Download - Badan Lingkungan Hidup
Download - Badan Lingkungan Hidup
Download - Badan Lingkungan Hidup
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
A. Latar Belakang<br />
BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk<br />
meningkatkan kualitas hidupnya, sudah terbukti bahwa industri dan teknologi<br />
yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik, jadi kemajuan<br />
industri dan teknologi berdampak positif terhadap lingkungan hidup karena<br />
meningkatkan kualitas hidup manusia, namun disisi lain manusia juga ketakutan<br />
akan adanya pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia<br />
yaitu industri dan kemajuan teknologi tersebut.<br />
Dampak pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh dan berakibat<br />
kepada lingkungan alam saja, tetapi berakibat dan berpengaruh terhadap<br />
kehidupan tanaman, hewan, dan juga manusia. Pencemaran yang masuk melalui<br />
jalur makanan dan berada dalam daur pencemaran lingkungan cepat atau<br />
lambat akan sampai juga dampaknya pada manusia. Oleh sebab itu manusia<br />
dalam upayanya memperoleh kualitas dan kenyamanan hidup yang lebih baik,<br />
perlu juga untuk memperhatikan hal-hal apakah yang nantinya akan membuat<br />
terjadinya kerusakan lingkungan, sehingga kita akan membuat suatu upaya agar<br />
lingkungan alam yang kita manfaatkan Sumber Daya Alamnya, segera dilakukan<br />
proses rehabilitasi terhadap alam untuk mencegah terjadinya kerusakan yang<br />
lebih parah lagi.<br />
Semakin kompleksnya permasalahan lingkungan hidup yang terjadi<br />
merupakan akibat dari kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia untuk<br />
mencapai kesejahteraan hidupnya. Berbagai fakta menunjukkan kurangnya<br />
keterlibatan masyarakat dalam upaya pengelolaan maupun pelestarian<br />
lingkungan hidup. Hal ini jelas terlihat dari rendahnya tingkat partisipasi<br />
masyarakat dalam berbagai kegiatan pengendalian pencemaran, kerusakan<br />
ataupun pelestarian lingkungan hidup. Ulah manusia yang tidak terarah<br />
seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan, mereka hanya mengejar<br />
keuntungan sebesar-besarnya dalam waktu yang singkat tanpa memikirkan<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 1
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
kelestarian alam. Merusak lingkungan hidup secara sadar ataupun tidak, akan<br />
berakibat mengancam kehidupan manusia itu sendiri.<br />
Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup<br />
mengalami perubahan, sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun<br />
fungsinya terganggu. Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi<br />
karena proses alam atau juga karena perbuatan manusia. Dalam abad modern<br />
ini banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan<br />
biologis dan kebutuhan teknologi sehingga banyak menimbulkan pencemaran<br />
lingkungan. Manusia merupakan satu-satunya komponen <strong>Lingkungan</strong> <strong>Hidup</strong><br />
biotik yang mempunyai kemampuan untuk dengan sengaja merubah keadaan<br />
lingkungan hidup. Dalam usaha merubah lingkungan hidupnya ini dengan<br />
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat menimbulkan<br />
masalah yang disebut pencemaran. Manusia juga dapat merubah keadaan<br />
lingkungan yang tercemar akibat perbuatannya ini menjadi keadaan lingkungan<br />
yang lebih baik, menjadi keadaan seimbang, dapat mengurangi terjadinya<br />
pencemaran lingkungan, bahkan diharapkan untuk dapat mecegah terjadinya<br />
pencemaran.<br />
Ditinjau dari segi ilmu kimia yang disebut pencemaran lingkungan adalah<br />
peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar tertentu yang dapat merubah<br />
keadaan keseimbangan pada daur materi, baik keadaan struktur maupun<br />
fungsinya sehingga mengganggu kesejahteraan manusia. Pencemaran lingkungan<br />
ini perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak, karena<br />
pencemaran lingkungan dapat menimbulkan gangguan terhadap kesejahteraan<br />
kesehatan bahkan dapat berakibat terhadap jiwa manusia.<br />
Berdasarkan medium fisik lingkungan tempat tersebarnya bahan kimia ini,<br />
maka pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh bahan kimia dapat dibagi<br />
menjadi tiga jenis pencemaran, yaitu :<br />
1. Pencemaran tanah<br />
2. Pencemaran udara<br />
3. Pencemaran air<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 2
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
Perubahan keadaan bahan kimia yang tersebar dalam ketiga medium fisik<br />
lingkungan ini, baik secara langsung maupun tidak, dapat akan berpengaruh<br />
terhadap kesejahteraan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya. Pengaruh ini<br />
dapat terjadi dalam penggunaan : Medium air, untuk keperluan minum,<br />
memasak, sebagai pembersih, untuk keperluan industri dan pertanian.<br />
Medium tanah, untuk pertanian, tempat rekreasi, tempat olah raga, tempat<br />
tinggal dan sebagainya. Medium udara, semua makhluk hidup memerlukan<br />
udara untuk bernafas, tanpa udara di bumi ini tidak akan ada kehidupan.<br />
Bahan-bahan kimia yang kehadirannya dalam lingkungan hidup dapat<br />
menyebabkan terganggunya kesejahteraan hidup manusia, hewan maupun<br />
tumbuh-tumbuhan disebut bahan pencemar. Sebagai sumber utama terjadinya<br />
pencemar adalah :<br />
1. Proses- proses alam, antara lain pembusukan secara biologis, aktivitas<br />
gunung berapi, terbakarnya semak-semak, dan halilintar.<br />
2. Perbuatan/aktivitas manusia, seperti :<br />
a. Hasil pembakaran bahan bakar yang terjadi pada industri dan kendaraan<br />
bermotor<br />
b. Pengolahan dan penyulingan bijih tambang mineral dan batubara<br />
c. Proses-proses dalam pabrik<br />
d. Sisa-sisa buangan dari aktivitas-aktivitas tersebut diatas<br />
Pencemaran lingkungan ini sudah terjadi sejak jaman dahulu kala, sejak<br />
adanya manusia, tetapi baru abad 20 pencemaran yang diakibatkan karena<br />
manusia ini menjadi pokok bahasan pada semua kalangan masyarakat.<br />
Faktor-faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan sebagai hasil<br />
sampingan perbuatan manusia meliputi :<br />
1. Faktor Industrialisasi<br />
2. Faktor Urbanisasi<br />
3. Faktor Kepadatan Penduduk<br />
4. Faktor Cara <strong>Hidup</strong><br />
5. Faktor Perkembangan Ekonomi<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 3
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi secara kompleks. Apabila<br />
salah satu faktor terjadi, maka faktor lainnya dapat terjadi, dengan demikian<br />
terjadinya pencemaran lingkungan tidak dapat dihindari.<br />
antara lain :<br />
Contoh-contoh faktor-faktor yang sangat mengganggu lingkungan hidup<br />
1. Faktor Industrialisasi<br />
a. Pertambangan, transportasi, penyulingan dan pengolahan bahan hingga<br />
menghasilkan barang yang dapat digunakan.<br />
b. Pertambangan, transportasi, penyulingan dan penggunaan bahan bakar<br />
untuk menghasilkan energi.<br />
c. Sisa-sisa buangan yang dihasilkan sebagai hasil sampingan selama proses-<br />
proses di atas.<br />
2. Faktor Urbanisasi<br />
a. Pembukaan hutan untuk perkampungan, industri dan sistem<br />
transportasi.<br />
b. Penimbunan atau menumpuknya sisa-sisa buangan/sampah dan hasil<br />
samping selama proses-proses di atas.<br />
3. Faktor Kepadatan Penduduk<br />
a. Meningkatnya kebutuhan tempat tinggal/perumahan.<br />
b. Meningkatnya kebutuhan pangan dan kebutuhan energi.<br />
c. Meningkatnya kebutuhan barang-barang konsumsi dan bahan-bahan<br />
untuk hidup.<br />
4. Faktor Cara <strong>Hidup</strong><br />
a. Penggunaan barang kebutuhan secara berlebihan sehingga terbuang<br />
percuma.<br />
b. Tuntutan akan kemewahan.<br />
c. Pemborosan energi.<br />
5. Faktor Perkembangan Ekonomi<br />
a. Meningkatnya penggunaan bahan sumber energi, misal Bahan Bakar<br />
Minyak (BBM), hasil hutan.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 4
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
b. Meningkatnya sisa-sisa buangan sebagai hasil sampingan produksi barang-<br />
barang kepentingan dalam pabrik dan meningkatnya bahan pencemar.<br />
Untuk menjadi pertimbangan dan pemikiran untuk pengelolaan<br />
lingkungan di masa mendatang, perlu diperhatikan hal-hal seperti berikut<br />
misalnya :<br />
1. Perkembangan dinamika pembangunan dalam bidang industri dan<br />
kegiatan usaha selalu berubah dengan cepat, dan sering kali berada diluar<br />
kendali atau diluar rencana tata ruang yang telah digariskan dalam master<br />
plan wilayah. Padahal pengembangan kegiatan usaha/industri adalah<br />
bagian dari keinginan manusia untuk meningkatkan kualitas dan<br />
kenyamanan hidup. Dengan semangat otonomi daerah maka tanggung<br />
jawab utama kerusakan suatu wilayah akibat adanya kegiatan usaha /<br />
industri mestinya berada di tangan pemerintah daerah. Oleh sebab itu<br />
pemerintah daerah sudah seharusnya mengawal pembangunan kawasan<br />
dengan ketat, dengan berpedoman pada pengembangan kawasan yang<br />
berwawasan lingkungan serta berdasar master plan wilayah yang<br />
dirancang secara terpadu dan terintegrasi.<br />
2. Banyak kasus-kasus pencemaran lingkungan yang terjadi adalah disebabkan<br />
terganggunya fungsi/kemampuan daya dukung tanah yaitu berkurangnya<br />
proses pengembalian keseimbangan lingkungan/ekologi. Kasus ini lebih<br />
kentara lagi terjadi di kawasan padat pemukiman. Padahal kegiatan usaha<br />
manusia/industri membuang limbah pada lingkungan tanpa memperhatikan<br />
daya dukung alam. Oleh sebab itu perencanaan pengolahan limbah yang<br />
sering kali juga dikatakan sebagai upaya pengendalian pencemaran<br />
lingkungan, walaupun pendapat ini tidaklah dapat dikatakan benar<br />
sepenuhnya.<br />
3. Sistem pengendalian pencemaran lingkungan telah menjadi salah satu<br />
infrastruktur perkotaan yang sangat penting. Bahkan kualitas suatu kota<br />
dapat diukur dari kualitas sistem pengendalian pencemaran lingkungan yang<br />
dimillikinya dimana sistem ini harus memperhatikan banyak faktor dan<br />
keterlibatan semua pihak agar mengurangi terjadinya kegagalan.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 5
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
4. Persoalan pencemaran lingkungan dewasa ini telah merupakan persoalan<br />
sosial kemasyarakatan. Permasalahan ini tidak hanya dapat dilihat dari aspek<br />
penyelesaian teknis dan ilmu pengetahuan semata, oleh karenanya harus<br />
melibatkan seluruh komponen masyarakat. Sikap dan perilaku masyarakat<br />
juga dapat menimbulkan dampak pencemaran lingkungan ini. Peran serta<br />
masyarakat tentang pengendalian pencemaran lingkungan, dapat<br />
meminimalkan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan dan dapat<br />
menjadikan lingkungan yang memberikan kenyamanan pada kelangsungan<br />
kehidupan ini.<br />
B. Maksud dan Tujuan<br />
Maksud dan tujuan dari Kegiatan ini adalah melindungi lingkungan di<br />
Kabupaten Temanggung akibat dari kegiatan/usaha yang berpotensi mencemari<br />
lingkungan dan meminimalisir akibat pencemaran lingkungan dengan<br />
merencanakan instalasi untuk mengurangi/menghilangkan pencemaran<br />
lingkungan.<br />
Tujuan dari Inventarisasi kegiatan/usaha yang berpotensi mencemari<br />
lingkungan di Kabupaten Temanggung ini adalah :<br />
1. Menyediakan data/informasi dan dokumentasi untuk meningkatkan kualitas<br />
pengambilan keputusan pada semua tingkat dengan memperhatikan aspek<br />
daya dukung alam serta daya tampung lingkungan hidup.<br />
2. Meningkatkan mutu informasi tentang lingkungan hidup sebagai bagian dari<br />
sistim pelaporan publik serta sebagai bentuk dari akuntabilitas publik.<br />
3. Sebagai salah satu sumber informasi dalam rencana penyusunan sarana<br />
pengelolaan lingkungan hidup dimasa yang akan datang.<br />
4. Menyediakan sumber informasi utama bagi Rencana Kerja Pembangunan<br />
Daerah ( RKPD ) dan Program Pembangunan Daerah (Properda).<br />
5. Menyediakan informasi lingkungan hidup sebagai sarana publik untuk<br />
melakukan pengawasan dan penilaian pelaksanaan Tata <strong>Lingkungan</strong> (Good<br />
Environmental Governance) serta sebagai landasan publik untuk berperan<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 6
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
C. Sasaran<br />
serta dalam menentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan bersama<br />
dengan pemerintah.<br />
Adapun sasaran yang ingin dicapai dari Kegiatan Inventarisasi<br />
Kegiatan/Usaha yang Berpotensi Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten<br />
Temanggung adalah terlaksananya kegiatan pemantauan kualitas lingkungan<br />
yang efektif, efisien, dan berkelanjutan dalam mendukung pelestarian kualitas<br />
lingkungan hidup di Kabupaten Temanggung.<br />
Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di<br />
Kabupaten Temanggung ini dimaksudkan untuk dapat menjadi bahan<br />
pertimbangan dalam penyusunan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang<br />
mana dalam hal ini akan dapat diperoleh data dan informasi tentang potensi<br />
cemaran. Diharapkan dari laporan ini dapat diketahui kondisi lingkungan yang<br />
ada dan bagaimana pemanfaatan data potensi cemaran yang tersedia sehingga<br />
diperoleh data dan informasi yang mendukung program-program<br />
pembangunan yang berkelanjutan di Kabupaten Temanggung.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 7
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
A. Letak Geografi<br />
BAB II<br />
GAMBARAN UMUM KABUPATEN<br />
TEMANGGUNG<br />
Secara geografis Kabupaten Temanggung merupakan bagian dari propinsi<br />
Jawa Tengah yang terletak antara 110°23’ - 110°46’30” Bujur Timur dan 7°14’-<br />
7°32’35” Lintang Selatan. Luas Daerah adalah 87.065 Ha yang merupakan<br />
cekungan artinya rendah di bagian tengah, sedangkan sekelilingnya terbentuk<br />
dari pegunungan, bukit atau gunung.<br />
Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan dataran<br />
tinggi antara 500 – 1450 m diatas permukaan air laut, dengan keadaan 50%<br />
dataran tinggi dan 50% dataran rendah.<br />
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Temanggung adalah :<br />
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Kabupaten<br />
Semarang.<br />
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang<br />
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo<br />
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten<br />
Magelang<br />
Secara administrasi Kabupaten Temanggung meliputi 20 Kecamatan yang<br />
terdiri dari 289 Desa/Kelurahan. Dari 20 Kecamatan tersebut yang terjauh<br />
adalah Kecamatan Tretep berjarak sekitar 40 km dari pusat kota dan terdekat<br />
adalah Kecamatan Kranggan dengan jarak sekitar 4 km dari pusat kota. Belum<br />
seluruh daerah Kecamatan di Kabupaten Temanggung terjangkau oleh sarana<br />
transportasi, sarana transportasi baru pada daerah-daerah yang relatif dekat<br />
dan tidak terlalu curam serta banyak belokan-belokan.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 8
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
Adapun jumlah desa dan luas menurut kecamatan adalah sebagai berikut :<br />
No.<br />
1.<br />
2.<br />
3.<br />
4.<br />
5.<br />
6.<br />
7.<br />
8.<br />
9.<br />
10.<br />
11.<br />
12.<br />
13.<br />
14.<br />
15.<br />
16.<br />
17.<br />
18.<br />
19.<br />
20.<br />
Tabel 2.1 Jumlah Desa dan Luas Wilayah per Kecamatan di Kabupaten<br />
Kecamatan<br />
Parakan<br />
Kledung<br />
Bansari<br />
Bulu<br />
Temanggung<br />
Tlogomulyo<br />
Tembarak<br />
Selopampang<br />
Kranggan<br />
Pringsurat<br />
Kaloran<br />
Kandangan<br />
K e d u<br />
Ngadirejo<br />
J u m o<br />
Gemawang<br />
Candiroto<br />
Bejen<br />
Tretep<br />
Wonoboyo<br />
Jumlah<br />
Temanggung<br />
Jumlah Desa/ Kelurahan<br />
Luas Wilayah (Ha)<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 9<br />
16<br />
13<br />
13<br />
19<br />
25<br />
12<br />
13<br />
12<br />
13<br />
14<br />
14<br />
16<br />
14<br />
20<br />
13<br />
10<br />
14<br />
14<br />
11<br />
13<br />
289<br />
Sumber data : BPS Kabupaten Temanggung<br />
2.223<br />
3.221<br />
2.254<br />
4.034<br />
3.339<br />
2.484<br />
2.684<br />
1.729<br />
5.761<br />
5.728<br />
6.392<br />
7.836<br />
3.496<br />
5.331<br />
2.932<br />
6.711<br />
5.994<br />
6.884<br />
3.365<br />
4.398<br />
87.065
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
9210000<br />
9200000<br />
9190000<br />
KABUPATEN<br />
WO NO SOBO<br />
B. Topografi<br />
Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Temanggung<br />
390000<br />
}<br />
Tretep<br />
390000<br />
}<br />
Wonoboyo<br />
}<br />
Ngadirejo<br />
}<br />
}<br />
Bansari<br />
Kledung<br />
KABUPATEN<br />
KENDAL<br />
}<br />
}<br />
400000<br />
Bejen<br />
Candiroto<br />
KABUPATEN<br />
M AGELANG<br />
Jumo<br />
Parakan<br />
400000<br />
}<br />
}<br />
Gemawang<br />
}<br />
Bulu<br />
Tlogomulyo<br />
}<br />
Kedu<br />
}<br />
}<br />
Selopampang<br />
} û<br />
}<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 10<br />
410000<br />
Tembarak<br />
Kandangan<br />
Temanggung<br />
}<br />
}<br />
410000<br />
}<br />
}<br />
Kranggan<br />
Kaloran<br />
420000<br />
Pringsurat<br />
420000<br />
KABUPATEN<br />
SEMARANG<br />
}<br />
9210000<br />
9200000<br />
9190000<br />
REVISI RTRW<br />
KABUPATEN TEMANGGUNG<br />
PETA ADMINISTRASI<br />
KABUPATEN TEMANGGUNG<br />
Bansari<br />
Bejen<br />
Bulu<br />
Candiroto<br />
Gemawang<br />
Jumo<br />
Kaloran<br />
Kandangan<br />
Kedu<br />
Kledung<br />
Sis tem Proy eksi : U niversal Transv er M ercator<br />
Da tum : W GS 84<br />
Zo ne : 49<br />
Kabupaten Temangg ung<br />
KETERANG AN<br />
û Ibu Kota Kabupaten<br />
}<br />
Ibu Kota Kecamatan<br />
Su m b e r<br />
Peta Rupa Bumi Indon esia (RBI) Skala 1 : 25 .00 0, Sheet T emanggu ng<br />
SK ALA 1: 1 50 .0 00<br />
1.5 0 1.5 3Km<br />
Batas Kabupaten<br />
Batas Kecamatan<br />
Jalan Negara<br />
Jalan Propinsi<br />
Jalan Kabupaten<br />
Jalan Desa<br />
JAW A T EN GAH<br />
Kranggan<br />
Ngadirejo<br />
Parakan<br />
Pringsurat<br />
Selopampang<br />
Tem anggung<br />
Tem barak<br />
Tlogomulyo<br />
