04.05.2013 Views

Chapter II.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

Chapter II.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

Chapter II.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Terhadap beberapa defenisi verba antara lain menerangkan tentang pemakaiannya<br />

didalam konteks kalimat dan mengklasifikasikannya.<br />

Penulis mencoba menggunakan defenisi verba bahasa Jepang. Sebelum menelaah<br />

fungsi bahasa Jepang secara umum dan pemakaian verba afureru dan koboreru, penulis akan<br />

menerangkan pengertian verba yang diambil dari beberapa sumber. Dalam bahasa Jepang<br />

mempunyai batasan atau defenisi yang ditemukan oleh beberapa ahli linguistik.<br />

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa verba adalah kata yang<br />

menggambarkan proses, perbuatan atau keadaan yang juga disebut kata kerja<br />

(Poerwadarmita,2005:1260).<br />

kanjinya:<br />

Dalam bahasa Jepang Verba disebut dengan doushi. Makna doushi dilihat dari<br />

動く= ugoku, dou = bergerak<br />

詞= kotoba, shi = kata<br />

動詞= doushi = kata yang bermakna gerak<br />

Doushi adalah kata kerja yang berfungsi menjadi predikat dalam suatu kalimat,<br />

mengalami perubahan bentuk (katsuyou) dan biasanya berdiri sendiri (Sutedi,2003:42)<br />

Nomura dan Koike berpendapat hampir sama dengan defenisi Sutedi. Mereka<br />

mengatakan bahwa verba (doushi) adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang , sama<br />

dengan adjektiva-i dan adjektiva-na menjadi salah satu jenis Yougen. Kelas kata ini dipakai<br />

untuk menyatakan aktifitas, keberadaan atau suatu keadaan. Doushi dapat mengalami satu<br />

perubahan (katsuyou) dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat (Nomura dalam<br />

Sudjianto,2004:149).<br />

Dari beberapa defenisi yang dikemukakan diatas, penulis dapat mengambil<br />

kesimpulan bahwa verba (doushi) adalah salah satu kelas kata yang menyatakan<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


aktifitas,keberadaan atau keadaan, mengalami perubahan (katsuyou), dapat berdiri sendiri dan<br />

menjadi predikat dalam suatu kalimat.<br />

2.2 Jenis-jenis verba<br />

Dalam buku Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang ( Dedi Sutedi,2003:47)<br />

menyatakan bahwa verba dalam bahasa Jepang digolongkan kedalam tiga kelompok<br />

berdasarkan pada bentuk konjugasinya.<br />

a. Kelompok I<br />

b. Kelompok <strong>II</strong><br />

Kelompok I disebut dengan 五段動詞 (godan-doushi) karena kelompok ini<br />

mengalami perubahan dalam kalimat deretan bunyi bahasa Jepang yaitu:<br />

あ、い、う、え、お (a,i,u,e,o), cirinya yaitu verba yang berakhiran (gobi) huruf<br />

う、つ、る、く、す、む、ぬ、ぶ (u,tsu,ru,ku,su,mu,nu,bu). Contoh :<br />

1. 買う ka-u (membeli)<br />

2. 立つ ta-tsu (berdiri)<br />

3. 売るu-ru (menjual)<br />

4. 書くka-ku (menulis)<br />

5. 泳ぐoyo-gu (berenang)<br />

6. 読む yo-mu (membaca)<br />

7. 死ぬ Shi-nu (mati)<br />

8. 遊ぶ aso-bu (bermain)<br />

9. 話すhana-su (berbicara)<br />

kelompok <strong>II</strong> disebut dengan 一段動詞 (ichidan-doushi) karena prubahannya<br />

hanya pada satu deretan bunyi saja. Ciri umum dari verba ini adalah yang<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


c. Kelompok <strong>II</strong>I<br />

berakhiran suara え、る (e, ru) yang disebut kami ichidan-doushi atau yang<br />

berakhiran い、る (i, ru) yang disebut shimo-ichidan-doushi. Contoh :<br />

1. 見る mi-ru (melihat)<br />

2. 起きる oki-ru (bangun)<br />

3. 寝る ne-ru (tidur)<br />

4. 食べる tabe-ru (makan)<br />

Verba kelompok <strong>II</strong>I ini merupakan verba yang perubahannya tidak beraturan,<br />

sehingga disebut 変格動詞 (henkaku-doushi) diantaranya terdiri dari dua verba<br />

yaitu:<br />

1. する suru (melakukan)<br />

2. 来る kuru (datang)<br />

Dalam buku A Dictionary Of Basic Japanese Grammar ( Seiiichimakino dan Tsutsui,<br />

1997:582-584) mengklasifikasi verba secara semantik menjadi lima jenis yaitu:<br />

1. Verba Stative (yang menyatakan diam/tetap)<br />

Verba ini menunjukan keberadaan. Biasanya verba ini tidak muncul bersamaan<br />

dengan verba bantu iru.<br />

Contoh :<br />

1. いる iru (ada)<br />

2. できる dekiru (dapat)<br />

3. いる iru (membutuhkan)<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


2. Verba Continual ( yang menyatakan selalu, terus-menerus)<br />

Verba ini berkonjugasi dengan verba bantu –iru untuk menunjukan aspek pergerakan.<br />

