Download PDF (1.6 MB) - DhammaCitta
Download PDF (1.6 MB) - DhammaCitta
Download PDF (1.6 MB) - DhammaCitta
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Oleh Redaksi<br />
WAWANCARA<br />
definisi yang universal untuk meditasi. Jika dianalogikan ada<br />
berbagai macam sebutan untuk ‘salju’ bagi orang Eskimo, seperti<br />
itulah meditasi dalam Buddhis. Ada latihan Samantha Bhavana,<br />
Vipassana Bhavana, latiahn visualisasi. Semua itu adalah meditasi.<br />
Bahkan terkadang membaca suatu teks pun bisa berarti meditasi,<br />
seperti bhanting misalnya.<br />
T<br />
J<br />
T<br />
J<br />
T<br />
J<br />
: Anda bilang bahwa ada banyak cara mempraktekkan meditasi.<br />
Lalu, praktek meditasi apakah yang terbaik<br />
: Itu, sekali lagi, tergantung masing-masing orang. Setiap orang<br />
bisa mempunyai cara bermeditasi terbaik bai dirinya sendiri,<br />
yang berbeda dengan orang lain. Bagi sebagian orang, mungkin<br />
Samantha adalah cara yang paling cocok, tetapi bagi orang lain<br />
mungkin vipassana lah yang lebih cocok, ada pula orang yang<br />
lebih menyukai latihan visualisasi. Bisa juga kita mengombinasikan<br />
beberapa cara meditasi, jika kita merasa nyaman dengannya.<br />
Itulah indahnya Buddhisme, kita memiliki banyak variasi.<br />
: Anda mengatakan bahwa orang Amerika tidak menyukai<br />
chanting. Mengapa<br />
: Itu karena mereka tidak mengerti bahasanya. Mereka tidak<br />
mengerti Chinesse atau bahasa Tibet. Juga karena mereka tidak<br />
mengerti makna dari chanting itu sendiri karena mereka tidak<br />
mengerti bahasanya. Jadi bagi orang Amerika, chanting terdengar<br />
seperti nyanyian bahasa aneh tanpa arti. Tapi bagi mereka yang<br />
mengerti bahasanya, seperti bahasa Pali dan sebagainya, maka<br />
makna dari chanting sendiri akan terasa dalam sekali.<br />
: Apa kendala terbesar Anda dalam mempraktekkan Dharma<br />
: Ada banyak sekali hambatan. Pada tahun 1950an, di Amerika<br />
tidak ada buku-buku tentang Dharma, tidak ada vihara, tidak<br />
ada guru yang bisa mengajarkan. Aku pergi ke perpustakaan<br />
pada sekitar tahun 1956 dan di seluruh perpustakaan hanya ada<br />
2 buku tentang agama Buddha. Aku membaca salah satunya<br />
dan merasa, ‘ini dia’. Aku merasa inilah jalanku. Tapi apa yang<br />
bisa aku lakukan Tidak ada guru, tidak ada buku-buku lain.<br />
Akhirnya aku bolos sekolah dan pergi ke Jepang selama dua<br />
minggu. Aku mencari guru ke mana-mana, tapi aku tidak dapat<br />
39 B V D • J U L I 2 0 0 9