Tretep<br />
Wonoboyo<br />
Keadaan rupa bumi ( topografi ) daerah Kabupaten Temanggung secara<br />
umum dapat diuraikan sebagai berikut :<br />
Bentuk Kabupaten Temanggung merupakan cekungan artinya rendah<br />
dibagian tengah, sedangkan sekelilingnya berbentuk pegunungan, bukit atau<br />
gunung.<br />
Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan dataran<br />
dengan ketinggian 500 -1450 m di atas permukaan air laut. Dengan keadaan<br />
tanah sekitar 50 % dataran tinggi dan 50 % dataran rendah. Sedangkan<br />
kemiringan tanah di Kabupaten Temanggung bervariasi, antara datar, hampir<br />
datar, landai, agak terjal, hampir terjal, terjal dan sangat terjal, sebagaimana<br />
terlihat pada kelas lereng di bawah ini :<br />
- Lereng 0 – 2 % seluas 968 Ha<br />
- Lereng 2 – 15 % seluas 32.492 Ha<br />
- Lereng 15 – 40% seluas 31.232 Ha<br />
- Lereng > 40% seluas 17.963 Ha<br />
U<br />
1
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
Secara umum Kabupaten Temanggung memiliki dua musim yaitu :<br />
- Musim kemarau antara bulan April sampai dengan bulan September.<br />
- Musim penghujan antara bulan Oktober sampai dengan bulan Maret.<br />
Dengan rata-rata curah hujan tahunan pada umumnya cukup tinggi.<br />
Daerah Kabupaten Temanggung pada umumnya berhawa dingin dimana<br />
udara pegunungan berkisar antara 20° C - 30° C. Daerah berhawa sejuk<br />
terutama di daerah Kecamatan Tretep, Bulu (lereng Gunung Sumbing),<br />
Kecamatan Tembarak, Kecamatan Ngadirejo dan Kecamatan Candiroto.<br />
Gunung-gunung tertinggi adalah Gunung Sumbing ( ± 3260 m ) dan<br />
Gunung Sindoro ( ± 3153 m ). Adapun sungai-sungai yang tergolong besar<br />
antara lain : Waringin, Lutut, Elo, Progo, Kuas, Galeh dan Tingal.<br />
C. Geologi<br />
Geologi Kabupaten Temanggung tersusun dari batuan beku yaitu<br />
sediman dari piroklastik gunung api Sindoro Sumbing dan sekitarnya.<br />
Piroklastik ini ukurannya bervariasi antara blek, gragal, krikil, pasir debu dan<br />
lempung sebagai akibat dari muntahan materi piroklastik gunung api yang<br />
mengendap kemudian membentuk daerah alluvial atau sedimen, sehingga<br />
terjadi berlapis, dimana butiran besar terletak di bawah. Lapisan atas mudah<br />
sekali dipengaruhi oleh tenaga eksogen dan mampu menyerap atau menahan<br />
air. Morfologi Kabupaten Temanggung pada dasarnya dibentuk oleh sedimen<br />
atau alluvial, sedangkan dataran tinggi dibentuk oleh pegunungan perbukitan<br />
yang keadaannya bergelombang.<br />
Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan dataran<br />
dengan ketinggian antara 500 -1450 m di atas permukaan air laut. Dengan<br />
keadaan tanah sekitar 50% dataran tinggi dan 50 % dataran rendah. Adapun<br />
jenis tanahnya sebagai berikut :<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 11
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
1. Latosol Coklat seluas 26.563,47 Ha ( 32,13 % ) membentang di tengah-<br />
tengah wilayah Kabupaten Temanggung dari arah Barat Laut ket Tenggara.<br />
2. Latosol Coklat Kemerahan seluas 7.879,93 Ha ( 9,53 % ) membentang<br />
sebagaian besar di bagian Timur – Tenggara.<br />
3. Latosol Merah Kekuningan seluas 29.909,08 Ha ( 35,33 % ) membentang di<br />
bagian Timur dan Barat.<br />
4. Regosol seluas 16.873,97 Ha ( 20,14 % ) membentang sebagian di sekitar<br />
kali Progo dan lereng-lereng terjal.<br />
5. Andosol seluas 2.249, 55 Ha ( 2,60 % ) membentang di alluvial antar bukit.<br />
D. Kondisi Tata Ruang<br />
Kabupaten Temanggung merupakan wilayah yang memiliki banyak<br />
sumber daya alam, sumberdaya binaan dan kegiatan sosial ekonomi yang<br />
beragam. Dalam rangka mengurangi kesenjangan perkembangan tiap wilayah,<br />
maka diperlukan adanya intervensi yang dapat memberikan fungsi dan peran<br />
yang jelas untuk setiap wilayah sesuai dengan potensi, hambatan dan<br />
tantangannya dalam bentuk suatu rencana struktur yang mempunyai hirarki<br />
keruangan.<br />
Struktur ruang adalah suatu sistim yang menggambarkan karakter<br />
pemanfaatan ruang yang terdiri dari strata pusat-pusat pelayanan atau hirarki<br />
pusat yang terkait dengan pola transportasi dan sistim prasarana wilayah<br />
lainnya dalam ruang wilayah daerah. Struktur ruang wilayah diwujudkan<br />
berdasarkan arahan pengembangan sistim pusat pemukiman pedesaan<br />
dan sistim pusat pemukiman perkotaan serta arahan sistim prasarana<br />
wilayah.<br />
1. Rencana Sistim Pedesaan<br />
Rencana sistim pedesaan di Kabupaten Temanggung di arahkan pada usaha<br />
pemerataan pembangunan untuk mengurangi kesenjangan antara desa dan<br />
kota. Untuk itu diperlukan usaha guna mengurangi hambatan strategis serta<br />
kondisi geografis, sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Sarana dan<br />
prasarana transportasi adalah kunci awal pembangunan pedesaan.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 12
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
Berdasarkan hal tersebut perlu adanya pelayanan angkutan pedesaan yang<br />
menjangkau seluruh pelosok desa.<br />
Salah satu penyebab ketertinggalan kawasan pedesaan dibanding perkotaan<br />
karena adanya keterkaitan pedesaan dan perkotaan yang tidak seimbang dan<br />
kurangnya akses yang dimiliki masyarakat pedesaan. Akses tersebut meliputi<br />
akses fisik yakni jalan raya dan akses non fisik berupa kesempatan.<br />
Perencanaan sistem pedesaan meliputi :<br />
a. Membuka daerah terisolir<br />
b. Memperluas jangkauan pelayanan angkutan umum pedesaan<br />
c. Meningkatkan peranan kawasan perbatasan<br />
d. Mengembangkan potensi desa<br />
e. Meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan<br />
f. Penataan pemukiman pedesaan<br />
g. Mengefektifkan lembaga-lembaga desa<br />
Arahan pengembangan pusat pemukiman pedesaan adalah penataan<br />
struktur ruang pedesaan sebagai sistim pusat permukiman di pedesaan yang<br />
berpotensi menjadi pusat pertumbuhan di pedesaan.<br />
2. Rencana Sistem Perkotaan<br />
Rencana sistem perkotaan di Kabupaten Temanggung mengatur hirarki<br />
Pusat Kegiatan Lokal ( PKL ) beserta pelayanannya. Sistim perkotaan di<br />
Kabupaten Temanggung direncanakan secara berhirarki sesuai ukuran<br />
perkotaan yang disebutkan dalam struktur ruang kota perkotaan.<br />
Struktur ruang perkotaan di Kabupaten Temanggung ditetapkan sebagai<br />
berikut :<br />
- Pusat Kegiatan Lokal ( PKL ) ini merupakan kawasan perkotaan dengan<br />
fungsi sebagai pusat pertumbuhan pertama dengan orientasi kegiatan<br />
berupa pemerintahan, perdagangan, pelayanan masyarakat dan lain-lain<br />
yang termasuk Pusat Kegiatan Lokal ( PKL ) ini adalah seluruh wilayah<br />
Kecamatan Temanggung.<br />
- Pusat Kegiatan Lokal I ( PKL I ) merupakan kawasan perkotaan dengan<br />
fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa, pemukiman, koleksi dan<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 13
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
distribusi dengan skala pelayanan beberapa kecamatan. PKL I mempunyai<br />
kelengkapan sarana dan prasarana pengembangan wilayah lebih rendah<br />
dari PKL. Wilayah yang termasuk pada lingkup PKL I meliputi seluruh<br />
wilayah Kecamatan Parakan, Ngadirejo, Kranggan, Pringsurat dan Kedu.<br />
- Pusat Kegiatan Lokal II ( PKL II ) merupakan kawasan pedesaan yang<br />
ditingkatkan menjadi kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai pusat<br />
produksi, pertanian dan perkebunan dengan skala pelayanan dalam<br />
beberapa kecamatan serta menunjang kota dengan Pusat Kegiatan Lokal I<br />
(PKL I) di atasnya. PKL II mempunyai kelengkapan sarana dan prasarana<br />
pengembangan wilayah lebih rendah dari PKL I. Kecamatan yang<br />
termasuk pada lingkup Pusat Kegiatan Lokal II ( PKL II ) meliputi seluruh<br />
wilayah Kecamatan Kandangan, Kledung, Bulu, Candiroto dan<br />
Selopampang.<br />
- Pusat Kegiatan Lokal III ( PKL III ) merupakan pusat kawasan pedesaan<br />
yang ditingkatkan menjadi kawasan perkotaan yang meliputi fungsi<br />
sebagai pusat produksi pertanian dengan skala lokal. PKL III mempunyai<br />
kelengkapan sarana dan prasarana pengembangan wilayah lebih rendah<br />
dari PKL II. Kecamatan yang termasuk pada PKL III ini meliputi seluruh<br />
wilayah Kecamatan Bejen, Tlogomulyo, Tembarak, Jumo dan Kaloran.<br />
- Pusat Kegiatan Lokal IV ( PKL IV ) pusat kawasan pedesaan yang<br />
ditingkatkan menjadi kawasan perkotaan yang memiliki fungsi sebagai<br />
pusat produksi pertanian dengan skala lokal. PKL IV mempunyai<br />
kelengkapan sarana dan prasarana pengembangan wilayah lebih rendah<br />
dari PKL III. Kecamatan yang termasuk pada lingkup PKL IV meliputi<br />
seluruh wilayah Kecamatan Gemawang, Wonoboyo, Tretep dan Bansari<br />
danpengembangan kawasan pedesaan yang diarahkan pada usaha<br />
pemerataan pembangunan untuk mengurangi kesenjangan antara desa<br />
dan kota.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 14
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
E. Kependudukan<br />
Penduduk merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam<br />
pembangunan dan merupakan faktor yang dinamis dam selalu menarik untuk<br />
dipelajari. Penduduk juga selalu berasosiasi dengan segala bidang kehidupan,<br />
terutama dalam aktivitas sosial dan ekonomi. Disadari bahwa sumber daya<br />
penduduk sebagai unsur strategis dapat menjadi faktor penentu dalam<br />
keberhasilan pembangunan, karena posisinya baik sebagai sasaran maupun<br />
sebagai pelaksana. Manusia/penduduk merupakan salah satu modal dasar dalam<br />
pembangunan. Daya guna dari modal dasar tersebut ditentukan oleh berbagai<br />
kondisi yang meliputi kuantitas, kualitas dan distribusinya. Rasio beban<br />
ketergantungan menunjukkan besarnya rasio penduduk usia produktif dengan<br />
penduduk tidak produktif.<br />
Menurut data dari <strong>Badan</strong> Pusat Statistik 2010, jumlah penduduk di<br />
Kabupaten Temanggung pada tahun 2009 sebanyak 722.087 jiwa dengan<br />
kepadatan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kepadatan<br />
penduduk pada tahun 2005 sebesar 796 per km² dan terus meningkat menjadi<br />
829 per km² pada tahun 2009, kepadatan penduduk terbesar di Kabupaten<br />
Temanggung adalah di Kecamatan Temanggung yaitu sebesar 2.316 per km²,<br />
sedangkan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 291 per km² di<br />
Kecamatan Bejen.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 15
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
9210000<br />
9200000<br />
9190000<br />
Gambar 2.2. Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Temanggung<br />
1<br />
KABUPATEN<br />
WO NO SOBO<br />
390000<br />
Tretep<br />
390000<br />
1<br />
Wonoboyo<br />
2<br />
Ngadirejo<br />
Bansari<br />
Kledung<br />
1<br />
KABUPATEN<br />
KENDAL<br />
KABUPATEN<br />
M AGELANG<br />
400000<br />
Candiroto<br />
Jumo<br />
400000<br />
Bejen<br />
Parakan<br />
3<br />
Bulu<br />
Gemawang<br />
Kedu<br />
Tlogomulyo<br />
Selopampang<br />
F. Luas dan Pembagian Wilayah<br />
2<br />
1<br />
1<br />
1<br />
1<br />
2<br />
1<br />
2<br />
Tembarak<br />
2<br />
Batas Kabupaten<br />
Batas Kecamatan<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 16<br />
410000<br />
1<br />
Kandangan<br />
Temanggung<br />
2<br />
410000<br />
3<br />
Kaloran<br />
1<br />
Kranggan<br />
1<br />
420000<br />
420000<br />
KABUPATEN<br />
SEMARANG<br />
1<br />
Pringsurat<br />
9210000<br />
9200000<br />
9190000<br />
REVISI RTRW<br />
KABUPATEN TEMANGGUNG<br />
PETA KEPADATAN PENDUDUK<br />
KABUPATEN TEMANGGUNG<br />
KETERANG AN<br />
Kepadatan Penduduk Geografis<br />
2<br />
1 Jarang (279 - < 929 jiwa/km )<br />
2<br />
2 Sedang (929 -
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
dan lain-lain. Bentuk penggunaan lahan untuk perkebunan ini adalah cukup<br />
luas dibandingkan dengan bentuk lahan lainnya. Luasan areal perkebunan di<br />
wilayah Kabupaten Temanggung mencapai lebih dari 10.816 Ha ( 12,42 % ).<br />
Sebaran areal perkebunan antara lain di Kecamatan Parakan, Kledung,<br />
Bansari, Bulu, Tembarak, Pringsurat, Kandangan, Ngadirejo, Gemawang,<br />
Candiroto, Bejen, Tretep dan Wonoboyo.<br />
3. Pemukiman<br />
Kawasan pemukiman adalah lahan yang diatasnya terdapat bangunan, berupa<br />
rumah tempat tinggal beserta pekarangan dan bangunan lainnya. Luasan<br />
untuk areal pemukiman di Kabupaten Temanggung mencapai 9.274 Ha<br />
(10,65 %). Sebaran pemukiman yang cukup padat dapat ditemuai di<br />
Kecamatan Temanggung, Parakan, Kledung, Bansari, Temanggung,<br />
Tlogomulyo, Tembarak, Selopampang, Ngadirejo, Kedu, Bulu, Kranggan,<br />
Pringsurat, Kandangan, Jumo, Gemawang, Candiroto, Bejen, Tretep dan<br />
Wonoboyo, yang umumnya terletak pada ibukota-ibukota kecamatan.<br />
4. Kolam/Empang<br />
Kolam/Empang merupakan kategori lahan tubuh air yang ditumbuhi<br />
tumbuhan air atau tidak, luasnya kira-kira 31 Ha ( 0,04 % ) dan terseber di<br />
beberapa lokasi antara lain berada di Kecamatan Parakan, Bulu,<br />
Temanggung, Tloogomulyo, Tembarak, Selopampang, Ngadirejo, Kandangan<br />
dan Wonoboyo.<br />
5. Tanah Kosong<br />
Tanah kosong yang dimaksud adalah lahan terbuka yang di atasnya tidak<br />
didirikan bangunan atau merupakan lahan yang tidak diusahakan / di olah.<br />
Pada umumnya di atas lahan kosong ini ditumbuhi tanaman liar seperti<br />
alang-alang dan semak. Luasan lahan kosong di Kabupaten Temanggung<br />
mencapai lebih dari 2100 Ha ( 2,41 % ).<br />
6. Sawah<br />
Sawah yang terdapat di Kabupaten Temanggung meliputi sawah irigasi<br />
teknis seluas 4.641 Ha, irigasi setengah teknis seluas 8.538 Ha, sederhana<br />
PU seluas 2.989 Ha, sederhana Non PU seluas 3.525 Ha dan sawah tadah<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 17
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
hujan seluas 941 Ha. Namun demikian sebagian besar adalah merupakan<br />
sawah irigasi. Pola penggunaan lahan ini untuk persawahan paling banyak<br />
terdapat pada dataran alluvial dan lereng kaki perbukitan. Keberadaan<br />
persawahan tersebar pada bagian tengah dan selatan wilayah Kabupaten<br />
Temanggung seperti Kecamatan Parakan, Bulu, Kedu, Tembarak,<br />
Selopampang, Kranggan, Ngadirejo dan Temanggung. Sedangkan untuk<br />
sawah tadah hujan terdapat dibagian Utara Timur dan Barat, Kecamatan<br />
Kledung, Pringsurat, Kandangan, Gemawang dan Bejen.<br />
7. Tegalan/Huma<br />
Tegalan adalah merupakan bentuk penggunaan lahan yang pada umumnya<br />
ditanami beberapa jenis tanaman palawija sekaligus. Tanaman yang sering<br />
dijumpai pada tegalan antara lain jagung, ketela pohon, kedelai dan kacang-<br />
kacangan. Luasan tegalan di Kabupaten Temanggung mencapai lebih dari<br />
28.093 Ha (32,27 %) yang tersebar teutama di wilayah bagian Utara dan<br />
Barat seperti Kecamatan Kledung, Bulu, Tlogomulyo, Kranggan, Kandangan,<br />
Ngadirejo, Gemawang, Candiroto, Bejen, Tretep, Wonoboyo, Kaloran dan<br />
Pringsurat.<br />
Kabupaten Temanggung merupakan daerah yang memiliki potensi yang<br />
tinggi di bidang pertanian dan perkebunan. Dari potensi pertanian seluas<br />
20.634 Ha merupakan lahan sawah, sedang 28.093 Ha merupakan<br />
tegalan/huma /lahan kering dengan pemanfaatan tanah bangunan dan halaman<br />
seluas 9.274 Ha, padang rumput dan lainnya 2.100 Ha, kolam/tebat/empang 31<br />
Ha, tanah Hutan Negara/rakyat 16.117 Ha, perkebunan Swasta dan Negara<br />
10.816 Ha.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 18
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
BAB III<br />
TINJAUAN UMUM PENCEMARAN LINGKUNGAN<br />
A. Pengertian Pencemaran<br />
Pencemaran atau polusi adalah perubahan faktor abiotik baik secara<br />
alamiah maupun karena ulah manusia yang telah melebihi ambang batas<br />
toleransi ekosistem biotik. Pencemaran itu sendiri dapat berupa faktor fisik<br />
(suhu, debu dan sebagainya) maupun kimiawi (unsur / senyawa kimia) yang<br />
mencemari udara maupun air dalam suatu ekosistem. Perubahan faktor abiotik<br />
yang melampaui ambang batas toleransi dan komponen biotik dapat<br />
mengakibatkan musnahnya suatu species biotik yang hidup dalam lingkungan<br />
yang bersangkutan. Suatu faktor kimia dapat berpengaruh terhadap perubahan<br />
faktor fisik dalam ekosistem abiotik, begitu juga sebaliknya, misalnya<br />
pemanasan global, karena timbulnya lubang ozon yang diakibatkan oleh reaksi<br />
kimiawi antara Cl dan O 3 di atmosfer berkurang.<br />
Polutan dapat didefinisikan sebagai unsur baik bersifat padat, cair, gas<br />
yang masuk atau dimasukkan ke dalam lingkungan bersifat limbah dengan efek<br />
negatif terhadap keseimbangan ekologis menyusul dampaknya yaitu terjadinya<br />
penurunan kesehatan lingkungan.<br />
Polutan bersifat pencemar dapat terjadi setiap saat secara alami atau<br />
terjadi dari ulah manusia berasal dari teknologi pengolahan atau perilaku<br />
manusia yang disengaja maupun tidak sengaja dan menimbulkan bencana alam.<br />
Besar dan kecilnya polutan dihitung dari luas penyebaran dan pengaruhnya<br />
terhadap lingkungan. Makhluk hidup, zat, energi, atau komponen penyebab<br />
pencemaran disebut polutan atau pencemar. Contoh polutan makhluk hidup<br />
atau polutan biologi ialah bakteri penyebab penyakit pada sampah dan kotoran.<br />
Polutan zat kimia disebut polutan kimia, contohnya limbah yang mengandung<br />
logam merkuri (Hg), gas CO 2 , gas CFC, debu, asbes, dan pestisida. Sedangkan<br />
polutan energi disebut polutan fisik, misalnya panas dan radiasi.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 19
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
B. Pengertian Limbah<br />
Limbah adalah zat, energi, dan komponen lain yang dikeluarkan atau<br />
dibuang akibat sesuatu kegiatan baik industri maupun non industri. Buangan<br />
industri adalah bahan buangan sebagai hasil sampingan dari proses produksi<br />
industri yang dapat berbentuk padat, cair, maupun gas yang dapat<br />
menimbulkan pencemaran. Buangan non industri adalah bahan buangan sebagai<br />
hasil sampingan bukan dari industri melainkan berasal dari rumah tangga,<br />
kantor, restoran, tempat hiburan, pasar, pertokoan, rumah sakit dan lain-lain<br />
yang dapat menimbulkan pencemaran. Limbah yang dihasilkan oleh suatu<br />
