14.01.2015 Views

Koperasi Peduli Rakyat Sejahtera - Smecda

Koperasi Peduli Rakyat Sejahtera - Smecda

Koperasi Peduli Rakyat Sejahtera - Smecda

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Koperasi</strong> <strong>Peduli</strong><br />

<strong>Rakyat</strong> <strong>Sejahtera</strong><br />

COOPERATIVE CARE ON PROSPEROUS PEOPLE<br />

Kisah Sukses <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Peserta Program<br />

Perkuatan Permodalan Agribisnis/Sektoral<br />

Success Stories of Save and Loan Cooperative<br />

Participants of Capitalization Strengthening for<br />

Agribusiness / Sectoral<br />

Buku ini merupakan output dari pekerjaan/kegiatan “Penyusunan Kisah Sukses KSP/USP <strong>Koperasi</strong> Peserta Program Agribisnis/<br />

Sektoral pada Satuan Kerja Unit Deputi Pembiayaan Kementerian Negara <strong>Koperasi</strong> dan Usaha Kecil dan Menengah Republik<br />

Indonesia pada Tahun Anggaran 2009<br />

This book is the output of the work / activities "Composing of Success Stories of Incorporation KSP/USP participants OF<br />

Agribusiness Cooperatives / Sector on Work Unit of Financing Unit Deputy State Ministry of Cooperatives and Small and Medium<br />

Enterprises of the Republic of Indonesia in Fiscal Year 2009<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a<br />

1


SAMBUTAN<br />

Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui Program Perkuatan Permodalan<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan Pemerintah melalui<br />

Kementerian Negara <strong>Koperasi</strong> dan Usaha Kecil dan Menengah untuk memberdayakan<br />

pengusaha mikro dan kecil yang mempunyai usaha produktif.<br />

Program tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan ekonomi rakyat<br />

melalui Gerakan <strong>Koperasi</strong> di tanah air yang semakin menunjukkan kemajuan dari waktu ke waktu.<br />

Kemajuan itu semakin membangkitkan kepercayaan masyarakat untuk menggunakan koperasi sebagai<br />

instrumen pemberdayaan ekonomi dalam menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan<br />

dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.<br />

Program Perkuatan Permodalan tersebut juga merupakan bagian dari perjuangan untuk<br />

mewujudkan imej koperasi yang mampu tampil sebagai mitra masyarakat dalam mewujudkan<br />

kesejahteraan.<br />

Akhirnya, saya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah<br />

bekerja keras untuk mewujudkan penerbitan Buku Kisah Sukses <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Peserta<br />

Program Perkuatan Permodalan ini. Kiranya berbagai kesuksesan yang telah dituliskan di dalam<br />

buku ini bisa menjadi inspirasi bagi segenap bangsa Indonesia.<br />

Jakarta, Agustus 2009<br />

Menteri Negara <strong>Koperasi</strong> dan<br />

Usaha Kecil dan Menengah<br />

Suryadharma Ali<br />

2 K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a<br />

ii


FOREWORD<br />

Micro and small Entrepreneurs Development Program through Save Loan Cooperation Capi<br />

talization Strengthening is a series of activities conducted by the Government Program trough<br />

State Ministry of Cooperation and Small and Middle Business to empower micro and small<br />

entrepreneurs having productive business.<br />

Such program is an inseparable part of the people’s economy development through Cooperation<br />

Movement in this country that shows more and more progress from time to time. Such progress<br />

lives up the trust of the community to use cooperation as economic empowerment instrument in<br />

creating work field, revenue increase, and pulling out the people from poverty.<br />

Such capitalization strengthening is also a part of the struggle to create cooperation image that<br />

is able to appear as community partner in creating prosperity.<br />

Finally, I’m expressing my highest appreciation to all sides that have worked hard to create<br />

the issuance of this Book of Success Stories of Save Loan Cooperation Participant of Capitalization<br />

Strengthening Program. Hopefully various successes that have been written in this book could be<br />

inspiration for all Indonesian people.<br />

Jakarta, August 2009<br />

State Minister of Small and Middle Business<br />

Suryadharma Ali<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a<br />

iii 3


KATA PENGANTAR<br />

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridho-Nya Buku<br />

Kisah Sukses KSP/USP <strong>Koperasi</strong> Peserta Program Agribisnis/Sektoral ini dapat diselesaikan.<br />

Hal pertama yang ingin kami sampaikan kepada hadirin pembaca yang budiman sehubungan<br />

dengan penerbitan Buku Kisah Sukses KSP/USP <strong>Koperasi</strong> Peserta Program Agribisnis/Sektoral adalah,<br />

bahwa perkuatan permodalan bagi KSP/USP-<strong>Koperasi</strong> yang telah disalurkan oleh Kementerian Negara<br />

<strong>Koperasi</strong> dan UKM cq. Deputi Bidang Pembiayaan sejak tahun 2003 sampai dengan 2005 dan tahun<br />

2007 yang bersumber dari dana APBN sepatutnya diketahui secara luas oleh masyarakat.<br />

Hal kedua yang ingin kami sampaikan adalah buku ini merupakan parade ekspose tentang<br />

manfaat dari program perkuatan permodalan serta menampilkan perjuangan mereka untuk menjadi<br />

sejahtera dan kiat-kiat keberhasilan yang telah dilaksanakan oleh KSP/USP-<strong>Koperasi</strong> peserta program.<br />

Penulisan buku ini menggunakan suatu pendekatan jurnalisme dimana kami mengajak partisipasi<br />

Dinas yang membidangi <strong>Koperasi</strong> dan UKM selaku Pembina di tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Provinsi<br />

dan masyarakat sekitar penerima manfaat untuk mengungkapkan peran KSP/USP-<strong>Koperasi</strong> dalam<br />

peningkatan perekonomian di wilayahnya.<br />

Disadari bahwa tidak jarang kegigihan dan keberhasilan dari KSP/USP-<strong>Koperasi</strong> peserta program<br />

dengan keragaman kiat yang mereka tempuh, dapat dijadikan contoh bagi KSP/USP-<strong>Koperasi</strong><br />

lainnya. Untuk itu, saya secara pribadi maupun sebagai Deputi Menteri Bidang Pembiayaan menyambut<br />

baik penerbitan buku ini yang menggambarkan dinamika positif dari KSP/USP-<strong>Koperasi</strong> peserta program<br />

dan para anggotanya yang memanfaatkan bantuan dana dari Pemerintah. Semoga, programprogram<br />

sejenis yang sangat mengandung tujuan mulia kelak akan menjadi suatu kontribusi penting<br />

dalam menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi Bangsa Indonesia.<br />

Akhirnya, saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya<br />

kepada semua pihak yang telah memberikan dedikasi dan kontribusi dalam merealisasikan catatancatatan<br />

penting ke dalam buku ini. Mudah-mudahan buku ini akan memberikan arti dan motivasi<br />

yang lebih tinggi kepada kita dikemudian hari.<br />

Jakarta, Agustus 2009<br />

Deputi Menteri Bidang Pembiayaan<br />

Ir. Agus Muharram, MSP.<br />

4 K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a<br />

iv


PREFACE<br />

Our gratitude is addressed to Allah SWT, since with His blessing and sincerity, these success<br />

stories of KSP/USP as Agribusiness/Sector Program Participating Cooperation could be com<br />

pleted. The first thing that we would like to convey to or readers with regard to the issuance<br />

of Success Stories of KSP/USP of Agribusiness/Sector Program Participating Cooperation is that<br />

capitalization strengthening for KSP/USP-Cooperation that has been distributed by State Ministry of<br />

Cooperation and UKM through Funding Division Deputy since 2003 up to 2005 and 2007 derived<br />

from State Revenue and Expenditure Budget should be announced to the public.<br />

The second thing that we would like to convey is that this book is the exposure parade on the<br />

benefit of capitalization strengthening program as well as presenting their struggles to become prosperous<br />

and the tricks of success that have been implemented by program participant KSP/USP-<br />

Cooperation. The composing of this book uses a journalism approach in which we asked the participation<br />

of Service that is in charge of Cooperation and UKM as the actor of Founder in the level of<br />

Regency/City, Province and the surrounding community as beneficiaries to express the role of KSP/<br />

USP-Cooperation in increasing economic matters in their areas.<br />

It is realized that the persistence and success of program participating KSP/USP-Cooperation<br />

with the various tricks that they have achieved can be set as an example for any other KSP/USP-<br />

Cooperation. For that purpose, I personally or as Deputy Minister of Funding Field welcome the<br />

issuance of this book which describes the positive dynamic of program participating KSP/USP-Cooperation<br />

and its members who utilize fund aid from the Government. I hope similar programs that very<br />

much contain noble purposes will in the future become a significant contribution in creating fair prosperity<br />

and welfare for Indonesia as a nation.<br />

Finally, I would like to convey my highest gratitude and honor to all sides who have provided their<br />

dedication and contribution in realizing important notes into this book. I hope this book could provide<br />

higher meaning and motivation to us in the future.<br />

Jakarta, August 2009<br />

Deputy Ministry of Funding Field<br />

Ir. Agus Muharram, MSP.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a<br />

v5


DAFTAR ISI<br />

Sambutan Menteri Negara <strong>Koperasi</strong> dan Usaha Kecil dan Menengah.................................. ii<br />

Pengantar Deputi Menteri Bidang Pembiayaan ................................................................. iv<br />

Bab I Prolog .......................................................................................................... 1<br />

Bab II Dana Bergulir Untuk Modal Usaha Kecil dan Mikro ....................................... 8<br />

Bab III<br />

Senyum dari Mereka yang Terbaik<br />

Parade Kisah Sukses .................................................................................. 20<br />

Propinsi Sumatera Barat<br />

Bila Keberlanjutan <strong>Koperasi</strong> Adalah Penentu Kejayaan ............................... 26<br />

Barek Samo Dipikua, Ringan Samo Dijinjiang .............................................. 32<br />

Propinsi Jawa Barat<br />

Tetap Eksis Setelah Enam Dekade ............................................................. 40<br />

Kiprah Trisula di “Kota Angin” ...................................................................... 44<br />

Bila Tak Ada Dusta di Antara Kita adalah Kunci Sukses ............................... 50<br />

Propinsi Jawa Tengah<br />

Agribisnis di Antara Lereng Merapi .............................................................. 57<br />

Jati Diri Kebersamaan di Bumi Kartini .......................................................... 62<br />

Tangan-tangan Dingin di Ujung Timur Pantura ............................................ 68<br />

Propinsi Jawa Timur<br />

Sukses dengan Sistem Tanggung Renteng ................................................. 76<br />

Propinsi Nusa Tenggara Barat<br />

Maju Bersama Petani Tembakau dan Rumput Laut ..................................... 84<br />

Sahabat Petani di Lereng Rinjani ................................................................ 88<br />

Propinsi Nusa Tenggara Timur<br />

Dari Guru untuk Masyarakat ........................................................................ 94<br />

Berani Tampil Beda ...................................................................................... 98<br />

Propinsi Kalimantan Tengah<br />

Berkawan ala Surya Sekawan ..................................................................... 104<br />

Propinsi Sulawesi Utara<br />

Mitra Petani Cengkeh .................................................................................. 112<br />

Buka Peluang Lebar-lebar, Ketat Bersyarat ................................................ 116<br />

Propinsi Sulawesi Tenggara<br />

Maju Bersama Petani Rumput Laut ............................................................. 124<br />

Bertindak Cermat di Masa Sulit ................................................................... 130<br />

Propinsi Maluku<br />

Mandiri di Usia Muda ................................................................................... 138<br />

Bab IV E p i l o g...................................................................................................... 144<br />

6 K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a<br />

vi


INDEX<br />

Froeword from State Minister of Cooperation and Small and Middle Scale .......................... iii<br />

Preface from Deputy Minister of Funding Field .................................................................. v<br />

Chapter I Prologue .................................................................................................... 6<br />

Chapter II Scroling Fund For Small and Micro Business Capuital ................................... 16<br />

Chapter III<br />

Smiles of the Best<br />

A Parade of Success Stories...................................................................... 24<br />

West Sumatera Province<br />

If the Cooperation Sustainability is the Determinant of Glory ……............. 30<br />

Barek Samo Dipikua, Ringan Samo Dijinjiang ........................................... 32<br />

(We Bare Heavy Matters Together and Carry Light Matters Together)<br />

West Java Province<br />

Still Exist After Six Decades………………................................................... 43<br />

The Progress of Trisula at “The Wind City” ............................................... 49<br />

If there is no Lie Betrween us is the Key to Success .......................... 53<br />

Central Java Province<br />

Agribusiness in Between the Slope of Merapi ........................................... 54<br />

Togetherness Identity in the Land of Kartini .............................................. 60<br />

Cold Hands at the East Tip of North Beach ............................................... 64<br />

East Java Province<br />

Success with Joint Responsibility System .................................................. 70<br />

West Nusa Tenggara Province<br />

Progressing Together With Tobacco and Seawees Farmers...................... 78<br />

Farmers Best Friend at the Slope of Rinjani............................................... 82<br />

Nusa Tenggara Timur Province<br />

Life Light at Bukit Sikka ........................................................................... 88<br />

Dare to be Different .................................................................................. 92<br />

Central Kalimantan Province<br />

Being Friends like Surya Sekawan ............................................................ 98<br />

South Sulawesi Province<br />

Clove Farmers Partner................................................................................ 115<br />

Providing Wide Open opportunities, Tight Requirements .......................... 120<br />

Southeast Sulawesi Tenggara Province<br />

Moving Forward Together With Seaweed Farmers .................................... 128<br />

Acting Thoroughtly in Difficult Times .......................................................... 134<br />

Maluku Province<br />

Independent at a Young Age .................................................................... 130<br />

Chapter IV E p i l o g u e ............................................................................................... 134<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a<br />

vii 7


8 K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


<strong>Koperasi</strong> <strong>Peduli</strong><br />

<strong>Rakyat</strong> <strong>Sejahtera</strong><br />

COOPERATIVE CARE ON PROSPEROUS PEOPLE<br />

Kisah Sukses <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Peserta Program<br />

Perkuatan Permodalan Agribisnis/Sektoral<br />

Success Stories of Save and Loan Cooperative<br />

Participants of Capitalization Strengthening for<br />

Agribusiness / Sectoral<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 1


Prolog<br />

<strong>Koperasi</strong> <strong>Peduli</strong> <strong>Rakyat</strong> <strong>Sejahtera</strong><br />

Apa yang akan terjadi pada masyarakat<br />

yang selama ini tekun dan rajin<br />

bekerja: sejak dari aspek budi daya,<br />

pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap<br />

pemasarannya; beretos jujur dan bertindak<br />

sportif, jauh dari intrik-intrik kolusi, bertradisikan<br />

kebersamaan dan kekeluargaan, bila mereka<br />

diberi suntikan modal untuk memperbesar<br />

omzet usahanya<br />

Dugaan yang paling dekat adalah omzet<br />

bisnis mereka berangsur membesar, keuntungan<br />

meningkat, pendapatan menggelembung, dan<br />

mereka menuai sukses sebagai pengusaha. Dan,<br />

tentu saja, pada akhirnya kesejahteraan mereka<br />

akan semakin membaik. Jawaban semacam itu<br />

sepenuhnya masuk di akal karena pada<br />

dasarnya mereka adalah pelaku ekonomi yang<br />

mandiri.<br />

Siapa mereka itu<br />

Siapa lagi jika bukan para petani, petambak,<br />

atau pedagang yang modal dan ruang lingkup<br />

bisnisnya terbatas, sebagaimana nelayan,<br />

perajin, dan lain-lain. Di negeri ini, jumlah mereka<br />

2<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


yang bergerak di usaha kecil dan mikro ini sangat<br />

banyak, tersebar di kawasan perdesaan<br />

(mayoritas), dan sebagian lagi di perkotaan yang<br />

bergerak dalam berbagai sektor usaha.<br />

Bagi Kementerian <strong>Koperasi</strong> dan Usaha Kecil<br />

dan Menengah, dinamika di atas adalah hal yang<br />

membanggakan. Memang, tidak semua dari<br />

mereka tertampung ke dalam koperasi. Mereka<br />

yang telah menjadi anggota koperasi pada<br />

umumnya memiliki kekhasan dalam etos<br />

usahanya.<br />

Nah, untuk mempertegas upaya pemberdayaan<br />

terhadap usaha kecil ini, Kementerian<br />

<strong>Koperasi</strong> dan Usaha Kecil dan Menengah lantas<br />

mengeluarkan kebijakan Program Pengembangan<br />

Pengusaha Mikro dan Kecil melalui<br />

Perkuatan Dana Bergulir Bagi <strong>Koperasi</strong> Simpan<br />

Pinjam (KSP) untuk membiayai usaha ekonomi<br />

produktif di sektor agribisnis dan sektor usaha<br />

produktif lainnya.<br />

Penekanan terhadap sektor agribisnis dan<br />

sektor lain itu tentu saja berdasarkan<br />

pertimbangan-pertimbangan yang matang.<br />

Agribisnis adalah kegiatan pemanfaatan sumber<br />

daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup.<br />

Agribisnis merupakan cara pandang ekonomi<br />

masyarakat di bidang pertanian. Namun,<br />

agribisnis juga berarti semua usaha ekonomi<br />

yang berbasis sumber daya alam. Karena itu,<br />

yang menjadi sasaran program di atas bukan<br />

hanya anggota koperasi yang bergerak di<br />

bidang pertanian saja, tetapi juga mereka yang<br />

mengembangkan rumput laut, dan usaha-usaha<br />

pengolahan hasil-hasil alam lainnya.<br />

Tujuan Program Pengembangan Pengusaha<br />

Mikro dan Kecil melalui perkuatan<br />

permodalan KSP ini yaitu: Meningkatkan aktivitas<br />

dan pendapatan Pengusaha Mikro dan Kecil<br />

melalui pelayanan pinjaman modal usaha yang<br />

berasal dari KSP; Meningkatkan kemampuan<br />

dan jangkauan layanan KSP khususnya di sektor<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 3


Kemudahan pada <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam dalam memberikan bantuan modal usaha sangat membantu petani dan pengusaha kecil<br />

agribisnis; Meningkatkan kualitas Sumber Daya<br />

Manusia pengelola KSP.<br />

Program ini merupakan serangkaian kegiatan<br />

yang dilakukan Pemerintah melalui Proyek<br />

Pengembangan Kebijakan Peningkatan<br />

Akses Sumberdaya Produktif yang bersumber<br />

dari dana APBN dalam bentuk pemberian<br />

bantuan perkuatan permodalan kepada KSP<br />

dengan pola dana bergulir.<br />

Bantuan Perkuatan Dana Bergulir Bagi<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) di Sektor Agribisnis<br />

selanjutnya disebut Dana Bergulir KSP Agribinis<br />

adalah dana yang berasal dari Pemerintah melalui<br />

Kementerian <strong>Koperasi</strong> dan Usaha Kecil dan<br />

Menengah yang disalurkan kepada <strong>Koperasi</strong><br />

Simpan Pinjam (KSP) di Sektor Agribisnis sebagai<br />

pinjaman dana bergulir untuk disalurkan lebih lanjut<br />

kepada anggotanya dalam bentuk pinjaman.<br />

Program tersebut dimulai pada 2003 dan<br />

diteruskan pada tahun 2004. Mengingat<br />

pelaksanaan program Bantuan Perkuatan Dana<br />

Bergulir di Sektor Agribisnis di tahun 2003 dan<br />

2004 berlangsung cukup gemilang, maka pada<br />

tahun 2005 Pemerintah memperluas usaha<br />

pengembangan melalui bantuan perkuatan Dana<br />

Bergulir Sektoral guna membiayai berbagai<br />

sektor usaha produktif lainnya, melalui sumber<br />

pembiayaan APBN. Karena itu, sejak 2005 program<br />

tersebut dikenal sebagai Bantuan Perkuatan<br />

Permodalan KSP Agribisnis / Sektoral.<br />

Pelaksananaan program tersebut menggambarkan<br />

seperti yang terlukis di bagian awal<br />

tulisan itu. Rata-rata koperasi penerima program<br />

bantuan berhasil menyalurkan kredit<br />

penguatan modal mereka kepada para anggota.<br />

Kinerja koperasi, baik pengembalian modal dari<br />

anggota maupun angsuran koperasi ke bank<br />

pelaksana secara nasional baik. Bisa dikatakan<br />

kredit macet di bawah angka 2% seperti batas<br />

maksimal yang diberlakukan.<br />

Perkuatan juga ditempuh melalui programprogram<br />

peningkatan kapasitas koperasi di<br />

dalam mengelola usahanya. Kapasitas yang<br />

dimaksud adalah bidang manajemen, sistem<br />

pelaporan dan administrasi keuangan, dan<br />

kemampuan teknis lainnya, hingga wawasan<br />

kewirausahaan. Hal ini niscaya mengingat<br />

koperasi adalah sentra usaha bagi para<br />

pengusaha kecil/ mikro.<br />

Pengalaman menyebutkan bahwa pembinaan<br />

akan berlanjut ke anggota. <strong>Koperasi</strong> yang telah<br />

tertata dengan baik dalam berbagai aspeknya secara<br />

natural akan menularkan berbagai keterampilan dan<br />

pengetahuannya kepada anggota.<br />

4<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Seorang anggota Kopdit Obor Mas (NTT) sedang menerima kunjungan petugas Kopdit. Keharmonisan hubungan antara Pengurus<br />

dan Anggota <strong>Koperasi</strong> merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pengelolaan <strong>Koperasi</strong>.<br />

Nah, banyak pelajaran berharga selama<br />

pelaksanaan program-program di atas. Rasanya<br />

terlalu sayang bila momentum-momentum<br />

seperti itu lenyap begitu saja. Antara lain untuk<br />

tujuan menjawab kesanksian itulah buku ini<br />

disusun.<br />

Jauh dari kesan formal, buku ini disusun<br />

melalui proses peliputan di koperasi-koperasi<br />

terbaik yang tersebar di seluruh Indonesia. Tidak<br />

semua yang terbaik berhasil diliput. Tim<br />

penyusun membagi beberapa koperasi di 10<br />

provinsi yang mencerminkan keterwakilan<br />

wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan<br />

timur. Cara pemilihan kabupaten dan kota<br />

didasarkan kepada ragam jenis usaha yang<br />

dikembangkan.<br />

Namun demikian, meski buku ini jauh dari<br />

kesan formal, koperasi-koperasi yang kisah<br />

suksesnya ditampilkan dipilih berdasarkan<br />

kriteria baku. Setidaknya, ada lima kriteria sukses<br />

yang menjadi bahan pertimbangan, yakni:<br />

sukses penyaluran dana; sukses pemanfaatan<br />

dana; sukses pengembalian dana; sukses<br />

peningkatan usaha dana; dan sukses pengembangan<br />

usaha dana;<br />

Jika kemudian buku ini diberi judul <strong>Koperasi</strong><br />

<strong>Peduli</strong> <strong>Rakyat</strong> <strong>Sejahtera</strong>, itu semata karena ingin<br />

memunculkan sebuah pesan bahwa koperasi<br />

adalah sebuah aset, sekaligus potensi, yang jika<br />

digerakkan dan dikembangkan secara optimal<br />

akan bermuara pada kesejahteraan rakyat. Tentu<br />

saja, ukuran sejahtera itu berjenjang.<br />

<strong>Rakyat</strong>, dalam konteks ini diwakili oleh para<br />

anggota koperasi penerima pinjaman bergulir,<br />

yang berhasil menaikkan taraf hidup mereka<br />

telah menuai hasil program Perkuatan Dana<br />

Bergulir Bagi <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP)<br />

Agribisnis/ Sektoral. Dengan tulus, senyum<br />

mereka terkembang. Di balik senyum mereka itu<br />

ada ‘sebongkah’ kebanggaan bahwa perjuangan<br />

mereka untuk menjadi lebih sejahtera telah<br />

berada pada jalur yang benar. Di balik senyumsenyum<br />

itu pula terkandung beribu memori<br />

tentang pergulatan yang tak ringan. Pergulatan<br />

tentang mengelola sawah, kolam, tambak,<br />

bengkel, kedai makan, dan sebagainya. Di<br />

antara memori-memori itu, ada satu yang tak<br />

akan mereka lupakan—bahkan akan terwariskan<br />

kepada generasi penerus mereka kelak—yakni<br />

kepedulian insan-insan koperasi, yang sejak<br />

awal setia mendampingi pergulatan mereka itu.<br />

Melalui buku ini serempak mereka bersuara:<br />

Terima kasih <strong>Koperasi</strong>.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 5


Prolog<br />

Prosperous<br />

Community Care<br />

Cooperation<br />

What would happen to a community<br />

members who have worked dili<br />

gently: from cultural, post harvest,<br />

management process up to its marketing aspects;<br />

with honest ethos and sportive acts,<br />

far from collusion intrigues, has togetherness<br />

and family tradition, if they were provided with<br />

capital injection to enhance their business<br />

earnings<br />

The closest assumption is that their business<br />

earnings would enhance, profit increase,<br />

income would enlarge and they would yield<br />

success as businessmen. And of course, in<br />

the end their prosperity will improve. This type<br />

of answer is fully logical since basically they<br />

are independent economic actors.<br />

Who are they<br />

None other than farmers, fishermen,<br />

traders with limited capital and business<br />

space, such as fishermen, craftsmen, and<br />

many others. In this country, the number of<br />

those who are engaged in small and micro<br />

business is very large, scattered in village<br />

areas (majority), and some in urban areas<br />

which engage in various business sectors.<br />

For the Ministry of Cooperation and Small<br />

and Middle Scale Business, the dynamic above<br />

is a pride. Indeed not all of them are accommodated<br />

in the cooperation. Those who have become<br />

members of cooperation generally have<br />

typical characteristics in their business ethos.<br />

Well, to expressly shows the empowerment<br />

for this small business, Ministry of Cooperation<br />

and Small and Middle Scale Enterprises then issued<br />

Micro and Small Development through<br />

Scrolling Fund Strengthening for Save Loan<br />

Cooperation (KSP) Program to fund productive<br />

economic business in agricultural and any other<br />

productive business sectors. The emphasizing<br />

on agricultural and other sectors is of course<br />

based on proper considerations. Agribusiness<br />

is an activity of utilizing natural resources to fulfill<br />

life needs. Agribusiness is an economic perspective<br />

in agriculture sector. However,<br />

agribusiness also means all economic business<br />

with natural resources basis. Therefore the target<br />

of program above is not only cooperation<br />

members engaged in agricultural field, but also<br />

those developing sea weed, and any other natural<br />

resources products processing business.<br />

The objective of Micro and Small Entrepreneur<br />

through KSP capital strengthening is: to increase<br />

activities and income of Micro and small<br />

Entrepreneur trough business capital service<br />

derived from KSP; to increase ability and coverage<br />

of KSP service especially in agribusiness<br />

6<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


sector; to increase KSP manager Human Resources<br />

quality.<br />

This program is a series of activities conducted<br />

by the Government through Productive<br />

Resources Access Increase Development<br />

Project originating from the State Revenue and<br />

Budget of 2004 fund in the form of the granting<br />

of capital strengthening aid to KSP in the pattern<br />

of scrolling fund.<br />

Such Save and Loan Cooperation (KSP)<br />

Scrolling Fund Strengthening Aid which is further<br />

referred to as Agribusiness KSP Scrolling<br />

Fund is fund deriving from the Government<br />

through the Ministry of Cooperation and Small<br />

and Middle Scale Business which is distributed<br />

to Save Loan Cooperation (KSP) in Agricultural<br />

Sector as scrolling fund loan to further be distributed<br />

to its members in the form of loan.<br />

Such program was commenced in 2003 and<br />

was continued in 2004. Considering the success<br />

of Scrolling Fund Strengthening Aid in Agricultural<br />

Sector in 2003 and 2004, then in 2005 the<br />

Government extended development business<br />

through Sectoral Scrolling Fund strengthening<br />

aid to fund various other productive business<br />

sectors, through fund source from State Revenue<br />

and Budget. Therefore since 2005 such<br />

program was known as Agribusiness/Sectoral<br />

KSP Fund Strengthening Aid.<br />

The implementation of such program was<br />

described as what is illustrated in the early part<br />

of this writing. In average cooperations receiving<br />

the aid program were successful in distributing<br />

credits to strengthen their capital to their<br />

members. Cooperation performance, both in<br />

capital return from members and cooperation<br />

installment to the bank national wide is favorable.<br />

Non performing credit can be considered<br />

as below 2% as the applied limit.<br />

Strengthening was also sought through<br />

cooperation capacity increase programs in managing<br />

its business. The capacity concerned is in<br />

the field of management, reporting system, and<br />

financial administration, and any other technical<br />

abilities, up to entrepreneurial horizon. This matter<br />

will in turn make cooperation the center of<br />

business for small/micro entrepreneurs.<br />

Experience has shown that development<br />

will continue to members. Cooperations that have<br />

been ordered well in various aspects naturally<br />

will transfer their various skills and knowledge<br />

to their members.<br />

Well, there are many valuable lessons<br />

during the above programs. It would be such<br />

a waste if such momentums disappear just like<br />

that. It is that reason, among other things, that<br />

underlies the objective to compose this book.<br />

Far from formal image, this book is composed<br />

through covering process in the best cooperations<br />

scattered all over Indonesia. Not all<br />

of the best were covered. The composing team<br />

divided several cooperations in 10 provices that<br />

reflect the represented ness of Indonesian area<br />

in western, central and eastern parts. The<br />

method in choosing regencies and cities was<br />

based on business types developed.<br />

However, even though this book is far from<br />

formal image, cooperations which success stories<br />

are presented were chosen based on raw<br />

characteristics. At least there are five successful<br />

criteria that became the material of consideration,<br />

namely: fund distribution success; fund<br />

utilization success; fund return success; fund<br />

business increase success; and fund business<br />

development success;<br />

If further this book was titled Prosperous<br />

Community Care Cooperation, it is merely because<br />

a message that cooperation is an asset<br />

and at the same time a potential which, if it is<br />

moved and developed, optimally will end up in<br />

community welfare, is intended to be set out. Of<br />

course, the size of welfare has its own levels.<br />

People, in this context is represented by<br />

members of cooperation receiving scrolling<br />

loan, who are successful in increasing their life<br />

standard after they have harvested the output<br />

of Scrolling Fund Strengthening For Loan Save<br />

Cooperaton (KPS) in Agribusiness/Sector program.<br />

Sincerely, their smiles bloom. Behind<br />

those smiles there is a “piece” of pride that their<br />

struggle to become more prosperous has been<br />

in the right lane. Behind those smiles there are<br />

also thousands of memories about heavy<br />

struggle. Struggle on the management of rice<br />

field, pond, embankment, workshops, restaurants,<br />

and etc. Among these memories there<br />

is one that they cannot forget-even when they<br />

inherit it to their future generation-the care of<br />

cooperation personnel, who since the beginning<br />

have been loyal assisting their struggle.<br />

Through this book together they will say: Thank<br />

you Cooperation.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 7


Bab II<br />

Dana Bergulir Untuk Modal<br />

Usaha Kecil dan Mikro<br />

Suatu ketika pada tahun 1953,<br />

sepenggal isi pidato Bung Hatta pada<br />

perayaan Hari <strong>Koperasi</strong> yang ke-3<br />

berbicara tentang sejauh mana manfaat koperasi<br />

bagi rakyat petani dan pengrajin. Ketika itu,<br />

secara retoris Bapak <strong>Koperasi</strong> Indonesia itu<br />

bertanya: “Sudahkah berkembang peternakan di<br />

kalangan rakyat yang dibiayai dengan pinjaman<br />

koperasi Sudahkah terlaksana di mana-mana<br />

kebun sayur dibiayai dengan pinjaman<br />

koperasinya Bagaimana koperasi di kalangan<br />

pertukangan dan kerajinan Sampai di manakah<br />

hasil yang diperoleh dengan koperasi untuk<br />

mengatasi ijon dengan pinjaman kecil-kecil sesuai<br />

kebutuhan dan lain-lainnya” Meski berbentuk<br />

sebuah kalimat tanya, pesan Bung Hatta dalam<br />

penggalan pidatonya itu sangat jelas: bahwa<br />

<strong>Koperasi</strong> harus mampu membiayai para petani<br />

dalam berusaha, juga para pengusaha kecil yang<br />

bergerak di sektor riil.<br />

Berpuluh tahun kemudian, sentilan bernada<br />

8<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


introspektif itu ternyata masih relevan untuk<br />

diungkapkan: “sudahkah koperasi mampu<br />

mendampingi para petani dan pengusaha kecil<br />

dan mikro” Begitu kira-kira bentuk pertanyaan<br />

itu di masa kini. Sementara itu fakta di lapangan<br />

berbicara bahwa, meski bukan segala-galanya,<br />

aspek permodalan merupakan sebuah aspek<br />

penting dalam pengembangan dan pembinaan<br />

usaha kecil dan menengah (UKM).<br />

Jika mengacu pada visi Bung Hatta pada<br />

paragraf pertama tadi maka <strong>Koperasi</strong> idealnya<br />

tampil sebagai lembaga yang mampu menjawab<br />

aspek permodalan yang dibutuhkan para petani<br />

dan pengusaha kecil dan mikro tadi. Namun, setali<br />

dua uang, kondisi sebagian besar koperasi pun<br />

setali dua uang dengan para pengusaha kecil<br />

dan mikro: sama-sama minim permodalan.<br />

Sementara itu, dalam konteks pembinaan dan<br />

pengembangan koperasi dan usaha kecil dan<br />

menengah (KUKM) tersebut, kemampuan KUKM<br />

untuk mengakses sumber permodalan, baik baik<br />

dari lembaga keuangan bank maupun bukan bank<br />

masih rendah. KUKM dianggap belum bankable.<br />

Atas dasar fakta itu, Pemerintah dalam hal<br />

Kementerian Negara <strong>Koperasi</strong> dan Usaha Kecil<br />

dan Menengah merasa perlu membangun<br />

sebuah ‘jembatan’ yang bisa menghubungkan<br />

antara KUKM dan sumber permodalan, yang<br />

dalam konteks ini diawali dengan dana stimulan<br />

dari APBN. Berangkat dari visi itulah lahir Program<br />

Dana Bergulir pada Kementerian Negara<br />

<strong>Koperasi</strong> dan UKM termasuk Program<br />

Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil<br />

melalui Bantuan Perkuatan Dana Bergulir Bagi<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) yang bergerak<br />

dalam pembiayaan Agribisnis/Sektoral.<br />

Program ini memiliki tujuan yang sangat<br />

strategis, yakni meningkatkan aktivitas dan<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 9


Aktivitas usaha di pabrik penggilingan padi milik anggota KSP Lestari Mandiri, Kabupaten Malang, Jawa Timur<br />

pendapatan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui<br />

pelayanan simpan pinjam; meningkatkan akses<br />

anggota dan calon anggota untuk memperoleh<br />

pelayanan pinjaman dari KSP; meningkatkan<br />

kemampuan dan jangkauan layanan KSP yang<br />

bergerak dalam pembiayan agribisnis/sektoral;<br />

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia<br />

pengelola KSP; dan membangun KSP sebagai<br />

lembaga keuangan yang handal agar dapat<br />

sejajar dengan lembaga keuangan lainnya.<br />

Melalui mekanisme ini transfer dana dari<br />

Pemerintah Pusat pada akhirnya bisa menjadi<br />

motor penggerak aktivitas ekonomi di daerah,<br />

terutama di daerah perdesaan. Perputaran dana<br />

pinjaman bergulir itulah kemudian yang menjadi<br />

bahan bakar pertumbuhan ekonomi di daerah.<br />

Program ini mulai dilaksanakan oleh<br />

Kementerian Negara <strong>Koperasi</strong> dan UKM sejak<br />

tahun 2003. Dalam kurun waktu itu, terjadi<br />

beberapa dinamika kebijakan. Selama dua<br />

tahun, yakni tahun 2003 dan tahun 2004, program<br />

Perkuatan Dana Bergulir ini fokus pada<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) yang bergerak<br />

dalam pembiayaan agribisnis. Pada tahun 2003,<br />

program ini bernama “Program Pengembangan<br />

Pengusaha Mikro dan Kecil Melalui Perkuatan<br />

Modal <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) di Sektor<br />

Agribisnis”. Kemudian pada tahun 2004, program<br />

ini bernama “Program Pengembangan<br />

Pengusaha Mikro dan Kecil Melalui Bantuan<br />

Perkuatan Dana Bergulir Bagi <strong>Koperasi</strong> Simpan<br />

Pinjam (KSP) di Sektor Agribisnis”.<br />

Satu tahun kemudian, yakni pada tahun<br />

2005, program ini dikembangkan tak hanya<br />

untuk pengembangan usaha mikro dan kecil di<br />

sektor agribisnis tapi juga pengembangan<br />

usaha mikro dan kecil di sektor riil lainnya dengan<br />

nama “Program Pengembangan Pengusaha<br />

Mikro dan Kecil Melalui Bantuan Perkuatan Dana<br />

Bergulir Bagi <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP)<br />

Sektoral”. Setelah sempat vakum satu tahun<br />

selama 2006, pada tahun 2007 program ini<br />

10<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


dilanjutkan dengan nama “Program Peningkatan<br />

Permodalan Dana Bergulir Sektoral Bagi<br />

<strong>Koperasi</strong>, Usaha Mikro, dan Kecil”.<br />

Selama rentang waktu 2003 sampai 2005<br />

dan 2007 Pemerintah mengalokasikan dana<br />

sebesar Rp. 321.700.000.000,- bagi 448 koperasi<br />

yang tersebar di 32 provinsi. Dari alokasi dana<br />

sebesar itu, tercatat realisasi pencairan sebesar<br />

Rp. 299.150.715.000. Kemudian, berdasarkan<br />

hasil monitoring yang dilakukan Kementerian<br />

KUKM per Maret 2009 dana pinjaman bergulir<br />

tersebut telah berkembang menjadi Rp.<br />

840.972.990.980 dengan jumlah pemanfaat<br />

sebanyak 183.968 anggota koperasi. Itu artinya<br />

telah terjadi dinamika positif hingga sebesar<br />

281%. Catatan hasil monitoring itu memberi sinyal<br />

indikasi bahwa koperasi penerima program<br />

berhasil didalam mengelola dan menggulirkan<br />

bantuan yang diberikan. Jumlah dana yang<br />

tersalur dan hasil pengembangannya itu pun<br />

menjadi salah satu indikasi bahwa program ini<br />

telah berjalan dengan baik.<br />

Demi kebersinambungan program dana<br />

bergulir ini, koperasi peserta program wajib<br />

mengembalikan angsuran pokok dan bunga<br />

kepada Bank Pelaksana. Hingga 31 Maret 2009<br />

kinerja pengembalian angsuran pokok dan bunga<br />

tersebut tercermin pada tabel di bawah ini.<br />

Angka-angka pada tabel tersebut<br />

menunjukkan bahwa meskipun para koperasi<br />

peserta program sukses mengembangkan dana<br />

bergulir tersebut hingga 281 % tapi tingkat atau<br />

kinerja pengembalian angsuran pokok dan<br />

bunga masih belum sesuai target (lihat tabel).<br />

Dari yang seharusnya Rp. 104.797.609.500 baru<br />

44,92 % atau Rp.47.076.688.594 yang telah<br />

ditunaikan. Menurut penelusuran, angka<br />

pengembalian angsuran pokok dan bunga yang<br />

rendah itu disebabkan karena Bank Pelaksana<br />

dipandang masih kurang aktif dalam melakukan<br />

pembinaan dan monitoring kepada koperasi<br />

peserta program. Di samping itu, kewajiban<br />

Kelompok Kerja Keuangan Kabupaten/ Kota juga<br />

dipandang belum optimal.<br />

Hasil monitoring dan evaluasi juga<br />

menunjukkan bahwa di tingkat nasional, Propinsi<br />

Jawa Timur merupakan propinsi dengan tingkat<br />

realisasi pencairan terbesar, yakni yaitu<br />

434,32%. Di propinsi ini, jumlah dana pinjaman<br />

bergulir terlah berkembang dari Rp. 39,8 miliar<br />

menjadi Rp. 167,81 miliar. Propinsi lain yang juga<br />

memiliki kinerja bagus, yakni Propinsi Jawa<br />

Tengah dengan perkembangan sebesar<br />

255,99% atau berkembang dari Rp. 35 miliar<br />

menjadi Rp. 89.59 miliar.<br />

***<br />

Teknis Pelaksanaan<br />

Tidak semua <strong>Koperasi</strong> bisa menerima program<br />

perkuatan permodalan bagi koperasi,<br />

usaha mikro dan kecil tersebut. Ada syarat-syarat<br />

yang harus dipenuhi <strong>Koperasi</strong>-koperasi Simpan<br />

Pinjam calon penerima dana perkuatan.<br />

Syarat-Syarat Umum:<br />

a. Telah melaksanakan Rapat Anggota<br />

Tahunan (RAT) sebanyak 3 (tiga) Tahun<br />

Buku terakhir;<br />

b. Hasil penilaian kesehatan dalam 2 (dua)<br />

tahun terakhir berturut-turut “sehat”;<br />

c. Memiliki kantor sendiri yang telah ditempati<br />

minimal 2 (dua) tahun;<br />

d. Dalam melayani anggota-anggota di<br />

sentra agribisnis, bersedia membuat unit<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 11


pelayanan yang berada di lokasi sentra<br />

agribisnis;<br />

e. Kelompok masyarakat sebagai anggota<br />

KSP sudah pernah memperoleh dukungan<br />

modal dan pembinaan dari instansi teknis,<br />

yang dikelola dengan pola simpan pinjam<br />

dan sudah diadministrasikan secara tertib;<br />

f. Diutamakan bagi KSP yang para<br />

anggotanya mempunyai hubungan<br />

kerjasama kemitraan dengan perusahaan<br />

penghela.<br />

g. Ada pihak yang menjadi Jaminan<br />

Perorangan (personal guarantee) atas<br />

Dana Perkuatan yang diterima peserta<br />

program perkuatan modal KSP.<br />

Pada tahun 2004 syarat-syarat umum<br />

tersebut diperbarui. Beberapa pembaruan<br />

tersebut di antaranya:<br />

a. Merupakan koperasi primer kota/<br />

kabupaten yang telah berbadan hukum<br />

minimal 4 (empat) tahun dan melaksanakan<br />

RAT 3 (tiga) Tahun Buku terakhir<br />

dan memiliki predikat “sehat” berdasarkan<br />

hasil penilaian kesehatan dalam 2 (dua)<br />

tahun berturut-turut;<br />

b. KSP telah memperoleh jaminan perorangan<br />

(Personal Guarantee) dari<br />

Bupati/ Wali Kota setempat untuk<br />

mengelola Dana Bergulir KSP Agribisnis.<br />

Syarat-Syarat Khusus :<br />

a. Merupakan lembaga koperasi primer<br />

Kabupaten/Kota yang sudah berbadan<br />

hukum minimal 4 tahun;<br />

b. Di samping anggota secara keseluruhan,<br />

KSP juga memiliki anggota minimal 100<br />

orang yang bergerak dibidang usaha<br />

produktif yang sejenis antara lain: petani,<br />

peternak dan nelayan (bukan pedagang);<br />

c. Jumlah Pinjaman yang diberikan minimal<br />

Rp. 1 milyar;<br />

d. Tunggakan pinajaman macet maksimal 2%;<br />

e. Memiliki Komputer sendiri dan sanggup<br />

membeli komputer minimal Pentium 3;<br />

f. Hasil audit 2 tahun terakhir, Wajar Tanpa<br />

Syarat (WTS);<br />

g. Mempunyai Sistem Pengendalian Intern<br />

(SPI) yang telah berjalan secara efektif;<br />

h. Pengelolaan Usaha KSP sudah didelegasikan<br />

kepada manajer dan didukung<br />

karyawan-karyawan yang professional,<br />

serta tidak terjadi perangkapan pekerjaan<br />

untuk fungsi-fungsi yang bertentangan;<br />

i. Jumlah modal sendiri yang terdiri dari<br />

Simpanan Pokok, Simpanan Wajib,<br />

Cadangan, Donasi dan Sisa Hasil Usaha<br />

tahun berjalan minimal sebesar 33% dari<br />

total aset.<br />

Sedangkan persyaratan bagi Unit Simpan<br />

Pinjam (USP) <strong>Koperasi</strong> calon penerima dana<br />

perkuatan adalah sebagai berikut:<br />

a. USP <strong>Koperasi</strong> sudah menjadi unit otonom<br />

minimal 3 tahun;<br />

b. Telah melakukan pemisahan dalam<br />

akuntansi usaha dari akuntansi<br />

<strong>Koperasi</strong>nya.<br />

c. Bersedia mengubah badan hukumnya<br />

menjadi <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP).<br />

Anggota koperasi yang berhak menerima<br />

Tabel 1. Kewajiban <strong>Koperasi</strong> Ke Bank<br />

No<br />

Tahun<br />

Program<br />

Kewajiban Kepada Bank<br />

Sudah Dibayar<br />

Sebelumnya<br />

Bunga Pokok Bunga Pokok<br />

1 2003 Rp. 2.653.798.676 Rp. 2.145.214.083 Rp. 5.000.000.000 Rp. 6.000.000.000<br />