Contoh:<br />

1. 食べる taberu ( Makan) -- 食べている tabeteiru (sedang makan)<br />

2. 飲むnomu (minum) -- 飲んでいる nonde iru (sedang minum)<br />

3. Verba Punctual (yang menyatakan tepat pada waktunya)<br />

Verba ini berkonjugasi degan verba bantu –iru untuk menunjukan tindakan atau<br />

perbuatan yang berulang-ulang atau suatu tingkatan/ posisi setelah melakukan suatu tindakan<br />

atau penempatan suatu benda.<br />

Contoh:<br />

1. 知るshiru- (tahu) -- 知っている shiteiru (mengetahui)<br />

2. 打つutsu- (memukul) -- 打っている utte iru (memukuli)<br />

4. Verba Non-Volitional (yang menyatakan bukan suatu kemauan)<br />

Verba ini biasanya tidak memiliki bentuk ingin,bentuk perintah, dan bentuk<br />

kesanggupan. Diklasifikasikan menjadi verba yang berkenaan dengan emosi atau perasaan<br />

dan verba yang tidak berkenaan dengan emosi atau perasaan.<br />

Contoh :<br />

1. 愛する (mencintai, berkenaan dengan perasaan )<br />

2. 聞こえる (kedengaran/berkenaan dengan perasaan)<br />

5.Verba Movement (yang menyatakan pergerakan)<br />

Verba ini menunjukan pergerakan.<br />

Contoh:<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


1. 走る(berlari)<br />

2. 行くiku (pergi)<br />

Menurut Yoshikawa (1989:56-57) doushi bisa dibagi secara garis besar berdasarkan<br />

makna gramatikalnya menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:<br />

1. Jidoushi dan Tadoushi<br />

Jidoushi ialah verba yang tidak memerlukan kata bantu (を) untuk menunjukan<br />

objeknya. Misalnya いる、ある、おきる、ねる、歩く、見える。salah satu contoh adalah<br />

dalam verba 歩く- aruku yang bermakna berjalan pada kalimat 道を歩くmichi o aruku<br />

yang bermakna berjalan-jalan, karena sebenarnya kata bantu (を) dalam kalimat<br />

tersebut tidak diperlukan, maka verba 歩くtermasuk dalam jidoushi.<br />

Tadoushi ialah verba yang memerlukan kata bantu (を) dalam menunjukan objeknya.<br />

Verba yang termasuk kedalam jenis tadoushi adalah<br />

読む、食べる、見る、集める、起こす。<br />

2. Keizokudoushi dan Shukandoushi<br />

Keizokudoushi pada kalimat seperti (本を読んでいる) , bentuk -ている disini merupakan<br />

bentuk verba yang menunjukan keadaan berlangsungnya suatu kegiatan. Verba yang<br />

termasuk dalam jenis Keizokudoushi adalah verba-verba seperti<br />

詠む、書く、歌う雨が降る。<br />

Shukandoushi pada kalimat merupakan bentuk yang menunjukan keadaan<br />

akhir.Contoh verba yang termasuk dalam jenis Shukandoushi<br />

yaitu開く、壊れる、知る。<br />

3. Ishidoushi dan Muishidoushi<br />

Ishidoushi adalah verba yang menunjukan perbuatan yang dikehendaki manusia.<br />

Contoh verba ishidoushi adalah verba-verba seperti勉強する、読む。<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Muishidoushi adalah verba yang menyatakan suatu hal yang tidak dapat di kontrol<br />

menurut keinginan manusia. Contoh verba yang termasuk muishidoushi adalah<br />

sepertiびっくりする、落ちる。<br />

2.3 Fungsi verba<br />

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab 2.1 (pengertian verba), pada umumnya<br />

verba berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat, dan terletak diakhir kalimat.<br />

Contoh :<br />

私は漢字を書く 。<br />

Watashi wa kanji o kaku.<br />

Saya menulis kanji.<br />

Verba berfungsi untuk membantu verba-verba yang ada pada bagian sebelumnya dan<br />

menjadi bagian dari predikat sebagaimana halnya fuzukugo (Sudjianto,2004:159)<br />

Contoh :<br />

壁に地図が張ってある 。<br />

Kabe ni chizu ga hatte aru.<br />

Di dinding ada peta tergantung.<br />

Verba berfungsi sebagai keterangan bagi kelas kata lainnya pada sebuah kalimat,<br />

dalam bentuk kamus selalu diakhiri dengan vokal /u/ (Sudjianto,2004:149)<br />

Contoh :<br />

1. これはイカさんが書く 絵です。<br />

Kore wa Ika san ga kaku e desu.<br />

Ini adalah gambar yang digambar oleh Nona Ika.<br />

2. 私はエアコンが ある自動車が星いです。<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Watashi wa eakon ga aru jidousha ga hoshiidesu.<br />

