Pemuliaan_Kelainan_Genetik_dan_Sitogenetik
Pemuliaan_Kelainan_Genetik_dan_Sitogenetik
Pemuliaan_Kelainan_Genetik_dan_Sitogenetik
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
5.1. Pendahuluan<br />
V. PEMULIAAN KELAINAN GENETIK<br />
DAN SITOGENETIK PADA TANAMAN<br />
Ir.Wayan Sudarka, M.P.<br />
Dalam Bab ini dijelaskan mengenai pengertian mutasi, penggolongan mutasi <strong>dan</strong><br />
manfaat mutasi dalam pemuliaan tanaman. Mutasi dapat terjadi pada gen, kromosom<br />
atau genoom dalam inti sel atau pada materi genetik yang ada pada sitoplasma.<br />
Dijelaskan pula mengenai penyebab terjadinya mutasi, terutama radiasi gelombang<br />
pendek <strong>dan</strong> zat kimia mutagenik. Mutasi digolongakan menjadi mutasi gen, kromosom<br />
<strong>dan</strong> genoom, <strong>dan</strong> kelainan sitogenetik.<br />
Perubahan pada struktur kromosom dibedakan menjadi: defisiensi, duplikasi,<br />
inversi, <strong>dan</strong> translokasi. Mutasi genoom dibedakan menjadi aneuploid <strong>dan</strong> euploid.<br />
Aneuplid dibedalan menjadi: nulisomi, monosomi, trisomi <strong>dan</strong> tetrasomi. Euploid<br />
dibedakan menjadi autopoliploid <strong>dan</strong> allopoliploid. Dijelaskan pula mengenai<br />
keberhasilan yang mengagumkan pada pemuliaan autopoliploid, allopoliploid,<br />
<strong>dan</strong> kelainan sitogenetik.<br />
5.2. Pengertian Mutasi<br />
Mutasi merupakan perubahan yang terjadi pada organisme yang bersifat menurun<br />
(hereditas), <strong>dan</strong> hasil perubahan tersebut disebut mutan. Mutasi merupakan sumber aneka<br />
alela, yaitu bahan baku bagi alternatif-alternatif genotipe. Mutasi memberi alam<br />
variabilitas yang diwariskan, <strong>dan</strong> merupakan kunci keberhasilan seleksi alam.<br />
Manfaat mutasi dalam pemuliaan tanaman adalah meningkatkan keragaman/ variabilitas<br />
genetik tanaman, sehingga pemilihan / seleksi untuk sifat-sifat baik lebih mudah<br />
dilakukan.<br />
Mutasi dapat terjadi secara alami <strong>dan</strong> buatan/ induksi. Penyebab mutasi alami<br />
belum diketahui secara pasti. Radiasi gelombang pendek seperti: ultra violet, sinar<br />
radioaktif, neutron, sinar kosmis dapat sebagai penyebab mutasi alam. Mutasi buatan<br />
dapat dilakukan dengan: a) zat kimia mutagenik seperti : colchisin, mustard nitrogen,<br />
1
ethyl meta sulfonat (EMS), etilinimin, diefoksibutan, etilinoksida. Zat kimia mutagenik<br />
yang banyak digunakan untuk menimbulkan mutasi adalah: colchisin <strong>dan</strong> EMS.<br />
b). Radiasi gelombang pendek, seperti: α, β, γ, sinar X, neutron. Radiasi yang banyak<br />
digunakan untuk menimbulkan mutasi adalah sinar X.<br />
Mutasi yang terjadi di alam ada yang menguntungkan <strong>dan</strong> ada yang merugikan.<br />
Sebagian besar mutasi yang terjadi merugikan, tetapi 1/1000 diperkirakan ada yang<br />
bermanfaat, seperti mutan yang tahan terhadap hama dam penyakit. Fenotipe hasil<br />
mutasi di kelompokkan ke dalam lima kelas: mutasi morfologi, mutasi letal, mutasi<br />
kondisional, mutasi biokimia, <strong>dan</strong> mutasi resiten.<br />
1. Mutasi morfologi, perubahan yang terjadi dapat dilihat langsung pada organ<br />
mahluk hidup, seperti warna mata putih pada lalat buah (Drosophila<br />
melanogaster), tanaman kate pada kacang polong (Pisum sativum), <strong>dan</strong> lain-lain.<br />
2. Mutasi letal, perubahan yang terjadi pada mahluk hidup bersifat mati (lethal),<br />
seperti tidak a<strong>dan</strong>ya khlorofil pada organ fotosintesis tanaman jagung, kedelai <strong>dan</strong><br />
lain-lain.<br />
3. Mutasi kondisional, perubahan yang terjadi baru tampak pada kondisi tertentu<br />
(kondisi restriktif), se<strong>dan</strong>gkan pada kondisi lain mengekspresikan normal (kondisi<br />
permisif). Dijumpai pada lalat buah (Drosophila melanogaster) dominant lethal<br />
peka terhadap suhu. Individu (H + /H) fenotipenya normal pada suhu 20 o C<br />
(kondisi permisif), tetapi lalat buah tersebut mati bila suhu dinaikkan 30 o C<br />
(kondisi restriktif).<br />
4. Mutasi biokimia, perubahan terjadi pada organisme yang menyebkan hilangnya<br />
fungsi biokimia dari sel. Contoh pada cendawan/ fungi tertentu terdapat mutan ad.<br />
yang yang baru akan hidup bila ditambah adenine. Mutan biokimia sering<br />
bersifat auksotrofik, artinya untuk pertumbuhan mikro organisme memerlukan<br />
tambahan nutrisi komplek. Se<strong>dan</strong>gkan kebanyakan mikroorganisme bersifat<br />
prototropik artinya mikroorganisme tersebut dapat mandiri untuk nitrisinya.<br />
5. Mutasi resisten, perubahan yang terjadi pada sel atau organisme bersifat resisten<br />
terhadap inhibitor, pathogen tertentu. Mutan jenis ini banyak dimanfaatkann<br />
dalam pemuliaan tanaman untuk mendapatkan varietas unggul baru yang tahan<br />
terhadap hama <strong>dan</strong> penyakit tertentu.<br />
2
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada material genetic dalam sel, mutasi dibedakan<br />
menjadi: mutasi gen, mutasi kromosom, mutasi genoom, <strong>dan</strong> mutasi gen sitoplasma<br />
5.3. Mutasi Gen<br />
Mutasi gen yaitu prubahan terjadi pada material genetik, dalam prosesnya mutasi<br />
terjadi kerena a<strong>dan</strong>ya perubahan urutan (sequence) nukleotida DNA kromosom, yang<br />
mengakibatkan terjadinya perubahan pada bentuk protein enzim. Perubahan yang umum<br />
terjadi ialah penggantian satu nukleotida dengan yang lainnya pada saat berlangsungnya<br />
replikasi DNA. Selama kode genetik cukup berlimpah, seluruh penggantian nukleotida<br />
tidak mengakibatkan terjadinya perubahan protein. Yang dimaksud dengan kode genetik<br />
berlimpah, ialah a<strong>dan</strong>ya beberapa kode yang mereplikasikan nukleotida yang sama<br />
dengan asam amino. Alternatif lain ialah a<strong>dan</strong>ya penambahan atau hilangnya nukleotida,<br />
sehingga mengubah informasi genetic yang terbaca mulai dari saat terjadinya perubahan<br />
sampai pada gen-gen yang terahir. Proses-proses tadi mengakibatkan perubahan besar,<br />
karena dapat mengubah jumlah replikasi <strong>dan</strong> sebagian besar penampilannya akan hilang<br />
dari populasi melalui seleksi.<br />
Perubahan gen dapat diarahkan kearah dominant atau kearah resesif, tetapi<br />
kebanyakan terjadi kearah resesif, sehingga menampilkan sifat-sifat yang tidak<br />
diinginkan.Secara singkat dapat digambarkan:<br />
AA Aa aa, dimana<br />
A = alela dominant, <strong>dan</strong> a = alela resesif. AA = gen hosigot dominant, Aa = gen<br />
heterosigot, <strong>dan</strong> aa = gen homosigot resesif.<br />
4.4. Mutasi Kromosom<br />
Mutasi kromosom adalah prubahan terjadi pada struktur kromosom, diberi nama<br />
umum Aberasi khromosom, dibedakan atas:<br />
3
a. Defisiensi, adalah hilangnya sebuah/ sebagian gen karena putusnya kromosom:<br />
1). Defisiensi terminal atau delesi, adalah gen pada ujung kromosom hilang<br />
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11<br />