2. 2004 Rp. 25.888.986.731 Rp.23.431.731.955 Rp. 57.249.580.000 Rp. 68.699.496.000<br />

3. 2005 Rp. 18.483.903.187 Rp.10.956.055.146 Rp. 41.918.029.500 Rp. 25.150.817.700<br />

4. 2007 Rp. 50.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 630.000.000 Rp. 378.000.000<br />

Jumlah Rp. 47.076.688.594 Rp.36.538.001.184 Rp.104.798.609.500 Rp.100.228.313.700<br />

Sumber Data: <strong>Koperasi</strong> Peserta Program, Dinas yang membidangi <strong>Koperasi</strong> dan UKM, dan Bank Pelaksana (diolah)<br />

12<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


pinjaman dana bergulir untuk membiayai usahausaha<br />

ekonomi produktif dari alokasi dana program<br />

ini juga diatur dengan seleksi ketat. Aturan<br />

ini dibuat sebagai pagar bagi KSP-KSP peserta<br />

program dalam menyalurkan pinjaman dana<br />

bergulir tersebut. Sepanjang aturan ini ditaati,<br />

resiko pinjaman macet semakin kecil. Pengusaha<br />

Mikro dan Kecil calon penerima pinjaman dari<br />

KSP wajib memenuhi syarat sebagai berikut :<br />

a.Terdaftar sebagai anggota KSP/calon<br />

anggota KSP;<br />

b. Memiliki aktivitas usaha produktif di bidang<br />

agribisnis/sektoral yang menciptakan nilai<br />

tambah sehingga berkemampuan untuk<br />

mengembalikan/ melunasi pinjaman;<br />

c. Tidak mempunyai tunggakan pinjaman pada<br />

KSP;<br />

d. Mengajukan permohonan pinjaman kepada<br />

KSP sesuai kelayakan usaha;<br />

e. Mendapat persetujuan dari pengurus KSP<br />

atas hasil analisa kelayakan dari manajer<br />

pengelola simpan pinjam.<br />

Pada tahun 2005, seiring dengan dinamika<br />

yang terjadi pada pelaksanaan program tahun<br />

2003 dan 2004, Kementerian Negara <strong>Koperasi</strong><br />

dan UKM kemudian kembali melakukan penyempurnaan<br />

teknis pelaksanaan penyaluran pinjaman<br />

dana bergulir tersebut. Penyempurnaan<br />

ini dilakukan untuk mengakomodir pengembangan<br />

program. Jika pada tahun 2003 dan tahun<br />

2004 fokus program lebih pada KSP yang<br />

membiayai usaha mikro dan kecil di sektor<br />

agribisnis, pada tahun 2005 sasaran KSP peserta<br />

program diperluas tak lagi terbatas pada KSP<br />

yang membiayai usaha mikro dan kecil di sektor<br />

agribisnis tapi juga KSP yang membiayai usaha<br />

mikro dan kecil di berbagao sektor riil lainnya.<br />

Beberapa perubahan itu di antaranya pada<br />

Syarat-syarat umum KSP calon penerima dana<br />

bergulir sektoral itu di antaranya:<br />

a. KSP calon penerima diprioritaskan yang<br />

belum pernah memperoleh Dana Bergulir<br />

KSP Agribisnis;<br />

b. KSP memiliki anggota minimal 100 (seratus)<br />

orang Pengusaha Mikro dan Kecil yang<br />

bergerak disektor usaha produktif yang<br />

sejenis antara lain: pertanian, kehutanan<br />

dan perkebunan, peternakan, perikanan,<br />

pertambangan dan galian, industri pengolahan<br />

dan kerajinan, perdagangan dan<br />

aneka jasa lainnya;<br />

c. Telah berbadan hukum minimal 4 (empat)<br />

tahun dan melaksanakan Rapat Anggota<br />

Tahunan (RAT) 3 (tiga) Tahun Buku terakhir<br />

dan memiliki predikat “sehat” berdasarkan<br />

hasil penilaian kesehatan dalam 2 (dua) tahun<br />

berturut-turut serta klasifikasi minimal B;<br />

d. Hasil audit 2 (dua) tahun terakhir berpredikat<br />

Wajar Tanpa Syarat (WTS);<br />

e. Memiliki jumlah kekayaan bersih minimal<br />

sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta<br />

rupiah), dan memiliki simpanan pokok minimal<br />

Rp.150.000.000,- (Seratus lima puluh<br />

juta rupiah), bagi KSP Calon Penerima Dana<br />

Bergulir Sektoral sebesar Rp.<br />

1.000.000.000,- (satu milyar rupiah);<br />

f. Memiliki kekayaan bersih minimal sebesar<br />

Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta<br />

rupiah), dan memiliki simpanan pokok minimal<br />

Rp.75.000.000,- (tujuh puluh lima juta<br />

rupiah), bagi KSP Calon Penerima Dana<br />

Bergulir Sektoral sebesar Rp.500.000.000,-<br />

(lima ratus juta rupiah).<br />

g. Memberikan pelayanan pinjaman kepada<br />

anggota minimal 70 % (tujuh puluh per<br />

seratus) dari total pinjaman yang diberikan;<br />

h. Memiliki saldo pinjaman (piutang) minimal<br />

Rp.750.000.000,- (tujuh ratus lima puluh juta<br />

rupiah), bagi KSP Calon Penerima Dana<br />

Bergulir Sektoral sebesar Rp.1.000.0 00.000,-<br />

(satu milyar rupiah).<br />

i. Memiliki saldo pinjaman (piutang) minimal Rp.<br />

375.000.000,- (tiga ratus tujuh puluh lima<br />

juta rupiah), bagi KSP Calon Penerima Dana<br />

Bergulir Sektoral sebesar Rp. 500.000.000,-<br />

(lima ratus juta rupiah).<br />

Sedangkan beberapa perubahan pada<br />

Syarat-syarat Khusus bagi KSP calon penerima<br />

dana bergulir sektoral itu di antaranya:<br />

a. Bersedia atau telah melayani anggotaanggotanya<br />

di berbagai sektor usaha<br />

produktif dan membuka unit pelayanan yang<br />

berada di lokasi sentra;<br />

b. Diprioritaskan bagi KSP yang anggotaanggotanya<br />

mempunyai hubungan kerjasama<br />

kemitraan dengan perusahaan penghela;<br />

c. KSP telah memperoleh jaminan perorangan<br />

(Personal Guarantee) dari Bupati/ Wali Kota<br />

setempat untuk mengelola Dana Bergulir Sektoral;<br />

d. Total tunggakan pinjaman macet maksimal<br />

2 % (dua persen);<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 13


Suasana di kantor manajemen KSP Cipta Mandiri, Pulau Buru. Idealnya, pengelolaan Usaha KSP didelegasikan kepada manajer<br />

yang didukung oleh karyawan yang profesional<br />

e. Pengelolaan Usaha KSP sudah didelegasikan<br />

kepada manajer yang didukung oleh<br />

karyawan yang profesional dan tidak terjadi<br />

perangkapan pekerjaan, dengan Jumlah<br />

karyawan dan manajer minimal 5 orang;<br />

f. Modal sendiri minimal sebesar 33 % (tiga<br />

puluh tiga per seratus) dari total aset;<br />

g. Telah memiliki prosedur pemberian pinjaman<br />

ke anggota.<br />

Selain Syarat Umum dan Syarat Khusus<br />

tersebut di atas yang berlaku bagi <strong>Koperasi</strong><br />

Simpan Pinjam (KSP), sejak tahun 2005 USP-<br />

<strong>Koperasi</strong> calon penerima Dana Bergulir Sektoral<br />

wajib memenuhi syarat tambahan, yakni:<br />

a.manajemen USP-<strong>Koperasi</strong> telah dikelola<br />

secara otonom minimal 3 tahun, dan siap<br />

menjadi KSP;<br />

b.telah melakukan pembukuan terpisah atas<br />

pengelolaan usaha simpan pinjam dari<br />

akuntansi koperasinya, dibuktikan dengan<br />

neraca lajur 3 (tiga) tahun terakhir;<br />

c. <strong>Koperasi</strong> induk bersedia melakukan<br />

pembagian, dengan cara memisahkan unit<br />

Simpan Pinjam dari koperasi untuk menjadi<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam tersendiri atau<br />

mengubah nama dan bidang usaha koperasi<br />

menjadi hanya Usaha Simpan Pinjam (KSP);<br />

d.seluruh aset USP-<strong>Koperasi</strong> menjadi aset<br />

KSP yang baru dibentuk.<br />

Kemudian, selain syarat-syarat yang telah<br />

ditetapkan pada petunjuk teknis tahun 2003 dan<br />

2004, pada tahun 2005 Pengusaha Mikro dan<br />

Kecil calon penerima pinjaman dari KSP juga<br />

wajib memenuhi syarat sebagai berikut:<br />

a. Terdaftar sebagai anggota KSP aktif minimal<br />

1 (satu) tahun dan dibuktikan dengan<br />

jumlah simpanan wajib di koperasi;<br />

b. Mempunyai aktivitas di sektor usaha<br />

produktif dan masih dapat dikembangkan<br />

serta menciptakan nilai tambah, sehingga<br />

memiliki kemampuan untuk mengembalikan/<br />

melunasi pinjaman;<br />

c. Tidak mempunyai tunggakan pinjaman<br />

pada KSP;<br />

d. Bersedia menyimpan 5 % dari pokok<br />

pinjaman di KSP dalam bentuk Simpanan<br />

Wajib Khusus milik anggota sebagai bagian<br />

dari pemupukan modal sendiri KSP dan<br />

untuk keperluan stabilitas permodalan KSP.<br />

***<br />

Pada tahun 2007, terjadi beberapa<br />

perubahan persyaratan yang harus dipenuhi<br />

<strong>Koperasi</strong> Peserta Program. Beberapa persyaratan<br />

yang mengalami perubahan itu, di antaranya:<br />

a. <strong>Koperasi</strong> telah berbadan hukum minimal 1<br />

(satu) tahun dan melaksanakan Rapat<br />

Anggota Tahunan (RAT) dengan memiliki<br />

predikat “cukup sehat” berdasarkan hasil<br />

penilaian kesehatan yang dilakukan pejabat<br />

yang berwenang;<br />

14<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Sebagian besar KSP tadinya merupakan Unit Simpan Pinjam (KSP) dari sebuah koperasi induk. Gambar menunjukkan suasana<br />

pelayanan di sebuah KSP.<br />

b. Belum pernah memperoleh Dana Bergulir dari<br />

Kementerian Negara <strong>Koperasi</strong> dan UKM.<br />

c. <strong>Koperasi</strong> memiliki kekayaan bersih minimal<br />

Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta<br />

rupiah) termasuk simpanan pokok dan wajib<br />

minimal Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah),<br />

memiliki saldo piutang minimal Rp.<br />

200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan<br />

memiliki jumlah anggota paling sedikit 100<br />

orang, untuk <strong>Koperasi</strong> calon penerima dana<br />

bergulir sebesar Rp. 500.000.000,- (lima<br />

ratus juta rupiah);<br />

d. <strong>Koperasi</strong> memiliki kekayaan bersih minimal<br />

Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)<br />

termasuk simpanan pokok dan wajib minimal<br />

Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah),<br />

memiliki saldo piutang minimal Rp.<br />

100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan<br />

memiliki jumlah anggota paling sedikit 60 orang,<br />

untuk <strong>Koperasi</strong> calon penerima dana<br />

bergulir sebesar Rp. 300.000.000,- (tiga<br />

ratus juta rupiah).<br />

Sedangkan beberapa perubahan pada<br />

persyaratan khusus, yakni :<br />

a. <strong>Koperasi</strong> telah memperoleh jaminan perorangan<br />

(Personal guarantee) dari Kepala<br />

Dinas Kabupaten/Kota, dengan menggunakan<br />

formulir sebagaimana contoh pada<br />

lampiran 14 peraturan ini;<br />

b. Total tunggakan pinjaman macet maksimal<br />

5% (lima persen) yang dibuktikan dengan<br />

laporan tahunan berjalan;<br />

c. manajemen unit usaha koperasi yang akan<br />

mengelola dana bergulir, telah dikelola<br />

secara otonom minimal 1 (satu) tahun;<br />

d. unit usaha koperasi yang akan mengelola<br />

dana bergulir telah menyelenggarakan<br />

pembukuan secara terpisah atas pengelolaan<br />

usaha koperasinya, yang dibuktikan dengan<br />

laporan keuangan pada tahun terakhir.<br />

Selain aturan-aturan main tadi, Kementerian<br />

<strong>Koperasi</strong> dan UKM juga telah mengantisipasi<br />

kemungkinan-kemungkinan khusus terutama<br />

bagi koperasi-koperasi yang berlokasi di daerah<br />

tertinggal atau di daerah yang terkena bencana<br />

alam atau koperasi yang dinilai mempunyai peran<br />

strategis pada daerah tertentu. Salah satu<br />

contoh, KSP Cipta Mandiri di Pulau Buru, yang<br />

profilnya ditampilkan dalam buku kisah sukses<br />

ini. Meski baru berdiri pada tahun 2004, KSP<br />

Cipta Mandiri bisa menjadi peserta program ini<br />

pada tahun 2005 berdasarkan Pasal 7<br />

Peraturan Menteri Negara <strong>Koperasi</strong> dan UKM<br />

No. 12/2005. Pada pasal itu disebutkan bahwa<br />

“Menteri dapat menetapkan KSP/USP-<strong>Koperasi</strong><br />

Penerima Dana Bergulir Sektoral secara khusus<br />

yang dinilai mempunyai peran strategis antara<br />

lain untuk keperluan pembinaan KSP/USP-<br />

<strong>Koperasi</strong> di daerah yang sedang berkembang,<br />

daerah perbatasan/terpencil. Dalam konteks ini,<br />

Pulau Buru dipandang memiliki kedudukan strategis<br />

sebagai ‘lumbung beras’ di Propinsi Maluku.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 15


Chapter II<br />

Scrolling Fund<br />

For Small and Micro Business Capital<br />

One day in 1953, a piece of Bung<br />

Hatta’s speech content in the cel<br />

ebration of the 3rd Cooperation Day<br />

which discussed how far cooperation can<br />

benefit for farmers and craftsmen. At the time,<br />

rhetorically such Indonesian Cooperation<br />

Founding Father asked: “has animal farming<br />

developed in the community which is funded<br />

by cooperation loan Has vegetable plants<br />

been funded by their cooperation loan How<br />

are cooperations among the handicraft and<br />

craftsmen How far is the output obtained<br />

with cooperation to overcome early crops purchase<br />

with small loan in accordance with needs<br />

and others” Even though it is in the form of<br />

questions, Bung Hatta message in its speech part<br />

is very clear: that Cooperation must be able to<br />

fund farmers in running their business, also for<br />

small entrepreneurs who are engaged in real<br />

sectors.<br />

Many years later, such introspective in nature<br />

critic is still relevant to be expressed: “have<br />

cooperations been able to assist farmers and<br />

micro and small entrepreneurs“ That is approximately<br />

the form of such statement in the present.<br />

In the mean time the facts on the field speak out<br />

16<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


that even though it is not everything, capitalization<br />

aspect is the important aspect in the development<br />

and founding of small and middle scale<br />

business (UKM).<br />

If referring to the mission of Bung Hatta in<br />

the first paragraph earlier, then ideally Cooperation<br />

appears as an institution that is able to answer<br />

capitalization aspect needed by such farmers<br />

and small and micro entrepreneurs. However,<br />

same as usual, the conditions of cooperation<br />

are as bad as small and micro entrepreneurs:<br />

they lack capitalization. Meanwhile in the context<br />

of founding and development of cooperation<br />

and such small and middle scale entrepreneurs<br />

(KUKM), the ability of KUKM to access<br />

capitalization source, both from bank financial<br />

institutions and non bank is still low. KUKM is still<br />

considered as non bankable.<br />

Based upon that fact, the Government in<br />

this matter State Ministry of Cooperation and<br />

Small and Middle Scale Entrepreneurs feels the<br />

necessity to build a ‘bridge’ that can connect<br />

KUKM and capitalization source, which in this<br />

context is initialized with stimulant fund from<br />

State Revenue and Expenditure (APBN). From<br />

that vision, Scrolling Fund Program on State Min-<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 17


The economic activites at Yudi Pujianto’s rice mill, whose life standard was lifted after synergizing with KSP Lestari Mandiri,<br />

Malang, East Java<br />

istry of Cooperation and UKM was born and<br />

was incorporated in Small and Micro Entrepreneurs<br />

Development Program through<br />

Scrolling Fund Program for Save Loan Cooperation<br />

(KSP) engaging in Agribusiness/Sector<br />

funding.<br />

This program has a very strategic purpose,<br />

i.e. increasing activities and revenue of<br />

Micro and Small Entrepreneurs through save<br />

loan services; Your browser may not support<br />

display of this image. increasing the ability and<br />

coverage of KSP services engaging in<br />

agribusiness/sector funding; increasing human<br />

resources KSP managers quality; and developing<br />

KSP as a financial institution that is reliable<br />

in order to be in the same level as any<br />

other financial institutions. Through this<br />

mechanism, fund transfer from Central Government<br />

at the end of the day could be the<br />

moving engine of region economic activities,<br />

mainly in villages. Such scrolling fund circle then<br />

becomes the fuel of region’s economic growth.<br />

This program has been implemented by<br />

State Ministry of Cooperation and Small and<br />

Middle Scale Enterprises since 2003. Within such<br />

period, there have been several policy dynamics.<br />

Within two years, i.e. 2003 and 2004 this<br />

Scrolling Fund Strengthening was focused on<br />

Save Loan Cooperation (KSP) engaging in<br />

agribusiness funding. In 2003, this program was<br />

named “Micro and Small Entrepreneurs Development<br />

Program through Save Loan Cooperation<br />

(KSP) Capital Strengthening in Agribusiness<br />

Sector.” Then in 2004 this program was called<br />

“Micro and Small Entrepreneurs Development<br />

program Through Scrolling Fund Strengthening<br />

Aid For Save Loan Cooperation (KSP) in<br />

Agribusiness Sector.”<br />

A year later, i.e. in 2005 and in 2007 this<br />

program was developed not only to develop micro<br />

and small business in agribusiness sector<br />

but also for the development of any other real<br />

sectors with the name “Micro and Small Entrepreneurs<br />

Development Program Through Scroll-<br />

18<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


ing Fund Strengthening Aid For Sector Save<br />

Loan Cooperations (KSP).” After being non active<br />

for a year in 2006, in 2007 this program was<br />

continued with the name “Sector Scrolling Fund<br />

Capitalization Increase Program For Cooperation,<br />

Micro and Small Business.”<br />

Within the period of 2003 up to 2005 and<br />

2007 the Government allocated fund in the<br />

amount of Rp. 321,700,000,000,- for 448 cooperation<br />

scattered in 32 provinces. From such<br />

amount of fund allocation, it is noted that the disbursement<br />

realization was in the amount of Rp.<br />

299,150,715,000. Then, based on the monitoring<br />

output conducted by Ministry of KUKM, in<br />

March 2009 such scrolling loan fund had increased<br />

to become Rp. 840,972,990,980 and<br />

was utilized by 183,968 cooperation members.<br />

It means there has been positive dynamic of up<br />

to 281 %. Such monitoring record indicates that<br />

program receiving cooperation is successful in<br />

managing and scrolling the aid provided. The<br />

amount of fund distributed and the output of its<br />

development become indicators that this program<br />

has been running well.<br />

For the sake of the sustainability of this<br />

scrolling fund program, participating cooperations<br />

are obligated to return principal installment<br />

with its interest to Implementing Banks. Data<br />

shows that even though participating cooperations<br />

are successful in developing such scrolling<br />

fund up to 281% however the level or performance<br />

of principal installment return has not<br />

been the same as the target. From the actual<br />

Rp. 104,797,609,500 only 44.92 % or the amount<br />

of Rp.47,076,688,594 has been paid up. According<br />

to investigation, such low principal installment<br />

and interest return was due to the fact that Implementing<br />

Bank has been not active enough in<br />

conducting development and monitoring against<br />

program participating cooperations. In addition,<br />

Regency/City Working Group obligations are<br />

considered as non optimum.<br />

Implementation Technique<br />

Not all cooperations could receive capitalization<br />

strengthening program for such cooperations,<br />

micro and small business. There are requirements<br />

that must be met by Save Loan Cooperation<br />

as nominees for strengthening<br />

fund receivers. Cooperation members who<br />

are entitled to receive scrolling fund to fund<br />

productive economic business from this program<br />

fund allocation are also regulated with<br />

tight selection. This regulation is set up as<br />

fence for program participating KSPs in distributing<br />

such scrolling fund loan. So long as<br />

this regulation is complied with, non performing<br />

loan risk will become smaller.<br />

In 2005, along with the dynamic that took<br />

place in the program implementation of 203<br />

and 2004, State Ministry of Cooperation and<br />

UKM then re-perfected the implementation<br />

technique in distributing such scrolling fund<br />

implementation. This perfection was conducted<br />

to accommodate program development.<br />

In 2003 and 2004 the program was<br />

more focused to KSP that funded micro and<br />

small business in agribusiness sector, in 2005<br />

and 2007 the target of program participating<br />

KSP was extended and not only limited to<br />

KSP funding micro and small business in<br />

agribusiness sector but also KSPs that fund<br />

micro and small business in any other real<br />

sectors.<br />

Ministry of Cooperation and UKM also<br />

has anticipated specific possibilities mainly<br />

for cooperations located in disadvantaged<br />

area or areas that have been exposed by<br />

natural disasters or cooperations that are<br />

considered as having strategic roles on some<br />

areas. One example is KSP Cipta Mandiri in<br />

Pulau Buru, which profile has been presented<br />

in this successful stories book. Although it<br />

was not established until 2004, KSP Cipta<br />

Mandiri was able to become a member of this<br />

program in 2005 based on Article 7 of Minister<br />

of Cooperation and UKM Regulation UKM<br />

No. 12/2005. In that article it is stated that “A<br />

minister may stipulate KSP/USP-Sector<br />

Scrolling Fund Receiving Cooperation in special<br />

manner which is considered as having<br />

strategic role among others for the need of<br />

the founding of KSP/USP-Cooperation is areas<br />

that are developing, border/remote areas.<br />

In this context, Pulau Buru is considered<br />

as having the strategic position as ‘rice<br />

barn’ in Maluku Province.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 19


Bab III<br />

Parade Kisah Sukses<br />

Sebuah kalimat bijak tentang koperasi,<br />

yang pernah diungkapkan Bung Hatta<br />

menarik untuk dicermati. Bapak <strong>Koperasi</strong><br />

Indonesia, yang juga Proklamator negara ini<br />

pernah berkata bahwa “bukan semboyan yang<br />

muluk-muluk yang dibutuhkan untuk mencapai<br />

masyarakat kooperasi yang ingin kita ciptakan,<br />

melainkan amal, yang berupa pendidikan atas<br />

diri sendiri dan perbuatan. Di atas jalan menuju<br />

masyarakat koperatif, belum ada yang<br />

sempurna, sebab itu dasar kita bekerja ialah:<br />

mencapai perbaikan senantiasa!”<br />

Melalui kalimatnya itu, Bung Hatta bicara<br />

bahwa segunung konsep untuk membangun<br />

masyarakat perkoperasian tak akan cukup jika<br />

tak bermuara pada kerja nyata, yang dibalut<br />

dengan semangat untuk senantiasa mewujudkan<br />

perbaikan.<br />

Parade kisah sukses KSP peserta program<br />

perkuatan permodalan usaha agribisnis/ sektoral<br />

ini merupakan bagian dari geliat untuk senantiasa<br />

mewujudkan kemajuan bagi dunia perkoperasian<br />

di Indonesia. Kisah-kisah sukses yang termuat<br />

di dalam bab ini bukan ditulis untuk sekadar<br />

20<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


mengukur tingkat keberhasiloan pelaksanaan<br />

Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan<br />

Kecil melalui Bantuan Perkuatan Dana Bergulir<br />

Bagi <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) yang<br />

bergerak dalam pembiayaan Agribisnis/ Sektoral.<br />

Lebih dari itu, kisah-kisah sukses yang ditulis<br />

diniatkan untuk bisa menjadi referensi, sekaligus<br />

sebagai sumber inspirasi dan motivasi bagi<br />

masyarakat koperasi di Indonesia, serta para<br />

pelaku usaha mikro dan kecil yang selama ini<br />

menjadi mitra koperasi.<br />

Tentu saja, dalam memilih KSP dari sepuluh<br />

propinsi, yang profil dinamikanya ditulis dalam<br />

buku ini, berbagai pertimbangan dilakukan.<br />

Berbagai data tentang kinerja keuangan KSP,<br />

kinerja penyaluran dana bergulir, kinerja<br />

pemanfaatan dana, kinerja pengembalian dana<br />

dari anggota koperasi penerima pinjaman,<br />

kinerja peningkatan usaha anggota koperasi<br />

penerima pinjaman, hingga kinerja pengembangan<br />

usaha dana koperasi menjadi<br />

pertimbangan penting untuk memilih KSP-KSP<br />

mana saja yang layak diprofilkan. Tidak hanya<br />

itu, selain data-data statistik tersebut, pertimbangan-pertimbangan<br />

kualitatif juga menentukan,<br />

seperti upaya inisiasi, inovasi,<br />

terobosan, dan orisinalitas program yang<br />

dilakukan oleh KSP peserta program. Akhirnya,<br />

selamat mengambil manfaat.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 21


Chapter III<br />

A Parade Of Success Stories<br />

Awise sentence about cooperation,<br />

which was expressed by Bung Hatta<br />

is interesting to be analyzed. This Indonesian<br />

Cooperation Father, who is also the<br />

state proclaimer had also said that “it is not<br />

the pompous motto that is needed to create<br />

cooperation community that we would like to<br />

have, but it is the deed, in the form of self<br />

education and good deed. On the road that<br />

leads to cooperative community, nothing is<br />

perfect, therefore the basis of our work is: to<br />

always seek for improvement!”<br />

Through such sentence, Bung Hatta<br />

said that a pile of concepts to develop cooperation<br />

community will not be enough if they do not<br />

end up on real work, wrapped with the spirit to<br />

always create improvements.<br />

Parade of KSP success stories on this<br />

agribusiness/sector capitalization strengthening<br />

program participates is a part of the spirit to always<br />

create progress for the world of cooperation<br />

in Indonesia. Success stories contained in<br />

the chapters of this book are not merely written<br />

to measure the success level of Micro and Small<br />

Entrepreneurs Development Program through<br />

Scrolling Fund Strengthening Aid For Save Loan<br />

22<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Cooperation (KSP) engaging in Agribusiness/<br />

Sector funding. More than that, success stories<br />

written are intended to become references, and<br />

at the same time as the source of inspiration and<br />

motivation for cooperation community in Indonesia,<br />

as well as micro and small business actors<br />

who have been partners for cooperation.<br />

Of course, in selecting KSP from ten provinces,<br />

which profile dynamics are written in this<br />

book, various considerations are taken into account.<br />

Various data on KSP financial performance,<br />

scrolling fund distribution performance,<br />

fund utilization, fund return performance by loan<br />

receiver cooperation members, loan receiver<br />

cooperation members business increase, up<br />

to cooperation fund business increase<br />

perfomance become important considerations<br />

to select which KSPs are worth to be<br />

profiled. Not only that, in addition to such statistical<br />

data, qualitative considerations also<br />

sercve as determining factors, such as initiative,<br />

inovation, break through, and program<br />

originality efforts conducted by program participating<br />

KSP. At the end of the day, take<br />

advantage out of them.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 23


24<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


SUMATERA BARAT<br />

West Sumatera<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 25


Kantor KSP Lumbuang Pusako, senantiasa menjadi tempat menyimpan (lumbuang) aset-aset warisan yang berharga (pusako).<br />

Aset berharga itu adalah anggota yang terampil dan piawai mengelola koperasi.<br />

KSP LUMBUANG PUSAKO<br />

Kota Bukittingi, Provinsi Sumatera Barat<br />

Bila Keberlanjutan <strong>Koperasi</strong><br />

Adalah Penentu Kejayaan<br />

Bila pengurus koperasi piawai dan<br />

melahirkan kinerja koperasi menjadi<br />

semakin baik, itu hal biasa. Namun, bila<br />

sebuah koperasi juga menginginkan para<br />

anggotanya pandai mengelola koperasi, maka<br />

hal itu menjadi luar biasa. Tapi, itulah prinsip yang<br />

diyakini pengurus KSP Lumbuang Pusako Kota<br />

Bukitinggi, Sumatera Barat.<br />

Bagi pengurus KSP Lumbuang Pusako,<br />

menjalankan koperasi perlu keahlian dan<br />

pengalaman. Tanpa itu, keberhasilan anganangan<br />

belaka. Bukan hanya pengurus, para<br />

anggota pun dituntut untuk memahami bahkan<br />

berkemampuan mengelola koperasi. Sebab,<br />

melalui pengenalan yang memadai kepada<br />

anggota, koperasi menjadi lebih dinamis, bisa<br />

saling mengawasi, dan seterusnya. “Kami selalu<br />

berusaha menjadi pengurus yang bisa menjadi<br />

panutan bagi anggota sekaligus bisa mengayomi,”<br />

kata Anismar Asri, Ketua KSP Lumbuang<br />

Pusako.<br />

Untuk itu, KSP bekerja sama dengan Dinas<br />

<strong>Koperasi</strong> dengan cara mengadakan pelatihanpelatihan,<br />

baik untuk pengurus dan koperasi.<br />

Bagi pengurus, follow up pelatihan jelas, yakni<br />

langsung menerapkan ilmunya dalam praktik<br />

pengelolaan koperasi. Tapi bagaimana dengan<br />

anggota Mereka akan dimagangkan di<br />

26<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Salah satu usaha kecil menengah yang memanfaatkan modal usaha dari KSP Lumbung Pusako<br />

koperasi. Selama ini, setiap bulan dipilih lima<br />

orang anggota untuk mengikuti kegiatan magang<br />

tersebut.<br />

Pihak KSP sendiri berharap, kegiatan<br />

magang ini menjadi ajang pendidikan dan<br />

pelatihan bagi anggota untuk mengetahui<br />

bagaimana proses mengurus koperasi. Kelak,<br />

jika ada regenerasi pengurus, anggota relatif<br />

siap menerima estafeta kepengurusan. Pola<br />

regenerasi semacam ini jelas menguntungkan<br />

sebab banyak anggota yang sudah mengerti<br />

bagaimana mengurus koperasi.<br />

Seperti namanya, Lumbuang Pusako,<br />

koperasi ini senantiasa menjadi tempat<br />

menyimpan (lumbuang) aset-aset warisan yang<br />

berharga (pusako). Aset berharga itu adalah<br />

anggota yang terampil dan piawai mengelola<br />

koperasi. Melalui prosedur ini, keberlanjutan misi<br />

koperasi pun terjamin.<br />

Dan, keyakinan itu, bukanlah hisapan<br />

jempol belaka. KSP Lumbuang Pusako menjadi<br />

salah satu koperasi unggulan di Kota Bukittinggi.<br />

Bahkan, koperasi yang beralamat di Jl. Tarok<br />

Bungo No. 9A – Kec. Guguak Panjang,<br />

Bukittinggi, ini setidaknya telah mengantongi<br />

sebelas penghargaan, mulai tingkat kabupaten/<br />

kota, provinsi, hingga tingkat nasional. Jumlah<br />

asetnya telah mencapai Rp 5 miliar.<br />

***<br />

Dua dasawarsa lalu, koperasi ini dikenal<br />

dengan nama KOPINKRA, sebuah koperasi<br />

industri kerajinan sulaman dan konveksi. Ide<br />

pembentukannya dicetuskan sejumlah pengusaha<br />

dan perajin border, sulaman dan konveksi<br />

yang ada di Kota Bukittinggi. Tujuannya,<br />

membentuk sebuah organisasi yang mampu<br />

menampung hasil karya para perajin.<br />

<strong>Koperasi</strong> berakta notaris No. 1702/XVII/<br />

1988 ini kemudian mengubah bentuknya menjadi<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP), melalui Surat<br />

Keputusan Menteri Negara <strong>Koperasi</strong> dan UKM<br />

No. 188.45 – 385 – 2006, dan berganti nama<br />

menjadi KSP Lumbuang Pusako.<br />

Di usianya yang baru dua tahun, koperasi<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 27


Peran KSP Lumbung Pusako sangat besar dalam membantu mengembangkan usaha<br />

ini telah mendapat perhatian dari pemerintah.<br />

Dari tahun ke tahun, perkembangan KSP<br />

Lumbuang Pusako menunjukkan peningkatan<br />

yang cukup signifikan. Dari sisi aset, misalnya,<br />

total aset KSP ini telah mencapai Rp5 miliar.<br />

Padahal, beberapa tahun lalu, modal koperasi<br />

ini hanya Rp 2,5 miliar. Jumlah itu sudah<br />

termasuk tambahan dana pinjaman bergulir<br />

sektoral sebesar Rp 1 miliar yang diterima pada<br />

tahun 2005.<br />

Namun, berkat kegigihan dan perjuangan<br />

para pengelola, kini KSP Lumbuang Pusako<br />

menjadi koperasi unggulan di Kota Bukittingi.<br />

Selain aset yang makin menggelembung, jumlah<br />

anggota KSP pun terus bertambah. Hingga<br />

pertengahan tahun 2009 jumlah anggota<br />

mencapai 178 orang.<br />

Jika bicara prestasi, KSP Lumbuang Pusako<br />

memang bukanlah yang terbaik. Ada beberapa<br />

KSP lain di Sumatera Barat yang dianggap punya<br />

prestasi lebih membanggakan. Dalam dinamikanya,<br />

KSP Lumbuang Pusako pernah menerima<br />

anugerah sebagai <strong>Koperasi</strong> Terbaik I Tingkat Kota<br />

Bukittinggi 1992, <strong>Koperasi</strong> Berprestasi Tingkat<br />

Kota Bukittingi 2002, <strong>Koperasi</strong> Sehat Tingkat<br />

Kota Bukittinggi 2002. Kemudian, pada tahun<br />

2001 KSP ini dinobatkan sebagai <strong>Koperasi</strong><br />

Berprestasi Tingkat Nasional.<br />

Keberhasilan-keberhasilan itu tidak datang<br />

begitu saja, tetapi melalui upaya keras para<br />

pengurusnya. Misalnya dalam hal pembinaan<br />

terhadap anggota. Pengurus menggunakan<br />

pendekatan persuatif yang biasanya dilakukan<br />

pada saat anggota menabung atau menyetor.<br />

Pengurus akan memberikan pembinaan secara<br />

tidak langsung, seperti bertanya tentang<br />

perkembangan usaha anggota dan kendala yang<br />

dihadapi. Jika ada anggota yang mengalami<br />

kesulitan, pengurus tidak segan-segan memberikan<br />

solusi, termasuk kiat-kiat sukses dalam<br />

melakukan berbagai usaha.<br />

Jika dalam keanggotaan KSP terkesan<br />

blak-blakan, sebaliknya dalam hal pinjaman KSP<br />

tetap selektif. Pengurus koperasi memberlakukan<br />

beberapa ketentuan. Misalnya, jumlah dana<br />

pinjaman yang akan diberikan kepada para<br />

anggota disesuaikan masa keanggotaan, kesetiaan<br />

dan jumlah tabungannya.<br />

28<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Sekadar contoh, ada anggota yang bisa<br />

mendapat pinjaman sebesar Rp 50 juta karena<br />

ia telah menjadi anggota sejak tahun 1986 dan<br />

simpanannya sudah mencapai Rp 20 juta. “Jadi<br />

anggota tersebut bisa mendapat pinjaman<br />

sekitar Rp 50 jutaan, dengan tingkat suku bunga<br />

12% per tahun,” kata Anismar Asri.<br />

Keberhasilan anggota dalam mengembangkan<br />

usahanya akan berdampak positif bagi<br />

perkembangan KSP, tentu saja. Hal itu dapat<br />

dilihat dari tingkat keberhasilan pengembalian<br />

pinjaman anggota mengalami peningkatan.<br />

Boleh dikatakan tingkat kemacetan penyetoran<br />

angsuran kurang dari 1%.<br />

Berdasarkan catatan dari Bank Nagari<br />

Bukittinggi, sebagai lembaga perbankan yang<br />

membina administrasi penyaluran pinjaman dana<br />

bergulir sektoral, KSP Lumbuang Pusako telah<br />

mengembalikan pokok pinjaman sebesar Rp 300 juta.<br />

Sebagai Ketua KSP, Asnimar yakin bahwa sisa<br />

pinjaman pokok yang masih sebesar Rp 700 juta<br />

akan bisa dilunasi. Jika pun itu baru bisa dilunasi<br />

setelah ia tak lagi menjabat sebagai Ketua KSP,<br />

Anismar yakin para penerusnya akan melakukan<br />

itu. Dan, yang penting, Ia juga yakin bahwa dana<br />

bergulir itu akan terus bergulir memberdayakan<br />

para anggota Lumbuang Pusako.<br />

Salah satu usaha konveksi anggota KSP Lumbuang Pusako<br />

KSP Lumbuang Pusako<br />

Alamat<br />

: Jl. Tarok Bungo No. 9A, Kec. Guguak<br />

Panjang, Kab. Bukittinggi,<br />

Provinsi Sumatera Barat<br />

Berdiri : 2 Januari 1988<br />

Badan Hukum : No:188.45 – 385 – 2006<br />

Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2005<br />

Jumlah Perkuatan Modal<br />

Ketua<br />

Jumlah Anggota<br />

: Rp1 miliar<br />

: Hj. Anismar Asri<br />

: 178 orang<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 29


KSP LUMBUANG PUSAKO<br />

Bukittingi City - West Sumatera<br />

If the Cooperation Sustainability<br />

is the Determinant of Glory<br />

For administrators of KPS Lumbuang<br />

Pusako, running a cooperation re<br />

quires skills and experience. Without<br />

those elements, success is only a fantasy. Not<br />

only administrators, members are also required<br />

to understand and even have the ability<br />

to manage the cooperation. Due to proper<br />

introduction to the members cooperation becomes<br />

more dynamic, they can supervise each<br />

other, and so forth. “We always try to be administrators<br />

who could also be a role model<br />

for members and at the same time protect the<br />

members,” said Anismar Asri, Chairman of KSP<br />

Lumbuang Pusako.<br />

For that purpose, KSP in cooperation with<br />

Cooperation Services holds trainings, both for<br />

administrators and cooperation. For administrators,<br />

the follow up of trainings is obvious,<br />

i.e. to directly apply the knowledge in cooperation<br />

management practice. What about the<br />

members They will participate in cooperation<br />

apprenticeship. Each month five members are<br />

chosen to participate in such apprenticeship.<br />

KSP itself hopes that this apprenticeship<br />

activity will become educational and training<br />

event for members to discover the process of<br />

cooperation administration. In the future, if regeneration<br />

takes place, members are ready<br />

to accept the administration handover. This<br />

patter of regeneration is obviously profitable<br />

since there are many members who have already<br />

understood how to administer the cooperation.<br />

KSP Lumbuang Pusako is one of superior<br />

cooperations in Bukittingi City. This cooperation<br />

with Rp 5 billion asset has even re-<br />

ceived eleven awards, starting from regency/<br />

city, province up to national level. In its dynamic,<br />

KSP Lumbuang Pusako received an<br />

achievement award as the Best Cooperation<br />

I for Bukittinggi City Level in 1992, Achiever<br />

Cooperation for Bukittinggi City level in 2002,<br />

Healthy Cooperation for Bukittingi City Level<br />

in 2002. Then in 2001 this KSP was crowned<br />

as Achiever Cooperation for National Level.<br />

Two decades ago, this cooperation was<br />

known with the name KOPINKRA, an embroidery<br />

handicraft and convection industrial cooperation.<br />

At its tender age of tw, this cooperation<br />

has attracted attention of the government.<br />

From one year to another, KSP development<br />

has shown a significant increase. In<br />

terms of asset, for instance, the total asset of<br />

this KSP has reached Rp 5 billion. A couple of<br />

years ago this cooperation capital was only<br />

Rp 2.5 billion.<br />

In loan affairs KSP applies effective<br />

ways. Cooperation administrators set out several<br />

conditions. The amount of loan to be provided<br />

to members is adjusted to the membership<br />

period, loyalty and amount of savings.<br />

The success of members in developing<br />

their business will have positive impact for the<br />

development of KSP, of course. This can be<br />

seen from the loan return success increase<br />

rate. It may be concluded that the installment<br />

deposit nonperformance is less than 1%.<br />

Based on the record of Nagari Bukittinggi<br />

Bank, as the banking institution that develops<br />

sector scrolling distribution administration, KSP<br />

Lumbuang Pusako has returned principal loan<br />

in the amount of Rp 300 million.<br />

30<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Kantor KSP Lumbuang Pusako<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 31


Kantor KSP Sungai Kamuyang, Kabupaten Limapuluh Kota<br />

KSP Sungai Kamuyang<br />

Kabupaten Limapuluh Kota,<br />

Provinsi Sumatera Barat<br />

Barek Samo Dipikua, Ringan<br />

Samo Dijinjiang<br />

Nama KSP Sungai Kamuyang memang<br />

tidak bisa dilepaskan dari nama besar<br />

Nagari Sungai Kamuyang, sebuah<br />

nagari di Kecamatan Luak, Kabupaten<br />

Limapuluhkota, Sumatera Barat. Selain memiliki<br />

nama yang sama, lokasi KSP pun berada di<br />

wilayah kenagarian yang juga dikenal dengan<br />

nama Sei Kamuyang. Tak heran jika nama<br />

koperasi yang didirikan pada tahun 1996 ini<br />

begitu mudah dihafal. “Kita menggunakan nama<br />

Sungai Kamuyang, selain karena kisah<br />

historisnya juga karena nama Sungai Kamuyang<br />

sudah dikenal masyarakat,” kata ketua KSP<br />

Sungai Kamuyang, Najmul Irfan.<br />

Kini, nama KSP Sungai Kamuyang cukup<br />

dikenal masyarakat di nagari yang berada di kaki<br />

Gunung Sago itu. Sungai Kamuyang boleh<br />

menjadi sumber inspirasi bahkan dijadikan nama<br />

koperasi, tapi kegesitan para pengurus KSP<br />

Sungai Kamuyang tetap merupakan sebab<br />

terpenting mengapa badan usaha tersebut layak<br />

disebut bila membicarakan koperasi di wilayah<br />

Provinsi Sumatera Barat. Kinerja KSP Sungai<br />

Kamuyang yang baik selama ini adalah alasan<br />

bagi Dinas <strong>Koperasi</strong> Kabupaten Limapuluhkota<br />

merekomendasikan badan usaha ini sebagai<br />

penerima bantuan Perkuatan Permodalan Dana<br />

Bergulir Sektoral pada tahun 2006 senilai Rp 500 juta.<br />

32<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Usaha kecil yang mendapat bantuan modal usaha dari KSP Sungai Kamuyang<br />