Saya ingin mobil yang memiliki AC.<br />

2.4 Pengertian Verba Afureru dan Koboreru<br />

2.4.1 Pengertian Verba Afureru<br />

Dalam buku Nihongo Gakushuu Tsukaiwake Jiten /日本語学習使い分け事典 (Hirose<br />

Masayoshi, el al :1994:44-46) membahas verba afureru sebagai berikut:<br />

1。いっぱいになって入りきらずに、一部が外へ出てしまうことです.<br />

Ippai ni natte hairi kirazuni,ichibu ga soto e dete shimau koto desu .<br />

Sesuatu diisi pada tempatnya dan sebagian isinya keluar.<br />

2。感情やその場のようにも使い、そのような気持ちやふにきが一ぱいだ満ちて<br />

いるということです。<br />

Kanjyou ya sono ba no yousu ni tsukai, sono youna kimochi ya funiki ga ippai<br />

da michiteiru iu koto desu.<br />

Juga digunakan untuk menjelaskan sesuatu mengenai perasaan atau emosi<br />

yang sangat kuat, berlebihan atau digunakan untuk mendeskripsikan suasana<br />

dari suatu tempat atau keadaan emosi/ perasaan yang tidak terlihat oleh mata<br />

(abstrak) seperti senang, kesedihan atau percaya diri.<br />

Contoh kalimat dari penjelasan makna nomor 1 diatas adalah sebagai berikut:<br />

(1) 年末のデパートには、買い物客が溢れている。<br />

Nenmatsu no depatoo niwa , kaimono kyakuga afureteiru.<br />

Pada akhir tahun departemen store dipadati oleh pengunjung.<br />

(2) 今の世の中、物が溢れるほどある国と、そおでない国との差が激しい。<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Ima no yononaka, mono ga afureruhodo aru kuni to ,soodenai kuni to no<br />

saga hageshii.<br />

Pada saat ini jarak antara Negara yang kaya dan Negara yang miskin<br />

semakin besar.<br />

Contoh kalimat untuk penjelasan makna nomor 2 adalah :<br />

(3) 朝の市場は活気に溢れている。<br />

Me kara namida ga afureta.<br />

Airmata meluap dari mata.<br />

Dalam buku Gaikokujin no tame no Kihongo YoureiJiten<br />

外国人のための基本語用例事典 ( Asano Tsuruko: 1983) menyatakan bahwa<br />

pengertian afureru menurut Asono dkk, adalah sebagai berikut:<br />

(水などが) いっぱいになって外へ出ててしまう。<br />

(Mizu nado ga) ippai ni natte soto e deteshimasu.<br />

(Air dan lainnya) karena menjadi penuh sehingga keluar.<br />

Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut:<br />

(4)こどもたちは元気に溢れている。<br />

Kodomotachi wa genki ni afureteiru.<br />

Anak –anak berhamburan keluar dengan gembira.<br />

(5) あの人は入学試験にパスしたので、よろこびに溢れています。<br />

Ano hito ha nyugakushiken ni pasushita node,yorokobini afureteimasu.<br />

Orang itu bergembira dikarenakan lulus ujian masuk sekolah.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Dalam buku Tsukaikata no Wakaru Ruigo Reika Jiten<br />

/使い方の分かる類語例解事典 (Satou Norimasa: 1994: 1022) mendefenisikan<br />

verba afureru sebagai berikut:<br />

a) 入れ物に対して物が多すぎて収まりきれなくなり、入れ物にはいりきれない部分だけ<br />

が外に出る意。<br />

Iremono taishite mono ga oosugite osamari kirenakunari, iremono ni<br />

hairikirenai bubun dakega soto ni derui.<br />

Sesuatu yang tidak bisa masuk kedalam suatu wadah karena benda itu<br />

lebih baik dibanding kapasitas wadahnya,sehingga sebahagian dari benda<br />

yang tidak bisa masuk tersebut muncul keluar.<br />

b) はみ出しそうになるほどいっぱいに満ちている意で使われる.<br />

Hamida shisouni naru hodo ippai ni michiteiru demo tsukawareru.<br />

Mengandung pengertian bahwa suatu hal terisi dengan penuh seakan-akan<br />

menjadi berhamburan keluar.<br />

Contoh :<br />

才気があふれる。<br />

Saiki ga afureru.<br />

Penuh bakat<br />

2.4.2 Pengertian Verba Koboreru<br />

Dalam buku Nihongo Gakushuu Tsukaiwake Jiten /日本語学習使い分け事典 (Hirose<br />

Masayoshi, el al :1994:44-46) membahas verba koboreru sebagai berikut:<br />

1. 入れ物に入っていたものの一部や全部が外へ出ることです。(溢れる)<br />

が入りきらずに出てしまうの対し、(零れる)<br />

はそれ以外に入れ物が揺れた穴があいたりという、入れ物の状態の変化によることもあり<br />

ます。また、こぼれて下に満ちるという意味も含みます。<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Iremono haitte mono no ichibuya zenbu ga soto ederu koto desu.afureru ga<br />

hairikirazuni deteshimau ni taishi, (koboreru) wa sore igaini iremono ga<br />

yureitari<br />

taoretari anaga aitari to iu, iremono no jootai no henkani yorukoto mo<br />

arimasu.mata<br />

koborete shita ni michiru toiu imi mo fukumimasu.<br />

Koboreru berarti sebahagian atau seluruh isi dari sesuatu mengalir keluar atau<br />

