Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian
Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian
Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)<br />
Ilirehorat hscaBanen dan kmbinaan Usaha<br />
Tahun 2013<br />
<strong>Direktorat</strong> <strong>Jenderal</strong> <strong>Perkebunan</strong><br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Pertanian</strong>
DAFTAR ISI<br />
Halaman<br />
Kata Pengantar …………………………………………...... i<br />
Daftar Isi …………………………………………...... ii<br />
I. Pendahuluan …………………………………………...... 1<br />
1.1. Latar Belakang ...........................................…………....... 1<br />
1.2. Tujuan ………………………………………........... 2<br />
II. Tugas Pokok dan Fungsi ………………………………………......... 3<br />
2.1. Tugas dan Fungsi ………………………………………......... 3<br />
2.2. Nilai-Nilai ………………………………………......... 3<br />
2.3. Srtuktur Organisasi ………………………………………......... 4<br />
III. Visi dan Misi ………………………………………........... 6<br />
3.1. Visi …………………………………………....... 6<br />
3.2. Misi …………………………………………....... 6<br />
IV. Tujuan dan Sasaran …………………………………………...... 7<br />
4.1. Tujuan …………………………………………....... 7<br />
4.2. Sasaran …………………………………………........ 8<br />
V. Permasalahan yang dihadapi ………………………………………...... 9<br />
5.1. Penerapan Penanganan Pascapanen …………………………….. 10<br />
5.2. Sertifikasi Perusahaan <strong>Perkebunan</strong><br />
Kelapa Sawit Berkelanjutan ……………………………………… 10<br />
5.3. Penilaian Usaha <strong>Perkebunan</strong> …………………………………….. 11<br />
5.4. Penanganan Kasus Gangguan<br />
Usaha dan Konflik <strong>Perkebunan</strong> …..……………………………… 12<br />
VI. Kebijakan dan Strategi<br />
6.1. Kebijakan ………………………………………............. 12<br />
6.2. Strategi ………………………………………............. 13<br />
VII.Program dan Kegiatan ..…………………………………….............. 15<br />
7.1. Program …………………………………………......... 15<br />
7.2. Kegiatan ………………………………………….......... 15<br />
7.3. Keluaran (Output) ………………………………………….......... 16<br />
ii
VIII.Rencana Kerja Tahun 2013 …………………………………………......... 18<br />
8.1. Pascapanen …………………………………………....... 18<br />
8.2. Bimbingan Usaha dan<br />
<strong>Perkebunan</strong> Berkelanjutan ………………………………………… 18<br />
8.3. Gangguan Usaha dan<br />
Konflik <strong>Perkebunan</strong> ………………………………………… 19<br />
Lampiran Matrik Rencana Kinerja Tahunan (RKT) .......................................... 20<br />
iii
BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
1.1. Latar Belakang<br />
<strong>Perkebunan</strong> merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara<br />
ekonomis, ekologis dan sosial budaya mempunyai peranan penting dalam<br />
pembangunan nasional. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor : 18 tahun 2004<br />
tentang <strong>Perkebunan</strong>, pembangunan perkebunan bertujuan untuk meningkatkan<br />
pendapatan masyarakat; meningkatkan penerimaan negara dan devisa negara;<br />
menyediakan lapangan kerja; meningkatkan produktivitas; nilai tambah dan daya<br />
saing; memenuhi kebutuhan konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri; dan<br />
mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.<br />
Pembangunan perkebunan kedepan dihadapkan kepada berbagai<br />
tantangan, seperti terjadinya berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan<br />
yang sangat dinamis serta berbagai persoalan mendasar seperti adanya tekanan<br />
era globalisasi dan liberalisasi pasar, pesatnya kemajuan teknologi dan informasi,<br />
terjadinya perubahan iklim secara global, semakin terbatasnya Sumber Daya Alam<br />
(SDA), kecilnya kepemilikan dan status lahan milik petani/pekebun, teratasnya<br />
akses petani/pekebun terhadap permodalan, terbatasnya sistem perbenihan<br />
nasional, masih lemahnya kelembagaan petani/pekebun dan petugas penyuluh<br />
dilapangan, serta kurang harmonisnya koordinasi kerja antar sektor terkait<br />
pembangunan perkebunan. Tantangan-tantangan dimaksud juga memicu berbagai<br />
gangguan usaha dan konflik perkebunan dilapangan yang memiliki karakter yang<br />
multi dimensi yaitu ekonomi, politik, hukum, sosial, lingkungan dan juga<br />
internasional dan penyelesaian kedepan menjadi sangat strategis dalam rangka<br />
pemulihan kondisi sebagaimana yang terjadi akhir-akhir ini<br />
Mengacu kepada rencana strategis <strong>Direktorat</strong> <strong>Jenderal</strong> <strong>Perkebunan</strong> 2010 –<br />
2014, <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha dalam mendukung visi<br />
<strong>Direktorat</strong> <strong>Jenderal</strong> <strong>Perkebunan</strong> yaitu ” Profesional dalam memfasiltasi<br />
peningkatan produksi, produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan<br />
berkelanjutan ” perlu menjabarkan program dan atau kegiatan prioritas terhadap<br />
dukungan pascapanen dan pembinaan usaha dengan sasaran dan Indikator Kinerja<br />
1
Utama yang diformulasikan dalam bentuk rencana kinerja setiap tahunnya.<br />
