03.11.2014 Views

kecenderungan hidrometeorologi daerah aliran sungai Citarum

kecenderungan hidrometeorologi daerah aliran sungai Citarum

kecenderungan hidrometeorologi daerah aliran sungai Citarum

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

KECENDERUNGAN HIDROMETEOROLOGI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI<br />

CITARUM<br />

Oleh :<br />

Ruminta<br />

Laboratorium Klimatologi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian<br />

Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600<br />

Alamat e-mail : r_ruminta@yahoo.com<br />

Abstrak<br />

Penelitian terhadap <strong>kecenderungan</strong> <strong>hidrometeorologi</strong> telah dilakukan di <strong>daerah</strong><br />

<strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong> <strong>Citarum</strong> bagian hulu, Jawa Barat. Penelitian tersebut menggunakan data<br />

bulanan hasil observasi curah hujan, evapotranspirasi, kelembaban, dan limpasan dari<br />

Januari 1968 hingga Desember 2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai<br />

<strong>kecenderungan</strong> (rasio odd) curah hujan, evapotranspirasi, kelembaban, dan limpasan<br />

masing-masing adalah -3.64, 3.88, 4.21, dan -1.11. Curah hujan dan limpasan<br />

cenderung menurun masing-masing sebesar -3.64% dan -1.11%. Penurunan curah<br />

hujan dan limpasan terutama disebabkan oleh adanya penurunan pembentukan awan<br />

dan hujan sebagai akibat dari perubahan iklim global. Evapotranspirasi dan kelembaban<br />

udara cenderung meningkat masing-masing sebesar 3.88% dan 4.21%. Peningkatan<br />

evapotranspirasi dan kelembaban udara tersebut di sebabkan oleh tingginya pemindahan<br />

uap air dari permukaan ke atmosfer akibat dari peningkatan lahan pemukiman dan<br />

industri yang sangat signifikan.<br />

Kata kunci : variabilitas, rasio odd, curah hujan, evapotranspirasi, kelembaban,<br />

limpasan<br />

TREND OF HYDROMETEOROLOGY IN THE CITARUM RIVER BASIN<br />

Astract<br />

A study on trends of the hydrometeorology had been carried out in the Upper<br />

<strong>Citarum</strong> River Basin, West Java. The investigations based on monthly observations<br />

data of the rainfall, evapotranspiration, humidity, and runoff from January 1968 to<br />

December 2000. The results indicated that odds ratio of the rainfall, evapotranspiration,<br />

humidity, and runoff are -3.64, 3.88, 4.21, and -1.11 respectively. The rainfall and<br />

runoff had been decreased by about -3.64% and -1.11% respectively. The decreasing<br />

trend in the rainfall and runoff had controlled mainly by the decreasing of the clouds<br />

and rains formation as a consequence of the global climate change. On the other hand,<br />

the evapotranspiration and air humidity had been increased by about 3.88% and 4.21%<br />

respectively. The increasing trend in the evapotranspiration and air humidity had<br />

influenced by the increasing of the water vapour removal from vegetation lands surface<br />

to the atmosphere as a result of the significant growth of the urban and industrial areas.<br />

Key words : variability, odds ratio, rainfall, evapotranspirastion, humidity, runoff


PENDAHULUAN<br />

Perubahan iklim global telah mempengaruhi hampir semua komponen <strong>hidrometeorologi</strong><br />

termasuk curah hujan, evapotranspirasi, kelembaban udara, dan limpasan<br />

(Burn, 1998; Gan, 1998, Yu, et al., 2002). Kajian mengenai curah hujan di Asia<br />

Tenggara pada 60 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup signifikan<br />

(Cheng et al., 2004; Yue et al., 2002). Hasil penelitian yang sama juga ditemukan di<br />

wilayah tropis lainnya yaitu Sahel Afrika (Leon, 2002). Penurunan karakteristik curah<br />

hujan tersebut berdampak langsung pada komponen <strong>hidrometeorologi</strong>, manajemen air,<br />

pertanian, dan ekosistem lainnya. Kajian lain mengenai <strong>kecenderungan</strong> limpasan telah<br />

dilakukan di Asia Tengggara pada 30 tahun terakhir (Dutha and Herath, 2003). Hasil<br />

penelitian tersebut menunjukkan bahwa limpasan di wilayah tersebut cenderung<br />

