TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR Kuliah 10 – Komunikasi Bergerak
TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR Kuliah 10 – Komunikasi Bergerak
TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR Kuliah 10 – Komunikasi Bergerak
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
TKE 2<strong>10</strong>2<br />
<strong>TEKNIK</strong> <strong>TELEKOMUNIKASI</strong> <strong>DASAR</strong><br />
<strong>Kuliah</strong> <strong>10</strong> <strong>–</strong> <strong>Komunikasi</strong> <strong>Bergerak</strong><br />
Indah Susilawati, S.T., M.Eng.<br />
Program Studi Teknik Elektro<br />
Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer<br />
Universitas Mercu Buana Yogyakarta<br />
2009
B A B X<br />
K O M U N I K A S I B E R G E R A K<br />
( M O B I L E C O M M U N I C A T I O N )<br />
Tujuan Instruksional<br />
1. Umum<br />
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa dapat menjelaskan prinsipprinsip<br />
dasar telekomunikasi.<br />
2. Khusus<br />
Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan komunikasi tanpa<br />
kabel, meliputi konsep dasar, teknik akses, penggunaan ulang frekuensi,<br />
sistem pager, penjatahan kanal, pindah tangan, interferensi, dan peningkatan<br />
kapasitas sistem.<br />
<strong>10</strong>.1 Pendahuluan<br />
Dalam kehidupan sehari-hari dikenal berbagai macam komunikasi<br />
bergerak, yang pada dasarnya adalah komunikasi menggunakan gelombang radio.<br />
Pembuka pintu garasi, pengendali jarak jauh (remote control), telepon nirkabel<br />
(cordless), radio panggil (pager), dan telepon seluler adalah contoh-contoh sistem<br />
komunikasi bergerak. Kerumitan, unjuk kerja, dan macam pelayanan yang<br />
ditawarkan masing-masing sistem tersebut berbeda satu sama lain.<br />
Istilah “bergerak” atau mobile biasanya digunakan untuk<br />
mengelompokkan sebarang terminal radio yang dapat dapat dipindahkan pada<br />
saat terminal tersebut bekerja. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah tersebut<br />
lebih banyak digunakan untuk menunjuk sebuah terminal radio yang terhubung<br />
dengan platform yang bergerak dengan kecepatan tinggi (yaitu telepon seluler<br />
dalam kendaraan yang bergerak cepat). Sedangkan istilah portable digunakan<br />
untuk menunjuk terminal radio genggam yang digunakan pada kecepatan berjalan<br />
manusia (yaitu telepon nirkabel di dalam rumah). Pemakai atau pelanggan sistem
<strong>10</strong>3<br />
komunikasi bergerak saling berhubungan melalui stasiun basis yang terhubung ke<br />
sumber daya dan jaringan tulang-punggung tetap (fixed backbone network).<br />
Pada awal perkembangan sistem komunikasi bergerak, digunakan antena<br />
pengirim tunggal berdaya tinggi untuk memperoleh daerah cakupan yang luas.<br />
Untuk keperluan ini, antena harus dipasang pada menara yang tinggi. Rancangan<br />
yang demikian dapat memberikan daerah cakupan yang bagus, namun tidak<br />
memberikan kemungkinan untuk menggunakan frekuensi yang sama di dalam<br />
satu sistem. Hal ini disebabkan karena penggunaan frekuensi yang sama pada satu<br />
daerah cakupan akan menimbulkan interferensi. Bersamaan dengan meningkatnya<br />
permintaan pelayanan dan terbatasnya spektrum frekuensi yang tersedia, maka<br />
dikembangkan suatu konsep telepon bergerak yang mempunyai kapasitas tinggi<br />
(dengan menggunakan spektrum frekuensi yang terbatas) dan sekaligus dapat<br />
mencakup daerah yang luas. Konsep ini yang kemudian terkenal dengan nama<br />
konsep seluler.<br />
<strong>10</strong>.2 Konsep Seluler<br />
Konsep seluler hingga saat ini dapat dikatakan sebagai penyelesaian yang<br />
terbaik untuk mengatasi masalah terbatasnya spektrum frekuensi dan kapasitas<br />
pelanggan. Pada konsep ini ditawarkan kapasitas yang sangat tinggi dalam alokasi<br />
spektrum yang terbatas tanpa perubahan teknologi yang amat besar. Konsep<br />
dasarnya adalah mengganti pengirim tunggal berdaya tinggi dengan beberapa<br />