Rencana Kinerja Tahunan <strong>Direktorat</strong> Pascpanen dan Pembinaan Usaha merupakan<br />
penjabaran lebih lanjut dari perencanaan strategis yang memuat target kinerja yang<br />
hendak dicapai dalam satu tahun beserta indikator kinerjanya.<br />
1.2. Tujuan<br />
Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Indikator Kinerja Utama (IKU)<br />
<strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha setiap tahunnya perlu di tetapkan<br />
sebagai acuan dalam penyusunan kegiatan yang menjadi fokus dalam mencapai<br />
sasaran yang ditetapkan dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden Republik<br />
Indonesia Nomor : 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah<br />
dan dalam penyusunannya mengacu kepada Peraturan Menteri Negara<br />
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Men-PAN & RB) Nomor<br />
: 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan<br />
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.<br />
Untuk mengukur kinerja pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan<br />
perkebunan telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama berdasarkan Keputusan<br />
Menteri <strong>Pertanian</strong> Nomor: 1185/Kpts/OT.140/3/2010 Tanggal 15 Maret 2010<br />
tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) di Lingkungan <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Pertanian</strong> Tahun 2010 – 2014.<br />
Rencana Kinerja Tahunan bertujuan sebagai acuan bagia pelaksanaan<br />
kegiatan dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dan sebagai tolok ukur<br />
yang digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelengaraan<br />
pemerintah untuk suatu periode tertentu.<br />
2
BAB II<br />
TUGAS POKOK DAN FUNGSI<br />
2.1. Tugas Pokok dan Fungsi<br />
Berdasarkan Keputusan Menteri <strong>Pertanian</strong> Republik Indonesia No.<br />
61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan<br />
Tata Kerja <strong>Kementerian</strong> <strong>Pertanian</strong>, tugas pokok <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan<br />
Pembinaan Usaha adalah : melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan<br />
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian<br />
bimbingan tehnis dan evaluasi di bidang pascapenan dan pembinaan usaha<br />
perkebunan.<br />
<strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha menyelenggarakan fungsi :<br />
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pascapanen tanaman semusim,<br />
rempah, penyegar, tahunan dan bimbingan usaha dan perkebunan<br />
berkelanjutan serta gangguan usaha dan penangganan konflik;<br />
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pascapanen tanaman semusim, rempah,<br />
penyegar, tahunan dan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan serta<br />
gangguan usaha dan penangganan konflik;<br />
c. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang pascapanen<br />
tanaman semusim, rempah, penyegar, tahunan dan bimbingan usaha dan<br />
perkebunan berkelanjutan serta gangguan usaha dan penangganan konflik;<br />
d. Pemberiaan bimbingan usaha teknis dan evaluasi di bidang pascapanen<br />
tanaman semusim, rempah, penyegar, tahunan dan bimbingan usaha dan<br />
perkebunan berkelanjutan serta gangguan usaha dan penangganan konflik;<br />
e. Pelaksanaan urusan tata usaha <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha.<br />
2.1. Nilai-Nilai<br />
Nilai-nilai yang dianut oleh <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha<br />
adalah :<br />
a. Profesional (Profesionalism), dalam artian seluruh aparat yang terkait dapat<br />
melaksanakan pelayanan sesuai dengan bidang keahlian dan keterampilannya;<br />
b. Terukur (Measurable), dalam artian dapat diukur dengan skala penilaian<br />
tertentu yang disepakati dapat berupa pengukuran kuantitas ataupun kualitas;<br />
3
c. Keterbukaan (Transfancy), dalam artian dapat dilaksanakan sesuai dengan<br />
Standard Operational Procedure (SPO);<br />
d. Dapat dipertanggungjawabkan (Accountable), dalam artian hasil atau layanan<br />
yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak.<br />
2.1. Struktur Organisasi<br />
Sesuai dengan Keputusan Menteri <strong>Pertanian</strong> Republik Indonesia No.<br />
61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan<br />
Tata Kerja <strong>Kementerian</strong> <strong>Pertanian</strong>, <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha<br />
membawahi 4 (empat) Unit Eselon III yaitu : (1) Sub <strong>Direktorat</strong> Pascapanen<br />
Tanaman Rempah Penyegar dan Semusim, (2) Sub <strong>Direktorat</strong> Pascapanen<br />
Tanaman Tahunan, (3) Sub <strong>Direktorat</strong> Bimbingan Usaha dan perkebunan<br />
berkelanjutan dan (4) Sub <strong>Direktorat</strong> Gangguan Usaha dan Konflik <strong>Perkebunan</strong>.<br />
Struktur organisasi <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha sesuai dengan<br />
Gambar 1.<br />