tumpah. Afureru mengindikasikan bahwa sesuatu dalam suatu tempat keluar<br />

karena<br />

tidak ada cukup tempat .Sedangkan koboreru goncangan, jatuh atau lubang<br />

pada<br />

wadah bisa menjadi penyebab terjadinya keluar isi dari wadah tersebut.Kata<br />

ini juga<br />

menunjukan bahwa tumpah tersebut jatuh atau mengalir kebawah.<br />

2. (笑い、涙) のように思わず現れる感情表現に使います。(喜び、悲しい、自信)<br />

などのように見て分からないものや、その場のふにきには使いません。<br />

(warai, namida) no youni omowazu arawareru kanjyouhyougen ni<br />

tsukaimasu.(yorokobi,kanashimi,jishin) nado no youni mite wakaranai mono<br />

ya , sono bano funikini ha tsukaimasen.<br />

Koboreru juga dapat diartikan sebagai ekspresi fisik dari sebuah emosi atau<br />

perasaan<br />

seperti tertawa atau menangis yang secara sengaja terlihat.Akan tetapi,<br />

koboreru tidak digunakan untuk mendeskripsikan suasana dari suatu tempat<br />

atau keadaan emosi/ perasaan yang tidak terlihat oleh mata seperti senang,<br />

kesedihan atau percaya diri.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Contoh kalimat dari penjelasan nomor 1:<br />

(1) 急いではこんだので、バケツの水がこぼれた。<br />

Isoide hakodanode, baketsu no mizu ga koboreta.<br />

Karena membawa dengan terburu-buru, air dalam ember tumpah.<br />

Contoh kalimat penjelasan nomor 2:<br />

(2) その映画はとても感動的だったので、私は涙が零れるのをとめることができなかった<br />

。<br />

Sono eiga ha totemo kandooteki dattanode, watashi ha namida ga<br />

koboreru no tomeru kotoga dekinakatta.<br />

Film itu sangat menyentuh sehingga saya tidak bisa berhenti<br />

menumpahkan air mata.<br />

Apabia kita lihat pada pengertian makna afureru menurut Hirose dkk<br />

yaitu untuk menjelaskan sesuatu mengenai perasaan atau emosi yang sangat<br />

kuat atau berlebihan , maka afureru pun seharusnya dapat juga digunakan<br />

dalam konteks kalimat nomor (2). Akan tetapi Hirose dkk tidak menjelaskan<br />

lebih detail mengenai hal tersebut, kenapa koboreru yang digunakan atau<br />

apakah afureru juga dapat menggantikan dalam kalimat tersebut.<br />

Dengan kata lain tidak di jelaskan batasan-batasan detail perbandingan<br />

penggunaan afureru dan koboreru serta tidak digunakan teknik subtitusi<br />

sehingga belum memberikan kejelasan antara persamaan dan perbedaan kedua<br />

verba tersebut.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Dengan menggunakan cara subtitusi untuk mengetahui sejauh mana<br />

penggunaan koboreru dalam kalimat yang menggunakan airmata (namida)<br />

penulis mencoba mengambil contoh kalimat yang menggunakan verba<br />

koboreru.<br />

1. こ ぶ し握 り 緊 め、朝 日をま れ ば、赤 い爪あ とに、涙き ら りが零 れ る.<br />

(Namida –Soundtrack Litre no Namida)<br />

Kobushi nigirishime,asahi no mareba, akai tsume ato ni, namida kirari ga<br />

koboreru.<br />

Bahkan bila kau menggengan tanganmu, menanti matahari<br />

pagi,meninggalkan tanda-tanda merah di kukumu, dan bahkan<br />

memulai meneteskan airmata.<br />

2. も しも心が、傷 つい て 涙零 れ る と きは世 界じ ゅ うをで きにし て もき みを守<br />

るよ。 (Kanji Kiss-Kaeri michi no love, by:<br />

Togemashu)<br />

Moshi kokoro ga, kizutsuite namida koboreru toki wa, sekai jyuu o deki ni<br />

shitemo kimi o mamoru yo.<br />

Aku akan menerimamu bahkan jika kamu patah hati dan meneteskan<br />

airmata bahkan jika kamu harus melawan dunia, aku kan melindungimu.<br />

3. その映画はとても感動的だったので、私は涙が 零れる のをとめることができなかった<br />

。 (Hirose Masayoshi, el al :1994)<br />

Sono eiga ha totemo kandooteki dattanode, watashi ha namida<br />

ga koboreru no tomeru kotoga dekinakatta.<br />

Film itu sangat menyentuh sehingga saya tidak bisa berhenti meneteskan<br />

air mata.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Berdasarkan ketiga (3) contoh diatas, dimana pada kalimat (1) dan (2) verba<br />

koboreru digunakan oleh subjek untuk menceritakan perasaan atau apa yang<br />

dialami oleh lawan bicara atau orang lain bukan menceritakan apa yang subjek<br />