____.____________________________<br />
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 (hancur tanpa sentromer)<br />
____._________________ __________<br />
2). Defisiensi interkalar, adalah hilangnya bagian tengah lengan kromosom<br />
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11<br />
___.______________________________<br />
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11<br />
___._____________ _____ ___________<br />
1 2 3 4 5 8 9 10 11 6 7<br />
___.___________________________ defisiensi _____ (asentris hancur)<br />
Mengidentifikasi kromosom defisiensi, yaitu dengan melihat bentuk pasangan kromosom<br />
pada tanaman heterosigot. Kromosom normal akan berpasangan dengan kromosom<br />
defisiensi.<br />
1). Defisiensi terminal<br />
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11<br />
____.____________________________<br />
____.___________________________<br />
1 2 3 4 5 6 7 8 10<br />
11<br />
4
2). Defisiensi interkalar<br />
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11<br />
____._______________________________________<br />
____._______________________________________<br />
1 2 3 4 5 8 9 10 11<br />
6 7<br />
1 2 3 4 5 8 9 10 11<br />
___.______________________ ________________<br />
___._____________________________________________<br />
1 2 3 4 5 8 9 10 11<br />
b. Duplikasi, adalah keadaan dimana kromosom memiliki gen-gen terulang.<br />
Duplikasi terjadi karena kromosom putus di dua tempat <strong>dan</strong> penggabungan ujung-<br />
ujung yang terluka terjadi setelah kromosom mengalami replikasi, maka potongan-<br />
potongan kromosom itu dapat membentuk segmen-segmen yang memiliki gen<br />
terulang.<br />
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11<br />
___._______________________________<br />
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11<br />
___._______________________________<br />
___._______________________________<br />
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11<br />
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11<br />
___.___________ ________ __________________ kromosom putus di dua<br />
___.___________ ________ __________________ tempat<br />
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11<br />
1 2 3 4 5 6 7 5 6 7 8 9 10 11 duplikasi 5 6 7<br />
___.___________________________________________<br />
___. ____________________________<br />
1 2 3 4 8 9 10 11 defisiensi 5 6 7<br />
5
c. Inversi, adalah suatu segmen dari kromosom mempunyai urutan gen yang<br />
terbalik. Inversi dapat terjadi karena kromosom melengkung, kemudian putus di dua<br />
tempat dimana lengkung tersebut bertemu. Ujung-ujung yang putus dam lekat tersebut<br />
bersambungan lagi tetapi tidak kembali seperti semula, melainkan dibagian yang putus<br />
itu urutan letak gen-gen menjadi terbalik.<br />
___.________________<br />
1 2 3 4 5<br />
Radiasi<br />
_________<br />
___. ___ 2 3 4 _______<br />
1 5<br />
3<br />
4 2<br />
__._____ ______<br />
1 5<br />
3<br />
4 2<br />
__.____ _______<br />
1 5<br />
__.______________<br />
1 4 3 2 5<br />
6
Inversi dibedakan menjadi:<br />
1). Inversi parasentris, ialah inversi yang tidak mengikut sertakan sentromer, berarti<br />
bahwa sentromer terdapat di samping bagian kromosom yang mengalami inverse.<br />
3<br />
4 2<br />
___.___ _____<br />
1 5<br />
___._______________<br />
1 4 3 2 5<br />
2). Inversi perisentris, inverse yang mengikut sertakan sentromer, berarti bahwa<br />
sentromer terdapat di dalam bagian kromosom yang mengalami inverse.<br />
3 . sentromer<br />
4 2<br />
______ _____<br />
1 5<br />
_________.______<br />
1 4 3 2 5<br />
d. Tranlokasi, adalah peristiwa pemindahan bagian dari sebuah kromosom ke bagian<br />
dari kromosom yang bukan homolognya. Tranlokasi dapat terjadi bila sel/ jaringan<br />
diradiasi dengan radiasi glombang pendek (seperti sinar radioaktif), kromosom putus <strong>dan</strong><br />
potongan tersebut dapat bersambungan dengan potongan kromosom lain yang bukan<br />
homolognya. Berdasarkan cara terbentuknya dibedakan 3 tipe translokasi:<br />
7
1). Translokasi sederhana, adalah bila pada satu kromosom terjadi pematahan tunggal,<br />
<strong>dan</strong> bagian yang patah tersebut langsung pindah ke bagian unjung kromosom lain yang<br />
bukan homolognya. Akan tetapi tipe translokasi ini jarang sekali terjadi, karena ujung<br />
kromosom lainnya memiliki telomer dam telomere ini tidak lengket.<br />
A A<br />
B B<br />
C O C O<br />
D P D P<br />
E Q E Q<br />
F R F R<br />
G S G S<br />
H T H T<br />
2). Translokasi Pemindahan, adalah patahan dalam satu kromosom terjadi di tiga<br />
tempat, dimana bagian tengah di antara dua patahan tersebut disisipkan pada<br />
kromosom lain yang tidak homolog yang putus di satu tempat.<br />
A b c d e f g h a b e f g h a b e f g h<br />
__.__________________ ___ ___ ___ __.___________<br />
C D<br />
____<br />
O P Q R O P Q R O P C D Q R<br />
__.___________ __. ____ ____ _.____________<br />
3). Translokasi resiprok, ialah bila patahan-patahan tunggal terjadi pada dua<br />
kromosom tidak homolog <strong>dan</strong> bagian patahan saling tertukar. Jenis tranlikasi ini<br />
paling banyak terjadi dam diplajari baik pada tumbuhan maupun hewan. Untuk<br />
jelasnya mengenai translokasi resiprok disajikan seperti bagan berikut.<br />
8
A A<br />
B B L L<br />
C C M M<br />
. . . .<br />
N N D D<br />
O O E E<br />
A A<br />
B B L L Translokasi heterosigot<br />
C C M . M<br />
. . . .<br />
D D N N A A<br />
E E O O B B L L<br />
C C M M<br />
Dua pasang kromosom . . . .<br />
homolog D N D N<br />
E O E O<br />
5.5. Mutasi Genoom.<br />
Perubahan yang terjadi pada jumlah kromosom mahluk hidup.<br />
Genom adalah satu set kromosom haploid dari mahluk hidup. Berdasarkan perubahan<br />
yang tertjadi pada jumlah kromosom, maka mahluk hidup di bedakan menjadi:<br />
aneuploid <strong>dan</strong> euploid<br />
a. Aneuploid<br />
Aneuploid adalah suatu organisme dimana selnya kekurangan atau kelebihan<br />
kromosom tertentu bila dibandingkan dengan mahluk hidup diploid normal.<br />
Kejadian ini dapat dijumpai pada tumbuhan, hewan dam manusia. Berbagai<br />
kemungkinan variasi dalam aneuploid disajikan seperti pada Tabel ….<br />
9
Tabel Berbagai kemungkinan ragam dalam aneuploid<br />
Tipe<br />
Disomi (normal)<br />
Aneuploid:<br />
1. Monosomi<br />
2. Nullisomi<br />
3. Polisomi (ada tambahan<br />
kromosom)<br />
a. Trisomi<br />
b. Dobel Trisomi<br />
c. Tetrasomi<br />
d. Pentasomi<br />
Formula<br />
2n<br />
2n-1<br />
2n -2<br />
Penyebab terjadinya sel aneuploid adalah:<br />
2n + 1<br />
2n + 1 + 1<br />
2n + 2<br />
2n + 3<br />
Kemungkinan kromosom<br />
dengan (ABC) sebagai set<br />
kromosom haploid<br />
(ABC) (ABC)<br />
(ABC) (AB)<br />
(AB)(AB)<br />
(ABC)(ABC)(C)<br />
(ABC)(ABC)(B)(C)<br />
(ABC)(ABC)(C)(C)<br />
(ABC)(ABC)(C)(C)(C)<br />
1). Hilangnya sel-sel hasil mitosis atau miosis, disebabkan terlambat datangnya<br />
kromosom, yang ditandai dengan bergeraknmya kromosom pada fase anaphase.<br />