kegiatan baik industri maupun non industri dapat menimbulkan gas yang<br />
berbau busuk misalnya H 2 S dan amonia akibat dari proses penguraian material-<br />
material organik yang terkandung di dalamnya. Selain itu, limbah dapat juga<br />
mengandung organisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit dan nutrien<br />
terutama unsur P dan N yang dapat menyebabkan eutrofikasi. Karena itu,<br />
pengolahan limbah sangat dibutuhkan agar tidak mencemari lingkungan.<br />
C. Jenis dan Sumber Pencemaran<br />
1. Pencemaran Udara<br />
Pencemaran udara berhubungan dengan pencemaran atmosfer bumi.<br />
Atmosfer merupakan lapisan udara yang menyelubungi bumi sampai<br />
ketinggian 300 km. Sumber pencemaran udara berasal dari kegiatan alami<br />
dan aktivitas manusia. Sumber pencemaran udara di setiap wilayah atau<br />
daerah berbeda-beda. Sumber pencemaran udara berasal dari kendaraan<br />
bermotor, kegiatan rumah tangga, dan industri.<br />
Udara yang kita hisap itu 99% terdiri dari gas nitrogen dan oksigen serta<br />
menghisap gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Pada beberapa hasil<br />
penelitian dilaporkan bahwa di antara gas yang sangat sedikit tersebut<br />
diidentifikasikan sebagai gas pencemar. Didaerah perkotaan yang ramai gas<br />
pencemar berasal dari asap kendaraan, gas buangan pabrik, pembangkit<br />
tenaga listrik, asap rokok, larutan pembersih dan sebagainya yang<br />
berhubungan dengan aktifitas manusia.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 20
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
Gas pencemar tersebut dalam kandungan tertentu dapat menyebabkan<br />
kerusakan pada jaringan paru-paru manusia atau hewan, tanaman, bangunan<br />
dan bahan lainnya. Perubahan kandungan bahan kimia dalam atmosfer bumi<br />
karena polusi udara akan dapat juga mengubah iklim lokal, regional dan<br />
global sehingga menaikkan radiasi sinar ultraviolet dari matahari ke<br />
permukaan bumi.<br />
Tabel 3.1. Sumber dan Jenis Polutan Udara<br />
No. Jenis Polutan Sumber<br />
1. Karbondioksida (CO2) Pemakaian bahan bakar fosil (minyak<br />
2. Sulfur dioksida (SO2) Nitrogen<br />
Monoksida (NO)<br />
bumi atau batubara), pembakaran gas<br />
alam dan hutan, respirasi, serta<br />
pembusukan<br />
Pemakaian bahan bakar fosil (minyak<br />
bumi atau batubara), misalnya gas<br />
buangan kendaraan<br />
3. Karbon Monoksida (CO) Pemakaian bahan bakar fosil (minyak<br />
bumi atau batubara) dan gas buangan<br />
kendaraan bermotor yang<br />
pembakarannya tidak sempurna.<br />
4. Kloro Fluoro Carbon (CFC) Pendingin ruangan, lemari es, dan<br />
perlengkapan yang menggunakan<br />
penyemprot aerosol.<br />
Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai<br />
hasil aktivitas manusia. Pada umumnya pencemaran yang diakibatkan oleh<br />
sumber alami sukar diketahui besarnya, walaupun demikian masih mungkin<br />
kita memperkirakan banyaknya polutan udara dan aktivitas ini. Polutan<br />
udara sebagai hasil aktivitas manusia, umumnya lebih mudah diperkirakan<br />
banyaknya, terlebih lagi jika diketahui jenis bahan, spesifikasi bahan, proses<br />
berlangsungnya aktivitas tersebut, serta spesifikasi satuan operasi yang<br />
digunakan dalam proses maupun pasca prosesnya. Selain itu sebaran polutan<br />
ke atmosfer dapat pula diperkirakan dengan berbagai macam pendekatan.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 21
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
Bagaimana cara memperkirakan banyaknya polutan yang keluar dari sistem<br />
operasi tertentu, serta pendekatan yang digunakan untuk memprediksi<br />
sebaran polutan tersebut ke atmosfer akan diuraikan pada pembahasan<br />
berikut ini.<br />
a. Proses Pencemaran Udara :<br />
Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang<br />
“bersih” disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup<br />
tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila<br />
ini terjadi, kontaminan disebat cemaran (pollutan). Cemaran udara<br />
diklasifikasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran masuk atau<br />
dimasukkan ke atmosfer yaitu : cemaran primer dan cemaran sekunder.<br />
Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari<br />
sumber cemaran. Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk<br />
oleh proses kimia di atmosfer. Sumber cemaran dari aktivitas manusia<br />
(antropogenik) adalah setiap kendaraan bermotor, fasilitas, pabrik,<br />
instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara primer ke<br />
atmosfer. Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu : sumber tetap<br />
(stationery source) seperti : pembangkit energi listrik dengan bakar fosil,<br />
pabrik, rumah tangga, jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak (mobile<br />
source) seperti : truk, bus, pesawat terbang dan kereta api. Lima cemaran<br />
primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90%<br />
pencemaran udara global adalah :<br />
- Karbon Monoksida (CO)<br />
- Nitrogen Oksida (NO)<br />
- Hidro Karbon (HC)<br />
- Sulfur Oksida (SOX)<br />
- Partikulat<br />
Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang<br />
memberikan dampak sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun<br />
cemaran yang dihasilkan akibat transformasi cemaran primer menjadi<br />
bentuk cemaran yang berbeda. Ada beberapa cemaran sekunder yang<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 22
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal, regional maupun global<br />
yaitu :<br />
- CO 2 (Karbondioksida)<br />
- Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog)<br />
- Hujan asam<br />
- CFC (Chloro Fluoro Carbon/Freon)<br />
- CH 4 (Metana)<br />
b. Pencemaran Udara Ambien<br />
Kualitas udara ambien merupakan tahap awal untuk memahami dampak<br />
negatif cemaran udara terhadap lingkungan. Kualitas udara ambien<br />
ditentukan oleh : (1) kuantitas emisi cemaran dari sumber cemaran, (2)<br />
proses transportasi, konversi dan penghilangan cemaran di atmosfer.<br />
Kualitas udara ambien akan menentukan dampak negatif cemaran udara<br />
terhadap kesehatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat<br />
(tumbuhan, hewan, material dan lain-lainnya). Informasi mengenai efek<br />
pencemaran udara terhadap kesehatan berasal dari data pemaparan pada<br />
binatang, kajian epidemiologi, dan pada kasus yang terbatas kajian<br />
pemaparan pada manusia. Penelitian secara terus menerus dilakukan<br />
dengan tujuan :<br />
- Menetapkan secara lebih baik konsentrasi dimana efek negatif dapat<br />
dideteksi<br />
- Menentukan korelasi antara respon manusia dan hewan terhadap<br />
cemaran<br />
- Mendapatkan informasi epidemiologi lebih banyak<br />
- Menjembatani informasi dan mengurangi ketidakpastian baku mutu<br />
yang sekarang diberlakukan<br />
Baku mutu primer ditetapkan untuk melindungi pada batas keamanan<br />
yang mencukupi (adequate margin safety) kesehatan masyarakat dimana<br />
secara umum ditetapkan untuk melindungi sebagian masyarakat (15 -<br />
20%) yang rentan terhadap pencemaran udara. Baku mutu sekunder<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 23
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
ditetapkan untuk melindungi kesejahteraan masyarakat (material,<br />
tumbuhan, hewan) dari setiap efek negatif pencemaran udara yang telah<br />
diketahui atau yang dapat diantisipasi.<br />
Berdasarkan baku mutu kualitas udara ambien ditentukan baku mutu<br />
emisi berdasarkan antisipasi bahwa dengan emisi cemaran dibawah baku<br />
mutu dan adanya proses transportasi, konversi, dan penghilangan<br />
cemaran maka kualitas udara ambien tidak akan melampaui baku<br />
mutunya. Salah satu contoh baku mutu emisi adalah untuk Pembangkit<br />
Listrik Tenaga Uap dengan Bahan Bakar Batubara.<br />
c. Faktor emisi<br />
Apabila sejumlah tertentu bahan bakar dibakar, maka akan keluar<br />
sejumlah gas hasil pembakarannya. Sebagai contoh misalnya batu bara<br />
yang umumnya ditulis dalam rumus kimianya sebagai C (karbon), jika<br />
dibakar sempurna dengan O 2 (oksigen) akan dihasilkan CO 2 (karbon<br />
dioksida). Namun pada kenyataannya tidaklah demikian.<br />
Ternyata untuk setiap batubara yang dibakar dihasilkan pula produk lain<br />
selain CO 2 , yaitu CO (karbon monoksida), HCHO (aldehid), CH 4<br />
(metana), NO 2 (nitrogen dioksida), SO 2 (sulfur dioksida) maupun Abu.<br />
Produk hasil pembakaran selain CO 2 tersebut, umumnya disebut sebagai<br />
polutan (zat pencemar).<br />
Faktor emisi disini didefinisikan sebagai sejumlah berat tertentu polutan<br />
yang dihasilkan oleh terbakarnya sejumlah bahan bakar selama kurun<br />
waktu tertentu. Dari definisi ini dapat diketahui bahwa jika faktor emisi<br />
sesuatu polutan diketahui, maka banyaknya polutan yang lolos dari<br />
proses pembakarannya dapat diketahui jumlahnya persatuan waktu.<br />
d. Sebaran Polutan<br />
Polutan yang diemisikan dari sistem akan tersebar ke atmosfer.<br />
Konsentrasi polutan di udara sebagai hasil sebaran polutan dari sumber<br />
emisi dapat diperkirakan dengan berbagai pendekatan, diantaranya adalah<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 24
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
dengan model kotak hitam (black box model), model distribusi normal<br />
Gaussian (Gaussian Model), dan model lainnya.<br />
e. Plume rise (kenaikan kepulan asap)<br />
Gerakan ke atas dari kepulan gas dari ketinggian cerobong (stack), hingga<br />
asap mengalir secara horisontal dikenal sebagai “plume rise” atau<br />
kenaikan kepulan asap. Kenaikan ini disebabkan adanya momentum<br />
akibat kecepatan vertikal gas maupun perbedaan suhu “flue gas” dengan<br />
udara ambien. Karena adanya plume rise ini, tinggi stack secara fisik tidak<br />
dapat digunakan pada persamaan Gauss. Sebagai gantinya, tinggi stack<br />
perlu ditambah dengan tinggi kenaikan kepulan asap sehingga dikenal<br />
adanya tinggi stack efektif.<br />
2. Pencemaran Air<br />
Pencemaran air meliputi pencemaran di perairan darat, seperti danau dan<br />
sungai, serta perairan laut. Sumber pencemaran air, misalnya pengerukan<br />
pasir, limbah rumah tangga, industri, pertanian, pelebaran sungai,<br />
pertambangan minyak lepas pantai, serta kebocoran kapal tanker<br />
pengangkut minyak.<br />
Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi air akan<br />
dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak<br />
digunakan oleh manusia dengan tujuan yang bermacam-macam sehingga<br />
dengan mudah dapat tercemar, menurut tujuan penggunaanya.<br />
a. Sumber Pencemaran Air :<br />
1) Limbah Rumah Tangga<br />
Limbah rumah tangga seperti deterjen, sampah organik, dan anorganik<br />
memberikan andil cukup besar dalam pencemaran air sungai,<br />
terutama di daerah perkotaan. Sungai yang tercemar deterjen, sampah<br />
organik dan anorganik yang mengandung miikroorganisme dapat<br />
menimbulkan penyakit, terutama bagi masyarakat yang menggunakan<br />
sungai sebagai sumber kehidupan sehari-hari. Proses penguraian<br />
sampah dan deterjen memerlukan oksigen sehingga kadar oksigen<br />
dalam air dapat berkurang. Jika kadar oksigen suatu perairaan turun<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 25
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
sampai kurang dari 5 mg per liter, maka kehidupan biota air seperti<br />
ikan terancam.<br />
Dalam rumah tangga, air digunakan untuk minum, memasak, mencuci,<br />
dan berbagai keperluan lainnya. Setelah digunakan, air dibuang atau<br />
mengalir ke selokan. Selanjutnya, air tersebut mengalir ke sungai,<br />
danau, dan laut. Air buangan rumah tangga atau dikenal sebagai limbah<br />
domestik mengandung 95% sampai 99% air dan sisanya berupa limbah<br />
organik.<br />
2) Limbah Pertanian<br />
Kegiatan pertanian dapat menyebabkan pencemaran air terutama<br />
karena penggunaan pupuk buatan, pestisida, dan herbisida.<br />
Pencemaran air oleh pupuk, pestisida, dan herbisida dapat meracuni<br />
organisme air, seperti plankton, ikan, hewan yang meminum air<br />
tersebut dan juga manusia yang menggunakan air tersebut untuk<br />
kebutuhan sehari-hari. Residu pestisida seperti DDT yang<br />
terakumulasi dalam tubuh ikan dan biota lainnya dapat terbawa dalam<br />
rantai makanan ke tingkat trofil yang lebih tinggi, yaitu manusia. Selain<br />
itu, masuknya pupuk pertanian, sampah, dan kotoran ke bendungan,<br />
danau, serta laut dapat menyebabkan meningkatnya zat-zat hara di<br />
perairan. Peningkatan tersebut mengakibatkan pertumbuhan ganggang<br />
atau enceng gondok menjadi pesat (blooming).<br />
Pertumbuhan ganggang atau enceng gondok yang cepat dan kemudian<br />
mati membutuhkan banyak oksigen untuk menguraikannya. Kondisi ini<br />
mengakibatkan kurangnya oksigen dan mendorong terjadinya<br />
kehidupan organisme anaerob. Fenomena ini disebut sebagai<br />
eutrofikasi.<br />
3) Limbah Industri<br />
Didalam kegiatan industri dan teknologi,air yang telah digunakan (air<br />
limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan karena<br />
dapat menyebabkan pencemaran. Namun dalam kenyataanya masih<br />
banyak industri yang membuang limbahnya ke lingkungan melalui,<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 26
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
sungai, danau atau langsung ke laut. Pembuangan air limbah secara<br />
langsung ke lingkungan inilah yang menjadi penyebab utama<br />
pencemaran air. Limbah (baik berupa padatan maupun cairan) yang<br />
masuk ke air lingkungan menyebabkan terjadinya penyimpangan dari<br />
keadaan normal air dan ini berarti suatu pencemaran.<br />
4) Limbah Pertambangan<br />
Pencemaran minyak di laut terutama disebabkan oleh limbah<br />
pertambangan minyak lepas pantai dan kebocoran kapal tanker yang<br />
mengangkut minyak. Setiap tahun diperkirakan jumlah kebocoran dan<br />
tumpahan minyak dari kapal tanker ke laut mencapai 3.9 juta ton<br />
sampai 6.6 juta ton. Tumpahan minyak merusak kehidupan di laut,<br />
diantaranya burung dan ikan. Minyak yang menempel pada bulu<br />
burung dan insang ikan mengakibatkan kematian hewan tersebut.<br />
3. Pencemaran Tanah<br />
Pencemaran tanah berasal dari limbah rumah tangga, kegiatan pertanian,<br />
dan pertambangan.<br />
a. Sumber Pencemaran Tanah :<br />
1) Limbah Rumah Tangga<br />
Limbah utama terpenting adalah sampah. Sampah dalam jumlah banyak<br />
seperti di kota-kota besar, berperan besar dalam pencemaran tanah,<br />
air, dan udara. Tanah yang mengandung sampah diatasnya akan<br />
menjadi tempat hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit.<br />
Pencemaran oleh mikroorganisme dan polutan lainnya dari sampah<br />
akan mengurangi kualitas air tanah. Air tanah yang menurun<br />
kualitasnya dapat terlihat dari perubahan fisiknya, misalnya bau, warna,<br />
dan rasa, bahkan terdapat lapisan minyak. Beberapa jenis sampah,<br />
seperti plastik dan logam sulit terurai sehingga berpengaruh pada<br />
kemampuan tanah menyerap air.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 27
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
2) Limbah Pertanian<br />
Dalam kegiatan pertanian, penggunaan pupuk buatan, zat kimia<br />
pemberantas hama (pestisida), dan pemberantas tumbuhan<br />
pengganggu (herbisida) dapat mencemari tanah, dan air.<br />
Herbisida merupakan pestisida yang 40% produknya sudah digunakan<br />
di dunia. Para petani menggunakan herbisida untuk mengontrol atau<br />
mematikan sehingga tanaman pertanian dapat tumbuh dengan baik.<br />
Percobaan pada kelinci dan kera menggunakan dosis herbisida diatas<br />
25% menunjukkan bahwa pemberian makanan dan minuman yang<br />
dicampur herbisida dapat menyebabkan organ hati dan ginjal hewan<br />
tersebut mudah terkena tumor dan kanker.<br />
Fungisida merupakan pestisida yang digunakan untuk mengontrol atau<br />
memberantas cendawan (fungi) yang dianggap sebagai wabah atau<br />
penyakit. Penyemprotan fungisida dapat melindungi tanaman pertanian<br />
dari serangan cendawan parasit dan mencegah biji (benih) menjadi<br />
busuk di dalam tanah sebelum berkecambah. Akan tetapi, sejak metal<br />
merkuri sangat beracun terhadap manusia, biji-bijian yang telah<br />
mendapat perlakuan fungisida yang mengandung metal merkuri tidak<br />
pernah dimanfaatkan untuk bahan makanan. Fungisida dapat memberi<br />
dampak buruk terhadap lingkungan.<br />
Insektisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh<br />
serangga hama. Jenis pestisida ini sudah digunakan manusia sejak lama.<br />
Pestisida dan herbisida memiliki sifat sulit terurai dan dapat bertahan<br />
lama di dalam tanah. Residu pestisida dan herbisida ini membahayakan<br />
kehidupan organisme tanah.<br />
Senyawa organoklorin utama di dalam insektisida adalah DDT (Dikloro<br />
Difenil Trikloroetana) dapat membunuh mikroorganisme yang sangat<br />
penting bagi proses pembusukan, sehingga kesuburan tanah<br />
terganggu.Tanah yang tercemar pupuk kimiawi, pestisida, dan<br />
herbisida dapat mencemari sungai karena zat-zat tersebut dapat<br />
terbawa air hujan atau erosi.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 28
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
Penggunaan pupuk buatan secara berlebihan menyebabkan tanah<br />
menjadi asam, yang selanjutnya berpengaruh terhadap produktivitas<br />
tanaman. Tanaman menjadi layu, berkurang produksinya, dan akhirnya<br />
mati. Pencemaran tanah oleh pestisida dan herbisida terjadi saat<br />
dilakukan penyemprotan. Sisa-sisa penyemprotan tersebut akan<br />
terbawa oleh air hujan, akhirnya mengendap di tanah. Penggunaan<br />
bahan-bahan kimiawi secara terus menerus akan mengakibatkan<br />
kerusakan tekstur tanah, tanah mengeras, dan akan retak-retak pada<br />
musim kemarau.<br />
3) Limbah Pertambangan<br />
Aktivitas penambangan bahan galian juga dapat menimbulkan<br />
pencemaran tanah. Salah satu kegiatan penambangan yang memiliki<br />
pengaruh besar mencemarkan tanah adalah penambangan emas. Pada<br />
penambangan emas, polusi tanah terjadi akibat penggunaan merkuri<br />
(Hg) dalam proses pemisahan emas dari bijinya. Merkuri tergolong<br />
