Sekilas Ulasan UU Perbankan Syariah - Bank Indonesia
Sekilas Ulasan UU Perbankan Syariah - Bank Indonesia
Sekilas Ulasan UU Perbankan Syariah - Bank Indonesia
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
melalui Peradilan Agama (sesuai <strong>UU</strong><br />
No.3 Tahun 2006 tentang<br />
Perubahan Atas <strong>UU</strong> No.7 Tahun<br />
1989 tentang Peradilan Agama),<br />
bisa juga memilih penyelesaian<br />
sengketa melalui musyawarah,<br />
mediasi perbankan, Basyarnas, atau<br />
peradilan umum. Namun, Undang-<br />
Undang mensyaratkan bahwa<br />
penyelesaian sengketa di luar<br />
Peradilan Agaman tetap harus<br />
dilakukan dengan berpedoman pada<br />
Prinsip <strong>Syariah</strong>.<br />
Sanksi<br />
Pengaturan sanksi dibedakan antara<br />
sanksi administratif dan sanksi<br />
pidana, dengan pola pengaturan<br />
umumnya hampir sama dengan <strong>UU</strong><br />
<strong>Perbankan</strong> (konvensional).<br />
Pengaturan sanksi yang relatif baru<br />
(Pasal 66) dalam hal ini adalah sanksi<br />
pidana bagi direksi atau pegawai<br />
<strong>Bank</strong> <strong>Syariah</strong> atau <strong>UU</strong>S yang dengan<br />
sengaja:<br />
Melakukan perbuatan yang<br />
bertentangan dengan <strong>UU</strong> ini dan<br />
perbuatan tersebut telah<br />
mengakibatkan kerugian bagi<br />
bank;<br />
Menghalangi pemeriksaan atau<br />
tidak membantu pemeriksaan<br />
yang dilakukan oleh dewan<br />
komisaris atau kantor akuntan<br />
publik;<br />
Memberikan penyaluran dana<br />
atau fasilitas penjaminan dengan<br />
melanggar ketentuan yang<br />
berlaku;<br />
Tidak melakukan langkahlangkah<br />
yang diperlukan untuk<br />
memastikan ketaatan bank<br />
terhadap ketentuan Batas<br />
Maksimum Pemberian<br />
Penyaluran Dana;<br />
diancam dengan pidana penjara 1<br />
tahun - 5 tahun, dan pidana denda<br />
antara Rp1 miliar - Rp5 miliar.<br />
Pengaturan mengenai pemidanaan<br />
atau kriminalisasi terhadap<br />
pelanggaran Batas Maksimum<br />
Pemberian Penyaluran Dana<br />
(BMPPD) tidak dikenakan secara<br />
langsung, sama seperti halnya dalam<br />
perbankan konvensional yang<br />
menerapkan Pasal 49 ayat (2) untuk<br />
menjaring pelanggaran BMPK, yaitu<br />
apabila bank tidak melakukan<br />
langkah-langkah yang diperlukan<br />
untuk memastikan ketaatan bank<br />
terhadap ketentuan dalam <strong>UU</strong><br />
<strong>Perbankan</strong>, dan ketentuan<br />
perundang-undangan lainnya yang<br />
berlaku bagi bank. Dengan demikian<br />
diberikan kesempatan bagi bank<br />
untuk melakukan perbaikan/koreksi<br />
atas pelanggaran BMPK, hal ini<br />
mengingat terjadinya pelanggaran<br />
BMPK tidak selalu diketahui secara<br />
langsung pada saat pemberian<br />
kredit, tetapi bisa saja baru diketahui<br />
di kemudian hari.<br />
Adanya pengaturan sanksi tersebut<br />
diharapkan dapat lebih<br />
mempertegas ancaman terhadap<br />
BULETIN HUKUM PERBANKAN DAN KEBANKSENTRALAN 10 Volume 6, Nomor 2, Agustus 2008