Kromosom demikian disebut juga laggad artinya selalu terlambat. Kejadian ini<br />
menghasilkan kromosom yang hipo ploid, seperti: 4n-1, 4n-2, 2n-1 <strong>dan</strong> sebagainya.<br />
2). Nondisjuction (gagal memisah), kromosom-kromosom atau kromatid-kromatid<br />
selama mitosis atau miosis gagal memisahkan diri, sehingga sel anak memiliki jumlah<br />
kromosom yang berbeda, seperti bagan berikut.<br />
P AA XX (2n) AA XY (2n)<br />
Nondisjunction AXX AX Normal<br />
(n+1) (n)<br />
AO AY<br />
(n-1) (n)<br />
F1 AAXXX AAXXY AAXO AAYO<br />
Trisomi (2n+1) Monosomi (2n-1)<br />
10
1). Monosomi<br />
Monosomi adalah organisme dimana selnya kekurangan satu kromosom<br />
dibandingkan jumlah kromosom sel normal. Di kenal tiga macam monosomi:<br />
1). Monosomi primer, adalah keadaan dimana satu kromosom hilang, tetapi kromosom<br />
homolog lainnya dengan kromosom yang hilang itu mempunyai struktur normal.<br />
2). Monosomi sekunder, adalah keadaan dimana satu pasang kromosom homolog hilang<br />
<strong>dan</strong> digantikan oleh kromosom skunder atau oleh isokromosom untuk satu lengan dari<br />
pasangan kromosom yang hilang itu.<br />
3). Monosomi tersier, bila dua kromosom non homolog terpotong-potong di daerah<br />
sentromer karena iradiasi. Dua lengan dari kromosom non homolog `ini bersatu dam<br />
membentuk kromosom tersier dengan sentromer yang berfungsi, se<strong>dan</strong>gkan dua lengan<br />
lainnya hilang. Tanaman dengan putik yang dibuahi oleh serbuk sari demikian akan<br />
menghasilkan tanaman monosomi tersier.<br />
Monosomi telah digunakan secara intensif dalam pemuliaan tanaman gandum roti<br />
(Triticum aestivum). Tanaman ini yang seharusnya mempunyai spasang kromosom no 5,<br />
tetapi hanya ada sebuah saja.<br />
Dalam tahun 1926 Clusen <strong>dan</strong> Goodspeed untuk pertama kali menemukan<br />
monosomi pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum), yang memiliki 47 kromosom<br />
(2n-1). Menurut mereka dapat terjadi: a). Secara spontan terjadi pada keturunan<br />
tanaman normal. b). Terjadi pada keturunan tanaman monosomi lainnya, <strong>dan</strong> c). Terjadi<br />
pada keturunan dari Backcros N. tabacum (n = 24) x N. sylvestris (n = 12) x N. tabacum.<br />
Krakteristik tanaman N. tabacum relative kurang, bila dibandingkan dengan tanaman<br />
normal, seperti: ukuran tanaman, ukuran daun, intensitas klorofil, mahkota bunga, daun<br />
klopak, ukuran buah, <strong>dan</strong> pertumbuhan tanaman.<br />
Tanaman monosomi mempunyai formula kromosom (2n-1), <strong>dan</strong> akan membentuk<br />
dua macam gamet yaitu n <strong>dan</strong> n +1, walaupun serbuk sari n-1 dibentuk tetapi biasanya<br />
tidak berfungsi pada pembuahan, sebagai contoh:<br />
11
P ♀ Monosomi x ♂ Monosomi<br />
2n – 1 2n - 1<br />
Sel telur: n -1 (75%) seperma: n -1 (8 %)<br />
n (25%) n (92%)<br />
F1 2n (23 %) diploid<br />
2n -1 (71 %) monosomi<br />
2n – 2 (6 %) nullisomi<br />
Dari hasil persilangan biasanya tanaman nulisomi tidak bisa hidup, sehingga<br />
perbandingan menjadi monosomi (71 %) <strong>dan</strong> diploid (23 %) = 3 : 1<br />
Pada tembakau (Nicotiana tabacum) dikenal dua lokus gen yaitu gen dominant A<br />
maupun B (kemungkinan sendirian atau bersama-sama) dalam genotype, menyebabkan<br />
daun berwarna hijau tua. Jika gen dominan itu absent sama sekali dalam genotype maka<br />
daun berwarna hijau muda.<br />
Bila tanaman monosomi daun hijau tua (ABB) disilangkan dengan tanaman diploid hijau<br />
muda (aabb) maka turunannya sebagai berikut.<br />
P ♀ ABB x ♂ aabb<br />
Starain monosomi stain diploid<br />
daun hijau tua daun hijau muda<br />
Gamet: AB (n) serbuk sari ab (n)<br />
B (n-1)<br />
F1 AaBn diploid (daun hijau tua) <strong>dan</strong> ABb monosomi (daun hijau tua)<br />
F2 Bila diploid AaBb (daun hijau tua) diinbriding maka didapatkan segregasi<br />
hijau tua bebanding hijau muda 15 : 1. Tetapi bila tanaman F1 monosomi<br />
diinbriding maka didapatkan segregasi sebagai berikut:<br />
12
F1 ♀ monosomi (aBb) x ♂ F1 monosomi (aBb)<br />
sel telur: ab (n) tepung sari: ab (n)<br />
B (n-1) B (n-1) (tak berfungsi)<br />
aB (n) aB (n)<br />
b (n-1) b (n-1) (tak berfungsi)<br />
F2 aabb (diploid) daun hijau muda<br />
aaBb (diploid) daun hijau tua<br />
aBb (monosomi) daun hijau tua<br />
aBB (monosomi) daun hijau tua<br />
aaBb (diloid) daun hijau tua<br />
aaBB (diloid) daun hijau tua<br />
abb (monosomi) daun hijau muda<br />
aBb (monosomi) daun hijau tua<br />
Fenotipe pada F2 tanaman tembakau berdaun hijau tua : tanaman berdaun hijau<br />
muda = 3 : 1<br />
2). Nullisomi<br />
Organisme dimana selnya memiliki jumlah kromosom kurang dua dibanding<br />
dengan jumlah kromosom sel normal. Organisme nullisomi dengan formula (2n-2)<br />
secara alami tidak dijumpai, tetapi pada tanaman dapat terjadi dengan melakukan<br />
penyerbukan sendiri tanaman monosomi (2n -1) seperti diterangkan di muka. Gamet<br />
jantan yang kehilangan kromosom biasanya kurang dapat berfungsi, maka persentase<br />
nulisomi sangat rendah dalam keturunan dari penyerbukan sendiri tanaman nullisomi.<br />
Contoh pada tanaman gandum, nulisomi antara<br />
0 - 100 %.<br />
Ciri tanaman nullisomi antara lain: tanaman umumnya kerdil, lemah sehingga<br />
sulit untuk dibudidayakan, fertilitasnya kurang, dam tidak mempunyai arti penting dalam<br />
agronomi. Walaupun demikian tanaman nulisomi digunakan untuk penelitian genetika,<br />
karena memiliki sifat-sifat morfologi berbeda, yang dapat memberi petunjuk tentang<br />
pengaruh genetic dari kromosom yang hilang.<br />
Analisis nullisomi dapat digunakan untuk menentukan gen dominant terhadap<br />
kromosom tertentu. Tanaman diploid homozigot dominant AA disilangkan dengan<br />
tanaman nullisomi yang mempunyai sifat resessif. Keturunan dari persilangan ini<br />
adalah homosigot (Aa) <strong>dan</strong> hemisigot (AO). Bila tanaman heterosigot (Aa) mengadakan<br />
13
penyerbukan sendiri maka turunan adalah 3 A : 1a. Se<strong>dan</strong>gkan bila tanaman monosomi<br />
AO diserbuk sendiri maka sebagain besar turunannya adalah AA + AO, <strong>dan</strong> sebagian<br />
kecil nullisomi (resesif). Tanaman nullisomi yang disilangkan tadi yang menghasilkan<br />
tanaman hemisigot F1 dengan pemisahan normal 3 : 1, dam pada F2 salah satu membawa<br />
gen dominant.<br />
P ♀ seri nulisomi x ♂ AA<br />
(2n-2) (norma = 2n)<br />
__________________________________<br />
F1 Aa x Aa AO x AO<br />
Heterosigot (normal =2n) hemisigot (monosomi =2n-1)<br />
_______________ ________________________<br />
F2 AA Aa Aa aa AA AO AO OO<br />
Normal (2n) (normal=2n) monosomi nulisomi<br />
(2n-1) (2n-2)<br />
Tanaman nullisomi dihasilkan dengan menyerbuk sendiri tanaman monosomi,<br />
tetapi dalam keturunan jumlah sangat kecil. Hal ini disebabkan nullisomi berasal dari<br />
gamet jantan, bukan dari sel telur, se<strong>dan</strong>gkan serbuk sari (n + 1) yang dapat menjalankan<br />
fungsinya pada pembuahan persentasenya kecil, seperti pada tanaman gandum (Triticum<br />