sebagai bahan berbahaya dan beracun yang dapat mematikan<br />
tumbuhan, organisme tanah, dan mengganggu kesehatan manusia.<br />
4) Limbah Industri<br />
Bermacam-macam pembuangan limbah industri baik berupa logam<br />
dan senyawanya. Beberapa jenis logam berat seperti merkuri ( Hg ),<br />
kadmium ( Cd ), timbal ( Pb ), arsen ( As) dan beberapa logam lainnya<br />
merupakan logam yang beracun terhadap makhluk hidup. Bahan kimia<br />
anorganik tersebut dapat menyebabkan keracunan akut maupun<br />
kronis, bergantung pada jenis logamnya dan jumlahnya. Sumber lain<br />
pencemaran logam berbahaya ialah pemrosesan produksi peleburan<br />
besi dan baja pada suhu tinggi, produksi semen dan penggunaan logam<br />
pada proses industri.<br />
4. Pencemaran Suara<br />
Ancaman serius lain bagi kualitas lingkungan manusia adalah pencemaran<br />
suara. Bunyi atau suara yang dapat mengganggu dan merusak pendengaran<br />
manusia disebut kebisingan. Tingkat kebisingan terjadi bila intensitas bunyi<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 29
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
melampui 50 desibel (db). Oleh karena kebisingan dapat mengganggu<br />
lingkungan, kebisingan dapat dimasukkan sebagai pencemaran.<br />
Suara dengan intensitas tinggi, seperti yang dikeluarkan oleh mesin industri,<br />
kendaraan bermotor, dan pesawat terbang secara terus-menerus dalam<br />
jangka waktu yang lama dapat mengganggu manusia, bahkan menyebabkan<br />
cacat pendengaran yang permanen. Oleh karena itu, bunyi dapat dianggap<br />
sebagai bahan pencemar serius yang mengganggu kesehatan manusia.<br />
D. Parameter Pencemaran <strong>Lingkungan</strong><br />
Untuk mengukur tingkat pencemaran disuatu tempat digunakan<br />
parameter pencemaran. Parameter pencemaran digunakan sebagai indikator<br />
(petunjuk) terjadinya pencemaran dan tingkat pencemaran yang telah terjadi<br />
Parameter pencemaran meliputi parameter fisik, parameter kimia, dan<br />
parameter biologi.<br />
1. Parameter fisik<br />
Parameter fisik meliputi pengukuran tentang warna, rasa, bau, suhu,<br />
kekeruhan, danmradioaktivitas.<br />
2. Parameter kimia<br />
Parameter kimia dilakukan untuk mengetahui kadar CO 2 , pH, keasaman,<br />
kadar logam, dan logam berat. Sebagai contoh berikut disajikan<br />
pengukuran pH air, kadar CO 2 , dan oksigen terlarut.<br />
a. Pengukuran PH air<br />
Air sungai dalam kondisi alami yang belum tercemar memiliki rentangan<br />
pH 6,5 – 8,5. Karena pencemaran, pH air dapat menjadi lebih rendah<br />
dari 6,5 atau lebih tinggi dari 8,5. Bahan-bahan organik biasanya<br />
menyebabkan kondisi air menjadi lebih asam. Kapur menyebabkan<br />
kondisi air menjadi alkali (basa) jadi, perubahan pH air tergantung<br />
kepada macam bahan pencemarnya. Perubahan nilai pH mempunyai arti<br />
penting bagi kehidupan air. Nilai pH yang rendah (sangat asam) atau<br />
tinggi (sangat basa) tidak cocok untuk kehidupan kebanyakan<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 30
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
organisme. Untuk setiap perubahan satu unit skala pH (dari 7 ke 6 atau<br />
dari 5 ke 4) dikatakan keasaman naik 10 kali. Jika terjadi sebaliknya,<br />
keasaman turun 10 kali. Keasaman air dapat diukur dengan sederhana<br />
yaitu dengan mencelupkan kertas lakmus ke dalam air untuk melihat<br />
perubahan warnanya.<br />
b. Pengukuran kadar CO 2<br />
Gas CO 2 juga dapat larut ke dalam air. Kadar gas CO 2 terlarut sangat<br />
dipengaruhi oleh suhu, pH, dan banyaknya organisme yang hidup di<br />
dalam air. Semakin banyak organisme di dalam air, semakin tinggi kadar<br />
karbon dioksida terlarut (kecuali jika di dalam air terdapat tumbuhan<br />
air yang berfotosintesis). Kadar gas CO dapat diukur dengan cara<br />
titrimeter.<br />
c. Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut<br />
Kadar oksigen terlarut dalam air yang alami berkisar 5 – 7 ppm (part<br />
per million) atau satu per sejuta : 1ml oksigen yang larut dalam 1 liter<br />
air dikatakan memiliki kadar oksigen 1 ppm). Penurunan kadar oksigen<br />
terlarut dapat disebabkan oleh tiga hal : 1. Proses oksidasi<br />
(pembongkaran) bahan-bahan organik. 2. Proses reduksi oleh zat-zat<br />
yang dihasilkan baktri anaerob dari dasar perairan. 3. Proses<br />
pernapasan organisme yang hidup di dalam air, terutama pada malam<br />
hari. Pencemaran air (terutama yang disebabkan oleh bahan pencemar<br />
organik) dapat mengurangi persediaan oksigen terlarut. Hal ini akan<br />
mengancam kehidupan organisme yang hidup di dalam air. Semakin<br />
tercemar, kadar oksigen terlarut semakin mengecil. Untuk dapat<br />
mengukur kadar oksigen terlarut, dilakukan dengan metode Winkler.<br />
Parameter kimia yang dilakukan melalui kegiatan pernapasan jasad renik<br />
dikenal sebagai parameter biokimia, contohnya adalah pengukuran<br />
BOD dan COD.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 31
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
3. Parameter biologis<br />
Di alam terdapat hewan-hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme yang<br />
peka dan ada pula yang tahan terhadap kondisi lingkungan tertentu.<br />
Organisme yang peka akan mati karena pencemaran dan organisme yang<br />
tahan akan tetap hidup. Siput air dan Planaria merupakan contoh hewan<br />
yang peka pencemaran. Sungai yang mengandung siput air dan planaria<br />
menunjukkan sungai tersebut belum mengalami pencemaran. Sebaliknya,<br />
cacing Tubifex (cacing merah) merupakan cacing yang tahan hidup dan<br />
bahkan berkembang baik di lingkungan yang kaya bahan organik, meskipun<br />
species hewan yang lain telah mati. Ini berarti keberadaan cacing tersebut<br />
dapat dijadikan indikator adanya pencemaran zat organik. Organisme yang<br />
dapat dijadikan petunjuk pencemaran dikenal sebagai indikator biologis.<br />
Indikator biologis terkadang lebih dapat dipercaya daripada indikator<br />
kimia. Pabrik yang membuang limbah ke sungai dapat mengatur<br />
pembuangan limbahnya ketika akan dikontrol oleh pihak yang berwenang.<br />
Pengukuran secara kimia pada limbah pabrik tersebut selalu menunjukkan<br />
tidak adanya pencemaran. Tetapi tidak demikian dengan makhluk hidup<br />
yang menghuni ekosistem air secara terus menerus. Di sungai terdapat<br />
hewan-hewan, mikroorganisme, bentos, mikroinvertebrata, ganggang,<br />
yang dapat dijadikan indikator biologis.<br />
E. Dampak Pencemaran <strong>Lingkungan</strong><br />
Dampak pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh dan berakibat<br />
kepada lingkungan alam saja, tetapi berakibat dan berpengaruh terhadap<br />
kehidupan tanaman, hewan, dan juga manusia. Pencemaran yang masuk melalui<br />
jalur makanan dan berada dalam daur pencemaran lingkungan cepat atau<br />
lambat akan sampai juga dampaknya pada manusia. Oleh sebab itu manusia<br />
dalam upayanya memperolaeh kualitas dan kenyamanan hidup yang lebih baik,<br />
perlu juga untuk memperhatikan hal-hal apakah yang nantinya akan membuat<br />
terjadinya kerusakan lingkungan. Sehingga kita akan membuat suatu upaya agar<br />
lingkungan alam yang kita manfaatkan Sumber Daya Alamnya, segera dilakukan<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 32
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
proses rehabilitasi terhadap alam untuk mencegah terjadinya kerusakan yang<br />
lebih parah lagi.<br />
1. Dampak Pencemaran Udara<br />
Pada skala mikro atau lokal, pencemaran udara berdampak pada kesehatan<br />
manusia. Misalnya, udara yang tercemar gas karbon monoksida (CO) jika<br />
dihirup seseorang akan menimbulkan keracunan, jika orang tersebut<br />
terlambat ditolong dapat mengakibatkan kematian. Dampak pencemaran<br />
udara berskala makro, misalnya fenomena hujan asam dalam skala regional,<br />
sedangkan dalam skala global adalah efek rumah kaca dan penipisan lapisan<br />
ozon.<br />
a. Dampak pencemaran udara oleh Karbon Monoksida<br />
Karbon Monoksida adalah gas yang tidak berbau. Tidak berasa dan<br />
berwarna. Oleh sebab itu lingkungan yang tercemar oleh gas CO tidak<br />
dapat dilihat oleh mata. Di udara gas CO terdapat dalam jumlah yang<br />
sangat sedikit, hanya sekitar 0,1 ppm. Tapi didaerah perkotaan dengan<br />
lalulintas yang padat konsentrasi gas berkisar 10 - 15 ppm. Dalam jumlah<br />
banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan,<br />
bahkan menimbulkan kematian. Keracunan gas Monoksida (CO) dapat<br />
ditandai dari keadaan yang ringan, berupa pusing, sakit kepala dan mual.<br />
Keadaan yang lebih berat dapat menurunnya kemampuan gerak tubuh,<br />
serangan jantung sampai pada kematian.<br />
b. Dampak Pencemaran Udara oleh Nitrogen Oksida<br />
Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat<br />
berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari udara secara visual<br />
sulit diamati, karena gas tersebut tidak berwarna dan tidak berbau.<br />
Sedangkan gas NO 2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya<br />
yang sangat menyengat dan warnanya coklat kemerahan. Gas ini berasal<br />
dari limbah-limbah industri, transportasi, pembangkit listrik, pembuangan<br />
sampah, dan lain-lain. Pencemaran udara oleh gas NOx, juga dapat<br />
menyebabkan terjadinya Peroxy Acetil Nitrate yang menyebabkan iritasi<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 33
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
pada mata, serta dapat menyebabkan terjadinya kabut foto kimia atau<br />
Photo Chemistry Smog yang sangat mengganggu lingkungan.<br />
c. Dampak Pencemaran oleh Belerang Oksida<br />
Sebagian besar pencemaran udara oleh belerang oksida berasal dari<br />
pembakaran bahan bakar fosil, terutama batubara serta berasal dari alat-<br />
alat transportasi yang menggunakan bahan bakar fosil. Apabila kadar<br />
belerang oksida SO 3 tinggi di udara akan menyebabkan timbulnya hujan<br />
asam yang dapat merusak tanaman, dimana kerusakan hutan berawal<br />
dengan terjadinya pengikisan lapisan tanah yang subur. Hal ini<br />
menyebabkan menurunnya daya dukung alam bagi manusia. Sehingga<br />
menimbulkan kerusakan tanah yang permanen belum lagi penebangan liar<br />
yang seringkali terjadi, maka timbullah tanah longsor yang membahayakan<br />
bagi penduduk yang bermukim di wilayah tersebut. Bukan itu saja, dalam<br />
jumlah besar diudara gas SOx dapat menyebabkan kanker, karena<br />
seharusnya walaupun jumlah gas tersebut relatif kecil, sebaiknya tidak<br />
terdapat diudara.<br />
d. Dampak Pencemaran Hidrokarbon (HC)<br />
Pencemaran udara oleh Hidrokarbon (HC) dalam jumlah sedikit tidak<br />
begitu membahayakan kesehatan manusia, tapi apabila dalam jumlah<br />
diudara sangat banyak dan bercampur dengan bahan pencemar lainnya,<br />
maka apabila terhisap oleh manusia menyebabkan terjadinya<br />
pembentukan sel-sel kanker. Biasanya gas ini banyak ditemukan di<br />
kawasan industri dan kota-kota besar seperti Jakarta yang lalu lintasnya<br />
padat.<br />
e. Dampak Pencemaran Partikel<br />
Pencemaran oleh partikel disebabkan oleh dua hal, yaitu :<br />
1) Bisa karena peristiwa alamiah<br />
2) Karena ulah manusia melalui kegiatan industri dan teknologi.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 34
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
Partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman,<br />
hewan dan manusia. Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh<br />
partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernafasan.<br />
f. Dampak Pemakaian Insektisida<br />
Akhir-akhir ini ditemukan sisa obat pemberantas hama pada sayuran dan<br />
buah-buahan, padahal apabila dimakan akan menimbulkan penyakit<br />
kanker. Hal ini juga ditemukan pada obat-obat yang disemprotkan ke<br />
udara, seperti obat nyamuk semprot dan lain-lain. Dimana dapat<br />
merugikan kesehatan manusia.<br />
g. Dampak Hujan Asam<br />
Dua gas yang dihasilkan dari pembakaran mesin kendaraan serta<br />
pembangkit listrik tenaga diesel dan batubara yang utama adalah sulfur<br />
dioksida (SO 2 ) dan nitrogen dioksida (NO 2 ). Gas yang dihasilkan<br />
tersebut bereaksi di udara membentuk asam yang jatuh ke bumi bersama<br />
dengan hujan dan salju. Misalnya, sulfur dioksida bereaksi dengan oksigen<br />
membentuk sulfur trioksida.<br />
2 SO 2 + O 2 2SO 3<br />
Sulfur trioksida kemudian bereaksi dengan uap air membentuk asam<br />
sulfat.<br />
SO 3 + H 2 O H 2 SO 4<br />
Uap air yang telah mengandung asam ini menjadi bagian dari awan yang<br />
akhirnya turun ke bumi sebagai hujan asam atau salju asam. Hujan asam<br />
dapat mengakibatkan kerusakan hutan, tanaman pertanian, dan<br />
perkebunan. Hujan asam juga akan mengakibatkan berkaratnya benda-<br />
benda yang terbuat dari logam, misalnya jembatan dan rel kereta api,<br />
serta rusaknya berbagai bangunan. Selain itu, hujan asam akan<br />
menyebabkan penurunan pH tanah, sungai, dan danau, sehingga<br />
mempengaruhi kehidupan organisme tanah, air, serta kesehatan manusia.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 35
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
h. Dampak Efek Rumah Kaca (Green House Effect)<br />
Efek rumah kaca merupakan gejala peningkatan suhu dipemukaan bumi<br />
yang terjadi karena meningkatnya kadar CO 2 (karbon dioksida) di<br />
atmosfer. Gejala ini disebut efek rumah kaca karena diumpamakan<br />
dengan fenomena yang terjadi di dalam rumah kaca.<br />
Pada rumah kaca, sinar matahari dapat dengan mudah masuk ke<br />
dalamnya. Sebagian sinar matahari tersebut digunakan oleh tumbuhan<br />
dan sebagian lagi dipantulkan kembali ke arah kaca.<br />
Sinar yang dipantulkan ini tidak dapat keluar dari rumah kaca dan<br />
mengalami pemantulan berulang-ulang. Energi yang dihasilkan<br />
meningkatkan suhu rumah kaca sehingga rumah kaca menjadi panas.<br />
Di bumi, radiasi panas yang berasal dari matahari ke bumi diumpamakan<br />
seperti menembus dinding kaca rumah kaca. Radiasi panas tersebut tidak<br />
diserap seluruhnya oleh bumi. Sebagian radiasi dipantulkan oleh benda-<br />
benda yang berada di permukaan bumi ke ruang angkasa. Radiasi panas<br />
yang dipantulkan kembali ke ruang angkasa merupakan radiasi infra<br />
merah. Sebagian radiasi infra merah tersebut dapat diserap oleh gas<br />
penyerap panas (disebut : gas rumah kaca). Gas penyerap panas yang<br />
paling penting di atmosfer adalah H 2 O dan CO 2 . Seperti kaca dalam<br />
rumah kaca, H 2 O dan CO 2 tidak dapat menyerap seluruh radiasi infra<br />
merah sehingga sebagian radiasi tersebut dipantulkan kembali ke bumi.<br />
Keadaan inilah yang menyebabkan suhu di permukaan bumi meningkat<br />
atau yang disebut dengan pemanasan global (global warming).<br />
Kenaikan suhu menyebabkan mencairnya gunung es di kutub utara dan<br />
selatan. Kondisi ini mengakibatkan naiknya permukaan air laut, sehingga<br />
menyebabkan berbagai kota dan wilayah pinggir laut akan tenggelam,<br />
sedangkan daerah yang kering menjadi semakin kering. Efek rumah kaca<br />
menimbulkan perubahan iklim, misalnya suhu bumi meningkat rata-rata<br />
3°C sampai 4°C pada abad ke-21, kekeringan atau curah hujan yang<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 36
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
tinggi di berbagai tempat dapat mempengaruhi produktivitas budidaya<br />
pertanian, peternakan, perikanan, dan kehidupan manusia.<br />
i. Dampak Penipisan Lapisan Ozon<br />
Lapisan ozon (O 3 ) adalah lapisan gas yang menyelimuti bumi pada<br />
ketinggian ± 30 km diatas bumi. Lapisan ozon terdapat pada lapisan<br />
atmosfer yang disebut stratosfer. Lapisan ozon ini berfungsi menahan<br />
99% radiasi sinar Ultra violet (UV) yang dipancarkan ke matahari.<br />
Gas CFC (Chloro Fluoro Carbon) yang berasal dari produk aerosol (gas<br />
penyemprot), mesin pendingin dan proses pembuatan plastik atau karet<br />
busa, jika sampai ke lapisan stratosfer akan berikatan dengan ozon. CFC<br />
yang berikatan dengan ozon menyebabkan terurainya molekul ozon<br />
sehingga terjadi kerusakan lapisan ozon, berupa penipisan lapisan ozon.<br />
Penipisan lapisan ozon di beberapa tempat telah membentuk lubang<br />
seperti di atas Antartika dan kutub utara. Lubang ini akan mengurangi<br />
fungsi lapisan ozon sebagai penahan sinar UV. Sinar UV yang sampai ke<br />
bumi akan menyebakan kerusakan pada kehidupan di bumi. Kerusakan<br />
tersebut antara lain gangguan pada rantai makanan di laut dan kerusakan<br />
tanaman budidaya pertanian, perkebunan, serta mempengaruhi<br />
kesehatan manusia.<br />
2. Dampak Pencemaran Air<br />
Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkanya makhluk hidup, zat, energi<br />
dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh<br />
kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai<br />
ke tingkat tertentu yang menjadikan air menjadi kurang atau sudah tidak<br />
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkanya.<br />
Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat<br />
dikategorikan menjadi dua yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak<br />
langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA<br />
sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah<br />
kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, dan atmosfer<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 37
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
berupa hujan. Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri,<br />
rumah tangga (pemukiman) dan pertanian. Tanah dan air tanah mengandung<br />
sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida. Kontaminan dari<br />
atmosfir juga berasal dari aktivitas manusia yaitu pencemaran udara yang<br />
menghasilkan hujan asam. Pengaruh bahan pencemar yang berupa gas, bahan<br />
terlarut, dan partikulat terhadap lingkungan perairan dan kesehatan manusia<br />
dapat ditunjukan secara skematik sebagai berikut :<br />
Gambar 3.1. Bagan Pengaruh Beberapa Jenis Bahan<br />
Pencemar terhadap <strong>Lingkungan</strong> Perairan<br />
Sumber pencemaran Komponen lingkungan Kesehatan<br />
manusia<br />
Sumber<br />
pencemaran<br />
Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori<br />