meningkat secara signifikan. Hal ini berbeda dengan limpasan di <strong>daerah</strong> Eropa yang<br />

cenderung menurun atau bahkan tidak mengalami perubahan karena konservasi<br />

hutannya cukup baik (Mudelsee et al., 2003; Ercan and Serdar, 2004). Sementara itu, air<br />

tanah mempunyai <strong>kecenderungan</strong> menurun (Gutry, 2003).<br />

Indikasi adanya perubahan komponen <strong>hidrometeorologi</strong> di Asia Tenggara, Eropa,<br />

dan Afrika tersebut, tentu tidak dapat digeneralisasi untuk luasan wilayah yang lebih<br />

kecil misalnya <strong>daerah</strong> <strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong> <strong>Citarum</strong>. Perubahan komponen <strong>hidrometeorologi</strong> di<br />

wilayah <strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong> <strong>Citarum</strong> bisa sejalan tetapi juga bisa berbeda dengan yang ada di<br />

<strong>daerah</strong> lainnya seperti yang ditunjukkan oleh hasil penelitian Xua et al. (2001). Hasil<br />

penelitian tersebut menunjukkan bahwa curah hujan dari tahun 1950 hingga 1987 di<br />

<strong>daerah</strong> <strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong> <strong>Citarum</strong> cenderung meningkat walaupun besarannya tidak<br />

signifikan. Namun demikian penelitian tersebut tentu akan menghasilkan indikasi lain<br />

apabila menggunakan data curah hujan yang terbaru.


Fakta menunjukkan bahwa <strong>kecenderungan</strong> <strong>hidrometeorologi</strong> berbeda antara satu<br />

tempat dengan tempat lainnya. Tetapi pada umumnya hasil kajian <strong>kecenderungan</strong><br />

<strong>hidrometeorologi</strong> di beberapa wilayah memberikan bukti bahwa ada penurunan yang<br />

signifikan untuk periode terakhir ini, terutama pada curah hujan dan limpasan (Karl, et<br />

al., 1999; Zu, 2001). Hal tersebut banyak dikaitkan dengan adanya fakta bahwa telah<br />

terjadi perubahan iklim baik secara lokal maupun global dan pergeseran penggunaan<br />

lahan yang pada beberapa tahun terakhir ini sangat drastis (Shinjiro et al., 2000; Braud,<br />

et al., 2001). Di samping itu menurut Burn and Hag (2003), perubahan komponen<br />

<strong>hidrometeorologi</strong> tersebut dapat dipacu oleh adanya fenomena global seperti ENSO.<br />

Analisis <strong>kecenderungan</strong> pada data observasi <strong>hidrometeorologi</strong> dapat menyediakan<br />

informasi mengenai karakteristik dan besarnya variasi <strong>hidrometeorologi</strong> selama periode<br />

waktu tertentu. Disamping itu dapat pula melihat <strong>kecenderungan</strong> jangka panjang<br />

munculnya fenomena iklim yang ekstrim dan langka, misalnya curah hujan tinggi,<br />

banjir, dan kekeringan (Xua, et al., 2003). Namun demikian dalam menginterpretasi<br />

<strong>kecenderungan</strong> komponen <strong>hidrometeorologi</strong> harus hati-hati. Karena terkadang dalam<br />

mengkaji <strong>kecenderungan</strong> jangka panjang dari data observasi <strong>hidrometeorologi</strong> sering<br />

mengalami kesulitan akibat adanya variasi stokastik dalam data tersebut sehingga dapat<br />

mengurangi keakuratan dalam pengukurannya (Frei and Schar, 2000). Ada dua<br />

kesulitan dalam menginterpretasi hasil analisis <strong>kecenderungan</strong>. Pertama, pendugaan<br />

<strong>kecenderungan</strong> diperoleh sebagai signal jangka panjang padahal nilai tersebut<br />

ditentukan oleh adanya variasi stokastik dalam data. Kedua, adanya <strong>kecenderungan</strong><br />

jangka panjang dalam data <strong>hidrometeorologi</strong> terkadang sulit diidentifikasi akibat adanya<br />

variasi jangka pendek (variasi stokastik). Dengan demikian adanya variasi stokastik<br />

dapat membatasi akurasi penentuan <strong>kecenderungan</strong> <strong>hidrometeorologi</strong>. Kesalahan


interpretasi terhadap hasil analisis <strong>kecenderungan</strong> hidrometerologi dapat dikurangi<br />

dengan menggunakan metode analisis yang tepat misalnya regresi logistik linier. Model<br />

statistik tersebut menggunakan distribusi eksponensial.<br />

Kajian <strong>kecenderungan</strong> hidrometerologi dilakukan di <strong>daerah</strong> <strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong> (DAS)<br />