aestivum). Pada tanaman gandum banyaknya sel telur n (25 %), sel telur n-1 (75 %),<br />
tetapi serbuk sari n 90 – 100 % (rata-rata 96 %), se<strong>dan</strong>g serbuk sari n-1 0 – 10 % (rata-<br />
rata 4 %). Keturunan yang diharapkan dari penyerrbukan sendiri tanaman monosomi<br />
adalah sebagai berikut.<br />
14
P ♀ gandum monosomi x ♂ gandum monosomi<br />
(2n -1) (2n -1)<br />
Sel telur n = 25 % Serbuk sari n = 96 %<br />
n – 1 = 75 % n-1 = 4 %<br />
F1<br />
Betina/ Jantan N = 21<br />
kromosom 96%<br />
(90 – 100 %)<br />
N = 21 kromosom Diploid 2n = 24<br />
25 %<br />
n-1 = 20<br />
kromosom 75 %<br />
%<br />
Monosomi 2n-1 =<br />
72 %<br />
n-1 = 20<br />
kromosom 4 %<br />
(0-10 %)<br />
Monoploid 2n-1<br />
= 1 %<br />
Nullisomi 2n-2<br />
= 3 %<br />
Tanaman gandum nullisomi yang diperoleh tidak dapat bertahan hidup sehingga dalam<br />
kenyataannya dalam keturunan diperoleh 24 % diploid <strong>dan</strong> 73 % monosomi (1 diploid : 3<br />
monosomi). Pada manusia <strong>dan</strong> hewan tidak dijumpai nullisomi, karena hilangnya<br />
kromosom berakibat lethal.<br />
3). Trisomi<br />
Trisomi adalah organisme dimana selnya mempunyai sebuah kromosom<br />
tambahan dibandingkan dengan organisme diploid normal, sehingga formulanya 2n + 1.<br />
Jika kromosom tambahan itu lebih dari satu maka dinamakan double trisomi dengan<br />
formula 2n + 1 + 1. Trisomi di ketemukan pada tanaman, hewan dam manusia. Pada<br />
tanaman di jumpai pada jagung, tomat, gandum, tembakau.<br />
Dikenal lima macam trisomi, ialah: 1). Trisomi primer adalah kromosom<br />
tambahan benar-benar homolog dengan salah satu dari pasangan kromosom dari<br />
komplemen. 2). Trisomi sekunder, adalah kromosom tambahan adalah kromosom<br />
sekunder atau suatu isokromosom. 3). Trisomi tersier, adalah kromosom tambahan<br />
adalah kromosom yang ditranslokasi atau kromosom tersier terdiri dari dua segmen<br />
kromosom nonhomolog. 4). Trisomi konpensasi, adalah sebuah kromosom hilang <strong>dan</strong><br />
dikonpensasi oleh dua kromosom lain yang mengalami modifikasi. 5). Trisomi telosomi,<br />
adalah kromosom tambahannya adalah kromosom telosentris.<br />
15
Trisomi pada jagung manis telah banyak dipelari oleh Mc.Clintock Iowa State<br />
University (USA), telah mencoba berbagai persilangan dengan jagung manis (sweet corn)<br />
Trisomi. Gen yang berperan dalam persilangan tersebut adalah: Su (gen dominant untuk<br />
sifat manis/ sugary), su (gen resesif untuk sifat tawar/ jagung biasa). Bila disilangkan<br />
jagung trisomi (SuSusu) dengan jagung tawar (susu), maka turunannya sebagai berikut.<br />
P ♀ jagung manis(trisomi) x ♂ jagung tawar (diploid)<br />
SuSusu susu<br />
Sele telur: 1 SuSu (n+1) tepung sari: su<br />
2 Susu (n+1)<br />
2 Su (n)<br />
1 su (n)<br />
F1 1 SuSusu (trisomi) manis<br />
2 Sususu (trisomi) manis<br />
2 Susu (diploid) manis<br />
1 susu (diploid) tawar<br />
Perbandingan genotipe pada F1 adalah 3 trisomi : 3 diploid = 1 : 1<br />
Perbandingan fenotipe pada F1 adalah Manis : tawar = 5 : 1<br />
Bila dilakukan persilangan resiprok maka didapatkan turunan sebagai berikut:<br />
P ♀ Jagung tawar (diploid) x ♂ jagung manis (trisomi)<br />
susu SuSusu<br />
Sel telur: su tepung sari: 1 SuSu (n +1) tidak berfungsi<br />
2 Susu (n + 1) tidak berfungsi<br />
2 Su (n)<br />
1 su (n)<br />
F1 2 Susu (diploid) manis<br />
1 susu (diploid) tawar<br />
Genotipe tanaman F1 semuanya diploid, dengan perbandingan fenotipe manis : tawar<br />
= 2 : 1<br />
16
. Euploid<br />
Euploid adalah organisme dimana jumlah kromosom sel somatisnya merupakan<br />
kelipatan dari kromosom haploidnya. Haploid adalah organisme dimana selnya<br />
memiliki genom tunggal atau satuset kromosom. Genom adalah satu set kromosom<br />
haploid. Diploid adalah organisme dimana selnya memiliki dua set kromosom haploid.<br />
Poliploid adalah mahluk hidup dimana sel somatisnya memiliki lebih dari dua set<br />
kromosom haploid (lebih dari dua genom). Bila individu haploid setiap selnya memiliki<br />
satu genom (n), maka diploid (2n), triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid (5n), <strong>dan</strong><br />
seterusnya.<br />
Tabel 1. Berbagai kemungkinan ragam dalam euploid<br />
Tipe euploid<br />
Monoploid<br />
Diploid<br />
Poliploid:<br />
- Triploid<br />
- Tetraploid<br />
- Pentaploid<br />
- <strong>dan</strong> sebagainya<br />
1). Monoploid<br />
Formula<br />
N<br />
2n<br />
>2n<br />
3n<br />
4n<br />
5n<br />
Kemungkinan kromosom<br />
dengan ABC sebagai set<br />
kromosom haploid<br />
(genom)<br />
ABC<br />
AABBCC<br />
AAABBBCCC<br />
AAAABBBB CCCC<br />
AAAAABBBBB CCCCC<br />
Monoploid adalah organisme dimana selnya memiliki satu genom (n kromosom).<br />
Istilah monoploid digunakan untuk menggambarkan sifat suatu organisme. Se<strong>dan</strong>gkan<br />
istilah haploid digunakan untuk menggambarkan sifat dari gamet yang dibentuk oleh<br />
organisme diploid.<br />
Beberapa contoh organisme haploid alami antara lain: bakteri (Bacteria), jamur<br />
(Fungi), alga biru (Cyanophyta), gametopfit Lumut Hati (Hepaticeae) <strong>dan</strong> Lumut Daun<br />
(Bryophyta), lebah madu jantan/ sawflies (Hymenoptera) terjadi karena partogenesis,<br />
juga dijumpai pada tanaman kentang (kentang monoploid lebih renyah/ enak). Tanaman<br />
monoploid juga dapat dibentuk dengan menumbuhkan gamet jantan (tepung sari)/ betina<br />
(n kromosom) pada media kultur jaringan.<br />
17
Ciri tanaman monoploid antara lain: tanaman tampak lebih kerdil, kurang tahan terhadap<br />
serangan hama <strong>dan</strong> penyakit <strong>dan</strong> pengaruh lingkungan yang kurang baik. Tanaman<br />
monoploid bersifat steril karena kromosom tidak bisa berpasangan (tidak ada<br />
homolognya), tidak ada kemungkinan heterosigot, serta tida ada segregasi.<br />
Tanaman monoploid dapat dimanfaatkan untuk membentuk tanaman homosigot/<br />
galur murni, dengan melipat gandakan kromosomnya (dengan kolkhisin). Galur murni<br />
penting untuk program pemuliaan tanaman, terutama untuk pembetukan varietas hibrida<br />
(hybrid vigor).<br />
2). Pollipoid<br />
Poliploid adalah mahluk hidup dimana sel somatisnya memiliki lebih dari dua set<br />
kromosom haploid (lebih dari dua genom). Poliploid banyak di jumpai pada tumbuhan,<br />
se<strong>dan</strong>gkan pada hewan atau manusia sangat jarang dijumpai karena poliploid dapat<br />
menyebakan kelainan atau kematian/letal.<br />
Ciri umum tanaman poliploid (dibanding tanaman diploid), antara lain: tanaman<br />
tampak lebih kekar, ukuran organ tanaman lebih besar (akar, batang, daun, bunga <strong>dan</strong><br />
buah), ukuran sel <strong>dan</strong> inti selnya lebih besar, buluh pengangkutan (xylem <strong>dan</strong> phloem)<br />
lebih besar, stomata juga lebih besar, daun lebih tebal <strong>dan</strong> warna hijau daun lebih tua,<br />
ukuran bunga lebih besar <strong>dan</strong> waktu berbunganya lebih lama. Berlipatnya jumlah<br />
kromosom tanaman poliploid dapat menyebabkan kandungan protein, vitamin dam asam<br />
