YOTMagz_May_2014

30 Chattime
Rory Asyari
Saat Mas Rory masuk ke dunia jurnalistik, apakah memang karena sudah tahu kalau itu adalah passion Mas
Rory yang sebenarnya atau hanya sekedar coba-coba dan ternyata suka?
Kalau saya, sebenarnya berawal dari apa yang saya sukai. Saya dulu suka melihat Desi Anwar dan jajarannya,
apalagi saat melihat Desi yang pernah meliput pada suatu KTT di mana dia mewawancara pemimpin negara
dengan bahasa Inggris, Prancis, dan Jerman, lalu melaporkannya dengan bahasa Indonesia. Menurut saya
itu luar biasa sekali! Dari hal itu, saya menjadi suka dengan profesi tersebut. Pada saat kuliah memang masih
banyak distorsi, pengen jadi ini, pengen jadi itu. Namun, setelah lulus saya mencoba stick to this profession
dan saya juga punya target yaitu harus masuk ke Metro TV, karena di sana saya sudah tahu akan belajar ilmu
jurnalistik seperti apa, akan bertemu dengan orang-orang seperti apa, dan pengalaman apa yang akan saya
dapatkan yang tidak bisa saya dapatkan di tempat lain. Intinya setting target yang ingin dicapai. Terserah nanti
jadi news anchor atau tetap jadi field reporter, yang penting saya sudah melakukan yang terbaik untuk sampai
pada titik itu. Selalu berawal dari yang saya suka.
Apakah ada kendala yang pernah membuat Mas Rory ragu akan passion yang sudah digeluti? Serta
bagaimana cara mengatasi saat kendala itu datang?
Kendala-kendala saya anggap sebagai suatu tantangan. Tanpa kendala, kita tidak akan pernah belajar.
Misalnya ada teman kantor yang tidak bisa diajak kooperatif atau narasumber yang menyebalkan. Ya itu
memang resiko , bagaimana “pintar-pintar”-nya kita menyampaikan. Toh, kalau passion kita sudah kuat
dan kita sudah tahu apa yang kita mau, jika ada kendala-kendala seperti itu, pasti kita tidak akan terganggu.
Semua itu akan jadi dinamika-dinamika aja, yang penting kita tetap stick pada tujuan.
Mei 2014