Dalam perkembangannya, kehadiran KSP<br />

Sungai Kamuyang disambut baik oleh<br />

masyarakat, sehingga jumlah anggota yang<br />

bergabung semakin bertambah. Sampai saat ini<br />

jumlah anggota KSP mencapai 350 orang.<br />

Jumlah itu sebagian besar merupakan<br />

masyarakat yang berdomisili di Nagari Sungai<br />

Kamuyang. Bagi setiap anggota baru diwajibkan<br />

menyetor dana Simpan Pokok sebesar Rp 10<br />

ribu dan Simpanan Wajib Rp 5 ribu. Pada bulan<br />

selanjutnya, anggota cukup membayar<br />

Simpanan Wajib sebesar Rp 5 ribu.<br />

Kondisi geografis Sungai Kamuyang yang<br />

berada di kaki Gunung Sago ternyata cukup<br />

berpengaruh terhadap unit layanan usaha KSP.<br />

Berdasarkan catatan, sebagian besar nasabah<br />

KSP berprofesi di bidang agibisnis, seperti<br />

bertani dan beternak. Sedangkan untuk sektor<br />

perdagangan dan industri kecil, jumlahnya<br />

tidaklah sebesar sektor agribisnis.<br />

Seperti sebuah sungai, KSP Sungai<br />

Kamuyang mengalirkan banyak manfaat yang<br />

bisa dimanfaatkan siapa saja (baca: anggota).<br />

Sebut saja salah satunya Yurniati Ura, warga Jl.<br />

Raya Batang Tabik, Sungai Kamuyang. Awalnya,<br />

ia hanya mempunyai usaha kue kecil-kecilan.<br />

Semenjak bergabung dengan KSP Sungai<br />

Kamuyang tahun 2006 dan mendapat pinjaman<br />

dana sebesar Rp 10 juta, usahanya semakin<br />

berkembang dan kini ia telah mempunyai sebuah<br />

toko grosir. Pihak manajemen KSP tak sulit<br />

memberi dia pinjaman kedua sebesar Rp10 juta,<br />

karena selama ini proses pengembalian<br />

pinjamannya lancar. Yurniati membayar<br />

cicilannya Rp 650 ribu per bulan. “Kalau bisa di<br />

masa depan pinjaman bagi anggota bisa lebih<br />

besar karena usaha kami semakin berkembang,”<br />

kata pengusaha yang kini juga memiliki<br />

perkebunan kopi, coklat dan jeruk itu.<br />

Pengalaman serupa juga dialami Kurnia<br />

dan Leni Marlina, pemilik usaha Kerupuk Sanjai<br />

‘’MARISA”. Kini, usaha kerupuk yang beralamat<br />

Jl. Raya Payakumbuh Lintau Sungai Kamuyang<br />

ini mampu mempekerjakan 42 orang karyawan.<br />

Awalnya, Kurnia dan isterinya, Leni Marlina,<br />

hanya dibantu 15 orang karyawan. Kurnia<br />

bergabung pada KSP Sungai Kamuyang pada<br />

tahun 2006, sementara istrinya baru pada tahun<br />

2007. Dengan modal pinjaman sebesar Rp 15<br />

juta dari KSP, Kurnia dan Leni mulai<br />

mengembangkan usahanya. Kini, usaha Kerupuk<br />

Sanjai ‘’MARISA” semakin berkembang dan telah<br />

dipasarkan hingga ke luar daerah.<br />

Yuniarti dan Kurnia hanya dua dari sekian<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 33


Usaha pembuatan kue milik Yuniarti, salah seorang anggota KSP Sungai Kamuyang<br />

banyak masyarakat yang telah memanfaatkan<br />

dana pinjaman dari KSP Sungai Kamuyang untuk<br />

mengembangkan usaha mereka. Masih banyak<br />

anggota lain yang memiliki kisah sukses serupa<br />

di bidang yang berbeda berkat dana pinjaman<br />

dari KSP Sungai Kamuyang.<br />

Setiap tahun pundi-pundi KSP pun terus<br />

bertambah. Berdasarkan laporan terakhir, dana<br />

KSP sudah berkembang menjadi Rp 1,6 miliar.<br />

Keberhasilan itu juga dapat dilihat dari<br />

pengembalian pinjaman KSP ke bank, yang<br />

sudah sejumlah Rp 100 juta melalui Bank<br />

Sumbar. Selain itu KSP juga telah membayar<br />

bunga pinjaman sebesar Rp 88 juta.<br />

***<br />

Sampai saat ini, pinjaman tertinggi yang<br />

diberikan kepada anggota sebesar Rp 10 juta.<br />

Besarnya pinjaman ini didasarkan pada besar<br />

kecilnya jenis usaha dan agunan yang<br />

dijaminkan. Jenis usaha yang telah mapan<br />

biasanya bisa memperoleh pinjaman hingga<br />

Rp10 juta, sementara untuk usaha mikro<br />

besarnya disesuaikan dengan kemampuan<br />

pengembalian anggota. “Bukan berarti pengurus<br />

pilih kasih. Kemampuan pengembalian anggota<br />

menjadi pertimbangan kami. Kalau anggota<br />

dengan usaha kecil kita berikan pinjaman yang<br />

besar, nanti dia akan kesulitan dalam<br />

pengembaliannya,“ kata Najmul Irfan, Ketua<br />

KSP Sungai Kamuyang.<br />

Terhadap semua jenis pinjaman, KSP<br />

menetapkan batas pengembalian pada tanggal<br />

10 setiap bulan, dengan besaran jasa pinjaman<br />

sebesar 18% per tahun. Jika melewati tanggal<br />

yang telah ditetapkan, KSP menerapkan sanksi<br />

denda sebesar 1,5% dari pokok pinjaman untuk<br />

setiap keterlambatan.<br />

Meski demikian, bukan berarti sanksi itu<br />

merupakan harga mati. KSP masih memberikan<br />

tiga pilihan bagi anggota yang kesulitan<br />

mengembalikan pinjaman ke KSP. Pertama,<br />

peminjam menyerahkan jaminan ke koperasi<br />

untuk menyelesaikan tunggakan. Kedua, memilih<br />

cara meregulasi hutang pokok dengan melunasi<br />

seluruh jasa dan denda. Ketiga, membuat<br />

kesepakatan baru, di mana nasabah sanggup<br />

melunasi seluruh hutang dan jasa pada tanggal<br />

yang telah disepakati tanpa dikenai denda. Cara<br />

34<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Usaha kerupuk Sanjai Marisa anggota KSP Sungai Kamuyang, telah dipasarkan hingga ke luar daerah<br />

ini dilakukan dengan mencicil hutang setiap<br />

bulannya hingga lunas pada akhir tahun.<br />

Lantas, setelah si penunggak mampu<br />

membayar pinjaman itu dia tak bisa lagi<br />

memperoleh kredit dari KSP Rumus seperti itu<br />

tidak berlaku di KSP Sungai Kamuyang. “Ada<br />

yang kita berikan pinjaman lagi agar bisa<br />

memulai kembali usahanya,” kata Najmul.<br />

Kearifan pengurus KSP Sungai Kamuyang<br />

patut menjadi catatan. Pasalnya, tidak sedikit<br />

pengurus lembaga usaha sejenis yang tidak<br />

legowo ketika mengetahui kegagalan usaha<br />

anggotanya.<br />

Pembinaan anggota tidak dilakukan secara<br />

kontiniu, hanya dilakukan dalam bentuk konsultasi<br />

saja terutama dalam bidang usaha dan<br />

administrasi. Pembinaan dalam pengertian tidak<br />

langsung justru diberikan pada saat terjadi<br />

transaksi antara manajemen dan anggota/<br />

nasabah, melalui pemberian saran atau<br />

pandangan. Justru model pembinaan seperti ini<br />

banyak yang mencapai sasaran, yakni anggota<br />

senantiasa mematuhi prosedur yang telah<br />

ditetapkan. Kebersamaan yang terjalin, seperti<br />

kata pepatah Minang, ‘Barek samo dipikua,<br />

ringan samo dijinjiang’, artinya berat sama dipikul<br />

ringan sama dijinjing.<br />

KSP Sungai Kamuyang<br />

Alamat<br />

: Batang Tabit, Sungai Kamuyang,<br />

: Kec. Luak, Kab. Lima Puluh Kota<br />

Berdiri : 23 Juli 1987<br />

Badan Hukum<br />

: No: 097/BH/LEMB-3/2006<br />

Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2006<br />

Jumlah Perkuatan Modal : Rp 500 juta<br />

Ketua<br />

: Najmul Irfan<br />

Jumlah Anggota<br />

: 350 orang<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 35


KSP Sungai Kamuyang Management provides three options for members facing difficulties in returning loan to KSP. The wisdom of<br />

Sungai Kamuyang KSP administrators worth becoming a note, since many similar business institution administrators do not have<br />

big hearts when discovering the failure of their members’ business.<br />

KSP Sungai Kamuyang<br />

Limapuluh Kota, West Sumatera<br />

We bear heavy matters together<br />

and carry small matters together<br />

The name KSP Sungai Kamuyang can<br />

not be separated from the big name of<br />

Nagari Sungai Kamuyang, a state in<br />

Lunak District, Limapuluhkota Regency, West<br />

Sumatera. Besides having the same name,<br />

the location of KSP is in the state area also<br />

known by the name Sei Kamuyang. No wonder<br />

the name of this cooperation established<br />

in 1996 is easy to remember.<br />

Now, the name KSP Sungai Kamu yang<br />

is quite known by the community of this state<br />

located in the foot of Sago Mountain.<br />

Kamuyang river may be the muse and even<br />

becomes the name of the cooperation, however<br />

the nimbleness of the administrators of<br />

KSP Sungai Kamuyang is the main reason why<br />

such business entity worth mentioning when discussing<br />

cooperations in the area of West<br />

Sumatera Province. Favorable performance of<br />

KSP Sungai Kamuyang all this time has been<br />

the reason for Cooperation Service of<br />

Limapuluhkota Regency to recommend this business<br />

entity as receiver of Sector Fund Capitalization<br />

Strengthening in 2006 in the amount of<br />

Rp 500 million.<br />

Geographical condition of Kamuyang River<br />

which is located on the foot of Sago Mountain is<br />

quite affecting for business service unit of KSP.<br />

Based on the record, most of KPS customers<br />

work in agribusiness field, such as plant and<br />

36<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


animal farmings. Whereas as to trading sector<br />

and small industry, the number is not as large as<br />

agribusinees sector. Just like a river, KSP Sungai<br />

Kamuyang flows many benefits that can be utilized<br />

by anyone, mainly its members.<br />

Each year KSP’s pots keeps adding. Based<br />

on the last report, KSP fund had developed to<br />

become Rp 1.6 billion. This save loan cooperation<br />

has returned its KSP loan to the bank, which<br />

is in the amount of 88 million through Sumbar Bank.<br />

Up to date, the highest loan provided to the<br />

members has been in the amount of Rp 10 million.<br />

The amount of loan is based on the size<br />

business type and the collateral secured. The<br />

type of business that is already settled usually<br />

obtains loan up to Rp 10 million, whereas for<br />

micro business the amount is adjusted to the<br />

returning ability of its members.<br />

To all loan types, KSP sets out returning limit<br />

on the 10th each month, with the amount of loan<br />

service 18% per year. If exceeding the stipulated<br />

date, KSP applies penalty in the amount of 1.5%<br />

from the principal loan for each delay.<br />

Nevertheless, it does not mean that such<br />

penalty is a dead end. KSP still provides three<br />

options for members facing difficulties in returning<br />

loan to KSP. First, borrower delivers security<br />

to cooperation to settle arrears. Second,<br />

opting the method of regulating principal loan<br />

by paying up all services and penalties. Third<br />

drafting a new agreement, in which customers<br />

are able to pay up all debts and services<br />

on the agreed date without being imposed with<br />

penality. This method is conducted by paying<br />

installment each month untill all are paid up at<br />

the end of the year.<br />

So, after the customer in arrears is able<br />

to pay up his/her loan, can he/she obtain credit<br />

from KSP Such formula does not apply in<br />

Sungai Kamuyang KSP. “There are customers<br />

that are provided with loan so that they<br />

can restart their business,” said Najmul. The<br />

wisdom of Sungai Kamuyang KSP administrators<br />

worth becoming a note, since many similar<br />

business institution administrators do not<br />

have big hearts when discovering the failure<br />

of their members’ business. This policy is the<br />

form of Minang proverb, ‘Barek samo dipikua,<br />

ringan samo dijinjiang’, artinya berat sama<br />

dipikul ringan sama dijinjing’ (We bear heavy<br />

matters together and carry small matters together).<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 37


38<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


JAWA BARAT<br />

West Java<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 39


KSP Rukun Ikhtiar, tetap eksis dan semakin berkembang setelah enam dekade<br />

KSP RUKUN IKHTIAR,<br />

Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat<br />

Tetap Eksis Setelah Enam Dekade<br />

Berdirinya koperasi di Indonesia tidak<br />

lepas dari sejarah koperasi itu sendiri.<br />

Banyak koperasi dengan berbagai<br />

bentuk tumbuh dan berkembang di Indonesia.<br />

Kondisinya pun bermacam-macam. Ada yang<br />

tetap eksis bahkan menjadi badan usaha<br />

unggulan, namun ada juga yang dalam<br />

perjalanannya harus tumbang karena tidak bisa<br />

mengimbangi labilnya kondisi ekonomi. Salah<br />

satu koperasi yang masih eksis itu adalah<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) Rukun Ikhtiar<br />

Bandung.<br />

KSP Rukun Ikhtiar merupakan salah satu<br />

koperasi tertua di Jawa Barat. <strong>Koperasi</strong> ini berdiri<br />

pada tahun 1930, lebih tua dari <strong>Koperasi</strong> Susu<br />

di Pangalengan yang berdiri pada tahun 1949<br />

oleh Gabungan Petani Peternak Sapi Indonesia<br />

Pangalengan (Gappsip).<br />

Sejarah KSP Rukun Ikhtiar dimulai dari<br />

sebuah perkumpulan di unit perbengkelan milik<br />

Angkatan Udara (dulu AURI) Husein<br />

Sastranegara. Kelahiran KSP Rukun Ikhtiar<br />

Bandung ini jelas tidak bisa dilepaskan dari unit<br />

perbengkelan milik Angkatan Udara (AURI), yang<br />

kemudian membidani pendirian sebuah<br />

perkumpulan yang diberi nama Spaar Vereeniging<br />

Luchtvaart Afdeeling, sebagai cikal bakal <strong>Koperasi</strong><br />

Simpan Pinjam Rukun Ikhtiar. Perkumpulan itu<br />

40<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Suasana ketika salah seorang anggota KSP Rukun Ikhtiar menyetor uang di kas koperasi. Selain memberikan pinjaman modal usaha,<br />

KSP RI juga menggalakkan program tabungan berhadiah.<br />

sendiri lahir berawal dari rasa solidaritas<br />

antarpegawai. Ketika itu, salah seorang buruh<br />

bengkel terjerat hutang rentenir. Karena tidak<br />

mampu membayar, maka sang rentenir<br />

memenjarakannya. Tiga sekawan yakni R.<br />

Sukardi, Rum Affandi dan Kartawiria kemudian<br />

membentuk suatu perkumpulan yang bersifat<br />

menghimpun modal guna membantu rekan yang<br />

terjerat hutang tadi.<br />

Perkumpulan ini kemudian tumbuh dan<br />

berkembang menjadi sebuah badan usaha<br />

ekonomi yang kemudian dikenal dengan nama<br />

KSP Rukun Ikhtiar. Perjalanan KSP ini tidaklah<br />

semulus yang dibayangkan: penuh tantangan.<br />

Kondisi pasang surut mewarnai perjalanan<br />

koperasi ini hingga akhirnya menjadi salah satu<br />

badan usaha ekonomi yang cukup diperhitungkan.<br />

Berbekal umur dan pengalaman yang<br />

panjang (selama 79 tahun) tersebut, wajar jika<br />

KSP Rukun Ikhtiar mampu tumbuh dan terus<br />

berkembang, meskipun harus bersaing dengan<br />

badan-badan usaha lain yang sejenis. Di tangan<br />

dingin H. Suryana, yang sejak 1999 memimpin<br />

KSPRI ini, Rukun Ikhtiar ini mampu bertahan,<br />

bahkan semakin menampakkan eksistensinya.<br />

Dari sisi keanggotaan, misalnya, dari tahun<br />

ke tahun jumlah anggota KSPRI semakin<br />

bertambah. Pada tahun 2008, jumlah anggota<br />

KSP ini sebanyak 9.521 orang. Pada bulan Juli<br />

2009 jumlah anggota meningkat menjadi 10.072<br />

orang. Pertambahan jumlah anggota ini tentu<br />

saja berpengaruh pada jumlah permodalan<br />

koperasi. Simpanan Pokok anggota pada tahun<br />

2008 bertambah menjadi Rp 42.435.900 dan<br />

simpanan wajib sebesar Rp 1.756.449.460 serta<br />

simpanan khusus sebesar Rp 161.157.250.<br />

Menurut Ketua KSP Rukun Ikhtiar, Suryana, total<br />

aset KSP Rukun Ikhtiar saat ini telah berada<br />

pada level Rp 20 miliar.<br />

Peningkatan juga terjadi pada kualitas<br />

neraca pinjaman, yang mengalami kenaikan<br />

hingga 5,35%. Pinjaman yang diberikan pada<br />

tahun 2008 kepada 4.270 orang anggota<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 41


mencapai jumlah Rp12,66 miliar. Jumlah itu lebih<br />

besar daripada jumlah pinjaman pada tahun<br />

2007 yang diberikan kepada 3.991 anggota,<br />

yakni sejumlah Rp12,01 miliar. Besarnya<br />

pinjaman yang diberikan bervariasi, mulai dari<br />

yang terkecil Rp 1 juta dan maksimal Rp 20 juta.<br />

Untuk setiap pinjaman dikenakan jasa pinjaman<br />

sebesar 3%.<br />

Pada tahun 2005, KSP Rukun Ikhtiar<br />

menjadi salah satu koperasi penerima bantuan<br />

dana bergulir sektoral Rp 1 miliar, yang dikhususkan<br />

untuk membiayai kebutuhan permodalan<br />

anggotanya yang bergerak di bidang usaha<br />

agribisnis dan sektor riil lainnya. Dalam konteks<br />

penyaluran pinjaman, manajemen KSP sangat<br />

selektif. Ada agunan yang disyaratkan seperti<br />

sertifikat tanah, misalnya. Besarnya tabungan<br />

peminjam dan tingkat pengembaliannya pun<br />

turut menjadi penentu besarnya pinjaman yang<br />

diberikan. Sistem ini dimaksudkan untuk menekan<br />

jumlah kredit macet. Terbukti sistem ini cukup<br />

efektif menekan angka kredit macet. Hingga saat<br />

ini, jumlah kredit macet di KSP Rukun Ikhtiar tidak<br />

lebih dari 1%.<br />

Berbagai rapor biru tadi akhirnya bermuara<br />

pada perolehan laba. Pada tahun 2008 KSP ini<br />

mencatat laba sebesar Rp 1,643 miliar. Jumlah<br />

ini meningkat dari laba tahun 2007 yang Rp 1,487<br />

miliar. Atas prestasi itu, Dinas <strong>Koperasi</strong> UKM dan<br />

Perindustrian Perdagangan Kota Bandung<br />

memberi nilai 87,2 (delapan puluh tujuh koma<br />

dua) kepada KSP Rukun Ikhtiar. Artinya, KSP<br />

Rukun Ikhtiar merupakan salah satu koperasi<br />

dengan predikat <strong>Koperasi</strong> Sehat. “KSP Rukun<br />

Ikhtiar adalah koperasi kebanggaan Kota<br />

Bandung” kata H. Meivy Adha Krisnan, Drs, M.Si,<br />

Sekretaris Dinas <strong>Koperasi</strong> Usaha Kecil Menengah<br />

(KUKM) dan Perindustrian Perdagangan<br />

Kota Bandung. KSP ini juga telah dinobatkan<br />

sebagai <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Berprestasi<br />

tahun 2008 oleh Menteri Negara <strong>Koperasi</strong> dan<br />

Usaha Kecil Menengah.<br />

KSP Rukun Ikhtiar Bandung memberikan hadiah bagi anggotanya yang berprestasi, di antaranya berupa sepeda motor<br />

KSP Rukun Ikhtiar<br />

Alamat<br />

Berdiri : 7 Agustus 1997<br />

Badan Hukum<br />

Tahun Perkuatan Modal : 2005<br />

Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />

Total Aset<br />

: Rp 20 miliar<br />

Ketua<br />

: H. Suryana<br />

Jumlah Anggota : 10.072 orang<br />

Jumlah Karyawan : 20 orang<br />

: Jl. Otto Iskandardinata, No. 435, Bandung,<br />

Jawa Barat<br />

: No: 581/PAD/20.DISKOP/2007,<br />

tanggal 2 Mei 2007<br />

42<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


KSP RUKUN IKHTIAR BANDUNG<br />

Still Exists After Six Decades<br />

The establishment of cooperation in In<br />

donesia is inseparable from the history<br />

of cooperation itself. Many cooperations<br />

of various types are developing in Indonesia.<br />

Their conditions also vary. There are<br />

some that still exist and even become superior<br />

business entities, however there are also<br />

some that had to fall in their journeys since<br />

they could not balance with the unstable economic<br />

condition. One of the cooperations that<br />

still exist is Save Loan Cooperation (KSP) of<br />

Rukun Ikhtiar Bandung. KSP Rukun Ikhtiar is<br />

one of the oldest cooperations in West Java.<br />

This cooperation was established in 1930,<br />

older than the Milk Cooperation in<br />

Pangalengan that was established in 1949 by<br />

the Indonesian Cow Farmers Association of<br />

Pangalengan (Gappsip).<br />

Equipped with such old age and long experience<br />

(79 years), it is obvious that KSP<br />

Rukun Ikhtiar is able to grow and keep developing,<br />

although it has to compete with other<br />

similar business entities. In the cold hand of<br />

H. Suryana, who since 1999 has led this<br />

KSPRI , this Rukun Ikhtiar is able to survive<br />

and even show more of its existence.<br />

From its membership point of view, for example,<br />

from one year to another the number<br />

of members of KSPRI has become larger and<br />

larger. In 2008, the number of KSP members<br />

was 9,521. In July 2009 the number of members<br />

increased to become 10,072. The increase<br />

of this number of members of course<br />

affects the amount of cooperation capitalization<br />

amount and volume of asset. According<br />

to Chairman of KSP Rukun Ikhtiar, Suryana,<br />

the total asset of KSP Rukun Ikhtiar at this time<br />

is at the level of Rp 20 billion.<br />

Increase also occurs to the loan balance<br />

quality, which increased by up to 5.35%. The<br />

loan provided in 2008 to 4,270 members<br />

reached the amount of Rp12.66 billion. That<br />

amount is higher than the loan amount in<br />

2007 provided to 3,991 members i.e. Rp 12.01<br />

billion. The amount of loan provided varies<br />

from the smallest Rp 1 million to a maximum<br />

of Rp 20 million. For each loan, loan service<br />

is charged in the amount of 3%.<br />

In 2005, KSP Rukun Ikhtiar became one<br />

of sector scrolling fund aid receiver cooperations<br />

in the amount of Rp 1 billion, which was<br />

focused to fund capitalization need to its members<br />

who are engaged in agribusiness field<br />

and any other real sectors. In the context of<br />

fund distribution, KSP management is very<br />

selective. They require collaterals such as land<br />

certificate. The amount of borrower’s savings<br />

amount and the level of its return also determine<br />

the amount of loan granted. This system<br />

is intended to press the amount of non<br />

performing loan. This system is proven to be<br />

effective in pressing non performing credit.<br />

Up to now, the amount of non performing loan<br />

in KSP Rukun Ikhtiar has been less than 1%.<br />

Such various favorable reports finally<br />

ended up in profit gaining. In 2008 this KSP<br />

noted a profit of Rp 1.643 billion. This amount<br />

increased from the profit gained in 2007 which<br />

was Rp 1.487 billion. On such achievement,<br />

Cooperation Service of Small Middle Scale<br />

Enterprises (UKM) and Industry and Trading<br />

of Bandung City gave the score of 87.2 (eighty<br />

seven point two) to KSP Rukun Ikhtiar. It<br />

means KSP Rukun Ikhtiar is one of cooperations<br />

with the predicate Healthy Cooperation.<br />

“KSP Rukun Ikhtiar is the pride cooperation<br />

of Bandung City” said H. Meivy Adha Krisnan,<br />

Drs, M.Si, Secretary of Cooperation Service<br />

of Small Middle Scale Enterprises (KUKM) and<br />

Industry and Trading of Bandung City. This<br />

KSP was also crowned as the Achiever Save<br />

Loan Cooperation in 2008 by State Minister<br />

of Cooperation and Small Middle Scale Enterprises.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 43


Suasana di Kantor Pelayanan KSP Trisula, Majalengka<br />

KSP TRISULA<br />

Kabupaten Majalengka,<br />

Provinsi Jawa Barat<br />

Kiprah Trisula di “Kota Angin”<br />

Dua puluh enam tahun lalu, tepatnya<br />

tahun 1983, sebuah perkumpulan<br />

petani tiga desa di Kecamatan Palasah<br />

Kabupaten Majalengka berembug. Mereka<br />

tergabung dalam Kelompak Tani Tegal Simpur.<br />

Dalam pertemuan rutin kelompok tani tersebut,<br />

Subani, sang ketua kelompok, mengusulkan<br />

untuk mendirikan sebuah lembaga usaha yang<br />

bisa menaungi para petani, baik dalam<br />

menyediakan berbagai kebutuhan pertanian<br />

maupun menampung hasil panen mereka,<br />

termasuk kepastian harga jual hasil panen.<br />

Karena masalah tersebut selama bertahun-tahun<br />

selalu mereka hadapi, para peserta rembug pun<br />

sepakat terhadap usulan Subani. Konkretnya,<br />

mereka inginkan sebuah koperasi.<br />

Trisula, atau KUD Trisula, begitulah nama<br />

yang mereka pilih untuk badan usaha yang<br />

berazaskan kekeluargaan dan gotong royong<br />

yang mereka dirikan itu. Nama itu dipilih karena<br />

mereka ingin koperasi yang mereka dirikan itu<br />

kelak bisa menjadi<br />

Kala itu, jumlah anggota terdaftar berjumlah<br />

139 orang dengan total modal simpanan sebesar<br />

Rp 298.175. Secara aklamasi, Subani pun dipilih<br />

sebagai Ketua KUD Trisula.<br />

Karena belum memiliki tempat untuk<br />

kegiatan, separuh rumah milik Subani dijadikan<br />

sebagai kantor sekaligus tempat pelayanan bagi<br />

anggota. Satu tahun berjalan, namun KUD Trisula<br />

44<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Kelompok belajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang dikelola oleh KSP Trisula, Majalengka<br />

belum juga mendapatkan pinjaman dana dari<br />

Departemen <strong>Koperasi</strong>. Alasanya, tidak mungkin<br />

kelompok tani bisa mengelola sebuah KUD.<br />

Berbekal semangat tinggi namun kemampuan<br />

keuangan terbatas KUD belum bisa bergerak<br />

cepat melayani berbagai kebutuhan anggota.<br />

Masa-masa awal KUD ini berdiri adalah saat-saat<br />

sulit dalam mendapatkan suntikan modal. Namun,<br />

mereka tak berputus asa. Justru era itu mereka<br />

jadikan sebagai sebuah tantangan.<br />

Subani pun mencoba menggandeng<br />

lembaga usaha lain. Akhirnya, KUD Trisula<br />

mendapatkan kepercayaan PT Taman Sari<br />

Cirebon sebagai penyalur pupuk. Kerja sama<br />

pertama kali itu sukses. KUD Trisula mampu<br />

menjual pupuk kepada anggota dan masyarakat<br />

luas dengan omzet yang luar biasa. Maka,<br />

tawaran dana pun mengalir bukan atas<br />

permohonan pengurus koperasi, tetapi atas<br />

inisiatif pihak luar. Kas KUD menggelembung,<br />

nama Trisula pun semakin tenar. Memanfaatkan<br />

dana-dana tersbut, berbagai usaha anggota di<br />

bidang usaha pengadaan pangan terutama<br />

penanaman padi unggul bisa terbiayai.<br />

Kinerja KUD Trisula semakin mantap. Pada<br />

tahun 1986 KUD ini mendapat penghargaan dari<br />

BPPT Jawa Barat atas keberhasilannya<br />

memproduksi benih unggul. Sejak itu berbagai<br />

penghargaan pun diperoleh baik atas nama KUD<br />

maupun atas nama Subani.<br />

Awal Ekspansi<br />

Sekitar tahun 2004, KUD Trisula mendapat<br />

kucuran dana dari pemerintah berupa kredit program<br />

agribisnis. Nilainya Rp 1 miliar. Untuk bisa<br />

mendapatkan dana itu, badan usaha harus<br />

berbentuk <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP). Maka,<br />

Unit Simpan Pinjam (USP) yang ada di KUD<br />

Trisula pun dikembangkan menjadi koperasi<br />

baru berbasis usaha simpan pinjam, termasuk<br />

statusnya ditingkatkan menjadi badan hukum<br />

tersendiri terpisah dari KUD. Maka, berdirilah<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) Trisula pada<br />

tanggal 5 Agustus 2004 dengan Badan Hukum<br />

No.518/Kep.58/Kop.UKM dan PM.<br />

Kendati terpisah, pada dasarnya dua<br />

lembaga ini tetap satu. Misalnya dalam sisi<br />

keanggotaan. Anggota yang mendirikan KSP<br />

Trisula adalah juga anggota KUD Trisula.<br />

Bahkan pengelolanya pun sebagian besar<br />

direkrut dari KUD Trisula. “Meminjam istilah<br />

pemerintahan tempo dulu, yaitu dwi-tunggal,<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 45


Usaha perikanan milik Kelompok Tani Tegal Simpur anggota KSP Trisula<br />

maka kurang lebih begitulah pola keberadaan<br />

kedua koperasi ini,” jelas Susilowati, manajer<br />

KSP Trisula, seperti dilansir Majalah PIP edisi<br />

Agustus 2009.<br />

Kedua koperasi itu memang saling mengisi<br />

dan bersinergi. Misalnya dalam hal penyaluran<br />

pupuk dan pengadaan beras yang dikelola KUD.<br />

Jika dulu permodalannya berdasarkan modal<br />

kerja, maka kini pembiayaannya dipasok oleh<br />

KSP Trisula. Begitu pula dengan urusan pinjam<br />

meminjam uang untuk anggota KUD, kini menjadi<br />

urusan KSP Trisula. Dua-duanya sama-sama<br />

menggunakan nama Trisula, berkantor di tempat<br />

yang sama, yaitu di komplek KUD Trisula, Jl Raya<br />

Palasah, Desa Cisambang, Majalengka, Jawa<br />

Barat. Bahkan, ketua yang memimpin adalah<br />

juga orang yang sama. Itulah H. Subani (72),<br />

yang akrab dipanggil Abah, atau orang yang<br />

dituakan.<br />

Perubahan bentuk dari USP menjadi KSP,<br />

ternyata tidak mempengaruhi minat masyarakat<br />

untuk menjadi nasabah/ anggota KSP Trisula.<br />

Termasuk adanya pergantian pucuk pimpinan di<br />

Trisula, dari H. Subani ke Khoeruman.<br />

Pertumbuhannya tetap menunjukkan kenaikan<br />

cukup signifikan. Ambil contoh dengan total aset<br />

yang dimiliki, sudah tercatat lebih dari Rp 7 miliar.<br />

Padahal, modal awal tak lebih dari Rp 300 juta.<br />

Bahkan menurut Susi, pada neraca Juni 2009,<br />

jumlah asset sudah berada di level Rp 9 miliar.<br />

Adapun pinjaman yang disalurkan pada 2008,<br />

tercatat Rp 6,6 miliar.<br />

Demikian pula dari sisi keanggotaan, juga<br />

mengalami peningkatan. Seperti dikatakan oleh<br />

Khoeruman, yang sejak 5 Mei 2009 lalu diangkat<br />

menjadi Ketua KSP Trisula, jika pada 2005<br />

jumlah anggota baru 468 orang, per Juni 2009<br />

sudah melonjak jadi 1.541 orang.<br />

Menggunakan pola tanggung renteng<br />

(kebersamaan) dengan pendekatan kelompok,<br />

begitulah sistem yang dijalankan oleh KSP<br />

Trisula dalam menyalurkan pinjaman.<br />

Pertambahan jumlah anggota ini juga<br />

berpengaruh terhadap ruang lingkup pelayanan,<br />

juga menjadi semakin luas. Jika sebelumnya<br />

(saat masih USP) hanya beroperasi di seputar<br />

Kecamatan Palasah, kini KSP Trisula menjangkau<br />

beberapa kecamatan lain di kabupaten<br />

Majalengka. Tak tanggung-tanggung, meliputi 26<br />

kecamatan dan 331 desa. Maka tak heran bila<br />

46<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Peternakan kambing milik Kelompok Tani Tegal Simpur, yang merupakan salah satu binaan KSP Trisula dan permodalannya dibiayai<br />

dari dana bergulir Agribisnis/ Sektoral<br />

KSP Trisula saat ini sudah mempunyai anggota<br />

mencapai 1.541 orang yang tersebar di<br />

beberapa kecamatan di “Kota Angin” ini.<br />

Selain syarat administrasi, manajemen<br />

Trisula juga menerapkan persyaratan kualifikatif.<br />

Yakni, setiap peminjam harus mendapat<br />

rekomendasi dari satuan kelompok yang terdiri<br />

dari 20 hingga 50 orang. Tanpa itu, pinjaman<br />

tidak dapat dicairkan walaupun secara<br />

administrasi telah memenuhi persyaratan.<br />

Besarnya pinjaman bervariasi mulai dari yang<br />

terkecil Rp 1 juta hingga 150 juta dengan suku<br />

bunga 2 persen.<br />

Pola penyaluran seperti ini mampu menekan<br />

risiko kemacetan pengembalian pinjaman. Pada<br />

neraca 2008, misalnya, pinjaman bermasalah<br />

atau nonperforming loan (NPL) KSP Trisula di<br />

bawah lima persen. Menurut catatan Bank Jabar<br />

Banten Cabang Majalengka, KSP Trisula merupakan<br />

koperasi yang tingkat pengembalian<br />

pinjaman ke bank cukup bagus. Pada<br />

pertengahan 2009, tingkat pengembalian pinjaman<br />

dana bergulir 1 miliar telah mencapai 50%<br />

atau sebesar Rp 500 juta. “Kami melihat KSP<br />

Trisula punya potensi. Saya berharap banyak<br />

koperasi seperti ini,” kata Budi Heryanto, Kepala<br />

Cabang Bank Jabar Banten Cabang Majalengka.<br />

Meskipun baru berusia 5 tahun, KSP Trisula<br />

ini telah meraih beberapa penghargaan baik di<br />

tingkat kabupaten, provinsi maupun tingkat<br />

nasional; seperti Juara <strong>Koperasi</strong> Berprestasi<br />

Kelompok <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Tingkat<br />

Kabupaten Majalengka, <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam<br />

Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Barat tahun<br />

2006. Pada Hari <strong>Koperasi</strong> Ke-62, KSP Trisula<br />

mendapatkan anugerah sebagai <strong>Koperasi</strong><br />

Terbaik Tingkat Nasional tahun 2009 dengan<br />

kategori <strong>Koperasi</strong> Wirausaha Mandiri. Selain itu,<br />

pembina <strong>Koperasi</strong> Trisula, H Subani dinobatkan<br />

sebagai tokoh koperasi tingkat nasional dan<br />

mendapatkan Satya Lencana Wira Karya dari<br />

Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.<br />

Penyerahan anugerah tertinggi bidang koperasi<br />

itu diberikan pada 15 Juli 2009 lalu.<br />

Prestasi ini membuat pihak bank tertarik<br />

bekerja sama dengan KSP Trisula. Salah satunya<br />

pinjaman dari Bank BNI sebesar Rp 20 miliar yang<br />

semuanya dialokasikan untuk sektor agribisnis.<br />

Kini jalan lempang bagi KSP Trisula telah<br />

terbentang di depan mata. Pikiran-pikiran kreatif<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 47


para pengurusnya pun senantiasa menelorkan<br />

ide-ide baru pengembangan usaha. Di antaranya<br />

membikin sebuah perusahaan dengan<br />

nama PT. Trisula Mandiri yang bergerak di bidang<br />

perdagangan umum serta jasa. Perusahaan ini<br />

antara lain menjadi mitra PT. PLN (Persero) dalam<br />

pelayanan pembayaran rekening listrik. Gagasan<br />

pendirian perseroan terbatas tersebut pada<br />

awalnya merupakan inisiatif H. Subani bersama<br />

6 pengurus koperasi lain—KUD Trisula, KUD<br />

Lingga Setra, KUD Karya Sejati, KUD Mitra Tani,<br />

KUD Bakti Jaya, KUD Sumber Harapan, KUD<br />

Mekar Jaya. Hasil kesepakatan seluruh<br />

pengurus dan anggota ketujuh koperasi tersebut<br />

menghasilkan sebuah lembaga baru yang<br />

bernama PT. Trisula Mandiri itu. Di perusahaan<br />

itu H. Subani duduk sebagai komisaris<br />

sedangkan Khoeruman sebagai direktur.<br />

Apa yang diperankan para pionir <strong>Koperasi</strong><br />

Trisula jelas inspiratif. Beranjak dari kebersahajaan,<br />

kemudian secara gradual menata<br />

sebuah lembaga koperasi hingga eksis, semangat<br />

mereka untuk terus maju terus membara. Tak puas<br />

sukses di ‘rumah’ sendiri mereka menjajaki<br />

kesuksesan bersama koperasi-koperasi lain. Tak<br />

berlebihan jika mereka menyandang nama<br />

Trisula, yang dalam mitos yunani adalah senjata<br />

para perwira yang berpenampilan seperti petani<br />

atau nelayan. Mereka itulah perwira-perwira itu.<br />

Kolam tempat budidaya ikan air tawar milik salah seorang anggota KSP Trisula, yang permodalannya dibiayai dana bergulir<br />

agribisnis/sektoral<br />

KSP Trisula<br />

Alamat<br />

Berdiri : 1 Juli 1988<br />

Badan Hukum<br />

Tahun Perkuatan Modal : 2004<br />

Jumlah Perkuatan Modal : Rp 1 miliar<br />

Total Aset<br />

: Rp 9 miliar<br />

Ketua<br />

: Khoeruman<br />

Jumlah Anggota : 1.541 orang<br />

Jumlah Karyawan : 15 orang<br />

: Desa Cisambeng, Kec. Palasah,<br />

Kab. Majalengka, Jawa Barat<br />

: 518/Kep.58/KOP. UKM dan PM,<br />

tanggal 5 Agustus 2004<br />

48<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


KSP Trisula Majalengka<br />

The Progress of Trisula in<br />

“The Wind City”<br />

Twenty Six years ago, precisely in 1983,<br />

a farmer organization in three villages<br />

in the district of Palasah Majalengka<br />

Regency had a discussion. They were united<br />

under Tegalsipur Farmers Group. In such<br />

regular farmers meeting, Subani, the group<br />

leader, proposed to establish a business<br />

entity that could protect farmers, both in providing<br />

various needs of farmers and<br />

accomodating their harvest output, including<br />

the price certainty of crops sale proceeds. In<br />

principal, they wanted to have a cooperation.<br />

Trisula, or KUD Trisula, is the name they<br />

picked for the business entity that they tried<br />

to establish based on kindship and working<br />

together spirit.<br />

In 2004, KUD Trisula was programmed<br />

to become a participant of scrolling fund<br />

strenghtening program from the government<br />

in the form of agribusiness program credit<br />

with a value of Rp 1 billion. In order to be<br />

able to obtain such fund, the business entity<br />

must be in the form of Save Loan Cooperation<br />

(KSP). Therefore, the existing Save Loan<br />

Unit (USP) in KUD Trisula was then developed<br />

to become Save Loan Cooperation<br />

(KSP) of Trisula.<br />

The formation change from USP to become<br />

KSP, could not attract the interest of<br />

the community to become a customer/member<br />

of KSP Trisula. Neverthelessm, KSP<br />

performance kept showing a significant increase.<br />

According to June 2009 balance, the<br />

amount of asset was on the level of Rp 9<br />

billion. The save distributed in 2008 was<br />

noted at Rp 6.6 billion.<br />

Service scope became wider. Previously<br />

(when it was still in the form of USP) the operation<br />

only covered Palasah District, now<br />

KSP Trisula covers several other districts in<br />

Majalengka Regency, including 26 districts<br />

and 331 village with number of members up<br />

to 1,541. Fantastic numbers!<br />

In addition to administrative requirements,<br />

Trisula management also applies qualification<br />

requirements. Each of the borrower<br />

must obtain recommendation from a group unit<br />

comprising 20 up to 50 persons. Without such<br />

recommendation, loan could not be liquidated<br />

even if administratively the borrower has met<br />

the requirements. The amount of loan varies<br />

from the smallest amount Rp 1 million up to<br />

150 million with interest rate of 2 percent. The<br />

joint responsibility (togetherness) with group<br />

aproach pattern is the system used by KSP<br />

Trisula in distributing loan.<br />

This type of distribution pattern is able<br />

to press non performing credit risk. In 2008<br />

balance, for instance, non performing loan<br />

(NPL) of KSP Trisula was under 5%. According<br />

to the record of Jabar Banten Bank<br />

Majalengka Branch, KSP Trisula is the cooperation<br />

with quite favorable level of loan return.<br />

In mid 2009, the level of loan return of<br />

scrolling fund in the amount of 1 billion had<br />

reached 50% or in the amount of Rp 500 million.<br />

Even though KSP Trisula is only 5 years<br />

old, it has achieved several awards in regency,<br />

province and national levels; such as Achiever<br />

Cooperation Champion for Save Loan Cooperation<br />

Group Majalengka Regency Level,<br />

Achiever Save Loan Cooperation West Java<br />

Province Level in 2006. On the 62th Cooperation<br />

Day, KSP Trisula reached the<br />

achievement as The Best Cooperation for<br />

National Level in the year 2009 with the category<br />

of Independent Business Cooperation.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 49


Suasana di Kantor <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) Wahana Arta Mukti (WAM) Kecamatan Dawuan, Subang<br />

KSP Wahana Arta Mukti<br />

Kabupaten Subang - Provinsi Jawa Barat<br />

Bila Tak Ada Dusta di Antara Kita<br />

adalah Kunci Sukses<br />

Di Kabupaten Subang, Jawa Barat,<br />

setidaknya terdapat 828 unit koperasi<br />

dengan berbagai bentuk usaha mulai<br />

dari <strong>Koperasi</strong> Unit Desa (KUD), <strong>Koperasi</strong> Jasa,<br />