organik lainnya meningkat, tetapi tekanan osmotik sel-sel berkurang, pembelahan sel<br />
terlambat, masa vegetatif lebih panjang, fertilitas berkurang, tanaman kurang tahan<br />
terhadap hama <strong>dan</strong> penyakit.<br />
Tanaman poliploid diketahui mempunyai fertilitas relatif rendah, maka<br />
pengembangannya akan lebih menguntungkan pada tanaman yang tidak mementingkan<br />
biji, seperti: sayuran-sayuran, bunga-bungaan, buah-buahan.<br />
Terjadinya poliploid pada tumbuhan, sebagai berikut:<br />
18
(1). Poliploid terjadi secara alami, yaitu:<br />
a). Kelipatan kromosom sel somatis, terjadi karena kromosom melakukan pemisahan<br />
yang tida teratur selama mitosis, sehingga sel-sel anak yang baru ada memeliki<br />
jumlah kromosom berlipat.<br />
b). Sel-sel reproduktif dapat mengalami pembelahan yang tak teratur, sehingga<br />
kromosom tidak memisah secara sempurna ke kutub-kutub pda waktu anafase.<br />
(2) Poliploid terjadi secara buatan, yaitu dengan memberi perlakuan zat kimia tertentu<br />
pada sel, sehingga jumlah kromosom sel anak dapat digandakan. Zat kimia yang biasa<br />
digunakan untuk menimbulkan poliploid pada sel tumbuhan adalah: kolhkisin, asenaften,<br />
kloralhidrat, sulfanilamid, etil-merkuri-klorid,<strong>dan</strong> heksklorosikloheksan. Kolkhisinlah<br />
yang paling banyak digunakan untuk kegiatan ini karena mudah larut di dalam air.<br />
Se<strong>dan</strong>gkan zat kimia lainnya harus dilarutkan di dalam gliserol.<br />
Kholkhisin dengan rumus (C22H25O6N) merupakan suatu alkaloid yang<br />
dihasilkan oleh tanaman Autumn crocus (Cochicum autonale) famili Liliaceae.<br />
Kolkhisin merupakan racun kuat, diperoleh dari biji <strong>dan</strong> umbi tanaman tersebut.<br />
Kokhisin pada konsentrasi tertentu mencegah terbentuknya benang spindel selama<br />
pembelahan sel, sehingga fase anafase tidak dapat berlangsung <strong>dan</strong> kromosom-kromosom<br />
tetap berserakan di dalam sitoplasma, sehingga inti sel yang terbentu kromosomnya<br />
berlipat. Kolkhissin dapat dilarutkan dalam air (tidak air panas), gliserol, dapat dicampur<br />
dengan agar atau lanolin. Larutan kolkhisin bekerja efektif pada konsentrasi 0,01 –1,0 %,<br />
lama perendaman berkisar antara 3-24 jam tergantung jenis tanaman. Konsentrasi larutan<br />
kolkhisin yang sering dipakai untuk kebanyakan tanaman adalah 0,2 %.<br />
Tehnik pemberian kolkhisin yaitu:<br />
(a). Merendam benih/ biji dalam larutan kolhisin, makin keras kulit biji makin pekat<br />
konsentrasi larutan yang dipakai.<br />
(b). Meneteskan larutan kolkhisin pada mata tunas, dilakukan secara berulang-ulang agar<br />
jangan sampai kering.<br />
(c). Merendam kecambah dalam larutan kolkhisin. Kecambah dari benih tanaman<br />
monokotil lebih sulit diberi perlakuan kolkhisin dibanding dengan tanaman dikotil<br />
karena titik tumbuhnya dilindungi oleh koleoptil.<br />
19
(d). Merendam akar tanaman dalam larutan kolkhisin, dapat dilakukan pada berbagai<br />
jenis tanaman dengan interval waktu 12 jam. Interval waktu 12 jam maksudnya<br />
adalah 12 jam dalam larutan kolkhisin, 12 jam dalam air, 12 jam lagi dalam larutan<br />
kolkhisin.<br />
(e). Meredam batang dalam larutan kolkhisin, sebaiknya menunggu batang melewati<br />
masa dorman.<br />
Tanaman poliploid dibedakan menjadi dua yaitu:<br />
(1). Tanaman Autopoliploid yaitu apabila genom yang sama mengalami kelipatan.<br />
(2.) Allopoliploid yaitu apabila genom-genom berbeda berkumpul melalui hibridisasi.<br />
(1). Autopoliploid<br />
Tanaman autopoliploid adalah tanaman mempunyai kelipatan genom yang sama,<br />
dam berdasarkan banyaknya kelipatan itu dapat dibedakan tanaman yang triploid (3n),<br />
tetraploid (4n), pentaploid (5n), heksaploid (6n), <strong>dan</strong> seterusnya. Tanaman autopoliploid<br />
sama dengan induknya hanya jumlah kromosomnya yang berbeda.<br />
Beberapa ciri tanaman autopoliploid adalah :<br />
1). Inti <strong>dan</strong> isi sel lebih besar, yang ditunjukkan oleh ukuran stomata dam butir tepung<br />
sari.<br />
2). Daun dam bunga bertambah besar, pertambahan ukuran ini ada batasnya sehingga<br />
dengan penambahan jumlah kromosom, tidak akan menyebabkan menambah secara<br />
berlanjut.<br />
3). A<strong>dan</strong>ya perubahan komposisi senyawa kimia, seperti peningkatan kadar karbohirat/<br />
gula, protein, asam organik <strong>dan</strong> alkaloid.<br />
4). Laju pertumbuhan tanaman menjadi lebih lambat, demikian pula waktu pembungaan<br />
juga menjadi lambat.<br />
5). Meiosis sering tidak teratur, sehingga dapat terjadi kromosom tidak berpasangan, hal<br />
ini disebabkan karena terbentuknya bevalent, trivalent, quadrivalent dam seterusnya.<br />
6). Terjadi perubahan segregasi genetik, yang berbeda dengan segregasi genetik tanaman<br />
diploid.<br />
20
7). Terjadinya penurunan fertilitas pada tepungsari/ biji, hal ini perlu diperhatikan dalam<br />
program pemuliaan tanaman. Seperti pada jagung penurunan mencapai 80 %, pada<br />
selada mencapai 5 – 15 % dibanding dengan tanaman diploid.<br />
8). Autopoliploid ganjil (triploid, pentaploid) hampir seruhnya steril, karena pemisahan<br />
tidak teratur dari miosis, sehingga memberikan gamet yang tidak seimbang.<br />
a. Autotriploid<br />
Tanaman autotriploid mengandung tiga set kromosom (3n), dapat terjadi:<br />
1). Pembelah miosis yang abnormal menyebabkan ada sel (gamet) yang tetap memiliki<br />
2n kromosom. Bila gamet (2n) dibuahi oleh gamet haloid (n), maka akan dihasilkan<br />
keturunan (3n).<br />
2). Persilangan antara tanaman diploid (gamet n) dengan tanaman tetraploid ( gamet 2n),<br />
maka dihasilkan turunan triploid (3n).<br />
Pembentukan tanaman autotriploid dari tanaman diploid <strong>dan</strong> tetraploid, hasilnya<br />
akan lebih baik bila tanaman tetraploid digunakan sebagai induk betina <strong>dan</strong> tanaman<br />
diploid sebagai pejantan, seperti contoh berikut.<br />
P. ♀ AAAA x ♂ aa<br />
Tetraploid Diploid<br />
Sel telur: 4 AA (2n) Serbuk sari: a (n)<br />
4 A (n)<br />
F1 4 AAa (3n) : 4 Aa (2n)<br />
Triploid Diploid<br />
Bila dilakukan inbriding terhadap tanaman F1 triploid (AAa), maka akan diproleh<br />
keturunan sebagai berikut:<br />
F1 AAa x AAa<br />
Triploid Triploid<br />
Sel telur: 1 AA (2n) Tepung sari: 1 AA (2n)<br />
2 Aa (2n) 2 Aa (2n)<br />
2 A (n) 2 A (n)<br />
1 a (n) 1 a (n)<br />
21
F2<br />
♂<br />
♀<br />
1 AA 2 Aa 2 A 1 a<br />
1 AA 1 AAAA (4n) 2 AAa (3n) 2 AAA 1AAa<br />
2 Aa 2 AAAa (4n) 4AAaa (4n) 4 AAa (3n) 3 Aaa (3n)<br />
2 A 2 AAA (3n) 4 AAa (3n) 4 AA (2n) 2 Aa (2n)<br />
1 a 1 AAa (3n) 2 Aaa (3n) 2 Aa (2 Aa) 1 aa (2n)<br />
Perbandingan genotip dalam keturunan = 9 tetraploid : 18 triploid : 9 diploid atau = 1<br />
tetraploid : 2 triploid : 1 diploid. Perbandingan fenotipe adalah 35 A : 1 a, se<strong>dan</strong>gkan<br />
untuk tanaman diploid monohibrid (Aa x Aa) menghasilkan segregasi fenotipe 3 A : 1a.<br />
Jadi dengan merubah tanaman diploid menjadi triploid, maka penyerbukan sedirinya<br />
