28.04.2013 Views

Download - Badan Lingkungan Hidup

Download - Badan Lingkungan Hidup

Download - Badan Lingkungan Hidup

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

A. Latar Belakang<br />

BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk<br />

meningkatkan kualitas hidupnya, sudah terbukti bahwa industri dan teknologi<br />

yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik, jadi kemajuan<br />

industri dan teknologi berdampak positif terhadap lingkungan hidup karena<br />

meningkatkan kualitas hidup manusia, namun disisi lain manusia juga ketakutan<br />

akan adanya pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia<br />

yaitu industri dan kemajuan teknologi tersebut.<br />

Dampak pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh dan berakibat<br />

kepada lingkungan alam saja, tetapi berakibat dan berpengaruh terhadap<br />

kehidupan tanaman, hewan, dan juga manusia. Pencemaran yang masuk melalui<br />

jalur makanan dan berada dalam daur pencemaran lingkungan cepat atau<br />

lambat akan sampai juga dampaknya pada manusia. Oleh sebab itu manusia<br />

dalam upayanya memperoleh kualitas dan kenyamanan hidup yang lebih baik,<br />

perlu juga untuk memperhatikan hal-hal apakah yang nantinya akan membuat<br />

terjadinya kerusakan lingkungan, sehingga kita akan membuat suatu upaya agar<br />

lingkungan alam yang kita manfaatkan Sumber Daya Alamnya, segera dilakukan<br />

proses rehabilitasi terhadap alam untuk mencegah terjadinya kerusakan yang<br />

lebih parah lagi.<br />

Semakin kompleksnya permasalahan lingkungan hidup yang terjadi<br />

merupakan akibat dari kegiatan pembangunan yang dilakukan manusia untuk<br />

mencapai kesejahteraan hidupnya. Berbagai fakta menunjukkan kurangnya<br />

keterlibatan masyarakat dalam upaya pengelolaan maupun pelestarian<br />

lingkungan hidup. Hal ini jelas terlihat dari rendahnya tingkat partisipasi<br />

masyarakat dalam berbagai kegiatan pengendalian pencemaran, kerusakan<br />

ataupun pelestarian lingkungan hidup. Ulah manusia yang tidak terarah<br />

seringkali menyebabkan kerusakan lingkungan, mereka hanya mengejar<br />

keuntungan sebesar-besarnya dalam waktu yang singkat tanpa memikirkan<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 1


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

kelestarian alam. Merusak lingkungan hidup secara sadar ataupun tidak, akan<br />

berakibat mengancam kehidupan manusia itu sendiri.<br />

Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup<br />

mengalami perubahan, sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun<br />

fungsinya terganggu. Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur materi terjadi<br />

karena proses alam atau juga karena perbuatan manusia. Dalam abad modern<br />

ini banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan<br />

biologis dan kebutuhan teknologi sehingga banyak menimbulkan pencemaran<br />

lingkungan. Manusia merupakan satu-satunya komponen <strong>Lingkungan</strong> <strong>Hidup</strong><br />

biotik yang mempunyai kemampuan untuk dengan sengaja merubah keadaan<br />

lingkungan hidup. Dalam usaha merubah lingkungan hidupnya ini dengan<br />

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat menimbulkan<br />

masalah yang disebut pencemaran. Manusia juga dapat merubah keadaan<br />

lingkungan yang tercemar akibat perbuatannya ini menjadi keadaan lingkungan<br />

yang lebih baik, menjadi keadaan seimbang, dapat mengurangi terjadinya<br />

pencemaran lingkungan, bahkan diharapkan untuk dapat mecegah terjadinya<br />

pencemaran.<br />

Ditinjau dari segi ilmu kimia yang disebut pencemaran lingkungan adalah<br />

peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar tertentu yang dapat merubah<br />

keadaan keseimbangan pada daur materi, baik keadaan struktur maupun<br />

fungsinya sehingga mengganggu kesejahteraan manusia. Pencemaran lingkungan<br />

ini perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak, karena<br />

pencemaran lingkungan dapat menimbulkan gangguan terhadap kesejahteraan<br />

kesehatan bahkan dapat berakibat terhadap jiwa manusia.<br />

Berdasarkan medium fisik lingkungan tempat tersebarnya bahan kimia ini,<br />

maka pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh bahan kimia dapat dibagi<br />

menjadi tiga jenis pencemaran, yaitu :<br />

1. Pencemaran tanah<br />

2. Pencemaran udara<br />

3. Pencemaran air<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 2


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

Perubahan keadaan bahan kimia yang tersebar dalam ketiga medium fisik<br />

lingkungan ini, baik secara langsung maupun tidak, dapat akan berpengaruh<br />

terhadap kesejahteraan hidup manusia dan mahluk hidup lainnya. Pengaruh ini<br />

dapat terjadi dalam penggunaan : Medium air, untuk keperluan minum,<br />

memasak, sebagai pembersih, untuk keperluan industri dan pertanian.<br />

Medium tanah, untuk pertanian, tempat rekreasi, tempat olah raga, tempat<br />

tinggal dan sebagainya. Medium udara, semua makhluk hidup memerlukan<br />

udara untuk bernafas, tanpa udara di bumi ini tidak akan ada kehidupan.<br />

Bahan-bahan kimia yang kehadirannya dalam lingkungan hidup dapat<br />

menyebabkan terganggunya kesejahteraan hidup manusia, hewan maupun<br />

tumbuh-tumbuhan disebut bahan pencemar. Sebagai sumber utama terjadinya<br />

pencemar adalah :<br />

1. Proses- proses alam, antara lain pembusukan secara biologis, aktivitas<br />

gunung berapi, terbakarnya semak-semak, dan halilintar.<br />

2. Perbuatan/aktivitas manusia, seperti :<br />

a. Hasil pembakaran bahan bakar yang terjadi pada industri dan kendaraan<br />

bermotor<br />

b. Pengolahan dan penyulingan bijih tambang mineral dan batubara<br />

c. Proses-proses dalam pabrik<br />

d. Sisa-sisa buangan dari aktivitas-aktivitas tersebut diatas<br />

Pencemaran lingkungan ini sudah terjadi sejak jaman dahulu kala, sejak<br />

adanya manusia, tetapi baru abad 20 pencemaran yang diakibatkan karena<br />

manusia ini menjadi pokok bahasan pada semua kalangan masyarakat.<br />

Faktor-faktor penyebab terjadinya pencemaran lingkungan sebagai hasil<br />

sampingan perbuatan manusia meliputi :<br />

1. Faktor Industrialisasi<br />

2. Faktor Urbanisasi<br />

3. Faktor Kepadatan Penduduk<br />

4. Faktor Cara <strong>Hidup</strong><br />

5. Faktor Perkembangan Ekonomi<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 3


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

Faktor-faktor di atas saling mempengaruhi secara kompleks. Apabila<br />

salah satu faktor terjadi, maka faktor lainnya dapat terjadi, dengan demikian<br />

terjadinya pencemaran lingkungan tidak dapat dihindari.<br />

antara lain :<br />

Contoh-contoh faktor-faktor yang sangat mengganggu lingkungan hidup<br />

1. Faktor Industrialisasi<br />

a. Pertambangan, transportasi, penyulingan dan pengolahan bahan hingga<br />

menghasilkan barang yang dapat digunakan.<br />

b. Pertambangan, transportasi, penyulingan dan penggunaan bahan bakar<br />

untuk menghasilkan energi.<br />

c. Sisa-sisa buangan yang dihasilkan sebagai hasil sampingan selama proses-<br />

proses di atas.<br />

2. Faktor Urbanisasi<br />

a. Pembukaan hutan untuk perkampungan, industri dan sistem<br />

transportasi.<br />

b. Penimbunan atau menumpuknya sisa-sisa buangan/sampah dan hasil<br />

samping selama proses-proses di atas.<br />

3. Faktor Kepadatan Penduduk<br />

a. Meningkatnya kebutuhan tempat tinggal/perumahan.<br />

b. Meningkatnya kebutuhan pangan dan kebutuhan energi.<br />

c. Meningkatnya kebutuhan barang-barang konsumsi dan bahan-bahan<br />

untuk hidup.<br />

4. Faktor Cara <strong>Hidup</strong><br />

a. Penggunaan barang kebutuhan secara berlebihan sehingga terbuang<br />

percuma.<br />

b. Tuntutan akan kemewahan.<br />

c. Pemborosan energi.<br />

5. Faktor Perkembangan Ekonomi<br />

a. Meningkatnya penggunaan bahan sumber energi, misal Bahan Bakar<br />

Minyak (BBM), hasil hutan.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 4


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

b. Meningkatnya sisa-sisa buangan sebagai hasil sampingan produksi barang-<br />

barang kepentingan dalam pabrik dan meningkatnya bahan pencemar.<br />

Untuk menjadi pertimbangan dan pemikiran untuk pengelolaan<br />

lingkungan di masa mendatang, perlu diperhatikan hal-hal seperti berikut<br />

misalnya :<br />

1. Perkembangan dinamika pembangunan dalam bidang industri dan<br />

kegiatan usaha selalu berubah dengan cepat, dan sering kali berada diluar<br />

kendali atau diluar rencana tata ruang yang telah digariskan dalam master<br />

plan wilayah. Padahal pengembangan kegiatan usaha/industri adalah<br />

bagian dari keinginan manusia untuk meningkatkan kualitas dan<br />

kenyamanan hidup. Dengan semangat otonomi daerah maka tanggung<br />

jawab utama kerusakan suatu wilayah akibat adanya kegiatan usaha /<br />

industri mestinya berada di tangan pemerintah daerah. Oleh sebab itu<br />

pemerintah daerah sudah seharusnya mengawal pembangunan kawasan<br />

dengan ketat, dengan berpedoman pada pengembangan kawasan yang<br />

berwawasan lingkungan serta berdasar master plan wilayah yang<br />

dirancang secara terpadu dan terintegrasi.<br />

2. Banyak kasus-kasus pencemaran lingkungan yang terjadi adalah disebabkan<br />

terganggunya fungsi/kemampuan daya dukung tanah yaitu berkurangnya<br />

proses pengembalian keseimbangan lingkungan/ekologi. Kasus ini lebih<br />

kentara lagi terjadi di kawasan padat pemukiman. Padahal kegiatan usaha<br />

manusia/industri membuang limbah pada lingkungan tanpa memperhatikan<br />

daya dukung alam. Oleh sebab itu perencanaan pengolahan limbah yang<br />

sering kali juga dikatakan sebagai upaya pengendalian pencemaran<br />

lingkungan, walaupun pendapat ini tidaklah dapat dikatakan benar<br />

sepenuhnya.<br />

3. Sistem pengendalian pencemaran lingkungan telah menjadi salah satu<br />

infrastruktur perkotaan yang sangat penting. Bahkan kualitas suatu kota<br />

dapat diukur dari kualitas sistem pengendalian pencemaran lingkungan yang<br />

dimillikinya dimana sistem ini harus memperhatikan banyak faktor dan<br />

keterlibatan semua pihak agar mengurangi terjadinya kegagalan.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 5


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

4. Persoalan pencemaran lingkungan dewasa ini telah merupakan persoalan<br />

sosial kemasyarakatan. Permasalahan ini tidak hanya dapat dilihat dari aspek<br />

penyelesaian teknis dan ilmu pengetahuan semata, oleh karenanya harus<br />

melibatkan seluruh komponen masyarakat. Sikap dan perilaku masyarakat<br />

juga dapat menimbulkan dampak pencemaran lingkungan ini. Peran serta<br />

masyarakat tentang pengendalian pencemaran lingkungan, dapat<br />

meminimalkan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan dan dapat<br />

menjadikan lingkungan yang memberikan kenyamanan pada kelangsungan<br />

kehidupan ini.<br />

B. Maksud dan Tujuan<br />

Maksud dan tujuan dari Kegiatan ini adalah melindungi lingkungan di<br />

Kabupaten Temanggung akibat dari kegiatan/usaha yang berpotensi mencemari<br />

lingkungan dan meminimalisir akibat pencemaran lingkungan dengan<br />

merencanakan instalasi untuk mengurangi/menghilangkan pencemaran<br />

lingkungan.<br />

Tujuan dari Inventarisasi kegiatan/usaha yang berpotensi mencemari<br />

lingkungan di Kabupaten Temanggung ini adalah :<br />

1. Menyediakan data/informasi dan dokumentasi untuk meningkatkan kualitas<br />

pengambilan keputusan pada semua tingkat dengan memperhatikan aspek<br />

daya dukung alam serta daya tampung lingkungan hidup.<br />

2. Meningkatkan mutu informasi tentang lingkungan hidup sebagai bagian dari<br />

sistim pelaporan publik serta sebagai bentuk dari akuntabilitas publik.<br />

3. Sebagai salah satu sumber informasi dalam rencana penyusunan sarana<br />

pengelolaan lingkungan hidup dimasa yang akan datang.<br />

4. Menyediakan sumber informasi utama bagi Rencana Kerja Pembangunan<br />

Daerah ( RKPD ) dan Program Pembangunan Daerah (Properda).<br />

5. Menyediakan informasi lingkungan hidup sebagai sarana publik untuk<br />

melakukan pengawasan dan penilaian pelaksanaan Tata <strong>Lingkungan</strong> (Good<br />

Environmental Governance) serta sebagai landasan publik untuk berperan<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 6


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

C. Sasaran<br />

serta dalam menentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan bersama<br />

dengan pemerintah.<br />

Adapun sasaran yang ingin dicapai dari Kegiatan Inventarisasi<br />

Kegiatan/Usaha yang Berpotensi Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten<br />

Temanggung adalah terlaksananya kegiatan pemantauan kualitas lingkungan<br />

yang efektif, efisien, dan berkelanjutan dalam mendukung pelestarian kualitas<br />

lingkungan hidup di Kabupaten Temanggung.<br />

Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di<br />

Kabupaten Temanggung ini dimaksudkan untuk dapat menjadi bahan<br />

pertimbangan dalam penyusunan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang<br />

mana dalam hal ini akan dapat diperoleh data dan informasi tentang potensi<br />

cemaran. Diharapkan dari laporan ini dapat diketahui kondisi lingkungan yang<br />

ada dan bagaimana pemanfaatan data potensi cemaran yang tersedia sehingga<br />

diperoleh data dan informasi yang mendukung program-program<br />

pembangunan yang berkelanjutan di Kabupaten Temanggung.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 7


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

A. Letak Geografi<br />

BAB II<br />

GAMBARAN UMUM KABUPATEN<br />

TEMANGGUNG<br />

Secara geografis Kabupaten Temanggung merupakan bagian dari propinsi<br />

Jawa Tengah yang terletak antara 110°23’ - 110°46’30” Bujur Timur dan 7°14’-<br />

7°32’35” Lintang Selatan. Luas Daerah adalah 87.065 Ha yang merupakan<br />

cekungan artinya rendah di bagian tengah, sedangkan sekelilingnya terbentuk<br />

dari pegunungan, bukit atau gunung.<br />

Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan dataran<br />

tinggi antara 500 – 1450 m diatas permukaan air laut, dengan keadaan 50%<br />

dataran tinggi dan 50% dataran rendah.<br />

Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Temanggung adalah :<br />

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Kabupaten<br />

Semarang.<br />

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang<br />

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo<br />

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten<br />

Magelang<br />

Secara administrasi Kabupaten Temanggung meliputi 20 Kecamatan yang<br />

terdiri dari 289 Desa/Kelurahan. Dari 20 Kecamatan tersebut yang terjauh<br />

adalah Kecamatan Tretep berjarak sekitar 40 km dari pusat kota dan terdekat<br />

adalah Kecamatan Kranggan dengan jarak sekitar 4 km dari pusat kota. Belum<br />

seluruh daerah Kecamatan di Kabupaten Temanggung terjangkau oleh sarana<br />

transportasi, sarana transportasi baru pada daerah-daerah yang relatif dekat<br />

dan tidak terlalu curam serta banyak belokan-belokan.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 8


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

Adapun jumlah desa dan luas menurut kecamatan adalah sebagai berikut :<br />

No.<br />

1.<br />

2.<br />

3.<br />

4.<br />

5.<br />

6.<br />

7.<br />

8.<br />

9.<br />

10.<br />

11.<br />

12.<br />

13.<br />

14.<br />

15.<br />

16.<br />

17.<br />

18.<br />

19.<br />

20.<br />

Tabel 2.1 Jumlah Desa dan Luas Wilayah per Kecamatan di Kabupaten<br />

Kecamatan<br />

Parakan<br />

Kledung<br />

Bansari<br />

Bulu<br />

Temanggung<br />

Tlogomulyo<br />

Tembarak<br />

Selopampang<br />

Kranggan<br />

Pringsurat<br />

Kaloran<br />

Kandangan<br />

K e d u<br />

Ngadirejo<br />

J u m o<br />

Gemawang<br />

Candiroto<br />

Bejen<br />

Tretep<br />

Wonoboyo<br />

Jumlah<br />

Temanggung<br />

Jumlah Desa/ Kelurahan<br />

Luas Wilayah (Ha)<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 9<br />

16<br />

13<br />

13<br />

19<br />

25<br />

12<br />

13<br />

12<br />

13<br />

14<br />

14<br />

16<br />

14<br />

20<br />

13<br />

10<br />

14<br />

14<br />

11<br />

13<br />

289<br />

Sumber data : BPS Kabupaten Temanggung<br />

2.223<br />

3.221<br />

2.254<br />

4.034<br />

3.339<br />

2.484<br />

2.684<br />

1.729<br />

5.761<br />

5.728<br />

6.392<br />

7.836<br />

3.496<br />

5.331<br />

2.932<br />

6.711<br />

5.994<br />

6.884<br />

3.365<br />

4.398<br />

87.065


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

9210000<br />

9200000<br />

9190000<br />

KABUPATEN<br />

WO NO SOBO<br />

B. Topografi<br />

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Temanggung<br />

390000<br />

}<br />

Tretep<br />

390000<br />

}<br />

Wonoboyo<br />

}<br />

Ngadirejo<br />

}<br />

}<br />

Bansari<br />

Kledung<br />

KABUPATEN<br />

KENDAL<br />

}<br />

}<br />

400000<br />

Bejen<br />

Candiroto<br />

KABUPATEN<br />

M AGELANG<br />

Jumo<br />

Parakan<br />

400000<br />

}<br />

}<br />

Gemawang<br />

}<br />

Bulu<br />

Tlogomulyo<br />

}<br />

Kedu<br />

}<br />

}<br />

Selopampang<br />

} û<br />

}<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 10<br />

410000<br />

Tembarak<br />

Kandangan<br />

Temanggung<br />

}<br />

}<br />

410000<br />

}<br />

}<br />

Kranggan<br />

Kaloran<br />

420000<br />

Pringsurat<br />

420000<br />

KABUPATEN<br />

SEMARANG<br />

}<br />

9210000<br />

9200000<br />

9190000<br />

REVISI RTRW<br />

KABUPATEN TEMANGGUNG<br />

PETA ADMINISTRASI<br />

KABUPATEN TEMANGGUNG<br />

Bansari<br />

Bejen<br />

Bulu<br />

Candiroto<br />

Gemawang<br />

Jumo<br />

Kaloran<br />

Kandangan<br />

Kedu<br />

Kledung<br />

Sis tem Proy eksi : U niversal Transv er M ercator<br />

Da tum : W GS 84<br />

Zo ne : 49<br />

Kabupaten Temangg ung<br />

KETERANG AN<br />

û Ibu Kota Kabupaten<br />

}<br />

Ibu Kota Kecamatan<br />

Su m b e r<br />

Peta Rupa Bumi Indon esia (RBI) Skala 1 : 25 .00 0, Sheet T emanggu ng<br />

SK ALA 1: 1 50 .0 00<br />

1.5 0 1.5 3Km<br />

Batas Kabupaten<br />

Batas Kecamatan<br />

Jalan Negara<br />

Jalan Propinsi<br />

Jalan Kabupaten<br />

Jalan Desa<br />

JAW A T EN GAH<br />

Kranggan<br />

Ngadirejo<br />

Parakan<br />

Pringsurat<br />

Selopampang<br />

Tem anggung<br />

Tem barak<br />

Tlogomulyo<br />

Tretep<br />

Wonoboyo<br />

Keadaan rupa bumi ( topografi ) daerah Kabupaten Temanggung secara<br />

umum dapat diuraikan sebagai berikut :<br />

Bentuk Kabupaten Temanggung merupakan cekungan artinya rendah<br />

dibagian tengah, sedangkan sekelilingnya berbentuk pegunungan, bukit atau<br />

gunung.<br />

Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan dataran<br />

dengan ketinggian 500 -1450 m di atas permukaan air laut. Dengan keadaan<br />

tanah sekitar 50 % dataran tinggi dan 50 % dataran rendah. Sedangkan<br />

kemiringan tanah di Kabupaten Temanggung bervariasi, antara datar, hampir<br />

datar, landai, agak terjal, hampir terjal, terjal dan sangat terjal, sebagaimana<br />

