inkonsistensi pendidikan agama islam - Kemenag Sumsel
inkonsistensi pendidikan agama islam - Kemenag Sumsel
inkonsistensi pendidikan agama islam - Kemenag Sumsel
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>agama</strong>. Inilah yang mesti kita renungkan bersama agar <strong>pendidikan</strong> <strong>agama</strong><br />
kita tidak menyumbangkan benih-benih konflik antar <strong>agama</strong>.<br />
Karena itulah, kebijakan <strong>pendidikan</strong> yang mengabaikan arti penting<br />
keanekar<strong>agama</strong>n dan kemajemukan tidak akan menciptakan kehidupan<br />
yang toleran dan pluralis dalam pergaulan sosial. Bahkan cenderung<br />
kepada kegagalan yang dapat menimbulkan tragedi kemanusiaan. Inilah<br />
yang mesti diantisipasi bahwa merancang sistem <strong>pendidikan</strong> nasional<br />
tidak hanya dapat dicapai dengan mengandalkan penguasaan materi<br />
(kognisi), tetapi juga bagaimana membentuk kesadaran ber<strong>agama</strong> dalam<br />
tata pergaulan bermasyarakat yang damai tanpa konflik. Merancang<br />
sistem <strong>pendidikan</strong> <strong>agama</strong> justru menampung nilai-nilai luhur yang<br />
mendasari kehidupan masyarakat yang lebih substansial, yakni<br />
pencerdasan kehidupan sosial secar lebih luas. Dengan logika <strong>pendidikan</strong><br />
<strong>agama</strong> yang seperti ini, maka diharapkan akan tercipta sebuah sistem<br />
<strong>pendidikan</strong> nasional yang sangat menghargai pluralitas, bersikap toleran,<br />
dan mengupayakan kehidupan damai di tengah-tengah masyarakat.<br />
Kemudian untuk memberikan solusi pada masalah-masalah cabang<br />
dalam <strong>pendidikan</strong> <strong>agama</strong> Islam seperti rendahnya sarana fisik, rendahnya<br />
kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa,<br />
rendahnya kesempatan pemerataan <strong>pendidikan</strong>, rendahnya relevansi<br />
<strong>pendidikan</strong> dengan kebutuhan, dan mahalnya biaya <strong>pendidikan</strong>. Untuk<br />
mengatasi masalah-masalah cabang di atas, secara garis besar ada dua<br />
solusi yaitu:<br />
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistemsistem<br />
sosial yang berkaitan dengan sistem <strong>pendidikan</strong>. Seperti diketahui<br />
sistem <strong>pendidikan</strong> sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang<br />
diterapkan. Sistem <strong>pendidikan</strong> di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam<br />
konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang<br />
berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara<br />
dalam urusan publik, termasuk pendanaan <strong>pendidikan</strong>.<br />
16