08.08.2013 Views

Majalah Santunan edisi Mei 2010 - Kementerian Agama Prov Aceh

Majalah Santunan edisi Mei 2010 - Kementerian Agama Prov Aceh

Majalah Santunan edisi Mei 2010 - Kementerian Agama Prov Aceh

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Foto Repro Serambi Indonesia<br />

KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI ACEH<br />

dan Seluruh Jajarannya<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses<br />

atas Pelantikan dan Serahterima Jabatan Kepala Kepolisian Daerah <strong>Aceh</strong><br />

Bapak Brigjen Pol Fajar Prihantoro<br />

dan Ucapan Terima Kasih Kepada<br />

Bapak Irjen Pol Adityawarman<br />

atas Pengabdiannya Selama Menjadi Kapolda <strong>Aceh</strong><br />

Kepala,<br />

ttd<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt.<br />

KELUARGA BESAR MAJALAH SANTUNAN<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses Atas Pelantikan<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara<br />

Drs. H. Zulkifli Idris<br />

Tanggal 14 April <strong>2010</strong><br />

Oleh Sekdakab <strong>Aceh</strong> Utara<br />

Ir. Syahbuddin Usman, M.Si<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kota Lhokseumawe<br />

Drs. H. M. Daud Hasbi, M.Ag<br />

Tanggal 14 April <strong>2010</strong><br />

Oleh An. Sekdakota Lhokseumawe<br />

Drs. H. Arifin Abdullah<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar<br />

Drs. Salahuddin<br />

Tanggal 16 April <strong>2010</strong><br />

Oleh Bupati <strong>Aceh</strong> Besar<br />

DR. H. Bukhari Daud, M.Ed<br />

Semoga Dalam Melaksanakan Tugas Selalu Mendapatkan Ridha dan Inayah Allah Swt.<br />

Pemimpin Redaksi<br />

dto<br />

Juniazi, S.Ag.


Penyuluh Bukan Pegawai KUA Hal.19<br />

Syaikh Al-Qaradhawi:<br />

Hari Ini Menara,<br />

Besok Masjid yang Dilarang...<br />

Hal. 27<br />

Life Style: Hidup Sehat<br />

Ala Rasulullah Hal. 51<br />

DAFTAR ISI<br />

Saat ini Kondisi Pendidikan di <strong>Aceh</strong><br />

Penyuluh <strong>Agama</strong><br />

Masuk LP Hal.20<br />

Menyedihkan<br />

Hal. 9<br />

Reformasi Birokrasi<br />

Kemenag Tidak Boleh Berhenti<br />

Hal. 28<br />

Sampul depan: Siswa MIN Lampupok Raya Kecamatan Indrapuri <strong>Aceh</strong> Besar.<br />

Sampul belakang: Peserta PAR (Penelitian Action Research) di Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong><br />

yang diadakan oleh Balitbang <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI. Kegiatan diikuti oleh pemuda lintas agama.<br />

Opini:<br />

Iqra’, Persahabatan<br />

dan Kebangkitan Nasional Hal. 42<br />

<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> Pembina: Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> Penanggungjawab: Kepala Bagian Tata Usaha<br />

Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> Dewan Pengarah: Drs. H. Taufiq Abdullah; Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd; H. Abrar Zym, S.Ag; Drs. H. Asy’ari Basyah; Drs. Saifuddin AR;<br />

H. Aska Yunan, S.Ag. Pemimpin Umum: Drs. H. Zuardi Zain Pemimpin Redaksi: Juniazi Wakil Pemimpin Redaksi: Muzakkir Sekretaris Redaksi : Khairuddin Aba Wakil Sekretaris<br />

Redaksi: Jabbar Sabil Redaktur: Mulyadi Nurdin; Ridwan Qari; Juhaimi; Taharuddin, Wiswadas; Azhar; Khairul Saleh; Abdullah AR; Muhammad Yacob Yahya; Suri Arniansyah;<br />

Alfirdaus Putra. Pemimpin Usaha: Imran Wakil Pemimpin Usaha: Zulfahmi Keuangan: Munawar; Elia Fajri Sirkulasi: Darwin; Jatu Rahmi Rahayu Iklan: Hartati; Yenni Yusnita<br />

Layout: Tim <strong>Santunan</strong> Alamat Redaksi: Jl. Tgk. Abu Lam U No. 9 Banda <strong>Aceh</strong> E-mail : redaksisantunan@yahoo.co.id / redaksisantunan@gmail.com Hotline-SMS: 0852-7775-9339


Stop Diskriminasi<br />

Tanggal 2 <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong>, bangsa ini kembali memperingati<br />

Hari Pendidikan Nasional. Hari Pendidikan Nasional<br />

yang diperingati setiap tahun diambil dari hari<br />

kelahiran Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara<br />

yang lahir pada tanggal 2 <strong>Mei</strong> 1889.<br />

Syahdan, di alam kubur sana, Ki Hajar Dewantara,<br />

mungkin akan bergeming melihat ’carut marutnya’<br />

pendidikan di negeri ini. Pendidikan ternyata belum<br />

dinikmati oleh seluruh anak-anak bangsa ini. Pendidikan<br />

masih menjadi barang ’mahal’ di negeri gemah ripah loh<br />

jenawi. Mutu dan kualitas pendidikan bangsa ini masih<br />

jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara<br />

berkembang lainnya dan mungkin saja dengan negara<br />

tetangga sekalipun. Lembaga pendidikan di <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> tidak boleh mendapatkan bantuan pendidikan dari<br />

pemerintah daerah cuma gara-gara, madrasah milik pusat.<br />

Cita-cita Proklamasi Kemerdekaan yang menjadi arah dan<br />

tujuan bangsa ini untuk memajukan kesejahteraan umum<br />

dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sepertinya masih<br />

jadi harapan dan impian. Hasil UN yang katanya menjadi<br />

tolok ukur dan barometer untuk mengukur mutu dan<br />

kualitas pendidikan pun masih diragukan. Miris, memang.<br />

Nah, pada sisi lain, dikotomi lembaga pendidikan<br />

umum dan lembaga pendidikan agama dan keagamaan<br />

masih terus dipertentangkan terutama di daerah.<br />

Madrasah masih dianggap lembaga pendidikan kelas dua<br />

di daerah. Anggaran pendidikan yang konon milyaran<br />

bahkan triliunan yang bersumber dari dana Otsus, Migas,<br />

sepertinya tidak berhak dinikmati oleh siswa dan guru<br />

di madrasah dan tenaga kependidikan di <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong>. Guru di madrasah tidak berhak mendapatkan<br />

tunjangan dan fasilitas dari Pemerintah daerah. Padahal<br />

ghalibnya, guru di madrasah adalah juga Warga Negara<br />

Indonesia dan siswa madrasah adalah anak negeri ini,<br />

putra putri <strong>Aceh</strong> yang seharusnya mendapatkan perhatian<br />

dan perlakukan yang sama dan adil di mata pemerintah.<br />

Secercah harapan berhembus dari Jakarta. Pemerintah<br />

pusat berencana tahun ini menerbitkan peraturan anti<br />

diskriminasi terhadap madrasah. Peraturan bersama<br />

empat menteri, yaitu Menteri <strong>Agama</strong>, Menteri<br />

Pendidikan Nasional, Menteri Dalam Negeri dan Menteri<br />

Pendayagunaan Aparatur Negara, diharapkan mampu<br />

mendorong seluruh Pemerintah daerah di tingkat <strong>Prov</strong>insi<br />

dan Kabupaten/Kota mau bersikap adil dan kooperatf<br />

terhadap pengembangan pendidikan di madrasah dan<br />

sekolah negeri. Dengan adanya regulasi ini diharapkan<br />

akan membuka mata Pemerintah daerah untuk mengakui<br />

Madrasah (SDM)<br />

4 <strong>Santunan</strong> <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong><br />

kesetaraan posisi madrasah negeri dengan sekolah<br />

negeri. Sehingga Pemerintah daerah mau berlaku adil<br />

dan mau mengalokasikan anggaran untuk mendorong<br />

pengembangan madrasah negeri di daerah mereka.<br />

Sama seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah<br />

seharusnya memberikan perlakuan sama terhadap<br />

madrasah dan sekolah negeri. Jangan seperti yang terjadi<br />

selama ini, madrasah hanya mendapatkan alokasi anggaran<br />

pengembangan pendidikan dari pemerintah pusat melalui<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> yang setiap tahun dianggarkan dalam<br />

DIPA.<br />

Sementara yang berlaku selama ini, sekolah negeri<br />

tidak hanya mendapatkan alokasi anggaran pendidikan<br />

dari pemerintah pusat melalui <strong>Kementerian</strong> Pendidikan<br />

Nasional, tapi juga dari Pemerintah daerah apakah itu<br />

dari dana Otsus, Migas maupun dari APBA atau APBK di<br />

Kabupaten/Kota masing-masing. Oleh karenanya, wajar<br />

saja pengembangan kuantitas dan kualitas madrasah<br />

negeri tidak secepat sekolah negeri. Wajar saja hari ini,<br />

fasilitas sekolah negeri lebih bagus dari madrasah dan<br />

lembaga pendidikan kegamaan lainya.<br />

Jika mau bersikap adil, mau berbagi, seharusnya<br />

pemerintah daerah tidak lepas tanggung jawab hanya<br />

karena madrasah negeri berada di bawah <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> yang merupakan instansi vertikal dan bukan<br />

perangkat daerah. Pemerintah mestinya bertanggung<br />

jawab pada seluruh masyarakat di daerahnya. Bukan<br />

berpihak pada satu kelompok atau satu instansi dan atau<br />

dinas. Misalnya, kalau daerah memberikan tunjangan bagi<br />

guru di sekolah negeri, guru di madrasah juga seharusnya<br />

dapat. Toh, guru di madrasah mengajar siswa dan anakanaknya<br />

pun anak daerah ini kok. Kalau begitu, apanya<br />

yang berbeda?<br />

Bagi Pemerintah daerah, sebenarnya tidak perlu<br />

takut dan khawatir untuk membantu madrasah, karena<br />

regulasinya selama ini sudah ada. Peraturan Pemerintah<br />

Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan <strong>Agama</strong> dan<br />

Pendidikan Keagamaan, memberi lampu hijau kepada<br />

Pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran<br />

pendidikan bagi madrasah negeri.<br />

Dikotomi dan diskriminasi pendidikan antara<br />

pendidikan agama dan pendidikan umum yang selama ini<br />

terjadi, bukan tidak mustahil adalah salah satu penyebab<br />

dari sekian sebab pendidikan di negeri ini belum maju<br />

dan berkembang. Ada ketidakadilan yang dipertontonkan<br />

penguasa. Dan itu harus dihentikan. Juniazi


Wajah Baru <strong>Santunan</strong>, Selamat!<br />

Dari pedalaman Kabupaten Gayo<br />

Lues, dari Blangkejren dan Jagong Jeget<br />

sebagai daerah asal kami, dan dari pesisir<br />

Takengon sebagai daerah tugas kami (KUA<br />

Kecamatan Linge), kami menyapa Saudara<br />

dan Saudari di dapur redaksi. Bahwa wajah<br />

baru <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong>, milik keluarga<br />

besar <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong>, cukup<br />

bagus, dan selamat! Begitu juga dengan<br />

cover (tampilan sampul). Tidak berlebihan,<br />

semoga, jika dipajang bersanding dengan<br />

majalah ibukota, tak kalah cerah dan<br />

wah-nya. Lay out dan rubrik-rubriknya<br />

juga sudah memadai, walaupun perlu<br />

penamaan rubrik yang representatif<br />

(keterwakilan) dengan isinya.<br />

Ini tentu tak terlepas dari ’tangan<br />

dingin’ dan ’halus’ dari SDM yang menjadi<br />

crew-nya. Dengan kembalinya nama<br />

asalnya: <strong>Santunan</strong> (tanpa jadid) --setelah<br />

waktu bangkitnya kembali ada tambahan<br />

label ’jadid’-- ini menurut saya, sebagai<br />

wujud dari ’kembali ke khittah’ majalah<br />

bulanan ini. Tidak semua kantor provinsi<br />

ada majalah bulanan, atau buletin.<br />

Bahkan, mungkin tidak semua kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi di luar <strong>Aceh</strong><br />

yang sempat berpikir menerbitkan karya<br />

bersama semacam ini.<br />

Kita bersyukur kepada Allah dan berterima<br />

kasih kepada pihak mana pun<br />

(pemimpin umum, pemimpin redaksi, dewan<br />

redaksi, redaktur, penulis, pengirim<br />

berita, tim tingkat kabupaten/kota, pengedar,<br />

pembaca dan seterusnya) atas upaya<br />

’pembangkitan’ majalah kebanggaan kita<br />

Logo <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

yang Sebenarnya<br />

Assalamu’alaikum Wr. Wb.<br />

Redaksi dan pembaca <strong>Santunan</strong> yang saya hormati. Akhir-akhir ini kita melihat logo<br />

atau lambang <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> dipergunakan di banyak media, baik kop surat, amplop<br />

dinas, iklan, dan juga di majalah <strong>Santunan</strong> yang kita banggakan ini.<br />

Tanpa menyinggung niat baik teman-teman yang hendak memperindah bentuk dan logo<br />

instansi kita, seingat saya pernah ada buku tentang kumpulan peraturan kesekretariatan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, di mana di dalamnya terdapat aturan yang menjelaskan tentang<br />

bentuk, warna dan tata cara penggunaan logo/lambang <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>.<br />

Saya berharap, semua kita melihat kembali dan mempedomani peraturan tersebut.<br />

Sekaligus mensosialisasikan kembali bentuk dan model logo <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> yang<br />

sebenarnya. Terima Kasih.<br />

Yusran, 081360000xxx<br />

TU MAN Darusssalam<br />

Redaksi<br />

Terima kasih atas sarannya dan sudah kita tindaklanjuti.<br />

<strong>Santunan</strong> <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong><br />

Redaktur Polkam Harian Serambi Indonesia<br />

Zainal Arifin M. Nur (kanan)<br />

dan Pemred <strong>Santunan</strong> Juniazi dalam<br />

diskusi “kiat menulis feature” yang<br />

diikuti seluruh redaktur majalah ini,<br />

Jum’at (9/4).<br />

Upaya menampilkan<br />

yang terbaik<br />

ini. Semoga semakin eksis dan menjadi<br />

media ukhuwah bersama warga ikhlas<br />

mengabdi, di hari Persahabatan Dunia (16<br />

<strong>Mei</strong>) dan Hari Kebangkitan Nasional (20<br />

<strong>Mei</strong>) tahun ini. Amin.<br />

Mahbub Fauzi Chusen, S.Ag.<br />

Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam Fungsional dan<br />

Ketua Pokjaluh Kankemenag Kabupaten<br />

<strong>Aceh</strong> Tengah.<br />

Redaksi<br />

Terima kasih banyak atas respon<br />

positifnya. Tulisan Saudara kami tunggu!<br />

Ralat Edisi April <strong>2010</strong><br />

1. Alamat email redaksi <strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong><br />

yang benar adalah redaksisantunan@gmail.com<br />

2. Tulisan “Mengenang Dosa-dosa<br />

Besar” pada halaman 39-40 ditulis<br />

oleh Salman Abdul Muthalib, MA,<br />

Dosen pada Fakultas Ushuluddin,<br />

IAIN Ar-Raniry Banda <strong>Aceh</strong>.<br />

3. Tulisan “Bila Bayi Anda Masuk Angin<br />

(kembung)” pada halaman 53 ditulis<br />

oleh Aidha Fitri, A.Ma (Istri dari<br />

Drs. H. Jauharuddin, Kepala Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong> Tenggara).<br />

4. Tulisan “Mengenal Khasiat Seledri”<br />

pada halaman 53 ditulis oleh Ny.<br />

H.T. Helmi, Sm.Hk., S.Ag (Ketua<br />

Dharmawanita Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kab. <strong>Aceh</strong> Tamiang).<br />

Dengan demikian kesalahan telah<br />

diperbaiki. Redaksi.<br />

5


Siang itu, jarum jam sudah<br />

menunjukkan pukul 14.30 WIB.<br />

Namun, sayup-sayup suara siswa<br />

masih riuh rendah di ruang belajar.<br />

Sebuah pemandangan tidak biasanya<br />

mungkin di tempat lain. Mereka sudah<br />

terbiasa telat pulang karena harus<br />

mengikuti les sore. Jam belajar di MTsN<br />

Model Banda <strong>Aceh</strong> itu sedikit padat; di<br />

samping harus memenuhi kurikulum<br />

Diknas, anak-anak ditambah juga<br />

dengan materi agama yang jumlahnya<br />

sangat signifikan.<br />

Di lain pihak, penambahan jam<br />

belajar dari biasanya, kelihatannya<br />

membuat madrasah, salah satunya<br />

MTsN I Banda <strong>Aceh</strong> ini, menjadi<br />

model dan unggul di tingkatannya.<br />

Dan faktanya lagi, justru pola ini<br />

makin diminati oleh masyarakat<br />

dan khususnya orang tua dari<br />

berbagai kalangan, mulai masyarakat<br />

bawah hingga pejabat antusias<br />

menyekolahkan anaknya di madrasah.<br />

6 <strong>Santunan</strong> <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong><br />

LAPORAN UTAMA<br />

Madrasahku Sayang,<br />

Madrasahku Malang<br />

Laporan, Mulyadi Nurdin dan Juniazi<br />

Kekurangan fasilitas, kurangnya tenaga pendidik, kurangnya duit di satu pihak. Sementara di lain pihak,<br />

pola diskriminasi pengambil kebijakan di daerah dan sikap serta alasan Pemerintah daerah kepada madrasah<br />

yang kurang, sepertinya tidak mengurangi semangat jajaran madrasah untuk terus mengabdi dan<br />

mendidik anak-anak negeri ini.<br />

Dan sebuah fakta hari ini terungkap, madrasah ternyata lebih unggul dari sekolah umum lainnya. Nah,<br />

sehingga wajar saja jika kemudian banyak orang tua dan masyarakat berbondong-bondong menyekolahkan<br />

anaknya di madrasah. Bahkan tidak sedikit orang tua setiap tahun harus mengeluh, anaknya belum<br />

diterima di madrasah. Alasannya, yah itu saja. Daya tampung terbatas. Seiring kedatangan bulan <strong>Mei</strong>, yang<br />

setiap tanggal 2 diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional, <strong>Santunan</strong> mencoba mengungkapkan informasi<br />

dan fakta-fakta di atas ke sidang pembaca yang dijadikan laporan utama <strong>edisi</strong> ini.<br />

Sambil memperlihatkan seabrek<br />

prestasi yang diraih siswanya, kepala<br />

MTsN Model Banda <strong>Aceh</strong>, Drs.<br />

Muhammad, kepada <strong>Santunan</strong> dengan<br />

bangga menunjukkan daftar sejumlah<br />

pejabat yang menyekolahkan anaknya<br />

di madrasah yang dipimpinnya.<br />

Fenomena ini, dibenarkan oleh<br />

Walikota Banda <strong>Aceh</strong>, Ir. Mawardy<br />

Nurdin, menurutnya banyak pejabat<br />

yang tidak sempat mengajar ilmu<br />

agama kepada anaknya sehingga<br />

lebih suka menyekolahkan anaknya<br />

di madrasah. “Pejabat tidak banyak<br />

waktu untuk anak. Sore baru pulang<br />

ke rumah. Tidak ada waktu untuk<br />

mengundang guru ngaji ke rumah,”<br />

ungkapya kepada <strong>Santunan</strong>, Selasa<br />

(13/4).<br />

Madrasah menjadi solusi, di tengah<br />

kesibukan banyak orang yang tidak<br />

sempat membekali anaknya dengan<br />

pendidikan moral dan agama. Dan<br />

satu hal lagi, kualitas pendidikan di<br />

madrasah secara kumulatif juga lebih<br />

unggul dibanding sekolah umum.<br />

Fakta ini bukan isapan jempol. DR.<br />

Islahuddin, anggota tim Koordinasi<br />

Dana Otsus dan Migas <strong>Aceh</strong>, yang<br />

juga dosen Fakultas Ekonomi<br />

Universitas Syiah Kuala Banda <strong>Aceh</strong>,<br />

membeberkan fakta itu. Menurutnya<br />

kualitas pendidikan di madrasah jauh<br />

lebih unggul dibandingkan sekolah<br />

umum. “Tingkat pendidikan di bawah


LAPORAN UTAMA<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> lebih tinggi dari<br />

rata-rata tingkat pendidikan di sekolahsekolah<br />

secara keseluruhan di tingkat<br />

<strong>Prov</strong>insi,” ujarnya dalam pembicaraan<br />

dengan <strong>Santunan</strong>.<br />

Senada dengan Pak Doktor,<br />

pengamat pendidikan <strong>Aceh</strong>, DR.<br />

Sofyan A. Gani, mengaminkan fakta ini.<br />

“Kualitas pendidikan di madrasah lebih<br />

unggul,” katanya . Dan menurutnya,<br />

salah satu faktor penyebabnya karena<br />

kepemimpinan di jajaran <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> lebih terkoordinasi dengan<br />

baik dibandingkan sekolah umum.<br />

Pengangkatan kepala madrasah<br />

dilakukan dengan cara yang lebih<br />

selektif dan menganut profesionalitas,<br />

karena masih dikoordinasi oleh Kanwil.<br />

Berbeda dengan di sekolah, sarat<br />

dengan muatan politis dan kepentingan.<br />

Nah! “Pada saat mengangkat kepala<br />

madrasah ditentukan oleh Kepala<br />

Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, sehingga<br />

penentuan kepala madrasahnya<br />

diseleksi secara ketat dan bisa<br />

dikontrol,” ujar dosen FKIP dan<br />

juga Ketua Pascasarjana Magister<br />

Pendidikan Bahasa Inggris Unsyiah<br />

tersebut.<br />

Diskriminasi Anggaran Masih Terjadi<br />

Sebagai lembaga pendidikan yang<br />

sudah lama berkembang di Indonesia<br />

dan khususnya di <strong>Aceh</strong>, madrasah<br />

selain telah berhasil membina<br />

dan mengembangkan kehidupan<br />

beragama, juga ikut berperan dalam<br />

menanamkan rasa kebangsaan ke<br />

dalam jiwa masyarakat. Di samping itu,<br />

madrasah juga sangat beperan dalam<br />

mencerdaskan kehidupan bangsa.<br />

Namun demikian, selain performa<br />

madrasah yang masih harus terus<br />

diperbaiki dan ditingkatkan, juga<br />

kendala klasik, yaitu anggaran atau<br />

dana yang belum memadai.<br />

Walau unggul di kualitas belum<br />

tentu unggul di anggaran, tidak semua<br />

madrasah menikmati anggaran setara<br />

dengan sekolah umum. Walaupun<br />

kita dengar anggaran pendidikan<br />

meningkat setiap tahun. Kucuran<br />

dana dari migas dan Otsus yang konon<br />

triliunan dikucurkan Jakarta untuk<br />

<strong>Santunan</strong> <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong><br />

<strong>Aceh</strong>, toh dana itu tidak mengalir ke<br />

jajaran madrasah. Jika pun ada itu<br />

cuma tetesan.<br />

Nasib Madrasah, guru dan jajaran<br />

tenaga kependidikan di lingkungan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, begitu-begitu<br />

saja. Dianaktirikan. Kalau tidak, seperti<br />

yang sering diutarakan Kakanwil<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>,<br />

Drs. A. Rahman TB, Lt, karena roh<br />

pengabdian dan keikhlasan yang masih<br />

tinggi yang dimiliki jajaran madrasah<br />

di <strong>Aceh</strong>. Kalau tidak, mungkin sudah<br />

lama, madrasah dan guru di madrasah<br />

termasuk tenaga kependidikannya,<br />

ramai-ramai minta pindah ke Pemda,<br />

karena tunjangan dan fasilitasnya<br />

menjanjikan.<br />

Sehingga wajar saja, sekolah<br />

umum lebih unggul dari segi fasilitas<br />

karena punya dana dan anggaran<br />

yang memadai. Padahal, Undangundang<br />

Sistem Pendidikan Nasional<br />

2003 mengamanatkan bahwa tidak<br />

ada perbedaan antara sekolah umum<br />

dengan madrasah termasuk dayah dan<br />

pendidikan keagamaan lainnya. Namun<br />

7


faktanya lain, malah di sebagian<br />

daerah ada yang tidak menerima<br />

suntikan dana dari Pemerintah<br />

setempat, misalkan <strong>Aceh</strong> Besar seperti<br />

diungkapkan Kasi Mapenda Kantor<br />

kementerian <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong><br />

Besar, Drs. Uzair, tidak seperti tahuntahun<br />

sebelumnya, tahun ini madrasah<br />

tidak lagi menerima tunjangan dari<br />

Pemda. Sehingga wajar saja, jika guru<br />

madrasah kembali gigit jari.<br />

Bupati <strong>Aceh</strong> Besar, Dr. Bukhari Daud<br />

berpendapat bahwa <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> memiliki dana sendiri sehingga<br />

tidak perlu dibantu lagi oleh Pemda<br />

<strong>Aceh</strong> Besar. “Masing-masing punya<br />

dapur sendiri”. katanya, usai menjadi<br />

pembina upacara HAB di Kankemenag<br />

Jantho awal Januari lalu.<br />

Seperti yang ditelusuri <strong>Santunan</strong>,<br />

Pemko Banda <strong>Aceh</strong> dan Pemko<br />

Lhokseumawe punya pandangan lain.<br />

Pemerintah setempat memperlakukan<br />

madrasah sama dengan sekolah<br />

umum, berbagai tunjangan yang<br />

diberikan kepada guru sekolah juga<br />

diberikan kepada madrasah, walau<br />

bukan kewajibannya, pemerintah<br />

setempat ingin menjaga kekompakan<br />

antar lembaga pendidikan supaya<br />

tidak ada pilih kasih, karena semua<br />

mengajar anak-anak bangsa.<br />

“Untuk menjaga kekompakan dan<br />

harmonisasi juga, kita mengharapakan<br />

sama nasib lah sesama guru, karena<br />

mereka juga bekerja mencerdaskan<br />

anak-anak kita,” Kata Mawardi Nurdin,<br />

Walikota Banda <strong>Aceh</strong>.<br />

Menurutnya Banda <strong>Aceh</strong> telah<br />

menganggarkan dana pendidikan jauh<br />

di atas Undang-undang, mencapai 42<br />

persen dalam APBK. Ini langkah berani<br />

di saat Pemkot kekurangan dana<br />

pembangunan.<br />

Ini juga diungkapkan Drs. Arifin<br />

Abdullah, Nota Dinas Sekretaris<br />

daerah Kota Lhokseumawe dalam<br />

sambutannya saat pelantikan<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kota Lhokseumawe, Rabu (14/4) di<br />

Lhokseumawe. Menurutnya tidak<br />

ada alasan guru-guru di madrasah<br />

tidak dibantu. Sama seperti guru di<br />

jajaran Diknas, guru di madrasah juga<br />

harus dibantu dan sama. Toh, mereka<br />

mengajarkan anak-anak Lhokseumawe<br />

juga, katanya mantap.<br />

Di Simeulu, Bupati Drs. Darmili<br />

dalam kesempatan pelantikan Kepala<br />

Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten<br />

Simeulu, Maret lalu. Sambil berkelakar,<br />

juga berkomentar senada, yang jangan<br />

diminta bulan dan bintang. Kalau yang<br />

lain silakan saja diminta ke Pemda,<br />

dan insyaallah akan diberikan, ungkap<br />

Darmili dihadapan pejabat Muspida<br />

dan anggota dewan DPRK Simeulu,<br />

kala itu.<br />

Sedikit aneh, memang. Di saat<br />

sejumlah Pemerintah daerah berpikir<br />

positif dengan nasib madrasah, guru<br />

dan tenaga kependidikan di jajaran<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, namun sebagian<br />

“Untuk menjaga<br />

kekompakan dan<br />

harmonisasi juga, kita<br />

mengharapkan sama<br />

nasib lah sesama guru”<br />

Pemerintah daerah lain tetap<br />

mencari-cari alasan. Ujung-ujungnya,<br />

kekurangan dana adalah alasan utama<br />

untuk tidak memperhatikan nasib<br />

madrasah dan guru di lingkungan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> di daerahnya.<br />

Perbedaan sikap pemerintah<br />

daerah dan diskriminasi yang<br />

dipertontonkan sejumlah Pemerintah<br />

daerah dalam menyikapi pendidikan<br />

madrasah tercium tidak hanya di <strong>Aceh</strong>,<br />

namun ini sudah jadi rahasia umum di<br />

seluruh negeri ini, Indonesia.<br />

Madrasah Harus Diperlakukan Sama<br />

Ketimpangan ini membuat wakil<br />

rakyat di DPR RI prihatin dan angkat<br />

bicara. Wakil Ketua Komisi VIII DPR,<br />

Chairun Nisa meminta Pemerintah<br />

daerah tidak berlaku diskriminatif pada<br />

madrasah negeri, karena madrasah<br />

negeri memiliki hak yang sama dengan<br />

sekolah negeri untuk mendapatkan<br />

anggaran dari Pemda.<br />

“Tidak boleh pemerintah daerah<br />

diskriminatif terhadap madrasah,”<br />

kata Nisa di Jakarta Jumat (9/4) lalu.<br />

Hal senada juga dikatakan Direktur<br />

Pendidikan Madrasah Kemenag RI,<br />

Firdaus. Menurutnya madrasah harus<br />

diperlakukan sama dengan sekolah,<br />

karena siswa madrasah juga warga<br />

negara yang berhak diperlakukan<br />

sama oleh pemda.<br />

“Madrasah seharusnya<br />

mendapatkan perlakuan adil dan<br />

sama seperti daerah memperlakukan<br />

sekolah,” kata Firdaus kepada<br />

8 <strong>Santunan</strong> <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong><br />

LAPORAN UTAMA<br />

Republika, Jumat (9/4) lalu.<br />

Malah menurutnya, Pemerintah<br />

pusat akan mengeluarkan peraturan<br />

anti diskriminasi terhadap madrasah<br />

tahun ini. Peraturan Bersama<br />

Menteri itu akan melibatkan empat<br />

menteri sekaligus, yakni Menteri<br />

<strong>Agama</strong>, Menteri Pendidikan Nasional,<br />

Menteri Dalam Negeri, dan Menteri<br />

Pendayagunaan Aparatur Negara.<br />

Diharapkan, Peraturan Bersama<br />

tersebut akan mendorong seluruh<br />

pemerintah daerah di tingkat provinsi<br />

dan kabupaten untuk bersikap adil<br />

dalam pengembangan pendidikan<br />

sekolah dan madrasah.<br />

Dukungan Pemerintah daerah<br />

merupakan salah satu faktor penting<br />

dalam pengembangan madrasah<br />

ke depan, karena anggaran yang<br />

disediakan oleh Pemerintah pusat<br />

belum mampu menutupi semua<br />

kebutuhan pendidikan.<br />

Kabid Mapenda Kanwil Kemenag<br />

<strong>Aceh</strong>, H. Aska Yunan S.Ag, yang<br />

diminta komentarnya seputar ini,<br />

kembali mengingatkan kepala<br />

Kankemenag Kabupaten/Kota untuk<br />

terus melakukan pendekatan dengan<br />

pemerintah daerah setempat.<br />

Menurutnya di zaman otonomi,<br />

bupati/walikota memiliki wewenang<br />

di wilayah masing-masing, sehingga<br />

respon mereka akan sangat membantu<br />

madrasah.<br />

“Kita dalam sekat wilayah masingmasing.<br />

Kankemenag harus dekat<br />

dengan pemda, dan juga sangat<br />

tergantung Pemda itu bagaimana<br />

sikapnya. Koordinasi, lobi dan<br />

hubungan baik harus dijaga dan<br />

dibangun dengan baik,” kata Kabid<br />

Mapenda ini diplomatis, Selasa (13/4)<br />

lalu.<br />

Sebagian daerah telah memberikan<br />

perhatian kepada madrasah, sementara<br />

yang lain masih Choh (nihil). Sebagian<br />

Pemerintah daerah masih bersikeras<br />

bahwa <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> adalah<br />

lembaga vertikal yang tidak perlu<br />

dibantu. Lantas, bagaimana dengan<br />

siswa di madrasah, guru yang mengajar<br />

siswa di madrasah. Apakah mereka<br />

juga anak-anak dan guru vertikal.<br />

Jangan sampai mereka dikorbankan<br />

atau jadi korban oleh kebijakan yang<br />

salah kaprah. Atau, jangan-jangan, kita<br />

sudah appriori dengan pendidikan di<br />

negeri ini. Nah.. n


LAPORAN UTAMA<br />

Dr. Sofyan A. Gani, MA,<br />

Ketua Komite MAN Model Banda <strong>Aceh</strong>, ketua Prodi Magister Pendidikan Bahasa Inggris Unsyiah<br />

Saat ini Kondisi Pendidikan <strong>Aceh</strong><br />

Sangat menyedihkan<br />

Saat ini kondisi pendidikan <strong>Aceh</strong> sangat menyedihkan.<br />

Tidak seimbang dengan dana yang ada dipendidikan,<br />

terutama dalam segi mutu. Ini sangat kita sayangkan. Dana<br />

besar tapi outputnya kurang.<br />

kalau kita ukur berdasarkan hasil Ujian Nasional (UN)<br />

tidak dapat dipertanggungjawabkan. Dari beberapa tulisan<br />

saya bisa buktikan, bahwa UN itu tidak bisa mengukur mutu<br />

pendidikan <strong>Aceh</strong>. Kalau mau jujur, itu sama sekali manipulasi<br />

dan kecurangan. Kalau mau lihat nilai asli, lihatlah nilai<br />

pada try out. Dimana rata-rata kelulusannya sekitar 30%.<br />

Namun, saat UN yang hanya satu bulan waktunya dari try<br />

out, angka kelulusannya bisa mencapai hingga 90%. Inikan<br />

membingungkan. Dari mana nilainya bisa naik secara<br />

signifikan.<br />

Lantas, saat masuk Perguruan Tinggi anak-anak yang lulus<br />

rata-ratanya nilai sembilan tidak lulus masuk Perguruan<br />

Tinggi. Bahkan, fakultas favorit seperti kedokteran, yang lulus<br />

banyak anak luar <strong>Aceh</strong>.<br />

Masih bagus pendidikan diluar <strong>Aceh</strong>. Walau kecurangankecurangan<br />

tetap ada. Kalau mau fair, mari kita ambil sampel<br />

sekolah yang ada di Sare, Bener Meriah, mialnya, jangan<br />

di Kota Banda <strong>Aceh</strong>. Kita pasti terheran-heran, beginilah<br />

keadaan sekolah di daerah. Sangat menyedihkan.<br />

<strong>Santunan</strong> <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong><br />

Kalau memperbaiki mutu pendidikan<br />

di <strong>Aceh</strong> ada dua hal utama menurut saya.<br />

Pertama, angkat kepala sekolah yang benar.<br />

Punya visi dan misi. Kedua, soal guru. Kita harus<br />

jujur, kemampuan guru kita masih dibawah<br />

rata-rata.<br />

Kesalahan besar kalau hanya mengejar<br />

nilai UN. Bukan mengubah perilaku murid,<br />

seperti hormat pada guru, mau belajar, dan<br />

seterusnya.<br />

Beruntung, madrasah masih menganut pola<br />

sentralistik. Jadi, kepala madrasah ditentukan<br />

oleh Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>,<br />

dan diseleksi secara ketat dan bisa dikontrol.<br />

Lain halnya di sekolah umum, mereka tidak<br />

beruntung. Kita sudah sarankan penentuan<br />

kepala sekolah dikembalikan ke provinsi.<br />

Makanya, umumnya kepala madrasah lebih<br />

baik dari pada kepala sekolah umum.<br />

Saya melihat wali murid semuanya tidak<br />

ada masalah, sejauh kita bisa menampilkan<br />

secara transparan dan bertanggung jawab.<br />

Baik dalam pengelolaan dana maupun pada<br />

dunia pendidikan itu sendiri. Komite sekolah<br />

harus diikutsertakan bersama-sama dengan pihak sekolah<br />

dalam membangun dunia pendidikan.<br />

Selama ini di MAN Model Banda <strong>Aceh</strong> Sangat kekurangan<br />

dana. Yang tersedia anggaran hanya 20% dari total keperluan<br />

operasional. Selebihnya 80% kita cari sendiri melalui wali<br />

murid. Dan syukur wali murid tidak ada yang menentang<br />

terhadap pengutipan kekurangan biaya ini. Sedangkan dari<br />

Pemda kita tidak mendapatkan bantuan, tapi kalau SMU ada<br />

dana khusus.<br />

Image yang dibangun madrasah bagus dan mempunyai<br />

nilai tambah seperti pelajaran agama. Image inilah yang<br />

membuat orang tua berlomba-lomba menyekolahkan<br />

anaknya ke madrasah.<br />

Sebenarnya terhadap anggaran tidak ada masalah lagi,<br />

karena sudah dibantu wali murid. Seperti penambahan jam<br />

belajar atau les, dananya kita bicarakan lagi dengan wali<br />

murid. Nah, jika ada wali murid yang keberatan, ya kita tutup<br />

lesnya.<br />

Kita sering mengatakan bahwa pendidikan gratis. Yang<br />

dikatakan pendidikan gratis oleh pemerintah, mulai jam<br />

delapan sampai jam dua. Tapi kalau ada kegiatan diluar jam<br />

itu, seperti les sore hari, kita harus cari dana sendiri. n<br />

(mulyadi nurdin dan darwin)<br />

9


H. Aska Yunan, S.Ag<br />

Kepala Bidang Mapenda Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong><br />

Untuk tingkat ibtidaiyah dan<br />

tsanawiyah madrasah lebih<br />

unggul. Sementara untuk<br />

tingkat aliyah, madrasah harus<br />

diakui lemah. Madrasah dibawah<br />

SMU. Namun, secara kumulatif,<br />

madrasah masih di atas sekolah<br />

umum.<br />

Pendidikan adalah pekerjaan<br />

besar dan memerlukan dana<br />

yang besar. Kalau dana yang ada<br />

di DIPA, itu memang tidak cukup.<br />

Ada beberapa sekolah yang kreatif,<br />

dana mereka pasti tidak cukup.<br />

Semakin kreatif pimpinannya,<br />

semakin ndak cukup dananya.<br />

Semboyan sekolah bebas biaya,<br />

sebenarnya sulit diwujudkan. Dana<br />

DIPA tidak cukup, tapi dengan<br />

Masing-masing Daerah<br />

Punya Kebijakan Sendiri<br />

DIPA itu banyak yang sudah kita<br />

perbuat.<br />

Memang masing-masing<br />

Kabupaten punya perhatian<br />

berbeda. Katakanlah seperti<br />

Sabang, Pemko setempat<br />

memberikan kenderaan roda dua<br />

kepada semua kepala sekolah dan<br />

Madrasah, baik di tingkat MI, MTs,<br />

MA, negeri maupun swasta dapat<br />

semua. Masing-masing daerah<br />

punya kebijakan sendiri sesuai<br />

pemahaman pimpinannya.<br />

Sekarang otonomi itu sudah<br />

tersekat-sekat. Di daerah itu<br />

penguasanya bupati atau walikota.<br />

Sebenarnya kalau bisa kita<br />

katakan, kita ini penguasa punya<br />

wilayah kerja tidak punya wilayah<br />

10 <strong>Santunan</strong> <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong><br />