terlihat pada kelas lereng di bawah ini :<br />

- Lereng 0 – 2 % seluas 968 Ha<br />

- Lereng 2 – 15 % seluas 32.492 Ha<br />

- Lereng 15 – 40% seluas 31.232 Ha<br />

- Lereng > 40% seluas 17.963 Ha<br />

U<br />

1


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

Secara umum Kabupaten Temanggung memiliki dua musim yaitu :<br />

- Musim kemarau antara bulan April sampai dengan bulan September.<br />

- Musim penghujan antara bulan Oktober sampai dengan bulan Maret.<br />

Dengan rata-rata curah hujan tahunan pada umumnya cukup tinggi.<br />

Daerah Kabupaten Temanggung pada umumnya berhawa dingin dimana<br />

udara pegunungan berkisar antara 20° C - 30° C. Daerah berhawa sejuk<br />

terutama di daerah Kecamatan Tretep, Bulu (lereng Gunung Sumbing),<br />

Kecamatan Tembarak, Kecamatan Ngadirejo dan Kecamatan Candiroto.<br />

Gunung-gunung tertinggi adalah Gunung Sumbing ( ± 3260 m ) dan<br />

Gunung Sindoro ( ± 3153 m ). Adapun sungai-sungai yang tergolong besar<br />

antara lain : Waringin, Lutut, Elo, Progo, Kuas, Galeh dan Tingal.<br />

C. Geologi<br />

Geologi Kabupaten Temanggung tersusun dari batuan beku yaitu<br />

sediman dari piroklastik gunung api Sindoro Sumbing dan sekitarnya.<br />

Piroklastik ini ukurannya bervariasi antara blek, gragal, krikil, pasir debu dan<br />

lempung sebagai akibat dari muntahan materi piroklastik gunung api yang<br />

mengendap kemudian membentuk daerah alluvial atau sedimen, sehingga<br />

terjadi berlapis, dimana butiran besar terletak di bawah. Lapisan atas mudah<br />

sekali dipengaruhi oleh tenaga eksogen dan mampu menyerap atau menahan<br />

air. Morfologi Kabupaten Temanggung pada dasarnya dibentuk oleh sedimen<br />

atau alluvial, sedangkan dataran tinggi dibentuk oleh pegunungan perbukitan<br />

yang keadaannya bergelombang.<br />

Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan dataran<br />

dengan ketinggian antara 500 -1450 m di atas permukaan air laut. Dengan<br />

keadaan tanah sekitar 50% dataran tinggi dan 50 % dataran rendah. Adapun<br />

jenis tanahnya sebagai berikut :<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 11


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

1. Latosol Coklat seluas 26.563,47 Ha ( 32,13 % ) membentang di tengah-<br />

tengah wilayah Kabupaten Temanggung dari arah Barat Laut ket Tenggara.<br />

2. Latosol Coklat Kemerahan seluas 7.879,93 Ha ( 9,53 % ) membentang<br />

sebagaian besar di bagian Timur – Tenggara.<br />

3. Latosol Merah Kekuningan seluas 29.909,08 Ha ( 35,33 % ) membentang di<br />

bagian Timur dan Barat.<br />

4. Regosol seluas 16.873,97 Ha ( 20,14 % ) membentang sebagian di sekitar<br />

kali Progo dan lereng-lereng terjal.<br />

5. Andosol seluas 2.249, 55 Ha ( 2,60 % ) membentang di alluvial antar bukit.<br />

D. Kondisi Tata Ruang<br />

Kabupaten Temanggung merupakan wilayah yang memiliki banyak<br />

sumber daya alam, sumberdaya binaan dan kegiatan sosial ekonomi yang<br />

beragam. Dalam rangka mengurangi kesenjangan perkembangan tiap wilayah,<br />

maka diperlukan adanya intervensi yang dapat memberikan fungsi dan peran<br />

yang jelas untuk setiap wilayah sesuai dengan potensi, hambatan dan<br />

tantangannya dalam bentuk suatu rencana struktur yang mempunyai hirarki<br />

keruangan.<br />

Struktur ruang adalah suatu sistim yang menggambarkan karakter<br />

pemanfaatan ruang yang terdiri dari strata pusat-pusat pelayanan atau hirarki<br />

pusat yang terkait dengan pola transportasi dan sistim prasarana wilayah<br />

lainnya dalam ruang wilayah daerah. Struktur ruang wilayah diwujudkan<br />

berdasarkan arahan pengembangan sistim pusat pemukiman pedesaan<br />

dan sistim pusat pemukiman perkotaan serta arahan sistim prasarana<br />

wilayah.<br />

1. Rencana Sistim Pedesaan<br />

Rencana sistim pedesaan di Kabupaten Temanggung di arahkan pada usaha<br />

pemerataan pembangunan untuk mengurangi kesenjangan antara desa dan<br />

kota. Untuk itu diperlukan usaha guna mengurangi hambatan strategis serta<br />

kondisi geografis, sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Sarana dan<br />

prasarana transportasi adalah kunci awal pembangunan pedesaan.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 12


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

Berdasarkan hal tersebut perlu adanya pelayanan angkutan pedesaan yang<br />

menjangkau seluruh pelosok desa.<br />

Salah satu penyebab ketertinggalan kawasan pedesaan dibanding perkotaan<br />

karena adanya keterkaitan pedesaan dan perkotaan yang tidak seimbang dan<br />

kurangnya akses yang dimiliki masyarakat pedesaan. Akses tersebut meliputi<br />

akses fisik yakni jalan raya dan akses non fisik berupa kesempatan.<br />

Perencanaan sistem pedesaan meliputi :<br />

a. Membuka daerah terisolir<br />

b. Memperluas jangkauan pelayanan angkutan umum pedesaan<br />

c. Meningkatkan peranan kawasan perbatasan<br />

d. Mengembangkan potensi desa<br />

e. Meningkatkan partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan<br />

f. Penataan pemukiman pedesaan<br />

g. Mengefektifkan lembaga-lembaga desa<br />

Arahan pengembangan pusat pemukiman pedesaan adalah penataan<br />

struktur ruang pedesaan sebagai sistim pusat permukiman di pedesaan yang<br />

berpotensi menjadi pusat pertumbuhan di pedesaan.<br />

2. Rencana Sistem Perkotaan<br />

Rencana sistem perkotaan di Kabupaten Temanggung mengatur hirarki<br />

Pusat Kegiatan Lokal ( PKL ) beserta pelayanannya. Sistim perkotaan di<br />

Kabupaten Temanggung direncanakan secara berhirarki sesuai ukuran<br />

perkotaan yang disebutkan dalam struktur ruang kota perkotaan.<br />

Struktur ruang perkotaan di Kabupaten Temanggung ditetapkan sebagai<br />

berikut :<br />

- Pusat Kegiatan Lokal ( PKL ) ini merupakan kawasan perkotaan dengan<br />

fungsi sebagai pusat pertumbuhan pertama dengan orientasi kegiatan<br />

berupa pemerintahan, perdagangan, pelayanan masyarakat dan lain-lain<br />

yang termasuk Pusat Kegiatan Lokal ( PKL ) ini adalah seluruh wilayah<br />

Kecamatan Temanggung.<br />

- Pusat Kegiatan Lokal I ( PKL I ) merupakan kawasan perkotaan dengan<br />

fungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa, pemukiman, koleksi dan<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 13


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

distribusi dengan skala pelayanan beberapa kecamatan. PKL I mempunyai<br />

kelengkapan sarana dan prasarana pengembangan wilayah lebih rendah<br />

dari PKL. Wilayah yang termasuk pada lingkup PKL I meliputi seluruh<br />

wilayah Kecamatan Parakan, Ngadirejo, Kranggan, Pringsurat dan Kedu.<br />

- Pusat Kegiatan Lokal II ( PKL II ) merupakan kawasan pedesaan yang<br />

ditingkatkan menjadi kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai pusat<br />

produksi, pertanian dan perkebunan dengan skala pelayanan dalam<br />

beberapa kecamatan serta menunjang kota dengan Pusat Kegiatan Lokal I<br />

(PKL I) di atasnya. PKL II mempunyai kelengkapan sarana dan prasarana<br />

pengembangan wilayah lebih rendah dari PKL I. Kecamatan yang<br />

termasuk pada lingkup Pusat Kegiatan Lokal II ( PKL II ) meliputi seluruh<br />

wilayah Kecamatan Kandangan, Kledung, Bulu, Candiroto dan<br />

Selopampang.<br />

- Pusat Kegiatan Lokal III ( PKL III ) merupakan pusat kawasan pedesaan<br />

yang ditingkatkan menjadi kawasan perkotaan yang meliputi fungsi<br />

sebagai pusat produksi pertanian dengan skala lokal. PKL III mempunyai<br />

kelengkapan sarana dan prasarana pengembangan wilayah lebih rendah<br />

dari PKL II. Kecamatan yang termasuk pada PKL III ini meliputi seluruh<br />

wilayah Kecamatan Bejen, Tlogomulyo, Tembarak, Jumo dan Kaloran.<br />

- Pusat Kegiatan Lokal IV ( PKL IV ) pusat kawasan pedesaan yang<br />

ditingkatkan menjadi kawasan perkotaan yang memiliki fungsi sebagai<br />

pusat produksi pertanian dengan skala lokal. PKL IV mempunyai<br />

kelengkapan sarana dan prasarana pengembangan wilayah lebih rendah<br />

dari PKL III. Kecamatan yang termasuk pada lingkup PKL IV meliputi<br />

seluruh wilayah Kecamatan Gemawang, Wonoboyo, Tretep dan Bansari<br />

danpengembangan kawasan pedesaan yang diarahkan pada usaha<br />

pemerataan pembangunan untuk mengurangi kesenjangan antara desa<br />

dan kota.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 14


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

E. Kependudukan<br />

Penduduk merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam<br />

pembangunan dan merupakan faktor yang dinamis dam selalu menarik untuk<br />

dipelajari. Penduduk juga selalu berasosiasi dengan segala bidang kehidupan,<br />

terutama dalam aktivitas sosial dan ekonomi. Disadari bahwa sumber daya<br />

penduduk sebagai unsur strategis dapat menjadi faktor penentu dalam<br />

keberhasilan pembangunan, karena posisinya baik sebagai sasaran maupun<br />

sebagai pelaksana. Manusia/penduduk merupakan salah satu modal dasar dalam<br />

pembangunan. Daya guna dari modal dasar tersebut ditentukan oleh berbagai<br />

kondisi yang meliputi kuantitas, kualitas dan distribusinya. Rasio beban<br />

ketergantungan menunjukkan besarnya rasio penduduk usia produktif dengan<br />

penduduk tidak produktif.<br />

Menurut data dari <strong>Badan</strong> Pusat Statistik 2010, jumlah penduduk di<br />

Kabupaten Temanggung pada tahun 2009 sebanyak 722.087 jiwa dengan<br />

kepadatan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kepadatan<br />

penduduk pada tahun 2005 sebesar 796 per km² dan terus meningkat menjadi<br />

829 per km² pada tahun 2009, kepadatan penduduk terbesar di Kabupaten<br />

Temanggung adalah di Kecamatan Temanggung yaitu sebesar 2.316 per km²,<br />

sedangkan kepadatan penduduk terkecil yaitu sebesar 291 per km² di<br />

Kecamatan Bejen.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 15


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

9210000<br />

9200000<br />

9190000<br />

Gambar 2.2. Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Temanggung<br />

1<br />

KABUPATEN<br />

WO NO SOBO<br />

390000<br />

Tretep<br />

390000<br />

1<br />

Wonoboyo<br />

2<br />

Ngadirejo<br />

Bansari<br />

Kledung<br />

1<br />

KABUPATEN<br />

KENDAL<br />

KABUPATEN<br />

M AGELANG<br />

400000<br />

Candiroto<br />

Jumo<br />

400000<br />

Bejen<br />

Parakan<br />

3<br />

Bulu<br />

Gemawang<br />

Kedu<br />

Tlogomulyo<br />

Selopampang<br />

F. Luas dan Pembagian Wilayah<br />

2<br />

1<br />

1<br />

1<br />

1<br />

2<br />

1<br />

2<br />

Tembarak<br />

2<br />

Batas Kabupaten<br />

Batas Kecamatan<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 16<br />

410000<br />

1<br />

Kandangan<br />

Temanggung<br />

2<br />

410000<br />

3<br />

Kaloran<br />

1<br />

Kranggan<br />

1<br />

420000<br />

420000<br />

KABUPATEN<br />

SEMARANG<br />

1<br />

Pringsurat<br />

9210000<br />

9200000<br />

9190000<br />

REVISI RTRW<br />

KABUPATEN TEMANGGUNG<br />

PETA KEPADATAN PENDUDUK<br />

KABUPATEN TEMANGGUNG<br />

KETERANG AN<br />

Kepadatan Penduduk Geografis<br />

2<br />

1 Jarang (279 - < 929 jiwa/km )<br />

2<br />

2 Sedang (929 -


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

dan lain-lain. Bentuk penggunaan lahan untuk perkebunan ini adalah cukup<br />

luas dibandingkan dengan bentuk lahan lainnya. Luasan areal perkebunan di<br />

wilayah Kabupaten Temanggung mencapai lebih dari 10.816 Ha ( 12,42 % ).<br />

Sebaran areal perkebunan antara lain di Kecamatan Parakan, Kledung,<br />

Bansari, Bulu, Tembarak, Pringsurat, Kandangan, Ngadirejo, Gemawang,<br />

Candiroto, Bejen, Tretep dan Wonoboyo.<br />

3. Pemukiman<br />

Kawasan pemukiman adalah lahan yang diatasnya terdapat bangunan, berupa<br />

rumah tempat tinggal beserta pekarangan dan bangunan lainnya. Luasan<br />

untuk areal pemukiman di Kabupaten Temanggung mencapai 9.274 Ha<br />

(10,65 %). Sebaran pemukiman yang cukup padat dapat ditemuai di<br />

Kecamatan Temanggung, Parakan, Kledung, Bansari, Temanggung,<br />

Tlogomulyo, Tembarak, Selopampang, Ngadirejo, Kedu, Bulu, Kranggan,<br />

Pringsurat, Kandangan, Jumo, Gemawang, Candiroto, Bejen, Tretep dan<br />

Wonoboyo, yang umumnya terletak pada ibukota-ibukota kecamatan.<br />

4. Kolam/Empang<br />

Kolam/Empang merupakan kategori lahan tubuh air yang ditumbuhi<br />

tumbuhan air atau tidak, luasnya kira-kira 31 Ha ( 0,04 % ) dan terseber di<br />

beberapa lokasi antara lain berada di Kecamatan Parakan, Bulu,<br />

Temanggung, Tloogomulyo, Tembarak, Selopampang, Ngadirejo, Kandangan<br />

dan Wonoboyo.<br />

5. Tanah Kosong<br />

Tanah kosong yang dimaksud adalah lahan terbuka yang di atasnya tidak<br />

didirikan bangunan atau merupakan lahan yang tidak diusahakan / di olah.<br />

Pada umumnya di atas lahan kosong ini ditumbuhi tanaman liar seperti<br />

alang-alang dan semak. Luasan lahan kosong di Kabupaten Temanggung<br />

mencapai lebih dari 2100 Ha ( 2,41 % ).<br />

6. Sawah<br />

Sawah yang terdapat di Kabupaten Temanggung meliputi sawah irigasi<br />

teknis seluas 4.641 Ha, irigasi setengah teknis seluas 8.538 Ha, sederhana<br />

PU seluas 2.989 Ha, sederhana Non PU seluas 3.525 Ha dan sawah tadah<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 17


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

hujan seluas 941 Ha. Namun demikian sebagian besar adalah merupakan<br />

sawah irigasi. Pola penggunaan lahan ini untuk persawahan paling banyak<br />

terdapat pada dataran alluvial dan lereng kaki perbukitan. Keberadaan<br />

persawahan tersebar pada bagian tengah dan selatan wilayah Kabupaten<br />

Temanggung seperti Kecamatan Parakan, Bulu, Kedu, Tembarak,<br />

Selopampang, Kranggan, Ngadirejo dan Temanggung. Sedangkan untuk<br />

sawah tadah hujan terdapat dibagian Utara Timur dan Barat, Kecamatan<br />

Kledung, Pringsurat, Kandangan, Gemawang dan Bejen.<br />

7. Tegalan/Huma<br />

Tegalan adalah merupakan bentuk penggunaan lahan yang pada umumnya<br />

ditanami beberapa jenis tanaman palawija sekaligus. Tanaman yang sering<br />

dijumpai pada tegalan antara lain jagung, ketela pohon, kedelai dan kacang-<br />

kacangan. Luasan tegalan di Kabupaten Temanggung mencapai lebih dari<br />

28.093 Ha (32,27 %) yang tersebar teutama di wilayah bagian Utara dan<br />

Barat seperti Kecamatan Kledung, Bulu, Tlogomulyo, Kranggan, Kandangan,<br />

Ngadirejo, Gemawang, Candiroto, Bejen, Tretep, Wonoboyo, Kaloran dan<br />

Pringsurat.<br />

Kabupaten Temanggung merupakan daerah yang memiliki potensi yang<br />

tinggi di bidang pertanian dan perkebunan. Dari potensi pertanian seluas<br />

20.634 Ha merupakan lahan sawah, sedang 28.093 Ha merupakan<br />

tegalan/huma /lahan kering dengan pemanfaatan tanah bangunan dan halaman<br />

seluas 9.274 Ha, padang rumput dan lainnya 2.100 Ha, kolam/tebat/empang 31<br />

Ha, tanah Hutan Negara/rakyat 16.117 Ha, perkebunan Swasta dan Negara<br />

10.816 Ha.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 18


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

BAB III<br />

TINJAUAN UMUM PENCEMARAN LINGKUNGAN<br />

A. Pengertian Pencemaran<br />

Pencemaran atau polusi adalah perubahan faktor abiotik baik secara<br />

alamiah maupun karena ulah manusia yang telah melebihi ambang batas<br />

toleransi ekosistem biotik. Pencemaran itu sendiri dapat berupa faktor fisik<br />

(suhu, debu dan sebagainya) maupun kimiawi (unsur / senyawa kimia) yang<br />

mencemari udara maupun air dalam suatu ekosistem. Perubahan faktor abiotik<br />

yang melampaui ambang batas toleransi dan komponen biotik dapat<br />

mengakibatkan musnahnya suatu species biotik yang hidup dalam lingkungan<br />

yang bersangkutan. Suatu faktor kimia dapat berpengaruh terhadap perubahan<br />

faktor fisik dalam ekosistem abiotik, begitu juga sebaliknya, misalnya<br />

pemanasan global, karena timbulnya lubang ozon yang diakibatkan oleh reaksi<br />

kimiawi antara Cl dan O 3 di atmosfer berkurang.<br />

Polutan dapat didefinisikan sebagai unsur baik bersifat padat, cair, gas<br />

yang masuk atau dimasukkan ke dalam lingkungan bersifat limbah dengan efek<br />

negatif terhadap keseimbangan ekologis menyusul dampaknya yaitu terjadinya<br />

penurunan kesehatan lingkungan.<br />

Polutan bersifat pencemar dapat terjadi setiap saat secara alami atau<br />

terjadi dari ulah manusia berasal dari teknologi pengolahan atau perilaku<br />

manusia yang disengaja maupun tidak sengaja dan menimbulkan bencana alam.<br />

Besar dan kecilnya polutan dihitung dari luas penyebaran dan pengaruhnya<br />

terhadap lingkungan. Makhluk hidup, zat, energi, atau komponen penyebab<br />

pencemaran disebut polutan atau pencemar. Contoh polutan makhluk hidup<br />

atau polutan biologi ialah bakteri penyebab penyakit pada sampah dan kotoran.<br />

