29.03.2014 Views

GEMA BNPB Vol.4 No.1

GEMA BNPB Vol.4 No.1

GEMA BNPB Vol.4 No.1

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

ISSN 2088-6527 julI 2013 VOL.4 NO. 1<br />

<strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong><br />

AWAL TAHUN 2013, LEBIH DARI<br />

KEJADIAN<br />

200BENCANA<br />

LANDA INDONESIA<br />

Liputan Khusus<br />

40 sinergi bnpb dengan<br />

perguruan tinggi dalam<br />

pengurangan risiko bencana<br />

Fokus Berita<br />

10 geladi Penanggulangan<br />

bencana Tingkat Nasional<br />

di Palu tahun 2012<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 1


Pengantar Redaksi<br />

24<br />

40<br />

10<br />

17<br />

32<br />

Daftar Isi<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

4<br />

Laporan Utama<br />

tumbuh, utuh,<br />

tangguh<br />

“Tumbuh, Utuh, Tangguh” merupakan deskripsi<br />

perjalanan <strong>BNPB</strong> selama 5 tahun yang penuh<br />

dinamika dalam berproses untuk menjadi profesional<br />

di bidangnya. Tangguh tidak hanya milik<br />

<strong>BNPB</strong> atau pun Badan Penanggulangan Bencana<br />

Daerah (BPBD), tetapi juga semua lapisan masyarakat.<br />

Tidak dapat dipungkiri bahwa wilayah<br />

Indonesia rawan bencana sehingga tangguh sudah<br />

sepantasnya teraktualisasi dalam pikiran dan<br />

perilaku masyarakat.<br />

Edisi <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> kali ini menampilkan<br />

kegiatan-kegiatan dalam peningkatan<br />

penang gulangan kebencanaan, seperti<br />

Rakornas yang bertema Tumbuh, Utuh, Tangguh<br />

di Jakarta Februari lalu. Rakornas diadakan untuk<br />

memba ngun profesionalitas penanggulangan<br />

ben cana dengan peningkatan kapabilitas dalam<br />

deteksi dini, quick response, membangun<br />

ketangguhan dan kesadaran masyarakat dalam<br />

menghadapi bencana.<br />

Pada November tahun lalu, <strong>BNPB</strong> mengadakan<br />

pela tihan kesiapsiagaan dengan tema Gladi<br />

Nasional di Palu, Sulawesi Tengah, dimana<br />

kemam puan teknis dan instansi lokal diuji dengan<br />

skenario bencana yang pernah terjadi di Palu.<br />

Kegiatan lainnya seperti kerja sama dengan<br />

12 perguruan tinggi peningkatan kompetensi<br />

relawan dalam pelatihan Incident Command<br />

System (ICS) yang bekerjasama dengan instansi<br />

luar negeri.<br />

Selain kegiatan dan kerjasama untuk kompetensi<br />

sumber daya manusia, <strong>BNPB</strong> juga melakukan<br />

upaya pada infrastruktur dengan mendirikan<br />

bangunan perumahan Hunian Tetap (Huntap)<br />

Merapi di Yogyakarta, membangun gedung<br />

evakuasi (Escape Building) Kantor Pemerintah<br />

Provinsi Sumatera Barat dan pembuatan<br />

jembatan Seitama di Kabupaten Banjar, Provinsi<br />

Kalimantan Selatan.<br />

Peningkatan sumber daya manusia dan perbaikan<br />

fisik merupakan hasil dari pengembangan ilmu<br />

pengetahuan yang memang ditujukan untuk mempermudah<br />

kehidupan dan meningkatkan kualitas<br />

hidup manusia.<br />

Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan<br />

Masyarakat<br />

3 Pengantar<br />

Redaksi<br />

Fokus Berita<br />

10 geladi PB Tingkat Nasional di Palu<br />

tahun 2012<br />

17 akhir proses Rehabilitasi dan<br />

Rekonstruksi di Sumatera Barat<br />

24 peran epwg dalam bingkai kerjasama<br />

apec dalam penanggulangan bencana<br />

28 gladi ruang (table top exercise -<br />

ttx), peningkatan kesiapan dalam<br />

menghadapi bencana<br />

Liputan Khusus<br />

32 awal tahun 2013, lebih dari 200 kejadian<br />

bencana landa indonesia<br />

36 membangun kompetensi di bidang ICS<br />

40 sinergi bnpb dengan perguruan tinggi<br />

dalam pengurangan risiko bencana<br />

43 pelatihan SKKNI untuk bnpb yang lebih baik<br />

46 Jembatan sei asam, jembatan penghidupan<br />

50 6 sektor pemulihan pasca merapi<br />

Profil<br />

1. Deputi Bidang Penanganan Darurat<br />

Dokumentasi <strong>BNPB</strong><br />

PELINDUNG Kepala <strong>BNPB</strong> PENASIHAT Sekretaris Utama PENANGGUNG JAWAB Kepala Pusat Data,<br />

Informasi dan Humas REDAKTUR Hartje R. Winerungan, Neulis Zuliasri, Agus Wibowo, Harun<br />

Sunarso, I Gusti Ayu Arlita NK EDITOR Ario Akbar Lomban, Theophilus Yanuarto, Rusnadi Suyatman<br />

Putra, Suprapto, Slamet Riyadi, Ratih Nurmasari, Andika Tutun Widiatmoko FOTOGRAFER Andri<br />

Cipto Utomo DESAIN GRAFIS Ignatius Toto Satrio SEKRETARIS Sulistyowati, Audrey Ulina Magdalena,<br />

Ulfah Sari Febriani, Murliana ALAMAT REDAKSI Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Pusat<br />

Data, Informasi dan Humas, Jl. ir. H. Juanda No. 36 Jakarta Pusat Telp. : 021-3458400 Fax : 021-<br />

3458500 email : majalahgema@bnpb.go.id<br />

2 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 3


Laporan Utama<br />

TUMBUH, UTUH, TANGGUH<br />

Utuh,<br />

Tangguh” tema yang<br />

“Tumbuh,<br />

disuarakan Kepala<br />

Badan Nasional Penanggulangan<br />

Bencana (<strong>BNPB</strong>) Dr. Syamsul<br />

Maarif dalam pra pembukaan<br />

Rapat Koordinasi Nasional<br />

Penanggulangan Bencana 2013<br />

di Bidakara, Jakarta, 4 Februari<br />

2013. Rapat Koordinasi Nasional<br />

(rakornas) yang diselenggarakan<br />

dalam suasana ulang tahun<br />

<strong>BNPB</strong> ke-5 ini menjadi<br />

bagian dari strategi konkret<br />

dalam optimalisasi kapasitas<br />

kelembagaan penanggulangan<br />

bencana pemerintah dan<br />

pemerintah daerah yang<br />

menjunjung semangat dan<br />

komitmen tangguh dalam<br />

menghadapi bencana.<br />

Pembukaan Rakornas<br />

“Tumbuh, Utuh, Tangguh”<br />

merupakan deskripsi perjalanan<br />

<strong>BNPB</strong> selama 5 tahun yang penuh<br />

di namika dalam berproses untuk<br />

menjadi profesional di bidangnya.<br />

Tangguh tidak hanya milik <strong>BNPB</strong><br />

atau pun Badan Penanggulangan<br />

Bencana Daerah (BPBD), tetapi<br />

juga semua lapisan masyarakat.<br />

Tidak dapat dipungkiri bahwa<br />

wilayah Indonesia rawan<br />

bencana sehingga tangguh sudah<br />

sepantasnya teraktualisasi dalam<br />

pikiran dan perilaku masyarakat.<br />

4 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 5


Laporan Utama<br />

dan peralatan secara simbolis<br />

Dr. Syamsul Maarif dengan<br />

tegas menekankan di hadapan<br />

para peserta rakonas, “Jangan<br />

lengah!” pada pra pembukaan<br />

tersebut. Peserta dari BPBD<br />

provinsi dan kabupaten/kota<br />

harus siap di garda depan bersama<br />

masyarakat yang berisiko maupun<br />

terdampak bencana. “Jangan lengah<br />

dalam menghadapi bencana<br />

di tahun 2013” ungkap Syamsul<br />

Maarif. “Selalu bekerja dan bekerja<br />

keras!” ulang Syamsul Maarif.<br />

Kerja keras harus dilakukan dengan<br />

penuh tanggung jawab, dan<br />

tugas mulia ini demi kemanusiaan<br />

dan membantu masyarakat<br />

yang terdampak bencana. Di<br />

samping itu, beliau mengucapkan<br />

penghargaan setinggi-tingginya<br />

kepada BPBD dan ucapan selamat<br />

datang kepada pejabat yang baru<br />

bergabung dengan BPBD.<br />

Kepala <strong>BNPB</strong> mengajak<br />

peserta untuk me-review<br />

kebencanaan sepanjang 2012.<br />

Melihat kenyataan dalam kurun<br />

beberapa tahun terakhir bahwa<br />

kecenderungan kejadian bencana<br />

di Indonesia naik. Sementara<br />

itu sepanjang tahun lalu, 85%<br />

bencana dipicu oleh faktor<br />

hidrometeorologi, seperti puting<br />

beliung, banjir, dan longsor.<br />

Di tengah-tengah kejadian<br />

bencana, banyak capaian<br />

<strong>BNPB</strong> yang tercatat pada tahun<br />

2012. Beberapa capaian antara<br />

lain terbentuknya 366 BPBD<br />

Rakornas ini<br />

merupakan<br />

kesempatan<br />

bagi pelaku<br />

penanggulangan<br />

bencana di daerah<br />

untuk meningkatkan<br />

kapasitas<br />

pengetahuannya.<br />

kabupaten/kota atau 75% dari<br />

497 kabupaten/kota di Indonesia,<br />

sukses dalam penyelenggaaraan<br />

Asian Ministerial Conference<br />

on Disaster Risk Reduction<br />

(AMCDRR) ke-5 yang dihadiri<br />

2.600 peserta dari 71 negara,<br />

donor aktif di antara komunitas<br />

internasional da lam keterlibatan<br />

bantuan kemanusiaan ke<br />

negara terdampak bencana,<br />

tersertifikasinya 30.320 relawan,<br />

dan penyusunan peta risiko<br />

bencana dan rencana penanggulangan<br />

bencana daerah<br />

di tingkat provinsi. Sebagai<br />

catatan mengenai partisipasi<br />

aktif di komunitas internasional,<br />

Indonesia turut membantu<br />

meringankan negara-negara<br />

terdampak seperti Korea Utara,<br />

Haiti, Jepang, Australia, Selandia<br />

Baru, Pakistan, dan negara-negara<br />

di kawasan ASEAN.<br />

Malam semakin larut, Kepala<br />

<strong>BNPB</strong> menutup pengarahan<br />

dengan beberapa kiat strategi<br />

menghadapi tantangan kebencanaan<br />

di tahun 2013. “Kita kerahkan<br />

dan satukan semua potensi<br />

dan sumber daya penanggulangan<br />

bencana”, seru Syamsul Maarif.<br />

Sebagai aktor penanggulangan<br />

bencana, perlu leadership dan<br />

berpikir lebih cerdas serta bekerja<br />

lebih keras. <strong>BNPB</strong> dan BPBD harus<br />

selalu tampil di depan dalam penanggulangan<br />

bencana.<br />

Membangun Profesionalitas<br />

Penanggulangan Bencana<br />

“Semangat berjuang, demi<br />

panggilan kemanusiaan, derap<br />

berpacu, pemerintahnya, masyarakat,<br />

dan dunia usaha, demi<br />

negara wujudkan cita, menuju<br />

ketangguhan bangsa menghadapi<br />

bencana...”, petikan lagu Mars<br />

Tangguh mengiringi pembukaan<br />

rakornas penanggulangan bencana<br />

yang dihadiri peserta<br />

BPBD provinsi dan kabupaten/<br />

kota serta tamu undangan dari<br />

kementerian/lembaga dan mitra<br />

kerja <strong>BNPB</strong>, Jakarta (5/2).<br />

Rakornas ini merupakan<br />

kesempatan bagi pelaku<br />

penanggulangan bencana di<br />

daerah untuk meningkatkan<br />

kapasitas pengetahuan mereka.<br />

Tidak hanya itu, rangkaian lain<br />

antara lain pe-nandatangan nota<br />

kesepahaman (MoU) antara <strong>BNPB</strong><br />

dan kementerian/lembaga, serta<br />

pemberian bantuan perlengkapan<br />

serta malam apresiasi dan penghargaan.<br />

Sementara itu, rakornas<br />

ini bertujuan sebagai langkah<br />

awal pelaksanaan kebijakan<br />

penanggulangan bencana (PB)<br />

2013, menyamakan persepsi<br />

atau pemahaman dalam PB, dan<br />

persiapan penyusunan rencana<br />

kebijakan tahun 2014 yang akan<br />

datang. Di samping itu, bertujuan<br />

untuk melakukan evaluasi<br />

penyelenggaraan PB, dan terakhir<br />

mengoptimalkan akuntabilitas<br />

penyelenggaraan PB dalam<br />

rangka peningkatan kualitas opini<br />

pengawasan dan pemeriksaan<br />

laporan. Profesio nalitas dalam<br />

arti yang komprehensif menjadi<br />

harapan <strong>BNPB</strong> dalam memberikan<br />

pelayanan bagi masyarakat dalam<br />

kebencanaan.<br />

Menteri Koordinator Bidang<br />

Kesejahteraan Rakyat, Dr. Agung<br />

Laksono, membuka secara resmi<br />

Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan<br />

Bencana 2013 di<br />

Hotel Bidakara, Jakarta (5/2).<br />

Rapat koordinasi nasional<br />

(rakornas) yang berlangsung tiga<br />

hari dan diikuti 33 BPBD provinsi<br />

dan 366 BPBD kabupaten/kota<br />

ini mengangkat tema “Tumbuh,<br />

Utuh, Tangguh”. Penyelenggaraan<br />

rakonas ini masih dalam suasana<br />

memperingati hari ulang tahun<br />

<strong>BNPB</strong> ke-5 yang jatuh pada<br />

tanggal 26 Januari.<br />

Dalam sambutan pembukaan<br />

di hadapan 1.268 peserta<br />

rakornas, Menkokesra Agung<br />

Laksono menekankan mengenai<br />

penyelenggaraan penanggulangan<br />

bencana yang cepat, tepat,<br />

dan akuntabel. Kecepatan dan<br />

ketepatan dalam penanganan<br />

darurat memegang peran yang<br />

sangat menentukan. Kapabilitas<br />

dalam deteksi dini, quick response,<br />

dan membangun ketangguhan<br />

dan kesadaran masyarakat<br />

sehingga mereka dapat hidup<br />

harmoni dengan risiko harus terus<br />

ditingkatkan. “Upaya mitigasi dan<br />

kesiapsiagaan dalam menghadapi<br />

bencana adalah mutlak”, tambah<br />

Agung Laksono.<br />

Dalam laporan kegiatan,<br />

Kepala <strong>BNPB</strong>, Dr. Syamsul Maarif,<br />

M.Si menjelaskan bahwa <strong>BNPB</strong><br />

telah melakukan penandatanganan<br />

MoU (nota kesepahaman)<br />

dengan 23 kementerian/lembaga<br />

dan perguruan tinggi, serta 9 MoU<br />

dengan lembaga internasional.<br />

“Tujuan makro dari MoU<br />

adalah ingin menunjukkan<br />

kepada masyarakat bahwa kita<br />

selalu utuh, bersatu, dan saling<br />

membantu dalam melakukan<br />

penanggulangan bencana sesuai<br />

dengan tugas dan wewenang<br />

masing-masing kementerian/<br />

lembaga”, jelas Syamsul Maarif.<br />

Beliau juga menambahkan<br />

bahwa tujuan mikro adalah untuk<br />

6 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 7


Laporan Utama<br />

Penghargaan atas Kerja Keras<br />

ini, Gubernur Jawa Tengah,<br />

Tertib Administrasi. Selain<br />

kemudahan dalam pengerahan<br />

Indonesia. Secara khusus, beliau<br />

rakornas ini antara lain Wakil<br />

Penanggulangan Bencana<br />

Bibit Waluyo, dan Bupati Bungo<br />

memberikan penghargaan<br />

sumber daya dan tertib adminis-<br />

juga mengucapkan terima kasih<br />

Menteri Pekerjaan Umum,<br />

Sebagai bentuk apresiasi dan<br />

menerima secara khusus peng-<br />

bagi BPBD, <strong>BNPB</strong> juga meng-<br />

trasi dalam melaksanakan PB.<br />

yang sebesar-besarnya kepada<br />

Menteri Riset dan Teknologi,<br />

memotivasi kinerja BPBD pro-<br />

hargaan dari Kepala <strong>BNPB</strong>.<br />

anugerahi penghargaan bagi<br />

Pada akhir laporannya,<br />

kementerian/lembaga yang telah<br />

Menteri Pemberdayaan Perempu-<br />

vinsi dan kabupaten/kota,<br />

Kategori<br />

penghargaan<br />

relawan, TNI, Polri terhadap<br />

Kepala <strong>BNPB</strong> mengucapkan<br />

bekerja sama dalam memobilisasi<br />

an dan Perlindungan Anak, Kepala<br />

<strong>BNPB</strong> memberikan penghargaan<br />

yang dinilai antara lain<br />

dedikasi kemanusiaan di bidang<br />

terima kasih kepada semua<br />

sumber daya nasional, dalam<br />

BPS, Kepala LIPI, Kepala Badan<br />

BPBD terbaik dengan beberapa<br />

Pencegahan dan Kesiapsiagaan,<br />

kebencanaan.<br />

kemen-terian/lembaga atas<br />

mendampingi, memperkuat, dan<br />

Geologi, Badan Pengawas Tenaga<br />

kategori. BPBD Provinsi Jawa<br />

Penanganan<br />

Darurat,<br />

Berikut ini pemenang dari<br />

kecepatan, kesiapan, dan kerja<br />

membantu Pemda DKI Jakarta<br />

Nuklir, Badan Pengawas Tenaga<br />

Tengah dan BPBD Kabupaten<br />

Rehabilitasi dan Rekonstruksi,<br />

masing-masing kategori yang<br />

keras yang telah ber sama-sama<br />

dan juga daerah-daerah lain pada<br />

Nuklir, Kepala BMKG, Kepala<br />

Bungo Provinsi Jambi sebagai<br />

Logistik dan Peralatan, serta<br />

dilombakan:<br />

melakukan bantuan kemanusiaan<br />

penanganan banjir Januari lalu.<br />

Basarnas, serta perwakilan dari<br />

Juara Nasional BPBD Terbaik<br />

Perencanaan dan Pengelolaan<br />

pada setiap kejadian bencana di<br />

Hadir tamu undangan pada<br />

lembaga internasional.<br />

Tahun 2012. Pada kesempatan<br />

Keuangan, Akuntabilitas dan<br />

Penghargaan<br />

Penanggulangan Bencana<br />

Provinsi<br />

Penghargaan Penanggulangan Bencana<br />

2<br />

1 Perencanaan pengelolaan keuangan<br />

&<br />

Pemenang<br />

1 2 3<br />

Provinsi Jawa Tengah Gorontalo Sumatera Barat<br />

Kabupaten/Kota Bungo Bima Pasuruan<br />

Akuntabilitas &<br />

Tertib Administrasi<br />

Pemenang<br />

1 2 3<br />

Jawa Barat<br />

Sumatera<br />

Selatan<br />

Sulawesi Utara<br />

Kabupaten/Kota Banjar Bima Gianyar<br />

3 Pencegahan &<br />

Kesiapsiagaan<br />

Pemenang<br />

1 2 3<br />

Provinsi Jawa Tengah Jawa Timur Sulawesi Utara<br />

Kabupaten/Kota Bantul Cilacap Aceh Barat<br />

Provinsi<br />

4<br />

5<br />

Penanganan Darurat<br />

5<br />

Logistik & Peralatan<br />

Pemenang<br />

Rehabilitasi &<br />

Rekonstruksi<br />

1 2 3<br />

Jawa Barat<br />

Pemenang<br />

1 2 3<br />

Provinsi Jawa Tengah Jawa Timur Jambi<br />

Kabupaten/Kota Bantul Pangkep Banjar<br />

Provinsi<br />

Kalimantan<br />

Timur<br />

Bengkulu<br />

Kabupaten/Kota Cilacap Banjar Gorontalo<br />

Pemenang<br />

1 2 3<br />

Sumatera<br />

Selatan<br />

Kalimantan<br />

Barat<br />

Jambi<br />

Kabupaten/Kota Bungo Kapuas Hulu Banjar<br />

8 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 9


Fokus Berita<br />

GLADI NASIONAL<br />

PENANGGULANGAN<br />

BENCANA 2012<br />

Jumat pagi di Pantai Talise Penggaraman, Palu, Sulawesi Tengah. Tampak orangorang<br />

berolahraga, anak-anak sekolah bermain, ibu-ibu rumah tangga berinteraksi<br />

dengan para tetangganya dan lain-lain. Bumi bergetar dan berguncang. Sirine<br />

tanda bahaya berbunyi nyaring menyambut datangnya ancaman tsunami. Air bah<br />

datang dari laut. Rumah dan bangunan hancur. Tubuh-tubuh bergelimpangan<br />

dan bergeletakan tak bernyawa. Lalu mulailah terdengar jerit tangis dan teriakanteriakan<br />