LAPORAN UTAMA<br />

hukum. Wilayah kerja kita justru<br />

berada di wilayah hukum orang.<br />

Sebenarnya mungkin<br />

ada keinginan pemda untuk<br />

membantu, tapi karena<br />

keterbatasan dana dan beban<br />

yang banyak. Pemda punya<br />

banyak instansi yang harus<br />

disuplai dananya. Lagi pula kalau<br />

di <strong>Aceh</strong> lebih banyak sekolah<br />

dibanding madrasah, jadi berapa<br />

banyak sekolah yang harus<br />

dibantu oleh pemda. Kemudian<br />

kalau pemda juga memberikan<br />

juga kepada madrasah akan<br />

jadi beban. Mungkin juga ada<br />

pemikiran bahwa madrasah sudah<br />

dapat suplai dana dari pusat,<br />

dikhawatirkan dapat dana ganda.<br />

Kita dapat informasi dari beberapa<br />

daerah seperti itu.<br />

Kalau dari tunjangan, antar<br />

kabupaten tidak sama. Memang<br />

kembali kepada kekuatan dana<br />

yang dimiliki masing-masing<br />

daerah. Atau bisa juga sejauh<br />

mana pendekatan yang dilakukan<br />

dari kita untuk memperoleh dana<br />

tersebut. <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

harus dekat dengan Pemda. Ini<br />

juga bergantung pada Pemda<br />

setempat. Walaupun ada DIPA,<br />

seyogianya ada tambahan dana<br />

dari Pemda. Saya kira madrasah<br />

juga berhak dapat anggaran dari<br />

Pemda.<br />

Kalau fasilitas, ada madrasah<br />

kita yang lebih bagus dari sekolah,<br />

tapi ada juga yang jauh ketinggalan<br />

dari sekolah. Kalau standar umum<br />

sarana kita masih kurang, apalagi<br />

banyak madrasah yang masih<br />

berstatus swasta.<br />

(mulyadi nurdin dan darwin)


LAPORAN UTAMA<br />

DR. Islahuddin, Dosen Fakultas Ekonomi Unsyiah, Anggota tim koordinasi dana otsus dan migas <strong>Aceh</strong><br />

Tidak Boleh Beda Sekolah dan Madrasah<br />

Apa saja peran Bapak dalam Pemerintah<br />

<strong>Aceh</strong>?<br />

Tim koordinasi dana otsus dan migas, ini<br />

tim khusus yang dibentuk oleh gubenur untuk<br />

mengkoordinir pemanfaatan dana otsus dan<br />

migas, supaya penggunaannya efektif.<br />

Penggunaannya dana migas dan otsus di <strong>Aceh</strong><br />

kemana saja?<br />

Termasuk untuk pendidikan, ini salah satu<br />

mandat.<br />

Selama ini pendekatan pembangunan<br />

pendidikan di <strong>Aceh</strong> bagaimana?<br />

Sebenarnya target yang ditetapkan dalam<br />

renstra sudah ada tekanan-tekanan khusus, dari<br />

segi fasilitas, kualitas, akses abiiltas pendidikan,<br />

sejauh mana daya tampung sebuah sekolah untuk<br />

menampung murid, kalau dilihat secara khusus<br />

prioritasnya perlu diatur kembali, sehingga tidak<br />

semua dianggap prioritas.<br />

Beasiswa itu untuk pendidikan di tingkat<br />

mana ?<br />

Tingkat dasar dan menengah, itu kan menyerap beasiswa<br />

yang besar, ada juga untuk sekolah tinggi, jumlahnya<br />

mencapai seratusan Milyar Rupiah tiap tahun, semua dapat<br />

dilihat dalam data anggaran.<br />

Berapa besar tunjangan yang diberikan kepada guru di<br />

lingkungan Pemerintah <strong>Aceh</strong>?<br />

Itu semua ada dalam dokumen anggaran, masing-masing<br />

Kabupaten/Kota punya kebijakan sendiri-sendiri, kalau dana<br />

BOS itu merupakan dana pusat yang tidak diambil dari dana<br />

migas.<br />

Selain dana BOS di <strong>Aceh</strong> diberikan tunjangan khusus,<br />

apakah tunjangan tersebut juga diberikan kepada<br />

madrasah?<br />

Untuk biaya operasional <strong>Kementerian</strong> agama juga dapat<br />

dana BOS untuk masing-masing sekolah, jadi pada saat<br />

menyusun strategi pemanfaatan dana otsus dan migas saya<br />

rasa perlu diperhatikan agar tidak membedakan sekolah dan<br />

madrasah, itu harus disamakan, penyamarataan lah.<br />

Ada kesan seolah Pemerintah Daerah tidak boleh<br />

membantu lembaga vertikal, bagaimana?<br />

Memang ada kesan itu, ada instruksi yang saya baca, tapi<br />

timbul masalah seperti di <strong>Aceh</strong> misalnya, kita punya sumber<br />

keuangan tertentu, lalu kita membangun kemampuan<br />

keuangan sekolah tapi mengabaikan madrasah, maka<br />

kita tidak membangun kesempatan yang sama untuk<br />

memperoleh tingkat kualitas pendidikan yang bagus, tidak<br />

boleh membedakan antara sekolah dan madrasah.<br />

Bagaimana kualitas pendidikan di <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>?<br />

<strong>Santunan</strong> <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong><br />

Kita bicara soal data, dari yang saya dengar tingkat<br />

pendidikan di bawah <strong>Kementerian</strong> agama lebih tinggi dari<br />

rata-rata tingkat pendidikan di sekolah-sekolah, secara<br />

keseluruhan di tingkat <strong>Prov</strong>insi.<br />

Lebih tinggi ditinjau dari segi apa?<br />

Saya tidak melihat dari segi sarana tapi dari out put.<br />

Master plan pendidikan <strong>Aceh</strong> sendiri diarahkan<br />

kemana?<br />

Master plan pendidikan <strong>Aceh</strong> itu kan lebih kepada<br />

penjabaran Renstra Pemerintah <strong>Aceh</strong> tentang pendidikan<br />

yang masih direvisi juga, saya pikir ini kesempatan bagi kita<br />

untuk dapat melihat itu dengan jelas, syariat satu hal yang<br />

menjadi tekanan utama dalam itu, tapi itu bukan sematamata,<br />

yang paling penting adalah mengejar kinerja menurut<br />

idikator pendidikan, paling tidak, ada kesetaraan dengan<br />

pendidikan tingkat nasional, itu harus dapat digambarkan<br />

dengan baik dalam perubahan renstra pendidikan.<br />

Apa strategi untuk meningkatkan pendidikan <strong>Aceh</strong> ke<br />

depan?<br />

Sebenarnya yang peling penting kita tahu sekarang<br />

kita berada dimana, indikator yang menjelaskan dimana<br />

posisi kita dibandingkan daerah lain di Indonesia, apakah<br />

pendidikan kita sudah cukup baik atau tidak, kita bisa lihat<br />

dari akses abilitas, mutu, input, kualitas output, semua itu<br />

perlu kita hitung dengan benar, kemudian target pencapaian<br />

mesti diarahkan supaya mengangkat derajat pendidikan<br />

<strong>Aceh</strong> paling tidak setara dengan rata-rata nasional. (mulyadi<br />

nurdin dan darwin)<br />

11


Ir. H. Mawardy Nurdin, M.EngSc, Walikota Banda <strong>Aceh</strong><br />

Sudah Jadi Kewajiban Pemerintah Kota<br />

Untuk Membantu<br />

Bisa dijelaskan, bagaimana kondisi<br />

pendidikan di Kota Banda <strong>Aceh</strong><br />

sekarang?<br />

Kota Banda <strong>Aceh</strong> merupakan<br />

satu-satunya daerah yang telah<br />

mengalokasikan dana pendidikan jauh<br />

di atas ketentuan Undang-undang.<br />

Dalam UU Pendidikan, dikatakan<br />

minimal 20 persen. Pemko Banda<br />

<strong>Aceh</strong> mengalokasikan 42 persen dari<br />

APBK. Pendidikan di Kota Banda <strong>Aceh</strong><br />

hampir seluruhnya gratis, kecuali ekstra<br />

kurikuler yang ditentukan oleh kepala<br />

sekolah dan komite.<br />

Ngomong-ngomong, Pemko Banda<br />

<strong>Aceh</strong> juga mengalokasikan anggaran<br />

pendidikan untuk jajaran <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong>, termasuk tunjangan guru?<br />

Walau <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> adalah<br />

lembaga vertikal dan tidak menjadi<br />

kewajiban kita, namun untuk menjaga kekompakan dan<br />

harmonisasi, kita juga anggarkan tunjangan untuk guru<br />

di <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>. Ya, kita berharap sama-lah nasib<br />

sesama guru. Mereka juga bekerja mencerdaskan anakanak<br />

kita. Itu sudah komitmen kita. Alhamdulillah, saya<br />

dengan Kakankemenag dan Kakanwil Kemenag <strong>Aceh</strong>, juga<br />

terus berkordinasi. Hubungan kita bagus dengan semua<br />

instansi vertikal yang ada di Banda <strong>Aceh</strong>.<br />

Apakah tunjangan yang diberikan kepada guru<br />

madrasah sama seperti yang diberikan kepada guru<br />

sekolah umum?<br />

Sama. Mana ada kita bedakan, semua sama menurut<br />

pangkat masing-masing.<br />

Informasi, APBK Banda <strong>Aceh</strong> kurang, kenapa tetap<br />

diberikan tunjangan kepada guru di madrasah?<br />

Seperti saya jelaskan tadi, baik guru madrasah maupun<br />

guru sekolah umum sama-sama mencerdaskan anakanak<br />

kita. Sudah menjadi kewajiban Pemerintah Kota<br />

untuk membantu. Kita tidak membeda-bedakan, ini guru<br />

madrasah, ini guru umum. Asal semua bekerja dengan baik<br />

untuk mencerdaskan anak kita, memberi pelajaran dan<br />

mengabdi kepada pendidikan, harus diberikan. Seharusnya<br />

kepala daerah lain mengikuti apa yang telah dilakukan oleh<br />

Banda <strong>Aceh</strong>. Tidak boleh ada dikotomi antara agama dan<br />

12 <strong>Santunan</strong> <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong><br />

bukan agama, mereka profesinya sama.<br />

Dengan anggaran di atas 40 persen, apakah kualitas<br />

pendidikan ada peningkatan?<br />

Dari hasil yang telah dicapai, kita jauh lebih baik dari<br />

seluruh kabupaten/kota. Secara nasional kita juga di atas<br />

rata-rata nasional. Tingkat kelulusan SMP, SMA kita jauh<br />

lebih bagus. Pendidikan di Banda aceh ada beberapa<br />

sekolah sudah berstandar internasional. Ada yang sedang<br />

menuju kesana. Ada juga yang sudah menerapkan sistem<br />

billingual (dua bahasa). Banda <strong>Aceh</strong> menjadi tolak ukur dan<br />

barometer kemajuan pendidikan di <strong>Aceh</strong>, dari segi apapun di<br />

Banda <strong>Aceh</strong> sangat baik. Dari segi gedung, mutu, kualifikasi<br />

guru, tingkat kelulusan, prestasi siswa secara nasional juga<br />

banyak. Ada yang menang olimpiade di luar negeri.<br />

Selain tunjangan untuk guru yang sudah disebutkan,<br />

apakah ada perhatian khusus dari Pemko untuk<br />

Madrasah?<br />

Ada, seperti MIN Model di Rukoh, kita bantu melalui<br />

USAID, sekarang menjadi MIN yang bisa dikedepankan.<br />

Setiap ada tamu kita bawa kesana untuk melihat bagaimana<br />

pengelolaan sebuah madrasah yang baik. Cara mengajarnya<br />

sudah jauh lebih baik dan lebih maju. MIN model ini juga<br />

menjadi favorit karena ada tambahan pelajaran agama<br />

disana. n (mulyadi nurdin dan darwin)


LAPORAN UTAMA<br />

Drs. Muhammad, Kepala MTsN Model Banda <strong>Aceh</strong><br />

Alhamdulillah, Dulu Tanpa Ada Tunjangan Bisa Hidup.<br />

Apalagi Sekarang<br />

Cukup memuaskan, hasil UN<br />

tahun yang lalu hampir 100<br />

persen lulus. Kita berharap<br />

tahun ini semuanya lulus.<br />

Insyaallah, kita melaksanakannya<br />

secara bersih. Madarasah kita<br />

juga dipercayakan sebagai tempat<br />

penyimpanan naskah soal UN<br />

yang dijaga ketat oleh aparat<br />

kepolisian.<br />

Alhamdulillah, lulusan MTSN<br />

I banyak ditampung di sekolah<br />

unggulan, seperti SMA Modal<br />

Bangsa, Fajar Harapan, dan lainlain.<br />

Setiap tahun SMA Modal Bangsa<br />

menerima siswa seratusan orang,<br />

tahun lalu anak kita diterima 30<br />

orang. Di Fajar Harapan juga<br />

seperti itu. Kalau Modal Bangsa,<br />

biasanya mereka merekrut sendiri<br />

siswa berprestasi dengan berbagai<br />

cara seperti aneka lomba,<br />

pemenangnya langsung direkrut<br />

jadi siswa mereka. Jadi anakanak<br />

kita banyak yang menang<br />

dalam lomba itu, beberapa tahun<br />

belakangan madrasah kita juara<br />

umum.<br />

Wali murid kita ini bermacammacam,<br />

mulai dari kelas paling<br />

bawah hingga profesor. Kita bisa<br />

lihat dari perolehan beasiswa,<br />

tahun lalu kita salurkan kepada 85<br />

orang. Tidak semua dari keluarga<br />

besar <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>,<br />

mayoritas dari luar. Malah guru<br />

SMA banyak yang menyekolahkan<br />

anaknya disini, misalnya kepala<br />

SMP 1 Banda <strong>Aceh</strong>, anaknya<br />

disekolahkan disini, pejabat lain<br />

juga banyak. Sehingga kadangkadang<br />

kita terpikir juga kalau ada<br />

bantuan kenapa tidak diperhatikan<br />

juga ke madrasah kita.<br />

Kita menjalankan dua struktur<br />

pendidikan, jadi itu yang membuat<br />

madrasah lebih menarik dibanding<br />

<strong>Santunan</strong> <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong><br />

sekolah lain. Kurikulum agama kan<br />

sangat kurang di sekolah umum,<br />

walaupun sebenarnya tiap sekolah<br />

bisa menambah jam belajar. Tapi<br />

ini tidak sembarangan juga.<br />

Kalau jumlah guru sebenarnya<br />

sudah lebih. Karena sudah<br />

diberlakukan aturan sertifikasi,<br />

setiap guru yang sudah dan akan<br />

disertifikasi harus mengajar 24 jam<br />

pelajaran. Sekarang banyak yang<br />

tidak cukup jam disini sehingga<br />

ada yang mengajar di tempat lain.<br />

Pun begitu, kita juga kekurangan<br />

guru pelajaran tertentu, seperti<br />

matematika sehingga harus<br />

didatangkan dari luar.<br />

Kalau anggaran sudah memadai<br />

dengan adanya dana BOS.<br />

Penggunaannya sudah ditentukan<br />

oleh pusat, dana yang tidak bisa<br />

ditarik harus dikembalikan ke<br />

negara. Biaya les sore dan gaji<br />

guru luar dibiayai dari uang ini,<br />

sehingga tidak perlu memungut<br />

biaya apapun dari siswa.<br />

Kita dapat bantuan dari Dinas<br />

Pendidikan Kota Banda <strong>Aceh</strong>,<br />

hanya guru yang dapat. Pegawai<br />

yang lain kita pikirkan bersamasama.<br />

Gaji guru sebenarnya<br />

sudah cukup. Dari sertifikasi saja<br />

ada 2 juta per bulan, ditambah<br />

lagi dengan tunjangan tadi.<br />

Alhamdulillah, dulu tanpa ada<br />

tunjangan kita bisa hidup, apalagi<br />

sekarang.<br />

Sebelumnya memang ada<br />

perasaan dianaktirikan, tapi<br />

akhirnya pengambil kebijakan<br />

menyadari bahwa pendidikan yang<br />

kita jalankan untuk semuanya,<br />

education not for one people but<br />

for all. Semua siswa adalah anak<br />

<strong>Aceh</strong>, murid kita banyak juga dari<br />

anak pejabat daerah.<br />

(mulyadi nurdin dan darwin)<br />

13


Laporan Alfirdaus Putra<br />

Mengintip Hilal<br />

Dari Observatorium Lhoknga<br />

Seandainya Nasaruddin At-Tusi,<br />

Al-Batani, dan Al-Khawarizmi<br />

masih hidup, mungkin ketiga<br />

orang inilah yang paling berbahagia<br />

bila mendengar berdirinya Balai<br />

Observatorium Hilal Lhoknga sebagai<br />

salah satu balai observasi astronomi<br />

modern yang menkhususkan diri<br />

sebagai pusat penelitian astronomi<br />

Islam yang juga sering diistilahkan<br />

dengan ilmu falak. Penelitian astronomi<br />

islam yang sudah mulai dikembangkan<br />

oleh 3 ilmuan diatas sejak abad ke 8<br />

Masehi nampaknya akan kembali<br />

menggeliat di bumi Serambi Mekah<br />

ini sebagai khazanah perbendaharaan<br />

keilmuan islam.<br />

Balai Observatorium Hilal Lhoknga<br />

versi modern ini sudah mulai dirintis<br />

sejak tahun 2006 dengan adanya<br />

penjajakan bantuan peralatan rukyatul<br />

hilal oleh Bidang Urais <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> (ketika itu masih<br />

disebut dengan Departemen <strong>Agama</strong>)<br />

ke Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi<br />

NAD-Nias. Berbagai problematika<br />

telah dihadapi dalam masa perintisan<br />

pembangunan Balai Observasi Hilal<br />

Lhoknga ini, mulai dengan pemetaan<br />

tempat yang strategis sesuai dengan<br />

bantang alam yang sesuai untuk<br />

pembangunan sebuah Balai Observasi<br />

yang ideal hingga pemilihan instrumen<br />

astronomi yang serba canggih.<br />

Sekali waktu penulis berbincang<br />

dengan Hakim L. Malasan, peneliti<br />

sekaligus Kepala Observatorium<br />

Bosscha Bandung tentang pemilihan<br />

Lhoknga sebagai tempat perdirinya<br />

balai ini, ternyata yang membuat<br />

penulis takjub adalah jawaban beliau<br />

yang menyatakan bahwa posisi<br />

Astronomi Pantai Lhoknga di Utara<br />

garis khatulistiwa (95,8 derajat Bujur<br />

Timur, 5,5 derajat Lintang Utara),<br />

merupakan daerah yang terbaik dari<br />

segi ketinggian hilal se-Indonesia<br />

secara keseluruhan. Secara geografis<br />

pun menurut beliau pantai Lhoknga<br />

merupakan kawasan tanjung bermuka<br />

lebar yang berdiameter lebih dari<br />

600 sehingga tidak akan pernah<br />

mengganggu proses observasi sabit<br />

bulan setelah fase bulan baru (ijtima’)<br />

yang dalam dunia Islam dikenal<br />

sebagai hilal. Langit daerah Lhoknga<br />

juga merupakan langit yang memiliki<br />

turbulensi atmosfer kecil sehingga<br />

memudahkan untuk melakukan<br />

observasi vertikal sepanjang langit<br />

belahan bumi utara.<br />

Bahkan beliau yang juga merupakan<br />

pengawas pengadaan instrumen astronomi<br />

untuk Observatorium Lhoknga<br />

pernah melakukan observasi terhadap<br />

Pleiades (M42, Gugus Bintang Tujuh)<br />

dan kabut Orion yang menurut beliau<br />

di daerah Observatorium Lhokngalah<br />

bintang tersebut paling jelas dan bagus<br />

untuk diamati. Penulis berkesimpulan<br />

betapa istimewanya Observatorium<br />

yang satu ini.<br />

Alat Tercanggih di Indonesia<br />

Pada akhir Januari <strong>2010</strong> yang lalu<br />

Observatorium Hilal Lhoknga yang<br />

kini berdiri gagah menghadap arah<br />

barat pantai Lhoknga nan indah yang<br />

dikelola oleh Bidang Urusan <strong>Agama</strong><br />

Islam (Urais) Kanwil <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> dikunjungi oleh<br />

beberapa teman dari Tim Hisab Rukyat<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Pusat. Sungguh di<br />

luar perkiraan, ternyata mereka sangat<br />

takjub dengan keberadaan instrumen<br />

pengamatan yang terdapat di balai ini,<br />

14 <strong>Santunan</strong> <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong><br />

menurut mereka beberapa instrumen<br />

yang terdapat di Observatorium Hilal ini<br />

termasuk yang tercanggih dan terbaru<br />

diantara observatorium lainnya di<br />

nusantara ini. Instrumen pengamatan<br />

terdiri atas sebuah teleskop pembias<br />

(refractor) berdiameter 180 mm<br />

dengan merek dagang vixen, sebuah<br />

telescope vixen ED100SF berdiameter<br />

100 mm dan teleskop catadioptric<br />

Vixen VC200L berdiameter 200 mm,<br />

sejumlah binokuler astronomi dengan<br />

penguatan 125x, 4 buah teodolit<br />

digital dengan medan pandang 1,5<br />

derajat, proyektor matahari, perangkat<br />

lunak kendali teleskop dan proses<br />

citra modern, kamera-kamera sensitif<br />

berbasis teknologi CCD dan berbagai<br />

jenis penapis (filter), semua alat<br />

tersebut diimpor dari Jepang dengan<br />

perantara Jtscope sebagai dealer<br />

resminya.<br />

Selain dari instrumen utama<br />

tersebut terdapat pula instrumen<br />

penunjang untuk kegiatan<br />

pengembangan astromomi yaitu<br />

All-sky camera yang memungkinkan<br />

pengamat memonitor situasi langit<br />

di atas observatorium dari dalam<br />

gedung, automated weather station<br />

untuk mengukur secara langsung


kelembaban, laju angin, temperatur<br />

dan tekanan, kompas Qiblat, dan<br />

altimeter, gallery astronomi serta<br />

planeterium mini untuk miniatur<br />

pergerakan benda langit yang sangat<br />

cocok sebagai pembelajaran astronomi<br />

bagi siswa maupun khalayak umum.<br />

Sekali lagi penulis berkesimpulan<br />

betapa istimewanya Observatorium<br />

yang satu ini.<br />

Harapan dan Tantangan ke Depan<br />

Penetapan awal bulan qamariah<br />

sebagai pertanda dimulainya berbagai<br />

macam ibadah dalam Islam seperti<br />

awal ramadhan, awal syawal dan<br />

awal dzulhijjah adalah kegiatan rutin<br />

yang berjalan di Balai Observatorium<br />

Lhoknga ini dan tempat ini merupakan<br />

salah satu dari sembilan tempat<br />

pengamatan hilal se Nusantara. Bekerjasama<br />

dengan Badan Hisab dan<br />

Rukyat <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> dan ormas-ormas<br />

masyarkat, Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> dengan Observatorium<br />

ini selalu menjadi daerah yang paling<br />

ditunggu-tunggu laporannya tentang<br />

hasil rukyatul hilal. Berbagai kegiatan<br />

observasi lainnya seperti observasi<br />

gerhana matahari, observasi fase-fase<br />

Laporan Muzakkir dari Bali<br />

Pulau dewata, pulau seribu pura,<br />

adalah sebutan untuk provinsi Bali.<br />

Karena keindahan panorama alam<br />

pantainya dan juga kehidupannya yang<br />

identik dengan kehidupan masyarakat<br />

Hindu, sebagai penduduk mayoritas<br />

yang menjadikan candi sebagai simbol<br />

keagamaan. Tapi ternyata kehidupan<br />

kaum muslimin di Bali penuh geliat<br />

dan memiliki kontribusi yang berarti<br />

bagi masyarakat Bali. Sungguh,<br />

kehidupan yang harmonis dan penuh<br />

toleransi sangat terasa aromanya<br />

dalam masyarakat Bali.<br />

Tempat peribadatan agama-agama<br />

selain Hindu tersebar di seantero pulau<br />

yang terkenal dengan julukan “Pulau<br />

Seribu Pura” ini. Tempat peribadatan<br />

umat Islam bisa didapati di berbagai<br />

tempat dan terdapat di hampir semua<br />

bulan dan observasi planet beserta<br />

satelitnya juga merupakan kegiatan<br />

yang secara periodik dilakukan di<br />

Observatorium ini.<br />

Para perintis Observatorium ini<br />

seperti Deputi <strong>Agama</strong> BRR-NAD<br />

Nias, DR. T. Safir Iskandar, Drs. H.<br />

A.Rahman, TB, Badruddin Puteh, Drs.<br />

Sofyan Saleh (kini Ketua PTA banten),<br />

serta ormas Islam lainnya, ketika<br />

pendirian dan penyediaan instrumen<br />

di Observatorium ini sangat berharap<br />

agar observatorim ini menjadi pusat<br />

pendidikan astronomi Islam yang<br />

bertarafkan nasional bahkan lebih<br />

dari itu sebagaimana kejayaan <strong>Aceh</strong><br />

di masa Samudra Pasai, yang ketika<br />

itu menjadi pusat pembelajaran kaum<br />

pelajar Islam dari India Selatan dan<br />

daratan Asia.<br />

Para pelajar, siswa, santri, mahasiswa<br />

hingga khalayak umum pun mempunyai<br />

peran penting untuk mewujudkan<br />

keinginan para perintis ini dengan<br />

mendalami ilmu falak yang merupakan<br />

bagian dari astronomi islam yang<br />

pernah dikuasai oleh ilmuan-ilmuan<br />

muslim abad pertengahan. Instrumen<br />

yang telah tersedia ini hendaknya dapat<br />

dimanfaatkan untuk mengembangkan<br />

kabupaten di Bali.<br />

<strong>Agama</strong> Islam masuk ke Bali pada<br />

abad XIV, yakni pada zaman kekuasaan<br />

Raja Dalem Waturenggong (1480-<br />

1550). Peristiwa tersebut terjadi ketika<br />

Dalem Waturenggong berkunjung ke<br />

Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.<br />

Saat kembali ke Bali, beliau diiringkan<br />

oleh 40 orang pengawal beragama<br />

Islam. Ke-40 pengawal tersebut<br />

kemudian diizinkan menetap di<br />

Bali, bertugas sebagai abdi kerajaan<br />

Gelgel (Klungkung bagian Selatan).<br />

Mereka dianugerahi pemukiman dan<br />

membangun sebuah masjid yang<br />

diberi nama Masjid Gelgel. Itulah<br />

masjid pertama di Bali.<br />

Islam juga masuk ke Bali lewat<br />

Pulau Serangan pada awal Abad<br />

XVII. Pada saat itu para Ulama dan<br />

saudagar Islam serta Laskar Bugis<br />

<strong>Santunan</strong> <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong><br />

khazanah keilmuan Islam.<br />

Harapan yang demikian besar<br />

tentunya akan secara garis lurus berhubungan<br />

dengan tantangan yang<br />

tidak kalah besarnya, perawatan<br />

peralatan yang tergolong amat spesifik<br />

dan tidak memiliki service center di<br />

tanah air menjadi kendala utama yang<br />

memerlukan perawatan seksama dan<br />

kesadaran tinggi akan pentingnya<br />

melestarikan lingkungan observatorium<br />

menjadi kunci bertahannya peralatan<br />

di Observatorium dalam waktu lama,<br />

melintasi generasi manusia pemakainya.<br />

Lingkungan observatorium yang asri<br />

dan nyaman sangat mempengaruhi<br />

keawetan instrumen yang terdapat di<br />

dalamnya, dan ini harus diperhatikan<br />

secara intensif oleh pengelola<br />

observatorium ini dengan dukungan<br />

sepenuhnya baik semangat yang tinggi,<br />

kebutuhan materil maupun non materil<br />

dari kita semua.<br />

Mengutip DR. Hakim L. Malasan,<br />

dalam sebuah tulisannya di langit<br />

selatan.com “Semoga mata langit<br />

modern di bumi serambi Mekah ini<br />

dapat menjadi kebanggaan rakyat<br />

<strong>Aceh</strong> hingga generasi yang akan<br />

datang. Insya Allah!”. n<br />

Dari Temu Konsultasi Kasi Bidang Ibadah Sosial di Bali,<br />

Wujudkan Bayang-bayang Syurga<br />

di Muka Bumi<br />

merapat menggunakan perahu Pinisi.<br />

Kedatangan saudagar dan Ulama<br />

Bugis disambut hangat oleh Raja Puri<br />

Pemecutan, Badung, yang berkuasa<br />

saat itu. Pada saat itu, para raja di Bali<br />

teribat dalam konflik internal yang<br />

sengaja dikondisikan oleh pemerintah<br />

kolonial Balanda. Ikatan historis antara<br />

Kampung Islam Bugis Pulau Serangan<br />

dengan kerajaan Pemecutan Badung<br />

tetap kuat hingga kini. Selain itu juga<br />

banyak catatan-catatan lain yang<br />

menjelaskan tentang sejarah Islam di<br />

Bali. Atas dasar tersebut, Direktorat<br />

Pemberdayaan Zakat memilih Kota<br />

Denpasar Bali sebagai tempat “Temu<br />

Konsultasi Kasi Bina Ibadah Sosial” se-<br />

Indonesia. Dalam kegiatan tersebut<br />

Dirjen Bimas Islam, Dr.Nasaruddin<br />

Umar,MA, menjelaskan bahwa<br />

15


Ibadah mahdhah oriented perlu<br />

penyeimbangan dalam praktik<br />

masyarakat Indonesia sekarang ini,<br />

kalau tidak maka nasib kaum fakir<br />

miskin akan jalan di tempat. Dalam<br />

ajaran Islam, konsisi pada garis<br />

kemiskinan saja disuruh berantas<br />

apa lagi yang kondisinya berada di<br />

bawah garis kemiskinan. Maka fiqh<br />

al-Ma’un perlu dikembangkan di<br />

Indonesia dalam rangka untuk menuju<br />

sebuah penghidupan yang layak bagi<br />

warganya. Juga dalam rangka untuk<br />

menciptakan insan kamil yang tidak<br />

hanya memfungsikan diri sebagai ‘abid<br />

(ahli ibadat) tapi juga harus berfungsi<br />

sebagai khalifah. Oleh karena itu<br />

ummat Islam dituntut untuk kerja<br />

secara profesional dalam arti kerja dua<br />

kali (niat dan aksi).<br />

Dirjen Bimas Islam menambahkan,<br />

Allah SWT memiliki blue print<br />

dalam menata kehidupan makhluq<br />

di semesta ini yang berada di lauh<br />

mahfuzh (gambaran kita semacam<br />

hard disk raksasa mungkin), maka kita<br />

perlu bertanya selalu fainna tazhabun?<br />

(mau kemana kita?) dengan programprogram<br />

yang kita rancang.<br />

Demikian juga dalam menjalankan<br />

tugas harus ada pemetaan (MAPPING<br />

; short, middle dan long), pemetaan<br />

jangka pendek, menengah dan jangka<br />

panjang. Dan dalam kerja sebagai<br />

aparat Negara <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

tidak cukup dengan hanya memahami<br />

Ada saat-saat tertentu dua kali satu tahun, matahari<br />

tepat berada di atas Mekkah (Ka’bah). Sehingga jika<br />

pengamat pada saat tersebut melihat ke matahari, dan<br />

menarik garis lurus dari matahari memotong<br />

ufuk/horison tegak lurus, pengamat akan<br />

mendapatkan posisi tepat arah kiblat tanpa<br />

harus melakukan perhitungan sama sekali.<br />

Tentu saja, asal pengamat tahu kapan<br />

tepatnya matahari berada di atas Mekkah.<br />

Setiap tahun ada dua hari dimana matahari<br />

berada tepat di atas Ka’bah, dan arah bayangan<br />

matahari dimanapun di dunia pasti mengarah<br />

ke kiblat. Peristiwa tersebut terjadi setiap<br />

tanggal 28 <strong>Mei</strong>, pukul 9.18 GMT (16.18 WIB)<br />

dan 16 Juli jam 9.27 GMT (16.27 WIB) untuk tahun biasa. Jika<br />

tahun kabisat, tanggal tersebut dimajukan satu hari, dengan<br />

jam yang sama.<br />

Karena gerak tahunan matahari dikombinasikan dengan<br />

gerak terbit terbenam matahari akibat rotasi bumi, maka<br />

matahari menyapu daerah-daerah yang memiliki lintang<br />

antara 23,5º LU dan 23,5º LS. Pada daerah-daerah di<br />

permukaan bumi yang memiliki lintang dalam rentang<br />

tersebut, matahari dua kali setahun akan berada kurang lebih<br />

konsep, kondisi di lapangan juga harus<br />

dikuasai pula sehingga segenap titik<br />

kelemahan dan kekurangan kita dapat<br />

dirasakan langsung, imbuhnya.<br />

Setiap petugas sosial jangan hanya<br />

terpaku dengan program dari pusat,<br />

perlu ijtihad lokal untuk pengembangan<br />

program kerja, harus berani berpikir<br />

lain dari yang sudah mapan, perlu<br />

mengasah niat dan mengasah aksi.<br />

Masing-masing pegawai hendaknya<br />

mengurai benang kusut yang ada<br />

dalam pikiran masing-masing,<br />

maka di sinilah diperlukan ISTIQRA’<br />

(pengamatan terhadap masalah) dan<br />

bacalah selalu Undang-undang yang<br />

berhubungan dengan tugas. Buatlah<br />

penafsiran Ibadah sosial menurut<br />

kepentingan wilayah masing-masing<br />

dengan mengedepankan aspekaspek<br />

pembaharuan dalam rangka<br />

untuk meningkat kinerja. Jangan<br />

enggan dan takut akan kesalahan<br />

dalam bertindak untuk mencapai<br />

suatu kebenaran, LEBIH BAIK SALAH<br />

KARENA MELAKUKAN DARI PADA<br />

TAK PERNAH SALAH KARENA TAK<br />

MELAKUKAN APA-APA. Berbuatlah apa<br />

adanya jangan bertanya bagaimana<br />

seharusnya. Dan dalam bekerja jangan<br />

suka menyalahkan orang. Demikian<br />

untaian sambutan penutup yang<br />

disampaikan Bapak Dirjen Bimas Islam<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI pada kegiatan<br />

Temu Konsultasi Kepala Seksi Ibadah<br />

Sosial.<br />

16 <strong>Santunan</strong> <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong><br />

Kasubdit Ibadah sosial Drs.<br />

Juraidi,MA, juga menyampaikan<br />

perlunya misi mewujudkan bayangbayang<br />

surga di muka bumi karena<br />

pada intinya hidup manusia mengacu<br />

pada surat Thaha, ayat 118-119:<br />

“Sesungguhnya kamu tidak akan<br />

kelaparan di dalamnya dan tidak akan<br />

telanjang. dan sesungguhnya kamu<br />

tidak akan merasa dahaga dan tidak<br />

(pula) akan ditimpa panas matahari di<br />

dalamnya”<br />

Ayat tersebut menggambarkan<br />

suasana penghuni sorga yang terpenuhi<br />

sandang, pangan dan papan. Maka<br />

segenap kegiatan yang dilakukan oleh<br />

Subdit Ibadah Sosial adalah bentuk<br />

kepedulian kepada Kaum dluafa agar<br />

kehidupannya layak dan memenuhi<br />

standar sehingga mengarah ke maksud<br />

ayat di atas.<br />

Maka sistem dan strategi<br />

pembinaan kelompok fakir miskin perlu<br />

terus ditingkatkan dan didampingi<br />

selalu, karena tanpa pendampingan<br />

bisa jadi program akan gagal dan tidak<br />

mencapai sasaran yang diinginkan.<br />

Kegiatan Temu Konsultasi Kasi<br />

Bina Ibadah Sosial se-Indonesia<br />

dilaksanakan di Hotel Santhi, Denpasar<br />

Bali tanggal 7 s/d 9 April <strong>2010</strong>, yang<br />

dibuka oleh Direktur Pemberdayaan<br />

Zakat dan ditutup oleh Kabid Urais<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi Bali,<br />

Drs.H.Musta’in,SH. n<br />

Cara Sederhana Menentukan Arah Kiblat<br />

tepat di atas. Karena Mekkah memiliki lintang 21º 26’ LU,<br />

yang berarti berada dalam daerah yang disebutkan di atas,<br />

maka dua kali dalam setahun. Matahari akan tepat berada di<br />

atas kepala. Kapan hal ini terjadi, bisa dilihat<br />

dalam almanak, misalnya Astronomical<br />

Almanac.<br />

Untuk menyesuaikan arah kiblat, pada<br />

tanggal 28 <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong>, atau 16 Juli <strong>2010</strong> nanti,<br />

langkah pertama yang harus anda lakukan<br />

adalah menyesuaikan jam dengan waktu<br />

GMT jauh-jauh hari. Cara yang paling tepat<br />

adalah mencocokkan jam di computer anda<br />

dengan jadwal GMT di internet.<br />

Masuk ke Control Panel, klik Date and<br />

Time, klik Internet Time, bila anda sedang terhubung ke<br />

internet, klik Update Now, beberapa waktu kemudian, jam<br />

yang tertera di computer anda sudah sesuai dengan standar<br />

GMT+7 (untuk Jakarta, Bangkok) dan dapat digunakan<br />

sebagai pedoman jam kiblat.<br />

Nah, arah bayangan benda pada jam kiblat di atas adalah<br />

berbanding terbalik dengan posisi Ka’bah. Selamat mencoba!<br />

(ABA/disarikan dari berbagai sumber)