<strong>Koperasi</strong> Pemasaran, <strong>Koperasi</strong> Serba Usaha<br />

(KSU), <strong>Koperasi</strong> Pondok Pesantren hingga<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP). Badan usaha<br />

yang disebut terakhir jumlahnya 46 unit. Satu di<br />

antaranya <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP)<br />

Wahana Arta Mukti (WAM) Kecamatan Dawuan<br />

Subang. KSP WAM tumbuh dan berkembang di<br />

antara koperasi lainnya. Kisah sukses koperasi yang<br />

tumbuh dan berkembang di kabupaten yang dikenal<br />

sebagai penghasil nanas madu ini layak disimak.<br />

Syahdan, pada 2004, Pemerintah melalui<br />

Kementerian <strong>Koperasi</strong> dan UMKM menggulirkan<br />

dana bantuan agribisnis Rp 1 miliar. Syaratnya<br />

penerima dana ini tentu saja koperasi simpan<br />

pinjam. Pada waktu itu KSP Wahana Arta Mukti<br />

masih berbentuk KUD Wahana Arta Mukti.<br />

Karena itu, pada tanggal 2 Oktober 2004,<br />

pengurus dan 29 anggota aktif KUD Wahana Arta<br />

Mukti bermusyawarah untuk mengembangkan<br />

Usaha Simpan Pinjam (USP) yang merupakan<br />

unit usaha otonom KUD Wahana Arta Mukti<br />

menjadi badan usaha yang mandiri. Mereka<br />

bersepakat untuk membentuk <strong>Koperasi</strong> Simpan<br />

Pinjam (KSP) dan diberi nama Wahana Arta<br />

50<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Mukti. Pendirian KSP Wahana Arta Mukti<br />

berbadan hukum No. 553/BH 10.11/X/2004<br />

tanggal 5 Oktober 2004, dengan modal dan<br />

kekayaan bersih Rp 663.266.000.<br />

Pola usaha yang diterapkan adalan<br />

pinjaman pola bulanan (konvensional) dan<br />

pinjaman pola mingguan, dengan jasa pinjaman<br />

sebesar 2,5% per bulan. Jangka waktu<br />

pengembalian pinjaman bervariasi antara 10<br />

bulan – 18 bulan. Selain itu, hampir 90% warga<br />

di Kecamatan Dawuan Subang dalam<br />

kehidupan kesehariannya masih mengandalkan<br />

sektor agro seperti padi, kadang, jagung dan<br />

sebagainya. Pontensi inilah yang dinilai menjadi<br />

peluang usaha yang cukup menjanjikan.<br />

Pinjaman tertinggi yang ditetapkan sebesar<br />

Rp 20 juta, dengan jasa pinjaman sebesar 2,5%.<br />

Namun dalam praktiknya tidak semua laba itu<br />

masuk ke kas KSP, sebagian lagi dikembalikan<br />

ke nasabah yakni sebesar 0,5%. Syaratnya,<br />

pengembalian pinjaman harus tepat waktu. Program<br />

ini dimaksudkan untuk memacu kesadaran<br />

peminjam untuk selalu mengembalikan kredit<br />

tepat pada waktunya. Cara ini dinilai cukup<br />

berhasil. Berdasarkan catatan, tingkat pengembalian<br />

pinjaman di KSP mencapai lebih 99%.<br />

Bukan hanya dalam hal pinjaman, manajemen<br />

KSP juga selektif dalam menerima anggota<br />

baru. Untuk bisa menjadi anggota KSP pengelola<br />

menetapkan beberapa syarat, di antaranya<br />

nasabah telah meminjam minimal 3 kali. Jika<br />

selama 3 kali berturut-turut tingkat pengembaliannya<br />

bagus, nasabah dapat mengajukan<br />

menjadi calon anggota. Biasanya besar pinjaman<br />

tahap awal ini tidak lebih dari Rp 2 juta. Jika syarat<br />

di atas belum terpenuhi, maka KSP belum akan<br />

memproses menjadi anggota.<br />

Hingga kini jumlah anggota KSP WAM<br />

berjumlah 130 orang, dan nasabah sebanyak<br />

Rp 700 orang. Mereka tidak hanya pedagang<br />

kecil seperti padagang asongan, tetapi juga<br />

pengusaha menengah. Salah satunya adalah<br />

Ukanda, warga Kampung Buah Dua Desa<br />

Margasari, Kecamatan Dawuan, Subang, yang<br />

menekuni usaha ternak ayam. Saat ini, usaha<br />

peternakan ayam miliknya telah mengalami<br />

kemajuan cukup pesat. Awalnya, Ukanda hanya<br />

mempunyai satu blok kandang yang mampu<br />

menampung 5.000 ekor ayam. Kini, ia telah<br />

mempunyai tiga kandang yang mampu<br />

menampung 15.000 ekor ayam. Sekali panen,<br />

ia bisa mengantongi laba Rp 10-20 juta<br />

Ukanda merupakan salah satu anggota<br />

masyarakat yang berhasil membangun usahanya<br />

dengan memanfaatkan dana pinjaman dari KSP<br />

Wahana Arta Mukti. Selain meningkatkan taraf<br />

hidupnya, ia juga mampu menampung tenaga<br />

kerja di sekitarnya. Ia mempekerjakan tiga orang<br />

karyawan dengan gaji rata-rata Rp 700 ribu per<br />

bulan.<br />

Usaha yang dibiayai oleh KSP Sahana Arta<br />

Mukti meliputi usaha sektor agribisnis (pertanian,<br />

peternakan, perikanan), usaha sektor niaga<br />

(warung, pedagang kaki lima), usaha sektor<br />

pengadaan (bahan bangunan, penghala hasil<br />

pertanian), usaha kecil mikro (kerajinan, mebeler).<br />

Tingkat perputaran uang yang cukup tinggi<br />

telah menjadikan aset KSP Wahana Arta Mukti<br />

bertambah besar dari hari ke hari. Kini total<br />

asetnya mencapai Rp 2,198 miliar. Dalam<br />

melayani nasabah, KSP Wahan Arta Mukti<br />

didukung 14 orang karyawan dengan kualifikasi<br />

pendidikan SMA dan 1 orang sarjana. Pengurus<br />

senantiasa beruisaha meningkatkan kinerja para<br />

pengurus dengan cara mengikutsertakan para<br />

karyawannya ke berbagai kegiatan pengembangan<br />

kapasitas.<br />

Yang tak kalah penting adalah upaya<br />

pengurus dan manajemen di dalam membangun<br />

mental kerja karyawan melalui internalisasi motto<br />

KSP Wahan Arta Mukti: “Tidak ada dusta di antara<br />

kita” dan “Tidak ada dendam di antara kita”.<br />

KSP Wahana Arta Mukti<br />

Alamat : Desa Dawuan Kaler RT. 08/03,<br />

Kec. Kalijati, Kab. Subang, Jawa Barat<br />

Berdiri : 14 Juli 1997<br />

Badan Hukum<br />

: 553/BH/KDK.10.11/X/2004,<br />

tanggal 5 Oktober 2004<br />

Tahun Perkuatan Modal : 2004<br />

Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />

Total Aset<br />

: Rp2,1 miliar<br />

Ketua<br />

: H. Hali Natapermana, Spd<br />

Jumlah Anggota : 130 orang<br />

Jumlah Karyawan : 14 orang<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 51


Kisah Sukses Peternak Ayam di Buahdua, anggota KSP Wahana<br />

Artha Mukti<br />

Sekali Panen<br />

Bisa Untung<br />

Rp10-20 Juta<br />

Ukanda dan usaha peternakan ayam yang ia kelola<br />

Adalah saat-saat paling membahagiakan<br />

Ukanda, Warga Kp.<br />

Buahdua Desa Margasari, Kecamatan<br />

Dawuan, Subang, saat berada di<br />

kandang ayam, apalagi bila menjelang panen<br />

tiba. “Alhamdulillah, sebentar lagi panen,” tutur<br />

ayah dua anak ini sembari senyum simpul,<br />

Agustus 2009 silam.<br />

Kegembiraan semakin tergambar di raut<br />

mukanya karena harga ayam di pasaran<br />

cukup tinggi. Ia membayangkan akan memperoleh<br />

untung yang cukup besar. Karena itu<br />

Ia bernazar akan memberi bonus kepada tiga<br />

karyawannya, dan selanjutnya mampu mengembalikan<br />

pinjamannya ke koperasi. Ya, ia<br />

telah meminjam uang ke KSP Wahana Arta<br />

Mukti sebesar Rp 20 juta. Ia lupa entah yang<br />

keberapa pinjaman kali ini, karena begitu<br />

sering ia meminjam dana dari KSP Wahana<br />

Arta Mukti.<br />

Ukanda mulai meminjam dana dari KSP<br />

Wahana Arta Mukti sebesar Rp 10 juta pada<br />

tahun 2005 untuk modal usaha peternakan<br />

ayam. Modal tersebut besar maknanya bagi<br />

pengembangan usahanya. Berkat insting kejelian<br />

dalam pengelolaan usahanya, ia sukses,<br />

bahkan pinjaman bisa ia dikembalikan<br />

sebelum jatuh tempo. Kepercayaan dari koperasi<br />

pun bertambah, dan sebagai bentuk reward<br />

koperasi memberi Ukanda kelonggaran<br />

peminjaman hingga Rp 20 juta. Kini ia telah<br />

mempunyai tiga blok kandang yang mampu<br />

menampung 15.000 ekor ayam.<br />

Bisanya ayam-ayam ini bisa dipanen<br />

pada usia antara umur 28-35 hari, dengan<br />

biaya operasional per musim sebesar Rp 10<br />

juta. Modal kerja tersebut dipergunakan untuk<br />

biaya bibit, pakan dan obat-obatan. Setelah<br />

dipotong biaya operasional, ia bisa memperoleh<br />

laba hingga Rp 10-20 juta sekali panen.<br />

Keuntungan tambahan juga Ukdanda<br />

dapatkan dari hasil menjual kotoran ayam.<br />

Para karyawannya mengemas kotoran ke<br />

dalam karung. Sekali panen Ukanda biasanya<br />

mendapat 800-1000 karung kotoran ayam,<br />

dijual dengan harga Rp 3.500- 4.000 per<br />

karung<br />

Nilai-nilai koperasi, yakni kebersamaan,<br />

kekeluargaan dna kegotongroyongan ia<br />

terapkan juga dalam pengelolaan usahanya.<br />

Setidaknya, tiga orang karyawan bisa<br />

merasakan hal ini. Mereka bergaji Rp 700 ribu<br />

per bulan, ditambah uang saku mingguan<br />

sebesar Rp 25 ribu per orang. Ukanda acap<br />

memberi mereka bonus bila mendapatkan<br />

keuntungan besar. Ia tak segan-segan memberikan<br />

bonus kepada karyawan hingga Rp<br />

1 juta per orang.<br />

Dengan performa bisnisnya yang cukup<br />

bagus, Ukanda berharap dapat meminjam<br />

modal lebih besar untuk mengembangkan<br />

usahanya. Dengan begitu, Ia bisa menampung<br />

tenaga kerja lebih banyak lagi.<br />

52<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


KSP WAHANA ARTA MUKTI<br />

If there is no Lie Betrween us is the<br />

Key to Success<br />

Save Loan Cooperation (KSP) of<br />

Wahana Arta Mukti (WAM) Dawuan<br />

Subang District grows and develops<br />

in Subang Regency, the regency that used<br />

to be known as honey pineapple producer is<br />

worth paying attention to. In 2004, the Government<br />

through Ministry of Cooperation and<br />

UMKM scrolled agribusiness aid fund in the<br />

amount of Rp 1 billion. This save loan was<br />

formerly in the form of Save Loan Unit from<br />

KUD Wahana Arta Mukti. In October 2004,<br />

Save Loan Cooperation (KSP) was born with<br />

legal entity No. 553/BH 10.11/X/2004 dated<br />

5 October 2004.<br />

The applied business pattern was<br />

monthly pattern loan (conventional) and<br />

weekly pattern loan, with loan service in the<br />

amount of 2.5% per month. The term for return<br />

varied between 10 – 18 months. In addition,<br />

nearly 90% of denizens in Dawuan<br />

Subang District depended on agricultural<br />

sector in their daily lives, such as rice,<br />

(kadang), corn, etc. It was this potential that<br />

was considered as quite promising.<br />

The highest loan was stipulated at Rp<br />

20 million, with loan service in the amount of<br />

2.5%. However in practice not all profit went<br />

to KSP petty cash, some was returned to the<br />

customers i.e., in the amount of 0.5%. The<br />

requirements are that such return must be<br />

made in timely manner. This program was<br />

intended to drive the awareness of borrowers<br />

to always return credits in timely maner.<br />

This way was considered as quite successful.<br />

Based on the record, the level of return<br />

at KSP reached up to more than 99%.<br />

Not only in terms of loan, KSP management<br />

is also selective in accepting new members.<br />

To be able to become a member of<br />

KSP the manager applies several requirements,<br />

among others is that the customer<br />

has borrowed at least 3 times. If the return<br />

has been favorable 3 times consecutively,<br />

the customer may apply to become a member.<br />

The amount of loan at this early stage<br />

is not more than Rp 2 million.<br />

Up to now the number of members of<br />

KSP WAM has been 130, and the number<br />

of customers has been 700. They are not<br />

only small traders such as peddlers, but are<br />

also middle scale businessmen.<br />

Business funded by KSP Sahana Arta<br />

Mukti includes agribusiness sector (agriculture,<br />

animal farming, fishery), commerce sector<br />

business (shops, pavement sellers), trading<br />

sector business (hardware store, crops<br />

processors) , and micro small business<br />

(handicraft, furniture).<br />

The high level of money circulation has<br />

made KSP Wahana Arta Mukti’s asset to increase.<br />

Now its total asset reaches Rp 2.198<br />

billion. In providing service to customers,<br />

KSP Wahan Arta Mukti is supported by 14<br />

staff who are high school graduates and 1<br />

university graduate.<br />

Another important thing is the effort of<br />

the administrators and managemewnt in developing<br />

the working mental of their staff<br />

through the internalization of KSP Wahan<br />

Arta Mukti motto: “There is no lie between<br />

us” and “There is no grudge between us.”<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 53


54<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


JAWA TENGAH<br />

Central Java<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 55


Suasana kawasan agropolitan di perdesaan di Kecamatan Grabag, yang terletak di di lereng dan kaki Gunung Merapi<br />

KSP KARYA USAHA DANA GRABAG<br />

Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah<br />

Agribisnis di Antara Lereng Merapi<br />

Ibarat perangko ketemu amplop. Demikian<br />

kisah pengembangan usaha agribisnis/<br />

sektoral yang diupayakan melalui KSP Karya<br />

Usaha Dana Grabag di Kabupaten Magelang.<br />

Betapa tidak. Pemerintah Kabupaten Magelang<br />

sejak 2004 silam telah mengeluarkan kebijakan<br />

pengembangan agropolitan. Artinya, pengembangan<br />

agribisnis di wilayah Kabupaten<br />

Magelang yang terbentang di antara Gunung<br />

Merapi dan Merbabu (seluas 1.085,73 km² atau<br />

setara 9,56% dari Wilayah Propinsi Jawa<br />

Tengah) itu mendapat perhatian serius pemerintah<br />

daerah.<br />

Gayung pun bersambut. Kebijakan tersebut<br />

telah menaikkan antusiasme masyarakat petani<br />

dalam kegiatan budi daya pertanian. Bila<br />

kegiatan budi daya tanaman, ternak, atau<br />

campuran, pada 2003 berjumlah 122.527 orang,<br />

pada tahun 2006, angkanya meningkat menjadi<br />

132.077 orang atau naik sebanyak 7,79%.<br />

Demikian juga pada pengolahan hasil atau<br />

agroindustri telah menghasilkan kesempatan<br />

kerja tahun 2003 sebanyak 23.743 orang. Pada<br />

tahun 2006 jumlahnya meningkat menjadi 26.231<br />

orang atau naik 10,47%.<br />

Tentu saja bukan semata lantaran<br />

kebijakan tersebut bila KSP Karya Usaha Dana<br />

Grabag sukses menjalankan Program Pengem-<br />

56<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


angan Pengusaha Mikro dan Kecil Melalui<br />

Perkuatan Modal <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP)<br />

di Sektor Agribisnis dari Kementerian Negara<br />

<strong>Koperasi</strong> dan Usaha Kecil dan Menengah. Yang<br />

bisa dikatakan adalah bahwa sukses KSP Karya<br />

Usaha Dana Grabag berada dalam arus besar<br />

keberhasilan Kabupaten Magelang dalam<br />

mengembangkan sektor agribisnisnya.<br />

Keberhasilan pengelolaan dana tentu saja<br />

merupakan wilayah yang berbeda dari gambaran<br />

agropolitan secara umum. Yang jelas, kesuksesan<br />

itu merupakan cerminan dari keseriusan dan<br />

kepiawaian para pengurus dan manajemen<br />

Kesuksesan KSP Karya Usaha Dana Grabag<br />

dalam mengelola dana. Hubungan kerja sama<br />

yang harmonis antara koperasi dan Dinas <strong>Koperasi</strong><br />

Dinas <strong>Koperasi</strong>, Perindustrian dan Perdagangan<br />

Kab. Magelang menambah nilai tersendiri.<br />

Harmoni Pengurus dan Anggota<br />

Grabag sebagai wilayah kecamatan—di<br />

lereng dan kaki Gunung Merapi— memang telah<br />

lama dikenal daerah yang memiliki “kultur<br />

berkoperasi” yang baik. KUD Grabag juga<br />

terkenal bukan hanya di seantero Kabupaten<br />

Magelang, tetapi juga Provinsi Jawa Tengah.<br />

Kultur ini menurun juga kepada KSP Karya Usaha<br />

Dana Grabag yang tumbuh–pada awalnya—<br />

sebagai bagian dari KUD Grabag itu.<br />

KSP Karya Usaha Dana Grabag ini<br />

termasuk koperasi sehat. Meski baru berdiri pada<br />

2004, KSP ini langsung menjadi peserta Program<br />

Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil<br />

melalui Bantuan Perkuatan Dana Bergulir bagi<br />

KSP di Sektor Agribisnis pada tahun itu juga,<br />

dengan jumlah perkuatan sebesar Rp 1 miliar.<br />

KSP ini dinilai telah memenuhi persyaratan yang<br />

diwajibkan. Sebagai catatan, sebelum KSP ini<br />

dibentuk KUD Grabag telah melakukan<br />

otonomisasi pengelolaan usaha simpan pinjam<br />

selama lebih dari tiga tahun.<br />

Kini KSP Karya Usaha Dana Grabag telah<br />

membukukan asetnya sekitar Rp Rp<br />

2.255.922.274. Jumlah anggota per 31<br />

Desember 2008 sebanyak 481 orang. Hingga<br />

buku ini disusun, angkanya tentu saja telah<br />

meningkat. Gambaran sekilas tersebut melukiskan<br />

dinamika yang tercipta selama ini.<br />

“Sebagai badan usaha berbasis budaya<br />

kekeluargaan dan kebersamaan, manajemen<br />

KSP Karya Usaha Dana Grabag berusaha selalu<br />

dekat dengan anggota, atau dalam hal ini para<br />

petani, perajin, dan peternak,” tutur Kelik<br />

Murtandiya. “Hubungan kami dengan para tokoh<br />

desa di Grabag cukup akrab dan saling<br />

mengenal satu sama lain,” tambah Kelik.<br />

Benar. Setidaknya Kepala Desa Lebak<br />

mengakui hal ini. “Sebagai kepala desa, saya<br />

memberikan dorongan kepada warga untuk<br />

menjadi atau aktif di KSP Karya Usaha Dana<br />

Grabag. Jadi, kami saling memberikan<br />

rekomendasi, misalnya dalam hal pengajuan<br />

Anggota KSP Dana Grabag memasarkan berbagai komoditas agribisnis di pasar agropolitan Grabag<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 57


Doni Riskiyanto, anggota KSP Dana Grabag membiayai usaha pembuatan aneka kerupuk singkong dari dana pinjaman bergulir<br />

agribisnis/ sektoral sebesar Rp 30 juta, yang dikucurkan dalam beberapa tahap<br />

kredit,” aku Budi Solikin Kepala Desa Lebah,<br />

kecamatan Grabag.<br />

Kedekatan semacam itu menjadi kunci dari<br />

keberhasilan penyaluran sekaligus kontrol<br />

terhadap pemanfaatan dana koperasi. Ciri dari<br />

asas kekeluargaan dan kegotongroyongan<br />

koperasi semacam itu dirasakan seorang<br />

anggota KSP Karya Usaha Dana Grabag, Doni<br />

Riskianto (48 th), warga Dusun Kaligandu,<br />

Grabag. Ia mendapatkan pinjaman koperasi<br />

hingga Rp 30 juta untuk melancarkan usaha<br />

pembuatan aneka krupuk singkong. Ia yang<br />

memiliki keahlian di dalam pengolahan berbagan<br />

baku singkong itu bekerja sama dengan para<br />

petani. Hasil yang diserahkan kepada Doni<br />

berupa bahan setengah jadi untuk kemudian<br />

dibumbui hingga barang jadi (mentah). Berkat<br />

pinjaman dari koperasi, ia bisa membayar<br />

puluhan petani serta mengangsur setelah<br />

produk-produknya terbeli.<br />

Doni tidak mengalami kesulitan lantaran ia<br />

telah memiliki sejumlah pelanggan, seperti dari<br />

Jakarta, Malang, dan Kabupaten Banyumas.<br />

“Kami menerapkan sistem kontan. Pada saat<br />

memesan, saya meminta para pelanggan untuk<br />

mentransfer uang pemesanan, setelah itu<br />

barang dikirim sesuai pesanan yang sudah<br />

dibayar,” ujar Dodi menceritakan mekanisme<br />

bisnisnya.<br />

Kelik sendiri mengaku bangga memiliki<br />

nasabah seperti Doni ini. “Ia adalah prototipe<br />

nasabah yang berani dalam mengambil risiko,<br />

namun jujur dan sportif. Kami tak pernah<br />

terganggu bila, misalnya, terjadi terlambatan<br />

angsuran, sebab alasannya masuk akal. Inilah<br />

salah satu seni berkoperasi. Ada prinsip<br />

fleksibilitas tanpa harus mengorbankan risiko<br />

besar,” kata Kelik.<br />

Bahkan, untuk ukuran nasabah yang<br />

kemampuannya jauh di bawah Doni, KSP tetap<br />

memberikan pelayanan dan kesempatan untuk<br />

meminjam modal. Pengalaman Mardi, 60 tahun,<br />

membuktikan hal itu. Mardi, yang seorang petani<br />

itu, mengajukan pinjaman uang sebesar Rp<br />

700.000. Dana tersebut dipergunakan sebagai<br />

biaya untuk membesarkan seekor sapi Australia<br />

yang ia miliki, seperti yang dilakukan para petani<br />

di lingkungannya. Maklum, untuk membesarkan<br />

sapi membutuhkan waktu beberapa bulan<br />

hingga hewan piaraan tersebut layak dijual ke<br />

pasar. Ia juga mendapatkan tambahan berupa<br />

pupuk dari pengelolaan kotoran piaraannya itu.<br />

58<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Mardi hanya mengambil untung beberapa<br />

persen dari nilai jual seekor sapi (sekitar Rp 4-7<br />

juta). “Saya berani pinjam ke koperasi karena<br />

ada yang bisa saya hasilkan. Saya takut ngutang.<br />

Saya baru bisa kembalikan pinjaman setelah<br />

sapi ini dijual. Karena saya dipercaya, dan saya<br />

bersedia dengan persyaratan yang berlaku, ya<br />

saya mau,” tutur Mardi lugu namun tegas.<br />

Tingkatkan Kinerja<br />

Penyaluran dan hasil Program Pengembangan<br />

Pengusaha Mikro dan Kecil melalui<br />

Bantuan Perkuatan Dana Bergulir bagi KSP di<br />

Sektor Agribisnis yang dilakukan melalui KSP<br />

Karya Usaha Dana Grabag cukup berhasil dan<br />

tepat sasaran. Namun, jajaran manajemen tak<br />

berbangga hati, sebagaimana jajaran dewan<br />

pengurus dan pengawas KSP Karya Usaha<br />

Dana Grabag tak berpangku tangan terhadap<br />

prestasi yang telah mereka raih. Pasalnya,<br />

mereka masih “gelisah” terhadap kurang<br />

optimalnya penggalangan dana dari anggota.<br />

Mereka mengakui, selama ini pemanfaatan<br />

dana yang sampai ke anggota, meskipun sudah<br />

cukup berhasil, masih mengandalkan modal dari<br />

luar. Hal itu mengemuka pada saat Rapat<br />

Anggota Tahunan di akhir 2008 silam. Oleh<br />

karena itu, mari kita upayakan secar bersamasama<br />

peran aktif nyata anggota,” tutur<br />

Sutaryono, ketua Pengawas KSP Karya Usaha<br />

Grabag pada kesempatan hajatan puncak itu.<br />

Kelik Murtandiya mengakui kelemahan<br />

koperasi yang ia pimpin. “Kami masih terus belajar<br />

dari kekurangan-kekurangan itu, meski kami sudah<br />

mencoba berbuat yang terbaik. Kami, misalnya, tak<br />

bosan untuk mengirimkan beberapa karyawan ke<br />

berbagai forum pelatihan peningkatan kompetensi,”<br />

aku Kelik merendah.<br />

“KSP Karya Usaha Dana Grabag di mata kami<br />

sudah cukup bagus. Karyanya nyata dan bisa<br />

dibuktikan di lapangan. Kami berharap ke depan<br />

KSP ini bisa berkinerja lebih baik,” kata Menurut<br />

Anik Indaryanti, Kasi Bina Usaha dan Permodalan<br />

Dinas <strong>Koperasi</strong> Dinas <strong>Koperasi</strong>, Perindustrian dan<br />

Perdagangan Kab. Magelang. “Bukan melulu soal<br />

besarnya aset, tetapi jangan lupa bahwa mengelola<br />

koperasi itu juga membutuhkan semangat. Nah, dari<br />

sisi itulah KSP Karya Usaha Dana Grabag harus<br />

dilihat,” simpul Kelik.<br />

Mardi anggota KSP Dana Grabag dan usaha penggemukan sapi yang ia kelola<br />

KSP Karya Usaha Dana Grabag<br />

Alamat<br />

: Jl. Stadion No 1 Grabag, Kab. Magelang,<br />

Provinsi Jawa Tengah<br />

Berdiri : 1 Maret 1997<br />

Badan Hukum<br />

: No: 227/GH/II/2004, tanggal 22 November<br />

2004<br />

Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004<br />

Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />

Total Aset<br />

: Rp2.255.922.274<br />

Manager<br />

: Kelik Murtandiya Ph<br />

Jumlah Anggota : 327 orang<br />

Jumlah Karyawan : 5 orang<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 59


KSP KARYA USAHA DANA GRABAG<br />

Magelang Regency – Central Java<br />

Agribusiness Between Merapi Slopes<br />

Just like a stamp that meets an enve<br />

lope, this is the story of agribusiness/<br />

sector business development sought<br />

through KSP Karya Usaha Dana Grabag in<br />

Magelang Regency. The government of<br />

Magelang Regency since 2004 has issued a<br />

policy of agropolitan development. It means,<br />

such agribusiness development in Magelang<br />

Regency area stretched between Merapi<br />

and Merbabu Mountains obtains a serious attention<br />

from regional government.<br />

Of course, the government attention is<br />

not the only factor that makes KSP Karya<br />

Usaha Dana Grabag successful in running<br />

Micro and Small Entrepreneurs Development<br />

Through Capital Save Loan Cooperation<br />

(KSP) Strengthening in Agribusiness Sector<br />

from State Ministry of Cooperation and Small<br />

Middle Scale Enterprises. It would be more<br />

precise to say that the success of KSP Karya<br />

Usaha Dana Grabag is in the large wave of<br />

Magelang Regency success in developing its<br />

agribusiness sector. Such success is obviously<br />

the reflection of the seriousness and<br />

expertise of the administrators and management<br />

of KSP Karya Usaha Dana Grabag in<br />

managing fund. There is a harmonious cooperative<br />

relation among Cooperation Services,<br />

Industry and Trading of Magelang Regency.<br />

Magelang has added specific value.<br />

Grabag as a district area – on the slope<br />

of Merapi Mountain – has been known for a<br />

long time as an area that has a good “cooperation<br />

culture.” KUD Grabag is also known<br />

not only throughout Magelang Regency, but<br />

also Central Java Province. This culture also<br />

descended to the staff of KSP Karya Usaha<br />

Dana Grabag who grew–initially— as parts<br />

of such KUD Grabag.<br />

This KSP Karya Usaha Dana Grabag is<br />

quite a healthy cooperation. Even thought it<br />

was not established until 2004, this KSP immediately<br />

became participant of Micro and<br />

Small Entrepreneurs Development Program<br />

through Strengthening Scrolling Fund Aid for<br />

KSP in Agribusiness Sector in the same year,<br />

with strengthening fund in the amount of Rp<br />

1 billion. This KSP is considered as having<br />

met the compulsory requirements. As a note,<br />

before this KSP was established, KUD Grabag<br />

had conducted save loan business management<br />

autonomy for more than three years.<br />

Now KSP Karya Usaha Dana Grabag has<br />

accounted its asset which is around Rp<br />

2,255,922,274. The number of members as<br />

per 31 December 2008 is 481. Until this book<br />

was composed, the number of course has increased.<br />

The brief description provides clear<br />

dynamic that has been created all this time.<br />

“As a business entity with kinship and togetherness<br />

basis, management of KSP Karya<br />

Usaha Dana Grabag always tries to be close<br />

to members, or in this matter farmers, craftsmen,<br />

and animal farmers,” said Kelik<br />

Murtandiya, Chairman of this KSP.<br />

Such closeness becomes the key to success<br />

in distribution and control of cooperation<br />

fund utilization. These characteristics of<br />

kinship and mutual assistance are felt by a<br />

member of KSP Karya Usaha Dana Grabag,<br />

Doni Riskianto (48), a Kaligandu Village denizen,<br />

in Grabag. He obtained cooperation<br />

loan up to Rp 30 million to smoothen his cassava<br />

chips business. Thanks to the loan<br />

from cooperation, he could pay many farmers<br />

and pay his own installment after all his<br />

products are sold.<br />

60<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Pasar agropolitan Grabag, tempat para anggota KSP Karya Usaha Dana Grabag memasarkan hasil tani mereka<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 61


Suasana dialog antara pengurus dan anggota KSP Utama Karya yang sedang mengajukan kredit.<br />

KSP UTAMA KARYA<br />

Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah<br />

Jati Diri Kebersamaan di Bumi Kartini<br />

Jika Anda pergi ke Kabupaten Jepara,<br />

Jawa Tengah, sempatkan pergi ke Jl.<br />

Raya Bakalan No. 21 Kalinyamatan. Anda<br />

akan menjumpai sebuah gedung dua lantai<br />

berarsitektur modern-minimalis. Penampilan<br />

gedung ini bersih, dan tampak menonjol bila<br />

dibanding beberapa bangunan di sekitarnya.<br />

Sekilas, terkesan bahwa bangunan itu milik<br />

perusahaan swasta nasional, atau kantor<br />

perwakilan perusahaan besar swasta. Halaman<br />

samping hingga ke belakang luas, dan terdapat<br />

sebuah toko grosiran ala supermarket.<br />

Ada apa dengan bangunan tersebut<br />

Bangunan tersebut adalah kantor pusat<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) Utama Karya.<br />

Tidak salah bila Anda menyimpulkan bahwa<br />

penampilan bangunan tersebut mewakili<br />

performa koperasi yang berdiri pada 2004 itu.<br />

Kemegahan bangunan tersebut sekaligus<br />

menggambarkan dedikasi para pengurusnya,<br />

dan manajemen KSP Utama Karya, di dalam<br />

mengembangkan usahanya.<br />

Logikanya sederhana, bagaimana mungkin<br />

sebuah koperasi—atau badan usaha apa saja—<br />

mampu membangun gedung perkantoran untuk<br />

aktivitas sehari-hari bila para pengelolanya tidak<br />

memiliki dedikasi untuk maju Motto KSP Utama<br />

Karya: Bersama Membangun Jati Diri, seperti<br />

62<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


telah tertransformasi ke dalam etos kerja para<br />

pengurusnya, puluhan karyawannya, bahkan<br />

para nasabahnya. Kinerja koperasi ini adalah<br />

yang terbaik di Kabupaten Jepara, dan termasuk<br />

bersinar di antara koperasi-koperasi terbaik di<br />

Jawa Tengah.<br />

Sebagai koperasi simpan pinjam, Utama<br />

Karya masih berusia muda. Induknya adalah<br />

<strong>Koperasi</strong> Serba Usaha (KSU) Utama Karya yang<br />

berdiri sejak 1993, yang kini memiliki 7 cabang<br />

yang tersebar di sejumlah kabupaten/ kota di<br />

Jawa Tengah (baca: Cita-Cita Kaum Kaki Lima).<br />

Keberadaan KSP Utama Karya memang<br />

relevan dengan potensi Kabupaten Jepara yang<br />

memiliki banyak jenis usaha agribisnis, seperti<br />

pertanian, kerajinan. Tak heran begitu ada Program<br />

Perkuatan Modal <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam<br />

(KSP) di Sektor Agribisnis, kesempatan itu tidak<br />

disia-siakan.<br />

Namun, kemauan saja tak cukup. Sebab,<br />

bagaimanapun juga dana tersebut adalah uang<br />

negara yang harus dipertanggungjawabkan.<br />

Dinas <strong>Koperasi</strong>, UMKM dan Pengelolaan Pasar<br />

Kabupaten Jepara memiliki peranan besar dalam<br />

menentukan koperasi mana yang berhak dan<br />

dapat dipercaya untuk mengelola pemanfaatan<br />

dana tersebut. Dan, bila pilihan jatuh kepada<br />

KSP Utama Karya, tentu pertimbangannya<br />

adalah kinerja. “KSP Utama Karya memang<br />

salah satu koperasi terbaik yang kami miliki di<br />

sini. Kami percaya, Utama Karya adalah pihak<br />

yang pas menjalankan program perkuatan modal<br />

di bidang agribnisnis-sektoral itu,” kata Sujarot,<br />

Kepala Dinas <strong>Koperasi</strong>, UMKM dan Pengelolaan<br />

Pasar Kabupaten Jepara<br />

Bagi jajaran pengurus KSP Utama Karya<br />

kepercayaan tersebut bukan tanpa konsekuensi.<br />

“Kami menjalankan kepercayaan tersebut<br />

sebagai amanah, dan progam agribisnis-sektoral<br />

itu kebetulan sama dengan misi kami di sini,” tutur<br />

Zaenal Arief, yang merupakan Kepala<br />

Pembukuan KSP Utama Karya tersebut.<br />

Memfasilitasi Agribisnis<br />

Keputusan Dinas <strong>Koperasi</strong> dan Pengelolaan<br />

Pasar itu sangat beralasan, karena KSP Utama<br />

Karya selama ini bekerja secara profesional. Kini<br />

aset <strong>Koperasi</strong> ini secara keseluruhan sekitar Rp<br />

80 miliar.<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Utama Karya<br />

memang terpisah secara otonomi dari <strong>Koperasi</strong><br />

Utama Karya sebagai induk. Sebagai holding,<br />

<strong>Koperasi</strong> Utama Karya bergerak di bidang<br />

perdagangan. Dari sinilah, memang, pergerakan<br />

modal koperasi melejit. Sebagai catatan,<br />

Sutomo, anggota KSP Utama Karya memamerkan hasil kerajinan tenun hasil usaha tenun yang ia kelola<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 63


<strong>Koperasi</strong> Utama Karya kini memiliki Toko Grosir<br />

terbesar di Kabupaten Jepara.<br />

Kembali ke KSP Utama Karya. Penyaluran<br />

dana perkuatan sebesar Rp 1 miliar (diterima<br />

pada tahun 2004) kepada para anggota yang<br />

bergerak di bidang agribisnis dan sektor riil<br />

lainnya bukan hal sulit bagi KSP Utama Karya.<br />

Ya, sebab, mekanisme dan tradisi koperasi telah<br />

terbangun dengan baik.<br />

Salah satu anggota koperasi yang<br />

mendapatkan manfaat dari program di atas<br />

adalah Sutomo, 48 tahun, seorang perajin tenun<br />

di Desa Troso, Kecamatan Pecangakan. Desa<br />

ini memang dikenal sebagai penghasil tenun<br />

sejak 1935. “Saya jelas beruntung bisa dapatkan<br />

modal usaha itu dengan persyaratan yang<br />

memudahkan saya,” aku Sutomo, perajin yang<br />

produknya telah banyak dipasarkan hingga ke<br />

Bali itu.<br />

Pencanggihan Manajemen<br />

Kini, tenaga-tenaga utama di manajemen<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Utama Karya adalah<br />

anak-anak muda. Generasi perintis hanya<br />

berada di jajaran kepengurusan. Hal ini memang<br />

bukan tanpa kesengajaan. “Kami tutwuri<br />

handayani (mendorong dari belakang),” tutur<br />

Ibnu Zaenuri, perintis <strong>Koperasi</strong> Utama Karya,<br />

kalem.<br />

Dan, benar, kepercayaan para senior dalam<br />

mendorong kader-kader koperasi yang muda<br />

telah membuahkan hasil. Paling tidak, pada saat<br />

ini di jajaran manajemen koperasi telah memiliki<br />

seorang manajer yang telah mengantongi<br />

sertifikat kompetensi di bidang manajemen.<br />

Mahali, demikian namanya, kini menjabat<br />

sebagai Manajer KSP Utama Karya. “Kami ingin<br />

mengelola koperasi ini secara profesional.<br />

Teman-teman senantiasa berlomba-lomba untuk<br />

mendapatkan sertifikat yang proses ujiannya<br />

ternyata nggak mudah,” tutur Mahali bangga.<br />

Laporan dari pihak Bank Jateng Cabang<br />

Jepara yang berperan sebagai mitra dari program<br />

perkuatan modal dana bergulir sektor<br />

agribisnis ini menyebutkan bahwa KSP Utama<br />

Karya telah menjalankan kewajibannya dengan<br />

baik dan tidak pernah menunggak.<br />

KSP Utama Karya<br />

Alamat<br />

: Jl. Raya Bakalan No. 21 Kalinyamatan,<br />

Kab. Jepara, Jawa Tengah<br />

Berdiri : 31 Januari 1996<br />

Badan Hukum<br />

: No: 12047a/BH/PAD/KWK-II/1/1996<br />

Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004<br />

Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />

Ketua<br />

: H. Ahmad Zaeni<br />

Usaha tenun kain milik Sutomo, anggota KSP Utama Karya Jepara<br />

64<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Pusat Grosir, salah satu jenis usaha milik KSU Utama Karya Jepara<br />

Cita-Cita Kaum Kaki Lima<br />

Awalnya, pada 1993, sekitar 6 orang pedagang berinisiatif mendirikan sebuah<br />

paguyuban untuk menghimpun para pedagang kaki lima (PKL) di Kabupaten<br />

Jepara. Gagasan tersebut segera menyebar di kalangan PKL. Pada tahap<br />

pertama berkumpul 35 orang. Mereka bersepakat untuk membangun membangun<br />

ekonomi bersama melalui sebuah koperasi.<br />

Sejumlah pionir, di antaranya Ibnu Zaenuri, lantas melobi Dinas <strong>Koperasi</strong> setempat.<br />

Maka, di tahun 1993 juga keinginan bersama itu terwujud. Kebetulan, Ibnu Zaenuri<br />

dan beberapa kawannya pernah mengelola sebuah koperasi. Maka, rapat anggota<br />

pun terselenggara, dan lahirlah <strong>Koperasi</strong> Utama Karya.<br />

Berkat keuletan para pengurusnya, kini <strong>Koperasi</strong> Utama Karya telah memiliki 7<br />

cabang di berbagai kota di sekitar Jepara, seperti di Pati, bahkan hingga ke arah<br />

barat Banjarnegara.<br />

Kini, total aset <strong>Koperasi</strong> Utama Karya mencapai Rp 80 miliar. Itu melingkupi semua<br />

jenis usaha yang ada, termasuk KSU Utama Karya yang kini mengelola Pusat<br />

Perbelanjaan Grosir yang tidak pernah sepi pembeli itu. Omset per hari mencapai<br />

puluhan juta rupiah. Demikian bila kebersamaan dibangun, jati diri pun terlahir, seperti<br />

motto <strong>Koperasi</strong> Utama Karya, “Maju Bersama Membangun Jati Diri”.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 65


KSP UTAMA KARYA<br />

Jepara, Central Java<br />

Togetherness Identity on<br />

the Earth of Kartini<br />

If you go to Jepara Regency, Central Java,<br />

stop by at Jl. Raya Bakalan No. 21<br />

Kalinyamatan. You will meet a two-storey<br />

building with modern-minimalist architectural<br />

design. This building looks clean and more<br />

prominent compared to the surrounding buildings.<br />

At a glance, there is an impression that<br />

such building belongs to national private company,<br />

or it is a private large company representative<br />

office. On the side yard up to backyard,<br />

there is a grocery store just like a supermarket.<br />

Such building is the head office of Save<br />

Loan Cooperation (KSP) of Utama Karya. It<br />

wouldn’t be incorrect if we concluded that the<br />

building appearance represents the performance<br />

of the cooperation that was established<br />

in 2004. The greatness of such building<br />

is at the same describes the dedication<br />

of the administrators and management of<br />

KSP Utama Karya, in developing their business.<br />

Performance of this cooperation is the<br />

best in Central Java.<br />

As a save loan cooperation, Utama Karya<br />

is still young. Its chief is Various Business Cooperation<br />

(KSU) of Utama Karya that was established<br />

in 1993, which now owns 7 branches,<br />

scattered in a number of regencies/cities in<br />

Central Java.<br />

The presence of KSP Utama Karya is<br />

indeed relevant with Jepara Regency potential<br />

that has many types of agribusiness business,<br />

such as agriculture and handicraft. No<br />

wonder when an opportunity such as Capital<br />

Strengthening Program for Save Loan Cooperation<br />

(KSP) in Agribusiness came, it did<br />

not go to waste. Cooperation, Small Middle<br />

Scale Enterprises and Jepara have a large<br />

role in determining which cooperation is en-<br />

titled and can be trusted to manage such fund<br />

utilization. Such decision of Cooperation Service<br />

and Market Management is reasonable<br />

since KSP Utama Karya has worked professionally.<br />

Now this Cooperation asset in total<br />

is around Rp 80 billion.<br />

Save Loan Cooperation of Utama Karya<br />

is separate in terms of autonomy from Utama<br />

Karya Cooperation as the chief. As a holding<br />

company, Utama Karya Cooperation is engaged<br />

in trading. From here, indeed, cooperation<br />

capital movement rocketed. As a<br />

record, Utama Karya Cooperation now owns<br />

the Largest Grocery Store in Jepara Regency.<br />

Going back to KSP Utama Karya, the distribution<br />

of strengthening fund in the amount<br />

of Rp 1 billion (received in 2004) to members<br />

who are engaged in agribusiness and any<br />

other real sectors was not a difficult matter<br />

for KSP Utama Karya.<br />

One of cooperation members who obtain<br />

benefit from the above program is<br />

Sutomo, 48 year, a weaving craftsman in<br />

Troso Village, Pecangakan District. This village<br />

is indeed has been famous for its weaving<br />

products since 1935. “I am obviously very<br />

lucky to be able to obtain such business capital<br />

with requirements that facilitate me,” admit<br />

Sutomo, the craftsman whose products<br />

have been marketed up to Bali.<br />

Now, principal powers in Utama Karya<br />

Save Loan Cooperation management are<br />

youngsters. Pioneer generation is only at administrator<br />

array. Reports from Jateng Bank<br />

Jepara Branch who acts as a partner in this<br />

agribusiness scrolling fund capital strengthening<br />

program say that KSP Utama Karya has<br />

fulfilled its obligation well and it is never in<br />

arrears.<br />

66<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Kantor KSP Utama Karya<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 67


