemerintah daerah, namun dalam pelaksanaannyalembaga itu baru bergerak mengumpulkan informasi yang <strong>di</strong>butuhkan untuk paparan kepala danwakil kepala daerah. Demikian pula koor<strong>di</strong>nasi antarbadan publik dalam melayani permintaaninformasi sangat tergantung pada <strong>di</strong>sposisi Kepala SKPD.5) Kesadaran Pejabat akan Hak atas <strong>Informasi</strong>Banyak pejabat publik <strong>di</strong> ketiga pemerintahan tersebut belum mengetahui bahwa masyarakatberhak mendapat informasi yang <strong>di</strong>pegang oleh badan-badan publik sebagaimana <strong>di</strong>atur dalamUU KIP. Sebagian besar pejabat publik belum mendapat pelatihan dan panduan mengenaiaspek-aspek implementasi UU KIP seperti <strong>di</strong>amanatkan PerKI No.1/2010/2010. Dukunganitu setidaknya mencakup peningkatan kapasitas PPID dan PPID Pembantu dalam memahamiisi UU KIP, dokumentasi dan klasiifikasi informasi, serta penyusunan sistem pengumpulaninformasi publik <strong>di</strong> antara SKPD.6) Kesadaran Masyarakat akan Hak atas <strong>Informasi</strong>Sebagian besar narasumber dari unsur masyarakat yang <strong>di</strong>wawancarai dan menja<strong>di</strong> peserta FGDmenyatakan belum mengetahui keberadaan UU KIP dan hak mereka atas informasi publik.Sosialisasi UU KIP kepada masyarakat masih sangat minim. Kalangan LSM dan akademisimenyatakan mengetahui UU KIP, tetapi belum pernah mempraktikkan undang-undang iniuntuk meminta informasi. Mereka juga belum melihat hak atas informasi sebagai alat untukmemberdayakan masyarakat atau memanfaatkan UU KIP untuk menunjang kerja mereka.7) Permintaan <strong>Informasi</strong>Permintaan informasi yang <strong>di</strong>terima badan publik <strong>di</strong> ketiga pemerintahan sebelum dansejak UU KIP <strong>di</strong>implementasikan tidak dapat <strong>di</strong>ketahui pasti karena tidak adanya sistempendokumentasian permohonan informasi <strong>di</strong> badan-badan publik tersebut. Semua tergantungpada keputusan Kepala SKPD apakah informasi yang <strong>di</strong>minta dapat <strong>di</strong>berikan atau tidak.Untuk itu <strong>di</strong>ajukan rekomendasi sebagai berikut:1) Memperkuat Implementasi UU KIP <strong>di</strong> Badan <strong>Publik</strong>• Untuk mengakselerasi implementasi UU KIP harus <strong>di</strong>prioritaskan keberadaan peraturanperaturanlokal yang khusus untuk memenuhi hak atas informasi. Peraturan tersebut harus<strong>di</strong>selaraskan dan <strong>di</strong>sesuaikan dengan UU KIP, Peraturan Komisi <strong>Informasi</strong> No.1/2010, PPNo.61/2010, dan Permendagri No.35/2010, agar tidak terja<strong>di</strong> kesimpangsiuran. Peraturanperaturanitu sebaiknya berisi kriteria pemilihan dan pengangkatan serta tanggung jawabPPID dan PPID Pembantu; prosedur pengumpulan, pendokumentasian, pengklasifikasian,dan penyebarluasan informasi; dan mekanisme koor<strong>di</strong>nasi terkait penye<strong>di</strong>aan informasiantarbadan publik, termasuk fungsi Kantor PDE dalam mengumpulkan data untuk<strong>di</strong>sebarluaskan secara online.52 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


• Kampanye informasi UU KIP dan kegiatan penjangkauan ke masyarakat sebaiknya <strong>di</strong>lakukanuntuk memastikan badan publik <strong>di</strong> tingkat provinsi, kota, dan kabupaten mengetahui danmemahami kewajiban mereka dalam undang-undang itu.• Setiap badan publik sebaiknya membuat SOP penye<strong>di</strong>aan akses informasi berdasarkanprinsip pengungkapan maksimum, baik untuk informasi yang <strong>di</strong>publikasikan secaraproaktif maupun penye<strong>di</strong>aan informasi yang <strong>di</strong>minta, sejalan dengan UU KIP dan PerKiNo. 1/2010. Untuk memfasilitasi proses ini, Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi NTT atau DinasKominfo/Bappeda Provinsi NTT dapat mengembangkan sebuah model SOP yang dapat<strong>di</strong>contoh oleh badan-badan publik lainnya.• Para pejabat publik sebaiknya <strong>di</strong>beri pelatihan bagaimana mengimplementasikan UU KIPdan bahan pendukung lain seperti “panduan tentang hak atas informasi.” Badan-badan publiksepatutnya mengalokasikan dana operasional dan sumber daya manusia agar implementasiUU KIP dapat berjalan efektif. Selain publikasi informasi secara online, badan-badan publikjuga dapat menggunakan me<strong>di</strong>a lain yang mudah <strong>di</strong>akses oleh semua lapisan masyarakat.Dengan mempertimbangkan kebiasaan komunikasi verbal masyarakat NTT, badan-badanpublik juga sebaiknya menye<strong>di</strong>akan dan mengembangkan saluran dan program informasiyang dapat <strong>di</strong>manfaatkan secara langsung oleh publik.2) Membentuk Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi• Komisi <strong>Informasi</strong> harus segera <strong>di</strong>bentuk. Berdasarkan UU KIP, Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsiharus terbentuk dua tahun sejak UU KIP <strong>di</strong>sahkan pada 2008. Tim peneliti mendesakGubernur <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur untuk menandatangani surat keputusan pembentukan timseleksi yang bertugas menyeleksi Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi NTT secepatnya. Proses seleksiharus <strong>di</strong>lakukan secara transparan.• Organisasi nonpemerintah dan kelompok-kelompok masyarakat sipil sebaiknyamengadvokasi dan mendukung terbentuknya Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi NTT. Mereka<strong>di</strong>harapkan memantau proses seleksi itu secara cermat untuk memastikan kejujuran danakuntabilitas.• Alokasi budget yang memadai untuk pembentukan dan biaya operasional Komisi <strong>Informasi</strong>Provinsi. Segera setelah <strong>di</strong>angkat, Komisioner <strong>Informasi</strong> Provinsi NTT sebaiknya <strong>di</strong>latihdan <strong>di</strong>beri bekal keahlian dan pengetahuan memadai akan tugas yang akan mereka pikul.3) Meningkatkan Kesadaran <strong>Publik</strong> tentang UU KIP dan Hak MerekaAtas <strong>Informasi</strong>.• Untuk meningkatkan kesadaran publik tentang keberadaan UU KIP dan hak atas informasi.pemerintah daerah dan organisasi masyarakat sipil sebaiknya melakukan kampanye informasidan memproduksi berbagai bahan, seperti panduan tentang hak atas informasi untuk warganegara. Selain pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan publik melalui me<strong>di</strong>a dan materi cetak, mereka sebaiknya jugamenggali saluran komunikasi langsung lewat kegiatan keagamaan. Forum komunitasorganisasi nonpemerintah dan kelompok masyarakat sipil sebaiknya <strong>di</strong>dorong untukmenggunakan UU KIP sebagai alat untuk meningkatkan capaian mereka dan hak-hakdasar komunitas yang mereka wakili. Mereka dapat secara aktif meminta dan memperolehinformasi penting untuk memantau akuntabilitas badan-badan publik.Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur53