pengirim berdaya lebih rendah yang masing-masing melayani daerah cakupan<br />
yang lebih kecil. Daerah pelayanan yang lebih kecil ini disebut sel. Pada tiap-tiap<br />
sel ini dialokasikan sejumlah kecil kanal dari keseluruhan kanal yang ada,<br />
sehingga keseluruhan kanal yang dimiliki sistem tersebut terbagi-bagi dalam selsel<br />
yang ada. Interferensi antar stasiun basis dapat diminimalkan jika stasiun basis<br />
yang berdekatan menggunakan grup kanal yang berbeda. Dengan memisahkan<br />
stasiun-stasiun basis dan grup-grup kanal denngan cara yang sistematis, kanalkanal<br />
didistribusikan dan digunakan berulang kali. Dalam hal ini interferensi antar
<strong>10</strong>4<br />
stasiun ko-kanal harus tetap rendah. Stasiun ko-kanal adalah stasiun-stasiun yang<br />
menggunakan frekuensi yang sama.<br />
Jika permintaan pelayanan terus meningkat, yang berarti jumlah kanal<br />
yang dibutuhkan juga meningkat, maka jumlah stasiun basis dapat diperbanyak.<br />
Dengan cara ini kapasitas sistem menjadi lebih besar tanpa harus menambah lebar<br />
spektrum frekuensi yang digunakan. Untuk menghindari tambahan interferensi<br />
maka daya pengirim yang digunakan harus dikurangi. Prinsip ini merupakan dasar<br />
semua sistem komunikasi tanpa kabel modern, karena dengan sejumlah kanal<br />
yang tertentu (tetap) konsep seluler dapat melayani sejumlah besar pelanggan<br />
melalui penggunaan ulang frekuensi (kanal).<br />
Sistem seluler terdiri atas tiga bagian dasar, yaitu unit bergerak, tapak sel<br />
(cell site) dan MTSO (Mobile Telephone Switching Office), dengan hubunganhubungan<br />
yang mengaitkan ketiga subsistem tersebut.<br />
1. Unit bergerak. Sebuah unit telepon bergerak terdiri atas unit pengendali,<br />
sebuah pancarima, dan sebuah antena.<br />
2. Tapak sel. Tapak sel menyediakan antarmuka antara MTSO dan unit-unit<br />
bergerak. Tapak sel mempunyai unit pengendali, kabinet-kabinet radio,<br />
antena-antena, catu daya, dan terminal-terminal data.<br />
3. MTSO. Pusat pensaklaran, yaitu elemen pengatur pusat untuk semua tapak<br />
sel, terdiri atas prosesor seluler dan saklar seluler. MTSO berantarmuka<br />
dengan kantor-kantor daerah perusahaan telepon, mengendalikan proses<br />
panggilan, dan menangani kegiatan penagihan. MTSO juga sering disebut<br />
dengan MSC (Mobile Switching Center).<br />
4. Hubungan. jalur radio akan menghubungkan ketiga subsistem dalam konsep<br />
seluler tersebut di atas. Setiap unit bergerak hanya dapat menggunakan satu<br />
kanal pada satu waktu tertentu untuk hubungan komunikasinya. Kanal yang<br />
digunakan tersebut tidak tetap, tetapi dapat merupakan sebarang kanal dalam<br />
sistem seluler yang menyediakan pelayanan. Setiap tapak sel dapat<br />
menghubungkan sejumlah besar unit bergerak secara bersamaan (simultan).<br />
Perhatikan gambar <strong>10</strong>.1.
<strong>10</strong>5<br />
MTSO atau MSC merupakan jantung sistem seluler. Prosesor yang<br />
terdapat didalamnya menyediakan pengaturan pusat dan administrasi sistem<br />
tersebut.<br />
Saklar seluler, baik analog maupun digital, menghubungkan pelanggan<br />
bergerak dengan pelanggan bergerak yang lain dan dengan jaringan telepon<br />
nasional. Saklar seluler ini terdiri atas trunk suara dan juga jalur-jalur data untuk<br />
mengawasi hubungan antara pemroses dengan saklar dan antara tapak sel dengan<br />
prosesor. Jalur radio ini membawa sinyal antara unit bergerak dengan tapak sel.<br />
Gambar <strong>10</strong>.1 Bagian-bagian dasar sistem seluler<br />
<strong>10</strong>.3 Teknik Akses Jaringan<br />
Teknik akses jaringan memungkinkan pelanggan-pelanggan menggunakan<br />
kanal secara bersama. Ada beberapa jenis teknik akses jaringan yang<br />
dipergunakan dalam system seluler, yaitu:<br />
1. FDMA<br />
Dengan FDMA, bidang frekuensi dibagi menjadi segmen-segmen dengan<br />
lebar-bidang yang tertentu dan setiap segmen dapat diakses oleh pengguna<br />
pada suatu saat.