rasakan atau alami. Dan dalam kalimat (3) baik afureru dan koboreru dapat<br />

digunakan. Keduanya memiliki arti yang sama yaitu menumpahkan, namum<br />

nuansa akan berbeda. Jika menggunakan namida ga afureru pada kalimat (3)<br />

makna wanita itu menangisi kabar sedih yang ia dengar dan berhubungan<br />

langsung dengan dirinya, misalnya keluarga perempuan tersebut meninggal<br />

dunia. Sedangkan namida ga koboreru memiliki nuansa yang berbeda, dimana<br />

wanita itu menangisi berita tersebut karena rasa iba atau sesuatu yang tidak<br />

berhubungan langsung dengan dirinya sehingga ia tidak sadar sudah meneteskan<br />

air mata.<br />

Maka penulis mengambil kesimpulan bahwa koboreru dapat digunakan juga<br />

untuk mengekspresikan kesedihan seperti airmata. Walaupun secara gramatikal<br />

maka verba yang tepat dipakai untuk mengekspresikan perasaan yang abstrak<br />

adalah verba afureru, namun sesuai dengan kontekstual kalimat maka verba<br />

koboreru juga dapat digunakan untuk membedakan nuansa dari kalimat<br />

tersebut.<br />

Dalam buku Gaikokujin no tame no Kihongo YoureiJiten<br />

外国人のための基本語用例事典 ( Asano Tsuruko: 1983) menyatakan bahwa<br />

pengertian koboreru menurut Asono dkk, adalah sebagai berikut:<br />

1. 入れ物にはいっているものが、多すぎて外へ落ちる。<br />

Iremono ni haitteiru mono ga, oosugite e ochiru.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Benda yang dimasukan kedalam sebuah wadah terlalu banyak sehingga jatuh<br />

keluar.<br />

Contoh:<br />

お茶をつぎすぎて、ちゃわんからこぼれてしまった。<br />

Ocha wo tsugitsugite,chawan kara koborete shimatta.<br />

Karena berlebihan menuangkan, teh tumpah dari gelas.<br />

2. 入れ物がたおれたり、こわれたりして、中の物が外へ落ちる。<br />

Iremono ga taoretari kowaretarishite naka no mono ga soto e ochiru.<br />

Tempat memasukan barang jatuh atau rusak sehingga benda yang didalamnya<br />

jatuh keluar.<br />

Contoh :<br />

びんの口を良くしめなかったので、中のインクが毀れてしまった。<br />

Binno kuchi wo yoku shimenakatta node , naka no koborete shimatta.<br />

Karena botol tidak tertutup dengan baik, tinta didalamnya tumpah.<br />

Dalam buku Tsukaikata no Wakaru Ruigo Reika Jiten<br />

/使い方の分かる類語例解事典 (Satou Norimasa: 1994: 1022) mendefenisikan<br />

verba koboreru sebagai berikut:<br />

1. 液体や粒状、粉状の物が、その入れ物よりも多すぎたり、入れ物から<br />

もれたり、あるいは入れ物がひっくりかえったりして、外に出る意。Eikitaiya<br />

ryuujoo, funjoo no mono ga, sono ire mono yori mo<br />

oosugitari,iremono kara moretari, arui ha iremono ga hikkkuri<br />

kaettarushite,<br />

soto ni derui.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Terdapat pengertian dimana zat cair,butiran, benda bubuk terlalu<br />

banyak dibandingkan dengan tempat penyimpanan sehingga keluar<br />

dari tempat penyimpananya atau tempat penyimpanannya jatuh<br />

terguling.sehingga isinya keluar.<br />

2. 内側の物が自然に表に現れ出る意も表わす。<br />

Uchigawa no mono ga shizenni omote ni arawarederui mo arawasu.<br />

Menunjukan sesuatu yang tersembunyi (atau bagian dalam) kelihatan<br />

ke luar secara sendirinya.<br />

Contoh :<br />

えみがこぼれる。<br />

Emi ga koboreru.<br />

2.5 Semantik dan Kesinoniman<br />

Senyumannya mengembang/penuh senyuman.<br />

2.5.1 Jenis-Jenis Makna Dalam Semantik<br />

Menurut Chaer (1994:54)jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan kriteria<br />

atau sudut pandang , yaitu:<br />

a. Berdasarkan jenis makna semantik , makna dapat dibedakan menjadi makna<br />

leksikal dan gramatikal.Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan<br />

refrensinya, makna yang sesuai dengan observasi indera, atau makna sungguh-<br />

sungguh nyata dalam kehidupan kita.Sebagai contoh adalah kata tikus, makna<br />

leksikalnya adalah binatang pengerat yang dapat menimbulkan banyak penyakit<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


seperti tifus.Makna itu juga muncul pada kalimat : Tikus mati diterkam kucing,<br />