54 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


<strong>Publik</strong>asi proaktif <strong>di</strong> papan informasi KantorDinas Administrasi Kependudukan dan CatatanLaporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> Sipil <strong>di</strong> Kota Provinsi Kupang <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur55


56 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


LampiranLaporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur57


58 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


Lampiran 1Kewajiban Pemerintah Daerah dalam MengimplementasikanKeterbukaan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> Sebagaimana Diatur dalam UU No.14/2008, PerKI No. 1/2010, PP No. 61/2010, dan Permendagri No.35/2010No Peraturan Isi Peraturan1 Undang-UndangNomor 14 Tahun 2008Tentang Keterbukaan<strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>Pasal 1 ayat 3Badan <strong>Publik</strong> adalah lembaga eksekutif, legislatif, yu<strong>di</strong>katif dan badan lainyang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara,yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatandan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, atauorganisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumberdari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatandan belanja daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.Pasal 7 ayat 2 dan 3(2) Badan <strong>Publik</strong> wajib menye<strong>di</strong>akan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> yang akurat, benardan tidak menyesatkan.(3) Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana <strong>di</strong>maksud pada ayat (2),Badan <strong>Publik</strong> harus membangun dan mengembangkan sistem informasidan dokumentasi untuk mengelola <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> secara baik danefisien sehingga dapat <strong>di</strong>akses dengan mudah.Pasal 13 ayat 1 dan 2(1) Untuk mewujudkan pelayanan cepat, tepat, dan sederhana, setiap Badan<strong>Publik</strong>:a. menunjuk Pejabat Pengelola <strong>Informasi</strong> dan Dokumentasi; danb. membuat dan mengembangkan sistem penye<strong>di</strong>aan layanan informasisecara cepat, mudah, dan wajar sesuai dengan petunjuk teknis standarlayanan informasi publik yang berlaku secara nasional.(2) Pejabat Pengelola <strong>Informasi</strong> dan Dokumentasi sebagaimana <strong>di</strong>maksudpada ayat (1) huruf a <strong>di</strong>bantu oleh pejabat fungsional.Pasal 24 ayat 1(1) Komisi <strong>Informasi</strong> ter<strong>di</strong>ri atas Komisi <strong>Informasi</strong> Pusat, Komisi <strong>Informasi</strong>Provinsi, dan jika <strong>di</strong>butuhkan Komisi <strong>Informasi</strong> Kabupaten/Kota.Pasal 25 ayat 2(2) Anggota Komisi <strong>Informasi</strong> provinsi dan/atau Komisi <strong>Informasi</strong>kabupaten/kota berjumlah 5 (lima) orang yang mencerminkan unsurpemerintah dan masyarakat.Pasal 29 ayat 6(6) Anggaran Komisi <strong>Informasi</strong> Pusat <strong>di</strong>bebankan pada anggaran pendapatandan belanja negara, anggaran komisi <strong>Informasi</strong> provinsi dan/atau Komisi<strong>Informasi</strong> kabupaten/kota <strong>di</strong>bebankan pada anggaran pendapatan danbelanja daerah provinsi dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerahkabupaten/kota yang bersangkutan.Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur59


Pasal 59Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi harus sudah <strong>di</strong>bentuk paling lambat 2 (dua) tahunsejak <strong>di</strong>undangkannya Undang-Undang ini.2 Peraturan Komisi<strong>Informasi</strong> Nomor 1Tahun 2010 TentangStandar Layanan<strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>Pasal 3 ayat 1 dan 2(1) Ruang lingkup Badan <strong>Publik</strong> sesuai dengan peraturan ini mencakup:a. lembaga eksekutif;b. lembaga legislatif;c. lembaga yu<strong>di</strong>katif;d. badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan denganpenyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananyabersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atauanggaran pendapatan dan belanja daerah;e. organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananyabersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atauanggaran pendapatan dan belanja daerah, sumbangan masyarakat,dan/atau luar negeri;f. partai politik; dang. Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah.(2) Badan <strong>Publik</strong> sebagaimana <strong>di</strong>maksud pada ayat (1) antara lain tercantumpada Lampiran I tentang Badan <strong>Publik</strong> sebagai bagian yang tidakterpisahkan dari Peraturan ini.Pasal 4Badan <strong>Publik</strong> wajib:a. menye<strong>di</strong>akan dan memberikan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> sebagaimana <strong>di</strong>atur <strong>di</strong>dalam Peraturan ini;b. membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasiuntuk mengelola <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> secara baik dan efisien;c. menetapkan peraturan mengenai standar prosedur operasional layanan<strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> sesuai dengan Peraturan ini;d. menetapkan dan memutakhirkan secara berkala Daftar <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>atas seluruh <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> yang <strong>di</strong>kelola;e. menunjuk dan mengangkat PPID untuk melaksanakan tugas dantanggung jawab serta wewenangnya;d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kotaf. menye<strong>di</strong>akan sarana dan prasarana layanan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>, termasukpapan pengumuman dan meja informasi <strong>di</strong> setiap kantor Badan <strong>Publik</strong>,serta situs resmi bagi Badan <strong>Publik</strong> Negara;g. menetapkan standar biaya perolehan salinan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>;h. menganggarkan pembiayaan secara memadai bagi layanan <strong>Informasi</strong><strong>Publik</strong> sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;i. memberikan tanggapan atas keberatan yang <strong>di</strong>ajukan oleh Pemohon<strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> yang mengajukan keberatan;j. membuat dan mengumumkan laporan tentang layanan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>sesuai dengan Peraturan ini serta menyampaikan salinan laporan kepadaKomisi <strong>Informasi</strong>; dank. melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap pelaksanaan layanan<strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> pada instansinya.60 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