Polutan zat kimia disebut polutan kimia, contohnya limbah yang mengandung<br />

logam merkuri (Hg), gas CO 2 , gas CFC, debu, asbes, dan pestisida. Sedangkan<br />

polutan energi disebut polutan fisik, misalnya panas dan radiasi.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 19


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

B. Pengertian Limbah<br />

Limbah adalah zat, energi, dan komponen lain yang dikeluarkan atau<br />

dibuang akibat sesuatu kegiatan baik industri maupun non industri. Buangan<br />

industri adalah bahan buangan sebagai hasil sampingan dari proses produksi<br />

industri yang dapat berbentuk padat, cair, maupun gas yang dapat<br />

menimbulkan pencemaran. Buangan non industri adalah bahan buangan sebagai<br />

hasil sampingan bukan dari industri melainkan berasal dari rumah tangga,<br />

kantor, restoran, tempat hiburan, pasar, pertokoan, rumah sakit dan lain-lain<br />

yang dapat menimbulkan pencemaran. Limbah yang dihasilkan oleh suatu<br />

kegiatan baik industri maupun non industri dapat menimbulkan gas yang<br />

berbau busuk misalnya H 2 S dan amonia akibat dari proses penguraian material-<br />

material organik yang terkandung di dalamnya. Selain itu, limbah dapat juga<br />

mengandung organisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit dan nutrien<br />

terutama unsur P dan N yang dapat menyebabkan eutrofikasi. Karena itu,<br />

pengolahan limbah sangat dibutuhkan agar tidak mencemari lingkungan.<br />

C. Jenis dan Sumber Pencemaran<br />

1. Pencemaran Udara<br />

Pencemaran udara berhubungan dengan pencemaran atmosfer bumi.<br />

Atmosfer merupakan lapisan udara yang menyelubungi bumi sampai<br />

ketinggian 300 km. Sumber pencemaran udara berasal dari kegiatan alami<br />

dan aktivitas manusia. Sumber pencemaran udara di setiap wilayah atau<br />

daerah berbeda-beda. Sumber pencemaran udara berasal dari kendaraan<br />

bermotor, kegiatan rumah tangga, dan industri.<br />

Udara yang kita hisap itu 99% terdiri dari gas nitrogen dan oksigen serta<br />

menghisap gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Pada beberapa hasil<br />

penelitian dilaporkan bahwa di antara gas yang sangat sedikit tersebut<br />

diidentifikasikan sebagai gas pencemar. Didaerah perkotaan yang ramai gas<br />

pencemar berasal dari asap kendaraan, gas buangan pabrik, pembangkit<br />

tenaga listrik, asap rokok, larutan pembersih dan sebagainya yang<br />

berhubungan dengan aktifitas manusia.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 20


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

Gas pencemar tersebut dalam kandungan tertentu dapat menyebabkan<br />

kerusakan pada jaringan paru-paru manusia atau hewan, tanaman, bangunan<br />

dan bahan lainnya. Perubahan kandungan bahan kimia dalam atmosfer bumi<br />

karena polusi udara akan dapat juga mengubah iklim lokal, regional dan<br />

global sehingga menaikkan radiasi sinar ultraviolet dari matahari ke<br />

permukaan bumi.<br />

Tabel 3.1. Sumber dan Jenis Polutan Udara<br />

No. Jenis Polutan Sumber<br />

1. Karbondioksida (CO2) Pemakaian bahan bakar fosil (minyak<br />

2. Sulfur dioksida (SO2) Nitrogen<br />

Monoksida (NO)<br />

bumi atau batubara), pembakaran gas<br />

alam dan hutan, respirasi, serta<br />

pembusukan<br />

Pemakaian bahan bakar fosil (minyak<br />

bumi atau batubara), misalnya gas<br />

buangan kendaraan<br />

3. Karbon Monoksida (CO) Pemakaian bahan bakar fosil (minyak<br />

bumi atau batubara) dan gas buangan<br />

kendaraan bermotor yang<br />

pembakarannya tidak sempurna.<br />

4. Kloro Fluoro Carbon (CFC) Pendingin ruangan, lemari es, dan<br />

perlengkapan yang menggunakan<br />

penyemprot aerosol.<br />

Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai<br />

hasil aktivitas manusia. Pada umumnya pencemaran yang diakibatkan oleh<br />

sumber alami sukar diketahui besarnya, walaupun demikian masih mungkin<br />

kita memperkirakan banyaknya polutan udara dan aktivitas ini. Polutan<br />

udara sebagai hasil aktivitas manusia, umumnya lebih mudah diperkirakan<br />

banyaknya, terlebih lagi jika diketahui jenis bahan, spesifikasi bahan, proses<br />

berlangsungnya aktivitas tersebut, serta spesifikasi satuan operasi yang<br />

digunakan dalam proses maupun pasca prosesnya. Selain itu sebaran polutan<br />

ke atmosfer dapat pula diperkirakan dengan berbagai macam pendekatan.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 21


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

Bagaimana cara memperkirakan banyaknya polutan yang keluar dari sistem<br />

operasi tertentu, serta pendekatan yang digunakan untuk memprediksi<br />

sebaran polutan tersebut ke atmosfer akan diuraikan pada pembahasan<br />

berikut ini.<br />

a. Proses Pencemaran Udara :<br />

Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang<br />

“bersih” disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup<br />

tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila<br />

ini terjadi, kontaminan disebat cemaran (pollutan). Cemaran udara<br />

diklasifikasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran masuk atau<br />

dimasukkan ke atmosfer yaitu : cemaran primer dan cemaran sekunder.<br />

Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari<br />

sumber cemaran. Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk<br />

oleh proses kimia di atmosfer. Sumber cemaran dari aktivitas manusia<br />

(antropogenik) adalah setiap kendaraan bermotor, fasilitas, pabrik,<br />

instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara primer ke<br />

atmosfer. Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu : sumber tetap<br />

(stationery source) seperti : pembangkit energi listrik dengan bakar fosil,<br />

pabrik, rumah tangga, jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak (mobile<br />

source) seperti : truk, bus, pesawat terbang dan kereta api. Lima cemaran<br />

primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90%<br />

pencemaran udara global adalah :<br />

- Karbon Monoksida (CO)<br />

- Nitrogen Oksida (NO)<br />

- Hidro Karbon (HC)<br />

- Sulfur Oksida (SOX)<br />

- Partikulat<br />

Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang<br />

memberikan dampak sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun<br />

cemaran yang dihasilkan akibat transformasi cemaran primer menjadi<br />

bentuk cemaran yang berbeda. Ada beberapa cemaran sekunder yang<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 22


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal, regional maupun global<br />

yaitu :<br />

- CO 2 (Karbondioksida)<br />

- Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog)<br />

- Hujan asam<br />

- CFC (Chloro Fluoro Carbon/Freon)<br />

- CH 4 (Metana)<br />

b. Pencemaran Udara Ambien<br />

Kualitas udara ambien merupakan tahap awal untuk memahami dampak<br />

negatif cemaran udara terhadap lingkungan. Kualitas udara ambien<br />

ditentukan oleh : (1) kuantitas emisi cemaran dari sumber cemaran, (2)<br />

proses transportasi, konversi dan penghilangan cemaran di atmosfer.<br />

Kualitas udara ambien akan menentukan dampak negatif cemaran udara<br />

terhadap kesehatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat<br />

(tumbuhan, hewan, material dan lain-lainnya). Informasi mengenai efek<br />

pencemaran udara terhadap kesehatan berasal dari data pemaparan pada<br />

binatang, kajian epidemiologi, dan pada kasus yang terbatas kajian<br />

pemaparan pada manusia. Penelitian secara terus menerus dilakukan<br />

dengan tujuan :<br />

- Menetapkan secara lebih baik konsentrasi dimana efek negatif dapat<br />

dideteksi<br />

- Menentukan korelasi antara respon manusia dan hewan terhadap<br />

cemaran<br />

- Mendapatkan informasi epidemiologi lebih banyak<br />

- Menjembatani informasi dan mengurangi ketidakpastian baku mutu<br />

yang sekarang diberlakukan<br />

Baku mutu primer ditetapkan untuk melindungi pada batas keamanan<br />

yang mencukupi (adequate margin safety) kesehatan masyarakat dimana<br />

secara umum ditetapkan untuk melindungi sebagian masyarakat (15 -<br />

20%) yang rentan terhadap pencemaran udara. Baku mutu sekunder<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 23


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

ditetapkan untuk melindungi kesejahteraan masyarakat (material,<br />

tumbuhan, hewan) dari setiap efek negatif pencemaran udara yang telah<br />

diketahui atau yang dapat diantisipasi.<br />

Berdasarkan baku mutu kualitas udara ambien ditentukan baku mutu<br />

emisi berdasarkan antisipasi bahwa dengan emisi cemaran dibawah baku<br />

mutu dan adanya proses transportasi, konversi, dan penghilangan<br />

cemaran maka kualitas udara ambien tidak akan melampaui baku<br />

mutunya. Salah satu contoh baku mutu emisi adalah untuk Pembangkit<br />

Listrik Tenaga Uap dengan Bahan Bakar Batubara.<br />

c. Faktor emisi<br />

Apabila sejumlah tertentu bahan bakar dibakar, maka akan keluar<br />

sejumlah gas hasil pembakarannya. Sebagai contoh misalnya batu bara<br />

yang umumnya ditulis dalam rumus kimianya sebagai C (karbon), jika<br />

dibakar sempurna dengan O 2 (oksigen) akan dihasilkan CO 2 (karbon<br />

dioksida). Namun pada kenyataannya tidaklah demikian.<br />

Ternyata untuk setiap batubara yang dibakar dihasilkan pula produk lain<br />

selain CO 2 , yaitu CO (karbon monoksida), HCHO (aldehid), CH 4<br />

(metana), NO 2 (nitrogen dioksida), SO 2 (sulfur dioksida) maupun Abu.<br />

Produk hasil pembakaran selain CO 2 tersebut, umumnya disebut sebagai<br />

polutan (zat pencemar).<br />

Faktor emisi disini didefinisikan sebagai sejumlah berat tertentu polutan<br />

yang dihasilkan oleh terbakarnya sejumlah bahan bakar selama kurun<br />

waktu tertentu. Dari definisi ini dapat diketahui bahwa jika faktor emisi<br />

sesuatu polutan diketahui, maka banyaknya polutan yang lolos dari<br />

proses pembakarannya dapat diketahui jumlahnya persatuan waktu.<br />

d. Sebaran Polutan<br />

Polutan yang diemisikan dari sistem akan tersebar ke atmosfer.<br />

Konsentrasi polutan di udara sebagai hasil sebaran polutan dari sumber<br />

emisi dapat diperkirakan dengan berbagai pendekatan, diantaranya adalah<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 24


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

dengan model kotak hitam (black box model), model distribusi normal<br />

Gaussian (Gaussian Model), dan model lainnya.<br />

e. Plume rise (kenaikan kepulan asap)<br />

Gerakan ke atas dari kepulan gas dari ketinggian cerobong (stack), hingga<br />

asap mengalir secara horisontal dikenal sebagai “plume rise” atau<br />

kenaikan kepulan asap. Kenaikan ini disebabkan adanya momentum<br />

akibat kecepatan vertikal gas maupun perbedaan suhu “flue gas” dengan<br />

udara ambien. Karena adanya plume rise ini, tinggi stack secara fisik tidak<br />

dapat digunakan pada persamaan Gauss. Sebagai gantinya, tinggi stack<br />

perlu ditambah dengan tinggi kenaikan kepulan asap sehingga dikenal<br />

adanya tinggi stack efektif.<br />

2. Pencemaran Air<br />

Pencemaran air meliputi pencemaran di perairan darat, seperti danau dan<br />

sungai, serta perairan laut. Sumber pencemaran air, misalnya pengerukan<br />

pasir, limbah rumah tangga, industri, pertanian, pelebaran sungai,<br />

pertambangan minyak lepas pantai, serta kebocoran kapal tanker<br />

pengangkut minyak.<br />

Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi air akan<br />

dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air banyak<br />

digunakan oleh manusia dengan tujuan yang bermacam-macam sehingga<br />

dengan mudah dapat tercemar, menurut tujuan penggunaanya.<br />

a. Sumber Pencemaran Air :<br />

1) Limbah Rumah Tangga<br />

Limbah rumah tangga seperti deterjen, sampah organik, dan anorganik<br />

memberikan andil cukup besar dalam pencemaran air sungai,<br />

terutama di daerah perkotaan. Sungai yang tercemar deterjen, sampah<br />

organik dan anorganik yang mengandung miikroorganisme dapat<br />

menimbulkan penyakit, terutama bagi masyarakat yang menggunakan<br />

sungai sebagai sumber kehidupan sehari-hari. Proses penguraian<br />

sampah dan deterjen memerlukan oksigen sehingga kadar oksigen<br />

dalam air dapat berkurang. Jika kadar oksigen suatu perairaan turun<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 25


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

sampai kurang dari 5 mg per liter, maka kehidupan biota air seperti<br />

ikan terancam.<br />

Dalam rumah tangga, air digunakan untuk minum, memasak, mencuci,<br />

dan berbagai keperluan lainnya. Setelah digunakan, air dibuang atau<br />

mengalir ke selokan. Selanjutnya, air tersebut mengalir ke sungai,<br />

danau, dan laut. Air buangan rumah tangga atau dikenal sebagai limbah<br />

domestik mengandung 95% sampai 99% air dan sisanya berupa limbah<br />

organik.<br />

2) Limbah Pertanian<br />

Kegiatan pertanian dapat menyebabkan pencemaran air terutama<br />

karena penggunaan pupuk buatan, pestisida, dan herbisida.<br />

Pencemaran air oleh pupuk, pestisida, dan herbisida dapat meracuni<br />

organisme air, seperti plankton, ikan, hewan yang meminum air<br />

tersebut dan juga manusia yang menggunakan air tersebut untuk<br />

kebutuhan sehari-hari. Residu pestisida seperti DDT yang<br />

terakumulasi dalam tubuh ikan dan biota lainnya dapat terbawa dalam<br />

rantai makanan ke tingkat trofil yang lebih tinggi, yaitu manusia. Selain<br />

itu, masuknya pupuk pertanian, sampah, dan kotoran ke bendungan,<br />

danau, serta laut dapat menyebabkan meningkatnya zat-zat hara di<br />

perairan. Peningkatan tersebut mengakibatkan pertumbuhan ganggang<br />

atau enceng gondok menjadi pesat (blooming).<br />

Pertumbuhan ganggang atau enceng gondok yang cepat dan kemudian<br />

mati membutuhkan banyak oksigen untuk menguraikannya. Kondisi ini<br />

mengakibatkan kurangnya oksigen dan mendorong terjadinya<br />

kehidupan organisme anaerob. Fenomena ini disebut sebagai<br />

eutrofikasi.<br />

3) Limbah Industri<br />

Didalam kegiatan industri dan teknologi,air yang telah digunakan (air<br />

limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan karena<br />

dapat menyebabkan pencemaran. Namun dalam kenyataanya masih<br />

banyak industri yang membuang limbahnya ke lingkungan melalui,<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 26


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

sungai, danau atau langsung ke laut. Pembuangan air limbah secara<br />

langsung ke lingkungan inilah yang menjadi penyebab utama<br />

pencemaran air. Limbah (baik berupa padatan maupun cairan) yang<br />

masuk ke air lingkungan menyebabkan terjadinya penyimpangan dari<br />

keadaan normal air dan ini berarti suatu pencemaran.<br />

4) Limbah Pertambangan<br />

Pencemaran minyak di laut terutama disebabkan oleh limbah<br />

pertambangan minyak lepas pantai dan kebocoran kapal tanker yang<br />

mengangkut minyak. Setiap tahun diperkirakan jumlah kebocoran dan<br />

tumpahan minyak dari kapal tanker ke laut mencapai 3.9 juta ton<br />

sampai 6.6 juta ton. Tumpahan minyak merusak kehidupan di laut,<br />

diantaranya burung dan ikan. Minyak yang menempel pada bulu<br />

burung dan insang ikan mengakibatkan kematian hewan tersebut.<br />

3. Pencemaran Tanah<br />

Pencemaran tanah berasal dari limbah rumah tangga, kegiatan pertanian,<br />

dan pertambangan.<br />

a. Sumber Pencemaran Tanah :<br />

1) Limbah Rumah Tangga<br />

Limbah utama terpenting adalah sampah. Sampah dalam jumlah banyak<br />

seperti di kota-kota besar, berperan besar dalam pencemaran tanah,<br />

air, dan udara. Tanah yang mengandung sampah diatasnya akan<br />

menjadi tempat hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit.<br />

Pencemaran oleh mikroorganisme dan polutan lainnya dari sampah<br />

akan mengurangi kualitas air tanah. Air tanah yang menurun<br />

kualitasnya dapat terlihat dari perubahan fisiknya, misalnya bau, warna,<br />

dan rasa, bahkan terdapat lapisan minyak. Beberapa jenis sampah,<br />

seperti plastik dan logam sulit terurai sehingga berpengaruh pada<br />

kemampuan tanah menyerap air.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 27


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

2) Limbah Pertanian<br />

Dalam kegiatan pertanian, penggunaan pupuk buatan, zat kimia<br />

pemberantas hama (pestisida), dan pemberantas tumbuhan<br />

pengganggu (herbisida) dapat mencemari tanah, dan air.<br />

Herbisida merupakan pestisida yang 40% produknya sudah digunakan<br />

di dunia. Para petani menggunakan herbisida untuk mengontrol atau<br />

mematikan sehingga tanaman pertanian dapat tumbuh dengan baik.<br />

Percobaan pada kelinci dan kera menggunakan dosis herbisida diatas<br />

25% menunjukkan bahwa pemberian makanan dan minuman yang<br />

dicampur herbisida dapat menyebabkan organ hati dan ginjal hewan<br />

tersebut mudah terkena tumor dan kanker.<br />

Fungisida merupakan pestisida yang digunakan untuk mengontrol atau<br />

memberantas cendawan (fungi) yang dianggap sebagai wabah atau<br />

penyakit. Penyemprotan fungisida dapat melindungi tanaman pertanian<br />

dari serangan cendawan parasit dan mencegah biji (benih) menjadi<br />

busuk di dalam tanah sebelum berkecambah. Akan tetapi, sejak metal<br />

merkuri sangat beracun terhadap manusia, biji-bijian yang telah<br />

mendapat perlakuan fungisida yang mengandung metal merkuri tidak<br />

pernah dimanfaatkan untuk bahan makanan. Fungisida dapat memberi<br />

dampak buruk terhadap lingkungan.<br />

Insektisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh<br />

serangga hama. Jenis pestisida ini sudah digunakan manusia sejak lama.<br />

Pestisida dan herbisida memiliki sifat sulit terurai dan dapat bertahan<br />

lama di dalam tanah. Residu pestisida dan herbisida ini membahayakan<br />

kehidupan organisme tanah.<br />

Senyawa organoklorin utama di dalam insektisida adalah DDT (Dikloro<br />

Difenil Trikloroetana) dapat membunuh mikroorganisme yang sangat<br />

penting bagi proses pembusukan, sehingga kesuburan tanah<br />

terganggu.Tanah yang tercemar pupuk kimiawi, pestisida, dan<br />

herbisida dapat mencemari sungai karena zat-zat tersebut dapat<br />

terbawa air hujan atau erosi.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 28


