09.04.2013 Views

JURNAL ( CANDRA IRAWAN ).pdf - Repository - University of Riau ...

JURNAL ( CANDRA IRAWAN ).pdf - Repository - University of Riau ...

JURNAL ( CANDRA IRAWAN ).pdf - Repository - University of Riau ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

PENGARUH PENGETAHUAN WAJIB PAJAK TENTANG PERATURAN<br />

PERPAJAKAN, PENYELEWENGAN PAJAK DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK<br />

ATAS KINERJA PELAYANAN PERPAJAKAN TERHADAP MOTIVASI WAJIB<br />

PAJAK DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PERPAJAKAN<br />

<strong>CANDRA</strong> <strong>IRAWAN</strong><br />

e-mail : cawan_rohis@yahoo.com<br />

Anggota :<br />

AZWIR NASIR<br />

RUSLI<br />

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas <strong>Riau</strong><br />

ABSTRACT<br />

This study aimed to determine the effect <strong>of</strong> empirical taxpayer knowledge on tax laws, tax<br />

fraud and perception <strong>of</strong> taxpayers about tax service performance on motivation taypayers when they<br />

have to fulfill the obligation paying the income tax.<br />

The sample was determined by the method <strong>of</strong> purposive sampling. From Population <strong>of</strong><br />

taypayers, which meets the criteria <strong>of</strong> the sample is 100 taypayers. The Method <strong>of</strong> analysis used in<br />

this study is multiple linear regression with SPSS version 17.<br />

The results <strong>of</strong> this study showed that taxpayer knowledge on tax laws, tax fraud and<br />

perception <strong>of</strong> taxpayers tax service performance had a significant effect on motivation taypayers when<br />

they have to fulfill the obligation paying the income tax. Partial regression test (t test) showed that the<br />

variables <strong>of</strong> knowledge on tax laws, tax fraud and perception <strong>of</strong> taxpayers tax service performance<br />

affect motivation taypayers in when they have to fulfill the obligation paying the income tax. The<br />

magnitude <strong>of</strong> the effect caused by Adjusted R 2 by three variabels together 80.8% <strong>of</strong> the dependent<br />

variable, while the remaining 19.2% is influenced by other variables not examined in this study.<br />

Keywords: taxpayer knowledge on tax laws, tax fraud, perception <strong>of</strong> taxpayers tax service<br />

performance, motivation taypayers when they have to fulfill the obligation paying the income tax.<br />

I. PENDAHULUAN<br />

1.1 Latar Belakang Penelitian<br />

Tidak dapat disangkal bahwa penerimaan dari sektor pajak merupakan tulang<br />

punggung penerimaan negara yang dipergunakan untuk membiayai Anggaran Pendapatan<br />

Belanja Negara (Suhartono, 2004). Pajak menduduki posisi penyumbang kas negara paling<br />

besar didalam APBN Indonesia. Sebagai gambaran perkembanganya yang dirilis oleh<br />

Departemen Keuangan (2010) bahwa sebelum tahun 2000 kontribusi pajak hanya berada<br />

pada kisaran 60 persen. Pada APBN 2008 pajak memberikan kontribusi 68,3 persen dari total<br />

penerimaan negara atau Rp 609,22 triliun. Pada APBN 2009 terus meningkat. Penerimaan<br />

pajak akan meningkat menjadi 71,1 persen dari total penerimaan negara atau Rp 726,28<br />

triliun (dikutip dari: Detik.com, 2 Maret 2010). Data terbaru dari website Departemen<br />

Keuangan pada APBN-P 2012 penerimaan pajak akan meningkat menjadi 74,8 persen dari<br />

total penerimaan negara atau Rp 1016.3 triliun.<br />

Dikarenakan besarnya peran penerimaan pajak terhadap pendapatan negara dalam<br />

APBN sehingga pendapatan pajak dapat mempengaruhi jalannya pemerintahan. Dana dari<br />

penerimaan pajak sebagai sumber utama APBN dialokasikan untuk mendanai berbagai aspek<br />

kehidupan bangsa, mulai dari sektor perdagangan, pertanian, industri, kesehatan, pendidikan,<br />

sampai pada subsidi BBM. Oleh karena itu, betapa berperanya sektor pajak dalam rangka<br />

1


memenuhi kebutuhan pembangunan suatu bangsa dan dalam menjamin bergulirnya<br />

pemerintahan. Dengan demikian sektor pajak harus benar-benar dilakukan pengelolaan<br />

dengan manajemen yang baik, yaitu pengelolaan yang berbasis akuntabilitas, dilengkapi<br />

dengan etos kerja yang tinggi dari para fiskus, kejujuran, serta ketransparanan.<br />

Masalah yang harus dituntaskan yaitu kekurangpatuhan wajib pajak yang diakibatkan<br />

oleh rendahnya motivasi membayar pajak. Berdasarkan data jumlah angkatan kerja tahun<br />

2011 sebanyak 118,67 juta jiwa (Republika.co.id. 2011), sementara data jumlah wajib pajak<br />

yang telah memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) mencapai 19,9 juta jiwa (Dirjen<br />

Pajak. 2011). Dengan rincian 17,8 juta berasal dari wajib pajak orang pribadi dan wajib<br />

pajak bendaharawan, sisanya berasal dari wajib pajak badan. Hampir 90% tenaga kerja dan<br />

badan yang tidak memenuhi kewajiban perpajakan. Dari data itu dapat kita ambil kesimpulan<br />

bahwasanya terjadi permasalahan terhadap kesadaran dan motivasi wajib pajak dalam<br />

memenuhi kewajiban perpajakan mereka.<br />

Subiyantoro (2006) melakukan pengujian tentang hubungan antara pengetahuan wajib<br />

pajak tentang peraturan perpajakan terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi<br />

kewajiban perpajakannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah<br />

pengetahuan wajib pajak tentang perturan perpajakan (sebagai variabel bebas) dapat<br />

mempengaruhi motivasi wajib pajak (variabel terikat) dalam memenuhi kewajiban<br />

perpajakannya. Variabel pengetahuan tentang peraturan perpajakan terdiri dari lima (5)<br />

indikator, yaitu: Penghasilan tidak kena, pajak (PTKP), tarif pajak progresif wajib pajak,<br />

perhitungan pajak wajib pajak orang pribadi, sanksi keterlambatan atau tidak menyampaikan<br />

