Koperasi Peduli Rakyat Sejahtera - Smecda
Koperasi Peduli Rakyat Sejahtera - Smecda
Koperasi Peduli Rakyat Sejahtera - Smecda
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>Koperasi</strong> <strong>Peduli</strong><br />
<strong>Rakyat</strong> <strong>Sejahtera</strong><br />
COOPERATIVE CARE ON PROSPEROUS PEOPLE<br />
Kisah Sukses <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Peserta Program<br />
Perkuatan Permodalan Agribisnis/Sektoral<br />
Success Stories of Save and Loan Cooperative<br />
Participants of Capitalization Strengthening for<br />
Agribusiness / Sectoral<br />
Buku ini merupakan output dari pekerjaan/kegiatan “Penyusunan Kisah Sukses KSP/USP <strong>Koperasi</strong> Peserta Program Agribisnis/<br />
Sektoral pada Satuan Kerja Unit Deputi Pembiayaan Kementerian Negara <strong>Koperasi</strong> dan Usaha Kecil dan Menengah Republik<br />
Indonesia pada Tahun Anggaran 2009<br />
This book is the output of the work / activities "Composing of Success Stories of Incorporation KSP/USP participants OF<br />
Agribusiness Cooperatives / Sector on Work Unit of Financing Unit Deputy State Ministry of Cooperatives and Small and Medium<br />
Enterprises of the Republic of Indonesia in Fiscal Year 2009<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a<br />
1
SAMBUTAN<br />
Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui Program Perkuatan Permodalan<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan Pemerintah melalui<br />
Kementerian Negara <strong>Koperasi</strong> dan Usaha Kecil dan Menengah untuk memberdayakan<br />
pengusaha mikro dan kecil yang mempunyai usaha produktif.<br />
Program tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan ekonomi rakyat<br />
melalui Gerakan <strong>Koperasi</strong> di tanah air yang semakin menunjukkan kemajuan dari waktu ke waktu.<br />
Kemajuan itu semakin membangkitkan kepercayaan masyarakat untuk menggunakan koperasi sebagai<br />
instrumen pemberdayaan ekonomi dalam menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan<br />
dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.<br />
Program Perkuatan Permodalan tersebut juga merupakan bagian dari perjuangan untuk<br />
mewujudkan imej koperasi yang mampu tampil sebagai mitra masyarakat dalam mewujudkan<br />
kesejahteraan.<br />
Akhirnya, saya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah<br />
bekerja keras untuk mewujudkan penerbitan Buku Kisah Sukses <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Peserta<br />
Program Perkuatan Permodalan ini. Kiranya berbagai kesuksesan yang telah dituliskan di dalam<br />
buku ini bisa menjadi inspirasi bagi segenap bangsa Indonesia.<br />
Jakarta, Agustus 2009<br />
Menteri Negara <strong>Koperasi</strong> dan<br />
Usaha Kecil dan Menengah<br />
Suryadharma Ali<br />
2 K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a<br />
ii
FOREWORD<br />
Micro and small Entrepreneurs Development Program through Save Loan Cooperation Capi<br />
talization Strengthening is a series of activities conducted by the Government Program trough<br />
State Ministry of Cooperation and Small and Middle Business to empower micro and small<br />
entrepreneurs having productive business.<br />
Such program is an inseparable part of the people’s economy development through Cooperation<br />
Movement in this country that shows more and more progress from time to time. Such progress<br />
lives up the trust of the community to use cooperation as economic empowerment instrument in<br />
creating work field, revenue increase, and pulling out the people from poverty.<br />
Such capitalization strengthening is also a part of the struggle to create cooperation image that<br />
is able to appear as community partner in creating prosperity.<br />
Finally, I’m expressing my highest appreciation to all sides that have worked hard to create<br />
the issuance of this Book of Success Stories of Save Loan Cooperation Participant of Capitalization<br />