mencari sanak keluarga yang hilang.<br />

Begitulah suasana awal<br />

Gladi Lapangan (field<br />

training exercise -<br />

FTX) dalam Gladi Nasional<br />

Penanggulangan Bencana<br />

2012 pada Jumat pagi hingga<br />

siang hari itu. Gladi Lapang<br />

ini dihadiri oleh 750 orang<br />

dari Satuan Reaksi Cepat<br />

Penanggulangan Bencana<br />

(SRC PB), Badan Nasional<br />

Penanggulangan Bencana<br />

(<strong>BNPB</strong>), Badan Penanggulangan<br />

Bencana Daerah, Tentara<br />

Nasional Indonesia (TNI),<br />

Kepolisian Indonesia (Polri),<br />

Taruna Tanggap Bencana<br />

(Tagana), Badan SAR Nasional<br />

(Basarnas), Dinas Kesehatan<br />

(Dinkes), Dinas Pekerjaan<br />

Umum (DPU), Pemerintah<br />

Daerah (Pemda), Palang Merah<br />

Indonesia (PMI), lembaga nonpemerintah,<br />

organisasi internasional,<br />

organisasi massa, perguruan<br />

tinggi, masyarakat,<br />

anak sekolah, dan lainnya.<br />

Kegiatan FTX itu merupakan<br />

salah satu kegiatan dalam<br />

rangkaian kegiatan pada Gladi<br />

Nasional Penanggulangan<br />

Bencana. Rangkaian kegiatan<br />

dalam Gladi Nasional PB 2012<br />

ini meliputi sesi akademis,<br />

TTX, gladi lapang (field training<br />

exercise – FTX), evakuasi<br />

mandiri, bakti sosial, pameran<br />

kebencanaan, dan pemutaran<br />

film kebencanaan.<br />

Lokasi kegiatan dilakukan di<br />

Lapangan Vatulemo, Puskesmas<br />

Kawatuna, Lapangan Talise<br />

Penggaraman, Hotel Swiss-Bel,<br />

Desa Silae, Desa Lere, Desa<br />

Talise, Desa Besusu Barat, dan<br />

Desa Ujuna di lingkungan Kota<br />

Palu, Sulawesi Tengah.<br />

Tujuan pelaksanaan FTX ini<br />

adalah untuk (1) Meningkatkan<br />

pengetahuan, pemahaman,<br />

dan kemampuan perorangan/<br />

instansi dalam PB, (2) Meningkatkan<br />

komando pengendali-an<br />

dalam PB terpadu menghadapi<br />

situasi kedaruratan di Kota<br />

Palu, Provinsi Sulawesi<br />

Tengah, (3) Mensosialisasikan<br />

dan menyempurnakan<br />

rencana kontijensi Kota Palu<br />

dalam menghadapi ancaman<br />

gempabumi-tsunami, dan (4)<br />

Mensosialisasikan Deklarasi<br />

5th AMCDRR Jogjakarta.<br />

Sasarannya adalah (1)<br />

Ter ujinya kemampuan teknis<br />

perorangan/instansi lokal<br />

dalam PB, (2) Tersosialisasinya<br />

dan terujinya mekanisme<br />

PB lokal dan renkon<br />

Kota Palu menghadapi<br />

Salah satu<br />

permasalahan<br />

adalah<br />

kurangnya<br />

koordinas Ti<br />

dalam upaya<br />

penanggulangan<br />

bencana.<br />

gempabumi-tsunami, (3)<br />

Tersusunnya bahan masukan<br />

untuk perbaikan protap<br />

kebencanaan, (4) Terujinya<br />

Pedoman Penyelenggaraan<br />

Latihan Kesiapsiagaan, dan (5)<br />

Tersosialisasikannya Deklarasi<br />

5th AMCDRR Jogjakarta.<br />

Pelajaran yang ingin<br />

dikembangkan dalam Gladi<br />

Lapang ini antara lain<br />

untuk menampilkan gelar<br />

kemampuan pelaku dalam hal<br />

(1) ManajemenPB, (2) SAR dan<br />

evakuasi korban, (3) Layanan<br />

kesehatan darurat, (4) Shelter,<br />

logistik dan perbaik an darurat,<br />

dan (5) Evakuasi mandiri di<br />

masyarakat.<br />

Dalam sambutan pembukaan<br />

Gladi Lapang, Kepala<br />

Badan Nasional Pe nanggulangan<br />

Bencana (<strong>BNPB</strong>), DR.<br />

Syamsul Maarif, M.Si., mengata<br />

kan bahwa, “Pena nganan<br />

bencana bersifat lokal. Artinya<br />

setiap bencana di setiap<br />

daerah memiliki ka rakteristik<br />

yang berbeda. Penanganan<br />

bencananya pun harus disesuaikan<br />

dengan kondisi fisik,<br />

ekonomi, sosial dan budaya<br />

setempat. Urusan ben cana<br />

adalah urusan bersama antara<br />

pemerintah, masyarakat dan<br />

dunia usaha. Kita sudah tahu<br />

ancaman bencana di Palu.<br />

Masyarakat perlu disiapkan<br />

kesiapsiagaannya.”<br />

Menurut Syamsul Maarif,<br />

pelaksanaan gladi merupakan<br />

wujud kesiagaan semua<br />

komponen daerah dalam<br />

menghadapi bencana. Terlebih<br />

jika ini dikaitkan dengan sejarah<br />

10<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 11


Fokus Berita<br />

kebencanaan di Sulawesi<br />

Tengah, dimana beberapa kali<br />

bencana tsunami terjadi di<br />

wilayah Sulawesi Tengah yakni<br />

sekitar tahun 1968, tahun<br />

1927, dan tahun 1938, dengan<br />

tinggi gelom bang mencapai<br />

3-12 meter. Dengan demikian,<br />

masyarakat di Palu mempunyai<br />

kearifan lokal terkait dengan<br />

tsunami. Kearifan lokal tsunami<br />

yang ada di Palu seperti<br />

balumba bose dan balumba<br />

latollu yang artinya gelombang<br />

tinggi setelah gempa, harus<br />

mencari jalan keluar sehingga<br />

masyarakat dapat selamat saat<br />

tsunami.<br />

Gubernur Sulawesi Tengah,<br />

Drs. H Longki Djanggola Msi.,<br />

didampingi Wakil Gubernur,<br />

H Sudarto SH. Mhum., menyambut<br />

baik pelaksanaan<br />

Gladi Nasional PB 2012 ini.<br />

Longki Djanggola menilai<br />

kegiatan tersebut sebagai<br />

agenda pen ting yang harus ada<br />

dalam program pembangunan<br />

regio nal dan nasional. Kegiatan<br />

itu juga sangat diharapkan,<br />

meng ingat beberapa fakta<br />

tentang kesiapsiagaan di<br />

wilayah Sulawesi Tengah.<br />

Longki Djanggola mengatakan,<br />

“Salah satu permasalahan<br />

di Sulawesi Tengah adalah<br />

kurangnya koordinasi dalam<br />

upaya penanggulangan<br />

bencana. Maka apa yang dilakukan<br />

kali ini, merupakan<br />

bentuk untuk menyatukan<br />

persepsi dan koordinasi dari<br />

semua unsur yang terlibat<br />

Simulasi korban bencana oleh relawan dan TNI<br />

dalam satu kesa tuan komando<br />

dan prosedur.”<br />

Dalam acara tersebut <strong>BNPB</strong><br />

juga menyerahkan bantuan Rp<br />

119,95 Miliar untuk rehabilitasi<br />

dan rekonstruksi pasca bencana<br />

dan bantuan logistik peralatan<br />

Rp 10,5 Miliar untuk penguatan<br />

kapasitas BPBD Sulawesi<br />

Tengah dan BPBD kabupaten/<br />

kota di Sulawesi Tengah.<br />

Ancaman Bencana<br />

Gempabumi & Tsunami<br />

di Kota Palu<br />

Mengapa Gladi Nasional Penanggulangan<br />

Bencana pada<br />

tahun 2012 ini dilaksanakan<br />

di Kota Palu, Provinsi Sulawesi<br />

Tengah? Hal ini disebabkan<br />

karena Kota Palu adalah daerah<br />

yang sangat rawan gempabumi<br />

dan tsunami.<br />

Para geolog mengkategorikan<br />

Kota Palu sebagai daerah<br />

rawan gempabumi dengan<br />

aktivitas tektonik tinggi yang<br />

disebabkan oleh Sesar Palukoro<br />

yang memanjang dari Selat<br />

Makasar sampai pantai utara<br />

Teluk Bone dengan panjang<br />

patahan ±250 km. Di Kota Palu,<br />

patahan tersebut melintas dari<br />

Teluk Palu masuk ke wilayah<br />

daratan, memotong jantung<br />

kota, terus sampai ke Sungai<br />

Larian di Lembah Pipikoro,<br />

Donggala (arah selatan Palu).<br />

Kepala <strong>BNPB</strong> menyerahkan bantuan rehabilitasi dan<br />

rekonstruksi pasca bencana dan bantuan logistik peralatan<br />

No Lokasi Bujur Timur (º) Lintang Selatan (º) Tinggi Tsunami (m)<br />

1 Tambu 119.878 0.050 3<br />

2 Talise 119.830 0.100 3<br />

3 Donggala 119.710 0.670 8-10<br />

No Lokasi Bujur Timur (º) Lintang Selatan (º) Tinggi Tsunami (m)<br />

1 Palu 119.866 0.900 10<br />

2 Talise 119.870 0.870 12<br />

Sesar ini merupakan<br />

pertemuan lempeng-lempeng<br />

tektonik Pasifik, Euro Asia, dan<br />

Indo-Australia. Sesar itu terus<br />

bergerak dengan pergeseran ke<br />

arah kanan dengan kecepatan<br />

2-3,5mm/tahun hingga 14-17<br />

mm/tahun.<br />

Dalam sejarahnya di<br />

Kota Palu pernah beberapa<br />

kali dihantam gempabumi<br />

yang menimbulkan tsunami.<br />

Menurut ahli tsunami Institut<br />

Tabel Tsunami Tambu Tahun 1968<br />

Tabel Tsunami Palu Tahun 1927<br />

Teknologi Bandung (ITB) yang<br />

juga merupakan alumnus<br />

Universitas Tohoku, Jepang Dr.<br />

Hamzah Latief, tsunami terjadi<br />

pada tahun 1968 dan 1972<br />

dengan rincian pada tabel.<br />

Gladi Lapang<br />

(field training exercise - FTX)<br />

Secara umum skenario FTX ini<br />

meliputi (1) Fase normal, (2)<br />

Fase panik, (3) Fase Sistem<br />

Komando Tanggap Darurat<br />

(SKTD), (4) Fase respon lokal,<br />

(5) Fase bantuan provinsi/<br />

nasional, dan (6) Fase<br />

pengakhiran tanggap darurat.<br />

Fase panik dimulai dari<br />

informasi-informasi gempa<br />

bumi dan tsunami melalui<br />

sistem peringatan dini Badan<br />

Meteorologi, Klimatologi dan<br />

Geofisika (BMKG) beserta<br />

jejaringnya. Fase SKTD adalah<br />

dengan mengirimkan Tim<br />

Reaksi Cepat (TRC) BPBD<br />

Kota Palu untuk melakukan<br />

kaji cepat bencana gempa<br />

dan tsunami. Dengan data<br />

dasar itu maka BPBD Kota<br />

Palu memberikan masukan<br />

kepada Walikota Palu dan para<br />

pihak terkait, dan Walikota<br />

Palu kemudian menetapkan<br />

status darurat bencana di Kota<br />

Palu selama 30 hari. Walikota<br />

Palu juga membentuk SKTD<br />

termasuk Komandan Tanggap<br />

12 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 13


Fokus Berita<br />

Suasana Geladi Lapangan di Palu dengan<br />

latar bukit dan pegunungan<br />

Darurat (incident commander<br />

– IC), fungsi staf komando dan<br />

staf umum pada SKTD.<br />

Kegiatan-kegiatan yang<br />

dilakukan pada fase respon<br />

lokal adalah pencarian dan<br />

perto longan (search and<br />

rescue – SAR) darat dan<br />

laut, layan an kesehatan, dan<br />

layanan pe ngungsi. Aksi SAR<br />

di laut dilaksanakan dengan<br />

melibatkan para penyelam,<br />

perahu karet (landing craft<br />

rubber – LCR) dan perahu<br />

Angkatan Laut. Korban bencana<br />

di reruntuhan ditemukan oleh<br />

Tim SRC PB dengan memotong<br />

beton reruntuhan. Simulasi<br />

ini juga menampilkan pertolongan<br />

korban bencana<br />

pada kebakaran rumah oleh<br />

Pasukan Pemadam Kebakaran<br />

(PMK) dan personel dengan<br />

pakaian tahan api atau orangorang<br />

menyebutnya “pakaian<br />

astronot”. Selain itu juga ditampilkan<br />

pembersihan reruntuhan<br />

sisa gempa dan<br />

tsunami dengan menggunakan<br />

alat ekskavator.<br />

Pada fase bantuan<br />

provinsi/nasional menampilkan<br />

mekanisme datangnya bantuan<br />

dari Provinsi Sulawesi Tengah,<br />

Tim SRC PB dan <strong>BNPB</strong> serta<br />

bagaimana operasionalisasi<br />

bantuan tersebut. Pada fase<br />

peng akhiran tanggap darurat<br />

ditampilkan mekanisme pengakhiran<br />

masa tanggap darurat<br />

dan peralihan ke tahap<br />

rehabilitasi dan rekonstruksi<br />

pasca bencana.<br />

Sesi Akademis<br />

Deputi Bidang Pencegahan dan<br />

Kesiapsiagaan Badan Nasional<br />

Penanggulangan Bencana<br />

(<strong>BNPB</strong>) Ir. Sugeng Triutomo,<br />

DESS., membuka acara “Sesi<br />

Akademis pada Gladi Nasional<br />

Penanggulangan Bencana<br />

2012” di Kota Palu, Sulawesi<br />

Tengah pada pada Senin pagi<br />

(19/11/2012) ini.<br />

Sugeng Triutomo mengatakan<br />

dalam kata sambutannya,<br />

“Untuk menguatkan kapasitas<br />

daerah dalam pe nanggulangan<br />

bencana, <strong>BNPB</strong> setiap tahun<br />

memfasilitasi gladi PB berskala<br />

nasional dan pada tahun ini<br />

diadakan di Kota Palu, Provinsi<br />

Sulawesi Tengah. Kota Palu<br />

merupakan salah satu daerah<br />

yang mempunyai risiko tinggi<br />

dari ancam an gempabumi<br />

yang akan memicu terjadinya<br />

tsunami di wilayah Teluk Palu.<br />

Beberapa kecamatan di wilayah<br />

ini, diperkirakan penduduknya<br />

terancam dan mempunyai<br />

risiko terhadap timbulnya<br />

korban jiwa serta kerusakan/<br />

kerugian dari sisi ekonomi,<br />

sosial dan lingkungan.”<br />

Menurut Sugeng Triutomo,<br />

lahirnya Undang-Undang<br />

24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan<br />

Bencana mengamanatkan<br />

Pemerintah dan<br />

Pemerintah Daerah untuk<br />

bertanggung jawab dalam<br />

memberikan perlindungan<br />

sepenuhnya kepada masyarakat.<br />

Salah satu upaya pengurangan<br />

risiko bencana (PRB) yang dapat<br />

dilakukan adalah meningkatkan<br />

kesiapsiagaan dalam<br />

menghadapi ancaman, melalui<br />

berbagai cara, antara lain dengan<br />

melakukan rangkaian kegiatan<br />

yang terdapat dalam siklus kesiapsiagaan,<br />

yaitu perencanaan,<br />

pengorganisasian dan persiapan<br />

sumberdaya, pelatihan<br />

dan latih an, dan evaluasi yang<br />

hasilnya ditindaklanjuti dengan<br />

tindakan-tindakan perbaikan<br />

yang nyata.<br />

Peran Pemerintah, Masyarakat<br />

dan Lembaga Usaha dalam PB<br />

Pada saat ini sudah mulai<br />

umum diterima kredo bahwa<br />

penanggulangan bencana (PB)<br />

merupakan urusan semua<br />

pihak. Hal itu merupakan gelombang<br />

perubahan paradigma dari<br />

disahkannya Undang-Undang<br />

Nomor 24 Tahun 2007 tentang<br />

Penanggulangan Bencana (UU<br />

24/2007). Tentu saja upayaupaya<br />

pengurangan risiko<br />

bencana (PRB) mesti dilakukan<br />

dengan melibatkan semua pihak<br />

yang berkepentingan demi<br />

ketang guhan bangsa dalam<br />

menghadapi bencana.<br />

Peran berbagai pihak<br />

dalam penyelenggaraan PB itu<br />

dipaparkan secara gamblang<br />

oleh Deputi Bidang Pencegahan<br />

dan Kesiapsiagaan <strong>BNPB</strong> Ir.<br />

Sugeng Triutomo, DESS., dalam<br />

Sesi Akademis Gladi Nasional<br />

Pe nanggulangan Bencana 2012,<br />

“Ada tiga pilar pelaku PB, yaitu<br />

pemerintah dan pemerintah<br />

daerah, masyarakat, dan<br />

lembaga usaha. Peran ketiga<br />

pelaku itu diatur dalam Undang-<br />

Undang Nomor 24 Tahun 2007<br />

tentang Penanggulangan<br />

Bencana. Pe ran pemerintah dan<br />

pemerintah daerah diatur dalam<br />

Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 7;<br />

peran masyarakat diatur dalam<br />

Pasal 26 dan Pasal 27; dan peran<br />

lembaga usaha diatur dalam<br />

Pasal 28 dan Pasal 29,” papar<br />

Sugeng Triutomo.<br />

Dengan mengacu kepada<br />

UU 24/2007 Sugeng Triutomo<br />

14 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 15


Fokus Berita<br />

menjelaskan tentang proses<br />

dan peran berbagai pihak<br />

dalam penyelenggaraan PB.<br />

Disini bencana diartikan sebagai<br />

peristiwa atau rangkaian<br />

peristiwa yang mengancam dan<br />

mengganggu kehidupan dan<br />

penghidupan masyarakat yang<br />

disebabkan, baik oleh faktor<br />

alam dan atau faktor nonalam<br />

maupun faktor manusia,<br />

sehingga mengakibatkan<br />

timbulnya korban jiwa manusia,<br />

kerusakan lingkungan, kerugian<br />

harta benda dan dampak<br />

psikologis.<br />

Gladi ruang<br />

(table top exercise – TTX)<br />

Gladi ruang (table top exercise<br />

– TTX) dalam Gladi Nasional<br />

Penanggulangan Bencana 2012<br />

merupakan salah satu metode<br />

latihan untuk peningkatan<br />

ka pasitas penanggulangan<br />

bencana (PB). Dalam TTX<br />

dilakukan dengan skenario<br />

tertentu dan diarahkan<br />

dengan ketat oleh fasilitator<br />

dengan batasan waktu sesuai<br />

dengan skenario tersebut. Para<br />

peserta yang terlibat dalam<br />

TTX berperan sesuai de ngan<br />

institusi/lembaga masingmasing<br />

atau peran tertentu yang<br />

disepakati bersama. Di dalam<br />

TTX ini terdapat pula fungsi<br />

narasumber yang memberikan<br />

penjelasan materi-materi terkait<br />

topik TTX serta pengamat yang<br />

mengevaluasi dan memberikan<br />

masukan-masukan terkait<br />

pelaksanaan TTX tersebut.<br />

SRC Penanggulangan Bencana (PB) wilayah timur sedang menolong<br />

korban terkena runtuhan bangunan dalam simulasi<br />

AKHIR PROSES<br />

REHABILITASI &<br />

REKONSTRUKSI<br />

DI SUMATERA BARAT<br />

Saat itu gempabumi berkekuatan<br />

7,9 SR menguncang<br />

Sumatera Barat pada<br />

30 September 2009. Gempa<br />

yang terjadi akibat subduksi<br />

lempeng tektonik Samudera<br />

Hindia di bawah lempeng Asia<br />

Pasifik ini dirasakan hingga Aceh,<br />

Jambi, Riau, Bengkulu, bahkan<br />

hingga Malaysia. Lebih dari 200<br />

ribu unit rumah mengalami<br />

kerusakan pasca gempa tersebut.<br />

Tidak hanya berdampak pada<br />

perumahan, sekitar 1.000 orang<br />

menjadi kor-ban dan beberapa<br />

infrastruktur seperti fasilitas<br />

perekonomian, kesehatan, dan<br />

sosial kemasyarakatan mengalami<br />

kerusakan.<br />

Membangun kembali<br />

masyarakat Sumatera Barat pasca<br />

bencana atau early recovery pun<br />

langsung dilakukan. Memulihkan<br />

masyarakat yang menjadi korban<br />

dan mereka yang terdampak<br />

menjadi perhatian utama<br />

peme rintah dan pemerintah<br />

daerah. Berjalan kurang lebih<br />

3 tahun, proses rehabilitasi dan<br />

rekonstruksi di Sumatera Barat<br />

pasca gempa bumi 30 September<br />

2009 berakhir. Pelaksanaan<br />

rehabilitasi dan rekonstruksi<br />

(rehab rekon) ini berjalan sesuai<br />

dengan rencana aksi yang telah<br />

disusun.<br />

16 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 17


Fokus Berita<br />

Kepala <strong>BNPB</strong> bersama Gubernur Sumatera Barat Iwan Prayitno bersama-sama<br />

meresmikan Gedung Escape Building di Kantor Gubernur Sumatera Barat, Padang<br />