Gambar 1. Struktur Organisasi <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha<br />
DIREKTORAT<br />
PASCAPANEN DAN<br />
PEMBINAAN USAHA<br />
SUBBAGIAN<br />
TATA USAHA<br />
KELOMPOK<br />
JABATAN<br />
FUNGSONAL<br />
SUBDIT<br />
PASCAPANEN<br />
TANAMAN<br />
SEMUSI,<br />
REMPAH DAN<br />
PENYEGAR<br />
SUBDIT<br />
PASCAPANEN<br />
TANAMAN<br />
TAHUNAN<br />
SUBDIT<br />
BIMBINGAN<br />
USAHA DAN<br />
PERKEBUNAN<br />
BERKELANJUTAN<br />
SUBDIT<br />
GANGGUAN<br />
USAHA DAN<br />
PENANGANAN<br />
KONFLIK<br />
SEKSI<br />
TEKNOLOGI<br />
SEKSI<br />
PENERAPAN<br />
SEKSI<br />
TEKNOLOGI<br />
SEKSI<br />
PENERAPAN<br />
SEKSI<br />
BIMBINGAN<br />
USAHA<br />
SEKSI<br />
PERKEBUNAN<br />
BERKELAN-<br />
JUTAN<br />
SEKSI<br />
GANGGUAN<br />
USAHA<br />
SEKSI<br />
PENANGANAN<br />
KONFLIK<br />
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut Direktort<br />
Pascapanen dan Pembinaan Usaha berdasarkan pencermatan lingkungan strategis<br />
dengan analisi SWOT mempunyai kekuatan berupa :<br />
4
(a) Tersedianya landasan hukum tentang penanganan pascapanen yaitu UU No 12<br />
Tahun 1992 Tentang Sistim Budidaya Tanaman, UU No 18 Tahun 2004<br />
Tentang <strong>Perkebunan</strong>, Kepres No 47 Tahun 1986 Tentang Peningkatan<br />
Penanganan Pascapanen, Permentan No 44 Tahun 2009 Tentang Pedoman<br />
Penanganan Pascapanen hasil pertanian asal tanaman yang baik, Permentan<br />
No 61 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja <strong>Kementerian</strong> <strong>Pertanian</strong><br />
(b) Tersedianya jumlah SDM yang mencukupi, yaitu jumlah SDM pada tahun 2011<br />
sejumlah 70 orang dengan kualifikasi pendidikan S3 : sebanyak 1 orang, S2<br />
: sebanyak 16 orang, S1 : sebanyak 22 orang, Sarjana Muda/Diploma :<br />
sebanyak 2 orang), SLTA : sebanyak 27 orang, dan SD : sebanyak 2 orang.<br />
(c) Tersedianya sarana dan prasarana pendukung pelaksanaan kegiatan yaitu<br />
tersedianya perangkat teknologi komputer dan perlengkapannya, tersedianya<br />
furniture yang mencukupi (meja, kursi, lemari, kardeks), tersedianya jaringan<br />
komunikasi (telp dan internet) di setiap ruang esselon III, tersedianya data dan<br />
informasi perkebunan (statistik, leaflet, booklet), tersedianya fasilitasi<br />
penanganan pascapanen di daerah.<br />
(d) Tersedianya norma, standar, prosedur, kriteria, pedoman umum, pedoman<br />
teknis dan kebijakan, yaitu tersedianya Renstra <strong>Direktorat</strong> <strong>Jenderal</strong><br />
<strong>Perkebunan</strong>, Pedoman Pelaksanaan Anggaran, Pedoman Operasional<br />
Kegiatan (POK), Pedoman Penanganan Pascapanen, Renstra <strong>Direktorat</strong><br />
Pascapanen dan Pembinaan Usaha.<br />
(e) Tersediannya roadmap komoditas utama dan Renstra Pengembangan<br />
<strong>Perkebunan</strong>, yaitu tersedianya Roadmap 14 Komoditi <strong>Perkebunan</strong>, Renstra<br />
Pembangunan <strong>Perkebunan</strong>.<br />
Tugas pokok dan fungsi yang menjadi amanah <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan<br />
Pembinaan Usaha tersebut wajib dipertanggungjawabkan setiap tahun.<br />
Berdasarkan hal tersebut, Rencana Kerja Tahunan (RKT) <strong>Direktorat</strong> Pascapanen<br />
dan Pembinaan Usaha tahun 2012 ini merencanakan kegiatan tahun 2012 sesuai<br />
Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha<br />
yang disesuaikan dengan kegiatan yang didukung oleh alokasi dana DIPA tahun<br />
2012.<br />
5
BAB III<br />
VISI DAN MISI<br />
3.1. Visi <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha<br />
Visi <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha sebagai bagian integral<br />
dari <strong>Direktorat</strong> <strong>Jenderal</strong> <strong>Perkebunan</strong> harus selaras dengan visi <strong>Direktorat</strong> <strong>Jenderal</strong><br />
<strong>Perkebunan</strong> yaitu ”Profesional dalam memfasiltasi peningkatan produksi,<br />
produktivitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan” maka visi<br />
<strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha adalah sebagai berikut :<br />
1. Memfasilitasi peningkatan peyediaan teknologi dan penerapan pascapanen<br />
tanaman tahunan, rempah penyegar dan semusim;<br />
2. Memfasilitasi peningktan bimbingan dan penanganan usaha perkebunan<br />
berkelanjutan;<br />
3. Memfasilitasi peningkatan penanganan gangguan usaha dan konflik<br />
perkebunan;<br />
4. Memfasilitasi peningkatan penerapan pengolahan perkebunan berkelajutan;<br />
5. Memfasilitasi peningkatan Revitalisasi Pengembangan <strong>Perkebunan</strong>;<br />
6. Memberikan pelayanan permohonan rekomendasi teknis usaha perkebunan.<br />
2.2. Misi <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha<br />
Mangacu pada pada salah satu Misi <strong>Direktorat</strong> <strong>Jenderal</strong> <strong>Perkebunan</strong> yaitu<br />
”Mengupayakan penanganan Pascapanen dan Pembinaan usaha”, maka misi<br />
<strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan pembinaan Usaha ditetapkan sebagai berikut :<br />