2. TDMA<br />
<strong>10</strong>6<br />
Dengan TDMA, domain kerja adalah waktu. Setiap pengguna mempunyai<br />
jatah slot waktu untuk menggunakan seluruh bidang frekuensi yang ada untuk<br />
mengirimkan sinyal.<br />
3. CDMA<br />
Dengan CDMA, setiap pengguna dapat mengirimkan sinyal pada setiap saat<br />
dengan menggunakan seluruh bidang frekuensi yang ada, dengan<br />
menggunakan kode yang berbeda-beda.<br />
<strong>10</strong>.4 Penggunaan Ulang Frekuensi<br />
Sistem radio seluler mengandalkan pengalokasian kanal yang cerdas dan<br />
penggunaan ulang frekuensi pada keseluruhan daerah cakupan. Setiap stasiun<br />
basis seluler dialokasikan untuk satu grup kanal yang akan digunakan dalam satu<br />
wilayah geografis kecil yang disebut sel. Stasiun-stasiun basis yang berdekatan<br />
harus dialokasikan untuk grup kanal yang berbeda. Antena stasiun basis dirancang<br />
untuk melayani daerah tertentu saja. Dengan membatasi daerah cakupan antena<br />
sebatas satu sel saja, maka grup-grup kanal yang sama dapat digunakan kembali<br />
pada sel-sel yang letaknya berjauhan. Proses perancangan pemilihan dan<br />
pengalokasian grup-grup kanal untuk semua stasiun basis seluler dalam suatu<br />
sistem disebut penggunaan ulang frekuensi (frequency reuse) atau perencanaan<br />
frekuensi.<br />
Gambar <strong>10</strong>.2 memperlihatkan penggunaan ulang frekuensi pada konsep<br />
seluler, dimana sel-sel yang berlabel sama menggunakan grup kanal yang sama<br />
pula. Sel-sel berbentuk segienam merupakan pemodelan cakupan radio tiap-tiap<br />
stasiun basis yang telah disederhanakan untuk mempermudah analisis. Daerah<br />
cakupan sel yag sebenarnya disebut footprint dan dapat ditentukan melalui<br />
pengukuran medan atau dari model-model perkiraan perambatan gelombang.<br />
Pemilihan bentuk sel ini adalah karena segienam dapat mencakup dengan tepat<br />
keseluruhan wilayah pelayanan tanpa tumpang tindih, dan paling mendekati pola
<strong>10</strong>7<br />
radiasi lingkaran yang dihasilkan oleh antena stasiun basis omni-direksional dan<br />
perambatan ruang bebas.<br />
Dengan menggunakan sel berbentuk segienam, antena pengirim pada<br />
stasiun basis dapat diletakkan di pusat atau di sudut sel. Eksitasi di pusat sel<br />
biasanya menggunakan antena omni-direksional, sedangkan eksitasi di sudut sel<br />
menggunakan antena direksional tersektor. Pertimbangan praktis biasanya tidak<br />
memugkinkan penempatan antena di pusat atau di sudut sel dengan tepat.<br />
Sebagian besar sistem memperbolehkan penempatan antena hinga sejauh 1/4 kali<br />
radius sel dari letak idealnya.<br />
Jika suatu sistem seluler mempunyai kanal total sebanyak S, setiap grup<br />
kanal terdiri atas k kanal (k < S), dan S dibagi sama banyak untuk N sel, maka<br />
jumlah total kanal radio yang dapat digunakan adalah<br />
S = k N (1)<br />
Jumlah sel yang dengan tepat menggunakan keseluruhan frekuensi, yaitu<br />
N sel, disebut kelompok sel atau kluster. Jika sebuah kelompok sel digandakan<br />
dalam sebuah sistem sebanyak M kali, maka jumlah kanal total C yang<br />
merupakan ukuran kapasitas sistem tersebut adalah<br />
C = M k N = M S (2)<br />
Sesuai dengan persamaan (2), kapasitas sistem seluler sebanding dengan jumlah<br />
penggandaan kluster. Faktor N disebut ukuran kelompok sel dan biasanya<br />
berjumlah 4, 7, atau 12 sel. Jika ukuran atau besar N diperkecil dan raius sel tetap,<br />
maka dibutuhkan lebih banyak kelompok sel yang berarti memperbesar kapasitas<br />
total C. Ukuran kelompok sel yang besar menandakan bahwa perbandingan radius<br />
sel dan jarak antara sel-sel yang ko-kanal juga besar. Sebaliknya, ukuran<br />
kelompok sel yang kecil menunjukkan bahwa jarak antara sel-sel yang ko-kanal<br />
juga kecil. Nilai N merupakan fungsi dari besar interferensi yang dapat diterima<br />
oleh pelanggan atau stasiun basis untuk tetap menjaga kualitas komunikasi. Sudut<br />
pandang perancangan akan mengusahakan nilai N yang sekecil mungkin untuk<br />
menghasilkan kapasitas total C yang sebesar-besarnya. Faktor penggunaan ulang<br />
frekuensi dari sebuah sistem seluler adalah 1/N, karena tiap sel dalam suatu
<strong>10</strong>8<br />
kelompok sel hanya mempunyai 1/N kali jumlah kanal yang dapat digunakan di<br />
dalam sistem.<br />
Gambar <strong>10</strong>.2 Penggunaan ulang frekuensi pada konsep seluler (N=4)<br />
<strong>10</strong>. 5 Sistem Pager<br />
Sistem pager adalah sistem radio satu arah yang digunakan untuk<br />
memberitahu seseorang bahwa orang lain menginginkan orang tersebut untuk<br />
menghubunginya melalui telepon. Rentang frekuensi untuk pager adalah sbb:<br />
26,1 <strong>–</strong> 50 MHz<br />
146 <strong>–</strong> 174 MHz<br />
806 <strong>–</strong> 960 MHz<br />
68 <strong>–</strong> 88 MHz<br />
450 <strong>–</strong> 470 MHz<br />
<strong>10</strong>.6 Strategi Pembagian Kanal<br />
Spektrum radio dapat digunakan secara efektif jika tersedia suatu skema<br />
penggunaan ulang frekuensi yang sesuai dengan perkembangn kebutuhan<br />
kapasitas dan menjaga interferensi tetap kecil. Berbagai macam strategi telah<br />
dikembangkan, yang terbagi dalam pembagian tetap dan dinamis. Strategi<br />
pembagian kanal ini akan mempengaruhi unjuk kerja sistem, khususnys pada<br />
bagaimana penanganan komunikasi pada saat pelanggan berpindah sel.
