30.07.2013 Views

ISI BUKU Udayana_Revisi .indd - Lembaga Penelitian dan ...

ISI BUKU Udayana_Revisi .indd - Lembaga Penelitian dan ...

ISI BUKU Udayana_Revisi .indd - Lembaga Penelitian dan ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

orang Bali dalam hal ini terlihat dari a<strong>dan</strong>ya sumbangan<br />

kelompok orang Cina terhadap Desa Pakraman,<br />

se<strong>dan</strong>gkan kesuksesan orang Cina dalam hal ini terlihat<br />

dari a<strong>dan</strong>ya pemahaman <strong>dan</strong> tindakan orang Bali<br />

terkait dengan sikap orang Cina. Sehubungan dengan<br />

hal ini, para informan memberikan informasi yang<br />

pada intinya sebagaimana dikemukakan oleh Bendesa<br />

Desa Pakraman Pa<strong>dan</strong>gbai (I Wayan Sudipta, 2-5-2010),<br />

bahwa selama ini orang Cina bersikap <strong>dan</strong> berperilaku<br />

yang baik-baik saja dalam kehidupan bermasyarakat.<br />

Sikap orang Cina ini dipahami sebagai upaya mereka<br />

mencari rasa aman karena mereka tergolong sebagai<br />

kelompok minoritas di Pa<strong>dan</strong>gbai. Sehubungan<br />

dengan itu, orang Bali di desa tersebut merasa perlu<br />

melindungi orang Cina setempat, sehingga orang Bali<br />

turun tangan dalam mengatasi masalah perseteruan<br />

kelompok orang Cina dengan kelompok lain setempat.<br />

Begitu juga Bendesa Adat Desa Pakraman Baturiti (17-5-<br />

2010) <strong>dan</strong> Bendasa Adat Desa Pakraman Carangsari (8-<br />

5-2010) memberikan keterangan yang pada intinya<br />

menyatakan bahwa orang Cina yang berada di wilayah<br />

Desa Pakraman setempat perlu diajak secara bersamasama<br />

membangun rasa aman melalui kerjasama dalam<br />

kegiatan Desa Pakraman. Selain untuk membangun<br />

rasa aman, kerjasama tersebut juga bertujuan untuk<br />

memperoleh keselamatan dengan melakukan ritual<br />

bersama.<br />

Pemahaman terhadap tindakan komunikatif<br />

bernuansa rasio instrumental masing-masing pihak<br />

terurai di atas dapat diperdalam dengan mencermatinya<br />

secara lebih jauh dengan mengacu pemikiran dalam<br />

teori pertukaran <strong>dan</strong> teori rasionalisme. Sebagaimana<br />

dikemukakan oleh Dasmar dalam bukuya yang<br />

berjudul Sosiologi Uang (2006), teori pertukaran pada<br />

intinya menekankan bahwa uang merupakan salah<br />

satu rujukan utama orang untuk terus menerus terlibat<br />

dalam memilih di antara perilaku-perilaku alternatif.<br />

Suatu tindakan sosial dipan<strong>dan</strong>g ekuivalen dengan<br />

tindakan ekonomis. Oleh sebab itu, makin tinggi uang<br />

yang diperoleh makin besar kemungkinan suatu tingkah<br />

laku akan diulang. Berkaitan dengan hal itu, teori<br />

rasionalisme menekankan bahwa setiap manusia pada<br />

dasarnya rasional dengan selalu mempertimbangkan<br />

prinsip efi siensi <strong>dan</strong> efektivitas dalam melakukan<br />

tindakan (Basrowi <strong>dan</strong> Sukidin, 2003; Mustain, 2007).<br />

Sejalan dengan asumsi teoretis ini, teori tentang<br />

tindakan individu yang rasional menyatakan bahwa<br />

individu-individu dalam kehidupan bermasyarakat<br />

memiliki pertimbanan rasional <strong>dan</strong> kesadaran akan<br />

a<strong>dan</strong>ya keuntungan yang dapat diperoleh melalui<br />

tindakan-tindakannya (Yunita, 1986). Satu teori yang<br />

juga memiliki asumsi serupa itu adalah teori insentif<br />

selektif mengasumsikan keikutsertaan seseorang dalam<br />

suatu tindakan/gerakan sosial banyak dipengaruhi<br />

oleh jenis, bentuk, <strong>dan</strong> isi harapan-harapan yang bakal<br />

menguntungkan : insentif selektif (Mustain, 2007).<br />

Bila dicermati dengan berpegang pada gagasangagasan<br />

teori di atas, maka tampaklah tindakan<br />

komunikatif bernuansa rasio instrumental yang<br />

dilakukan oleh orang Bali dalam hubungannya dengan<br />

orang Cina merupakan pertukaran sosial-ekonomi.<br />

Orang Bali di satu pihak memberikan perlakuan secara<br />

hormat kepada orang Cina dalam rangka memperoleh<br />

sumbangan dari orang Cina untuk kepentingan Desa<br />

Pakraman. Oleh karena atas permintaan orang Bali,<br />

orang Cina telah memberikan sumbangan kepada<br />

Desa Pakraman, maka hal ini telah mendorong orang<br />

Bali untuk terus melakukan tindakan komunikatif<br />

bernuansa instrumental dalam arti sebagaimana<br />

telah diterangkan di atas. Sebaliknya orang Cina di<br />

pihak lain memiliki kebutuhan akan rasa aman yang<br />

mendorong mereka untuk memberikan sumbangan<br />

kepada orang Bali melalui Desa Pakraman. Sejalan dengan<br />

tindakannya ini ternyata orang Cina yang minoritas<br />

mendapat perlakuan hormat dari orang Bali sehingga<br />

mereka merasa cukup aman dalam kehidupan seharihari<br />

di tengah-tengah masyarakat Bali yang mayoritas.<br />

Oleh karena itu tidak mengherankan orang Cina terus<br />

mengulangi tindakan komunikatifnya yang bernuansa<br />

rasio instrumental dalam hubungannnya dengan<br />

orang Bali melalui Desa Pakraman. Dengan meminjam<br />

arti istilah keuntungan dalam teori rasionalisme <strong>dan</strong><br />

tindakan individu rasional serta istilah insentif dalam<br />

teori insntif selektif, maka, apa yang diperoleh orang Bali<br />

dari orang Cina dapat dikatakan sebagai keuntungan<br />

sekaligus sebagai insentif selektif yang lebih bersifat<br />

sosial ekonomi yang perolehannya dilakukan melalui<br />

konversi modal budaya menjadi modal ekonomi secara<br />

sadar <strong>dan</strong> terencana. Begitu juga yang diperoleh orang<br />

oleh Cina dari orang Bali itu pada dasarnya dapat<br />

dikatakan sebagai keuntungan <strong>dan</strong> insentif selektif yang<br />

lebih bernuansa sosial yang perolehannya dilakukan<br />

melalui konversi modal ekonomi menjadi modal sosial<br />

secara sadar <strong>dan</strong> terencana pula. Mengingat dalam<br />

konteks ini orang Bali <strong>dan</strong> orang Cina sama-sama<br />

memperoleh keuntungan maka strategi konversi modal<br />

yang dilakukan oleh masing-masing pihak tersebut<br />

terlihat berpotensi untuk membangun masyarakat<br />

multikultural yang berazaskan multikulturalisme.<br />

Dikatakan demikian karena perolehan keuntungan <strong>dan</strong><br />

insentif selektif masing-masing pihak tersebut bukan<br />

melalui pemaksaan atau kekerasan melainkan melalui<br />

The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011<br />

7

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!