Laporan Taharuddin<br />

Catatan Rakor Penyelenggaran PAIS Tahun <strong>2010</strong> di Jakarta<br />

Pertarungan Ujian Sekolah Berstandar<br />

Nasional bagi Pendidikan<br />

<strong>Agama</strong> pada Sekolah untuk<br />

menjadi USBN yang sebenarnya belum<br />

usai. Tahun Pelajaran 2009/<strong>2010</strong><br />

kembali USBN PAI itu menjadi tahap<br />

Uji Coba yang telah berlangsung sejak<br />

3 tahun yang lalu. Pasalnya berbagai<br />

regulasi yang mengikat terlambat<br />

terselesaikan. Kesannya, barangkali<br />

karena persoalan Ujian Nasional (UN)<br />

yang sangat santer dipolemikkan,<br />

mengakibatkan USBN PAI berdampak<br />

imbasannya. Seakan berlari di celah<br />

dan relung gunung UN yang hampir<br />

meletus. Tetapi insya Allah pada tahuntahun<br />

mendatang dapat berjalan baik.<br />

Begitu harapan pengambil kebijakan<br />

di Direktorat Pendidikan <strong>Agama</strong> Islam<br />

pada Sekolah.<br />

Penyelenggaraan USBN PAI di SMA<br />

N 1 Banda <strong>Aceh</strong> berlangsung aman<br />

dan tertib, dilaksanakan pada tanggal<br />

29 Maret <strong>2010</strong> dan diletakkan pada<br />

jam pertama hari ujian sekolah. Siswa<br />

menjawab di atas Lembar Jawaban<br />

Komputer yang diawasi oleh guru<br />

selain mata ujian. Bapak Sumanto,<br />

sebagai anggota tim monitoring<br />

PAIS Pusat merasa senang dan lega<br />

terhadap pelaksanaan Ujian PAI ini di<br />

SMAN 1 Banda <strong>Aceh</strong> ini. Sementara<br />

Kepala SMAN 1 Banda <strong>Aceh</strong> Drs.<br />

Syarifuddin mengharapkan bahwa<br />

kisi-kisi ujian PAI di masa mendatang<br />

agar lebih cepat diedarkan untuk<br />

mempersiapkan ujian PAI secara lebih<br />

matang.<br />

Pelaksanaan USBN PAI telah berlangsung<br />

sukses dan mengesankan<br />

yang terlihat pada pelaksanaan USBN<br />

PAI tingkat SMA di tingkat nasional.<br />

Direktur Pendidikan <strong>Agama</strong> Islam<br />

pada Sekolah (PAIS) DR. Imam Tolkhah<br />

mengatakan bahwa pelaksanaan<br />

USBN di daerah-daerah Uji Coba<br />

berjalan dengan berbagai pola. Ada<br />

yang diadakan sebelum UN. Ada yang<br />

sesudah UN. Ada yang mengukuti<br />

seperti pedoman dari pusat dan ada<br />

USBN PAI<br />

Berlari di Celah UN<br />

yang tidak mengikuti pedoman tetapi<br />

tetap memperhatikan kisi-kisi (draft).<br />

Menurut Imam Tolkhah bahwa<br />

sesungguhnya setelah dikeluarkan PP<br />

No 55 tahun 2007 tentang Pendidikan<br />

<strong>Agama</strong> dan Keagamaan, Direktorat<br />

Pendidikan <strong>Agama</strong> Islam pada Sekolah<br />

mencoba melakukan perencanaan,<br />

implimentasi dan evaluasi terhadap<br />

Pelajaran Pendidikan <strong>Agama</strong> Islam di<br />

sekolah. Disela-sela rapat koordinasi<br />

itu juga diungkapkan bahwa untuk<br />

mengantisipasi penyimpangan-penyimpangan<br />

terhadap pemahaman agama<br />

maka DITPAIS telah merancang sebuah<br />

pedoman kurikulum berbasis Islam<br />

rahmatan lil alamiin” sebagai upayaupaya<br />

untuk mengantisipasi isu-isu<br />

redikalisme di sekolah-sekolah. Oleh<br />

karenanya isu-isu strategis menyangkut<br />

multikulralisme patut dikembangkan.<br />

Dalam acara rakor yang diikuti<br />

oleh beberapa Kasi Mapenda<br />

Kabupaten/Kota, Kepala Bidang<br />

Dikdas/Dikmen Dinas Pendidikan<br />

<strong>Santunan</strong> <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong><br />

Kabupaten / Kota dan Kasi Kurikulum<br />

dan Kasi Supervisi/Evaluasi <strong>Prov</strong>insi<br />

Wilayah Barat itu, Imam Tolkhah<br />

juga mengungkapkan bahwa sarana<br />

Pendidkan <strong>Agama</strong> di sekolah-sekolah<br />

masih kurang. Diperlukan di masa<br />

akan datang Laboratorium <strong>Agama</strong> di<br />

sekolah yang dapat dijadikan sebagai<br />

Pusat Sumber Belajar atau Resource<br />

Centre Pendidikan <strong>Agama</strong>. Untuk<br />

itu Ditpais telah menyipakankan hal<br />

yang berkiatan dengan multimedia<br />

termasuk didalamnya drama-drama<br />

bernu-ansa islamiy.<br />

Acara rakor di Hotel Golden<br />

Boutique Jakarta dari tanggal 8-10<br />

April <strong>2010</strong> itu turut serta sebagai<br />

pembicara DR. T. Ramli Zakaria dari<br />

BSNP dan Prof Rusmin Tumenggor<br />

dari UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.<br />

Prof. Rusmin dalam pemaparannya<br />

menyam-paikan bahwa USBN<br />

merupakan sarana pemetaan bukan<br />

untuk menentukan kelulusan. n<br />

17


Kereta Api Expo <strong>Aceh</strong><br />

“Bapak-bapak kasi! Sekarang kita<br />

rapat sebentar ya?” Senin, 8 Februari<br />

<strong>2010</strong>, Bapak M Hibban (Kasi Sarana<br />

pada Bidang Mapenda Kanwil Kemenag<br />

<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>) mengkoordinir kami<br />

para kasi di Bidang Mapenda untuk<br />

duduk bersama, berpikir sejenak<br />

mengakumulasi apa yang mesti<br />

dilakukan pada porseni mendatang;<br />

Diskusi kami berjalan tidak begitu<br />

lama karena hanya memformulasi<br />

jadwal porseni yang ideal dengan<br />

menkonsiderasi pelaksanaan porseni<br />

sebelumnya.<br />

Dalam diskusi tersebut sempat<br />

saya menyinggung pelaksanaan expo<br />

yang kebetulan sinyal anggarannya<br />

ada sedikit tersedia. Untuk apa dan<br />

bagaimana serta kebetulan juga buku<br />

sosialisasi untuk kompetisi dan expo<br />

madrasah ketika palaksanaan secara<br />

nasional di Malang sangat banyak<br />

terkirimkan dari Jakarta. Barangkali<br />

ini memerlukan pemaknaannya.<br />

Relnya sudah ada, seperti rel kereta<br />

api sekitar Lhokseumawe dan <strong>Aceh</strong><br />

utara, hanya menunggu kereta apinya<br />

saja. Tetapi ini bukan kereta api<br />

Oleh Taharuddin<br />

ekspres. Kereta api yang membawa<br />

expo madrasah di <strong>Aceh</strong>.<br />

Sebuah mimpi tersentak di benak<br />

dan pikiran saya, seandainya model<br />

expo yang diinginkan telah terkristal<br />

dan terbayang jernih di <strong>Aceh</strong> pada<br />

masa mendatang. Modelnya, polanya<br />

dan lain sebagainya sehingga pasca<br />

pelaksanaannya walaupun belum<br />

mampu mewakili provinsi di ajang<br />

nasional minimal dengan expo itu,<br />

kecemburuan madrasah dalam<br />

mengembangkan diri telah kita miliki<br />

sejak dini. Sanggupkah setiap atau<br />

beberapa kankemenag kabupaten/<br />

kota memformat suatu stand yang<br />

mengekspose madrasah-madrasah<br />

yang ada di kabupaten/kotanya<br />

dengan berbagai pajangan unik,<br />

khas dan unggulan? Kita menunggu<br />

momentumnya dalam rapatrapat<br />

perjalanan Porseni di masa<br />

mendatang.<br />

Menghampiri bilangan satu tahun<br />

sejak pelaksanaan Kompetisi dan<br />

EXPO Madrasah 2009 digelinding<br />

di Kota Malang. Saat itu tanggal<br />

28-31 Juli 2009, sebanyak 8 putra<br />

18 <strong>Santunan</strong> <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong><br />

dan 1 putri berasal dari tingkat<br />

Madrasah Aliyah dan Madrasah<br />

Tsanawiyah <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, berangkat<br />

bersama kami (penulis) menumpangi<br />

pesawat Sriwijaya Air. Perjalanan<br />

ini menghabiskan waktu seharian<br />

sampai kami mendaftar diri di Bagian<br />

Registrasi Universitas Islam Malang<br />

(Unisma). Tempat dimana Direktorat<br />

Pendidikan Madrasah <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> RI bekerja sama.<br />

Hari kedua pelaksanaan expo, kami<br />

bersama bapak Kakanwil <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> (Drs. H. A.<br />

Rahman TB, Lt) menuju stand expo.<br />

Kami melihat berapa stand terpilih<br />

oleh pusat untuk berekspo ria,<br />

antara lain seingat kami stand-stand<br />

kanwil-kanwil provinsi dari Jawa dan<br />

Kalimantan. Pajangannya berupa hasil<br />

rekayasa elektronika, robot, fashion<br />

hingga barang-barang perlatan dapur<br />

yang bersal dari kayu-kayuan. Bapak<br />

Kepala Kakanwil sempat memborong<br />

beberapa peralatan dapur serba kayu<br />

untuk dapat dijadikan barang antik.<br />

Kini barang-barang itu terlihat tertata<br />

rapi di lemari hias rumahnya.<br />

”Pak! Sepertinya dalam Porseni<br />

yang akan datang model seperti ini<br />

sudah akan kita mulai.” Usul saya.<br />

”Tapi apakah madrasah-madrasah<br />

kita ada yang sudah siap?” kami<br />

beretorika. Setidaknya momentum<br />

struktur kurikulum KTSP yang memuat<br />

ekspansi pengembangan diri dan<br />

ketrampilan siswa patut diusahakan<br />

oleh manajemen madrasah.<br />

Artinyanya madrasah memproduk<br />

apa dan mempelopori apa?<br />

Masih teringat penampilan MTsN<br />

Gandapura yang mendapat juara 1<br />

tingkat SMP lomba Adiwiyata <strong>Prov</strong>insi.<br />

Keunggulannya antara lain bagaimana<br />

kemampuan madrasah mendur-ulang<br />

limbah sampah. Ketika dipresentasi<br />

penampilam MTs Gandapuran dalam<br />

penentuan juara oleh Tim Penilai<br />

Adiwiyata. Sepertinya penampilan<br />

MTs ini belum banyak diketahui oleh<br />

kawan-kawan madrasah lain dalam<br />

<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>.


Laporan Abdullah AR<br />

Menyambut Biometrik Sistem<br />

Jamaah Calon Haji<br />

Sudah dua tahun berturut-turut,<br />

Embarkasi Banda <strong>Aceh</strong> (BTJ)<br />

mendapat predikat terbaik sebagai<br />

penyelenggara haji di tanah<br />

air. Ini adalah surprise, bukan untuk<br />

dibanggakan apalagi terbuai euforia,<br />

tetapi tantangan dalam memberikan<br />

pelayanan terbaik bagi setiap Jamaah<br />

Calon Haji setiap tahun. Demikian<br />

disampaikan Kepala Kantor Wilayah<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Drs.<br />

H. A. Rahman TB, Lt, dalam beberapa<br />

kesempatan penting dihadapan jajaran<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten/Kota,<br />

praktisi haji, masyarakat dan pemerhati<br />

haji di <strong>Aceh</strong>.<br />

Tentu saja, ini bukan keberhasilan<br />

Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>,<br />

khususnya Bidang Hazawa an sich.<br />

Melainkan rahmat Allah SWT atas<br />

keterlibatan banyak pihak setiap musim<br />

haji, terutama pihak Pemerintah<br />

Daerah, DPRA, Dinas Perhubungan,<br />

pihak penerbangan, Angkasa pura,<br />

Dinas Kesehatan, Imigrasi, Bea Cukai,<br />

Kepolisian dan berbagai pihak yang<br />

terlibat dalam Panitia Penyelenggara<br />

Ibadah Haji (PPIH) maupun Pembantu<br />

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji<br />

(PPPIH) di Embarkasi Banda <strong>Aceh</strong>.<br />

Pelayanan yang baik menjadi isu<br />

penting yang selalu berkembang<br />

dan menjadi diskursus menuju<br />

pemerintahan yang baik (Good<br />

Governance). Isu ini menjadi penting<br />

mengingat bersentuhan erat dengan<br />

pola hubungan yang ideal antara<br />

masyarakat dengan pemerintah,<br />

dimana nilai kemanusiaan, persamaan<br />

dan keadilan menjadi pilar utama.<br />

Dalam konteks membangun<br />

komitmen pelayanan tersebut --<br />

istilah good governance berhubungan<br />

erat dengan lembaga pemerintahan<br />

-- maka azas rule of low, terbuka<br />

bagi keragaman (incluseviness),<br />

dapat dipertanggungjawabkan<br />

(accountability), efisien, efektif,stabil,<br />

bersih dan adanya proses yang<br />

transparan -- menjadi ‘rukun’ di dalam<br />

memberikan pelayan di alam yang<br />

demokrasi seperti sekarang ini.<br />

Berhubungan dengan hal<br />

tersebut diatas, pemerintah, dalam<br />

hal ini <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> mencoba<br />

memberikan terobosan baru di<br />

bidang perhajian, antara lain dengan<br />

menghadirkan Siskohat online dengan<br />

sisitem biometric system pertengahan<br />

tahun <strong>2010</strong> ini, di setiap Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten/Kota<br />

di seluruh <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>.<br />

<strong>Santunan</strong> <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong><br />

Tenaga untuk mengoperasionalkan<br />

Siskohat (System Komputerisasi<br />

Haji Terpadu) pada setiap Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten / Kota<br />

telah mengikuti pelatihan di Bandung<br />

beberapa waktu yang lalu. Dan<br />

perangkatnya pun sudah terpasang<br />

dengan sempurna. Kita tinggal<br />

menunggu launching dan kita akan<br />

‘lari’, kata Kepala Bidang Hazawa, Drs.<br />

H. Asy’ari saat memberi penjelasan<br />

dihadapan pejabat struktural di jajaran<br />

bidang Hazawa. Dengan demikian<br />

kedepan harapan kita Bank Penerima<br />

Setoran (BPS), akan berfungsi<br />

sebagaimana fungsinya. Sedangkan<br />

pendaftaran, pelayanan administrasi,<br />

keshahihan data, entry data serta<br />

penerbitan nomor porsi bagi jamaah<br />

calon haji dilakukan oleh Kankemenag<br />

secara konprehensif. n<br />

19


Laporan Rahmawati, Ketua Pokjaluh <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kota Langsa<br />

Penyuluh <strong>Agama</strong> Masuk LP<br />

Sekilas judul ini sangat mengejutkan,<br />

tapi memang judul ini benar<br />

adanya, karena saat ini Penyuluh<br />

<strong>Agama</strong> Islam Fungsional Kota Langsa<br />

sudah berani mengembangkan sayapnya<br />

memasuki Lapas memberikan<br />

bimbingan dan penyuluhan.<br />

Peran Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam<br />

sangat penting dalam menyukseskan<br />

pembangunan nasional, oleh<br />

karenanya kegiatanPenyuluh <strong>Agama</strong><br />

Islam harus dilaksanakan secara terus<br />

menerus, terarah, terpadu dan<br />

berkesinambungan. Demikian pula<br />

dengan mutu penyuluhan dan<br />

kualitas mental penyuluh perlu<br />

selalu dipelihara dan ditingkatkan,<br />

di samping tetap bertawakkal kepada<br />

Allah agar tugas yang mulia<br />

ini berjalan lancar dan sukses. Inilah<br />

resep yang saat ini sedang dijalani<br />

oleh Pokjaluh <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kota Langsa.<br />

Selama ini Poksar (Kelompok<br />

Sasaran) Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam<br />

Fungsional hanya berkisar pada<br />

TPA/TPQ dan MT (Majlis Taklim)<br />

saja. Kali ini Tim Pokjaluh <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kota Langsa<br />

memberanikan diri untuk membuat<br />

gebrakan baru dengan mengadakan<br />

bimbingan pennyuluhan pada warga<br />

Lapas Kota Langsa.<br />

Pada awal bulan Juni tahun 2009,<br />

Kasi Penamas dan Pekapontren Drs.<br />

H.Hasanuddin serta Tim Pokjaluh <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kota Langsa yaitu:<br />

Rahmawati, S. Ag, Syahrial, S.Ag, Misbahuddin,<br />

S. Ag, M. Jamil, S.Ag, Safrizal,<br />

S. Ag, Nurmala, S.Ag, dan Syamsiah,<br />

S. Ag, mengadakan kunjungan<br />

awal sekaligus silaturrahmi dengan<br />

pegawai dan Kasi Binadik Lapas Kota<br />

Langsa Bapak M. Sufi , dari basil bincang-bincang<br />

dengan beliau selama<br />

beberapa jam, pertemuan pertama<br />

ini disambut baik dan menerima kami<br />

untuk dapat memberikan bimbingan<br />

dan penyuluhan pada warga Lapas<br />

Kota Langsa.<br />

Pada tanggal 27 Juni 2009, Kasi Penamas<br />

dan Pekapontren <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kota Langsa serta ke 7 personil<br />

yang tergabung dalam Pokjaluh <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kota Langsa kembali<br />

mengadakan ta’arruf sekaligus silaturrahmi<br />

dengan warga Lapas Kota<br />

Langsa. Pada kesempatan itu Kepala<br />

Lapas Kota Langsa memberikan arahan<br />

dan bimbingan, dalam arahannya<br />

beliau mengatakan bahwa warga<br />

Lapas Kota Langsa sangat membutuhkan<br />

siraman rohani dan kedatangan<br />

tim Pokjaluh ke Lapas Kota<br />

Langsa juga merupakan angin segar<br />

bagi warga Lapas. Dalam kesempatan<br />

itu pula Kasi Penamas dan Pekapontren<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kota Langsa<br />

memberikan Bantuan Kitab suci AI-<br />

Qur’an dan terjemahnya sebanyak 10<br />

Buah.<br />

Menurut data yang kami terima<br />

bahwa jumlah narapidana secara keseluruhan<br />

di Lapas Kota Langsa ini berjumlah<br />

247 Orang, laki-Iaki 235 orang,<br />

perempuan 8 orang dan anak-anak 4<br />

orang dengan kasus-kasus yang berbeda.<br />

Dan yang paling banyak adalah<br />

kasus Narkoba.<br />

Adapun tujuan bimbingan dan penyuluhan<br />

di Lapas Kota Langsa adalah<br />

untuk menumbuhkan kesadaran rohaniah<br />

untuk memperbaiki kesalahannya<br />

dan kembali kejalan yang benar<br />

dengan penuh harapan bahwa Allah<br />

akan menerima taubatnya, membuka<br />

lembaran baru bagi sisa umurnya.<br />

Para Penyuluh <strong>Agama</strong> hendaknya<br />

juga mengetahui latar belakang pendidikan,<br />

keluarga, ketaatan beragama,<br />

20 <strong>Santunan</strong> <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong><br />

jenis kejahatan yang dilakukan dan<br />

lama hukuman yang dijalani untuk<br />

memudahkan para Penyuluh <strong>Agama</strong><br />

mengambil strategi dalam menjalankan<br />

bimbingan dan penyuluhan.<br />

Waktu pelaksanan bimbingan dan<br />

penyuluhan di jadwalkan setiap hari<br />

kamis dan jum’at, pukul 09.00 s.d.<br />

12.00 Wib. Setiap hari kamis adalah<br />

pemberian materi secara umum, sedangkan<br />

padahari jum’at, khusus bagi<br />

penyuluh laki-laki langsung bertindak<br />

sebagai Khatib Jum’ at dengan jadwal<br />

yang telah ditentukan.<br />

Adapun materi yang kami berikan<br />

bervariasi yaitu menyangkut<br />

masalah Fiqih, Fardhu Kifayah dan<br />

membaca AI-Qur’an, di dalam<br />

memberikan materi bimbingan<br />

dan penyuluhan kami menggunakan<br />

metode ceramah, diskusi, tanya<br />

jawab dan yang paling penting<br />

adalah praktek. Sebagai realisasi<br />

dari bimbingan dan penyuluhan<br />

yang kami lakukan beberapa bulan<br />

sebelumnya, saat ini sebagian<br />

warga Lapas Kota Langsa sudah<br />

mampu untuk melakukan praktek<br />

fardhu kifayah.<br />

Pada Tahun <strong>2010</strong>, tim Pokjaluh<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kota Langsa<br />

mengadakan perlombaan Shalat<br />

Jenazah antar kamar Lapas Kota<br />

Langsa yang insya Allah akan di perlombakan<br />

pada bulan <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong>. Saat<br />

ini mereka dibekali dengan makalah<br />

tentang tata cara pengurusan mayit,<br />

sebagai tuntunan mereka dalam perlombaan<br />

nantinya. Para Napi ·sudah<br />

membentuk kelompok dan mereka<br />

merasa senang atas kegiatan yang dilaksanakan.<br />

kami berharap kepada warga<br />

Lapas agar mereka bisa mengamalkan<br />

ilmunya dan tidak akan kembali lagi<br />

ke Lapas dengan alasan yang sama<br />

apabila mereka telah bebas.<br />

Semoga Langkah Penyuluh <strong>Agama</strong><br />

Islam Fungsional Kota Langsa ini dapat<br />

dicontoh oleh penyuluh-penyuluh<br />

Fungsional di daerah lainnya, agar<br />

Perryuluh benar-benar eksis dan<br />

dikenal di tengah-tengah masyarakat.


Laporan Zarkasyi Yusuf<br />

Geliat Pesantren di <strong>Aceh</strong><br />

”Pesona Pesantren Harum Mewangi,<br />

Harum Semerbak ke Seluruh<br />

Negeri”<br />

Di <strong>Aceh</strong>, pesantren juga disebut<br />

dengan dayah, kedua istilah ini sudah<br />

sangat akrab dalam masyarakat. Jika<br />

ditelaah lebih dalam, kedua istilah ini<br />

berbeda pengertiannya. Dayah berasal<br />

dari istilah zawiyah yang berarti pojok<br />

mesjid, istilah zawiyah ini berkembang<br />

di masa Rasulullah dan terus dipakai<br />

untuk nama lembaga pendidikan Islam,<br />

khususnya lembaga pendidikan<br />

yang berkembang di kawasan Timur<br />

Tengah. Sedangkan pesantren diartikan<br />

sebagai tempat tinggal para santri<br />

untuk menuntut pendidikan agama.<br />

Menurut Prof. Safwan Idris, zawiyah<br />

di <strong>Aceh</strong> lambat laun berubah menjadi<br />

dayah seperti perubahan nama<br />

madrasah menjadi meunasah. Kendati<br />

Qanun Nomor 5 Tahun 2008 telah<br />

menyebutkan dayah untuk institusi<br />

pesantren di <strong>Aceh</strong>, namun istilah pesantren<br />

juga masih tetap digunakan.<br />

Dalam masyarakat <strong>Aceh</strong>, istilah dayah<br />

juga dialamatkan untuk Pesantren,<br />

begitu pula sebaliknya.<br />

Pesantren, adalah institusi yang<br />

dipandang sebelah mata, institusi<br />

yang “dipertanyakan” prospek masa<br />

depannya. Bahkan, ada yang bilang ke<br />

pesantren tidak ada masa depan, demikian<br />

desas-desus yang menghembus<br />

menerawang kehidupan. Desasdesus<br />

ini kadang ada benarnya juga,<br />

ini mengingat sejumlah keterbatasan<br />

yang dimilki dunia pesantren, baik itu<br />

keterbatasan Pengembangan kurikulum,<br />

orientasi pendidikan dan penyediaan<br />

sarana serta kualitas kelulusan<br />

alumni. Tidak hanya ini, kiprah para<br />

alumni dalam percaturan pemerintahan,<br />

birokrasi dan pengambil kebijakan<br />

juga masih sangat langka. Faktor-faktor<br />

inilah yang kadang membuat orang<br />

“menyerang” pesantren. Nurcholis<br />

Madjid, menyarankan perubahan<br />

kurikulum pondok pesantren, menurutnya<br />

pesantren jangan selalu berkutat<br />

pada tradisi tradisionalnya, kendati<br />

Azyumardi Azra mengakui bahwa pesantren<br />

dapat survive karena mampu<br />

menjaga nilai tradisionalnya.<br />

“Tidak memiliki masa depan” adalah<br />

nilai merah turun temurun yang<br />

dialamatkan kepada institusi pesantren.<br />

Padahal, sejarah telah mencatat<br />

banyak tokoh-tokoh nasional adalah<br />

alumni pesantren. Tidak hanya itu,<br />

nilai merah ini juga disebabkan karena<br />

pengakuan terhadap kelulusan<br />

pesantren masih lemah, terutama<br />

pengakuan secara formal. Menghapus<br />

pelan-pelan nilai merah ini, pemerintah<br />

pusat dan daerah secara bertahap<br />

menetapkan kebijakan dan regulasi<br />

demi peningkatan kapasitas dan<br />

pengakuan (recognition) pesantren,<br />

mulai dari penyelenggaraan program<br />

wajib belajar pendidikan dasar Sembilan<br />

tahun (WAJARDIKDAS), penyelenggaraan<br />

program Paket A. B dan<br />

C pada Pesantren, penyelenggaraan<br />

pesantren mua’dalah (penyetaraan)<br />

dan sertifikasi Guru pesantren. Untuk<br />

<strong>Aceh</strong> sampai saat ini sudah ada dua<br />

pesantren mua’dalah yaitu Ponpes<br />

Gontor 10 Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar dan<br />

Dayah Darul Munawarah, Kuta Krueng<br />

Kabupaten Pidie. Sementara baru ada<br />

3 (tiga) orang guru yang dinyatakan<br />

lulus sertifikasi. Untuk tahun 2011<br />

direncanakan penyelenggaraan Ujian<br />

Nasional di pesantren. Khusus untuk<br />

<strong>Aceh</strong>, pemerintah <strong>Aceh</strong> pada tahun<br />

2007 mendirikan Badan Dayah yang<br />

khusus menangani pesantren dan<br />

kendala yang dihadapinya.<br />

Geliat pesantren di <strong>Aceh</strong> telah menebar<br />

sejuta pesona bahkan hingga<br />

manca Negara. Penelitian Aslam Nur<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

dkk, telah membuktikan bahwa pesantren<br />

<strong>Aceh</strong> telah menebar pesona,<br />

berkiprah tidak hanya dalam pendidikan<br />

tetapi juga merambah dunia bisnis.<br />

Penelitian yang dilakukan pada<br />

tahun 2007 dengan difasilitasi oleh<br />

AusAID melalui program Education<br />

Rehabilitation in <strong>Aceh</strong> (ERA) pada 40<br />

Pesantren baik Modern dan Salafiah<br />

(tradisional). Penelitian ini mengungkap<br />

beberapa fakta tentang geliat pesantren<br />

yang mampu menebar pesona.<br />

Pesona yang terungkap itu adalah<br />

Dayah <strong>Aceh</strong> telah menjangkau hingga<br />

manca Negara, Tengku juga bisa berbisnis,<br />

Pemberdayaan Perempuan<br />

Dayah dan Renstra Menuju Dayah<br />

Mandiri. Fakta ini menunjukkan bahwa<br />

pesantren <strong>Aceh</strong> telah menuju era<br />

lepas landas dengan tetap menjadi<br />

lembaga pendidikan Islam dan agent<br />

of change bagi masyarakat <strong>Aceh</strong>.<br />

Isu tidak sedap pun menerpa pe-<br />

santren, terlebih lagi saat terorisme<br />

merambah <strong>Aceh</strong>. Kecurigaan bahwa<br />

pesantren menjadi tempat terorisme<br />

dibantah tegas oleh Wakil Gubernur<br />

Muhammad Nazar, saat pembukaan<br />

Musabaqah cerdas cermat, Muhadharah<br />

dan fahmul kutub <strong>Aceh</strong> pada hari<br />

Sabtu, 6 Maret <strong>2010</strong> di komplek Dayah<br />

Ruhul Fata Seulimum. Wagub Muhammad<br />

Nazar dalam arahannya mengatakan,<br />

Islam adalah rahmatan lil’alamin<br />

yang memberi manfaat dan menghilangkan<br />

mudharat bagi umat manusia.<br />

“Maka Islam tidak mentolerir kekerasan<br />

dalam ideologi dan bentuk apa pun<br />

dengan membawa-bawa agama,” demikian<br />

penegasan Wagub. n<br />

21


Laporan Wiswadas, S.Ag.M.Si<br />

Pelatihan PAR<br />

Untuk Pemuda Lintas <strong>Agama</strong><br />

Program ini di selenggarakan oleh<br />

Pusat Latihan dan Pengembangan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI dan difasilitasi<br />

oleh Sub Bagian Hukmas dan KUB<br />

Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>.<br />

Kegiatan ini bertajuk Penyadaran<br />

dan Pendampingan dalam Penguatan<br />

Kedamaian (Peace Making) dan<br />

berlangsung dari tanggal 26 sd. 29<br />

Maret <strong>2010</strong>, di Aula Kantor Wilayah<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />

dibuka oleh PIt. Ka.Kanwil Kemenag<br />

<strong>Prov</strong>. <strong>Aceh</strong> Drs. H. Aska Yunan, Kabid<br />

Mapenda Kanwil Kemenag <strong>Prov</strong>.<br />

<strong>Aceh</strong>. Narasumber kegiatan ini adalah<br />

fasilitator dari Pusat Litbang <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> RI, yaitu Prof. Dr.<br />

Rusmin Tumanggor, Puaduddin, S.Ag<br />

dan Akmal Salim, S.HI.<br />

Dua puluh dua orang dari kalangan<br />

pemuda berbagai <strong>Agama</strong> di Banda<br />

<strong>Aceh</strong> ikut sebagai peserta. Mereka<br />

peserta berasal dari Kanwil Kemenag<br />

<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> empat orang, IAIN Ar-<br />

Raniry Banda <strong>Aceh</strong> satu orang, Pemuda<br />

Muhammadiyah dua orang, Gerakan<br />

Pemuda Alwashliyah dua orang,<br />

Dewan Dakwah Islamiah Indonesia<br />

dua orang, KNPI <strong>Aceh</strong> dua orang,<br />

Fatayat NU Kota Banda <strong>Aceh</strong> datu<br />

orang, DPW BKPRMI <strong>Aceh</strong> dua orang,<br />

Remaja Mesjid Raya Baiturrahman<br />

dua orang, Rabithah Thaliban dua<br />

orang, Pemuda Kristen Protestan dua<br />

orang, Pemuda Khatolik dua orang,<br />

Pemuda Buddha dua orang, Pemuda<br />

Hindu dua orang dan Kan. Kemenag<br />

Kota Banda <strong>Aceh</strong> satu orang.<br />

Prof. Dr. Rusmin Tumanggor dalam<br />

salah satu materinya yang berjudul<br />

Akar-akar Terjadinya Konflik di Tanah<br />

Air menyatakan bahwa penyebab<br />

Konflik adalah; pertama adanya pihak<br />

yang merasa dirugikan atau tidak<br />

terpenuhi hak keberagamannya;<br />

Kedua, ada pihak yang merasa hak<br />

pengembangan keilmuannya dibatasi;<br />

Ketiga, ada pihak yang merasa peluang<br />

ekonominya dirampas; Keempat, ada<br />

pihak yang merasa tekhnologinya<br />

disingkirkan; Kelima, ada pihak yang<br />

merasa kelompoknya atau organisasi<br />

sosialnya diintimidasi; Keenam,<br />

ada pihak yang merasa bahasa dan<br />

komunikasinya diremehkan dan<br />

dirusak; dan Ketujuh, ada pihak yang<br />

merasa keseniannya tidak dihargai.<br />

Selanjutnya yang menjadi pemi-cu<br />

konflik adalah, a. Ada kasus perkelahian<br />

dan dikaitkan dengan sentimen<br />

nilai agama; b. Ada kasus pilkada<br />

dikaitkan dengan keorganisasian sosial<br />

keagamaan tertentu; c. Ada kasus pemilihan<br />

lahan dikaitkan dengan sentimen<br />

kesukuan tertentu dan d. Ada<br />

kasus keinginan merdeka dikaitkan<br />

dengan sentimen penguasaan pasar;<br />

Kegiatan Participatory Action Research<br />

(PAR) yang begitu padat ini<br />

dapat berjalan dengan lancar dan<br />

tanpa kejenuhan. Ini disebabkan<br />

oleh permainan-permainan yang<br />

22 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

diselipkan tim. Semua permainan<br />

merupakan bagian dari pembelajaran<br />

yang terkandung dalam materi-materi<br />

yang disampaikan oleh narasumber.<br />

Hasil dari PAR ini adalah:<br />

1. Melahirkan tiga kegiatan PAR<br />

yang akan di selanggaran oleh<br />

Kelompok I. II dan III. Kelompok I<br />

menyelenggarakan kegiatan PAR<br />

dengan kegiatan, “ Temu ramah<br />

kegiatan Pendidikan agama dan<br />

keagamaan sekolah di Banda<br />

<strong>Aceh</strong>. Kelompok penyelenggaraan<br />

kegiatan, “ Peningkatan hubungan<br />

Kerabatan Generasi Muda Lintas<br />

<strong>Agama</strong> di Kota Banda <strong>Aceh</strong> dan<br />

kelompok III menyelenggarakan<br />

kegiatan, “ Futsal Lintas <strong>Agama</strong> di<br />

Kota Banda <strong>Aceh</strong>,” semua kegiatan<br />

ini akan diselengarakan pada bulan<br />

April <strong>2010</strong>.<br />

2. Melahir seuatu wadah pemuda<br />

dengan nama KaPAL <strong>2010</strong> (<br />

Kreatifitas Pemuda <strong>Aceh</strong> Lintas<br />

<strong>Agama</strong>).<br />

Sebelum penutupan Panitia memutar<br />

Film PAR konflik yang terjadi<br />

di Poso. Puncak acara PAR ini pada<br />

tanggal 28 April <strong>2010</strong> malam, dihadiri<br />

oleh Ka.Kanwil Kemenag <strong>Aceh</strong>, Drs.<br />

H.A. Rahman TB, Lt yang sekaligus<br />

menutup kegiatan tersebut. Dalam<br />

sambutannya Drs. H. A. Rahman TB, Lt<br />

menyampaikan bahwa di <strong>Aceh</strong> tidak<br />

ada konflik agama, namun konflik<br />

yang terjadi adalah konflik intern<br />

umat beragama itu sendiri. n


Kakanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>;<br />

Pengamalan Nilai-nilai <strong>Agama</strong><br />

<strong>Santunan</strong>–Lhokseumawe. Panas yang<br />

menyengat Kota Lhokseumawe, Rabu<br />

(14/4) tidak menyurutkan para undangan<br />

dan sejumlah pejabat untuk mengikuti<br />

acara pelantikan dan serah terima jabatan<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara. Drs. H. M. Daud<br />

Hasbi, Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara resmi digeser menjadi<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kota Lhokeumawe dan digantikan Drs. H.<br />

Zulkifli Idris yang sebelumnya menjabat<br />

Kepada Sub Bagian Tata Usaha Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara.<br />

Pelantikan dan penyumpahan dilakukan<br />

oleh Sekretaris Daerah Kabupaten<br />

<strong>Aceh</strong> Utara Drs. Syahbuddin Usman, M.Si<br />

atas nama Menteri <strong>Agama</strong> RI. Dalam<br />

sambutannya Syahbuddin mengatakan<br />

walaupun sedikit berat melepaskan M.<br />

Daud Hasbi, namun karena masih dekat<br />

dan untuk pengembangan yang bersangkutan,<br />

Pemkab <strong>Aceh</strong> Utara merelakan<br />

yang bersangkutan pindah ke Kota Lhokseumawe.<br />

Menurut Sekda, mutasi, rotasi<br />

PNS merupakan sebuah keharusan dalam<br />

rangka pengembangan pegawai negeri<br />

sipil, pengembangan organisasi dan untuk<br />

memelihara dinamika kerja di lingkungan<br />

instansi pemerintah.<br />

Perlu Perhatian Serius<br />

Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Drs. H. A. Rahman<br />

TB. Lt, dalam sambutanya mengatakan<br />

bahwa ke depan, tugas dan tanggung<br />

jawab <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> menjadi lebih<br />

berat, tidak hanya karena pengaruh<br />

perkembangan zaman dan tantangan<br />

dunia global. Namun, beberapa peristiwa<br />

dan kejadian di tanah air akhir-akhir ini,<br />

semakin memperkuat asumsi bahwa kondisi<br />

pengamalan nilai-nilai agama perlu<br />

mendapat perhatian serius semua pihak.<br />

Menurut Kakanwil, ada sejumlah pertanyaan<br />

yang muncul di dalam masyarakat<br />

terkait persoalan diatas. Pertama, Apakah<br />

agama masih relevan dijadikan pedoman<br />

hidup? Kedua, apa yang salah dari aja-<br />

Urusan Gender<br />

Masih Menarik Dibicarakan<br />

<strong>Santunan</strong>-Banda <strong>Aceh</strong>. Dalam rangka menyambut hari<br />

Kartini 21 April <strong>2010</strong>, Sub Bagian Perencanaan dan Informasi<br />

Keagaamaan Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />

bekerjasama dengan Bidang Pendidikan <strong>Agama</strong> Islam pada<br />

Masyarakat dan Pemberdayaan Masjid (PENAMAS) Kantor<br />

Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> (14 s.d 16/4)<br />

di Asrama Haji Embarkasi Banda <strong>Aceh</strong> menyelenggarakan<br />

kegiatan seminar gender.<br />

Dalam Laporannya Ketua Panitia Pelaksana H. Azhar,<br />

S.Ag menjelaskan bahwa kegiatan seminar gender itu diikuti<br />

oleh Penyuluh <strong>Agama</strong> Islam se-provinsi <strong>Aceh</strong> dengan tema<br />

“perspektif gender dalam pandangan Islam”.<br />

Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />

Drs. H. A. Rahman, TB, LT membuka secara resmi Acara ini.<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

ran agama? Ketiga, Ataukah agama tidak<br />

lagi diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat,<br />

berbangsa dan bernegara?<br />

”Kami yakin, semua orang beriman,<br />

apapun agamanya akan sepakat dan menjawab,<br />

bahwa agama adalah pegangan<br />

hidup dan masih relevan untuk menjamin<br />

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat,”<br />

tegasnya.<br />

Di sisi lain, lanjutnya, kita harus mengevaluasi<br />

kembali, apakah nilai-nilai keagamaan<br />

sudah ditransformasi secara benar<br />

kepada generasi muda kita melalui<br />

lembaga-lembaga pendidikan yang ada.<br />

”Apakah ajaran-ajaran agama sudah dipahami<br />

secara benar oleh masyarakat. Dan<br />

apakah lingkup pengamalan keagamaan<br />

hanya terbatas dalam kehidupan privat,<br />

dan tidak dapat diterapkan dalam dunia<br />

politik dan bisnis,” ujar A. Rahman TB.<br />

Untuk itu, Kakanwil mengajak semua<br />

pihak, dan khususnya jajaran <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> untuk mengintrospeksi diri masing-masing<br />

dan membangun kualitas kepribadian<br />

yang dilandaskan kepada ajaran<br />

agama, sehingga dapat menjadi contoh,<br />

teladan, dan pionir dalam pembangunan<br />

kehidupan beragama menuju kesejahteraan<br />

dan kemandirian bangsa. (jun)<br />

Dalam arahan dan bimbingannya Kakanwil menyarankan<br />

agar pelaksanaan acara tersebut ke depan dapat diikuti<br />

oleh semua agama.<br />

Narasumber dalam acara tersebut adalah: Drs H. A.<br />

Rahman, TB, Lt yang menyampaikan materi Kebijakan<br />

Pemerintah Bidang <strong>Agama</strong>, Drs. H. Lukmanul Hakim<br />

dosen fakultas ushuluddin IAIN AR-Raniry Banda <strong>Aceh</strong>,<br />

dengan materi Konsep Alquran, DR Fauzi Saleh Lc, MA<br />

dengan materi Perempuan dalam Pandangan Islam, dan<br />

Drs. H. Zuardi Zain, Pengurus Universitas Muhammadiyah<br />

<strong>Aceh</strong> dan juga mantan Kepala Bidang Penamas pada<br />

Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, dengan<br />

materi Kedudukan Isteri dalam keluarga. (eli)<br />

23


<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Perlu<br />

Lakukan Reformasi Birokrasi<br />

<strong>Santunan</strong> – Jantho. Bupati <strong>Aceh</strong> Besar<br />

DR. H. Bukhari Daud, menyatakan<br />

harus dilakukan reformasi birokrasi di<br />

jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten<br />

<strong>Aceh</strong> Besar, saat melantik Kepala Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar,<br />

di aula Setdakab, Jumat (16/4).<br />

Menurut Bupati, reformasi ini penting<br />

dilakukan untuk menghilangkan pola pikir<br />

dan pola sikap lama yang sudah tidak sesuai<br />

dengan perubahan dan tuntutan zaman.<br />

”Reformasi ini ini penting dilakukan<br />

dalam rangka memberikan pelayanan administrasi<br />

yang baik kepada masyarakat,”<br />

ujarnya dihadapan Kakanwil <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong>, Muspida plus, pejabat dan<br />

sejumlah anggota DPRK setempat.<br />

Pada bagian lain, Bupati mengharapkan<br />

jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten<br />

<strong>Aceh</strong> Besar untuk membantu tugas-tugas<br />

Pemerintah daerah setempat<br />

yang merupakan ’tiga martabat’ <strong>Aceh</strong> Besar.<br />

”Saya berharap <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

harus pro aktif membantu Pemda dalam<br />

pelaksanaan syariat Islam kaffah di daerah<br />

ini. Begitu pula <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Santunan</strong> – Lhokseumawe. Walikota<br />