Pasal 5Badan <strong>Publik</strong> bisa menunjuk pejabat fungsional dan/atau petugas informasiyang membantu PPID dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab, danwewenangnya sesuai dengan kebutuhan dan keterse<strong>di</strong>aan anggaran.Lampiran I Daftar Badan <strong>Publik</strong>Badan <strong>Publik</strong> Pemerintahan Daerah (Undang-Undang No. 32/2004)a. Pemerintah Daerah Provinsib. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsic. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota3 Peraturan PemerintahNomor 61 Tahun 2010Tentang PelaksanaanUndang-UndangNomor 14 Tahun 2008Tentang Keterbukaan<strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>Pasal 12(1) Pejabat yang dapat <strong>di</strong>tunjuk sebagai PPID <strong>di</strong> lingkungan Badan <strong>Publik</strong>Negara yang berada <strong>di</strong> pusat dan <strong>di</strong> daerah merupakan pejabat yangmembidangi <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>.(2) PPID sebagaimana <strong>di</strong>maksud pada ayat (1) <strong>di</strong>tunjuk oleh pimpinan setiapBadan <strong>Publik</strong> Negara yang bersangkutan.(3) PPID <strong>di</strong> lingkungan Badan <strong>Publik</strong> selain Badan <strong>Publik</strong> Negara <strong>di</strong>tunjukoleh pimpinan Badan <strong>Publik</strong> yang bersangkutan.Pasal 13(1) PPID <strong>di</strong>jabat oleh seseorang yang memiliki kompetensi <strong>di</strong> bidangpengelolaan informasi dan dokumentasi.(2) Kompetensi sebagaimana <strong>di</strong>maksud pada ayat (1) <strong>di</strong>tetapkan olehpimpinan Badan <strong>Publik</strong> yang bersangkutan.Pasal 21(1) PPID harus sudah <strong>di</strong>tunjuk paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejakPeraturan Pemerintah ini <strong>di</strong>undangkan.(2) Dalam hal PPID belum <strong>di</strong>tunjuk, tugas dan tanggung jawab PPID dapat<strong>di</strong>lakukan oleh unit atau <strong>di</strong>nas <strong>di</strong> bidang informasi, komunikasi, dan/ataukehumasan.Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur61


4 Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor35 Tahun 2010 TentangPedoman PengelolaanPelayanan <strong>Informasi</strong>dan DokumentasiDi LingkunganKementerianDalam Negeri danPemerintahan DaerahPasal 6(1) Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah wajib menye<strong>di</strong>akan,memberikan dan/atau menerbitkan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> yang berada<strong>di</strong> bawah kewenangannya kepada Pemohon <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>, selaininformasi yang <strong>di</strong>kecualikan sesuai peraturan perundang-undangan.(2) Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana <strong>di</strong>maksud pada ayat (1),Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah membangundan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi pengelolaan<strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> yang dapat <strong>di</strong>akses dengan mudah.Pasal 7(1) Untuk mengelola pelayanan informasi dan dokumentasi <strong>di</strong> lingkunganKementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah <strong>di</strong>tetapkan PPID.(2) PPID sebagaimana <strong>di</strong>maksud pada ayat (1) melekat pada pejabat strukturalyang membidangi tugas dan fungsi pelayanan informasi.(3) PPID <strong>di</strong> lingkungan Kementerian Dalam Negeri <strong>di</strong>tetapkan oleh MenteriDalam Negeri.(4) PPID <strong>di</strong> lingkungan Pemerintahan Provinsi <strong>di</strong>tetapkan oleh Gubernur.(5) PPID <strong>di</strong> lingkungan Pemerintahan Kabupaten/Kota <strong>di</strong>tetapkan olehBupati/Wali Kota.Pasal 8(1) PPID <strong>di</strong> lingkungan Kementerian Dalam Negeri bertanggung jawabkepada Menteri Dalam Negeri melalui Sekretaris Jenderal.(2) PPID <strong>di</strong> lingkungan Pemerintahan Provinsi bertanggung jawab kepadaGubernur melalui Sekretaris Daerah.(3) PPID <strong>di</strong> lingkungan Pemerintahan Kabupaten/Kota bertanggung jawabkepada Bupati/Wali Kota melalui Sekretaris Daerah.(4) PPID <strong>di</strong> lingkungan Kementerian Dalam Negeri <strong>di</strong>bantu oleh PPIDPembantu yang berada <strong>di</strong> lingkungan Komponen dan/atau PejabatFungsional.(5) PPID <strong>di</strong> lingkungan Pemerintahan Provinsi <strong>di</strong>bantu oleh PPID Pembantuyang berada <strong>di</strong> lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah dan/atauPejabat Fungsional.(6) PPID <strong>di</strong> lingkungan Pemerintahan Kabupaten/Kota <strong>di</strong>bantu oleh PPIDPembantu yang berada <strong>di</strong> lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerahdan/atau Pejabat Fungsional.Pasal 12(1) Tata kerja PPID <strong>di</strong> lingkungan Kementerian Dalam Negeri <strong>di</strong>atur dalamPeraturan Menteri Dalam Negeri.(2) Tata kerja PPID <strong>di</strong> lingkungan Pemerintahan Provinsi <strong>di</strong>atur dalamPeraturan Gubernur.(3) Tata kerja PPID <strong>di</strong> lingkungan Pemerintahan Kabupaten/Kota <strong>di</strong>aturdalam Peraturan Bupati/Wali Kota.62 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


Lampiran 2Skoring Stu<strong>di</strong> Literatur <strong>Informasi</strong> ProaktifNoNama Badan <strong>Publik</strong> danDokumen yang Ditinjau1 Badan PerencanaanPembangunan DaerahProvinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur(publikasi yang <strong>di</strong>tinjau adalahwebsite www.bappeda.nttprov.go.id dan brosur mengenaiResource Center).TotalSkorKeterangan8 <strong>Informasi</strong> sesuai standar KIP yang <strong>di</strong>publikasi kedua dokumenini adalah:A. Profil organisasi• alamat, faksimile, dan nomor telepon lengkap.B. Program dan kegiatan yang sedang berlangsung• Rapat Koor<strong>di</strong>nasi (Rakor) percepatan pencapaian targetMillenium Development Goals (MDGs), PemerintahProvinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur (NTT) menggelarRakor MDGs, Pemberdayaan Ekonomi Desa MenujuDesa Man<strong>di</strong>ri Terpadu, Revisi Rencana Tata RuangWilayah NTT 2009-2029, Album Peta Administrasi danInfrastruktur 21 Kabupaten <strong>di</strong> <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur.Sasaran dan penerima manfaat adalah masyarakat umum.• Sasaran penerima manfaat: Pelaku pembangunan instansipemerintah dan organisasi nonpemerintah, akademisi,sekolah, me<strong>di</strong>a mass, swasta, dan lembaga donor.• Narahubung (contact person): Tidak mencantumkan namanarahubung, hanya alamat lengkap dan kontak resourcecenter. Alamat lengkap dengan peta lokasi.C. Peraturan/kebijakan yang berpengaruh terhadappublik• Hanya Rencana Strategis (Renstra) Bappeda tahun 2009-2013 terkait dengan Resource Center, Rakor percepatanpencapaian target MDGs, Pemerintah Provinsi NTTmenggelar Rakor MDGs, Pemberdayaan Ekonomi DesaMenuju Desa Man<strong>di</strong>ri Terpadu, Revisi Rencana TataRuang Wilayah NTT 2009-2029, Album Peta Administrasidan Infrastruktur 21 Kabupaten <strong>di</strong> NTT.Sementara informasi sesuai standar KIP yang tidak <strong>di</strong>cantumkanadalah:A. Profil organisasi• struktur organisasiB. Program• anggaran dan nama narahubungC. <strong>Informasi</strong> Keuangan• nihilD. <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>• nihilLaporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur63