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

Penggunaan pupuk buatan secara berlebihan menyebabkan tanah<br />

menjadi asam, yang selanjutnya berpengaruh terhadap produktivitas<br />

tanaman. Tanaman menjadi layu, berkurang produksinya, dan akhirnya<br />

mati. Pencemaran tanah oleh pestisida dan herbisida terjadi saat<br />

dilakukan penyemprotan. Sisa-sisa penyemprotan tersebut akan<br />

terbawa oleh air hujan, akhirnya mengendap di tanah. Penggunaan<br />

bahan-bahan kimiawi secara terus menerus akan mengakibatkan<br />

kerusakan tekstur tanah, tanah mengeras, dan akan retak-retak pada<br />

musim kemarau.<br />

3) Limbah Pertambangan<br />

Aktivitas penambangan bahan galian juga dapat menimbulkan<br />

pencemaran tanah. Salah satu kegiatan penambangan yang memiliki<br />

pengaruh besar mencemarkan tanah adalah penambangan emas. Pada<br />

penambangan emas, polusi tanah terjadi akibat penggunaan merkuri<br />

(Hg) dalam proses pemisahan emas dari bijinya. Merkuri tergolong<br />

sebagai bahan berbahaya dan beracun yang dapat mematikan<br />

tumbuhan, organisme tanah, dan mengganggu kesehatan manusia.<br />

4) Limbah Industri<br />

Bermacam-macam pembuangan limbah industri baik berupa logam<br />

dan senyawanya. Beberapa jenis logam berat seperti merkuri ( Hg ),<br />

kadmium ( Cd ), timbal ( Pb ), arsen ( As) dan beberapa logam lainnya<br />

merupakan logam yang beracun terhadap makhluk hidup. Bahan kimia<br />

anorganik tersebut dapat menyebabkan keracunan akut maupun<br />

kronis, bergantung pada jenis logamnya dan jumlahnya. Sumber lain<br />

pencemaran logam berbahaya ialah pemrosesan produksi peleburan<br />

besi dan baja pada suhu tinggi, produksi semen dan penggunaan logam<br />

pada proses industri.<br />

4. Pencemaran Suara<br />

Ancaman serius lain bagi kualitas lingkungan manusia adalah pencemaran<br />

suara. Bunyi atau suara yang dapat mengganggu dan merusak pendengaran<br />

manusia disebut kebisingan. Tingkat kebisingan terjadi bila intensitas bunyi<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 29


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

melampui 50 desibel (db). Oleh karena kebisingan dapat mengganggu<br />

lingkungan, kebisingan dapat dimasukkan sebagai pencemaran.<br />

Suara dengan intensitas tinggi, seperti yang dikeluarkan oleh mesin industri,<br />

kendaraan bermotor, dan pesawat terbang secara terus-menerus dalam<br />

jangka waktu yang lama dapat mengganggu manusia, bahkan menyebabkan<br />

cacat pendengaran yang permanen. Oleh karena itu, bunyi dapat dianggap<br />

sebagai bahan pencemar serius yang mengganggu kesehatan manusia.<br />

D. Parameter Pencemaran <strong>Lingkungan</strong><br />

Untuk mengukur tingkat pencemaran disuatu tempat digunakan<br />

parameter pencemaran. Parameter pencemaran digunakan sebagai indikator<br />

(petunjuk) terjadinya pencemaran dan tingkat pencemaran yang telah terjadi<br />

Parameter pencemaran meliputi parameter fisik, parameter kimia, dan<br />

parameter biologi.<br />

1. Parameter fisik<br />

Parameter fisik meliputi pengukuran tentang warna, rasa, bau, suhu,<br />

kekeruhan, danmradioaktivitas.<br />

2. Parameter kimia<br />

Parameter kimia dilakukan untuk mengetahui kadar CO 2 , pH, keasaman,<br />

kadar logam, dan logam berat. Sebagai contoh berikut disajikan<br />

pengukuran pH air, kadar CO 2 , dan oksigen terlarut.<br />

a. Pengukuran PH air<br />

Air sungai dalam kondisi alami yang belum tercemar memiliki rentangan<br />

pH 6,5 – 8,5. Karena pencemaran, pH air dapat menjadi lebih rendah<br />

dari 6,5 atau lebih tinggi dari 8,5. Bahan-bahan organik biasanya<br />

menyebabkan kondisi air menjadi lebih asam. Kapur menyebabkan<br />

kondisi air menjadi alkali (basa) jadi, perubahan pH air tergantung<br />

kepada macam bahan pencemarnya. Perubahan nilai pH mempunyai arti<br />

penting bagi kehidupan air. Nilai pH yang rendah (sangat asam) atau<br />

tinggi (sangat basa) tidak cocok untuk kehidupan kebanyakan<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 30


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

organisme. Untuk setiap perubahan satu unit skala pH (dari 7 ke 6 atau<br />

dari 5 ke 4) dikatakan keasaman naik 10 kali. Jika terjadi sebaliknya,<br />

keasaman turun 10 kali. Keasaman air dapat diukur dengan sederhana<br />

yaitu dengan mencelupkan kertas lakmus ke dalam air untuk melihat<br />

perubahan warnanya.<br />

b. Pengukuran kadar CO 2<br />

Gas CO 2 juga dapat larut ke dalam air. Kadar gas CO 2 terlarut sangat<br />

dipengaruhi oleh suhu, pH, dan banyaknya organisme yang hidup di<br />

dalam air. Semakin banyak organisme di dalam air, semakin tinggi kadar<br />

karbon dioksida terlarut (kecuali jika di dalam air terdapat tumbuhan<br />

air yang berfotosintesis). Kadar gas CO dapat diukur dengan cara<br />

titrimeter.<br />

c. Pengukuran Kadar Oksigen Terlarut<br />

Kadar oksigen terlarut dalam air yang alami berkisar 5 – 7 ppm (part<br />

per million) atau satu per sejuta : 1ml oksigen yang larut dalam 1 liter<br />

air dikatakan memiliki kadar oksigen 1 ppm). Penurunan kadar oksigen<br />

terlarut dapat disebabkan oleh tiga hal : 1. Proses oksidasi<br />

(pembongkaran) bahan-bahan organik. 2. Proses reduksi oleh zat-zat<br />

yang dihasilkan baktri anaerob dari dasar perairan. 3. Proses<br />

pernapasan organisme yang hidup di dalam air, terutama pada malam<br />

hari. Pencemaran air (terutama yang disebabkan oleh bahan pencemar<br />

organik) dapat mengurangi persediaan oksigen terlarut. Hal ini akan<br />

mengancam kehidupan organisme yang hidup di dalam air. Semakin<br />

tercemar, kadar oksigen terlarut semakin mengecil. Untuk dapat<br />

mengukur kadar oksigen terlarut, dilakukan dengan metode Winkler.<br />

Parameter kimia yang dilakukan melalui kegiatan pernapasan jasad renik<br />

dikenal sebagai parameter biokimia, contohnya adalah pengukuran<br />

BOD dan COD.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 31


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

3. Parameter biologis<br />

Di alam terdapat hewan-hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme yang<br />

peka dan ada pula yang tahan terhadap kondisi lingkungan tertentu.<br />

Organisme yang peka akan mati karena pencemaran dan organisme yang<br />

tahan akan tetap hidup. Siput air dan Planaria merupakan contoh hewan<br />

yang peka pencemaran. Sungai yang mengandung siput air dan planaria<br />

menunjukkan sungai tersebut belum mengalami pencemaran. Sebaliknya,<br />

cacing Tubifex (cacing merah) merupakan cacing yang tahan hidup dan<br />

bahkan berkembang baik di lingkungan yang kaya bahan organik, meskipun<br />

species hewan yang lain telah mati. Ini berarti keberadaan cacing tersebut<br />

dapat dijadikan indikator adanya pencemaran zat organik. Organisme yang<br />

dapat dijadikan petunjuk pencemaran dikenal sebagai indikator biologis.<br />

Indikator biologis terkadang lebih dapat dipercaya daripada indikator<br />

kimia. Pabrik yang membuang limbah ke sungai dapat mengatur<br />

pembuangan limbahnya ketika akan dikontrol oleh pihak yang berwenang.<br />

Pengukuran secara kimia pada limbah pabrik tersebut selalu menunjukkan<br />

tidak adanya pencemaran. Tetapi tidak demikian dengan makhluk hidup<br />

yang menghuni ekosistem air secara terus menerus. Di sungai terdapat<br />

hewan-hewan, mikroorganisme, bentos, mikroinvertebrata, ganggang,<br />

yang dapat dijadikan indikator biologis.<br />

E. Dampak Pencemaran <strong>Lingkungan</strong><br />

Dampak pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh dan berakibat<br />

kepada lingkungan alam saja, tetapi berakibat dan berpengaruh terhadap<br />

kehidupan tanaman, hewan, dan juga manusia. Pencemaran yang masuk melalui<br />

jalur makanan dan berada dalam daur pencemaran lingkungan cepat atau<br />

lambat akan sampai juga dampaknya pada manusia. Oleh sebab itu manusia<br />

dalam upayanya memperolaeh kualitas dan kenyamanan hidup yang lebih baik,<br />

perlu juga untuk memperhatikan hal-hal apakah yang nantinya akan membuat<br />

terjadinya kerusakan lingkungan. Sehingga kita akan membuat suatu upaya agar<br />

lingkungan alam yang kita manfaatkan Sumber Daya Alamnya, segera dilakukan<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 32


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

proses rehabilitasi terhadap alam untuk mencegah terjadinya kerusakan yang<br />

lebih parah lagi.<br />

1. Dampak Pencemaran Udara<br />

Pada skala mikro atau lokal, pencemaran udara berdampak pada kesehatan<br />

manusia. Misalnya, udara yang tercemar gas karbon monoksida (CO) jika<br />

dihirup seseorang akan menimbulkan keracunan, jika orang tersebut<br />

terlambat ditolong dapat mengakibatkan kematian. Dampak pencemaran<br />

udara berskala makro, misalnya fenomena hujan asam dalam skala regional,<br />

sedangkan dalam skala global adalah efek rumah kaca dan penipisan lapisan<br />

ozon.<br />

a. Dampak pencemaran udara oleh Karbon Monoksida<br />

Karbon Monoksida adalah gas yang tidak berbau. Tidak berasa dan<br />

berwarna. Oleh sebab itu lingkungan yang tercemar oleh gas CO tidak<br />

dapat dilihat oleh mata. Di udara gas CO terdapat dalam jumlah yang<br />

sangat sedikit, hanya sekitar 0,1 ppm. Tapi didaerah perkotaan dengan<br />

lalulintas yang padat konsentrasi gas berkisar 10 - 15 ppm. Dalam jumlah<br />

banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan kesehatan,<br />

bahkan menimbulkan kematian. Keracunan gas Monoksida (CO) dapat<br />

ditandai dari keadaan yang ringan, berupa pusing, sakit kepala dan mual.<br />

Keadaan yang lebih berat dapat menurunnya kemampuan gerak tubuh,<br />

serangan jantung sampai pada kematian.<br />

b. Dampak Pencemaran Udara oleh Nitrogen Oksida<br />

Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat<br />

berbahaya bagi kesehatan. Gas NO yang mencemari udara secara visual<br />

sulit diamati, karena gas tersebut tidak berwarna dan tidak berbau.<br />

Sedangkan gas NO 2 bila mencemari udara mudah diamati dari baunya<br />

yang sangat menyengat dan warnanya coklat kemerahan. Gas ini berasal<br />

dari limbah-limbah industri, transportasi, pembangkit listrik, pembuangan<br />

sampah, dan lain-lain. Pencemaran udara oleh gas NOx, juga dapat<br />

menyebabkan terjadinya Peroxy Acetil Nitrate yang menyebabkan iritasi<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 33


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

pada mata, serta dapat menyebabkan terjadinya kabut foto kimia atau<br />

Photo Chemistry Smog yang sangat mengganggu lingkungan.<br />

c. Dampak Pencemaran oleh Belerang Oksida<br />

Sebagian besar pencemaran udara oleh belerang oksida berasal dari<br />

pembakaran bahan bakar fosil, terutama batubara serta berasal dari alat-<br />

alat transportasi yang menggunakan bahan bakar fosil. Apabila kadar<br />

belerang oksida SO 3 tinggi di udara akan menyebabkan timbulnya hujan<br />

asam yang dapat merusak tanaman, dimana kerusakan hutan berawal<br />

dengan terjadinya pengikisan lapisan tanah yang subur. Hal ini<br />

menyebabkan menurunnya daya dukung alam bagi manusia. Sehingga<br />

menimbulkan kerusakan tanah yang permanen belum lagi penebangan liar<br />

yang seringkali terjadi, maka timbullah tanah longsor yang membahayakan<br />

bagi penduduk yang bermukim di wilayah tersebut. Bukan itu saja, dalam<br />

jumlah besar diudara gas SOx dapat menyebabkan kanker, karena<br />

seharusnya walaupun jumlah gas tersebut relatif kecil, sebaiknya tidak<br />

terdapat diudara.<br />

d. Dampak Pencemaran Hidrokarbon (HC)<br />

Pencemaran udara oleh Hidrokarbon (HC) dalam jumlah sedikit tidak<br />

begitu membahayakan kesehatan manusia, tapi apabila dalam jumlah<br />

diudara sangat banyak dan bercampur dengan bahan pencemar lainnya,<br />

maka apabila terhisap oleh manusia menyebabkan terjadinya<br />

pembentukan sel-sel kanker. Biasanya gas ini banyak ditemukan di<br />

kawasan industri dan kota-kota besar seperti Jakarta yang lalu lintasnya<br />

padat.<br />

e. Dampak Pencemaran Partikel<br />

Pencemaran oleh partikel disebabkan oleh dua hal, yaitu :<br />

1) Bisa karena peristiwa alamiah<br />

2) Karena ulah manusia melalui kegiatan industri dan teknologi.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 34


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

Partikel yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman,<br />

hewan dan manusia. Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh<br />

partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran pernafasan.<br />

f. Dampak Pemakaian Insektisida<br />

Akhir-akhir ini ditemukan sisa obat pemberantas hama pada sayuran dan<br />

buah-buahan, padahal apabila dimakan akan menimbulkan penyakit<br />

kanker. Hal ini juga ditemukan pada obat-obat yang disemprotkan ke<br />

udara, seperti obat nyamuk semprot dan lain-lain. Dimana dapat<br />

merugikan kesehatan manusia.<br />

g. Dampak Hujan Asam<br />

Dua gas yang dihasilkan dari pembakaran mesin kendaraan serta<br />

pembangkit listrik tenaga diesel dan batubara yang utama adalah sulfur<br />

dioksida (SO 2 ) dan nitrogen dioksida (NO 2 ). Gas yang dihasilkan<br />

tersebut bereaksi di udara membentuk asam yang jatuh ke bumi bersama<br />

dengan hujan dan salju. Misalnya, sulfur dioksida bereaksi dengan oksigen<br />

membentuk sulfur trioksida.<br />

2 SO 2 + O 2 2SO 3<br />

Sulfur trioksida kemudian bereaksi dengan uap air membentuk asam<br />

sulfat.<br />

SO 3 + H 2 O H 2 SO 4<br />

Uap air yang telah mengandung asam ini menjadi bagian dari awan yang<br />

akhirnya turun ke bumi sebagai hujan asam atau salju asam. Hujan asam<br />

dapat mengakibatkan kerusakan hutan, tanaman pertanian, dan<br />

perkebunan. Hujan asam juga akan mengakibatkan berkaratnya benda-<br />

benda yang terbuat dari logam, misalnya jembatan dan rel kereta api,<br />

serta rusaknya berbagai bangunan. Selain itu, hujan asam akan<br />

menyebabkan penurunan pH tanah, sungai, dan danau, sehingga<br />

mempengaruhi kehidupan organisme tanah, air, serta kesehatan manusia.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 35


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

h. Dampak Efek Rumah Kaca (Green House Effect)<br />

Efek rumah kaca merupakan gejala peningkatan suhu dipemukaan bumi<br />

yang terjadi karena meningkatnya kadar CO 2 (karbon dioksida) di<br />

atmosfer. Gejala ini disebut efek rumah kaca karena diumpamakan<br />

dengan fenomena yang terjadi di dalam rumah kaca.<br />

Pada rumah kaca, sinar matahari dapat dengan mudah masuk ke<br />

dalamnya. Sebagian sinar matahari tersebut digunakan oleh tumbuhan<br />

dan sebagian lagi dipantulkan kembali ke arah kaca.<br />

Sinar yang dipantulkan ini tidak dapat keluar dari rumah kaca dan<br />

mengalami pemantulan berulang-ulang. Energi yang dihasilkan<br />

meningkatkan suhu rumah kaca sehingga rumah kaca menjadi panas.<br />

Di bumi, radiasi panas yang berasal dari matahari ke bumi diumpamakan<br />

seperti menembus dinding kaca rumah kaca. Radiasi panas tersebut tidak<br />

diserap seluruhnya oleh bumi. Sebagian radiasi dipantulkan oleh benda-<br />

benda yang berada di permukaan bumi ke ruang angkasa. Radiasi panas<br />

yang dipantulkan kembali ke ruang angkasa merupakan radiasi infra<br />

merah. Sebagian radiasi infra merah tersebut dapat diserap oleh gas<br />

penyerap panas (disebut : gas rumah kaca). Gas penyerap panas yang<br />

paling penting di atmosfer adalah H 2 O dan CO 2 . Seperti kaca dalam<br />

rumah kaca, H 2 O dan CO 2 tidak dapat menyerap seluruh radiasi infra<br />

merah sehingga sebagian radiasi tersebut dipantulkan kembali ke bumi.<br />

Keadaan inilah yang menyebabkan suhu di permukaan bumi meningkat<br />

atau yang disebut dengan pemanasan global (global warming).<br />

Kenaikan suhu menyebabkan mencairnya gunung es di kutub utara dan<br />

selatan. Kondisi ini mengakibatkan naiknya permukaan air laut, sehingga<br />

menyebabkan berbagai kota dan wilayah pinggir laut akan tenggelam,<br />

sedangkan daerah yang kering menjadi semakin kering. Efek rumah kaca<br />

menimbulkan perubahan iklim, misalnya suhu bumi meningkat rata-rata<br />

3°C sampai 4°C pada abad ke-21, kekeringan atau curah hujan yang<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 36


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

tinggi di berbagai tempat dapat mempengaruhi produktivitas budidaya<br />

pertanian, peternakan, perikanan, dan kehidupan manusia.<br />

i. Dampak Penipisan Lapisan Ozon<br />

Lapisan ozon (O 3 ) adalah lapisan gas yang menyelimuti bumi pada<br />

ketinggian ± 30 km diatas bumi. Lapisan ozon terdapat pada lapisan<br />

atmosfer yang disebut stratosfer. Lapisan ozon ini berfungsi menahan<br />

99% radiasi sinar Ultra violet (UV) yang dipancarkan ke matahari.<br />

Gas CFC (Chloro Fluoro Carbon) yang berasal dari produk aerosol (gas<br />

penyemprot), mesin pendingin dan proses pembuatan plastik atau karet<br />

busa, jika sampai ke lapisan stratosfer akan berikatan dengan ozon. CFC<br />

yang berikatan dengan ozon menyebabkan terurainya molekul ozon<br />

sehingga terjadi kerusakan lapisan ozon, berupa penipisan lapisan ozon.<br />

Penipisan lapisan ozon di beberapa tempat telah membentuk lubang<br />

seperti di atas Antartika dan kutub utara. Lubang ini akan mengurangi<br />

fungsi lapisan ozon sebagai penahan sinar UV. Sinar UV yang sampai ke<br />

bumi akan menyebakan kerusakan pada kehidupan di bumi. Kerusakan<br />

tersebut antara lain gangguan pada rantai makanan di laut dan kerusakan<br />

tanaman budidaya pertanian, perkebunan, serta mempengaruhi<br />

kesehatan manusia.<br />

2. Dampak Pencemaran Air<br />

Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkanya makhluk hidup, zat, energi<br />

dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh<br />

kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai<br />

ke tingkat tertentu yang menjadikan air menjadi kurang atau sudah tidak<br />

berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkanya.<br />

Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat<br />

dikategorikan menjadi dua yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak<br />

langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA<br />

sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah<br />

kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah, dan atmosfer<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 37