<strong>10</strong>9<br />
Pada pembagian tetap, setiap sel mempunyai sejumlah kanal yang tetap.<br />
Panggilan yang terjadi dalam sel hanya dapat dilayani oleh kanal bebas yang ada<br />
di dalam sel tersebut. Jika semua kanal yang dimiliki telah digunakan maka<br />
panggilan yang datang tidak dapat dilayani. Dalam pembagian tetap ini juga telah<br />
dilembangkan strategi peminjaman, dimana sel dapat meminjan kanal dari sel<br />
yang berdekatan jika semua kanal yang dimikinya telah terpakai. Prosedur<br />
peminjaman kanal ini diatur oleh pusat pensaklaran atau MTSO, untuk<br />
menghindari gangguan dan interferensi dengan komunikasi (panggilan) lain yang<br />
sedang berlangsung.<br />
Pada pembagian dinamis, kanal tidak terbagi secara permanen tetapi sel<br />
akan meminta kanal dari MTSO setiap kali ada permintaan pelayanan komunikasi<br />
(panggilan). MTSO akan mengatur penggunaan kanal agar tidak terjadi<br />
interferensi dalam sel atau antar sel yang berdekatan. Pembagian kanal secara<br />
dinamis akan mengurangi kemungkinan bloking panggilan sehingga dapat<br />
menningkatkan kapasitas pelayanan sistem karena semua kanal dapat diakses oleh<br />
seluruh sel yang ada.<br />
Selain dua jenis penjatahan ini, terdapat sistem yang menggunakan strategi<br />
peminjaman (borrowing strategy) yang memungkinkan sistem dengan penjatahan<br />
tetap untuk meminjam kanal bebas dari sel yang lain.<br />
<strong>10</strong>.7 Strategi Lepas-Tangan (Handoff)<br />
Jika pelanggan telepon bergerak memasuki sel yang lain pada saat<br />
komunikasi sedang berlangsung, maka MTSO secara otomatis akan<br />
memindahkan komunikasi tersebut ke kanal yang baru milik sel yang<br />
dimasukinya. Proses ini disebut lepas-tangan. Proses lepas-tangan meliputi<br />
identifikasi stasiun basis baru, alokasi sinyal suara, dan alokai sinyal pengendali<br />
ke kanal yang baru.<br />
Penanganan lepas-tangan merupakan hal yang penting dalam sistem radio<br />
seluler. Beberapa strategi lebih mengutamakan untuk melayani permintaan lepastangan<br />
daripada permintaan panggilan baru. Supaya komunikasi tidak terputus
1<strong>10</strong><br />
pada lepas-tangan harus dilakukan dengan baik. Berdasarkan kebutuhan ini,<br />
sistem harus menentukan tingkat daya sinyal tertentu untuk memulai proses lepas<br />
tangan. Pemilihan tingkat daya sinyal ini harus cukup besarnya sehingga tidak<br />
menyebabkan terputusnya komunikasi.<br />
Dalam proses lepas-tangan harus dipastikan bahwa turunnya daya sinyal<br />
yang diterima bukan karena pudaran sementara dan bahwa pemakai benar-benar<br />
bergerak menjauhi stasiun basis. Stsiun basis memantau tingkat sinyal pada<br />
selang waktu tertentu sebelum lepas-tangan dimulai. Pengukuran kuat sinyal ini<br />
harus dapat menghindari lepas-tangan yang tidak perlu, dan sebaliknya harus<br />
memastikan terjadinya lepas-tangan yang perlu sebelum komunikasi terputus<br />
(drop call). Waktu yang dibutuhkan untuk menentukan perlu atau tidaknya lepastangan<br />
ditentukan oleh kecepatan gerak pelanggan. Jika kemiringan rerata sinyal<br />
yang diterima curam, maka harus segera lepas-tangan. Kecepatan gerak<br />
pelanggan, yang merupakan hal penting dalam menentukan keputusan lepastangan,<br />
dapat dihitung dari statistik pudaran sinyal jangka pendek yang diterima<br />
oleh stasiun basis.<br />
Lamanya waktu suatu komunikasi berada dalam satu sel tanpa lepastangan<br />
disebut waktu tinggal atau dwell time. Faktor-faktor yang mempengaruhi<br />
waktu tinggal antara lain perambatan, interferensi, dan jarak antara pelanggan<br />
dengan stasiun basis. Bahkan untuk pemakai yang diam, pudaran dapat terjadi<br />
karena gerakan benda-benda lain disekitar pemakai dan di sekitar stasiun basis.<br />
Hal ini menyebabkan waktu tinggal menjadi acak dan tertentu meskipun untuk<br />
pemakai yang diam.<br />
Pada sistem seluler generasi yang pertama, pengukuran kuat sinyal<br />
dilakukan oleh stasiun basis dan diatur oleh MTSO. Masing-masing stasiun basis<br />
memantau kuat sinyal yang diterima pemakai baik dalam sel itu sendiri maupun<br />
pemakai yang berada dalam sel didekatnya. MTSO akan menentukan perlu atau<br />
tidaknya lepas-tangan berdasarkan informasi tersebut.<br />
Pada sistem seluler generasi kedua yang menggunakan teknologi digital<br />
TDMA, keputusan lepas-tangan ditangani oleh unit bergerak itu sendiri atau
111<br />
disebut Mobile Assisted Handoff (MAHO). Setiap unit bergerak akan mengukur<br />
daya yang diterima dari stasiun-stasiun basis sekitar dan melaporkannya ke<br />
stasiun basis tempat unit bergerak berada, pada tingkat daya dan selang waktu<br />
tertentu. Dengan cara ini penanganan lepas-tangan menjadi lebih cepat, dan cocok<br />
untuk lingkungan mikroseluler dimana lepas-tangan lebih sering terjadi.<br />
Pemakai bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda, dari kecepatan<br />
berjalan manusia hingga kecepatan kendaraan bermesin. Hal ini menimbulkan<br />