Strengthening Program. Hopefully various successes that have been written in this book could be<br />
inspiration for all Indonesian people.<br />
Jakarta, August 2009<br />
State Minister of Small and Middle Business<br />
Suryadharma Ali<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a<br />
iii 3
KATA PENGANTAR<br />
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridho-Nya Buku<br />
Kisah Sukses KSP/USP <strong>Koperasi</strong> Peserta Program Agribisnis/Sektoral ini dapat diselesaikan.<br />
Hal pertama yang ingin kami sampaikan kepada hadirin pembaca yang budiman sehubungan<br />
dengan penerbitan Buku Kisah Sukses KSP/USP <strong>Koperasi</strong> Peserta Program Agribisnis/Sektoral adalah,<br />
bahwa perkuatan permodalan bagi KSP/USP-<strong>Koperasi</strong> yang telah disalurkan oleh Kementerian Negara<br />
<strong>Koperasi</strong> dan UKM cq. Deputi Bidang Pembiayaan sejak tahun 2003 sampai dengan 2005 dan tahun<br />
2007 yang bersumber dari dana APBN sepatutnya diketahui secara luas oleh masyarakat.<br />
Hal kedua yang ingin kami sampaikan adalah buku ini merupakan parade ekspose tentang<br />
manfaat dari program perkuatan permodalan serta menampilkan perjuangan mereka untuk menjadi<br />
sejahtera dan kiat-kiat keberhasilan yang telah dilaksanakan oleh KSP/USP-<strong>Koperasi</strong> peserta program.<br />
Penulisan buku ini menggunakan suatu pendekatan jurnalisme dimana kami mengajak partisipasi<br />
Dinas yang membidangi <strong>Koperasi</strong> dan UKM selaku Pembina di tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Provinsi<br />
dan masyarakat sekitar penerima manfaat untuk mengungkapkan peran KSP/USP-<strong>Koperasi</strong> dalam<br />
peningkatan perekonomian di wilayahnya.<br />
Disadari bahwa tidak jarang kegigihan dan keberhasilan dari KSP/USP-<strong>Koperasi</strong> peserta program<br />
dengan keragaman kiat yang mereka tempuh, dapat dijadikan contoh bagi KSP/USP-<strong>Koperasi</strong><br />
lainnya. Untuk itu, saya secara pribadi maupun sebagai Deputi Menteri Bidang Pembiayaan menyambut<br />
baik penerbitan buku ini yang menggambarkan dinamika positif dari KSP/USP-<strong>Koperasi</strong> peserta program<br />
dan para anggotanya yang memanfaatkan bantuan dana dari Pemerintah. Semoga, programprogram<br />
sejenis yang sangat mengandung tujuan mulia kelak akan menjadi suatu kontribusi penting<br />
dalam menciptakan kesejahteraan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi Bangsa Indonesia.<br />
Akhirnya, saya menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya<br />
kepada semua pihak yang telah memberikan dedikasi dan kontribusi dalam merealisasikan catatancatatan<br />
penting ke dalam buku ini. Mudah-mudahan buku ini akan memberikan arti dan motivasi<br />
yang lebih tinggi kepada kita dikemudian hari.<br />
Jakarta, Agustus 2009<br />
Deputi Menteri Bidang Pembiayaan<br />
Ir. Agus Muharram, MSP.<br />
4 K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a<br />
iv
PREFACE<br />
Our gratitude is addressed to Allah SWT, since with His blessing and sincerity, these success<br />
stories of KSP/USP as Agribusiness/Sector Program Participating Cooperation could be com<br />
pleted. The first thing that we would like to convey to or readers with regard to the issuance<br />
of Success Stories of KSP/USP of Agribusiness/Sector Program Participating Cooperation is that<br />
capitalization strengthening for KSP/USP-Cooperation that has been distributed by State Ministry of<br />
Cooperation and UKM through Funding Division Deputy since 2003 up to 2005 and 2007 derived<br />
from State Revenue and Expenditure Budget should be announced to the public.<br />
The second thing that we would like to convey is that this book is the exposure parade on the<br />
benefit of capitalization strengthening program as well as presenting their struggles to become prosperous<br />
and the tricks of success that have been implemented by program participant KSP/USP-<br />