SPT, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Hasil penelitian menunjukkan tiap-tiap<br />

variabel menunjukkan hubungan yang terkategori kuat dan positif. Artinya, semakin baik<br />

pengetahuan wajib pajak tentang peraturan perpajakan maka akan semakin tinggi pula<br />

motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.<br />

Kusumaningtyas (2011) melakukan pengujian tentang pengaruh antara pemberitaan<br />

tentang kasus mafia pajak(penyelewengan pajak) terhadap prilaku wajib pajak dalam<br />

memenuhi kewajiban perpajakannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah<br />

pemberitaan tentang kasus mafia pajak (sebagai variabel bebas) dapat mempengaruhi<br />

perilaku wajib pajak (variabel terikat) dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Hasil<br />

penelitian menunjukkan tiap-tiap variabel menunjukkan hubungan yang signifikan.<br />

Piseska (2009) melakukan pengujian tentang pengaruh antara kecerdasan spiritual dan<br />

persepsi wajib pajak terhadap kinerja pelayanan perpajakan terhadap motivasi wajib pajak<br />

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui<br />

apakah kecerdasan spiritual dan persepsi wajib pajak atas kinerja pelayanan (sebagai variabel<br />

bebas) dapat mempengaruhi motivasi wajib pajak (variabel terikat) dalam memenuhi<br />

kewajiban perpajakannya. Hasil penelitian menunjukkan tiap-tiap variabel menunjukkan<br />

hubungan yang terkategori kuat dan positif. Artinya, semakin baik kecerdasan spiritual yang<br />

dimiliki wajib pajak maka akan semakin tinggi pula motivasi wajib pajak dalam memenuhi<br />

kewajiban perpajakannya dan motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban<br />

perpajakannya akan meningkat secara signifikan seiring dengan semakin baiknya kinerja<br />

pelayanan perpajakan.<br />

1.2 Rumusan Masalah<br />

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah "Apakah terdapat pengaruh antara<br />

pengetahuan wajib pajak tentang peraturan perpajakan, penyelewengan pajak dan kualitas<br />

persepsi wajib pajak atas kinerja pelayanan perpajakan terhadap motivasi wajib pajak di<br />

Pekanbaru dalam memenuhi kewajiban perpajakannya di KPP Pratama Senapelan<br />

Pekanbaru?"<br />

2


1.3 Tujuan Penelitian<br />

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh<br />

pengetahuan wajib pajak tentang peraturan perpajakan, penyelewengan pajak dan persepsi<br />

wajib pajak atas kinerja pelayanan perpajakan terhadap motivasi wajib pajak di Pekanbaru<br />

dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.<br />

II. METODE PENELITIAN<br />

2.1 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data<br />

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Teknik<br />

pengumpulan data dalam penelitian ini didapat dengan menggunakan kuesioner,tes dan studi<br />

kepustakaan.<br />

2.2 Populasi dan Sampel<br />

Populasi penelitian ini adalah seluruh wajib pajak orang pribadi yang terdaftar serta<br />

melapor atas nama pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Senapelan Pekanbaru yang<br />

berjumlah 57.327 orang per 31 maret 2012. Wajib Pajak yang menjadi sampel dipilih dengan<br />

menggunakan metode purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini<br />

sebanyak 100 wajib pajak berdasarkan rumus Slovin.<br />

2.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel<br />

2.3.1. Motivasi Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan (Y)<br />

Motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan adalah kemauan wajib<br />

pajak untuk melakukan kewajiban dalam perpajakan yang diukur dengan instrumen kuisioner<br />

yang digunakan penelitian terdahulu yang dikembangkan oleh Piseska (2004). Kuisoner<br />

tersebut berdasarkan beberapa indikator yaitu Self Assesment System, melaksanakan<br />

pembukuan, pelaksanaan pemeriksaaan dan melaksanakan setoran pajak. Kuisoner ini<br />

menggunakan skala Likert 5 poin ( 1 = sangat tidak setuju dan 5 = sangat setuju ).<br />

2.3.2. Pengetahuan Wajib Pajak tentang Peraturan Perpajakan (X1)<br />

Pengetahuan wajib pajak tentang peraturan perpajakan adalah hasil tahu, ingatan dan<br />

ilmu yang dimiliki yang dimiliki wajib pajak tentang peraturan perpajakan yang tercantum<br />

dalam undang-undang perpajakan yang diukur dengan menggunakan instrument tes yang<br />

digunakan penelitian terdahulu yang dikembangkan oleh Subiyantoro (2006) yang<br />

disesuaikan dengan UU PPh terbaru yaitu UU No. 36 tahun 2008 . Instrumen tersebut terdiri<br />

dari pertanyaan-pertanyaan mengenai informasi yang berhubungan dengan pengetahuan<br />

tentang peraturan peraturan perpajakan yang tergambar dalam 5 indikator yaitu tentang<br />

Penghasilan tidak kena pajak (PTKP), tarif pajak progresif wajib pajak, perhitungan pajak<br />

wajib pajak orang pribadi, sanksi keterlambatan atau tidak menyampaikan SPT, dan Nomor<br />

Pokok Wajib Pajak (NPWP). Variabel ini menggunakan skala model gutman jika jawaban<br />

benar diskor 1 dan jika jawaban salah diskor 0.<br />

2.3.3. Penyelewengan Pajak (X2)<br />

Penyelewengan pajak adalah sikap, cara, proses menyimpang atau penyalahgunaan<br />

dana yang dilakukan oleh mafia pajak terhadap dana pajak yang dibayar oleh wajib pajak<br />

yang diukur dengan menggunakan instrumen kuisioner yang digunakan penelitian terdahulu<br />

yang dikembangkan oleh Kusumaningtyas (2011). Instrumen tersebut terdiri dari<br />

pertanyaan-pertanyaan mengenai informasi yang berhubungan dengan penyelewengan pajak<br />

dengan indikator informasi, pristiwa, penting, menarik, fakta dan efek dari penyelewengan<br />

