You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
8 |<br />
serius di berbagai kota besar kini sudah menghadapi<br />
tingkat gawat. Kendaraan roda dua di Jakarta bak semut<br />
yang mengepung kota. Toh, pemerintah sepertinya tidak<br />
melakukan upaya apa pun.<br />
Kedua, BBM tak hanya dinikmati orang kaya, tetapi<br />
oleh semua lapisan masyarakat. Semua produk barang<br />
dan manufaktur membutuhkan konsumsi BBM. Maka,<br />
begitu harga BBM naik, harga barang dan jasa serentak<br />
naik. Pada akhirnya, orang di strata bawah yang paling<br />
terpukul.<br />
Ketiga, ucapan Jusuf Kalla bahwa kenaikan harga BBM<br />
sekarang hanya berakibat kenaikan belanja Rp 50.000<br />
sampai Rp 60.000 bagi orang miskin—sedangkan<br />
pemerintah memberikan Rp 100.000 per bulan—hanya<br />
teori. Dalam praktik, kehidupan mereka pasti lebih<br />
tercekik lagi.<br />
Keempat, Indonesia negara produsen minyak. Minyak<br />
yang kita hasilkan mestinya dinikmati sebesar-besarnya<br />
oleh seluruh rakyat sesuai amanat UUD 1945. Namun,<br />
kenyataannya, minyak sebagian besar dinikmati<br />
perusahaan-perusahaan pengelola minyak kita. Kenapa<br />
pemerintah tidak berdaya melakukan tindakan seperti<br />
yang dilakukan oleh Presiden Evo Morales dari Bolivia<br />
Perihal kenaikan harga BBM mestinya pemerintah<br />
sejak awal memberikan sounding kepada rakyat bahwa<br />
pemerintah tidak punya jalan lain kecuali menaikkan<br />
harga BBM sebab harga minyak di tingkat internasional<br />
memang terus membubung. Banyak negara menempuh<br />
kebijakan melepaskan harga BBM sesuai pasar sehingga<br />
fluktuasi harga terjadi setiap hari secara alamiah.<br />
Namun, pemerintah kita masih saja berkelit dengan<br />
retorika impression management berupa jaminan bahwa<br />
harga BBM takkan naik selama <strong>2008</strong>, dan menaikkan<br />
harga BBM hanya opsi terakhir.<br />
Inilah kesalahan fatal pemerintahan SBY! Memberikan<br />
”angin surga” terus kepada rakyat, bukan<br />
menggambarkan situasi riil di dunia. Maka, tatkala rakyat<br />
menggugat kenaikan harga BBM, antara lain dalam<br />
bentuk aksi-aksi unjuk rasa, pemerintah tidak punya<br />
pilihan lain, kecuali menyanyikan retorika ala Orde Baru<br />
itu, menggebuki para demonstran/mahasiswa, merusak<br />
kampus Universitas Nasional, sekaligus menjilat kembali<br />
ludah yang sudah disemburkannya<br />
jauh-jauh hari...!<br />
Disadur oleh Stanislaus Haribowo,<br />
Kompas, 27 Mei <strong>2008</strong>