28.09.2015 Views

LAPORAN II

laporan 2b rekgen

laporan 2b rekgen

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>LAPORAN</strong> PRAKTIKUM<br />

REKAYASA GENETIKA<br />

<strong>LAPORAN</strong> <strong>II</strong><br />

(ISOLASI DNA GENOM)<br />

KHAIRUL ANAM<br />

P051090031/BTK<br />

BIOTEKNOLOGI<br />

SEKOLAH PASCASARJANA<br />

INSTITUT PERTANIAN BOGOR<br />

2010<br />

0


ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DNA SEL MUKOSA<br />

TUJUAN<br />

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami prinsip dari sidik jari DNA.<br />

TINJAUAN PUSTAKA<br />

Sidik jari genetik merupakan salah satu contoh aplikasi untuk mengidentifikasi secara pasti<br />

terdakwa kasus kriminal atau uji paternitas. Hanya untuk kembar identik, teknik ini tidak dapat<br />

digunakan karena kembar identik memiliki gen yang identik. Dalam suatu kasus kriminal, sidik jari<br />

genetik menyediakan bukti tentang identitas tersangka yang diduga sebagai pelaku kejahatan. Informasi<br />

yang lebih tepat mengenai fitur orang‐orang tersebut (misalnya warna rambut atau bola mata, karakter,<br />

dll) tidak dapat diperoleh menggunakan teknik ini. Sejumlah kecil sampel DNA, misalnya noda darah<br />

pada gelas yang pecah, akar rambut atau air ludah dan sel‐sel yang terdapat pada sebatang rokok<br />

misalnya, sudah cukup untuk digunakan dalam pemeriksaan sidik jari genetik. Bagaimanakah sebetulnya<br />

sidikjari DNA ini dapat digunakan? Setiap manusia memiliki 46 kromosom, 23 dari ayahnya dan 23 dari<br />

ibunya. DNA kita yang utuh mengandung kira‐kira 3 milyar pasang basa, tetapi hanya sejumlah kecil<br />

yang dimanifestasikan atau sebagai cetak biru tubuh kita. Sisanya sebetulnya disebut sebagai DNA<br />

“pengisi” yang belum diketahui fungsinya. Di tempat inilah ada beberapa situs yang memberikan<br />

karakteristik bagi masing‐masing invidu karena masing‐masing memiliki panjang yang berbeda‐beda.<br />

Apabila kita mencermati situs ini, akan tampak suatu sidik jari genetik yang sangat akurat yang dapat<br />

dibuat karena adanya perbedaan‐perbedaan dalam panjang situs‐situs tersebut (Anonim, 2009).<br />

Pada praktikum kali ini kita hanya akan melihat satu situs dan panjangnya pada DNA kita. Situs<br />

ini disebut lokus D1S80. Lokus D1S80 ini terletak pada kromosom 1 dan terdiri atas urutan‐urutan DNA<br />

dengan ulangan (repeat) dan panjang yang sangat bervariasi untuk setiap orang. Contohnya :<br />

AGTCAGTCAGTCAGTCAGTCAGTCAGTCAGTCAGTCAGTC (10x) atau<br />

AGTCAGTCAGTCAGTCAGTCAGTC (6x)<br />

Ulangan yang bervariasi ini menyebabkan perbedaan dalam panjang situs pada masing‐masing<br />

orang. Ulangan‐ulangan dalam situs ini disebut lokus mikrosatelit. Urutan DNA disekitar lokus D1S80 ini<br />

telah diketahui dan identik pada semua orang, bersifat universal (Sambrook 1989).<br />

1


BAHAN DAN METODE KERJA<br />

Bahan<br />

Bahan untuk isolasi DNA genom adalah sel mukosa, buffer lisis (SDS 2%, EDTA 10 mM), buffer<br />

presipitasi (kalium asetat 8 M), larutan isopropanol dan etanol 70%.<br />

Metode<br />

Isolasi DNA dari Sel Mukosa<br />

Sel mukosa diperoleh dengan cara masing‐masing praktikan diminta untuk berkumur‐kumur<br />

agak kuat agar sel mukosa pada langit‐langit mulut sedikit terlepas. Kemudian ambil 1,5 ml air kumur<br />

lalu disentrifugasi pada kecepatan 3200 rpm selam 2 menit. Setelah disentrifugasi, buang supernatan<br />

lalu ambil 1,5 ml air kumur dan disentrifugasi kembali dan buang supernatant. Pada pelet, ditambahkan<br />

500 ul buffer lisis yang mengandung SDS 2%, EDTA 10 mM, kemudian dilakukan resuspensi. Pada tahap<br />

ini, diharapkan membran sel dapat lisis. Setelah diresuspensi, pada larutan ditambahkan 100 ul buffer<br />

presipitasi yang mengandung kalium asetat 8 M di dalam es. Larutan disentrifugasi pada kecepatan<br />