1. Memfasilitasi peningkatan penyedian teknologi dan penerapan pascapanen<br />
budidaya tanaman tahunan, rempah penyegar dan semusim;<br />
2. Memfasilitasi peningkatan bimbingan dan penanganan usaha perkebunan<br />
berkelanjutan;<br />
3. Memfasilitasi peningkatan penanganan gangguan usaha dan konflik<br />
perkebunan;<br />
4. Memfasilitasi peningkatan penerapan pengelolaan perkebunan berkelanjutan;<br />
5. Memfasilitasi peningkatan Revitalisasi Pengembangan <strong>Perkebunan</strong>;<br />
6. Memberikan pelayanan permohonan rekomendasi teknis usaha perkebunan<br />
(Rekomtek).<br />
6
BAB IV<br />
TUJUAN DAN SASARAN<br />
4.1. Tujuan <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha<br />
Untuk mendukung pencapaian agenda pembangunan nasional dan tujuan<br />
pembangunan pertanian, maka tujuan pembangunan perkebunan ditetapkan<br />
sebagai berikut :<br />
1. Meningkatkan produksi, produktivitas, mutu, nilai tambah dan daya saing<br />
perkebunan;<br />
2. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perkebunan;<br />
3. Meningkatakan penerimaan dan devisa negara dan sub sektor perkebunan;<br />
4. Mendukung penyediaan pangan di wilayah perkebunan;<br />
5. Memenuhi kebutuhan konsumsi dan meningkatkan penyediaan bahan baku<br />
industri perkebunan.<br />
6. Mendukung pengembangan bio-energi melalui peningkatan peran sub sektor<br />
perkebunan sebagai penyedian bahan bakar nabati;<br />
7. Mengoptimalkan Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) perkebunan;<br />
8. Meningkatkan peran sub sektor perkebunan sebagai penyedia lapangan kerja;<br />
9. Meningkatkan pelayanan organisasi yang berkualitas.<br />
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut di atas, maka <strong>Direktorat</strong><br />
Pascapanen dan Pembinaan Usaha perlu melakukan hal – hal sebagai berikut:<br />
1. Memfasilitasi peningkatan ketersedian dan penerapan teknologi pascapanen<br />
budidaya tanaman tahunan, rempah penyegar dan semusim;<br />
2. Memfasilitasi peningkatan, mutu, nilai tambah dan daya saing hasil perkebunan;<br />
3. Memfasilitasi penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan;<br />
4. Memfasilitasi pengelolaan sumber daya alam secara arif dan berkelanjutan serta<br />
mendorong pengembangan wilayah berwawasan lingkungan;<br />
5. Memfasilitasi peningkatan peran sektor perkebunan sebagai penyedia lapangan<br />
kerja;<br />
6. Memfasilitasi peningkatan kemampuan, kemandirian dan profesinaliisme pelaku<br />
usaha perkebunan;<br />
7. Memfasilitasi peningkatan dan penumbuhan kemitraan dan hubungan sinergi<br />
antar pelaku usaha perkebunan;<br />
7
8. Meningkatkan pelayanan organisasi yang berkualitas.<br />
4.2. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama<br />
Dalam rangka mendukung pelaksanaan program dan kegiatan<br />
pembangunan perkebunan telah ditetapkan kinerja utama berdasarkan Keputusan<br />
Menteri <strong>Pertanian</strong> Republik Indonesia Nomor : 1185/Kpts/OT.140/3/2010 tanggal 15<br />
Maret 2010 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) di lingkungan<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Pertanian</strong> Tahun 2010 – 2014, <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan<br />
Usaha melalui Program/Kegiatan Prioritas yaitu “Dukungan Pascapanen dan<br />
Pembinaan Usaha <strong>Perkebunan</strong>”. ditetapkan Sasaran dan Indikator Kinerja Utama<br />
(IKU) <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha ditetapkan Indikator Kinerja<br />
Utama (IKU) sesuai tugas dan fungsinya dapat dilihat pada Tabel 1.<br />
Tabel 1. Sasaran dan Indikator Kinerja Utama<br />
No Sasaran Indikator Kinerja Utama<br />
1 Peningkatan Mutu<br />
Produk <strong>Perkebunan</strong><br />
dan Usaha <strong>Perkebunan</strong><br />
Berkelanjutan<br />
1. Jumlah Kelompok Tani<br />
yang menerapkan<br />
penaganan pasacapanen<br />
sesuai GHP (Kelompok<br />
Tani)<br />
2. Jumlah Perusahaan<br />
<strong>Perkebunan</strong> Kelapa Sawit<br />
yang layak Mengajukan<br />
permohonan Sertifikat<br />
ISPO (Perusahaan )<br />
3. Jumlah perusahaan<br />
perkebunan yang ditangani<br />
kasus gangguan usahanya<br />
(Perusahaan)<br />
Tahun<br />
2011 2012 2013 2014<br />
100 110 120 130<br />
75 150 250 350<br />
38 40 42 44<br />
8
BAB V<br />
PERMASALAHAN YANG DIHADAPI<br />
5.1. Penerapan Penanganan Pascapanen<br />
a. Permasalahan penerapan penaganan pascapanen sesuai Good Handling<br />
Practise (GHP) antara lain disebabkan : 1) Masih tingginya tingkat kehilangan<br />
hasil panen, 2) Mutu hasil yang masih rendah, 3) Tingkat efisiensi dan<br />
efektivitas yang masih rendah, 4) Nilai jual yang kurang kompetitif, 5) Belum<br />
adanya jaminan pasar terhadap produk yang memiliki mutu yang baik, 6)<br />
Lemahnya petani dalam mengakses informasi pasar sehingga kurang memiliki<br />
posisi tawar yang baik, 7) Rendahnya kemampuan Sumber Daya Manusia<br />
(SDM) dalam mengadopsi teknologi pascapanen, 8) Masih lemahnya fungsi<br />