Kantor KSP Bina Ummat <strong>Sejahtera</strong>, Rembang<br />

KOPERASI SIMPAN PINJAM<br />

BINA UMMAT SEJAHTERA (BUS)<br />

Lasem, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah<br />

Tangan-tangan Dingin di Ujung<br />

Timur Pantura<br />

Kening Haji Saleh berkerut ketika<br />

menghadapi jalan buntu untuk<br />

mendapatkan dana secara cepat bagi<br />

sekitar 40 hektar lahan tebu miliknya dan<br />

sembilan petani di kelompoknya. Petani pada<br />

umumnya tidak bankable. Ia sadar betul soal ini,<br />

dan proses mengurus kredit di bank pun tak<br />

mudah.<br />

Namun, guratan-guratan di dahinya segera<br />

berubah ketika telepon genggamnya berdering.<br />

“Alhammdulillah, pengajuan pinjaman saya dan<br />

teman-teman disetujui,” ucap Saleh usai<br />

membaca sebuah pesan pendek dari seorang<br />

petugas koperasi simpan pinjam yang dikelola<br />

dengan sistem Syariah: <strong>Koperasi</strong> Jasa<br />

Keuangan Syariah (KJKS) Bina Umat <strong>Sejahtera</strong><br />

(BUS) Lasem atau juga dikenal sebagai <strong>Koperasi</strong><br />

Simpan Pinjam (KSP) Bina Umat <strong>Sejahtera</strong>.<br />

“Pinjaman seperti ini sungguh sangat<br />

membantu kami. Kesulitan kami terutama untuk<br />

membeli pupuk. Saya dan teman-teman kan baru<br />

panen setelah menunggu 11 bulan. Panen<br />

pertama itu baru untuk menutupi ongkos<br />

produksi. Jadi, kalau dihitung-hitung, selama<br />

masa itu kami makan apa” ucap Haji Saleh.<br />

Kenangan itu terjadi pada tahun 2005.<br />

68<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Beberapa bulan sebelumnya, ia dan temanteman<br />

memang telah mendengar tentang adanya<br />

dana pinjaman Rp 1 miliar dari Kementerian<br />

<strong>Koperasi</strong> dan Usaha Kecil dan Menengah yang<br />

akan diterima KJKS BUS Lasem untuk<br />

pengembangan usaha agribisnis/ sektoral. Saleh<br />

dan kawan-kawan sendiri telah lama menjadi<br />

anggota koperasi tersebut. Mereka merasa<br />

cocok karena sistem diterapkan KJKS BUS itu<br />

menggunakan sistem syariah.<br />

Sistem Bagi Hasil<br />

Hatta, maka kelompok tani yang ia pimpin<br />

mendapat pinjaman sebesar Rp 150 juta. Jika<br />

dirata-rata, setiap orang mendapat pinjaman<br />

sebesar Rp 15 juta. Hitung-hitungannya<br />

sederhana. Sepuluh orang dalam kelompok<br />

petani tebu itu paling tidak harus membeli 30<br />

sampai 40 ton pupuk. Belum lagi untuk ongkos<br />

pengelolaan lahan, seperti membalikkan tanah<br />

(dangir) dan membikin tangkep (gundukan tanah<br />

memanjang untuk ditanamani tebu).<br />

Selain untuk pupuk, para petani tebu juga<br />

harus mengeluarkan biaya tebang dan angkut<br />

Rp 3.000.000, dan biaya giling Rp 1.300.000.<br />

Rata-rata, per satu ha lahan menghasilkan 60<br />

ton batang tebu. Jika direkapitulasi, biaya tanam<br />

tebu pada saat ini sekitar Rp 4.500.000 per<br />

hektar per musim tanam (11 bulan) dengan<br />

perhitungan jangka waktu hanya tiga kali panen.<br />

Dengan rendemen 7,5% dan harga gula Rp<br />

3.000 per kg, maka total biaya yang harus<br />

ditanggung petani sekitar Rp 5.280.000.<br />

Pendapatan petani sekitar Rp 3.810.000 per<br />

hektar.<br />

Berdasarkan hitung-hitungan seperti itu,<br />

maka antara anggota dan KSP BUS lalu<br />

membuat akad kredit. Mereka bersepakat untuk<br />

memberikan keuntungan kepada <strong>Koperasi</strong><br />

setara dengan nilai 2%. “Anggota kami di sini<br />

sudah akrab dengan akad kredit seperti ini,” tutur<br />

Martono, Manajer Kredit KSP BUS Lasem.<br />

Nilai pinjaman tersebut memang atas nama<br />

kelompok. Namun, pemanfaatan dana tersebut<br />

dibagi sesuai kebutuhan masing-masing<br />

anggota. “Kelebihan dari sistem kelompok ini<br />

adalah pertanggungjawaban terhadap kami lebih<br />

terjamin. Sebab, masing-masing pemanfaat<br />

pinjaman akan menjadi tanggung jawba bersama<br />

kelompok. Dan, berdasarkan pengalaman<br />

selama ini cukup efektif,” tutur Martono<br />

menambahkan.<br />

Anggota kelompok petani tebu tak lagi<br />

menjual kepada pabrik gula dalam bentuk<br />

batang tebu, melainkan kepada anggota lain<br />

dalam satu kelompok yang memiliki mesin<br />

produksi gula. Gula tebu ini, selain bisa langsung<br />

Pabrik gula tebu milik salah satu anggota KSP BUS Lasem<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 69


Batik Lasem, karya anggota koperasi KSP BUS Lasem<br />

dijual ke pasar, juga dibeli perusahaan pembuat<br />

kecap. Bahkan, Haji Saleh memproduksi kecap<br />

dari bahan dasar gula tebu itu untuk memenuhi<br />

pasar di Kabupaten Rembang dan sekitarnya.<br />

“Jadi, keuntungan tidak pergi ke mana-mana,”<br />

kata Haji Saleh.<br />

Menjadi Mitra Usaha Kecil-Menengah<br />

KSP BUS Lasem memang memiliki<br />

kepedulian cukup tinggi dalam menumbuhkan<br />

sektor agrobisnis/ sektoral. KSP BUS Lasem juga<br />

tidak mengalami kesulitan dalam menyalurkan<br />

dana agribisnis/ sektoral ini. Di Lasem pada<br />

khususnya, dan Rembang pada umumnya,<br />

terdapat sejumlah anggota yang telah bergerak<br />

di bidang yang dimaksud.<br />

Selain disalurkan kepada petani tebu, KSP<br />

juga menawarkan pemanfaatan dana Rp 1 miliar<br />

tersebut kepada sejumlah penggiat agri-industri.<br />

Seperti pada kisah petani tebu, perajin terasi<br />

biasanya membutuhkan modal untuk membeli<br />

bahan baku berupa udang kering dan ongkos<br />

produksi. Joyo Kasmita (50), misalnya, bisa<br />

menghabiskan 7 kwintal udang kering dalam<br />

satu pekan. Industri rumahan ini memiliki 7<br />

karyawan yang dibayar dengan sistem borongan.<br />

Pada umumnya, para perajin yang telah memiliki<br />

pelanggan itu tidak mengalami kesulitan untuk<br />

mengembalikan pinjaman mereka.<br />

Demikian juga pengalaman anggota<br />

<strong>Koperasi</strong>, Nurhidayah, seorang pengelola usaha<br />

batik tulis Lasem. Ia bahkan mempekerjakan 30<br />

pembatik. “Saya membayar karyawan berdasarkan<br />

hasil pekerjaan per potong. Mereka<br />

membawa kain dan semua kelengkapan dari sini<br />

untuk kemudian mengolahnya sesuai desain dari<br />

saya. Jika desainnya rumit, kami akan<br />

membayar lebih mahal ketimbang batik yang<br />

modelnya biasa,” tutur Nurhidayah, pengusaha<br />

kecil/ perajin batik di Desa Ngemplak, Lasem.<br />

Manajemen Solid dan Inovatif<br />

Faktor penting keberhasilan KSP BUS<br />

dalam mengelola dana koperasi adalah manajemen<br />

yang solid. Pengelolaannya bertangan<br />

dingin. Ini bisa dimengerti bila melihat usia<br />

koperasi yang hampir dua puluh tahun sukses<br />

mengelola dana masyarakat dengan sistem<br />

syariah (Bank Muamalat Takaful-BMT).<br />

Peningkatan kemampuan sumber daya<br />

manusia memang menjadi prioritas di koperasi<br />

ini. Secara berkala, para manajer dan staf<br />

mendapat berbagai training. Bahkan BMT BUS<br />

70<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Terasi udang, salah satu produk usaha anggota KSP BUS Lasem<br />

sendiri juga membuka jasa konsultasi-pelatihan<br />

pengelolaan lembaga keuangan nonbank secara<br />

modern. Beberapa telah bersertifikat.<br />

“Di kami, secara bergiliran, setingkat kasi<br />

dan manajer diberikan kesempatan untuk<br />

meningkatkan kapasitas atau kompetensi, yakni<br />

dengan disekolahkan. Kita dapat fasilitas<br />

beasiswa, katakan begitu, 50% biaya kuliah dari<br />

<strong>Koperasi</strong>,” kata Martono.<br />

Selain manajemen, KSP juga senantiasa<br />

memberikan pelayanan terbaik kepada anggota.<br />

Salah satu inovasi yang langka bagi sebuah<br />

koperasi adalah penyediaan anjungan tunai<br />

mandiri (ATM). Bahkan, <strong>Koperasi</strong> sudah memiliki<br />

ATM sendiri, satu unit. Pelayanan ini sudah setara<br />

dengan lembaga perbankan di tingkat unit atau<br />

kantor cabang pembantu.<br />

Kinerja yang baik lantaran didukung sumber<br />

daya berkemampuan memadai telah mengantarkan<br />

<strong>Koperasi</strong> ini sebagai salah satu koperasi<br />

terbaik di Jawa Tengah, bahkan mungkin di Indonesia.<br />

Bagaimana dengan cicilan pinjaman Rp 1<br />

miliar untuk agribisnis “Alhamdulillah, lancar,”<br />

kata Martono. Kalau ada lagi, kami tak kesulitan<br />

menyalurkan dana tersebut,” tutur Martono<br />

menantang setengah bercanda.<br />

KSP Bina Ummat <strong>Sejahtera</strong><br />

Alamat<br />

Berdiri : Tahun 1996<br />

Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004<br />

Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />

Ketua<br />

Jumlah Karyawan<br />

: Jl Raya No. 1 Lasem, Kab. Rembang,<br />

Provinsi Jawa Tengah<br />

: H. Abdullah Yazid<br />

: 200 orang<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 71


PROSPEROUS BUSINESS DEVELOPMENT SAVE<br />

LOAN COOPERATION<br />

Lasem, Rembang, Central Java<br />

Cold Hands at the East Tip of<br />

Pantura<br />

Haji Saleh frowned when he faced a<br />

dead end to obtain fund quickly for<br />

around 40 hectares of sugar cane<br />

land of his and nine farmers of his group.<br />

Generally farmers are not bankable. He was<br />

fully aware of this fact, and the process of<br />

credit administration at the bank is not an easy<br />

matter either. However, the facial wrinkles of<br />

his forehead soon changed when his cellular<br />

phone rang. “Thank God, the load submission<br />

from me and my friends is approved, “<br />

said Saleh after reading a short message from<br />

an official of save loan cooperation managed<br />

using Sharia system: Sharia Financial Service<br />

Cooperation (KJKS) Prosperous Community<br />

Development (BUS) of Lasem or also known<br />

as Save Loan Cooperation (KSP) of Bina<br />

Umat <strong>Sejahtera</strong>.<br />

In its operation, KSP BUS Lasem applies<br />

farmer group system. One group may obtain<br />

loan in the amount of Rp 150 million. In average,<br />

each person obtains loan in the amount<br />

of Rp 15 million. Farmers group and KSP BUS<br />

then draw up a credit contract. They agreed<br />

to provide profit for the Cooperation which is<br />

equivalent to 2% value.<br />

Such loan value was indeed on behalf<br />

of the group. However, such fund utilization<br />

was distributed in accordance with each<br />

member’s needs. “The advantage of this group<br />

system is that the accountability towards us<br />

is more secured, since each loan utilization<br />

will be the joint responsibility of the group. In<br />

addition, it is based on the effective experience<br />

that we have had,” said Martono.<br />

Sugar cane farmers group members no<br />

longer sell to the sugar factory in the form of<br />

sugar cane, instead they sell their crops to<br />

other members in one group who have sugar<br />

producer machines. This sugar cane, in addition<br />

to be able to be sold directly at the market,<br />

it may also be bought by soy bean sauce<br />

manufacturer companies.<br />

Becoming Small-Middle Scale Business Partner<br />

KSP BUS Lasem indeed has high level<br />

of care in growing agribusiness /sector. KSP<br />

BUS Lasem also does not experience difficulties<br />

in distributing this agribusiness/sector<br />

fund. Particularly in Lasem, and generally in<br />

Rembang, there are members who have engaged<br />

in the concerned field. In addition to<br />

distributing to sugar cane farmers, KSP also<br />

offers fund utilization of such Rp 1 billion to a<br />

number of agribusiness-industry activators.<br />

The important factor of KSP BUS success<br />

in managing its cooperation fund is its solid<br />

management. The managers have cold hands.<br />

This could be understood considering the age<br />

of the cooperation which has nearly twenty<br />

years managed community fund using sharia<br />

system (Bank Muamalat Takaful-BMT).<br />

The favorable performance due to the<br />

support of appropriate resources has delivered<br />

this Cooperation as one of the best cooperations<br />

in Central Java, possibly even in<br />

Indonesia. What about the installment of Rp<br />

1 billion for agribusiness “Thank God it has<br />

gone well,” said Martono. If there is another<br />

fund granted, we will not face any difficulty in<br />

distributing such fund,” challenged Martono<br />

jokingly.<br />

72<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Aktivitas produksi batik pada sebuah worksop yang dikelola oleh anggota KSP BUS Lasem<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 73


74<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


JAWA TIMUR<br />

East Java<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 75


Kantor KSP Lestari Mandiri, Kota Malang, Jawa Timur<br />

KSP LESTARI MANDIRI<br />

Kota Malang, Provinsi Jawa Timur<br />

Sukses dengan Sistem<br />

Tanggung Renteng<br />

Rasanya tidak berlebihan jika Yudi<br />

Pujianto punya rasa fanatisme yang<br />

besar terhadap eksistensi <strong>Koperasi</strong><br />

Simpan Pinjam (KSP) Lestari Mandiri. Ketika<br />

usaha penggilingan padi yang ia kelola perlu<br />

pengembangan modal, ia meminjam modal dari<br />

koperasi. Ketika itu tahun 2000, ia meminjam<br />

sejumlah dana dari Usaha Simpan Pinjam (USP)<br />

Lestari Mandiri. Dan, ketika usahanya sempat<br />

mengalami gonjang-ganjing karena ditipu mitra<br />

kerja pada tahun 2008, lagi-lagi ia mendapatkan<br />

pinjaman dari KSP Lestari Mandiri, yang dulu<br />

bernama USP Lestari Mandiri. Usaha yang ia<br />

kelola pun selamat dari kebangkrutan. “”Di saat<br />

aku jatuh, hanya koperasi yang setia<br />

membantuku,” ungkap Yudi Pujianto, pemilik<br />

usaha penggilingan gabah (selep) di kawasan<br />

Singosari, Kabupaten Malang. Yudi Pujianto<br />

merupakan salah satu contoh warga masyarakat<br />

di Kabupaten Malang yang taraf hidupnya<br />

terangkat setelah bersinergi dengan koperasi,<br />

dalam hal ini KSP Lestari Mandiri.<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Lestari Mandiri<br />

merupakan salah satu koperasi peserta Program<br />

Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil<br />

melalui Perkuatan Modal KSP di sektor<br />

Agribisnis. Pada tahun 2003, koperasi ini<br />

menerima pinjaman dana bergulir dari Pe-<br />

76<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Suasana kantor pelayanan KSP Lestari Mandiri<br />

merintah melalui Kementerian Negara <strong>Koperasi</strong><br />

dan UKM sebesar Rp 1 miliar. <strong>Koperasi</strong> simpan<br />

pinjam ini merupakan reinkarnasi dari Unit<br />

Simpan Pinjam (USP) <strong>Koperasi</strong> Citra Lestari<br />

Mandiri. Pada tahun 2004, berdasarkan SK<br />

Bupati Malang nomor SK 180/ 863/ KOP/KEP/<br />

421.012/2004 tanggal 11 November 2004, USP<br />

Lestari Mandiri berubah status menjadi KSP<br />

Lestari Mandiri. Perubahan ini merupakan<br />

amanat dari Keputusan Menteri Negara <strong>Koperasi</strong><br />

dan UKM No. 143.1/Kep/M.KUKM/XI/2003, yang<br />

salah satu pasalnya menyebutkan bahwa USP<br />

<strong>Koperasi</strong> penerima dana perkuatan bersedia<br />

mengubah badan hukumnya menjadi <strong>Koperasi</strong><br />

Simpan Pinjam.<br />

Menurut Ketua KSP Lestari Mandiri,<br />

Khulsum Hidayati, dari pinjaman dana bergulir<br />

senilai Rp 1 miliar itu, hingga saat ini jumlah<br />

pengembalian yang telah dilakukan oleh KSP<br />

Lestari Mandiri sudah mencapai Rp 500 juta.<br />

“Kami melakukan pengangsuran bunga setiap<br />

bulan, sedangkan angsuran simpanan pokok<br />

kami lakukan pada setiap tahun,” ungkap<br />

perempuan sarjana ekonomi ini. Jika diukur dari<br />

profil keuangan KSP ini siapapun akan sepakat<br />

untuk menyatakan bahwa KSP Lestari Mandiri<br />

adalah koperasi berkinerja bagus. Dengan<br />

jumlah anggota sudah mencapai 4.268 orang,<br />

kemudian aset mencapai Rp 7,2 miliar,<br />

perputaran simpan pinjam pada KSP ini<br />

mencapai Rp 10,8 miliar pada tahun 2008 lalu.<br />

Tidak hanya membiayai permodalan bagi usaha<br />

anggotanya di sektor agribisnis, KSP ini juga<br />

membiayai permodalan di sektor jasa, seperti<br />

jasa katering, salon, dan percetakan.<br />

Masih menurut Khulsum Hidayati, salah satu<br />

kunci keberhasilan para pengurus dalam<br />

mengelola KSP ini adalah penerapan sistem<br />

tanggung renteng. “Sistem tanggung renteng<br />

sebagai tujung tombak keberhasilan kami, sistem<br />

itu berhasil menekan pinjaman yang macet,” jelas<br />

Khulsum Hidayati. Dalam sistem itu, koperasi<br />

tidak memberikan pinjaman secara perorangan,<br />

melainkan secara kelompok. Satu kelompok<br />

terdiri dari 15 hingga 30 orang anggota koperasi.<br />

Dengan cara ini, setiap anggota KSP Lestari<br />

Mandiri otomatis menjadi anggota kelompok<br />

tanggung renteng.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 77


Dengan cara ini maka jika ada anggota<br />

yang kesulitan melakukan pengangsuran<br />

pinjaman maka anggota lain dalam satu<br />

kelompok ikut menanggung resiko. Dengan<br />

demikian potensi pinjaman macet bisa ditekan.<br />

Kelebihan lain, pengurus koperasi pun lebih<br />

mudah melakukan pembinaan terhadap anggota<br />

koperasi yang tergabung dalam 267 kelompok<br />

itu. “Lebih mudah mengatur jadwal kunjungan<br />

ke 267 kelompok ketimbang ke empat ribuan<br />

anggota,” ujar Khulsum Hidayati. Mekanisme<br />

tanggung renteng ini oleh para pengurus dan<br />

anggota KSP dianggap sangat ‘Indonesia’.<br />

“Kebersamaan, kegotongroyongan, dan kekeluargaan<br />

adalah semangat dari tanggung<br />

renteng,” ungkap Julia Maris Herdiyanti, salah<br />

seorang anggota KSP Lestari Mandiri, yang<br />

memiliki usaha konsultan jasa pesta pernikahan<br />

(wedding consultant) itu.<br />

Setiap kelompok memiliki jadwal rutin<br />

pertemuan bulanan. Selain untuk saling bertukar<br />

informasi, para anggota biasanya melakukan<br />

penyetoran angsuran pinjaman, pada forum<br />

bulanan itu. Hasil setoran angsuran yang<br />

terkumpul itu kemudian dibawa oleh perwakilan<br />

kelompok untuk disetorkan ke kantor KSP Lestari<br />

Mandiri. Cara seperti ini merupakan konsekwensi<br />

dari sistem pinjaman yang disalurkan melalui<br />

kelompok, meskipun pinjaman itu dialokasikan<br />

untuk anggota tertentu. Besar pinjaman<br />

permodalan yang diberikan melalui kelompok itu<br />

maksimal Rp 8 juta per anggota dengan jangka<br />

waktu pengembalian selama 24 bulan. Bagi<br />

anggota yang memerlukan jumlah pinjaman lebih<br />

dari ketentuan itu maka KSP mensyaratkan<br />

jaminan baginya. Sebagai catatan, besar bunga<br />

pinjaman ditetapkan maksimal 2%.<br />

***<br />

Saat ini keluarga besar KSP Lestari Mandiri<br />

mulai bisa menikmati hasil kebersamaan mereka<br />

mengelola koperasi. Tak hanya para pengurus,<br />

para anggota koperasi pun ikut menikmati hasil<br />

kerja keras mereka. Salah satu bentuk kerja<br />

keras itu di antaranya bangunan dua lantai<br />

seluas 400 m² yang kini menjadi Kantor KSP<br />

Lestari Mandiri. Bangunan itu dibeli dari hasil<br />

Mekanisme tanggung renteng oleh para pengurus dan anggota KSP dianggap sangat ‘Indonesia’.<br />

78<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Contoh-contoh kartu undangan produk wedding consultant yang dikelola Julia Maris Herdiyanti, anggota KSP Lestari Mandiri<br />

urunan (patungan) anggota selama 18 bulan.<br />

“Dari urunan yang hanya Rp 2.000 per orang<br />

per bulan, akhirnya kami bisa membangun<br />

sebuah kantor yang layak,” kata Khulsum<br />

Hidayati seraya tersenyum.<br />

Namun, kesuksesan itu tak lantas menyilaukan<br />

para pengurus dan anggota KSP Lestari<br />

Mandiri. Apalagi, tingkat kompetisi antarkoperasi<br />

di Malang cukup tinggi. Kehadiran bank-bank<br />

perkreditan rakyat, yang menjanjikan bunga<br />

rendah, juga menjadi tantangan tersendiri.<br />

“Yang jelas, kami bekerja keras untuk melayani<br />

anggota dengan pelayanan seoptimal mungkin,”<br />

ungkap Khulsum. Bahkan, KSP Lestari Mandiri<br />

terus berusaha menambah jumlah anggota<br />

dengan menerapkan cara member get member,<br />

yang artinya anggota merekrut anggota baru.<br />

Cara itu ditempuh untuk melebarkan sayap<br />

pelayanan KSP Lestari Mandiri di antara derap<br />

kompetisi 600-an koperasi di seantero Malang.<br />

Bagaimana kelanjutan cerita KSP Lestari Mandiri<br />

kelak, jawabannya ada pada seluruh pemangku<br />

kepentingan KSP Lestari Mandiri.<br />

KSP Lestari Mandiri<br />

Alamat<br />

: Jl. Dr. Cipto No.24 Kec. Lawang<br />

Kab. Malang, Provinsi Jawa Timur<br />

Berdiri : 31 Juli 1999<br />

Badan Hukum<br />

: 180/863/KUP/KEP/421.012/2004<br />

Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2003<br />

Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />

Ketua<br />

: Khulsum Hidayati, SE<br />

Jumlah Anggota : 4.268 orang<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 79


Yudi Pujianto anggota KSP Lestari Mandiri, pemilik usaha penggilingan padi<br />

Bangkit Bersama <strong>Koperasi</strong><br />

Seperti tulisan pembuka pada profil sukses KSP Lestari Mandiri, Yudi Pujianto<br />

adalah salah satu anggota yang telah menjadikan KSP Lestari Mandiri<br />

sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kisah hidupnya. Betapa tidak,<br />

usaha penggilingan gabahnya bisa maju seiring dengan perkuatan modal yang ia<br />

terima dari KSP Lestari Mandiri. Bahkan, ketika ia rugi hingga Rp 1 miliar karena<br />

ditipu mitra bisnisnya, KSP Lestari Mandiri kembali hadir sebagai ‘dewa penyelamat’.<br />

Usaha selep atau penggilingan gabah yang ia kelola kini telah mempekerjakan 12<br />

orang dengan produksi rata-rata sebesar 8 ton per hari.<br />

Puji pun bercerita tentang masa-masa sulit yang pernah dihadapinya ketika ia<br />

harus menghadapi jurang kebangkrutan akibat penipuan yang dilakukan mitra<br />

bisnisnya. “Uang habis, saya tak mampu membeli gabah. Orang pun tidak berani<br />

menjual gabahnya kepada saya karena takut tak dibayar,” kenang Puji. Yang<br />

membuat bebannya semakin berat, ketika itu tak satu pihak pun yang mau<br />

membantunya hingga akhirnya sebuah telpon datang dari kantor KSP Lestari Mandiri.<br />

“Saya ingat betul, waktu itu Ibu Khulsum menelpon saya menawarkan bantuan,”<br />

lanjut Puji. Kini, usaha selep yang ia kelola pun kembali eksis. Dalam sebulan ia<br />

bisa menghasilkan laba kotor hingga Rp 50 juta perbulan.<br />

80<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


KSP Lestari Mandiri<br />

Malang, East Java<br />

Success with Joint<br />

Responsibility System<br />

It wouldn’t be exaggerating if Yudi Pujianto<br />

had the feeling of huge fanaticism towards<br />

the presence of Save Loan Cooperation<br />

(KSP) of Lestari Mandiri. When rice mill that<br />

he managed needed capital development,<br />

he borrowed capital from cooperation. At the<br />

time it was 2000, he borrowed fund from<br />

Save Loan Business (USP) of Lestari<br />

Mandiri. When his business went through ups<br />

and downs since he was deceived by his<br />

business partner in 2008, again he obtained<br />

loan from KSP Lestari Mandiri, which used<br />

to be known as USP Lestari Mandiri. The<br />

business that he managed was saved from<br />

bankruptcy. “When I fell, only cooperation<br />

that was there to help me,” said Yudi<br />

Pujianto, business owner of rice mill, whose<br />

life standard was lifted after synergizing with<br />

cooperation, in this matter KSP Lestari<br />

Mandiri.<br />

Lestari Mandiri Save Loan Cooperation<br />

is one of cooperations participating in Micro<br />

and Small Entrepreneur Development Program<br />

through KSP Capital Strengthening in<br />

Agribusiness sector. This save loan cooperation<br />

is the reincarnation of Save Loan Unit<br />

(USP) of Citra Lestari Mandiri Cooperation.<br />

In 2003, this cooperation received scrolling<br />

fund from the Government through State<br />

Ministry of Cooperation and Small Middle<br />

Scale Enterprises in the amount of Rp 1 billion.<br />

According to Chairman of KSP Lestari<br />

Mandiri, Khulsum Hidayati, from such scrolling<br />

fund loan in the amount or Rp 1 billion,<br />

up to now the amount of return that has been<br />

paid by KSP Lestari Mandiri has reached Rp<br />

500 million. With number of members of up<br />

to 4,268, then the asset reached Rp 7.2 bil-<br />

lion, the circulation of save loan in this KSP<br />

reached Rp 10.8 billion last year (2008).<br />

Still according to Khulsum Hidayati,<br />

one of the keys to the success of administrators<br />

in managing this KSP is the application<br />

of joint responsibility system. “Joint responsibility<br />

system as the tip of the spear of<br />

our success has been successful also in<br />

terms of pressing the non performing loan,”<br />

described Khulsum Hidayati. In such system,<br />

the cooperation does not provide individual<br />

loan, instead it is provided for groups. One<br />

group consists of 15 up to 30 cooperation<br />

members. This way each member of KSP<br />

Lestari Mandiri automatically becomes a<br />

member of joint responsibility.<br />

With this method if there is a member<br />

who faces difficulties in paying the loan installment,<br />

other members within the group<br />

will also bare the risk. Therefore the potential<br />

non performing loan can be pressed.<br />

Another advantage, cooperation administrators<br />

will find it easier to develop cooperation<br />

members who are united in such 267 groups.<br />

Each group has a regular schedule of<br />

monthly meeting. In addition to exchanging<br />

information, members usually make loan installment<br />

deposit in such monthly forum. The<br />

collected installment deposit is then carried<br />

by group representatives to be deposited to<br />

KSP Lestari Mandiri.<br />

The amount of capital provided through<br />

such groups is at a maximum of RP 8 million<br />

per member with the term of 24 months. For<br />

members who need more than the stipulated<br />

amount of loan, KSP will require security for<br />

them. As a note, the amount of loan interest<br />

is stipulated at a maximum of 2%.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 81


82<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


NUSA TENGGARA BARAT<br />

West Nusa Tenggara<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 83


Petani tembakau anggota KSP Karya Mandiri ketika hasil panen tembakau yang sudah siap untuk dikeringkan<br />

KSP KARYA MANDIRI<br />

Kec. Jerowaru, Kab. Lombok Timur<br />

Nusa Tenggara Barat<br />

Maju Bersama Petani Tembakau<br />

dan Rumput Laut<br />

Komoditas rumput laut tak hanya sedang<br />

naik daun. Harga rumput laut yang sejak<br />

beberapa terakhir ini terus naik<br />

membuat para nelayan di wilayah pesisir Lombok<br />

Timur mengaku menjadi petani rumput laut lebih<br />

menguntungkan daripada nelayan.<br />

Di sepanjang kawasan pantai di Kecamatan<br />

Jerowaru, sejumlah nelayan yang kini beralih<br />

profesi menjadi petani rumput laut tampak<br />

bergairah. Betapa tidak, harga komoditi rumput<br />

laut yang kini menjadi salah satu komoditas<br />

ekspor unggulan itu harganya terus meningkat.<br />

Padahal para petani rumput laut di wilayah<br />

tersebut tidak pernah menuntut kepada<br />

pengepul, yang datang langsung ke dusun<br />

mereka agar harga rumput laut dinaikan.<br />

Sebagai gambaran, harga rumput laut<br />

basah dijual Rp 1.000 per kilogram, sedangkan<br />

yang kering harganya bisa mencapai Rp.6.400<br />

s/d Rp.7.000 rupiah per kilogram. Saat musim<br />

kemarau rumput laut cukup dikeringkan selama<br />

dua hari.<br />

Di Jerowaru, para petani rumput laut itu<br />

sebagian di antaranya adalah anggota <strong>Koperasi</strong><br />

Simpan Pinjam (KSP) Karya Mandiri. Sebagian<br />

besar dari mereka, bahkan, bisa mengembangkan<br />

usaha budidaya rumput laut setelah memperoleh<br />

suntikan modal usaha kecil dari KSP tersebut,<br />

84<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Anggota KSP Karya Mandiri ketika memanen rumput laut<br />

terutama melalui perkuatan modal dana bergulir<br />

Program Agribisnis/Sektoral.<br />

KSP Surya Mandiri merupakan satu dari 14<br />

KSP berbasis agribisnis penerima kucuran dana<br />

perkuatan sebesar Rp 1 miliar tersebut. <strong>Koperasi</strong><br />

yang diketuai Ahmad Zulyadaen ini memperoleh<br />

kucuran dana perkuatan modal tersebut pada<br />

tahun 2004. Dana bergulir itu kemudian<br />

disalurkan kepada 80 petani untuk<br />

menghidupkan kebun tembakau dan budidaya<br />

rumput laut. Selain dua jenis usaha agribisnis<br />

itu, ada juga petani padi yang menerima pinjaman<br />

bergulir dari KSP Surya Mandiri. Menurut Ahmad<br />

Zulyadaen, setiap peminjam dikenai biaya bunga<br />

rata-rata sebesar 2 % per bulan. Kelebihan yang<br />

bisa dinikmati para petani atau nelayan anggota<br />

KSP ini adalah: “Bila pinjam di bank bisa sebulan<br />

baru cair. Di koperasi cepat cair, seminggu<br />

setelah disurvai.”<br />

Tak sulit bagi mereka untuk mengembalikan<br />

pinjaman modal usaha tersebut. Bayangkan,<br />

setiap petani rumput laut rata-rata memiliki lima<br />

rakit. Dalam setiap rakit rata-rata bisa<br />

menghasilkan tiga kwintal rumput laut basah.<br />

Tinggal hitung jika harganya mencapai Rp.6.400<br />

s/d Rp.7.000 rupiah per kilogram. Padahal, modal<br />

untuk membiayai satu rakit hanya berkisar Rp<br />

150 ribu.<br />

***<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Karya Mandiri<br />

berdiri sejak 11 September 2000. <strong>Koperasi</strong> ini<br />

semula merupakan KSU, yang berdasarkan<br />

Rapat Anggota kemudian berubah menjadi KSP<br />

pada tahun 2003. Perubahan tersebut<br />

dilakukan dengan pertimbangan agar usaha<br />

yang dikelola terfokus pada satu bidang usaha<br />

yakni memberikan layanan Simpan Pinjam.<br />

Seiring dengan perubahan status tersebut,<br />

akte pendirian KSP Karya Mandiri pun<br />

mengalami perubahan. Apalagi, setelah KSP ini<br />

membuka cabang di luar Lombok Timur, seperti<br />

di Kecamatan Praya, Lombok Tengah. Perluasan<br />

wilayah layanan itu jelas memerlukan<br />

pengesahan dari Dinas <strong>Koperasi</strong> dan UKM<br />

Propinsi NTB.<br />

Menurut Ahmad Zulyadaen, hingga akhir tahun<br />

2008, jumlah anggota KSP Karya Madiri berjumlah<br />

445 orang. Padahal pada saat berdiri pada tahun<br />

2000 jumlah anggotanya hanya 21 orang.<br />

Permodalan KSP Karya Mandiri berasal dari<br />

Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, dan Dana<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 85


Cadangan dan Modal Penyertaan, yang saat<br />

berdirinya pada November 2000 tercatat Modal<br />

Awal sebesar Rp 21 juta. Selanjutnya per 31<br />

Desember 2001 jumlah modal meningkat menjadi<br />

menjadi Rp 36.125.000. Kemudian, hingga<br />

tahun 2008 jumlah permodalan sudah mencapai<br />

angka Rp. 1,564 miliar. Sedangkan modal dari<br />

luar yang bersumber dari Tabungan Sukarela<br />

Anggota/Calon Anggota dan Pinjaman yang<br />

diterima hingga 31 Desember 2008, tercatat<br />

sebesar Rp.6,796 miliar.<br />

Permodalan KSP Karya Mandiri yang<br />

bersumber dari luar meningkat drastis pada tahun<br />

2004 yakni menjadi senilai Rp.1,980 miliar setelah<br />

mendapat bantuan dana bergulir sektor Agrobisnis<br />

dari Kementerian Negara <strong>Koperasi</strong> dan UKM RI<br />

sebesar Rp 1 milyar. Dan, sejak saat itu pula<br />

dilakukan ekspansi besar-besaran dalam pelayanan<br />

pinjaman, yang otomatis mendorong semua sendi<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Karya Mandiri.<br />

Eskalasi volume usaha tersebut kini telah<br />

berkembang pesat. Jika pada akhir tahun 2001<br />

volume Usaha KSP Karya Mandiri berbentuk<br />

pinjaman yang diberikan kepada masyarakat<br />

sebesar baru senilai Rp.704 juta, maka per 31<br />

Desember 2008 lalu sudah melonjak menjadi<br />

sebesar Rp.14,592 miliar.<br />

Yang jelas, kemajuan pesat yang dialami<br />

KSP Karya Mandiri itu berbanding lurus dengan<br />

peningkatan kesejahteraan anggotanya. Di mata<br />

mereka, program perkuatan modal sektoral<br />

membuat para petani di Jerowaru semakin<br />

mudah mengakses pinjaman modal usaha. Lalu<br />

Jumairi, misalnya, yang petani tembakau di Desa<br />

Jerowaru. Menurut ia, selain bunga yang relatif<br />

rendah, yakni hanya 1,5 % prosedur peminjaman<br />

pun tak berbelit-belit. “Mudah dan cepat,” simpul<br />

Lalu Jumairi. Sebagai penerima pinjaman modal<br />

usaha, Lalu Jumairi berhasil meningkatkan skala<br />

produksi tembakaunya hingga 50 persen dari<br />

sebelumnya.<br />

Lalu Jumairi pun mengenang masa-masa<br />

ketika para petani tembakau di desanya harus<br />

berhubungan dengan para rentenir. Beberapa<br />

tahun silam, banyak di antara petani di desanya<br />

yang terjerat renternir, dengan bunga hingga 50<br />

% per 40 hari kerja. Bandingkan dengan program<br />

bantuan dana bergulir, yang paling tinggi hanya<br />

mengeluarkan 5% hingga 6% dari hasil usaha<br />

untuk mengembalikan angsuran ke koperasi.<br />

KSP Karya Mandiri<br />

Alamat<br />

: Kecamatan Jerowaru, Kab. Lombok<br />

: Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)<br />

Berdiri : 11 September 2000<br />

Badan Hukum<br />

: No: 518/31/BH/DISKOP DAN UKM/X/2004<br />

Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004<br />

Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />

Ketua<br />

: Ahmad Zulyadaen<br />

Jumlah Anggota : 445 orang<br />

Seorang anggota KSP Karya Mandiri merawat tanaman rumputlaut yang sudah hampir siap panen<br />

86<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


KSP KARYA MANDIRI JEROWARU DISTRICT<br />

East Lombok Regency<br />

Progressing Together With Tobacco<br />

and Seaweed Farmers<br />

Seaweed is not only a hot commodity at<br />

the market. The price of seaweed for<br />

the last couple of years has been increasing<br />

and made farmers in East Lombok<br />

coastal area admit that it is more profitable to<br />

be seaweed farmers than to be fishermen.<br />

Some of seaweed farmers in Jerowaru<br />

District, East Lombok, are members of Save<br />

Loan Cooperation (KSP) of Karya Mandiri.<br />

Most of them even develop seaweed cultivation<br />

business after obtaining business capital<br />

fund aid from such cooperation, mainly through<br />

scrolling fund strengthening of Agribusiness/<br />

Sector Program.<br />

KSP Surya Mandiri is one of KSP with<br />

agribusiness basis receiver of strengthening<br />

fund in the amount of Rp 1 billion. This cooperation<br />

led by Ahmad Zulyadaen obtained<br />

such capital strengthening fund in 2004. Such<br />

scrolling fund was then distributed to 80 farmers<br />

to revive tobacco plantation and seaweed<br />

cultivation business. In addition to those two<br />

agribusiness types, there are also rice farmers<br />

who obtain scrolling loan from KSP Surya<br />

Mandiri. Each loan is imposed with interest in<br />

the average amount of 2 % per month.<br />

Karya Mandiri Save Loan Cooperation<br />

was established on 11 September 2000. Initially<br />

this cooperation was a KSU, based on<br />

Members Resolution, which then changed to<br />

become KSP in 2003. Such change was conducted<br />

with the consideration to make the<br />

business managed focused on one field, i.e.<br />

providing Save Loan services. Along with such<br />

status change, KSP Karya Mandiri establishment<br />

deed was also amended. Moreover, after<br />

this KSP opened a branch outside East<br />

Lombok, such as in Praya District, Central<br />

Lombok. Such area expansion obviously<br />

needed ratification from Cooperation Service<br />

and UKM of NTB Province.<br />

Seaweed farmers in Jerowaru, East Lombok are<br />

members of KSP Karya Mandiri.<br />

Until the end of 2008, the number of<br />

members of KSP Karya Madiri had been 445.<br />

When it was established in 2000 the number<br />

of members was only 21. Volume escalation<br />

of KSP Karya Mandiri business keeps developing<br />

fast. At the end of 2001 Business Volume<br />

of KSP Karya Mandiri business in the<br />

form of loan provided to the community was<br />

only in the amount of Rp 704 million, then as<br />

per 31 December 2008 it went up to become<br />

Rp.14,592 billion.<br />

Obviously, such vast progress experienced<br />

by KSP Karya Mandiri is parallel with<br />

the increase of its members’ prosperity. To<br />

them, sector capital strengthening program<br />

makes farmers in Jerowaru find it easier to<br />

access business capital loan. Lalu Jumairi,<br />

for example, who is a tobacco farmer in<br />

Jerowaru Village opines that in addition to its<br />

relatively low interest, i.e. 1.5% up to []%,<br />

the loan procedures are not complicated.<br />

“Easy and fast,” concluded Lalu Jumairi. As<br />

a business capital loan receiver, Lalu Jumairi<br />

has been successful in increasing his tobacco<br />

production scale up to 50 percent from previous<br />

production.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 87


Kesibukan di KSP Rinjani Perkasa, Lombok Timur<br />

KSP RINJANI PERKASA<br />

Kec. Selong, Kab.Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat<br />

Sahabat Petani di Lereng Rinjani<br />

Lombok Timur identik dengan banyak hal.<br />

Salah satunya adalah tembakau virginia.<br />

Separuh potensi tanaman tembakau<br />

virginia di pulau Lombok yang seluas 58.000<br />

hektar itu separuhnya ada di Lombok Timur,<br />

yakni seluas 29.000 hektare. Rata-rata tiap<br />

hektar ladang tembakau bisa menghasilkan dua<br />

ton. Karena potensinya itu, saat ini 15<br />

perusahaan pengelola dan pabrikan rokok besar<br />

dari Jawa yang membeli tembakau dari Lombok.<br />

Dari fakta yang ada, sekitar 70 persen petani<br />

tembakau di Lombok Timur telah menjadi binaan<br />

para perusahaan pengelola Intensifikasi<br />

Tembakau Virginia itu. Mereka yang 70% ini<br />

relatif tidak mengalami hambatan baik dalam<br />

aspek permodalan maupun pemasaran.<br />

Sebaliknya, yang 30% petani tembakau swadaya<br />

cukup sering mengalami hambatan dalam<br />

berproduksi, berupa hambatan permodalan,<br />

teknologi pengolahan yang minim, hingga<br />

pemasaran.<br />

Untuk kebutuhan modal, para petani<br />

tembakau swadaya itu terpaksa mengetuk pintu<br />

rumah para rentenir dengan bunga pinjaman<br />

hingga sebesar 50% per 40 hari kerja. Jelas,<br />

suku bunga pinjaman yang sebesar itu sangat<br />

mencekik petani. Fakta tentang hal itu juga<br />

dialami oleh para petani tembakau di Kecamatan<br />

Selong.<br />

Berangkat dari keprihatinan itu KSP Rinjani<br />

88<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Lahan pertanian padi yang dikelola oleh para anggota KSP Rinjani Perkasa dan permodalannya dibiayai melalui paket pinjaman<br />

musiman bagi para petani<br />

Perkasa didirikan. Pada awalnya, KSP tersebut<br />

merupakan unit simpan pinjam <strong>Koperasi</strong> Rinjani<br />

Perkasa yang telah berdiri sejak tahun 1995.<br />

<strong>Koperasi</strong> simpan pinjam yang berkantor di Desa<br />

Sandubaya ini pun segera menjadi solusi bagi<br />

para petani tembakau yang hampir tiap tahun<br />

mengaku kesulitan modal tadi. Betapa tidak, suku<br />

bunga pinjaman di KSP ini sangat rendah. Para<br />

petani peminjam cukup mengeluarkan rata-rata<br />

5% sampai 5% dari hasil panen untuk membayar<br />

angsuran pinjaman ke koperasi atau dengan<br />

bunga pinjaman yang hanya berkisar 1% hingga<br />

2 %. Selain suku bunga yang rendah, proses<br />

pencairan pinjaman pun tak serumit jika petani<br />

meminjam dari bank. Cara pengembaliannya pun<br />

lebih mudah. Selain paket pinjaman<br />

konvensional, KSP Rinjani Perkasa menyiapkan<br />

sebuah paket pinjaman musiman. Pada paket<br />

pinjaman musiman ini para petani mengangsur<br />

pinjamannya pada setiap musim panen dengan<br />

kisaran masa panen antara empat sampai tujuh<br />

bulan. Model pinjaman ini juga dikenal sebagai<br />

model pinjaman yarnen (bayar panen). Dari<br />

beberapa aspek, pinjaman model ini sangat<br />

meringankan petani, karena mereka tidak<br />

dibebani biaya bulanan. Besarnya jasa pinjaman<br />

dihitung sekaligus berdasarkan jangka waktu<br />

pinjaman dan dikembalikan bersama besarnya<br />

pinjaman.<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Rinjani Perkasa<br />

merupakan salah satu koperasi peserta program<br />

perkuatan permodalan pengusaha kecil dan<br />

mikro melalui dana bergulir agribisnis. Pada<br />

tahun 2003, KSP ini menerima pinjaman dana<br />

bergulir agribisnis senilai Rp 1 miliar. Sejak mulai<br />

menggulirkan dana senilai Rp 1 miliar tersebut,<br />

hingga buku ini disusun, jumlah outstanding<br />

pinjaman bergulir tersebut sudah mencapai Rp<br />

1,4 miliar, yang dialokasikan sebagai pinjaman<br />

permodalan untuk membiayai berbagai sektor<br />

usaha anggotanya, serta warga masyarakat<br />

yang bukan anggota KSP. Sementara itu, sejak<br />

tahun 2004 hingga tahun 2008 perputaran<br />

pinjaman, bahkan mencapai Rp 7 miliar. Selain<br />

untuk membiayai usaha kecil dan mikro sektor<br />

agribisnis, dana bergulir itu juga sudah<br />

dimanfaatkan untuk membiayai permodalan<br />

berbagai usaha sektor riil, seperti sektor<br />

perdagangan, restoran dan warung kecil.<br />

Sesuai dengan prinsip koperasi, KSP Rinjani<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 89