Pasca bencana gempabumi, pemerintah<br />

pusat tidak membentuk Badan Rehabilitasi dan<br />

Rekonstruksi (BRR) seperti yang dilakukan di Aceh.<br />

Peme-rintah Pusat telah memiliki Undang-undang<br />

Nomor 24 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa<br />

<strong>BNPB</strong> dapat menangani langsung rehab rekon pasca<br />

bencana yang bersifat nasional.<br />

“Oleh karena itu, Kepala <strong>BNPB</strong>, Bapak Syamsul<br />

Maarif membentuk suatu Tim dengan nama Tim<br />

Pendukung Teknik yang bertugas mendukung<br />

Gubernur Provinsi Sumatera Barat dalam<br />

percepatan penanganan rehab rekon berdasarkan<br />

Rencana Aksi Rehab Rekon pasca gempabumi 30<br />

18 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 19


Fokus Berita<br />

September 2009”, ujar Dr. Sugimin<br />

Pranoto pada sambutan acara<br />

Peresmian Escape Building Kantor<br />

Pemerintah Provinsi Sumatera<br />

Barat, Januari lalu (2/1).<br />

Rehab rekon yang dilakukan<br />

di Sumatera Barat ini memiliki<br />

prinsip build back better, yang<br />

berarti membangun kembali<br />

dengan lebih baik. “Memba ngun<br />

lebih baik tidak hanya pada infrastruktur<br />

tetapi membangun juga<br />

mental dan spiritual dalam kesiapsiagaan<br />

mengantisipasi dan<br />

menghadapi bencana”, tambah<br />

Kepala <strong>BNPB</strong>, Dr. Syamsul Maarif<br />

pada kesempatan yang sama.<br />

DR. Syamsul Maarif, Msi menandatangani<br />

5 Prasasti Peresmian Pembangunan di<br />

Padang atas bantuan <strong>BNPB</strong><br />

Langkah Awal Rehab Rekon<br />

Keberhasilan rehab rekon di<br />

yang kegiatan rehab rekon harus<br />

terdiri dari 20 – 25 kepala<br />

dipertanggungjawabkan. Dana<br />

Sumatera Barat tidak terlepas<br />

sesuai dengan kondisi fisik,<br />

keluarga. Pembentukan pokmas<br />

diberikan apabila telah melalui<br />

dari peran Tim Pendukung Teknik<br />

Kepala <strong>BNPB</strong> memberikan pengarahan<br />

sosial budaya, dan kearifan lokal<br />

di fasilitasi oleh Tim Pendamping<br />

proses verifikasi oleh fasilitator<br />

(TPT). Kepala <strong>BNPB</strong> menunjuk<br />

setempat. “Sistem yang kami<br />

Masyarakat (TPM) dan Fasilitator.<br />

yang ditunjuk.<br />

Dr. Sugimin Pranoto sebagai<br />

dataan, perencanaan, pendanaan<br />

gempabumi<br />

bangun yaitu kegiatan rehab<br />

Tim dan fasilitator ini berfungsi<br />

Berdasarkan kesepakatan<br />

koordinator TPT yang berang-<br />

termasuk bantuan luar negeri,<br />

3. M e m b a n t u<br />

rekon de ngan pendekatan<br />

untuk memberi bantuan apabila<br />

anggota Pokmas, masyarakat<br />

gotakan unsur <strong>BNPB</strong>, Satuan Kerja<br />

fasilitasi, dan koordinasi, pela-<br />

mengkoordinasikan<br />

pemberdayaan<br />

komunitas<br />

pokmas menghadapi kesulitan<br />

mengatur sendiri rencana peman-<br />

Perangkat Daerah (SKPD) terkait,<br />

poran/informasi/media relation,<br />

pelaksanaan rehab rekon<br />

dan sistem kontraktual”, jelas<br />

dalam implementasi di lapangan.<br />

faatan dana Bantuan Langsung<br />

dan unsur perguruan tinggi.<br />

pengawasan, monitoring dan<br />

sesuai kebijakan umum<br />

Sugimin.<br />

Melalui mekanisme ini,<br />

Masyarakat (BLM). Namun,<br />

Sementara itu, TPT ini dibentuk<br />

evaluasi. Sedangkan tugas TPT<br />

rehab rekon wilayah pasca<br />

Melakukan pendekatan<br />

masyarakat dapat berpartisipasi<br />

masyarakat terlebih dahulu di-<br />

berdasarkan Surat Keputusan<br />

yang khusus di Provinsi Sumatera<br />

gempabumi<br />

terhadap komunitas sangat<br />

langsung sekaligus bertanggung<br />

persiapkan dengan diberikan<br />

Kepala <strong>BNPB</strong> No. SK. 109/<strong>BNPB</strong>/<br />

Barat ini mencakup antara lain:<br />

4. Melakukan monitoring dan<br />

pen ting sebagai penerima<br />

jawab langsung terhadap<br />

pelatihan dan pemahaman ten-<br />

XI/2009 Tanggal 20 November<br />

1. Merumuskan strategi dan<br />

evaluasi pelaksanaan rehab<br />

manfaat. Tanpa pelibatan<br />

keberhasilan pembangunan<br />

tang pelaksanaan program rehab<br />

2009. Tim ini merupakan lem-<br />

kebijakan<br />

operasional<br />

rekon.<br />

dengan komunitas, akan terdapat<br />

rumah mereka masing-masing.<br />

dan rekon. Persiapan mencakup<br />

baga yang mewakili <strong>BNPB</strong><br />

yang berkedudukan di Provinsi<br />

Sumatera Barat.<br />

rehab rekon wilayah pasca<br />

gempabumi<br />

2. Menyusun secara rinci<br />

Mengawali rehab rekon ini,<br />

disusunlah organisasi TPT dan<br />

membangun sistem pelaksanaan<br />

kesenjangan dalam pelaksanaan<br />

kegiatannya. Dalam rehab rekon<br />

Sumatera Barat, kelompok<br />

Dana yang diterima oleh<br />

pokmas tidak satu pun melalui<br />

birokrasi peme rintahan, tetapi<br />

persiapan kegiatan non teknis,<br />

per siapan dokumen teknis, dan<br />

persiapan administrasi pencairan<br />

Fungsi TPT memperkuat<br />

langkah percepatan rehab<br />

rehab rekon. Agar rehab rekon<br />

masyarakat (pokmas) dibentuk<br />

tetap mengguna kan prinsip<br />

dana.<br />

pemerintah daerah dalam pen-<br />

rekon wilayah pasca<br />

berhasil, sistem penanganan<br />

dengan anggota tiap pokmas<br />

akuntabilitas sehingga dapat<br />

Dalam membangun sistem<br />

20 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 21


Fokus Berita<br />

Rp 313 miliar yang bersumber<br />

Sementara, dana yang paling<br />

dari APBN. Dana tersebut<br />

kecil pada sektor sosial<br />

dimanfaatkan untuk sektor<br />

diperuntukkan<br />

untuk<br />

perumahan dan pemukiman,<br />

kesehatan, pendidikan, dan<br />

infrastruktur termasuk gedung<br />

agama. Beberapa usaha<br />

pemerintah, sosial, ekonomi<br />

ekonomi produktif yang<br />

produktif, serta lintas sektor.<br />

mendapat sentuhan dana<br />

Sementara realisasi pelaksanaan<br />

rehab rekon antara lain<br />

dilakukan oleh SKPD terkait di<br />

pertanian, perkebunan,<br />

pemerintah provinsi.<br />

perikanan, peternakan,<br />

Tahap II (2010). Dana rehab<br />

perindustrian,<br />

dan<br />

rekon sebesar Rp 2,052 triliun<br />

perdagangan.<br />

yang dimanfaatkan untuk<br />

Kegiatan<br />

rehab<br />

peru mahan dan infrastruktur.<br />

rekon ini juga<br />

Dana yang dialokasikan di<br />

sektor infrastruktur digunakan<br />

memberikan dampak<br />

konkret terhadap<br />

Jalur evakuasi<br />

Escape Building tahan gempa sampai 9 skala richter<br />

untuk perbaikan 7 ruas jalan<br />

provinsi di kabupaten dan kota<br />

pertumbuh an ekonomi<br />

lokal. Disebutkan dalam<br />

<strong>BNPB</strong> dimana tiga pilar utama<br />

pada solidaritas di tingkat pena-<br />

rehab rekon, beberapa persiapan<br />

kegiatan direncanakan dengan<br />

seksama, baik itu sosialisasi<br />

konsep dan mekanisme<br />

pelaksanaan. Kegiatan dalam<br />

penyiapan program ini meliputi<br />

(1) penyusun an petunjuk teknis<br />

pelaksanaan rehab rekon dan<br />

bahan sosiali sasi; (2) sosialisasi<br />

program dan koordinasi di tingkat<br />

kabupaten/kota; (3) pengadaan<br />

konsultan manajemen provinsi/<br />

kabupaten/kota; (4) melakukan<br />

rekruitmen fasilitator teknik dan<br />

non teknik; (5) pembentukan<br />

TPM dan fasilitator; validasi<br />

data rumah rusak oleh TPM dan<br />

fasilitator; dan (7) pembentukan<br />

pokmas yang terdiri dari 20 – 25<br />

KK per kelompok.<br />

Rehab Rekon Sumatera Barat<br />

Pelaksanaan rehab rekon<br />

Sumatera Barat dilakukan dalam<br />

4 tahap yang mencakup 4 sektor<br />

yang berbeda, perumahan,<br />

infrastruktur, sektor sosial,<br />

dan sektor ekonomi. Sektor<br />

infrastruktur ini termasuk<br />

melakukan rehab rekon gedung<br />

pemerintah. Rehab rekon pada<br />

4 tahap tersebut berdasarkan<br />

prioritas yang berbeda. Pada<br />

tahap I tahun 2009, rehab rekon<br />

lebih difokuskan pada konsep<br />

pemberdayaan masyarakat. Tahap<br />

II tahun 2010, dana rehab rekon<br />

hanya untuk sektor perumahan<br />

dan infrastruktur. Sedangkan<br />

tahap III dan IV difokuskan untuk<br />

sektor perumahan.<br />

Berikut ini rincian<br />

implementasi dana rehab rekon<br />

Sumatera Barat: Tahap I (2009)<br />

<strong>BNPB</strong> menyalurkan dana sebesar<br />

sepanjang 23,6 km. Tahap III<br />

(2011) sebesar Rp 694 milyar.<br />

Dana ini masih dimanfaatkan<br />

untuk sektor perumahan dan<br />

infrastruktur, termasuk gedung<br />

pemerintah. Dan pada tahap<br />

IV (2012) dicairkan anggaran<br />

Rp 300 miliar untuk sektor<br />

perumahan.<br />

Beberapa capaian yang<br />

me lampaui target yang telah<br />

direncanakan antara lain di<br />

sektor perumahan; dana yang<br />

diperuntukkan untuk sektor<br />

ini dapat membangun 7%<br />

lebih banyak dari yang telah<br />

ditetapkan pada Rencana Aksi<br />

Rehabilitasi dan Rekonstruksi<br />

sejumlah 181.988 unit.<br />

Pada sektor infrastruktur,<br />

dana diperuntukkan untuk<br />

jalan, jembatan, jaringan<br />

irigasi, air minum dan sanitasi.<br />

hasil penelitian tim TPT dan<br />

Universitas Andalas bahwa pada<br />

akhir tahun 2009 hingga akhir<br />

2011 menunjukkan kenaik an.<br />

Laju pertumbuhan ekonomi<br />

tahun 2009 sebesar 4,28 %,<br />

sementara pada akhir 2010 laju<br />

pertumbuhan menjadi 5,93%<br />

dan pada akhir 2011 sebesar<br />

6,22%.<br />

Keberhasilan Berkat Dukungan<br />

Semua Pihak<br />

Rehab rekon dinilai berhasil<br />

dalam membangun Sumatera<br />

Barat yang makin lebih baik.<br />

Pencapaian tersebut tidak<br />

terlepas dari dukungan semua<br />

pihak, baik itu pemerintah<br />

dan pemerintah daerah,<br />

organisasi kemanusiaan,<br />

swasta, dan masyarakat. Hal<br />

tersebut seperti pada lambang<br />

harus bersinergi dalam<br />

penanggulangan bencana di<br />

Indonesia. Di sisi lain, komunitas<br />

dan organisasi internasional<br />

juga turut memberikan solidaritas<br />

kemanusiaan di Sumatera<br />

Barat. Mereka tidak berhenti<br />

Dana rehab<br />

rekon sebesar Rp<br />

2,052 triliun yang<br />

dimanfaatkan<br />

untuk peru mahan<br />

dan infrastruktur.<br />

nganan darurat tetapi berlanjut<br />

pada kegiatan rehab rekon.<br />

Tercatat 55 organisasi<br />

non pemerintah membantu<br />

masyarakat Sumatera Barat<br />

dalam proses pemulihan pasca<br />

gempa. Organisasi internasional<br />

kemanusiaan antara lain AusAID,<br />

World Vision, JICA, Mercy Corp,<br />

Build Change, Care International,<br />

Islamic Relief. Organisasi-organisasi<br />

ini berfokus pada pro ses<br />

pemulihan dini di beberapa<br />

cluster seperti hunian, pangan<br />

dan gizi, kesehatan, pendidikan,<br />

perlindungan, air dan sanitasi.<br />

Meskipun TPT telah berakhir,<br />

proses rehabilitasi dan<br />

rekonstruksi tetap terus berjalan.<br />

Proses tersebut dilaksana kan<br />

di bawah koordinasi Badan<br />

Penanggulangan Bencana Daerah<br />

(BPBD) Sumatera Barat.<br />

22 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 23


Fokus Berita<br />

Peran EPWG dalam<br />

Bingkai Kerjasama APEC dalam<br />

Penanggulangan Bencana<br />

Indonesia menjadi ketua dan tuan<br />

rumah kerjasama regional Asia-<br />

Pacific Economy Coorperation<br />

(APEC) tahun 2013. Indonesia telah<br />

berhasil memformulasikan tema<br />

besar APEC 2013 adalah “Resilient<br />

Asia Pacific, Engine of Global Growth”<br />

de ngan 3 prioritas yaitu 1) Attaining<br />

the Bogor Goals; 2) Sustainable<br />

Growth with Equity; dan 3) Promoting<br />

Connecvity. Dalam rangka mencapai<br />

tema dan ketiga prioritas tersebut,<br />

Kementerian Luar Negeri (Kemlu)<br />

bekerjasama dengan BAPPENAS telah<br />

meminta kementerian dan lembaga<br />

untuk menyampiakan deliver ables<br />

yang mendukung keberhasilan<br />

tersebut. Selain itu Kementerian<br />

Luar Ne geri telah membagi menjadi<br />

beberapa tahapan penyelenggaran<br />

pertemuan Senior Ministerial Meeting<br />

(SOM) dan KTT APEC 2013. Untuk<br />

tahap SOM pertama, Kementerian<br />

Luar Negeri telah mengagendakan<br />

pertemuan di Hotel Marriot dan Rizt<br />

Carlton yang dimulai pada tanggal 25<br />

Januari- 7 Februari 2013.<br />

Dalam kerjasama penanggulangan<br />

bencana, APEC telah mengagendakan<br />

setiap tahun adanya pertemuan<br />

Emergency Preparedness Working<br />

Group (EPWG) untuk mengadakan<br />

pertemuan. Untuk EPWG ini telah<br />

dijadwalkan pertemuan dilaksanakan<br />

Sesi foto bersama peserta Emergency<br />

Preparedness Working Group (EPWG)<br />

24 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 25


Fokus Berita<br />

Suasana diskusi EPWG<br />

pada tanggal 2-3 Februari 2013<br />

ekonomi lainnya yang terkena<br />

dialogue tersebut dihadiri dari<br />

memperoleh kemudahan<br />

yang dilakukan oleh Deputi<br />

pelaksanaan the 7th Senior<br />

de ngan didahului pelaksanaan<br />

bencana berskala besar. Konsep<br />

negera-negara Australia, China,<br />

dalam darurat bencana<br />

Bidang Penanganan Darurat Ir.<br />

Disaster Management Officials’<br />

Policy Dialogue on Emergency<br />

ini sebenarnya mengadopsi<br />

China Taipei, China Hongkong,<br />

adalah dengan menerapkan<br />

Dody Ruswandi, MSCE. Dalam<br />

Forum (SDMOF) yang akan<br />

Response Travel Facilitaion (ERTF)<br />

konsep APEC Business Travel<br />

Indonesia, Korea, Jepang,<br />

ERTF di masing-masing<br />

diskusi disimpulkan bahwa :<br />

diselenggarakan pada tanggal<br />

yang dilaksanakan pada tanggal 1<br />

Card (ABTC), para pengusaha<br />

Mek siko, Papua New Gueni,<br />

ekonomi APEC. Namun<br />

1. Sebagaimana masukan<br />

21-22 Agustus 2013 di Bali.<br />

Februari 2013.<br />

bonafit dari ekonomi APEC yang<br />

Peru, Philipina, Rusia, Selandia<br />

mengingat<br />

adanya<br />

dari Policy Dialogue,<br />

SDMOF ketujuh ini akan<br />

meme gang ABTC ini terdaftar<br />

Baru, Singapur, USA, Thailand,<br />

bottlenecks<br />

ditingkat<br />

perlu ada nya survey yang<br />

mengundang peserta setingkat<br />

Policy Dialogue<br />

pada pi hak otoritas imigrasi<br />

Vietnam. Beberapa keputusan<br />

lapangan perlu adanya<br />

dapat<br />

meng identifikasi<br />

menteri<br />

penanggu langan<br />

Pada pertemuan APEC 2012 yang<br />

ekonomi APEC dan dapat bebas<br />

yang diambil adalah sebagai<br />

survey agar dapat<br />

bottlenekcs dan mencari<br />

bencana dari ekonomi APEC.<br />

lalu di Kazan, Rusia, Indonesia<br />

lalu la lang di semua ekonomi<br />

berikut:<br />

teridentifikasi bottlenekcs<br />

solusi (debottlenecks)<br />

mengusulkan suatu deliverable<br />

APEC tanpa harus mengajukan<br />

1. Perlu adanya suatu sistem<br />

tersebut.<br />

2. Memasukkan isu ERTF dalam<br />

Langkah Tindak Lanjut<br />

yaitu Emergency Response<br />

visa pada seti ap kunjungan.<br />

yang dapat memfasilitasi<br />

setiap pertemuan EPWG<br />

Mengingat berbagai keputusan<br />

Travel Card. Pada waktu itu ada<br />

Meng ingat bahwa pelaksanaan<br />

kemudahan<br />

masuknya<br />

EPWG<br />

hingga teridentifikasinya<br />

penting dari EPWG tersebut<br />

beberapa ekonomi (penyebutan<br />

ERTF ini menyangkut pada<br />

perso nel dan barang dari<br />

Emergency<br />

Preparedness<br />

apakah ERTF dapat<br />

maka perlu dilakukan:<br />

negara atau entitas peserta)<br />

working group lainnya maka<br />

ekonomi APEC ke ekonomi<br />

Working Group (EPWG)<br />

dilaksanakan atau tidak.<br />

1. <strong>BNPB</strong> memantau<br />

yang mendukung namun ada<br />

Indonesia<br />

mengundang<br />

yang lain yang terkena<br />

diselenggarakan pada tanggal<br />

pembentukan dan<br />

beberapa yang sedikit skeptis<br />

Emergency<br />

Preparedness<br />

bencana<br />

2-3 Februari 2013 setelah<br />

Selain itu, Deputi Bidang<br />

pelaksanaan survey<br />

atas usulan tersebut. Indonesia<br />

Working Group (EPWG) untuk<br />

2. Perlu adanya suatu sistem<br />

pelaksanaan Policy Dialogue<br />

Pencegahan dan Kesiapsiagaan<br />

terhadap pelaksanaan<br />

kemudian memperluas lingkup<br />

meng adakan dialog dengan<br />

yang dapat memilah-milah<br />

on ERTF. Beberapa negara<br />

Ir. Sugeng Triutomo, DESS<br />

ERTF.<br />

deliverable tersebut menjadi<br />

Business Mobility Group (BMG)<br />

barang dan ekspertis<br />

yang hadir adalah Australia,<br />

menyampaikan hasil-hasil dan<br />

2. <strong>BNPB</strong> menyiapkan<br />

Emergency Response Travel<br />

untuk isu keimigrasian dan Sub<br />

yang masuk ke ekonomi<br />

China Taipe, Indonesia,<br />

rekomendasi pelaksanaan the<br />

pelaksanaan the 7th<br />

Facilitation (ERTF). ERTF ini<br />

Committee on Customs and<br />

yang terkena bencana<br />

Korea, Jepang, Meksiko, Peru,<br />

5th AMCDRR di Yogyakarta 2012<br />

SDMOF di Bali pada<br />

adalah suatu mekanisme yang<br />

Procedure (SCCP) untuk isu bea<br />

sesuai kebutuhan pada<br />

Philipina, Rusia, Singapur, USA,<br />

yang lalu.<br />

tanggal 21-22 Agustus<br />

mempermudah masuknya<br />

dan cukai untuk membahas<br />

saat tanggap darurat yang<br />

Thailand, Vietnam. Indonesia<br />

Selain itu, Indonesia<br />

2013.<br />

bantuan (personel dan barang)<br />

ERTF tersebut.<br />

berbeda pada hari demi hari<br />

menyampaikan perkembangan<br />

meng-umumkan bahwa <strong>BNPB</strong><br />

dari suatu ekonomi kepada<br />

Dalam pelaksanaan policy<br />

3. Salah satu cara untuk<br />

hasil policy dialogue on ERTF<br />

siap menjadi tuan rumah<br />

26 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 27


Fokus Berita<br />

Gladi Ruang (Table Top Exercise - TTX)<br />

Peningkatan Kesiapan<br />

Dalam Menghadapi Bencana<br />

Para peserta antusias mengikuti<br />

diskusi Table Top Exercise (TTX)<br />

Indonesia adalah Negara yang rawan bencana geologis, termasuk gempa<br />

bumi dan tsunami. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak<br />

di daerah pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia, yaitu: lempeng<br />

Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Sejarah mencatat<br />

tsunami di Indonesia terjadi kurang lebih 172 tsunami yang terjadi dalam<br />

kurun waktu antara tahun 1600-2012.<br />

Sebagai salah satu negara yang memiliki kerawanan yang tinggi terhadap<br />

bencana, Pemerintah Indonesia memiliki kepentingan dalam upaya pengurangan<br />

28 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 29


Fokus Berita<br />

dan menanggulangi risiko dari<br />

bencana yang mengancam.<br />

Upaya yang dilakukan dengan<br />

meningkatkan kesiapsiagaan<br />

melalui latihan bersama yang<br />

melibatkan pihak-pihak yang<br />

terkait untuk mem perkuat<br />

sistem peringatan dini dan<br />

sistem komando tanggap<br />

darurat bencana. Oleh sebab<br />

itu, <strong>BNPB</strong> dengan didukung<br />

oleh Kementrian/Lembaga terkait<br />

akan menyelenggarakan<br />

rangkaian kegiatan yang melibatkan<br />

sipil militer dari Negaranegara<br />

anggota ASEAN serta<br />

Negara-negara yang tergabung<br />

East Asia Summit.<br />

Gladi ruang (Table Top<br />

Exercise-TTX) dalam Gladi<br />

Nasional Penanggulangan<br />

Bencana 2012 adalah salah<br />

satu kegiatan dengan metode<br />

latihan untuk peningkatan<br />

kapasitas penanggulangan bencana<br />

(PB). Metode TTX menggunakan<br />

skenario tertentu dan<br />

mendapat arahan fasilitator<br />

dibatasi dengan waktu tertentu.<br />

Peserta yang terlibat di dalam<br />

TTX memiliki peran sesuai dengan<br />

institusi/lembaga masingmasing<br />

atau peran tertentu<br />

yang disepakati bersama.<br />

Narasumber juga dihadirkan<br />

untuk memberikan penjelasan<br />

isi materi-materi yang terkait<br />

TTX. Terakhir, pengamat yang<br />

memantau, mengevaluasi<br />

serta memberikan input terkait<br />

materi-materi TTX.<br />

Gladi ruang yang diselenggarkan<br />

di Palu, Sulawesi Tengah<br />

ini bertujuan untuk:<br />

1. Meningkatkan pemahaman<br />

dan pengetahuan<br />

dalam penanganan<br />

tang gap darurat.<br />

2. Mensosialisasikan<br />

per aturan-peraturan<br />

dalam PB khususnya<br />

mekanisme koordinasi<br />

tanggap darurat.<br />

3. Menyusun bahan untuk<br />

sistem operasi prosedur<br />

(SOP)daerah dalamPB.<br />

Kegiatan TTX yang diselenggarakan<br />

pada 19-23 November<br />

2012 diikuti oleh peserta<br />

mencapai 135. Para peserta<br />

berasal dari 30 organisasi/<br />

instansi seperti BPBD Provinsi<br />

dan Kab/Kota di Sulawesi<br />

Tengah, instansi di lingkungan<br />

Sulawesi Tengah, LSM lokal,<br />

kelurahan, perguruan tinggi,<br />

badan Persatuan Bangsabangsa<br />

(PBB) dan lembaga<br />

internasional.<br />

Acara TTX diarahkan oleh<br />

fasilitator- fasilitator yang<br />

memiliki pengetahuan dan<br />

pengalaman yang mumpuni<br />

dalam PB. Fasili tator tersebut<br />

mengisi sesi-sesi acara TTX<br />

yaitu:<br />

Sesi pertama membahas<br />

tentang Sistem Peringatan Dini<br />

Tsunami dan Evakuasi Mandiri,<br />

sesi kedua dengan materi Sistem<br />

Komando Tanggap Darurat<br />

Bencana dan Peran Lembaga<br />

Usaha dan Masyarakat, sesi<br />

ketiga fasilitator memberikan<br />

matei Peran Provinsi dan<br />

Nasional dalam mendukung<br />

Daerah.<br />

Dalam prakteknya, di<br />

dalam TTX terjadi interaksi<br />

dinamis diantara para peserta<br />

dengan difasilitasivoleh para<br />

fasilitator yang mahir dalam<br />

mengarahkan para peserta<br />

dengan pertanyaan-pertanyaan<br />

kritis. Secara general, skenario<br />

yang digunakan adalah apabila<br />

terjadi gempa kemudian disusul<br />

tsunami. Informasi dike tahui<br />

mengalir dari instansi-instansi<br />

yang berwenang kepada pihak<br />

yang memiliki kepentingan<br />

dengan kejadian gencana<br />

tersebut seperti pemerintah<br />

daerah, media masa, lem baga<br />

non pemerintah dan masyarakat.<br />

Dari hasil pengamatan<br />

selama TTX berlangsung yaitu:<br />

1. Masyarakat umumnya<br />

mengetahui bila terjadi<br />

gempa harus menyelamatkan<br />

diri.<br />

2. Sistem peingatan dini<br />

seperti sirine terpasang,<br />

dapat menjangkau<br />

radius 2 km, sirine untuk<br />

daerah pesisir belum<br />

terpasang.<br />

3. Belum ada rencana<br />

evaku asi yang komprehensif<br />

4. Akses informasi peringat<br />

an dini dan pelibatan<br />

kelompok rentan<br />

dalam merencanakan<br />

evakuasi masih terbatas.<br />

5. Sistem Komando Tanggap<br />

Darurat (SKTD)<br />

secara umum sudah<br />

dipahami<br />

6. Banyak aktor non pemerintah<br />

7. Peran relawam sangat<br />

signifikan<br />

8. Rangkaian kordinasi<br />

antara provinsi dan<br />

kabu paten<br />

9. Dana oncall sangat rumit<br />

untuk dimanfaatkan pada<br />

masa sulit<br />

Tim evaluasi memberikan<br />

rekomendasi seperti perlunya<br />

kordinasi antar lembaga<br />

instansi terkait. Pentingnya<br />

penguatan kapasitas BPBD.<br />

Selain itu, Pusdalops belum<br />

beroperasi. Dalam menghadapi<br />

pra maupun pasca bencana,<br />

dibutuhkan rekrut relawan untuk<br />

menginformasikan bencana.<br />

Kemudian, dalam memberikan<br />

sosialisasi kepada masyarakat<br />

lebih baik secara terstruktur.<br />

Gunakan system ko munikasi<br />

yang tidak tergantung listrik.<br />

Selama ini, evakuasi tidak terkoordinir,<br />

perlu dibuatkan<br />

perencanaan evakuasi secara<br />

ter padu. Ditingkatkan pelatihan<br />

dan SOP dalam menghadapi<br />

gempa, dan masih banyak<br />

catatan yang diberikan oleh Tim<br />

Evaluasi.<br />

Hal-hal tersebut merupakan<br />

hasil Gladi Ruang di Palu,<br />

Sulawesi Tengah pada tahun<br />

lalu. Termasuk dalam rangkaian<br />

kegiatan latihan Table Top<br />

Exercise yang berlanjut sampai<br />

kegiatan utama yaitu pada<br />

tanggal 22-25 April 2013 di<br />

Padang. Kegiatan ini bernama<br />

“Mentawai Megathrust<br />

Disaster Relief Exercise (DIREX)<br />

2013-2014”, dengan tema<br />

“Strengthening Collaboration<br />

and Partnership in Disaster<br />

Response to Build a Resilient<br />

Region”. Selain kegiatan Table<br />

Top Exercise, akan diisi kegiatan<br />

seperti Command Post Exercise,<br />

Field Training Exercise serta<br />

Humanitarian Civil Action atau<br />

Bakti Sosial pada bulan Maret<br />

2014 di Padang dan Mentawai.<br />

Kegiatan akan didahului dengan<br />

penyusunan konsep bersama<br />

(Concept Development<br />

Conference) disertai beberapa<br />

tahap perencanaan seperti<br />

Initial Planning Conference/IPC<br />

dan Final Planning Conference/<br />

FPC.<br />

30 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 31


Liputan Khusus<br />

AWAL TAHUN 2013, LEBIH DARI<br />

KEJADIAN<br />

200BENCANA<br />

LANDA INDONESIA<br />

Di Bulan Januari dan<br />

Februari 2013, total<br />

kejadian bencana yang<br />

tercatat adalah 207 kejadian,<br />

120 kali terjadi pada bulan<br />

Januari sedangkan 87 lainnya<br />

terjadi pada bulan Februari.<br />

Menurut data, bencana selama<br />

tahun 2000-2012, jumlah<br />

kejadian bencana memang<br />

mengalami puncaknya pada<br />

awal tahun.<br />

32 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 33


Liputan Khusus<br />

Grafik Jumlah Kejadian<br />

Bencana Tahun 2000-2012<br />

per-Bulan Puncak kejadian<br />

bencana biasanya terjadi pada<br />

bulan Januari kemudian<br />

menunjukkan trend menurun<br />

hingga pertengahan tahun,<br />

dan kembali meningkat ketika<br />

memasuki musim penghujan di<br />

akhir tahun.<br />

Selama Januari 2013,<br />

<strong>BNPB</strong> mencatat 120 kejadian<br />

bencana terjadi di Indonesia.<br />

Ini adalah data sementara<br />

mengingat kejadian bencana<br />

belum semua dilaporkan<br />

ke <strong>BNPB</strong>. Dari 120 kejadian<br />

bencana menyebabkan 123<br />

orang meninggal, 179.659<br />

orang menderita dan mengungsi,<br />

940 rumah rusak berat,<br />

2.717 rumah rusak sedang,<br />

10.798 rumah rusak ringan,<br />

dan kerusakan fasilitas umum<br />

lainnya. Sekitar 96 persen<br />

Pantauan dari udara,<br />

banjir Jakarta Januari silam<br />

kejadian bencana masih<br />

didominasi oleh bencana<br />

hidro meteorologi seperti<br />

banjir, tanah longsor, puting<br />

beliung, ge lombang pasang,<br />

banjir dan tanah longsor.<br />

Selama Januari 2013 terjadi<br />

36 banjir yang menyebabkan<br />

58 orang meninggal dan<br />

176.041 orang menderita<br />

dan mengungsi. Sedangkan<br />

tanah longsor, terjadi 25 kali<br />

dan menyebabkan 40 orang<br />

meninggal. Sedangkan puting<br />

beliung, terjadi 43 kali kejadian<br />

dan menyebabkan korban<br />

meninggal dunia sebanyak 3<br />

orang, 616 rumah rusak berat,<br />

2.626 rumah rusak sedang,<br />

2.148 rumah rusak ringan, serta<br />

merusak 1 fasilitas kesehatan,<br />

6 fasilitas pendidikan, dan 14<br />

fasilitas peribadatan.<br />

Sedangkan di Bulan<br />

Februari 2013, sebanyak<br />

87 kejadian bencana yang<br />

terjadi. Jumlah ini relatif<br />

menurun dibandingkan bulan<br />

sebelumnya.<br />

Perbandingan Jumlah<br />

Kejadian Bencana<br />

Januari dan Februari 2013<br />

Dua kejadian yang mendominasi<br />

pada bulan Februari<br />

2013 tetap sama dengan bulan<br />

sebelumnya yakni puting<br />

beliung dan banjir. Di bulan<br />

Februari 2013, jumlah kejadian<br />

puting beliung mencapai 35<br />

kejadian atau sekitar 40%<br />

dari total seluruh kejadian,<br />

sedangkan banjir terjadi<br />

sebanyak 33 kali atau sekitar<br />

38%. Secara terperinci sebaran<br />

kejadian bencana selama<br />

Februari 2013 adalah 1 kejadian<br />

banjir dan tanah longsor, 18<br />

tanah longsor, 33 banjir, dan<br />

35 puting beliung. Korban<br />

meninggal dan hilang yang<br />

ditimbulkan sebanyak 59 jiwa,<br />

sedangkan korban menderita<br />

dan mengungsi 44.803 jiwa.<br />

Jumlah korban meninggal<br />

dan hilang terbanyak terjadi<br />

pada bencana banjir dan<br />

tanah longsor yang hanya<br />

terjadi 1 kali, yaitu di Kota<br />

Manado.Sebanyak 9.332 unit<br />

rumahmengalami kerusakan<br />

yang terbagi menjadi 1.127<br />

unit rumah rusak berat, 222<br />

unit rusak sedang dan 7.973<br />

unit rusak ringan. Selain<br />

rumah, bencana juga merusak<br />

9 unit fasilitas peribadatan dan<br />

16 unit fasilitas pendidikan.<br />

Banjir Jakarta pada<br />

Pertengahan Januari 2013<br />

Banjir yang terjadi di ibukota<br />

pada awal tahun ini tepatnya<br />

terjadi pada 15-27 Januari<br />

2013. Banjir disebabkan<br />

karena intensitas curah hujan<br />

yang besar selama tiga hari<br />

terakhir yaitu tanggal 15-<br />

17 Januari 2013. Selain itu,<br />

jebolnya banjir kanal barat juga<br />

semakin memperluas banjir.<br />

Korban jiwa yang ditimbulkan<br />

bencana banjir ini sebanyak<br />

38 jiwa meninggal dunia serta<br />

lebih dari 80.000 jiwa terpaksa<br />

mengungsi. Puncak pengungsi<br />

terjadi pada 18 Januari 2013.<br />

<strong>BNPB</strong> telah mengeluarkan<br />

dana sekitar Rp 50 milyar untuk<br />

bantuan logistik, peralatan,<br />

pengerahan personil TNI/<br />

Polri dan sebagainya.<strong>BNPB</strong><br />

mengkoordinasi kementerian/<br />

<strong>BNPB</strong> pada<br />

bulan januari<br />

2013 telah<br />

memberikan<br />

bantuan kepada<br />

korban banjir<br />

Jakarta dengan<br />

jumlah sekitar<br />

Rp 50 miliar.<br />

lembaga untuk memperkuat<br />

Pemda DKI dalam penanganan<br />

banjir, dengan rincian sebagai<br />

berikut:<br />

• <strong>BNPB</strong> memobilisasi SRC-PB<br />

dan TRC-PB 150 personil dan<br />

dukungan relawan dari 93<br />

organisasi (K/L, ormas, dunia<br />

usaha.<br />

• <strong>BNPB</strong> mendistribusikan<br />

bantuan senilai Rp. 15,4<br />

Miliar yang terdiri dari<br />

peralatan dapur, tenda<br />

gulung, kids-ware, family<br />

kit, sandang, selimut, tikar,<br />

matras, tambahan lauk<br />

pauk, kantong mayat, perahu<br />

karet, motor trail, handy<br />

talkie, genset, tendaposko,<br />

mobil dapur lapangan, truk<br />

serbaguna, mobil penjernih<br />

air, tenda pengungsi, mobil<br />

MCK, veltbed;<br />

• Kementerian PU, mobilisasi<br />

10 unit mobiltangki, 4 mobil<br />

toilet, 20 unit pompa air,<br />

dan perbaikan tanggul di<br />

Latuharhari.<br />

• Kementerian ESDM<br />

memberikan<br />

dan<br />

mendistribusikan bantuan<br />

pangan, sandang, logistik,<br />

dan uang tunai. TNI dukungan<br />

personel 3.400 personil dan<br />

peralatan, serta 7 unit dapur<br />

umum, dan mobil toilet dari<br />

Kodam Jaya.<br />

• Kementerian Sosial,<br />

memberikan bantuan senilai<br />

Rp. 15,3 Miliar yang terdiri<br />

dari mobilisasi tagana dan<br />

tenaga penanganan psikososial,<br />

pendirian 9 dapur<br />

umum, distribusi 10 ribu<br />

lembar selimut, distribusi<br />

buffer stock permakanan,<br />

sandang, logistik dan<br />

peralatan;<br />

• Kementerian Kesehatan,<br />

mobilisasi tenaga kesehatan<br />

bekerjasama dengan Dinas<br />

Kesehatan, mensiagakan<br />

Puskesmas 24 jam, bantuan<br />

permakanan.<br />

• PMI memberikan bantuan<br />

pencarian, penyelamatan dan<br />

evakuasi, mengoperasikan 3<br />

dapur umum;<br />

• Basarnas melakukan<br />

pencarian dan penyelamatan<br />

serta evakuasi penduduk;<br />

• BMKG melakukan pemantauan<br />

dan prakiraan cuaca<br />

sebagai dasar perencanaan<br />

antisipasi ancaman bencana<br />

• <strong>BNPB</strong>, BPPT dan TNI<br />

melaksanakan Teknologi<br />

Modifikasi Cuaca diharapkan<br />

dapat mengurangi hujan<br />

sampai 30%.<br />

34<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 35


Liputan Khusus<br />

Dapat dibayangkan pada<br />

saat terjadinya bencana<br />

berskala besar, pos komando<br />

tanggap darurat bencana<br />

memiliki peran yang sangat strategis<br />

dalam melakukan respon<br />

bencana tersebut. Melihat<br />

kebutuhan untuk membangun<br />

kompetensi, khususnya mengenai<br />

sistem komando tanggap darurat,<br />

Badan Nasional Penanggulangan<br />

Bencana (<strong>BNPB</strong>) melalui Pusat<br />

Pendidikan dan Pelatihan<br />

(pusdiklat) menyelenggarakan<br />

pelatihan bagi calon pelatih atau<br />

training of trainers dengan materi<br />

Incident Command System atau<br />

ICS.<br />

Pelatihan yang bertema<br />

Training of Trainers Advanced<br />

Incident Command System<br />

(ICS) dan All Hazard<br />

Incident Management Team<br />

diselenggarakan pada tanggal<br />

4 Maret hingga 8 Maret 2013.<br />

Pusdiklat yang bekerjasama<br />

dengan United States Forest<br />

Service (USFS) dan United<br />

States Aid for International<br />

Development (USAID)<br />

menghadirkan narasumber yang<br />

kompeten di bidang ICS selama<br />

lebih dari 25 tahun, seperti dari<br />

lembaga USFS, USAID, dan FEMA.<br />

Pelatihan selama 5 hari<br />

ini berfokus pada substansi<br />

Incident Command System yang<br />

awalnya diciptakan oleh USFS<br />

(United States Forest Service)<br />

dan diaplikasikan oleh FEMA (US<br />

Federal Emergency Management<br />

Agency). FEMA merupakan<br />

lembaga penanggulangan<br />

MEMBANGUN<br />

DI BIDANG ICS<br />

bencana yang dimiliki oleh<br />

Pemerintah Amerika Serikat.<br />

Dalam sambutan pembuka,<br />

Kepala Pusdiklat <strong>BNPB</strong>, Ir. B. Wisnu<br />

Widjaja, M.Sc., menyebutkan<br />

bahwa tujuan pelatihan ICS untuk<br />

membangun kompetensi dalam<br />

penguasaan dan pemahaman<br />

materi ICS yang lebih mendalam<br />

dan komprehensif. Pelatihan<br />

yang diikuti oleh unsur <strong>BNPB</strong> dan<br />

mitra kerja ini dapat memberikan<br />

pengetahuan sekaligus juga<br />

keahlian dalam kegiatan operasi<br />

tanggap darurat bencana mulai<br />

dari perencanaan sampai dengan<br />

aksi tanggap darurat.<br />

Di samping itu, pelatihan ini<br />

bertujuan untuk mengajarkan<br />

sekaligus menjadikan instruktur<br />

penanggulangan bencana yang<br />

berkualitas sekaligus handal<br />

yang dapat memfasilitasi<br />

pelatihan dengan efektif, efisien<br />

sekaligus juga mempunyai<br />

bekal pengetahuan yang luas<br />

dan berkompeten meliputi<br />

pemahaman akan keterampilan<br />

mengajar, pengetahuan<br />

tentang adaptasi cuaca dalam<br />

KOMPETENSI<br />

penanganan kebencanaan,<br />

manajemen tanggap darurat<br />

untuk semua jenis bahaya dan<br />

bencana, serta pemahaman akan<br />

proses perencanaan aksi tanggap<br />

darurat bencana.<br />

Penanganan darurat di setiap<br />

kejadian bencana membutuhkan<br />

kecepatan dan keakuratan. Oleh<br />

karena itu, personil yang terlatih<br />

menjadi syarat bagi mereka yang<br />

bekerja sebagai komandan atau<br />

dalam keanggotaan komando<br />

tanggap darurat. Melalui pelatihan<br />

ini, peserta belajar mengenai<br />

materi-materi seperti national<br />

incident management system,<br />

incident management system<br />

untuk para pembuat kebijkan.<br />

Program pelatihan ICS tersebut<br />

dimaksudkan sebagai sarana<br />

untuk memperkuat sistem<br />

komando tanggap darurat<br />

bencana di Indonesia.<br />

Sebagai upaya peningkatan<br />

kapasitas bagi pelaku<br />

penanggulangan bencana di<br />

Indonesia, <strong>BNPB</strong> bekerjasama<br />

dengan USAID dan US Forest<br />

Service menye lenggarakan<br />

pelatihan-pelatihan ini. Program<br />

kerjasama ini akan berlangsung<br />

untuk kurun waktu 2012 – 2013<br />

Sekilas ICS<br />

ICS merupakan sistem komando<br />

yang memiliki tanggung jawab<br />

serta struktur organisasi dengan<br />

pekerjaan atau operasi untuk<br />

mengelola penanganan darurat<br />

dari hari ke hari. Sementara<br />

itu, FEMA menyebutkan bahwa<br />

ICS merupakan pendekatan<br />

manajemen dengan standar<br />

tertentu terhadap semua jenis<br />

bahaya. ICS memungkinkan<br />

untuk integrasi fasilitas,<br />

peralatan, personel, prosedur<br />

dan komunikasi yang dibutuhkan<br />

dalam operasi tanggap darurat<br />

dalam suatu struktur organisasi.<br />

Melalui ICS, organisasi<br />

mampu untuk melakukan<br />

respon secara terkoordinasi antar<br />

berbagai pelaku penanggulangan<br />

bencana, baik dari unsur<br />

pemerintah dan swasta. Di<br />

samping itu ICS berguna untuk<br />

membangun proses bersama<br />

untuk perencanaan dan<br />

pengelolaan sumber daya.<br />