<strong>Citarum</strong> mengingat <strong>daerah</strong> ini merupakan <strong>daerah</strong> tangkapan air hujan yang terluas di<br />

wilayah Jawa Barat yaitu 6.000 km 2 . DAS tersebut mempunyai peranan yang sangat<br />

penting sebagai penyedia air bagi 3 pembangkit listrik tenaga air (Saguling, Cirata, dan<br />

Jatiluhur) dan pemasok utama air bagi rumah tangga, pertanian, dan industri di kawasan<br />

Jakarta dan pantai utara Jawa Barat. Akan tetapi DAS <strong>Citarum</strong> sangat rawan banjir dan<br />

kekeringan (Karsidi, 1998; Supriyo et al., 1999; Fares and Ikhwan, 2001; Fares, 2003),<br />

tingkat erosi dan sedimentasi (Kusmandari, 1994; Wihardini, 1999) serta degradasi<br />

kualitas airnya sangat tinggi (Kirchhof, 1993; Terangna, 1995; 1997; Soetrisno, 1998).<br />

Mengingat hal tersebut perlu kajian yang mendalam mengenai <strong>kecenderungan</strong><br />

<strong>hidrometeorologi</strong> di DAS <strong>Citarum</strong>, sebagai masukan dalam perencanaan dan<br />

pengelolaan DAS tersebut.<br />

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji arah dan besarnya perubahan <strong>hidrometeorologi</strong><br />

di DAS <strong>Citarum</strong> agar memperoleh informasi dinamika komponen <strong>hidrometeorologi</strong><br />

sebagai masukan bagi kebijakan pengelolaan tata air dan tata guna lahan di DAS<br />

tersebut.<br />

BAHAN DAN METODOLOGI<br />

1. Tempat dan Basis Data<br />

Penelitian dilakukan di DAS <strong>Citarum</strong> bagian hulu (6 o 43’-7 o 04’LS dan 107 o 15’-<br />

107 o 55’BT) dengan luas 4.500 km 2 (Gambar 1). DAS <strong>Citarum</strong> terbagi dalam 7 Sub


DAS, yaitu Cisangkuy, Ciwidey, Ciminyak, Cihaur, Cikapundung, Citarik, dan Cirasta.<br />

Penelitian menggunakan data sekunder curah hujan, evapotranspirasi, kelembaban, dan<br />

limpasan bulanan selama 33 tahun (Januari 1968 hingga Desember 2000) hasil<br />

observasi di DAS <strong>Citarum</strong>.<br />

Laut Jawa<br />

Lautan Hindia<br />

Gambar 1. Daerah Aliran Sungai <strong>Citarum</strong> Hulu<br />

(Sumber : http://www.bsri.msu.edu/trfic/roducts/ seasia_products/indonesia/<br />

citarumwatershed.html)<br />

2. Metode<br />

Arah dan besarnya <strong>kecenderungan</strong> <strong>hidrometeorologi</strong> <strong>daerah</strong> <strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong> <strong>Citarum</strong><br />

diidentifikasi dengan mengguna-kan dua metode yaitu: analisis regresi logistik linier<br />

(distribusi eksponensial) dan analisis variabilitas.<br />

Analisis regresi logistik linier digunakan untuk mengetahui arah dan besarnya<br />

perubahan komponen hidrometeo-rologi pada periode waktu tertentu. Sedangkan<br />

analisis variabilitas digunakan untuk mengetahui dinamika rata-rata dan koefisien<br />

variasi komponen hidrometeologi.


a. Analisis Kecenderungan<br />

Model statistik regresi logistik linier dapat digunakan untuk menghitung nilai<br />