Perkasa melayani kebutuhan permodalan usaha<br />

di berbagai sektor yang dikelola masyarakat,<br />

mulai dari sektor pertanian, peternakan, kelautan<br />

hingga perdagangan. Namun, dari semua sektor<br />

itu, pembiayaan sektor agrobisnis memang yang<br />

terbesar karena mayoritas penduduk Selong<br />

yang bermatapencaharian petani. Pada musim<br />

penghujan mereka bertani padi, sedangkan<br />

pada musim kemarau berkebun tembakau. “Kami<br />

berusaha membantu masyarakat dengan memberikan<br />

kemudahan mendapatkan modal usaha,” kata Ketua<br />

<strong>Koperasi</strong> Rinjani Perkasa, Muhammad Idrus.<br />

Manfaat yang ditebarkan koperasi ini akhirnya<br />

menuai hasil. Sebagian besar warga di Selong,<br />

terutama yang pernah berhubungan dengan KSP<br />

Rinjani Perkasa, memuji kinerja KSP yang kini telah<br />

memiliki aset senilai Rp3,5 miliar itu. Harapan besar<br />

pun dipikul KSP ini. Para petani Selong berharap<br />

KSP Rinjani Perkasa adalah bagian penting dari<br />

perwujudan mimpi-mimpi mereka untuk menjadi<br />

petani-petani perkasa di lereng Rinjani. “Kami<br />

adalah sahabat para petani, kami ingin sahabatsahabat<br />

kami juga perkasa, seperti nama koperasi<br />

ini,” simpul Muhammad Idrus.<br />

Tanaman tembakau yang dikelola para petani tembakau KSP Rinjani Perkasa<br />

KSP Rinjani Perkasa<br />

Alamat<br />

: Kecamatan Selong, Lombok Timur, NTB<br />

Berdiri : 29 Desember 1998<br />

Badan Hukum<br />

: No: 11.a/BH/PAD/.DKP/08.5/XI/2004<br />

Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2003<br />

Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />

Total Aset<br />

: Rp3.485.196.718<br />

Ketua<br />

: Ir.H. M. Idus, MM<br />

Jumlah Anggota : 209 orang<br />

Jumlah Karyawan : 15 orang<br />

90<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


KSP RINJANI PERKASA AT SELONG REGENCY<br />

East Lombok – Nusa Tenggara Barat<br />

Farmers Best Fried at the Slope<br />

of Rinjani<br />

East Lombok is identical with many<br />

things. One of them is Virginian to<br />

bacco. Half of the potential of Virginian<br />

tobacco plants in Lombok island is in East<br />

Lombok, i.e. covering an area of 29,000<br />

hectare. In average, each tobacco plantation<br />

can produce up to two tons. Due to such<br />

potential, at this time there are 15 managing<br />

companies and large cigarette factories in<br />

Java that purchase tobacco from Lombok.<br />

From the present facts, approximately 70%<br />

of tobacco farmers in East Lombok have become<br />

the developed personnel by managing<br />

companies engaging in such Virginian<br />

Tobacco Intensification. This 70% does not<br />

face any obstacles both in capitalization and<br />

marketing aspects. On the contrary, the 30%<br />

of independent tobacco farmers often face<br />

obstacles in production, in the form of capitalization,<br />

minimum processing technology,<br />

up to marketing obstacles.<br />

For capital need, such independent tobacco<br />

farmers had to borrow from loan<br />

sharks with loan interest of 50% per 40 working<br />

days. It is obvious that such large loan<br />

interest made it more difficult for farmers.<br />

From such concern KSP Rinjani<br />

Perkasa was established in 1995. This Save<br />

Loan Cooperation with its office at<br />

Sandubaya Village then became the solution<br />

for tobacco farmers who almost each year<br />

had difficulties in capitalization matters. With<br />

very low loan interest rate in this KSP, borrower<br />

farmers only spend 5% of the harvest<br />

proceeds to pay loan installment to such cooperation<br />

or with loan interest of only approximately<br />

1% up to 2%. Besides the low interest<br />

rate, loan disbursement process is also not<br />

as complicated as if the farmers borrow from<br />

the bank. The return method is also easier.<br />

Farmers can also pay their loan installment<br />

in each harvest season with approximately<br />

harvest period of four up to seven months.<br />

This loan model is also known as yarnen loan<br />

model (harvest payment).<br />

Rinjani Perkasa Save Loan Cooperation<br />

is one of participating cooperations in<br />

small and micro entrepreneurs capitalization<br />

strengthening program participants through<br />

agribusiness scrolling fund. In 2003, this<br />

KSP received agribusiness scrolling fund<br />

loan in the amount of Rp 1 billion. Since commencing<br />

such fund scrolling in the amount<br />

of Rp 1 billion, until this book is composed,<br />

the amount of outstanding of such scrolling<br />

loan has been Rp 1.4 billion.<br />

In accordance to cooperation principal,<br />

KSP Rinjani Perkasa provides service in business<br />

capitalization need in various sectors<br />

managed by the community, starting from agriculture,<br />

animal farming, marine, up to trading<br />

sectors. However, from all such factors,<br />

agribusiness sector funding is the largest,<br />

since majority of Selong denizens work as<br />

farmers. In raining season they plant rice,<br />

whereas in hot season they plant tobacco.<br />

Benefits spread by this cooperation finally<br />

resulted in output. Most of denizens in<br />

Selong, mainly those who have had relations<br />

with this cooperation, compliment such KSP<br />

performance, having an asset of Rp 3.5 billion.<br />

High hopes are carried by this KSP.<br />

Selong farmers hope that KSP Rinjani<br />

Perkasa is an important part of the realization<br />

of their dreams to become powerful farmers<br />

at the slope of Rinjani. “We are farmers’<br />

best friends, we wish our best friends could<br />

also be powerful,” concluded Muhammad<br />

Idrus, Chairman of KSP Rinjani Perkasa.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 91


92<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


NUSA TENGGARA TIMUR<br />

East Nusa Tenggara<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 93


Kantor <strong>Koperasi</strong> Kredit Obor Mas, Kabupaten Sikka<br />

KOPERASI KREDIT OBOR MAS<br />

Kabupaten Sikka, Maumere, Provinsi Nusa Tenggara Timur<br />

Dari Guru untuk Masyarakat<br />

Mendirikan koperasi mungkin bukan citacita<br />

Yosef Doing saat itu. Yosef, begitu<br />

Ia biasa disapa, adalah Kepala Dinas<br />

Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sikka<br />

yang merasa prihatin melihat nasib para guru<br />

SD yang sering telat menerima gaji bulanan<br />

mereka. Alih-alih membentuk organisasi yang<br />

membantu para guru dalam mendapatkan<br />

pinjaman, kini <strong>Koperasi</strong> tersebut justru menjadi<br />

salah satu koperasi kredit yang cukup maju di<br />

Sikka.<br />

Bermula dari kesulitan yang dialami para<br />

guru SD Kabupaten Sikka di tahun 1972<br />

koperasi ini dibentuk. Walaupun para guru ini<br />

mendapat penghasilan tetap, namun<br />

kenyataannya sering terlambat menerima gaji.<br />

Bahkan, hingga tiga bulan sekali baru menerima<br />

gaji. Kondisi ini menyebabkan para guru di<br />

Kabupaten Sikka mengalami kesulitan dalam<br />

memenuhi kebutuhan rumah tangga yang serba<br />

mendesak dan mendasar seperti kebutuhan<br />

biaya pendidikan, kesehatan, perbaikan rumah,<br />

dll. Di sisi lain, pendapatan sebagai PNS sangat<br />

tidak berlebih. Akhirnya, rentenir menjadi satu<br />

pemecahan soal dana. Walaupun, mereka<br />

menyadari bahwa terlibat dengan rentenir<br />

sangat tidak menguntungkan.<br />

Menyadari hal tersebut, Yosef Doing, Kepala<br />

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten<br />

Sikka bersama Ramiggus S. Parera, Ketua<br />

Kelompok Kerja Guru di Sikka, membentuk<br />

arisan di kalangan guru SD. Namun, dalam<br />

94<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


perjalanannya disadari bahwa kelompok arisan<br />

ini tidak mampu mengakomodasi keinginan para<br />

peserta untuk menjadi lembaga yang permanen.<br />

Lalu muncul pemikiran untuk membentuk sebuah<br />

kelompok usaha bersama simpan pinjam, yang<br />

dikenal sebagai Credit Union.<br />

Kemudian ditahun 1974, tepatnya pada<br />

tanggang 04 November, atas inisiatif Yosef Doing,<br />

didirikan sebuah <strong>Koperasi</strong> untuk kalangan<br />

Guru SD dan Pegawai TU Dinas P dan K dengan<br />

nama Credit Union Obormas. Setelah berkiprah<br />

selama 20 tahun, nama CU Obormas diganti<br />

dengan nama <strong>Koperasi</strong> Kredit Obormas atau<br />

Kopdit Obormas, pada tanggal 29 Oktober 1994.<br />

Kala itu, jumlah anggota berjumlah 98 orang,<br />

dengan jumlah simpanan anggota yang berhasil<br />

dihimpun sebesar Rp105.500. Dari modal<br />

sebesar tersebut, pertama kali pemberian<br />

pinjaman diberikan kepada salah seorang guru<br />

dari Desa Nele, sebesar Rp100.000 untuk biaya<br />

pernikahan.<br />

Sampai akhir 2008, Kopdit Obormas telah<br />

memiliki 6.267 anggota, dengan rincian 4.312<br />

orang (69%) adalah Pegawai Negeri Sipil dan<br />

1.955 orang (31%) adalah masyarakat umum.<br />

Kini koperasi ini telah menempati gedung mewah<br />

lantai tiga. Untuk ukuran sebuah kabupatan,<br />

sarana prasarana yang dimiliki oleh <strong>Koperasi</strong><br />

Kredit Obormas tergolong mewah.<br />

Karena jumlah nasabah yang semakin<br />

banyak dan jangkauan yang semakin luas,<br />

Kopdit Obormas membuka Kantor cabang di<br />

komplek pasar tingkat sebagai tempat layanan<br />

simpan pinjam bagi Kec. Alok Timur, Kec. Nelle,<br />

Kec. Kangae dan Kec. Kewapante. Selain itu<br />

juga dibuka Unit Agribisnis di Jl. Kesehatan No<br />

04 Maumere lantai II, sebagai pusat layanan<br />

anggota di bidang perdagangan, pertanian,<br />

peternakan dan nelayan.<br />

Unit ini dibentuk dengan modal awal<br />

bersumber dari pinjaman lunak Kementerian<br />

Negara <strong>Koperasi</strong> Republik Indonesia sebesar<br />

Rp1miliar. Tepatnya pembentukan unit ini pada<br />

tanggal 1 April 2005. Tujuannya, pemberian<br />

modal kerja bagi anggota Kopdit Obormas yang<br />

bergerak di bidang usaha Pertanian, peternakan,<br />

Nelayan dalam bentuk pinjaman bulanan dan<br />

triwulan. Dengan Harapan modal ini dapat<br />

meningkatkan produktifitas usaha mereka,<br />

dengan suku bunga 2,5% IOB atau 1,25 flat/bulan.<br />

Unit Agrobisnis ini juga menekankan agar<br />

anggota yang berhasil dapat menabung di<br />

SIMANIS (Simpanan Masyarakat Agrobisnis)<br />

yang akan bermanfaat untuk dapat membantu<br />

Usaha penjahitan baju yang dikelola oleh salah satu anggota Kopdit Obor Mas<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 95


anggota lain yang juga membutuhkan modal<br />

usaha. Dengan sistem ini akan terbentuk<br />

semangat solidaritas tolong-menolong diantara<br />

pelaku agrobisnis yang menjadi binaan Kopdit<br />

Obormas, Sikka-Maumere-NTT.<br />

Ada Keunikan lain dalam pemberian<br />

pinjaman kepada masyarakt agrobisnis di sektor<br />

nelayan, di Kecamatan Kawapante. Pengurus<br />

menggunakan boks yang kuncinya dipegang<br />

oleh petugas dari koperasi. Menurut Fredianto,<br />

sang Manajer Kopdit Obormas kebijakan itu<br />

ditempuh karena Unit Agrobisnis hanya melayani<br />

angsuran pinjaman bulanan atau triwulan,<br />

sedangkan budaya nelayan, khususnya suku<br />

Bajo yang tinggal di kawasan pantai masih suka<br />

menyimpan uang di rumah daripada di lembaga<br />

keuangan. Maka, untuk memudahkan dibuatlah<br />

kotak yang mereka isi setiap memperoleh uang<br />

dari hasil penjualan ikan atau dari usaha dagang<br />

ikan asin yang menjadi andalan pendapatan<br />

rata-rata keluarga di kawasan ini.<br />

Sebagai sebuah badan usaha yang<br />

bergerak di jasa keuangan, koperasi ini selalu<br />

membangun kerjasama dengan berbagai pihak<br />

dalam nuansa saling mendukung dan saling<br />

menyelamatkan. <strong>Koperasi</strong> Kredit Obormas<br />

terlibat aktif sebagai anggota Puskopdit Swadaya<br />

Utama, sebagai anggota Dekopinda Kabupaten<br />

Sikka. Lembaga ini juga selalu menjalin dan<br />

memelihara hubungan kerjasama yang baik<br />

dengan sesame gerakan koperasi maupun<br />

dengan instansi pemerintah.<br />

Sebagai badan usaha keuangan, kiprah<br />

Kopdit Obormas dinilai cukup berhasil. Banyak<br />

anggota yang meningkat taraf hidupnya. Seperti<br />

halnya Abraham, salah seorang Guru SMK 1<br />

Sikka, yang mempunyai usaha sampingan<br />

peternakan ayam potong.<br />

Dengan adanya dana agrobisnis Kopdit<br />

Obormas, menurut Abraham penghasilannya<br />

lebih meningkat. Dengan dana pinjaman terakhir<br />

sebesar Rp60 juta dengan jangka waktu 1<br />

tahun, ia dapat meningkatkan produksi rata-rata<br />

hasil ternak ayam potong setiap 3 bulan sehingga<br />

bisa menghasilkan Rp30 juta, dengan keuntungan<br />

bersih rata-rata Rp 6-7 juta per bulan.<br />

Aktivitas petani cengkeh anggota Kopdit Obor Mas<br />

<strong>Koperasi</strong> Kredit Obor Mas<br />

Alamat<br />

: Jl. Kesehatan No. 04 Maumere,<br />

Nusa Tenggara Timur<br />

Berdiri : 29 Oktober 1994<br />

Badan Hukum<br />

: Nomor: 716/BH/XIV/X/1994<br />

Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004<br />

Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />

Ketua<br />

: Remius Noang<br />

Jumlah Anggota : 6.267 anggota<br />

96<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


KOPDIT OBOR MAS<br />

Sikka<br />

Life Light at Bukit Sikka<br />

Establishing a cooperation may not be<br />

the goal of Yosef Doing. However,<br />

Yosef, his nick name, who is the Head<br />

of Educational and Cultural Services of Sikka<br />

Regency felt concerned for the fate of Primary<br />

School teachers who were often delayed<br />

in receiving their monthly pay checks.<br />

From there, Yosef with his friends then established<br />

an institution to manage save loan<br />

with members who are Primary School teachers.<br />

This institution is the embryo of cooperation<br />

that later will become ‘the light” of the<br />

community of Sikka Regency.<br />

The story of Yosef concern took place<br />

in 1972. Teachers in Sikka Regency were often<br />

delayed in receiving their pay checks.<br />

Once they even received pay checks once<br />

in three months. On the other hand their daily<br />

needs had to be fulfilled. They, the teachers,<br />

as Civil Servants, had less than enough income.<br />

Consequently, many Civil Servants and<br />

teachers in Sikka Regency utilized loan<br />

sharks’ service as short term solution for daily<br />

life needs. That method was also adopted<br />

without the awareness of the fact that getting<br />

involved with loan shark was actually a<br />

non profitable act.<br />

This fact encouraged Yosef Doing together<br />

with Ramiggus S. Parera, Chairman<br />

of Teacher Working Group in Sikka Regency,<br />

to seek for alternative solution. These two<br />

men then established an “arisan” ( monthly<br />

meeting with the purpose of saving money)<br />

for Primary School teachers. In 1974, to be<br />

exact on November 4, upon Yosef Doing’s<br />

initiative, a Cooperation for Primary School<br />

teachers and Administrative employees of<br />

Educational and Cultural Services with the<br />

name of Obor Mas Credit Union was established.<br />

After operating for 20 years, on October<br />

29, 1994 CU Obor Mas changed its name<br />

to become Credit Cooperation of Obor Mas<br />

or Kopdit Obor Mas. Up to 2008, Kopdit Obor<br />

had had 6,267 members, with the following<br />

details: 4,312 members (69%) are State Civil<br />

Servants and 1,955 members (31%) are the<br />

public. Now this cooperation inhibits a threestorey<br />

luxurious building. Fantastic.<br />

Kopdit Obor Mas services have also been<br />

expanded to provide services in agribusiness/<br />

sector capitalization funding since 1 April 2005.<br />

This has been the largest expansion ever done<br />

by Kopdit Obor Mas within several decades<br />

since it was established. Along with the establishment<br />

of such unit, Kopdit Obor Mas was<br />

given the trust to manage Micro and Small<br />

Entrepreneur Development Program through<br />

Save Loan Cooperation capitalization<br />

strengthening from State Ministry of Cooperation<br />

of the Republic of Indonesia in the amount<br />

of Rp 1 billion. Agribusiness sector development<br />

is the accurate step considering the topography<br />

of Sikka Regency, which mostly is hilly, as<br />

the resource of produce such as variety of vegetable<br />

such as chilly, pecan, vanilla, and others.<br />

Meanwhile, Sikka Regency also has coastal<br />

water area which is potential for fishermen.<br />

Further, such program entrusted Kopdit<br />

Obor Mas to distribute working capital for members<br />

who are engaged in agribusiness sector,<br />

mainly who are engaged in agriculture and<br />

animal farming business fields. For fishermen,<br />

Kopdit Obor Mas created a product in the form<br />

of monthly and quarterly loan with interest rate<br />

of 2.5% IOB or 1.25 flat/month.<br />

There is uniqueness in loan granting to<br />

agribusiness community, mainly to fishermen in<br />

Kawapante District. The administrators use a<br />

box which key is held by a special cooperation<br />

officer. According to Fredianto, the manager of<br />

Kopdit Obor Mas, such policy is adopted since<br />

Agribusiness Unit only serves monthly or quarterly<br />

installment, meanwhile in fishermen culture,<br />

especially Bajo tribe who lives in coastal area,<br />

they still like to save their money in their homes<br />

rather than in financial institutions.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 97


Kesibukan di Kantor Kopdit Swasti Sari, Kota Kupang<br />

KOPERASI KREDIT SWASTI SARI<br />

Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur<br />

Berani Tampil Beda<br />

Lapisan ‘akar rumput’ memang lapisan<br />

masyarakat ekonomi bawah. Namun jika<br />

diorganisir dengan benar, ternyata<br />

mereka mempunyai potensi yang luar biasa. Hal<br />

itu telah dibuktikan oleh <strong>Koperasi</strong> Kredit (Kopdit)<br />

Swasti Sari. Karena mampu merangkul kalangan<br />

‘akar rumput’ tersebut, kini, Kopdit Swasti Sari<br />

menjadi lembaga jasa keuangan yang cukup<br />

maju, bahkan cukup diperhitungkan di Kota<br />

Kupang. “Sesuai dengan visi Kopdit Swasti Sari<br />

bahwa koperasi harus dapat diakses oleh<br />

masyarakat pada tingkat ‘akar rumput’, artinya<br />

harus mampu melayani masyarakat miskin atau<br />

masyarakat lapisan bawah,” kata Ketua Kopdit<br />

Swasti Sari, Drs. Daniel Tapobali sedikit berpromosi.<br />

Seperti koperasi kredit pada umumnya,<br />

kegiatan koperasi yang didirikan pada 10 April<br />

1997 ini difokuskan pada pemberian bantuan<br />

permodalan kepada para petani dan nelayan di<br />

pantai Kupang. Jumlahnya cukup besar, mencapai<br />

Rp27.058.825.000 pada tahun 2008.<br />

Ada satu trik unik yang diterapkan Daniel,<br />

dkk dalam merekrut nasabah. Salah satunya<br />

dengan memberikan bunga pinjaman yang lebih<br />

rendah dari unit jasa keuangan lainnya. Jika<br />

lembaga keuangan mematok bunga minimal<br />

sebesar 2%, Kopdit Swasti Sari mampu<br />

98<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


memberikan bunga pinjaman hanya 1,5% saja.<br />

Trik ‘tampil beda’ ini tergolong berani. Namun,<br />

kelebihan ini yang justru menarik minat<br />

masyarakat. “Kalau mereka diberikan bunga<br />

yang tinggi, mereka akan kesulitan,” tambah<br />

Daniel beralibi.<br />

Di bawah kendali tangan dingin Daniel<br />

Tapobali, Kopdit Swasti Sari mengalami kemajuan<br />

yang cukup signifikan. Misalnya dari sisi<br />

keanggotaan. Jumlah anggota Kopdit Swasti<br />

Sari dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.<br />

Hingga Maret 2009, anggota Kopdit berjumlah<br />

4.701 orang, sementara jumlah total nasabah<br />

yang sudah dilayani oleh Kopdit Swasti Sari<br />

mencapai 8.000 orang.<br />

Dalam hal pengelolaan, Drs. Daniel Tapobali<br />

yang dibantu oleh 8 karyawan selalu menekankan<br />

pentingnya kebersamaan. Baik kebersamaan<br />

antara sesama pengurus maupun kebersamaan<br />

pengurus dengan anggota. Kebersamaan<br />

dengan anggota diantaranya diwujudkan dengan<br />

rutin melakukan kunjungan ke anggota. Selain<br />

menyampaikan informasi tentang sejauhmana<br />

efektivitas penggunaan dana pinjaman terhadap<br />

usaha anggota. “Jika ada anggota yang<br />

mengalami kesulitan berusaha, selalu kita<br />

pecahkan bersama,” kata Daniel.<br />

Hasilnya pun dapat dirasakan. Rapor Kopdit<br />

Sawti Sari berhiaskan angka biru. Berdasarkan<br />

hasil audit dari Puskopdit Bekatigade Timor,<br />

Inkopdit dan Akuntan Publik BWP dan Rekan<br />

Registerred Public Accountants Jakarta-Indonesia<br />

pada Pebruari 2009, menyatakan bahwa<br />

<strong>Koperasi</strong> Kredit Swasti Sari Kupang dinyatakan<br />

Sehat dan Layak.<br />

Bukan hanya sisi keanggotaan saja yang<br />

mengalami kenaikan, grafik neraca keuangan<br />

juga menunjukkan peningkatan. Berdasarkan<br />

hasil Laporan Rapat Angota Tahunan (RAT) 2008<br />

yang dilaksanakan Maret 2009, Kopdit Swasti<br />

Sari telah membukukan omzet senilai<br />

Rp5.334.670.383. Jika kurangi biaya bunga dan<br />

operasional yang harus dikeluarkan senilai<br />

Rp4.345.617.974, maka surplus Hasil Usaha<br />

(HU) yang bisa dikantongi sebesar Rp<br />

989.052.409. Sekadar catatan, deviden/BJP<br />

yang dibagikan kepada anggota pada tahun<br />

2008 sebesar Rp1.867.536.676.<br />

Beralih Ke Sektor Agribisbis<br />

Awalnya, <strong>Koperasi</strong> Kredit (Kopdit) yang<br />

berdiri pada 10 April 1997, lebih banyak<br />

berkosentrasi pada bidang perdagangan. Salah<br />

Toko serba ada milik Kopdit Swasti Sari<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 99


satu alasannya karena base camp koperasi yang<br />

berada di jantung Kota Kupang. Namun, ketika<br />

koperasi ini mendapat bantuan dana bergulir<br />

agribisnis melalui Kementerian Negara <strong>Koperasi</strong><br />

dan UKM Rp1 miliyar pada tahun 2005, KSP<br />

Swasti Sari kemudian banting stir. Cakupan<br />

layannya kini lebih banyak ke sektor agribisnis,<br />

dengan memberikan bantuan permodalan para<br />

petani jagung dan nelayan di pantai Kupang.<br />

Pada tahun 2008, jumlah pinjaman yang dicairkan<br />

untuk sektor ini sebesar Rp<br />

27.058.825.000. Jumlah ini dialokasikan untuk<br />

1.762 orang, dengan rincian 65% sebagai<br />

pinjaman Kesra dan sisanya sebesar 35%<br />

merupakan pinjaman produktif. “Karena ini dana<br />

program agribisnis, ya kita jalankan sesuai<br />

prosedur,” kata Daniel Tapobali.<br />

Selain modal pinjaman dari pemerintah,<br />

sumber dana koperasi yang kini memiliki asset<br />

lebih Rp29 M ini, juga didukung oleh dana<br />

swadaya, di antaranya bersumber dari Simpanan<br />

Saham sebesar Rp17.297.598.709, Simpanan<br />

Non Saham sebesar Rp4.702.020.214, Pinjaman<br />

Beredar sebesar Rp26.153.351.650, dan Dana<br />

Cadangan Rp960.448.852.<br />

Cengkeh hasil dari petani anggota Kopdit Swasti Sari<br />

<strong>Koperasi</strong> Kredit Swasti Sari<br />

Alamat<br />

: Jl. Thamrin Oepoi, Kota Kupang,<br />

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)<br />

Berdiri : 10 April 1997<br />

Badan Hukum<br />

: Nomor: 10/PAD/KWK/IV/1997<br />

Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2005<br />

Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />

Ketua<br />

: Drs. Daniel Tapobali<br />

Jumlah Anggota : 4.701 orang<br />

100<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


KOPDIT SWASTI SARI<br />

Kupang, East Nusa Tenggara<br />

Dare to be Different<br />

Low class community, who generally has<br />

low income, if “handled” properly, will<br />

show outstanding potential. Such experience<br />

has been proven by Credit Cooperation<br />

(Kopdit) of Swasti Sari in the city of Kupang,<br />

NTT. Since it was able to put its hands around<br />

the “grass root” class, now Kopdit of Swasti<br />

Sari—established on April 10, 1997— becomes<br />

an advanced financial service institution, it is<br />

even quite prominent in the City of Kupang.<br />

Just like any other cooperation in general,<br />

Kopdit of Swasti Sari actively distributes<br />

credit fund that is normally utilized as working<br />

capital for farmers and fishermen in Kupang<br />

beach. The number is quite large during 2008<br />

which reached Rp 27,058,825,000. With such<br />

large scrolling loan fund, of course crucial<br />

question arises: What is the secret behind the<br />

success of that Kopdit of Swasti Sari<br />

There is one strategy applied by Daniel<br />

and partners administrators of Kopdit in recruiting<br />

customers. One of which is by ways of<br />

providing lower loan interest than any other<br />

financial services. If a financial institution sets<br />

a minimum interest in the amount of 2%, Kopdit<br />

of Swasti Sari is able to provide loan interest<br />

in the amount of only 1,5%. This “appear differently”<br />

trick is quite daring, indeed. However,<br />

then it harvested the interests of those who<br />

wish to become customers and members. “If<br />

they are given high interest, they will face difficulties,”<br />

added Daniel Tapobali, Chairman of<br />

Kopdit of Swastisari providing alibis. The number<br />

of Kopdit of Swasti Sari members increased<br />

from one year to another. Up to March 2009,<br />

the number of members of Kopdit was 4,701,<br />

while the total number of customers serviced<br />

by Kopdit of Swasti Sari reached 8,000, both<br />

as members and non members. Different from<br />

KSP, that only services members, Kopdit service<br />

scale is more open.<br />

In terms of management, Daniel Tapobali<br />

together with eight staff always emphasize the<br />

important meaning of togetherness, both with<br />

administrators, and with members. “I think, that<br />

is the meaning of togetherness in cooperation<br />

basis, which is to sit together to solve problems<br />

faced by the members or otherwise,” said Daniel.<br />

Initially Swasti Sari Credit Cooperation<br />

concentrated in trading field. One of the reasons<br />

is that the cooperation base camp which<br />

is located in the heart of the City of Kupang is<br />

the busiest transaction center throughout such<br />

NTT capital city. Meanwhile farmers and fishermen<br />

in the area of sub-urban in the city of<br />

Kupang expected that they could also obtain<br />

capital aid service. Their wishes were granted.<br />

Considering the favorable track record of<br />

Kopdit of Swasti Sari that shows this Kopdit<br />

has successfully managed scrolling loan fund,<br />

in 2005 this cooperation was participated in<br />

capital strengthening program through sector<br />

scrolling fund aid through State Ministry of<br />

Cooperation and Small and Middle Scale Business<br />

in the amount of Rp 1 billion. KSP of<br />

Swasti Sari service scale was extended by<br />

opening credit services for agricultural sector.<br />

Indeed, not only strengthening fund in<br />

the amount of Rp 1 billion that was scrolled.<br />

Kopdit of Swasti Sari also scrolled their own<br />

fund to strengthen such capitalization for farmers,<br />

especially corn farmers and fishermen in<br />

Kupang beach. In addition to loan capital from<br />

the government, in the amount of Rp 1 billion,<br />

fund source of the cooperation that now<br />

owns asset worth more than Rp 29 billion is<br />

also supported by independent fund. Tracing<br />

back the story of Kopdit Swasti of Sari, one<br />

thing that can be modeled is the innovative<br />

nature adopted by the administrators. “Innovation<br />

is important, even though for that we<br />

are considered as different,” concluded Daniel.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 101


102<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


KALIMANTAN TENGAH<br />

Central Kalimantan<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 103


Muhammad Nasir di Kantor KSP Surya Sekawan di Jl Barito no. 26 Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah<br />

KSP SURYA SEKAWAN<br />

Kab. Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah<br />

Berkawan ala Surya Sekawan<br />

Berkawan dengan<br />

anggota, berkawan<br />

dengan perbankan,<br />

berkawan dengan<br />

pemerintah, dan berkawan<br />

dengan pengusaha.<br />

Amanah, menjadi satu kata,<br />

yang kemudian disebutsebut<br />

sebagai kata sifat<br />

yang wajib diperankan oleh<br />

segenap pribadi yang<br />

berkiprah di koperasi ini. Tak<br />

hanya para pengurus, tapi<br />

juga para anggota.<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Surya Sekawan<br />

dibentuk pada tahun 1997 dengan<br />

modal awal tak lebih dari Rp 10 juta itu.<br />

Pada tahun 2003, status KSU pun dinaikkan<br />

menjadi <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam. Kinerja positif<br />

itu akhirnya menghantarkan Surya Sekawan<br />

terpilih sebagai koperasi peserta Program<br />

Agribisnis/Sektoral pada periode tahun 2004-<br />

2005. Dana bergulir sebesar Rp1 miliar pun<br />

mengucur ke kas koperasi ini.<br />

Jika sekarang ini KSP Surya Sekawan<br />

mendapat label sebagai koperasi berprestasi hal<br />

itu tentu saja tak diperoleh tanpa sebab. Amanah,<br />

menjadi satu kata, yang kemudian disebut-sebut<br />

sebagai kata sifat yang wajib diperankan oleh<br />

segenap pribadi yang berkiprah di koperasi ini.<br />

Tak hanya para pengurus, tapi juga para<br />

104<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


anggota. “Amanah bukan sekadar dalam makna<br />

jujur, tapi juga konsisten dan kerja keras,” tegas<br />

Pandih, seorang pensiunan PNS Dinas<br />

Pertanian yang sudah beberapa periode terakhir<br />

dipercaya sebagai Ketua KSP Surya Sekawan.<br />

Selain amanah, Pandih juga menyebut sebuah<br />

strategi yang menurut ia menjadi simpul<br />

kesuksesan KSP yang kini ia pimpin:<br />

perkawanan. “Berkawan dengan anggota,<br />

berkawan dengan perbankan, berkawan dengan<br />

pemerintah, dan berkawan dengan pengusaha,”<br />

jelasnya.<br />

***<br />

Sedikit kilas balik, kelahiran koperasi ini tak<br />

bisa dilepaskan dari peran Pengurus Daerah<br />

Muhammadiyah Kabupaten Kapuas. “Memang,<br />

koperasi ini awalnya didirikan oleh para pengurus<br />

Muhammadiyah, tapi siapapun bisa menjadi<br />

anggota koperasi ini,” lanjut Pandih. Menilik latar<br />

belakangnya itu, wajar jika kemudian Surya<br />

Sekawan dipilih sebagai nama koperasi yang kini<br />

telah mengelola dana pinjaman bergulir senilai<br />

Rp 2,9 miliar itu. Di beberapa daerah, koperasi<br />

yang dikelola oleh lembaga berlatar belakang<br />

Muhammadiyah pun diberi nama serupa.<br />

Kini, seiring dengan skala layanan yang<br />

telah berkembang hingga ke beberapa<br />

kecamatan tetangga di sekitar Kecamatan Selat,<br />

seperti Kecamatan Kapuas Hilir, Kecamatan<br />

Pulau Petak, dan Kecamatan Kapuas Timur, KSP<br />

Surya Sekawan tak lagi milik warga<br />

Muhammadiyah. Di empat kecamatan itu, saat<br />

ini tersebar 225 orang anggota KSP ini. Tidak<br />

sedikit dari para anggota itu kini berada pada<br />

taraf hidup yang jauh lebih baik sejak bergabung<br />

dengan KSP Surya Sekawan. Beberapa figur<br />

anggota koperasi penerima pinjaman bergulir<br />

bahkan telah mampu mengembangkan<br />

usahanya pada level yang tidak pernah mereka<br />

duga sebelumnya.<br />

Sebut saja, Hj. Naji Maturpah, seorang<br />

pengusaha peternakan burung puyuh, yang<br />

pada tahun 2006 memperoleh pinjaman bergulir<br />

sebesar Rp20 juta dari KSP Surya Sekawan.<br />

Juga, Muhammad Nasir, petani kebun karet di<br />

areal tanah hutan rakyat di Desa Barimba,<br />

Kecamatan Kapuas Hilir. Meski hingga tulisan ini<br />

disusun ia belum pernah memanen karet dari<br />

3.000 pohon karet yang bibitnya ia beli dari dana<br />

pinjaman bergulir, namun empat tahun<br />

mendatang, Nasir akan segera menikmati hasilnya<br />

(lihat boks: Mereka yang Tersenyum di Bibir<br />

Kapuas).<br />

Pengurus dan karyawan KSP Surya Sekawan<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 105


Hj. Naji Maturpah, anggota KSP Surya Sekawan di peternakanan burung puyuh miliknya<br />

Selain dua pengusaha di bidang agribisnis<br />

tadi, nama Umi Suyatmi juga pantas dimunculkan<br />

sebagai profil anggota yang sukses mengelola<br />

usaha berkat dana pinjaman dari KSP Surya<br />

Sekawan. Pemilik usaha restoran bakso, soto<br />

babat dan rawon ini memang memulai usaha<br />

rumah makannya dengan modal sendiri pada<br />

tahun 2006. Pada tahun 2006, ia mengajukan<br />

pinjaman permodalan sebesar Rp 15 juta pada<br />

tahun 2008 dan Rp20 juta pada tahun 2008. Kini<br />

dengan omset Rp1,5 juta hingga Rp2,5 juta per<br />

hari, ia bisa menabung sebesar Rp200 ribu per<br />

hari. Bayangkan, setidaknya Umi bisa<br />

menambah pundi-pundi tabungannya hingga Rp<br />

6 juta per bulan.<br />

Besaran dana pinjaman berupa suntikan<br />

modal usaha tadi memang bervariasi antara Rp<br />

10 juta hingga Rp 20 juta dengan bunga<br />

pinjaman sebesar Rp 16 % per tahun.<br />

***<br />

Sebagai koperasi peserta Program<br />

Perkuatan Modal KSP Agribisnis/Sektoral, oleh<br />

BPD Kalteng KSP Surya Sekawan memiliki<br />

reputasi terpuji. Selain disiplin melakukan<br />

angsuran pinjaman, koperasi ini juga dianggap<br />

memiliki strategi yang efektif dalam memilih<br />

anggota penerima pinjaman. Menurut Pandih,<br />

anggota-anggota yang telah memiliki basis usaha<br />

kuat memang mendapat semacam kemudahan<br />

untuk menerima pinjaman. “Setidaknya, peluang<br />

menjadi kredit macet semakin kecil,” ungkap<br />

Pandih menjabarkan kebijakan itu. Namun<br />

demikian, KSP jelas pantang pilih kasih. Anggotaanggota<br />

yang baru akan memulai usaha pun<br />

tetap mendapatkan pinjaman.<br />

Memang, tak semua anggota yang menerima<br />

pinjaman permodalan itu disiplin menunaikan<br />

angsuran. Nah, untuk mengantisipasi kredit macet<br />

semacam ini, pengurus KSP membentuk sebuah<br />

“tim buser” yang secara intensif melakukan<br />

pendekatan persuasif kepada anggota yang<br />

menunggak tersebut. “Meski dinamai tim buser, tapi<br />

dalam praktiknya tidak sesangar namanya, justru<br />

kedatangan tim tersebut untuk membantu mencari<br />

solusi masalah. Itulah salah satu bentuk berkawan<br />

dengan anggota tadi,” lanjut Pandih.<br />

Saat ini, dari total pinjaman bergulir Program<br />

Agribisnis/Sektoral yang pernah diterima KSP<br />

Surya Sekawan, menurut laporan keuangan per<br />

bulan Juli 2009, dana tersebut telah berkembang<br />

hingga mencapai Rp 2,9 miliar. Dari jumlah<br />

pinjaman pokok sebesar Rp1 miliar tersebut, KSP<br />

telah menunaikan kewajiban pengembalian<br />

106<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Pengurus KSP Surya Sekawan mengunjungi salah seorang anggota KSP yang mengelola usaha perkebunan karet<br />

senilai Rp280 juta. Selain itu, selama dua tahun,<br />

KSP Surya Sekawan juga telah menunaikan<br />

kewajiban bunga pinjaman sebesar Rp120 juta.<br />

Profil kinerja yang semacam itu tak terlepas<br />

dari strategi manajemen yang diterapkan para<br />

pengampu koperasi ini. Pandih, misalnya, rutin<br />

melakukan safari kunjungan ke rumah-rumah<br />

anggota koperasi. Selain Pandih, pengurus lain<br />

pun mendapat giliran tugas serupa. Selain itu,<br />

komunikasi dengan BPD Kalteng pun terbina<br />

dengan baik. Bahkan, telah dibuat sebuah program<br />

tabungan khusus bagi para anggota KSP.<br />

Yang unik, Kepala Cabang BRI Kuala Kapuas<br />

didaulat sebagai Pengawas pada struktur<br />

kepengurusan KSP Surya Sekawan.<br />

“Setidaknya, ada pengawas yang ahli di bidang<br />

akuntansi dan perbankan,” lanjut Zulianto,<br />

Sekretaris KSP.<br />

Sederet rapor biru tadi, tentu saja tak<br />

membuat para pengurus KSP Surya Sekawan<br />

berpuas diri. “Masih banyak pekerjaan rumah yang<br />

harus kami kerjakan,” ungkap Zulianto melengkapi.<br />

Salah satunya, program jejaring kemitraan dengan<br />

komunitas pengusaha di wilayah itu. Di masa<br />

mendatang, para pengurus KSP Surya Sekawan<br />

mengimpikan sebuah sinergi yang saling<br />

menguntungkan antara KSP dan para pengusaha<br />

itu, terutama dalam jejaring pemasaran hasil<br />

produksi anggota koperasi. “Kami pasti bisa<br />

mewujudkan itu. Surya Sekawan akan terus<br />

menjalin perkawanan dengan siapapun,” simpul<br />

Pandih mengakhiri.<br />

KSP Surya Sekawan<br />

Alamat<br />

Berdiri : Tahun 1997<br />

Badan Hukum<br />

Tahun Perkuatan Modal : 2005<br />

Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />

Ketua<br />

: Pandih M.S,Sp<br />

Jumlah Anggota : 225 orang<br />

Jumlah Karyawan : 12 orang<br />

: Jl. Barito No.26, Kab. Kuala Kapuas,<br />

Provinsi Kalimantan Tengah<br />

: No: 333/PAD/DPPK/KOP-1/II/2006,<br />

tanggal 9 Februari 2006<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 107