3


pajak, dengan menggunakan skala Likert 5 poin (1 = sangat tidak setuju dan 5 = sangat<br />

setuju ).<br />

2.3.4. Persepsi atas Kinerja Pelayanan Perpajakan (X3)<br />

Persepsi wajib pajak atas kinerja pelayanan perpajakan adalah penilaian wajib pajak<br />

mengenai baik buruknya pelayanan perpajakan yang diukur dengan menggunakan instrumen<br />

kuisioner yang digunakan penelitian terdahulu yang dikembangkan oleh Piseska (2009).<br />

Instrumen tersebut terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai informasi yang berhubungan<br />

dengan persepsi tentang kinerja pelayanan perpajakan yang indikatornya adalah bukti fisik,<br />

keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati. Variabel ini menggunakan skala Likert 5 poin<br />

( 1 = sangat tidak setuju dan 5 = sangat setuju ).<br />

2.4. Metode Analisis Data<br />

2.4.1. Pengujian Validitas dan Reliabilitas<br />

Uji validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur itu dapat mengukur variabel<br />

yang akan diukur. Bila skala pengukuran tidak valid maka ia tidak bermanfaat bagi peneliti<br />

karena tidak mengukur atau melakukan apa yang seharusnya dilakukan (Ghozali,<br />

2001).Pengujian validitas kuesioner menggunakan teknik corrected item-total correlation,<br />

yaitu dengan cara mengkorelasi skor tiap item dengan skor totalnya. Pengujian validitas tes<br />

menggunakan rumus korelasi Point Biserial untuk mengestimasi validitas setiap skala<br />

(indikator observarian). Kriteria valid atau tidak valid adalah bila korelasi r kurang dari nilai<br />

r table dengan tingkat signifikan α = 5 %, berarti butir pernyataan tidak valid.<br />

Uji reliabilitas digunakan untuk menunjukan sejauh mana suatu pengukuran dapat<br />

memperoleh hasil yang konsisten, stabil atau relatif tidak berbeda jka dilakukan pengukuran<br />

kembali terhadap subjek yang sama. Pengujian reliabilitas kuisoioner dilakukan secara<br />

statistic yaitu dengan menghitung besarnya Cronbach’s Alpha dengan bantruan SPSS 17.0.<br />

jika koefisien alpha yang dihasilkan lebih besar dari 0,6 (α > 0,6) maka instrument tersebut<br />

dikatakan reliabel. Sebaliknya jika koefisien alpha rendah dari 0,6 (α < 0,6) maka instrumen<br />

tersebut dikatakan tidak reliabel ( Ghozali, 2001). Pengujian reliabilitas tes dilakukan dengan<br />

menggunakan rumus KR-20. Jika koefisien KR-20 mendekati 1 maka instrument tersebut<br />

dikatakan reliabel.<br />

2.5 Uji Asumsi Klasik<br />

Pengujian ini perlu dilakukan karena adanya konsekuensi yang mungkin terjadi jika<br />

asumsi tersebut tidak bisa dipenuhi. Adapun uji asumsi klasik yang akan diuji yaitu :<br />

2.5.1. Uji Multikolinearitas<br />

Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk menjelaskan kemungkinan terdapatnya<br />

hubungan antara variabel independen yang satu dengan variabel independen yang lain. Untuk<br />

mendeteksinya, dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai Variance Inflation<br />

Factor (VIF) untuk tiap-tiap variabel independen. Jika VIF lebih besar dari 5 maka variabel<br />

tersebut dikatakan mempunyai persoalan multikolinearitas dengan variabel lainnya.<br />

2.5.2. Uji Autokorelasi<br />

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi<br />

antara kesalahan pengganggu pada periode dengan mokesalahan penganggu pada periode t-1<br />

(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk<br />

menguji ada tidaknya autokorelasi, diukur dengan menggunakan statistik Durbin Watson<br />

(DW). Model regresi yang baik adalah jika Angka DW di antara -2 sampai +2, berarti tidak<br />

ada autokorelasi.<br />

4


2.5.3. Uji Heteroskedastisitas<br />

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi<br />

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Sementara itu<br />

dalam situasi terdapatnya heteorskedastisitas, peneliti dapat mengambil kesimpulan yang<br />

sama sekali salah karena pengujian t dan F sangat mungkin membesarkan signifikansi<br />

statistik dari parameter yang ditaksir sedangkan konsekuensi dari autokorelasi adalah nilai t<br />

dan F tidak lagi sah dan jika diterapkan akan memberikan kesimpulan lain yang menyesatkan<br />

secara serius mengenai arti statistik dari koefisien regresi yang ditaksir. Untuk memenuhi<br />

asumsi heterokedastisitas, maka perlu diuji apakah ada gejala heterokedastisitas atau tidak.<br />

Dalam penelitian ini, Untuk membuktikan ada atau tidaknya gangguan heteroskodestisitas<br />

dapat dilihat melalui pola diagram pencar (Scatterplot) tidak membentuk pola tertentu disini<br />

yang mana polanya menyebar, maka regresi tidak mengalami gangguan heteroskodestisitas.<br />

