29.09.2013 Views

Venerable Acariya Man Bhuridatta Thera - A ... - buku Dharma

Venerable Acariya Man Bhuridatta Thera - A ... - buku Dharma

Venerable Acariya Man Bhuridatta Thera - A ... - buku Dharma

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Warisan<br />

fondasinya hancur dan runtuh menjadi puing-puing. Saya terkejut<br />

dengan perkembangan ini dan khawatir akan masa depan bhikkhubhikkhu<br />

yang menderita tanpa perlindungan seorang guru hebat. Jika<br />

kita tidak berusaha untuk memperdalam ilmu selama guru kita masih<br />

ada, wafatnya guru akan membuat kita seperti orang mati yang hidup<br />

tanpa pilar untuk menambatkan prinsip-prinsipnya.<br />

Saya sendiri juga belum siap berpisah tanpa perasaan sedih pada saat<br />

itu. Pengalaman yang menyedihkan. Saya merasa seperti angin puyuh<br />

yang bertiup menerpa batin ke segala jurusan. Seperti badai menyerang<br />

pikiran bahwa saya telah ditinggal tanpa perlindungan; seperti badai<br />

menyerang pikiran dipenuhi dengan kesangsian dengan siapa saya<br />

bisa bersandar setelah ini. Angin keras bertiup, saya berpikir, wafat<br />

dengan tenang tanpa rasa takut, ia telah meninggalkanku di dunia ini<br />

merasa kosong tak bernyawa, terhanyut arus tanpa tambatan. Angin<br />

baru datang memukul, saya berpikir bahwa semuanya berakhir dengan<br />

kepergiannya: Dengan meninggalnya seorang ayah, bersama siapa<br />

aku tinggal mulai sekarang? Apakah ini tanda kehancuranku? Tidak<br />

lama setalah aku belajar berjalan, ayahku meninggalkanku. Betapa<br />

mengerikannya hal ini. Masih lagi, angin baru datang mengecam<br />

nasib malang anak yatim: Aku telah habis sekarang ini di saat kritis<br />

kemajuan mentalku. Terjepit di peperangan antara Kilesa dan Dhamma,<br />

Ācariya <strong>Man</strong> adalah penasehatku yang bijak, membantuku membangun<br />

siasat. Siapa yang akan memberiku perasaan kasih di masa depan. Aku tidak<br />

pernah mengalami penderitaan sedalam ini. Serasa jatuh di lubang<br />

maut, semua harapan lenyap hidup tanpa kehadirannya.<br />

Seperti itulah rasanya pikiran ini ketika Ācariya <strong>Man</strong> wafat.<br />

Pengalaman yang bagaikan hukuman. Sejak saat itu, aku enggan untuk<br />

bertemu dengan para bhikkhu lain yang menghadapi kesulitan sama<br />

karena kurangnya prinsip dasar untuk berdiri sendiri. Takut akan<br />

kemungkinan bahwa mereka kehilangan pandangan untuk mencapai<br />

tujuan akhir hidup ini, aku peringatkan mereka bahayanya hal itu.<br />

Apakah mereka harus menunggu sampai matahari terbenam sebelum<br />

mencari tempat berlindung yang aman, aku khawatir mereka merasa<br />

~ 509 ~

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!