Panen gagal akibat serangan tikus. Pada kalimat ini makna tikus merujuk pada<br />

binatang, bukan kepada makna yang lain.Sedangkan makna Gramatikaladalah<br />

makna yang hadir akibat proses gramatikal atau proses afikasi, proses<br />

reduplikasi,dan proses komposisi.Contoh dari proses afiksasi adalah /ter/pada<br />

kata/angkat/dalam kalimat: Koper seberat itu terangkat juga oleh adik.awalan<br />

ter pada kata angkat melahirkan makna ‘dapat’. Sedangkan pada kalimat : ketika<br />

balok itu ditarik, papan itu terangkat keatas. melahirkan makna ‘tidak<br />

sengaja’. Contoh proses reduplikasi dapat dilihat pada kata buku yang bermakna<br />

‘sebuah buku’ menjadi buku-buku yang berarti ‘banyak buku’. Sedangkan<br />

contoh dalam proses komposisi dapat dilihat pada kata sate ayam tidak sama<br />

dengan sate Padang. Sate ayam menyatakan asal bahan sedangkan sate Padang<br />

menyatakan asal tempat.<br />

b. Berdasarkan ada tidaknya pada sebuah kata atau leksem dapat dibedakan menjadi<br />

makna refensial dan makna non-refrensial. Makna refrensial ialah makna dari<br />

kata-kata yang memiliki refren, seperti meja, lemari yang kedua kata itu<br />

merupakan sejenis prabot rumah tangga. Sedangkan makna non-refrensial<br />

adalah kata yang tidak memiliki refren seperti karena atau tetapi yang<br />

merupakan konjugasi, proposisi.<br />

c. Berdasarkan ada tidaknya nilai pada sebuah kata atau lesem maka dibedakan<br />

menjadi makna denotatif dan makna konotatif.Makna denotatif pada dasarnya<br />

sama dengan makna refrensial, sebab makna denotatif ini lazim diberikan<br />

penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut<br />

pengelihatan, penciuman, pendengaran, perasaan atau pengalaman lainnya. Jadi,<br />

makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objek, oleh karena<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


itu sering disebut sebagai makna sebenarnya. Contoh kata wanita dan<br />

perempuan. Karena kata-kata ini memiliki denotatif yang sama, yaitu manusia<br />

dewasa dan bukan laki-laki. Sedangkan makna konotatif ialah makna tambahan<br />

pada suatu kata yang sifatnya memberi rasa positif atau negatif atau yang disebut<br />

sebagai makna tidak sebenarnya.<br />

d. Berdasarkan ketetapan maknanya, makna dapat dibedakan menjadi makna kata<br />

atau makna istilah.Makna kata sering disebut sebagai makna bersifat umum,<br />

sedangkan makna istilah memiliki makna yang tepat dan pasti. Hal ini dapat<br />

dilihat dari contoh dalam bidang kedokteran seperti kata tangan dan lengan<br />

digunakan sebagai istilah untuk pengertian yang berbeda. Makna tangan adalah<br />

‘pergelangan sampai ke pangkal bahu’, sebaliknya dalam bahasa umum tangan<br />

dan lengan dianggap bersinonim (sama maknanya).<br />

e. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain,dibedakan menjadi makna asosiatif,<br />

idiomatif,kolokatif dan sebagainya.<br />

Makna asosiatif sesungguhnya sama dengan perlambangan-perlambangan<br />

yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep<br />

lain. Contohnya seperti melati yang digunakan sebagai lambang kesucian, kata<br />

merah sebagai lambang keberanian dan Srikandi sebagai lambang<br />

kepahlawanan wanita.<br />

Berbeda dengan makna idiomatik,kata idiom berarti satuan-satuan bahasa<br />

(bisa berupa kata, frase maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan<br />

dari makna leksikal unsur-unsur nya maupun makna gramatikal satuan-satuan<br />

tersebut. Sebagai contoh menjual rumah yang bermakna ‘sipembeli menerima<br />

rumah dan sipenjual menerima uang’, tetapi menjual gigi bukan berarti<br />

‘sipembeli menerima gigi dan sipenjual menerima uang’, melainkan bermakan<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


‘tertawa keras-keras’. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna idiomatik adalah<br />

makna sebuah satuan bahasa (kata, frase atau kalimat) leksikal atau gramatikal<br />

unsur-unsur pembentukannya.<br />

Makna kolotatif berkenaan dengan makna kata dalam kaitannya, sedangkan<br />

makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah frase . Contoh<br />

gadis itu cantik dan pemuda itu ganteng. Kita tidak dapat menyatakan gadis itu<br />

tampan dan pemuda itu cantik karena pada kedua kalimat tersebut maknanya tidak<br />

sama walaupun informasinya sama.<br />

2.5.2 Sinonim dan Permasalahannya<br />

Sebagai sebuah sistem, bahasa mempunyai komponen pokok yaitu sistem<br />

bunyi, sistem tata bahasa dan kosakata. Oleh karena itu, untuk dapat menguasai<br />

sebuah bahasa dengan baik, seorang pembelajar harus mampu memiliki keterampilan<br />

yang mencakup ketiga komponen kebahasaan tersebut. Asano (1981:3) menyebutkan<br />

bahwa tujuan akhir pengajaraan bahasa Jepang adalah agar para pembelajar dapat<br />

menyampaikan ide atau gagasannya dengan menggunakan bahasa Jepang baik dengan<br />

tulisan maupun lisan.<br />

Dalam setiap kosakata mengandung sebuah makna. Komunikasi dengan<br />

menggunakan suatu bahasa yang sama misalnya bahasa Jepang akan berjalan dengan<br />

lancar jika setiap kata yang digunakan oleh pembicara dalam komunikasi tersebut<br />

makna atau maksudnya sama dengan yang digunakan oleh lawan bicaranya.<br />

Salah satu jenis kosakata yaitu sinonim yang menurut Zgusta (1971:89)<br />

merupakan kata-kata yang memiiliki bentuk berbeda tetapi arti yang hampir sama.<br />