kelembagaan petani/kelompok tani.<br />
b. Kegiatan Fermentasi biji kakao belum berjalan seperti yang diharapkan karena<br />
terkendala dengan perbedaan harga biji kakao fermentasi dan non fermentasi<br />
tidak signifikan. Dengan demikian diperlukan monitoring dan evaluasi untuk<br />
kegiatan fermentasi biji kakao pada tahun berikutnya.<br />
c. Penaganan pascapanen pala masih dilakukan secara tradisionil dengan hasil<br />
biji pala dan fulli kurang baik sehingga mudah tercemar hama seperti alfatoxin<br />
sebagai penyebab ditolaknya pala Indonesia masuk dipasar eropah. Dengan<br />
demikian penaganan pascapanen pla memerlukan alat dan pelatihan teknis dan<br />
kelembagaan.<br />
5.2. Sertifikasi Perusahaan <strong>Perkebunan</strong> Kelapa Sawit Berkelanjutan<br />
Serifikasi perusahaan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan yang lebih dikenal<br />
dengan Indonesian Susitanable Palm Oil (ISPO) sesuai Peraturan Menteri<br />
<strong>Pertanian</strong> No. 19/Permentan/OT.140/3/2011 tentang Pedoman <strong>Perkebunan</strong> Kelapa<br />
Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO) masih terkendala karena belum semua<br />
perusahaan kelapa sawit dilakukan penilaian uasaha perkebunanannya sesuai<br />
Peraturan Menteri <strong>Pertanian</strong> Nomor : 07/Permentan/OT.140/2/2009 tentang<br />
Pedoman Penilaian Usaha <strong>Perkebunan</strong> yang menjadi syarat dalam pengajuan<br />
sertifikasi ISPO.<br />
9
5.3. Penilaian Usaha <strong>Perkebunan</strong><br />
Pelaksanaan penilaian usaha perkebunan Sesuai Peraturan Menteri <strong>Pertanian</strong><br />
Nomor : 07/Permentan/OT.140/2/2009 tentang Pedoman Penilaian Usaha<br />
<strong>Perkebunan</strong> belum seluruhnya dapat dilakukan pada tahun 2012, karena : 1) Masih<br />
terdpat kabupaten yang belum melaksanakaannya karena belum tersedianya<br />
pendanaan, 2) Masih terdapat kabupaten yang belum memiliki petugas penilai<br />
bersertifikat sehingga tidak proporsional dengan jumlah perusahaan/kebun yang<br />
harus dinilai, dan 3) Pelaksanaan penilaian usaha belum dilakukan serempak<br />
secara nasional sehingga kesulitan penghimpunan data informasi yang akurat.<br />
5.4. Penanganan kasus Gangguan Usaha dan Konflik <strong>Perkebunan</strong><br />
Eskalasi kasus sengketa lahan antara perusahaan perkebunan dan masyarakat<br />
disekitar perkebunan cenderung terus meningkat, baik akibat adanya saling kalim<br />
kepemilikan lahan, maupun karena perambahan dan penyerobotan lahan oleh<br />
perusahaan. Sementara dalam upaya penyelesaiannya sering terjadi konflik yang<br />
berkepanjangan, dan tidak jarang diikuti aksi unjuk rasa yang diikuti dengan<br />
pendudukan dan pengerusakan lahan dan asset perusahaan, serta tindakan anarkis<br />
lainnya.<br />
Dari tahun ke tahun jenis kasus sengketa penyebab gangguan usaha dan konflik<br />
perkebunan yang terjadi banyak terjadi dapat dibagai dalam 2 (dua) kelompokkan<br />
yaitu : 1) Lahan dan 2) Non lahan.<br />
1. Lahan :<br />
a. Penggunaan tanah adat/ulayat tanpa persetujuan pemuka adat/<br />
masyarakat.<br />
b. Belum selesainya penetapan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) di<br />
Provinsi/Kabupaten.<br />
c. Okupasi / penyerobotan lahan oleh Masyarakat.<br />
d. Tumpang tindih lahan antara perkebunan dengan kawasan hutan.<br />
e. Tumpang tindih lahan perkebunan dengan kawasan pertambangan.<br />
f. Terjadinya tumpang tindih lahan karena izin baru.<br />
g. Proses penerbitan HGU tidak mengikuti ketentuan yang berlaku.<br />
h. Tuntutan masyarakat terhadap tanah yang sedang dalam proses HGU<br />
10
i. Belum dilakukannya ganti rugi lahan dan atau ganti rugi tanam tumbuh<br />
tetapi perusahaan sudah operasional.<br />
j. Tanah masyarakat yang diambil alih perusahaan.<br />
k. Kebun plasma yang menjadi agunan kredit diperjualbelikan oleh petani<br />
tanpa sepengetahuan perusahaan/bank.<br />
l. Tuntutan masyarakat terhadap kebun plasma yang telah dijanjikan tidak<br />
dipenuhi perusahaan.<br />
m. Masyarakat menuntut pengembalian tanah yang sudah dilakukan ganti rugi<br />
perusahaan.<br />
n. Izin Lokasi sudah berakhir dan tidak dilakukan pembaharuan/<br />
perpanjangan.<br />
o. Terhadap HGU yang diperpanjang, masyarakat menuntut pengembalian<br />
kembali lahannya.<br />
p. Masyarakat menuntut lahan perusahaan untuk dimiliki/dikuasai.<br />
q. Luas lahan plasma tidak sesuai dengan penetapan jumlah calon petani<br />
peserta oleh Bupati.<br />
r. Tuntutan masyarakat atas pembangunan kebun plasma minimal 20 % dari<br />
areal yang diusahakan oleh perusahaan (Permentan No. 26 Th.2007).<br />
s. Lahan yang ditelantarkan oleh perusahaan.<br />
t. Pembangunan kebun melebihi areal yang diizinkan.<br />
2. Non Lahan :<br />
a. Petani tidak mampu dan atau tidak ada keinginan membayar / melunasi<br />
kredit<br />
b. Penetapan harga TBS Kelapa Sawit tidak sesuai keinginan petani<br />