2.5.4. Uji Normalitas<br />

Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam metode regresi, variabel terikat dan<br />

variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik<br />

adalah data yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, untuk<br />

mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak uji normalitas dilakukan dengan<br />

menggunakan analisis grafik (grafik normal probability plot).<br />

2.6. Koefisien Determinasi<br />

Nilai koefisien determinasi R 2 dimaksudkan untuk mengetahui presentase besarnya<br />

pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau untuk<br />

menunjukan seberapa besar model regresi mampu menjelaskan variabilitas variabel<br />

dependen. Determinasi (R 2 ) adalah determinasi yang disesuaikan, yang artinya besarnya<br />

pengaruh variabel bebas yang telah disebabkan dari pengaruh error term secara bersamasama<br />

terhadap variabel dependen.<br />

2.7. Pengujian Hipotesis<br />

Penelitian ini mempunyai 3 hipotesis yang diuji dengan menggunakan teknik analisis<br />

regresi berganda dengan bantuan s<strong>of</strong>tware SPSS (Statistical Product and Service Solution)<br />

versi 17 dengan rumus sebagai berikut :<br />

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e1<br />

α = Konstanta<br />

β = Koefisien<br />

Y = Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan<br />

X1 = Pengetahuan Wajib Pajak Tentang Peraturan Perpajakan<br />

X2 = Penyelewengan Pajak<br />

X3 = Persepsi Wajib Pajak Atas Kinerja Perpajakan<br />

e = Error (Pengganggu)<br />

Untuk menguji hipotesis ini juga digunakan uji parsial (uji t). Uji t dilakukan dengan<br />

dua arah (2 tails) dengan tingkat keyakinan 95%, dimana tingkat signifikansi ditentukan<br />

sebesar 5% dan degree <strong>of</strong> freedom (df) = n – k. Uji ini dilakukan dengan ketentuan:<br />

1. Jika t-hitung < t-tabel pada α0.05, maka Ha ditolak, dan<br />

2. Jika t-hitung > t-tabel pada α0.05, maka Ha diterima.<br />

III. HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

5


3.1. Hasil Pengumpulan Data<br />

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan cara penyebaran tes dan kuesioner secara<br />

langsung di seluruh wilayah Pekanbaru. Distribusi kuesioner penelitian ini dapat dilihat pada<br />

Tabel III.1<br />

Tabel III.1 : Distribusi Kuesioner<br />

Jumlah Persentase<br />

Tes dan Kuesioner yang disebar 100 100%<br />

Tes dan Kuesioner yang kembali 100 100%<br />

Tes dan Kuesioner yang gugur 0 0%<br />

Tes dan Kuesioner yang layak diolah 100 100%<br />

Sumber: Data olahan (2012)<br />

Dari tabel III.1 diatas dapat dilihat bahwa tes dan kuesioner yang disebar sebanyak 100<br />

tes dan kuesioner dan kembali sebanyak100 tes dan kuesioner. Teknik penyebaran tes dan<br />

kuesioner dilakukan dengan cara interaksi langsung penulis kepada responden. Wawancara<br />

dan pengisian lembar tes dan kuesioner langsung selesai ditempat (tidak ada lembar tes dan<br />

kuesioner yang di bawa pergi atau pulang oleh responden). Tes dan kuesioner yang dapat<br />

diolah lebih lanjut sebanyak 100 kuesioner atau 100% dari total kuesioner yang disebar.<br />

3.2. Pr<strong>of</strong>il Responden<br />

Pr<strong>of</strong>il responden ini antara lain diuraikan mengenai jenis kelamin, usia, pendidikan,<br />

status, dan lama responden menjadi wajib pajak di KPP Pratama Senapelan Pekanbaru yang<br />

dapat dilihat pada Tabel III.2.<br />

Tabel III.2 : Pr<strong>of</strong>il Responden<br />

No Keterangan<br />

Responden<br />

1. Jenis Kelamin<br />

a. Pria<br />

b. Wanita<br />

2. Usia<br />

a. 30 tahun<br />

b. 31-40 tahun<br />

c. 41-50 tahun<br />

d. >50<br />

3. Pendidikan<br />

a. SMA<br />

b. Akademi<br />

c. S1<br />

d. S2<br />

Frekuensi Persentase<br />

51<br />

49<br />

51<br />

49<br />

Total 100 100<br />

63<br />

27<br />

9<br />

1<br />

63<br />

27<br />

9<br />

1<br />

Total 100 100<br />

0<br />

30<br />

70<br />

0<br />

0<br />

30<br />

70<br />

0<br />

Total 100 100<br />

4. Status<br />

a. Menikah<br />

42<br />

42<br />

b. Belum Menikah 58<br />

58<br />

Total 100 100<br />

6


5. Lama menjadi WP<br />

a. 5 tahun<br />

b. 6-10 tahun<br />

c. 11-15 tahun<br />

d. 16-20 tahun<br />

e. > 20 tahun<br />

63<br />

27<br />

3<br />

5<br />

2<br />

63<br />

27<br />

3<br />

5<br />

2<br />

Total 100 100<br />

Sumber: Data olahan (2012)<br />

3.3. Pengukuran Variabel<br />

Analisis deskriptif atau statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu<br />

data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,<br />

sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2001). Analisis data<br />

dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden sebanyak 100 orang sebagai sampel<br />

wajib pajak di KPP Pratama Senapelan Pekanbaru.<br />

Tabel III.3 : Analisis Deskriptif<br />

N Min Max Mean Std. Deviation<br />

X1 100 .00 15.00 9.5200 3.40967<br />

X2 100 6.00 18.00 10.5500 3.17940<br />

X3 100 41.00 82.00 66.4500 6.58185<br />

Y 100 46.00 75.00 60.1400 4.67320<br />

Sumber: Data olahan (2012)<br />

Dari data diatas dapat diketahui dengan jelas nilai minimum, maksimum, rata-rata,<br />

dan standar deviasi dari keseluruhan variabel dengan menggunakan sampel 100 wajib pajak<br />

3.4. Metode Pengujian Kualitas Data<br />

3.4.1. Pengujian Validitas<br />

Uji validitas digunakan untuk mengukur bahwa instrument yang digunakan dalam<br />

penelitian ini sesuai dengan apa yang seharusnya diukur dan mampu mengungkap sesuatu<br />

yang akan diukur oleh kuesioner atau tes tersebut. Suatu instrument dikatakan valid jika<br />

pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh<br />

instrument tersebut (Ghozali,2001). Apabila suatu alat ukur dinyatakan valid, maka barulah<br />

kemudian dilakukan uji reliabilitas. Untuk dapat dikatakan valid apabila R hitung lebih besar<br />

dari pada R tabel ( R hitung > R tabel).<br />

Berdasarkan pengujian yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan seluruh pertanyaan<br />

dalam tes dan kuesioner yang digunakan untuk mengukur semua variabel mampu untuk<br />