2. Pemerintah Kota Kupang(informasi yang <strong>di</strong>tinjauadalah website resmiPemerintah Kota Kupangwww.kotakupang.go.id).7 <strong>Informasi</strong> sesuai standar KIP yang <strong>di</strong>publikasi adalah:A. Profil organisasi• ada struktur organisasi pemerintahan Kota Kupang besertaalur koor<strong>di</strong>nasinya. Namun tidak ada struktur pengelolawebsite dan narahubung .B. Program dan kegiatan yang sedang berlangsung• program pembangunan <strong>di</strong> bidang sumber daya manusia.• program pembangunan <strong>di</strong> bidang kesehatan.• program pembangunan <strong>di</strong> bidang pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan.• program pembangunan <strong>di</strong> bidang kependudukan KeluargaBerencana (KB).• program pemberdayagunaan ekonomi rumah tangga.Layanan Masyarakat :‣ Layanan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)‣ Layanan Surat Izin Tempat Usaha (SITU)‣ Layanan Administrasi Kependudukan‣ Layanan Kesehatan GratisC. <strong>Informasi</strong> KeuanganHanya tiga tahun anggaran, yakni‣ Tahun 2009 sebesar Rp 204.179.508.775,00‣ Tahun 2008 sebesar Rp 411.240.558.670,00‣ Tahun 2007 sebesar Rp 330.806.928.085,00D. Peraturan/kebijakan yang berpengaruh terhadap publik• Daftar peraturan daerah <strong>19</strong>97-2009 yang telah <strong>di</strong>sahkanPemerintah Kota Kupang.Sementara informasi sesuai standar KIP yang tidak <strong>di</strong>cantumkanadalah:A. Profil organisasi• kontak, alamat, dan nomor telepon, kecuali foto pengelolawebsite tanpa nama, jabatan, dan kontak masing-masingpengelolaB. Program• nihil nama narahubung dan anggaranC. <strong>Informasi</strong> Keuangan• nihil rencana keuangan 2010 dan laporanpertanggungjawaban 2009D. <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>• nihil64 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


3 Dinas Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan, Pemudadan Olahraga Provinsi NTT(informasi yang <strong>di</strong>tinjauadalah website www.ppontt.com).3 <strong>Informasi</strong> sesuai standar KIP yang <strong>di</strong>publikasi adalah:A. Profil organisasi• alamat, faksimile, dan nomor telepon lengkap. DinasPen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan, Pemuda, dan Olahraga (PPO) ProvinsiNTT beralamat <strong>di</strong> Jalan Soeharto nomor. 57, KelurahanNaikoten 1, Kecamatan Oebobo, Kupang. Faks 0380-82<strong>19</strong>54. Telepon 0380-833064, 833674B. Program dan kegiatan yang sedang berlangsung• hanya berisi informasi beritaSementara informasi sesuai standar KIP yang tidak <strong>di</strong>cantumkanadalah:A. Profil organisasi• nihil struktur organisasiB. Program• penerima manfaat, anggaran, dan nama narahubungC. <strong>Informasi</strong> Keuangan• nihilD. <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>• nihilLaporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur65


4 Dinas Kesehatan ProvinsiNTT(informasi yang <strong>di</strong>tinjauadalah brosur programrevolusi Kesehatan Ibu danAnak).7 <strong>Informasi</strong> sesuai standar KIP yang <strong>di</strong>publikasi dokumen iniadalah:A. Profil organisasi• alamat, faksimile, dan nomor telepon lengkap. DinasKesehatan Provinsi NTT beralamat <strong>di</strong> Kantor KemitraanDinas Kesehatan Provinsi NTT, Jalan Palapa nomor 22,Oebobo 85555, Kupang, <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur. Telepon:+62 380 820 809. Faks: +62 380 821 899B. Program dan kegiatan yang sedang berlangsung• Selain nama, juga <strong>di</strong>sebutkan bahwa program ini <strong>di</strong>dukungoleh Pemerintah Australia lewat Kemitraan AustraliaIndonesia untuk Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir(Australia-Indonesia Partnership for Maternal and Neo-Natal Health/AIMPNH) dengan melibatkan pemerintahprovinsi dan pemerintah kabupaten. Instansi teknis <strong>di</strong>bidang kesehatan adalah Dinas Kesehatan, Bappeda, BadanKoor<strong>di</strong>nasi Keluarga Berencana Nasional (atau instansiyang menjalankan fungsi KB), Badan Penanaman ModalDaerah (atau instansi sejenis yang menjalankan fungsipemberdayaan masyarakat), dan Biro PemberdayaanPerempuan (atau instansi sejenis yang menjalankan fungsipemberdayaan perempuan.• Penerima manfaat: program ini milik pemerintah danmasyarakat <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur.C. Peraturan/kebijakan yang berpengaruh terhadap publik• Peraturan Gubernur <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur Nomor 42Tahun 2009 tentang Revolusi Kesehatan Ibu dan AnakSementara informasi sesuai standar KIP yang tidak <strong>di</strong>cantumkanadalah:A. Profil organisasi• struktur organisasi Dinas Kesehatan Provinsi NTT danpengelola programB. Program• nihil nama narahubung dan anggaranC. <strong>Informasi</strong> Keuangan• nihilD. <strong>Akses</strong> terhadap <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>• nihil66 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


5 Kantor Pelayanan PerizinanTerpadu Satu Pintu (informasiyang <strong>di</strong>tinjau adalah brosurperizinan).10 <strong>Informasi</strong> sesuai standar KIP yang <strong>di</strong>publikasi dokumen iniadalah:A. Profil organisasi• Alamat, faksimile, dan nomor telepon lengkap. KantorPelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu (KP2TSP)beralamat <strong>di</strong> Jalan Basuki Rachmat nomor1, Kupang-NTT, Telepon (0380) 833080, Faks (0380) 833213. Alamatsurat elektronik program ini (someone@example.com)tampak ganjil dan tak berfungsiB. Program dan kegiatan yang sedang berlangsung• Disebutkan nama program ini, brosur Surat Izin UsahaPerikanan (SIUP)• Penerima manfaat: pelaku usaha <strong>di</strong>sebut secara spesifik• Narahubung: Tidak ada nama narahubung, hanya alamat,nomor telepon dan faksimile. Surat elektronik tidakberfungsi.C. Peraturan atau kebijakan yang berpengaruh terhadappublik- UU No. 49/2009- PP No. 54/ 2002- Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (kep.02/Men/2002)- Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Per.03/Men/2007)- Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Per.05/Men/2007)- Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Per.12/Men/2009)- Surat Edaran Menteri Kelautan dan Perikanan RepublikIndonesia Nomor LB.636/MEN-KP/XI/2009- Peraturan Gubernur <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur No.51/2009Sementara informasi sesuai standar KIP yang tidak <strong>di</strong>cantumkanadalah:A. Profil organisasi• Nihil struktur organisasi KP2TSP dan pengelola programB. Program• Nihil nama narahubung dan anggaranC. <strong>Informasi</strong> Keuangan• nihilD. <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>• nihilLaporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur67