c. Masyarakat menolak pembangunan <strong>Perkebunan</strong> Kelapa Sawit karena<br />
dipengaruhi oleh LSM dan pihak ketiga lainnya (oknum)<br />
d. Pengerusakan tanaman dan aset perkebunan<br />
e. Penjarahan dan pencurian produksi<br />
f. Petani Ingin ikut serta sebagai peserta plasma<br />
g. Keterlambatan konversi kebun petani plasma<br />
h. Banyak LSM dan pihak ketiga Lainnya (oknum) yang memanfaatkan kasus<br />
gangguan usaha dan konflik perkebunan<br />
11
BAB VI<br />
KEBIJJAKAN DAN STRATEGI<br />
6.1. Kebijakan<br />
<strong>Direktorat</strong> <strong>Jenderal</strong> <strong>Perkebunan</strong> merumuskan kebijakan yang akan menjadi<br />
kebijakan umum dan kebijakan teknis pembangunan perkebunan tahun 2011-2014.<br />
Kebijakan umum pembangunan perkebunan adalah : “ mensinergikan seluruh<br />
sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha<br />
perkebunan, nilai tambah, produktifitas dan mutu produk perkebunan melalui<br />
partisipasi aktif masyarakat perkebunan, dan penerapan organisasi modern<br />
yang berlandaskan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta didukung<br />
dengan tata kelola pemerintahan yang baik ”.<br />
Adapun kebijakan teknis pembangunan perkebunan yang merupakan<br />
penjabaran dari kebijakan umum pembangunan perkebunan yaitu : “ meningkatkan<br />
produksi, produktifitas, dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan melalui<br />
pengembangan komoditas, SDM, kelembagaan, dan kemitraan usaha,<br />
investasi usaha perkebunan sesuai kaidah pengelolaan sumber daya alam<br />
dan lingkungan hidup dengan dukungan pengembangan sistem informasi<br />
manajemen perkebunan ”.<br />
<strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha dibagi berdasarkan 2 (dua)<br />
ruang lingkup kegiatan yang berbeda yaitu kegiatan pascapanen dan kegiatan<br />
pembinaan usaha, maka kebijakan <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan usaha<br />
terdir dari : (1) Kebijakan penanganan pascapanen dan (2) Kebijakan<br />
pembinaan usaha.<br />
a. Arah Kebijakan Penanganan Pascapanen<br />
Meningkatkan mutu berbasis kegiatan pascapanen melalui perbaikan sistem<br />
penanganan pascapanen dengan penerapan teknologi tepat guna dan fasilitasi<br />
alat pascapanen di pedesaan<br />
b. Arah Kebijakan Pembinaan Usaha <strong>Perkebunan</strong><br />
Meningkatkan investasi dan iklim usaha yang kondusif dengan pengembangan<br />
kelembagaan dan kemitraan di bidang usaha perkebunan yang berkelanjutan<br />
12
melalui Rekomendasi Teknis (Rekomtek), penilaian usaha perkebunan,<br />
sosialisasi, penerapan, pembinaan pembangunan perkebunan berkelanjutan,<br />
pengelolaan SDA dan lingkungan hidup serta penanganan gangguan usaha<br />
dan konflik perkebunan.<br />
6.2. Strategi<br />
Strategi umum pembangunan <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan<br />
Usaha tahun 2011-2014 merupakan bagian dari strategi khusus pembangunan<br />
perkebunan yang meliputi :<br />
(1) Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan<br />
berkelanjutan;<br />
(2) Pengembangan komoditas;<br />
(3) Peningkatan dukungan terhadap system ketahanan pangan;<br />
(4) Investasi usaha perkebunan;<br />
(5) Pengembangan sistem informasi manajemen perkebunan;<br />
(6) Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM);<br />
(7) Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha;<br />
(8) Pengembangan dukungan terhadap pengelolaan SDA dan lingkungan hidup.<br />
Dari delapan strategi umum <strong>Direktorat</strong> <strong>Jenderal</strong> <strong>Perkebunan</strong>, strategi yang<br />
sangat terkait dengan tugas pokok dan fungsi <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan<br />
Pembinaan Usaha adalah :<br />
(1). Peningkatan produksi, produktifitas, dan mutu tanaman perkebunan<br />
berkelanjutan,<br />
(2). Investasi usaha perkebunan,<br />
(3). Pengembangan kelembagaan dan kemitraan usaha, dan<br />
(4). Pengembangan dukungan terhadap pengelolaan SDA dan lingkungan hidup.<br />
Mengingat ruang lingkup kegiatan pascapanen dan ruang lingkup kegiatan<br />
pembinaan usaha berbeda maka penetapan strategi <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan<br />
Pembinaan Usaha dibagi dua yaitu : (1) Strategi penanganan pascapanen dan (2)<br />
Strategi pembinaan usaha.<br />
Selain mengacu kepada Strategi <strong>Direktorat</strong> <strong>Jenderal</strong> <strong>Perkebunan</strong>,<br />
penetapan strategi <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha juga<br />
13
mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang sangat mempengaruhi<br />
kinerja organisasi lingkup <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha. Untuk<br />
menetapkan strategi tersebut diperlukan pencermatan lingkungan strategis baik<br />
internal maupun eksternal. Pencermatan lingkungan strategis dilaksanakan dengan<br />
analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Theart).<br />
Pencermatan faktor lingkungan dibagi 2 (dua), yaitu :<br />