<strong>kecenderungan</strong> pada deret waktu <strong>hidrometeorologi</strong>. Model statistik tersebut menerapkan<br />

teori distribusi binomial. Model <strong>kecenderungan</strong> logistik menggambarkan bentuk<br />

transformasi dari nilai yang diharapkan (probabilitas suatu kejadian, π ) sebagai fungsi<br />

linier dari waktu yang dinyatakan sebagai berikut,<br />

η ( π ) = α + β.t<br />

(1)<br />

dengan α = intersepsi garis regresi, β = koefisien persamaan regresi, π = probabitas<br />

kejadian, η = fungsi hubungan monotonik, dan t = waktu.<br />

Prinsip dasar dari fungsi hubungan monotonik adalah bentuk transformasi dari<br />

kisaran nilai π (probabilitas suatu kejadian) antara 0 hingga 1 ke dalam sumbu real,<br />

untuk menjamin kesesuaian dengan model linier pada persamaan di atas. Fungsi<br />

hubungan monotonik pada model regresi logistik di atas dihitung menggunakan<br />

persamaan 2. Variasi temporal dari nilai harapan kejadian dari proses hidrometeo-rologi<br />

dihitung dari persamaan 3. Besarnya nilai <strong>kecenderungan</strong> ditentukan dari parameter β<br />

yang diekspresikan oleh rasio odd (θ) dan dinyatakan oleh persamaan 4.<br />

⎛ π ⎞<br />

η(<br />

π ) = log⎜<br />

⎟<br />

⎝1−π<br />

⎠<br />

exp( α + β.<br />

t)<br />

π ( t,<br />

α,<br />

β ) =<br />

(1 + exp( α + β.<br />

t))<br />

⎛ π ( t ) ⎞<br />

2<br />

⎜<br />

1 ( t2)<br />

⎟<br />

⎝ −π<br />

θ =<br />

⎠<br />

= exp β<br />

⎛ π ( t1)<br />

⎞<br />

⎜<br />

1 ( t1)<br />

⎟<br />

⎝ −π<br />

⎠<br />

[ .( t − t )]<br />

2<br />

1<br />

(2)<br />

(3)<br />

(4)


dengan α = intersepsi garis regresi, β = koefisien persamaan regresi, π = probabitas<br />

kejadian, η = fungsi hubungan monotonik, θ = rasio odd, dan t = waktu.<br />

Rasio odd menggambarkan perubahan relatif dalam rasio antara suatu kejadian<br />

terhadap non kejadian selama periode t 1 hingga t 2 dan merupakan fungsi exponensial<br />

dari panjang periode tersebut. Dalam kasus kejadian yang sangat langka (π


HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

1. Kecenderungan Hidrometeorologi<br />

Arah dan nilai <strong>kecenderungan</strong> komponen <strong>hidrometeorologi</strong> bulanan di <strong>daerah</strong><br />

<strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong> <strong>Citarum</strong> ditunjukkan pada Tabel 1. Curah hujan bulanan cenderung turun<br />

pada periode 1968-2000. Nilai rasio odd (θ ) curah hujan bulanan adalah -3.64,<br />

menunjukkan bahwa pada periode 1968-2000 curah hujan bulanan mengalami<br />

penurunan sebesar 3.64% (Gambar 2). Fakta ini sejalan dengan hasil penelitian Yue et<br />

al. (2002), Leon (2002), dan Cheng et al. (2004) di beberapa tempat lain. Penurunan<br />

curah hujan bulanan berkaitan dengan adanya penurunan pembentukan awan dan hujan<br />

sebagai akibat dari perubahan iklim global. Namun demikian penurunan curah hujan<br />

tersebut juga tidak terlepas dari adanya fakta bahwa telah terjadi perubahan faktor lokal.<br />

Di <strong>daerah</strong> <strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong> <strong>Citarum</strong> lelah terjadi penurunan luas hutan dan peningkatan<br />

kawasan industri serta perubahan tata guna lahan. Perubahan tata guna lahan di <strong>daerah</strong><br />

tersebut tersebut memperlihatkan bahwa luas hutan berkurang 21%, lahan pertanian<br />

menurun 44%, dan pemukiman dan industri meningkat 146% (Karsidi, 1998; Fahmudin<br />

and Wahyunto, 2003).<br />

Penurunan luas hutan menyebabkan lemahnya fungsi hutan<br />

sebagai pemicu terjadinya proses konveksi sehingga pembentukan awan dan hujan<br />

konvektif dapat berkurang.<br />

Tabel 1. Rasio Odd (θ) Hidrometeorologi<br />

Curah Hujan Evapotranspirasi Kelembaban Limpasan<br />

θ -3.64 3.88 4.21 -1.11<br />

Evapotranspirasi bulanan menunjukkan <strong>kecenderungan</strong> yang meningkat. Nilai<br />