Beberapa alasan<br />

menggunakan ICS secara<br />

profesional karena sistem ini<br />

membantu untuk memastikan<br />

keamanan bagi pelaku tanggap<br />

darurat dan masyarakat<br />

terdampak. Berikutnya<br />

pencapaian secara terukur dari<br />

tujuan-tujuan yang ingin dicapai<br />

serta pemanfaatan sumber daya<br />

secara efisien.<br />

Sistem Komando Tanggap<br />

36 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 37


Liputan Khusus<br />

Suasana kelas diskusi<br />

Darurat Bencana diselenggarakan<br />

dengan pola, antara lain rencana<br />

operasi, permintaan, pengerahan<br />

atau mobilisasi sumber daya yang<br />

didukung fasilitas komando yang<br />

diselenggarakan sesuai dengan<br />

jenis, lokasi dan tingkatan bencana.<br />

Sementara itu, sistem ini<br />

menjalankan lima fungsi utama<br />

yang terdiri komando, operasi,<br />

perencanaan, logistik, dan keuangan/administrasi.<br />

Pada konteks Indonesia,<br />

ICS ini lebih dikenal di kalangan<br />

militer. Salah satu penerapan<br />

ICS di Indonesia yang dinilai<br />

berhasil pada saat penanganan<br />

pasca bencana erupsi Gunungapi<br />

Merapi di Yogyakarta. Saat itu,<br />

<strong>BNPB</strong> menjadi leader dalam<br />

membangun, mengorganisasi,<br />

dan memobilisasi stakeholders<br />

dalam Komando<br />

Tanggap Darurat<br />

Bencana Merapi.<br />

<strong>BNPB</strong> juga<br />

telah memiliki<br />

peraturan dan<br />

pedoman terkait<br />

dengan ICS.<br />

Peraturan yang<br />

menyangkut<br />

menge nai komando<br />

tanggap<br />

darurat bencana<br />

termuat di<br />

Peraturan<br />

Kepala <strong>BNPB</strong> Nomor 10 Tahun<br />

2008 Tentang Sistem Komando<br />

Tanggap Darurat Bencana dan<br />

Peraturan Kepala <strong>BNPB</strong> Nomor<br />

14 Tahun 2010 Tentang Pedoman<br />

Pembentukan Pos Komando<br />

Tanggap Darurat Bencana.<br />

Hingga kini, <strong>BNPB</strong> secara<br />

intensif melakukan pelatihanpelatihan,<br />

khusus terhadap<br />

Badan Penanggulangan Bencana<br />

Daerah dan mitra setempat,<br />

terkait sistem komando tanggap<br />

darurat ini.<br />

38<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013


Liputan Khusus<br />

langsung terhadap berbagai<br />

masalah yang dihadapi oleh<br />

manusia.<br />

SINERGI <strong>BNPB</strong> DENGAN<br />

PERGURUAN TINGGI<br />

DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA<br />

Sebagai upaya mempersiapkan<br />

dokumen Renas<br />

Penanggulangan Bencana<br />

periode berikutnya (2015-2019),<br />

<strong>BNPB</strong> akan memfokuskan pada<br />

12 ancaman bencana yang sering<br />

terjadi di Indonesia. Langkahlangkah<br />

persiapan dalam<br />

melakukan ter sebut dibahas<br />

dalam “Workshop Nasional<br />

Riset dalam Penanggulangan<br />

Bencana” dengan beberapa<br />

Perguruan Tinggi (PT) dan Pusat<br />

Studi Bencana (PSB), yang<br />

diselenggarakan di Menara<br />

Peninsulla, Jakarta (28/2).<br />

Pada acara tersebut juga<br />

dilakukan penandatanganan<br />

nota kesepahaman kerjasama<br />

<strong>BNPB</strong> dengan keduabelas<br />

Perguruan Tinggi, antara lain<br />

adalah UNSYIAH (tsunami),<br />

UNAND (abrasi dan gelombang<br />

ekstrim), ITB (gempabumi), UI<br />

(cuaca ekstrim), IPB (kebakaran<br />

lahan dan hutan), UNDIP (banjir),<br />

UGM (longsor), ITS (kecelakaan<br />

industri), UPN Veteran<br />

Yogyakarta (gunung api), UNHAS<br />

(erosi), UNUD (kekering an), dan<br />

UNAIR (epidemi dan wabah<br />

penyakit). Hasil penelitian dari<br />

ke-12 perguruan tinggi tersebut<br />

diharapkan akan menjadi naskah<br />

akademik untuk lampiran dalam<br />

dokumen Renas PB 2015-2019<br />

yang juga melibatkan Pusat Studi<br />

Bencana.<br />

Mensinergikan penanggulangan<br />

bencana Joko<br />

Santoso selaku Ditjen Dikti<br />

kemendikbud mengatakan,<br />

“Indonesia kaya akan bencana,<br />

jadikan bangsa Indonesia yang<br />

super dalam pe-nanggulangan<br />

bencana. Kita harus belajar,<br />

dan melakukan riset dalam<br />

penanggulangan bencana negara<br />

kita sendiri” ungkapnya.<br />

Sementara itu, Deputi<br />

Pencegahan dan Kesiapsiagaan<br />

<strong>BNPB</strong>, dalam pidatonya, Ir.Sugeng<br />

Triutomo,DESS menyampaikan<br />

“Kita menyadari perkembangan<br />

ilmu pengetahuan adalah<br />

pengembangan ilmu dan<br />

terapan yang dihadapi<br />

manusia. Tridarma perguruan<br />

tinggi menjadi landasan <strong>BNPB</strong><br />

untuk bekerjasama dalam<br />

kemanusiaan” ucapnya. “Selain<br />

itu, tujuan workshop ini adalah<br />

untuk menginisiasi perguruan<br />

tinggi dengan lembaga riset yang<br />

lebih luas lagi serta mendapatkan<br />

hasil riset ilmiah yang dapat<br />

bermanfaat bagi masyarakat.<br />

Dalam perannya perguruan tinggi<br />

dapat memberikan kontribusi<br />

nyata untuk masyarakat”<br />

tambahnya.<br />

Perkembangan Ilmu<br />

Pengetahuan dan Teknologi<br />

(IPTEK) adalah prasyarat<br />

utama dalam perkembangan<br />

peradaban manusia, karena<br />

filsafat pengembangan ilmu<br />

pengetahuan adalah memang<br />

ditujukan untuk mempermudah<br />

kehidupan dan meningkatkan<br />

kualitas hidup manusia. Instrumen<br />

utama dalam pengembangan<br />

IPTEK adalah melalui berbagai<br />

riset ilmiah yang dilakukan dalam<br />

rangka pengembangan keilmuan<br />

atau juga riset terapan sebagai<br />

upaya memberikan solusi secara<br />

Permasalahan Nyata<br />

Salah satu permasalahan nyata<br />

yang dihadapi manusia Indonesia<br />

saat ini adalah ancaman bencana<br />

yang eskalasi risikonya terus<br />

meningkat dalam dasa warsa<br />

ter akhir ini. Trend bencana<br />

akibat dampak perubahan iklim<br />

(ancam an hidrometeorologi) di<br />

Indonesia terus meningkat dari<br />

tahun 2002-2011, baik intensitas,<br />

sebaran dan magnitude. Selama<br />

tahun 2011, rata-rata sekitar<br />

89% bencana hidrometero logi<br />

mendominasi dari total sebanyak<br />

1.598 kejadian bencana di<br />

Indonesia. Dari angka tersebut<br />

sebanyak 403 adalah banjir, di<br />

susul kebakaran pemukiman<br />

sebanyak 355 kejadian, dan<br />

puting beliung sebanyak 284<br />

kejadian.<br />

Sementara dari sisi korban<br />

dan kerugian, tercatat lebih<br />

dari 18 juta penduduk telah<br />

terdampak berbagai peristiwa<br />

bencana di seluruh wilayah<br />

Indonesia dalam periode 1980<br />

– 2008. Dalam periode tersebut,<br />

bencana geologis merupakan<br />

bencana yang paling merusak dan<br />

mengakibatkan korban terba nyak<br />

dengan korban jiwa 180 ribu jiwa<br />

dan kerusakan lebih dari 1,6 juta<br />

rumah.<br />

Permasalahan nyata ber upa<br />

berbagai ancaman bencana ini<br />

tentunya membutuhkan solusi<br />

yang terpercaya dan dapat<br />

diandalkan. Untuk itu, riset<br />

ilmiah dan terapan di bidang<br />

kebencanaan memang perlu<br />

40 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 41


Liputan Khusus<br />

difasilitasi sedemikian rupa agar dapat memberikan<br />

solusi alternatif jangka pendek maupun jangka panjang<br />

untuk membantu upaya penanggulangan bencana,<br />

khususnya dalam hal pengurangan risiko bencana.<br />

Sementara pada prinsipnya, perguruan tinggi<br />

sebagai tempat pengembangan keilmuan melalui<br />

berbagai kegiatan riset ilmiah dan terapan tentunya<br />

sudah banyak melakukan riset terkait kebencanaan yang<br />

sebenarnya berguna untuk berbagai upaya pengurangan<br />

risiko bencana maupun upaya penanggulangan bencana<br />

secara umum. Namun sayangnya sumber daya riset<br />

kebencanaan berupa hasil riset dan juga para periset<br />

yang berminat mengembang ilmu pengetahuan tentang<br />

kebencanaan belum didata dan dikelola dengan baik<br />

untuk kepentingan penanggulangan bencana di<br />

Indonesia.<br />

Maka dari itu, <strong>BNPB</strong> melalui direktorat PRB<br />

mengajak sejumlah perguruan tinggi terkemuka di<br />

Indonesia untuk membahas kontribusi riset keilmuan<br />

yang dilakukan perguruan tinggi untuk mendukung<br />

upaya penanggulangan bencana, khususnya upaya<br />

pengurangan risiko bencana. Antara lain menginisiasi<br />

pertemuan antar perguruan tinggi sebagai simpul<br />

jejaring sumberdaya kajian ilmiah kebencanaan.<br />

Serta membangun komitmen perguruan tinggi dalam<br />

pengelolaan hasil kajian ilmiah yang berguna untuk<br />

pengetahuan PRB bagi masyarakat luas dengan <strong>BNPB</strong><br />

melalui penandatanganan Kesepakatan Bersama.<br />

Memberikan cindera mata<br />

kepada peserta workshop<br />

Pengarahan dari Deputi I <strong>BNPB</strong><br />

Tolok ukur keberhasilan kegiatan ini adalah:<br />

· Tersedianya MoU antara <strong>BNPB</strong> dengan<br />

perguruan tinggi yang hadir, khususnya<br />

mengenai roadmap riset kebencanaan<br />

nasional berbasis hazard.<br />

· Tersusunnya dokumen komitmen<br />

bersama antara <strong>BNPB</strong> dan para<br />

perguruan tinggi dalam hal road map<br />

riset kebencanaan yang mengarah<br />

pada inisiatif pembentukan DRR<br />

center of knowledge.<br />

· Tersusunnya beberapa rencana tindak<br />

lanjut pendampingan dan advokasi<br />

PRB yang akan dilakukan oleh civitas<br />

akademika perguruan tinggi yang<br />

diundang.<br />

Sementara itu, acara ini juga dihadiri<br />

dari wakil perguruan tinggi kepala pusat<br />

studi bencana wakil dari lembaga riset,<br />

antara lain adalah BPPT, LIPI, RISTEK,<br />

BIG, LAPAN, ESDM, BMKG, BATAN,<br />

BAPETEN, Kementerian PU, Kementerian<br />

Kehutanan, Kementerian Kelautan dan<br />

Perikanan, Kementerian Kesehatan,<br />

Kementerian Lingkungan Hidup.<br />

Sedangkan dari LSM/NGO/INGO adalah<br />

Forum Perguruan Tinggi, Planas PRB,<br />

OXFAM, Mercy Corp, DRRI dan Organisasi<br />

Internasional AIFDR, JICA, dan IOM.<br />

PELATIHAN SKKNI<br />

UNTUK <strong>BNPB</strong> YANG LEBIH BAIK<br />

Pada bulan februari<br />

lalu Kemenakertrans<br />

menyelenggarakan Kegiatan<br />

Pelatihan dengan tema<br />

Bimbingan Teknis Penyusunan<br />

Standar Kompetensi Nasional<br />

Indonesia (SKKNI). Kegiatan<br />

berlangsung di Hotel Aston<br />

Tropicana Bandung pada tanggal<br />

18 – 22 Februari 2013.<br />

Kegiatan dihadiri oleh<br />

Kementerian, Lembaga atau<br />

lem baga non pemerintah ini<br />

bertujuan mensosialisasikan<br />

regulasi-regulasi terkait de ngan<br />

pengembangan standarisasi<br />

kompetensi, menyamakan<br />

persepsi tentang standar<br />

kompetensi mulai dari perumusan<br />

sampai dengan penetapannya.<br />

Sementara itu, seminar<br />

ini dihadiri perwakilan dari<br />

Kementerian Kehutanan,<br />

Kementerian pariwisata dan<br />

Ekonomi Kreatif, Kementerian<br />

Komunikasi dan Informatika,<br />

Badan Informasi Geospasial,<br />

Kementerian Kesehatan,<br />

Kementerian Perindustrian,<br />

Kementerian Perhubungan,<br />

Asosiasi Profesi, Kementerian<br />

Energi dan Sumber Daya Mineral<br />

serta <strong>BNPB</strong>.<br />

Para peserta dari Kementerian,<br />

Lembaga dan Lembaga<br />

non pemerintah diharapkan<br />

dapat memahami terhadap<br />

sistem standarisasi kompetensi<br />

Suasana Bimbingan Teknis SKKNI<br />

kerja nasional dan proses<br />

pengembangan Standar<br />

Kompetensi Kerja Nasional<br />

Indonesia, serta penerapannya<br />

dan meningkatkan kompetensi<br />

pengembangan standar<br />

kompetensi sehingga tercapainya<br />

komitmen nasional.<br />

Acara yang dibuka<br />

oleh Bapak Kunjung Masehat,<br />

SH, MM selaku Direktur<br />

Standarisasi Kompetensi dan<br />

Program Pelatihan menjelaskan<br />

bahwa dalam era globalisasi,<br />

perdagangan bebas membawa<br />

dampak pada persaingan<br />

semakin ketat dan tajam, hanya<br />

tenaga kerja yang berkualitas<br />

dan kompeten yang mampu<br />

42 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 43


Liputan Khusus<br />

bersaing. Standar kompetensi<br />

kerja menjadi sangat penting bagi<br />

instansi pemerintahan dalam<br />

skala nasional Indonesia.<br />

Standar Kompetensi<br />

Kerja Nasional (SKKNI) adalah<br />

uraian kemampuan yang<br />

mencakup pengetahuan,<br />

keterampilan dan sikap kerja<br />

minimal yang harus dimiliki<br />

seseorang untuk menduduki<br />

jabatan tertentu yang berlaku<br />

secara nasional.<br />

Dengan adanya SKKNI,<br />

akan terjalin hubungan timbal<br />

balik antara dunia usaha dengan<br />

lembaga diklat terwujud dengan<br />

merumuskan standar<br />

kebutuhan kualifikasi SDM yang<br />

diinginkan guna menjamin kesinambungan<br />

usaha atau industri.<br />

Selanjutnya, lembaga diklat<br />

akan menggunakan SKKNI sebagai<br />

acuan dalam merumuskan<br />

kebijakan dalam pengembangan<br />

SDM secara makro.<br />

KKNI Sebagai Acuan SKKNI<br />

Setelah dikeluarkan<br />

Peraturan Menteri Tenaga<br />

Kerja dan Transmigrasi No. 8<br />

Tahun 2012 tentang Tata cara<br />

Penetapan Standar Kompetensi<br />

Kerja Nasional Indonesia,<br />

Kemenakertrans berkepentingan<br />

untuk mengajak instansi<br />

kementerian dan lembaga<br />

untuk duduk ber sama-sama<br />

merancang Kerangka Kualifikasi<br />

Nasional Indonesia (KKNI).<br />

KKNI merupakan kerangka<br />

SKKNI sebagai<br />

acuan dalam<br />

merumuskan<br />

kebijakan<br />

dalam<br />

pengembangan<br />

SDM secara<br />

makro<br />

penjenjangan kualifikasi<br />

kompetensi yang dapat<br />

menyandingkan, menyertakan<br />

dan mengintegrasikan antara<br />

bidang pendidikan dan bidang<br />

pelatihan kerja serta pengalaman<br />

kerja dalam rangka pemberian<br />

pengakuan kompetensi kerja<br />

sesuai dengan struktur pekerjaan<br />

diberbagai sektor. KKNI sebagai<br />

acuan pengembangan Sumber<br />

Daya Manusia Indonesia, baik<br />

yang dilaksanakan melalui<br />

pendidikan, pelatihan maupun<br />

pengalaman kerja.<br />

Upaya Eksternal & Internal<br />

<strong>BNPB</strong><br />

Meskipun standar<br />

kompetensi masih dalam tahap<br />

penyusun-an, akan tetapi <strong>BNPB</strong><br />

telah melakukan berbagai upaya<br />

eksternal dan internal. Dari segi<br />

eksternal <strong>BNPB</strong> telah berupaya<br />

menyelenggarakan pelatihan<br />

untuk meningkatkan kompetensi<br />

pegawai, seperti mengadakan<br />

bimbingan teknis kepada BPBD,<br />

kerjasama dengan perguruan<br />

tinggi dalam menangani bencana,<br />

bekerja sama dengan instansi<br />

lembaga pemerintah dan non<br />

pemerintah dari dalam maupun<br />

luar negeri.<br />

Salah satu pelatihan<br />

yang diselenggarakan <strong>BNPB</strong><br />

yaitu Pelatihan Gladi Nasional<br />

Penanggulangan Bencana, di Kota<br />

Palu, Sulawesi Tengah 19 – 23<br />

November 2012. Acara tersebut<br />

membahas kesiapsiagaan<br />

penyelenggara penanggulangan<br />

bencana (PB). Dibahas tentang<br />

siklus kesiapsiagaan merupakan<br />

rangkaian kesiapsiagaan yang<br />

menyeluruh dan dilakukan secara<br />

berkala dan berulang melalui<br />

lima tahapan yang sistematis,<br />

yaitu (1) Perencana an, (2)<br />

Pengorganisasian dan penyediaan<br />

sumberdaya, (3) Pelatihan<br />

dan latihan, (4) Evaluasi dan (5)<br />

Tindakan perbaikan.<br />

Menarik pada point ke-<br />

2, tentang Pengorganisasian<br />

dan penyediaan sumber daya,<br />

disebutkan pengorganisasian<br />

sumberdaya dilakukan dengan<br />

memastikan tugas dan<br />

tanggungjawab penyelenggaraan<br />

PB terbagi habis dan dilaksanakan<br />

oleh seluruh para pihak yang<br />

berkepentingan. Menempatkan<br />

personil-personilnya sesuai<br />

dengan kompetensi dan keterampilan<br />

yang dimiliki. Sebagai<br />

hasilnya adalah peralatan dan<br />

personilnya terlatih dapat<br />

dimobilisasi dalam situasi<br />

kedaruratan secara cepat dan<br />

tepat.<br />

Kelima tahapan<br />

kesiapsiagaan PB diatas, sesuai<br />

de-ngan unsur komponen<br />

kompetensi SKKNI yaitu:<br />

1. Knowledge, kemampuan<br />

memahami, menganalisa<br />

dan mengintegrasikan fakta<br />

dan informasi yang berkaitan<br />

dengan aspek teknis<br />

pekerjaan.<br />

2. Skill, kemampuan<br />

melaksanakan tugas sesuai<br />

de-ngan prosedur dan<br />

kinerja yang ditetapkan<br />

secara akurat, konsisten dan<br />

ekonomis.<br />

Foto bersama perwakilan kementerian,<br />

lembaga dan non lembaga<br />

3. Atitude, kemampuan<br />

untuk menampilkan sikap<br />

dan tingkah laku yang<br />

impresif terhadap orang<br />

lain atau pelanggan dalam<br />

melaksanakan tugasnya.<br />

Upaya internal <strong>BNPB</strong> seperti<br />

penyusunan SOP Administrasi<br />

Pemerintahan yang pernah<br />

dilaksanakan oleh <strong>BNPB</strong> di<br />

bogor 11 – 13 Oktober 2012,<br />

penyusunan SOP Administrasi<br />

Pemerintahan bertujuan memberikan<br />

panduan bagi seluruh<br />

instansi pemerintah pusat dan<br />

daerah dalam mengidentifikasi,<br />

menyusun, mendokumentasikan,<br />

me ngembangkan, memonitor<br />

serta mengevaluasi SOP Aparatur<br />

Pemerintah sesuai dengan tugas<br />

dan fungsi aparatur pemerintah<br />

untuk mewujudkan instansi<br />

pemerintah yang efektif dan<br />

efisien. Setelah SOP Administrasi<br />

Pemerintahan disusun, <strong>BNPB</strong><br />

kemudian membentuk tim untuk<br />

reformasi birokrasi <strong>BNPB</strong>.<br />

Berbagai pelatihan telah<br />

digelar, SOP telah disusun,<br />

tim perubahan dan perbaikan<br />

sistem birokrasi telah terbentuk,<br />

pertanyaannya adalah apakah<br />

<strong>BNPB</strong> mampu menjalankan prosedur<br />

administrasi pemerin tah<br />

sesuai yang diharap kan? Apakah<br />

<strong>BNPB</strong> dapat memenuhi standar<br />

SKKNI? Dalam pelaksana annya<br />

dibutuhkan kemauan dan itikad<br />

baik dari segenap karya wan<br />

untuk menuju <strong>BNPB</strong> menjadi<br />

lembaga yang lebih baik di masa<br />

yang akan datang.<br />

44 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 45


Liputan Khusus<br />

SEI ASAM,<br />

JEMBATAN PENGHIDUPAN<br />

Banjir bandang yang terjadi dua tahun lalu telah merusak dan<br />

menghancurkan beberapa infrastruktur umum di Kabupaten<br />

Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan.<br />

Kepala <strong>BNPB</strong> meresmikan<br />

Jembatan Sei Asam<br />

46 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 47