Lhokseumawe, yang diwakili Nota Dinas Sekretaris<br />

Daerah Kota Lhokseumawe, Drs. H.<br />

Arifin Abdullah, atas nama Menteri <strong>Agama</strong><br />

RI, melantik dan mengambil sumpah Drs. H.<br />

M. Daud Hasbi, M.Ag., sebagai Kepala Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kota Lhokseumawe<br />

menggantikan Drs. H. Salahuddin.<br />

Arifin Abdullah mengatakan bahwa<br />

hubungan baik dan jalinan kerjasama<br />

antara Pemerintah Kota Lhokseumawe<br />

dan jajaran Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kota Lhokseumawe selama ini sudah<br />

sangat bagus. Ini ditandai dengan<br />

banyak-nya bantuan dan dukungan yang<br />

diberikan Pemko kepada jajaran Kemenag.<br />

”Pemerintah Kota telah banyak membantu<br />

pelaksanaan operasional Kantor Kemenag<br />

Kota Lhokseumawe dari berbagai sektor.<br />

Diantaranya, penyetaraan kesejahteraan<br />

guru di bawah Kankemenag sama dengan<br />

guru di bawah Dinas Pendidikan Kota. Begitu<br />

pula dukungan anggaran kegiatan agama<br />

dan keagamaan tidak ada beda dengan<br />

dinas-dinas atau intansi lain,” ujar Arifin.<br />

Pada kesempatan itu pula, Walikota<br />

harus ikut aktif dalam kegiatan MTQ.<br />

Sehingga Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar dapat<br />

mengebalikan kejayaannya di arena MTQ<br />

<strong>Prov</strong>insi maupun nasional,” ujar Bupati<br />

serius.<br />

Disamping itu pula, Bupati mengharapkan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> dibawah<br />

kepemimpinan Drs. Salahuddin untuk ikut<br />

serta bersama Pemda dalam sosialisasi<br />

dan penyelenggaraan haji setiap tahun.<br />

Bupati <strong>Aceh</strong> Besar atas nama Menteri<br />

<strong>Agama</strong> RI melantik dan mengambil<br />

sumpah Drs. Salahuddin sebagai Kepala<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar<br />

mengantikan Drs. H. Burhan Ali yang<br />

sudah beralih menjadi tenaga fungsional.<br />

Drs. Salahuddin sebelumnya menjabat sebagai<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kota Lhokseumawe.<br />

Kakanwil Khatib Shalat Jumat<br />

Selesai acara pelantikan, Kepala Kantor<br />

Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />

<strong>Aceh</strong> Drs. H. A. Rahman. TB, Lt, menjadi<br />

khatib shalat Jumat di masjid Al-Munawwarah,<br />

Kota Jantho.<br />

Lima Perintah Untuk Kakankemenag Baru<br />

memberikan lima amaran untuk Kakankemenag<br />

yang baru. Pertama, Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kota Lhokseumawe<br />

harus memberikan pelayanan prima kepada<br />

masyarakat. ”jadikan masyarakat sebagai<br />

raja dan kita sebagai abdi masyarakat,”<br />

ujarnya. Kedua, Walikota juga berpesan<br />

untuk terus menjalin kerjasama dan koordinasi<br />

dengan Pemko dan SKPD yang lain<br />

dalam rangka mewujudkan efisiensi penyelenggaraan<br />

pelayanan keagamaan di<br />

Kota Lhokseumawe. Disamping itu, Walikota<br />

juga berharap untuk menerapkan<br />

prinsip-prinsip administrasi yang baik di<br />

lingkungan Kemenag Kota Lhokseumawe<br />

dengan menghindari KKN. Selanjuntnya<br />

berikan dukungan kepada Pemko dalam<br />

penegakan hukum dan upaya pemberantasan<br />

korupsi di di Kota Lhokseumawe.<br />

Dan terakhir, mari tegakkan syariat Islam<br />

di Kota Lhokseumawe dalam segala aspke<br />

kehidupan berbangsa, bernegara dan<br />

berkarya.<br />

Kakanwil Ajak Pemko Bantu Madrasah<br />

Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />

24 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

Kakanwil dalam khutbah yang mengangkat<br />

tema bait lagu Ebit G Ade,<br />

’mungkin Tuhan sudah bosan bersahabat<br />

dengan kita’, menjelaskan makna<br />

musibah dan malapetaka yang menimpa<br />

umat manusia akhir-akhir ini adalah ulah<br />

tangan manusia sendiri sebagai bentuk<br />

teguran atas dosa dan khilaf yang dilakukan<br />

manusia.<br />

”Sebagai khalifah Allah di muka bumi,<br />

manusia diberikan akal dan pikiran untuk<br />

mengatur alam ini beserta seisinya. Namun,<br />

karena kecerdasan dan keangkuhan<br />

yang dimilikinya itu, sering manusia lupa<br />

diri dan melupakan Allah sebagai pencipta<br />

alam semesta ini,” ujarnya.<br />

Menurut Kakanwil, musibah dan bencana<br />

harus dimaknai ebagai bentuk teguran<br />

Allah untuk secepatnya manusia<br />

kembali dan bertobat kepada Allah Swt.<br />

(jun)<br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Drs. H. A. Rahman,<br />

TB, Lt. Dalam sambutannya mengharapkan<br />

dukungan dan perhatian kepada<br />

madrasah sebagai pilar pengembangan<br />

akhlak dan moral bangsa. ”Meskipun<br />

madrasah di bawah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>,<br />

namun kami meminta kepada Pemko<br />

Lhokseumawe untuk terus memberikan<br />

perhatian pada pengembangan dan mutu<br />

madrasah dan pendidikan agama di kota<br />

ini,” ujar Kakanwil. Karena, tambahnya,<br />

pada hakikatnya yang dididik oleh lembaga<br />

pendidikan agama dan keagamaan<br />

adalah sumber daya manusia, anak-anak<br />

Kota Lhokseumawe.<br />

Untuk itu, jelas Kakanwil, dalam waktu<br />

dekat Menteri <strong>Agama</strong>, Menteri Dalam<br />

Negeri, Menteri Pendidikan Nasional, dan<br />

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara<br />

akan menandatangani Peraturan Bersama<br />

Empat Menteri untuk mendorong dan<br />

memayungi partisipasi pemerintah daerah<br />

provinsi dan kabupaten/kota dalam membina<br />

pendidikan agama. (jun)


MTsN Rukoh Adakan Perpisahan<br />

<strong>Santunan</strong>–Banda <strong>Aceh</strong>. Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN)<br />

Rukoh, Banda <strong>Aceh</strong>, (17/4) melaksanakan perpisahan siswa kelas<br />

tiga angkatan VIII tahun <strong>2010</strong>, bertempat di Gedung SMP Putri,<br />

Fatih Billingual School, Banda <strong>Aceh</strong>.<br />

Kepala MTsN Rukoh, Zulkifli, S.Ag. M.Pd, kepada <strong>Santunan</strong><br />

menjelaskan kegiatan ini merupakan kegiatan yang diagendakan<br />

setiap tahun di madrasah tersebut. Selain acara perpisahan yang<br />

menampilkan beragam kreatifitas bakat minat dan seni siswa.<br />

Kali ini juga dirangkai dengan pemberian penghargaan kepada<br />

sejumlah guru, wali kelas dan pegawai yang berprestasi.<br />

”Pemberian penghargaan kepada guru, wali kelas, dan<br />

pegawai, ini sudah dilakukan sejak tahun 2009. dan ini salah satu<br />

bentuk reward yang kita berikan untuk meningkatkan prestasi,<br />

motivasi serta tanggung jawab terhadap tugasnya,” ujarya.<br />

Untuk guru, tahun <strong>2010</strong> ini MTsN Rukoh memberikan<br />

perhargaan kepada Dra. Suwaidah, Dahliana, S.Ag dan Salwati,<br />

S.Ag. dan untuk wali kelas diberikan kepada Yasrati, S.Ag, Fitri<br />

Yeni, SE, dan Nurai’an, S.Ag. Katagori pegawai, bendahara<br />

madrasah Muhammad Bulqia, S.Hi yang selama ini sudah<br />

berbuat maksimal dalam pembuatan laporan SAI, dan SIMAK<br />

BMH menjadi yang terbaik. Tahun ini juga diberikan penghargaan<br />

kepada guru pembimbing bakat dan minat madrasah yaitu ibu<br />

Syarifah Jammah, S.pd.<br />

Acara perpisahan ini turut dimeriahkan dengan sejumlah<br />

bakat dan seni siswa seperti rapai geleng, musikalisasi puisi,<br />

tarian kipas, likok pulo, tarian ratoeh duek dan tarian kreasi baru<br />

oleh anak-anak pramuka. (jun)<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

Empat Angkatan CPNS<br />

Ikut Prajab<br />

<strong>Santunan</strong>-Banda <strong>Aceh</strong>. Badan Diklat Kepegawaian<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Medan menyelenggarakan<br />

Diklat Prajabatan bagi 4 Angkatan CPNS di lingkungan<br />

kementerian <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>. Kegiatan Diklat ini<br />

dibuka oleh Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Drs. H. A. Rahman TB, Lt, di Asrama Haji<br />

Banda <strong>Aceh</strong>, 17 Maret <strong>2010</strong> silam, dan akan berlangsung<br />

sampai akhir maret <strong>2010</strong> yang akan datang.<br />

Panitia Kegiatan, Zulfahmi, S.Ag, menginformasikan<br />

bahwa kegiatan prajabatan kali ini dibagi keapada<br />

4 kelompok anggakatan, yaitu angkatan 7, angkatan 8,<br />

angkatan 9, dan angkatan 10 dari seluruh CPNS yang<br />

direncanakan prajabatannya di lingkungan <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>. Para peserta Parajabatn kali<br />

ini bervariasi dari segi jabatan. Secara umum mereka<br />

adalah CPNS formasi Honrer dan Umum golongan III,<br />

akan tetapi sebahagian besar adalah CPNS dalam jabatan<br />

guru, dibandingkan dengan CPNS penyuluh agama,<br />

kepenghuluan, dan administrasi.<br />

Pada kesempatan berbeda, Kepala Kantor Wilayah<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, Drs. H. A. Rahman<br />

TB, Lt, berharap Balai Diklat Keagamaan <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong><br />

dapat segera terealisasi, mengingat jumlah PNS <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> di <strong>Aceh</strong> yang mencapai jumlah 15.000<br />

orang. (rol)<br />

KELUARGA BESAR<br />

KANTOR KEMENTERIAN AGAMA<br />

KABUPATEN ACEH UTARA<br />

Mengucapkan<br />

Selamat dan Sukses atas Pelantikan<br />

Drs. H. ZULKIFLI IDRIS<br />

Sebagai Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara<br />

oleh<br />

Bapak Ir. Syahbuddin Usman, M.Si<br />

( Sekda Kab. <strong>Aceh</strong> Utara )<br />

An. BUPATI ACEH UTARA<br />

Pada Hari Rabu, 14 April <strong>2010</strong> di Aula Sekdakab. <strong>Aceh</strong> Utara<br />

Semoga selalu sukses dalam menjalankan tugas dan senantiasa mendapat<br />

petunjuk dan perlindungan Allah SWT.<br />

&<br />

Terima kasih kepada<br />

Drs. H. M. DAUD HASBI, M.Ag<br />

Atas Pengabdiannya Semoga Menjadi Amal Shaleh<br />

25


Latihan<br />

Baris Berbaris Di<br />

Langsa<br />

<strong>Santunan</strong>-Langsa. Kepala Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kota Langsa, Drs.<br />

M. Yunus Ibrahim, M.Pd Jum’at, (2/4)<br />

membuka acara Latihan Ketangkasan<br />

Baris Berbaris (LKBB) Tingkat SD/MI<br />

se-Kota Langsa, kegiatan ini dilaksanakan<br />

di MI Gampong Paya Bujok Tunong<br />

Kecamatan Langsa Baro Kota Langsa.<br />

Hal ini digagas oleh Purna DKC dan<br />

Pembina Kwartir Cabang Kota Langsa,<br />

kegiatan ini direncanakan selama<br />

tiga hari mulai dari tanggal 02 s/d 04<br />

April <strong>2010</strong>. Kegiatan Latihan Ketangkasan<br />

Baris Berbaris (LKBB) Pramuka<br />

Tingkat Siaga Se-Kwartir Cabang Kota<br />

Langsa ini diikuti oleh 35 SD/MI dalam<br />

wilayah Kota Langsa dengan Jumlah ±<br />

700 peserta.<br />

Dalam sambutannya Bapak Kepala<br />

Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kota Langsa<br />

(Drs. H. M. Yunus Ibrahim, M.Pd)<br />

mengatakan, Pembinaan pramuka<br />

siaga tingkat SD/MI selama ini mulai<br />

tenggelam, seakan-akan keberadaan<br />

Pramuka tingkat SD/MI tidak ada di<br />

Langsa. Sedangkan untuk tingkat Pramuka<br />

jenjang pelajar SLTP/MTS, Pramuka<br />

Tingkat SMA dan sederajat hingga<br />

pramuka tingkat Perguruan Tingi<br />

(PT), setiap tahunnya selalu digelar<br />

dengan berbagai macam kegiatan.<br />

Melalui kegiatan Latihan Ketangkasan<br />

Baris Berbaris (LKBB) Tingkat<br />

SD/MI ini, diharapkan pramuka siaga<br />

maupun para penggalangnya kembali<br />

bangkit dan bersemangat dari masa<br />

lesunya. Peran Pramuka Siaga juga<br />

begitu dibutuhkan untuk dapat bersama-sama<br />

dengan pramuka tingkatan<br />

lainnya, agar bersatu padu membawa<br />

harum Pramuka, baik di daerahnya<br />

sendiri maupun diseluruh negeri Indonesia.<br />

Selain itu juga, Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kota Langsa (Drs. H.<br />

M. Yunus Ibrahim, M.Pd) juga berpesan<br />

agar pihak guru tingkat SD/MI se-<br />

Kota Langsa agar terus memacu kegiatan<br />

Pramuka, dengan cara menggelar<br />

kegiatan seperti kegiatan keterampilan,<br />

ketangkasan dan kegiatan disiplin.<br />

(mul/hendra)<br />

Kopega Al-Ishlah Adakan<br />

Rapat Anggota<br />

Tahunan<br />

<strong>Santunan</strong>-Jantho. Koperasi Al-<br />

Ishlah melaksanakan Rapat Anggota<br />

Tahunan (RAT) Tahun Buku 2009 pada<br />

Hari Sabtu 10 April <strong>2010</strong> bertempat di<br />

Asrama Haji Banda <strong>Aceh</strong>.<br />

Dalam Laporannya Ketua Koperasi<br />

H. Usman Haji, S.Ag menyampaikan<br />

bahwa SHU pada tahun buku 2009<br />

berjumlah Rp. 367.896.958, Ketua<br />

Koperasi dalam laporannya juga menyampaikan<br />

beberapa prestasi yang<br />

telah diraih oleh Koperasi Al-Ishlah,<br />

diantaranya :<br />

KP-RI Al-Ishlah tahun 2000 s/d 2002<br />

terpilih sebagai “Koperasi Terbaik I<br />

Tingkat Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar”.<br />

Predikat sebagai “ Juara II Koperasi<br />

Pegawai Negeri yang Sehat” pada tahun<br />

2002 yang diberikan oleh Kepala<br />

Dinas Koperasi <strong>Prov</strong>insi NAD.<br />

KP-RI Al Ishlah telah ditetapkan sebagai<br />

Juara III “Koperasi Pegawai Negeri<br />

yang Berprestasi” Tingkat <strong>Prov</strong>insi<br />

NAD pada tanggal 12 Juli 2007.<br />

Tahun 2009 terpilih sebagai “Koperasi<br />

Terbaik I Bidang Simpan Pinjam<br />

Tingkat Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar dan<br />

Terbaik III Tingkat <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>.<br />

Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan,<br />

Koperasai dan UKM Kabupaten<br />

<strong>Aceh</strong> Besar yang diwakili oleh<br />

Kasubdin Kelembagaan dan Koperasi<br />

Ruslan, SE dalam sambutanya menyatakan<br />

bahwa agar prestasi yang telah<br />

diraih di Tingkat Kabupaten dapat<br />

dipertahankkan dan prestasi untuk<br />

Tingkat <strong>Prov</strong>insi agar dapat ditingkatkan.<br />

Azzahri, SH, Pymt.Kepala Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong><br />

Besar dalam Arahan dan Bimbingannya<br />

menyampaikan kepada anggota<br />

koperasi Al Ishlah agar setoran wajib<br />

dan angsuran pinjaman setiap bulannya<br />

dapat disetor tepat pada waktunya<br />

sehingga proses administrasi<br />

dapat berjalan lancar. Kakankemenag<br />

juga menyampaikan terima kasih kepada<br />

Pengurus Koperasi Al Ishlah yang<br />

telah membantu rehab lantai Ruang<br />

Pelayanan Haji <strong>Aceh</strong> Besar di Jl. Pocut<br />

Baren Banda <strong>Aceh</strong>. (eli)<br />

26 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

Kankemenag <strong>Aceh</strong><br />

Utara laksanakan<br />

Rakor Dan Renja<br />

<strong>Santunan</strong>-Lhokseumawe. Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten<br />

<strong>Aceh</strong> Utara, selasa ( 23/2 ) menggelar<br />

Rapat Koordinasi dan rencana kerja<br />

(renja) tahun 2011 yang dilaksanakan<br />

satu hari penuh di Aula SMK 2<br />

Lhokseumawe, Kegiatan tahunan<br />

ini dibuka oleh Kepala Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong> Utara<br />

Drs. H.M. Daud Hasbi, M.Ag. Ketua<br />

Pelaksana Rakor Drs. Jamaluddin<br />

Adam (Kasi Mapenda ) tersebut<br />

menyampaikan bahwa kegiatan<br />

ini di ikuti 220 peserta yang terdiri<br />

dari Kepala RA, MI, MTs, dan MA<br />

Negeri / Swasta 145 orang, Kepala<br />

Kantor Urusan <strong>Agama</strong> Kecamatan<br />

27 Orang, Penyuluh <strong>Agama</strong> Isam<br />

Fungsional 13 Orang, Pengawas<br />

Pendidikan <strong>Agama</strong> Islam 5 Orang dan<br />

Pegawai Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

30 orang. Dengan pemateri masingmasing<br />

dari KPPN Lhokseumawe<br />

tentang Manajemen Keuangan<br />

Dan Pelaporan<br />

KPKLN tentang Sistem Aplikasi<br />

BMN, BPN tentang Proses Sertifikasi<br />

Tanah Wakaf, Kepala Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> ikut juga<br />

memberi materi tentang Kebijakan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> dan Program<br />

Kerja kedepan. Dibahagian lain<br />

juga ketua Panitia mengatakan<br />

bahwa tujuan digelar rakor ini<br />

untuk menggali format baru<br />

dan merencanakan kebutuhan<br />

pembangunan di bidang keagamaan<br />

dalam jajaran <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara jelasnya.<br />

Sementera itu Kepala Kantor<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong><br />

Utara, Drs.H.M. Daud Hasbi, M.Ag<br />

dalam arahannya mengharapkan<br />

melalui Rapat Kerja Dan Konsultasi<br />

Penyusunan rencana kerja tahun<br />

2011 dapat membangun etos<br />

kerja sebagai PNS sehingga ada<br />

dorongan untuk bersikap jujur,<br />

disiplin, bertanggung jawab dalam<br />

melaksanakan tugas. (mul/kasmidi)


Eropa Serukan<br />

Syari’ah Islam<br />

Hadapi Krisis<br />

Keuangan<br />

<strong>Santunan</strong>-Brussel. Sebuah<br />

majalah ekonomi terbesar di Eropa<br />

mengajak negara-negara sekuler<br />

untuk menerapkan syari’ah Islam<br />

dalam bidang ekonomi sebagai solusi<br />

manjur dalam menepis dampak dari<br />

sistem Kapitalis yang berpangku pada<br />

spekulasi pasar dan bisnis yang tidak<br />

riil.<br />

Lebih berani dan tegas lagi, Rolan<br />

Laskin, Pemimpin <strong>Majalah</strong> “Jurnal<br />

Finansial” itu dalam pembukaannya di<br />

<strong>edisi</strong> minggu tersebut mengungkapkan<br />

mendesaknya penerapan syari’ah Islam<br />

di bidang ekonomi dan keuangan,<br />

untuk mensudahi krisis yanng<br />

menghantui dunia karena permainan<br />

spekulasi yang tidak riil dan tidak<br />

dibenarkan.<br />

Laskin memaparkan dalam<br />

tulisannya: “Kehancuran yang digali<br />

oleh sistem Kapitalis, dan mendesaknya<br />

pembahasan terhadap alternatif<br />

pengganti untuk menyelamatkan krisis.<br />

Dengan lugas ia menawarkan tuntutan<br />

dan tahapan penerapan syari’ah Islam,<br />

meskipun langkah ini tidak sesuai<br />

dengan tradisi dan keyakinan agama<br />

di Eropa.”<br />

Semenjak beberapa tahun<br />

sebelumnya para pemikir dan pelaku<br />

ekonomi di Barat sudah memberi<br />

warning akan bahayanya sistem<br />

Kapitalis liberal yang bertumpu pada<br />

spekulasi dan bukan bisnis riil. Mereka<br />

sudah menyerukan adanya kajian<br />

dan pemahasan solusi pengganti dari<br />

sistem itu, dan ternyata solusi itu ada<br />

pada Islam.<br />

Bagaimana para penulis dan<br />

pemerhati di Eropa menilai secara<br />

obyektif dalam rangka beralih ke<br />

hukum-hukum syari’ah Islam dalam<br />

bidang Ekonomi? Dan apakah ini<br />

merupakan keseriusan cara pandang<br />

ekonomi Eropa dalam menangani krisis<br />

selama ini? Kita tunggu keberanian<br />

mereka membuktikan statemen<br />

mereka sendiri.<br />

(mul/dakwatuna)<br />

Syaikh Al-Qaradhawi:<br />

Hari Ini Menara, Besok<br />

Masjid yang Dilarang<br />

<strong>Santunan</strong>-Jenewa. Ulama terkemuka<br />

Syaikh Yusuf al-Qardhawi<br />

yang juga merupakan Presiden<br />

persatuan ulama internasional -<br />

telah menyerukan umat Islam di<br />

seluruh dunia untuk memprotes atas<br />

pelarangan menara masjid di Swiss<br />

dan meminta pemerintah Swiss<br />

menghentikan keputusan tersebut dan<br />

menganggap pelaksanaan referendum<br />

yang didukung oleh partai rakyat Swiss<br />

(SVP) akan mengakibatkan runtuhnya<br />

upaya dialog antara barat dan Islam<br />

yang telah berlangsung selama lebih<br />

dari 20 tahun.<br />

Syaikh al-Qardhawi menyatakan<br />

bahwa, “minoritas umat Muslim di<br />

Swiss harus mengajukan banding<br />

ke badan-badan hak asasi manusia<br />

internasional, untuk membalikkan<br />

keputusan ini.”<br />

Dia menyesalkan hasil referendum,<br />

dengan mengatakan: “hasil<br />

referendum di Swiss telah membuat<br />

saya sedih, sehingga kelompok sayap<br />

kanan bisa melakukan propaganda<br />

menentang kaum Muslimin, dengan<br />

mengintimidasi umat Islam di Eropa,<br />

meskipun kita mengetahui bahwa<br />

Swiss sebenarnya negara yang netral,<br />

menjunjung tinggi keamanan dan<br />

kebebasan - dan tidak menentang<br />

agama apapun. “<br />

Syeikh Qardhawi menyatakan<br />

terkejut dengan kehebohan yang<br />

mengangkat topik pembangunan<br />

menara di masjid-masjid di Swiss, dan<br />

merasa aneh kelompok ekstrem sayap<br />

kanan dapat berhasil menjalankan<br />

propagandanya untuk menyerukan<br />

rakyat Swiss untuk memilih keputusan<br />

melarang menara masjid, meskipun<br />

pihak pemerintah, kelompok oposisi,<br />

parlemen menolak hal tersebut. (mul/<br />

eramuslim)<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

Pakar Internasional:<br />

Israel Miliki 300 Hulu<br />

Ledak Nuklir<br />

<strong>Santunan</strong>-London. Lembaga internasional<br />

yang berbasis di London<br />

“institute for strategic studies” memperkirakan<br />

bahwa Israel saat ini memiliki<br />

200 hulu ledak nuklir, sementara<br />

itu informasi lain yang diungkapkan<br />

oleh majalah Inggris yang khusus<br />

membahas masalah-masalah pertahanan<br />

mengatakan bahwa Israel memiliki<br />

antara 200-300 hulu ledak nuklir.<br />

Seorang analis Inggris spesialis<br />

pertahanan di Inggris bernama Jane<br />

mengatakan hari Sabtu (10/4) bahwa<br />

Israel adalah negara terbesar keenam<br />

di dunia dalam bidang persenjataan<br />

nuklir, ia menambahkan bahwa senjata<br />

nuklir yang dimiliki oleh Israel sama<br />

dengan yang dimiliki Inggris.<br />

Menurut Jane, kekuatan strategis<br />

Israel dapat dikerahkan oleh rudal Yerikho<br />

2, yang memiliki jangkauan hingga<br />

4.500 kilometer, atau rudal yang<br />

berusia lima tahun Yerikho 3, yang bisa<br />

mencapai jangkauan jelajah hingga<br />

7.800 kilometer. (mul/eramuslim)<br />

Saudi Kembangkan<br />

Waktu Standar Mekkah<br />

Gantikan Greenwich<br />

<strong>Santunan</strong>-mekkah. Arab Saudi memulai<br />

proyek besar untuk mengganti waktu<br />

Greenwich Time menjadi jam Mekkah.<br />

Kerajaan Saudi saat ini sedang berusaha<br />

melaksanakan tujuan tersebut melalui<br />

pengembangan jam khusus yang ditempatkan<br />

di atas menara yang terbesar di<br />

dunia di samping Masjidil Haram Mekkah<br />

yang bertujuan menjadikan waktu<br />

kota suci sebagai standar global waktu<br />

bagi umat Islam dunia dalam menghadapi<br />

Greenwich Time.<br />

Muhammad Al-arkubi, Wakil Presiden<br />

dan General Manager Hotel yang terdapat<br />

menara Jam Mekkah yang menghadap ke<br />

arah Haram al-Sharif, menyatakan bahwa<br />

hotel yang terdapat menara jam tersebut<br />

akan dibuka pada akhir Juni dan resmi dirilis<br />

pada akhir Juli, sebelum bulan suci Ramadhan<br />

tiba.(mul/Eramuslim)<br />

27


Biar Lebih Hemat,<br />

Paspor Haji Jadi 24<br />

Halaman<br />

<strong>Santunan</strong>-Jakarta. <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> (Kemenag) menyatakan jamaah<br />

haji tahun ini direncanakan<br />

menggunakan paspor hijau 24 halaman<br />

untuk mengganti paspor 48<br />

halaman. Alasannya, biaya pembuatan<br />

paspor 24 halaman lebih murah<br />

dibandingkan paspor 48 halaman.<br />

Dengan demikian, jamaah bisa<br />

menghemat biaya ibadah haji. “Ya,<br />

direncanakan tahun ini. TKI saja hanya<br />

24 halaman, kenapa haji harus<br />

48 halaman? Saya sudah ngomong<br />

berkali-kali,” kata Dirjen Penyelenggaraan<br />

Ibadah Haji dan Umrah, Slamet<br />

Riyanto, di Jakarta, Kamis, (15/4).<br />

Menurut Slamet, Kemenag sebetulnya<br />

telah berencana menerapkan<br />

paspor 24 halaman bagi jamaah haji<br />

tahun lalu, tapi tidak terlaksana. Saat<br />

itu, berdasarkan aturan pemerintah<br />

Arab Saudi, seluruh jamaah haji dilarang<br />

menggunakan paspor haji berwarna<br />

coklat, tapi paspor umum berwarna<br />

hijau. (mul/pinas)<br />

Takut Serangan Kimia,<br />

Israel Mulai Bagikan<br />

Masker Gas<br />

<strong>Santunan</strong>-TelAviv. Israel pada hari<br />

Ahad (28/2) mulai membagikan masker<br />

gas baru untuk warga sipil yang akan digunakan<br />

dalam mengantisipasi kemungkinan<br />

adanya serangan kimia atau biologis<br />

terhadap Israel, kata pihak militer Israel.<br />

“Departemen Pertahanan sipil telah<br />

meminta kepada pelayanan pos Israel<br />

untuk mulai mendistribusikan masker gas<br />

untuk percobaan dasar kepada penduduk<br />

yahudi OrYehuda,” kata seorang jurubicara<br />

militer kepada AFP, mengacu ke suatu<br />

daerah di dekat Tel Aviv.<br />

“Secara bertahap, berdasarkan pelajaran<br />

yang diperoleh dalam operasi ini<br />

dan sesuai dengan keputusan pemerintah<br />

Israel, pendistribusian masker gas akan<br />

diperluas ke seluruh penduduk Israel,” ia<br />

menambahkan.<br />

Pemerintah Israel pada tanggal 5 Januari<br />

lalu memutuskan untuk mendistribusikan<br />

sekitar delapan juta masker gas baru,<br />

satu masker untuk setiap warga Israel,<br />

hingga tahun 2013. (mul/eramuslim)<br />

<strong>Santunan</strong>-Jakarta. Menteri <strong>Agama</strong><br />

Suryadharma Ali berharap reformasi<br />

birokrasi di <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> tidak<br />

jalan di tempat. Meskipun tantangan<br />

yang dihadapi semakin banyak, reformasi<br />

birokrasi tidak boleh berhenti bahkan<br />

tidak boleh ditunda.<br />

“Reformasi birokrasi jangan hanya<br />

berorientasi salary, remunerasi tapi bagaimana<br />

peningkatan budaya kerja,” kata<br />

Menag saat membuka Sosialisasi Reformasi<br />

Birokrasi di <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

28 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

Reformasi Birokrasi Kemenag<br />

Tidak Boleh Berhenti<br />

<strong>Santunan</strong>-Jakarta. Menteri <strong>Agama</strong><br />

Suryadharma Ali menyatakan, bahwa pemondokan<br />

jemaah haji Indonesia tahun<br />

<strong>2010</strong> di Arab Saudi, khususnya di kota<br />

Mekkah akan semakin baik dan lebih<br />

dekat dari Masjidil Haram, dengan jarak<br />

terjauh menjadi 4.000 meter.<br />

Menag mengemukakan hal itu kepada<br />

wartawan di Bandara Soekarno-Hatta,<br />

Cengkareng, Minggu (11/4). Menag didampingi<br />

Sekjen <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Bahrul Hayat, Dirjen Penyelenggara Haji<br />

dan Umrah Slamet Ryanto usai melakukan<br />

kunjungan kerja di Arab Saudi membahas<br />

masalah perhajian dengan Menteri<br />

Haji Arab Saudi Dr Fuad Abdul Salam Al<br />

Faizi. Selain itu menjalin kerjasama dengan<br />

Universitas Madinah tentang pemberian<br />

beasiswa bagi santri Indonesia.<br />

Menag mengatakan, pembicaraan<br />

dengan Menteri Haji Arab Saudi membawa<br />

berita baik bagi jemaah haji Indonesia.<br />

“Kami sepakat meningkatkan pelayanan<br />

jemaah haji. Pada tahun <strong>2010</strong><br />

target <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> untuk deka-<br />

di Jakarta, Kamis (15/4). Kegiatan ini<br />

menampilkan pembicara Deputi Bidang<br />

Tatalaksana <strong>Kementerian</strong> PAN Ismail Mohammad,<br />

serta diikuti seluruh pejabat<br />

eselon I dan II Kemenag Pusat.<br />

Menag mengatakan, reformasi<br />

birokrasi bertujuan agar terciptanya penyelenggaraan<br />

kepemerintahan yang baik<br />

dan bersih yang tercermin dari pelayanan<br />

yang bermutu kepada masyarakat dan<br />

birokrasi yang efektif, efisien, akuntabel<br />

serta terhindar dari segala bentuk penyimpangan.<br />

Diakui bahwa potensi permasalahan<br />

dalam penyelenggaraan kepemerintahan<br />

yang baik dan bersih di Kemeneg sebagai<br />

instansi vertical yang memiliki satuan<br />

kerja terbesar di antara kementerian lain,<br />

memerlukan upaya dan kekuatan yang<br />

lebih besar dalam upaya penerapan reformasi<br />

birokrasi.<br />

Menurut Menag, sebagai institusi<br />

yang sejaka kelahirannya membawa misi<br />

agama dan moral, Kemenag selayaknya<br />

menjadi teladan dalam penyelenggaraan<br />

pemerintahan yang baik, bahkan lebih<br />

dari itu. (mul/pinas)<br />

Menag:<br />

Pemondokan di Mekkah Terjauh 4.000 meter<br />

tkan pemondokan insya Allah tercapai.<br />

Kita optimis,” tandas SDA sapaan akrab<br />

Suryadharma Ali.<br />

Dijelaskan dia, jika tahun 2009 jarak<br />

terjauh pemondokan dari Masjidil Haram<br />

mencapai 7.000 meter, tahun <strong>2010</strong> berjarak<br />

4.000 meter. Tahun 2009 ada 27<br />

berada di Ring I dan 63 di Ring II. “Tahun<br />

<strong>2010</strong> lebih dari 50 persen dan dibawah<br />

40 persen di Ring II,” imbuhnya.<br />

Menjawab pertanyaan biaya pemondokan,<br />

Menag menganalogkan, biaya<br />

menjadi naik bila ada peningkatan kenikmatan.<br />

“Setiap ada peningkatan kenyamanan<br />

pasti ada penambahan biaya. Kalau<br />

kita biasa nginap di hotel melati lalu<br />

ke bintang lima, ada kan ada peningkatan<br />

biaya,” ujarnya.<br />

Namun demikian sambung Menag,<br />

pihaknya masih mempelajari apakah ada<br />

komponen BPIH yang lain yang bisa diturunkan,<br />

“Karena pemondokan di Mekkah<br />

jadi dekat, kemungkinan yang turun<br />

komponen transportasi disana,” katanya.<br />

(mul/pinas)


Untuk anda ketahui...<br />

Wong Fei Hung Seorang Muslim<br />

Wong Fei-Hung dilahirkan pada<br />

tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari<br />

keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada<br />

Wong Fei Hung merupakan dialek Canton<br />

untuk menyebut nama Arab, Fais. Hung<br />

juga merupakan dialek Kanton untuk<br />

menyebut nama Arab, Hussein. Jadi,<br />

namanya ialah Faisal Hussein Wong.<br />

Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah<br />

seorang Ulama dan tabib ahli ilmu<br />

pengobatan tradisional, serta ahli<br />

beladiri tradisional Tiongkok (wushu/<br />

kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik<br />

pengobatan bernama Po Chi Lam di<br />

Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-<br />

Ying merupakan seorang ulama yang<br />

menguasai ilmu wushu tingkat tinggi.<br />

Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying<br />

membuatnya dikenal sebagai salah satu<br />

dari Sepuluh Macan Kwantung.<br />

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal<br />

dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina,<br />

khususnya di Kwantung dan Canton<br />

mengenangnya sebagai pahlawan pembela<br />

kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak<br />

pernah gentar membela kehormatan<br />

mereka. (aba/berbagai sumber)<br />

KEPALA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA<br />

KABUPATEN ACEH JAYA<br />

DAN SEGENAP JAJARANNYA<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses Atas Pelantikan:<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara<br />

Drs. H. Zulkifli Idris<br />

Tanggal 14 April <strong>2010</strong>, oleh Sekdakab <strong>Aceh</strong> Utara<br />

Ir. Syahbuddin Usman, M.Si<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kota Lhokseumawe<br />

Drs. H. M. Daud Hasbi, M.Ag<br />

Tanggal 14 April <strong>2010</strong>, oleh An. Sekdakota Lhokseumawe<br />

Drs. H. Arifin Abdullah<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar<br />

Drs. Salahuddin<br />

Tanggal 16 April <strong>2010</strong><br />

Oleh Bupati <strong>Aceh</strong> Besar; DR. H. Bukhari Daud, M.Ed<br />

Semoga Dalam Melaksanakan Tugas Selalu Mendapatkan Ridha dan<br />

Inayah Allah Swt.<br />

Kepala<br />

dto<br />

Drs. H. Herman<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

MK Putuskan<br />

UU Penodaan <strong>Agama</strong><br />

Konstitusional<br />

<strong>Santunan</strong>-Jakarta. Mahkamah<br />

Konstitusi (MK) memutuskan untuk<br />

menolak seluruh permohonan uji materi<br />

UU Nomor 1/PNPS/1965 tentang<br />

Penodaan <strong>Agama</strong>, sehingga UU tersebut<br />

dinyatakan konstitusional dan<br />

masih dapat dipertahankan.<br />

“Menyatakan menolak permohonan<br />

para pemohon untuk seluruhnya,”<br />

kata Ketua MK Moh Mahfud MD saat<br />

membacakan amar putusan di Gedung<br />

MK, Jakarta, Senin.<br />

Mahkamah berpendapat dalil-dalil<br />

pemohon, baik dalam permohonan<br />

pengujian formil maupun permohonan<br />

pengujian material, tidak beralasan<br />

hukum.<br />

Secara moril, menurut MK, UU<br />

Pencegahan Penodaan <strong>Agama</strong> masih<br />

tetap dibutuhkan sebagai pengendali<br />

ketertiban umum dalam rangka kerukunan<br />

umat beragama di Indonesia.<br />

Selain itu, MK juga berpendapat<br />

bahwa negara berkepentingan untuk<br />

membentuk UU Pencegahan Penodaan<br />

<strong>Agama</strong> sebagai pelaksanaan tanggung<br />

jawabnya untuk melindungi HAM<br />

sesuai dengan prinsip negara hukum.<br />

“Mahkamah menilai bahwa hak<br />

beragama dalam konteks hak asasi individu<br />

tidak dapat dipisahkan dari hak<br />

beragama dalam konteks hak asasi sosial,”<br />

katanya.<br />

Dalam putusan tersebut, satu hakim<br />

yaitu Harjono mengajukan “concurrent<br />

opinion” (kesimpulan sama<br />

tetapi alasan berbeda) dan satu hakim<br />

lagi yaitu Maria Farida Indarti mengajukan<br />

“dissenting opinion” (kesimpulan<br />

dan alasan/pendapat yang berbeda).<br />

Menurut Maria, meski secara formil<br />

UU tersebut masih berlaku tetapi<br />

secara substansial terdapat berbagai<br />

penyimpangan dengan nilai-nilai HAM<br />

yang terkandung dalam UUD 1945.<br />

(mul/pinmas)<br />

29


Ensiklopedi Bahasa di <strong>Aceh</strong><br />

Bahasa<br />

Indonesia<br />

Bahasa<br />

<strong>Aceh</strong><br />

Bahasa<br />

Gayo<br />

Hasil Kontribusi Pembaca <strong>Santunan</strong> Edisi April <strong>2010</strong><br />

Tema: Anggota Badan/Tubuh<br />

Bahasa<br />

Aneuk<br />

Jamee<br />

Bahasa<br />

Alas<br />

Bahasa<br />

Sigulai<br />

30 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

Bahasa<br />

Devayan<br />

Bahasa<br />

Singkil<br />

Bahasa<br />

Pak-Pak<br />

Boang<br />

Bahasa<br />

Tamiang<br />

Hulu<br />

Kepala Ulee Ulu Kapalo Takal Duhu Ulu Takal Takal Palo Take<br />

Rambut Oek Wok Rambuik Bu’uk Buduhu Buk Wuk Buk Gambut Buk<br />

Telinga Keupinyeung Kemireng Talingo Cuping Guguyu Uyuk Cuping Cuping Telingo Pinge<br />

Mata Mata Mata Mato Mate Mata Mata - Mata Mato Mato<br />

Hidung Idoeng Iyong Hiduang Igung Nikhu Ihung Igung Igung Idong Idung<br />

Mulut Abah Awah Muncuang Babah Bafa Bakba Wawah Babah - Babah<br />

Bahasa<br />

Kluet<br />

Tangan Jaroe Pumu Tangen Tangan Danga Kaok - Tangan - Tangan<br />

Bahu Baho Kerlang Bahu Bare’ Galifi Alifalang Wakha Wakha - Baro<br />

Siku Seungkee Uku Siku Siki I’u Si’u - Siku - Siku<br />

Jari Aneuk jaroe Jari Jari Jari Nono danga Anak kaok - Jakhi - Jari<br />

Paha Pha Tes Paho Pahe Faha Sota - Paha Peho Paho<br />

Kaki Aki Kedeng Kaki Kiding Gae Kae Nehe Nehe - Kiding<br />

Kanan Uneuen Kuwen Kanen Kemuhun Gambele Inawan Kemuhun Kemuhun - Kemuhun<br />

Kiri Wiee Kiri Kiri Kiri Bilok Ibilang Jaluk Kembikhang Khiri Kemirang<br />

Depan Keue Arab Dapen Adep Ivena Amon Muka Lebe Mukak Nadop<br />

Belakang Likoet Kuduk Balakang Pudi Ivuli Tete - Pudi - Tangpudi<br />

Atas Ateuh Atas Ateh Datas Khailawa Detak - Babo Ateh Datas<br />

Bawah Yub, baroh Tuyoh Bawah Teruh Kha’ale Arep - Tekhuh - Teruh<br />

Kami menantikan kontribusi pembaca<br />

<strong>Santunan</strong> untuk <strong>edisi</strong> ini dengan tema:<br />

RUMAH<br />

Rumah; Pintu; Jendela; Pagar; Pintu<br />

Pagar; Halaman; Dapur; Kamar; Sumur;<br />

Jamban; Jalan; Kebun; Atap; Tiang; Luas;<br />

Sempit; Panjang; Pendek; Kaya; Miskin.<br />

Pelatihan Komputer bagi guru<br />

Guru MIN Lhok Beuringen Tanah Jambo<br />

Aye Kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara, mengikuti<br />

pelatihan yang diadakan oleh madrasah<br />

setempat, Rabu 24 Februari <strong>2010</strong>.