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

berupa hujan. Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri,<br />

rumah tangga (pemukiman) dan pertanian. Tanah dan air tanah mengandung<br />

sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida. Kontaminan dari<br />

atmosfir juga berasal dari aktivitas manusia yaitu pencemaran udara yang<br />

menghasilkan hujan asam. Pengaruh bahan pencemar yang berupa gas, bahan<br />

terlarut, dan partikulat terhadap lingkungan perairan dan kesehatan manusia<br />

dapat ditunjukan secara skematik sebagai berikut :<br />

Gambar 3.1. Bagan Pengaruh Beberapa Jenis Bahan<br />

Pencemar terhadap <strong>Lingkungan</strong> Perairan<br />

Sumber pencemaran Komponen lingkungan Kesehatan<br />

manusia<br />

Sumber<br />

pencemaran<br />

Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori<br />

(KLH,2004), yaitu :<br />

Gas-gas<br />

pencemar<br />

Bahan pencemar<br />

terlarut<br />

Bahan pencemar<br />

partikulat<br />

a. Dampak terhadap kehidupan biota air<br />

Atmosfer<br />

Biota akuatik<br />

<strong>Badan</strong> air<br />

Tanah<br />

Biota terestial<br />

Banyaknya zat pencemar oleh air limbah akan menyebabkan menurunya<br />

kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 38<br />

Kesehatan<br />

manusia


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen terganggu serta<br />

mengurangi perkembangannya. Selain itu kematian dapat pula disebabkan<br />

adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan<br />

tumbuhan air.<br />

Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara<br />

alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan<br />

air limbah menjadi sulit terurai. Panas dari industri juga akan membawa<br />

dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak diinginkan<br />

terlebih dahulu.<br />

b. Dampak terhadap kualitas air tanah<br />

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform<br />

telah terjadi dalam skala yang luas, tempat pengumpulan air buangan tinja<br />

masih banyak yang mengakibatkan tercemarnya air tanah khususnya<br />

sumur. Limpahan air dari septicktank seharusnya dialirkan menuju sumur<br />

serap atau saluran air buangan tinja, dan letak sumur serap tidak boleh<br />

kurang dari jarak 10 m terhadap letak sumur, agar tidak terjadi infiltrasi<br />

air buangan tinja terhadap air sumur atau air minum. Air buangan<br />

terkadang tidak dapat mengalir secara terus menerus dan tidak cepat<br />

terbuang sehingga mengakibatkan terjadinya endapan di sepanjang jalan<br />

saluran buangan<br />

c. Dampak terhadap kesehatan<br />

Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara<br />

lain:<br />

1) Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen<br />

2) Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit<br />

3) Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan<br />

tidak bisa membersihkan diri<br />

4) Air sebagai media untuk hidup vektor penyakit<br />

Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases,<br />

atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat<br />

di daerah-daerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 39


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat<br />

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang<br />

dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri, protozoa dan metazoa.<br />

Tabel 3.2. Penyakit menular melalui air<br />

Jenis Mikroba Penyakit<br />

Virus:<br />

Rota virus<br />

Virus Hepatitis A<br />

Virus Poliomyelitis<br />

Bakteri :<br />

Vibrio cholera<br />

Escherichia coli<br />

Salmonella typhi<br />

Salmonella paratyphi<br />

Shigella dysenteriae<br />

Protozoa :<br />

Entamoeba histolytica<br />

Balantidia coli<br />

Giardia Lamblia<br />

Metazoa:<br />

Ascaris lumbricoides<br />

Clonorchis Sinensis<br />

Diphyllobothrium latum<br />

Tawenia saginata/solium<br />

Schistosoma<br />

d. Dampak Terhadap Estetika <strong>Lingkungan</strong><br />

Diare,terutama pada anak-anak<br />

Hepatitis A<br />

Poliomyelitis<br />

Cholera<br />

Diare/dysenteri<br />

Thypus abdomunale<br />

Patrathypus<br />

Dysenteri<br />

Dysenteri amoeba<br />

Balantidiasis<br />

Giardiasis<br />

Ascaris<br />

Clonorchiasis<br />

Diphylobothriasis<br />

Taeniasis<br />

Schistosomiasis<br />

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan<br />

perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya<br />

ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan limbah<br />

(sampah) yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah<br />

minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika. Selain bau, limbah<br />

tersebut juga menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin. Sedangkan<br />

limbah detergen atau sabun akan menyebabkan penumpukan busa yang<br />

sangat banyak. Inipun dapat mengurangi estetika.<br />

Bahan pencemar air secara umum dapat diklasifikasikan seperti tabel<br />

berikut ini :<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 40


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

Tabel 3.3. Klasifikasi Umum dari Bahan Pencemar Air<br />

Jenis Bahan Pencemar Pengaruhnya<br />

Unsur-unsur renik<br />

Senyawa organ logam<br />

Polutan anorganik<br />

Asbestas<br />

Hara- ganggang<br />

Radionuklida<br />

Asiditas,alkalinitas,salinitas<br />

tinggi<br />

Zat pencemar organik renik<br />

Pestisida<br />

PCB<br />

Carsinogen<br />

Limbah minyak<br />

Patogen<br />

Detergen<br />

Sedimen<br />

Rasa,bau dan warna<br />

Sumber : Manahan, 1994<br />

3. Dampak Pencemaran Tanah<br />

Kesehatan, biota akuatik<br />

Transpor logam<br />

Toksisitas, biota akuatik<br />

Kesehatan manusia<br />

Eutrofikasi<br />

Toksisitas<br />

Kualitas air, kehidupan akuatik<br />

Toksisitas<br />

Toksisitas, biota akuatik,<br />

satwa liar<br />

Kesehatan manusia<br />

Penyebab kanker<br />

Satwa liar, estetik<br />

Kesehatan<br />

Eutrofikasi, estetik<br />

Kualitas air, estetik<br />

Estetik<br />

Tanah mengalami pencemaran apabila ada bahan-bahan asing, baik yang<br />

bersifat organik maupun anorganik, berada dipermukaan tanah yang<br />

menyebabkan tanah menjadi rusak, tidak dapat memberikan daya dukung<br />

bagi kehidupan manusia. Dalam keadaan normal tanah harus dapat<br />

memberikan daya dukung bagi kehidupan manusia, baik untuk pertanian,<br />

peternakan, kehutanan, maupun untuk pemukiman.<br />

Pencemaran daratan pada umumnya berasal dari limbah berbentuk padat<br />

yang dibuang atau dikumpulkan disuatu tempat penampungan. Tempat<br />

pengumpulan limbah padat ini dapat bersifat sementara atau tetap. Oleh<br />

karena tempat pengumpulan padat sudah ditentukan, maka sudah saatnya<br />

diperhitungkan kemungkinan dampaknya.<br />

Bentuk dampak pencemaran tanah/daratan dibagi atas 2 bagian, yaitu :<br />

a. Dampak Langsung<br />

Dampak pencemaran daratan yang secara langsung oleh manusia adalah<br />

dampak dari pembuangan limbah padat organik yang berasal dari kegiatan<br />

rumah tangga, kegiatan industri, dan aktivitas pertanian. Dampak<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 41


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

langsung akibat pencemaran daratan lainnya adalah timbunan limbah<br />

padat dalam jumlah besar yang akan menimbulkan pemandangan yang<br />

tidak sedap, kotor dan kumuh. Hal ini sering terjadi pada Tempat<br />

Pembuangan Akhir (TPA) atau dump station menyebabkan pemandangan<br />

sekitar terlihat kurang enak dipandang dan mempengaruhi psikis<br />

penduduk sekitar.<br />

b. Dampak Tidak Langsung<br />

Dampak yang dirasakan secara tidak langsung akibat pencemaran daratan<br />

adalah apabila kaleng bekas, ban dan lain-lainnya bila hujan akan berisi air<br />

yang menjadi sarang nyamuk untuk bertelur dan berkembang biak.<br />

Gigitan nyamuk dapat menyebabkan berbagai macam penyakit,<br />

diantaranya :<br />

1) Penyakit Pes<br />

2) Penyakit Kaki Gajah<br />

3) Penyakit Malaria<br />

4) Penyakit Demam Berdarah<br />

Pencemaran tanah disamping menyebabkan berbagai macam penyakit,<br />

juga dapat mengakibatkan berbagai hal. Akibat yang ditimbulkan oleh<br />

pencemaran tanah antara lain :<br />

1) Terganggunya kehidupan organisme (terutama mikroorganisme dalam<br />

tanah)<br />

2) Berubahnya sifat kimia atau sifat fisika tanah sehingga tidak baik untuk<br />

pertumbuhan tanaman, dan<br />

3) Mengubah dan mempengaruhi keseimbangan ekologi<br />

4. Dampak Pencemaran Suara (Kebisingan)<br />

Kemajuan teknologi dan industri antara lain ditandai dengan mesin-mesin<br />

yang dapat mengolah dan memproduksi bahan maupun barang yang<br />

dibutuhkan manusia secara cepat. Pemakaian mesin-mesin tersebut<br />

seringkali menimbulkan kebisingan, baik kebisingan rendah, kebisingan<br />

sedang, maupun kebisingan tinggi, oleh karena itu kebisingan dapat<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 42


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

mengganggu lingkungan dan merambatnya melalui udara. Kebisingan adalah<br />

bunyi yang dapat mengganggu dan merusak pendengaran manusia.<br />

F. Strategi Pengendalian Pencemaran <strong>Lingkungan</strong><br />

Persoalan lingkungan hidup disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya<br />

pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan populasi manusia yang semakin tinggi<br />

menyebabkan aktivitas manusia juga semakin meningkat pesat. Kegiatan<br />

ekonomi/pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko<br />

pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sehingga struktur dan fungsi<br />

dasar ekosistem yang menjadi pendukung kehidupan menjadi rusak. Hal<br />

tersebut merupakan beban sosial yang pada akhirnya manusia pula yang akan<br />

menanggung biaya pemulihanya.<br />

Dalam penjelasan atas Undang-Undang nomor 23 Tahun 1997 tentang<br />

Pengelolaan <strong>Lingkungan</strong> <strong>Hidup</strong> disebutkan bahwa arah pembangunan jangka<br />

panjang Indonesia adalah pembangunan ekonomi dengan bertumpukan pada<br />

pembangunan industri yang diantaranya menggunakan berbagai jenis bahan<br />

kimia dan zat radioaktif. Disamping menghasilkan produk yang bermanfaat bagi<br />

masyarakat, industrialisasi juga menyebabkan ekses ,antara lain dihasilkan<br />

limbah yang apabila dibuang ke lingkungan akan dapat mengancam lingkungan<br />

itu sendiri, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.<br />

1. Pengendalian Pencemaran Udara<br />

Untuk dapat mengendalikan terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan<br />

beberapa usaha antara lain : mengganti bahan bakar kendaraan bermotor<br />

dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan gas karbon monoksida dan<br />

diusahakan pula agar pembakaran yang terjadi berlangsung secara sempurna,<br />

selain itu pengolahan/daur ulang atau penyaringan limbah asap industri,<br />

penghijauan untuk melangsungkan proses fotosintesis (taman bertindak<br />

sebagai paru-paru kota), dan tidak melakukan pembakaran hutan secara<br />

sembarangan, serta melakukan reboisasi/penanaman kembali pohon-pohon<br />

pengganti yang penting adalah untuk membuka lahan tidak dilakukan<br />

pembakaran hutan, melainka dengan cara mekanik.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 43


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

Pencemaran udara selain memberikan dampak negatif, juga dapat<br />

memberikan dampak positif antara lain, lahar dan partikulat-partikulat yang<br />

disemburkan gunung berapi yang meletus, bila sudah dingin menyebabkan<br />

tanah menjadi subur, pasir dan batuan yang dikeluarkan gunung berapi yang<br />

meletus dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Gas karbon<br />

monoksida bila bereaksi dengan oksigen di udara menghasilkan gas<br />

karbondioksida bisa dimanfaatkan bagi tumbuh-tumbuhan untuk<br />

melangsungkan fotosintesis untuk menghasilkan karbohidrat yang sangat<br />

berguna bagi makhluk hidup.<br />

2. Pengendalian Pencemaran Air<br />

Pengendalian/penanggulangan pencemaran air di Indonesia telah diatur<br />

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan<br />

Kualitas dan Pengendalian Pencemaran Air. Secara umum hal ini meliputi<br />

pencemaran air baik oleh instansi ataupun non-instansi. Salah satu upaya<br />

serius yang telah dilakukan Pemerintah dalam pengendalian pencemaran air<br />

adalah melalui Program Kali Bersih (PROKASIH). Program ini merupakan<br />

upaya untuk menurunkan beban limbah cair khususnya yang berasal dari<br />

kegiatan usaha skala menengah dan besar, serta dilakukan secara bertahap<br />

untuk mengendalikan beban pencemaran dari sumber -sumber lainnya.<br />

Program ini juga berusaha untuk menata pemukiman di bantaran sungai<br />

dengan melibatkan masyarakat setempat (KLH, 2004).<br />

Pada prinsipnya ada 2 (dua) usaha untuk menanggulangi pencemaran, yaitu<br />

penanggulangan secara non-teknis dan secara teknis. Penanggulangan secara<br />

non-teknis yaitu suatu usaha untuk mengurangi pencemaran lingkungan<br />

dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan,<br />

mengatur dan mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan<br />

teknologi sehingga tidak terjadi pencemaran. Peraturan perundangan ini<br />

hendaknya dapat memberikan gambaran secara jelas tentang kegiatan<br />

industri yang akan dilaksanakan, misalnya meliputi AMDAL, pengaturan dan<br />

pengawasan kegiatan dan menanamkan perilaku disiplin. Sedangkan<br />

penanggulangan secara teknis bersumber pada kegiatan industri terhadap<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 44


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

pengolahan hasil buangannya, misalnya dengan mengubah proses, mengelola<br />

limbah atau menambah alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran.<br />

Penanggulangan pencemaran air dapat dilakukan melalui :<br />

a. Perubahan perilaku masyarakat<br />

Secara alami, ekosistem air dapat melakukan rehabilitasi apabila terjadi<br />

pencemaran terhadap badan air. Kemampuan ini ada batasnya, oleh<br />

karena itu perlu diupayakan untuk mencegah dan menanggulangi<br />

pencemaran air. Untuk mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha<br />

preventif, misalnya dengan tidak membuang sampah dan limbah industri<br />

ke sungai. Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan disembarang<br />

tempat hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan-<br />

peraturan yang diterapkan dilingkungan masing-masing secara konsekuen.<br />

Sampah-sampah hendaknya dibuang pada tempat yang telah dilakukan.<br />

Dalam keseharian, kita dapat mengurangi pencemaran air dengan cara<br />

mengurangi produksi sampah (minimize) yang kita hasilkan setiap hari.<br />

Selain itu kita dapat pula mendaur ulang (recycle) dan mendaur ulang<br />

(reuse) sampah tersebut. Kitapun perlu memperhatikan bahan kimia yang<br />

kita buang dari rumah kita, seperti mencuci, memasak, membersihkan<br />

rumah, memupuk tanaman, dan sebagainya. Kita harus bertanggung<br />

jawab terhadap berbagai sampah seperti makanan dalam kaleng,<br />

minuman dalam botol dan sebagainya yang memuat unsur pewarna pada<br />

kemasannya dan kemudian terserap oleh air tanah pada tempat<br />

pembuangan akhir. Masyarakat disekitar sungai perlu merubah perilaku<br />

tentang pemanfaatan sungai agar sungai tidak lagi dipergunakan sebagai<br />

tempat pembuangan sampah dan tempat mandi, cuci, kakus (MCK).<br />

Peraturan pembuangan limbah industri hendaknya dipantau<br />

pelaksanaannya dan pelanggarnya dijatuhi hukuman. Limbah industri<br />

hendaknya diproses terlebih dahulu dengan teknik pengolahan limbah,<br />

dan setelah memenuhi syarat baku mutu air buangan baru bisa dialirkan<br />

ke selokan-selokan atau sungai. Dengan demikian akan tercipta sungai<br />

yang bersih dan mempunyai fungsi fisiologis.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 45


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

b. Pembuatan kolam/bak pengolahan limbah cair<br />

Saat ini mulai digalakkan pembuatan WC umum yang dilengkapi septic<br />

tank di daerah/lingkungan yang rata-rata penduduknya tidak memiliki<br />

WC. Setiap sepuluh rumah disediakan satu WC umum. Upaya demikian<br />

sangat bersahabat dengan lingkungan, murah dan sehat karena dapat<br />

menghindari pencemaran air sumur/air tanah. Selain itu, sudah saatnya<br />

diupayakan pembuatan kolam pengolahan air buangan (air cucian, air<br />

kamar mandi dan lain-lain) secara kolektif, agar limbah tersebut tidak<br />

langsung dialirkan ke selokan atau sungai. Untuk limbah industri<br />

dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam beberapa<br />

kolam kemudian dibersihkan, baik secara mekanis (pengadukan), kimiawi<br />

(diberi zat kimia tertentu) maupun biologis (diberi bakteri, ganggang atau<br />

tumbuhan air lainnya). Pada kolam terakhir dipelihara ikan untuk menguji<br />

kebersihan air dari polutan yang berbahaya. Reaksi ikan terhadap<br />

kemungkinan pengaruh polutan diteliti. Dengan demikian air yang boleh<br />

dialirkan keluar (selokan, sungai dll.) hanyalah air yang tidak tercemar.<br />

Salah satu contoh tahap-tahap proses pengolahan air buangan adalah<br />

sebagai berikut :<br />

1) Proses penanganan primer, yaitu memisahkan air buangan dari bahan-<br />

bahan padatan yang mengendap atau mengapung.<br />

2) Proses penanganan sekunder, yaitu proses dekomposisi bahan-bahan<br />

padatan secara biologis.<br />

3) Proses pengendapan tersier, yaitu menghilangkan komponen-<br />

komponen fosfor dan padatan tersuspensi, terlarut atau berwarna dan<br />

bau. Untuk itu bisa menggunakan beberapa metode bergantung pada<br />

komponen yang ingin dihilangkan, antara lain :<br />

- Pengendapan, yaitu cara kimia penambahan kapur atau metal<br />

hidroksida untukmmengendapkanmfosfor.<br />

- Adsorbsi, yaitu menghilangkan bahan-bahan organik terlarut,<br />

berwarna atau bau.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 46


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

- Elektrodialisis, yaitu menurunkan konsentrasi garam-garam terlarut<br />

dengan menggunakanmtenagamlistrik.<br />

- Osmosis, yaitu mengurangi kandungan garam-garam organik maupun<br />

mineral dari air.<br />

- Klorinasi,myaitummenghilangkanmorganismempenyebabmpenyakit.<br />

Tahapan proses pengolahan air buangan tidak selalu dilakukan<br />

seperti di atas, tetapi bergantung pada jenis limbah yang dihasilkan.<br />

Hasil akhir berupa air tak tercemar yang siap dialirkan ke badan air<br />

dan lumpur yang siap dikelola lebih lanjut. Berdasarkan penelitian,<br />

tanaman air seperti enceng gondok dapat dimanfaatkan untuk<br />

menyerap bahan pencemar di dalam air.<br />

3. Pengendalian Pencemaran Tanah<br />

Cara pengendalian dan pencegahan Bahan Pencemar Tanah merupakan dua<br />

tindakan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dalam arti kedua tindakan ini<br />

dilakukan untuk saling menunjang, apabila tindakan pencegahan sudah tidak<br />

dapat dilakukan maka dilakukan langkah pengendalian. Namun demikian<br />

pada dasarnya kita semua sependapat bahwa tindakan pencegahan lebih baik<br />

dan lebih diutamakan dilakukan sebelum pencemaran itu sendiri, apabila<br />

pencemaran sudah terjadi baik secara alami maupun aktivitas manusia untuk<br />

memenuhi kebutuhan hidupnya. Tindakan pengendalian dan tindakan<br />

pencegahan terhadap terjadinya pencemaran tanah atau daratan dapat<br />

dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan macam bahan pencemar yang<br />

perlu ditanggulangi. Langkah-langkah pencegahan dan pengendalian terhadap<br />

terjadinya pencemaran tanah antara lain dapat dilakukan sebagai berikut :<br />

a. Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha untuk<br />

tidakmmenyebabkanmterjadinyampencemaran,mmisalnyammencegah/me<br />

ngurangi terjadinya bahan pencemar :<br />

1) Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh<br />

mikroorganisme antara lain dapat dilakukan dengan mengukur<br />

sampah-sampah dalam tanah secara tertutup dan terbuka, kemudian<br />

dapat diolah sebagai kompos/pupuk. Untuk mengurangi terciumnya<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 47