Cooperation. The composing of this book uses a journalism approach in which we asked the participation<br />
of Service that is in charge of Cooperation and UKM as the actor of Founder in the level of<br />
Regency/City, Province and the surrounding community as beneficiaries to express the role of KSP/<br />
USP-Cooperation in increasing economic matters in their areas.<br />
It is realized that the persistence and success of program participating KSP/USP-Cooperation<br />
with the various tricks that they have achieved can be set as an example for any other KSP/USP-<br />
Cooperation. For that purpose, I personally or as Deputy Minister of Funding Field welcome the<br />
issuance of this book which describes the positive dynamic of program participating KSP/USP-Cooperation<br />
and its members who utilize fund aid from the Government. I hope similar programs that very<br />
much contain noble purposes will in the future become a significant contribution in creating fair prosperity<br />
and welfare for Indonesia as a nation.<br />
Finally, I would like to convey my highest gratitude and honor to all sides who have provided their<br />
dedication and contribution in realizing important notes into this book. I hope this book could provide<br />
higher meaning and motivation to us in the future.<br />
Jakarta, August 2009<br />
Deputy Ministry of Funding Field<br />
Ir. Agus Muharram, MSP.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a<br />
v5
DAFTAR ISI<br />
Sambutan Menteri Negara <strong>Koperasi</strong> dan Usaha Kecil dan Menengah.................................. ii<br />
Pengantar Deputi Menteri Bidang Pembiayaan ................................................................. iv<br />
Bab I Prolog .......................................................................................................... 1<br />
Bab II Dana Bergulir Untuk Modal Usaha Kecil dan Mikro ....................................... 8<br />
Bab III<br />
Senyum dari Mereka yang Terbaik<br />
Parade Kisah Sukses .................................................................................. 20<br />
Propinsi Sumatera Barat<br />
Bila Keberlanjutan <strong>Koperasi</strong> Adalah Penentu Kejayaan ............................... 26<br />
Barek Samo Dipikua, Ringan Samo Dijinjiang .............................................. 32<br />
Propinsi Jawa Barat<br />
Tetap Eksis Setelah Enam Dekade ............................................................. 40<br />
Kiprah Trisula di “Kota Angin” ...................................................................... 44<br />
Bila Tak Ada Dusta di Antara Kita adalah Kunci Sukses ............................... 50<br />
Propinsi Jawa Tengah<br />
Agribisnis di Antara Lereng Merapi .............................................................. 57<br />
Jati Diri Kebersamaan di Bumi Kartini .......................................................... 62<br />
Tangan-tangan Dingin di Ujung Timur Pantura ............................................ 68<br />
Propinsi Jawa Timur<br />
Sukses dengan Sistem Tanggung Renteng ................................................. 76<br />
Propinsi Nusa Tenggara Barat<br />
Maju Bersama Petani Tembakau dan Rumput Laut ..................................... 84<br />
Sahabat Petani di Lereng Rinjani ................................................................ 88<br />
Propinsi Nusa Tenggara Timur<br />
Dari Guru untuk Masyarakat ........................................................................ 94<br />
Berani Tampil Beda ...................................................................................... 98<br />
Propinsi Kalimantan Tengah<br />
Berkawan ala Surya Sekawan ..................................................................... 104<br />
Propinsi Sulawesi Utara<br />
Mitra Petani Cengkeh .................................................................................. 112<br />