rasio odd (θ) evapotranspirasi bulanan adalah 3.88 berarti pada periode 1968-2000


evapotranspirasi bulanan mengalami peningkatan sebesar 3.88%. Kenaikan<br />

evapotranspirasi ini lebih disebabkan oleh adanya kenaikan lahan pemukiman dan<br />

industri di <strong>daerah</strong> <strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong> citarum yang sangat tinggi yaitu 146%. Walaupun ada<br />

penurunan hutan sebesar 21% yang dapat menurunkan transpirasi tetapi pengaruhnya<br />

kurang kuat dibanding kenaikan lahan pemukiman dan industri yang dapat<br />

meningkatkan evaporasi jauh lebih besar. Sehingga secara keseluruhan gabungan<br />

evaporasi dan transpirasi (evapotranspirasi) tersebut di <strong>daerah</strong> <strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong> <strong>Citarum</strong><br />

mengalami kenaikan.<br />

Kelembaban udara bulanan menunjukkan <strong>kecenderungan</strong> yang meningkat. Nilai<br />

θ<br />

kelembaban bulanan adalah 4.21 berarti pada periode 1968-2000 kelembaban<br />

bulanan mengalami peningkatan sebesar 4.21%. Peningkatan kelembaban udara di<br />

<strong>daerah</strong> <strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong> <strong>Citarum</strong> terutama dikendalikan oleh pemindahan uap air total dari<br />

permukaan tanah, badan air, dan vegetasi ke atmosfer. Besarnya pemindahan uap air<br />

tersebut menunjukkan tingginya evapotranspirasi. Jadi ada keselarasan antara<br />

kelembaban dan evapotrasnpirasi. Karena evapotranspirasi di <strong>daerah</strong> tersebut mengalami<br />

peningkatan, maka kelembaban udara juga mengalami peningkatan.<br />

Sementara itu limpasan bulanan cenderung agak menurun pada periode tersebut.<br />

Nilai θ limpasan bulanan adalah -1.11. Artinya bahwa selama periode tersebut<br />

limpasan bulanan mengalami penurunan sebesar 1.11 %. Penurunan limpasan bulanan<br />

ini terutama disebabkan oleh adanya penurunan curah hujan. Secara teoritis adanya<br />

penurunan luas hutan di <strong>daerah</strong> tersebut dapat menurunkan kapasitas penyimpanan air<br />

(air intersepsi dan absorpsi) sehingga menyebabkan limpasan meningkat. Menurut<br />

Widiati (1998) telah terjadi penurunan kapasitas penyimpanan air (water retention) di<br />

<strong>daerah</strong> <strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong> <strong>Citarum</strong> bagian hulu dari 0.092 pada tahun 1969 menjadi 0.077


pada tahun 2000. Tetapi pengaruh peningkatan limpasan akibat penurunan kapasitas<br />

penyimpanan air tersebut dampaknya tidak dapat melebihi pengaruh penurunan curah<br />

hujan yang cukup besar. Sehingga secara keseluruhan limpasan di saerah tersebut<br />

mengalami penurunan.<br />

Gambar 2 . Kecenderungan Hidrometoerologi Bulanan DAS <strong>Citarum</strong>.


Komponen <strong>hidrometeorologi</strong> bulanan di <strong>daerah</strong> <strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong> <strong>Citarum</strong> mengalami<br />

<strong>kecenderungan</strong> yang berbeda dan sangat berkaitan dengan adanya perubahan tata guna<br />

lahan, pertumbuhan pemukimaan dan industri, penurunan luas hutan, dan lain-lain<br />