diharapkan mendapatkan sifat dominan = 35/3 = + 12 kali lebih banyak. Bila gen<br />
dominan untuk sifat menguntungkan, maka dengan merubah tanam diploid menjadi<br />
triploid, maka diperoleh sifat yang menguntungkan sekitar 12 kali lipat.<br />
Sifat steril dari tanaman triploid sering dimanfaatkan orang untuk memproleh<br />
keuntungan, seperti: pisang yang dikonsumsi buahnya (tanpa biji), pengembangan buah<br />
semangka tanpa biji (seedles watermelon), tanaman apel varietas Baldwin <strong>dan</strong> Mc Iintos,<br />
tanaman pear yang dikembangkan di Eropah. Beberapa jenis sayur-sayuran <strong>dan</strong> bunga<br />
potong banyak yang triploid.<br />
Tanaman semangka diploid (2n) memiliki 22 kromosom, triploid (3n) memiliki<br />
33 kromosom, dam tanaman tetraploid (4n) memiliki 44 kromosom. Cara membuat<br />
beberapa ploidi pada tanaman semangka seperti berikut.<br />
2n<br />
Normal Kolkhiosin<br />
2n ------------x---------------------x------------ 4n<br />
betina x jantan betina x jantan<br />
(2n) (4n) (4n) (2n)<br />
Biji (2n) Biji kosong Biji (3n) Biji (4n)<br />
Tanaman Tanaman Tanaman<br />
dengan dengan buah dengan<br />
buah berbiji tanpa biji buah berbiji<br />
22
. Autotetraploid<br />
Tetraploid umumnya dijumpai pada tanaman <strong>dan</strong> tidak dijumpai pada hewan atau<br />
manusia. Tetrapolid dapat terjadi secara alami <strong>dan</strong> secara buatan<br />
yaitu:<br />
1. Penyimpangan pada meioses, yaitu pada pembelahan meiosis tahap pertama dimana<br />
kromosom yang berpasangan gagal memisah pada anafase I, sehingga satu sel<br />
telofase menerima seluruh seluruh kromosom diploid <strong>dan</strong> sel yang lain tidak<br />
menerima satupun. Sel yang pertama dapat mengalami pembelahan mioses II untuk<br />
menghasilkan gamet diploid. Penggabungan satu dari gamet ini dengan gamet<br />
haploid akan menghasilkan zigot triploid, tetapi penggabungan dengan gamet diploid<br />
yang lain menghasilkan zigot tetraploid, tetapi jarang terjadi.<br />
2.. Penggunaan zat kimia mutagenik. Zat kimia kolkhisin banyak digunakan untuk<br />
melipatgandakan kromosom dari sel diploid (2n) menjadi sel tetraploid (4n).<br />
Tetetraploid biasanya sering mengalami sterilitas, hal ini disebabkan karena<br />
a<strong>dan</strong>ya miosis yang tidak teratur, yang menyebabkan terjadinya kromosom univalent,<br />
bevalent <strong>dan</strong> trivalent. A<strong>dan</strong>ya genom-genom yang tidak sempurna menyebabkan gamet<br />
yang terbentuk steril.<br />
Penambahan kromosom menyebabkan kerumitan nisbah gamet. Misal pasang<br />
alel A <strong>dan</strong> a pada tetraploid ada lima macam kemungkinan genotipe, yaitu: AAAA<br />
(kuadruplek), AAAa (triplek), AAaa (duplek), Aaaa (simplek) <strong>dan</strong> aaaa (nuliplek)<br />
Tanaman autotetraploid membuat gamet 2n, karena itu berpasangannya kromosom-<br />
kromosom homolog selama miosis berlangsung lebih teratur dari tanaman triploid.<br />
Bila gen-gen letaknya dekat dengan sentromer, sehingga gen-gen tidak<br />
mengalami pindah silang (crosing over). Tanaman autotetraploid duplek (AAaa) akan<br />
membentuk gamet diploid dengan perbandingan 1 AA : 4 Aa : 1 aa, seperti berikut.<br />
___._______________<br />
A<br />
___._______________<br />
A<br />
___._______________<br />
a<br />
___._______________<br />
a<br />
23
A A A A<br />
A - AA Aa Aa<br />
A - - Aa Aa<br />
A - - - Aa<br />
A - - - -<br />
Penyerbukan sendiri tanaman heterzigot AAaa, akan menghasilkan nisbah seperti<br />
berikut.<br />
♂<br />
♀<br />
1AA 4Aa 1aa<br />
1AA 1AAAA 4AAAa 1AAaa<br />
4Aa 4AAAa 16AAaa 4Aaaa<br />
1aa 1Aaaa 4Aaaa 1aaaa<br />
Perbandingan genotipe tada F1 adalah 1 kuadruplek: 8 triplek : 18 duplek : 8 simplek : 1<br />
nuliplek. Perbandingan fenotipenya adalah 35 A : 1 a. Se<strong>dan</strong>gkan segregasi F1 tanaman<br />
diploid (Aa x Aa) adalah 3 A : 1a. Jadi dengan merubah tanaman diploid menjadi<br />
tetraploid kita akan mendapatkan sifat dominan 35/3 = ± 12 kali lebih banyak.<br />
Bila gen-gen letaknya jauh dari sentromer, sehingga gen-gen dapat mengalami<br />
pindah silang. Seperti diketahui pindah silang akan berlangsung setelah masing-masing<br />
kromosom membelah memanjang menjadi kromated.<br />
____.__________________<br />
A<br />
____.______________ _____.__________________<br />
A A<br />
____.______________ _____.__________________<br />
A A<br />
_____.__________________<br />
A<br />
____.______________ _____.__________________<br />
a a<br />
____.______________ _____.__________________<br />
a a<br />
_____. __________________<br />
a<br />
_____.___________________<br />
a<br />
4 kromated 8 kromated<br />
24
Gen-gen yang mengalami segregasi tidak lewat kromosom melainkan lewat kromated.<br />
Segregasi demikian disebut juga segregasi random kromated. Sehingga tanaman<br />
autotetraploid dupleks AAaa akan membentuk gamet-gamet diploid (2n) dengan<br />
perbandingan 6 AA: 166 Aa: 6aa atau 2 AA : 5 Aa : 2 aa, seperti bagan berikut.<br />
A A A A A A A A<br />
A - AA AA AA Aa Aa Aa Aa<br />
A - AA AA Aa Aa Aa Aa<br />
A - AA Aa Aa Aa Aa<br />
A - Aa Aa Aa Aa<br />
A - Aa Aa Aa<br />
A - Aa Aa<br />
A - Aa<br />
A -<br />
Bila terjadi penyerbukan sendiri maka keturunan yang dapat diharapkan adalah:<br />
♂<br />
♀<br />
2 AA 5 Aa 2 aa<br />
2AA 4 AAAA 10 AAAa 4 AAaa<br />
5Aa 120 AAAa 25 AAaa 10 Aaaa<br />
2aa 4 AAaa 10 Aaaa 4 aaaa<br />
Hasil penyerbukan sendiri tersebut mendapatkan perbandingan genotipe = 4 kuadruplek :<br />
20 triplek : 4 nulipleks, <strong>dan</strong> dengan perbandingan fenotipe yaitu: 77 A : 4 a atau<br />
19,25 A : 1a. Bila hasil ini dibandingan dengan diploid monohibrid (Aa x Aa), maka<br />
masih dapat diharapkan memperoleh kelipatan sifat dominan 19,25 / 3 = + 6,5 kali.<br />
Sekarang telah banyak tanaman yang dibudidayakan <strong>dan</strong> mempunyai nilai dalam<br />
perdagangan sengaja dibuat tetraploid dengan menggunakan kolkhisin, seperti tanaman<br />
hias, bunga potong, ketang, gula bit, kacang tanah, buah amggur, buah peer Bartlett, Apel<br />
Mc Intossh <strong>dan</strong> lain-lain.<br />
2.1.2. Allopoliploid<br />
Tanaman allopoliploid adalah tanaman yang berasal dari pelipatan jumlah<br />
kromosom tanaman hibrida interspesifik. Tanaman hibrida interspesifif diperoleh dengan<br />
25
menyilangkan dua spesies atau genus yang berlainan, tetapi masih mempunyai hubungan<br />
kerabat dekat (famili). Jumlah genom hibrida interspesifik ini berlainan dengan genom<br />
kedua tetuanya, sehingga bersifat sangat steril. Untukmendapatkan tanaman tanaman<br />
allopoliploid yang fertil ada dua kemungkinan yaitu:<br />
1) Tanaman hibrid interspesifik yang steril itu tanpa mengalami reduksi kromosom<br />
(meiosis) dapat membentuk gamet-gamet yang bila bersatu akan menghasilkan<br />
tanaman allopoliploid yang fertil. Cara yang terjadi secara alamiah ini sangat jarang<br />
terjadi di alam.<br />
2) Tanaman hibrida interspesif yang steril itu dilipat gandakan kromosomnya dengan<br />
perlakuan zat kimia tertentu seperti kolkhisin. Karena jumlah kromosom berlipat<br />