SAINS<br />

Membaca Cahaya; Inspirasi<br />

Mempelajari Sains<br />

Allah berfirman dalam Al-Qur’an, surat an-Nur: 35<br />

Yang artinya:<br />

“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.<br />

Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah<br />

lubang yan tembus yang di dalamnya ada pelita besar:<br />

pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang<br />

(yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan<br />

dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon<br />

zaitun yang tumbuh tidak disebelah timur (sesuatu) dan<br />

tidak pula disebelah barat (nya), yang minyaknya saja<br />

hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api.<br />

Cahaya diatas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing<br />

kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah<br />

membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia,<br />

dan Allah maha mengetahui segala sesuatu.”<br />

Tulisan ini ingin sedikit menggelitik tentang perdebatan<br />

ilmu pengetahuan tentang cahaya. Apabila kita membaca<br />

sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, maka dapatlah<br />

kita mengetahui bahwa sampai dengan abad IV sebelum<br />

Masehi orang masih beranggapan bahwa kita dapat<br />

melihat benda sekeliling di sebabkan oleh adanya sinar<br />

(cahaya) dari yang keluar dari mata, yang disebut sebagai<br />

“sinar penglihatan” yang berbentuk kumis-kumis peraba.<br />

Bila kumis-kumis peraba ini mengenai atau menyentuh<br />

benda, maka kita mendapat kesan dapat melihat benda<br />

tersebut. Anggapan semacam ini, mendapat dukungan<br />

banyak ahli fisika terutama oleh Plato (429-348 SM) dan<br />

Euclides (287-212 SM). Pendapat ini, pada kenyataannya<br />

memang agak serasi dengan bentuk bola mata kita,<br />

dimana bentuk cembungnya kurang dapat menerima<br />

sesuatau yang berasal dari luar. hal ini juga diperkuat<br />

dengan bersinarnya mata didalam gelap.<br />

Pendapat di atas, ditentang oleh Aristoteles (348-322<br />

SM) karena sebenarnya kita dapat melihat benda-benda<br />

sekalipun dalam ruang gelap. Namun begitu, Aristoteles<br />

tidak menjelaskan apa sebabnya mata dapat melihat<br />

benda dalam ruang gelap. Teori yang dikemukakan oleh<br />

Plato bersama Euclides di atas hanya dapat bertahan<br />

sampai pada abad pertengahan saja.<br />

Sementara itu, di dalam abad pertengahan muncul pula<br />

Alhazan (365-1038 M) seorang ilmuwan Mesir Iskandaria<br />

yang mengetengahkan pendapat lain. Dia berpendapat<br />

bahwa manusialah yang sebenarnya dapat melihat bendabenda<br />

yang ada di sekelilingnya. Karena, cahaya yang<br />

dipancarkan benda dapat ditangkap dan masuk ke dalam<br />

mata. Sehingga, teori ini dapat di terima dan bertahan<br />

sampai dengan abad ke 20 ini.<br />

Dengan teori Alhazan, timbul masalah dan persoalan<br />

baru, yaitu bagaimana cahaya itu dapat mengenai dan<br />

menyentuh bola mata. Untuk memperkuat teori ini,<br />

penulis akan mengemukakan dua teori berikut:<br />

1. Teori Emisi yang dikemukakan oleh Newton (1642-<br />

1727 M) ilmuwan yang berkebangsaan Inggris ini<br />

Oleh : Anwar, S.Si<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

berpendapat bahwa dari sumber cahaya dipancarkan<br />

partikel-partikel yang sangat kecil dan ringan kesegala<br />

arah, dengan kecepatan yang sangat besar. Bila partikelpartikel<br />

cahaya mengenai mata, kita maka mendapat<br />

kesan seolah melihat sumber cahaya.<br />

Teori Gelombang, yang dikemukakan oleh Christian<br />

2. Huygens (1629-1695 M) yang merupakan ilmuwan<br />

bangsa Belanda. Ia berpendapat bahwa cahaya pada<br />

dasarnya sama dengan bunyi hanya saja terletak<br />

pada frekwensi dan panjang gelombang. Menurutnya<br />

cahaya dapat merambat dengan perantara gelombang-<br />

gelombang cahaya.<br />

Kedua teori tersebut diatas dapat menjelaskan kepada<br />

3. kita tentang peristiwa pemantulan cahaya dengan<br />

sempurna. Akan tetapi Huygens terpakasa harus<br />

memperkenalkan zat hipotetik eter alam sebagai<br />

medium pada perambatan gelombang, sebab cepat<br />

rambat gelombang yang di kenal pada waktu itu selalu<br />

memerlukan medium. Sedangkan, ruang antar planetplanet<br />

dan bintang-bintang adalah hampa udara.<br />

Karena Huygens sendiri tidak dapat menerangkan<br />

tentang rambatan lurus udara, maka teorinya ‘kalah’<br />

dibandingkan denga teori Newton.<br />

Percobaan yang di pelopori oleh Thomas Young<br />

(1773-1829 M) bersama Agustin Fresnel (1788-1827<br />

M) menyatakan bahwa cahaya dapat melentur dan<br />

berinterferensi. Peristiwa ini merupakan peristiwa yang<br />

sama sekali tidak dapat di terangkan oleh teori Emisi<br />

Newton.<br />

Hasil percobaan yang dilakukan oleh Jean Leon Foucault<br />

(1819-1868 M), bahwa cepat rambat cahaya di dalam zat<br />

cair lebih kecil bila dibandingkan dengan cepat rambat di<br />

udara, berbeda dengan pandangan Newton, bahwa cepat<br />

rambat cahaya di dalam zat cair lebih besar daripada cepat<br />

rambat cahaya di dalam udara.<br />

Epilog<br />

Apa yang coba digali oleh para ilmuwan tentang cahaya<br />

dan sumbernya sesungguhnya merupakan rangkaian<br />

aktifitas manusia dalam membaca ayat-ayat Allah,<br />

khususnya di bidang sains. Meskipun usaha manusia<br />

dalam memahami fenomena alam yang luar biasa ini tidak<br />

pernah sempurna dan terbatas, namun usaha tersebut<br />

telah membantu manusia dalam memahami pesan-pesan<br />

yang disampaikan Allah di dalam Alquran.<br />

Pada saat yang sama, sebagai orang beriman, petunjukpetunjuk<br />

sains yang ada di dalam Alquran harus dijadikan<br />

motivasi untuk memperhatikan alam semesta dan<br />

merenunginya sampai mendapatkan sesuatu pemahaman<br />

tentang sifat dan kelakuan serta proses-proses alami<br />

yang ada didalamnya. (Penulis adalah guru Fisika MAN<br />

Gandapura Bireuen).<br />

31


Komputer Super<br />

Terinspirasi Otak Kucing<br />

Kucing dikenal lebih cepat mengidentifikasi sebuah<br />

wajah. Inilah yang menginspirasi seorang ahli komputer<br />

dari Universitas Michigan, Wei Lu, untuk membuat<br />

sebuah komputer super cepat.<br />

Mesin komputer ini diharapkan mampu mempelajari<br />

dan mengenali obyek sebaik mengambil keputusan<br />

yang sulit dan melakukan tugas secara bersamaan<br />

lebih dari yang komputer biasa lakukan.<br />

Lu sebelumnya telah membangun ‘memristor’,<br />

yakni sebuah perangkat yang menggantikan transistor<br />

komputer dan bertindak seperti memori biologis<br />

untuk mengingat masa lalu.<br />

Sekarang, ia menunjukkan ‘memristornya’ bisa<br />

menghubungkan sirkuit konvensional dan mendukung<br />

proses yang mendasari memori dan pembelajaran<br />

dalam sistem biologi. “Kami membuat komputer<br />

yang dapat bekerja layaknya otak bekerja,” kata Lu.<br />

“Idenya adalah menggunakan paradigma yang<br />

berbeda, tidak sama seperti membuat komputer biasa.<br />

Penggunaan dasar otak kucing adalah hal yang<br />

rasional karena lebih simpel daripada otak manusia<br />

walau masih sulit untuk meniru kompleksitas dan<br />

efisiensinya,” ujar asisten profesor itu.<br />

Sebagian besar komputer canggih saat ini sebetulnya<br />

dapat melakukan tugas-tugas tertentu layaknya<br />

otak kucing. Tetapi tetap saja 83 kali lebih lambat.<br />

Padahal sudah menggunakan lebih dari 140.000 CPU<br />

dan sumber daya lain.<br />

Dalam proyek ini akan dikembangkan sistem yang<br />

bisa mengenali obyek yang dilihatnya. Sehingga bila<br />

obyek tersebut pindah, komputer masih bisa mengenalinya.<br />

Itulah yang diharapkan dari komputer yang<br />

terinspirasi otak kucing. (mul/dtc)<br />

SAINS<br />

32 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

Badai Matahari<br />

2013 Bukan Akhir<br />

Dunia<br />

Sejumlah peneliti<br />

antariksa di dunia<br />

memprediksi puncak<br />

badai matahari akan<br />

terjadi pada pertengahan<br />

tahun 2013.<br />

Indikasi tersebut berdasar<br />

pada aktivitas<br />

matahari yang saat<br />

ini terus meningkat.<br />

Aktivitas matahari ini berupa medan magnet, bintik<br />

matahari, ledakan matahari, lontaran massa korona,<br />

angin surya, dan partikel energetik.<br />

“Pada 2012 hingga 2015 bintik matahari diperkirakan<br />

mencapai titik yang sangat banyak dan itu akan<br />

memicu banyak ledakan,” ujar Dra Clara Yono Yatini,<br />

MSc, Kepala Bidang Aplikasi Geomagnet dan Magnet<br />

Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional<br />

(Lapan), di sela-sela sosialisasi fenomena cuaca<br />

antariksa 2012-2015 di Denpasar, Bali.<br />

Namun, menurutnya, masyarakat tidak perlu khawatir<br />

karena badai matahari tidak akan menghancurkan<br />

peradaban dunia. “Dampak badai matahari hanya<br />

merusak sistem teknologi saja,” tegas Clara Yono.<br />

Sistem teknologi yang terpengaruh, misalnya, rusaknya<br />

satelit sehingga mengganggu jaringan komunikasi.<br />

Dampak lainnya dari badai matahari ini juga dapat<br />

mengganggu medan magnet bumi. Seperti tahun<br />

1989 saat badai matahari menyerang Kanada, jelas<br />

Clara, terjadi pemadaman listrik karena trafo di pusat<br />

jaringan listrik terbakar akibat arus yang sangat besar<br />

di bawah permukaan bumi. Badai matahari ini dapat<br />

diantisipasi agar tidak menimbulkan kerusakan, seperti<br />

mematikan sementara jaringan satelit dan jaringan<br />

listrik pada saat terjadi badai matahari.<br />

“Masyarakat jangan terpengaruh dengan film 2012<br />

karena itu sains palsu,” pesan Clara Yono. Lapan kini<br />

gencar melakukan sosialisasi soal fenomena cuaca antariksa<br />

2012-2015 kepada masyarakat untuk meluruskan<br />

cerita-cerita miring terkait kiamat yang tidak jelas<br />

dasarnya.<br />

Isu kiamat tahun 2012 seperti yang digambarkan<br />

dalam film 2012 memang selama ini terus dikaitkan<br />

dengan sejumlah fenomena alam yang akan terjadi di<br />

bumi, di antaranya badai matahari ini. (mul/kcm)


Suatu hari di Madinah, Rasulullah<br />

saw. menyampaikan berita tentang<br />

Nabi Sulaiman as. (‘Ali al-<br />

Shabuni, 1976: I, 84). Tatkala Rasulullah<br />

saw. menyebut Nabi Sulaiman as.<br />

sebagai rasul, seorang pemuka Yahudi<br />

berkata:<br />

“Muhammad mendakwa bahwa<br />

ibn Dawd adalah Nabi, padahal demi<br />

Allah tidak lain ia hanyalah seorang<br />

penyihir”.<br />

Lalu Allah menurunkan ayat ini (al-<br />

Suyuti, t.th.: I, 48).<br />

Dan mereka mengikuti apa yang<br />

dibaca oleh syaitan-syaitan pada<br />

masa kerajan Sulaiman (dan mereka<br />

mengatakan bahwa Sulaiman mengerjakan<br />

sihir), padahal Sulaiman<br />

tidak kafir (tidak mengerjakan sihir),<br />

hanya syaitan-syaitan itulah yang<br />

kafir (mengerjakan sihir). Mereka<br />

mengajarkan sihir kepada manusia<br />

dan apa yang diturunkan kepada dua<br />

orang malaikat di negeri Babil yaitu<br />

Harut dan Marut, sedang keduanya<br />

tidak mengajarkan (sesuatu) kepada<br />

seorangpun sebelum mengatakan:<br />

“Sesungguhnya kami hanya cobaan<br />

(bagimu), sebab itu janganlah kamu<br />

kafir”. Maka mereka mempelajari dari<br />

kedua malaikat itu apa yang dengan sihir<br />

itu mereka dapat menceraikan antara<br />

seorang (suami) dengan isterinya. Dan<br />

Penafsiran Ayat 102 Surat Al-Baqarah (Bagian Satu)<br />

Nabi Sulaiman Bukan<br />

Penyihir<br />

Oleh Jabbar Sabil, MA<br />

mereka itu (ahli sihir) tidak memberi<br />

mudharat dengan sihirnya kepada<br />

seorangpun, kecuali dengan izin Allah.<br />

Dan mereka mempelajari sesuatu<br />

yang memberi mudharat kepadanya<br />

dan tidak memberi manfaat. Demi,<br />

sesungguhnya mereka telah meyakini<br />

bahwa barangsiapa yang menukarnya<br />

(kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah<br />

baginya keuntungan di akhirat, dan<br />

amat jahatlah perbuatan mereka<br />

menjual dirinya dengan sihir, kalau<br />

mereka mengetahui.<br />

“Manakala Allah<br />

mengembalikan<br />

kerajaan kepada Nabi<br />

Sulaiman as, mereka<br />

kembali beriman kepada<br />

agama ini sebagaimana<br />

sebelumnya”<br />

Jelas ayat ini turun dalam rangka<br />

membantah pernyataan Yahudi<br />

yang mendakwa Nabi Sulaiman As.<br />

sebagai penyihir. Dalam hal ini para<br />

mufassir mengangkat banyak kisah<br />

guna mengklarifikasi anggapan Yahudi<br />

ini, di antaranya Ibn Kathir yang<br />

mengutip dua riwayat. Satu riwayat<br />

menyatakan bahwa manakala Nabi<br />

Sulaiman as. kehilangan kerajaannya,<br />

sekelompok jin dan manusia menjadi<br />

murtad, mereka mengikuti hawa<br />

nafsu mereka sendiri. Manakala Allah<br />

mengembalikan kerajaan kepada Nabi<br />

Sulaiman as., mereka kembali beriman<br />

kepada agama ini sebagaimana<br />

sebelumnya. Pada masa ini Nabi<br />

Sulaiman as. menemukan kitab yang<br />

ditulis oleh para jin tentang sihir, lalu<br />

menguburnya di bawah kursi beliau.<br />

Permasalahan pun muncul setelah<br />

Nabi Sulaiman As. Wafat. Saat buku itu<br />

ditemukan dalam suatu penggalian,<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

mereka mengatakan bahwa kitab<br />

ini diturunkan oleh Allah kepada<br />

Sulaiman dan menuduh Sulaiman<br />

menyembunyikannya dari mereka.<br />

Lalu kitab itu pun dijadikan pedoman<br />

(Ibn Katsir, t.th.: I, 188).<br />

Perlu dicatat, Ibn al-‘Arabi menolak<br />

kisah di atas. Menurut Ibn al-‘Arabi ini<br />

tidak mungkin terjadi, kecuali jika kitab<br />

itu bukan kitab sihir. Sebab jika Nabi<br />

Sulaiman as. tahu bahwa itu kitab sihir,<br />

tentunya beliau akan membakarnya<br />

sehingga tidak tersisa apapun yang<br />

dapat dimanfaatkan orang (Ibn al-<br />

‘Arabi, t.th.: I, 43).<br />

Riwayat kedua yang lebih panjang<br />

dikutip Ibn Katsir dari Ibn Jarir al-<br />

Thabari yang meriwayatkan dari Ibn al-<br />

Sa’ib Salam ibn Jinadah al-Sawa’i dari<br />

Abu Mu‘awiyyah dari al-A‘masy dari<br />

al-Minhal dari Sa‘id ibn Jabir dari Ibn<br />

‘Abbas. Dikisahkan bahwa setiap kali<br />

Nabi Sulaiman As. hendak ke kamar<br />

mandi atau hendak menunaikan<br />

kebutuhan biologis, beliau menitipkan<br />

cincinnya kepada Jiradah (seorang<br />

pelayan wanita kepercayaan beliau).<br />

Manakala Allah hendak menguji<br />

Nabi Sulaiman as., maka pada suatu<br />

hari setelah Nabi Sulaiman as.<br />

menyerahkan cincin kepada Jiradah,<br />

datanglah setan dalam rupa Nabi<br />

Sulaiman as. meminta cincin. Tanpa<br />

curiga Jiradah menyerahkan cincin itu<br />

lalu dikenakan oleh setan, seketika<br />

itu tunduklah seluruh setan, jin dan<br />

manusia kepadanya. Kemudian Nabi<br />

Sulaiman datang meminta kembali<br />

cincinnya kepada Jiradah, Jiradah<br />

berkata: “Kamu bohong, kamu bukan<br />

Sulaiman”. Seketika itu sadarlah Nabi<br />

Sulaiman as. bahwa beliau sedang<br />

tertimpa bala.<br />

Setan itu pun segera beraksi, ia<br />

menulis sebuah buku yang berisi sihir<br />

dan kekufuran lalu menguburkannya<br />

33


di bawah kursi Nabi Sulaiman As..<br />

Selang beberapa waktu kemudian<br />

ia menggali dan membacakannya<br />

di depan khalayak, lalu orang-orang<br />

pun mengatakan: “Sesungguhnya<br />

Sulaiman dapat menguasai manusia<br />

karena kitab ini”. Sejak saat itu orangorang<br />

meninggalkan Nabi Sulaiman as.<br />

karena menganggapnya tukang sihir<br />

dan kafir. Hal ini diklarifikasi kemudian<br />

hari, yaitu melalui Nabi Muhammad<br />

Saw. saat turunnya ayat 102 surat al-<br />

Baqarah (Ibn Katsir, t.th.: I, 189).<br />

Ibn al-‘Arabi juga menolak cerita<br />

ini, alasannya karena seorang Nabi<br />

terpelihara dari dosa besar, jadi tidak<br />

mungkin beliau menjadi silap dan<br />

jatuh dalam pelukan wanita seperti<br />

ini. Bagian lain dari riwayat di atas<br />

yang dibantah Ibn al-‘Arabi adalah<br />

penampilan setan dalam rupa Nabi<br />

Sulaiman, sebab setan tidak mungkin<br />

tampil dalam rupa nabi (Ibn al-‘Arabi,<br />

t.th: I, 43).<br />

Bantahan pemuka Yahudi<br />

terhadap Nabi Muhammad di atas,<br />

menunjukkan bahwa tuduhan keji<br />

terhadap Nabi Sulaiman as. telah<br />

diwariskan turun-temurun. Inilah yang<br />

kemudian dibantah ayat 102 surat al-<br />

Baqarah dengan menyatakan bahwa<br />

apa yang mereka ikuti dan pedomani<br />

adalah hasil “bacaan setan” (<br />

: dan<br />

mereka mengikuti apa yang dibaca<br />

oleh setan).<br />

Berlanjutnya tuduhan di atas<br />

sampai di masa Nabi Muhammad<br />

saw. memperlihatkan bahwa setan<br />

menjadikan Nabi Sulaiman As. sebagai<br />

kambinghitam, oleh karena itu ayat ini<br />

dilanjutkan dengan pernyataan bahwa<br />

Nabi Sulaiman As. tidak kafir (<br />

). Justru yang menjadi kafir<br />

adalah setan karena setan mengajarkan<br />

sihir kepada manusia (<br />

): tetapi setanlah<br />

yang kafir, mereka mengajarkan sihir<br />

kepada manusia. (Sayyid Qutb, t.th.:<br />

I, 124). Dalam redaksi ayat ini telihat<br />

pernyataan Alquran bahwa Sulaiman<br />

tidak kafir, padahal sebelumnya tidak<br />

ada pembicaraan tentang kekafiran<br />

Sulaiman. Menurut al-Qurthubi,<br />

ini menunjukkan bahwa menuduh<br />

Nabi Sulaiman as. berbuat sihir sama<br />

dengan menuduh beliau kafir. Hal ini<br />

menjadi lebih jelas ketika kekafiran<br />

setan dikaitkan dengan perbuatan<br />

mereka mengajarkan sihir kepada<br />

manusia (Al-Qurthubi, t.th.: II, 37).<br />

Namun menurut sebagian ulama,<br />

bagian ayat yang menjelaskan tentang<br />

pengajaran sihir bukan lanjutan bagi<br />

pernyataan kekafiran setan. Dalam<br />

menafsirkan bagian ini terlihat ada<br />

dua versi pendapat mufassir, pertama<br />

menyambungkannya dengan kalimat<br />

( ) dan kedua menjadikannya<br />

sebagai penafsiran yang<br />

mandiri. Menurut Ibn Taymiyyah,<br />

penafsiran ini lebih jelas (al-azhar) jika<br />

menjadikannya sebagai kalimat yang<br />

terpisah, dan pembicaraan tentang<br />

setan berakhir pada penjelasan<br />

kekafirannya. Lalu bagian ( )<br />

ditafsirkan sebagai penjelasan tentang<br />

karena sihir adalah<br />

perbuatan yang dilarang<br />

Allah lewat lidah rasul-<br />

Nya, jadi tidak mungkin<br />

bersumber dari Allah<br />

perbuatan Yahudi yang mengajarkan<br />

sihir, perlu dicatat bahwa pengajaran<br />

sihir sangatlah masyhur dan<br />

berkembang pada masa itu.<br />

Dari penafsiran seperti ini, maka<br />

pengertian yang dipetik adalah<br />

sebagai berikut: “Sekelompok<br />

Yahudi mencampakkan kitab Allah<br />

dan mengikuti bacaan setan atas<br />

Sulaiman”. Lalu bagaimana maksudnya<br />

mereka mengikuti setan yang<br />

mendustai Sulaiman dan mengklaim<br />

bahwa sihir itu bersumber dari kitab<br />

Sulaiman yang disembunyikan di<br />

bawah kursinya? Pertanyaan ini<br />

dijawab dengan cara menyelipkan<br />

tambahan kalimat sebagai keterangan<br />

(isti’naf bayani), yaitu: “Mereka<br />

mengajarkan sihir kepada manusia<br />

dan apa saja yang diturunkan kepada<br />

kedua raja itu [Daud dan Sulaiman]”<br />

(Rasyid Ridha, t.th.: I, 401). Hal ini<br />

dapat dipahami dalam lanjutan ayat<br />

berikutnya.<br />

Lanjutan ayat (<br />

), menurut sebagian ulama<br />

kata ( ) di sini bermakna ( ) dan<br />

dihubungkan (‘atf) kepada (al-sihr)<br />

sehingga berarti; “Setan menjadi kafir<br />

karena mengajarkan sihir kepada<br />

manusia, dan mengajarkan apa<br />

34 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

yang diturunkan Allah kepada dua<br />

malaikat, yaitu Harut dan Marut”.<br />

Mereka mengatakan bahwa Harut dan<br />

Marut adalah dua orang malaikat yang<br />

diturunkan Allah ke bumi dan diberi<br />

izin untuk mengajarkan sihir kepada<br />

manusia sebagai cobaan bagi manusia.<br />

Mereka juga mengatakan bahwa Harut<br />

dan Marut mengajarkan sihir sebagai<br />

bentuk ketaatan kepada Allah.<br />

Ibn al-‘Arabi cenderung setuju<br />

dengan penafsiran seperti ini, ketika<br />

disodori pertanyaan; “Mungkinkah<br />

Allah menurunkan sesuatu yang batil<br />

dan kufur? Beliau menjawab; “Setiap<br />

kebaikan atau keburukan, taat atau<br />

maksiat, iman atau kufur adalah<br />

sesuatu yang berasal dari Allah”.<br />

Sebagai pembanding, Ibn al-‘Arabī<br />

mengutip sebuah hadis sahih di mana<br />

Rasulullah saw. bersabda; “Peti harta<br />

apa yang dibuka oleh malam? Fitnah<br />

apa yang diturunkan Allah? Bangunlah<br />

wahai pemilik kamar, karena<br />

dikhawatikan orang yang berpakaian<br />

di dunia nantinya akan telanjang di<br />

akhirat. Menurut Ibn al-‘Arabi, hadis ini<br />

bertutur tentang turunnya fitnah atas<br />

manusia (Ibn al-‘Arabi, t.th.: I, 45).<br />

Berbeda dari Ibn al-‘Arabi, Ibn Katsir<br />

malah menilai aneh penafsiran seperti<br />

ini, karena sihir adalah perbuatan<br />

yang dilarang Allah lewat lidah rasul-<br />

Nya, jadi tidak mungkin bersumber<br />

dari Allah. Di sisi lain, Ibn Katsir juga<br />

menolak pendapat Ibn Hazm yang<br />

menyatakan bahwa Harut dan Marut<br />

adalah makhluk dari jenis setan (Ibn<br />

Katsir,t.th.: I, 192). Pertanyaan yang<br />

muncul kemudian adalah; Apakah<br />

mungkin Allah menurunkan kekafiran<br />

atas dua orang malaikat ini, padahal<br />

mereka hanya mengerjakan apa yang<br />

diperintah Allah dan bertasbih siang<br />

dan malam?<br />

Terkait dengan hal ini para mufassir<br />

meriwayatkan satu kisah yang katanya<br />

berdasar dari atsr yang diriwayatkan<br />

dari ‘Ali, Ibn Mas‘ud, Ibn ‘Abbas dan Ibn<br />

‘Umar. Dikisahkan bahwa di zaman Nabi<br />

Idris as. ketika anak-anak Adam telah<br />

melakukan banyak kerusakan, para<br />

malaikat pun protes. Allah berfirman:<br />

“Jika kalian berada pada posisi<br />

mereka tentu kamu akan mengalami<br />

nasib yang serupa”. Para malaikat<br />

menjawab: “Maha Suci Engkau ya<br />

Allah, sepatutnyalah kami tidak akan<br />

begitu”. Lalu Allah berfirman: “Pilihlah


dua malaikat yang terbaik di antara<br />

kamu”, maka terpilihlah Harut dan<br />

Marut dan diturunkan ke bumi setelah<br />

kepada keduanya di-‘instal’ syahwat.<br />

Kira-kira sebulan kemudian terjadilah<br />

fitnah atas kedua malaikat<br />

ini akibat interaksi dengan seorang<br />

wanita yang bernama al-Zahrah.<br />

Keduanya jatuh hati kepada al-Zahrah,<br />

tapi ia menolaknya kecuali mereka<br />

mau mengikuti agama al-Zahra<br />

(menyembah berhala), meminum<br />

khamr atau membunuh. Dari ketiga<br />

opsi yang ditawarkan ini, mereka<br />

memilih yang paling ringan, yaitu<br />

minum khamr. Namun kemudian<br />

mereka juga membunuh orang<br />

yang memergoki mereka. Al-Zahra<br />

meminta diajarkan ism al-a‘zam,<br />

permintaan ini dipenuhi, al-Zahrah<br />

pun segera mengamalkan dan terbang<br />

ke langit. Konon menurut riwayat ini,<br />

al-Zahra kemudian menjadi bintang<br />

kejora. Dalam hadis yang lain, akibat<br />

melakukan kesalahan, kepada kedua<br />

malaikat ini diberi pilihan antara azab<br />

dunia atau azab akhirat. Keduanya<br />

memilih azab dunia, maka mereka di<br />

azab di Babil, ada yang mengatakan<br />

bahwa Babil adalah satu wilayah di<br />

Irak.<br />

Ibn al-‘Arabi, menolak kisah ini<br />

karena sanadnya tidak sahih, namun<br />

tentang malaikat yang berbuat<br />

maksiat, baginya mungkin saja terjadi,<br />

sebab setiap yang sahih secara naqli,<br />

boleh jadi benar secara akal. Jadi<br />

ketika Alquran menjelaskan adanya<br />

malaikat yang maksiat, maka hal ini<br />

tidak akan ditolak kecuali oleh dua<br />

model manusia. Pertama orang bodoh<br />

yang tidak mampu membedakan halhal<br />

yang mungkin terjadi dan yang<br />

mustahil terjadi, kedua orang yang<br />

pemikirannya telah diracuni oleh<br />

filsafat (Ibn al-‘Arabi, t.th.: I, 43).<br />

Berbeda dari penafsiran di atas, Ibn<br />

Katsir lebih cenderung dengan pendapat<br />

yang mengatakan bahwa ( )<br />

di sini adalah kata menidakkan (nafi),<br />

dan kalimat ( ) adalah<br />

kalimat yang secara tulisan terletak<br />

belakangan tapi secara arti justru<br />

didahulukan. Susunannya menjadi:<br />

“Dan mereka mengikuti apa yang<br />

dibaca setan atas kerajaan Sulaiman<br />

(sihir), dan Sulaiman tidak kafir, dan<br />

Allah tidak menurunkan (sihir) kepada<br />

dua malaikat (Jibril dan Mikail)<br />

tetapi setanlah yang kafir karena<br />

mengajarkan sihir kepada manusia (di<br />

Babil oleh Harut dan Marut”).<br />

Dengan penafsiran seperti ini, maka<br />

kata malakayn dalam ayat bermakna<br />

malaikat Jibril dan Mikail, karena<br />

Yahudi menuduh Jibril dan Mikail<br />

sebagai pembawa sihir kepada Nabi<br />

Sulaiman As., itulah kenapa Alquran<br />

membantahnya melalui redaksi (<br />

). Lalu dijelaskan bahwa sihir<br />

adalah perbuatan setan yang diajarkan<br />

oleh Harut dan Marut. Dalam hal ini,<br />

Harut dan Marut diartikan sebagai<br />

dua orang manusia yang bersekutu<br />

dengan setan (Ibn Katsir, t.th.: I, 192/<br />

Al-Qurthubi, t.th.: II, 45).<br />

Terkait dengan kisah dua malaikat<br />

yang maksiat itu, Ibn Kathir sependapat<br />

dengan al-Qurthubi dan Ibn al-‘Arabi<br />

yang menyatakan bahwa riwayat<br />

tentang kisah tersebut adalah dha‘if .<br />

Setelah mengemukakan riwayat ini, al-<br />

Qurthubi mengatakan bahwa riwayat<br />

ini lemah dan aneh jika disandarkan<br />

kepada Ibn ‘Umar (Berbeda dengan<br />

Ibn al-‘Arabi yang menyorot sisi<br />

periwayatan saja). Alasan al-Qurthubi<br />

justru karena riwayat ini bertentangan<br />

dengan ayat Alquran yang berbicara<br />

tentang tidak maksiatnya malaikat (Al-<br />

Qurthubi, t.th.: II, 46).<br />

“Mereka tidak maksiat kepada<br />

Allah atas apa yang diperintahkan,<br />

dan mereka melakukan apa yang<br />

diperintahkan”. (Q.S. al-Tahrim: 6)<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