Hj. Helmi, anggota KSP Surya Sekawan pemilik usaha toko<br />

pakaian di Pasar Sari Mulya, Kuala Kapuas<br />

H. Suryadarma, seorang anggota KSPSurya Sekawan di<br />

gudang pupuk miliknya<br />

Mereka yang Tersenyum<br />

di Bibir Kapuas<br />

Jarak Desa Selat Hulu, tempat para<br />

pengurus KSP Surya Sekawan<br />

berkantor memang tak berada di bibir<br />

sungai Kapuas. Namun, anggota koperasi ini<br />

tersebar hingga ke bibir sungai yang<br />

membentang hingga ke Propinsi Kalimantan<br />

Selatan itu. Alhasil, senyum yang ditebar oleh<br />

keberhasilan KSP Surya Sekawan ini pun<br />

merambat hingga ke bibir Kapuas.<br />

Hj. Helmi, misalnya, pemilik usaha toko<br />

pakaian di Pasar Sari Mulya, Kuala Kapuas.<br />

Ia telah dua kali mendapatkan pinjaman<br />

suntikan modal usaha masing-masing senilai<br />

Rp 20 jt rupiah pada tahun 2006 dan tahun<br />

2008. Kini, total asset yang dikelola telah<br />

mencapai Rp 200 jt.<br />

Di Desa Barimba, di Kecamatan Kapuas<br />

Hilir, tersebut seorang petani karet bernama<br />

Muhammad Nasir. Ia juga penerima pinjaman<br />

dana bergulir. Memulai usaha penanaman<br />

pohon karet dengan modal awal sebesar Rp<br />

60 jt di atas lahan kelola seluas 4 hektar, ia<br />

kemudian mengajukan suntikan modal sebesar<br />

20jt pada tahun 2008, yang seluruhnya<br />

dipergunakan untuk membeli bibit pohon karet<br />

sebanyak 3.000 bibit karet. “Setidaknya,<br />

dengan usaha ini saya sudah bisa<br />

mempekerjakan penduduk kampung,” ungkap<br />

ia. Kelak, sekitar empat tahun mendatang, jika<br />

telah menuai panen, Nasir akan bisa memanen<br />

setidaknya 500 kg getah karet per satu hektar<br />

atau sekitar 2 ton getah karet per bulan. Dengan<br />

asumsi harga getah karet itu Rp.10.000 per kg<br />

maka omset usaha kebun karet miliknya itu akan<br />

mencapai Rp 20 jt per bulan.<br />

Penerima pinjaman lain bernama Hj. Naji<br />

Maturpah. Usaha peternakan puyuhnya saat<br />

ini telah berkembang hingga sekitar 3.000 ekor,<br />

dengan rata-rata produksi telur sebanyak<br />

4.000 butir per hari. Dengan skala usaha yang<br />

seperti itu ia bisa mengantongi laba bersih<br />

senilai Rp 8 jt per bulan.<br />

Sementara itu, H. Suryadarma, seorang<br />

warga Kelurahan Umbulau, Kecamatan<br />

Kapuas Hilir, menambah skala usaha distribusi<br />

pupuk produksi Petrokimia Gresik dari suntikan<br />

modal usaha sebesar Rp20 juta pada tahun<br />

2007. Ia, bahkan, berhasil melunasi pinjaman<br />

itu sebelum tenggat akhir pinjaman.<br />

Nama-nama tadi, hanyalah segelintir<br />

nama yang senyumnya terabadikan dalam<br />

buku ini. Di luar sana, senyum-senyum<br />

anggota lain mengembang mengiringi asa yang<br />

kian benderang.<br />

108<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


KSP SURYA SEKAWAN<br />

Kapuas<br />

Being Friends like Surya Sekawan<br />

Surya Sekawan Save Loan Coopera<br />

tion was established in 1997 with<br />

working capital of not more than Rp<br />

10 million. In 2003, KSU status was promoted<br />

to become Save Loan Cooperation. Such<br />

positive performance finally brought Surya<br />

Sekawan to be selected as participating cooperation<br />

in Agribusiness Sector KSP Capitalization<br />

Strengthening Program for the period<br />

of 2004. Scrolling fund in the amount of<br />

Rp 1 billion was distributed to this cooperation<br />

treasury.<br />

In managing KSP Surya Sekawan, administrators<br />

apply trusteeship philosophy. In<br />

addition to trusteeship, there is a strategy that<br />

is believed to the knot of this KSP Surya<br />

Sekawan success, namely: “Being friends<br />

with the members, being friends with banking,<br />

being friends with the government, and<br />

being friends with entrepreneurs”.<br />

Now, along with this KSP financial ability,<br />

the service scale has also been developed<br />

up to several neighboring districts that surround<br />

Selat Regency, such as Kapuas Hilir<br />

District, Pulau Petak District, and East Kapuas<br />

District. In these four regencies at this time<br />

there are 225 members of this KSP. Many of<br />

them have now been living in better living standards<br />

since they joined with KSP Surya<br />

Sekawan. Some of members of scrolling loan<br />

receiver cooperation have even been able to<br />

develop their business to the level that they had<br />

never expected before. Just to name one, Hj.<br />

Naji Maturpah, an entrepreneur of quail farm,<br />

in 2006 obtained scrolling loan in the amount<br />

of Rp 20 million from KSP Surya Sekawan.<br />

As a cooperation that is a member of<br />

Agribusiness/Sector KSP Strengthening Program,<br />

according to BPD Kalteng, KSP Surya<br />

Sekawan has a remarkable reputation. In ad-<br />

dition to being discipline in paying for loan<br />

installment, this cooperation is also considered<br />

as having effective strategy in selecting<br />

loan receiver members. According to Pandih,<br />

members who have strong business basis<br />

indeed have some sort of facility in receiving<br />

loan. However, KSP is not allowed to apply favoritism.<br />

The new members who are just commencing<br />

their business will also obtain loan.<br />

Indeed, not all members who have received<br />

such capitalization loan are discipline<br />

in paying installment. Well, to anticipate this<br />

type of non performing credit, KSP administrators<br />

established what is so called as an “ambush<br />

team” which intensively conducts intensive<br />

approach to such members who are in arrears.<br />

At this time, the total amount of<br />

Agribusiness/Sector program scrolling that<br />

was received by KSP Surya Sekawan, according<br />

to financial report per July 2009, has<br />

developed to up to Rp 2,9 billion. From the<br />

principal loan in the amount of Rp 1 billion,<br />

KSP has fulfilled its obligations to return the<br />

loan in the amount of Rp 280 million. In addition,<br />

for two years, KSP Surya Sekawan has<br />

also fulfilled its obligation in returning the loan<br />

interest in the amount of Rp 120 million.<br />

This type of performance profile is inseparable<br />

from management strategy applied<br />

by these cooperation administrators. Pandih,<br />

for example, regularly visits the cooperation<br />

members’ homes. Besides that, the communication<br />

with BPD has also been favorable. A<br />

special savings for KSP members has even<br />

been established. The unique thing is Branch<br />

Head of BRI Kuala Kapuas is assigned to<br />

become the Supervisor in KSP Surya<br />

Sekawan administrative structure. “At least there<br />

is an expert in accounting and banking as a supervisor,”<br />

continued Zulianto, Secretary of KSP.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 109


110<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


SULAWESI UTARA<br />

South Sulawesi<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 111


Suasana Kantor Pelayanan KSP Ayamen Mandiri, Kabupaten Minahasa<br />

KSP AYAMEN MANDIRI<br />

Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara<br />

Mitra Petani Cengkeh<br />

Wajah Alfi Waleleng, 35 th, sumringah<br />

pada hari-hari belakangan ini<br />

(akhir Juli 2009 lalu). Ia senantiasa<br />

tersenyum setiap kali melihat kebun cengkeh<br />

miliknya mulai berbuah. Tak lama lagi musim petik<br />

tiba, ia akan panen cengkeh. Jika harga sedang<br />

bagus, Alfi bisa mengantongi untung yang<br />

lumayan besar.<br />

Alfi adalah salah satu petani cengkeh di<br />

Desa Kombi, Kecamatan Kombi, Kabupaten<br />

Minahasa. Seperti kehidupan petani cengkeh<br />

pada umumnya, Alfi juga bergantung dari hasil<br />

budi daya cengkeh. Setiap menjelang musim<br />

panen, ia selalu sibuk merawat kebun cengkeh<br />

miliknya, berharap panen kali ini menuai hasil<br />

melimpah. Dari hasil kebun seluas 1,5 hektar, ia<br />

menghidupi istri dan dua orang anaknya.<br />

Nama Kombi bagi sebagian orang memang<br />

sudah tak asing lagi. Kecamatan baru hasil<br />

pemekaran dari Kecamatan Eris sejak tahun<br />

1962 ini dikenal sebagai salah salah satu<br />

produsen cengkeh terbesar di Minahasa, bahkan<br />

seantero Provinsi Sulawesi Utara. Selain hasilnya<br />

yang melimpah, cengkeh dari Kombi terkenal<br />

karena mempunyai kualitas yang bagus. Letak<br />

geografi Kombi yang berada di daereh<br />

pegunungan sangat cocok untuk budi daya jenis<br />

tanaman ini. Maka, tak heran jika sebagian besar<br />

masyarakat Kombi tertarik untuk<br />

mengembangkan jenis komoditas cengkeh.<br />

Peran lembaga keuangan sebagai mitra<br />

petani terjalin baik di sini. Bentuk hubungan yang<br />

dimaksud adalah pemanfaatan fasilitas pinjaman<br />

modal usaha yang disediakan lembaga<br />

keuangan oleh para petani cengkeh. Bukan<br />

112<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


hanya dari bank milik pemerintah dan swasta,<br />

bantuan modal usaha itu pun terkucur dari<br />

lembaga keuangan seperti koperasi. Salah<br />

satunya adalah <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Ayamen<br />

Mandiri. <strong>Koperasi</strong> yang berkantor di Desa Kombi<br />

ini telah lama menjadi mitra masyarakat di<br />

Kecamatan Kombi.<br />

Hubungan antara KPS Ayamen Mandiri dan<br />

masyarakat cukup harmonis. Bahkan, interaksi<br />

yang baik telah tercipta sejak KPS itu masih<br />

berbentuk <strong>Koperasi</strong> Unit Desa (KUD)— berubah<br />

menjadi KSP pada tanggal 6 Januari 2005 lalu.<br />

Wajar jika KSP Ayamen Mandiri telah dikenal luas<br />

masyarakat.<br />

KPS Ayamen Mandiri adalah alasan senyum<br />

Alfi di atas. Alfi adalah salah satu nasabah KSP<br />

Ayamen Mandiri yang paling aktif. “<strong>Koperasi</strong> ini<br />

sangat membantu kami. Dulu kami pinjam uang<br />

dari bank harian, namun kesulitan<br />

mengembalikan karena harus menyetor tiap hari.<br />

Kini kami memilih koperasi karena bisa bayar<br />

setelah panen,” kata Alfi.<br />

Meski baru berusia empat tahun, koperasi<br />

ini telah menunjukkan pola kinerjanya yang baik.<br />

Dari sisi keanggotaan, misalnya, jumlahnya<br />

bertambah dari waktu ke waktu. Hingga tahun<br />

2008 jumlah anggota KSP telah mencapai 120<br />

orang, dan cakupan layanannya pun semakin<br />

meluas. Ketika itu, KSP Ayamen Mandiri tak<br />

hanya sebatas berkiprah di Desa Kombi, namun<br />

juga telah merambah ke beberapa desa di<br />

Kecamatan Kombi.<br />

Sejurus dengan itu, kepercayaan<br />

masyarakat menjadi vitamin-suplemen tersendiri<br />

bagi pengurus KSP Ayamen Mandiri untuk terus<br />

berkiprah, bahkan berinovasi. Puncak kinerja<br />

pada empat tahun usianya, KSP Ayamen Mandiri<br />

dipercaya untuk mengelola Progran Dana<br />

Bantuan Perkuatan KSP Agribisnis/ Sektoral<br />

pada tahun 2006. Lantaran program ini pula,<br />

KSP Ayamen Mandiri menjalin kerja sama dengan<br />

dua bank di Sulawesi Utara, yakni Bank Sulut<br />

dan Bank Prisma Dana. Bank Sulut merupakan<br />

bank penyalur dana bergulir agribisnis Rp1 miliar,<br />

sementara Bank Prisma Dana berperan menjadi<br />

pensuplai dana bagi KSP kekurangan dana<br />

untuk memenuhi permintaan pinjaman,<br />

khususnya pada momen-momen tertentu. “Pada<br />

musim tanam banyak anggota yang mengajukan<br />

pinjaman. Biasanya kami kekurangan dana,” kata<br />

Ketua KSP Ayamen Mandiri, Hesky Z.P Montong.<br />

Layanan KSP Ayamen Mandiri bagi warga<br />

mendorong warga lain yang belum menjadi<br />

anggota mengajukan aplikasi permohonan<br />

Alfri Waleleng merasa lebih mudah dan nyaman mengajukan kredit di koperasi untuk modal bertani cengkeh<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 113


menjadi anggota. Memang, tak semua aplikasi<br />

serta merta dikabulkan. Tapi yang jelas,<br />

pertambahan jumlah anggota itu berimplikasi<br />

pada necara keuangan koperasi. Pada tahun<br />

2008, omzet koperasi mencapai Rp<br />

1.323.865.000. Angka Sisa Hasil Usaha (SHU)<br />

pun naik dari tahun ke tahun. Bila pada 2006,<br />

jumlah SHU senilai Rp 27.718.000, pada dua<br />

tahun berikutnya, 2008, jumlah HSU melonjak<br />

hingga dua kali lipat, yakni mencapai Rp<br />

45.256.701.<br />

Angka-angka tersebut tidak terlalu besar,<br />

tetapi menarik jika dilihat dari kontribusinya<br />

terhadap kekayaan koperasi. Menurut Hesky Z.P<br />

Montong, jumlah kekayaan KSP pada tahun 2008<br />

berada pada level Rp 1.354.575.000. Angka ini<br />

cukup fantastik jika dibandingkan dengan jumlah<br />

kekayaan awal ketika berdiri yang hanya Rp 40<br />

juta. Tak berlebihan jika KSP Ayamen Mandiri, kini,<br />

menjadi salah satu koperasi unggulan di Minahasa.<br />

***<br />

Memang, tak ada gading yang tak retak.<br />

Meskipun telah mencapai beberapa prestasi<br />

dinamika positif KSP Ayamen Mandiri tadi sesekali<br />

tersandung kendala. Salah satunya, ulah nasabah<br />

‘nakal’ yang enggan mengembalikan pinjaman<br />

tepat waktu. Untuk meminimalir angka kemacetan<br />

itu, tambah Hesky, kunjungan dan pembinaan rutin<br />

terhadap anggota pun dilakukan. Bahkan tak<br />

jarang Ketua KSP turun langsung untuk berdialog<br />

dan mendengar keluh kesah anggota. “Kami<br />

berusaha mengenal lebih dekat para anggota<br />

maupun calon anggota,” kata Hesky Z.P Montong.<br />

Semua langkah tadi, tambah Hesky,<br />

merupakan upaya untuk membantu para petani<br />

yang rata-rata kesulitan mendapatkan pinjaman<br />

modal kerja. Ia berharap kerja sama antara<br />

koperasi dan masyarakat tetap terjalin secara<br />

harmonis. Meskipun hubungan demikian dekat,<br />

KSP tetap bisa menerapkan sistem sanksi berupa<br />

denda sebesar 30% dari besarnya pinjaman<br />

terhadap setiap kasus keterlambatan pengembalian<br />

pinjaman. Bagi KSP, kebijakan sanksi<br />

tersebut ditempuh untuk mendewasakan anggota.<br />

Bagaimanapun, kedewasaan anggota adalah<br />

modal bagi sebuah pola kemitraan yang sehat.<br />

“Kami hadir sebagai mitra bagi para petani. Dalam<br />

bermitra perlu ada pola kemitraan yang sehat di<br />

antara koperasi dan petani,” simpul Hesky.<br />

Lahan perikanan nmilik anggota KSP Ayamen Mandiri<br />

KSP Ayamen Mandiri<br />

Alamat<br />

: Desa Kombi, Kecamatan Kombi,<br />

Kabupaten Minahasa,<br />

Provinsi Sulawesi Utara<br />

Berdiri : 10 Mei 1997<br />

Badan Hukum : No: 2499/BH-KOP, tanggal 6 Januari 2005<br />

Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2006<br />

Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />

Total Aset<br />

Ketua<br />

Jumlah Anggota<br />

: Rp1.354.575.000<br />

: Drs. Hesky Z.P. Montong<br />

: 120 orang<br />

114<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


KSP AYAMEN MANDIRI<br />

Clove Farmers Partner<br />

The name “Kombi” for some people<br />

does not sound strange anymore. The<br />

new district as a result of Eris District<br />

extension since 1962 has been known as one<br />

of the largest clove producers in Minahasa,<br />

even in the entire North Sulawesi Province. In<br />

addition to its abundance produce, the clove<br />

from Kombi is famous for its good quality. Geographic<br />

location of Kombi which is on the<br />

mountain range is suitable for the cultivation<br />

of this type of plant. No wonder if most of Kombi<br />

communities are interested in developing clove<br />

commodity type.<br />

The financial institution as farmers’ partner<br />

plays a very good role here. The intended<br />

form of relationship is the utilization of business<br />

capital loan provided by financial institution<br />

by clove farmers. Not only from state and<br />

private owned banks, such business capital is<br />

also provided by financial institution such as<br />

cooperation. One of such cooperations is Save<br />

Loan Cooperation Ayamen Mandiri. The Cooperation<br />

that has its office at Kombi Village<br />

has been the partner of the community in Kombi<br />

Regency for a long time.<br />

The relation between KPS Ayamen Mandiri<br />

and the community is quite harmonious. The<br />

favorable interaction that has been created<br />

since such KPS was still in the form of Village<br />

Unit Cooperation (KUD)— changed to become<br />

KSP on 6 January 2005. It is obvious that KSP<br />

Ayamen Mandiri has been widely known.<br />

KPS Ayamen Mandiri is the reason of Alfi’s<br />

smile above. Alfi is one of the most active customers<br />

of KSP Ayamen Mandiri. “This cooperation<br />

helps us a lot. We used to borrow money<br />

from daily bank, but we found it difficult to return<br />

the money because we had to deposit<br />

every day. Now we choose cooperation because<br />

we can pay after the harvest,” said Alfi,<br />

who is also one of the farmers there.<br />

Even though it is only four years old, this<br />

cooperation has shown its favorable performance<br />

pattern. In terms of membership, for example,<br />

the number increases from time to time.<br />

Until 2008, the number of KSP members<br />

reached up to 120 people, and its service coverage<br />

became wider. Then, KSP Ayamen<br />

Mandiri was not limited to only operate in Kombi<br />

Village, but also had spread to several villages<br />

in Kombi Regency.<br />

In line with that, the trust of the community<br />

becomes a supplement vitamin for KSP<br />

Ayamen Mandiri administrators to keep acting,<br />

and even innovating. The peak performance<br />

of its fourth year, KSP Ayamen Mandiri was<br />

trusted to manage Agribusiness/Sector KSP<br />

Aid Fund Program in 2006. Due to this program<br />

also, KSP Ayamen Mandiri cooperated<br />

with two banks in North Sulawesi, namely Sulut<br />

Bank and Prisma Dana Bank. Sulut Bank is the<br />

distributing bank for agribusiness scrolling fund<br />

in the amount of Rp 1 billion, meanwhile Prisma<br />

Dana Bank has the role of fund supplier for<br />

KSPs that are lack of fund to fulfill loan request,<br />

especially on specific moments. “In the planting<br />

season there are many members who apply for<br />

loan. Usually we are lack of fund,” said Chairman<br />

of KSP Ayamen Mandiri, Hesky Z.P Montong.<br />

The service of KSP Ayamen Mandiri for<br />

denizens, encourages other denizens who are<br />

non members, to apply for membership. Indeed,<br />

not all applications could merely be<br />

granted. However it is clear that such number<br />

of members increase implicates the cooperation<br />

financial balance. According to Hesky Z.P<br />

Montong, the value of asset of KSP in 2008<br />

was at the level of Rp 1,354,575,000. This<br />

number is quite fantastic if it it is compared to<br />

the number when the cooperation was first<br />

established which was only Rp 40 million. It<br />

will not be exaggerating to say that KSP<br />

Ayamen Mandiri, now, has become one of superior<br />

cooperations in Minahasa.<br />

To minimize the amount of non performing<br />

loan, regular visits and development on<br />

members are conducted. It is also quite often<br />

that Chairman of KSP directly participates and<br />

has dialogs as well as listens to the grievances<br />

of members.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 115


Suasana pelayanan di KSP Tamporok Timampas<br />

KSP TAMPOROK TIMAMPAS<br />

Kab. Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara<br />

Buka Peluang Lebar-lebar,<br />

Ketat Bersyarat<br />

Sumiati adalah sosok wanita bersahaja.<br />

Ia tinggal di Desa Tatelu, Kecamatan<br />

Dimembe. Di balik kebersahajaannya<br />

itu sesungguhnya ia adalah perempuan<br />

pengusaha tangguh. Sejak tahun 2001 silam,<br />

Sumiati adalah pengelola usaha kecil sektor<br />

perikanan darat. Bersama sang suami,<br />

perempuan yang kini berusia 38 tahun itu<br />

mengawali bisnisnya dengan sebuah kolam ikan,<br />

yang masing-masing berukuran 10 x 20 meter.<br />

Kolam-kolam itu ia gunakan untuk membesarkan<br />

ikan-ikan mas, gurami, dan mujair, yang kelak ia<br />

suplai ke rumah-rumah makan di Minahasa, dan<br />

beberapa lagi di Manado. Ketika usahanya mulai<br />

berbuah hasil. Sebuah kolam tambahan pun ia<br />

sewa. “Jika mengingat masa-masa itu penghasilan<br />

torang pas-pasan,” kenang Sumiati.<br />

Beruntung Sumiati adalah anggota KUD<br />

Tamporok, yang kelak melahirkan <strong>Koperasi</strong><br />

Simpan Pinjam (KSP) Tamporok Timampas,<br />

penerima perkuatan modal dari dana bergulir<br />

Program Agribisnis/Sektoral. Ketika KSP<br />

Tamporok Timampas terbentuk pada tahun 2003,<br />

Sumiati pun mendaftar menjadi anggota KSP.<br />

Tahun 2005, Sumiati mengajukan perkuatan<br />

modal usaha perikanan yang ia kelola. Bantuan<br />

modal sejumlah Rp 5 juta pun ia peroleh. Uang<br />

sebesar itu ia gunakan untuk untuk membeli bibit<br />

116<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Sumiati dan usaha budidaya ikan air tawar<br />

ikan dan pakan. Pinjaman modal itu ternyata<br />

efektif menaikkan skala usaha kolam ikan<br />

miliknya. Lantaran termasuk anggota KSP yang<br />

disiplin menunaikan angsuran pinjaman, aplikasi<br />

pinjaman tahap kedua yang ia ajukan diterima.<br />

Kali ini sebesar Rp 10 juta. Bahkan, kini Sumiati<br />

kembali meminjam perkuatan modal sebesar Rp<br />

15 juta. “Semua uang itu torang gunakan untuk<br />

modal usaha, bukan untuk membeli barangbarang<br />

kebutuhan rumah tangga,” tegas<br />

Sumiati.<br />

Delapan tahun berselang, kini Sumiati telah<br />

memiliki enam kolam ikan. Selain menyuplai ikan<br />

untuk kebutuhan rumah-rumah makan di<br />

Minahasa dan Manado, Sumiati juga berjualan<br />

ikan di Pasar KUD Tamporok pada setiap hari<br />

Minggu. Memang, grafik usaha Sumiati tak<br />

selamanya meniti jalan mendaki. Terkadang,<br />

terselip juga kisah duka dalam mengelola usaha<br />

miliknya. Penuh onak dan duri, bahkan<br />

kegagalan. Suatu ketika, Sumiati pernah<br />

mengalami kerugian besar akibat ikan-ikan yang<br />

ia biakkan terserang penyakit. Ikan-ikan mas<br />

yang sudah siap panen itu tiba-tiba mati.<br />

Beruntung, Sumiati tipe pengusaha gigih, aral<br />

seperti itu tak lantas menyurutkan semangatnya<br />

untuk maju. Kini, berkat kegigihannya mengelola<br />

usaha, dalam sebulan kini ia bisa memperoleh<br />

laba bersih senilai Rp 4,5 juta.<br />

Itulah sekelumit kisah tentang Sumiati, satu<br />

dari sekian anggota KSP Tamporok Timampas<br />

yang berhasil menaikkan taraf hidupnya.<br />

Keberhasilan Sumi mengelola dana bergulir<br />

permodalan jelas menginspirasi warga lain di<br />

Desa Tatelu. Bahkan, warga desa-desa di sekitar<br />

Tatelu, seperti Desa Pinilih, Desa Warukapas,<br />

Desa Wassian, Desa Lumpias, dan Desa Klabat.<br />

Ratusan warga desa-desa itu kini antri<br />

menunggu persetujuan untuk menjadi anggota<br />

KSP Tamporok Timampas.<br />

***<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) Tamporok<br />

Timampas berdiri pada tahun 2003. Kelahiran<br />

KSP ini memiliki sejarah erat dengan eksistensi<br />

KUD Tamporok. Awalnya, KUD Tamporok<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 117


mengelola sebuah unit simpan pinjam (USP).<br />

Seiring dengan dinamika USP itu, beberapa<br />

tokoh KUD Tamporok kemudian mengusulkan<br />

agar unit usaha simpan pinjam itu dikukuhkan<br />

saja menjadi sebuah koperasi tersendiri yang<br />

memiliki badan hukum. Singkat cerita, berdasarkan<br />

hasil Rapat Anggota Tahunan Tahun<br />

2003, terbentuklah <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam<br />

(KSP), yang selanjutnya diberi nama KSP<br />

Tamporok Timampas.<br />

Modal awal KSP ini tentu saja berasal dari<br />

kas USP yang menjadi cikal bakal kelahirannya.<br />

Jumlahnya tidak besar. Hanya Rp.147.509.230.<br />

Untuk ukuran sebuah koperasi simpan pinjam,<br />

dana senilai itu jelas tergolong minim.<br />

Bayang-bayang KSP yang gulung tikar<br />

karena seret modal sempat menghantui para<br />

pengurus KSP Tamporok Timampas, yang baru<br />

saja berdiri itu. Tak ingin bernasib serupa, para<br />

pengurus KSP baru itu pun mulai menyusun<br />

strategi. Beberapa penjajakan kerjasama dengan<br />

badan usaha lain, baik swasta maupun lembaga<br />

pemerintah dilakukan. Hasilnya, KSP Tamporok<br />

Timampas berhasil menjalin kerjasama dengan<br />

PT. Permodalan Nasional Madani (PNM). Bantuan<br />

permodalan sebesar Rp 250 juta pun mengucur<br />

pada akhir tahun 2003. Setahun kemudian,<br />

tepatnya pada akhir 2004, KSP Tamporok<br />

Timampas kembali mendapat suntikan modal<br />

serupa sebesar Rp500 juta. Hanya berselang<br />

tiga tahun, seluruh pinjaman dari PT PNM tersebut<br />

berhasil dilunasi.<br />

Berkaca dari jejak rekam KSP Tamporok<br />

Timampas tadi wajar jika kemudian proposal<br />

mereka untuk bantuan perkuatan modal Program<br />

Agribisnis/Sektoral sebesar Rp 1 miliar terkabul<br />

pada tahun 2005.<br />

Berkat disiplin mengelola sistem, dana<br />

bergulir sebesar Rp1 miliar itu kini, empat tahun<br />

kemudian, telah berkembang menjadi lebih dari<br />

Rp 2 miliar. “Peningkatan itu diperoleh dari laba<br />

usaha simpan pinjam yang dijalankan,” ungkap<br />

Ketua KSP Tamporok Timampas, Juliantje<br />

Kaunang. Keberhasilan itu juga mempengaruhi<br />

tingkat pengembalian dana pinjaman ke bank.<br />

Berdasarkan track record Bank Sulsel, sebagai<br />

penyalur dana bergulir agribisnis Rp 1 miliar, KSP<br />

Temporok pada 2008 telah menyetor dana<br />

sebesar Rp 100 juta ditambah bunga.<br />

Keberhasilan KSP Tamporok Timampas<br />

menggali berbagai potensi permodalan efektif<br />

menggerakkan grafik aset dan neraca keuangan<br />

KSP ke level yang lebih baik. Menurut data KSP,<br />

saat ini aset yang dimiliki sudah bernilai Rp 800<br />

juta. Grafik neraca keuangan pun setali dua uang.<br />

Tahun demi tahun neraca keuangan<br />

menunjukkan peningkatan yang cukup untuk<br />

membuat para pengurus KSP ini tersenyum puas.<br />

Pasar tradisional milik KUD Tamporok, tempat para anggota KSP Tamporok Timampas memasarkan hasil panen<br />

118<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Salah satu indikator, misalnya, bisa dilihat dari<br />

jumlah kredit yang dikeluarkan. Pada tahun 2007<br />

jumlah kredit yang disalurkan mencapai senilai<br />

Rp1.967.808.300, yang kemudian menghasilkan<br />

laba usaha senilai Rp24.181.925. Satu tahun<br />

kemudian, jumlah kredit yang tersalur meningkat<br />

menjadi Rp1.998.278.300 dengan laba usaha juga<br />

meningkat menjadi Rp27.199.507. Sebagai<br />

catatan, besaran pinjaman atau kredit yang<br />

disalurkan bervariasi, mulai dari yang terkecil<br />

Rp500 ribu hingga Rp20 juta dengan berbagai<br />

program pilihan. Sedangkan tingkat suku bunga<br />

yang digunakan adalah sebesar 20,4% per tahun.<br />

Kinerja keuangan yang kinclong tersebut<br />

merupakan buah dari sistem penyaluran dana<br />

bergulir yang relatif ketat. Dalam hal keanggotaan,<br />

KSP menerapkan sistem open house.<br />

Artinya, membuka pintu seluas-luasnya bagi<br />

masyarakat atau calon anggota yang ingin<br />

menjadi anggota KSP. “Kami membuka<br />

kesempatan seluas-luasnya bagi calon anggota<br />

untuk menjadi anggota KSP,” kata Ketua KSP<br />

Tamporok Timampas, Juliantje Kaunang.<br />

Namun, ada beberapa syarat yang harus<br />

dipenuhi untuk bisa menjadi anggota KSP. Salah<br />

satunya prestasi pengembalian yang tidak boleh<br />

cacat selama dua kali pengajuan kredit. Untuk<br />

syarat yang satu ini pengurus tidak memberi<br />

toleransi. Wajar jika sampai waktu tertentu, KSP<br />

Tamporok Timampas baru mempunyai anggota<br />

tetap sebanyak 25 orang. “Kami harus selektif<br />

dalam menerima anggota,” jelas Juliantje Kaunang.<br />

Kebijakan pintu dibuka lebar-lebar di satu<br />

pihak, dan pemberlakuan ketat di dalam<br />

persyaratannya di pihak lain, ternyata membuahkan<br />

hasil. Hasilnya adalah jumlah anggota<br />

yang banyak dan selektif. Hingga tahun 2009<br />

calon anggota KSP mencapai 1.604 orang, yang<br />

tersebar tidak hanya di Desa Tatelu tapi juga desadesa<br />

sekitarnya, seperti Pinilih, Warukapas,<br />

Wassian, Lumpias, T. Rondor dan Klabat.<br />

Kredibilitas calon anggota dan jenis usaha<br />

yang dilakukan menjadi pertimbangan KSP untuk<br />

meluncurkan kredit. Bahkan, bisa berpengaruh<br />

terhadap besar kecilnya pinjaman yang<br />

dikeluarkan. Sedangkan untuk memudahkan<br />

pembinaan, di masing-masing desa ditempatkan<br />

seorang manajer, seorang kasir dan seorang juru<br />

tagih berstatus karyawan KSP.<br />

Track record bagus itu tidak datang begitu<br />

saja, namun melalui perjuangan keras yang<br />

cukup panjang dari para pengurus. Misalnya<br />

keberhasilan pengurus KSP dalam menembus<br />

birokrasi lembaga usaha yang selama ini terkesan<br />

enggan bekerja sama dengan koperasi.<br />

Setidaknya, Pemerintah Daerah mulai mempertimbangkan<br />

keberadaan KSP. Sebagai bentuk<br />

dukungan Pemda, KSP Tamporok Timampas terpilih<br />

sebagai koperasi penerima bantuan dana bergulir<br />

perkuatan modal bidang agribisnis dari Pemerintah<br />

sebesar Rp 1 miliar pada tahun 2005/ 2006.<br />

Tapi, bukan hanya alasan lobi kenapa KSP<br />

pantas untuk menjalankan program dari Kementerian<br />

Negara <strong>Koperasi</strong> dan usaha Kecil dan<br />

Menengah. Pertimbangan utamanya tetap pada<br />

kinerja koperasi itu sendiri. Di sana kepiawaian<br />

pengurus teruji.<br />

Sayang, sinar kinerja KSP Tamporok<br />

Timampas terganggu oleh sebuah catatan kaki<br />

dari Bank Sulut. Menurut Data Bank Sulut, jumlah<br />

pinjaman dana bergulir Program Agribisnis<br />

Sektoral yang sebesar Rp 1 miliar yang diterima<br />

KSP Tamporok Timampas, baru Rp 100 juta yang<br />

dikembalikan. Menyikapi pertanyaan nakal atas<br />

fakta itu, sang Ketua KSP Tamporok Timampas,<br />

Juliantje Kaunang, hanya bisa berujar: “kami<br />

masih prioritas pada perguliran dana, semakin<br />

bergulir semakin kuat koperasi kami.”<br />

KSP Tamporok Timampas<br />

Alamat<br />

: Desa Tatelu, Keca. Dimembe,<br />

Kab.Minahasa Utara<br />

Berdiri : 10 Mei 1997<br />

Badan Hukum<br />

: No: 2473/BH-KOP/IX-2003<br />

Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004<br />

Jumlah Perkuatan Modal<br />

: Rp1 miliar<br />

Peningkatan Dana Perkuatan Modal : Lebih dari Rp2 miliar<br />

Ketua<br />

: Juliantje Kaunang<br />

Jumlah Anggota<br />

: 25 orang<br />

Jumlah Karyawan<br />

: 23 orang<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 119


KSP TAMPOROK TIMAMPAS<br />

North Minahasa, Norht Sulawesi<br />

Providing Wide Open<br />

opportunities, Tight Requirements<br />

Sumiati is a simple woman. She lives in<br />

Tatelu Village, Dimembe District. Be<br />

hind her simplicity she is actually a<br />

strong business woman. Since 2001, Sumiati<br />

is the manager of land fishery small business<br />

sector. Sumiati is a member of Loan Save Cooperation<br />

(KSP) of Tamporok Timampas, receiver<br />

of scrolling fund strengthening for Sector KSP.<br />

Sector<br />

In 2005, Sumiati submitted a proposal<br />

on capital strengthening for fishery business<br />

that she managed. Capital aid with the value<br />

of Rp 5 million was obtained by her. With that<br />

much money, she bought fish seed and food.<br />

As a discipline member of KSP she paid back<br />

the loan installment, and then she applied for<br />

the second stage loan, in the amount of 10<br />

million, then the third one in the amount of<br />

Rp 15 million. “I used all that money for business<br />

capital, not for purchasing household<br />

goods,” said Sumiati expressly.<br />

Eight years later, now Sumiati has had<br />

six fish ponds. In addition she also supplies<br />

fish for restaurants in Minahasa and Manado.<br />

Sumiati is a hard work type of business<br />

woman, any hindrances do not stop her spirit<br />

from progressing. Now, thanks to her hard<br />

work in managing her business, in a month<br />

she can obtain a net profit of Rp 4.5 million.<br />

Loan Save Cooperation (KSP) Tamporok<br />

Timampas was established in 2003. Because<br />

of its good recording system, their proposal<br />

to obtain scrolling fund aid for Sector KSP in<br />

the amount of Rp 1 billion was granted in 2005.<br />

Because of the discipline in system management,<br />

scrolling fund in the amount of Rp 1<br />

billion has now four years later, developed to<br />

become Rp 2 billion. “Such increase was obtained<br />

from profit of the managed loan save<br />

business,” said Chairman of KSP Tamporok<br />

Timampas, Juliantje Kaunang. Such success also<br />

affects the return level of loan fund to the bank.<br />

In 2008 Temporok returned such scrolling loan<br />

fund in the amount of Rp 100 million plus interest.<br />

According to KSP data, currently asset<br />

that is owned has reached the amount of Rp<br />

800 million. Meanwhile, financial balance also<br />

shows enough increase to make all administrators<br />

smile in satisfaction. On of the indicators,<br />

for example, can be seen from the amount<br />

of credit issued. In 2007 the amount of credit<br />

distributed reached the amount of<br />

Rp1.967.808.300, which then produced business<br />

profit in the amount of Rp24.181.925. A<br />

year later, the amount of credit distributed increased<br />

to become Rp1.998.278.300 with<br />

business profit that also increased to become<br />

Rp27.199.507.<br />

Such sparkling financial performance is<br />

the fruit of scrolling fund distribution system<br />

which is relatively tight. In terms of membership,<br />

KSP applies the open house system. It<br />

means, it opens the door widely for communities<br />

or future members who wish to become<br />

KSP members. “We provide opportunities wide<br />

open for future members to become members<br />

of KPS,” said Chairman of KSP Tamporok<br />

Timampas, Juliantje Kaunang.<br />

The wide open door policy by one side,<br />

and the tight enactment in its requirements are<br />

actually fruitful. The output is the large and selective<br />

number of members. Up to 2009 members<br />

of KSP have reached 1,604 scattered not<br />

only in Tatelu Village but also the surrounding<br />

villages such as Pinilih, Warukapas, Wassian,<br />

Lumpias, T. Rondor and Klabat.<br />

120<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Lahan persawahan di Kabupaten Minahasa<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 121


122<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


SULAWESI TENGGARA<br />

Southeast Sulawesi<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 123


Aktivitas anggota KSP Tunas Sari dalam melakukan pemilihan bibit rumput laut<br />

KSP TUNAS SARI<br />

Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara<br />

Maju Bersama Petani Rumput Laut<br />

Masyarakat Labone terkenal sebagai<br />

masyarakat pembudidaya rumput<br />

laut. Awalnya, mereka berprofesi<br />

sebagai nelayan. Namun, seiring dengan<br />

perkembangan usaha budidaya rumput laut<br />

yang dianggap lebih potensial, satu demi satu<br />

mereka beralih profesi menjadi petani rumput<br />

laut. Secara geografis masyarakat Desa Labone<br />

terletak di tepi selat Buton yang memang cocok<br />

untuk budidaya rumput laut. Meskipun harga<br />

rumput laut tergolong labil dianggap tetapi usaha<br />

ini dianggap lebih prospektif daripada menjadi<br />

nelayan kecil.<br />

Lagi-lagi alasan minim modal membuat<br />

para petani rumput laut itu sulit melakukan<br />

eskalasi usaha mereka. Untuk meminjam modal<br />

ke bank, terlalu banyak persyaratan administratif<br />

yang tak bisa mereka penuhi. Padahal,<br />

permintaan pasar terhadap rumput laut semakin<br />

tinggi. Tanpa modal yang cukup, para petani<br />

rumput laut itu jelas tak bisa berbuat banyak.<br />

Keresahan itu akhirnya bermuara di forum<br />

pertemuan anggota <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam<br />

Tunas Sari. Para petani rumput laut mengeluh.<br />

“Seperti ada tembok besar di hadapan kami,”<br />

kenang La Saimuna, Ketua sekaligus Manager<br />

124<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Rumput laut hasil produksi usaha tambak rumput laut milik anggota KSP Tunas Sari<br />

KSP Tunas Sari menggambarkan suasana hati<br />

para petani rumput laut yang menjadi<br />

anggotanya.<br />

Ketika itu tahun 2003. Begitu mendengar<br />

bahwa Kementerian KUKM meluncurkan program<br />

perkuatan permodalan bagi KSP yang<br />

membiayai UKM sektor agribisnis, para pengurus<br />

KSP Tunas Sari sepakat untuk mengajukan proposal.<br />

Berbekal neraca keuangan yang stabil,<br />

mereka yakin bahwa proposal itu akan<br />

dikabulkan. Sebagai catatan, pada tahun 2003,<br />

KSP Tunas Sari telah memiliki anggota hampir<br />

2000 orang dengan modal mencapai Rp<br />

3.092.275.276. “Dengan anggota sebanyak itu,<br />

kami masih membutuhkan perkuatan modal<br />

untuk membiayai usaha mikro para petani<br />

rumput laut yang menjadi anggota KSP,” ungkap<br />

La Saimuna.<br />

Satu tahun kemudian, doa para petani<br />

rumput laut Lasalepa terkabul. Proposal KSP<br />

untuk memperoleh perkuatan permodalan<br />

sebesar Rp 1 miliar melalui Perkuatan Modal<br />

KSP Sektor Agribisnis disetujui.<br />

Sedikit kilas balik, koperasi simpan pinjam<br />

berkembang dari sebuah unit usaha Simpan<br />

Pinjam pada KUD Tunas sari yang telah berdiri<br />

sejak tahun 1992 di Desa Labone, Kecamatan<br />

Lasalepa. Karena USP dari KUD Tunas sari ini<br />

tumbuh dengan pesat dan menjadi unit usaha<br />

primadona maka pada 1995 diputuskan untuk<br />

berdiri sendiri dengan nama KSP Tunas Sari.<br />

Ketika itu, modal awalnya hanya sebesar<br />

Rp 8 juta rupiah dengan jumlah pengurus<br />

sebanyak 3 orang, selain pengawas sebanyak<br />

3 orang, satu orang karyawan. Memang, jumlah<br />

anggotanya sudah relatif banyak: 200 orang.<br />

“Dengan anggota sebanyak itu modal kami habis<br />

berputar, padahal jumlah pinjaman tertinggi kami<br />

hanya Rp. 100.000, yang harus lunas selama<br />

5-10 bulan dengan bunga rata-rata 2,5 persen,”<br />

kenang La Saimuna.<br />

Kini, berbelas tahun kemudian, berkat<br />

sentuhan tangan dingin dari para pengurusnya,<br />

KSP Tunas Sari telah mengembangkan usaha<br />

simpan pinjamnya. Sejak menerima perkuatan<br />

modal bergulir Program Agribisnis/Sektoral,<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 125


jumlah anggota KSP ini merangkak naik. Pada<br />

tahun 2004 jumlah anggotanya telah mencapai<br />

2.468 orang dengan total modal yang mencapai<br />

senilai Rp 5,67 miliar.<br />

Pertambahan anggota yang cukup pesat itu<br />

tak mengherankan, karena KSP Tunas Sari<br />

memberikan persyaratan yang mudah. Cukup<br />

dengan mengisi formulir pendaftaran, menyetor<br />

simpanan pokok sebesar Rp10.000 dan<br />

membayar simpanan wajib yang besarnya 5%<br />

dari total pinjaman. Sepanjang calon anggota<br />

tersebut disiplin melunasi pinjamannya selama<br />

dua kali putaran, mereka berhak menjadi<br />

anggota.<br />

Sekadar menampilkan data statistik, pada<br />

tahun 2008 lalu, jumlah pinjaman yang digulirkan<br />

kepada para anggota mencapai Rp 11,84 miliar<br />

dengan volume usaha sebesar Rp 14,34 miliar.<br />

Pencapaian itu meningkat 28 persen jika<br />

dibandingkan prestasi keuangan pada tahun<br />

2007 dengan volume usaha sebesar Rp 11,21<br />

miliar. Dari hasil penyaluran pinjaman selama<br />

Tahun Buku 2008 tersebut, KSP Tunas Sari<br />

meraih pendapatan Hasil Usaha (HU) senilai<br />

Rp823,9 juta (lihat tabel).<br />

Kinerja keuangan yang baik itu juga diiringi<br />

dengan kinerja pengembalian dana bergulir<br />

yang sebesar Rp 1 miliar, yang mesti lunas<br />

dalam kurun waktu 10 tahun. Menurut data Bank<br />

Sultra KSP Tunas Sari tergolong koperasi yang<br />

disiplin melakukan pengangsuran. Hingga akhir<br />

2008, KSP Tunas Sari telah menunaikan<br />

kewajiban pengembalian sebesar Rp 450 juta.<br />

La Saimuna, Ketua KSP Tunas Sari (kiri). Cabang KSP Tunas Sari di Kendari (kanan)<br />