Liputan Khusus<br />

Jembatan Sei Asam yang<br />

waktu itu masih berkonstruksi<br />

kayu ulin tersapu banjir<br />

bandang. Jembatan ini tidak<br />

hanya berfungsi sebagai sarana<br />

penyeberangan tetapi juga<br />

penghubung ikatan sosial dan<br />

budaya antar desa yang terpisah<br />

oleh Sungai Sei Asam.<br />

Saat jembatan ini<br />

roboh, masyarakat sekitar<br />

memanfaatkan sampan untuk<br />

menyeberang dan mereka pun<br />

tidak dapat mengangkut hasil<br />

bumi mereka dalam jumlah yang<br />

besar. Jalan memutar merupakan<br />

alternatif satu-satunya untuk<br />

memutar roda kehidupan.<br />

Merespon kondisi ini,<br />

Peme rintah Kabupaten Banjar<br />

berupaya untuk memulihkan<br />

kehidupan masyarakat<br />

setempat. Melalui program<br />

rehabilitasi dan rekonstruksi<br />

pasca bencana, peme rintah<br />

setempat menganggarkan dana<br />

pembangunan jembatan kayu<br />

ulin atau kayu besi menjadi<br />

jembatan dengan konstruksi<br />

baja. Desain jembatan baja yang<br />

berdimensi 5.50 x 70.00 meter<br />

dibangun dalam dua tahap.<br />

Pembangunan yang<br />

terbagi menjadi dua tahap<br />

memanfaatkan dana APBN dan<br />

APBD Kabupaten Banjar. Tahap<br />

pertama adalah pembangunan<br />

struktur bawah jembatan.<br />

Pembangunan yang memakan<br />

biaya sekitar Rp 2 miliar ini<br />

bersumber dari Dana Bantuan<br />

Sosial Berpola Hibah Kegiatan<br />

Rehabilitasi dan Rekonstruksi<br />

Pasca Bencana Tahun<br />

Anggaran 2010. Sementara itu,<br />

pembangunan tahap berfokus<br />

pada struktur atas jembatan.<br />

Dana yang dikucurkan dari APBD<br />

ini berkisar Rp 5 miliar lebih.<br />

Menyapa warga<br />

Pembangunan jembatan<br />

yang telah rampung Desember<br />

tahun lalu ini kemudian<br />

diresmikan Kepala Badan<br />

Nasional Penanggulangan<br />

Bencana, Dr. Syamsul Maarif,<br />

pada 11 Maret 2013. Jembatan<br />

yang berlokasi di Desa Sungai<br />

Asam, Kecamatan Karang Intan,<br />

dilengkapi dengan penerangan<br />

dengan bantuan listrik dan sinar<br />

matahari.<br />

Kepala <strong>BNPB</strong> yang<br />

didampingi Gubernur Kalsel,<br />

Rudy Arifin, dan Bupati Banjar,<br />

Sultan Khairul Saleh, meninjau<br />

jembatan seusai memotong<br />

pita peresmian. Masyarakat<br />

setempat yang diwakili Warhami<br />

sangat berterima kasih kepada<br />

<strong>BNPB</strong> atas dukungan dana<br />

pembangunan jembatan.<br />

Hal senada juga disampaikan<br />

oleh Gubernur Kalsel, <strong>BNPB</strong><br />

telah memberikan dukungan<br />

sumber daya dalam rangka<br />

peningkatan kapasitas lokal<br />

penanggulangan bencana. Dalam<br />

sambutan, Gubernur Kalsel juga<br />

menekankan agar masyarakat<br />

setempat turut menjaga dan<br />

memelihara jembatan stra tegis<br />

ini.<br />

Pemerintah Daerah Tanggap<br />

Pemerintah Daerah Kabupaten<br />

Banjar sangat peka dan peduli<br />

terhadap permasalahan yang<br />

dihadapi oleh masyarakatnya.<br />

Hal ini ditunjukkan secara nyata<br />

dengan realisasi pembangunan<br />

jembatan yang sangat strategis<br />

bagi penghidupan masyarakat<br />

setempat. Setelah terbangunnya<br />

jembatan ini, masyarakat<br />

mengatakan bahwa mereka<br />

dapat memasarkan hasil bumi<br />

dengan mudah. Di samping itu,<br />

ongkos produksi yang terkait<br />

dengan biaya transportasi dapat<br />

ditekan. Perdagangan lokal<br />

dapat tumbuh dengan cepat.<br />

Melalui jembatan ini, ikatan<br />

sosial dan budaya antar desa<br />

yang dipisahkan oleh Sungai<br />

Sei Asam menjadi lebih dekat.<br />

“Jembatan ini memiliki nilai<br />

lebih karena tidak hanya sebagai<br />

sarana penyeberangan tetapi<br />

juga meng hubungkan Desa<br />

Sungai asam dengan desa-desa<br />

lain”, tambah Syamsul Maarif.<br />

<strong>BNPB</strong> sangat mengapresiasi<br />

terhadap apa yang telah<br />

dilakukan pemerintah daerah<br />

setempat melalui sharing<br />

Menandatangani prasasti<br />

cost dari anggaran pusat dan<br />

daerah. “Sharing pembiayaan ini<br />

menunjukkan bahwa daerah ini<br />

berdaya,” jelas Syamsul Maarif<br />

dalam sambutan.<br />

Sementara itu, perhatian<br />

Pemerintah Provinsi juga<br />

ditunjukkan dengan pemberian<br />

bantuan bagi korban bencana<br />

alam di Kabupaten Banjar.<br />

Gubernur H. Rudy Arifin<br />

menyerahkan bantuan senilai Rp<br />

376 juta kepada Bupati Banjar<br />

Sultan Khairul Saleh pada saat<br />

peresmian Jembatan Sei Asam.<br />

48 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 49


Liputan Khusus<br />

Masih ada 656 KK yang tidak mau<br />

direlokasi di Yogya dan 403 KK di<br />

Jawa Tengah.<br />

Dalam bidang infrastruktur,di<br />

Kabupaten Magelang perbaikan jalan<br />

33,7 km dan perbaikan jembatan 5<br />

Menkokesra dan Kepala <strong>BNPB</strong><br />

berdialog dengan masyarakat<br />

unit. Di Kabupaten Klaten perbaik­<br />

5 SEKTOR<br />

PEMULIHAN<br />

PASCA MERAPI<br />

Kunjungan Menkokesra<br />

Warga yang direlokasi<br />

Kepala <strong>BNPB</strong>, DR.Syamsul Maarif, M.Si<br />

dan Menkokesra HR.Agung Laksono<br />

didampingi Wakil Gubernur Yogyakarta<br />

Sri Paku Alam IX meninjau hunian tetap<br />

Merapi,Yogyakarta (13/01). Sebelumnya<br />

Kepala <strong>BNPB</strong> melalui Deputi Rehabilitasi<br />

dan Rekonstruksi,memberikan paparan<br />

pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi<br />

wilayah pasca bencana erupsi Gunung Merapi<br />

di Provinsi DIY dan Provinsi Jawa Tengah.<br />

Ada 5 sektor bidang kegiatan rehabilitasi<br />

dan rekonstruksi pasca erupsi Merapi, antara<br />

lain : pemulihan perumahan dan pemukiman,<br />

pemulihan infrastruktur, pemulihan sosial,<br />

pemulihan ekonomi pro duktif, pemulihan<br />

lintas sektoral.<br />

Rumah yang terbangun hingga Desember<br />

2012 adalah 2.083 unit di Kabupaten Sleman,<br />

Kabupaten Magelang 406 unit, sedangkan<br />

165 KK masih belum bersedia untuk relokasi<br />

(lokasi huntap menunggu revisi tata ruang<br />

daerah). Sampai dengan 31 Desember 2012<br />

an jalan 27,80 km dan perbaikan<br />

jembatan 2 unit, Di Kabupaten<br />

Boyolali perbaikan jalan 2,53 km<br />

dan perbaik an jembatan 7 unit.<br />

Sleman perbaikan jalan kabupaten<br />

10,30 km, pembangunan jalan<br />

poros desa 3,3 km, pembangunan<br />

jembatan akses ke huntap 1 unit.<br />

DIY perbaikan jalan provinsi 2 ruas<br />

jalan,rekonstruksi jembatan provinsi<br />

3 unit.<br />

Dalam bidang ekonomi produktif<br />

di Kabupaten Boyolali, Klaten,<br />

Magelang, Sleman, antara lain sapi<br />

potong, sapi perah, bibit padi, bibit<br />

Jagung, bibit Jabon, dan sebagainya.<br />

Bidang lintas sektor,antara<br />

lain, pembangunan shelter<br />

permanen, pembangunan tempat<br />

evakuasi akhir, relokasi dan rehab<br />

barak pengungsian, revitalisasi<br />

posko,pembangunan prasarana<br />

lingkungan,pengadaan perangkat<br />

pendukung seperti CCTV early<br />

warning system.<br />

Menkokesra mengatakan,<br />

“Sukses story membutuhkan kesinambungan<br />

kerja antar sektoral,<br />

tergambar dari kinerja <strong>BNPB</strong> yang<br />

berhasil membangun rehab rekon di<br />

Yogya dan Jawa Tengah. Walaupun<br />

masih ada hambatan, saya ucapkan<br />

terima kasih kepada semua pihak<br />

yang terlibat,” ucapnya. Seiring<br />

per-ubahan cuaca ekstrem di<br />

Indonesia, masyarakat hendaknya<br />

memperhatikan warning yang<br />

diberikan instansi berwenang.<br />

“Jika BMKG atau lembaga<br />

berwenang sudah memberikan<br />

peringat-an, hendaknya pihak<br />

terkait segera mengambil tindakan<br />

untuk mengurangi korban jiwa,”<br />

tambahnya.<br />

Sementara itu, Kepala <strong>BNPB</strong><br />

mengatakan “Visi penanggulangan<br />

bencana adalah ketangguhan<br />

bangsa dalam menghadapi bencana,<br />

ada 4 strategi untuk masyarakat,<br />

yakni: Jauhkan masyarakat dari<br />

bencana dengan cara relokasi,<br />

jauhkan bencana dari masyarakat<br />

dengan mebangun peringatan dini,<br />

normalisasi sungai, sabo dan lainlain,<br />

living harmony with disaster,<br />

dan daya lenting masyarakat,”<br />

ungkapnya.<br />

“Kita tidak harus takut dengan<br />

bencananya, kalo kita tahu<br />

perilakunya,” tegasnya.<br />

“Pendekatan dengan budaya,<br />

seperti pendekatan kepada Asih<br />

menjadi ‘EWSnya’ masyarakat, jika<br />

BPPATK sudah mengatakan tanda<br />

bahaya. masyarakat yang tinggal<br />

di Kawasan Rawan Bencana Merapi<br />

harus menandatangani pernyataan<br />

ingin tinggal disana dan bersedia<br />

mengungsi jika Merapi sudah dalam<br />

keadaan bahaya,” tambahnya.<br />

Rombongan mengunjungi<br />

Huntap Pagerjurang, dan Huntap<br />

Karangkendal, Cangkringan, Sleman.<br />

Dalam kunjungan tersebut hadir pula<br />

pejabat eselon 1 dan 2 Kementerian<br />

Kesra dan eselon 1 <strong>BNPB</strong>, Sekretaris<br />

Utama Ir. Fatchul Hadi, DIPL<br />

HE, Deputi Bidang Rehabilitasi<br />

dan Rekonstruksi,Ir. Bambang<br />

Sulistianto, MM dan pejabat eselon<br />

2 <strong>BNPB</strong> lainnya.<br />

50 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 51


OPINI<br />

cepat Menanggulangi bencana,<br />

cepat mewujudkan reformasi birokrasi<br />

Kepercayaan pemerintah<br />

kepada <strong>BNPB</strong> semakin<br />

meningkat dengan semakin<br />

meningkatnya jumlah anggaran<br />

yang dialokasikan kepada <strong>BNPB</strong><br />

dalam lima tahun terakhir dimana<br />

pada tahun 2009 dialokasikan<br />

sebesar 157 M dan pada tahun<br />

2013 menjadi 1.345 M atau menjadi<br />

856,69 % dalam lima tahun<br />

atau setiap tahun rata-rata naik<br />

151,34 %. Untuk anggaran BA 103,<br />

sedangkan untuk anggaran BA 999<br />

juga mengalami kenaikan dimana<br />

pada tahun 2009 dialokasikan<br />

sebesar 2.570 M dan pada tahun<br />

2011 menjadi 4.300 M atau menjadi<br />

167,32 % dalam 4 tahun atau<br />

setiap tahun rata-rata naik sebesar<br />

16,75 %.<br />

Kelahiran <strong>BNPB</strong> diawali dengan<br />

lahirnya undang-undang nomor 24<br />

tahun 2007 tentang Penanggulangan<br />

Bencana dengan tujuan untuk<br />

memberikan perlindungan terhadap<br />

kehidupan dan penghidupan<br />

termasuk perlindungan atas bencana<br />

bagi segenap bangsa Indonesia dan<br />

seluruh tumpah darah Indonesia<br />

dalam rangka mewujudkan<br />

kesejahteraan umum.<br />

<strong>BNPB</strong> merupakan Lembaga<br />

Pemerintah Non Departemen<br />

setingkat menteri yang dipimpin<br />

oleh seorang Kepala Badan, yang<br />

memiliki visi Ketangguhan Bangsa<br />

dalam menghadapi Bencana dengan<br />

misi meliputi melindungi bangsa<br />

dari ancaman bencana melalui<br />

pengurangan resiko, membangun<br />

sistem penanggulangan bencana<br />

yang handal dan menyelenggarakan<br />

penanggulangan bencana secara<br />

terencana, terpadu, terkoordinasi<br />

dan menyeluruh.<br />

Meski usia <strong>BNPB</strong> baru 5<br />

tahun, namun kiprahnya dalam<br />

pe-nanggulangan bencana di<br />

Indonesia sangat dikenal dengan<br />

baik bahkan dunia Internasional<br />

telah mengakuinya yaitu dengan<br />

diberikannya Global Champin<br />

for Disarter Risk Reduction dari<br />

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)<br />

yang diserahkan kepada Presiden<br />

Susilo Bambang Yudoyono. Menurut<br />

Seskab Dipo Alam menyebutkan<br />

bahwa piagam tersebut merupakan<br />

penghargaan pertama PBB di bidang<br />

kebencanaan dan Presiden Susilo<br />

Bambang Yudoyono adalah tokoh<br />

pertama yang mendapatkannya.<br />

Penghargaan ini diberikan atas<br />

keberhasilan Indonesia dalam<br />

meningkatkan kesadaran pentingnya<br />

pencegahan bencana serta<br />

mengimplementasikannya kedalam<br />

kebijakan nasional yang efektif.<br />

Tidak mau ketinggalan dengan<br />

prestasi dalam penanganan penanggulangan<br />

bencana yang telah<br />

diakui dunia, <strong>BNPB</strong> dengan cepat<br />

melakukan Reformasi Birokrasi (RB)<br />

yaitu ikut mewujudkan menjadi<br />

pemerintah kelas dunia dengan<br />

sasaran meningkatnya kapasitas<br />

dan akuntabilitas kinerja birokrasi,<br />

terwujudnya pemerintahan<br />

yang bersih dan bebas KKN serta<br />

meningkatnya kualitas pelayanan<br />

publik.<br />

RB di lingkungan <strong>BNPB</strong><br />

merupakan prioritas ketiga, yaitu<br />

Kementerian/Lembaga yang tidak<br />

termasuk dalam prioritas pertama<br />

dan kedua yang pelaksanaannya<br />

berpedoman kepada amanat<br />

Peraturan Presiden nomor 81<br />

tahun 2010 tentang Grand Design<br />

Reformasi Birokrasi 2010-2015<br />

dengan prinsip pelaksanaan<br />

meliputi: menyampaikan usulan<br />

dokumen road map kepada Tim<br />

Refobi Nasional (TRBN) melalui Unit<br />

Pelaksana Refobi Nasional (UPRBN).<br />

Tunjangan kinerja yang merupakan<br />

fungsi keberhasilan pelaksanaan<br />

refobi yang pemberiannya di-lakukan<br />

secara bertahap sesuai kemajuan<br />

keberhasilan/capaian pelaksanaan<br />

refobi.<br />

Oleh karena itu dalam rangka<br />

melaksanakan proses RB secara<br />

bertahap dan berkelanjutan dan<br />

untuk mewujudkan birokrasi<br />

pemerintahan yang profesional<br />

telah dibentuk Tim Pengarah dan<br />

Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi<br />

di Lingkungan Badan Nasional<br />

Penanggulangan Bencana dengan<br />

Keputusan Kepala <strong>BNPB</strong> nomor<br />

141 Tahun 2012 tanggal 2 Juli<br />

2012 dengan tugas meliputi: Tim<br />

Pengarah yaitu memberikan<br />

arahan, masukan tentang kebijakan<br />

reformasi serta melakukan<br />

monitoring dan evaluasi terhadap<br />

pelaksanaan reformasi birokrasi di<br />

lingkungan <strong>BNPB</strong>.<br />

Sedangkan Tim Pelaksana<br />

mem-punyai tugas yaitu: menyusun<br />

dan merumuskan program dan<br />

kegiatan serta langkah-langkah<br />

yang perlu dilakukan dalam<br />

melanjutkan pelaksanaan reformasi<br />

birokrasi, melakukan koordinasi<br />

dan kerjasama dengan instansi/<br />

lembaga terkait dan satuan/unit<br />

kerja serta melakukan monitoring<br />

dan evaluasi secara internal terhadap<br />

pelaksanaan reformasi birokrasi di<br />

lingkungan <strong>BNPB</strong> serta menyusun<br />

dan menyampaikan laporan kepada<br />

kepala <strong>BNPB</strong>.<br />

Adapun Program Reformasi<br />

Birokrasi <strong>BNPB</strong> meliputi manajemen<br />

perubahan, penataan peraturan<br />

perundang-undangan, penataan<br />

dan penguatan organisasi,<br />

penataan tatalaksana, penataan<br />

sistem manajemen SDM aparatur,<br />

penguatan akuntabilitas knerja,<br />

peningkatan kualitas pe-layanan<br />

publik serta monitoring, evaluasi dan<br />

pelaporan.<br />

Salah satu indikator keberhasilan<br />

<strong>BNPB</strong> dalam melaksanakan<br />

reformasi birokrasi khususnya dalam<br />

mewujudkan pemerintahan yang<br />

bersih dan bebas KKN yaitu dengan<br />

menciptakan akuntabilitas dan<br />

keterbukaan pengelolaan keuangan<br />

negara, sesuai amanat pasal 55 ayat<br />

2.a UU nomor 1 tahun 2004 Kepala<br />

<strong>BNPB</strong> selaku Pengguna Anggaran/<br />

Pengguna Barang telah menyusun<br />

dan menyampaikan laporan<br />

keuangan yang meliputi Laporan<br />

Realisasi Anggaran (LRA), Neraca<br />

dan Catatan atas Laporan Keuangan<br />

(CaLK), dimana kualitas Laporan<br />

Keuangan yang disusun mulai<br />

tahun 2008 mengalami peningkatan<br />

berdasarkan hasil audit oleh BPKP<br />

RI mendapat opini Disclaimer untuk<br />

tahun 2008 dan 2009 kemudian<br />

meningkat pada tahun 2010 Laporan<br />

Keuangannya mendapat Opini Wajar<br />

Dengan Pengecualian (WDP) dan<br />

pada tahun 2011 mendapat opini<br />

Wajar Tanpa Pengecualian (WTP),<br />

dan diharapkan pada tahun 2012<br />

juga mendapat opini WTP.<br />

Pada bulan Desember 2012<br />

<strong>BNPB</strong> telah menyampaikan<br />

dokumen RB <strong>BNPB</strong> kepada TRBN<br />

di Kantor Kementrian Penertiban<br />

Aparatur Negara dan Reformasi<br />

Birokrasi yaitu Road Map Refobi dan<br />

Quick Wins <strong>BNPB</strong> yang dilampiri<br />

dokumen Analisis Jabatan, Analisis<br />

Beban Kerja dan Proyeksi 5 Tahun,<br />

Evaluasi Jabatan, Peta Jabatan dan<br />

Data Pegawai, Standar Operating<br />

Prosedure (SOP), Renstra dan Lakip<br />

<strong>BNPB</strong>.<br />

Setelah dokumen reformasi<br />

birokrasi <strong>BNPB</strong> diterima oleh<br />

TRBN di Kementrian Penertiban<br />

Aparatur Negara dan Reformasi<br />

Birokrasi, langkah selanjutnya<br />

adalah Tim Independen dan Tim<br />

Quality Assurance RB Nasional<br />

akan melakukan penilaian<br />

pelaksanaan RB meliputi uji<br />

lapangan atas dokumen yang telah<br />

disampaikan serta penilaian atas<br />

perencanaan dan pelaksanaan<br />

dalam program Reformasi<br />

Birokrasi <strong>BNPB</strong> seperti diuraikan<br />

di atas. Dimana perencanaan dan<br />

pelaksanaan tersebut harus dapat<br />

menggambarkan Quick Win berupa<br />

perubahan atau keunggulan setelah<br />

dilakukan RB. Penilaian pelaksanakan<br />

RB telah dilakukan verifikasi<br />

lapangan pada tanggal 8 Februari<br />

2013. Kedatangan Tim verifikasi<br />

lapangan dari Kementrian PAN<br />

dan Reformasi Birokrasi serta Tim<br />

Penilai Independen dari Universitas<br />

Indonesia diterima oleh Kepala Badan<br />

dan seluruh jajaran eselon I dan II<br />

serta segenap anggota tim pelaksana<br />

RB di <strong>BNPB</strong>. Selesai penerimaan oleh<br />

Kepala <strong>BNPB</strong> dilanjutkan dengan<br />

verifikasi dokumen pelaksanaan RB<br />

dengan semua Tim Pelaksana RB di<br />

<strong>BNPB</strong>.<br />

Dari hasil verifikasi lapangan<br />

<strong>BNPB</strong> mendapat nilai 34 sehingga<br />

berhak mendapat tunjangan<br />

kinerja sebesar 40 % (empat puluh<br />

persen). Melengkapi apa yang<br />

telah dilakukan <strong>BNPB</strong> juga telah<br />

melaksanakan Penilain Mandiri<br />

Pelaksanaan Reformasi Birokrasi<br />

(PMPRB), dan telah disampaikan ke<br />

Kementrian Penertiban Aparatur<br />

Negara dan Reformasi Birokrasi pada<br />

tanggal 29 Maret 2013 secara on<br />

line. Sesuai ketentuan PMPRB harus<br />

sudah disampaikan paling lambat<br />

tanggal 31 Maret 2013 dan PMPRB<br />