Buka Peluang Lebar-lebar, Ketat Bersyarat ................................................ 116<br />
Propinsi Sulawesi Tenggara<br />
Maju Bersama Petani Rumput Laut ............................................................. 124<br />
Bertindak Cermat di Masa Sulit ................................................................... 130<br />
Propinsi Maluku<br />
Mandiri di Usia Muda ................................................................................... 138<br />
Bab IV E p i l o g...................................................................................................... 144<br />
6 K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a<br />
vi
INDEX<br />
Froeword from State Minister of Cooperation and Small and Middle Scale .......................... iii<br />
Preface from Deputy Minister of Funding Field .................................................................. v<br />
Chapter I Prologue .................................................................................................... 6<br />
Chapter II Scroling Fund For Small and Micro Business Capuital ................................... 16<br />
Chapter III<br />
Smiles of the Best<br />
A Parade of Success Stories...................................................................... 24<br />
West Sumatera Province<br />
If the Cooperation Sustainability is the Determinant of Glory ……............. 30<br />
Barek Samo Dipikua, Ringan Samo Dijinjiang ........................................... 32<br />
(We Bare Heavy Matters Together and Carry Light Matters Together)<br />
West Java Province<br />
Still Exist After Six Decades………………................................................... 43<br />
The Progress of Trisula at “The Wind City” ............................................... 49<br />
If there is no Lie Betrween us is the Key to Success .......................... 53<br />
Central Java Province<br />
Agribusiness in Between the Slope of Merapi ........................................... 54<br />
Togetherness Identity in the Land of Kartini .............................................. 60<br />
Cold Hands at the East Tip of North Beach ............................................... 64<br />
East Java Province<br />
Success with Joint Responsibility System .................................................. 70<br />
West Nusa Tenggara Province<br />
Progressing Together With Tobacco and Seawees Farmers...................... 78<br />
Farmers Best Friend at the Slope of Rinjani............................................... 82<br />
Nusa Tenggara Timur Province<br />
Life Light at Bukit Sikka ........................................................................... 88<br />
Dare to be Different .................................................................................. 92<br />
Central Kalimantan Province<br />
Being Friends like Surya Sekawan ............................................................ 98<br />
South Sulawesi Province<br />
Clove Farmers Partner................................................................................ 115<br />
Providing Wide Open opportunities, Tight Requirements .......................... 120<br />
Southeast Sulawesi Tenggara Province<br />
Moving Forward Together With Seaweed Farmers .................................... 128<br />
Acting Thoroughtly in Difficult Times .......................................................... 134<br />
Maluku Province<br />
Independent at a Young Age .................................................................... 130<br />
Chapter IV E p i l o g u e ............................................................................................... 134<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a<br />
vii 7
8 K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
<strong>Koperasi</strong> <strong>Peduli</strong><br />
<strong>Rakyat</strong> <strong>Sejahtera</strong><br />
COOPERATIVE CARE ON PROSPEROUS PEOPLE<br />
Kisah Sukses <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Peserta Program<br />