(KLH,2004), yaitu :<br />
Gas-gas<br />
pencemar<br />
Bahan pencemar<br />
terlarut<br />
Bahan pencemar<br />
partikulat<br />
a. Dampak terhadap kehidupan biota air<br />
Atmosfer<br />
Biota akuatik<br />
<strong>Badan</strong> air<br />
Tanah<br />
Biota terestial<br />
Banyaknya zat pencemar oleh air limbah akan menyebabkan menurunya<br />
kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 38<br />
Kesehatan<br />
manusia
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen terganggu serta<br />
mengurangi perkembangannya. Selain itu kematian dapat pula disebabkan<br />
adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan<br />
tumbuhan air.<br />
Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara<br />
alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan<br />
air limbah menjadi sulit terurai. Panas dari industri juga akan membawa<br />
dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak diinginkan<br />
terlebih dahulu.<br />
b. Dampak terhadap kualitas air tanah<br />
Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform<br />
telah terjadi dalam skala yang luas, tempat pengumpulan air buangan tinja<br />
masih banyak yang mengakibatkan tercemarnya air tanah khususnya<br />
sumur. Limpahan air dari septicktank seharusnya dialirkan menuju sumur<br />
serap atau saluran air buangan tinja, dan letak sumur serap tidak boleh<br />
kurang dari jarak 10 m terhadap letak sumur, agar tidak terjadi infiltrasi<br />
air buangan tinja terhadap air sumur atau air minum. Air buangan<br />
terkadang tidak dapat mengalir secara terus menerus dan tidak cepat<br />
terbuang sehingga mengakibatkan terjadinya endapan di sepanjang jalan<br />
saluran buangan<br />
c. Dampak terhadap kesehatan<br />
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara<br />
lain:<br />
1) Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen<br />
2) Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit<br />
3) Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan<br />
tidak bisa membersihkan diri<br />
4) Air sebagai media untuk hidup vektor penyakit<br />
Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases,<br />
atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat<br />
di daerah-daerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 39
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat<br />
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang<br />
dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri, protozoa dan metazoa.<br />
Tabel 3.2. Penyakit menular melalui air<br />
Jenis Mikroba Penyakit<br />
Virus:<br />
Rota virus<br />
Virus Hepatitis A<br />
Virus Poliomyelitis<br />
Bakteri :<br />
Vibrio cholera<br />
Escherichia coli<br />
Salmonella typhi<br />
Salmonella paratyphi<br />
Shigella dysenteriae<br />
Protozoa :<br />
Entamoeba histolytica<br />
Balantidia coli<br />
Giardia Lamblia<br />
Metazoa:<br />
Ascaris lumbricoides<br />
Clonorchis Sinensis<br />
Diphyllobothrium latum<br />
Tawenia saginata/solium<br />
Schistosoma<br />
d. Dampak Terhadap Estetika <strong>Lingkungan</strong><br />
Diare,terutama pada anak-anak<br />
Hepatitis A<br />
Poliomyelitis<br />
Cholera<br />
Diare/dysenteri<br />
Thypus abdomunale<br />
Patrathypus<br />
Dysenteri<br />
Dysenteri amoeba<br />
Balantidiasis<br />
Giardiasis<br />
Ascaris<br />
Clonorchiasis<br />
Diphylobothriasis<br />
Taeniasis<br />
Schistosomiasis<br />
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan<br />
perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya<br />
ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan limbah<br />
(sampah) yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah<br />
minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika. Selain bau, limbah<br />
tersebut juga menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin. Sedangkan<br />
limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa yang<br />
sangat banyak. Inipun dapat mengurangi estetika.<br />
Bahan pencemar air secara umum dapat diklasifikasikan seperti tabel<br />
berikut ini :<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 40
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
Tabel 3.3. Klasifikasi Umum dari Bahan Pencemar Air<br />
Jenis Bahan Pencemar Pengaruhnya<br />
Unsur-unsur renik<br />
Senyawa organ logam<br />
Polutan anorganik<br />
Asbestas<br />
Hara- ganggang<br />
Radionuklida<br />
Asiditas,alkalinitas,salinitas<br />
tinggi<br />
Zat pencemar organik renik<br />
Pestisida<br />
PCB<br />
Carsinogen<br />
Limbah minyak<br />
Patogen<br />
Detergen<br />
Sedimen<br />
Rasa,bau dan warna<br />
Sumber : Manahan, 1994<br />
3. Dampak Pencemaran Tanah<br />
Kesehatan, biota akuatik<br />
Transpor logam<br />
Toksisitas, biota akuatik<br />
Kesehatan manusia<br />
Eutrofikasi<br />
Toksisitas<br />
Kualitas air, kehidupan akuatik<br />
Toksisitas<br />
Toksisitas, biota akuatik,<br />
satwa liar<br />
Kesehatan manusia<br />
Penyebab kanker<br />
Satwa liar, estetik<br />
Kesehatan<br />
Eutrofikasi, estetik<br />
Kualitas air, estetik<br />
Estetik<br />
Tanah mengalami pencemaran apabila ada bahan-bahan asing, baik yang<br />
bersifat organik maupun anorganik, berada dipermukaan tanah yang<br />
menyebabkan tanah menjadi rusak, tidak dapat memberikan daya dukung<br />
bagi kehidupan manusia. Dalam keadaan normal tanah harus dapat<br />
memberikan daya dukung bagi kehidupan manusia, baik untuk pertanian,<br />
peternakan, kehutanan, maupun untuk pemukiman.<br />
Pencemaran daratan pada umumnya berasal dari limbah berbentuk padat<br />
yang dibuang atau dikumpulkan disuatu tempat penampungan. Tempat<br />
pengumpulan limbah padat ini dapat bersifat sementara atau tetap. Oleh<br />
karena tempat pengumpulan padat sudah ditentukan, maka sudah saatnya<br />
diperhitungkan kemungkinan dampaknya.<br />
Bentuk dampak pencemaran tanah/daratan dibagi atas 2 bagian, yaitu :<br />
a. Dampak Langsung<br />
Dampak pencemaran daratan yang secara langsung oleh manusia adalah<br />
dampak dari pembuangan limbah padat organik yang berasal dari kegiatan<br />
rumah tangga, kegiatan industri, dan aktivitas pertanian. Dampak<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 41
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
langsung akibat pencemaran daratan lainnya adalah timbunan limbah<br />
padat dalam jumlah besar yang akan menimbulkan pemandangan yang<br />
tidak sedap, kotor dan kumuh. Hal ini sering terjadi pada Tempat<br />
Pembuangan Akhir (TPA) atau dump station menyebabkan pemandangan<br />
sekitar terlihat kurang enak dipandang dan mempengaruhi psikis<br />
penduduk sekitar.<br />
b. Dampak Tidak Langsung<br />
Dampak yang dirasakan secara tidak langsung akibat pencemaran daratan<br />
adalah apabila kaleng bekas, ban dan lain-lainnya bila hujan akan berisi air<br />
yang menjadi sarang nyamuk untuk bertelur dan berkembang biak.<br />
Gigitan nyamuk dapat menyebabkan berbagai macam penyakit,<br />
diantaranya :<br />
1) Penyakit Pes<br />
2) Penyakit Kaki Gajah<br />
3) Penyakit Malaria<br />
4) Penyakit Demam Berdarah<br />
Pencemaran tanah disamping menyebabkan berbagai macam penyakit,<br />
juga dapat mengakibatkan berbagai hal. Akibat yang ditimbulkan oleh<br />
pencemaran tanah antara lain :<br />
1) Terganggunya kehidupan organisme (terutama mikroorganisme dalam<br />
tanah)<br />
2) Berubahnya sifat kimia atau sifat fisika tanah sehingga tidak baik untuk<br />
pertumbuhan tanaman, dan<br />
3) Mengubah dan mempengaruhi keseimbangan ekologi<br />
4. Dampak Pencemaran Suara (Kebisingan)<br />
Kemajuan teknologi dan industri antara lain ditandai dengan mesin-mesin<br />
yang dapat mengolah dan memproduksi bahan maupun barang yang<br />
dibutuhkan manusia secara cepat. Pemakaian mesin-mesin tersebut<br />
seringkali menimbulkan kebisingan, baik kebisingan rendah, kebisingan<br />
sedang, maupun kebisingan tinggi, oleh karena itu kebisingan dapat<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 42
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
mengganggu lingkungan dan merambatnya melalui udara. Kebisingan adalah<br />
bunyi yang dapat mengganggu dan merusak pendengaran manusia.<br />
F. Strategi Pengendalian Pencemaran <strong>Lingkungan</strong><br />
Persoalan lingkungan hidup disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya<br />
pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan populasi manusia yang semakin tinggi<br />
menyebabkan aktivitas manusia juga semakin meningkat pesat. Kegiatan<br />
ekonomi/pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko<br />
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sehingga struktur dan fungsi<br />
dasar ekosistem yang menjadi pendukung kehidupan menjadi rusak. Hal<br />
tersebut merupakan beban sosial yang pada akhirnya manusia pula yang akan<br />
menanggung biaya pemulihanya.<br />
Dalam penjelasan atas Undang-Undang nomor 23 Tahun 1997 tentang<br />
Pengelolaan <strong>Lingkungan</strong> <strong>Hidup</strong> disebutkan bahwa arah pembangunan jangka<br />
panjang Indonesia adalah pembangunan ekonomi dengan bertumpukan pada<br />
pembangunan industri yang diantaranya menggunakan berbagai jenis bahan<br />
kimia dan zat radioaktif. Disamping menghasilkan produk yang bermanfaat bagi<br />
masyarakat, industrialisasi juga menyebabkan ekses ,antara lain dihasilkan<br />
limbah yang apabila dibuang ke lingkungan akan dapat mengancam lingkungan<br />
itu sendiri, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.<br />
1. Pengendalian Pencemaran Udara<br />
Untuk dapat mengendalikan terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan<br />
beberapa usaha antara lain : mengganti bahan bakar kendaraan bermotor<br />
dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan gas karbon monoksida dan<br />
diusahakan pula agar pembakaran yang terjadi berlangsung secara sempurna,<br />
selain itu pengolahan/daur ulang atau penyaringan limbah asap industri,<br />
penghijauan untuk melangsungkan proses fotosintesis (taman bertindak<br />
sebagai paru-paru kota), dan tidak melakukan pembakaran hutan secara<br />
sembarangan, serta melakukan reboisasi/penanaman kembali pohon-pohon<br />
pengganti yang penting adalah untuk membuka lahan tidak dilakukan<br />
pembakaran hutan, melainka dengan cara mekanik.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 43
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
Pencemaran udara selain memberikan dampak negatif, juga dapat<br />
memberikan dampak positif antara lain, lahar dan partikulat-partikulat yang<br />
disemburkan gunung berapi yang meletus, bila sudah dingin menyebabkan<br />
tanah menjadi subur, pasir dan batuan yang dikeluarkan gunung berapi yang<br />
meletus dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Gas karbon<br />
monoksida bila bereaksi dengan oksigen di udara menghasilkan gas<br />
karbondioksida bisa dimanfaatkan bagi tumbuh-tumbuhan untuk<br />
melangsungkan fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat yang sangat<br />
berguna bagi makhluk hidup.<br />
2. Pengendalian Pencemaran Air<br />
Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur<br />
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan<br />
Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini meliputi<br />
pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya<br />
serius yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air<br />
adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH). Program ini merupakan<br />
upaya untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang berasal dari<br />
kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta dilakukan secara bertahap<br />
untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber -sumber lainnya.<br />
Program ini juga berusaha untuk menata pemukiman di bantaran sungai<br />
dengan melibatkan masyarakat setempat (KLH, 2004).<br />
Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu<br />
penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara<br />
non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan<br />
dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan,<br />
mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan<br />
teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini<br />
hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan<br />
industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan<br />
pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan<br />
penanggulangan secara teknis bersumber pada kegiatan industri terhadap<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 44
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
pengolahan hasil buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola<br />
limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.<br />
Penanggulangan pencemaran air dapat dilakukan melalui :<br />
a. Perubahan perilaku masyarakat<br />
Secara alami, ekosistem air dapat melakukan rehabilitasi apabila terjadi<br />
pencemaran terhadap badan air. Kemampuan ini ada batasnya, oleh<br />
karena itu perlu diupayakan untuk mencegah dan menanggulangi<br />
pencemaran air. Untuk mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha<br />
preventif, misalnya dengan tidak membuang sampah dan limbah industri<br />
ke sungai. Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan disembarang<br />
tempat hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan-<br />
peraturan yang diterapkan dilingkungan masing-masing secara konsekuen.<br />
Sampah-sampah hendaknya dibuang pada tempat yang telah dilakukan.<br />
Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara<br />
mengurangi produksi sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari.<br />
Selain itu kita dapat pula mendaur ulang (recycle) dan mendaur ulang<br />
(reuse) sampah tersebut. Kitapun perlu memperhatikan bahan kimia yang<br />
kita buang dari rumah kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan<br />
rumah, memupuk tanaman, dan sebagainya. Kita harus bertanggung<br />
jawab terhadap berbagai sampah seperti makanan dalam kaleng,<br />
minuman dalam botol dan sebagainya yang memuat unsur pewarna pada<br />
kemasannya dan kemudian terserap oleh air tanah pada tempat<br />
pembuangan akhir. Masyarakat disekitar sungai perlu merubah perilaku<br />
tentang pemanfaatan sungai agar sungai tidak lagi dipergunakan sebagai<br />
tempat pembuangan sampah dan tempat mandi, cuci, kakus (MCK).<br />
Peraturan pembuangan limbah industri hendaknya dipantau<br />
pelaksanaannya dan pelanggarnya dijatuhi hukuman. Limbah industri<br />
hendaknya diproses terlebih dahulu dengan teknik pengolahan limbah,<br />
dan setelah memenuhi syarat baku mutu air buangan baru bisa dialirkan<br />
ke selokan-selokan atau sungai. Dengan demikian akan tercipta sungai<br />
yang bersih dan mempunyai fungsi fisiologis.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 45
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
b. Pembuatan kolam/bak pengolahan limbah cair<br />
Saat ini mulai digalakkan pembuatan WC umum yang dilengkapi septic<br />
tank di daerah/lingkungan yang rata-rata penduduknya tidak memiliki<br />
WC. Setiap sepuluh rumah disediakan satu WC umum. Upaya demikian<br />
sangat bersahabat dengan lingkungan, murah dan sehat karena dapat<br />
menghindari pencemaran air sumur/air tanah. Selain itu, sudah saatnya<br />
diupayakan pembuatan kolam pengolahan air buangan (air cucian, air<br />
kamar mandi dan lain-lain) secara kolektif, agar limbah tersebut tidak<br />
langsung dialirkan ke selokan atau sungai. Untuk limbah industri<br />
dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam beberapa<br />
kolam kemudian dibersihkan, baik secara mekanis (pengadukan), kimiawi<br />
(diberi zat kimia tertentu) maupun biologis (diberi bakteri, ganggang atau<br />
tumbuhan air lainnya). Pada kolam terakhir dipelihara ikan untuk menguji<br />
kebersihan air dari polutan yang berbahaya. Reaksi ikan terhadap<br />
kemungkinan pengaruh polutan diteliti. Dengan demikian air yang boleh<br />
dialirkan keluar (selokan, sungai dll.) hanyalah air yang tidak tercemar.<br />
Salah satu contoh tahap-tahap proses pengolahan air buangan adalah<br />
sebagai berikut :<br />
1) Proses penanganan primer, yaitu memisahkan air buangan dari bahan-<br />
bahan padatan yang mengendap atau mengapung.<br />
2) Proses penanganan sekunder, yaitu proses dekomposisi bahan-bahan<br />
padatan secara biologis.<br />
3) Proses pengendapan tersier, yaitu menghilangkan komponen-<br />
komponen fosfor dan padatan tersuspensi, terlarut atau berwarna dan<br />
bau. Untuk itu bisa menggunakan beberapa metode bergantung pada<br />
komponen yang ingin dihilangkan, antara lain :<br />
- Pengendapan, yaitu cara kimia penambahan kapur atau metal<br />
hidroksida untukmmengendapkanmfosfor.<br />
- Adsorbsi, yaitu menghilangkan bahan-bahan organik terlarut,<br />
berwarna atau bau.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 46
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
- Elektrodialisis, yaitu menurunkan konsentrasi garam-garam terlarut<br />
dengan menggunakanmtenagamlistrik.<br />
- Osmosis, yaitu mengurangi kandungan garam-garam organik maupun<br />
mineral dari air.<br />
- Klorinasi,myaitummenghilangkanmorganismempenyebabmpenyakit.<br />
Tahapan proses pengolahan air buangan tidak selalu dilakukan<br />
seperti di atas, tetapi bergantung pada jenis limbah yang dihasilkan.<br />
Hasil akhir berupa air tak tercemar yang siap dialirkan ke badan air<br />
dan lumpur yang siap dikelola lebih lanjut. Berdasarkan penelitian,<br />
tanaman air seperti enceng gondok dapat dimanfaatkan untuk<br />
menyerap bahan pencemar di dalam air.<br />
3. Pengendalian Pencemaran Tanah<br />
Cara pengendalian dan pencegahan Bahan Pencemar Tanah merupakan dua<br />
tindakan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dalam arti kedua tindakan ini<br />
dilakukan untuk saling menunjang, apabila tindakan pencegahan sudah tidak<br />
dapat dilakukan maka dilakukan langkah pengendalian. Namun demikian<br />
pada dasarnya kita semua sependapat bahwa tindakan pencegahan lebih baik<br />
dan lebih diutamakan dilakukan sebelum pencemaran itu sendiri, apabila<br />
pencemaran sudah terjadi baik secara alami maupun aktivitas manusia untuk<br />