permasalahan dalam perancangan sistem. Kendaraan bermesin yang mempunyai<br />
kecepatan tinggi akan melintasi daerah cakupan sel hanya dalam waktu beberapa<br />
detik saja, sedangkan pejalan kaki mungkin tidak akan pernah memerlukan lepastangan.<br />
Jika sistem menggunakan sel-sel mikro (untuk meningkatkan kapasitas),<br />
maka MTSO akan terbebani, terutama saat pemakai berkecepatan tinggi sering<br />
melintasi sel-sel. Berbagai skema dibuat untuk menangani lalu-lintas pemakai<br />
berkecepatan tinggi dan rendah secara bersamaan.<br />
Meskipun konsep seluler memungkinkan penambahan kapasitas melalui<br />
penambahan sel-sel baru, tetapi pada prakteknya hal ini sulit dilakukan terutama<br />
di daerah perkotaan. Pada penyedia layanan lebih tertarik untuk memasang kanalkanal<br />
dan stasiun basis baru pada lokasi yang sama daripada mencari loasi yang<br />
baru. Dengan menggunakan ketinggian antena dan tingkat daya yang berbeda,<br />
dimungkinkan untuk membuat sel besar dan sel kecil pada lokasi yang sama<br />
(bertumpang tindih). Teknik ini disebut pendekatan sel payung. Sel payung<br />
digunakan untuk menyediakan daerah cakupan yang luas bagi pemakai<br />
berkecepatan tinggi dan menyediakan daerah cakupan yang sempit bagi pemakai<br />
yang bergerak dengan kecepatan rendah. Gambar <strong>10</strong>.3 memperlihatkan sel<br />
payung yang bertumpanng tindih dengan beberapa sel mikro yang lebih kecil.<br />
Pendekatan payung akan meminimalkan jumlah lepas-tangan untuk pemakai<br />
kerkecepatan tinggi dan menyediakan kanal-kanal tambahan melalui sel-sel mikro<br />
untuk pemakai berkecepatan rendah atau pejalan kaki.
Gambar <strong>10</strong>.3 Pendekatan sel payung<br />
112<br />
<strong>10</strong>.8 Interferensi dan Kapasitas Sistem<br />
Interferensi merupakan faktor keterbatan utama dalam unjuk kerja sistem<br />
radio seluler. Sumber interferensi dapat berupa pemakai lain dalam sel yang sama,<br />
komunikasi yang sedang berlangsung pada sel yang berdekatan, stasiun basis lain<br />
yang bekerja pada pita frekuensi yang sama, atau sistem nonseluler yang<br />
membocorkan dayanya ke dalam pita frekuensi yang digunakan oleh sistem<br />
seluler. Interferensi pada kanal suara akan menimbulkan cakap silang dimana<br />
pemakai mendengar interferensi karena pengaruh transmisi yang tidak diinginkan.<br />
Didalam kanal pengendali, interferensi akan menyebabkan kegagalan panggilan<br />
karena kesalahan pensinyalan digital.<br />
Interferensi di daerah perkotaan menjadi lebih besar karena pengaruh<br />
permukaan derau RF (RF noise floor) yang lebih tinggi, banyaknya stasiun basis,<br />
dan juga banyaknya jumlah pemakai. Interferensi menjadi suatu penghalang<br />
dalam usaha penambahan jumlah kapasitas dan seringkali menjadi penyebab<br />
utama terputusnya suatu komunikasi. Ada dua macam interferensi yang terjadi<br />
oleh pengaruh sistem seluler itu sendiri, yaitu interferensi ko-kanal dan<br />
interferensi kanal yang berdekatan. Meskipun timbul oleh sistem seluler itu
113<br />
sendiri, kedua jenis interferensi ini sulit dikendalikan. Hal ini terutama karena<br />
pengaruh perambatan yang acak. Selain kedua macam interferensi tersebut, juga<br />
terdapat interferensi yang disebabkan oleh sumber luar seperti interferensi dari<br />
pemancar milik sistem seluler yang lain.<br />
<strong>10</strong>.8.1 Interferensi Ko-Kanal<br />
Dengan penggunaan ulang frekuensi maka di dalam suatu daerah<br />
pelayanan seluler terdapat beberapa sel yang menggunakan frekuensi yang sama.<br />
Sel-sel ini disebut sel-sel kanal yang sama (atau disebut sel ko-kanal) dan<br />
interferensi yang terjadi antar sel-sel ko-kanal ini disebut interferensi ko-kanal.<br />
Interferensi ko-kanal tidak dapat diatasi dengan cara meningkatkan SNR. Hal ini<br />
karena penambahan daya pancar pengirim justru akan menaikkan interferensi<br />
dengan sel ko-kanal tetanggga. Untuk mengurangi interferensi ko-kanal maka selsel<br />
ko-kanal harus dipisahkan sejauh jarak minimal tertentu yang akan<br />
mengurangi pengaruh perambatan.<br />
Dalam sistem seluler dengan ukuran sel yang seragam, interferensi kokanal<br />
tidak terpengaruh oleh daya pancar tetapi akan merupakan fungsi radius sel<br />
(R), dan jarak ke pusat sel ko-kanal yang terdekat (D). Dengan memperbesar<br />
perbandingan D/R, pemisahan antara sel-sel ko-kanal relaif terhadap jarak<br />
jakupan sel dapat diperbesar. Interferensi dikurangi dengan cara memperbaiki<br />
isolasi daya RF yang berasal dari sel ko-kanal. Jika D/R besar maka kualitas<br />
transmisi dapat ditingkatkan karena hal ini akan mempunyai arti interferensi kokanal<br />
yang rendah. Sebaliknya, untuk memperoleh kapasitas yang besar maka<br />
ukuran kelompok sel (N) harus kecil yang berarti nilai D/R yang lebih kecil.<br />
Dalam perancangan sistem seluler yang sebenarnya, besarnya perbandingan D/R<br />
harus dipertimbangkan dengan melihat kebutuhan kapasitas dan kualitas<br />
pelayanan yang akan disediakan. Perhatikan gambar <strong>10</strong>.4.