Perkuatan Permodalan Agribisnis/Sektoral<br />
Success Stories of Save and Loan Cooperative<br />
Participants of Capitalization Strengthening for<br />
Agribusiness / Sectoral<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 1
Prolog<br />
<strong>Koperasi</strong> <strong>Peduli</strong> <strong>Rakyat</strong> <strong>Sejahtera</strong><br />
Apa yang akan terjadi pada masyarakat<br />
yang selama ini tekun dan rajin<br />
bekerja: sejak dari aspek budi daya,<br />
pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap<br />
pemasarannya; beretos jujur dan bertindak<br />
sportif, jauh dari intrik-intrik kolusi, bertradisikan<br />
kebersamaan dan kekeluargaan, bila mereka<br />
diberi suntikan modal untuk memperbesar<br />
omzet usahanya<br />
Dugaan yang paling dekat adalah omzet<br />
bisnis mereka berangsur membesar, keuntungan<br />
meningkat, pendapatan menggelembung, dan<br />
mereka menuai sukses sebagai pengusaha. Dan,<br />
tentu saja, pada akhirnya kesejahteraan mereka<br />
akan semakin membaik. Jawaban semacam itu<br />
sepenuhnya masuk di akal karena pada<br />
dasarnya mereka adalah pelaku ekonomi yang<br />
mandiri.<br />
Siapa mereka itu<br />
Siapa lagi jika bukan para petani, petambak,<br />
atau pedagang yang modal dan ruang lingkup<br />
bisnisnya terbatas, sebagaimana nelayan,<br />
perajin, dan lain-lain. Di negeri ini, jumlah mereka<br />
2<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
yang bergerak di usaha kecil dan mikro ini sangat<br />
banyak, tersebar di kawasan perdesaan<br />
(mayoritas), dan sebagian lagi di perkotaan yang<br />
bergerak dalam berbagai sektor usaha.<br />
Bagi Kementerian <strong>Koperasi</strong> dan Usaha Kecil<br />
dan Menengah, dinamika di atas adalah hal yang<br />
membanggakan. Memang, tidak semua dari<br />
mereka tertampung ke dalam koperasi. Mereka<br />
yang telah menjadi anggota koperasi pada<br />
umumnya memiliki kekhasan dalam etos<br />
usahanya.<br />
Nah, untuk mempertegas upaya pemberdayaan<br />
terhadap usaha kecil ini, Kementerian<br />
<strong>Koperasi</strong> dan Usaha Kecil dan Menengah lantas<br />
mengeluarkan kebijakan Program Pengembangan<br />
Pengusaha Mikro dan Kecil melalui<br />
Perkuatan Dana Bergulir Bagi <strong>Koperasi</strong> Simpan<br />
Pinjam (KSP) untuk membiayai usaha ekonomi<br />
produktif di sektor agribisnis dan sektor usaha<br />
produktif lainnya.<br />
Penekanan terhadap sektor agribisnis dan<br />
sektor lain itu tentu saja berdasarkan<br />
pertimbangan-pertimbangan yang matang.<br />
Agribisnis adalah kegiatan pemanfaatan sumber<br />
daya alam untuk pemenuhan kebutuhan hidup.<br />
Agribisnis merupakan cara pandang ekonomi<br />
masyarakat di bidang pertanian. Namun,<br />
agribisnis juga berarti semua usaha ekonomi<br />
yang berbasis sumber daya alam. Karena itu,<br />
yang menjadi sasaran program di atas bukan<br />
hanya anggota koperasi yang bergerak di<br />
bidang pertanian saja, tetapi juga mereka yang<br />
mengembangkan rumput laut, dan usaha-usaha<br />
pengolahan hasil-hasil alam lainnya.<br />
Tujuan Program Pengembangan Pengusaha<br />
Mikro dan Kecil melalui perkuatan<br />
permodalan KSP ini yaitu: Meningkatkan aktivitas<br />
dan pendapatan Pengusaha Mikro dan Kecil<br />
melalui pelayanan pinjaman modal usaha yang<br />
berasal dari KSP; Meningkatkan kemampuan<br />
dan jangkauan layanan KSP khususnya di sektor<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 3
Kemudahan pada <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam dalam memberikan bantuan modal usaha sangat membantu petani dan pengusaha kecil<br />
agribisnis; Meningkatkan kualitas Sumber Daya<br />
Manusia pengelola KSP.<br />
Program ini merupakan serangkaian kegiatan<br />
yang dilakukan Pemerintah melalui Proyek<br />
Pengembangan Kebijakan Peningkatan<br />
Akses Sumberdaya Produktif yang bersumber<br />
dari dana APBN dalam bentuk pemberian<br />