“Mereka tidak membantah, dan<br />

mereka melakukan apa yang<br />

diperintahkan”. (Q.S. al-Anbiya’: 27)<br />

“Mereka bertasbih siang dan malam,<br />

dan mereka tidak membangkang”.<br />

(Q.S. al-Anbiya’: 20)<br />

Sampai di sini ditemukan perbedaan<br />

sikap ulama dalam menjelaskan siapa<br />

yang dimaksud dengan malakayn<br />

dalam ayat ini, apakah dua orang raja<br />

(Daud dan Sulaiman) dua malaikat<br />

(Jibril dan Mikail atau Harut dan<br />

Marut), atau mungkin juga manusia<br />

biasa.<br />

Pada kata ( ) ditemukan<br />

adanya beda bacaan, jumhur al-<br />

‘ulama’ membacanya dengan baris<br />

fath pada lam yang berarti dua<br />

malaikat. Sedangkan Ibn ‘Abbas al-<br />

Hasan dan Abi al-Aswad serta al-<br />

Dahhak membacanya kasrah lam<br />

yang berarti dua orang raja yaitu<br />

Daud dan Sulaiman. Menurut Rasyid<br />

Ridha, sebagian dari mereka yang<br />

membacanya dengan fath lam juga<br />

memperkuat pendapat ulama yang<br />

membaca kasrah lam. Alasannya<br />

karena kedua raja itu sangat baik<br />

dan sangat peduli dengan kebutuhan<br />

umat, kebaikan keduanya melebihi<br />

manusia biasa sehingga layak disebut<br />

malaikat (Al-Qurtubi, t.th.: II, 46).<br />

Menurut Al-Qurthubi, mereka yang<br />

membaca kasrah lam menafsirkan<br />

kata malikayn (dua orang raja) sebagai<br />

Daud dan Sulaiman, dan kata ( ) dalam<br />

kalimat ( ) dikatakan<br />

sebagai kata nafi. Namun al-Hasan<br />

mengartikan malikayn sebagai dua<br />

orang yang kufur, dalam konteks ini al-<br />

Hasan memandang ( ) dalam kalimat<br />

( ) sebagai objek<br />

(maf‘ul) bukan kata nafi/menidakkan<br />

(Al-Qurtubi, t.th.: II, 46).<br />

Jika di atas terlihat kecenderungan<br />

Al-Qurthubi dan Ibn Katsir untuk<br />

menafsirkan kata malakayn sebagai<br />

dua orang malaikat (Jibril dan Mikail)<br />

dan ( ) sebagai nafi, maka kita juga<br />

melihat kecenderungan Ibn Taymiyyah<br />

dan Rasyid Ridha untuk menafsirkan<br />

malakayn sebagai dua orang raja<br />

dan ( ) sebagai maf‘ul yang di-‘athf<br />

kepada al-sihr. Dikatakan bahwa yang<br />

35


diturunkan kepada kedua raja ini bukan<br />

sihir, dihubungkan (‘athf) kepada sihir<br />

karena ia sejenis, dan ia juga tidak<br />

sama dengan wahyu meskipun disebut<br />

unzila karena unzila tidak selamanya<br />

dipakai untuk wahyu. Rasyid Ridha<br />

menukil pendapat gurunya yang<br />

melemahkan pendapat ( ) nafi itu (Al-<br />

Qurtubi, t.th.: II, 46).<br />

Berbeda dari perdebatan di atas<br />

Al-Zamakhsyari justru menafsirkan<br />

bagian ayat ini tanpa terpengaruh<br />

oleh wacana dari perdebatan ini. Ia<br />

dengan gamblang menafsirkan ( )<br />

sebagai maf‘ul dan malakayn sebagai<br />

dua malaikat yang namanya Harut<br />

dan Marut (Al-Zamakhsyari, t.th.: I,<br />

172). Demikian pula halnya dengan<br />

al-Suyuthi dalam Tafsir Jalalayn, ia<br />

menafsirkan Harut dan Marut sebagai<br />

dua orang malaikat yang memang<br />

diturunkan untuk mengajarkan sihir<br />

(al-Suyuthi, t.th.: I, 49).<br />

Adapun Babil adalah sebuah tempat<br />

atau kota di wilayah Timur yang<br />

paling populer pada masa lampau,<br />

yaitu sekitar duaribu tahun sebelum<br />

Masehi. Hingga kini bekas-bekasnya<br />

masih dapat dilihat disebelah Timur<br />

kota Baghdad, Irak (Quraish Shihab,<br />

2007: I, 279). Menurut Abu Bakr al-<br />

Jassas, penduduk Babil menyembah<br />

tujuh bintang yang dinyatakan sebagai<br />

tuhan, semua kejadian di alam ini<br />

adalah andil ketujuh tuhan ini. Kepada<br />

kaum inilah Allah mengutus Nabi<br />

Ibrahim As. (Abu Bakr al-Jassas, t.th.:<br />

I, 62).<br />

Pada bagian berikutnya, ayat ini<br />

kembali menegaskan bahwa perbuatan<br />

sihir dan usaha mempelajarinya adalah<br />

kufur. Menurut Sayyid Qutb, di sini al-<br />

Quran memperjelas hal ini melalui<br />

lisan Harut dan Marut yang berkata;<br />

“Sesungguhnya kami adalah fitnah,<br />

maka janganlah kamu menjadi kafir<br />

(Sayyid Quthb, t.th.: I, 124).<br />

Merujuk kepada Ibn Kathir yang<br />

mengatakan bahwa malakayn di sini<br />

adalah malaikat Jibril dan Mikail,<br />

sedangkan yang mengajarkan sihir<br />

adalah setan, maka kata Harut dan<br />

Marut di sini di-i‘rab sebagai badal<br />

dari kata syayatin. Ia memandang<br />

sah badal model ini, karena bentuk<br />

jamak kadangkala juga dipakai untuk<br />

dua orang (Ibn Katsir, t.th.: I, 191).<br />

Lalu dalam menjelaskan bagian ini,<br />

ia menyatakan bahwa manakala<br />

seseorang datang menemui Harut<br />

dan Marut, keduanya berkata; “Kami<br />

adalah fitnah, maka janganlah kamu<br />

kufur”. Jika orang itu bersikeras, maka<br />

mereka meminta orang itu datang ke<br />

suatu tempat, di sana ia akan bertemu<br />

dengan setan yang akan mengajarkan<br />

sihir kepadanya. Ketika ia belajar,<br />

keluarlah cahaya/nur yang ada dalam<br />

dirinya, lalu malaikat di langit melihat<br />

kepadanya dan berkata sedih; “Aduhai<br />

sayangnya, apa yang diperbuatnya”<br />

(Ibn Katsir, t.th.: I, 199).<br />

Harut dan Marut menasihati<br />

siapa saja yang hendak belajar sihir,<br />

bahwa apa yang mereka ajarkan<br />

adalah cobaan yang bertujuan<br />

untuk membedakan yang taat dan<br />

yang durhaka. Selain itu juga untuk<br />

membedakan bahwa sihir berbeda<br />

dengan mukjizat. Meskipun Harut<br />

dan Marut menasehati setiap orang<br />

yang datang hendak belajar padanya,<br />

bahwa tidak satu sisi<br />

pun dari sihir yang dapat<br />

menghasilkan manfaat<br />

tapi ada juga yang membangkan dan<br />

enggan mengikuti nasehat. Maka<br />

mereka mempelajari sihir dari kedua<br />

malaikat itu sehingga mereka dapat<br />

menceraikan antara seseorang dengan<br />

pasangannya/suami isteri (Quraish<br />

Shihab, 2007: I, 279).<br />

Untuk menghilangkan dugaan<br />

keliru serta menyucikan akidah<br />

manusia, ayat ini menegaskan bahwa:<br />

“Dan mereka tidak memberi muhdarat<br />

dengan sihirnya kepada seorang pun<br />

kecuali dengan izin Allah”. Menurut<br />

al-Zamakhsyarī, hal ini tampak dari<br />

kenyataan bahwa kadangkala sihir itu<br />

berhasil sesuai keinginan si pelakunya<br />

dan kadangkala tidak membuahkan<br />

hasil (Al-Zamakhsyari, t.th.: I, 173). Jadi<br />

pada hakikatnya sihir tidak memberi<br />

efek apa-apa baik secara tabiat atau<br />

kekuatan yang ada pada dirinya, ia<br />

hanya semata-mata sebab lahiriah.<br />

Menurut Wahbah al-Zuhayli, sihir<br />

tidak memberi kemudharatan kecuali<br />

dengan perbuatan dan kehendak<br />

Allah. Maka jika seseorang melakukan<br />

sihir dan berhasil mewujudkan<br />

keinginannya, maka ini berhasil karena<br />

Allah mengizinkan, sedangkan sihir<br />

36 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

hanya sebagai perantara dan sebab<br />

bagi akibat yang timbul setelahnya<br />

(Wahbah al-Zuhayli, 1991: I, 245).<br />

Pemahaman tentang maksud kata “bi<br />

idzn Allah” di sini menurut Ibn al-‘Arabi<br />

adalah; sesuai dengan ketentuan Allah<br />

(qadha’) dan bukan karena sesuai<br />

dengan perintah Allah, sebab Allah<br />

tidak memerintahkan keburukan (Ibn<br />

al-‘Arabi, t.th.: I, 49).<br />

Karena yang mempelajari atau<br />

mempraktekkan sihir itu mungkin saja<br />

menduga bahwa apa yang dipelajarinya<br />

dapat bermanfaat buat dirinya, maka<br />

lanjutan ayat menambahkan bahwa;<br />

“mereka mempelajari sesuatu yang<br />

memberi mudharat kepadanya dan<br />

tidak memberi manfaat”. Kalimat ini<br />

mengandung makna bahwa tidak<br />

satu sisi pun dari sihir yang dapat<br />

menghasilkan manfaat. Bukankah<br />

menafikan manfaat menunjukan<br />

ketiadaannya, dan menetapkan<br />

mudharat berarti kehadirannya?<br />

(Quraish Shihab, 2007: I, 280). Ibn<br />

al-‘Arabi mengatakan bahwa hakikat<br />

mudarat adalah sesuatu yang di<br />

dalamnya terkandung keburukan yang<br />

besar akibatnya. Ia juga mengatakan<br />

bahwa mudarat dalam pandangan ahl<br />

al-sunnah adalah setiap kepedihan<br />

yang tidak ada nikmat setelahnya,<br />

sedangkan manfaat adalah setiap<br />

kenikmatan yang tidak ada ancaman<br />

sanksi setelahnya (Ibn al-‘Arabi, t.th.:<br />

I, 49).<br />

Dari awal ayat telah terpahami<br />

bahwa ayat ini menerangkan tentang<br />

perilaku Yahudi. Ayat ini ditutup:<br />

yang merupakan jawaban tentang<br />

kondisi Yahudi pada masa Nabi<br />

Muhammad Saw., sebelum dan<br />

sesudahnya. Tergambarlah bahwa<br />

mereka: “demi Allah, sesungguhnya<br />

mereka telah meyakini bahwa<br />

barangsiapa yang menukar kitab Allah<br />

dengan sihir itu, tiadalah baginya<br />

keuntungan di akhirat dan amat<br />

jahatlah perbuatan mereka menjual<br />

dirinya dengan sihir, kalau mereka<br />

mengetahui” (Quraish Shihab, 2007:<br />

I, 280).<br />

(Penulis adalah Mahasiswa Doktoral<br />

PPs IAIN Ar-Raniry)


Mengukir di Atas Batu<br />

(Refleksi Hari Pendidikan Nasional)<br />

Oleh Antoni Kurnia Winata, SHI<br />

Usia kanak-kanak adalah masa<br />

keemasan dalam kehidupan<br />

seseorang. Segala yang dipelajari<br />

dan dialami pada masa ini akan<br />

membekas kelak di masa dewasa. Tak<br />

heran bila di kalangan pendahulu kita<br />

yang shalih banyak kita dapati tokohtokoh<br />

besar yang kokoh ilmunya, bahkan<br />

dalam usia mereka yang masih<br />

relatif muda.<br />

Begitulah memang dari sejarah<br />

kehidupan mereka kita bisa melihat,<br />

mereka telah sibuk dengan ilmu dan<br />

adab semenjak usia kanak-kanak. Jadilah<br />

apa yang mereka pelajari tertanam<br />

dalam diri dan memberikan pengaruh<br />

terhadap pribadi mereka. Demikian<br />

yang diungkapkan oleh ‘Alqamah: “Segala<br />

sesuatu yang kuhafal ketika aku<br />

masih belia, maka sekarang seakanakan<br />

aku melihatnya di atas kertas<br />

atau lembaran catatan.”<br />

Bahkan orangtua mereka berperan<br />

dalam mengarahkan dan membiasakan<br />

anak-anak untuk menyibukkan<br />

diri dengan ilmu agama sejak dini dan<br />

mengasuh mereka untuk mempelajari<br />

adab. Ibnu Anbari mengatakan “Barangsiapa<br />

mengajari anaknya adab<br />

semasa kecil, maka akan menyejukkan<br />

pandangannya ketika si anak telah dewasa.”<br />

Dari kalangan sahabat Rasulullah<br />

saw, ‘Umar ibnu Khaththab contohnya.<br />

Beliau selalu menyertakan putranya,<br />

‘Abdullah bin ‘Umar di majelis Rasulullah<br />

saw, sementara orang-orang<br />

yang duduk di sana adalah orangorang<br />

dewasa. Bahkan betapa inginnya<br />

‘Umar agar putranya menjadi seorang<br />

yang terkemuka di antara para sahabat<br />

yang hadir dari sisi ilmu. ‘Abdullah bin<br />

‘Umar menceritakan: “Dulu kami pernah<br />

duduk di sisi Rasulullah saw, lalu<br />

beliau bertanya pada kami, ‘Beritahukan<br />

kepadaku tentang sebatang pohon<br />

yang menyerupai atau seperti seorang<br />

muslim, tidak pernah gugur daunnya,<br />

tidak demikian dan demikian, selalu<br />

berbuah sepanjang waktu.’ Waktu itu<br />

terbetik dalam benakku bahwa pohon<br />

itu adalah pohon kurma, tapi kulihat<br />

Abu Bakar dan ‘Umar tidak menjawab<br />

apa pun sehingga aku pun merasa se-<br />

gan untuk menjawabnya. Tatkala para<br />

sahabat tidak juga mengatakan apa<br />

pun, Rasulullah saw bersabda, “Itu<br />

pohon kurma.” Ketika kami bubar, kukatakan<br />

kepada ayahku, “Wahai Ayah,<br />

sebetulnya tadi terlintas di benakku<br />

bahwa itu pohon kurma.”“Lalu apa<br />

yang membuatmu tidak menjawab?”<br />

tanya ayahku. “Aku melihat anda semua<br />

tidak berbicara, hingga aku merasa<br />

segan pula untuk menjawab atau<br />

mengatakan sesuatu,” jawab Ibnu<br />

‘Umar. ‘Umar pun berkata, “Sungguh,<br />

kalau tadi engkau menjawab, itu lebih<br />

kusukai daripada aku memiliki ini dan<br />

itu!” (HR. Al-Bukhari)<br />

Dari kalangan setelah tabi’in, kita<br />

kenal Imam Sufyan Ats-Tsauri. Salah<br />

satu hal yang mendorong Sufyan Ats-<br />

Tsauri sibuk menuntut ilmu sejak usia<br />

dini adalah hasungan, dorongan, dan<br />

arahan ibunya agar Sufyan mengambil<br />

faedah dari para ulama, baik berupa<br />

ilmu maupun faedah yang didapatkan<br />

dengan duduk bersama mereka,<br />

hingga ilmu yang diperolehnya akan<br />

memiliki pengaruh terhadap akhlak,<br />

adab, dan muamalahnya terhadap<br />

orang lain. Suatu hari ketika ibunda<br />

menyuruhnya untuk hadir di halaqahhalaqah<br />

ilmu maupun majelis-majelis<br />

para ulama, ibunda Sufyan Ats-Tsauri<br />

berpesan, “Wahai anakku, ini ada<br />

uang sepuluh dirham. Ambillah dan<br />

pelajarilah sepuluh hadits! Apabila<br />

kaudapati hadits itu dapat merubah<br />

cara dudukmu, perilakumu, dan uca-<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

panmu terhadap orang lain, ambillah.<br />

Aku akan membantumu dengan alat<br />

tenunku ini! Tapi jika tidak, maka tinggalkan,<br />

karena aku takut nanti hanya<br />

akan menjadi musibah bagimu di hari<br />

kiamat!”<br />

Begitu pula ibu Imam Malik, dia<br />

memerhatikan keadaan putranya<br />

saat hendak pergi belajar. Imam Malik<br />

mengisahkan: “Aku berkata kepada<br />

ibuku, ‘Aku akan pergi untuk belajar.’<br />

‘Kemarilah!’ kata ibuku, ‘Pakailah pakaian<br />

ilmu!’ Lalu ibuku memakaikan aku<br />

mismarah (sejenis pakaian jubah) dan<br />

meletakkan peci di kepalaku, kemudian<br />

memakaikan sorban di atas peci<br />

itu. Setelah itu dia berpesan, ‘Sekarang,<br />

pergilah untuk belajar!’ Dia juga<br />

pernah mengatakan, ‘Pergilah kepada<br />

Rabi’ah (guru Imam Malik). Pelajarilah<br />

adabnya sebelum engkau pelajari ilmunya!’<br />

Lihat pula kisah bagaimana ibu<br />

Imam Asy-Syafi’i berusaha agar putranya<br />

mendapatkan pendidikan dan<br />

pengajaran yang baik. Diceritakan oleh<br />

Imam Asy-Syafi’i: “Aku adalah seorang<br />

yatim yang diasuh sendiri oleh ibuku.<br />

Suatu ketika, ibuku menyerahkanku ke<br />

kuttab (tempat anak-anak kecil belajar<br />

baca-tulis Al-Qur’an, biasanya dikenal<br />

dengan sebutan TPA/TPQ), namun<br />

dia tidak memiliki sesuatu pun yang<br />

bisa dia berikan kepada pengajarku.<br />

Waktu itu, pengajarku membolehkan<br />

aku menempati tempatnyai. Ketika<br />

aku telah mengkhatamkan Al-Qur’an,<br />

aku mulai masuk masjid, di sana aku<br />

duduk di hadapan para ulama. Bila<br />

aku mendengar suatu permasalahan<br />

atau hadits yang disampaikan, maka<br />

aku pun menghafalnya. Aku tak bisa<br />

menulisnya, karena ibuku tak memiliki<br />

harta yang bisa dia berikan kepadaku<br />

untuk kubelikan kertas. Aku pun biasa<br />

mencari tulang-belulang, tembikar, tulang<br />

punuk unta, atau pelepah pohon<br />

kurma, lalu kutulis hadits di situ. Bila<br />

telah penuh, kusimpan dalam tempayan<br />

(guci) yang ada di rumah ku. Karena<br />

banyaknya tempayan terkumpul,<br />

ibuku berkata, ‘Tempayan-tempayan<br />

ini membuat sempit rumah kita.’ Maka<br />

kuambil tempayan-tempayan itu dan<br />

37


kuhafalkan apa yang tertulis di dalamnya,<br />

lalu aku membuangnya. Sampai<br />

kemudian Allah memberiku kemudahan<br />

untuk berangkat menuntut ilmu<br />

ke negeri Yaman.”<br />

Namun betapa mirisnya hati kita<br />

bila melihat anak-anak kaum muslimin<br />

sekarang ini. Dalam usia yang sama<br />

dengan para tokoh di atas, mereka<br />

tidak mempelajari ilmu agama ataupun<br />

memperbaiki adabnya. Akankah<br />

kita biarkan ini terus berlangsung?<br />

Kisah di atas memberikan pelajaran<br />

kepada kita biarpun dalam keadaan<br />

kekurangan, mestinya keadaan itu<br />

tidak menyurutkan keinginan orangtua<br />

untuk memberikan yang terbaik<br />

bagi sang anak. Di zaman kita sekarang<br />

ini orangtua akan sangat susah<br />

mengeluarkan uang demi pendidikan<br />

agama anaknya sekalipun itu hanya 20<br />

ribu, 30 ribu, atau 50 ribu saja. Tapi untuk<br />

les Bahasa Inggris, Matematika tak<br />

sungkan-sungkan mengeluarkan uang<br />

ratusan ribu bahkan jutaan rupiah.<br />

Bukannya tidak boleh mengeluarkan<br />

uang yang begitu besar untuk pendidikan<br />

umum, hal itu boleh-boleh saja,<br />

toh matematika ilmu juga, bahasa in-<br />

ggris ilmu juga. Tapi ingat “antara kehidupan<br />

dunia dan akhirat kita harus<br />

seimbangkan”, mengapa kalau untuk<br />

les bahasa inggris kita bisa menggaji<br />

guru privat sampai jutaan rupiah, tapi<br />

untuk guru mengaji 50 atau 100 ribu<br />

saja itu sudah terlalu banyak… ?? kalau<br />

bayar uang les tidak boleh terlambat<br />

10 hari, apalagi 1 bulan, tapi kalau<br />

uang mengaji 10 bulan tak dibayarpun<br />

tidak menjadi beban..??<br />

Karena faktor-faktor kurangnya<br />

perhatian para orangtua terhadap<br />

pendidikan agama sang anak sejak<br />

usia dini, itulah salah satu sebab moral<br />

anak didik kita selama ini semakin<br />

merosot, kita hanya bisa memperhatikan<br />

pada dataran pendidikan umumnya<br />

saja, tapi agamanya, akhlaqnya,<br />

‘ubudiyahnya tidak kita hiraukan, tidak<br />

kita bina, tidak kita tingkatkan sejak<br />

dini, acuh tak acuh, open tak open, pu<br />

jeud kakeh jeud (bahasa aceh) yang<br />

penting anak saya bisa jadi dokter, bisa<br />

jadi pilot, bisa jadi anggota dewan,<br />

bisa jadi ini dan itu, tapi tidak pernah<br />

berpikir anak saya sudah bisa mengaji?<br />

Akhlaqnya sudah baik? Shalatnya<br />

sudah benar? Bersucinya sudah betul?<br />

38 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

jarang kita berbangga hati jika anak<br />

kita menjadi ulama, satu dua orang<br />

akan senang jika anaknya jadi seorang<br />

ustadz, “apa tu ustadz, enggak banyak<br />

uang”, anak saya pilot, punya rumah<br />

mewah, mobil pun ada tiga dan seterusnya,<br />

seterusnya, seterusnya.. Maka<br />

tak jarang petinggi-petinggi negeri ini<br />

banyak yang tak beradab, intelektual<br />

tapi pembohong, intelektual tapi pencuri<br />

dan perampok. Dokter tapi sombong,<br />

congkak, kepala dinas tapi orang<br />

yang suka menerima sogokan, kepala<br />

bank tapi selalu makan riba. Korupsi<br />

jadi makanan, sogokan sudah mendarah<br />

daging, tidak di dinas, tidak pula<br />

di swasta.<br />

Oleh karena itu agar anak kita tidak<br />

menjadi fitnah dikemudian hari, mari<br />

bersama kita membina dan memperkuat<br />

pendidikan agama anak-anak<br />

kita sejak sekarang, agar kelak menjadi<br />

penyejuk hati tidak hanya di dunia tapi<br />

sampai ke akhirat nanti. Anak yang<br />

shalih adalah harta peninggalan yang<br />

paling berharga buat orang tua. Wallahu<br />

a’lamu bish-shawab.<br />

Penulis, Kabag Pengajaran TPQ Plus<br />

Baiturrahman Banda <strong>Aceh</strong><br />

KEPALA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA<br />

KABUPATEN BIREUEN DAN SEGENAP JAJARANNYA<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses Atas Pelantikan<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara<br />

Drs. H. Zulkifli Idris<br />

Tanggal 14 April <strong>2010</strong><br />

Oleh Sekdakab <strong>Aceh</strong> Utara Ir. Syahbuddin Usman, M.Si<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kota Lhokseumawe<br />

Drs. H. M. Daud Hasbi, M.Ag<br />

Tanggal 14 April <strong>2010</strong><br />

Oleh An. Sekdakota Lhokseumawe, Drs. H. Arifin Abdullah<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar<br />

Drs. Salahuddin<br />

Tanggal 16 April <strong>2010</strong><br />

Oleh Bupati <strong>Aceh</strong> Besar DR. H. Bukhari Daud, M.Ed<br />

Semoga Dalam Melaksanakan Tugas Selalu Mendapatkan Ridha dan Inayah Allah Swt.<br />

Kepala<br />

Drs. H. Zulhelmi A. Rahman, M. Ag


Dikotomi Pendidikan<br />

<strong>Agama</strong> dan Umum<br />

Suatu hal yang unik dan berbeda<br />

dengan negara lain adalah<br />

masalah pendidikan di Indonesia<br />

ditangani oleh lebih dari satu departemen<br />

atau kementrian.<br />

Di samping Kementrian Pendidikan<br />

Nasional (Kemendiknas) yang<br />

menangani bidang pendidikan umum,<br />

juga terdapat Kementrian <strong>Agama</strong> (Kemenag)<br />

yang mengurus pendidikan<br />

agama. Pemisahan (dikotomi) antara<br />

pendidikan umum dan pendidikan<br />

agama telah berlangsung sejak negeri<br />

ini diproklamirkan kemerdekaannya<br />

tahun 1945 dan masih berlangsung<br />

hingga sekarang. Artinya, penyelenggaraan<br />

pendidikan umum berada di<br />

bawah koordinasi Kemendiknas dan<br />

demikian juga sebaliknya, penyelenggaraan<br />

pendidikan agama berada di<br />

bawah pengurusan Kemenag. Dualisme<br />

penanganan pendidikan tidak<br />

saja menyangkut aspek keilmuan;<br />

pemisahan yang tajam antara ilmu<br />

umum dan ilmu agama, melainkan<br />

berlanjut pada aspek-aspek lain seperti<br />

wewenang penyelenggaraan,<br />

pengawasan, pendanaan dan managerial<br />

lembaga pendidikan. Sehingga<br />

di Indonesia, ada lembaga pendidikan<br />

--dengan berbagai jenis dan jenjangnya--<br />

yang berada di bawah masingmasing<br />

departemen ini. Akibat yang<br />

sering dirasakan dari dikhotomi pendidikan<br />

semacam ini adalah terjadinya<br />

diskriminasi yang lebar dari pemerintah<br />

terhadap salah satu depertemen<br />

(dulu: Depag) beserta seluruh perangkat<br />

yang berada di bawahnya. Tulisan<br />

ini mencoba mengurai kembali akar<br />

permasalahan ini dan mencermati beberapa<br />

dampak yang ditimbulkan.<br />

Jika ditelusuri, jauh sebelum negeri<br />

ini terbentuk, umat Islam di Indonesia<br />

telah menyelenggarakan pendidikan<br />

agama secara terbatas. Sebab, kegiatan<br />

pendidikan merupakan bagian<br />

penting dari ajaran Islam itu sendiri.<br />

Sehingga tidak mengherankan bila<br />

aktivitas pendidikan di kalangan umat<br />

Islam telah berkembang sejak lama.<br />

Oleh Muhibuddin Hanafiah, M.Ag<br />

pendidikan agama<br />

berbasis rumah tangga<br />

masih saja menjadi<br />

semangat paling mendasar<br />

dalam aktivitas<br />

pendidikan dalam<br />

masyarakat Islam<br />

Bahkan lebih dari itu, pendidikan<br />

agama semakin tumbuh dan telah<br />

melembaga di tengah kehidupan umat<br />

Islam. Institusi pendidikan keagamaan<br />

berbasis masyarakatpun mulai diperkenalkan.<br />

Setiap rumah tangga dari<br />

umat Islam dipastikan memperkenalkan<br />

ajaran agama Islam kepada generasi<br />

baru mereka di rumah-rumah<br />

secara mandiri. Selebihnya, pendidikan<br />

keluarga diteruskan ke rumahrumah<br />

tertentu seperti rumah ulama<br />

(teungku) baik ulama laki-laki maupun<br />

perempuan. Jelasnya, pendidikan<br />

agama berbasis rumah tangga masih<br />

saja menjadi semangat paling mendasar<br />

dalam aktivitas pendidikan dalam<br />

masyarakat Islam. Pada level yang<br />

lebih luas, tempat pendidikan agama<br />

yang lebih massifpun bermunculan.<br />

Seperti halnya balai pengajian yang<br />

ada di rumah-rumah tokoh agama,<br />

maka kemudian tempat ibadahpun<br />

diberi peran tambahan yang lebih<br />

luas. Dari itu mushalla, meunasah,<br />

surau, dan masjid pun dijadikan sebagai<br />

pusat belajar agama masyarakat.<br />

Perkembangan lebih jauh, pendidikan<br />

agama yang lebih terorganisir daalam<br />

wujud institusi pendidikan yang lebih<br />

permanen didirikan. Dayah, rangkang,<br />

bale, pesantren, pondok pengajian<br />

dan diniyah sebagai perkembangan<br />

lanjutan dari pusat pendidikan awal<br />

saat itu mulai ramai menampun anakanak<br />

masyarakat.<br />

Semua lembaga pendidikan agama<br />

yang disebutkan di atas dikelola sepenuhnya<br />

oleh masyarakat. Pendidikan<br />

agama berlangsung apa adanya,<br />

hidup dan eksis atas dasar kesadaran<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

masyarakat terhadap pengetahuan<br />

dan pengamalan ajaran agama. Karena<br />

lingkup pendidikan agama waktu<br />

itu masih sebatas untuk memenuhi<br />

kebutuhan fardhu a`in. Seperti belajar<br />

membaca al-Qur’an, ibadah pokok,<br />

aqidah atau keimanan dan akhlakul<br />

karimah. Selebihnya baru dipelajari<br />

ilmu alat seperti bahasa Arab, logika<br />

(manthiq) dan fiqh dan metodologinya<br />

(ushul fiqh). Kurikulum pendidikan<br />

agama seperti ini terus diperluas<br />

dengan kajian-kajian tingkat tinggi dan<br />

terus berdampingan dengan praktekpraktek<br />

asketis Islam yang ada dalam<br />

pengamalan tasawuf. Sejak saat itu,<br />

institusi pendidikan dayah ini nyaris<br />

menyebar ke seluruh pelosok daerah<br />

seiring dengan lahirnya ulama keluaran<br />

dayah sebelumnya. Singkatnya,<br />

pendidikan agama telah berlangsung<br />

secara sangat memadai dan kian mengakar<br />

dalam masyarakat. Hubungan<br />

berkelindan antara masyarakat, lembaga<br />

pendidikan dan ulama sudah<br />

demikian kokoh. Rasa kepemilikan<br />

institusi pendidikan agama demikian<br />

tinggi, sikap ini nantinya sebagai tanggungjawab<br />

memajukan agama. Kemandirian<br />

pengelolaan pendidikan<br />

agama semacam ini berlangsung dengan<br />

baik hingga kemudian diambil alih<br />

oleh pemerintah. Spirit mempelajari<br />

agama telah tumbuh.<br />

Partisipasi dan perhatian masyarakat<br />

yang kian merata terhadap<br />

pendidikan agama terus saja terlihat.<br />

Munculnya kesadaran kelas menengah<br />

muslim (aghniya’) untuk berziarah<br />

ke tanah suci dan melanjutkan<br />

belajar agama serta menetap di Makkah<br />

menambah kemajuan pendidikan<br />

agama di tanah air. Sebab, sekembalinya<br />

mereka dari sana, arus baru<br />

ilmu-ilmu agama semakin terbuka dan<br />

dinamis. Akibat lebih jauh dari sisasisa<br />

peradaban di Timur Tengah cukup<br />

untuk menggerakkan pendidikan<br />

agama di Nusantara. Ketika itu, pendidikan<br />

agama bukan lagi kesadaran<br />

kolektif masyarakat desa dalam ben-<br />

39


tuk pendidikan tradisionalnya. Melainkan<br />

telah muncul kekuatan baru<br />

dari masyarakat perkotaan dengan<br />

organisasinya yang lebih terorganisir<br />

dan memiliki jaringan luas dan kuat.<br />

Oraganisasi sosial kemasayarakatanpun<br />

seperti Muhammadiyah khususnya<br />

mulai saat itu telah merentangkan<br />

sayapnya untuk membuka lembaga<br />

pendidikan. Sementara di kalangan<br />

masyarakat tradisional di pedesaan,<br />

semakin memberdayakan pesantren<br />

mereka untuk menghadapi perkembangan<br />

zaman.<br />

Keadaan ini mulai berubah pasca<br />

masuknya penjajah Barat ke Nusantara.<br />

Umat Islam, pendidikan dan lembaga<br />

keagamaan di Indonesia mulai<br />

terusik dan tersudut. Sejak saat itu,<br />

pendidikan ala Barat<br />

mulai diperkenalkan<br />

melalui politik etis<br />

yang diluncurkan pemerintahan<br />

kolonial<br />

Belanda di Indonesia.<br />

Sejumlah penduduk<br />

pribumi yang dipilih<br />

dan ditentukan Belanda<br />

diperbolehkan<br />

untuk mendapatkan<br />

pendidikan gratis di<br />

sekolah-sekolah yang<br />

baru didirikan itu. Kalangan<br />

yang disebut<br />

bumi putra itu sebenarnya<br />

dididik untuk<br />

disiapkan sebagai<br />

tenaga administrasi<br />

dalam pemerintahan<br />

kolonial kelak. Pendidikan<br />

ala Barat ini<br />

memulai orientasi baru pendidikan di<br />

Indonesia, yaitu pendidikan untuk disiapkan<br />

sebagai pengisi lapangan kerja<br />

di birokrasi pemerintahan. Sebagai<br />

tenaga terdidik mereka akan mendapatkan<br />

upah atau gaji bulanan yang<br />

tetap dari pemerintah Belanda. Akibat<br />

dari fenomena baru ini, sedikit banyaknya<br />

terjadi gejolak di masyarakat<br />

Indonesia. Pendidikan ala Barat semakin<br />

digandrungi karena dinilai lebih<br />

modern dan menjanjikan pekerjaan<br />

baru yang lebih pasti. Kehidupan beragama<br />

masyarakat mulai mengalami<br />

penekanan, pembatasan dan pengekangan.<br />

Pendidikan agama diawasi secara<br />

ketat dan tidak jarang dihambat<br />

lajunya.<br />

Pasca kolonialisasi, pemerintah Indonesia<br />

mengambil alih pendidikan di<br />

bawah satu birokrasi yang disiapkan.<br />

Seiring dengan itu jawatan yang mengurus<br />

pendidikanpun dibentuk pemer-<br />

intah lengkap dengan kementriannya.<br />

Bersamaan dengan itu, pemerintah<br />

kemudian membentuk departemen<br />

agama. Meski pada awalnya, terjadi<br />

bargaining antara pemerintah dan elit<br />

agama (Islam) di Indonesia. Namun<br />

kemudian nampaknya pemerintah<br />

menemukan win-win solution dengan<br />

memberikan jatah pendidikan agama<br />

di bawah pengelolaan depag dan pendidikan<br />

umum di bawah pengelolaan<br />

departemen pendidikan dan kebudayaan.<br />

Sejak awal kemerdekaan hingga<br />

sampai pemerintahan Orde Lama,<br />

dan berlanjut kepada pemerintahan<br />

Orde Baru dan hingga Orde Reformasi<br />

ini, dua sistem pendidikan yang berbeda<br />

ini berjalan sendiri-sendiri di bawah<br />

dua departemen yang berbeda. Meski<br />

sekarang, pendidikan agama telah<br />

berada dalam sistem pendidikan nasional<br />

yang utuh dan menyatu dengan<br />

pendidikan umum, akan tetapi diskriminasi<br />

terhadap pendidikan agama<br />

tidak bisa disembunyikan. Realitas ini<br />

tidak hanya terlihat di tingkat pusat,<br />

melainkan juga nampak dominan di<br />

daerah. Bahkan di pendidikan agama<br />

di bawah pemerintah daerah kondisinya<br />

lebih menyedihkan. Porsi pendanaan<br />

yang dititipkan pemerintah pada<br />

depag untuk mengurus pendidikan<br />

jauh tidak sebanding dengan kucuran<br />

dana pendidikan yang dialokasikan ke<br />

diknas.<br />

Sebenarnya, dikotomi pendidikan<br />

di Indonesia lebih banyak menyisakan<br />

masalah ketimbang jalan keluarnya.<br />

Dalam konteks otonomi daerah, status<br />

pendidikan agama menjadi dilemma.<br />

Sebab, pendidikan agama dianggap<br />

sebagai bagian dari wilayah kerja kea-<br />

40 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

gamaan yang diurus secara langsung<br />

(sentralistis) oleh depag yang berada di<br />

tingkat pusat. Akibatnya, pemerintah<br />

daerah (pemda) bisa lepas tangan untuk<br />

tidak memperdulikan penyelenggaraan<br />

pendidikan agama di daerahnya.<br />

Penyelenggaran pendidikan agama<br />

tidak diakui sebagai bagian kewajiban<br />

dan wewenang pemda untuk mengurusnya.<br />

Alasannya, aspek pembangunan<br />

keagamaan tidak diotonomikan<br />

ke daerah (baik daerah tingkat provinsi<br />

maupun tingkat kabupaten/kota), sehingga<br />

pendanaannyapun menjadi urusan<br />

pemerintah pusat. Padahal, pendidikan<br />

agama bukan bagian wilayah<br />

keagamaan secara umum, melainkan<br />

wilayah kerja pendidikan yang statusnya<br />

sama dengan penyelenggaraan<br />

pendidikan umum lainnya.<br />

Konsekuensinya,<br />

pendidikan agama sepatutnya<br />

mendapat perhatian<br />

dan perlakuan yang<br />

sama dengan pendidikan<br />

umum yang berada<br />

di daerah. Karena bagaimanapun<br />

eksistensi<br />

pendidikan agama berada<br />

di daerah dan memikul<br />

tanggungjawab yang<br />

tidak lebih ringan untuk<br />

secara intern mendidik<br />

putra-putri daerah.<br />

Tetapi sayangnya, mengapa<br />

pemda masih saja<br />

menganaktirikan lembaga<br />

pendidikan agama<br />

dan orang-orang yang<br />

beramal secara profesional<br />

di dalam naungan<br />

departemen agama yang ada di<br />

daerah.<br />

Dalam konteks <strong>Aceh</strong> yang notabene<br />

daerah otonomi khusus di Indonesia,<br />

diskriminasi ini tidak harus<br />

terjadi. Konon lagi pemerintah <strong>Aceh</strong><br />

memiliki undang-undang tersendiri<br />

(UUPA) untuk mengurus segala bidang<br />

tanpa intervensi besar pemerintahan<br />

pusat. Apalagi <strong>Aceh</strong> bisa mengurus<br />

sendiri pendidikan yang Islami. Jangankan<br />

pendidikan agama yang sudah<br />

Islami, pendidikan umum pun dapat<br />

diislamisasikan. Tinggal niat ikhlas pemerintah<br />

<strong>Aceh</strong> sajalah yang mampu<br />

memperlihatkan nasib persoalan pendidikan<br />

agama di <strong>Aceh</strong> agar tampil berbeda<br />

dengan daerah lain. Semoga!.<br />

Penulis adalah Dosen Fakultas Tarbiyah<br />

IAIN Ar-Raniry dan Mahasiswa<br />

S3 UIN Jakarta


Rahasia Dan Keajaiban Besi<br />

Ditinjau Dari Budaya <strong>Aceh</strong>, Al-Quran Dan Sains<br />

Tron busoe katron<br />

Si titik embon katron u donya<br />

Awai lah janji busoe deungon lon<br />

Busoe dengon lon bek darohaka”<br />

(turunlah wahai besi<br />

setetes embun turun ke bumi<br />

Dulu besi berjanji padaku<br />

Janganlah sampai engkau durhaka)<br />

Lantunan bait di atas adalah cuplikan<br />

dari rangkaian syair yang dinyanyikan<br />

penabuh rapai <strong>Aceh</strong> dalam sebuah<br />

atraksi seni Top Daboh (debus), dimana<br />

aksi pemain daboh menunjukkan kebolehannya<br />

dengan menaklukkan benda tajam<br />

seperti pisau, rencong, pedang, gergaji<br />

dan senjata tajam lainnya yang terbuat<br />

dari besi, pemain daboh dengan penuh<br />

keajaiban tidak terluka oleh benda tajam<br />

tersebut.<br />

Terlepas dari keajaiban apa yang dikandung<br />

seni top daboh, kita disini hanya<br />

membahas tentang fenomena bahwa dalam<br />

syair tersebut diisyaratkan bahwa besi<br />

dulunya ‘diturunkan’ ke bumi sebagimana<br />

layaknya embun turun di malam hari. Peristiwa<br />

penurunan besi telah menjadi daya<br />

tarik tersendiri bagi ilmuan dan astronom<br />

modern, sehingga sebuah pertanyaan<br />

layak diutarakan, apakah besi dihasilkan<br />

dari bumi atau diturunkan dari langit?<br />

Mengenai darimana endatu kita dulu<br />

mengetahui bahwa besi diturunkan dari<br />

langit, apakah dari Al-Quran atau dari hasil<br />

pengamatan pada masa itu, perlu kajian<br />

lebih dalam lagi, karena terdapat hubungan<br />

yang sangat relavan antara syair <strong>Aceh</strong><br />

tersebut dengan sebuah ayat Al-Quran<br />

dalam surat Al-Hadid (besi) ayat 25, yang<br />

berbunyi:<br />

“…Dan Kami turunkan besi yang padanya<br />

terdapat kekuatan yang hebat dan<br />

berbagai manfaat bagi manusia….” (Al<br />

Qur’an, 57:25)<br />

Dalam ayat di atas ada 3 poin yang<br />

menjadi pokok pembahasan, yaitu:<br />

1.Peristiwa penurunan besi ke bumi.<br />

2.Besi mengandung kekuatan yang hebat.<br />

3.Besi memberi manfaat kepada manusia.<br />

Kata “anzalna” yang berarti “kami<br />

turunkan” dalam ayat ini khusus digunakan<br />

untuk besi, sehingga dapat diartikan<br />

secara harfiah bahwa “secara bendawi<br />

Oleh: Mulyadi Nurdin, Lc<br />

besi diturunkan dari langit”, kita akan menyadari<br />

bahwa ayat ini memiliki keajaiban<br />

ilmiah yang sangat penting.<br />

Ini dikarenakan penemuan astronomi<br />

modern telah mengungkapkan bahwa<br />

logam besi yang ditemukan di bumi kita<br />

berasal dari bintang-bintang raksasa di<br />

angkasa luar.<br />

Logam berat di alam semesta dibuat<br />

dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang<br />

raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita<br />

tidak memiliki struktur yang cocok untuk<br />

menghasilkan besi secara mandiri. Besi<br />

hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam<br />

bintang-bintang yang jauh lebih besar dari<br />

matahari, yang suhunya mencapai beberapa<br />

ratus juta derajat. Ketika jumlah besi<br />

telah melampaui batas tertentu dalam<br />

sebuah bintang, bintang tersebut tidak<br />

mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya<br />

meledak melalui peristiwa yang disebut<br />

“nova” atau “supernova”. Akibat dari<br />

ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung<br />

besi bertaburan di seluruh penjuru<br />

alam semesta dan mereka bergerak<br />

melalui ruang hampa hingga mengalami<br />

tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.<br />

Semua ini menunjukkan bahwa logam<br />

besi tidak terbentuk di bumi melainkan<br />

kiriman dari bintang-bintang yang meledak<br />

di ruang angkasa melalui meteormeteor<br />

dan “diturunkan ke bumi”, persis<br />

seperti dinyatakan dalam ayat tersebut:<br />

Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui<br />

secara ilmiah pada abad ke-7 ketika<br />

Al Qur’an diturunkan.<br />

Ayat di atas juga menjelaskan tentang<br />

kekuatan yang terkandung dalam besi<br />

tersebut, seolah-olah ia diturunkan untuk<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