Gambar <strong>10</strong>.4 Perbandingan radius sel (R) dengan jarak ke pusat sel ko-kanal (D)<br />
114<br />
Perbandingan antara sinyal yang dikehendaki dengan sinyal interferensi<br />
ko-kanal dapat diketahui dengan cara menghitung daya sinyal yang diterima dari<br />
sebuah stasiun basis dan jumlah daya yang diterima dari stasiun-stasiun sel-sel<br />
ko-kanal. Pengukuran perambatan dalam kanal radio bergerak menunjukkan<br />
bahwa rerata sinyal yang diterima meluruh sebanding dengan pangkat n jarak<br />
antara pengirim dan penerima. Daya rerata yang diterima pada jarak d dari antena<br />
pengirim adalah<br />
P P d ⎛ ⎞<br />
r = 0⎜<br />
⎟<br />
⎝ d ⎠<br />
0<br />
−n<br />
⎛ d ⎞<br />
Pr ( dBm) = P0 ( dBm) −<strong>10</strong><br />
n log⎜⎟<br />
(4)<br />
⎝ d ⎠<br />
0<br />
P0 adalah daya yang diterima pada jarak d0 dari antena pengirim, dan n adalah<br />
eksponen rugi-rugi lintasan. Besarnya n untuk sistem seluler di daerah perkotaan<br />
berkisar antara 2 dan 4.<br />
(3)
115<br />
Dengan melihat kedua persamaan di atas, jika eksponen rugi-rugi lintasan<br />
dan daya pancar masing-masing stasiun basis adalah sama besar, maka<br />
perbandingan daya dan interferensi adalah sebagai berikut<br />
S<br />
I<br />
−n<br />
R<br />
= i0<br />
∑ ( Di<br />
)<br />
i=<br />
1<br />
−n<br />
S (watt) adalah daya sinyal dari stasiun basis yang dikehendaki, I (watt) adalah<br />
daya sinyal interferensi yang disebabkan oleh sel-sel ko-kanal, R adalah radius<br />
sel, D adalah jarak terdekat antar dua sel ko-kanal, dan I0 adalah jumlah sel kokanal<br />
yang menyebabkan terjadinya interferensi. Besarnya S/I dapat dinyatakan<br />
dalam satuan dB (desiBell).<br />
<strong>10</strong>.8.2 Interferensi Kanal yang Berdekatan<br />
Interferensi yang diakibatkan oleh sinyal-sinyal pada frekuensi yang<br />
berdekatan disebut interferensi kanal yang berdekatan (adjacent channel).<br />
Interferensi jenis ini terjadi karena tapis penerima yang tidak sempurna yanng<br />
mengakibatkan frekuensi lain masuk kedalamnya. Permasalahan akan timbul jika<br />
dua orang pelanggan yang berdekatan menggunakan kanal yang berdekatan; satu<br />
mengirim sinyal dan yang lain sedang menerima sinyal dari stasiun basis. Selain<br />
itu permaslahan juga dapat terjadi jika pelanggan yang berada dekat dengan<br />
stasiun basis menggunakan kanal yang berdekatan dengan kanal yang digunakan<br />
oleh pelanggan berdaya rendah (weak mobile).<br />
Interferensi kanal yang berdekatan dapat diminimalkan dengan penapisan<br />
dan pembagian kanal yang tepat. Pembagian kanal pada tiap sel dapat diatur<br />
sedemikian rupa sehingga kanal-kanal yang berdekatan frekuensinya tidak berada<br />
dalam satu sel. Jarak frekuensi antara tiap kanal harus dijaga sebesar mungkin<br />
untuk mengurangi interferensi. Kanal-kanal dapat dibagi dengan menghindari<br />
kanal-kanal yang membentuk pita frekuensi kontinyu berada pada sel yang sama.<br />
(5)
116<br />
<strong>10</strong>.9 Peningkatan Kapasitas Sistem Seluler<br />
Permintaan pelayanan tanpa kabel yang terus meningkat menyebabkan<br />
jumlah kanal pada suatu sel tidak cukup lagi untuk mendukung jumlah pemakai.<br />
Dengan kenyataaan ini diperlukan suatu teknik perancangan seluler yang dapat<br />
menyediakan kanal yang lebih banyak pada setiap unit daerah cakupan. Ada tiga<br />
teknik yang digunakan untuk meningkatkan jumlah kapasitas dalam sistem<br />
seluler, yaitu :<br />
1. pemecahan sel (cell splitting)<br />
2. pembagian sektor (sectoring)<br />
3. pendekatan zona cakupan (coverage zona approaches).<br />
Teknik pemecahan sel adalah suatu proses membagi suatu sel besar<br />
menjadi sel-sel yang lebih kecil. Sel-sel kecil ini masing-masing akan dilayani<br />
oleh satu stasiun basis dengan ketinggian antena dan daya transmisi yang lebih<br />
rendah. Pemecahan sel akan menambah jumlah kapasitas total sistem karena<br />
pemecahan sel juga berarti menambah jumlah perulangan M pada persamaan (2).<br />