6 Pusat Pelayanan TerpaduPelayanan Perempuan danAnak (P2TP2A) ProvinsiNTT(informasi yang <strong>di</strong>tinjauberupa brosur)12 <strong>Informasi</strong> sesuai standar KIP yang <strong>di</strong>publikasi dokumen iniadalah:A. Profil organisasi• Alamat, faksimile, dan nomor telepon lengkap. AlamatKantor P2TP2A, Jalan Beringin Nomor 1, Fontein-Kupang. Telepon (0380) 8018682.Struktur Organisasi: susunan kepengurusan P2TP2A,- Pengarah- Koor<strong>di</strong>nator- Wakil Koor<strong>di</strong>nator- Sekretaris- Divisi Pelayanan Hukum dan Me<strong>di</strong>a- Divisi Pemulihan dan Pemberdayaan- Divisi Kajian, Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan, dan Pelatihan- Divisi Penguatan Jaringan dan AdvokasiB. Program dan kegiatan yang sedang berlangsung• Nama program <strong>di</strong>sebut: informasi pengaduan jika terja<strong>di</strong>tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak• Penerima manfaat: <strong>di</strong>sebut spesifik kaum perempuan padaSKPD dan mitra nonpemerintah• Narahubung: hanya alamat, nomor telepon, dan faksimileC. <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>• Prosedur permohonan informasi: pelayanan P2TP2Aselama 7 hari dalam seminggu, selama 24 jam, atau bisa<strong>di</strong>layani secara on call/per teleponD. Peraturan atau kebijakan yang berpengaruh terhadappublik- UU No.23/2002- UU No.23/2004- UU No.21/2001- PP No.9/2008- Perda Provinsi NTT No.14/2008- Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah(RPJMD), Renstra, dan Delapan Agenda Prioritas AnggurMerah- Peraturan Gubenur <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur Nomor 10Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja PusatPelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan AnakProvinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur- Keputusan Gubernur Nomor 71/KEP/HK/2010 tentangKepengurusan P2TP2A Provinsi NTTSementara informasi sesuai standar KIP yang tidak <strong>di</strong>cantumkanadalah:A. Program• nihil nama narahubung dan anggaranC. <strong>Informasi</strong> Keuangan• nihilD. <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>• nihil, kecuali prosedur permohonan informasi68 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


7 Pemerintah Provinsi <strong>Nusa</strong><strong>Tenggara</strong> Timur(informasi yang <strong>di</strong>tinjauadalah website www.nttprov.go.id)8 Pemerintah Kabupaten TimorTengah Selatan(informasi yang <strong>di</strong>tinjauadalah website www.ttskab.go.id)4 <strong>Informasi</strong> sesuai standar KIP yang <strong>di</strong>publikasi adalah:A. Profil organisasi• Alamat, faksimile, dan nomor telepon lengkap. Alamat dannomor telepon Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida)Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur dan bupati serta wali kotase-<strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur.• Struktur organisasi: susunan dan nama pengelola websiteB. Program dan kegiatan yang sedang berlangsung• Nama program <strong>di</strong>sebut: Website berisi potensi umuminvestasi pariwisata, perkebunan, pertanian, danpertambangan. Alamat SKPD <strong>di</strong> lingkungan PemprovNTT dan profil kabupaten/kota <strong>di</strong> NTT. Program khususyang terlihat adalah sistem pengaduan online untuk bidangpen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan, kesehatan, dan teknologi informasi. Penerimamanfaat: <strong>di</strong>sebut spesifik kaum perempuan pada SKPD danmitra nonpemerintah.Sementara informasi sesuai standar KIP yang tidak <strong>di</strong>cantumkanadalah:A. Program• nihil penerima manfaat, anggaran, dan nama narahubungB. <strong>Informasi</strong> Keuangan• nihilC. <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong>• nihilD. Peraturan/Kebijakan yang berpengaruh terhadap publik• nihil1 <strong>Informasi</strong> sesuai standar KIP yang <strong>di</strong>publikasi adalah:A. Program dan kegiatan yang sedang berlangsung• Nama program ini <strong>di</strong>sebut. Website berisi daftar bupatiKabupaten Timor Tengah Selatan, daftar anggota DPRDKabupaten TTS periode 2009-2014, informasi tentangtingkat pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan (jumlah guru, murid, dan sekolah <strong>di</strong>TTS mulai dari Sekolah Dasar sampai Sekolah MenengahAtas), kesehatan (sarana kesehatan dan sarana me<strong>di</strong>s), sertainfrastruktur.Sementara informasi sesuai standar KIP yang tidak <strong>di</strong>cantumkanadalah:A. Profil Organisasi• nihil alamat, faksimile, dan nomor telepon• nihil struktur organisasi pengelolaB. Program dan kegiatan• nihil penerima manfaat, anggaran, dan nama narahubungC. <strong>Informasi</strong> Keuangan• nihilD. <strong>Akses</strong> informasi publik• nihilE. Peraturan/kebijakan yang berpengaruh terhadap publik• nihilLaporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur69


9 Dinas Kesehatan Kota Kupang(informasi yang <strong>di</strong>tinjauadalah brosur pelayananKesehatan Gratis bagiMasyarakat Miskin dankurang Mampu <strong>di</strong> KotaKupang)4 <strong>Informasi</strong> sesuai standar KIP yang <strong>di</strong>publikasi dokumen iniadalah:A. Program dan kegiatan yang sedang berlangsung• Program: ada nama program, cara memperoleh layanan,dan jenis pelayanan• Penerima manfaat : warga Kota Kupang yang miskin dankurang mampuSementara informasi sesuai standar KIP yang tidak <strong>di</strong>cantumkanadalah:A. Profil Organisasi• nihil alamat, faksimile, dan nomor telepon• nihil struktur organisasi pengelolaB. Program dan kegiatan• nihil nama narahubung dan anggaranC. <strong>Informasi</strong> Keuangan• nihilD. <strong>Akses</strong> informasi publik• nihilE. Peraturan/kebijakan yang berpengaruh terhadap publik• nihil70 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