bantuan perkuatan permodalan kepada KSP<br />
dengan pola dana bergulir.<br />
Bantuan Perkuatan Dana Bergulir Bagi<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) di Sektor Agribisnis<br />
selanjutnya disebut Dana Bergulir KSP Agribinis<br />
adalah dana yang berasal dari Pemerintah melalui<br />
Kementerian <strong>Koperasi</strong> dan Usaha Kecil dan<br />
Menengah yang disalurkan kepada <strong>Koperasi</strong><br />
Simpan Pinjam (KSP) di Sektor Agribisnis sebagai<br />
pinjaman dana bergulir untuk disalurkan lebih lanjut<br />
kepada anggotanya dalam bentuk pinjaman.<br />
Program tersebut dimulai pada 2003 dan<br />
diteruskan pada tahun 2004. Mengingat<br />
pelaksanaan program Bantuan Perkuatan Dana<br />
Bergulir di Sektor Agribisnis di tahun 2003 dan<br />
2004 berlangsung cukup gemilang, maka pada<br />
tahun 2005 Pemerintah memperluas usaha<br />
pengembangan melalui bantuan perkuatan Dana<br />
Bergulir Sektoral guna membiayai berbagai<br />
sektor usaha produktif lainnya, melalui sumber<br />
pembiayaan APBN. Karena itu, sejak 2005 program<br />
tersebut dikenal sebagai Bantuan Perkuatan<br />
Permodalan KSP Agribisnis / Sektoral.<br />
Pelaksananaan program tersebut menggambarkan<br />
seperti yang terlukis di bagian awal<br />
tulisan itu. Rata-rata koperasi penerima program<br />
bantuan berhasil menyalurkan kredit<br />
penguatan modal mereka kepada para anggota.<br />
Kinerja koperasi, baik pengembalian modal dari<br />
anggota maupun angsuran koperasi ke bank<br />
pelaksana secara nasional baik. Bisa dikatakan<br />
kredit macet di bawah angka 2% seperti batas<br />
maksimal yang diberlakukan.<br />
Perkuatan juga ditempuh melalui programprogram<br />
peningkatan kapasitas koperasi di<br />
dalam mengelola usahanya. Kapasitas yang<br />
dimaksud adalah bidang manajemen, sistem<br />
pelaporan dan administrasi keuangan, dan<br />
kemampuan teknis lainnya, hingga wawasan<br />
kewirausahaan. Hal ini niscaya mengingat<br />
koperasi adalah sentra usaha bagi para<br />
pengusaha kecil/ mikro.<br />
Pengalaman menyebutkan bahwa pembinaan<br />
akan berlanjut ke anggota. <strong>Koperasi</strong> yang telah<br />
tertata dengan baik dalam berbagai aspeknya secara<br />
natural akan menularkan berbagai keterampilan dan<br />
pengetahuannya kepada anggota.<br />
4<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Seorang anggota Kopdit Obor Mas (NTT) sedang menerima kunjungan petugas Kopdit. Keharmonisan hubungan antara Pengurus<br />
dan Anggota <strong>Koperasi</strong> merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pengelolaan <strong>Koperasi</strong>.<br />
Nah, banyak pelajaran berharga selama<br />
pelaksanaan program-program di atas. Rasanya<br />
terlalu sayang bila momentum-momentum<br />
seperti itu lenyap begitu saja. Antara lain untuk<br />
tujuan menjawab kesanksian itulah buku ini<br />
disusun.<br />
Jauh dari kesan formal, buku ini disusun<br />
melalui proses peliputan di koperasi-koperasi<br />
terbaik yang tersebar di seluruh Indonesia. Tidak<br />
semua yang terbaik berhasil diliput. Tim<br />
penyusun membagi beberapa koperasi di 10<br />
provinsi yang mencerminkan keterwakilan<br />
wilayah Indonesia bagian barat, tengah dan<br />
timur. Cara pemilihan kabupaten dan kota<br />
didasarkan kepada ragam jenis usaha yang<br />
dikembangkan.<br />
Namun demikian, meski buku ini jauh dari<br />
kesan formal, koperasi-koperasi yang kisah<br />
suksesnya ditampilkan dipilih berdasarkan<br />
kriteria baku. Setidaknya, ada lima kriteria sukses<br />
yang menjadi bahan pertimbangan, yakni:<br />
sukses penyaluran dana; sukses pemanfaatan<br />
dana; sukses pengembalian dana; sukses<br />
peningkatan usaha dana; dan sukses pengembangan<br />
usaha dana;<br />
Jika kemudian buku ini diberi judul <strong>Koperasi</strong><br />
<strong>Peduli</strong> <strong>Rakyat</strong> <strong>Sejahtera</strong>, itu semata karena ingin<br />
memunculkan sebuah pesan bahwa koperasi<br />