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut dengan nilai R hitung<br />

lebih besar dari pada R tabel ( R hitung > R tabel) .<br />

3.4.2. Pengujian Reliabilitas<br />

Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan konsistensi dari alat ukur dalam<br />

mengukur gejala yang sama dilain kesempatan. Suatu instrument dikatakan reliabel atau<br />

handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke<br />

waktu (Ghozali, 2001). Jadi, uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur apakah instrument<br />

yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari kesalahan, sehingga akan memperoleh hasil<br />

7


yang konsisten dan akurat.<br />

Dari uji reliabilitas yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa Croanbach Alpha > 0,60<br />

(Ghozali, 2001) atau KR-20 mendekati 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa instrument<br />

penelitian yang digunakan adalah reliabel. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel<br />

berikut:<br />

Tabel III.4 Hasil Uji Reliabilitas dengan Koefisien Cronbach Alpha<br />

Variabel N<br />

Cronbach Alpha<br />

Penyelewengan Pajak (X2) 25 0.709<br />

Persepsi atas Kinerja Pelayanan<br />

Perpajakan (X3)<br />

Motivasi Wajib Pajak Dalam<br />

Memenuhi Kewajiban<br />

Perpajakan (Y)<br />

Sumber: Data olahan (2012)<br />

20 0.745<br />

15 0.783<br />

Tabel III.5 Hasil Uji Reliabilitas dengan Koefisien KR-20<br />

Variabel N KR-20<br />

Pengetahuan Wajib Pajak<br />

Tentang Peraturan<br />

Perpajakan (X1)<br />

Sumber: Data olahan (2012)<br />

15 0,755<br />

3.5. Uji Asumsi Klasik<br />

3.5.1. Uji Multikolinearitas<br />

Pengujian mukltikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi<br />

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Dengan menggunakan s<strong>of</strong>tware SPSS ver<br />

17.0 maka untuk mengetahui ada atau tidaknya gangguan multikolinearitas maka dapat<br />

dilihat secara umum ditunjukkan oleh nilai tolerance dan dari Varian Inflation Factor (VIF)<br />

dengan batasan nilai VIF untuk masing-masing variabel independen < 5. Jika VIF > 5 maka<br />

variabel tersebut mengalami gangguan multikolinearitas, sebaliknya jika VIF < 5 maka<br />

variabel tersebut bebas dari pengaruh multikolinearitas.<br />

Tabel III.6 Hasil Uji Multikolinearitas dan Tolerance<br />

Variabel VIF Tolerance Kesimpulan<br />

Pengetahuan Wajib Pajak Tentang<br />

Peraturan Perpajakan<br />

1,781 0,561<br />

Tidak ada<br />

multikolinearitas<br />

8


Penyelewengan Pajak 1,101 0,908<br />

Persepsi atas Kinerja Pelayanan<br />

Perpajakan<br />

Sumber: Data olahan (2012)<br />

1,800 0,556<br />

Berdasarkan tabel III.6 diatas semua nilai VIF variabel independent tersebut lebih<br />

kecil dari 5 (


Berdasarkan grafik scatterplot diatas menunjukkan bahwa titik-titik tersebar diatas<br />

dan dibawah nol pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah<br />

heteroskedastisitas pada model.<br />

3.5.4. Uji Normalitas<br />

Dalam metode regresi, variabel dependen dan variabel independen harus mempunyai<br />

distribusi data yang normal. Karena metode regresi yang baik adalah data yang berdistribusi<br />

normal atau mendekati normal. Adapun cara untuk mendeteksi normalitas data adalah<br />

menggunakan analisis grafik ( grafik normal probability plot ).<br />

Dalam uji tersebut normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)<br />

pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram residualnya. Jika data<br />

menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau histogramnya<br />

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.<br />

Dibawah ini hasil Grafik Normal Probability Plot yang diolah dengan SPSS sebagai<br />

berikut :<br />

Sumber: Hasil pengolahan data (2012)<br />

Gambar III.2 Grafik Normal Probability Plot-Uji Normalitas data<br />

Dari hasil diatas terlihat bahwa data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti<br />

arah garis tersebut, berarti model regresi memenuhi asumsi normalitas.<br />

3.6. Pengujian Koefisien Determinasi<br />

Pengujian koefisien determinasi (R 2 ) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh<br />

kemampuan model dalam menjelaskan variabel independen. Hasil pengolahan koefisien<br />

determinasi (R 2 ) pada SPSS sebagai berikut :<br />

Tabel III.8 Koefisien Determinasi<br />

Model R R Square<br />

Model Summary b<br />

Adjusted R<br />

Square<br />

Std. Error <strong>of</strong> the<br />

Estimate<br />

Durbin-Watson<br />

1 .902 a .814 .808 2.04727 1.581<br />

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1<br />

b. Dependent Variabel: Y<br />

Sumber: Hasil pengolahan data (2012)<br />

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa nilai adjusted R 2 adalah sebesar 0,808 atau<br />

80,8%. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban<br />

10


perpajakan dipengaruhi oleh tiga variabel bebas, yaitu pengetahuan wajib pajak tentang<br />

peraturan perpajakan, penyelewengan pajak dan persepsi wajib pajak atas kinerja pelayanan<br />

perpajakan sebesar 80,8% sedangkan sisanya yaitu 19,2% dipengaruhi oleh variabel lain<br />

diluar model.<br />

3.7 Pengujian Hipotesis<br />

Hipotesis penelitian ini dengan melakukan analisis regresi berganda pada dua variabel<br />

independen terhadap sebuah variabel dependen. Dengan menggunakan kinerja pengujian<br />

dengan tingkat kepercayaan 95% atau α=5% (0,05), df = n - k = 100 - 3 = 97, diperoleh ttabel<br />

sebesar 1,157 dengan membandingkan thitung dengan ttabel untuk menguji signifikansi<br />

koefisien regresi, apakah variabel independen berpengaruh secara nyata atau tidak.<br />