Lampiran 3Lokakarya Hasil Penelitian <strong>Awal</strong> Keterbukaan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong><strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur, Kota Kupang, dan KabupatenTimor Tengah Selatan, Aula Bappeda Provinsi NTT, Kupang, 12Oktober 2010.Seperti telah <strong>di</strong>sebutkan, lokakarya yang <strong>di</strong>selenggarakan pada tanggal 12 Oktober2010 ini merupakan bagian dari metode verifikasi temuan dan untuk mendapatkan masukandari seluruh pemangku kepentingan (stakeholder). Tujuan dari kegiatan ini adalah untukmeningkatkan pengetahuan para pejabat publik dan kelompok-kelompok masyarakat sipilakan potensi, tantangan, dan masalah yang <strong>di</strong>hadapi dalam pelaksanaan Undang-UndangKeterbukaan <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur. Lokakarya itu juga inginmendorong komitmen pemerintah daerah NTT dalam menjalankan rekomendasi hasilpenelitian dan kegiatan ini.Peserta lokakarya sebanyak 37 orang ter<strong>di</strong>ri dari pejabat Badan PerencanaanPembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi NTT, Sekretariat Daerah Provinsi NTT, SekretariatDaerah Kota Kupang, Dinas Kesehatan Provinsi NTT, Dinas Kesehatan Kota Kupang, DinasPen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan Kota Kupang, Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT, Kantor PengelolaData Elektronik (PDE) Provinsi NTT, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Daerah ProvinsiNTT, anggota Komisi A DPRD, perwakilan Australia <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Assistance for RegionalAutonomy (ANTARA), dan perwakilan kelompok-kelompok masyarakat yang terlibat dalamproses penelitian. Gubernur dan para kepala <strong>di</strong>nas tidak datang dalam acara ini karena harusmengha<strong>di</strong>ri pertemuan bupati se-Provinsi NTT <strong>di</strong> Kabupaten Ende. Wakil-wakil dari DinasKesehatan dan Dinas Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan serta Sekretariat Daerah Kabupaten TTS juga berhalanganha<strong>di</strong>r. Namun, hasil riset ini akan <strong>di</strong>kirimkan kepada mereka.Lokakarya ini terbagi dalam dua sesi. Sebelum masuk sesi pembahasan, KepalaBidang I Bappeda Provinsi NTT memberi kata sambutan yang intinya menyambut gembirahasil riset ini dan mengakui masih ada beberapa kendala dalam mendukung implementasi UUKIP. Misalnya, anggaran untuk biaya operasional Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi, karena ada sekitar40 komisi yang harus <strong>di</strong>bentuk sesuai amanat UU KIP, yang <strong>di</strong>nilai akan membebani alokasianggaran belanja daerah. Sementara itu, anggota Komisi A DPRD mendukung penelitian yangtelah <strong>di</strong>lakukan dan mengatakan bahwa hasil riset semacam ini sering kali baru <strong>di</strong>ketahui melaluime<strong>di</strong>a massa hingga sampai ke tingkat internasional sebelum <strong>di</strong><strong>di</strong>skusikan <strong>di</strong> tingkat daerahsebagai subjek penelitian. Beliau juga memaparkan proses perkembangan Komisi <strong>Informasi</strong>,termasuk anggaran yang <strong>di</strong>alokasikan untuk membentuk dan biaya operasional awal komisi inisebesar 100 juta rupiah. Beliau juga meminta komitmen kepala daerah untuk segera melakukanproses seleksi Komisi <strong>Informasi</strong>. Sementara Deputy Director Program Australia <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong>Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur71


Assistance for Regional Autonomy (ANTARA) Bapak Daniel Hunt, menjelaskan secarasingkat tujuan dari penelitian yang telah <strong>di</strong>lakukan dan berharap hasil penelitian ini dapatberkontribusi pada implementasi UU KIP <strong>di</strong> Provinsi NTT, Kota Kupang, dan KabupatenTimor Tengah Selatan.Setelah sambutan, acara <strong>di</strong>lanjutkan dengan <strong>di</strong>skusi panel yang memaparkan prosespenelitian, temuan, dan rekomendasi. Sebelumnya, Senior Legal Counsel ARTICLE <strong>19</strong> DavidBanisar menguraikan secara singkat hak atas informasi dan perkembangannya <strong>di</strong> tingkatinternasional. Banisar menggarisbawahi hak atas informasi sebagai hak asasi manusia. Hak itutidak bisa <strong>di</strong>lepaskan dari hak setiap manusia untuk hidup. Beliau memberi beberapa contoh.Hak atas informasi <strong>di</strong> Afrika Selatan, misalnya, membantu orang miskin dalam memperoleh hakatas air, sementara <strong>di</strong> Uganda hak itu <strong>di</strong>perjuangkan untuk menuntut hak atas kesehatan, dankaum miskin <strong>di</strong> In<strong>di</strong>a memperoleh hak atas layanan publik dan bantuan sosial dari informasiyang <strong>di</strong>peroleh dengan menggunakan undang-undang hak atas informasi. Undang-undang itujuga telah <strong>di</strong>berlakukan <strong>di</strong> Swe<strong>di</strong>a selama 250 tahun, dan sejak tahun <strong>19</strong>60-an sekitar 90 negara<strong>di</strong> dunia sudah memiliki UU serupa. Di setiap negara, proses pengesahan UU memang butuhwaktu relatif lama. Karena itu, kelompok-kelompok masyarakat sipil memiliki peran pentingdalam mendorong pengesahan UU semacam itu. Indonesia saat ini telah memiliki UU KIP.Sudah saatnya masyarakat sipil membangun kemitraan dengan pemerintah. Jenis kemitraanbisa melalui pelatihan, penyusunan pedoman, merancang sistem informasi dan dokumentasiyang baik, edukasi kepada masyarakat luas tentang hak atas informasi dan manfaatnya, sertamemanfaatkan akses informasi bagi pemenuhan hak-hak dasar.Setelah pengantar David Banisar, <strong>di</strong>lanjutkan ke <strong>di</strong>skusi panel. Dalam sesi itu, SeniorProgramme Officer ARTICLE <strong>19</strong> Amy Sim memaparkan fokus kerja ARTICLE <strong>19</strong> khususnyapada kebebasan berekspresi termasuk kebebasan informasi. Dia juga menjelaskan latar belakangpenelitian ini dan keterlibatan ARTICLE <strong>19</strong> sejak UU KIP masih berupa draf dan <strong>di</strong>bahas <strong>di</strong>DPR melalui Koalisi Kebebasan Memperoleh <strong>Informasi</strong> <strong>di</strong> tingkat nasional. ARTICLE <strong>19</strong>bersama Pattiro (Pusat Telaah dan <strong>Informasi</strong> Regional) dan Komisi <strong>Informasi</strong> Pusat melakukankegiatan peningkatan kesadaran informasi bagi pejabat <strong>di</strong> sembilan badan publik <strong>di</strong> tingkatnasional pada bulan Agustus 2010. Amy Sim menekankan bahwa penelitian ini bukan hanyamenggambarkan pelaksanaan UU KIP <strong>di</strong> NTT, tetapi juga memetakan potensi, tantangan,masalah yang <strong>di</strong>hadapi, serta bentuk dukungan yang <strong>di</strong>butuhkan untuk mengatasi kendala yangada saat ini.Setelah itu Ahmad Faisol selaku wakil dari Tim Peneliti <strong>di</strong> tingkat lokal memaparkantemuan dan rekomendasi penelitian ini. Riset ini memetakan tiga aspek dalam pelaksanaan UUKIP, yaitu tentang Komisi <strong>Informasi</strong>, Pejabat Pengelola <strong>Informasi</strong> dan Dokumentasi (PPID)dan pelayanan informasi badan-badan publik, serta kesadaran pejabat dan masyarakat sipil akankeberadaan UU KIP. Hal menonjol dalam persiapan implementasi UU KIP <strong>di</strong> <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong>72 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