Dengan menentukan sel-sel baru yang mempunyai radius yang lebih kecil dari sel<br />
semula (disebut mikrosel) dan menempatkannya di antara sel-sel yang sudah ada,<br />
kapasitas total dapat diperbanyak.<br />
Pemecahan sel mengembangkan sistem dengan cara menggantikan sel-sel<br />
besar dengan sel-sel kecil. Gambar <strong>10</strong>.5 dan <strong>10</strong>.6 memperlihatkan contoh<br />
pemecahan sel. Pada gambar-gambar tersebut, stasiun basis diletakkan di sudut<br />
sel, dan daerah yang dilayani oleh stasiun basis A dianggap telah dikelilingi oleh<br />
tiga stasiun basis mikrosel yang baru. Dalam contoh ini ketiga mikrosel<br />
ditambahkan sedemikian rupa sehingga pola penggunaan ulang frekuensi dalam<br />
sistem tersebut tetap terjaga. Sebagaimana terlihat pada gambar, pemecahan sel<br />
pada dasarnya adalah penskalaan geometri kelompok sel, yaitu radius mikrosel<br />
sama dengan setengah radius sel asal.<br />
Untuk sel-sel yang mempunyai ukran lebih kecil tersebut, daya pancar<br />
antena stasiun basisnya juga harus dikurangi. Daya pancar untuk sel-sel baru ini
117<br />
dapat ditentukan dengan menguji daya yang diterima pada perbatasan sel baru dan<br />
sel asal. Kedua daya yang diterima kemudian disamakan. Hal ini dilakukan<br />
supaya penggunaan ulang frekuensi pada sel-sel baru tersebut dapat menggunakan<br />
pola yang sama dengan pola sebelumnya. Dengan perhitungan yang teliti, ternyata<br />
daya pancar harus diturunkan sebesar <strong>10</strong> dB untuk dapat menjangkau daerah<br />
cakupan semula (sebelum pemecahan sel) dengan menggunakan mikrosel dan<br />
tetap menjamin perbandingan sinyal-derau yang telah ditentukan.<br />
Gambar <strong>10</strong>.5 Pemecahan sel<br />
Pada kenyataanya tidak semua sel akan atau harus dipecah pada saat yang<br />
sama. Dalam sistem seluler biasanya terdapat sel-sel dengan ukuran yang<br />
berbeda-beda secara bersamaan. Keadaan ini membuat pembagian kanal menjadi<br />
lebih rumit. Lepas-tangan harus dapat dilaksanakan baik untuk pemakai<br />
berkecepatan tinggi maupun untuk pemakai berkecepatan rendah. Pendekatan<br />
payung dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini.<br />
Jika dalam suatu sistem seluler terdapat dua macam sel dengan ukuran<br />
yang berbeda seperti pada gambar <strong>10</strong>.5, maka daya pancar yang digunakan harus<br />
memperhitungkan kepentingan masing-masing sel. Jika digunakan daya pancar<br />
sel besar untuk semua sel, maka beberapa kanal yang digunakan oleh sel-sel kecil
118<br />
akan lebih mudah berinterferensi dengan sel-sel ko-kanal. Dipihak lain, jika<br />
digunakan daya pancar sel kecil untuk semua sel, maka akan terdapat daerah-<br />
daerah pada sel besar yang tidak terlayanii. Untuk mengatasi hal ini maka kanal-<br />
kanal dalam sel asal harus dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok untuk sel<br />
besar dan yang lain untuk sel kecil. Masing-masing kelompok kanal tersebut<br />
dapat digunakan secara berulang sesuai dengan konsep penggunaan ulang<br />
frekuensi. Sel yang lebih besar melayani pemakai berkecepatan tinggi sehingga<br />
tidak banyak terjadi lepas-tangan.<br />
Gambar <strong>10</strong>.6 Pemecahan sel pada seluruh wilayah pelayanan<br />
Ukuran kelompok kanal tergantung pada tingkat pemecahan sel. Pada<br />
awal proses pemecahan sel, hanya dibutuhkan lebih sedikit kanal untuk sel kecil.<br />
Bersamaan dengan naiknya permintaan maka kebutuhan kanal untuk sel-sel kecil<br />
ini juga akan bertambah. Proses pemecahan sel akan terus berlangsung hingga<br />
seluruh kanal digunakan pada kelompok berdaya rendah (sel kecil). Ini terjadi saat<br />
pemecahan sel sudah meliputi seluruh daerah pelayanan sistem seluler, sehinngga<br />
sistem seluler akan mempunyai sel yang lebih kecil. Perhatikan gambar <strong>10</strong>.6.<br />
Antena yang dimiringkan ke bawah dapat digunakan untuk membatasi daerah
119<br />
cakupan radio pada mikrosel. Dengan cara ini pancaran daya dari antena akan<br />