1) Pencermatan Lingkungan Internal (PLI) dilakukan untuk mendapatkan informasi<br />
mengenai kekuatan dan kelemahan organisasi. Kekuatan adalah kondisi<br />
internal, sumberdaya organisasi, yang dapat digunakan untuk memanfaatkan<br />
peluang dan menghadapi ancaman.Kelemahan adalah kondisi internal<br />
organisasi yang dapat mempersulit organisasi memanfaatkan peluang dan<br />
menghadapi ancaman, dan<br />
2) Pencermatan Lingkungan Ekternal (PLE) adalah untuk memperoleh informasi<br />
mengenai peluang dan ancaman. Peluang adalah kondisi yang dapat<br />
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan strategis organisasi dengan kekuatan<br />
yang dimiliki. Sedangkan ancaman adalah kondisi eksternal yang dapat<br />
mempersulit tercapainya tujuan strategis organisasi.<br />
Karena kondisi dan situasi penanganan pasaca panen dan pembinaan<br />
usaha berbeda terutama pengaruh faktor eksternal maka pencermatan faktor<br />
lingkungan dibagi dua yaitu : (1) pencermatan factor lingkungan pasca panen dan<br />
(2) pencermatan faktor lingkungan pembinaan usaha.<br />
14
BAB VII<br />
PROGRAM DAN KEGIATAN<br />
7.1. Program<br />
Hasil restrukturisasi program dan kegiatan sesuai surat edaran bersama<br />
Menteri Keuangan Nomor SE-18448/MK/2009 dan Menteri Negara Perencanaan<br />
Pembangunan Nasional/Bappenas Nomor 0142/M.PPN./06/2009 tanggal 19 Juni<br />
2009, yang mengamanatkan setiap unit Eselon I mempunyai satu program yang<br />
mencerminkan nama Eselon I yang bersangkutan dan setiap unit Eselon II hanya<br />
mempunyai dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan 1 (satu) kegiatan. Dengan<br />
demikian indikator kinerja unit Eselon I adalah outcome dan indikator unit Eselon II<br />
adalah output. Berdasarkan restrukturisasi resebut ditetapkan bahwa program<br />
pembangunan perkebunan tahun 2010 – 2014 adalah: “Peningkatan produksi,<br />
produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan”.<br />
7.2. Kegiatan<br />
Kegiatan yang menjadi tanggung jawab <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan<br />
Pembinaan Usaha yang merupakan cerminan dari tugas pokok dan fungsi adalah<br />
“Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha” yang<br />
dimaksudkan untuk melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan<br />
kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria, serta bimbingan teknis<br />
dan evaluasi dibidang pascapanen dan pembinaan usaha yaitu penanganan<br />
pascapanen tanaman semusim, tanaman rempah dan penyegar, tanaman tahunan,<br />
bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan serta gangguan usaha dan<br />
penangaanan konflik.<br />
a. Fokus Kegiatan yang terkait dengan <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan<br />
Pembinaan Usaha Tahun 2011-2012<br />
Berdasarkan skala prioritas, agar sumber daya yang ada dapat<br />
dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk memecahkan permasalahanpermasalahan<br />
yang ada secara komprehensif, maka <strong>Direktorat</strong> <strong>Jenderal</strong><br />
<strong>Perkebunan</strong> menetapkan 7 (tujuh) fokus kegiatan pembangunan perkebunan<br />
sebagai berikut :<br />
(1) Revitalisasi perkebunan<br />
15
(2) Swasembada gula nasional<br />
(3) Penyedian bahan tanaman sumber bakar nabati (bio-energi)<br />
(4) Gerakan peningkatan produksi dan mutu kakao nasional<br />
(5) Pengembangan komoditas ekspor<br />
(6) Pengembangan komoditas pemenuhan kebutuhan dalam negeri<br />
(7) Dukungan pengembangan tanaman perkebunan berkelanjutan<br />
Fokus kegiatan yang terkait dengan <strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan<br />
Usaha yaitu pada nomor (3) Penyedian bahan tanaman sumber bakar nabati<br />
(bio-energi) dan nomor (7) Dukungan pengembangan tanaman perkebunan<br />
berkelanjutan.<br />
Fokus kegiatan Penyediaan bahan tanaman sumber bakar nabati adalah<br />
mengintegrasikan kegiatan pengembangan dan kegiatan pascpanen tanaman<br />
sumber bakar nabati (bio-energi/biofuel).<br />
Fokus kegiatan dukungan pengembangan tanaman perkebunan<br />
berkelanjutan dilaksanakan dalam rangka mendukung peningkatan produksi,<br />
produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan penanganan<br />
pascapanen dan pembinaan usaha, penanganan gangguan usaha dan konflik<br />
perkebunan (GUKP).<br />
7.3. Keluaran (Output)<br />
Sesuai dengan restrukturisasi program dan kegiatan, indicator kinerja yang<br />
harus dipertanggungjawabkan unit eselon II adalah output kegiatan. Output dan<br />
komponen kegiatan yang merupakan penjabaran dari kegiatan dukungan<br />
pascapanen dan pembinaan usaha adalah sebagai berikut :<br />
1. Terlaksananya Penanganan Pascapanen Komoditas <strong>Perkebunan</strong>, komponen<br />
dari Output ini terdiri dari :<br />
a. Fasilitasi penanganan pascapanen tanaman semusim,<br />
b. Fasilitasi penanganan pascapanen tanaman rempah dan penyegar,<br />
c. Fasilitasi penanganan pascapanen tanaman tahunan, dan<br />