Verhaar (1983:132) mengatakan bahwa ‘sinonim adalah ungkapan (biasanya sebuah<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


kata akan tetapi bisa juga frasa atau kalimat) yang kurang lebih sama maknanya<br />

dengan suatu ungkapan lain.<br />

Pateda (2001:222-223) menyatakan bahwa ada tiga batasan yang dapat<br />

dikemukakan yaitu:<br />

a. Kata–kata dengan acuan ekstra linguistik yang sama, misalnya kata mati<br />

dan mampus;<br />

b. Kata-kata yang mengandung makna yang sama , misalnya kata<br />

memberitahukan dengan kata menyampaikan;<br />

c. Kata-kata yang dapat disubtitusikan dalam konteks yang sama, misalnya<br />

“kami berusaha agar pembangunan berjalan terus.”, “kami berupaya agar<br />

pembangunan berjalan terus.” Kata berusaha bersinonim dengan kata<br />

berupaya.<br />

Akimoto (2004) dalam bukunya yang berjudul Yoku Wakaru Goi dijelaskan<br />

bahwa sinonim terbagi atas 3 jenis yaitu:<br />

a. Housetsu kankei (包摂関係 )<br />

Sinonim ini menunjukan bahwa suatu arti kata termasuk kedalam arti lain<br />

secara sempit (khusus). Untuk lebih jelas dapat di lihat pada gambar<br />

berikut:<br />

A<br />

B<br />

Arti B merupakan bagian arti secara sempit (khusus) dari arti A.<br />

Misalnya pada kata sensei (A) dan kyoushi (B). Maka kata kyoushi dan<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


sensei merupakan sinonim.Maka kata sensei merupakan makna luas dan<br />

kyoushi sebagai makna sempit (khusus).<br />

b. Shisateki Tokuchoo (示唆的特徴)<br />

Sinonim ini merupakan kata-kata yang sepadan /mirip dalam arti,<br />

namun memiliki perbedaan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada<br />

gambar berikut:<br />

Kata dalam gambar A dan B merupakan kata yang memiliki<br />

arti yang sepadan. Misalnya noboru dan agaru. Kedua kata tersebut<br />

memiliki makna yang mirip yaitu naik. Namun ada perbedaan dalam<br />

penggunaannya, yang dalam kondisi tertentu dapat saling<br />

menggantikan.<br />

c. Dougigo (同義語)<br />

A<br />

Sinonim ini menunjukan arti yang sama / sepadan seperti yang pada<br />

gambar dibawah ini :<br />

A<br />

B<br />

B<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Misalnya pada kata takkyuu dengan pinpon. Kedua-duanya mempunyai<br />

arti olahraga tenis meja.mempunyai kesamaan yang menyeluruh<br />

baik dari segi<br />

nuansa. Sinonim ini biasanya terjadi akibat faktor pengaruh terjemahan<br />

bahasa asing ( Akimoto, 2004: 112).<br />

Setiap kata yang bersinonim pasti ada perbedaannya, karena tidak mungkin<br />

dua kata atau lebih yang sama sekalitidak memiliki perbedaan. Momiyama<br />

(1998) memberikan beberapa pemikiran tentang cara mengidentifikasi suatu<br />

sinonim, seperti berikut:<br />

a. Chokkanteki ( secara intuitif langsung) bagi para penutur asli<br />

dengan berdasarkan pengalaman hidupnya. Bagi penutur asli jika<br />

mendengar suatu kata, maka akan langsung dapat merasakan<br />

bahwa kata tersebut bersinonim atau tidak.<br />

b. Beberapa kata jika diterjemahkan dalam bahasa asing akan menjadi<br />

satu kata, misalnya kata oriru,kudaru,sagaru,dan furu dalam<br />

bahasa Indonesia bisa dipadankan dengan kata turun.<br />

c. Dapat menduduki posisi yang sama dalam suatu kalimat dengan<br />

perbedaan makna yang kecil. Misalnya pada kalimat 階段を上がる<br />

kaidan o agaru dengan 階段を上るkaidan o noboru sama-sama<br />

berarti menaiki tangga.<br />

d. Dalam menegaskan suatu makna, kedua-duanya bisa digunakan<br />

bersamaan (sekaligus). Misalnya kata 光‘hikaru’ dan 輝く<br />

‘kagayaku’ yang keduanya berarti bersinar., bisa digunakan secara<br />

bersamaan seperti pada 星が光り輝いている‘hoshi ga hikari-<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