yang disampaikan <strong>BNPB</strong> menempati<br />

urutan ke 43 dari dari hampir 84<br />

Kementrian/Lembaga yang wajib<br />

menyampaikannya. Saat ini telah<br />

dilakukan penandatangan Berita<br />

Acara Informasi Jabatan oleh seluruh<br />

pegawai <strong>BNPB</strong> yang selanjutnya<br />

di tandatangani oleh BKN dan<br />

Kementrian Penertiban Aparatur<br />

Negara dan Reformasi Birokrasi.<br />

Untuk mendapatkan tunjangan<br />

kinerja semua upaya telah dilakukan,<br />

kita tinggal menunggu keluarnya<br />

Perpres Tunjangan Kinerja <strong>BNPB</strong>.<br />

Sehubungan dengan hal tersebut<br />

diatas semua insan <strong>BNPB</strong> wajib<br />

berperan aktif dalam mendorong<br />

pelaksanaan reformasi birokrasi di<br />

<strong>BNPB</strong>. <strong>BNPB</strong> tangguh... tangguh...<br />

tangguh.<br />

52 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

53


PROFIL<br />

JALIN KEMITRAAN,<br />

OPERASI<br />

PENANGANAN<br />

DARURAT<br />

PUN TERASA MUDAH<br />

Ir. Dody Ruswandi, MSCE<br />

Tidak mengenal hari dan waktu, Dody<br />

Ruswandi selalu siap untuk memonitor<br />

bencana yang terjadi di wilayah nusantara<br />

yang dilewati cincin api dan dikelilingi lempeng<br />

tektonik. Pria kelahiran Padang, Sumatera Barat,<br />

53 tahun lalu, bersama jajaran Badan Nasional<br />

Penanggulang an Bencana (<strong>BNPB</strong>) akan melakukan<br />

koordinasi dengan pelaku penanggulangan<br />

bencanadi lapangandan memastikan penanganan<br />

darurat berlangsung secara baikbagi para korban<br />

atau pun masyarakat terdampak.<br />

Perjalanan Karier<br />

Pak Dody panggilan akrab sehari-hari, pernah<br />

memimpin Departemen Pekerjaan Umum (PU)<br />

Provinsi Sumatera Barat selama hampir 5 tahun.<br />

Jabatan terakhir di Departemen PU adalah Kepala<br />

Dinas Pra sarana Jalan Tata Ruang dan Pemu kiman.<br />

Pengalaman kerja pada dinas yang dimulai sejak<br />

tahun 1985 ini sangat membantu beliau dalam<br />

menjalankan tugas penangan an darurat. Semasa<br />

bergabung dengan departemen, pekerjaan lebih<br />

berkaitan dengan pe nanganan masalah jalan,<br />

jembat an, prasarana air bersih, MCK, tata ruang,<br />

dan prasarana pemukiman.<br />

Semasa mengabdi di Departe men PU, Pak Dody<br />

mengung kapkan bahwa perbaikan infra struktur<br />

pada jalan yang rusak akibat longsor badan jalan<br />

atau longsor tebing merupakan tang gung jawabnya.<br />

“Sumatera Barat adalah sarangnya longsor setiap<br />

tahun, bahkan setiap bulan yang membuat jalan<br />

raya putus”, jelas Pak Dody.<br />

Di samping itu, latar belakang di bidang<br />

teknik sipil memantapkan dalam setiap pemikiran<br />

dan tindakan dalam merespon situasi-situasi<br />

kedaruratan. Sosok dengan latar belakang<br />

pendidikan teknik sipil ini tidak hanya diperoleh<br />

di Institut Teknologi Bandung, tetapi juga program<br />

S2 di University of Wisconsin, at Madison, Amerika<br />

Serikat, yang lulus pada tahun 1995.<br />

Sementara itu, karir di <strong>BNPB</strong> dimulai<br />

ketika beliau ditunjuk sebagai Direktur Logistik<br />

pada Februari 2011.Dan berselang dua bulan,<br />

beliau kemudian diangkat sebagai Deputi Bidang<br />

Penanganan Darurat. Upaya kerja keras ini telah<br />

dirintis sejak mulai bekerja sebagai pegawai negeri<br />

sipil di lingkungan Kanwil Pekerjaan Umum Provinsi<br />

Sumatera Barat pada 27 tahun lalu.<br />

Pada kepemimpinannya saat ini sebagai<br />

Deputi Bidang Penanganan Darurat <strong>BNPB</strong>, sebuah<br />

pendekatan response terpadu dengan nama Multicluster<br />

Initial Rapid Assessment atau MIRA mulai<br />

digagas untuk dapat dimanfaatkan oleh semua<br />

organisasi sesuai dengan konteks Indonesia.<br />

Sedikit gambaran mengenai MIRA, United<br />

Nations Office for the Coordination of Humanitarian<br />

Affairs (UNOCHA) memfasilitasi misi kerjasama<br />

dengan United Nations Children’s Fund (UNICEF),<br />

World Food Program (WFP), Oxfam GB, Save the<br />

Children, Assessment Capacity Project (ACAPS),<br />

and Emergency Capacity Building (ECB) Project ke<br />

Indonesia untuk membahas isu-isu utama terkait<br />

kajian terkoordinasi dengan pendekatan Multi-<br />

Cluster/Sector Initial Rapid Assessment (MIRA)<br />

dalam konteks Indonesia.<br />

Assessment atau penilaian sangat penting,<br />

khususnya assessment yang mampu memberikan<br />

pengetahuan atau informasi yang lebih detail, akurat,<br />

dan cepat sehingga hal ini mampu memberikan<br />

gambaran yang jelas dalam pengambilan keputusan<br />

dengan tujuan menyelamatkan manusia pada saat<br />

masa tanggap darurat.<br />

Tugas Terberat dan Pengabdian<br />

Bertugas untuk pekerjaan ke manusiaan tentunya<br />

tidak ter lepas dari tantangan yang diha dapi.<br />

54 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 55


PROFIL<br />

6 bulan itu sehingga beliau<br />

dapat berkonsentrasi penuh<br />

melaksanakan tugas rehab rekon<br />

perumahan itu.<br />

Memang tidak sempurna,<br />

tetapi secara substansial tugas<br />

tersebut dapat diselesaikan<br />

sesuai target.<br />

Pengabdiaan Pak Dody<br />

saat ini lebih difokuskan pada<br />

dinamika penanganan darurat<br />

bencana di Indonesia. Beliau<br />

sangat serius dan bekerja keras<br />

dalam melakukan tugas. Apa<br />

yang memotivasi beliau dalam<br />

pekerjaan ini bahwa menangani<br />

kebencanaan itu sangat menarik.<br />

“Segera setelah kita selesai<br />

menangani tanggap darurat,<br />

masyarakat langsung terbantu<br />

atas upaya kita tersebut, nah itu<br />

lah nikmatnya kita bisa membantu<br />

Berkoordinasi dengan Komandan<br />

SRC PB Wilayah Barat saat tanggap<br />

darurat banjir Jakarta<br />

warga”, kata Pak Deputi.<br />

Perspektif dalam Respon<br />

Darurat<br />

Tantangan paling sulit ketika pada tahun 2010<br />

Kepala <strong>BNPB</strong>, Dr. Syamsul Maarif, M.Si. menugaskan<br />

dan menunjuk beliau sebagai Pejabat Pembuat<br />

Komitmen (PPK) Rehabilitasi dan Rekonstruksi<br />

(rehab rekon) Perumahan Masya rakat pasca gempa<br />

bumi 2009 di Sumatera Barat.<br />

Saat itu, <strong>BNPB</strong> menyerahkan dana bantuan<br />

Rp 2 triliun dan dalam jangka waktu 6 bulan<br />

harus dimanfaatkan untuk penyelesaian proses<br />

rehabilitasi dan rekonstruki. Target proses ini<br />

mencapai 130.000 unit rumah masyarakat yang<br />

rusak berat dan sedang.<br />

“Tugas ini boleh dibilang hampir impossible<br />

untuk dilaksanakan karena kita harus berhadapan<br />

dengan banyak sekali persoalan masya rakat<br />

dan banyak sekali faktor sosial”, kenang Deputi.<br />

“Belum ada aturan dan mekanismenya, jadi<br />

saya bersama Pak Dr. Sugimin, pada saat itu<br />

harus membuat aturan dan mekanisme atau pun<br />

sistemnya dan tentu ini tugas yang tidak gampang”,<br />

jelas Pak Dody. Pak Sugimin ini adalah koordinator<br />

Tim Pendukung Teknis (TPT) rehabilitasi dan<br />

rekonstruksi Sumatera Barat.<br />

“Kalau penyelenggaraan ini gagal, warga akan<br />

melakukan demo besar-besaran”, tambah beliau.<br />

Diakuinya bahwa tugas yang diemban akhirnya<br />

berhasil karena kerja keras beliau dan didukung<br />

oleh semua pejabat di <strong>BNPB</strong> dan didukung penuh<br />

oleh Gubernur Sumatera Barat serta semua Bupati<br />

di Sumatera Barat. Penyelenggaraan rehab rekon<br />

perumahan itu dapat selesai pada akhir Desember<br />

2010 dan praktis bantuan dana yang sudah<br />

dialokasikan dapat terserap semua. Di samping<br />

itu, beliau menyerahkan “jabatan harian” Kepala<br />

Dinas PU pada semua para kepala bidang selama<br />

Prinsip respon darurat adalah<br />

kecepatan dan keakuratan. Namun untuk mengimplemen<br />

tasikan prinsip tersebut perlu banyak<br />

langkah baik dari inisiatif internal <strong>BNPB</strong> serta<br />

kemitraan antar kementerian/lembaga dan<br />

organisasi-organsasi kemanusia an. Menurut Pak<br />

Dody, kemitraan pada tingkat nasional sudah dapat<br />

berjalan dengan baik. Koordinasi yang terbangun<br />

dengan para Eselon 1 dari kementerian/lembaga<br />

maupun TNI sudah berjalan. Diakuinya bahwa hal<br />

tersebut dapat beliau lakukan karena tidak terlepas<br />

dari leadership yang kuat Kepala <strong>BNPB</strong>, Dr. Syamsul<br />

56 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 57


PROFIL<br />

Maarif serta dorongan yang amat kuat dari Kepala<br />

<strong>BNPB</strong> kepada semua staf, sehingga tugas-tugas<br />

kita bisa terwujud dengan maksimal. “Kita bisa<br />

diterima dan dibantu oleh para Eselon 1 dari semua<br />

kementerian/lembaga” tambah beliau.<br />

Sementara itu, Pak Deputi melihat bahwa<br />

koordinasi di tingkat provinsi dan kabupaten masih<br />

belum terwujud. Penanggung jawab BPBD masih<br />

sulit berhubungan dan bekerja sama dengan para<br />

SKPD, apalagi berkoodinasi dengan TNI/Polri di<br />

daerahnya. Tentu ini merupakan proses yang harus<br />

terus diba-ngun dan dimotivasi untuk hasil yang<br />

lebih baik.<br />

Namun beberapa propinsi antara lain seperti<br />

BPBD Provinsi Jawa Tengah, Maluku, dan Sumatera<br />

Barat, sudah mulai dapat berkoordinasi dengan baik<br />

dengan para SKPD dan TNI/POLRI.<br />

“Nah kondisi inilah yang akan menjadi tugas<br />

berat <strong>BNPB</strong> ke depan, bagaimana membuat BPBD<br />

di daerah bisa mampu berkoordinasi dan merangkul<br />

dengan semua stakeholders-nya di daerah agar<br />

penyelenggaraan upaya kedaruratan di tingkat<br />

daerah dapat dilakukan secara terpadu melibatkan<br />

semua pihak”, jelas Pak Dody. Berbicara tentang<br />

hal tersebut, pendekatan-pendekatan informal,<br />

sebagai budaya ke timuran, menjadi inisiatif awal<br />

untuk membangun koordinasi dan kemitraan secara<br />

luas.<br />

Melihat respon darurat di Indonesia saat ini,<br />

beliau mengungkapkan bahwa kita masih belum<br />

memiliki tools yang lengkap untuk membantu<br />

terwujudnya quick response pada saat tanggap<br />

darurat. Pada kejadian tsunami di Mentawai pada<br />

Oktober 2010 lalu, Jakarta baru tahu setelah 2 hari.<br />

Indonesia merupakan negara yang sangat besar,<br />

hanya dengan memiliki tools khusus, kita akan<br />

dapat mewujudkan quick response tersebut.<br />

Bersama Margareta Wahlstrom, selaku Utusan Khusus<br />

Sekjen PBB dalam bidang Pengurangan Risiko Bencana<br />

Beberapa pemikiran terkait dengan respon<br />

darurat di Indonesia, beliau menjelaskan sebagai<br />

berikut. “Terkait respon, kapasitas pusat dan provinsi<br />

yang harus diperbesar agar dapat di deploy kemana<br />

saja bila terjadi bencana di kabupaten/kota”, jelas<br />

beliau. Sedangkan kapasitas respon di tingkat<br />

kabupaten/kota cukup diperkuat sampai tingkat<br />

tertentu saja. Justru untuk kapasitas pencegahan<br />

dan kesiapsiagaan di tingkat kabupaten/kota yang<br />

harus diperbesar karena mereka yang sehari-hari<br />

berhadapan dengan masyarakat.<br />

“Dari kedua bentuk strategi ini, pemerintah dan<br />

pemerintah daerah bisa melakukan investasi atau<br />

penganggaran yang lebih efisien dan efektif dalam<br />

bidang penanggulangan bencana”, jelasnya.<br />

Dalam respon darurat, perlu dipertimbangkan<br />

juga MIRA. Pendekatan ini akan memperkaya<br />

database yang sangat membantu untuk<br />

mengambil keputusan tepat dan cepat tentang<br />

sumber daya yang ada dan pengerahan di daerah<br />

bencana. Database itu dibutuhkan agar tidak<br />

ter jadi overlapping pengerahan sumber daya di<br />

daerah bencana. Pembentukan MIRA tentu akan<br />

membutuhkan waktu cukup lama di mana semua<br />

data sekun-der dari semua stakeholders, baik nasional<br />

dan daerah dapat di kum pulkan di Pusat Data,<br />

Infor masi, dan Humas <strong>BNPB</strong>.<br />

Berbicara tentang penanggulangan bencana,<br />

Pak Dody meng ungkapkan bahwa yang menjadi<br />

first responder adalah masyarakat itu sendiri, oleh<br />

karena itu masyarakat yang harus dipersiapkan.<br />

“Mereka perlu diedukasi, dilatih, dimandirikan.<br />

Menurut data Bank Dunia, kurang lebih 90 juta<br />

orang yang saat ini bermukim di daerah rawan<br />

bencana di Indonesia, jadi tugas kita tentu akan<br />

cukup lama untuk menyiapkan masyarakat yang<br />

tangguh menghadapi bencana itu”, papar Pak<br />

Deputi.<br />

58 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 59


PROFIL<br />

“Kita masih belum<br />

memiliki tools<br />

yang lengkap<br />

untuk membantu<br />

terwujudnya<br />

quick response<br />

pada saat tanggap<br />

darurat”<br />

Menyambut Kepala <strong>BNPB</strong> saat<br />

rapat koordinasi dengan PU<br />

Refleksi Pengabdian sebagai<br />

inovasi karena tidak semua persoalan kedaruratan<br />

Menyikapi penanggulangan bencana di<br />

Deputi Bidang Penanganan Darurat<br />

Deputi Bidang Penanganan<br />

Darurat<br />

Setiap melakukan pengabdian<br />

kemanusiaan tentu terkandung<br />

tanggung jawab dan keseriusan. Hal<br />

tersebut harus teraktuali sasi dalam<br />

pemikiran dan sikap konkret dalam tugas<br />

sehari-hari. Tugas penanganan darurat<br />

tidak mudah karena menyangkut nyawa<br />

manusia dan dampak yang lebih buruk<br />

pasca bencana.<br />

Bergelut dengan kenyataan ini,<br />

prinsip yang dipegang oleh Pak Dody<br />

harus berupaya mencintai pekerjaan<br />

kita. Beliau juga menambahkan,<br />

“Kerja tanpa mengenal waktu harus<br />

mampu meyakinkan keluarga bahwa<br />

kita sewaktu-waktu harus bertugas<br />

walaupun hari Lebaran pun”. Selain itu,<br />

perlu memacu diri untuk melakukan<br />

ada aturannya di peraturan perundang-undangan<br />

yang berlaku, sehingga tetap dibutuhkan<br />

kemampuan untuk berimprovisasi dan berinovasi.<br />

Pak Dody tidak bekerja seorang diri, namun<br />

dengan leadership, kemampuan untuk mendorong<br />

dan memotivasi semua staf, serta bermitra dengan<br />

siapa saja akan memper mudah dalam setiap misi<br />

pena nganan darurat. “Pokoknya enaklah, bertugas<br />

di kedaruratan ini, bisa punya banyak teman<br />

dan relasi di semua kementerian/lembaga dan<br />

stakeholder, karena lingkup pekerjaannya bahkan<br />

internasional”, jelas Pak Dody. Saya juga beruntung<br />

punya Direktur- direktur dan Kasubdit-kasubdit<br />

yang ternyata sangat tangguh dan totalitasnya<br />

kelihatan dalam menghadapi tugas penanganan<br />

darurat yang cukup berat ini. Dan tentunya diatas<br />

semua itu, karena kita punya seorang Kepala <strong>BNPB</strong><br />

yang mempunyai Strong Leadership yang mampu<br />

membawa <strong>BNPB</strong> menjadi Lembaga yang diakui di<br />

Negara ini maupun di tingkat Internasional.<br />

Indonesia, beliau mengatakan bahwa <strong>BNPB</strong> saat ini<br />

sedang bekerja keras untuk mencari metode yang<br />

efektif untuk menghadapi perubahan iklim yang<br />

sewaktu-waktu memicu kejadian bencana. <strong>BNPB</strong><br />

tidak sendiri, tetapi bekerja sama untuk membahas<br />

isu ini dengan BPPT, BMKG dan Kementerian/<br />

Lembaga lainnya. “Tantangan ke depan tentu<br />

makin berat dan kita mau tidak mau harus siap<br />

menghadapi ini:, jelas Pak Dody.<br />

Pak Deputi berterima kasih kepada Kepala<br />

<strong>BNPB</strong> karena telah menugaskannya pada posisi<br />

ini. Beliau selalu mengemban amanat itu dengan<br />

penuh tanggung jawab dan dedikasi. Pengabdian<br />

terhadap Negara telah membawa beliau<br />

dianugerahi beberapa tanda penghargaan Pencipta<br />

Karya Konstruksi Terbaik (2006), Satya LencanaSatya<br />

10 Tahun (1999), dan Satya Lencana Satya 20 Tahun<br />

(2010).<br />

60 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 61


OPINI<br />

Banjir di Jatinegara,<br />

Kampung Melayu,<br />

Jakarta Timur<br />

TERTIB ADMINISTRASI, TRANSPARANSI & AKUNTABILITAS<br />

PENGELOLAAN<br />

& PERTANGGUNGJAWABAN<br />

DANA<br />

PENANGGULANGAN<br />

BENCANA<br />

Drs. Bintang Susmanto, Ak, MBA, Inspektur Utama <strong>BNPB</strong><br />

Meningkatnya kejadian,<br />

intensitas, dan frekuensi<br />

bencana di<br />

Indonesia mengakibatkan kerusakan<br />

dan kerugian yang besar yang<br />

mem butuhkan dana yang tidak<br />

se dikit untuk memperbaikinya<br />

minimal mengembalikan kepada<br />

kondisi sebelum terjadi bencana<br />

bahkan lebih baik dari kondisi<br />

sebelumnya (build back better).<br />

Dana yang besar juga dibutuhkan<br />

untuk mencegah dan memitigasi<br />

bencana, juga dalam membangun<br />

kesiapsiagaan menghadapi bencana.<br />

Demikian juga pada saat<br />

terjadi bencana diperlukan dana<br />

yang cukup besar untuk menanganinya<br />

dimana dana tersebut<br />

harus tersedia setiap saat.<br />

Pengelolaan dana tersebut harus<br />

dilakukan dengan baik dan benar,<br />

tertib, sesuai aturan yang berlaku,<br />

secara transparan dan akuntabel,<br />

sehingga bisa tercipta wilayah<br />

tertib administrasi (WTA) dan<br />

wilayah bebas korupsi (WBK) yang<br />

bermuara pada good governance<br />

dan clean government. Dilihat dari<br />

sumbernya, dana penanggulangan<br />

bencana tersebut berasal dari 3<br />

sumber, yaitu berasal dari APBN,<br />

APBD, dan masyarakat. Semua<br />

dana tersebut harus dikelola<br />

dan dipertanggungjawabkan<br />

secara transparan dan akuntabel.<br />

Penanganan bencana harus<br />

dilaksanakan dengan cepat<br />

untuk mencegah kehilangan jiwa,<br />

mengurangi penderitaan manusia,<br />

mengurangi kerusakan harta benda<br />

dan kehilangan sumber daya<br />

ekonomi, serta mempercepat<br />

proses pemulihan, namun tetap<br />

harus memperhatikan tertib<br />

administrasi dan akuntabilitas<br />

serta sesuai dengan peraturan<br />

perundangan-undangan yang<br />

berlaku. Hal ini sejalan pula<br />

dengan Prinsip-Prinsip Penanggulangan<br />

Bencana seperti yang<br />

tercantum Undang-Undang Nomor<br />

24 tahun 2007 tentang Penanggulangan<br />

Bencana dimana<br />

salah satu Prinsip Penanggulangan<br />

Bencana adalah “Transparansi dan<br />

Akuntabilitas”. Kita harus menjaga<br />

jangan sampai Pengelola<br />

Bencana mengalami “bencana”<br />

setelah menangani bencana.<br />

“Bencana” bagi Pengelola Bencana<br />

tersebut bisa datang dari<br />

Aparat Penegak Hukum seperti<br />

Kejaksaan, Kepolisian, dan/<br />

atau Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi (KPK) karena Penge lola<br />

