SKRIPSI BAB 1,2,3 - Digital Library IAIN Sunan Ampel
SKRIPSI BAB 1,2,3 - Digital Library IAIN Sunan Ampel
SKRIPSI BAB 1,2,3 - Digital Library IAIN Sunan Ampel
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
media sudah sedemikian negatifnya. Tampilnya para aktor transvestic niscaya<br />
tidak akan mengangkat “kelas sosial” para waria. Alih-alih, kian tegas penilaian<br />
bahwa waria memang sekumpulan individu bergangguan psikologis yang<br />
membutuhkan pertolongan 3 .<br />
Penerimaan masyarakat terhadap individu-individu yang mengalami—atau<br />
setidaknya tampil seperti pengidap—gangguan identitas jender, pada gilirannya<br />
dapat merusak tatanan kehidupan bermasyarakat yang bersangkut paut dengan<br />
jenis kelamin. Urusan pribadi yang relatif sepele seperti penentuan jenis WC,<br />
hingga ke yang sakral semacam lembaga perkawinan, menjadi area peka yang<br />
berpeluang besar terimbas olehnya.<br />
Jadi sekali lagi, sudah sepatutnya apabila para individu pengidap gangguan<br />
identitas jenis kelamin dikembalikan ke predikat sebagai manusia yang<br />
bermasalah. Ini tidak bermakna bahwa penulis melakukan stigmatisasi agar<br />
mereka diperlakukan secara semena -mena. Sebaliknya, kepada mereka perlu<br />
disodorkan empati, bukan dalam bentuk fasilitas untuk mengekspos —apalagi<br />
mengkampanyekan— kelainan mereka, melain kan dorongan bagi mereka untuk<br />
sembuh.<br />
Berbicara tentang waria, tentu tidak lepas dari fenomena sosial yang ada<br />
dalam masyarakat, yakni bagaimana waria berinteraksi dengan masyarakat luas<br />
serta implikasi yang ditimbulkan dalam sikap masyarakat yang terkesa n ambigu<br />
karena ambivalensi sikap masyarkat terhadap waria. Hal ini menjadi dilemma<br />
3 Reza Indragiri Amriel, Perlu Batasan Penampilan ”Transvestic”HARIAN UMUM<br />
SORE: SINAR HARAPAN.