dua, maka dapat membentuk pasangan-pasangan kromosom selama meosis, sehingga<br />
tanaman yang terbentuk sifat allopoliploid yang fertil. Cara ini umum dilakukan<br />
oleh para ahli pemulia tanaman.<br />
Untuk lebih jelasnya mengenai cara untuk membentuk tanaman allopoliploid, disajikan<br />
seperti bagan berikut.<br />
P Spesies A x Spesies B<br />
diploid diploid<br />
2n = 4 2n = 4<br />
Gamet n = 2 n = 2<br />
F1 Hibrida interspesifik<br />
2n = 4<br />
sangat steril Cara II<br />
Cara buatan yaitu<br />
Cara I dengan memberi<br />
Perlakuan kolkhisin<br />
Kemungkinan dapat<br />
menghasilkan 2n = 4 2n = 4<br />
beberapa gamet Persatuan<br />
tanpa reduksi gamet-gamet<br />
Tanaman allopoliploid<br />
4n = 8<br />
fertil<br />
26
Karpechenkov (1928) berkebangsaan Rusia, berhasil menyilangkan tanaman radis<br />
(Rapanus satvus) dengan tanaman kubis (Brassica oleracea), keduanya termasuk dalam<br />
famili Cruciferae. Masing-masing tanaman tadi memiliki kromosom somatis 2n = 18,<br />
akan tetapi kromosom radis memiliki gen-gen yang tidak dijumpai pada kromosom kubis.<br />
Turunan pertama (F1) hasil persilangan ini merupakan hibrida interspesifik yang bersifat<br />
sangat steril. Pelipat gandaan hibrida interspesifik ini dengan kolkhisin menghasilkan<br />
tanaman fertil yang disebut Rhapanobrassica bersifat allopoliploid atau amphidiploid.<br />
P Raphanus sativus x Brassica oleracea<br />
2n = 18 R 2n = 18 B<br />
Gamet: n = 9 R n = 9 B<br />
F1 Hibrid interspesifik<br />
(sangat steril)<br />
2n = 9R + 9B = 18<br />
Kromosom dilipat<br />
gandakan dengan<br />
kolkhisin<br />
Raphanobrassica<br />
Amphidiploid<br />
Allotetraploid<br />
(fertil)<br />
4n = 18 R + 18 B = 36<br />
Antara tanaman autopolliploid dengan allopoliploid terdapat beberapa perbedaan pokok,<br />
yaitu:<br />
1. Tanaman autopoliploid, diperoleh dengan menginduksi jenis tanaman tertentu dengan<br />
menggunakan zat kimia seperti kolkhisin. Tanaman poliploid yang diperoleh sama<br />
dengan jenisnya, misalnya tanaman tomat diloid (2n) menjadi tomat tetraploid (4n).<br />
Karena jumlah kromosom berlipat ganda, maka beberapa sifat tertentu mengalami<br />
perubahan, seperti: tanaman lebih kekar, daun-daun lebih lebar <strong>dan</strong> hijau, buah lebih<br />
27
esar, kandungan protein meningkat. Karena sterilitas meningkat, jumlah buah <strong>dan</strong><br />
biji berkurang.<br />
2. Tanaman allopoliploid dibuat dengan melipatgandakan jumlah kromosom hibrida<br />
interspesifik dengan zat kimia seperti kolkhisin. Hibrida interspesifik ini dibuat<br />
dengan menyilangkan antara spesies atau genus yang berbeda tetapi masih<br />
mempunyai hubungan kerabat 9famili). Tanaman allopoliploid ini bersifat fertil <strong>dan</strong><br />
merupakan jenis baru yang sebelumnya tidak dikenal.<br />
3. Dibandingkan dengan tanaman autopoliploid, maka tanaman allopoliploid yang<br />
merupkan jenis baru, mempunyai arti lebih peting dari segi agronomi <strong>dan</strong> evolusi<br />
tanaman<br />
Pengembangan tanaman allopoliploid oleh pemulia tanaman untuk pembangunan<br />
pertanian dibeberapa negara didunia antara lain:<br />
1). Tanaman tembakau allotetraploid<br />
Tanaman tembakau (Nicotiana tabcum) adalah peka terhadap penyakit virus mosaik<br />
tembakau (TMV), se<strong>dan</strong>gkan spesies tembakau lainnya yaitu Nicotiana glutinosa<br />
lebih tahan. Clausen <strong>dan</strong> Goodspeed dalam tahun1925 menyilangkan Nicotiana<br />
tabcum (2n 48, gamet n = 23) dengan Nicotiana glutinosa (2n = 24, gamet n = 12),<br />
menghasilkan sangat sedikit tanaman F1 yang kebanyakan steril. Satu dari tanaman<br />
F1 menghasilkan beberapa tanaman F2 yang fertil. Penelitian sitologis membuktikan<br />
tanaman F2 tersebut bersifat allotetraploid dengan jumlah kromosom 72 buah, yaitu<br />
sama dengan jumlah kromosom kedua induknya. Jenis tembakau bari ini dinamakan<br />
icotiana digluta, mempunyai sifat lebih tahan terhadap TMV serta memberi hasil<br />
lebih baik.<br />
2) Tanaman Rubus alloheksaploid<br />
Di Eropah dikenal dua jenis Rubus yaitu Rubus idaeus diploid (2n = 14) <strong>dan</strong> Rubus<br />
caesius tetraploid (4n = 28), persilangan kedua jenis tanaman ini menghasilkan tanaman<br />
F1 triploid 3n = 21 kromosom <strong>dan</strong> bersifat steril. Pelipat gandaan khromosom tanaman<br />
F1 dengan kolkhisin akan menghasilkan tanaman baru heksaploid (6n = 42)yang diberi<br />
nama Rubus maksimus.<br />
28
P Rubus caesius x Rubus idaeus<br />
(4n = 28) (2n = 14)<br />
C1C1C2C2 I I<br />
Gamet: C1C2 I<br />
F1 Hbrid interspesifik<br />
Triploid (3n = 21) steril<br />
C1C2I<br />
Kromosom dilipat gandakan<br />
dengan kolkhisin<br />
Rubus maximus<br />
Allohexaploid (6n = 42) fertil<br />
C1C1C2C2 II<br />
Rubus maksimus menghasilkan serat batang yang kuat <strong>dan</strong> baik untuk pembuatan karung<br />
goni.<br />
3). Tanaman kubis allotetraploid<br />
Dikenal tiga spesies diploid dari genus Brassica ialah: B. oleracea (n = 9), B,<br />
nigra (n = 8), <strong>dan</strong> B. campestris (n = 10). Nagahara U pemulia tanaman bangsa Jepang<br />
tahun 1935, melakukan penelitian terhadap hasil persilangan alami diantara spesies<br />
tanaman kubis tersebut, <strong>dan</strong> ternyata turunannya merupakan tanaman amphidiploid atau<br />
allotetraploid. Untuk memudahkan mempelajari hubungan satu dengan yang lainnya,<br />
Nagahara U menciptakan hubungan yang berbentuk segi tiga yang disebut segi tiga U,<br />
seperti berikut.<br />
B.nigra<br />
( n = 8)<br />
carinata (n=17) B. juncea (n = 18)<br />
B. oleracea B. nafus B. campestris<br />
(n = 9) (n = 19) (n = 10)<br />
B. carnata (n = 17), B juncea (n = 18) <strong>dan</strong> B. nafus (n = 19) merupakan jenis kubis baru<br />
yang bersifat ampidiploid atau allotetraploid. Diketemukannya kubis jenis baru ini<br />
29
sangat membantu pemulia tanaman untuk mengembangkan varietas kubis yang<br />
mempunyai nilai komersial tinggi.<br />
4).. Gandum heksaploid<br />
Tanaman gandum Triticum monococcum merupakan bahan baku pembuatan roti,<br />
diketahui peka terhadap penyakit cendawan karat daun (2n = 14). Jenis lain yang masih<br />
ada hubungan kerabat dengan gandum yaitu genus Aegilop dengan dua spesies<br />
yaitu.Aegilop speltoides (2n = 14),<strong>dan</strong> Aegilop squarrosa (2n = 14). Persilangan<br />
diantara ke tiga jenis spesies tersebut dilakukan oleh J. Percival di Inggris, menghasilkan<br />
tanaman gandum alloheksaploid yang disebut Triticum aestivum (6n = 42), fertil.<br />
P Triticum monococcum x Aegilops speltoides<br />
(2n = 14) (2n = 14)<br />
(AA) (BB)<br />
F1 Hibrid interspesifik<br />
Sangat steril<br />
(2n = 14)<br />
(AB)<br />
Kromosom dilipatgandakan<br />
dengan kokhisin<br />
P Triticum dicocoides x Aegilops speltoides<br />
Gandum allotetraploid (2n = 14)<br />
(4n = 28), fertil (CC)<br />
(AABB)<br />
F1 Hibrida interspesifik<br />
Sangat steril<br />
(3n = 21)<br />
(ABD)<br />
Kromosom dilipat gandakan<br />
Triticum aestivum<br />