Bencana melakukan penyimpangan<br />

dalam mengelola dan<br />

mempertanggungjawabkan dana<br />

bencana. Penyimpangan bisa<br />

disebabkan oleh tidak dipa tuhinya<br />

ketentuan peraturan per undangundangan<br />

(bisa masuk kategori<br />

unsur melawan hukum).<br />

Penyimpangan bisa ber akibat<br />

pada kesalahan admi nis trasi<br />

namun tidak sedikit juga yang<br />

berakibat pada kerugian negara.<br />

Bila Aparat Penegak Hukum menemukan<br />

dan dapat membuktikan<br />

adanya tiga unsur Tindak<br />

Pidana Korupsi (unsur melawan<br />

hukum, unsur menguntungkan<br />

diri sendiri atau orang lain, dan<br />

unsur kerugian negara), Pengelola<br />

Bencana dapat mengalami<br />

“bencana”. Untuk itu para Pengelola<br />

Bencana harus dibekali<br />

penge tahuan dan keterampilan<br />

yang cukup mengenai peraturan<br />

perundang-undangan tentang<br />

bencana, keuangan, pengadaan<br />

barang/jasa, dan peraturan terkait<br />

lainnya. Pengetahuan dan<br />

keterampilan ini juga harus disertai<br />

sikap yang jujur, amanah,<br />

berani dan cepat mengambil<br />

keputusan, serta bekerja untuk<br />

kepentingan kemanusiaan.<br />

Selain dikelola dengan baik,<br />

dana penanggulangan bencana<br />

tersebut juga harus diper tanggung<br />

jawabkan dengan benar.<br />

Pertanggungjawaban dana<br />

tersebut dituangkan dalam<br />

bentuk Laporan Keuangan<br />

dan Laporan Kinerja. Laporan<br />

Keuangan dan Laporan Kinerja<br />

tersebut akan diaudit oleh<br />

Badan Pemeriksa Keuangan<br />

(BPK) melalui pemeriksaan<br />

keuangan dan pemeriksaan<br />

kinerja. Untuk meningkatkan<br />

kualitas pengelolaan keuangan<br />

yang bermuara pada Laporan<br />

Keuangan, harus dimulai dari<br />

komitmen Pimpinan tertinggi<br />

sampai Pelaksana, peningkatan<br />

kompetensi dan kapasitas<br />

Sumber Daya Manusia, ketertiban<br />

administrasi, pencatatan dan<br />

pertanggungjawaban yang akurat<br />

dan tepat waktu, pengamanan<br />

asset negara, pengelolaan hibah<br />

yang terintegrasi, pengelolaan<br />

inventaris (Barang Milik Negara/<br />

BMN) yang andal, kepatuhan<br />

terhadap peraturan perundangundangan,<br />

kesesuaian dengan<br />

Standar Akuntansi Pemerintahan<br />

(SAP), dan keandalan Sistem<br />

Pengendalian Intern. Bila semua<br />

ini dilaksanakan dengan baik,<br />

pemeriksaan Badan Pemeriksa<br />

Keuangan (BPK) terhadap Laporan<br />

Keuangan akan menghasilkan<br />

Opini Wajar Tanpa Pengecualian<br />

(Unqualified Opinion).<br />

62 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 63


OPINI<br />

Setiap tahun BPK sebagai<br />

O = f (SAP, PU, SPI)<br />

litas pengelolaan keuangan ne-<br />

dengan penguatan efektivitas<br />

pengendalian, penilaian risiko,<br />

(BPKP), Inspektorat Jenderal<br />

Pe ngawas Eksternal Pemerintah<br />

O (Opini) merupakan dependent<br />

gara, Presiden selaku Kepala<br />

penyelenggaran SPIP, Men teri/<br />

kegiatan pengendalian, informasi<br />

Kementerian, Inspektorat Utama/<br />

mela kukan pemeriksaan ter-<br />

variable yg ter gantung pada<br />

Pemerintahan mengatur dan<br />

Pimpinan Lembaga, Guber nur,<br />

dan komunikasi, serta pemantauan<br />

Inspektorat Lembaga Pemerintah<br />

hadap Instansi Pemerintah de-<br />

independent variable berikut :<br />

menyelenggarakan<br />

sistem<br />

dan Bupati/Walikota bertang-<br />

pengendalian intern. Untuk<br />

Non Kementerian, Inspektorat<br />

ngan menghasilan 3 Laporan,<br />

· SAP (kesesuaian terhadap<br />

pengendalian intern di ling-<br />

gungjawab atas efektivitas penye-<br />

memperkuat dan menunjang<br />

Provinsi, dan Inspektorat Kabu-<br />

yaitu Laporan Hasil Pemeriksaan<br />

Standar Akuntansi<br />

kungan pemerintahan secara<br />

lenggaraan SPIP di lingkungan<br />

efektivitas penyelenggaraan SPI,<br />

paten/Kota. Agar SPIP terse-<br />

terhadap laporan Keuangan,<br />

Pemerintahan),<br />

menyeluruh. Sistem pengendalian<br />

masing-masing. SPIP adalah<br />

dilakukan pengawasan intern<br />

lenggara dengan efektif perlu<br />

Laporan Kepatuhan terhadap<br />

· PU (kepatuhan terhadap<br />

intern tersebut ditetapkan de-<br />

sistem pengendalian intern<br />

dan pembinaan penyelenggaraan<br />

disiapkan sumber daya manusia<br />

Peraturan Perundang-undangan,<br />

peraturan perundang-<br />

ngan Peraturan Pemerintah<br />

yang diselenggarakan secara<br />

SPIP. Pengawasan intern meru-<br />

yang mampu memahami dan<br />

dan Laporan terhadap Efektivitas<br />

undangan), dan<br />

(PP). Untuk memenuhi amanat<br />

menyeluruh di lingkungan pe-<br />

pakan salah satu bagian dari<br />

menjalankan SPIP dengan baik.<br />

Sistem Pengendalian Intern.<br />

· SPI (efektivitas Sistem<br />

Undang-Undang<br />

tersebut,<br />

merintah pusat dan pemerintah<br />

kegiatan pengendalian intern<br />

Dalam penanggulangan<br />

Makin sesuai Laporan Keuangan<br />

Pengendalian Intern)<br />

pada tanggal 28 Agustus 2008,<br />

daerah. Tujuan ditetapkannya<br />

yang berfungsi melakukan<br />

bencana, Pemerintah Pusat<br />

Instansi Pemerintah dengan<br />

Pemerintah menerbitkan Per-<br />

SPIP adalah untuk memberikan<br />

penilaian independen atas<br />

dan Pemerintah Daerah harus<br />

Standar Akuntansi Pemerintahan<br />

Dengan demikian diperlu-<br />

aturan Pemerintah Nomor 60<br />

keyakinan yang memadai bagi<br />

pelaksanaan tugas dan fungsi<br />

bahu membahu dalam pena-<br />

(SAP), makin patuh terhadap<br />

kan juga penguatan sistem<br />

Tahun 2008 tentang Sistem<br />

tercapainya efektivitas dan<br />

instansi pemerintah. Pengawasan<br />

nganannya, termasuk dalam<br />

peraturan perundang-undangan<br />

pengendalian intern pada setiap<br />

Pengendalian Intern Pemerintah<br />

efisiensi pencapaian tujuan pe-<br />

intern dilakukan melalui audit,<br />

pendanaannya. Pemerintah<br />

(PU), dan makin efektif Sistem<br />

unit pengelola dana bantuan<br />

(SPIP). PP 60 Tahun 2008 me -<br />

nyelenggaraan pemerintahan<br />

reviu, evaluasi, pemantauan,<br />

Daerah jangan sampai hanya<br />

Pengendalian Intern (SPI), akan<br />

bencana. Dalam Undang-<br />

wajibkan Menteri/Pimpinan<br />

negara, keandalan pelaporan<br />

dan kegiatan pengawasan<br />

bergantung pada Pemerintah<br />

berpengaruh terhadap Opini Hasil<br />

Undang Nomor 1 Tahun 2004<br />

Lembaga, Gubernur, dan Bupati/<br />

keuangan, pengamanan aset<br />

lainnya. Aparat Pengawasan<br />

Pusat. Pemerintah Daerah juga<br />

Pemeriksaan BPK (O) yang makin<br />

tentang Perbendaharaan Nega-<br />

Walikota melakukan pengendalian<br />

negara, dan ketaatan terhadap<br />

Internal Pemerintah (APIP) yang<br />

harus menyediakan anggaran<br />

baik dengan standar tertinggi<br />

ra, disebutkan bahwa dalam<br />

atas penyelenggaraan kegiat-<br />

peraturan perundang-undangan.<br />

melakukan pengawasan intern<br />

penanggulangan bencana pa-<br />

Opini Wajar Tanpa Pengecualian<br />

rangka meningkatkan ki ner-<br />

an pemerintah dengan berpe-<br />

Unsur Sistem Pengendalian<br />

adalah Badan Pengawasan<br />

da APBD nya. Sebagaimana ter-<br />

(Unqualified Opinion).<br />

ja, transparansi, dan akun tabi-<br />

doman pada SPIP. Terkait<br />

Intern (SPI) meliputi: lingkungan<br />

Keuangan dan Pembangunan<br />

tuang dalam Undang-Undang<br />

64 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 65


OPINI<br />

Pemerintah (Government),<br />

dimungkinkan dalam penang-<br />

Masyarakat (Civil Society), dan<br />

gulangan bencana, termasuk<br />

Lembaga Usaha (Private Sector),<br />

pendanaannya, namun tetap<br />

dimana masing-masing juga<br />

harus sesuai kebutuhan dan per-<br />

bisa menyediakan dana untuk<br />

mintaan negara yang dibantu.<br />

penanggulangan bencana. Oleh<br />

Dari segi pendanaan, dana pe-<br />

karena itu sebaiknya Lembaga<br />

nanggulangan bencana menjadi<br />

Usaha juga diajak berpartisipasi<br />

tanggungjawab bersama antara<br />

aktif dengan menyediakan<br />

Pemerintah Pusat dan Pemerintah<br />

dana penanggulangan bencana<br />

Daerah (budget sharing). Dengan<br />

dalam program Corporate<br />

demikian Pemerintah Daerah<br />

Social Responsibility (CSR) nya.<br />

juga berkewajiban menyediakan<br />

Selain Pemerintah, masyarakat<br />

dana yang cukup dari APBD un-<br />

Nomor 24 tahun 2007 tentang<br />

Penanggulangan Bencana (UU 24<br />

Tahun 2007), Pemerintah Pusat<br />

dan Pemerintah Daerah men jadi<br />

penanggungjawab dalam penyelenggaraan<br />

penanggulangan<br />

bencana. Bila terjadi bencana,<br />

Pemerintah Kabupaten/Kota<br />

ber tindak selaku first responder,<br />

yaitu pihak pertama yang<br />

melakukan response karena<br />

berada paling dekat dengan lokasi<br />

bencana. Pemerintah Propinsi<br />

yang bersangkutan segera merapat<br />

memberikan dukungan.<br />

Pemerintah Pusat juga segera<br />

merapat memberikan bantuan<br />

dan pendampingan untuk<br />

hal-hal yang bersifat ekstrim,<br />

misalnya dalam hal daerah<br />

kurang memiliki kemampuan<br />

baik kekurangan dana, tenaga,<br />

maupun logistik dan peralatan.<br />

Sesuai yang dilambangkan<br />

dalam gambar segitiga biru pada<br />

logo penanggulangan bencana<br />

Indonesia, 3 pilar utama penanggulangan<br />

utama adalah<br />

juga berkewajiban melakukan<br />

kegiatan penanggulangan bencana.<br />

Lembaga Usaha juga diberi<br />

kesempatan dalam penyelenggaraan<br />

penanggulangan<br />

bencana baik secara tersendiri<br />

maupun secara bersama dengan<br />

pihak lain. Selain itu juga diberi<br />

kesempatan kepada lembaga<br />

internasional dan lembaga asing<br />

non pemerintah untuk ikut serta<br />

dalam kegiatan penanggulangan<br />

bencana baik secara sendirisendiri,<br />

bersama-sama, dan/atau<br />

bersama dengan mitra kerja dari<br />

Indonesia dengan memperhatikan<br />

latar belakang sosial, budaya,<br />

dan agama masyarakat setempat<br />

sesuai dengan ketentuan yang<br />

diatur dalam Peraturan Pemerintah<br />

Nomor 23 Tahun 2008<br />

tentang Peran Serta Lembaga<br />

Internasional dan Lembaga Asing<br />

Non Pemerintah Dalam Penanggulangan<br />

Bencana. Dalam<br />

hal ini bantuan internasional juga<br />

tuk penanggulangan bencana.<br />

Se-yogya-nya makin tinggi tingkat<br />

kerawanan bencana suatu daerah,<br />

makin tinggi dana yang<br />

disediakan dalam APBD untuk<br />

penanggulangan bencana. Pengertian<br />

ini tidak hanya harus<br />

dipahami oleh pihak Eksekutif,<br />

tetapi juga oleh pihak Legislatif<br />

(DPRD) karena proses persetujuan<br />

anggaran harus melalui Legistatif.<br />

Selain itu Peraturan Pemerintah<br />

Nomor 22 Tahun 2008 tentang<br />

Pendanaan dan Pengelolaan<br />

Bantuan Bencana (PP 22 Tahun<br />

2008) mengamanatkan bahwa<br />

selain Dana Siap Pakai disediakan<br />

dalam APBN yang ditempatkan<br />

dalam anggaran <strong>BNPB</strong> untuk<br />

kegiatan pada saat tanggap<br />

darurat, Pemerintah Daerah juga<br />

menyediakan dana siap pakai<br />

dalam anggaran penanggulangan<br />

bencana yang berasal dari<br />

APBD yang ditempatkan dalam<br />

anggaran BPBD. Dana siap pakai<br />

tersebut harus selalu tersedia<br />

sesuai dengan kebutuhan pada<br />

saat tanggap darurat.<br />

Dalam PP 22 Tahun 2008 diamanatkan<br />

disediakannya 3 dana<br />

khusus untuk penanggulangan<br />

bencana, yaitu dana kontinjensi<br />

bencana yang disediakan untuk kegiatan<br />

kesiapsiagaan pada tahap<br />

pra bencana, dana siap pakai<br />

yang disediakan untuk kegiatan<br />

pada saat keadaan darurat, dan<br />

dana bantuan sosial berpola hibah<br />

yang disediakan untuk kegiatan<br />

pada saat pasca bencana. Namun<br />

demikian sampai dengan saat ini<br />

dana kontinjensi bencana belum<br />

secara optimal dialokasikan oleh<br />

Kementerian Keuangan. Padahal<br />

kita semua mengetahui bahwa<br />

mencegah (preventif) lebih baik<br />

daripada memperbaiki.<br />

Perlu juga dipertimbangkan<br />

adanya peraturan atau revisi<br />

peraturan di tingkat Presiden<br />

atau Menteri yang secara khusus<br />

mengatur lebih spesifik hal-hal<br />

yang diamanatkan oleh Peraturan<br />

Pemerintah yaitu :<br />

1. Peraturan Presiden tentang<br />

Penetapan Status dan<br />

Tingkatan Bencana.<br />

2. Peraturan Menteri<br />

Keuangan tentang Pedoman<br />

Sistem Akuntansi Dana<br />

Penanggulangan Bencana<br />

yang Bersumber dari<br />

Masyarakat<br />

3. Peraturan Menteri Keuangan<br />

tentang Pencatatan Dana<br />

Masyarakat yang Diterima<br />

oleh Pemerintah Pusat<br />

dalam APBN.<br />

4. Peraturan Menteri Dalam<br />

Negeri tentang Pencatatan<br />

Dana Masyarakat yang<br />

Diterima oleh Pemerintah<br />

Daerah dalam APBD.<br />

66 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 67


SNAP SHOT<br />

Kepala <strong>BNPB</strong> bertukar cinderamata setelah memberikan<br />

paparan di Mabes TNI, Cilangkap (29 /1).<br />

<strong>BNPB</strong> meraih penghargaan Elshinta Award 2012 dari Radio<br />

Elshinta sebagai instansi pemerintah yang proaktif memberikan<br />

informasi kepada masyarakat, di Jakarta (19/2)<br />

Konferensi Pers Banjir Jakarta oleh <strong>BNPB</strong> dengan Kementerian Lembaga lainnya di Pos Komando Banjir,<br />

PU, Jakarta (18/1)<br />

Foto bersama dengan tim Teknologi Modifikasi Cuaca untuk<br />

mengantisipasi banjir Jakarta pada hari ke-14, di Halim<br />

Perdanakusuma (8/2)<br />

Kepala <strong>BNPB</strong> memberikan pandangannya dalam acara<br />

DRR and the Post 2015 Development Agenda, Global<br />

Thematic Consultation, di Kuningan, Jakarta (20/2).<br />

Sidak Kepala <strong>BNPB</strong> beserta Menkokesra ke tempat pengungsian banjir Jakarta, di GOR Otista Jakarta<br />

(16/1)<br />

Kepala <strong>BNPB</strong> memberikan pembekalan materi untuk Pasis<br />

di Sesko AL Cipulir (15/2).<br />

Kunjungan Assitant Secretary General_BCPR Director<br />

United Nations ke <strong>BNPB</strong> (18/2).<br />

68 Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013 69


SNAP SHOT<br />

Forum Komunikasi BAKOHUMAS <strong>BNPB</strong> mengenai Sosialisasi<br />

International Table Top Exercise (TTX) 2013, di Jakarta (19/2)<br />

Kunjungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana<br />

Filipina (NDRMCC) untuk belajar DIBI ke <strong>BNPB</strong>, Jakarta<br />

(11/3).<br />

Kunjungan delegasi dari Cina ke Pusdalops <strong>BNPB</strong> (14/1)<br />

Kunjungan TNI Kementerian Pertahanan mempelajari<br />

Penanggulangan Bencana di <strong>BNPB</strong>, Jakarta (13/3).<br />

MOU Kerjasama <strong>BNPB</strong> Indonesia dengan Australia dalam<br />

Penanggulangan Bencana yang diwakili oleh Duta Besar<br />

Australia untuk Indonesia Greg Moriarty, di Jakarta (25/3)<br />

MOU <strong>BNPB</strong> dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan<br />

di Jakarta (26/2).<br />

70<br />

Majalah <strong>GEMA</strong> <strong>BNPB</strong> Vol. IV <strong>No.1</strong> Tahun 2013


Diterbitkan oleh:<br />

Badan Nasional Penanggulangan Bencana<br />

Jl. IR. H. Juanda No. 36 Jakarta Pusat<br />

Telp: 021 3458400, Fax: 021 3458500<br />

www.bnpb.go.id<br />

Email : contact@bnpb.go.id<br />

Facebook : www.facebook.com/bnpb.indonesia<br />

Twitter : http: //twitter.com/bnpb_Indonesia<br />

Youtube : http://www.youtube.com/user/<strong>BNPB</strong>Indonesia

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!