kagayaite iru’ berarti bintang bersinar<br />

cemerlang.(Sutedi,2003:120).<br />

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam meneliti sinonim<br />

menurut Sutedi (2003: 121-123) yaitu :<br />

a. Menentukan objek yang akan diteliti<br />

Hal ini bergantung pada minat peneliti sendiri untuk meneliti apa<br />

yang akan ditelitinya dan apa latar belakangnya serta untuk apa<br />

manfaatnya.<br />

b. Mencari literatur yang relevan<br />

Literatur yang dimaksud bisa berupa teori-teori kebahasaan, atau<br />

berupa hasil penelitian terdahulu.<br />

c. Mengumpulkan data (jitsurei dan sakurei)<br />

Mengumpulkan data (jitsurei) yang dapat diperoleh dari tulisan<br />

ilmiah,buku cerita, novel-novel dan surat kabar. Sedangkan sakurei<br />

data yang dibuat sendiri oleh penulis dengan terlebih dahulu<br />

memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku dan dapat diterima<br />

oleh penutur aslinya. Salah satu cara untuk mengetahui hal tersebut<br />

adalah dengan meminta native speaker yang berkompeten untuk<br />

memeriksa setiap sakurei yang dibuat.<br />

d. Mengklasifikasikan data<br />

Dalam proses ini, jitsurei dan sakurei dikelompokan kedalam<br />

beberapa kategori atau golongan .Misalnya, dilihat dari subjeknya,<br />

predikat, partikel atau situasinya.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


e. Membuat pasangan kata yang akan dianalisis<br />

Apabila kata yang dianalissi lebih dari dua maka akan lebih mudah<br />

menganalisisnya dengan membuat analisis pasangan, dua kata<br />

dibanding dengan beberapa kata secara sekaligus.<br />

f. Melakukan analisis<br />

Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menganalisis makna kata<br />

antara lain sebagai berikut:<br />

1) Dengan membandingkan ruigigo (kata yang memiliki bunyi<br />

ucapan yang berbeda tapi memiliki kemiripan dalam makna)<br />

sebaiknya dengan kalimat yang sama, agar analisis terpusat<br />

pada objek tersebut.<br />

2) Harus menyajikan kalimat yang benar (yang berpedoman pada<br />

jitsutei),jika ragu terhadap kalimat yang dibuat (sakurei), maka<br />

prlu meminta pendapat penutur asli. Lalu, melalui tehnik<br />

permutasi dan tehnik subtitusi akan dapat diketahui mengapa<br />

suatu kata bisa digunakan dalam kalimat, sedangkan kata yang<br />

lain tidak bisa. Dengan menelaah berbagai unsur yang terkait,<br />

maka perbedaan dan persamaan suatu sinonim akan bisa<br />

ditemukan.<br />

g. Membuat kesimpulan/generalisasi<br />

Kesimpulan atau generalisasi dapat dibuat secara induktif yang<br />

berdasarkan pada hasil analisis. Oleh karena itu, kelengkapan dan<br />

keakuratan data sangat diperlukan agar mampu membuat<br />

kesimpulan yang benar.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


2.5.3 Pilihan Bahasa<br />

Pilihan bahasa atau diksi berhubungan dengan bagaimana seorang pembicara atau<br />

penulis memilih kata atau istilah yang tepat digunakan dalam penuturan atau karangan yang<br />

disusunnya. Pilihan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna<br />

yang sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan yang menemukan<br />

bentuk sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki sipembicara/pendengar.<br />

Sebagai contoh kata kini dan sekarang. Kelihatan persis sama maknanya sehingga<br />

seolah-olah keduanya dapat saling menggantikan, sebagaimana dapat dilihat dalam kalimat<br />

berikut: (1) karena dahulu para petani di daerah ini berpindah-pindah, sekarang banyak<br />

lahan yang rusak. Akan tetapi jika diamati kemungkinan pemunculan kata kini lebih terbatas<br />

dari pada sekarang. Kata kini mengandung nuansa yang lebih khusus, penggunaan kata kini<br />

mengandalkan adanya kesinambungan antara apa yang terjadi pada waktu lampau dan terjadi<br />

pada saat awalnya dibicarakan, antara yang terjadi dulu dan yang terjadi sekarang (2) yang<br />

dulu dipandang remeh, kini disegani banyak orang (3) Dia yang di kenal sebagai<br />

peragawati kini mencoba nasib menjadi perancang busana. Meskipun kata kini selalu<br />

mengait ke peristiwa masa lampau itu sendiri tapi tidak selalu harus disebut secara eksplit.<br />

Peristiwa lampau yang terkena kaitan itu dapat saja hanya secara implisit tersingkap dari<br />

konteksnya. Sedangkan kata sekarang digunakan sebagai atribut untuk menerangkan nomina.<br />

Seperti (4) sekarang daerah itu telah dikosongkan ,(5) guru yang sekarang lebih pandai<br />

menyampaikan materi pelajaran.<br />

(hhtp://id.wikisource.org/w/index.php?title=Buku_Praktis_Bahasa_Indonesi_1/kata&oldid=2<br />

0904)<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!