“logam besi tidak terbentuk<br />

di bumi melainkan<br />

kiriman dari bintangbintang<br />

yang meledak di<br />

ruang angkasa”<br />

menjadi kekuatan bagi manusia. Dalam<br />

sejarah manusia terbukti besi telah menjadi<br />

simbol kekuatan dan kegagahan, segala<br />

jenis senjata dibuat dari besi, mulai dari<br />

pisau, rencong, pedang, senapan, hingga<br />

tank dan pesawat tempur semuanya terbuat<br />

dari bahan utama besi. Ayat di atas<br />

menjadi inspirator kepada manusia untuk<br />

terus mencari kekuatan baru yang tersembunyi<br />

dalam besi.<br />

Ayat juga memberitahukan bahwa besi<br />

membawa berbagai manfaat bagi manusia.<br />

Berbagai jenis kendaraan diciptakan<br />

dari bahan baku besi, mulai dari sepeda,<br />

sepeda motor, mobil, pesawat, kapal laut,<br />

bahkan pesawat luar angkasa terbuat dari<br />

besi. Berbagai mesin yang pernah dibuat<br />

manusia mulai dari mesin jam tangan yang<br />

kita pakai hingga mesin-mesin raksasa terbuat<br />

dari bahan baku besi, besi merupakan<br />

material yang bisa bekerja keras secara<br />

terus menerus dan bertahan lama.<br />

Logam jenis besi juga menjadi penghantar<br />

arus listrik. Ketika manusia telah<br />

menggantungkan diri pada energi listrik,<br />

maka ketergantungan pada logam semakin<br />

tinggi, semua penghantar arus listrik mulai<br />

dari arus yang ada dalam jam tangan,<br />

komputer, televisi, mesin HP, kabel listrik di<br />

jalan, di rumah, hingga berbagai peralatan<br />

elektronik di rumah kita semuanya menggunakan<br />

penghantar arus yang sama.<br />

Ketika Al-Quran diturunkan 14 abad<br />

yang silam, manusia belum mengerti<br />

sebesar apa manfaat yang akan diberikan<br />

besi kepada manusia, mungkin mereka<br />

hanya membayangkan bahwa besi hanya<br />

dapat dijadikan pedang atau panah, tetapi<br />

perkembangan teknologi yang begitu pesat<br />

telah menyingkap tabir kehebatan yang<br />

terkandung dalam besi tersebut. Mungkin<br />

di masa yang akan datang kehebatan besi<br />

ini akan lebih canggih lagi dari yang kita<br />

saksikan sekarang ini.n<br />

*Penulis adalah Penyuluh agama Islam<br />

Fungsional <strong>Aceh</strong> Besar.<br />

41


Dosa kita, orang <strong>Aceh</strong>, yang juga tergolong<br />

besar, itulah malas membaca.<br />

Maka kalau kita terus dicobai-<br />

Nya lewat beragam musibah, semacam<br />

tsunami dan banjir, ketakutan dan ketakberkahan<br />

hidup, itu karena dosa besar<br />

dan kecil kita. Salah satunya karena malas<br />

membaca itu. Objek bacaan yang dituntut<br />

sejak lahir hingga meninggal itu, adalah<br />

ayat Allah yang tertulis (Kalâm Ilâhî), dan<br />

ayat yang terbentang di alam (kawniyah)<br />

ini. Membaca alam itu, salah satunya dengan<br />

tafakkur, tadabbur, tazkir, ta‘lim wa<br />

ta‘lum, observasi, dan sebagainya. Hingga<br />

lahirlah kitab dan buku, media dan terbitan.<br />

Sampai sesak di dunia maya akan<br />

sains dan ilmu-Nya. Membaca hukumnya<br />

wajib, sebagaimana perintah awal Kalam<br />

Tuhan buat Nabi Muhammad SAW. Merenungi<br />

Hari Pendidikan Nasional (2 <strong>Mei</strong>),<br />

kita pacu semangat baca kita: iqra’ atau<br />

bacalah!<br />

“Hidup ini terlalu singkat untuk mengetahui<br />

segalanya, maka belajar yang penting-penting<br />

saja,” ingat orang pandai. “Sebagaimana<br />

menguah makanan, bacalah<br />

apa saja, namun jangan telan semuanya,”<br />

sambung orang bijak lain. Sebab ada lahapan<br />

yang kita kunyah itu tulang dan<br />

bulu. Ada yang kita abaca itu tak bermanfaat.<br />

Ilmu yang menyesatkan, mencelakakan,<br />

merendahkan martabat manusia, bukan<br />

ilmu yang bermanfaat namanya. Ilmu<br />

yang memanusiakan manusia dan menyelematkan<br />

orang-orang dan lingkungan<br />

itu akan terus mengalir imbalan kepada<br />

pengajarkan, seperti amal dan infaq yang<br />

mengalir (jâriyah) juga. Dosa orang tua,<br />

salah satu dari yang lain-lain adalah, yang<br />

meneladankan dan memaksakan kesan ke<br />

generasi muda, bahwa membaca (belajar)<br />

itu tugas anak-anak saja. Sedangkan bapak<br />

hanya mencari uang: meukat, meula-öt,<br />

meutani, meuglé dan seterusnya. Konsep<br />

ini salah, dan yang benar adalah bapak,<br />

ibu dan anak sama-sama menuntut ilmu.<br />

Hanya beda cara dan jam belajar, tentu.<br />

Orang belajar (banyak membaca)<br />

akan bijak. Dia akan paham mana kawan<br />

dan lawan. Biasa, pembaca yang banyak,<br />

tak akan gampang menceraikan pasangan.<br />

Dalam hidup, memang bisa saja dulu<br />

Iqra’, Persahabatan<br />

dan Kebangkitan Nasional<br />

(Renungan Hardiknas, Hari Persahabatan Internasional, dan Hari Kebangkitan Nasional)<br />

Oleh Muhammad Yakub Yahya<br />

“Jika persahabatan dicederai,<br />

sekali dua kali,<br />

maafkan.<br />

Nasionalisme yang dikebiri,<br />

tuntut dan tuntun<br />

elit itu kembali, mungkin<br />

dengan pemilu dan lewat<br />

wakil rakyat”<br />

itu jadi lawan, dan sekarang jadi kawan.<br />

Sama saja dalam politik atau di rumah<br />

tangga. Dalam dunia kawula muda, sering<br />

dibilang, ada uang adik kusayang, tak<br />

ada uang adek kuceraikan. Ada duit abang<br />

kusayang, habis duit abang kutendang, itu<br />

juga nyaris masih ada di kamus cewek materialis<br />

kita. Kaya kawin, miskin cerai, persis<br />

halnya dengan prilaku suami yang kawin<br />

anak orang kaya, demi uang. Cintanya<br />

cuma pura-pura, sandiwara rupanya. Saat<br />

dia kaya, cinta untuk seselimut bersama,<br />

menggebu. Namun begitu istri bangkrut<br />

atau papa, walau anak telah ada, cerai pun<br />

dengan es em es diucapkan. Ini kisah sedih<br />

yang menimpa istri baik-baik, oleh oknum<br />

suami yang bejat. Suami materialis,<br />

matere, mata duitan, harus diberi tanda,<br />

dicap: tak layak lagi menjadi menantu.<br />

Janda akan mencari uang sendiri usai ditalak<br />

suami. Mungkin lebaran ada alakadar<br />

kiriman dari mantan suaminya, tapi<br />

cuma sedikit dari apa yang telah “disedot”<br />

saat masih dalam status suami istri dulu.<br />

Anak dengan susu yang harga kayak harga<br />

emas, ditanggung kakek-nenek yang menyesal<br />

menyerahkan anaknya pada setan<br />

(baca: suami berhati setan). kadar malaikat<br />

dan setan ada pada masing-masing<br />

kita. “Jangan mencintai berlebihan, kelak<br />

siapa tahu akan menjadi musuhmu; dan<br />

jangan membenci berlebihan, siapa tahu<br />

kelak akan menjadi kawanmu,” isyarat<br />

Nabi. Merenungi Hari Persahabatan Dunia<br />

(16 <strong>Mei</strong>) dan Hari Kebangkitan Nasional<br />

(20 <strong>Mei</strong>), kita ingin, siapa pun yang akan<br />

“kawin”, jalankan secara makruf dan “cerai”<br />

juga dengan makruf, baik di tingkat<br />

elit, maupun di level bawahan.<br />

42 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

Kita satu ras, “spesies” manusia. Dari<br />

sepasangan insan, Adam dan Hawa, insan<br />

berasal. Memiliki persamaan yang prinsipil<br />

dan asasi. Kita semula satu rumah,<br />

surga-Nya. Turun ke bumi, cucu Adam harus<br />

menempati wilayah demi dinamisasi<br />

diri dan alam. Variasi ras dan bahasa, itu<br />

tanda Allah Kuasa, untuk kita saling menyapa.<br />

Untuk menegakkan persahabatan<br />

yang egalitarian, yang dibutuhkan bukan<br />

elitisme dan eksklusifisme, tapi inklusif.<br />

Seperti pandangan Harits ibn Hisyam dan<br />

‘Athab ibn Usaid kepada Bilal bin Rabah<br />

yang hitam dan hamba sahaya. Namun<br />

Allah memuliakan yang layak mulia dan<br />

menghinakan yang patut hina. Kerukunan<br />

sungguh indah. Ia kata nan indah dalam<br />

kamus manapun. Persahabatan yang tulus<br />

akan memotong kesedihan menjadi<br />

separuh dan melipatduakan kesenangan.<br />

Jika kita berjumpa dengan saudara kita<br />

yang pelit senyuman, tebarkan sebuah<br />

senyuman. Senyuman sama dalam bahasa<br />

mana pun. Dunia politik, sosial, dan<br />

ekonomi akan lebih cerah bila dilihat dari<br />

balik senyuman. Kita kaya dengan membagi,<br />

bukan menerima, juga murah senyuman.<br />

Persahabatan dan nasionalisme adalah<br />

kemampuan elit dan rakyat memberi<br />

lebih dari apa yang diminta. Tragedi hidup<br />

yang terbesar, bukan binasanya manusia,<br />

tapi hilangnya gairah mencintai dan menyapa.<br />

Jika persahabatan dicederai, sekali dua<br />

kali, maafkan. Nasionalisme yang dikebiri,<br />

tuntut dan tuntun elit itu kembali, mungkin<br />

dengan pemilu dan lewat wakil rakyat.<br />

Hukumi penjual negara itu dengan cara<br />

tak memilihnya lagi, namun tetap memaafkan<br />

sekadarnya. Kita yang tak bisa memaafkan<br />

akan menghancurkan jembatan<br />

yang akan kita lalui nanti, kayak jembatan<br />

di pesisir selatan barat <strong>Aceh</strong> yang ambruk<br />

itu. Kita memaafkan atas dasar persahatan,<br />

sebab kita ada kekurangan. Kekurangan<br />

masing-masing kita akan menyempurnakan<br />

program. Sempurnalah Indonesia<br />

dengan membiarkan, dengan mengangkat<br />

sebagai pembantu dari barat dan timur<br />

dengan tipologi yang unik itu. Tidak semarak<br />

nusantara andai dibiarkan mati<br />

masyarakat <strong>Aceh</strong>, Melayu, Batak, Nias,


Tanjung, Minang, Kubu, Betawi, Sunda,<br />

Karimun, Jawa, Madura, Dayak, Minahasa,<br />

Banjar, Bugis, Papua Malanesia, Bali, Bima<br />

dan seterusnya. Jadi memilih wakil sesuku<br />

itu ada lemahnya. Belum meriah hidup<br />

di dunia kalau satu saja ras dibasmikan.<br />

Orang <strong>Aceh</strong> di Indonesia, Indian di Amerika,<br />

Aborigin di Australia, Arab di gurun<br />

sahara, Aria di Jerman, Mongol di Cina,<br />

Melayu di Asia, Negro di Afrika, atau Anglo-Saxon<br />

di Eropa mesti sama-sama hidup.<br />

dari sekte kecil dan besar, dari ajaran lan-<br />

git dan bumi, dari multiteis, Budha, Hindu,<br />

Zoroaster, Majusi, Shinto, Yahudi, Kristen,<br />

dan Islam berusaha memeriahkan dunia<br />

yang sempit ini dengan keragaman kepiawaiannya.<br />

Manakala satu jiwa dibunuh<br />

tanpa alasan, maka sama dengan menghabiskan<br />

semua manusia di bumi. Juga<br />

menyelamatkan satu sosok insan di bumi<br />

yang ringkih ini sama dengan menyelamatkan<br />

seluruh manusia. Jadi pembunuhan,<br />

penjajahan, dan rasialis bukan ajaran<br />

langit. Jadi, sukuisme elit akan melemah-<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

kan nasionalisme kita. Kepentingan sesaat,<br />

melirik sisi ekonomis semata, walaupun<br />

untuk lima tahunan, itu akan merusak<br />

pilar persahabatan nusantara, akan menyuburkan<br />

permusuhan, dan mengajarkan<br />

penceraian. Cerai, bukan husnul khatimah<br />

persahatan, sebuah koalisi, tapi akhir yang<br />

buruk. Maka banyak membacalah dan<br />

dekaplah dalam persahabatan.<br />

Penulis adalah pengajar IAIN Ar-Raniry<br />

KEPALA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA<br />

KOTA BANDA ACEH DAN SEGENAP JAJARANNYA<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses Atas Pelantikan<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara<br />

Drs. H. Zulkifli Idris<br />

Tanggal 14 April <strong>2010</strong><br />

Oleh Sekdakab <strong>Aceh</strong> Utara<br />

Ir. Syahbuddin Usman, M.Si<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kota Lhokseumawe<br />

Drs. H. M. Daud Hasbi, M.Ag<br />

Tanggal 14 April <strong>2010</strong><br />

Oleh An. Sekdakota Lhokseumawe<br />

Drs. H. Arifin Abdullah<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar<br />

Drs. Salahuddin<br />

Tanggal 16 April <strong>2010</strong><br />

Oleh Bupati <strong>Aceh</strong> Besar<br />

DR. H. Bukhari Daud, M.Ed<br />

Semoga Dalam Melaksanakan Tugas Selalu Mendapatkan Ridha dan Inayah Allah Swt.<br />

Kepala<br />

dto<br />

Drs. H. Ayub Ahmad<br />

43


Makna Kekhalifahan Manusia<br />

Harus Terus Diperbaharui<br />

Di antara nikmat dan karunia<br />

Allah yang paling besar adalah<br />

menjadikan kita sebagai manusia<br />

yang berakal budi. Dan diutusnya para<br />

nabi dan rasul adalah sebagai pemberi<br />

peringatan dan petunjuk, sehingga<br />

ma-nusia dapat memanifestasikan<br />

tujuan penciptaannya di muka bumi<br />

ini, yaitu beribadah kepada Allah,<br />

sekaligus menjadi ”khalifah”.<br />

Misi penciptaan manusia<br />

diprotes para malaikat. Para malaikat<br />

mengklaim bahwa tidak perlu ada<br />

lagi makhluk di permukaan bumi dan<br />

bukankah mereka sudah cukup untuk<br />

beribadat kepada Allah. Bukankan<br />

manusia akan membuat kerusakan<br />

dan saling meenumpahkan darah di<br />

muka bumi.<br />

Allah menjawab ’keberatan’ ini<br />

dengan pernyataan bahwa malaikat<br />

tidak mengetahui seluruh rencana dan<br />

skenario Allah SWT. Maka setelah Adam<br />

AS diciptakan, Allah membekalinya<br />

ilmu tentang segala nama, sehingga<br />

para malaikat menjadi kagum dan<br />

memuji kualitas kemanusiaan yang<br />

dianugrahkan Allah kepada manusia<br />

pertama ini.<br />

Akan tetapi, tidak lama berselang,<br />

Jika kita jujur dalam menilai<br />

diri sendiri dan lingkungan<br />

kita, maka tidak ada<br />

seorangpun di dunia ini yang<br />

benar-benar sempurna di<br />

semua sisi kehidupannya.<br />

terjadilah pertumpahan darah pertama<br />

antara Habil dan Qabil. Dan sejak saat<br />

itu, hingga hari ini, manusia tidak<br />

pernah berhenti melakukan kerusakan<br />

dimuka bumi, dan menumpahkan<br />

darah sesamanya.<br />

Kenapa hal ini terjadi? Apakah<br />

keberatan malaikat tersebut benar<br />

adanya? Atau kita yang salah dalam<br />

memanifestasikan tujuan penciptaan<br />

yang dikehendaki Allah SWT?<br />

Tampaknya, setelah Nabi Adam<br />

As, ilmu-ilmu tentang segala nama itu<br />

mulai terderivasi menjadi berbagai<br />

cabang ilmu yang beragam di antara<br />

umat manusia. Dan tidak ada<br />

seorangpun dari kita yang menguasai<br />

seluruh ’nama-nama’ tersebut.<br />

Akibatnya adalah, kesalahpahaman<br />

banyak orang yang mengira bahwa<br />

ilmunyalah yang paling utuh, lengkap<br />

44 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

dan sempurna. Sehingga berani<br />

mengklaim superioritasnya sebagai<br />

khalifah tunggal diantara sekalian<br />

banyak manusia yang lain.<br />

Kesalahpahaman ini telah<br />

mengukir sejarah umat manusia<br />

dengan terjadinya pertumpahan darah<br />

memperebutkan kekuasaan. Kini,<br />

perebutan kekuasaan ini mengambil<br />

bentuk-bentuk baru sebagai seperti<br />

hegemoni, monopoli, kapitalisasi,<br />

liberalisasi, penjajahan, hingga kasus<br />

korupsi.<br />

Jika kita jujur dalam menilai diri<br />

sendiri dan lingkungan kita, maka<br />

tidak ada seorangpun di dunia ini<br />

yang benar-benar sempurna di semua<br />

sisi kehidupannya. Sudah menjadi<br />

sunnatullah bahwa ada yang kaya, ada<br />

yang miskin, ada yang kuat dan yang<br />

lemah, ada yang ahli dibidang teknik,<br />

ada yang ahli dibidang kesehatan,<br />

ada yang ahli dibidang perdagangan,<br />

pertanian dan sebagainya. Masingmasing<br />

memiliki kelebihan, dan juga<br />

kekurangan.<br />

Lalu bagaimana manusia dapat<br />

menjadi ”khalifah” dengan segala<br />

keterbatasannya? Allah memaksudkan<br />

manusia untuk menjadi khalifah di<br />

muka bumi ini secara kolektif, tidak<br />

sendiri-sendiri. Semua orang harus<br />

bekerja sama untuk mewujudkan<br />

kekhalifahan yang diperintahkan oleh<br />

Allah SWT. Dalam bahasa modern,<br />

kita menyebutnya dengan istilah<br />

manajemen.<br />

Secara teoritis, kita dapat<br />

membagi model manajemen ini<br />

menjadi khilafah besar dan khilafah<br />

kecil, atau super manajemen dan<br />

sub-sub manajemen. Dalam konteks<br />

organisasi kepemerintahan, khususnya<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, kita berada pada<br />

salah satu sub manajemen besar,<br />

disamping manajemen-manajemen<br />

lain yang secara bersama-sama<br />

membangun masyarakat dan negeri<br />

yang kita cintai ini.<br />

(Disarikan dari sambutan Kakanwil<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>,<br />

Drs. H. A. Rahman TB, Lt, pada<br />

pelantikan Kakankemenag Kabupaten<br />

<strong>Aceh</strong> Utara, Rabu 14 April <strong>2010</strong>). n


KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN ACEH BESAR<br />

Mengucapkan Selamat atas Pelantikan<br />

Drs. SALAHUDDIN<br />

Sebagai Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar<br />

oleh<br />

DR. BUKHARI DAUD, M.Ed, BUPATI ACEH BESAR<br />

Pada Hari Jumat, 16 April <strong>2010</strong>, di Kota Jantho<br />

Semoga selalu sukses dalam menjalankan tugas dan senantiasa mendapat<br />

Petunjuk & Perlindungan Allah Swt.<br />

&<br />

TERIMA KASIH KEPADA<br />

AZZAHRI, SH<br />

Yang telah menjalankan tugas dengan baik<br />

sebagai PYMT Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar<br />

KASUBBAG TU AZZAHRI, SH<br />

Kasi Mapenda Drs. Uzair Kasi Urais Drs. Tarmizi Kasi Penamas Drs. M. Zain<br />

Kasi Pekapontren Drs. Amiruddin Idris Kasi Peny. Haji & Umrah Drs. Adnan Puteh Kasi Zawa Nasruddin, S. Ag<br />

Pokjaluh Khalid Wardana Pokjawas Sabaruddin, S. Ag Forum KA KUA Drs. Suryadinata<br />

KEPALA KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN ACEH BARAT<br />

DAN SEGENAP JAJARANNYA<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses Atas Pelantikan<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara<br />

Drs. H. Zulkifli Idris<br />

Tanggal 14 April <strong>2010</strong><br />

Oleh Sekdakab <strong>Aceh</strong> Utara Ir. Syahbuddin Usman, M.Si<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kota Lhokseumawe<br />

Drs. H. M. Daud Hasbi, M.Ag<br />

Tanggal 14 April <strong>2010</strong><br />

Oleh An. Sekdakota Lhokseumawe Drs. H. Arifin Abdullah<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar<br />

Drs. Salahuddin<br />

Tanggal 16 April <strong>2010</strong><br />

Oleh Bupati <strong>Aceh</strong> Besar DR. H. Bukhari Daud, M.Ed<br />

Semoga Dalam Melaksanakan Tugas Selalu Mendapatkan Ridha dan Inayah Allah SWT.<br />

Kepala,<br />

dto<br />

Drs. H. M. Arief Idris, MA<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

45


Hati-hati, Penipuan Bermodus<br />

<strong>Santunan</strong> - Banda <strong>Aceh</strong>. <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> mengingatkan<br />

pengurus pondok pesantren<br />

atau dayah terhadap maraknya<br />

penipuan dengan modus bantuan.<br />

Kepala Sub Bagian Hukum, Humas dan<br />

KUB, Juniazi Sag, mengatakan bahwa<br />

modus penipuan tersebut dengan<br />

surat yang seakan-akan berasal<br />

dari Direktorat Jenderal Pendidikan<br />

Islam <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Pusat,<br />

perihal bantuan pendidikan ponpes,<br />

madrasah dan lembaga pendidikan<br />

keagamaan.<br />

Pengirim minta kepada lembaga<br />

penerima surat agar menghubungi<br />

Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> melalui nomor<br />

telepon pribadi, bukan alamat dinas.<br />

“Padahal nomor ini bukan nomor<br />

pribadi pejabat yang bersangkutan<br />

melainkan nomor si pelaku penipuan<br />

sendiri,” ujar Juniazi.<br />

Bantuan Dayah<br />

Nomor HP pelaku yang mengatasnamakan<br />

Kakanwil <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong>, Drs. H. A. Rahman<br />

TB, Lt. antara lain: 081388999155,<br />

081388960666, 081280941999.<br />

Untuk diketahui, surat tersebut<br />

tidak sesuai dengan tata cara<br />

persuratan yang berlaku di lingkungan<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Republik<br />

Indonesia. Meskipun ada kemiripan<br />

dalam penomoran surat akan tetapi<br />

model kop surat, cap dinas, penulisan<br />

nama dan NIP pejabat menyalahi<br />

aturan kedinasan yang selama ini<br />

berlaku di lingkungan Kemenag.<br />

“Kesalahan yang paling jelas adalah<br />

pada tanda tangan, meskipun<br />

nama pejabatnya sama, bentuk<br />

tandatangannya berbeda-beda,” ujarnya.<br />

Selain modus surat, ada pula<br />

madrasah dan TK/Raudhatul Atfal<br />

yang menerima telepon dari orang<br />

CITIVITAS AKADEMIKA<br />

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TEUNGKU DIRUNDENG MEULABOH<br />

Mengucapkan Selamat dan Sukses kepada<br />

Drs. H .M. Arief Idris, MA<br />

(Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Barat dan Dosen STAI Tgk. Dirundeng Meulaboh)<br />

Telah memperoleh gelar Magister <strong>Agama</strong> (MA)<br />

pada Program Pancasarjana IAIN Ar-Raniry Banda <strong>Aceh</strong><br />

dan<br />

Dr. Syamsuar Basyariah, M.Ag<br />

(Ketua STAI Tgk Dirundeng Meulaboh dan Pegawai Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Barat)<br />

Telah memperoleh gelar Doktor (S3)<br />

pada Program Pascasarjana IAIN Ar-Raniry Banda <strong>Aceh</strong><br />

Pembantu Ketua I Bidang Akademik<br />

ttd,<br />

Mukhsinuddin MS, S.Ag.<br />

46 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

yang mengatasnamakan pejabat<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Pusat atau<br />

<strong>Prov</strong>insi yang mengabarkan bahwa<br />

lembaga tersebut akan segera<br />

memperoleh bantuan, dan supaya<br />

perncairan bantuan tersebut dapat<br />

segera terwujud, pimpinan madrasah<br />

diminta untuk mentransfer sejumlah<br />

uang ke rekening yang ditunjuk.<br />

Terhadap hal ini, Kepala Kantor<br />

Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />

<strong>Aceh</strong> sangat mengapresiasi<br />

kehati-hatian pengelola ponpes dan<br />

madrasah yang segera mengkonfirmasi<br />

kebenaran surat atau telepon tersebut<br />

ke Kanwil Kemenag atau Kankemenag<br />

kabupaten/kota setempat sehingga<br />

tidak menjadi korban penipuan dan<br />

kesalahpahaman. Pimpinan ponpes<br />

dan lembaga pendidikan keagamaan<br />

yang lain apa bila mendapatkan<br />

surat serupa agar segera melapor ke<br />

Kankemenag setempat.(aba)


Diasuh oleh Muzakkir,S.Ag<br />

Mereka bersiap-siap =<br />

Mengulang =<br />

Yang diujikan =<br />

Berusaha =<br />

Kesungguhan =<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

Penting =<br />

Kemampuan =<br />

Materi-materi =<br />

Disampaikan =<br />

Meningkatkan =<br />

47


By. Erfiati Adam, MA, English Teacher at MAN Model B.<strong>Aceh</strong><br />

It is undoubtedly that;”Reading<br />

is the Window of the World”. In the<br />

daily life, reading is required in order<br />

to grasp information, knowledge,<br />

sciences and technology. Reading<br />

is also a means of improving our<br />

knowledge on the latest updates all<br />

over the world. Moreover, people<br />

can also increase their degree of<br />

intelligence by reading upon a variety<br />

of reports, journals, research findings<br />

and other types of publications.<br />

Reading a lot of books and other<br />

references help people get in<br />

touch with the rest of the worlds.<br />

Therefore, reading is a ‘key point’<br />

so as to meet the challenge of life<br />

nowadays.<br />

Nevertheless, many people<br />

have trouble with reading. They<br />

also have difficulty in passing<br />

tests that involve reading. When<br />

they read, they make the same<br />

mistakes over and over. Reading<br />

is a process of the brain where<br />

the eyes look at symbols on a<br />

page, and the mind sees the patterns<br />

of characters and understands the<br />

meaning in them. The good reading<br />

means building frameworks for<br />

connecting words to thoughts. It is<br />

not merely moving the eyes on letters<br />

by letters, words by words, sentences<br />

by sentences, but to grab the ideas<br />

within the reading. Hence, what the<br />

reader needs to have is the so –called<br />

reading comprehension ability.<br />

To improve the reading<br />

comprehension, there are several<br />

reading techniques to be taken in to<br />

account. Amongst several techniques,<br />

Speed Reading is a collection of<br />

reading method which trying to<br />

develop speeds of reading without<br />

exceedingly decreasing the knowledge<br />

within the reading. As one of the<br />

techniques in reading, it improves<br />

the reader’s reading comprehension.<br />

It can help the reader to read and<br />

Speed Reading Methods:<br />

Skimming and Scanning<br />

understand the written information<br />

much more quickly.<br />

There are different methods of<br />

the speed reading techniques for<br />

different situations. The choosing<br />

of the technique will depend on the<br />

purpose for reading. When someone<br />

is exploring or reviewing a document<br />

to get an outline of the issue, what he<br />

needs to do is to skim the document<br />

quickly and extract only the crucial<br />

events. But once the purpose is<br />

to search and understand the real<br />

detail of the information within the<br />

document, the appropriate method<br />

is by scanning for a specific word and<br />

reading it slowly enough to gain the<br />

full understanding on certain issue.<br />

The skimming is a process of<br />

speed reading that engages visually<br />

searching the sentences of a page<br />

for clues to meaning. It is applied to<br />

quickly identify the main idea of an<br />

article. The skimming is practiced<br />

when there are lots of materials<br />

to read within a limited amount<br />

of time. The reader will obtain the<br />

greatest time saving by skimming<br />

the documents. The technique of<br />

skimming can be applied by reading<br />

the first and the last paragraph<br />

using headings summarizes and<br />

other organizers as the eyes move<br />

down the page. Consider to read the<br />

48 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

titles, subtitles, subheadings, and<br />

illustrations. Take into account to read<br />

the first sentences of each paragraph.<br />

Skimming is very helpful to obtain<br />

dates, names, and places and to<br />

analyze charts, graph, and tables.<br />

The scanning is another speed<br />

reading technique which is commonly<br />

utilized to identify key words or ideas<br />

within a document. Scanning is also<br />

a method which is frequently used<br />

when someone is searching for<br />

a word in the telephone book,<br />

dictionary, or encyclopedia. In<br />

most scanning practices, the<br />

reader certainly has the idea in<br />

mind; what he intends to look for.<br />

Therefore, the reader pays full<br />

concentration on finding the certain<br />

ideas within the text. Alike the<br />

skimming method, scanning also<br />

involves a speed moving of eyes<br />

to look down the page or screen<br />

searching for particular words,<br />

phrases, or expressions. After<br />

scanning the whole document,<br />

the next step is to go back through<br />

it and skim it. Technically, the reader<br />

should consider seeking for the text<br />

organizers which is being used by<br />

the author. It requires attention to<br />

the bold faced words or sentences,<br />

different font sizes, styles, colors,<br />

italics or the using of numbers.<br />

Last but not least, speed reading<br />

techniques are considered very helpful<br />

for various backgrounds of readers<br />

with their different purposes. Much<br />

more information sharing obtained<br />

easily. Life is getting more and more<br />

fun and enjoyable by reading more<br />

books and references. Consequently,<br />

it facilitates the so called poor reader;<br />

who have trouble with reading,<br />

become the so-called skilled readers;<br />

those with the adequate reading<br />

ability. Well, Keep Reading!!!!! n


Dra. Hj. Mirati. AM<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten Simeulu<br />

Bersahaja, lugas, intelek dan<br />

penuh keibuan, begitulah<br />

kesan pertama berbincangbincang<br />

dengan Ibu Dra. H.<br />

Mirati, yang pada tanggal 4 Maret<br />

<strong>2010</strong> resmi menjadi Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kabuaten Simeulu.<br />

Mantan isteri wakil Bupati Simeulu almarhum<br />

Drs. H. Ibnu Abban Gt Ulma,<br />

menjadi perempuan pertama di <strong>Aceh</strong><br />

yang menjadi Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kabupaten. Sebuah<br />

prestasi membanggakan. Penuh<br />

percaya diri, visioner dan menyiratkan<br />

perasaan optimis itulah yang ditangkap<br />

Juniazi, Pemimpin Redaksi<br />

<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> saat wawancara<br />

dengan Ibu tiga orang anak putraputri<br />

ini, di sela-sela kegiatan Rapat<br />

Koordinasi Perencanaan Anggaran di<br />

Kota Sabang, tanggal 15 Maret lalu.<br />

Berikut petikannya:<br />

Bagaimana perasaan Ibu ketika<br />

mengetahui akan dilantik sebagai<br />

Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kabupaten Simelue?<br />

Awalnya, saya dapat informasi<br />

dari teman bahwa nama saya<br />

termasuk yang diusul ke Jakarta.<br />

Dan terakhir saya<br />

tahu, itu mengarah<br />

ke saya. Waktu itu<br />

saya berpikir,<br />

kalau bisa,<br />

j a n g a n<br />

saya. Itu<br />

y a n g<br />

“Buat Saya,<br />

Ini Tantangan”<br />

saya minta ke teman saya untuk disampaikan<br />

kepada Bapak Kakanwil. Tentunya,<br />

dengan berbagai pertimbangan.<br />

Salah satunya saya sudah sendiri, dan<br />

punya tanggung jawab sepenuhnya<br />

terhadap anak-anak. Saya katakan,<br />

insya Allah saya akan tetap membantu<br />

<strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> melalui Kasi<br />

Urais dan siap di depan apabila diajak<br />

sekalipun tidak diberi jabatan. Saya<br />

takut sekali dengan tanggung jawab.<br />

Saya tahu, tanggung jawab seorang<br />

p e m i m p i n<br />

sangatlah<br />

b e r a t .<br />

S e j a k<br />

a w a l<br />

s a y a<br />

m e -<br />

m a n g<br />

p e ke r j a<br />

k e r a s ,<br />

t a n p a<br />

p e r n a h<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

mengharapkan jabatan tinggi.<br />

Bapak Kakanwil sepertinya punya<br />

pertimbangan lain. Ibu akhirnya<br />

tetap dilantik jadi Kakankemenag<br />

Simelue. Komentar Ibu?<br />

Sebagai bawahan saya harus<br />

menghargai atasan. Saya sangat<br />

menghargai bapak Kakanwil. Itu yang<br />

membuat saya akhirnya luluh. Sambil<br />

berdoa kepada Allah jika memang ini<br />

kehendak Mu mohon ridha Mu, ya Allah.<br />

Jika tidak baik untuk saya, mohon<br />

petunjuk Mu. Itu yang saya sampaikan<br />

ke Allah.<br />

Apa yang pertama Ibu lakukan<br />

ketika Ibu tahu akan dilantik?<br />

Awalnya saya pikir, itu<br />

cuma isu. Karena belum ada<br />

pemberitahuan secara khusus<br />

kepada saya. Tapi begitu saya<br />

ditelepon Pak Julaidi (Kakankemenag<br />

Simeulu sebelumnya),<br />

beliau katakan<br />

surat pemberitahuan kepada<br />

Bupati tentangpelantikan<br />

saya<br />

s u d a h<br />

dikirim.<br />

B e l i a u<br />

menyu-<br />

49


uh saya mengecek kenapa surat itu<br />

belum direspon, padahal surat itu sudah<br />

dikirim 15 hari yang lalu. Ini yang<br />

membuat saya tertantang. Waktu itu<br />

saya dapat dukungan luar biasa dari<br />

berbagai pihak, baik di intern <strong>Kementerian</strong><br />

agama maupun dari Pemda termasuk<br />

ulama dan tokoh masyarakat.<br />

Soal saya mampu, tidak mampu itu<br />

belakangan.<br />

Bapak Kakanwil sangat respek<br />

dan menaruh harapan besar kepada<br />

Ibu untuk memimpin Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Simeulu. Bagaimana<br />

ini ceritanya?<br />

Hubungan saya dengan Bapak Kakanwil<br />

hanya sebatas pimpinan dan<br />

bawahan. Itu saja. Kedua, mungkin<br />

karena hubungan almarhum suami<br />

saya dengan Bapak Kakanwil. Juga<br />

mungkin laporan-laporan selama<br />

saya di Urais. Saya tahu kaderisasi<br />

di <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> di Simelue<br />

sangat kurang. Ada satu, dua orang<br />

tapi karena berbagai pertimbangan<br />

lain, jatuhlah pilihan Pak Kakanwil ke<br />

saya. Mungkin harapan beliau, kalau<br />

perempuan pimpin <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> lebih amanah.<br />

Ibu menjadi perempuan pertama<br />

di <strong>Aceh</strong>, boleh jadi di Indonesia<br />

yang memimpin Kantor <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong>. Dan ini menjadi suatu<br />

kebanggaan bagi Kakanwil juga bagi<br />

Kabupaten Simeulu. Tanggapan Ibu?<br />

Melihat respek Pak Kakanwil yang<br />

sangat besar, ini tantangan besar<br />

buat saya. Sampaisampai<br />

saya tidak<br />

bisa tidur. Saya takut<br />

tidak mampu melaksanakan<br />

amanah ini.<br />

Buat saya ini tantangan.Ngomongngomong,<br />

apa visi<br />

Ibu untuk memajukan<br />

<strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Simelue?<br />

Pertama, mungkin<br />

ya konsolidasi ke<br />

dalam. Saya lihat selama<br />

ini agak longgar,<br />

ini akan kita benahi. Juga soal k<strong>edisi</strong>plinan<br />

pegawai, yang tidak hanya pada<br />

kehadiran juga k<strong>edisi</strong>pilinan di bidang<br />

tugas masing-masing. Ke depan, saya<br />

juga harus memikirkan penambahan<br />

tenaga sumber daya manusia. Tanpa<br />

adanya SDM yang handal kita juga<br />

akan kewalahan. Kedua, koordinasi<br />

dengan Pemerintah Daerah harus<br />

jalan terus dengan baik dan insya Allah<br />

bisa kita tingkatkan lagi. Sudah<br />

pasti, yang tidak tahu harus bertanya<br />

ke mereka (Pemda-red).<br />

Menarik, ibu punya hubungan<br />

50 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

BIODATA<br />

baik dengan Pemerintah daerah dan<br />

ini merupakan aset kedepan. Komentar<br />

Ibu?<br />

Alhamdulillah. Dengan adanya<br />

hubungan baik dengan Pemda yang<br />

masih melekat didiri saya, membuat<br />

saya lebih lempang menjalin kerja<br />

sama dengan Pemda untuk kepentingan<br />

dan kebaikan <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> kedepan. Sebenarnya Pemda<br />

sejak dulu telah memberikan perhatian<br />

dan bantuan kepada kita, seperti<br />

bantuan sepeda motor untuk para<br />

kepala Madrasah dan KUA. Dan ini<br />

harus terus kita pelihara.<br />

Apa filosofinya, sehingga Ibu bisa<br />

sukses seperti sekarang ?<br />

Dulu saya punya tantangan pahit.<br />

Saya tidak diizinkan melanjutkan<br />

Sekolah setamat saya dari PGA, karena<br />

dijanjikan akan diangkat sebagai<br />

Pegawai Negeri. Pada saat itu saya<br />

coba mogok makan, dua hari saya<br />

tidak makan, akhirnya orang tua saya<br />

luluh juga dan akhirnya mengizinkan<br />

saya untuk kuliah di Banda <strong>Aceh</strong>. Tantangan<br />

ini membuat saya harus bisa<br />

menjadi orang yang berguna bagi semua<br />

orang, menjadi orang yang bisa<br />

membantu orang lain. n<br />

Dra. Hj. Mirati, AM<br />

Tempat dan tanggal lahir: Sinabang, 9 November 1959<br />

Pendidikan: S1 IAIN Ar-Raniry, Banda <strong>Aceh</strong> (1988).<br />

Pengalaman pekerjaan: Staf KUA Kecamatan Darussalam, <strong>Aceh</strong><br />

Besar (1991 - 2001), Staf Kasi URAIS Kandepag Simeulu (2002 -<br />

2004), Kasie URAIS Kandepag Simeulu (2005 – <strong>2010</strong>).<br />

Pengalaman organisasi: Ketua KOHATI Fakultas Syariah IAIN<br />

Ar-Raniry (1985), Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten<br />

Simeulu (2001 – <strong>2010</strong>), Wakil Ketua DEKRANAS Kabupaten<br />

Simeulu (2001 – <strong>2010</strong>), Ketua BKMT Kabupaten Simeulu (2001 –<br />

<strong>2010</strong>), Anggota MPU Kabupaten Simeulu (2003 – <strong>2010</strong>), Pengurus<br />

Baitul Maal Kabupaten Simeulu (2007 – <strong>2010</strong>), Pengurus Yayasan<br />

Universitas Simeulu (<strong>2010</strong>), Anggota Tim Muballighah Kabupaten<br />

Simeulu (<strong>2010</strong>).<br />

Anak-anak: Ridha Al-Fayumi, STTP, PNS (22), Riadhi Zulfahmi,<br />

Mahasiswa (20), dan Raihan Amalia, Pelajar (17).


