November - Desember 2012. Vol.13 No. 6 - Perpustakaan POM ...
November - Desember 2012. Vol.13 No. 6 - Perpustakaan POM ...
November - Desember 2012. Vol.13 No. 6 - Perpustakaan POM ...
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
8<br />
beredar di Indonesia. Namun demikian, pada kenyataannya<br />
masih ditemukan produk obat dan makanan ilegal dan atau<br />
mengandung bahan berbahaya yang berisiko terhadap<br />
kesehatan masyarakat luas.<br />
Merujuk pada beberapa kasus pro justicia hasil penyidikan<br />
Badan <strong>POM</strong>, hukuman yang diberikan kepada pelaku relatif<br />
sangat ringan dan tidak menimbulkan efek jera. Hal ini<br />
menyebabkan pelaku kembali beroperasi setelah menjalani<br />
hukumannya. Keadaan ini terjadi karena lemahnya payung<br />
hukum yang mengatur pengawasan obat dan makanan, yang<br />
saat ini masih merujuk pada Undang-Undang <strong>No</strong>. 36 Tahun<br />
2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang <strong>No</strong>. 7 Tahun 1996<br />
tentang Pangan, Undang-Undang <strong>No</strong>. 5 Tahun 1997 tentang<br />
Psikotropika, Undang-Undang <strong>No</strong>. 8 Tahun 1999 tentang<br />
Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang <strong>No</strong>. 35 Tahun<br />
2009 tentang Narkotika.<br />
Hukuman yang terlalu ringan, denda yang tidak cukup berat<br />
untuk membuat pelakunya bangkrut, hingga minimnya<br />
pengawasan pada jalur-jalur distribusi obat dan makanan<br />
resmi, membuat bisnis ini dianggap lebih menguntungkan<br />
dibandingkan bisnis haram narkotika atau penyelundupan<br />
produk tembakau/rokok yang konsekwensi hukumnya lebih<br />
berat.<br />
Diperlukan legal basis `yang kuat, agar kasus-kasus pemalsuan<br />
dan peredaran obat dan makanan ilegal serta produk<br />
mengandung bahan berbahaya tidak terus bermunculan yang<br />
berarti akan memperbesar risiko kesehatan yang mungkin<br />
timbul di masyarakat. Untuk itu, pemerintah mengusulkan<br />
Rancangan Undang-Undang Pengawasan Obat dan Makanan<br />
kepada Lembaga Legislatif dengan usulan nama Undang-<br />
Undang Pengawasan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan<br />
Info<strong>POM</strong> - <strong>Vol.13</strong> <strong>No</strong>. 6 <strong><strong>No</strong>vember</strong>-<strong>Desember</strong> 2012<br />
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) serta Undang-<br />
Undang Pangan.<br />
UU Pangan telah disahkan sejak bulan <strong><strong>No</strong>vember</strong> 2012,<br />
yaitu UU nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan, sedangkan<br />
pembahasan terhadap RUU Pengawasan Sediaan Farmasi, Alat<br />
Kesehatan dan PKRT saat ini telah memasuki tahap akhir.<br />
Dalam UU Pangan yang baru ini mengatur setiap lingkup<br />
penyelenggaran pangan, meliputi perencanaan, ketersediaan,<br />
keterjangkauan, konsumsi, keamanan, label dan iklan,<br />
pengawasan, sistem informasi, penelitian dan pengembangan,<br />
kelembagaan, peran serta masyarakat dan penyidikan.<br />
Hukuman bagi pelaku pelanggaran ditingkatkan dan lebih<br />
mencakup secara luas dan mendetil untuk setiap perbuatan<br />
yang termasuk tindak pidana.<br />
UU Pengawasan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan PKRT<br />
yang diusulkan secara lengkap mengatur pengawasan di<br />
setiap fungsi meliputi penetapan standar dan persyaratan,<br />
pembuatan, penandaan (label) dan informasi, peredaran,<br />
pengeluaran (ekspor), pemasukan (impor), promosi dan iklan,<br />
pengujian laboratorium, penarikan kembali dan pemusnahan<br />
produk, pemeriksaan sarana dan pengambilan contoh produk,<br />
penyidikan, serta partisipasi masyarakat. UU tersebut juga<br />
menyebutkan secara jelas kewenangan Badan Pengawas,<br />
dalam melakukan pengawasan. Mengenai hukuman atau<br />
sanksi yang dikenakan, pada RUU ini diusulkan sanksi yang<br />
lebih berat baik pidana maupun denda yang diharapkan dapat<br />
memberikan efek jera kepada pelaku usaha yang melakukan<br />
pelanggaran.<br />
Diharapkan apabila Undang-Undang ini sudah disahkan,<br />
maka Indonesia mempunyai payung hukum yang jelas dalam<br />
mengawasi produk obat, obat tradisional, suplemen makanan,<br />
kosmetik dan produk pangan untuk melindungi masyarakat<br />
dari risiko kesehatan yang mungkin timbul dari produk-produk<br />
yang tidak memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat dan<br />
mutu produk obat dan makanan.<br />
Penutup.<br />
Payung hukum pengawasan obat dan makanan merupakan<br />
syarat mutlak yang diperlukan untuk melindungi masyarakat<br />
terhadap produk obat dan makanan yang berisiko terhadap<br />
kesehatan. Dengan adanya Undang-Undang yang mengatur<br />
pengawasan obat dan makanan, maka petugas pengawas<br />
dapat melaksanakan tugasnya dengan lebih baik dan membuat<br />
masyarakat lebih terlindungi sehingga cita-cita Indonesia<br />
Sehat sesuai target Millenium Development Goals bukan<br />
hanya menjadi tujuan dan mimpi, tetapi dapat segera menjadi<br />
kenyataan.<br />
Penulis<br />
Biro Hukum dan Humas