d. Pembinaan dan pengawalan biofuel.<br />
16
2. Terfasilitasinya Bimbingan Usaha dan <strong>Perkebunan</strong> Berkelanjutan, Komponen<br />
dari output ini terdiri dari :<br />
a. Terlaksananya pembinaan usaha perkebunan dan terfasilitasinya penilaian<br />
usaha perkebunan,<br />
b. Terlaksananya pemantauan dan evaluasi dan bimbingan teknis dan<br />
penilaian PIR-BUN dan PIR-TRANS/KKPA,<br />
c. Terlaksanya kegiatan pembangunan perkebunan berkelanjutan untuk<br />
kelapa sawit (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO),<br />
d. Terlaksanya kegiatan pembangunan perkebunan berkelanjutan untuk<br />
Kakao (Indonesian Sustainable Cacao /ISCacao), dan<br />
e. Terlaksananya pemberian rekomendasi teknis perkebunan.<br />
3. Terfasilitasinya pencegahan dan penanganan Gangguan Usaha <strong>Perkebunan</strong>,<br />
komponen dari output ini terdiri dari :<br />
a. Terlaksananya inventarisasi dan identifikasi serta fasilitasi penangan<br />
gangguan usaha dan konflik perkebunan,<br />
b. Terlaksananya fasilitasi penyelesaian masalah/kasus PIR-BUN dan PIR-<br />
TRANS/KKPA.<br />
17
BAB VIII<br />
RENCANA KERJA TAHUN 2013<br />
8.1. Pascapanen<br />
Anggaran kegiatan penanganan pascapanen komoditas perkebunan untuk<br />
tahun anggaran 2013 sebesar Rp. 16.130.829.000 yang yang dibagi menjadi 3<br />
kegiatan, yaitu :<br />
No<br />
1<br />
Kegiatan Utama<br />
Penanganan Pascapanen<br />
Tanaman Semusim<br />
Provinsi/<br />
Kabupaten<br />
Anggaran<br />
(Rp.)<br />
6 Provinsi/<br />
10 Kabupaten 1.734.040.000<br />
2<br />
3<br />
Penanganan Pascapanen<br />
Tanaman Rempah dan Penyegar<br />
Penanganan Pascapanen<br />
Tanaman Tahunan<br />
12 Prov/<br />
16 Kabupaten 6.277.586.000<br />
9 Provinsi/<br />
22 Kabupaten 8.119.203.000<br />
TOTAL 16.130.829.000<br />
8.2. Bimbingan Usaha dan <strong>Perkebunan</strong> Berkelanjutan<br />
Anggaran kegiatan bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan untuk<br />
tahun anggaran 2013 sebesar Rp. 7.555.842.000 yang yang dibagi menjadi 4<br />
kegiatan, yaitu :<br />
No Kegiatan Utama Provinsi<br />
Anggaran<br />
(Rp.)<br />
1 Pembinaan Usaha <strong>Perkebunan</strong> 31 Provinsi 3.033.444.000<br />
2 Penilaian Usaha <strong>Perkebunan</strong> 17 Provinsi<br />
3<br />
Monitoring dan Evaluasi<br />
Penerapan <strong>Perkebunan</strong> Kelapa<br />
Sawit Berkelanjutan Indonesia<br />
(ISPO)<br />
21 Provinsi<br />
808.450.000<br />
2.883.473.000<br />
4<br />
Sosialisasi Pedoman ISPO pada<br />
<strong>Perkebunan</strong> Kelapa Sawit Pola<br />
Plasma dan Swadaya<br />
21 Provinsi 830.475.000<br />
TOTAL 7.555.842.000<br />
18
8.3. Gangguan Usaha dan Konflik <strong>Perkebunan</strong><br />
Anggaran kegiatan gangguan Usaha dan konflik perkebunan untuk tahun<br />
anggaran 2013 sebesar Rp. 4.622.963.000 yang yang dibagi menjadi 5<br />
kegiatan,yaitu :<br />
No Kegiatan Utama Provinsi<br />
1<br />
Fasilitasi, Inventarisasi, dan<br />
Identifikasi serta Penanganan Kasus<br />
Gangguan Usaha <strong>Perkebunan</strong><br />
24 Provinsi<br />
Anggaran<br />
(Rp.)<br />
1.152.300.000<br />
2<br />
Fasilitasi, Inventarisasi, dan<br />
Identifikasi serta Penanganan Kasus<br />
Konflik Usaha <strong>Perkebunan</strong><br />
22 Provinsi<br />
1.083.000.000<br />
3<br />
Pertemuan Koordinasi Penanganan<br />
Gangguan Usaha dan Konflik<br />
<strong>Perkebunan</strong><br />
22 Provinsi<br />
998.213.000<br />
4<br />
5<br />
Pemantauan, Pengawasan, dan<br />
Fasilitasi Penyelesaian masalah PIR-<br />
TRANS/KKPA<br />
Pemantauan, Pengawasan, dan<br />
Fasilitasi Penyelesaian masalah PIR-<br />
BUN<br />
15 Provinsi 641.300.000<br />
19 Provinsi 748.150.000<br />
TOTAL 4.622.963.000<br />
19
Matrik Rencana Kinerja Tahunan<br />
<strong>Direktorat</strong> Pascapanen dan Pembinaan Usaha<br />
Tahun 2013<br />
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target<br />
1. Peningkatan produksi, produktivitas<br />
dan mutu tanaman perkebunan<br />
yang berkelanjutan melalui<br />
dukungan pascapanen dan<br />
pembinaan usaha perkebunan<br />
Terlaksananya Penanganan Pascapanen Komoditas<br />
<strong>Perkebunan</strong><br />
- Jumlah kelompok tani menerapkan penanganan<br />
pascapanen sesuai GHP tanaman tanaman semusim<br />
- Jumlah kelompok tani menerapkan penanganan<br />
pascapanen sesuai GHP tanaman rempah dan penyegar<br />
- Jumlah kelompok tani menerapkan penanganan<br />
pascapanen sesuai GHP tanaman tahunan<br />
Terfasilitasinya Bimbingan Usaha dan <strong>Perkebunan</strong><br />
Berkelanjutan<br />
- Jumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang layak<br />
mengajukan permohonan sertifikat ISPO.<br />
Terfasilitasinya pencegahan dan penanganan Gangguan<br />
Usaha <strong>Perkebunan</strong><br />
- Jumlah perusahaan perkebunan yang ditangani kasus<br />
gangguan usahanya.<br />
120 Kelompok<br />
19 Kelompok<br />
45 Kelompok<br />
56 Kelompok<br />
250 Perusahaan<br />
42 Perusahaan<br />
20