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

bau busuk dari gas-gas yang timbul pada proses pembusukan, maka<br />

penguburan sampah dilakukan secara berlapis-lapis dengan tanah.<br />

2) Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat<br />

dimusnahkan oleh mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara<br />

membakar sampah-sampah yang dapat terbakar seperti plastik dan<br />

serat baik secara individual maupun dikumpulkan pada suatu tempat<br />

yang jauh dari pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah<br />

pemukiman. Sampah yang tidak dapat dibakar dapat digiling/dipotong-<br />

potong menjadi partikel-partikel kecil, kemudian dikubur.<br />

3) Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat<br />

yang akan mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke<br />

tempat pembuangan agar dilakukan pembuangan proses pemurnian.<br />

4) Sampah zat radioaktif sebelum dibuang, disimpan dahulu pada sumur-<br />

sumur atau tangki dalam jangka waktu yang cukup lama sampai tidak<br />

berbahaya, baru dibuang ke tempat yang jauh dari pemukiman, misal<br />

pulau karang yang tidak berpenghuni kedasar lautan yang sangat<br />

dalam.<br />

5) Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan<br />

namun sesuai dengan aturan dan tidak berlebihan.<br />

6) Usahakan membuang dan memakai detergen yang ramah lingkungan<br />

yang komponennya berupa senyawa organik yang dapat<br />

dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.<br />

b. Langkah pengendalian dan penanggulangan<br />

Apabila pencemaran telah terjadi, maka perlu dilakukan pengendalian dan<br />

penanggulangan terhadap pencemaran tersebut. Tindakan pengendalian<br />

dan penanggulangan pada prinsipnya mengurangi bahan pencemar atau<br />

mendaur ulang menjadi bahan yang bermanfaat.<br />

Tanah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, tanah subur adalah tanah<br />

yang dapat ditanami dan terdapat mikroorganisme yang bermanfaat serta<br />

tidak punahnya hewan tanah. Langkah tindakan pengendalian dan<br />

pencegahan yang dapat dilakukan antara lain dengan cara :<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 48


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

1) Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada dalam<br />

jumlah banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup masyarakat dan<br />

mencemari tanah, agar diolah atau dilakukan daur ulang menjadi<br />

barang yang lebih bermanfaat.<br />

2) Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu, kerikil, batu bata) yang<br />

dapat menyebabkan tanah menjadi kurang subur, dikubur dalam<br />

sumur yang berlapis-lapis yang dapat berfungsi sebagai resapan dan<br />

penyaringan air, sehingga tidak menyebabkan banjir, melainkan tetap<br />

berada ditempat sekitar rumah dan tersaring. Resapan air tersebut<br />

bahkan bisa masuk ke dalam sumur dan dapat digunakan lagi sebagai<br />

air bersih.<br />

3) Hujan asam yang menyebabkan pH tanah menjadi tidak sesuai lagi<br />

untuk tanaman, maka tanah perlu ditambah dengan kapur agar<br />

keasaman berkurang.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 49


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

BAB IV<br />

LAPORAN KEGIATAN/USAHA YANG BERPOTENSI<br />

MENCEMARI LINGKUNGAN KABUPATEN<br />

TEMANGGUNG<br />

A. Kegiatan/Usaha yang Berpotensi Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kecamatan<br />

Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung<br />

1. Kecamatan Kandangan<br />

Kecamatan Kandangan terdiri dari 16 Desa, dengan berbagai macam<br />

kegiatan/usaha yang berpotensi mencemari lingkungan. Kegiatan/usaha yang<br />

menjadi sumber pencemaran di Kecamatan Kandangan meliputi :<br />

a. Produksi Makanan<br />

1) Produksi Tahu<br />

Di Kecamatan Kandangan terdapat 7 kegiatan/usaha industri tahu<br />

yang terletak di beberapa Desa antara lain di Desa Kandangan, Desa<br />

Kembangsari, Desa Kedungumpul, dan Desa Ngemplak. Dari 7<br />

kegiatan/usaha industri tahu tersebut belum semuanya mempunyai<br />

IPAL. Limbah cair yang dihasilkan dari produksi tahu tersebut langsung<br />

ditampung dikolam penampung dan dibuang ke sungai tanpa<br />

pengolahan terlebih dahulu. Hal ini yang menjadi sumber pencemaran<br />

air yang cukup besar karena limbah dari industri tahu tersebut belum<br />

dikelola dengan baik, terlebih industri – industri tahu tersebut berada<br />

di tengah kawasan pemukiman dengan lahan yang relatif terbatas.<br />

Limbah cair industri tahu berasal dari pencucian kedelai dan dari<br />

proses pembuatan tahu. Air limbah tahu yang berasal dari proses<br />

produksi tahu mengandung bahan organik yang tinggi dan berpotensi<br />

mencemari lingkungan, karena air tahu mengandung cuka maka air<br />

tahu bersifat asam ( mempunyai pH rendah ) sehingga menimbulkan<br />

bau tidak sedap yang mengganggu kenyamanan warga setempat saat<br />

melintasi kolam/sungai tempat pembuangan limbah tersebut.<br />

Timbulnya bau yang berasal dari industri tahu tersebut termasuk<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 50


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

pencemaran udara karena bisa mengganggu pernafasan dan<br />

menimbulkan penyakit.<br />

Volume hasil produksi tahu terbesar adalah di Desa Kandangan yaitu<br />

150 kg/hari, dengan volume limbah cair sebesar 1.400 liter/hari dan<br />

volume limbah padat sebesar 125 kg/hari. Sedangkan hasil produksi<br />

tahu terkecil terdapat di Desa Kedungumpul yaitu sebesar 24 kg/hari<br />

yang menghasilkan limbah cair sebesar 232 liter/hari dan limbah padat<br />

sebesar 20 kg/hari. Meskipun dengan kapasitas yang kecil jumlah<br />

industri tahu terbanyak ada di Desa Kedungumpul.<br />

Limbah padat dari industri tahu berupa ampas tahu, yang biasa<br />

dimanfaatkan untuk pakan ternak.<br />

2) Produksi Tempe<br />

Di Kecamatan Kandangan terdapat ± 19 usaha/kegiatan produksi<br />

tempe yang tersebar, di Desa Gesing sebanyak 2 usaha produksi<br />

tempe, di Desa Kembangsari dan Desa Margolelo masing-masing ada<br />

1 usaha produksi tempe, Desa Kedungumpul ada 14 usaha produksi<br />

tempe dan Desa Wadas ada 1 usaha produksi tempe. Bahan baku<br />

produksi tempe sangat sederhana yaitu kedelai dan rag. Cara<br />

pembuatanya juga dengan cara tradisional yaitu dengan direbus,<br />

direndam, dikukus kemudian peragian.<br />

Hasil produksi tempe terbesar terdapat di Desa Kedungumpul yaitu<br />

sebesar 390 kg/hari. Dari hasil produksi sebesar 390 kg/hari<br />

menghasilkan limbah cair sebesar 180 liter/hari dan limbah padat<br />

sebesar 27,3 kg/hari. Sedangkan hasil produksi terkecil terdapat di<br />

Desa Kembangsari dan Desa Margolelo yaitu sebesar 10 kg/hari<br />

dengan kapasitas limbah cair sebesar 6 liter/hari dan limbah padat<br />

sebesar 0,7 kg/hari.<br />

Dari hasil survey di beberapa Desa di Kecamatan Kandangan cara<br />

pembuangan limbah cair industri tempe yang berasal dari bekas<br />

pencucian kedelai juga dilakukan dengan sederhana dan sangat<br />

beragam, yaitu langsung dibuang ke kebun, sungai, saluran air dan ada<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 51


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

juga yang di kolam. Air bekas pencucian kedelai yang dibuang ke<br />

kebun mengakibatkan pencemaran tanah, karena limbah tersebut<br />

langsung diserap oleh tanah sehingga mikroorganisme yang hidup<br />

didalam tanah akan terganggu dan juga akan mempengaruhi<br />

keseimbangan ekologi. Limbah padat produksi tempe berasal dari kulit<br />

kedelai yang digunakan untuk pakan ternak. Produksi tempe juga<br />

menghasilkan pencemaran udara yang berasal dari abu kayu yang<br />

digunakan untuk merebus kedelai.<br />

3) Produksi Krupuk<br />

Produksi Krupuk yang ada di Kecamatan Kandangan terdapat di Desa<br />

Malebo (1 usaha ), Desa Banjarsari (1 usaha) dan Desa Tlogopucang<br />

( 9 usaha). Jenis krupuk yang dihasilkan ada berbagai macam seperti<br />

kerupuk rambak, udang, terung, lenteng, dengan bahan utama berupa<br />

tepung tapioka dan ada juga yang dari ketela pohon. Produksi krupuk<br />

yang ada di Kecamatan Kandangan menghasilkan limbah berupa gas<br />

yang berasal dari cerobong asap hasil pembakaran kayu untuk proses<br />

pembuatan krupuk, walaupun tidak terlalu berdampak besar bagi<br />

lingkunganya, usaha produksi krupuk ini menghasilkan pencemaran<br />

udara.<br />

4) Produksi Gula Aren<br />

Produksi gula aren yang ada di Kecamatan Kandangan hanya terdapat<br />

di Desa Kedawung yaitu ada 4 usaha produksi. Gula aren ini berbahan<br />

baku air nira yang disadap dari pohon aren. Usaha ini tidak<br />

menghasilkan limbah terlalu besar bagi lingkungan, baik dipandang dari<br />

segi bahan baku maupun proses produksinya.<br />

b. Usaha Penggergajian dan Depo Kayu<br />

Terdapat 14 usaha penggergajian dan depo kayu yang ada di Kecamatan<br />

Kandangan, yaitu di Desa Kandangan 5 usaha penggergajian kayu<br />

sedangkan di Desa Samiranan terdapat 9 usaha depo penggergajian kayu.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 52


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

Usaha penggergajian dan depo kayu ini menghasilkan limbah padat<br />

berupa serbuk gergaji, yang sering dimanfaatkan untuk alas ternak<br />

maupun untuk media budidaya jamur, akan tetapi serbuk gergaji<br />

menghasilkan partikel debu yang bisa terbawa oleh udara dan dihirup<br />

oleh masyarakat sekitar lokasi penggergajian kayu. Partikel debu yang<br />

dihasilkan dari serbuk gergaji dapat menyebabkan pencemaran udara<br />

karena bisa mengganggu pernafasan dan menyebabkan sakit mata.<br />

Disamping itu suara dari mesin penggergajian kayu menimbulkan<br />

pencemaran suara yaitu kebisingan, suara yang dikeluarkan oleh mesin<br />

penggergajian kayu secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama<br />

dapat mengganggu manusia yang berada di sekitar lokasi penggergajian.<br />

c. Usaha Perbengkelan<br />

Di Kecamatan Kandangan terdapat 8 usaha perbengkelan. Usaha bengkel<br />

tersebut terdapat di Desa Kandangan (1 usaha bengkel motor), di Desa<br />

Tlogopucang (3 usaha bengkel motor) dan di Desa Kedungumpul (2<br />

bengkel motor dan 2 usaha bengkel mobil).<br />

Limbah padat dari bengkel motor tersebut berupa onderdil dan<br />

sparepart bekas yang sering dijual kembali ke pengepul, sedangkan untuk<br />

limbah cair yang dihasilkan oleh usaha bengkel motor ini berupa oli bekas<br />

yang sangat berbahaya jika tidak dikelola dengan baik karena oli tersebut<br />

termasuk limbah B3. Oli bekas termasuk limbah B3 karena tidak bisa<br />

larut dalam air sehingga bisa mengakibatkan mikroorganisme dalam air<br />

mati. Oli bekas yang dihasilkan tersebut sering dibuang ke pengepul.<br />

Limbah gas yang berasal dari usaha bengkel motor berupa asap<br />

kendaraan bermotor, yang menyebabkan pencemaran udara, karena asap<br />

dari kendaraan bermotor mengandung gas CO (Karbon Monoksida).<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 53


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

d. Usaha Penggilingan<br />

1) Penggilingan Padi<br />

Usaha penggilingan padi terdapat hampir disetiap Desa di Kecamatan<br />

Kandangan. Ada 44 usaha penggilingan padi yang tersebar di<br />

Kecamatan Kandangan. Residu yang dihasilkan dari penggilingan padi<br />

adalah sekam, dedak, bising, partikulat, karbon monoksida, dan lain-<br />

lain. Bahan dan energi tersebut berpotensi merusak lingkungan, oleh<br />

karena itu perhatian dan penanganan serius perlu dilakukan.<br />

Limbah padat yang dihasilkan dari usaha penggilingan padi tersebut<br />

adalah dedak dan sekam, yang dimanfaatkan untuk pakan ternak dan<br />

bahan bakar selain menghasilkan limbah padat usaha penggilingan padi<br />

ini menghasilkan partikulat debu yang menyebabkan pencemaran<br />

udara. Pencemaran udara ini berasal dari asap yang keluar dari<br />

cerobong dedak. Penggilingan padi juga menghasilkan kebisingan dari<br />

mesin penggiling padi, Dampak kebisingan menimbulkan pencemaran<br />

suara, yang dapat mengakibatkan ganggungan pendengaran dan non<br />

pendengaran yang bersifat subyektif seperti gangguan komunikasi,<br />

gangguan tidur, gangguan pelaksanaan tugas dan perasaan tidak<br />

senang/mudah marah.<br />

2) Penggilingan Kopi<br />

Di Kecamatan Kandangan penggilingan kopi hanya terdapat di Desa<br />

Gesing (1 usaha) dan Desa Kedawung (1 usaha). Limbah yang<br />

dihasilkan dari penggilingan kopi ini adalah kulit kopi yang dibuang ke<br />

TPS terdekat. Dari kulit kopi tersebut berdampak pada pencemaran<br />

udara karena kulit kopi yang hancur menghasilkan debu yang<br />

bertebaran terbawa angin sehingga mengganggu warga setempat.<br />

3) Penggilingan Jagung<br />

Penggilingan jagung terdapat di Desa Kedawung (2 usaha/kegiatan).<br />

Limbah padat dari penggilingan jagung adalah dedak yang dimanfaatkan<br />

untuk pakan ternak. Seperti pada usaha penggilingan padi dan kopi,<br />

usaha penggilingan jagung ini juga menghasilkan partikel debu yang<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 54


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

mengakibatkan pencemaran udara dan kebisingan dari mesin yang<br />

digunakan untuk penggilingan jagung.<br />

e. Usaha Peternakan<br />

1) Peternakan Ayam dan Peternakan itik<br />

Di Kecamatan Kandangan ada 13 kegiatan/usaha peternakan ayam dan<br />

2 kegiatan/usaha peternakan itik. Jenis produk yang dihasilkan dari<br />

peternakan ayam adalah ayam petelur dan ayam potong.<br />

Limbah padat yang dihasilkan menghasilkan gas yang berbau tidak<br />

sedap dan menyebabkan pencemaran udara. Bau tersebut dibawa oleh<br />

udara sehingga mengundang lalat yang bisa menyebabkan penyakit di<br />

lingkungan sekitar pemukiman. Pemanfaatan limbah ternak ayam dan<br />

ternak itik sering di daur ulang menjadi pupuk. Bahkan limbah ternak<br />

itik sering dibuat pupuk dieng. Walaupun limbah tersebut sudah<br />

didaur ulang, tetap saja mencemari lingkungan karena mengandung zat<br />

organik tersuspensi tinggi.<br />

2) Peternakan Sapi<br />

Peternakan sapi yang ada di Kecamatan Kandangan terdapat di Desa<br />

Caruban (2 usaha peternakan sapi), Desa Margolelo (1 usaha<br />

peternakan sapi), Desa Ngemplak (1 usaha peternakan sapi) dan Desa<br />

Rowo (1 usaha peternakan sapi). Dari ke 4 desa tersebut yang paling<br />

besar menghasilkan limbah adalah di Desa Ngemplak yaitu limbah<br />

padatnya mencapai sebesar 140 m³/bln sedangkan limbah cair yang<br />

dihasilkan sebesar 2.100 liter/hari.<br />

Asal buangan utama dari usaha peternakan sapi adalah feses (kotoran<br />

sapi) dan urine sapi (air kencing). Seperti usaha peternakan lainya<br />

usaha peternakan sapi menyebabkan pencemaran (polusi udara) yang<br />

jika dihirup oleh manusia bisa menimbulkan penyakit. Limbah padat<br />

dan limbah cair yang dihasilkan dari usaha peternakan sapi tersebut<br />

menyebabkan bau. Limbah padat dari kotoran sapi sering didaur ulang<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 55


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

menjadi pupuk sedangkan limbah cairnya sering dibuang ke tanah dan<br />

sawah sekitar peternakan.<br />

f. Usaha Pemotongan Ayam<br />

Ada 1 usaha kegiatan pemotongan ayam yang ada di Kecamatan<br />

Kandangan yaitu di Desa Kembangsari. Limbah padat yang dihasilkan dari<br />

usaha pemotongan ayam ini adalah bulu dan isi perut ayam, sedangkan<br />

limbah cairnya berasal dari air bekas pencucian ayam yang menyebabkan<br />

bau. Hasil produksi pemotongan ayam adalah daging ayam potong.<br />

Volume hasil produksi sebesar 300 kg/hari, limbah padat yang berasal<br />

dari isi perut ayam potong sebesar 50 kg/hari sedangkan air bekas<br />

pencucian ayam menghasilkan 20 liter/hari limbah cair. Limbah cair yang<br />

dihasilkan dari air pencucian ayam ini cara pembuanganya langsung<br />

dibuang ke kolam dan mengakibatkan pencemaran udara karena<br />

menimbulkan bau.<br />

2. Kecamatan Ngadirejo<br />

Kecamatan Ngadirejo terdapat 20 Desa/Kelurahan yang memiliki berbagai<br />

macam kegiatan/usaha yang berpotensi mencemari lingkungan.<br />

Kegiatan/Usaha yang menjadi Sumber Pencemaran di Kecamatan Ngadirejo<br />

meliputi :<br />

a. Produksi makanan<br />

1) Produksi tahu<br />

Di Kecamatan Ngadirejo terdapat 25 usaha produksi tahu, yaitu di Desa<br />

Karang Gedong (1 usaha), Desa Petirejo (3 usaha), Desa Manggong (17<br />

usaha), Desa Ngadirejo (2 usaha), Desa Mangunsari (1 usaha) dan Desa<br />

Kataan (1 usaha). Lokasi industri tahu yang ada di Kecamatan Ngadirejo<br />

ini berada di kawasan pemukiman dan dengan lahan yang relatif terbatas.<br />

Limbah tahu terdiri dari 2 jenis yaitu : limbah cair dari proses tahu (air<br />

limbah ) dan limbah padat berupa ampas tahu. Limbah padat yang berupa<br />

ampas tahu tersebut banyak digunakan untuk pakan ternak, sementara<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 56