10.000 rpm selama 20 menit. Larutan supernatant diambil semaksimal mungkin (400 ul) lalu<br />

ditambahkan larutan isopropanol 1x (360 ul) lalu diinkubasi di dalam es selama 5‐10 menit. Kemudian<br />

larutan disentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm selama 20 menit. Supernatan dibuang lalu pelet<br />

dibilas dengan menggunakan etanol 70% sebanyak 500 ul. Larutan disentrifugasi pada kecepatan 10.000<br />

rpm selama 5 menit. Supernatan dibuang kemudian pelet dikeringkan dengan vakum. Pelet adalah DNA<br />

mukosa.<br />

PCR D1S80<br />

PCR dilakukan menggunakan primer D1S80 mix spesifik dengan kondisi PCR sebagai berikut,<br />

prePCR = 95°C, 5 menit; denaturasi = 95°C, 60 detik annealing = 63°C, 60 detik; extension = 72°C, 60<br />

detik; post PCR = 68°C, 5 menit; penyimpanan = 15°C, 15 menit. Komposisi larutan PCR adalah DNA<br />

dalam ddH2O = 5 ul, primer D1S80 2 ul, dNTP mix = 5 ul, buffer taq 50x = 1 ul dan air UV sampai dengan<br />

50 ul. Produk PCR akan diidentifikasi menggunakan elektroforesis dengan gel agarose 2% dan buffer TBE<br />

1x.<br />

2


HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Hasil<br />

Pada foto gel elektroforesis tidak terbentuk pita dari sumur produk PCR seperti yang terlihat<br />

pada gambar 1.<br />

Gambar 1. Foto gel agarose hasil elektroforesis isolasi DNA Genom sel mukosa<br />

Pembahasan<br />

Sidik jari dna dimanfaatkan untuk mengidentifikasi personal, kasus paternitas, identifikasi pelaku<br />

tindak kejahatan dan pelacakan sumber biologis dengan memanfaatkan material biologis yang tertinggal<br />

baik banyak ataupun sedikit. Kelebihan dari sidik jari DNA ini adalah, sensitifitas dan spesifitasnya yang<br />

tinggi karena DNA unik dan spesifik, orang yang satu dengan orang yang lain akan berbeda kecuali bila<br />

kembar identik. Pilihan sampel yang luas karena sampel bisa diambil dari material biologis apa saja, baik<br />

itu sel mukosa, rambut, kulit, darah, air mani, meskipun hanya sedikit. Keuntungan lainnya adalah dapat<br />

digandakan melalui proses amplifikasi dengan PCR. Selain itu, material biologis yang cenderung stabil<br />

juga merupakan kelebihan tersendiri.<br />

3


Pada praktikum kali ini, dicoba sel mukosa untuk mengidentifikasi personel dari tiap praktikan.<br />

Sayangnya dari hasil elektroforesis tidak terbentuk pita dari smur manapun. Hal ini bisa dikarenakan<br />

primer yang digunakan kurang baik dan berjumlah sangat sedikit sehingga tidak mampu mengamplifikasi<br />

gen target.<br />

Gambar 2. (contoh) Foto hasil elektroforesis produk PCR DNA disekitar lokus D1S80<br />

(http://biology.clc.uc.edu/Fankhauser/Labs/Genetics/PCR/PCR_Protocol.htm)<br />

Kemungkinan yang dapat terjadi apabila praktikum berjalan dengan baik adalah seperti yang<br />

terlihat pada gambar 2. Pada gambar tersebut terlihat perbedaan jarak pita yang terbentuk dari masingmasing<br />

sampel. Perbedaan ini dapat menjadi ciri dari masing‐masing individu. Semakin banyak pita yang<br />

4


terbentuk memiliki jarak yang sama, maka semakin dekat kekerabatan antara masing‐masing sampel<br />

atau begitupun sebaliknya. Sehingga sidik jari DNA selain dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi<br />

individu juga dapat menentukan (perbedaan) spesies, penentuan sex dan pelacakan hubungan genetik.<br />

SIMPULAN<br />

1. Pemeriksaan sidik jari DNA memungkinkan kasus inkonklusif jadi konklusif.<br />

2. Pemeriksaan sidik jari DNA memungkinkan dilakukannya pemeriksaan terhadap bahan yang<br />

minim dan terdegradasi.<br />

3. Pemeriksaan sidik jari DNA membuat beberapa pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan menjadi<br />

dapat dilakukan.<br />

DAFTAR ACUAN<br />

Anonim. 2009. Laboratory Guide: Bridging University To High School: In Real Modern Biology.<br />

Department of Biology, University of Kassel Germany. Bogor, 16‐20 th November<br />

Sambrook, J., Fritsch, E.F., and Maniatis, T. 1989. Molecular Cloning: A Laboratory manual (2 nd edition).<br />

Cold Spring Harbor Laboratory Press<br />

http://biology.clc.uc.edu/Fankhauser/Labs/Genetics/PCR/PCR_Protocol.htm<br />

5

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!