mengarah ke bawah (bukan ke arah horison).<br />
Pada gambar <strong>10</strong>.7 dan <strong>10</strong>.8 diperlihatkan ilustrasi peningkatan kapasitas<br />
kanal dengan cara sektorisasi sel.<br />
Gambar <strong>10</strong>.7 Sektorisasi sel (a) 3 sektor (b) 6 sektor<br />
<strong>10</strong>.<strong>10</strong> Sistem <strong>Komunikasi</strong> Personal<br />
Keberhasilan telepon bergerak seluler mendorong berkembangnya sistem<br />
komunikasi tanpa kabel yang lain, seperti pelayanan komunikasi personal (PCS,<br />
Personal Communication Services), jaringan komputer tanpa kabel (W-LAN,<br />
wireless Local Area Network), dan W-PBX. Sistem-sistem ini bekerja pada pita<br />
UHF (300 Hhz - 3 Ghz), atau bahkan pada frekuensi gelombang mikro.<br />
Pada sistem makrosel, antena diletakkan di atas bangunan yang tinggi<br />
untuk melayani daerah hingga radius 20 km. Sistem seluler seperti ini dalam<br />
perkembangan selanjutnya dianggap mahal dan mempunyai beberapa kelemahan.<br />
Salah satu diantaranya adalah adanya gangguan saat telepon digunakan di dalam<br />
gedung. Hal ini disebabkan karena sistem telepon seluler mengalami kesulitan<br />
untuk menembus kulit-kulit gedung bangunan perkantoran maupun perumahan.
Gambar <strong>10</strong>.8 Arah pancaran antena pada sel dengan sektorisasi<br />
120<br />
Sistem PCS juga dikembangkan dengan menggunakan konsep seluler.<br />
Radius sel membentang hingga sejauh 1 km (mikrosel), dengan antena stasiun<br />
basis yang dipasang setinggi kira-kira <strong>10</strong> meter. Penggunaan mikrosel ini akan<br />
memperbesar kapasitas dan diharapkan dapat menjangkau pemakai baik di dalam<br />
kendaraan, di luar maupun di dalam gedung. PCS mempunyai dua mode operasi,<br />
yaitu jaringan radio private dan jaringan radio publik, sehingga dapat mengatasi<br />
komunkasi di dalam gedung.<br />
Dalam pengoperasian mode jaringan radio private, telepon genggam PCS<br />
akan berantarmuka dengan peralatan pancarima private yang ada di dalam rumah<br />
atau gedung perkantoran. Peralatan ini dihubungkan dengan jaringan telepon<br />
umum berkabel sehingga komunikasi dengan pemakai yang berada di dalam
121<br />
gedung dapat dilakukan. Gambar <strong>10</strong>.9 memperlihatkan konsep arsitektur seluler<br />
yang menggabungkan antara berbagai ukuran sel di dalam satu sistem seluler.<br />
antenna mikrosel<br />
antenna makrosel<br />
antenna pikosel<br />
Gambar <strong>10</strong>.9 Arsitektur sel campuran<br />
Pada Gambar <strong>10</strong>.9 di atas, terdapat ukuran sel yang lebih kecil yaitu<br />
pikosel. Istilah pikosel ini biasa digunakan untuk menunjuk mikrosel dalam<br />
gedung di lingkungan PBX DECT. Radius pikosel berkisar antara <strong>10</strong> hingga 30<br />
meter, tergantung pada kebutuhan pelayanan dan geometri bangunan.<br />
Lingkungan radio di dalam gedung merupakan hal yang baru dalam<br />
komunikasi tanpa kabel. Penelitian pada lingkungan ini muncul bersamaan<br />
dengan kenyataan bahwa penerapan komunikasi di dalam gedung ternyata lebih<br />
kompleks daripada komunikasi di luar gedung. Penyedia layanan komunikasi<br />
melihat bahwa dunia bisnis sangat membutuhkan sistem telepon tanpa kabel di
122<br />
dalam gedung. Hal ini terutama disebabkan oleh permasalahan yang ditimbulkan<br />
oleh sistem berkabel, yang antara lain :<br />
1. tidak dapat menjangkau pemakai yang berada jauh dari meja atau kantor,<br />
2. berada jauh dari telepon dan menjadi kehilangan informasi yang penting,<br />
3. permasalahan perkabelan sistem,<br />
4. penggunaan telepon nirkabel, telepon seluler, atau radio panggil yang kurang<br />
praktis karena permaslahan teknologi dan keuangan.<br />
Produk-produk komersial untuk komunikasi tanpa kabel di dalam gedung<br />
antara lain telepon nirkabel VHF (46/49 Mhz), LAN data UHF (915 Mhz), PBX<br />
gelombang mikro (1,8 Ghz), sistem suara/data gelombang milimeter (1,8 Ghz),<br />
hingga LAN inframerah berkecepatan tinggi.