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

air limbah industri tahu berasal dari pencucian kedelai dan dari proses<br />

pembuatan tahu. Dari hasil survey dan pengamatan di lapangan limbah<br />

cair yang dihasilkan dari produksi tahu tersebut belum dikelola dengan<br />

baik, air manyon sebagian dimanfaatkan dan sebagian lagi dibuang. Cara<br />

pembuangan limbah cair tersebut dengan dibuang ke sungai dan saluran<br />

air yang ada tanpa pengolahan terlebih dahulu, hal ini bisa mengakibatkan<br />

pencemaran air mengingat air limbah tahu mengandung bahan organik<br />

tinggi yang sangat berpotensi terhadap pencemaran lingkungan.<br />

Kandungan organik tinggi ini berasal dari gumpalan tahu yang terpisah<br />

dari tahu atau mengambang dalam air tahu. Selain menyebabkan<br />

pencemaran air, limbah tahu juga menyebabkan pencemaran udara,<br />

karena air tahu mengandung cuka dan mempunyai pH rendah sehingga<br />

menimbulkan bau yang kurang sedap. Banyak juga keluhan masyarakat di<br />

lingkungan industri tahu yang merasa terganggu dengan timbulnya bau<br />

yang kurang sedap tersebut.<br />

Hasil produksi tahu terbesar di Kecamatan Ngadirejo terdapat di Desa<br />

Manggong yaitu tepatnya di Dusun Gondang Nduwur, dengan<br />

produksinya sebesar 300 kg/hari yang menghasilkan limbah padat 150<br />

kg/hari dan limbah cair sebesar 2.893 liter/hari. Sedangkan hasil produksi<br />

tahu terkecil terdapat di Desa Petirejo (Dusun Krajan) yaitu 20 kg/hari,<br />

dengan produksi limbah padat sebesar 10 kg/hari dan 193 liter/hari untuk<br />

volume limbah cair.<br />

2) Produksi tempe<br />

Produksi tempe yang terdapat di Kecamatan Ngadirejo sebanyak 28<br />

usaha yaitu di Desa Karang Gedong (2 usaha),Desa Petirejo (2 usaha),<br />

Desa Manggong (19 usaha), Desa Ngaren (2 usaha), Desa Mangunsari (1<br />

usaha) dan Desa Gandu Wetan (2 usaha). Limbah yang dihasilkan dari<br />

produksi tempe ini berupa limbah cair yang berasal dari air bekas<br />

pencucian kedelai dan limbah padat yang berasal dari kulit kedelai,<br />

kedelai yang rusak dan mengambang pada proses pencucian serta<br />

lembaga yang lepas waktu pelepasan kulit, sudah banyak yang<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 57


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

dimanfaatkan untuk makan ternak, sedangkan limbah cair yang berasal<br />

dari air bekas pencucian kedelai kebanyakan masih dibuang langsung ke<br />

saluran air sehingga menyebabkan pencemaran air yang dalam waktu<br />

relatif singkat akan menyebakan pencemaran udara karena menimbulkan<br />

bau busuk.<br />

3) Produksi krupuk<br />

Di Kecamatan Ngadirejo terdapat 39 usaha produksi kerupuk. Produksi<br />

krupuk yang dihasilkan di Kecamatan Ngadirejo ada beberapa jenis yaitu<br />

produksi lengko dan krupuk alami yang berbahan dasar dari ketela,<br />

krupuk terung yang berbahan dasar tepung tapioka, dan krecek yang<br />

berasal dari kulit sapi.<br />

Limbah padat yang dihasilkan dari produksi lengko dan krupuk alami<br />

adalah kulit ketela yang sering dimanfatkan untuk pakan ternak,<br />

sedangkan limbah padat dari produksi krecek adalah dari bulu lembu dan<br />

limbah cairnya berasal dari bekas air cucian bulu lembu yang<br />

menimbulkan bau yang tidak sedap.<br />

4) Produksi marning<br />

Hanya ada 1 usaha produksi marning di Kecamatan Ngadirejo yaitu di<br />

Desa Ngadirejo, limbah yang dihasilkan berupa gas dari proses<br />

pembuatan marning. Produksi marning ini tidak berdampak terlalu besar<br />

bagi lingkungan karena bahan baku dari marning ini hanya jagung dengan<br />

bahan pembantu minyak goreng yang bisa dimanfaatkan kembali untuk<br />

menggoreng.<br />

5) Produksi kopi<br />

Komoditas Kopi di Kabupaten Temanggung merupakan salah satu<br />

produk unggulan. Produksi kopi Temanggung termasuk terbesar di Jawa<br />

Tengah yaitu 40% produksi kopi Jawa Tengah berasal dari Temanggung.<br />

Karena itu, kopi menjadi andalan bagi para petani selain tanaman<br />

tembakau. Kopi pada umumnya dijual dalam bentuk biji untuk dieksport<br />

ke luar negeri. Sementara sebagian kecil biji kopi diolah menjadi kopi<br />

bubuk yang disajikan menjadi minuman. Seperti produksi kopi yang ada di<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 58


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

Kecamatan Ngadirejo yaitu di Desa Karang Gedong. Pengolahan kopi<br />

bubuk mempunyai prospek yang cukup baik. Hal ini dipengaruhi oleh<br />

beberapa potensi yang ada diantaranya luas lahan dan produksi kopi<br />

rakyat menjamin kontinyuitas pasokan bahan industri (kedekatan dengan<br />

sumber bahan baku). Produksi kopi bubuk menghasilkan limbah padat<br />

berupa kulit kopi yang dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak.<br />

6) Produksi kecap<br />

Industri kecap di Kecamatan Ngadirejo terdapat di Desa Ngadirejo,<br />

limbah padat yang dihasilkan adalah abu kayu dan limbah cairnya berasal<br />

dari air cucian kedelai. Limbah abu kayu berasal dari proses pembakaran<br />

dan sisa pembakaran tersebut menghasilkan gas berupa asap yang<br />

mengakibatkan pencemaran udara. Limbah abu kayu dijual untuk abu<br />

gosok dan air cucian kedelai dibuang melalui septictank.<br />

b. Usaha Perbengkelan<br />

Di Kecamatan Ngadirejo terdapat 14 usaha perbengkelan yaitu di Desa<br />

Petirejo (1 usaha bengkel motor), Desa Mangunsari (2 usaha bengkel motor<br />

dan 1 usaha bengkel mobil), Desa Purbosari (1usaha bengkel motor), Desa<br />

Gondang Winangun (2 usaha bengkel motor dan 2 usaha bengkel mobil),<br />

Desa Giripurno (2 usaha bengkel motor), Desa Gejagan (2 usaha bengkel<br />

motor), dan Desa Dlimoyo (1 usaha bengkel motor). Dari usaha<br />

perbengkelan tersebut, limbah yang dihasilkan adalah limbah padat berupa<br />

sparepart bekas, limbah cair berupa oli bekas, dan asap kendaraan yang<br />

menimbulkan pencemaran udara karena mengandung gas berbahaya seperti<br />

gas CO 2,CO,NOX.<br />

Oli bekas jika tidak dikelola dengan baik sangat berbahaya karena oli<br />

tersebut termasuk limbah B3. Limbah cair dan limbah padat usaha<br />

perbengkelan di Kecamatan Ngadirejo, sering dijual di pengepul.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 59


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

c. Usaha Penggilingan Padi dan Jagung<br />

Usaha penggilingan padi di Kecamatan Ngadirejo sebanyak 12<br />

usaha/kegiatan yaitu di Desa Ngaren (2 usaha), Desa Mangunsari (2 usaha),<br />

Desa Purbosari (1 usaha), Desa Gondang Winangun (1 usaha), Desa Gandu<br />

Wetan (1 usaha), Desa Dlimoyo (2 usaha) dan Desa Campursari (3 usaha)<br />

sedangkan untuk usaha penggilingan jagung hanya ada 1 usaha yaitu di Desa<br />

Giripurno.<br />

Pada indutri pengolahan padi, selain menghasilkan beras juga limbah (sekam<br />

dan dedak) dan hasil samping (menir). Limbah tersebut dikembalikan ke<br />

lingkungan dalam bentuk padatan, cairan atau gas. Residu energi memasuki<br />

lingkungan dalam bentuk panas atau suara (bising) yang merupakan<br />

pencemaran suara karena sangat mengganggu pendengaran manusia, selain<br />

itu usaha tersebut menghasilkan pencemaran udara karena menghasilkan<br />

partikel debu. Di Kecamatan Ngadirejo residu/limbah dapat digunakan<br />

kembali sebagai input atau diolah untuk mengurangi potensi dampak negatif.<br />

Walaupun demikian, residu tidak mungkin dihilangkan (dimanfaatkan)<br />

seluruhnya. Di Kecamatan Ngadirejo limbah padat yang berupa dedak<br />

sering digunakan untuk pakan ternak.<br />

d. Usaha Peternakan<br />

1) Peternakan ayam<br />

Jumlah peternak ayam di Kecamatan Ngadirejo ada 6 kegiatan/usaha,<br />

jenis produk yang dihasilkan adalah ayam petelur dan ayam potong.<br />

Peternakan ayam ini terdapat di Desa Medari (1 usaha), Desa Petirejo (1<br />

usaha), Desa Mangunsari (I usaha), Desa Tegalrejo (2 usaha),dan Desa<br />

Katekan (1 usaha).Peternakan ayam ini menyebabkan pencemaran udara<br />

yang jika dihirup oleh manusia bisa menimbulkan penyakit karena limbah<br />

tersebut berasal dari sisa kotoran ayam, sisa kotoran ayam tersebut<br />

termasuk limbah padat yang sering digunakan untuk membuat pupuk,<br />

walaupun jarak peternakan ayam di Kecamatan Ngadirejo dengan<br />

pemukiman penduduk tidak terlalu dekat yaitu sekitar 100-200 m<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 60


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

namun, tetap saja mengganggu karena bau yang dihasilkan dari kotoran<br />

ayam tersebut mengundang lalat dan tidak menutup kemungkinan lalat<br />

tersebut akan sampai ke pemukiman penduduk dan bisa menimbulkan<br />

penyakit.<br />

2) Peternakan itik<br />

Peternakan itik yang ada di Kecamatan Ngadirejo terdapat di Desa<br />

Medari (4 usaha), Desa Mangunsari (1 usaha), dan Desa Campursari (1<br />

usaha). Seperti usaha peternakan lainya limbah yang dihasilkan adalah dari<br />

kotoran itik. Dari hasil survey letak / tempat yang digunakan untuk usaha<br />

peternakan itik ini jarak dengan pemukiman warga yaitu sekitar 50 m<br />

dari pemukiman.<br />

3) Peternakan Sapi dan Peternakan Kambing<br />

Ada 4 usaha peternakan sapi di Kecamatan Ngadirejo, di Desa Medari (1<br />

usaha), Desa Katekan (1 usaha), Desa Tegalrejo (2 usaha), sedangkan<br />

Peternakan Kambing hanya ada 2 usaha yaitu di Desa Mangunsari 1 usaha<br />

dan Desa Gandu Wetan 1 usaha.<br />

Ada 2 jenis limbah yang dihasilkan dari usaha ternak sapi dan ternak<br />

kambing tersebut yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat<br />

berupa sisa kotoran (feses) yang dihasilkan ternak sapi dan kambing<br />

sering digunakan untuk pupuk dan dibuang ke sawah sedangkan limbah<br />

cair berasal dari air kencing sapi dan kambing yang kebanyakan dibuang<br />

ke tanah.<br />

e. Usaha Pemotongan Hewan<br />

1) Pemotongan ayam<br />

Di Kecamatan Ngadirejo terdapat 7 usaha pemotongan ayam, usaha ini<br />

banyak dijumpai di Desa Mangunsari yaitu ada 4 usaha pemotongan<br />

ayam, sedangkan di Desa Petirejo terdapat 2 usaha pemotongan ayam<br />

dan Desa Giripurno terdapat 1 usaha pemotongan ayam, dari hasil<br />

survey dan wawancara, usaha pemotongan ayam ini terletak pada jarak<br />

sekitar 100 m -200 m dari pemukiman warga. Hasil limbah terbesar dari<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 61


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

usaha pemotongan ayam ini adalah di Desa Petirejo, dengan jumlah ayam<br />

yang dipotong setiap harinya mencapai 200 ekor/hari sehingga limbah<br />

padat yang dihasilkan mencapai 300 kg/hari dan limbah cair sebanyak 40<br />

liter/hari, sedangkan di Desa Mangunsari dan Desa Giripurno<br />

pemotongan ayamnya berkisar antara 20 – 25 ekor/hari dengan hasil<br />

limbah padat sekitar 12,5 kg/hari dan limbah cair sebesar 5 liter/hari.<br />

Limbah padat dari usaha pemotongan ayam ini berasal dari bulu ayam<br />

dan isi perut dari ayam tersebut, limbah padat ini biasanya dijual,<br />

sedangkan limbah cair berasal dari air bekas pencucian daging ayam, yang<br />

kebanyakan dibuang ke sungai, yang bisa mencemari air sungai dan<br />

menimbulkan bau.<br />

2) Pemotongan sapi<br />

Pemotongan sapi di Kecamatan Ngadirejo hanya ada di Desa Mangunsari,<br />

pemotongan sapi setiap harinya berkisar antara 1-3 ekor/hari, limbah<br />

padat yang berasal dari kotoran sapi ini berkisar antara 10 – 30 kg/hari,<br />

sedangkan limbah cair yang berasal dari air pencucian daging ini<br />

dihasilkan sebesar 1 – 3 m³/hari. Limbah padat yang dihasilkan dari usaha<br />

ini sering dibuang ke TPS terdekat sedangkan limbah cair sering dibuang<br />

ke saluran air.<br />

B. Dampak Keberadaan Kegiatan/Usaha di Kecamatan Kandangan dan<br />

Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung<br />

1. Dampak Usaha Produksi Makanan<br />

Produksi makanan yang ada di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan<br />

Ngadirejo yang paling berpotensi mencemari lingkungan adalah industri<br />

tahu, tempe dan krupuk . Permasalahan lingkungan yang berkaitan dengan<br />

industri ini adalah masalah pencemaran sungai, penurunan kualitas air, dan<br />

pencemaran udara.<br />

a. Produksi tahu dan tempe<br />

Berdasarkan hasil survey di wilayah Kecamatan Kandangan dan<br />

Kecamatan Ngadirejo, di kedua kecamatan tersebut terdapat industri<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 62


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

kecil tahu dan tempe, di Kecamatan Kandangan jumlah total industri<br />

kecil tahu dan tempe ada 26 industri, sedangkan di Kecamatan Ngadirejo<br />

sebanyak 53 industri kecil tahu dan tempe yang masih beroperasi dan<br />

limbah cair yang dihasilkan dibuang ke sungai dan sebagian besar tanpa<br />

pengolahan terlebih dahulu.<br />

Dampak positif adanya industri tahu dan tempe ini adalah dapat<br />

meningkatkan nilai gizi masyarakat, mengurangi pengangguran, dan<br />

meningkatkan pendapatan masyarakat, karena industri ini dapat<br />

menyerap tenaga kerja di lingkungan sekitarnya. Dampak negatif dari<br />

industri ini adalah dapat menjadi sumber pencemar terbesar jika tidak<br />

dikelola dengan baik terlebih industri ini berada di lingkungan penduduk.<br />

Jumlah industri kecil tahu dan tempe yang cukup banyak di 2 kecamatan<br />

tersebut sebagian besar mengambil lokasi dekat dengan sungai ataupun<br />

saluran – saluran air guna memudahkan proses pembuangan limbahnya,<br />

hal ini akan mencemari lingkungan perairan sekitarnya, ada juga industri<br />

tempe skala kecil yang membuang limbah cairnya di kebun yang akan<br />

berdampak ke pencemaran tanah. Limbah cair industri tahu dan tempe<br />

yang dibuang ke perairan dalam waktu yang relatif singkat dapat<br />

menimbulkan bau busuk dari gas H 2 S, amoniak, ataupun fosfin, disamping<br />

itu limbah dari industri ini mengandung kadar BOD dan COD tinggi dan<br />

bahan organik yang sangat berpotensi mencemari lingkungan yang dapat<br />

mempengaruhi kualitas air dan kehidupan organisme di perairan tersebut<br />

sedangkan bau busuk yang timbul di sekitar industri dan perairan sangat<br />

mengganggu estetika lingkungan dan menimbulkan kesan kumuh di<br />

lingkungan tersebut.<br />

b. Produksi krupuk<br />

Produksi krupuk yang ada di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan<br />

Ngadirejo menghasilkan produk kerupuk yang sudah dikenal masyarakat<br />

seperti krupuk udang, krupuk terung, lengko, dan krecek jenis-jenis<br />

krupuk tersebut berbahan dasar tepung tapioka, ketela, udang dan kulit<br />

sapi. Dalam proses pembuatan krupuk terdapat proses pembakaran,<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 63


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

dimana dalam proses pembakaran tersebut membutuhkan kayu dan sisa<br />

pembakaran tersebut menghasilkan limbah, selain sisa pembakaran kayu<br />

pabrik krupuk juga menimbulkan bau yang tidak sedap, dimana bau<br />

tersebut menjadi limbah dalam bentuk gas yang juga menjadi polusi<br />

udara. Udara yang bau akibat dari pabrik krupuk juga berasal dari kulit<br />

sapi maupun udang yang berbau amis.<br />

2. Dampak Usaha Penggergajian dan Depo Kayu<br />

Usaha penggergajian dan Depo Kayu banyak dijumpai di Kecamatan<br />

Kandangan khususnya di Desa Samiranan, dari hasil survey di Kecamatan<br />

Kandangan usaha ini menggunakan mesin yang menimbulkan kebisingan dan<br />

sisa kayu gergaji yang sering terbawa oleh udara, sisa kayu gergaji tersebut<br />

mengandung partikel debu yang bisa mengganggu pernafasan dan sakit mata<br />

bagi orang yang melintasi tempat penggergajian tersebut.<br />

3. Dampak Usaha Perbengkelan<br />

Usaha perbengkelan yang ada di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan<br />

Ngadirejo meliputi usaha bengkel mobil dan bengkel motor.<br />

Limbah akibat usaha perbengkelan di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan<br />

Ngadirejo dapat menimbulkan pencemaran tanah, air dan udara<br />

disekitarnya. Hal ini disebabkan limbah yang dihasilkan berupa limbah cair,<br />

padat dan gas. Dampak negatif dari usaha perbengkelan yang ada di<br />

Kecamatan Kandangan dan Ngadirejo adalah :<br />

a. Pencemaran Udara dari limbah gas (asap kendaraan bermotor)<br />

Limbah gas yang dihasilkan dari usaha perbengkelan adalah dari asap<br />

kendaraan bermotor, komponen utama bahan bakar fosil ini adalah<br />

hidrogen (H) dan karbon (C), pembakaranya akan menghasilkan senyawa<br />

hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO 2 ),<br />

serta nitrogenoksida (NOX) pada kendaraan berbahan bakar bensin.<br />

Sedangkan pada kendaraan berbahan bakar solar, gas buangnya<br />

mengandung sedikit HC dan CO tetapi lebih banyak SO nya. Dari<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 64


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

senyawa-senyawa itu, HC dan CO yang paling berbahaya bagi kesehatan<br />

manusia.<br />

b. Pencemaran Air dari limbah cair<br />

Limbah cair dari usaha perbengkelan berupa oli bekas, air limbah dari<br />

usaha perbengkelan banyak terkontaminasi oleh oli (minyak pelumas)<br />

dan bahan bakar seperti bensin. Air yang terkontaminasi akan mengalir<br />

melalui saluran yang ada, sehingga air ini mudah sekali menyebarkan<br />

bahan – bahan kontaminan yang terbawa olehnya. Dari hasil wawancara<br />

dan survey di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo limbah<br />

cair dari oli bekas tersebut sering dijual ke pengepul, oli bekas jika tidak<br />

dikelola dengan baik akan menimbulkan kesan kotor dan sulit dalam<br />

pembersihanya, disamping itu oli bekas dapat membuat kondisi lantai<br />

licin yang dapat berakibat terjadi kecelakaan kerja.<br />

4. Dampak Usaha Penggilingan Padi<br />

Aktivitas utama yang cukup mempengaruhi perekonomian di Kabupaten<br />

Temanggung adalah pertanian, maka tidak heran jika banyak usaha<br />

penggilingan padi disetiap Desa, sebagai contoh di Kecamatan Kandangan<br />

dan Kecamatan Ngadirejo, hampir semua Desa di kedua Kecamatan<br />

tersebut terutama Kecamatan Kandangan banyak terdapat usaha<br />

penggilingan padi. Salah satu peningkatan teknologi pada bidang pertanian<br />

adalah penggunaan mesin traktor, mesin perontok padi dan mesin<br />

penggilingan padi menggunakan mesin diesel yang saat beroperasi dapat<br />

menghasilkan bahan pencemar udara terutama partikel debu. Hal ini<br />

merupakan potensi bahaya lingkungan kerja pertanian, sehingga secara<br />

langsung maupun tidak langsung mengancam kesehatan tenaga kerja.<br />

<strong>Lingkungan</strong> kerja mengandung debu, gas, uap, dan bising akan mengganggu<br />

produktifitas kerja. Selain itu, lingkungan kerja yang kurang diperhatikan juga<br />

dapat menurunkan produktivitas tenaga kerja. Dampak pencemaran yang<br />

paling besar dalam usaha penggilingan ini adalah kebisingan dan timbulnya<br />

partikel debu yang bisa mengganggu pernafasan dan sakit mata. Timbulnya<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 65