(Santoso and Warrick, 2003). Tetapi perubahan lingkungan tersebut bukan satu-satunya<br />

pengendali <strong>kecenderungan</strong> komponen <strong>hidrometeorologi</strong> di <strong>daerah</strong> tersebut. Hal ini bisa<br />

dipahami mengingat proses <strong>hidrometeorologi</strong> di <strong>daerah</strong> tersebut sangat terbuka terhadap<br />

perubahan iklim dan dinamika perubahan fenomena Global, seperti yang diindikasikan<br />

oleh hasil penelitian Shinjiro et al.(2000) dan Braud, et al.(2001). Kecenderungan<br />

komponen <strong>hidrometeorologi</strong> dapat dipacu oleh adanya ENSO.<br />

Kecenderungan untuk kejadian-kejadian curah hujan dan limpasan bulanan<br />

dengan periode ulang 1, 3, 6, dan 12 bulan (π -1 =1, 3, 6, dan 12) masing-masing<br />

ditunjukkan pada Gambar 3 dan 4.<br />

Gambar 3. Probabilitas Kecenderungan Curah Hujan.<br />

Kejadian-kejadian curah hujan dan limpasan bulanan dengan periode ulang makin<br />

pendek mempunyai nilai rasio odd makin kecil. Dengan kata lain untuk kejadian-


kejadian curah hujan dan limpasan dengan periode ulang lebih panjang mempunyai<br />

<strong>kecenderungan</strong> turun yang lebih besar.<br />

Gambar 4. Probabilitas Kecenderungan Limpasan.<br />

2. Variabilitas Hidrometeorologi<br />

Dinamika rata-rata dan koefisien variasi komponen <strong>hidrometeorologi</strong> bulanan<br />

(untuk rataan 108 bulanan) ditunjukkan pada Gambar 5 dan 6. Rata-rata curah hujan<br />

bulanan cenderung turun pada periode 1972-1991 kemudian naik lagi pada periode<br />

1991-1996. Nilai terendah dari rata-rata curah hujan bersamaan dengan terjadinya El-<br />

Nino kuat tahun 1991.<br />

Sementara itu koefisien variasi curah hujan bulanan cenderung naik pada periode<br />

1972-1991 dan turun pada periode 1991-1996. Nilai tertinggi dari koefisien variasi<br />

curah hujan bersamaan dengan terjadinya El-Nino kuat tahun 1987.


Pola dinamika rata-rata dan koefisien curah hujan adalah berlawanan hal ini<br />

mengindikasikan bahwa curah hujan bulanan cenderung turun akan tetapi<br />

variabilitasnya makin besar. Hasil penelitian ini selajan <strong>kecenderungan</strong> curah hujan<br />

global seperti yang diindikasikan dari hasil penelitian Akinremi dan Mc Ginn (1998).<br />

Curah Hujan<br />

Curah Hujan<br />

Evapotranspirasi<br />

Evapotranspirasi<br />

Gambar 5. Dinamika Variabilitas Curah Hujan dan Evapotranspirasi


Kelembaban<br />

Kelembaban<br />

Limpasan<br />

Limpasan<br />

Gambar 6. Dinamika Variabilitas Kelembaban dan Limpasan<br />

Rata-rata dan koefisien variasi evapotranspirasi bulanan mempunyai pola<br />

dinamika yang hampir sama yaitu cenderung naik pada periode 1972-1996. Fakta ini<br />

mengindikasikan bahwa evapotranspirasi bulanan cenderung naik dan variabilitasnya


makin tinggi. Nilai tertinggi dari koefisien variasi evapotranspirasi bersamaan dengan<br />

terjadinya tahun Normal pada 1989.<br />

Kelembaban bulanan cenderung sedikit naik pada periode 1972-1996. Dinamika<br />

koefisien variasi kelembaban bulanan cenderung naik tajam pada periode 1972-1993.<br />

Fakta ini mengindikasikan bahwa kelembaban bulanan cenderung agak naik dan<br />

variabilitasnya makin tinggi. Sementara itu limpasan bulanan cenderung agak turun<br />

pada periode 1972-1996. Nilai terendah rata-rata limpasan dengan terjadinya El-Nino<br />

tahun 1987. Dinamika koefisien variasi limpasan bulanan sangat bervariasi pada<br />

periode 1972-1996. Fakta ini mengindikasikan bahwa limpasan bulanan cenderung<br />

sedikit turun dan variabilitasnya sangat dinamis seperti yang diindikasikan hasil<br />

penelitian serupa di <strong>daerah</strong> lain seperti <strong>aliran</strong> <strong>sungai</strong> Rio Pueco (Molnar and Ramirez,<br />