memenuhi kebutuhan hidupnya. Tindakan pengendalian dan tindakan<br />
pencegahan terhadap terjadinya pencemaran tanah atau daratan dapat<br />
dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan macam bahan pencemar yang<br />
perlu ditanggulangi. Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian terhadap<br />
terjadinya pencemaran tanah antara lain dapat dilakukan sebagai berikut :<br />
a. Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha untuk<br />
tidakmmenyebabkanmterjadinyampencemaran,mmisalnyammencegah/me<br />
ngurangi terjadinya bahan pencemar :<br />
1) Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh<br />
mikroorganisme antara lain dapat dilakukan dengan mengukur<br />
sampah-sampah dalam tanah secara tertutup dan terbuka, kemudian<br />
dapat diolah sebagai kompos/pupuk. Untuk mengurangi terciumnya<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 47
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
bau busuk dari gas-gas yang timbul pada proses pembusukan, maka<br />
penguburan sampah dilakukan secara berlapis-lapis dengan tanah.<br />
2) Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat<br />
dimusnahkan oleh mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara<br />
membakar sampah-sampah yang dapat terbakar seperti plastik dan<br />
serat baik secara individual maupun dikumpulkan pada suatu tempat<br />
yang jauh dari pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah<br />
pemukiman. Sampah yang tidak dapat dibakar dapat digiling/dipotong-<br />
potong menjadi partikel-partikel kecil, kemudian dikubur.<br />
3) Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat<br />
yang akan mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke<br />
tempat pembuangan agar dilakukan pembuangan proses pemurnian.<br />
4) Sampah zat radioaktif sebelum dibuang, disimpan dahulu pada sumur-<br />
sumur atau tangki dalam jangka waktu yang cukup lama sampai tidak<br />
berbahaya, baru dibuang ke tempat yang jauh dari pemukiman, misal<br />
pulau karang yang tidak berpenghuni kedasar lautan yang sangat<br />
dalam.<br />
5) Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan<br />
namun sesuai dengan aturan dan tidak berlebihan.<br />
6) Usahakan membuang dan memakai detergen yang ramah lingkungan<br />
yang komponennya berupa senyawa organik yang dapat<br />
dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.<br />
b. Langkah pengendalian dan penanggulangan<br />
Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan pengendalian dan<br />
penanggulangan terhadap pencemaran tersebut. Tindakan pengendalian<br />
dan penanggulangan pada prinsipnya mengurangi bahan pencemar atau<br />
mendaur ulang menjadi bahan yang bermanfaat.<br />
Tanah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, tanah subur adalah tanah<br />
yang dapat ditanami dan terdapat mikroorganisme yang bermanfaat serta<br />
tidak punahnya hewan tanah. Langkah tindakan pengendalian dan<br />
pencegahan yang dapat dilakukan antara lain dengan cara :<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 48
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
1) Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada dalam<br />
jumlah banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup masyarakat dan<br />
mencemari tanah, agar diolah atau dilakukan daur ulang menjadi<br />
barang yang lebih bermanfaat.<br />
2) Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu, kerikil, batu bata) yang<br />
dapat menyebabkan tanah menjadi kurang subur, dikubur dalam<br />
sumur yang berlapis-lapis yang dapat berfungsi sebagai resapan dan<br />
penyaringan air, sehingga tidak menyebabkan banjir, melainkan tetap<br />
berada ditempat sekitar rumah dan tersaring. Resapan air tersebut<br />
bahkan bisa masuk ke dalam sumur dan dapat digunakan lagi sebagai<br />
air bersih.<br />
3) Hujan asam yang menyebabkan pH tanah menjadi tidak sesuai lagi<br />
untuk tanaman, maka tanah perlu ditambah dengan kapur agar<br />
keasaman berkurang.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 49
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
BAB IV<br />
LAPORAN KEGIATAN/USAHA YANG BERPOTENSI<br />
MENCEMARI LINGKUNGAN KABUPATEN<br />
TEMANGGUNG<br />
A. Kegiatan/Usaha yang Berpotensi Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kecamatan<br />
Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung<br />
1. Kecamatan Kandangan<br />
Kecamatan Kandangan terdiri dari 16 Desa, dengan berbagai macam<br />
kegiatan/usaha yang berpotensi mencemari lingkungan. Kegiatan/usaha yang<br />
menjadi sumber pencemaran di Kecamatan Kandangan meliputi :<br />
a. Produksi Makanan<br />
1) Produksi Tahu<br />
Di Kecamatan Kandangan terdapat 7 kegiatan/usaha industri tahu<br />
yang terletak di beberapa Desa antara lain di Desa Kandangan, Desa<br />
Kembangsari, Desa Kedungumpul, dan Desa Ngemplak. Dari 7<br />
kegiatan/usaha industri tahu tersebut belum semuanya mempunyai<br />
IPAL. Limbah cair yang dihasilkan dari produksi tahu tersebut langsung<br />
ditampung dikolam penampung dan dibuang ke sungai tanpa<br />
pengolahan terlebih dahulu. Hal ini yang menjadi sumber pencemaran<br />
air yang cukup besar karena limbah dari industri tahu tersebut belum<br />
dikelola dengan baik, terlebih industri – industri tahu tersebut berada<br />
di tengah kawasan pemukiman dengan lahan yang relatif terbatas.<br />
Limbah cair industri tahu berasal dari pencucian kedelai dan dari<br />
proses pembuatan tahu. Air limbah tahu yang berasal dari proses<br />
produksi tahu mengandung bahan organik yang tinggi dan berpotensi<br />
mencemari lingkungan, karena air tahu mengandung cuka maka air<br />
tahu bersifat asam ( mempunyai pH rendah ) sehingga menimbulkan<br />
bau tidak sedap yang mengganggu kenyamanan warga setempat saat<br />
melintasi kolam/sungai tempat pembuangan limbah tersebut.<br />
Timbulnya bau yang berasal dari industri tahu tersebut termasuk<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 50
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
pencemaran udara karena bisa mengganggu pernafasan dan<br />
menimbulkan penyakit.<br />
Volume hasil produksi tahu terbesar adalah di Desa Kandangan yaitu<br />
150 kg/hari, dengan volume limbah cair sebesar 1.400 liter/hari dan<br />
volume limbah padat sebesar 125 kg/hari. Sedangkan hasil produksi<br />
tahu terkecil terdapat di Desa Kedungumpul yaitu sebesar 24 kg/hari<br />
yang menghasilkan limbah cair sebesar 232 liter/hari dan limbah padat<br />
sebesar 20 kg/hari. Meskipun dengan kapasitas yang kecil jumlah<br />
industri tahu terbanyak ada di Desa Kedungumpul.<br />
Limbah padat dari industri tahu berupa ampas tahu, yang biasa<br />
dimanfaatkan untuk pakan ternak.<br />
2) Produksi Tempe<br />
Di Kecamatan Kandangan terdapat ± 19 usaha/kegiatan produksi<br />
tempe yang tersebar, di Desa Gesing sebanyak 2 usaha produksi<br />
tempe, di Desa Kembangsari dan Desa Margolelo masing-masing ada<br />
1 usaha produksi tempe, Desa Kedungumpul ada 14 usaha produksi<br />
tempe dan Desa Wadas ada 1 usaha produksi tempe. Bahan baku<br />
produksi tempe sangat sederhana yaitu kedelai dan rag. Cara<br />
pembuatanya juga dengan cara tradisional yaitu dengan direbus,<br />
direndam, dikukus kemudian peragian.<br />
Hasil produksi tempe terbesar terdapat di Desa Kedungumpul yaitu<br />
sebesar 390 kg/hari. Dari hasil produksi sebesar 390 kg/hari<br />
menghasilkan limbah cair sebesar 180 liter/hari dan limbah padat<br />
sebesar 27,3 kg/hari. Sedangkan hasil produksi terkecil terdapat di<br />
Desa Kembangsari dan Desa Margolelo yaitu sebesar 10 kg/hari<br />
dengan kapasitas limbah cair sebesar 6 liter/hari dan limbah padat<br />
sebesar 0,7 kg/hari.<br />
Dari hasil survey di beberapa Desa di Kecamatan Kandangan cara<br />
pembuangan limbah cair industri tempe yang berasal dari bekas<br />
pencucian kedelai juga dilakukan dengan sederhana dan sangat<br />
beragam, yaitu langsung dibuang ke kebun, sungai, saluran air dan ada<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 51
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
juga yang di kolam. Air bekas pencucian kedelai yang dibuang ke<br />
kebun mengakibatkan pencemaran tanah, karena limbah tersebut<br />
langsung diserap oleh tanah sehingga mikroorganisme yang hidup<br />
didalam tanah akan terganggu dan juga akan mempengaruhi<br />
keseimbangan ekologi. Limbah padat produksi tempe berasal dari kulit<br />
kedelai yang digunakan untuk pakan ternak. Produksi tempe juga<br />
menghasilkan pencemaran udara yang berasal dari abu kayu yang<br />
digunakan untuk merebus kedelai.<br />
3) Produksi Krupuk<br />
Produksi Krupuk yang ada di Kecamatan Kandangan terdapat di Desa<br />
Malebo (1 usaha ), Desa Banjarsari (1 usaha) dan Desa Tlogopucang<br />
( 9 usaha). Jenis krupuk yang dihasilkan ada berbagai macam seperti<br />
kerupuk rambak, udang, terung, lenteng, dengan bahan utama berupa<br />
tepung tapioka dan ada juga yang dari ketela pohon. Produksi krupuk<br />
yang ada di Kecamatan Kandangan menghasilkan limbah berupa gas<br />
yang berasal dari cerobong asap hasil pembakaran kayu untuk proses<br />
pembuatan krupuk, walaupun tidak terlalu berdampak besar bagi<br />
lingkunganya, usaha produksi krupuk ini menghasilkan pencemaran<br />
udara.<br />
4) Produksi Gula Aren<br />
Produksi gula aren yang ada di Kecamatan Kandangan hanya terdapat<br />
di Desa Kedawung yaitu ada 4 usaha produksi. Gula aren ini berbahan<br />
baku air nira yang disadap dari pohon aren. Usaha ini tidak<br />
menghasilkan limbah terlalu besar bagi lingkungan, baik dipandang dari<br />
segi bahan baku maupun proses produksinya.<br />
b. Usaha Penggergajian dan Depo Kayu<br />
Terdapat 14 usaha penggergajian dan depo kayu yang ada di Kecamatan<br />
Kandangan, yaitu di Desa Kandangan 5 usaha penggergajian kayu<br />
sedangkan di Desa Samiranan terdapat 9 usaha depo penggergajian kayu.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 52
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
Usaha penggergajian dan depo kayu ini menghasilkan limbah padat<br />
berupa serbuk gergaji, yang sering dimanfaatkan untuk alas ternak<br />
maupun untuk media budidaya jamur, akan tetapi serbuk gergaji<br />
menghasilkan partikel debu yang bisa terbawa oleh udara dan dihirup<br />
oleh masyarakat sekitar lokasi penggergajian kayu. Partikel debu yang<br />
dihasilkan dari serbuk gergaji dapat menyebabkan pencemaran udara<br />
karena bisa mengganggu pernafasan dan menyebabkan sakit mata.<br />
Disamping itu suara dari mesin penggergajian kayu menimbulkan<br />
pencemaran suara yaitu kebisingan, suara yang dikeluarkan oleh mesin<br />
penggergajian kayu secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama<br />
dapat mengganggu manusia yang berada di sekitar lokasi penggergajian.<br />
c. Usaha Perbengkelan<br />
Di Kecamatan Kandangan terdapat 8 usaha perbengkelan. Usaha bengkel<br />
tersebut terdapat di Desa Kandangan (1 usaha bengkel motor), di Desa<br />
Tlogopucang (3 usaha bengkel motor) dan di Desa Kedungumpul (2<br />
bengkel motor dan 2 usaha bengkel mobil).<br />
Limbah padat dari bengkel motor tersebut berupa onderdil dan<br />
sparepart bekas yang sering dijual kembali ke pengepul, sedangkan untuk<br />
limbah cair yang dihasilkan oleh usaha bengkel motor ini berupa oli bekas<br />
yang sangat berbahaya jika tidak dikelola dengan baik karena oli tersebut<br />
termasuk limbah B3. Oli bekas termasuk limbah B3 karena tidak bisa<br />
larut dalam air sehingga bisa mengakibatkan mikroorganisme dalam air<br />
mati. Oli bekas yang dihasilkan tersebut sering dibuang ke pengepul.<br />
Limbah gas yang berasal dari usaha bengkel motor berupa asap<br />
kendaraan bermotor, yang menyebabkan pencemaran udara, karena asap<br />
dari kendaraan bermotor mengandung gas CO (Karbon Monoksida).<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 53
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
d. Usaha Penggilingan<br />
1) Penggilingan Padi<br />
Usaha penggilingan padi terdapat hampir disetiap Desa di Kecamatan<br />
Kandangan. Ada 44 usaha penggilingan padi yang tersebar di<br />
Kecamatan Kandangan. Residu yang dihasilkan dari penggilingan padi<br />
adalah sekam, dedak, bising, partikulat, karbon monoksida, dan lain-<br />
lain. Bahan dan energi tersebut berpotensi merusak lingkungan, oleh<br />
karena itu perhatian dan penanganan serius perlu dilakukan.<br />
Limbah padat yang dihasilkan dari usaha penggilingan padi tersebut<br />
adalah dedak dan sekam, yang dimanfaatkan untuk pakan ternak dan<br />
bahan bakar selain menghasilkan limbah padat usaha penggilingan padi<br />
ini menghasilkan partikulat debu yang menyebabkan pencemaran<br />
udara. Pencemaran udara ini berasal dari asap yang keluar dari<br />
cerobong dedak. Penggilingan padi juga menghasilkan kebisingan dari<br />
mesin penggiling padi, Dampak kebisingan menimbulkan pencemaran<br />
suara, yang dapat mengakibatkan ganggungan pendengaran dan non<br />
pendengaran yang bersifat subyektif seperti gangguan komunikasi,<br />
gangguan tidur, gangguan pelaksanaan tugas dan perasaan tidak<br />
senang/mudah marah.<br />
2) Penggilingan Kopi<br />
Di Kecamatan Kandangan penggilingan kopi hanya terdapat di Desa<br />
Gesing (1 usaha) dan Desa Kedawung (1 usaha). Limbah yang<br />
dihasilkan dari penggilingan kopi ini adalah kulit kopi yang dibuang ke<br />
TPS terdekat. Dari kulit kopi tersebut berdampak pada pencemaran<br />
udara karena kulit kopi yang hancur menghasilkan debu yang<br />
bertebaran terbawa angin sehingga mengganggu warga setempat.<br />
3) Penggilingan Jagung<br />
Penggilingan jagung terdapat di Desa Kedawung (2 usaha/kegiatan).<br />
Limbah padat dari penggilingan jagung adalah dedak yang dimanfaatkan<br />
untuk pakan ternak. Seperti pada usaha penggilingan padi dan kopi,<br />
usaha penggilingan jagung ini juga menghasilkan partikel debu yang<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 54
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
mengakibatkan pencemaran udara dan kebisingan dari mesin yang<br />
digunakan untuk penggilingan jagung.<br />
e. Usaha Peternakan<br />
1) Peternakan Ayam dan Peternakan itik<br />
Di Kecamatan Kandangan ada 13 kegiatan/usaha peternakan ayam dan<br />
2 kegiatan/usaha peternakan itik. Jenis produk yang dihasilkan dari<br />
peternakan ayam adalah ayam petelur dan ayam potong.<br />
Limbah padat yang dihasilkan menghasilkan gas yang berbau tidak<br />
sedap dan menyebabkan pencemaran udara. Bau tersebut dibawa oleh<br />
udara sehingga mengundang lalat yang bisa menyebabkan penyakit di<br />
lingkungan sekitar pemukiman. Pemanfaatan limbah ternak ayam dan<br />
ternak itik sering di daur ulang menjadi pupuk. Bahkan limbah ternak<br />
itik sering dibuat pupuk dieng. Walaupun limbah tersebut sudah<br />
didaur ulang, tetap saja mencemari lingkungan karena mengandung zat<br />
organik tersuspensi tinggi.<br />
2) Peternakan Sapi<br />
Peternakan sapi yang ada di Kecamatan Kandangan terdapat di Desa<br />
Caruban (2 usaha peternakan sapi), Desa Margolelo (1 usaha<br />
peternakan sapi), Desa Ngemplak (1 usaha peternakan sapi) dan Desa<br />
Rowo (1 usaha peternakan sapi). Dari ke 4 desa tersebut yang paling<br />
besar menghasilkan limbah adalah di Desa Ngemplak yaitu limbah<br />
padatnya mencapai sebesar 140 m³/bln sedangkan limbah cair yang<br />
dihasilkan sebesar 2.100 liter/hari.<br />
Asal buangan utama dari usaha peternakan sapi adalah feses (kotoran<br />
sapi) dan urine sapi (air kencing). Seperti usaha peternakan lainya<br />
usaha peternakan sapi menyebabkan pencemaran (polusi udara) yang<br />
jika dihirup oleh manusia bisa menimbulkan penyakit. Limbah padat<br />
dan limbah cair yang dihasilkan dari usaha peternakan sapi tersebut<br />
menyebabkan bau. Limbah padat dari kotoran sapi sering didaur ulang<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 55
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
menjadi pupuk sedangkan limbah cairnya sering dibuang ke tanah dan<br />
sawah sekitar peternakan.<br />
f. Usaha Pemotongan Ayam<br />
Ada 1 usaha kegiatan pemotongan ayam yang ada di Kecamatan<br />
Kandangan yaitu di Desa Kembangsari. Limbah padat yang dihasilkan dari<br />
usaha pemotongan ayam ini adalah bulu dan isi perut ayam, sedangkan<br />
limbah cairnya berasal dari air bekas pencucian ayam yang menyebabkan<br />
bau. Hasil produksi pemotongan ayam adalah daging ayam potong.<br />
Volume hasil produksi sebesar 300 kg/hari, limbah padat yang berasal<br />
dari isi perut ayam potong sebesar 50 kg/hari sedangkan air bekas<br />
pencucian ayam menghasilkan 20 liter/hari limbah cair. Limbah cair yang<br />
dihasilkan dari air pencucian ayam ini cara pembuanganya langsung<br />
dibuang ke kolam dan mengakibatkan pencemaran udara karena<br />
menimbulkan bau.<br />
2. Kecamatan Ngadirejo<br />
Kecamatan Ngadirejo terdapat 20 Desa/Kelurahan yang memiliki berbagai<br />
macam kegiatan/usaha yang berpotensi mencemari lingkungan.<br />
Kegiatan/Usaha yang menjadi Sumber Pencemaran di Kecamatan Ngadirejo<br />
meliputi :<br />
a. Produksi makanan<br />
1) Produksi tahu<br />
Di Kecamatan Ngadirejo terdapat 25 usaha produksi tahu, yaitu di Desa<br />
Karang Gedong (1 usaha), Desa Petirejo (3 usaha), Desa Manggong (17<br />
usaha), Desa Ngadirejo (2 usaha), Desa Mangunsari (1 usaha) dan Desa<br />
Kataan (1 usaha). Lokasi industri tahu yang ada di Kecamatan Ngadirejo<br />
ini berada di kawasan pemukiman dan dengan lahan yang relatif terbatas.<br />
Limbah tahu terdiri dari 2 jenis yaitu : limbah cair dari proses tahu (air<br />
limbah ) dan limbah padat berupa ampas tahu. Limbah padat yang berupa<br />
ampas tahu tersebut banyak digunakan untuk pakan ternak, sementara<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 56
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
air limbah industri tahu berasal dari pencucian kedelai dan dari proses<br />
pembuatan tahu. Dari hasil survey dan pengamatan di lapangan limbah<br />
cair yang dihasilkan dari produksi tahu tersebut belum dikelola dengan<br />
baik, air manyon sebagian dimanfaatkan dan sebagian lagi dibuang. Cara<br />