adalah sebuah aset, sekaligus potensi, yang jika<br />
digerakkan dan dikembangkan secara optimal<br />
akan bermuara pada kesejahteraan rakyat. Tentu<br />
saja, ukuran sejahtera itu berjenjang.<br />
<strong>Rakyat</strong>, dalam konteks ini diwakili oleh para<br />
anggota koperasi penerima pinjaman bergulir,<br />
yang berhasil menaikkan taraf hidup mereka<br />
telah menuai hasil program Perkuatan Dana<br />
Bergulir Bagi <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP)<br />
Agribisnis/ Sektoral. Dengan tulus, senyum<br />
mereka terkembang. Di balik senyum mereka itu<br />
ada ‘sebongkah’ kebanggaan bahwa perjuangan<br />
mereka untuk menjadi lebih sejahtera telah<br />
berada pada jalur yang benar. Di balik senyumsenyum<br />
itu pula terkandung beribu memori<br />
tentang pergulatan yang tak ringan. Pergulatan<br />
tentang mengelola sawah, kolam, tambak,<br />
bengkel, kedai makan, dan sebagainya. Di<br />
antara memori-memori itu, ada satu yang tak<br />
akan mereka lupakan—bahkan akan terwariskan<br />
kepada generasi penerus mereka kelak—yakni<br />
kepedulian insan-insan koperasi, yang sejak<br />
awal setia mendampingi pergulatan mereka itu.<br />
Melalui buku ini serempak mereka bersuara:<br />
Terima kasih <strong>Koperasi</strong>.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 5
Prolog<br />
Prosperous<br />
Community Care<br />
Cooperation<br />
What would happen to a community<br />
members who have worked dili<br />
gently: from cultural, post harvest,<br />
management process up to its marketing aspects;<br />
with honest ethos and sportive acts,<br />
far from collusion intrigues, has togetherness<br />
and family tradition, if they were provided with<br />
capital injection to enhance their business<br />
earnings<br />
The closest assumption is that their business<br />
earnings would enhance, profit increase,<br />
income would enlarge and they would yield<br />
success as businessmen. And of course, in<br />
the end their prosperity will improve. This type<br />
of answer is fully logical since basically they<br />
are independent economic actors.<br />
Who are they<br />
None other than farmers, fishermen,<br />
traders with limited capital and business<br />
space, such as fishermen, craftsmen, and<br />
many others. In this country, the number of<br />
those who are engaged in small and micro<br />
business is very large, scattered in village<br />
areas (majority), and some in urban areas<br />
which engage in various business sectors.<br />
For the Ministry of Cooperation and Small<br />
and Middle Scale Business, the dynamic above<br />
is a pride. Indeed not all of them are accommodated<br />
in the cooperation. Those who have become<br />
members of cooperation generally have<br />
typical characteristics in their business ethos.<br />
Well, to expressly shows the empowerment<br />
for this small business, Ministry of Cooperation<br />
and Small and Middle Scale Enterprises then issued<br />
Micro and Small Development through<br />
Scrolling Fund Strengthening for Save Loan<br />
Cooperation (KSP) Program to fund productive<br />
economic business in agricultural and any other<br />
productive business sectors. The emphasizing<br />
on agricultural and other sectors is of course<br />
based on proper considerations. Agribusiness<br />
is an activity of utilizing natural resources to fulfill<br />
life needs. Agribusiness is an economic perspective<br />
in agriculture sector. However,<br />
agribusiness also means all economic business<br />
with natural resources basis. Therefore the target<br />
of program above is not only cooperation<br />
members engaged in agricultural field, but also<br />
those developing sea weed, and any other natural<br />
resources products processing business.<br />
The objective of Micro and Small Entrepreneur<br />
through KSP capital strengthening is: to increase<br />
activities and income of Micro and small<br />
Entrepreneur trough business capital service<br />