Thitung > Ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima (berpengaruh signifikan)<br />

Thitung < Ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak (tidak berpengaruh signifikan)<br />

Tabel III.9 Pengujian Hipotesis<br />

Variabel Koefisien<br />

Kesalahan<br />

Standar<br />

Nilai-t Sig.<br />

Konstanta (α) 38,724 2,635 14,698 0,000<br />

Pengetahuan Wajib Pajak Tentang<br />

Peraturan Perpajakan (X1)<br />

0,868 0,081 10,772 0,000<br />

Penyelewengan Pajak (X2) -0,141 0,068 -2,079 0,040<br />

Persepsi atas Kinerja Pelayanan<br />

Perpajakan (X3)<br />

0,220 0,042 5,255 0,000<br />

R 2 = 0,814; Adjusted R 2 = 0,808; F = 139,945; Sig. F = 0,000<br />

Sumber: Hasil pengolahan data (2012)<br />

3.7.1. Pengujian Hipotesis Pertama (Ha1)<br />

Variabel Pengetahuan Wajib Pajak Tentang Peraturan Perpajakan memiliki nilai<br />

koefisien regresi sebesar 0.868, thitung sebesar 10,772 dan ttabel 1,157. Karena thitung > ttabel<br />

maka disimpulkan bahwa Ho₁ ditolak dan Ha₁ diterima, sehingga dinyatakan bahwa<br />

Pengetahuan Wajib Pajak Tentang Peraturan Perpajakan berpengaruh terhadap Motivasi<br />

Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan.<br />

3.7.2. Pengujian Hipotesis Kedua (Ha2)<br />

Variabel Penyelewengan Pajak memiliki nilai koefisien regresi sebesar minus 0.141,<br />

thitung sebesar 2,079 dan ttabel 1,157. Karena thitung > ttabel maka disimpulkan bahwa Ho₂<br />

ditolak dan Ha₂ diterima, sehingga dinyatakan bahwa Penyelewengan Pajak berpengaruh<br />

signifikan negatif terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan.<br />

3.7.3. Pengujian Hipotesis Ketiga (Ha3)<br />

Variabel Persepsi Wajib Pajak Atas Kinerja Pelayanan Perpajakan memiliki nilai<br />

koefisien regresi sebesar 0.220, thitung sebesar 5,255 dan ttabel 1,157. Karena thitung > ttabel<br />

maka disimpulkan bahwa Ho₃ ditolak dan Ha₃ diterima, sehingga dinyatakan bahwa<br />

Pengetahuan Wajib Pajak Tentang Peraturan Perpajakan berpengaruh terhadap Motivasi<br />

Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan.<br />

11


3.8 Pembahasan<br />

3.8.1. Pengaruh Pengetahuan Wajib Pajak Tentang Peraturan Perpajakan Terhadap<br />

Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan<br />

Hipotesis pertama manyatakan adanya pengaruh antara Pengetahuan Wajib Pajak<br />

Tentang Peraturan Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban<br />

Perpajakan. Hal ini dibuktikan dengan nilai thitung 10,772 yang lebih besar dari ttabel 1,157, hal<br />

ini berarti berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Pengetahuan Wajib<br />

Pajak Tentang Peraturan Perpajakan berpengaruh terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam<br />

Memenuhi Kewajiban Perpajakan.<br />

Temuan empiris terkait dengan adanya hubungan antara pengetahuan wajib pajak<br />

tentang peraturan perpajakan dengan motivasi patuh membayar pajak dapat dimengerti.<br />

Pengetahuan akan mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Hasil penlitian ini<br />

didukung oleh penelitian Subiyantoro (2006) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh<br />

pengetahuan wajib pajak tentang peraturan perpajakan terhadap motivasi wajib pajak dalam<br />

memenuhi kewajiban perpajakan. Dalam kaitanya dengan motivasi membayar pajak, maka<br />

adanya pengetahuan wajib pajak, terutama tentang peraturan perpajakan sangat penting.<br />

Dalam prakteknya, peraturan perpajakan cukup sulit untuk dimengerti oleh wajib pajak,<br />

sehingga menimbulkan keengganan bagi wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban<br />

perpajakan. Sering terjadi wajib pajak mengeluh sulit dalam mengisi formulir SPT (Surat<br />

Pemberitahuan) pajak. Selain itu, peraturan perpajakan juga sering kali berubah sehingga<br />

membingungkan wajib pajak. Kondisi seperti akan berpengaruh pada keinginan wajib pajak<br />

yang rendah dalam membayar pajak. Wajib pajak sering kali harus bersusah payah bertanya<br />

kepada aparat pajak bahkan ada yang mengundang konsultan pajak untuk mengisinya,<br />

sehingga harus keluar biaya dan memakan banyak waktu. Keengganan wajib pajak untuk<br />

membayar pajak bisa berkurang apabila peraturan perpajakan dibuat sederhana mungkin<br />

sehingga wajib pajak tahu cara mengisinya.<br />

3.8.2. Pengaruh Penyelewengan Pajak Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam<br />

Memenuhi Kewajiban Perpajakan<br />

Hipotesis kedua manyatakan adanya pengaruh antara Penyelewengan Pajak Terhadap<br />

Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan. Hal ini dibuktikan dengan<br />

nilai thitung 2,0779 yang lebih besar dari ttabel 1,157,lalu memiliki koefisien minus 0,141, hal<br />

ini berarti berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Penyelewengan Pajak<br />

berpengaruh signifikan negatif terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban<br />

Perpajakan.<br />

Temuan empiris terkait dengan adanya hubungan antara penyelewengan pajak dengan<br />

motivasi patuh membayar pajak dapat dimengerti. Penyelewengan pajak akan mempengaruhi<br />

prilaku seseorang untuk melakukan pembayaran pajak. Hasil penelitian ini didukung oleh<br />

penelitian Kusumaningtyas (2011) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh pemberitaan<br />

mafia pajak (penyelewengan pajak) terhadap perilaku wajib pajak dalam membayar pajak.<br />