2000).<br />

Hasil kajian rata-rata dan koefisien variasi komponen <strong>hidrometeorologi</strong> ini dapat<br />

menghasilkan indikasi yang sama dengan hasil kajian <strong>kecenderungan</strong> komponen<br />

tersebut dengan menggunakan analisisi regresi logistik linier. Curah hujan dan<br />

limpasan mempunyai <strong>kecenderungan</strong> turun sedangkan evapotranspirasi dan kelembaban<br />

udara cenderung meningkat.<br />

KESIMPULAN<br />

Hasil kajian <strong>kecenderungan</strong> komponen <strong>hidrometeorologi</strong> bulanan di <strong>daerah</strong> <strong>aliran</strong><br />

<strong>sungai</strong> <strong>Citarum</strong> dapat menghasilkan kesimpulan yaitu curah hujan dan limpasan<br />

cenderung menurun. Nilai penurunannya masing-masing adalah -3.64% dan -1.11%.<br />

Penurunan curah hujan dan limpasan berkaitan oleh adanya penurunan pembentukan<br />

awan dan hujan di <strong>daerah</strong> tersebut sebagi konsekwensi adanya perubahan iklim global.


Sementara itu evapotranspirasi dan kelembaban udara cenderung mengalami<br />

peningkatan masing-masing sebesar 3.88% dan 4.21%. Peningkatan ke dua komponen<br />

<strong>hidrometeorologi</strong> tersebut berkaitan dengan adanya fakta bahwa telah terjadi<br />

peningkatan lahan pemukiman dan industri yang sangat drastis, sehingga pemindahan<br />

uap air total dari permukaan ke atmosfer meningkat.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Akinremi, O.O and S.M. McGinn. 2003. Precipitation Trends on the Canadian<br />

Prairies. Journal of Climate, 12(10), 2996-3003.<br />

Braud, I., A.J.I., J. Zuluaga, L. Fornero, and A. Pedrani. 2001. Vegetation Influence on<br />

Runoff and Sediment Yield in the Andes Region: Observation and Modelling.<br />

Journal of Hydrology, 254(1-4), 124-144.<br />

Burn, D.H. 1998. Hydrologic Effect of Climate Change in West-Central Canada.<br />

Journal of Hydrometeorology, 160, 53-70.<br />

Burn, D.H. and Hag E. 2002. Detection of Hydrologic Trends and Variability. Journal<br />

of Hydrology, 255(1-4), 107-122.<br />

Cheng, K., Hsu, H., Tsa, M., Chang, K., and Lee, R. 2004. Test and Analysis of Trend<br />

Existence in Rainfall Data. Journal of Hidrology, Vol. 259, 254-271.<br />

Dutha, D. and Herath, S. 2003. Trend of Floods in Asia and Floods Risk Management<br />

with Integrated River Basin Approach. Procceding of the First International<br />

Conference of Asia-Pasific Hydrology and water Resources Association, Kyoto,<br />

Japan, pp 821-826.<br />

Ercan, K. and Serdar, K. 2004. Trend Analysis of Streamflow in Turkey. Journal of<br />

Hydrology, 289(1-4), 128-144.<br />

Fahmuddin, A. and Wahyunto. 2003. Evaluation of Flood Mitigation Functions of<br />

Several Land Use System in Selected Areas of West Java, Indonesia. Proceedings<br />

of EOCD Expert Meeting on Land Conservation Indicators, 13-15 May, 2003.<br />

Kyoto, Japan.<br />

Fares, Y.R. and M. Ikhwan. 2001. Conceptual Modeling for Management of the<br />

<strong>Citarum</strong> Basins, Indonesia. Journal of Environmental Hydrology, 9, paper 10.<br />

Fares, Y.R. 2003. Water Resources Management in Tropical River Catch-ments.<br />

Journal of Environmental Hydrology, 11, paper 14.


Frei, C. and C. Schar. 2000. Detection Probability of Trends in Rare Events: Theory<br />

and Application to Heavy Precipitation in the Alpine Region. Journal of Climate,<br />

14, 1568-1584.<br />

Gan, T.Y. 1998. Hydroclimatic Trends and Possible Climatic Warning in the Canadian<br />

Prairies. Water Resources Research, 34(11), 3009-3015.<br />

Gutry, K.,M. 2003. Long-term Tendencies of Water Circulation in the Protected<br />

Lowland Lasica River Catchment. Ecohydrology and Hydrobiology, 3(3), 351-<br />

358.<br />

Karl, T.T., R.W. Knigth, and P. Plumer. 1999. Trend in High Frequency Climate<br />