Timur adalah proses pembentukan Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi NTT. <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timurberada <strong>di</strong> deret terdepan dari segi keberadaan Komisi <strong>Informasi</strong>, karena baru 3 provinsi yangtelah memiliki Komisi <strong>Informasi</strong>. Namun, tim seleksi Komisi <strong>Informasi</strong> daerah belum juga<strong>di</strong>tetapkan Gubernur <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur, kendati alokasi anggaran untuk biaya operasionalawal dan pembentukan Komisi <strong>Informasi</strong> sudah <strong>di</strong>setujui dalam APBD-Perubahan 2010.Sementara dua aspek lainnya – PPID dan pelayanan informasi badan publik serta kesadaranpejabat dan masyarakat sipil akan keberadaan UU KIP -- tidak terlihat perkembangan signifikan.Pejabat Pengelola <strong>Informasi</strong> dan Dokumentasi belum terbentuk <strong>di</strong> semua SKPD dan tidakada SOP pelayanan informasi, kecuali <strong>di</strong> Biro Hukum dan Resource Centre Bappeda ProvinsiNTT. Masyarakat sipil tahu mengenai UU KIP, namun mereka tetap menggunakan cara lamauntuk memperoleh informasi melalui kenalan pejabat badan publik setempat karena UU itubelum <strong>di</strong>implementasikan <strong>di</strong> NTT. Rekomendasi riset ini juga mempertimbangkan potensiyang ada seperti meningkatkan peran Kantor PDE dan memutakhirkan website pemerintah<strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur atau mendorong gubernur untuk segera menetapkan tim seleksi danmelanjutkan proses seleksi.Paparan kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>lanjutkan dengan sesi tanggapan. Wakil dari Dinas Komunikasidan Informatika Provinsi NTT menjelaskan bahwa Dinas Kominfo telah mengirim namanamacalon tim seleksi kepada Gubernur <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur. Dewan Perwakilan RakyatDaerah sudah mengesahkan anggaran untuk membentuk Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi. Sosialisasikepada SKPD <strong>di</strong> luar Kominfo juga telah <strong>di</strong>lakukan. Intinya, wakil dari Dinas Kominfomenyetujui hasil riset ini dan akan mencatat rekomendasi pertemuan ini. Berikutnya BapakPius Rengka, akademisi dari Universitas <strong>Nusa</strong> Cendana. Dia melihat hasil riset ini sudahmemasukkan kebiasaan masyarakat setempat dalam mencari dan memperoleh informasimelalui “orang dalam”, namun belum menyertakan rekomendasi beliau mengenai peran partaipolitik. Partai politik seharusnya berkewajiban memberi pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan politik kepada masyarakatluas mengenai hak atas informasi. Hal itu sangat penting karena hak atas informasi adalah hakasasi dan partisipasi hanya akan bermakna jika masyarakat memiliki cukup informasi. Menurutbeliau, penelitian ini penting untuk mengubah kultur yang ada <strong>di</strong> NTT. Di samping pendanaan,bantuan dan dukungan lain yang juga <strong>di</strong>perlukan adalah pelatihan dan peningkatan kapasitaspemerintah NTT dalam menye<strong>di</strong>akan informasi publik.Terkait soal pendanaan, Bapak Daniel Hunt mengatakan bahwa Program Australia<strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Assistance for Regional Autonomy akan segera berakhir. Namun, PemerintahAustralia tetap akan melanjutkan kemitraan dengan Pemerintah Indonesia <strong>di</strong> NTT melaluiProgram Australia-Indonesia Partnership for Decentralisation (AIPD). Program itu jugamemuat sejumlah kegiatan terkait dengan implementasi UU KIP <strong>di</strong> <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur.Namun, AIPD bersama pemerintah akan menyusun perencanaan strategis terlebih dahulusebelum dana <strong>di</strong>cairkan. Rekomendasi riset ini akan <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kan bahan pertimbangan dalammenyusun program ke depan. Setelah itu, AIPD akan membuka tender. Beliau menilai riset iniLaporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur73


sangat memuaskan, namun belum tentu ARTICLE <strong>19</strong> dan Yayasan Tifa yang akan melaksanakanprogram selanjutnya terkait implementasi UU KIP <strong>di</strong> <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur.Setelah itu <strong>di</strong>lanjutkan tanya-jawab dengan para peserta. Wakil dari DeutscheGesellschaft für Technische Zusammenarbeit GmbH (GTZ) mempertanyakan perkembanganmutakhir Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi NTT. Salah satu faktor penghambat belum <strong>di</strong>tetapkannyatim seleksi oleh gubernur adalah karena biro hukum dan beberapa pejabat publik belummemahami hak atas informasi, UU KIP, dan arti penting Komisi <strong>Informasi</strong> Provinsi. Agendaitu hanya menumpuk <strong>di</strong> meja gubernur dan tidak <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kan prioritas. Karena itu, sosialisasi kebadan-badan publik sangat penting untuk segera <strong>di</strong>laksanakan. Wakil dari GTZ juga menanyakanpembentukan Komisi <strong>Informasi</strong> <strong>di</strong> daerah lain, termasuk <strong>di</strong>namika serta faktor keberhasilannya.Tim peneliti menjelaskan bahwa faktor pendukung Komisi <strong>Informasi</strong> yang sudah terbentuk<strong>di</strong> empat provinsi (Jawa Tengah, Jawa Timur, Kepulauan Riau, dan Banten) adalah komitmenkepala daerah untuk melakukan proses seleksi dan pengawalan ketat kelompok-kelompok ataukoalisi masyarakat sipil. Komisi <strong>Informasi</strong> Pusat juga sudah mengeluarkan pedoman untukmembentuk Komisi <strong>Informasi</strong>. Pelajaran penting dari proses pembentukan Komisi <strong>Informasi</strong><strong>di</strong> Yogyakarta dan Jawa Barat, misalnya, tim seleksi <strong>di</strong>tetapkan secara prosedural oleh kepaladaerah. Disadari bahwa proses pembentukan Komisi <strong>Informasi</strong> Daerah sarat politik, sehinggakomitmen DPRD pun sangat <strong>di</strong>butuhkan. Kelompok-kelompok masyarakat sipil <strong>di</strong> <strong>Nusa</strong><strong>Tenggara</strong> Timur mengetahui keberadaan UU KIP, namun peran mereka tampak kurang kuatdalam mengawal implementasi UU itu.Wakil dari Yayasan Peduli Sesama (Sanlima) memberi komentar mengenai minimnyaakses informasi <strong>di</strong> lembaga pemerintahan dan DPRD. Bahkan laporan keuangan lembagalembagatersebut belum menggunakan standar akuntasi yang <strong>di</strong>tetapkan pemerintah <strong>di</strong> tingkatnational. Jurnalis Cursor juga menyoroti pentingnya riset serupa untuk mendapatkan informasi,khususnya dari kepolisian daerah dan Tentara Nasional Indonesia <strong>di</strong> NTT, karena akses informasi<strong>di</strong> kedua lembaga itu memang sangat sulit. Dia menyarankan hasil penelitian ini <strong>di</strong>sampaikanlangsung kepada gubernur dan Biro Hukum Provinsi NTT supaya mereka dapat memahamiapa yang perlu <strong>di</strong>lakukan untuk mempercepat implementasi UU KIP <strong>di</strong> NTT. Tim penelitimenerima saran yang kedua dan segera mengirim versi lengkap penelitian melalui wakil-wakilbiro hukum atau Dinas Kominfo Provinsi NTT yang ha<strong>di</strong>r dalam lokakarya ini.Penelitian ini tidak memasukkan kepolisian daerah (Polda) dan TNI dalam unsurpemerintahan daerah. Tim peneliti mencoba menjelaskan bahwa Kepolisian Negara RepublikIndonesia (Polri) adalah satu dari sembilan badan publik yang telah memiliki SOP dan PPIDhingga tingkat kepolisian sektor (Polsek). Namun, implementasinya memang belum <strong>di</strong>ketahui.Kepolisian daerah NTT sen<strong>di</strong>ri saat ini sudah memiliki PPID. Penanya <strong>di</strong>persilakan cobamengakses informasi dan menggunakan mekanisme sengketa informasi jika tidak <strong>di</strong>berikan.Sementara perkembangan akses informasi <strong>di</strong> TNI memang agak tidak terlalu menggembirakan.74 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur


Perkembangan terakhir, SOP dalam penyampaian keterangan pers <strong>di</strong>nilai sudah memenuhiSOP yang <strong>di</strong>atur oleh Peraturan Komisi <strong>Informasi</strong>. Karena TNI adalah lembaga pertahanandan keamanan nasional, maka informasi yang <strong>di</strong>kecualikan dalam UU KIP akan <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kanacuan dalam melayani permintaan informasi. Jurnalis <strong>di</strong> Kota Jakarta sen<strong>di</strong>ri banyak mengalamikesulitan dalam mengakses informasi dari Kepala Pusat Penerangan Tentara Nasional Indonesia.Materi website mereka pun hanya berisi acara-acara lomba dan pelbagai kegiatan yang tidakterlalu penting untuk <strong>di</strong>ketahui masyarakat.Setelah rehat makan siang, para peserta <strong>di</strong>bagi ke dalam tiga kelompok. Masing-masingkelompok membahas rekomendasi tindak lanjut pembentukan Komisi <strong>Informasi</strong> ProvinsiNTT, pembentukan PPID dan SOP <strong>di</strong> seluruh SKPD, dan peningkatan kesadaran masyarakattentang hak atas informasi. Diskusi kelompok kemu<strong>di</strong>an <strong>di</strong>presentasikan dan <strong>di</strong>bahas dalamsesi pleno. Pada sesi ini, peserta lokakarya menyusun dan menyepakati beberapa rekomendasi<strong>di</strong>tujukan kepada Pemerintah Daerah <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur sebagai berikut:1. Gubernur perlu menetapkan tim seleksi komisi informasi provinsi palinglambat 17 oktober 2010. Untuk itu koalisi masyarakat sipil akan berau<strong>di</strong>ensidengan gubernur.2. Setiap lembaga publik harus segera mengimplementasikan UU KIP denganmenetapkan pembentukan PPID.3. Sebelum PPID terbentuk, lembaga-lembaga publik tetap <strong>di</strong>wajibaknmemberi akses informasi publik sesuai ketentuan UU KIP. Untuk itu perlu<strong>di</strong>buat SOP pelayanan informasi publik, termasuk menetapkan petugaskhusus pelayanan informasi publik.4. Perlu <strong>di</strong>adakan program peningkatan kapasitas pejabat pelayanan informasi<strong>di</strong> lembaga-lembaga publik.5. Perlu memperkuat sosialisasi UU KIP kepada masyarakat dan lembagapublik dengan menggunakan pelbagai me<strong>di</strong>a (cetak, elektronik, online,baliho, buku saku, dan lain-lain) yang dapat menjangkau seluruh lapisanmasyarakat serta memperkuat kesadaran masyarakat melalui lembagakeagamaan, kelompok masyarakat, lembaga publik, dan sebagainya.6. Perlu memperkuat koalisi atau jaringan masyarakat sipil untuk mendukungdan memantau implementasi UU KIP.Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur75


Tentang ARTICLE <strong>19</strong> dan Yayasan Tifa.Sejak tahun <strong>19</strong>87, ARTICLE <strong>19</strong> telah mempromosikan hakuntuk tahu dari komunitas miskin dan mengadvokasi untukimplementasi legislasi kebebasan informasi untuk memastikantransparansi dan memperkuat partisipasi warga negara. ARTICLE<strong>19</strong> telah mempunyai rekam jejak untuk memberikan pelatihan dankeahlian <strong>di</strong> bidang kebebasan informasi <strong>di</strong> banyak negara <strong>di</strong> dunia.Di Indonesia, ARTICLE <strong>19</strong> telah mendukung pengembangankebebasan informasi, kebebasan pers, dan dekriminalisasi padapencemaran nama baik. Secara khusus, ARTICLE <strong>19</strong> juga ikutmemainkan peran penting pada formulasi UU Keterbukaan<strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Indonesia, pada bagian masuknya BUMNsebagai badan publik untuk membuka informasi.Yayasan Tifa <strong>di</strong><strong>di</strong>rikan pada tahun 2000, dengan misi untukmempromosikan masyarakat terbuka yang menghormatiperbedaan dan memperkuat penegakan hukum, kea<strong>di</strong>lan, dankesetaraan. Tifa telah secara aktif terlibat dalam promosi kebebasaninformasi. Pada bulan November 2008, Tifa telah mengorganisirLokakarya tentang Implementasi UU KIP <strong>di</strong> Indonesiabekerjasama dengan Depkominfo, Bank Dunia, USAID DRSP,Visi Anak Bangsa, Yayasan SET, dan IRDI. Yayasan Tifa saat inisedang mendukung Komisi <strong>Informasi</strong> Pusat untuk penyelesaiansengketa informasi dan menye<strong>di</strong>akan dukungan bagi organisasimasyarakat sipil untuk mendorong implementasi UU KIP <strong>di</strong>berbagai sector publik termasuk mendukung pemantauan UUKIP <strong>di</strong> POLRI dan Polda <strong>di</strong> 7 daerah <strong>di</strong> Indonesia.76 Laporan Penelitian <strong>Penilaian</strong> <strong>Awal</strong> <strong>Akses</strong> <strong>Informasi</strong> <strong>Publik</strong> <strong>di</strong> Provinsi <strong>Nusa</strong> <strong>Tenggara</strong> Timur

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!