Dalam kaitanya dengan motivasi membayar pajak, dengan adanya berita mengenai<br />

penyelewengan pajak sangat mempengaruhi wajib pajak. Dalam kenyataanya, pemberitaan<br />

mengenai penyelewengan pajak sangat mempengaruhi perilaku wajib pajak sehingga<br />

menimbulkan keengganan bagi wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakan.<br />

Wajib pajak khawatir dengan maraknya penyelewengan pajak yang dilakukan oleh fiskus<br />

ataupun aparat terkait akan membuat pembangunan negara menjadi tersendat akibat ulah<br />

oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab padahal mereka sudah melaksanakan<br />

kewajiban perpajakan. Kondisi seperti ini akan berpengaruh pada keinginan wajib pajak yang<br />

rendah dalam membayar pajak. Wajib pajak sering kali resah dan geram akibat ulah mafia<br />

pajak seperti Gayus Tambunan dan Dhana Widiyatmika. Keengganan wajib pajak untuk<br />

12


membayar pajak bisa berkurang apabila penyelewengan pajak diberantas sehingga wajib<br />

pajak terdorong untuk membayar pajak.<br />

3.8.3. Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Atas Kinerja Pelayanan Perpajakan Terhadap<br />

Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan<br />

Hipotesis ketiga manyatakan adanya pengaruh antara Persepsi Wajib Pajak Atas<br />

Kinerja Pelayanan Perpajakan Terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban<br />

Perpajakan. Hal ini dibuktikan dengan nilai thitung 5,255 yang lebih besar dari ttabel 1,157, hal<br />

ini berarti berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Persepsi Wajib Pajak<br />

Atas Kinerja Pelayanan Perpajakan berpengaruh terhadap Motivasi Wajib Pajak Dalam<br />

Memenuhi Kewajiban Perpajakan. Adanya hubungan antara kinerja pelayanan perpajakan<br />

dengan motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakanya dapat dipahami. Hasil<br />

penelitian ini didukung oleh penelitian Akbari (2011), Piseska (2009) dan suhartono (2004),<br />

yang menyatakan bahwa persepsi wajib pajak atas kinerja pelayanan perpajakan berpengaruh<br />

terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan.<br />

Dalam kaitanya dengan motivasi membayar pajak, pelayanan merupakan produk yang<br />

diberikan oleh pemerintah sehingga baik buruknya pelayanan yang diberikan akan<br />

berpengaruh terhadap perilaku orang yang dilayani, khususnya wajib pajak. Kinerja<br />

pelayanan perpajakan yang dipersepsi tidak memuaskan oleh wajib pajak tentu akan<br />

membuat kecewa wajib pajak sehingga enggan berurusan dengan kantor pajak. Inilah yang<br />

akan menjadi sumber potensial menurunya motivasi wajib pajak untuk memenuhi kewajiban<br />

perpajakanya. Walau bagaimanapun alasan ini tidak boleh dipandang sebelah mata, dengan<br />

alasan wajib pajak akan tetap butuh, karena hanya institusilah yang mampu memberikan<br />

pelayanan dan tidak ada alternatif lain. Dapat dimengerti apabila wajib pajak enggan<br />

berhubungan dengan Kantor Pelayanan Pajak, karena melihat pengisian formulir (Surat<br />

Pemberitahuan) SPT yang begitu rumit dan mungkin hanya bisa diisi dengan benar oleh<br />

orang yang pernah kursus perpajakan atau petugasnya sendiri. Berbagai kemudahan<br />

pelayanan yang diberikan tentu akan mendorong wajib pajak untuk menjalankan<br />

kewajibanya.<br />

IV KESIMPULAN DAN SARAN<br />

4.1 Kesimpulan<br />

Hasil evaluasi model penelitian dan pengujian hipotesis yang dilakukan dalam<br />

penelitian ini menghasilkan beberapa simpulan antara lain:<br />

a. Dari hasil pengujian asumsi klasik data menunjukkan bahwa data normal dan model<br />

regresi yang diajukan pada masing-masing variabel bebas dari gangguan<br />

multikolinearitas, autokolerasi, dan heteroskodestisitas. Dan dari hasil pengujian<br />

validitas dan reliabilitas, semua instrument valid dan reliabel.<br />

b. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dapat diketahui bahwa variabel<br />

independen, yaitu pengetahuan wajib pajak tentang peraturan perpajakan,<br />

penyelewengan pajak dan persepsi wajib pajak atas kinerja pelayanan perpajakan<br />

secara bersama-sama berpengaruh terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi<br />

kewajiban perpajakannya yaitu sebesar 80,8% sedangkan 19,2% dipengaruhi oleh<br />

faktor-faktor diluar model.<br />

c. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda diatas dapat diketahui bahwa ketiga<br />

variabel independen, yaitu pengetahuan wajib pajak tentang peraturan perpajakan,<br />

penyelwengan pajak dan persepsi wajib pajak atas kinerja pelayanan perpajakan<br />

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap motivasi wajib pajak dalam memenuhi<br />

kewajiban perpajakannya.<br />

13


4.2. Keterbatasan<br />

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan seperti :<br />

a. Penelitian ini hanya dilakukan pada salah satu Kantor Pelayanan Pajak yaitu KPP<br />