pembuangan limbah cair tersebut dengan dibuang ke sungai dan saluran<br />
air yang ada tanpa pengolahan terlebih dahulu, hal ini bisa mengakibatkan<br />
pencemaran air mengingat air limbah tahu mengandung bahan organik<br />
tinggi yang sangat berpotensi terhadap pencemaran lingkungan.<br />
Kandungan organik tinggi ini berasal dari gumpalan tahu yang terpisah<br />
dari tahu atau mengambang dalam air tahu. Selain menyebabkan<br />
pencemaran air, limbah tahu juga menyebabkan pencemaran udara,<br />
karena air tahu mengandung cuka dan mempunyai pH rendah sehingga<br />
menimbulkan bau yang kurang sedap. Banyak juga keluhan masyarakat di<br />
lingkungan industri tahu yang merasa terganggu dengan timbulnya bau<br />
yang kurang sedap tersebut.<br />
Hasil produksi tahu terbesar di Kecamatan Ngadirejo terdapat di Desa<br />
Manggong yaitu tepatnya di Dusun Gondang Nduwur, dengan<br />
produksinya sebesar 300 kg/hari yang menghasilkan limbah padat 150<br />
kg/hari dan limbah cair sebesar 2.893 liter/hari. Sedangkan hasil produksi<br />
tahu terkecil terdapat di Desa Petirejo (Dusun Krajan) yaitu 20 kg/hari,<br />
dengan produksi limbah padat sebesar 10 kg/hari dan 193 liter/hari untuk<br />
volume limbah cair.<br />
2) Produksi tempe<br />
Produksi tempe yang terdapat di Kecamatan Ngadirejo sebanyak 28<br />
usaha yaitu di Desa Karang Gedong (2 usaha),Desa Petirejo (2 usaha),<br />
Desa Manggong (19 usaha), Desa Ngaren (2 usaha), Desa Mangunsari (1<br />
usaha) dan Desa Gandu Wetan (2 usaha). Limbah yang dihasilkan dari<br />
produksi tempe ini berupa limbah cair yang berasal dari air bekas<br />
pencucian kedelai dan limbah padat yang berasal dari kulit kedelai,<br />
kedelai yang rusak dan mengambang pada proses pencucian serta<br />
lembaga yang lepas waktu pelepasan kulit, sudah banyak yang<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 57
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
dimanfaatkan untuk makan ternak, sedangkan limbah cair yang berasal<br />
dari air bekas pencucian kedelai kebanyakan masih dibuang langsung ke<br />
saluran air sehingga menyebabkan pencemaran air yang dalam waktu<br />
relatif singkat akan menyebakan pencemaran udara karena menimbulkan<br />
bau busuk.<br />
3) Produksi krupuk<br />
Di Kecamatan Ngadirejo terdapat 39 usaha produksi kerupuk. Produksi<br />
krupuk yang dihasilkan di Kecamatan Ngadirejo ada beberapa jenis yaitu<br />
produksi lengko dan krupuk alami yang berbahan dasar dari ketela,<br />
krupuk terung yang berbahan dasar tepung tapioka, dan krecek yang<br />
berasal dari kulit sapi.<br />
Limbah padat yang dihasilkan dari produksi lengko dan krupuk alami<br />
adalah kulit ketela yang sering dimanfatkan untuk pakan ternak,<br />
sedangkan limbah padat dari produksi krecek adalah dari bulu lembu dan<br />
limbah cairnya berasal dari bekas air cucian bulu lembu yang<br />
menimbulkan bau yang tidak sedap.<br />
4) Produksi marning<br />
Hanya ada 1 usaha produksi marning di Kecamatan Ngadirejo yaitu di<br />
Desa Ngadirejo, limbah yang dihasilkan berupa gas dari proses<br />
pembuatan marning. Produksi marning ini tidak berdampak terlalu besar<br />
bagi lingkungan karena bahan baku dari marning ini hanya jagung dengan<br />
bahan pembantu minyak goreng yang bisa dimanfaatkan kembali untuk<br />
menggoreng.<br />
5) Produksi kopi<br />
Komoditas Kopi di Kabupaten Temanggung merupakan salah satu<br />
produk unggulan. Produksi kopi Temanggung termasuk terbesar di Jawa<br />
Tengah yaitu 40% produksi kopi Jawa Tengah berasal dari Temanggung.<br />
Karena itu, kopi menjadi andalan bagi para petani selain tanaman<br />
tembakau. Kopi pada umumnya dijual dalam bentuk biji untuk dieksport<br />
ke luar negeri. Sementara sebagian kecil biji kopi diolah menjadi kopi<br />
bubuk yang disajikan menjadi minuman. Seperti produksi kopi yang ada di<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 58
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
Kecamatan Ngadirejo yaitu di Desa Karang Gedong. Pengolahan kopi<br />
bubuk mempunyai prospek yang cukup baik. Hal ini dipengaruhi oleh<br />
beberapa potensi yang ada diantaranya luas lahan dan produksi kopi<br />
rakyat menjamin kontinyuitas pasokan bahan industri (kedekatan dengan<br />
sumber bahan baku). Produksi kopi bubuk menghasilkan limbah padat<br />
berupa kulit kopi yang dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak.<br />
6) Produksi kecap<br />
Industri kecap di Kecamatan Ngadirejo terdapat di Desa Ngadirejo,<br />
limbah padat yang dihasilkan adalah abu kayu dan limbah cairnya berasal<br />
dari air cucian kedelai. Limbah abu kayu berasal dari proses pembakaran<br />
dan sisa pembakaran tersebut menghasilkan gas berupa asap yang<br />
mengakibatkan pencemaran udara. Limbah abu kayu dijual untuk abu<br />
gosok dan air cucian kedelai dibuang melalui septictank.<br />
b. Usaha Perbengkelan<br />
Di Kecamatan Ngadirejo terdapat 14 usaha perbengkelan yaitu di Desa<br />
Petirejo (1 usaha bengkel motor), Desa Mangunsari (2 usaha bengkel motor<br />
dan 1 usaha bengkel mobil), Desa Purbosari (1usaha bengkel motor), Desa<br />
Gondang Winangun (2 usaha bengkel motor dan 2 usaha bengkel mobil),<br />
Desa Giripurno (2 usaha bengkel motor), Desa Gejagan (2 usaha bengkel<br />
motor), dan Desa Dlimoyo (1 usaha bengkel motor). Dari usaha<br />
perbengkelan tersebut, limbah yang dihasilkan adalah limbah padat berupa<br />
sparepart bekas, limbah cair berupa oli bekas, dan asap kendaraan yang<br />
menimbulkan pencemaran udara karena mengandung gas berbahaya seperti<br />
gas CO 2,CO,NOX.<br />
Oli bekas jika tidak dikelola dengan baik sangat berbahaya karena oli<br />
tersebut termasuk limbah B3. Limbah cair dan limbah padat usaha<br />
perbengkelan di Kecamatan Ngadirejo, sering dijual di pengepul.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 59
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
c. Usaha Penggilingan Padi dan Jagung<br />
Usaha penggilingan padi di Kecamatan Ngadirejo sebanyak 12<br />
usaha/kegiatan yaitu di Desa Ngaren (2 usaha), Desa Mangunsari (2 usaha),<br />
Desa Purbosari (1 usaha), Desa Gondang Winangun (1 usaha), Desa Gandu<br />
Wetan (1 usaha), Desa Dlimoyo (2 usaha) dan Desa Campursari (3 usaha)<br />
sedangkan untuk usaha penggilingan jagung hanya ada 1 usaha yaitu di Desa<br />
Giripurno.<br />
Pada indutri pengolahan padi, selain menghasilkan beras juga limbah (sekam<br />
dan dedak) dan hasil samping (menir). Limbah tersebut dikembalikan ke<br />
lingkungan dalam bentuk padatan, cairan atau gas. Residu energi memasuki<br />
lingkungan dalam bentuk panas atau suara (bising) yang merupakan<br />
pencemaran suara karena sangat mengganggu pendengaran manusia, selain<br />
itu usaha tersebut menghasilkan pencemaran udara karena menghasilkan<br />
partikel debu. Di Kecamatan Ngadirejo residu/limbah dapat digunakan<br />
kembali sebagai input atau diolah untuk mengurangi potensi dampak negatif.<br />
Walaupun demikian, residu tidak mungkin dihilangkan (dimanfaatkan)<br />
seluruhnya. Di Kecamatan Ngadirejo limbah padat yang berupa dedak<br />
sering digunakan untuk pakan ternak.<br />
d. Usaha Peternakan<br />
1) Peternakan ayam<br />
Jumlah peternak ayam di Kecamatan Ngadirejo ada 6 kegiatan/usaha,<br />
jenis produk yang dihasilkan adalah ayam petelur dan ayam potong.<br />
Peternakan ayam ini terdapat di Desa Medari (1 usaha), Desa Petirejo (1<br />
usaha), Desa Mangunsari (I usaha), Desa Tegalrejo (2 usaha),dan Desa<br />
Katekan (1 usaha).Peternakan ayam ini menyebabkan pencemaran udara<br />
yang jika dihirup oleh manusia bisa menimbulkan penyakit karena limbah<br />
tersebut berasal dari sisa kotoran ayam, sisa kotoran ayam tersebut<br />
termasuk limbah padat yang sering digunakan untuk membuat pupuk,<br />
walaupun jarak peternakan ayam di Kecamatan Ngadirejo dengan<br />
pemukiman penduduk tidak terlalu dekat yaitu sekitar 100-200 m<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 60
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
namun, tetap saja mengganggu karena bau yang dihasilkan dari kotoran<br />
ayam tersebut mengundang lalat dan tidak menutup kemungkinan lalat<br />
tersebut akan sampai ke pemukiman penduduk dan bisa menimbulkan<br />
penyakit.<br />
2) Peternakan itik<br />
Peternakan itik yang ada di Kecamatan Ngadirejo terdapat di Desa<br />
Medari (4 usaha), Desa Mangunsari (1 usaha), dan Desa Campursari (1<br />
usaha). Seperti usaha peternakan lainya limbah yang dihasilkan adalah dari<br />
kotoran itik. Dari hasil survey letak / tempat yang digunakan untuk usaha<br />
peternakan itik ini jarak dengan pemukiman warga yaitu sekitar 50 m<br />
dari pemukiman.<br />
3) Peternakan Sapi dan Peternakan Kambing<br />
Ada 4 usaha peternakan sapi di Kecamatan Ngadirejo, di Desa Medari (1<br />
usaha), Desa Katekan (1 usaha), Desa Tegalrejo (2 usaha), sedangkan<br />
Peternakan Kambing hanya ada 2 usaha yaitu di Desa Mangunsari 1 usaha<br />
dan Desa Gandu Wetan 1 usaha.<br />
Ada 2 jenis limbah yang dihasilkan dari usaha ternak sapi dan ternak<br />
kambing tersebut yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat<br />
berupa sisa kotoran (feses) yang dihasilkan ternak sapi dan kambing<br />
sering digunakan untuk pupuk dan dibuang ke sawah sedangkan limbah<br />
cair berasal dari air kencing sapi dan kambing yang kebanyakan dibuang<br />
ke tanah.<br />
e. Usaha Pemotongan Hewan<br />
1) Pemotongan ayam<br />
Di Kecamatan Ngadirejo terdapat 7 usaha pemotongan ayam, usaha ini<br />
banyak dijumpai di Desa Mangunsari yaitu ada 4 usaha pemotongan<br />
ayam, sedangkan di Desa Petirejo terdapat 2 usaha pemotongan ayam<br />
dan Desa Giripurno terdapat 1 usaha pemotongan ayam, dari hasil<br />
survey dan wawancara, usaha pemotongan ayam ini terletak pada jarak<br />
sekitar 100 m -200 m dari pemukiman warga. Hasil limbah terbesar dari<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 61
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
usaha pemotongan ayam ini adalah di Desa Petirejo, dengan jumlah ayam<br />
yang dipotong setiap harinya mencapai 200 ekor/hari sehingga limbah<br />
padat yang dihasilkan mencapai 300 kg/hari dan limbah cair sebanyak 40<br />
liter/hari, sedangkan di Desa Mangunsari dan Desa Giripurno<br />
pemotongan ayamnya berkisar antara 20 – 25 ekor/hari dengan hasil<br />
limbah padat sekitar 12,5 kg/hari dan limbah cair sebesar 5 liter/hari.<br />
Limbah padat dari usaha pemotongan ayam ini berasal dari bulu ayam<br />
dan isi perut dari ayam tersebut, limbah padat ini biasanya dijual,<br />
sedangkan limbah cair berasal dari air bekas pencucian daging ayam, yang<br />
kebanyakan dibuang ke sungai, yang bisa mencemari air sungai dan<br />
menimbulkan bau.<br />
2) Pemotongan sapi<br />
Pemotongan sapi di Kecamatan Ngadirejo hanya ada di Desa Mangunsari,<br />
pemotongan sapi setiap harinya berkisar antara 1-3 ekor/hari, limbah<br />
padat yang berasal dari kotoran sapi ini berkisar antara 10 – 30 kg/hari,<br />
sedangkan limbah cair yang berasal dari air pencucian daging ini<br />
dihasilkan sebesar 1 – 3 m³/hari. Limbah padat yang dihasilkan dari usaha<br />
ini sering dibuang ke TPS terdekat sedangkan limbah cair sering dibuang<br />
ke saluran air.<br />
B. Dampak Keberadaan Kegiatan/Usaha di Kecamatan Kandangan dan<br />
Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung<br />
1. Dampak Usaha Produksi Makanan<br />
Produksi makanan yang ada di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan<br />
Ngadirejo yang paling berpotensi mencemari lingkungan adalah industri<br />
tahu, tempe dan krupuk . Permasalahan lingkungan yang berkaitan dengan<br />
industri ini adalah masalah pencemaran sungai, penurunan kualitas air, dan<br />
pencemaran udara.<br />
a. Produksi tahu dan tempe<br />
Berdasarkan hasil survey di wilayah Kecamatan Kandangan dan<br />
Kecamatan Ngadirejo, di kedua kecamatan tersebut terdapat industri<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 62
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
kecil tahu dan tempe, di Kecamatan Kandangan jumlah total industri<br />
kecil tahu dan tempe ada 26 industri, sedangkan di Kecamatan Ngadirejo<br />
sebanyak 53 industri kecil tahu dan tempe yang masih beroperasi dan<br />
limbah cair yang dihasilkan dibuang ke sungai dan sebagian besar tanpa<br />
pengolahan terlebih dahulu.<br />
Dampak positif adanya industri tahu dan tempe ini adalah dapat<br />
meningkatkan nilai gizi masyarakat, mengurangi pengangguran, dan<br />
meningkatkan pendapatan masyarakat, karena industri ini dapat<br />
menyerap tenaga kerja di lingkungan sekitarnya. Dampak negatif dari<br />
industri ini adalah dapat menjadi sumber pencemar terbesar jika tidak<br />
dikelola dengan baik terlebih industri ini berada di lingkungan penduduk.<br />
Jumlah industri kecil tahu dan tempe yang cukup banyak di 2 kecamatan<br />
tersebut sebagian besar mengambil lokasi dekat dengan sungai ataupun<br />
saluran – saluran air guna memudahkan proses pembuangan limbahnya,<br />
hal ini akan mencemari lingkungan perairan sekitarnya, ada juga industri<br />
tempe skala kecil yang membuang limbah cairnya di kebun yang akan<br />
berdampak ke pencemaran tanah. Limbah cair industri tahu dan tempe<br />
yang dibuang ke perairan dalam waktu yang relatif singkat dapat<br />
menimbulkan bau busuk dari gas H 2 S, amoniak, ataupun fosfin, disamping<br />
itu limbah dari industri ini mengandung kadar BOD dan COD tinggi dan<br />
bahan organik yang sangat berpotensi mencemari lingkungan yang dapat<br />
mempengaruhi kualitas air dan kehidupan organisme di perairan tersebut<br />
sedangkan bau busuk yang timbul di sekitar industri dan perairan sangat<br />
mengganggu estetika lingkungan dan menimbulkan kesan kumuh di<br />
lingkungan tersebut.<br />
b. Produksi krupuk<br />
Produksi krupuk yang ada di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan<br />
Ngadirejo menghasilkan produk kerupuk yang sudah dikenal masyarakat<br />
seperti krupuk udang, krupuk terung, lengko, dan krecek jenis-jenis<br />
krupuk tersebut berbahan dasar tepung tapioka, ketela, udang dan kulit<br />
sapi. Dalam proses pembuatan krupuk terdapat proses pembakaran,<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 63
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
dimana dalam proses pembakaran tersebut membutuhkan kayu dan sisa<br />
pembakaran tersebut menghasilkan limbah, selain sisa pembakaran kayu<br />
pabrik krupuk juga menimbulkan bau yang tidak sedap, dimana bau<br />
tersebut menjadi limbah dalam bentuk gas yang juga menjadi polusi<br />
udara. Udara yang bau akibat dari pabrik krupuk juga berasal dari kulit<br />
sapi maupun udang yang berbau amis.<br />
2. Dampak Usaha Penggergajian dan Depo Kayu<br />
Usaha penggergajian dan Depo Kayu banyak dijumpai di Kecamatan<br />
Kandangan khususnya di Desa Samiranan, dari hasil survey di Kecamatan<br />
Kandangan usaha ini menggunakan mesin yang menimbulkan kebisingan dan<br />
sisa kayu gergaji yang sering terbawa oleh udara, sisa kayu gergaji tersebut<br />
mengandung partikel debu yang bisa mengganggu pernafasan dan sakit mata<br />
bagi orang yang melintasi tempat penggergajian tersebut.<br />
3. Dampak Usaha Perbengkelan<br />
Usaha perbengkelan yang ada di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan<br />
Ngadirejo meliputi usaha bengkel mobil dan bengkel motor.<br />
Limbah akibat usaha perbengkelan di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan<br />
Ngadirejo dapat menimbulkan pencemaran tanah, air dan udara<br />
disekitarnya. Hal ini disebabkan limbah yang dihasilkan berupa limbah cair,<br />
padat dan gas. Dampak negatif dari usaha perbengkelan yang ada di<br />
Kecamatan Kandangan dan Ngadirejo adalah :<br />
a. Pencemaran Udara dari limbah gas (asap kendaraan bermotor)<br />
Limbah gas yang dihasilkan dari usaha perbengkelan adalah dari asap<br />
kendaraan bermotor, komponen utama bahan bakar fosil ini adalah<br />
hidrogen (H) dan karbon (C), pembakaranya akan menghasilkan senyawa<br />
hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO 2 ),<br />
serta nitrogenoksida (NOX) pada kendaraan berbahan bakar bensin.<br />
Sedangkan pada kendaraan berbahan bakar solar, gas buangnya<br />
mengandung sedikit HC dan CO tetapi lebih banyak SO nya. Dari<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 64
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
senyawa-senyawa itu, HC dan CO yang paling berbahaya bagi kesehatan<br />
manusia.<br />
b. Pencemaran Air dari limbah cair<br />
Limbah cair dari usaha perbengkelan berupa oli bekas, air limbah dari<br />
usaha perbengkelan banyak terkontaminasi oleh oli (minyak pelumas)<br />
dan bahan bakar seperti bensin. Air yang terkontaminasi akan mengalir<br />
melalui saluran yang ada, sehingga air ini mudah sekali menyebarkan<br />
bahan – bahan kontaminan yang terbawa olehnya. Dari hasil wawancara<br />
dan survey di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo limbah<br />
cair dari oli bekas tersebut sering dijual ke pengepul, oli bekas jika tidak<br />
dikelola dengan baik akan menimbulkan kesan kotor dan sulit dalam<br />
pembersihanya, disamping itu oli bekas dapat membuat kondisi lantai<br />
licin yang dapat berakibat terjadi kecelakaan kerja.<br />
4. Dampak Usaha Penggilingan Padi<br />
Aktivitas utama yang cukup mempengaruhi perekonomian di Kabupaten<br />
Temanggung adalah pertanian, maka tidak heran jika banyak usaha<br />
penggilingan padi disetiap Desa, sebagai contoh di Kecamatan Kandangan<br />
dan Kecamatan Ngadirejo, hampir semua Desa di kedua Kecamatan<br />
tersebut terutama Kecamatan Kandangan banyak terdapat usaha<br />
penggilingan padi. Salah satu peningkatan teknologi pada bidang pertanian<br />
adalah penggunaan mesin traktor, mesin perontok padi dan mesin<br />
penggilingan padi menggunakan mesin diesel yang saat beroperasi dapat<br />
menghasilkan bahan pencemar udara terutama partikel debu. Hal ini<br />
merupakan potensi bahaya lingkungan kerja pertanian, sehingga secara<br />
langsung maupun tidak langsung mengancam kesehatan tenaga kerja.<br />
<strong>Lingkungan</strong> kerja mengandung debu, gas, uap, dan bising akan mengganggu<br />
produktifitas kerja. Selain itu, lingkungan kerja yang kurang diperhatikan juga<br />
dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja. Dampak pencemaran yang<br />
paling besar dalam usaha penggilingan ini adalah kebisingan dan timbulnya<br />
partikel debu yang bisa mengganggu pernafasan dan sakit mata. Timbulnya<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 65
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
kebisingan juga mengganggu pendengaran manusia yang mengakibatkan<br />
perasaan tidak nyaman.<br />
5. Dampak Usaha Peternakan dan Pemotongan Hewan<br />
Kebanyakan masyarakat yang berada di pedesaan semuanya menyatu<br />
dengan kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan pertanian secara luas<br />
kerena memang itulah keahlian mereka yang dapat digunakan untuk<br />
mempertahankan kehidupannya. Tidak heran kebanyakan petani yang ada di<br />
Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo selain mengolah<br />
sawahnya, mereka juga memelihara ternak misalnya ternak itik, ayam<br />
potong, kambing, ataupun sapi. Dampak positif dari usaha peternakan adalah<br />
memberi keuntungan yang cukup tinggi dan menjadi sumber pendapatan<br />
bagi banyak masyarakat di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan<br />
Ngadirejo. Namun demikian, sebagaimana usaha lainnya, usaha peternakan<br />
juga menghasilkan limbah yang dapat menjadi sumber pencemaran. Limbah<br />
ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti<br />
usaha pemeliharaan ternak dan rumah potong hewan Limbah tersebut<br />
meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan,<br />
embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, dan lain-lain.<br />
Kotoran sapi yang terdiri dari feces dan urine merupakan limbah ternak<br />
yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar dihasilkan oleh ternak sapi<br />
dan kambing. Dampak negatif dari limbah peternakan dan pemotongan<br />
hewan adalah limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang<br />
potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan<br />
pencemaran, sebagai contoh limbah peternakan di Kecamatan Kandangan<br />
dan pemotongan hewan yang banyak dijumpai di Kecamatan Ngadirejo<br />
banyak yang menimbulkan lalat dan bau, bau tersebut berasal dari gas<br />
metan. Limbah cair Usaha Pemotongan Hewan di Kecamatan Ngadirejo<br />
banyak yang dialirkan ke saluran air sehingga mengakibatkan kualitas air<br />
menurun, yang disebabkan oleh kandungan sulfida dan amonia.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 66
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
Tabel 4.1. Kegiatan/Usaha yang Berpotensi Mencemari <strong>Lingkungan</strong> dan<br />
Dampaknya terhadap <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
No Jenis Kegiatan Cara Pengolahan Limbah Karakteristik<br />
Padat Cair Gas<br />
Limbah<br />
1<br />
Industri tahu<br />
dan Industri<br />
tempe<br />
Pakan<br />
ternak<br />
Dibuang ke sungai,<br />
saluran air<br />
2 Peternakan Pupuk Dibuang ke<br />
tanah,sawah,saluran<br />
air<br />
3 Perbengkelan Dijual ke<br />
pengepul<br />
4 Penggilingan<br />
padi,jagung,kopi<br />
5 Penggergajian<br />
kayu<br />
Pakan<br />
ternak<br />
Alas<br />
ternak<br />
Udara<br />
terbuka<br />
Udara<br />
terbuka<br />
Dijual ke pengepul Udara<br />
terbuka<br />
- Udara<br />
terbuka<br />
- Udara<br />
terbuka<br />
Padatan total,padatan<br />
tersuspensi,suhu,warna,<br />
Bahan organik,bahan<br />
anorganik,gas<br />
(CH4,H2S,NH3,CO2)<br />
Gas Metan<br />
(CH4),Sulfida, Amoniak<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 67<br />
Dampak terhadap<br />
<strong>Lingkungan</strong><br />
Penurunan kualitas<br />
air,gangguan terhadap<br />
kehidupan<br />
biotik,gangguan<br />
kesehatan,gangguan<br />
esteika karena bau<br />
yang tidak sedap<br />
Gangguan<br />
estetika(menimbulkan<br />
bau tidak<br />
sedap),media<br />
berkembangnya<br />
lalat,menimbulkan<br />
debu,menurunkan<br />
kadar nitrogen dalam<br />
air (eutrofikasi)<br />
HC,CO,CO2,NOX Gangguan<br />
kesehatan(pernafasan),<br />
Terancamnya<br />
gangguan akuatik,oli<br />
menimbulkan kesan<br />
kotor karena susah<br />
dibersihkan<br />
Partikulat<br />
debu,gas,uap,bising<br />
Gangguan<br />
pernafasan,gangguan<br />
pendengaran,sakit<br />
mata,menurunkan<br />
produktivitas kerja<br />
Partikulat debu,bising Gangguan<br />
pernafasan,gangguan<br />
pendengaran,sakit<br />
mata,menurunkan<br />
produktivitas kerja
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
C. Sistem Pembuangan dan Pengolahan Limbah Usaha/Kegiatan di<br />
Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo Kabupaten<br />
Temanggung<br />
1. Sistem Pembuangan dan Pengolahan Limbah Produksi Makanan<br />
a. Produksi Tahu dan Tempe<br />
Kebanyakan Produksi tahu dan tempe yang ada di Kecamatan Kandangan<br />
dan Kecamatan Ngadirejo tidak mempunyai IPAL, produksi tahu dan<br />
tempe ini sebagian besar merupakan industri rumah tangga yang<br />
dikerjakan secara tradisional. Limbah cair dari produksi tahu dan tempe<br />
yang ada di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo cara<br />
pembuanganya kebanyakan dibuang ke saluran air dan sungai tanpa<br />
pengolahan terlebih dahulu, akan tetapi ada juga yang sudah mempunyai<br />
IPAL yaitu di Kelurahan Manggong Kecamatan Ngadirejo tepatnya di<br />
Dusun Gondang Nduwur yang memanfaatkan limbah cair (air manyon)<br />
sebagai biogas. Air manyon dari limbah tahu dialirkan ke inlet dan<br />
disimpan ke degister. Proses masuknya air limbah tahu sampai tersimpan<br />
didalam degister akan terjadi proses fermentasi yang menimbulkan gas<br />
metan atau biogas. Biogas yang tersimpan di dalam degister ini lalu<br />
disalurkan ke rumah warga sekitar dengan menggunakan pipa. Tempat<br />
penyimpanan air manyon atau air limbah tahu dalam degister. Di tempat<br />
penyimpanan ini proses fermentasi terjadi dan menghasilkan gas metan<br />
atau biogas. Secara ekonomis penggunaan limbah pabrik tahu untuk<br />
bahan bakar biogas ini ternyata lebih irit dan murah dibandingkan bahan<br />
bakar elpiji. Produksi tahu dan tempe yang cara pembuangan limbah<br />
cairnya langsung ke sungai dan saluran air dikarenakan kurangnya<br />
pengetahuan dan belum mengerti akan kebersihan lingkungan, disamping<br />
itu tingkat ekonomi yang masih rendah sehingga pengolahan limbah akan<br />
menjadi semakin berat bagi mereka.<br />
Limbah padat industri tahu dan tempe berupa kulit kedelai dan ampas<br />
tahu. Ampas tahu masih mengandung kadar protein cukup tinggi sehingga<br />
masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak dan ikan.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 68
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
b. Produksi Krupuk<br />
Dari hasil survey di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo<br />
limbah padat produksi krupuk yang berbahan baku dari ketela sering<br />
dipergunakan untuk pakan ternak, sedangkan cara pembuangan limbah<br />
cair dari produksi krupuk tersebut kebanyakan dibuang ke saluran air.<br />
2. Sistem Pembuangan dan Pengolahan Limbah Penggergajian dan Depo<br />
Kayu<br />
Adanya limbah penggergajian kayu dapat menimbulkan masalah bagi<br />
lingkungan sekitar lokasi penggergajian, penanganannya yang selama ini<br />
dibiarkan membusuk, ditumpuk dan dibakar yang semuanya berdampak<br />
negatif terhadap lingkungan penanggulangannya perlu dipikirkan. Salah satu<br />
jalan yang dapat ditempuh adalah memanfaatkannya menjadi produk yang<br />
bernilai tambah dengan teknologi aplikatif dan kerakyatan sehingga hasilnya<br />
mudah disosialisasikan kepada masyarakat. Untuk industri besar dan<br />
terpadu, limbah serbuk kayu gergaji sudah dimanfaatkan menjadi bentuk<br />
briket arang dan arang aktif yang dijual secara komersial. Namun untuk<br />
industri penggergajian kayu skala industri kecil yang tersebar di pedesaan,<br />
limbah ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Seperti usaha penggergajian<br />
kayu di Kecamatan Kandangan, limbah padat kebanyakan hanya digunakan<br />
untuk alas ternak, mereka belum begitu mengerti akan potensi serbuk kayu<br />
gergaji yang bisa dimanfaatkan secara maksimal yang bisa meningkatkan nilai<br />
ekonomi selain dimanfaatkan untuk alas ternak.<br />
3. Sistem Pembuangan dan Pengolahan Limbah Perbengkelan<br />
Dari hasil survey di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo<br />
sistem pembuangan limbah cairnya dibuang ke saluran yang ada, limbah cair<br />
yang berupa oli dan limbah padat yang berupa sparepart dan onderdil-<br />
onderdil bekas dijual ke pengepul. Walaupun kebanyakan limbah dari usaha<br />
perbengkelan sudah dibuang ke pengepul, tetap saja tempat usaha<br />
perbengkelan masih terkesan kotor dan kumuh. Hal tersebut karena adanya<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 69
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
sisa ceceran oli bekas dan sisa bahan bakar (bensin, solar) yang sulit<br />
dibersihkan dan mengakibatkan lantai licin.<br />
4. Sistem Pembuangan dan Pengolahan Limbah Penggilingan Padi<br />
Proses pengolahan padi menjadi beras melalui tahapan yang sederhana yakni<br />
(a) pemisahan kotoran, (b) pengeringan dan penyimpanan padi, (c)<br />
pengupasan kulit (husking), (d) penggilingan (milling), dan (e) pengemasan<br />
dan distribusi. Limbah dari penggilingan padi yang banyak dihasilkan adalah<br />
dedak dan sekam. Di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo<br />
dedak digunakan untuk pakan ternak. Dedak adalah bagian padi yang<br />
mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi seperti minyak, vitamin, protein<br />
dan mineral. Sejauh ini, dedak bukan lagi sebagai limbah tetapi telah menjadi<br />
hasil samping yang mempunyai pasar tersendiri. Manfaat utama dedak adalah<br />
untuk pakan ternak.<br />
5. Sistem Pembuangan dan Pengolahan Limbah Peternakan dan<br />
Pemotongan Hewan<br />
Limbah peternakan dan rumah pemotongan hewan dapat dimanfaatkan<br />
untuk berbagai kebutuhan, apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui<br />
(renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih mengandung nutrisi<br />
atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan<br />
nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen<br />
(BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain<br />
(unidentified subtances). Di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo<br />
kebanyakan limbah padat dimanfaatkan untuk pupuk. Permasalahan limbah<br />
ternak, dapat diatasi dengan memanfaatkan menjadi bahan yang memiliki<br />
nilai yang lebih tinggi. Salah satu bentuk pengolahan yang dapat dilakukan<br />
adalah menggunakan limbah tersebut sebagai bahan masukan untuk<br />
menghasilkan bahan bakar gasbio. Gasbio adalah campuran beberapa gas,<br />
tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan<br />
organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas metan<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 70
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
(CH 4 ) dan gas karbondioksida (CO 2 ). Kotoran ternak sapi sangat baik<br />
untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas. Ternak sapi<br />
mempunyai sistem pencernaan khusus yang menggunakan mikroorganisme<br />
dalam sistem pencernaannya yang berfungsi untuk mencerna selulosa dan<br />
lignin dari rumput atau hijauan berserat tinggi. Oleh karena itu pada tinja<br />
ternak sapi mempunyai kandungan selulosa yang cukup tinggi. Di Kecamatan<br />
Ngadirejo tepatnya di Kelurahan Manggong ada 2 usaha peternakan yang<br />
sudah memanfaatkan limbah padat untuk biogas, sedangkan di Kecamatan<br />
Kandangan terdapat di Kelurahan Caruban. Limbah cair dari usaha<br />
peternakan di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo sering<br />
dibuang ke sawah dan saluran air terdekat.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 71
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
A. Kesimpulan<br />
BAB V<br />
PENUTUP<br />
Pencemaran lingkungan terjadi akibat adanya aktivitas manusia,<br />
pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan kebutuhan ekonomi<br />
yang semakin mendesak didukung oleh perkembangan teknologi yang<br />
semakin canggih mendorong manusia melakukan kegiatan atau aktivitas yang<br />
berakibat buruk bagi lingkungan.<br />
Dari data dan hasil survey yang dilakukan di 2 Kecamatan di Kabupaten<br />
Temanggung yaitu di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo,<br />
beberapa usaha/kegiatan yang ada di kedua kecamatan tersebut berdampak<br />
negatif bagi lingkungan, hal ini terjadi karena belum adanya pengelolaan<br />
limbah yang baik dan masih kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan<br />
lingkungan, disamping itu tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keadaan<br />
ekonomi yang rendah mengakibatkan masyarakat berpikir dua kali untuk<br />
mengolah limbahnya. Usaha/Kegiatan yang ada di Kecamatan Kandangan dan<br />
Kecamatan Ngadirejo yang paling besar menghasilkan limbah dan<br />
menyebabkan ketidaknyamanan warga sekitarnya adalah industri rumah<br />
tangga seperti industri tahu dan tempe dan usaha peternakan, hal ini terjadi<br />
karena usaha tersebut lokasinya dekat dengan pemukiman.<br />
Umumnya limbah yang dibuang ke lingkungan menunjukkan kesan<br />
buruk karena sifat-sifatnya yang khas dan cenderung menurunkan mutu, fungsi<br />
dan kemampuan lingkungan. Limbah yang merupakan sisa pembuangan dari<br />
suatu proses kegiatan manusia dapat berbentuk padat, cair dan gas. Dari segi<br />
estetika sangat kotor, tidak enak dipandang dan juga dari segi bau sangat<br />
mengganggu. Dengan demikian secara langsung maupun tidak langsung limbah<br />
menimbulkan ketidaknyamanan bagi warga disekitarnya sebab pembuangan<br />
limbah ke lingkungan umumnya tidak diikuti dengan upaya pengelolaan<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 72
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
maksimal, karena selalu dikaitkan dengan teknologi dan pengelolaan yang<br />
relatif mahal.<br />
Limbah yang dibuang terus-menerus tanpa ada pengelolaan yang<br />
maksimal dapat menimbulkan gangguan keseimbangan lingkungan. Oleh<br />
karenanya, orang cenderung mengatakan telah terjadi pencemaran, yaitu suatu<br />
keadaan di mana zat atau energi diintroduksikan ke dalam lingkungan oleh<br />
suatu kegiatan manusia atau oleh proses alam dalam konsentrasi sedemikian<br />
rupa sehingga menyebabkan lingkungan tidak berfungsi seperti semula dalam<br />
arti kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan hayati (Danusaputro, 1978).<br />
B. Saran<br />
Manusia sebagai makhluk yang tertinggi derajatnya di dunia dituntut<br />
agar dapat melestarikan “arti penting” kesehatan dan pengelolaan lingkungan<br />
bagi segala kehidupan di dunia. Artinya manusia tidak sepantasnya hanya<br />
mengeruk keuntungan demi tercapainya keadaan ekonomi yang meningkat,<br />
melainkan mempunyai kewajiban untuk memelihara lingkungan tersebut, agar<br />
lingkungan tetap dapat berfungsi memberikan atau menyediakan sumber<br />
kehidupan dan kenyamanan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya yang<br />
tumbuh dan berkembang di dunia.<br />
Adanya limbah yang menyebabkan pencemaran di Kabupaten<br />
Temanggung akibat adanya Usaha/Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat,<br />
merupakan kewajiban dan tanggung jawab bagi kita semua, baik Pemerintah<br />
maupun masyarakat Kabupaten Temanggung. Saran yang dapat disampaikan<br />
dari Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi Mencemari<br />
<strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut :<br />
1. Penanggulangan secara edukatif dengan mengadakan kegiatan penyuluhan<br />
masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya<br />
kelestarian alam.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 73
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
2. Penanggulangan secara teknologis, adalah dengan cara membangun unit<br />
pengolah limbah. Pengolahan limbah yang mengolah limbah cair sebelum<br />
dibuang ke lingkungan dapat dilakukan dengan cara :<br />
a. Pengolahan secara biologis :<br />
Pengolahan limbah secara biologis dengan menggunakan mikroba, yaitu<br />
dengan menggunakan bakteri pengurai limbah seperti mikroorganisme,<br />
bentos, mikroinvertebrata, dan ganggang yang bisa digunakan sebagai<br />
indikator biologis.<br />
b. Pengolahan secara kimiawi<br />
Pengolahan limbah secara kimiawi biasanya dilakukan untuk<br />
mengetahui kadar CO 2 , pH (keasaman), kadar logam dan logam berat.<br />
c. Pengolahan secara fisik<br />
Pengolahan limbah secara fisik yaitu pengolahan limbah yang<br />
mengukur tentang warna, rasa, bau, suhu, kekeruhan, dan<br />
radioaktivitas.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 74
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
1. Arya Wardhana, Wisnu., 2001. Dampak Pencemaran <strong>Lingkungan</strong>, ANDI,<br />
Yogyakarta.<br />
2. Djajadiningrat, Surna., 1990. Kualitas <strong>Lingkungan</strong>, Kantor Menteri Negara<br />
Kependudukan dan <strong>Lingkungan</strong> <strong>Hidup</strong>.<br />
3. E, Soeriaatmadja., 1981. Ilmu <strong>Lingkungan</strong>, ITB, Bandung.<br />
4. Effendi, Hefni., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya<br />
dan <strong>Lingkungan</strong> Perairan, Kanisius, Yogyakarta.<br />
5. Fandeli, Chafid., 2003. Analisis Mengenai Dampak <strong>Lingkungan</strong> Prinsip Dasar<br />
dan Pemaparanya dalam Pembangunan, Liberty,<br />
Yogyakarta.<br />
6. Manahan, Stanley E., 1994. Environmental Chemistry. Lewis Publisher.<br />
Boston.<br />
7. Saeni, MS., 1989. Kimia <strong>Lingkungan</strong>, IPB, Bogor.<br />
8. Temanggung Dalam Angka 2010, Kerjasama <strong>Badan</strong> Perencanaan<br />
Pembangunan Daerah dan <strong>Badan</strong> Pusat Statistik<br />
Kabupaten Temanggung.<br />
9. Wasilah, AS., Rukaesih, A., 2004. Kimia <strong>Lingkungan</strong>, Andi, Yogyakarta.<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 75
Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />
Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />
BLH Kabupaten Temanggung 2011 76