27.05.2013 Views

penyakit menular pada intensifikasi unggas lokal dan cara

penyakit menular pada intensifikasi unggas lokal dan cara

penyakit menular pada intensifikasi unggas lokal dan cara

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

316<br />

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal<br />

vaksinasi AI. Tanda-tanda <strong>penyakit</strong> yang<br />

muncul saat nekropsi (bedah bangkai):<br />

perdarahan bawah kulit kaki, jengger, pial,<br />

lemak abdomen <strong>dan</strong> jantung, trachea, hidung,<br />

pancreas, proventrikulus. Pada ayam yang<br />

telah bertelur perdarahan sering <strong>pada</strong> folikel<br />

telur yang sudah besar. Histopatologi<br />

menemukan a<strong>dan</strong>ya: encephalitis (ra<strong>dan</strong>g otak)<br />

disertai multifokus nekrosa (kematian jaringan)<br />

otak <strong>dan</strong> pancreas. Kejadian wabah <strong>penyakit</strong><br />

<strong>unggas</strong> flu burung, baru mulai di Indonesia<br />

pertengahan 2003, sebagai bagian dari wabah<br />

AI yang terjadi di dunia khususnya Asia.<br />

Diperkirakan flu burung bergerak dari<br />

sumbernya di Asia daratan terutama Cina, di<br />

bawa oleh burung liar migrasi sebagai karrier<br />

virus HPAI. Virus ganas H5N1 tergolong<br />

kontagius dengan rute infeksi utama melalui<br />

pernafasan. Spesies burung yang peka<br />

terinfeksi <strong>dan</strong> menimbulkan <strong>penyakit</strong> selain<br />

berbagai jenis ayam peliharaan, juga ayam<br />

hutan, puyuh, kalkun, pheasant, patridge, <strong>dan</strong><br />

guinea fowl. Unggas air seperti geese <strong>dan</strong> duck<br />

juga burung liar terutama burung air peka<br />

terinfeksi virus H5N1 tetapi kurang peka untuk<br />

sakit <strong>dan</strong> mati. Unggas air <strong>dan</strong> burung liar<br />

dapat menjadi karrier virus AI, demikian pula<br />

ayam yang telah mendapat vaksinasi AI.<br />

Sumber infeksi virus tersebut terdapat dalam<br />

beraknya <strong>dan</strong> mudah menyebar karena mengkontaminasi<br />

bulu <strong>dan</strong> ba<strong>dan</strong> hewan karrier,<br />

hewan lain yang hidup dalam kan<strong>dan</strong>g, sumber<br />

air, pakan, peralatan serta manusia.<br />

Penanggulangan meliputi vaksinasi <strong>pada</strong> ayam<br />

yang belum terinfeksi, dengan vaksin AI<br />

inaktif H5N1 disertai penggunaan biosekuriti<br />

yang ketat (YUEN, 2003). Pada ayam local<br />

yang baru terinfeksi (kesayangan/ bernilai<br />

tinggi) dapat mencoba pengobatan dengan<br />

antivirus seperti amantadine, rimantadine,<br />

oseltamivir, zanamivir. Berhati-hati karena<br />

virus H5N1 di berbagai negara termasuk<br />

Indonesia ada yang bersifat zoonotik,<br />

meskipun masih lebih banyak yang tidak<br />

<strong>menular</strong> ke manusia.<br />

Gumboro<br />

Penyebab virus Gumboro atau IBDV<br />

(infectious bursal disease virus) serotipe 1 yang<br />

hanya menyerang ayam. Virus banyak terdapat<br />

dalam berak <strong>dan</strong> muntahan penderita. Sumber<br />

virus lainnya adalah benda yang telah<br />

terkontaminasi penderita, termasuk kan<strong>dan</strong>g<br />

<strong>dan</strong> lingkungan sekitar karena virus Gumboro<br />

tahan hidup diluar ayam dalam jangka waktu<br />

lama. Benda hidup yang menjadi pembawa<br />

virus selain ayam, juga kumbang kotoran ayam<br />

Alphitobius diaperinus, manusia <strong>dan</strong> tikus<br />

kan<strong>dan</strong>g. Virus Gumboro yang ganas merusak<br />

organ pertahanan bukan hanya bursa Fabricius,<br />

tetapi juga thymus, limpa, limphoid folikel<br />

usus <strong>dan</strong> sumsum tulang serta menimbulkan<br />

kematian tinggi; virus yang kurang ganas<br />

hanya merusak bursa. Kerusakan bursa terlihat:<br />

bengkak <strong>dan</strong> oedem saat masih akut, berwarna<br />

kuning atau merah berdarah; saat kronis bursa<br />

mengecil (atrofi). Otot paha <strong>dan</strong> dada<br />

mengalami perdarahan sewaktu akut.<br />

Pencegahan meliputi vaksinasi di umur muda;<br />

<strong>pada</strong> induk pembibit vaksinasi diulang saat<br />

menjelang bertelur agar DOC memiliki<br />

kekebalan dari induk cukup selama 2 minggu<br />

pertama (LUCIO and HITCHNER, 1979; LUKERT<br />

and MEZARIEGOS, 1985). Pembersihan<br />

kan<strong>dan</strong>g bekas penderita menggunakan<br />

desinfektan khusus yang mengandung komplex<br />

iodine atau formaldehyde.<br />

Fowlpox/cacar ayam<br />

Virus pox ayam penyebab <strong>penyakit</strong> cacar<br />

<strong>pada</strong> ayam berbeda strain dari virus pox<br />

burung puyuh maupun kalkun; mereka dalam<br />

genus Avipoxvirus yang sama. Ada 2 bentuk<br />

<strong>penyakit</strong> cacar <strong>pada</strong> ayam. Bentuk cacar ayam<br />

kulit: virus menyerang kulit daerah kepala <strong>dan</strong><br />

membuat keropeng warna coklat hitam <strong>pada</strong><br />

jengger, pial, kelopak mata, sekitar lubang<br />

hidung <strong>dan</strong> mulut. Bentuk cacar ayam mukosa<br />

atau bentuk diphtheritik yang menyerang<br />

lapisan dalam rongga mulut <strong>dan</strong> saluran nafas<br />

atas dengan membentuk gumpalan-gumpalan<br />

mirip kiju. Bentuk diphtheritik dapat<br />

membunuh ayam karena menyumbat saluran<br />

nafas. Penularan dapat lewat luka kontak<br />

dengan penderita atau virus. Penularan tanpa<br />

luka terjadi melalui mata, saluran nafas atas<br />

<strong>dan</strong> mulut terinfeksi aerosol atau vaksin<br />

terkontaminasi virus pox. Virus pox juga<br />

<strong>menular</strong> lewat gigitan vektor nyamuk <strong>dan</strong><br />

ektoparasit penggigit lain. Pencegahan dengan<br />

vaksinasi menggunakan metoda tusuk sayap<br />

dengan biang vaksin pox ayam yang telah

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!