Kondisi KSP Tunas Sari 2007-2008<br />

2007 2008 Peningkatan (Rp) Peningkatan (%)<br />

Volume usaha 11.214.450.050 14.347.473.200 3.134.023.150 28<br />

Hasil Usaha (HU) 788.920.561 823.901.658 34.981.097 4,4<br />

Jumlah anggota 2.830 2.816 -14 -0,49<br />

KSP TUNAS SARI<br />

Alamat<br />

: Desa Labone, Kec. Lasalepa, Kab.Muna,<br />

Provinsi Sulawesi Tenggara<br />

Berdiri : 21 Juli 1995<br />

Badan Hukum<br />

: No: 16/BH/KWK.21/XI/1995<br />

Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004<br />

Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />

Total Aset<br />

: Rp1.624.511.628<br />

Ketua<br />

: La Saimuna<br />

Jumlah Anggota : 2000 orang<br />

Jumlah Karyawan : 32 orang<br />

126<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Inspirasi La Rimu<br />

Menjadi petani rumput laut sudah<br />

menjadi pilihan hidup La Rimu.<br />

Pria 49 tahun ini memiliki<br />

sebidang lahan seluas 400 x 300 meter<br />

persegi yang ia manfaatkan sebagai arena<br />

budidaya rumput laut. Setiap 45 hari sekali<br />

ia bisa memanen rumput laut rata-rata 1<br />

ton rumput laut kering. Dalam satu tahun<br />

ia bisa memanen hingga lima sampai<br />

enam kali panen. Sebelum membudidaya<br />

rumput laut, La Rimu bekerja sebagai<br />

pedagang kelontong sekaligus bertani di<br />

ladang.Harga rumput laut kering saat ini<br />

Rp 8.500/kg. Memang harga rumput laut<br />

kering sering tidak stabil. Kadang turun<br />

hingga kisaran Rp 4.000/kg. Namun, suatu<br />

waktu bisa melambung hingga Rp 15.000/<br />

kg. Rata-rata para petani rumput laut bisa<br />

mengantongi untung setidaknya 200%<br />

hingga 300% dari modal yang mereka<br />

keluarkan. Hal itulah yang membuat La<br />

Rimu tetap setia dengan usaha budidaya<br />

rumput laut.Suatu ketika, La Rimu terbentur<br />

sebuah situasi sulit. Di satu sisi ia<br />

memerlukan biaya untuk kedua anaknya,<br />

yang kebetulan bersiap melanjutkan ke<br />

jenjang SMA dan SMP secara bersamaan.<br />

Uang simpanannya hampir habis untuk<br />

biaya sekolah anak-anaknya. “Sempat<br />

terpikir untuk meminjam uang di Bank,<br />

tetapi saya pikir kenapa tak pinjam di<br />

<strong>Koperasi</strong> saja yang persyaratannya<br />

ternyata lebih mudah,” kenang La Rimu.<br />

Akhirnya dengan tekad bulat La Rimu<br />

datang ke kantor KSP Tunas Sari untuk<br />

mendaftar menjadi anggota koperasi<br />

sekaligus mengajukan pinjaman modal<br />

sebesar Rp 1 juta. Uang itu ia gunakan<br />

untuk membeli tambang sebagai media<br />

tanam rumput laut seluas 100 m x 50 m.<br />

Untuk membeli bibit ia terpaksa<br />

menggunakan uang simpanan yang masih<br />

sedikit tersisa. Ternyata usaha La Rimu<br />

La Rimu<br />

menuai hasil bagus. Di saat panen, hasil<br />

panennya berkualitas baik. Sementara itu,<br />

ketika itu harga rumput laut juga sedang<br />

tinggi. La Rimu pun akhirnya bisa<br />

membayar hutangnya ke koperasi dengan<br />

lancar. Kini, La Rimu telah beberapa kali<br />

mengajukan pinjaman. Pinjaman kedua<br />

sebesar Rp 2,5 juta yang ia gunakan<br />

untuk menambah luas area budidaya<br />

rumput laut miliknya. Pinjaman kedua ini<br />

pun bisa ia kembalikan tepat waktu. Saat<br />

usaha budidaya rumput lautnya<br />

mengalami kemajuan, naluri dagang La<br />

Rimu menyeruak. “Selain menanam<br />

sendiri, saya juga ingin menjadi pengepul,”<br />

ujarnya. La Rimu kembali mengajukan<br />

pinjaman sebesar Rp 10 juta untuk modal<br />

menjadi pengepul rumput laut kering.<br />

Sebagian uang tersebut ia gunakan untuk<br />

membangun gudang penampungan<br />

rumput laut kering. Usahanya berjalan<br />

lancar. Kini ia mampu membiayai kedua<br />

anaknya kuliah di Unhalu Kendari. Bahkan<br />

ia telah mempunyai deposito puluhan juta<br />

rupiah di KSP Tunas Sari.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 127


KSP OF TUNAS SARI<br />

Southeast Sulawesi<br />

Moving Forward Together With<br />

Seaweed Farmers<br />

Labone Community is famous as sea<br />

weed cultivator community. Initially,<br />

they were fishermen. However, along<br />

witht the development of seaweed cultivation<br />

that is considered as more potential, one by<br />

one the community members changed jobs<br />

to become seaweed farmers. Geographically,<br />

Labone Village community is on the edge of<br />

Buton strait which is suitable for seaweed cultivation.<br />

Even though the price of seaweed<br />

is rather unstable, this business is considered<br />

as more prospective compared to being<br />

small fishermen.<br />

Again, minimum capital becomes the<br />

reason for the seaweed farmers as the difficulties<br />

in escalating their business. To apply<br />

for loan from the bank, there are too many<br />

administrative requirements that thay could not<br />

meet. On the other hand, market demand for seaweed<br />

increased. Without enough capital, such seaweed<br />

farmers obviously could not gain much.<br />

Such anxiety finally ended up in meeting<br />

forum of Tunas Sari Save Loan Cooperation<br />

members. Seaweed farmers complained.<br />

“There seems to be a great wall in<br />

front of us,” said La Saimuna, Chairman and<br />

Manager of KSP Tunas Sari describing the<br />

feeling of seaweed farmers who were his<br />

members. In 2003, when there was news that<br />

Ministry of KUKM launched capital strengthening<br />

program for KSPs that have UKM in<br />

agribusiness sector, administrators of KSP<br />

Tunas Sari agreed to submit a proposal.<br />

Equiped with stable financial balance, they<br />

were certain that such proposal will be<br />

granted. As a note, in 2003, KSP Tunas Sari<br />

had had members up to 2,000 people with<br />

capital that reached Rp 3,092,275,276. A year<br />

later, the prayers of Lasalepa seaweed farmers<br />

were granted. KSP Proposal to obtain<br />

capital strengthening in the amount of Rp 1<br />

billion through Capital Strenghtening for KSP<br />

Agribusiness Sector Program was approved.<br />

A little flash back, save loan cooperation<br />

developed from a business unit of Save<br />

Loan in KUD of Tunas Sari that has been<br />

established since 1992 in Labone Village,<br />

Lasalepa District. Since this USP from KUD<br />

of Tunas Sari grew fast and became the main<br />

business unit, then in 1995 it was decided to<br />

become independent with the name KSP<br />

Tunas Sari. Now, years later, due to the touch<br />

of the administrators’ cold hands, KSP Tunas<br />

Sari has developed its save loan business.<br />

Since receiving scrolling capital<br />

strengthening for Agribusinees/Sector Program,<br />

the number of KSP members has begun<br />

to go up. In 2004 the number of members<br />

had reached 2,468 people with a total<br />

capital value of Rp 5.67 billion.<br />

Just to present a statistic data, in 2008,<br />

the amount of loan scrolled to the members<br />

reached Rp 11,84 billion with a business volume<br />

of Rp 14.34 billion. Such achievement<br />

increased by 28 percent if compared to the<br />

financial achievement in 2007 with a business<br />

volume of Rp 11.21 billion. From the output<br />

of loan distribution during such Financial<br />

Year of 2008, KSP Tunas Sari obtained a<br />

business revenue (HU) with a value of<br />

Rp823,9 million (see table).<br />

Such favorable financial performance<br />

was also in line with scrolling fund return performance<br />

in the amount of Rp 1 billion, that<br />

must be paid up wihtin 10 years. According<br />

to Sultra Bank data KSP Tunas Sari is a discipline<br />

cooperation in paying the installment.<br />

Up to the end of 2008, KSP Tunas Sari had<br />

fulfilled its obligation in returning loan in the<br />

amount of Rp 450 million.<br />

128<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Aktivitas petani rumput laut anggota KSP Tunas Sari<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 129


Kantor KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> di Kabupaten Kolaka<br />

KSP MINA SEJAHTERA<br />

Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara<br />

Bertindak Cermat di Masa Sulit<br />

Pengalaman adalah guru terbaik”.<br />

“<br />

Begitulah pesan yang bisa ditangkap<br />

dari kisah perjalanan KSP Mina<br />

<strong>Sejahtera</strong> Kabupaten Kolaka, Sulawesi<br />

Tenggara. Meskipun masa-masa sulit juga dialami<br />

badan usaha serupa, KSP Mina <strong>Sejahtera</strong><br />

mampu keluar dari ujian tersebut. Pengurus KSP<br />

ini senantiasa belajar kepada pengalaman<br />

mereka sendiri di masa lalu sehingga bekerja<br />

lebih cermat pada masa-masa berikutnya.<br />

Ujian demi ujian telah menempa KDP Mina<br />

<strong>Sejahtera</strong>. Misalnya, ketika usaha budi daya<br />

rumput laut dan teripang yang ditekuni sebagian<br />

anggota KSP sedang mengalami kelesuan.<br />

Keadaan yang tak menguntungkan ini berimbas<br />

terhadap penurunan tingkat pendapatan<br />

anggota, dan pada akirnya mempengaruhi<br />

kelancaran pengembalian pinjaman kepada<br />

koperasi.<br />

Muhammad Jaya, Ketua KSP Mina<br />

<strong>Sejahtera</strong>, tidak tinggal diam. Ia lantas<br />

mencarikan alternatif usaha bagi anggota yang<br />

mengalami kesulitan. Di kepalanya tercetus<br />

gagasan untuk mengajak sejumlah anggota<br />

yang sebelumnya bergerak di bidang budi daya<br />

rumput lut dan teripang itu untuk beralih<br />

sementara bekerja menyadap getah pinus<br />

bahkan sampai ke pengolahan. “Anggota yang<br />

sedang sulit usahanya saya ajak untuk bekerja<br />

menyadap dan mengolah getah pinus bekerja<br />

sama dengan Dinas Kehutanan,” kata Jaya.<br />

Dalam kerja sama tersebut, KSP<br />

130<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Aktivitas KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> dalam memberikan pelayanan bagi para anggotanya<br />

menyediakan jasa tenaga, sementara Dinas<br />

Kehutanan menyediakan lahannya. “Hasilnya<br />

nanti akan kita sepakati bersama,” tambah Jaya.<br />

Menurut Jaya, upaya itu dilakukan agar<br />

pinjaman dana yang telah dikucurkan dapat<br />

dikembalikan oleh masyarakat. “Sekarang kita<br />

berusaha untuk memperlancar pengembalian<br />

pinjaman,” tambah Jaya.<br />

***<br />

Kehadiran KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> telah banyak<br />

membantu masyarakat. Bahkan ketika masih<br />

berbentuk <strong>Koperasi</strong> Serba Usaha (KSU) Mina<br />

<strong>Sejahtera</strong> pada tahun 1998, koperasi ini telah<br />

melakukan berbagai kegiatan usaha, di<br />

antaranya sebagai penyalur pupuk saprodi<br />

(sarana produksi padi), menampung dan<br />

menyalurkan hasil berbagai budi daya pertanian<br />

dan perkebunan, menampung hasil budi daya<br />

kelautan seperti teripang dan rumput laut dan<br />

warung serba ada (waserba). Selain itu,<br />

koperasi ini juga melayani simpan pinjam.<br />

Manfaat program simpan pinjam ini<br />

sungguh besar, terutama bagi anggota dan calon<br />

anggota di lingkungan Tanggetada yang<br />

sebagian besar merupakan petani dan nelayan.<br />

Satu contoh terjadi pada saat booming budi daya<br />

rumput laut dan teripang beberapa waktu lalu,<br />

yang berpengaruh terhadap pola usaha<br />

masyarakat. Saat itu, warga Tanggetada ramairamai<br />

membudidayakan rumput laut dan<br />

teripang. Hanya saja, sebagian besar dari<br />

mereka tidak mempunyai modal cukup untuk<br />

memulai usaha budi daya tersebut. Sebagai<br />

solusi, mereka pun mengajukan pinjaman modal<br />

ke koperasi Mina sejahtera yang pada saat itu<br />

masih berbentuk <strong>Koperasi</strong> Serba Usaha (KSU).<br />

Ketika skala usaha budidaya rumput laut<br />

masyarakat Tanggetada meningkat, kebutuhan<br />

modal usaha pun ikut meningkat. Mina Mandiri,<br />

yang ketika itu masih berbentuk KSU, tak mampu<br />

mengakomodasi peningkatan kebutuhan modal<br />

usaha itu. Para pengurus pun akhirnya menjalin<br />

kata sepakat: meningkatkan status Mina Mandiri<br />

dari KSU menjadi <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP).<br />

Kehadiran KSP ini sangat membantu<br />

masyarakat Tanggetada dalam mendapatkan<br />

modal usaha. Bagi mereka, lebih mudah<br />

memperoleh pinjaman modal dari koperasi<br />

daripada lembaga keuangan lainnya.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 131


“Persyaratan peminjaman ke bank itu repot.<br />

Sementara, jika pinjam ke rentenir, jelas kami tak<br />

sanggup dengan bunga dan sistem<br />

pengembalian pinjaman,” tutur Palampang (53),<br />

salah seorang anggota KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> yang<br />

hingga kini menggeluti budi daya rumput laut<br />

demi untuk menghidupi keluarganya.<br />

Arus surat pengajuan pinjaman dari<br />

masyarakat yang begitu deras membuat<br />

pengurus KSP kelabakan. Pasalnya, pengajuan<br />

pinjaman ternyata lebih besar dari stok dana<br />

yang ada di koperasi. “Kami sempat kerepotan<br />

melayani permintaan anggota karena<br />

keterbatasan modal yang ada di kas koperasi,”<br />

kata Jaya.<br />

Kini, kisah kekurangan dana itu menjadi<br />

cerita masa lalu. Setelah mendapatkan bantuan<br />

dana dana bergulir perkuatan modal sektor<br />

agribisnis sebesar Rp 1 miliar pada tahun 2004,<br />

KSP Mina Mandiri mulai bisa mencukupi<br />

kebutuhan pinjaman anggota. Dari situlah<br />

kemudian KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> mulai fokus pada<br />

kegiatan usaha simpan pinjam. Saat ini, KSP Mina<br />

<strong>Sejahtera</strong> mempunyai anggota sebanyak 126<br />

orang dan calon anggota 1.250 orang.<br />

Dari tahun ke tahun neraca KSP menunjukkan<br />

peningkatan. Sebagai contoh, adanya<br />

peningkatan SHU pada tahun 2008 sebesar Rp<br />

194.033.372 dibandingkan SHU pada tahun 2007<br />

yang hanya sebesar Rp 5.345.450.<br />

Dinamika <strong>Koperasi</strong><br />

Problem pengembalian pinjaman adalah<br />

masalah klasik. Hal itu dihadapi oleh hampir<br />

seluruh KSP, termasuk KSP Mina <strong>Sejahtera</strong>.<br />

Ketersendatan pengembalian pinjaman itu<br />

terjadi, salah satunya, karena hasil bisnis<br />

budidaya teripang dan rumput laut yang dikelola<br />

anggota sedang menurun alias tak sebagus<br />

dulu. Fenomena ini, misalnya, dialami<br />

Pelampang yang di masa lalu bisa menghasilkan<br />

1 ton rumput laut dari lahan berukuran 100 m x<br />

50 m. Kini, di lahan yang sama, Pelampang<br />

hanya bisa memanen paling banyak 600 kg<br />

rumput laut. “Mungkin karena laut kami mulai<br />

tercemar,” tambah Jaya.<br />

Meski mengalami kelesuan, tingkat<br />

pengembalian pinjaman dana bergulir agribisnis<br />

yang pernah disalurkan KSP Mina <strong>Sejahtera</strong><br />

tergolong lancar. Dalam kurun waktu empat<br />

Usaha pengepulan rumput laut yang mendapat suntikan modal dari KSP Mina <strong>Sejahtera</strong><br />

132<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Aktivitas anggota KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> dalam proses produksi rumput laut<br />

tahun, KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> telah mengembalikan<br />

pinjaman dana bergulir agribisnis/ sektoral<br />

sebesar Rp 400 juta melalui Bank BPD Sultra.<br />

Artinya, KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> tak pernah<br />

menunggak, karena aturannya memang<br />

demikian. Untuk menutupi hutang ini, KSP<br />

menerapkan subsidi silang.<br />

Di balik kemampuan KSP Mina <strong>Sejahtera</strong><br />

menghadapi berbagai situasi sulit di atas adalah<br />

kualitas sumber daya manusia yang terlibat<br />

dalam kepengurusan. KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> tak<br />

segan untuk mengirim karyawan atau pengurus<br />

mengikuti berbagai pelatihan/kursus yang<br />

diselenggarakan Dinas <strong>Koperasi</strong> dan PKM<br />

Provinsi Sulawesi Tenggara serta instansi terkait<br />

atau mengikuti magang di koperasi lain yang telah<br />

mapan. Para pengurus koperasi ini yakin<br />

kecermatan dalam bertindak perlu diasah.<br />

Pelatihan, kursus, dan magang adalah upaya<br />

untuk mengasah kecermatan itu.<br />

KSP Mina <strong>Sejahtera</strong><br />

Alamat<br />

: Desa Tanggetada, Kec. Tanggetada,<br />

Kab. Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara<br />

Berdiri : 5 Oktober 1998<br />

Badan Hukum<br />

: No: 359/BH/DKPPM/II/05<br />

Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004<br />

Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />

Total Aset<br />

: Rp.3.723.316.078<br />

Ketua<br />

: Muhammad Jaya<br />

Jumlah Anggota : 126 orang<br />

Jumlah Karyawan : 10 orang<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 133


KSP MINA SEJAHTERA<br />

Kolaka, Southeast Sulawesi<br />

Acting Carefully in a Difficult Period<br />

One ordeal after another has shaped<br />

KSP Mina <strong>Sejahtera</strong>. For example,<br />

when seaweed and trepang (sea<br />

cucumber) cultivation was elaborated members<br />

of KSP experienced listlessness. The<br />

unfavorable circumstance had affected the<br />

level decrease of members’ revenue and in<br />

the end would affect the smoothness of loan<br />

return to the cooperation.<br />

Muhammad Jaya, Chairman of KSP Mina<br />

<strong>Sejahtera</strong>, did not stand still. He then sought<br />

business alternatives for members who faced<br />

difficulties. In his head there was an idea to<br />

ask a number of members who previously<br />

were engaged in seaweed and trepang cultivation<br />

to shift jobs temporarily and worked<br />

as pine gum tapers and even involved up to<br />

the processing stage. “Members who were<br />

experiencing difficulties were invited by me<br />

to work as tapers and process pine gum in<br />

cooperation with Forestry Service,” said Jaya.<br />

In such cooperation, KSP provided manpower,<br />

meanwhile Forestry Services provided<br />

the land. “The production will be jointly agreed<br />

upon later,” Jaya added. According to Jaya,<br />

such effort was made in order for fund loan<br />

that has been distributed to be returned by<br />

the community. “Now we are thriving to<br />

smoothen out the return of loan,” Jaya added.<br />

The presence of KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> in<br />

the vicinity of seaweed farmers is considered<br />

as something quite large, especially for members<br />

and future members in Tanggetada area.<br />

One example was when seaweed and<br />

trepang cultivation went booming a couple<br />

of years ago, which affected the business<br />

pattern of the community. At the time,<br />

Tanggetada denizens together cultivated seaweed<br />

and trepang. However, most of them<br />

did not have enough capital to start such cultivation.<br />

As a solution, they applied for loan<br />

to KSP Mina <strong>Sejahtera</strong>.<br />

When the scale of seaweed cultivation<br />

business of Tanggetada community increased,<br />

the need of business capital also<br />

increased. One day, loan application demand<br />

was so high that KSP administrators became<br />

overwhelmed. The loan application turned out<br />

to be larger than the fund reserve in the cooperation.<br />

However, now the story of fund<br />

shortage becomes the story of the past. After<br />

receiving agribusiness sector capital strengthening<br />

scrolling fund aid in the amount of Rp 1<br />

billion in 2004, KSP Mina Mandiri began to<br />

be able to fulfill the needs of loan for the members.<br />

At this time, KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> has<br />

126 members and 1,250 future members.<br />

The issue of loan return is classical. It is<br />

faced by nearly all KSPs including KSP Mina<br />

<strong>Sejahtera</strong>. The stagnation of loan return occurs,<br />

among others, due to the production of<br />

trepang and seaweed cultivation managed by<br />

the members that decreased or in other words<br />

that was not as good as it used to. Even<br />

though it went through listlessness, the level<br />

of agribusiness scrolling fund loan return distributed<br />

by KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> was rather<br />

high. Within four years, KSP Mina <strong>Sejahtera</strong><br />

has returned agribusiness/sector scrolling<br />

fund loan in the amount of Rp 400 million<br />

through BPD Sultra Bank. It means KSP Mina<br />

<strong>Sejahtera</strong> has never been in arrears, since it<br />

is regulated that way. To pay up this debt KSP<br />

applies cross subsidize.<br />

134<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Para pengurus KSP Mina <strong>Sejahtera</strong><br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 135


136<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


MALUKU<br />

Maluku<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 137


Suasana di Kantor KSP Cipta Mandiri, Kabupaten Buru<br />

KSP CIPTA MANDIRI<br />

Kabupaten Buru, Provinsi Maluku<br />

Mandiri di Usia Muda<br />

Mereka itu para pendatang dari tanah<br />

Jawa. Sebuah buku berjudul “Cerita<br />

dari Pulau Buru” menulis bahwa<br />

mereka telah mengubah Pulau Buru yang<br />

tandus menjadi pulau yang mengalirkan ‘emas<br />

putih’ (istilah untuk sagu) dan ‘emas merah’<br />

(istilah untuk kayu meranti); mereka juga<br />

mengubah hutan dan savana menjadi beras dan<br />

palawija.<br />

Memang, masih ada citra dari masa lampau<br />

yang masih melekat pada pulau Buru, yang pada<br />

akhir dekade 1960-an menjadi pulau ‘tefaat’<br />

(baca: tempat pemanfaatan) para tahanan politik.<br />

Citra suram itu jelas fakta, yang tak bisa dihapus<br />

begitu saja. Namun, bagi warga Buru, ketimbang<br />

menghapus citra lama itu, membangun citra baru<br />

dianggap lebih bijak. Itulah yang dilakukan warga<br />

Buru, yang juga sebagian besar pendatang dari<br />

tanah Jawa. Mereka adalah para transmigran,<br />

yang berhasil meneruskan mimpi para<br />

pendatang awal di pulau ini untuk menjadikan<br />

pulau Buru sebagai pulau lumbung beras,<br />

sebagian lagi menyebutnya sebagai pulau<br />

pangan. Bersama penduduk asli, yang sebagian<br />

besar bekerja sebagai penyuling minyak kayu<br />

putih, pulau Buru kini menjadi lumbung padi<br />

wilayah Maluku. Setiap tahun, pulau ini memasok<br />

padi sebanyak 2.500 ton. Pertanian dan<br />

138<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Aktivitas usaha penggilingan gabah milik anggota KSP Cipta Mandiri di Pulau Buru<br />

perkebunan adalah nafas pulau Buru. Dua<br />

sektor ini menyumbang 70% devisa dari total<br />

devisa yang dihasilkan pulau ini.<br />

Bertolak dari karakteristik yang demikian<br />

itu berbagai dinamika kehidupan di pulau ini pun<br />

tak jauh-jauh dari urusan kedua sektor tersebut,<br />

termasuk dinamika perkoperasian, yang juga<br />

berkembang sebagai penopang aktivitas<br />

masyarakat Pulau Buru dalam menggerakkan<br />

aktivitas mereka dalam bertani dan berkebun.<br />

<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Cipta Mandiri, salah satu<br />

koperasi terkemuka di Propinsi Maluku, juga lahir<br />

dari dinamika kedua sektor tadi. Ketika berdiri<br />

pada tahun 2003, KSPCM masih berbentuk KSU<br />

dengan usaha pengadaan beras sebagai<br />

andalan utama.<br />

Konsisten mengkawal jati dirinya, enam<br />

tahun kemudian, KSP Citra Mandiri (KSPCM)<br />

tumbuh sebagai koperasi multiprestasi. Bahkan,<br />

tidak berlebihan jika ada pihak yang menyebut<br />

<strong>Koperasi</strong> ini sebagai salah satu dinamo aktivitas<br />

bisnis di pulau Buru. Sebagai gambaran, jika<br />

anda berjalan-jalan ke Waeapo, sebuah<br />

kecamatan di pulau ini, anda akan menjumpai<br />

bangunan Rice Milling Unit (RMU) milik KSPCM.<br />

Bangunan itu menjulang tinggi di antara<br />

bangunan-bangunan lain di sekitarnya.<br />

***<br />

Sejarah KSP Cipta Mandiri bermula dari<br />

sebuah <strong>Koperasi</strong> Serba Usaha Cipta Mandiri.<br />

<strong>Koperasi</strong> ini hadir diantara kelesuan usaha<br />

perkoperasian di Waeapo. Ketika itu tahun 1980-<br />

an. Sayang, mereka tak bisa mendirikan koperasi<br />

karena amanat Inpres No.4/1984 yang<br />

menyebutkan bahwa dalam satu wilayah<br />

kecamatan hanya boleh ada satu koperasi.<br />

Ketika Inpres No. 4/1984 dicabut, seiring<br />

dengan pemberlakuan Inpres No. 18/1998,<br />

pertumbuhan koperasi di Indonesia meningkat<br />

pesat. Impian lama para petani di Pulau Buru<br />

untuk memiliki sebuah koperasi akhirnya<br />

terwujud. Meski agak terlambat, pada tahun<br />

2003 berdirilah <strong>Koperasi</strong> Serba Usaha Cipta<br />

Mandiri.<br />

Ketika berdiri pada tahun 2003, ada 23 orang<br />

yang menjadi anggota pertama. Dari mereka<br />

terkumpul modal awal sebesar Rp6 juta, yang<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 139


Mbok Sutinah, di warung kelontongnya, setia pada KSP Cipta Mandiri<br />

berasal dari simpanan pokok dan simpanan<br />

wajib anggota. Warung serba ada (waserba)<br />

merupakan usaha pertama yang dirintis KSU<br />

Cipta Mandiri (KSU-CM). Tak puas, sebagai ketua<br />

KSU, Slamet Haryono terus mencari peluang dan<br />

terobosan bisnis lain. Akhirnya, KSU-CM<br />

mendapat peluang kontrak kerjasama dengan<br />

Divisi Regional Bulog Provinsi Maluku. Isi kontrak<br />

itu, KSU-CM dilibatkan dalam pengadaan beras<br />

dengan kuantitas pasokan sebanyak 50 ton pada<br />

setiap musim panen. Sebuah tawaran yang<br />

sangat menggiurkan, sekaligus menantang.<br />

Tantangan itu dijawab dengan akhir memuaskan.<br />

Di bawah kepemimpinan Slamet, petani asal<br />

Banyuwangi yang hijrah ke Buru tahun 1981,<br />

KSU-CM berhasil menggandeng 14 kelompok<br />

penggilingan padi untuk memasok beras 50 ton<br />

per musim. Cerita sukses itu tersiar luas. Para<br />

petani Waeapo pun tertarik untuk bergabung.<br />

Dalam tempo singkat, jumlah anggota KSU KCM<br />

melonjak hingga tiga kali lipat menjadi 67 orang.<br />

Tak hanya apresiasi dari masyarakat, Pemerintah<br />

pun mulai melirik kinerja apik KSUCM tersebut.<br />

Pada tahun 2005, berdirilah KSP Cipta<br />

Mandiri, yang merupakan ‘anak kandung’ dari<br />

KSU Cipta Mandiri. Melihat jejak rekam KSU Cipta<br />

Mandiri dan konsistensi para pengurusnya, serta<br />

nilai strategis koperasi ini pada pertumbuhan<br />

ekonomi kawasan, pada tahun itu juga (tahun<br />

2005) KSP Cita Mandiri mendapat kepercayaan<br />

sebagai peserta program perkuatan permodalan<br />

dana bergulir sektoral dari Kementerian Negara<br />

<strong>Koperasi</strong> dan UKM. <strong>Koperasi</strong> ini pun menerima<br />

pinjaman perkuatan permodalan sebesar Rp 500<br />

juta. Kebijakan ini didasarkan pada Pasal 7<br />

Peraturan Menteri Negara <strong>Koperasi</strong> dan UKM<br />

No. 12/2005 yang menyebutkan bahwa “Menteri<br />

dapat menetapkan KSP/USP-<strong>Koperasi</strong> Penerima<br />

Dana Bergulir Sektoral secara khusus yang<br />

dinilai mempunyai peran strategis antara lain<br />

untuk keperluan pembinaan KSP/USP-<strong>Koperasi</strong><br />

di daerah yang sedang berkembang, daerah<br />

perbatasan/terpencil. Dalam konteks ini, Pulau<br />

Buru dipandang memiliki kedudukan strategis<br />

sebagai ‘lumbung beras’ di Propinsi Maluku.<br />

Meski berumur muda, KSP Cipta Mandiri<br />

telah memberi contoh kepada masyarakat di<br />

Pulau Buru bahwa kerja keras adalah awal dari<br />

kesuksesan. Dalam usia yang masih relatif<br />

muda, empat tahun, KSP Cipta Mandiri kini<br />

memiliki kekayaan senilai Rp 1,5 miliar—yang di<br />

dalamnya sudah termasuk dana pinjaman<br />

bergulir sebesar Rp 500 juta.<br />

***<br />

Cerita sukses KSP Cipta Mandiri tadi<br />

tampaknya berbanding lurus dengan<br />

peningkatan kesejahteraan para anggotanya.<br />

Anton Suparman, 67 th, misalnya. Ia telah<br />

beberapa kali memperoleh pinjaman permodalan<br />

140<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Lahan pertanian yang dikelola oleh salah satu anggota KSP Cipta Mandiri<br />

dari KSP. Setelah berhasil melunasi pinjaman<br />

pertamanya, yang senilaiRp5 juta, Anton kembali<br />

dipercaya untuk memperoleh pinjaman permodalan<br />

senilai Rp10 juta. Modal usaha itu<br />

digunakan untuk memperbesar skala usaha<br />

usaha penggilingan padi miliknya dan biaya<br />

pengolahan tanah seluas 1 ha. Dari usahanya<br />

tersebut, Anton mampu membiayai pendidikan<br />

dua anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi:<br />

seorang di Akper Ambon dan seorang lagi di<br />

Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Jawa Barat.<br />

Selain Anton, Mbok Sutinah, 56 tahun,<br />

transmigran asal Banyuwangi juga bisa menjadi<br />

sisi terang dinamika anggota KSP Cipta Mandiri.<br />

Berbekal keahlian membuat tempe, ia membuka<br />

usaha pembuatan tempe. Dari usaha ini ia<br />

mampu menghidupi sembilan orang anaknya.<br />

Seperti kebanyakan pengusaha mikro lainnya,<br />

bagi Mbok Sutinah, permodalan sempat menjadi<br />

masalah. Ia pun lalu mengajukan pinjaman ke<br />

koperasi, dengan jumlah pinjaman yang tidak<br />

terlalu besar, hanya Rp500 ribu. “Uang itu untuk<br />

biaya beli bahan-bahan,” ungkap nenek 13 orang<br />

cucu ini. Ketika pinjaman telah lunas, ia pun<br />

kembali mengajukan pinjaman. Begtulah<br />

seterusnya hingga usahanya berkembang.<br />

Bahkan, karena seringnya ia meminjam modal<br />

ke KSP, Sutinah tidak ingat lagi berapa kali telah<br />

meminjam modal ke koperasi. “Karena sering<br />

minjem jadi nggak ingat sudah berapa kami<br />

minjem ke koperasi,” katanya seraya tersenyum.<br />

Dari usaha pembuatan tempe itu, kini ia telah<br />

memiliki sebuah toko kelontong yang cukup<br />

besar.<br />

KSP Cipta Mandiri<br />

Alamat<br />

Berdiri : 29 November 2002<br />

Badan Hukum<br />

: Desa Waekasar, Kec. Waeapo, Kab. Buru,<br />

Provinsi Maluku<br />

: No: 518-80/BH/DK-UKM/V/2006,<br />

tanggal 04 Mei 2006<br />

Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2005<br />

Jumlah Perkuatan Modal : Rp500 juta<br />

Ketua<br />

: Slamet Haryono<br />

Jumlah Anggota : 67 orang<br />

Jumlah Karyawan : 11 orang<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 141


KSP CIPTA MANDIRI<br />

Buru, Maluku<br />

Independent at a Young Age<br />

They are pilgrims from Java land. A<br />

book titled “A Story from Buru Island”<br />

says that they have converted the dry<br />

land of Buru Island to become an island<br />

where ‘white gold’ (the term for sago palm)<br />

and ‘red gold’ (the term for timber tree wood)<br />

flow; they also turned forests and deserts to<br />

become rice and crops. They are the transmigrated<br />

people, who are successful in continuing<br />

the dreams of the early pilgrims in this<br />

island who turned Buru island into rice barn,<br />

and some other people call it as the food island.<br />

For the natives, who mostly work as<br />

sandal wood oil refiners, now Buru Island has<br />

become rice barn for Maluku area. Each year,<br />

this island supplies 2,500 tons of rice. Agriculture<br />

and plantation are the breath of Buru<br />

island. These two sectors contribute 70% of<br />

the total revenue produced by this island.<br />

From such characteristics, various life<br />

dynamics in this island are not far from the<br />

two sectors’ affairs, including the dynamics<br />

of cooperation matters, which also developed<br />

as Buru island community activities supporter<br />

in motoring their activities of farming and<br />

gardening. Cipta Mandiri Save Loan Cooperation,<br />

one of prominent cooperations in<br />

Maluku Province, was also born from the<br />

dynamics of those two sectors. When it was<br />

established in 2003, KSPCM was still in the<br />

form of KSU with rice trading business as its<br />

mainstay.<br />

The history of KSP Cipta Mandiri started<br />

from a Various Business Cooperation Cipta<br />

Mandiri. This cooperation was present among<br />

the resistance of cooperation business in<br />

Waeapo. When it was established in 2003,<br />

there were 23 first members. From them working<br />

capital in the amount of Rp 6 million was<br />

collected, deriving from main savings and<br />

members’ compulsory savings. It was a convenient<br />

store (waserba) that was first managed<br />

by KSU Cipta Mandiri (KSU-CM).<br />

In 2005. KSP Cipta Mandiri was established,<br />

and this KSP is the “biological son” of<br />

KSU Cipta Mandiri. Looking at the track record<br />

of KSU Cipta Mandiri and the consistency of<br />

its administrators as well as the strategic value<br />

of this cooperation on the area economic<br />

growth, in the same year (2005) KSP Cipta<br />

Mandiri was granted a trust to become a member<br />

of sector scrolling fund strengthening program<br />

from Ministry of Cooperation and Small<br />

Middle Scale Enterprises. This cooperation<br />

then received a capital strengthening loan in<br />

the amount of Rp 500 million. This policy is<br />

based on Article 7 of State Minister of Cooperation<br />

and Small Middle Scale Business<br />

Regulation No. 12/2005 which states that<br />

“Minister may stipulate KSP/USP-Sector Scrolling<br />

Fund Receiver Cooperation particularly<br />

which is considered as having strategic role<br />

among others for the need of development of<br />

KSP/USP-Cooperation in the developing areas<br />

and border/remote areas. In this context,<br />

Buru Island is considered as having the strategic<br />

position as ‘rice barn’ in Maluku Province.<br />

Even tough it is still young, KSP Cipta<br />

Mandiri has given examples to the community<br />

in Buru Island that hard work is the beginning<br />

of success. In its relatively young age,<br />

four years, KSP Cipta Mandiri now owns asset<br />

with a value of Rp 1,5 billion—in which<br />

scrolling fund in the amount of Rp 500 million<br />

is included.<br />

***<br />

142<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


Para pengurus KSP Cipta Mandiri<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 143


Epilog<br />

Epilog<br />

Demi Amanah Konstitusi<br />

Upaya pembinaan koperasi memiliki dua<br />

makna penting dalam waktu<br />

bersamaan. Pertama, memperkuat pilar<br />

ekonomi kerakyatan, yang di dalamnya<br />

melibatkan warga negara terbesar dan<br />

merupakan bagian penting dari perekonomian<br />

nasional. Kedua, memenuhi amanah konstitusi<br />

Undang-Undang Dasar 1945.<br />

Meningkatkan kapasitas koperasi secara<br />

kelembagaan maupun permodalan otomatis<br />

berarti memberikan ruang yang luas bagi<br />

berkembangnya pengusaha kecil / mikro. Sebab,<br />

koperasi merupakan titik simpul penting bagi<br />

pengusaha kecil yang tergabung ke dalam<br />

badan usaha tersebut dalam melakukan<br />

berbagai kegiatan bisnis sehari-hari. Aktivitas<br />

penting itu misalnya penyediaan modal jangka<br />

pendek bagi usaha kecil / mikro. <strong>Koperasi</strong> bisa<br />

menyediakan modal yang dibutuhkan dengan<br />

persyaratan yang lebih ringan ketimbang<br />

lembaga perbankan.<br />

Melalui komunikasi dan interkasi yang intensif,<br />

apalagi didukung tradisi kekeluargaan,<br />

kebersamaan serta kegotongroyongan, proses<br />

pembinaan terhadap para pengusaha kecil/ mikro<br />

sudah otomatis berlangsung. Titik tekan pembinaan<br />

paling tidak terfokus kepada upaya peningkatan<br />

kemampuan produksi serta kapasitas usaha.<br />

Dalam situasi iklim usaha baik di tingkat<br />

lokal, nasional maupun global, yang<br />

mengutamakan kompetisi, upaya pembinaan<br />

terhadap koperasi tersebut jelas memiliki makna<br />

144<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


esar tidak hanya bagi peningkatan kapasitas<br />

pengusaha kecil/ mikro yang tergabung dalam<br />

berbagai jenis usaha koperasi, tetapi juga<br />

meringankan tugas negara mengingat mereka<br />

adalah bagian terbesar dari bangsa ini.<br />

Dari sisi ini, ketika membina koperasi berarti<br />

negara telah memberikan jaminan bagi<br />

pewujudan keadilan sosial. Amanah konstitusi<br />

tersebut merupakan hal prinsip karena Indonesia<br />

penganut paradigma negara kesejahteraan<br />

(welfare state). Dalam perspektif demikian, Program<br />

Pengembangan Pengusaha Mikro dan<br />

Kecil Melalui Perkuatan Modal <strong>Koperasi</strong> Simpan<br />

Pinjam (KSP) yang membiayai kegiatan ekonomi<br />

di sektor Agribisnis maupun sektoral lainnya,<br />

yang dilaksanakan sejak tahun 2003, merupakan<br />

langkah nyata yang diperlukan bagi usaha<br />

perkuatan ekonomi kerakyatan yang dimaksud.<br />

Perhatian pemerintah kepada usaha kecil<br />

dan mikro tak boleh berhenti karena peranannya<br />

tidak kecil bagi kekuatan perekonomian nasional.<br />

Buktinya, pada masa krisis ekonomi Indonesia<br />

pada 2007 yang masih terasa dampaknya<br />

hingga pada saat ini, mereka–bersama usaha<br />

menengah— pada umumnya masih eksis,<br />

bahkan kekuatan yang memberikan kontribusi<br />

kepada angka pertumbuhan ekonomi nasional<br />

tidak anjlok atau bertahan di angka 4%. Artinya,<br />

koperasi sebagai wadah pembinaan usaha bagi<br />

masyarakat senantiasa relevan.<br />

Keberhasilan yang ditunjukan ratusan<br />

koperasi simpan pinjam koperasi penerima Program<br />

Pengembangan Pengusaha Mikro dan<br />

Kecil melalui Perkuatan Modal Bagi <strong>Koperasi</strong><br />

Simpan Pinjam (KSP) di bidang Agribisnis/<br />

Sektoral, dan tentu saja juga kesuksesan<br />

pengusaha kecil di dalam memanfaatkan kredit,<br />

adalah penjelasan terang benderang bahwa<br />

pembangunan ekonomi kerakyatan di negeri ini<br />

memiliki prospek yang cerah di masa mendatang.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 145


Epilog<br />

Epilog<br />

For The Sake of Constitutional<br />

Mandate<br />

The effort of cooperation development<br />

has two important meanings simulta<br />

neously: First, to strengthen populist<br />

economic pillars, in which the largest citizens<br />

are being involved and which constitute the<br />

important part of the national economic and<br />

Second, to fulfill The 1945 Constitution mandate.<br />

Increasing the cooperation capacity both<br />

in institutional and capitalization manners automatically<br />

means providing wide space for<br />

the development of small/micro business. Cooperation<br />

is the point of important knot for<br />

small entrepreneurs as members of such business<br />

entities in running daily business. Such important<br />

activities are long term capital supply for<br />

small/micro business. Cooperation is able to provide<br />

the needed capital with more lenient requirements<br />

compared to banking institutions.<br />

Through interactive and intensive communications,<br />

more over if they are supported by family,<br />

togetherness and mutual cooperation, the<br />

process of development of small/micro entrepreneurs<br />

has automatically taken place. Development<br />

emphasizing point at least is focused on<br />

the effort of production as well as business ca-<br />

146<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a


pacity increase.<br />

In the favorable business climate either in<br />

local, national or global levels, which emphasize<br />

in competition, development effort on such cooperation<br />

clearly has large meaning not only for<br />

the increase of small/micro entrepreneurs who<br />

are members of various types of cooperation,<br />

but also to lighten the state duties in reminding<br />

them as the largest part of this nation.<br />

From this perspective, by developing cooperation<br />

a country has provided security for the<br />

creation of social welfare. Such constitutional<br />

mandate is a principal matter since Indonesia<br />

adopts the welfare state paradigm. Within this<br />

perspective, Micro and Small Entrepreneurs<br />

Development Program through the Strengthening<br />

of Safe and Loan Cooperation Capital (KSP)<br />

which funds the economic activities in Agricultural<br />

or any other sectors, which has been implemented<br />

since 2003, is the real step required for<br />

the concerned populist economic.<br />

The government attention to small and micro<br />

business cannot be ceased since its role<br />

is not insignificant for the national economic<br />

power. As evidence, in the Indonesian economic<br />

crisis period of 2007 which effect is still<br />

felt until today, they-together with middle scale<br />

business-generally still existed, even the power<br />

that provides contribution to the number of<br />

national economic growth did not plumet or<br />

otherwise it remained stable at the level of 4%.<br />

It meas, cooperation as the accomodation for<br />

business develpoment for the community has<br />

always been relevant.<br />

The sucess shown by hundreds of save<br />

loan cooprations or cooprations the receivers<br />

of Micro and Small Entrepreneurs Development<br />

Program through the Strengthening of<br />

Safe and Loan Cooperation Capital (KSP) in<br />

Agricultural/ Sectoral fields, and of course the<br />

success of small entrepreneurs in benefiting<br />

from credits, are crystal clear descriptions that<br />

this country’s populist economic development<br />

has bright prospect in the future.<br />

K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 147

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!