Gandum roti alloheksaploid<br />
(6n = 42), fertil<br />
(AABBDD)<br />
Triticum aestivum (alloheksaploid) dapat tumbuh baik pada berbagai lingkungan, tahan<br />
terhadap penyakit cendawan karat daun, <strong>dan</strong> bijinya menghasilkan roti yang enak<br />
rasanya. Jenis gandum baru ini ditanam secara luas di Eropah <strong>dan</strong> Amerika.<br />
30
5). Triticale allopoliploid<br />
Jenis serealia ini merupakan bahan roti yang diproleh dengan dengan<br />
menyilangkan tanaman gandum durum (Triticum turgidum) tetraploid (4n = 28) dengan<br />
tanaman rye/ rogge (Secale sereal) diploid (2n = 14). Turunan F1nya merupkan hibrida<br />
interspesifik sangat steril, penggandaan kromosom menghasilkan Triticale<br />
alloheksaploid (6n = 42) yang fertil, skema persilngannya seperti berikut.<br />
P Triticum turgidum x Secale sereal<br />
Tetraploid (4n = 28) Diploid (2n = 14)<br />
AABB RR<br />
F1 Hibrida interspesifik<br />
Sangat steril<br />
ABR<br />
Triticale<br />
Alloheksaploid<br />
(6n = 42)<br />
AABBRR<br />
Kromosom dilipat gandakan<br />
dengan kolkhisin<br />
Triticale alloheksaploid mempunyai ciri batang kuat, umur genjah, hasil tinggi, tahan<br />
terhadap serangan cendawan karat daun, bijinya menghasilkan roti yang enak rasanya.<br />
5.6. <strong>Kelainan</strong> sitogenetik<br />
Salah satu contoh kelainan sitogenetik adalah jantan madul (male steril) yang<br />
banyak dijumpai pada tanaman yang mempunyai bunga. Pada tanaman seperti jagung,<br />
gandum, gula bit, bawang merah <strong>dan</strong> beberapa tanaman lainnya, bahwa fertilitas<br />
dikendalikan oleh faktor genetik yang ada dalam sitoplasma. Tetapi tanaman lainya yang<br />
jantan madul dapat dikendalikan oleh gen yang ada dalam inti sel.<br />
31
Jantan madul adalah keadaan tidak berfungsinya gamet jantan karena faktor genetik.<br />
Pada tanaman jagung misalnya, dijumpai bunga jantan tumbuh seperti biasa, tetapi tidak<br />
menghasilkan serbuk sari (pollen). Dengan demikian penyerbukan pada bungan betina<br />
memerelukan serbuk sari dari tanaman lain yang fertil.. Hal ini kemudian dimanfaatkan<br />
untuk memproduksi varietas hibrida dalam rangka mengatasi biaya untuk melakukan<br />
pemotongan bunga jantan (detasseling).<br />
Mekanisme pewarisan maternal yang memindahkan jantan madul pada jagung<br />
telah diteliti dengan cermat oleh M.M. Rhodes. Tidak terbentuknya tepung sari pada<br />
tanaman tertentu, sehingga menyebabkan tanaman tersebut jantan mandul, tetapi struktur<br />
bunga betina <strong>dan</strong> fertilitasnya normal. Gen-gen inti sel tidak mengontrol tipe jantan<br />
mandul ini. Jantan madul ini diwariskan dari generasi ke generasi melalui sitoplasma<br />
dari sel telur.<br />
Varietas jantan madul tertentu diserbuki oleh tepung sari tanaman jagung normal,<br />
akan menghasilkan keturunan jantan madul saja. Keturunan jantan mandul ini kemudian<br />
di silang balik (back cross) dengan tanaman normal jantan fertil. Turunan hasil silang<br />
balik ini akan tertap jantan mandul, walaupun hampir semua gen-gen inti sel dari<br />
tanaman jantan mandul itu telah diganti. Jadi jelaslah sifat jantan mandul diturunkan<br />
lewat pewarisan maternal, bukan oleh gen-gen kromosom. Penelitian lebih lanjut<br />
menunjukkan dari tanaman jantan mandul ternyata masih ada beberapa tepung sari yang<br />
fertil, sehingga masih memungkinkan terjadinya persilangan resiprok. Hasil persilangan<br />
resiprok itu berupa tanaman jantan madul. Dengan demikian terbukti bahwa jantan fertil<br />
diwariskan secara maternal seperti berikut.<br />
32
Jantan steril 0 o0 Sitoplasma Jantan fertil<br />
Sel telur<br />
Gamet jantan<br />
fertil<br />
Jantan steri Jantan fertil<br />
Beberapa kali<br />
Silang balik<br />
Jantan steril<br />
Jantan steril<br />
Faktor genetik dalam sitoplasma yang ikut mengambil bagian dalam jantan<br />
mandul, tidak hanya sendirian tetapi faktor genetik itu mengadakan interaksi dengan gen-<br />
gen inti tertentu. Misal gen inti R (dominan) pada jagung dapat memulihkan fertilitas<br />
dari tanaman yang pada mulanya jantan steril. Jagung yang memiliki sitoplasma S<br />
(jantan mandul) <strong>dan</strong> genotipe inti rr (Srr) menghasilkan antera yang tidak normal <strong>dan</strong><br />
tidak memiliki tepung sari. Se<strong>dan</strong>gkan tanaman dengan sitoplasma F (fertil jantan) atau<br />
genotipe inti R- atau kedua-duanya (F-, SR-, atau Frr) dapat menghasilkan tepung sari<br />
normal. Para pemulia tanaman menggunakan interaksi faktor genetik dalam sitoplasma<br />
33
dengan dengan gen inti sel, untuk memproduksi benih hibrida secara komersiil. Sebagai<br />
contoh bila salah satu induk adalah galur inbrida jantan mandul (Srr) disilangkan dengan<br />
galur inbrida fertil (FRR,) maka akan diproleh F1 hibrida SRr (fertil), seperti berikut<br />
P Galur A Galur B Galur C Galur D<br />
Galur inbrida rr<br />
x x<br />
Jantan mandul Jantan fertil Jantan mandul Jantan fertil<br />
F1 hibrida<br />
Silang tunggal x<br />
Jantan fertil Jantan mandul<br />
F1 Hibrida<br />
Silang ganda<br />
Jantan fertil Jantan mandul<br />
Tehnik pembuatan jagung hibrida komersiil di lapangan dengan pemanfaatan<br />
jantan mandul, dilakukan sebagai berikut: misalnya persilangan dibuat antara galur<br />
inbrida A dengan B, <strong>dan</strong> antara galur inbrida C dengan D, sehingga dihasilkan dua F1<br />
hibrida silang tunggal AB <strong>dan</strong> CD. Kedua hibrida ini kemudian disilangkan untuk<br />
menghasilkan F1 hibrida silang ganda ABCD, selanjutnya dijual kepada petani<br />
Untuk jelasnya disajikan seperti pada bagan berikut.<br />
34
P ♂ inbrida B x ♀ inbrida A ♀ inbrida C x ♂ inbrida D<br />
jantan subur jantan mandul jantan subur jantan subur<br />
F1 ♀ (A x B) x ♂ (C x D)<br />
tanaman single tanaman single<br />
cross jantan cross jantan<br />
mandul subur<br />
F1 (AB)(CD)<br />
biji double cross dijual<br />
swecara komersil sebagai<br />
benih varietas hibrida<br />
Daftar Pustaka<br />
inbred b <strong>dan</strong> inbred B<br />
atau keduanya,<br />
memiliki restorer genes<br />
(gen pengendali untuk<br />
pollen subur)<br />
Allard, R.W. 1960. Principles of Plant Breeding. John Willey& Sons, Inc. New York,<br />
London, Sydney.<br />
Mangoendijdojo, W. 2003. Dasar-Dasar <strong>Pemuliaan</strong> Tanaman. Penerbit Kanisius<br />
(Anggota IKAPI), Yogyakarta. 182 h.<br />
Poehlman, J.M. 1977. Breeding Field Crops. The AVI Publishing Company, Inc.<br />
Westport Connecticut, USA.<br />
Soetarso, 1991. Ilmu <strong>Pemuliaan</strong> Tanaman. Jurusan Budidaya Pertanian, Fak. Pertanian,<br />
Univ. Gadjah Mada, Yogyakarta. 164 h.<br />
Suryo, H. 1995. <strong>Sitogenetik</strong>a. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.<br />
Swanson, C.P., T. Merz, W. J. Young. 1981. Cytogenetics. Presentice, Inc.,<br />
Englewood Clifts, NJ 07632. Prented in the USA.<br />
Schulz-Schaeffer, J. 1980. Cytogenetics. Pants, Animals, Humans. Springer-Verlag.<br />
New York, Heidelberg, Berlin.<br />
35