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

kebisingan juga mengganggu pendengaran manusia yang mengakibatkan<br />

perasaan tidak nyaman.<br />

5. Dampak Usaha Peternakan dan Pemotongan Hewan<br />

Kebanyakan masyarakat yang berada di pedesaan semuanya menyatu<br />

dengan kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan pertanian secara luas<br />

kerena memang itulah keahlian mereka yang dapat digunakan untuk<br />

mempertahankan kehidupannya. Tidak heran kebanyakan petani yang ada di<br />

Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo selain mengolah<br />

sawahnya, mereka juga memelihara ternak misalnya ternak itik, ayam<br />

potong, kambing, ataupun sapi. Dampak positif dari usaha peternakan adalah<br />

memberi keuntungan yang cukup tinggi dan menjadi sumber pendapatan<br />

bagi banyak masyarakat di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan<br />

Ngadirejo. Namun demikian, sebagaimana usaha lainnya, usaha peternakan<br />

juga menghasilkan limbah yang dapat menjadi sumber pencemaran. Limbah<br />

ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti<br />

usaha pemeliharaan ternak dan rumah potong hewan Limbah tersebut<br />

meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan,<br />

embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, dan lain-lain.<br />

Kotoran sapi yang terdiri dari feces dan urine merupakan limbah ternak<br />

yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar dihasilkan oleh ternak sapi<br />

dan kambing. Dampak negatif dari limbah peternakan dan pemotongan<br />

hewan adalah limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang<br />

potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan<br />

pencemaran, sebagai contoh limbah peternakan di Kecamatan Kandangan<br />

dan pemotongan hewan yang banyak dijumpai di Kecamatan Ngadirejo<br />

banyak yang menimbulkan lalat dan bau, bau tersebut berasal dari gas<br />

metan. Limbah cair Usaha Pemotongan Hewan di Kecamatan Ngadirejo<br />

banyak yang dialirkan ke saluran air sehingga mengakibatkan kualitas air<br />

menurun, yang disebabkan oleh kandungan sulfida dan amonia.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 66


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

Tabel 4.1. Kegiatan/Usaha yang Berpotensi Mencemari <strong>Lingkungan</strong> dan<br />

Dampaknya terhadap <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

No Jenis Kegiatan Cara Pengolahan Limbah Karakteristik<br />

Padat Cair Gas<br />

Limbah<br />

1<br />

Industri tahu<br />

dan Industri<br />

tempe<br />

Pakan<br />

ternak<br />

Dibuang ke sungai,<br />

saluran air<br />

2 Peternakan Pupuk Dibuang ke<br />

tanah,sawah,saluran<br />

air<br />

3 Perbengkelan Dijual ke<br />

pengepul<br />

4 Penggilingan<br />

padi,jagung,kopi<br />

5 Penggergajian<br />

kayu<br />

Pakan<br />

ternak<br />

Alas<br />

ternak<br />

Udara<br />

terbuka<br />

Udara<br />

terbuka<br />

Dijual ke pengepul Udara<br />

terbuka<br />

- Udara<br />

terbuka<br />

- Udara<br />

terbuka<br />

Padatan total,padatan<br />

tersuspensi,suhu,warna,<br />

Bahan organik,bahan<br />

anorganik,gas<br />

(CH4,H2S,NH3,CO2)<br />

Gas Metan<br />

(CH4),Sulfida, Amoniak<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 67<br />

Dampak terhadap<br />

<strong>Lingkungan</strong><br />

Penurunan kualitas<br />

air,gangguan terhadap<br />

kehidupan<br />

biotik,gangguan<br />

kesehatan,gangguan<br />

esteika karena bau<br />

yang tidak sedap<br />

Gangguan<br />

estetika(menimbulkan<br />

bau tidak<br />

sedap),media<br />

berkembangnya<br />

lalat,menimbulkan<br />

debu,menurunkan<br />

kadar nitrogen dalam<br />

air (eutrofikasi)<br />

HC,CO,CO2,NOX Gangguan<br />

kesehatan(pernafasan),<br />

Terancamnya<br />

gangguan akuatik,oli<br />

menimbulkan kesan<br />

kotor karena susah<br />

dibersihkan<br />

Partikulat<br />

debu,gas,uap,bising<br />

Gangguan<br />

pernafasan,gangguan<br />

pendengaran,sakit<br />

mata,menurunkan<br />

produktivitas kerja<br />

Partikulat debu,bising Gangguan<br />

pernafasan,gangguan<br />

pendengaran,sakit<br />

mata,menurunkan<br />

produktivitas kerja


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

C. Sistem Pembuangan dan Pengolahan Limbah Usaha/Kegiatan di<br />

Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo Kabupaten<br />

Temanggung<br />

1. Sistem Pembuangan dan Pengolahan Limbah Produksi Makanan<br />

a. Produksi Tahu dan Tempe<br />

Kebanyakan Produksi tahu dan tempe yang ada di Kecamatan Kandangan<br />

dan Kecamatan Ngadirejo tidak mempunyai IPAL, produksi tahu dan<br />

tempe ini sebagian besar merupakan industri rumah tangga yang<br />

dikerjakan secara tradisional. Limbah cair dari produksi tahu dan tempe<br />

yang ada di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo cara<br />

pembuanganya kebanyakan dibuang ke saluran air dan sungai tanpa<br />

pengolahan terlebih dahulu, akan tetapi ada juga yang sudah mempunyai<br />

IPAL yaitu di Kelurahan Manggong Kecamatan Ngadirejo tepatnya di<br />

Dusun Gondang Nduwur yang memanfaatkan limbah cair (air manyon)<br />

sebagai biogas. Air manyon dari limbah tahu dialirkan ke inlet dan<br />

disimpan ke degister. Proses masuknya air limbah tahu sampai tersimpan<br />

didalam degister akan terjadi proses fermentasi yang menimbulkan gas<br />

metan atau biogas. Biogas yang tersimpan di dalam degister ini lalu<br />

disalurkan ke rumah warga sekitar dengan menggunakan pipa. Tempat<br />

penyimpanan air manyon atau air limbah tahu dalam degister. Di tempat<br />

penyimpanan ini proses fermentasi terjadi dan menghasilkan gas metan<br />

atau biogas. Secara ekonomis penggunaan limbah pabrik tahu untuk<br />

bahan bakar biogas ini ternyata lebih irit dan murah dibandingkan bahan<br />

bakar elpiji. Produksi tahu dan tempe yang cara pembuangan limbah<br />

cairnya langsung ke sungai dan saluran air dikarenakan kurangnya<br />

pengetahuan dan belum mengerti akan kebersihan lingkungan, disamping<br />

itu tingkat ekonomi yang masih rendah sehingga pengolahan limbah akan<br />

menjadi semakin berat bagi mereka.<br />

Limbah padat industri tahu dan tempe berupa kulit kedelai dan ampas<br />

tahu. Ampas tahu masih mengandung kadar protein cukup tinggi sehingga<br />

masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak dan ikan.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 68


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

b. Produksi Krupuk<br />

Dari hasil survey di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo<br />

limbah padat produksi krupuk yang berbahan baku dari ketela sering<br />

dipergunakan untuk pakan ternak, sedangkan cara pembuangan limbah<br />

cair dari produksi krupuk tersebut kebanyakan dibuang ke saluran air.<br />

2. Sistem Pembuangan dan Pengolahan Limbah Penggergajian dan Depo<br />

Kayu<br />

Adanya limbah penggergajian kayu dapat menimbulkan masalah bagi<br />

lingkungan sekitar lokasi penggergajian, penanganannya yang selama ini<br />

dibiarkan membusuk, ditumpuk dan dibakar yang semuanya berdampak<br />

negatif terhadap lingkungan penanggulangannya perlu dipikirkan. Salah satu<br />

jalan yang dapat ditempuh adalah memanfaatkannya menjadi produk yang<br />

bernilai tambah dengan teknologi aplikatif dan kerakyatan sehingga hasilnya<br />

mudah disosialisasikan kepada masyarakat. Untuk industri besar dan<br />

terpadu, limbah serbuk kayu gergaji sudah dimanfaatkan menjadi bentuk<br />

briket arang dan arang aktif yang dijual secara komersial. Namun untuk<br />

industri penggergajian kayu skala industri kecil yang tersebar di pedesaan,<br />

limbah ini belum dimanfaatkan secara maksimal. Seperti usaha penggergajian<br />

kayu di Kecamatan Kandangan, limbah padat kebanyakan hanya digunakan<br />

untuk alas ternak, mereka belum begitu mengerti akan potensi serbuk kayu<br />

gergaji yang bisa dimanfaatkan secara maksimal yang bisa meningkatkan nilai<br />

ekonomi selain dimanfaatkan untuk alas ternak.<br />

3. Sistem Pembuangan dan Pengolahan Limbah Perbengkelan<br />

Dari hasil survey di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo<br />

sistem pembuangan limbah cairnya dibuang ke saluran yang ada, limbah cair<br />

yang berupa oli dan limbah padat yang berupa sparepart dan onderdil-<br />

onderdil bekas dijual ke pengepul. Walaupun kebanyakan limbah dari usaha<br />

perbengkelan sudah dibuang ke pengepul, tetap saja tempat usaha<br />

perbengkelan masih terkesan kotor dan kumuh. Hal tersebut karena adanya<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 69


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

sisa ceceran oli bekas dan sisa bahan bakar (bensin, solar) yang sulit<br />

dibersihkan dan mengakibatkan lantai licin.<br />

4. Sistem Pembuangan dan Pengolahan Limbah Penggilingan Padi<br />

Proses pengolahan padi menjadi beras melalui tahapan yang sederhana yakni<br />

(a) pemisahan kotoran, (b) pengeringan dan penyimpanan padi, (c)<br />

pengupasan kulit (husking), (d) penggilingan (milling), dan (e) pengemasan<br />

dan distribusi. Limbah dari penggilingan padi yang banyak dihasilkan adalah<br />

dedak dan sekam. Di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo<br />

dedak digunakan untuk pakan ternak. Dedak adalah bagian padi yang<br />

mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi seperti minyak, vitamin, protein<br />

dan mineral. Sejauh ini, dedak bukan lagi sebagai limbah tetapi telah menjadi<br />

hasil samping yang mempunyai pasar tersendiri. Manfaat utama dedak adalah<br />

untuk pakan ternak.<br />

5. Sistem Pembuangan dan Pengolahan Limbah Peternakan dan<br />

Pemotongan Hewan<br />

Limbah peternakan dan rumah pemotongan hewan dapat dimanfaatkan<br />

untuk berbagai kebutuhan, apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui<br />

(renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih mengandung nutrisi<br />

atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan<br />

nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen<br />

(BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain<br />

(unidentified subtances). Di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo<br />

kebanyakan limbah padat dimanfaatkan untuk pupuk. Permasalahan limbah<br />

ternak, dapat diatasi dengan memanfaatkan menjadi bahan yang memiliki<br />

nilai yang lebih tinggi. Salah satu bentuk pengolahan yang dapat dilakukan<br />

adalah menggunakan limbah tersebut sebagai bahan masukan untuk<br />

menghasilkan bahan bakar gasbio. Gasbio adalah campuran beberapa gas,<br />

tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan<br />

organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas metan<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 70


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

(CH 4 ) dan gas karbondioksida (CO 2 ). Kotoran ternak sapi sangat baik<br />

untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas. Ternak sapi<br />

mempunyai sistem pencernaan khusus yang menggunakan mikroorganisme<br />

dalam sistem pencernaannya yang berfungsi untuk mencerna selulosa dan<br />

lignin dari rumput atau hijauan berserat tinggi. Oleh karena itu pada tinja<br />

ternak sapi mempunyai kandungan selulosa yang cukup tinggi. Di Kecamatan<br />

Ngadirejo tepatnya di Kelurahan Manggong ada 2 usaha peternakan yang<br />

sudah memanfaatkan limbah padat untuk biogas, sedangkan di Kecamatan<br />

Kandangan terdapat di Kelurahan Caruban. Limbah cair dari usaha<br />

peternakan di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo sering<br />

dibuang ke sawah dan saluran air terdekat.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 71


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

A. Kesimpulan<br />

BAB V<br />

PENUTUP<br />

Pencemaran lingkungan terjadi akibat adanya aktivitas manusia,<br />

pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan kebutuhan ekonomi<br />

yang semakin mendesak didukung oleh perkembangan teknologi yang<br />

semakin canggih mendorong manusia melakukan kegiatan atau aktivitas yang<br />

berakibat buruk bagi lingkungan.<br />

Dari data dan hasil survey yang dilakukan di 2 Kecamatan di Kabupaten<br />

Temanggung yaitu di Kecamatan Kandangan dan Kecamatan Ngadirejo,<br />

beberapa usaha/kegiatan yang ada di kedua kecamatan tersebut berdampak<br />

negatif bagi lingkungan, hal ini terjadi karena belum adanya pengelolaan<br />

limbah yang baik dan masih kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan<br />

lingkungan, disamping itu tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keadaan<br />

ekonomi yang rendah mengakibatkan masyarakat berpikir dua kali untuk<br />

mengolah limbahnya. Usaha/Kegiatan yang ada di Kecamatan Kandangan dan<br />

Kecamatan Ngadirejo yang paling besar menghasilkan limbah dan<br />

menyebabkan ketidaknyamanan warga sekitarnya adalah industri rumah<br />

tangga seperti industri tahu dan tempe dan usaha peternakan, hal ini terjadi<br />

karena usaha tersebut lokasinya dekat dengan pemukiman.<br />

Umumnya limbah yang dibuang ke lingkungan menunjukkan kesan<br />

buruk karena sifat-sifatnya yang khas dan cenderung menurunkan mutu, fungsi<br />

dan kemampuan lingkungan. Limbah yang merupakan sisa pembuangan dari<br />

suatu proses kegiatan manusia dapat berbentuk padat, cair dan gas. Dari segi<br />

estetika sangat kotor, tidak enak dipandang dan juga dari segi bau sangat<br />

mengganggu. Dengan demikian secara langsung maupun tidak langsung limbah<br />

menimbulkan ketidaknyamanan bagi warga disekitarnya sebab pembuangan<br />

limbah ke lingkungan umumnya tidak diikuti dengan upaya pengelolaan<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 72


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

maksimal, karena selalu dikaitkan dengan teknologi dan pengelolaan yang<br />

relatif mahal.<br />

Limbah yang dibuang terus-menerus tanpa ada pengelolaan yang<br />

maksimal dapat menimbulkan gangguan keseimbangan lingkungan. Oleh<br />

karenanya, orang cenderung mengatakan telah terjadi pencemaran, yaitu suatu<br />

keadaan di mana zat atau energi diintroduksikan ke dalam lingkungan oleh<br />

suatu kegiatan manusia atau oleh proses alam dalam konsentrasi sedemikian<br />

rupa sehingga menyebabkan lingkungan tidak berfungsi seperti semula dalam<br />

arti kesehatan, kesejahteraan dan keselamatan hayati (Danusaputro, 1978).<br />

B. Saran<br />

Manusia sebagai makhluk yang tertinggi derajatnya di dunia dituntut<br />

agar dapat melestarikan “arti penting” kesehatan dan pengelolaan lingkungan<br />

bagi segala kehidupan di dunia. Artinya manusia tidak sepantasnya hanya<br />

mengeruk keuntungan demi tercapainya keadaan ekonomi yang meningkat,<br />

melainkan mempunyai kewajiban untuk memelihara lingkungan tersebut, agar<br />

lingkungan tetap dapat berfungsi memberikan atau menyediakan sumber<br />

kehidupan dan kenyamanan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya yang<br />

tumbuh dan berkembang di dunia.<br />

Adanya limbah yang menyebabkan pencemaran di Kabupaten<br />

Temanggung akibat adanya Usaha/Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat,<br />

merupakan kewajiban dan tanggung jawab bagi kita semua, baik Pemerintah<br />

maupun masyarakat Kabupaten Temanggung. Saran yang dapat disampaikan<br />

dari Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi Mencemari<br />

<strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut :<br />

1. Penanggulangan secara edukatif dengan mengadakan kegiatan penyuluhan<br />

masyarakat untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya<br />

kelestarian alam.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 73


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

2. Penanggulangan secara teknologis, adalah dengan cara membangun unit<br />

pengolah limbah. Pengolahan limbah yang mengolah limbah cair sebelum<br />

dibuang ke lingkungan dapat dilakukan dengan cara :<br />

a. Pengolahan secara biologis :<br />

Pengolahan limbah secara biologis dengan menggunakan mikroba, yaitu<br />

dengan menggunakan bakteri pengurai limbah seperti mikroorganisme,<br />

bentos, mikroinvertebrata, dan ganggang yang bisa digunakan sebagai<br />

indikator biologis.<br />

b. Pengolahan secara kimiawi<br />

Pengolahan limbah secara kimiawi biasanya dilakukan untuk<br />

mengetahui kadar CO 2 , pH (keasaman), kadar logam dan logam berat.<br />

c. Pengolahan secara fisik<br />

Pengolahan limbah secara fisik yaitu pengolahan limbah yang<br />

mengukur tentang warna, rasa, bau, suhu, kekeruhan, dan<br />

radioaktivitas.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 74


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

1. Arya Wardhana, Wisnu., 2001. Dampak Pencemaran <strong>Lingkungan</strong>, ANDI,<br />

Yogyakarta.<br />

2. Djajadiningrat, Surna., 1990. Kualitas <strong>Lingkungan</strong>, Kantor Menteri Negara<br />

Kependudukan dan <strong>Lingkungan</strong> <strong>Hidup</strong>.<br />

3. E, Soeriaatmadja., 1981. Ilmu <strong>Lingkungan</strong>, ITB, Bandung.<br />

4. Effendi, Hefni., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya<br />

dan <strong>Lingkungan</strong> Perairan, Kanisius, Yogyakarta.<br />

5. Fandeli, Chafid., 2003. Analisis Mengenai Dampak <strong>Lingkungan</strong> Prinsip Dasar<br />

dan Pemaparanya dalam Pembangunan, Liberty,<br />

Yogyakarta.<br />

6. Manahan, Stanley E., 1994. Environmental Chemistry. Lewis Publisher.<br />

Boston.<br />

7. Saeni, MS., 1989. Kimia <strong>Lingkungan</strong>, IPB, Bogor.<br />

8. Temanggung Dalam Angka 2010, Kerjasama <strong>Badan</strong> Perencanaan<br />

Pembangunan Daerah dan <strong>Badan</strong> Pusat Statistik<br />

Kabupaten Temanggung.<br />

9. Wasilah, AS., Rukaesih, A., 2004. Kimia <strong>Lingkungan</strong>, Andi, Yogyakarta.<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 75


Laporan Inventarisasi Kegiatan/Usaha yang Berpotensi<br />

Mencemari <strong>Lingkungan</strong> di Kabupaten Temanggung<br />

BLH Kabupaten Temanggung 2011 76

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!