Pratama Senapelan Pekanbaru.<br />

b. Keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian sehingga mengakibatkan peneliti<br />

tidak bisa mendapatkan hasil yang maksimal.<br />

4.3. Saran<br />

Dari kesimpulan di atas maka penulis dapat memberikan beberapa saran pokok<br />

sebagai berikut :<br />

a. Untuk KPP Pratama Senapelan Pekanbaru :<br />

1. Sebaiknya lebih intensif memberikan penyuluhan kepada wajib pajak, dan perlu<br />

ditingkatkan secara terus menerus karena pengetahuan terbukti memiliki hubungan<br />

positif dan signifikan dengan motivasi patuh membayar pajak. Penyuluhan tersebut<br />

diberikan sesuai perkembangan atau perubahan peraturan perpajakan. Selain itu, juga<br />

perlu sesekali diselenggarakan pelatihan cara menghitung dan mengisi formulir pajak<br />

kepada wajib pajak tanpa dipungut biaya<br />

2. Penyelewengan pajak yang dilakukan oleh mafia pajak seharusnya ditindak dengan<br />

tegas sehingga tidak ada lagi bermunculan mafia-mafia pajak lainya karena<br />

penyelewengan pajak terbukti memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan<br />

motivasi patuh membayar pajak, maka jika ingin meningkatkan motivasi wajib pajak<br />

untuk memenuhi kewajiban perpajakanya maka harus menghilangkan budaya<br />

penyelewengan pajak.<br />

3. Kinerja pelayanan KPP Pratama Senapelan Pekanbaru perlu ditingkatkan, terutama<br />

pada aspek-aspek yang dipersepsi oleh wajib pajak belum maksimal. Upaya<br />

peningkatan kinerja pelayanan antara lain dapat juga dilakukan dengan memberikan<br />

reward khusus kepada pegawai yang berprestasi dalam melakukan pelayanan.<br />

Pemberian reward hendaknya dilakukan secara obyektif dan didasarkan pada prestasi,<br />

bukan senioritas atau nepotisme.<br />

b. Untuk wajib pajak :<br />

Pengetahuan wajib pajak tentang peraturan perpajakan perlu dipupuk dan ditingkatkan<br />

antara lain melalui kegiatan penyuluhan secara intensif. Dalam hal ini materi penyuluhan<br />

harus memuat paraturan-peraturan perpajakan lengkap dengan segala aplikasi dan<br />

konsekuensi yuridisnya.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Akbari, Wahyudian. 2011. Pengaruh Kecerdasan Spiritual, Kinerja Pelayanan Perpajakan<br />

Terhadap Motivasi Wajib Pajak dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan. Skripsi-<br />

S1 Universitas <strong>Riau</strong><br />

Bakrin. 2004. Analisis Persepsi Wajib Pajak tentang Pajak dan Kualitas Pelayanan. Tesis-S2<br />

Universitas Indonesia.<br />

Barata, Atep Adya. 2004. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Jakarta: PT. Elex Media<br />

Komputido.<br />

Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: Rineka Cipta<br />

Djaenuri, Aries. 2002. Manajemen Pelayanan Umum, Jakarta, IIP Press, 2002.<br />

Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi 3. Badan<br />

Penerbit Universitas Diponegoro.<br />

Hudaifah, Ahmad. 2010. Pajak dan Paragdima Pr<strong>of</strong>it. Detik.com.<br />

14


Judisseno, Rimsky K. 2005. Pajak dan Strategi Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka<br />

Utama.<br />

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak. 2010. Petunjuk<br />

Pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang<br />

Pribadi (SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi), Jakarta.<br />

Kusumaningtyas, Dieta. 2011. Pengaruh pemberitaan kasus mafia pajak di media massa<br />

terhadap perilaku wajib pajak dalam membayar pajak penghasilan. Skripsi-S1<br />

UPN.<br />

Kyosaki, Robert T. 2002. Rich Dad Poor Dad. New Edition. Tim Warner Paperbacks<br />

Mangkunegara, A. A. Anwar Prabu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,<br />

Bandung: Remaja Roesdakarya.<br />

Mardiasmo, 2008. Perpajakan, Edisi Revisi, Andi, Yogyakarta.<br />

Marsuki, Zainal. 2011. Makalah-Makalah Mafia Pajak. Makassar<br />

Notoatmodjo, Soekidjo 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta<br />

Piseska, Vienna. 2009. Pengaruh Antara kecerdasan spiritual, persepsi wajib pajak terhadap<br />

kinerja pelayanan perpajakan dengan motivasi wajib pajak dalam memenuhi<br />

kewajiban perpajakan (di KPP Pratama Jakarta Matraman). Skripsi-S1 ABFI<br />

INSTITUTE PERBANAS.<br />

Republik Indonesia. 2008. Undang-undang Pajak Penghasilan Tahun 2008. Edisi Lengkap.<br />

Jakarta: Penerbit Salemba Empat.<br />

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods For Business. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.<br />

Setyawan, Danang Wahyu. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan<br />

Wajib Pajak Pribadi Dalam Membayar Pajak Penghasilan. Skripsi-S1 Universitas<br />

Muhammadiyah Surakarta.<br />

Sinetar, Marsha. 2001. Spiritual Intelligence: Kecerdasan Spiritual, alih bahasa: Soedanto<br />

Budidarmo. Jakarta: PT. Alex Media Komputindo.<br />

Social-Pajak.blogspot.com. 2008. Pengaruh Teori Motivasi Terhadap Kepatuhan Wajib<br />

Pajak.<br />

Subiyantoro. 2006. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Wajib Pajak Patuh<br />

Membayar Pajak Studi Kasus pada Pedagang Pasar Pramuka Jakarta Timur. Tesis-<br />

S2 Universitas Indonesia<br />

Sugiyono. 2008, Statistik Nonparametris: Untuk Penelitian, CV. Alfabeta, Bandung.<br />

Suhartono. 2004. Hubungan Antara Kecerdasan Spritual dan Persepsi Wajib Pajak<br />

Terhadap Kinerja Pelayanan Perpajakan dengan Motivasi Wajib Pajak dalam<br />

Memenuhi Kewajiban Perpajakan. Tesis-S2 Universitas Indonesia.<br />

Suryadi. 2006. Model hubungan kausal kesadaran, pelayanan, kepatuhan wajib pajak dan<br />

pengaruhnya terhadap kinerja penerimaan pajak. Jurnal Keuangan Publik. No. 1<br />

Vol. IV. Sidoarjo.<br />

Waluyo dan Wirawan B. Ilyas. 2005. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Penerbit Salemba<br />

Empat.<br />

Winardi, J. 2001. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT. RajaGrafindo<br />

Persada.<br />

15

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!