LIFE STYLE<br />

Hidup Sehat Ala Rasulullah<br />

Para pakar kesehatan menyatakan bahwa udara sepertiga<br />

malam terakhir sangat kaya dengan oksigen dan<br />

belum terkotori oleh zat-zat lain, sehingga sangat bermanfaat<br />

untuk optimalisasi metabolisme tubuh. Hal ini<br />

jelas sangat besar pengaruhnya terhadap vitalitas seseorang<br />

dalam aktivitasnya selama seharian penuh.<br />

Contohlah Rasulullah, yang setiap subuh selalu<br />

mendapat asupan udara segar. Beliau bangun sebelum<br />

subuh dan melaksanakan qiyamul lail. Biasanya orang<br />

yang memulai kehidupan di pagi hari dengan bangun<br />

subuh, akan menjalani hari dengan penuh semangat dan<br />

optimisme. Berbeda dengan orang yang tidak bangun di<br />

subuh hari, biasanya lebih mudah terserang rasa malas<br />

untuk beraktivitas.<br />

Untuk menjaga kesehatan mulut dan giginya pada<br />

pagi hari, Rasulullah SAW biasa memakai siwak. Siwak<br />

mengandung flour yang sangat bermanfaat dalam menjaga<br />

kesehatan gigi dan gusi. Mulut dan gigi merupakan<br />

organ tubuh yang sangat berperan dalam konsumsi makanan.<br />

Apabila mulut dan gigi sakit, maka biasanya proses<br />

konsumsi makanan menjadi terganggu.<br />

Rasulullah saw membuka menu sarapannya dengan<br />

air dingin yang dicampur dengan madu. Dalam Al Qur’an,<br />

madu merupakan syifaa (obat) yang diungkapkan dengan<br />

isim nakiroh, menunjukkan arti umum dan menyeluruh.<br />

Pada dasarnya madu bisa menjadi obat atas berbagai penyakit.<br />

Madu berfungsi untuk membersihkan lambung,<br />

mengaktifkan usus-usus, dan menyembuhkan sembelit,<br />

wasir, luka bakar, dan peradangan.<br />

Tujuh butir kurma ajwa (matang) menjadi kebiasaan<br />

Rasulullah saw menjelang siang. Beliau pernah bersab-<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

da, “Barang siapa yang makan tujuh butir kurma,maka<br />

akan terlindungi dari racun.” Hal ini terbukti ketika seorang<br />

wanita Yahudi menaruh racun dalam makanan Rasulullah<br />

pada sebuah percobaan pembunuhan di perang<br />

Khaibar, racun yang tertelan oleh beliau kemudian bisa<br />

dinetralisir oleh zat-zat yang terkandung dalam kurma.<br />

Sementara itu Bisyir ibu al Barra’, salah seorang sahabat<br />

yang ikut makan racun tersebut akhirnya meninggal,<br />

tetapi Rasulullah saw selamat dari racun tersebut. Rahasianya<br />

adalah tujuh butir kurma yang biasa dikonsumsi<br />

Rasulullah SAW.<br />

Menjelang sore hari, menu Rasulullah biasanya adalah<br />

cuka dan minyak zaitun. Tentu saja tidak hanya cuka<br />

dan minyak zaitun, tetapi dikonsumsi dengan makanan<br />

pokok seperti roti. Manfaatnya banyak sekali, diantara<br />

mencegah lemah tulang, kepikunan, melancarkan<br />

sembelit, menghancurkan kolesterol, dan melancarkan<br />

pencernaan.<br />

Di malam hari, menu utama makan malam Rasulullah<br />

adalah sayur- sayuran. Secara umum, sayuran memiliki<br />

kandungan zat dan fungsi yang sama, yaitu menguatkan<br />

daya tahan tubuh dan melindunginya dari serangan penyakit.<br />

Setelah makan malam Rasulullah tidak langsung tidur.<br />

Beliau beraktivitas terlebih dahulu supaya makanan<br />

yang dikonsumsi masuk lambung dengan cepat dan mudah<br />

dicerna. Caranya bisa juga dengan shalat. Rasulullah<br />

saw bersabda: “Cairkan makanan kalian dengan berdzikir<br />

kepada Allah dan shalat, serta janganlah kalian langsung<br />

tidur setelah makan, karena dapat membuat hati kalian<br />

menjadi keras.” (mul/dtc)<br />

51


LIFE STYLE<br />

Tempat Wisata Paling Misterius di Dunia<br />

Dunia kita penuh dengan misteri, mari kita bertualang<br />

dari satu tempat ke tempat misterius lainnya,<br />

siapa tahu anda mampu memecahkan misteri<br />

tersebut.<br />

1. Pulau Paskah atau skidwort island<br />

Pulau ini berada di antara Tahiti dan Chili, dan meraih popularitas<br />

internasional karena patung kolosal yang luar biasa<br />

berbentuk wajah manusia. Tiap patung tingginya adalah<br />

14 kaki (sekitar 4 meter), berat sekitar<br />

14 dan terbuat dari batu vulkanis, dan<br />

merupakan hasil karya dari masyarakat<br />

Rapa Nui. Sampai sekarang belum diketahui<br />

bagaimanakah patung ini dibuat<br />

dengan teknologi primitif yang dimiliki<br />

masyarakat tersebut.<br />

2. Piramid Mesir<br />

Negara ini memiliki lebih dari 80 piramida<br />

yang tersebar di sepanjang sungai<br />

Nil. Masing2 tingginya mendekati 100<br />

meter, dan terbuat dari batu raksasa<br />

dengan berat masing-masing mencapai 100 ton. Semua piramida<br />

dibangun hanya dengan menumpuk satu batu diatas<br />

batu lainnya. Tidak ditemukan lem, paku, atau perekat<br />

apapun digunakan dalam pembuatan piramid. Semua batu<br />

entah bagaimana saling pas, sehingga sangat susah ditemukan<br />

adanya retakan atau celah. Permasalahan mengenai<br />

teknik pembangunan yang digunakan juga belum terjawab<br />

sampai saat ini.<br />

3. Bermuda.<br />

Di Atlantik Barat laut, terletak<br />

Segitiga Bermuda.<br />

Dalam segitiga ini terdapat<br />

7 pulau besar dan 150 pulau<br />

kecil yang sebenarnya<br />

adalah gugusan karang. Segitiga<br />

ini juga disebut sebagai<br />

segitiga setan, semua<br />

alat teknologi tinggi dan semua alat navigasi tidak bekerja<br />

dengan benar di tempat tersebut. Tidak ada yang tahu<br />

mengapa dan bagaimana mencegah hal ini. Jadi, jika anda<br />

memang berani, siapa tahu anda menjadi yang pertama<br />

memecahkan misteri ini.<br />

4. Antartika.<br />

Antartika adalah tempat yang sangat tidak ramah untuk<br />

dihuni. Begitu banyak perubahan dan fenomena yang<br />

sampai sekarang menjadi rahasia besar buat sebagian<br />

besar dari kita. Antartika juga memiliki banyak misteri,<br />

dari 14 juta kilometer benua tertutup salju dan es dengan<br />

ketebalan antara 2000 sampai 4800 meter, ada juga pulau<br />

yang kering total, dan disebut “Lembah kering tanpa<br />

salju”.<br />

5. Xinjian.<br />

Di kota ini, ada daerah terbengkalai yang disebut “Mo-<br />

52 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

guicheng” atau kota iblis. Beberapa kastil di Moguicheng<br />

menimbulkan suara aneh yang tidak jelas darimana asalanya.<br />

Jika anda mendekati kota iblis ini di hari panas dengan<br />

angin sepoi-sepoi, anda akan mendengarkan ritme manis,<br />

seperti 10 juta bel kecil atau 10 juta gitar bermain bersama<br />

dengan indahya. Tapi jika angin kencang mendekat,<br />

maka suara yang timbul akan bagaikan raungan singa, tangis<br />

bayi atau lolongan serigala.<br />

6. Stonehenge.<br />

Stonehenge adalah susunan batu misterius<br />

di daerah pinggiran Inggris. Tidak<br />

ada yang tahu tujuan dibangunnya apa,<br />

apakah istana, atau tempat pemujaan,<br />

atau kuil atau mungkin tanda adanya<br />

UFO? Coba anda kunjungi, siapa tahu<br />

anda bisa memecahkan misterinya.<br />

7. Air Terjun Niagara.<br />

Air Terjun ini terkenal sebagai tujuan<br />

turis. Keajaiban alam ini terletak di<br />

perbatasan Kanada dan Amerika. Air<br />

terjun ini meliputi daerah seluas 250.000 mil persegi dan<br />

aliran airnya dapat mencapai 250.000 kaki kubik perjam.<br />

8. Geyser.<br />

Geyser adalah aliran air hangat yang menyembur ke permukaan<br />

tanah. Geyser selalu tampak menarik dan misterius.<br />

Salah satu tempat di Reykjavik, ibukota Islandia, terkenal<br />

dengan geysernya yang<br />

mencapai diameter 20 meter<br />

dan ketika hujan, anda<br />

bisa menemukan pemandangan<br />

yang mengerikan:<br />

aliran air yang menyembur<br />

luar biasa sehingga mencapai<br />

ketinggian 70 meter. Jika<br />

anda mengunjungi Cina,<br />

dan menunggu di sekitaran<br />

Geyser di sungai Yangbo, Tibet.<br />

Geyser yang ada dapat<br />

menyembur dengan suara<br />

yang mengejutkan setiap<br />

beberapa menit sekali. Diameter<br />

semburan air panas<br />

ini mencapai 2 meter<br />

dan ketinggian semburannya dapat mencapai 20 meter.<br />

9. Pulau Arran dan Orkney.<br />

Dua pulau di Skotlandia ini adalah harta rahasia sejarah<br />

terpenting. Dua pulau ini terletak di lautan Skotlandia yang<br />

dingin, kedua pulau ini menarik turis dengan sejumlah<br />

kastil, reruntuhan, lingkaran-lingkaran batu dan kuil-kuil<br />

kuno. Jika anda suka dengan periode abad pertengahan.<br />

Kedua pulau ini wajib ada dalam daftar kunjungan anda.<br />

(mul/kapanlagi)


TTS<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

TTS 004 <strong>2010</strong><br />

Mendatar:<br />

1. Pondok Pesantren, 5.Ilmuwan muslim yang karyanya menjadi rujukan ilmu kedokteran dunia berabad-abad lamanya<br />

(namanya di kalangan bangsa barat), 6.Musabaqah Menulis kandungan Al-Qur’an, 9.Penulis kitab Busatnussalatin,<br />

11.istilah agama Qath’iy, 13.Kejadian, 16.Penulis buku HABIS GELAP TERBITLAH TERANG, 17.Kitab tafsir yang membahas<br />

ayat-ayat al-Qur’an dari sudut pandang ilmu alam, 19.Salah satu binatang amphibi, 20.Riwayat hidup seseorang yang<br />

ditulis oleh orang lain, 21.Lawan dari sifat IRADAHnya Allah, 22.Salah satu saat haramnya shalat, 23.Istilah agama<br />

dikenal dengan qana’ah<br />

Menurun:<br />

2.Toleransi (Arabic), 3.Rujukan, 4.gerakan persamaan hak antara pria dan wanita, 7.Pendidikan (English), 8.Kitab<br />

turats = Kitab...., 9.Senyawa organik yang bergugus –OH, 10.istilah untuk hasil ibadah haji yang didambakan, 12.Serba<br />

salah, 14.Ilmu yang mempelajari tentang perubahan zat yang tidak menimbulkan zat yang baru, 15.penutup suatu<br />

pembahasan, 17.Gelar yang disandangkan kepada Umar Bin Khaththab, 18.Hari pendidikan nasional<br />

Jawab TTS 002 <strong>2010</strong><br />

Mendatar:<br />

2.ANTARA, 5.POWEL, 6.MAZMUMAH, 9.MUKTAZILAH, 11.SAKARIN, 14. PRAMUKA, 15.PELE, 17.SANAD, 18.TSUNAMI,<br />

20.ARRANIRY, 21.FOTOSFER, 22.JABARIYAH, 24.KONDUKSI, 25.ALQITAL<br />

26. HISTOLOGI, 27.BANYUL,<br />

Menurun:<br />

1.WAKAF, 3.DONASI, 4.SAMARINDA, 7.MUGHAYATSYAH, 8.KPU, 10.GAYA, 12.ABEE, 13.OPDA, 16.ETIOLASI, 19.RAIHAN,<br />

23.AKMIL, 25.ADA<br />

53


Makna Perencanaan<br />

Catatan Kecil Dari Rakor Perencanaan di Sabang<br />

Oleh Saifuddin, SE<br />

Dalam kehidupan seharihari,<br />

istilah rencana sudah<br />

menjadi hal yang jamak,<br />

karena sejak zaman prasejarah sampai<br />

saat ini, dimanapun, kapanpun dan<br />

siapapun tetap memiliki rencana<br />

kehidupan masing-masing yang<br />

disebut dengan cita-cita. Dalam<br />

konteks ini, secara sederhana kdapat<br />

disimpulkan bahwa organisasi sekecil<br />

apapun membutuhkan perencanaan<br />

untuk memastikan arah dan tujuan<br />

dari suatu organisasi.<br />

Seumpama rumah tangga perlu<br />

merencanakan pendidikan anakanaknya,<br />

kebutuhan sandang, pangan<br />

dan kesejahteraan hari tua. Pedagang<br />

perlu merencanakan peluang usaha<br />

perdagangannya. Madrasah perlu<br />

merencanakan jadwal belajar, anggaran<br />

operasional, dan sebagainya. Dengan<br />

demikian perencanaan merupakan hal<br />

yang mutlak dan sangat menentukan<br />

dalam menuntun sebuah organisani<br />

ke tingkat yang lebih baik.<br />

Secara teoretik, perencanaan<br />

dalam arti luas bisa didefinisikan<br />

sebagai upaya manusia meminimalkan<br />

ketidakpastian, dengan memfungsikan<br />

kemampuan foresight, yaitu<br />

kemampuan melihat jauh ke depan.<br />

Sedangkan perencanaan dalam arti<br />

sempit adalah derivasi dari foresight<br />

yaitu mengukur (measuring).<br />

Persoalannya sekarang adalah<br />

tidak semua hal berbentuk materi<br />

yang mudah diukur, contoh paling<br />

sederhana adalah apabila kita ditanya<br />

tentang bahagia, barangkali kita akan<br />

lebih sulit mengukur dibandingkan<br />

dengan mendefinisikan sejahtera.<br />

Nah disinilah tugas seorang perencana<br />

untuk melihat jauh ke depan dan<br />

mendefinisikan sesuatu yang<br />

tersembunyi menjadi terukur sehingga<br />

menjadi lebih nyata.<br />

Tujuan Perencanaan<br />

Tujuan perencanaan adalah untuk<br />

memperkecil peluang munculnya<br />

ketidakpastian. Ada tiga elemen utama<br />

ketidakpastian dalam merencanakan<br />

sesuatu, yaitu ketidakpastian<br />

waktu; ketidakpastian ruang; dan<br />

ketidakpastian materi. Sebagai contoh<br />

adalah pelaksanaan ujian di madrasah,<br />

semakin kita dapat menjamin bahwa<br />

ujian tersebut dapat dilaksanakan<br />

sesuai dengan waktu yang telah<br />

direncanakan, maka semakin kecil<br />

pula peluang ketidakpastian, begitu<br />

juga dengan tempat pelaksanaan<br />

ujuian, dan materi materi yang akan<br />

diujiankan.<br />

Contoh lain, rencana pembangunan<br />

gedung. Perencanaannya meliputi<br />

waktu pelaksanaan, bentuk serta<br />

spesifikasi, dan tempat pelaksanaan.<br />

Dengan adanya rencana ini, maka<br />

ketidakpastian waktu, bentuk dan<br />

spesifikasi serta lokasi pelaksanaan<br />

Pembangunan gedung bisa<br />

diminimalisir, dan bila ketiga elemen<br />

tersebut telah di penuhi sesuai<br />

dengan yang direncanakan, artinya<br />

ketidakpastian tersebut telah gugur,<br />

karena hasilnya telah dapat diukur<br />

secara nyata dan dapat dirasakan<br />

secara idrawi, yaitu berdirinya gedung<br />

di tempat yang telah ditentukan.<br />

Jadi, semakin kecil kemungkinan<br />

ketidakpastian dalam pelaksanaan<br />

suatu kegiatan, menunjukkan<br />

kualitas perencanaan yang semakin<br />

sempurna.<br />

Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, sebagai salah<br />

satu organisasi yang berskala besar juga<br />

tidak terlepas dari proses perencanaan<br />

sebagaimana dimaksud di atas. Dalam<br />

hal ini, perencanaan di lingkungan<br />

Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> bukanlah semata-mata<br />

menjadi ’milik’ Subbag Perencanaan<br />

saja, tetapi juga membutuhkan<br />

partisipasi dari seluruh ’anggota<br />

organisasi’ yang ada di lingkungan<br />

Kantor wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>. Jadi, seluruh unsur<br />

yang terlibat dapat merencanakan<br />

sesuatu untuk dapat memperkecil<br />

ketidakpastian dalam pencapaian<br />

tujuan organisasi.<br />

Tanggungjawab Perencanaan<br />

Beberapa waktu yang lalu<br />

Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

melaksanakan kegiatan Rapat<br />

Koordinasi Penyusunan Rencana Kerja<br />

Satuan Kerja di Kota Sabang, dengan<br />

melibat semua unit di <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> se <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>. Dalam<br />

54 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

kegiatan tersebut dapat dilihat cara<br />

kasat mata bahwa perencanaan adalah<br />

tanggungjawab dari seluruh elemen<br />

organisasi yang secra aktif terlibat<br />

dalam proses perencanaan.<br />

Ada yang menganggap bahwa<br />

perencanaan adalah tanggung<br />

jawab Subbag Perencanaan saja,<br />

sehingga muncul image negatif yang<br />

berakibat pada minimnya partisipasi<br />

dan tanggung jawab satuan-satuan<br />

kerja dalam merencanakan programprogram<br />

kegiatannya. Padahal<br />

perencanaan merupakan ’milik’<br />

semua elemen organisasi dan Subbag<br />

Perencanaan hanyalah media untuk<br />

menyalurkan rencana-rencana<br />

tersebut.<br />

Pada Rakor di Kota Sabang kita<br />

telah berupaya menghilangkan<br />

image tersebut dengan tidak<br />

menempatkan pimpinan unit Subbag<br />

Perencanaan sebagai ketua panitia<br />

pelaksana kegiatan, tetapi kita tetap<br />

menempatkan pimpinan unit Subbag<br />

Perencanaan di posisi ketua tim<br />

pengarah sebagai penaggungjawab<br />

penyaluran rencana sesuai dengan<br />

struktur organisasi <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong>, itu artinya<br />

kita mengharapkan semua unit<br />

kesekretariatan Kementrian <strong>Agama</strong><br />

<strong>Prov</strong>insi <strong>Aceh</strong> merasa memiliki<br />

perencanaan, dengan demikian<br />

mudah-mudahan kita dapat mendekati<br />

kesempurnaan perencanaan sesuai<br />

yang kita harapkan. Semoga!<br />

Penulis, Kasubbag Perencanaan dan<br />

Informasi Keagamaan (Caninfoka),<br />

Kanwil <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />

<strong>Aceh</strong>


Musim penghujan yang<br />

b e r k e p a n j a n g a n<br />

mengakibatkan genangan<br />

air dimana-mana. Namun, ada yang perlu<br />

diwaspadai bagi kaum ibu, yaitu tempattempat<br />

yang memungkinkan bagi nyamuk<br />

untuk bersarang dan bekembang biak.<br />

’Nyamuk bertelur dan berkembang biak<br />

di tempat penampungan air, seperti:<br />

bak mandi, WC, tempayan, drum air, bak<br />

menara (tower air) yang tidak tertutup,<br />

dan sumur gali.<br />

Kewaspadaan kita merupakan modal<br />

utama mengatasi timbulnya gejala demam<br />

berdarah.<br />

Upaya pencegahan berkembangnya<br />

nyamuk aedes aegypti dapat dilakukan<br />

dengan mengembangkan pola 3M sesuai<br />

dengan anjuran pemerintah yaitu :<br />

1.Menguras bak air dua kali seminggu;<br />

2.Menutup tempat penampungan air<br />

3.Menimbun dan atau menjual<br />

barang-barang bekas yang sifatnya dapat<br />

menampung air.<br />

Gejala Demam Berdarah<br />

Penyakit Demam Berdarah atau Dengue<br />

Hemorrhagic Fever (DHF), ialah penyakit<br />

yang disebabkan oleh virus dengue yang<br />

ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes<br />

aegypti dan aedes albopictus. Gejala<br />

penyakit ini ditandai dengan munculnya :<br />

1.Demam secara tiba-tiba 2-7 hari,<br />

disertai sakit kepala berat;<br />

2.Sakit pada sendi dan otot (myalgia<br />

dan arthralgia);<br />

3.Ruam-ruam demam berdarah<br />

mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial<br />

dan biasanya mucul dulu pada bagian<br />

bawah badan - pada beberapa pasien, ia<br />

menyebar hingga menyelimuti hampir<br />

seluruh tubuh.<br />

4.Pendarahan pada hidung dan gusi.<br />

5.Selain itu, radang perut bisa juga<br />

muncul dengan kombinasi sakit di perut,<br />

Kiat Menghadapi DBD<br />

Oleh Faridah Andriani<br />

rasa mual, muntah-muntah atau diare.<br />

Apa yang Harus Dilakukan Jika Demam<br />

Berdarah Menyerang?<br />

Jangan panik jika buah hati kita<br />

terindikasi diserang demam berdarah.<br />

Pertolongan pertama yang bisa dilakukan<br />

adalah memberi minum sebanyakbanyaknya<br />

dengan air yang sudah<br />

dimasak, seperti air susu, teh, air bening,<br />

oralit atau air minum lainnya. Sementara<br />

itu, penderita dapat dikompres dengan<br />

air dingin atau es dan diberi obat penurun<br />

panas seperti parasetamol. Selanjutnya<br />

harus segera dibawa ke dokter.<br />

Selain pengobatan dari dunia<br />

kedokteran pengobatan dengan<br />

menggunakan Cara tradisional juga bisa<br />

dilakukan sebagai salah satu pertolongan<br />

terhadap penderita DBD diantaranya:<br />

1.Mengatasi gangguan pada trombosit<br />

atau penurunan pada butiran darah merah<br />

yang mengakibatkan terjadinya pendarahan<br />

dapat diatasi dengan mengkomsumsi lebih<br />

kurang 30 gram sambiloto segar + 30 gram<br />

daun dewa segar direbus dengan 600 cc air<br />

hingga tersisa 300 cc, airnya disaring dan<br />

diminum.<br />

2.Bagi mereka yang terserang DBD<br />

akan mengalami penurunan daya tahan<br />

tubuh. Untuk mengembalikan daya tahan<br />

tubuh secara cepat dan efektif dapat<br />

memanfaatkan 30 gram umbi daun dewa<br />

(thien chi) dijadikan bubuk, ambil 10 gram<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

bubuk tersebut dan seduh dengan 200 cc<br />

air mendidih, diminum hangat-hangat.<br />

lakukan sehari 3 kali. 30 gram daun<br />

dewa segar direbus dengan 400 cc air<br />

hingga tersisa 200 cc, airnya disaring, lalu<br />

diminum.<br />

3.Penderita DBD yang disertai<br />

pendarahan, dapat menggunakan 200<br />

gram akar teratai segar dijus, diminum atau<br />

dibuat masakan sop atau sesuai selera. 60<br />

gram akar alang-alang segar + 10 butir<br />

angco direbus dengan 500 cc air hingga<br />

tersisa 200 ee, airnya disaring, diminum,<br />

angconya dimakan.<br />

4. Untuk menambah nafsu makan bagi<br />

penderita DBD dapat menggunakan: 1- 3<br />

buah kiam boi /sun boi diseduh dengan<br />

200 cc air + madu secukupnya, diminum.<br />

15 gram asam jawa segar + 15 gram kencur<br />

segar + gula jawa secukupnya direbus<br />

dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc,<br />

airnya disaring, diminum. Proses merebus<br />

disarankan untuk menggunakan panci<br />

enamel atau periuk tanah.<br />

Selamat mencoba, semoga Demam<br />

Berdarah tidak dapat kita cegah dan<br />

kehidupan kita selalu ceria. Tak ada<br />

malapetaka yang mengintai. Dan tidak ada<br />

malapetaka yang merengut senyum buah<br />

hati kita. Wallahu a’lam!<br />

(Penulis adalah Karyawati Kanwil<br />

Kemenag <strong>Aceh</strong>)<br />

55


Profesor dan Pendayung Sampan<br />

Oleh Aswaranas S,Pd.I<br />

Suatu hari seorang Profesor menyewa<br />

sebuah sampan untuk<br />

membuat penelitian di tengah<br />

lautan.Pendayung itu merupakan lelaki<br />

tua yang sangat pendiam. Profesor<br />

sengaja mengupah lelaki tua itu<br />

kerana dia tidak mau orang yang menemaninya<br />

banyak bertanya tentang<br />

apa yang dia lakukan.<br />

Dengan tekun Profesor itu melakukan<br />

tugasnya tanpa menghiraukan<br />

pendayung sampan. Dia mengambil<br />

air laut dan diisi kedalam tabung uji,<br />

digoncang-goncang, kemudian mencatat<br />

sesuatu di dalam buku catatan<br />

dibawanya. Berjam-jam lamanya Profesor<br />

itu melakukan uji coba dengan<br />

tekun sekali. Pendayung sampan mendongak<br />

ke langit, memandang pada<br />

awan yang mulai berarak kelabu. Dalam<br />

hati dia berkata “Hmm..tak lama<br />

lagi hujan lebat akan turun..”<br />

“OK semua sudah siap mari kita<br />

balik.” Lantas pendayung itu memutar<br />

sampannya dan mulai mendayung<br />

ke arah pantai. Dalam perjalanan<br />

itu baru Profesor itu membuka mulut<br />

menegur pendayung sampan.<br />

“Dah lama kamu mendayung sampan?”<br />

Tanya Profesor kepada pendayung<br />

sampan. “Hmm..hampir seumur<br />

hidupku,” jawab si pendayung ringkas.<br />

“Seumur hidup kamu? Jadi kamu<br />

tidak tahu apa-apa selain mendayung<br />

sampan?” tanya Profesor itu lagi.<br />

“Ya..”jawab pendayung sampan dengan<br />

ringkas.<br />

Profesor belum berpuas hati dengan<br />

jawaban pendayung tua itu. “Kamu tahu<br />

Geografi?” Si pendayung menggeleng.<br />

“Kalau begitu kamu hilang<br />

25 % dari usia hidup kamu.”<br />

“Kamu tahu Biologi?” tanya Profesor itu lagi.<br />

Pendayung sampan itu menggeleng lagi.<br />

“Kasihan kamu telah kehilangan 50% dari<br />

usia kamu.”<br />

“Kamu tahu Fisika?” Profesor itu<br />

masih bertanya. Seperti tadi pendayung<br />

sampan itu hanya menggeleng.<br />

“Sungguh kasihan kalau begitu kamu<br />

telah kehilangan 75% usia kamu.Malang<br />

sungguh nasib kamu semuanya<br />

Penggali Pasir di Kali<br />

Butir demi butir<br />

Kau menggali pasir itu<br />

Agar dapat bertahan hidup<br />

Bagaimana jika aku sepertimu<br />

Bagaimana kau menafkahi keluargamu<br />

Gajimu tak seimbang dengan hasil jerih payahmu<br />

Aku tau hidupmu serba tak kecukupan<br />

Aku mesti bersyukur pada Tuhan<br />

Yang telah dilimpahkan rahmat-Nya dan rezeki padaku<br />

Wahai penggali Pasir<br />

Jika aku disampingmu<br />

aku akan senantiasa membantumu<br />

Karya: Ahmed Siddiq hawari<br />

Siswa Kelas VII A MTsN Glumpang Minyeuk Kab Pidie<br />

56 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

tidak tahu. Seluruh hidup kamu hanya<br />

dihabiskan dengan sampan,tak ada<br />

gunanya lagi,”<br />

Profesor itu mengejek dan berkata<br />

dengan angkuh setelah merasakan dirinya<br />

yang terhebat. Pendayung sampan<br />

hanya mendiamkan diri.<br />

Selang beberapa menit kemudian<br />

hujan turun dengan lebat, tiba-tiba<br />

ombak besar datang melanda. Sampan<br />

yang mereka naiki terbalik. Profesor<br />

dan pendayung sampan terpelanting.<br />

Sempat pula pendayung itu bertanya,<br />

“Kamu tahu berenang?” Profesor hanya<br />

menggeleng.<br />

“Sayang sekali kamu telah kehilangan<br />

100% nyawa kamu.” Kata pendayung<br />

itu sambil berenang ke pantai meninggalkan<br />

Profesor yang angkuh tadi.<br />

Penulis adalah Security <strong>Kementerian</strong><br />

<strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Tamiang<br />

Terjang<br />

Ledakkan hati ini<br />

Biar kau puas<br />

Hinakan aku dalam nafsumu<br />

Biar aku merana<br />

Karena keangkuhanmu<br />

Mengapa kau hanya menatap<br />

Tidakkah kau mampu menerjang<br />

Memburuku dengan segala hakmu<br />

Apakah kau takut?<br />

Aku hanya Satu<br />

Dengan beribu manusia yang bebal akan<br />

dirimu<br />

Terjang aku<br />

Bila perlu hanguskan sekalian<br />

Bukankah aku bencana bagimu<br />

Asal kau tahu<br />

Kedigdayaanmu tak gentar bagiku<br />

Untuk terus menantangmu<br />

Biarpun aku merona dalam merana.<br />

Karya: Teuku Asri Mahdi<br />

Siswa III IPA 1, MAS Jeumala Amal,<br />

Lueng Putu, Pidie Jaya


MASJID RAYA BAITURRAHMAN<br />

Interior Masjid Raya Baiturrahman sekarang setelah dilakukan<br />

renovasi pada tahun 1992. Pandangan dari dalam ke arah teras<br />

depan masjid.<br />

Masjid Raya Baiturrahman th. 1900 M. Sebagai pengganti<br />

masjid yang telah dibakar, Pemerintah Kolonial Belanda<br />

membangun masjid baru untuk mengambil hati rakyat<br />

<strong>Aceh</strong>. Mulai dibangun pada hari Kamis, 9 Oktober 1879,<br />

selesai tahun 1881 dan diserahterimakan pada hari Selasa,<br />

27 Desember 1881.<br />

Pohon Keutapang di halaman Masjid Raya<br />

Baiturrahman, di sini Jendral JHR Kohler tewas oleh<br />

mujahid <strong>Aceh</strong>. Dendam akibat terbunuhnya Kohler lah<br />

yang memicu tersulutnya api membakar Masjid Raya.<br />

Setelah masjid yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda<br />

tahun 1614 M terbakar sekitar tahun 1677 M, saat terjadi<br />

pergolakan kaum wujudiyyah, Sultanah Nurul ‘Alam<br />

Nakiatuddin Syah membangun kembali Masjid Raya<br />

Baiturrahman dengan arsitektur seperti terlihat dalam<br />

gambar. Masjid ini lah yang dibakar Belanda dalam agresi<br />

kedua tangggal 6 Januari 1874<br />

Masjid Raya Baiturrahman sekarang. Tampak pandangan<br />

dari atas tugu modal (menara di halaman masjid). Lokasi<br />

ini dulunya merupakan bagian dari bagian “Dalam”,<br />

istana Kerajaan Islam <strong>Aceh</strong> Darussalam.<br />

<strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

57


Kakanwil bersama Bupati <strong>Aceh</strong> Jaya, Ir. Azhar (tiga dari kiri) dalam<br />

rangka peresmian penegeraian MTsN Panga Kabupaten Pidie<br />

Kakanwil bersama Bupati <strong>Aceh</strong> Besar, Dr. Bukhari Daud dan<br />

Rombongan Kwarda Pramuka <strong>Aceh</strong>, ketika melakukan survey<br />

lokasi jambore di Jantho.<br />

Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> RI,<br />

H. Slamet Rianto, dan Sekretaris Dirjen, H. Ghafur Jawahir, saat<br />

kunjungan kerja di <strong>Aceh</strong> (19/04).<br />

58 <strong>Santunan</strong> MEI <strong>2010</strong><br />

Drs. Salahuddin, Kepala <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten <strong>Aceh</strong> Besar, saat<br />

diambil sumpahnya oleh Bupati <strong>Aceh</strong> Besar Dr. Bukhari Daud, M.Ed.<br />

Kakanwil saat Peresmian Penegerian MIN Tanjong Tualang<br />

Kecamatan Peureulak Barat Kabupaten <strong>Aceh</strong> Timur<br />

Pelaksanaan Rakor dan Renja Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong><br />

Kabupaten <strong>Aceh</strong> Utara tahun 2011


Buku Penunjang Pembelajaran Bahasa Indonesia Untuk MI / SD, Pertama dan Satu-satunya<br />

“TERAMPIL MENULIS; Satu Untuk Semua “. Cetakan ke-1 Januari <strong>2010</strong>, oleh Azhari Zakaria,<br />

Penerbit Azkia. Sebuah buku sederhana yang terlahir dari keprihatinan seorang guru dalam<br />

melihat perkembangan anak didiknya yang kesulitan dalam menulis.<br />

Siapa Saja Bisa Menggunakan Buku ini. Dengan Menggunakan Buku ini diharapkan:<br />

-<br />

-<br />

-<br />

PT. AS-SALAM MULYA AL-HAROMAIN CABANG BANDA ACEH<br />

Penyelenggara Haji Khusus dan Umrah<br />

Jalan Tgk. H. Daud Beureueh, Nomor 177 Kav 5 Banda <strong>Aceh</strong><br />

Mengucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Umrah + Wisata Ke Turki<br />

Kepada :<br />

Rombongan Perdana Ibadah Umrah + Wisata Ke Turki<br />

PT. As-Salam Mulya Haromain Cabang Banda <strong>Aceh</strong>,<br />

dari Tanggal 19 April s.d 2 <strong>Mei</strong> <strong>2010</strong><br />

Alhamdulillah, sejak dibuka cabang di Banda <strong>Aceh</strong>, tanggal 11 Januari <strong>2010</strong> lalu, PT. As-Salam Mulya Haromain Cabang Banda<br />

<strong>Aceh</strong> langsung mendapat respon positif umat Islam di seluruh <strong>Aceh</strong>. Ini dibuktikan dengan jumlah peserta dan ragam profesi yang<br />

bergabung dalam rombongan Perdana ini, di antaranya dari Kota Banda <strong>Aceh</strong>, Jakarta, Medan, Lhokseumawe, Langsa, Kutacane,<br />

Sabang dan Bireun, dengan latar belakang profesi; PNS, Jajaran Pemda, Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong>, Dosen Unsyiah, BPH Unmuha,<br />

Konsultan dan Sejumlah Pegawai Swasta lainnya. Termasuk di antaranya Kepala Kantor Wilayah <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Prov</strong>insi<br />

<strong>Aceh</strong> Bapak Drs. H. A. Rahman TB, Lt. dan sejumlah Kepala Kantor <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> Kabupaten dan Kota di <strong>Aceh</strong>.<br />

Saat ini, disamping Melayani Perjalanan Umrah dan Haji Khusus, PT. As-Salam Mulya Haromain Cabang Banda <strong>Aceh</strong>, juga<br />

melayani pembelian tiket pesawat dalam dan luar negeri.<br />

Untuk Informasi dan Reservasi Silakan Hubungi Kami; PT. As-Salam Mulya Haromain Cabang Banda <strong>Aceh</strong><br />

Telepon 0651-636936 atau Mobile 081360131111.<br />

Siswa dapat menulis dengan baik dan benar serta memiliki tulisan<br />

yang bagus dan rapi. Hal ini diupayakan dengan menyajikan berbagai<br />

gaya huruf (fontase) yang menarik sehingga dapat merangsang siswa<br />

untuk mencobanya.<br />

Merangsang imajinasi siswa melalui upaya penyajian beragam<br />

bentuk tulisan yang dikemas dengan gaya bahasa yang ringan dan<br />

komunikatif sehingga siswa diharapkan dapat mengapresiasi karya<br />

sastra tanpa merasa digurui.<br />

Menambah wawasan serta pengetahuan siswa dengan menyajikan<br />

pojok ilmu di bagian akhir buku ini.<br />

Harga : Rp. 22.500.-<br />

Pemesanan Hubungi : 08126935043<br />

Pengumuman Iklan<br />

<strong>Majalah</strong> <strong>Santunan</strong> menerima pemasangan iklan dengan ketentuan sebagai berikut :<br />

1.Iklan sosial dari pihak luar/rekanan kepada keluarga besar <strong>Kementerian</strong> <strong>Agama</strong> <strong>Aceh</strong> mendapat diskon sebesar 50% dari harga;<br />

2.Harga iklan komersial dikenakan biaya sebagai berikut :<br />

Halaman sampul:<br />

Sampul luar belakang (fullcolor) Rp. 4.000.000, Sampul dalam depan (fullcolor) Rp. 3.000.000, Sampul dalam depan (hitam putih) Rp. 1.800.000, Sampul dalam<br />

belakang (fullcolor) Rp. 2.500.000, Sampul dalam belakang (hitam putih) Rp. 1.500.000,<br />

Halaman isi (Hitam Putih) 1 kolom x 1 cm = Rp. 15.000, 1 halaman penuh = Rp. 1.080.000,-<br />

Untuk pemasangan iklan selama minimal 3 <strong>edisi</strong> berturut-turut mendapatkan diskon sebesar 20%. Untuk pemasangan iklan selama minimal 7 <strong>edisi</strong> berturut-turut<br />

mendapatkan diskon sebesar 30%.<br />

Informasi selannjutnya hubungi: Hartati (08126935043), Yenni (081362755575), Hotline <strong>Santunan</strong> (085277759339)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!