Variability in the Twentieth Century. Nature, 377, 217-220.<br />

Karsidi, A. 1998. Land Use–land Cover Changes (Indonesia Case Study). Land<br />

Use/Cover Change-Data and Information System (LUCC-DIS) Workshop, 13-18<br />

August 1998.<br />

Kirchhof, W. 1993. Water Quality Management for Optimization of the System of the<br />

<strong>Citarum</strong> River Basin. Final Report, Forschungsinstitut fur Wasser und<br />

Abfallwirtschaft an Der RWTH Aachen, Aachen, Germany.<br />

Kusmandari, A. 1994. Estimation of Erosion and Sediment Yield in Forest and<br />

Agroforestry Areas in <strong>Citarum</strong>, West Java, Indonesia : Application of the AGNPS<br />

Model. University of Waterloo.<br />

Leon, D.R. 2002. Tropical Rainfall Trends and the Indirect Aerosol Effect. Journal of<br />

Climate, 15(15), 2103-2116.<br />

Molnar, P. and J.A. Ramirez. 2000. Recent Trends in Precipitation and streamflow in<br />

the Rio Puerco. Journal of Climatic, 14(10), 2317-2328.<br />

Mudelsee, M., Bornge, M., tetzlaff, G., and Grunewald, U. 2003. No Upward Trend in<br />

the Occurrence of the Extreme Floods in Central Europe. Nature, 125(6954),<br />

166-169.<br />

Santoso, H. and R. Warrick. 2003. An Integrated System INDOCLIM for Examining<br />

the Impacts of Changes in Land Use and Climate on the Quantity and Variability<br />

of Stremflows in the Upper <strong>Citarum</strong> River Basin, Indonesia. Environment<br />

Informatics Archives, Volume 1, 175-189.<br />

Shinjiro, k., Taikan, O. and Katumi, M. 2000. Impact of Deforestation on Regional<br />

Pricipitation over the Indochina Peninsula. Jorunal of Hydrology, 2(1), 51-70.<br />

Soetrisno, S. 1998. Impacts of Urban and Industrial Development on Groundwater,<br />

Bandung, West Java, Indonesia. http://www.geocities.com/Eureka/Gold/1577/<br />

paper_list_eng.html.


Supriyo, A., Bambang, S. and Soetrisno, S. 1999. Aquifer Storage and Recovery for<br />

Water Conservation in Bandung Basin. 2nd CGS National Short Course on ASR,<br />

Adelaide, 27-29 October 1999.<br />

Terangna, N. 1995. Water Quality Conservation for the <strong>Citarum</strong> River in West Java.<br />

Wat. Sci. Tech Vol.31, No.9, pp.1-10, IAWQ, Great Britain.<br />

Terangna, N. 1997. The Status of Water Quality, Pollution Control Planning at the<br />

<strong>Citarum</strong> River Basin. Proceedings of Workshop on Water Quality R & D<br />

(Indonesia–Australia), Bandung, Indonesia.<br />

Widiati, A. 1998. Analisis perubahan fungsi ruang hidrology terhadap keseimbangan<br />

air, Studi Kasus Cekungan Bandung. Thesis Magister, Institut Teknologi<br />

Bandung, Bandung<br />

Wihardini, D., Teubner, M., Dandy, G. and Rasser, P. 1999. Water resources Management<br />

of the <strong>Citarum</strong> River Basin, Indonesia. Water 99-Joint Congress,<br />

Brisbane-July 1999.<br />

Xua, Z.X., K. Takeuchi, and H. Ishidaira. 2001. Precipitation Variation due to Climatic<br />

Change in Southeast Asia and The Pacific Region. Proceeding : Inter-national<br />

Symposium On Achievement Of IHP V In Hyrology Research, 399-413.<br />

Xua, Z.X., K. Takeuchi, and H. Ishidaira. 2003. Monotonic Trend and Step Chenges in<br />

Japanese Precipitation. Journal of Hydrology, 279((1-4), 144-150.<br />

Yu, P., Yang, T., and Wua, C. 2002. Impact Climate Change on Water Resources in<br />

Southern Taiwan. Journal of Hydrology, 260(1-4), 161-175.<br />

Yue, S., Pilon, P., and Cavadias, G. 2002. Power of the Mann-Kendal and Spearman’s<br />

Rho Test for Detecting Monotonic Trend in Hydrology Series. Journal of<br />

Hidrology, Vol. 259, 254-271.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!