derived from KSP; to increase ability and coverage<br />
of KSP service especially in agribusiness<br />
6<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
sector; to increase KSP manager Human Resources<br />
quality.<br />
This program is a series of activities conducted<br />
by the Government through Productive<br />
Resources Access Increase Development<br />
Project originating from the State Revenue and<br />
Budget of 2004 fund in the form of the granting<br />
of capital strengthening aid to KSP in the pattern<br />
of scrolling fund.<br />
Such Save and Loan Cooperation (KSP)<br />
Scrolling Fund Strengthening Aid which is further<br />
referred to as Agribusiness KSP Scrolling<br />
Fund is fund deriving from the Government<br />
through the Ministry of Cooperation and Small<br />
and Middle Scale Business which is distributed<br />
to Save Loan Cooperation (KSP) in Agricultural<br />
Sector as scrolling fund loan to further be distributed<br />
to its members in the form of loan.<br />
Such program was commenced in 2003 and<br />
was continued in 2004. Considering the success<br />
of Scrolling Fund Strengthening Aid in Agricultural<br />
Sector in 2003 and 2004, then in 2005 the<br />
Government extended development business<br />
through Sectoral Scrolling Fund strengthening<br />
aid to fund various other productive business<br />
sectors, through fund source from State Revenue<br />
and Budget. Therefore since 2005 such<br />
program was known as Agribusiness/Sectoral<br />
KSP Fund Strengthening Aid.<br />
The implementation of such program was<br />
described as what is illustrated in the early part<br />
of this writing. In average cooperations receiving<br />
the aid program were successful in distributing<br />
credits to strengthen their capital to their<br />
members. Cooperation performance, both in<br />
capital return from members and cooperation<br />
installment to the bank national wide is favorable.<br />
Non performing credit can be considered<br />
as below 2% as the applied limit.<br />
Strengthening was also sought through<br />
cooperation capacity increase programs in managing<br />
its business. The capacity concerned is in<br />
the field of management, reporting system, and<br />
financial administration, and any other technical<br />
abilities, up to entrepreneurial horizon. This matter<br />
will in turn make cooperation the center of<br />
business for small/micro entrepreneurs.<br />
Experience has shown that development<br />
will continue to members. Cooperations that have<br />
been ordered well in various aspects naturally<br />
will transfer their various skills and knowledge<br />
to their members.<br />
Well, there are many valuable lessons<br />
during the above programs. It would be such<br />
a waste if such momentums disappear just like<br />
that. It is that reason, among other things, that<br />
underlies the objective to compose this book.<br />
Far from formal image, this book is composed<br />
through covering process in the best cooperations<br />
scattered all over Indonesia. Not all<br />
of the best were covered. The composing team<br />
divided several cooperations in 10 provices that<br />
reflect the represented ness of Indonesian area<br />
in western, central and eastern parts. The<br />
method in choosing regencies and cities was<br />
based on business types developed.<br />
However, even though this book is far from<br />
formal image, cooperations which success stories<br />
are presented were chosen based on raw<br />
characteristics. At least there are five successful<br />
criteria that became the material of consideration,<br />
namely: fund distribution success; fund<br />
utilization success; fund return success; fund<br />
business increase success; and fund business<br />
development success;<br />
If further this book was titled Prosperous<br />
Community Care Cooperation, it is merely because<br />
a message that cooperation is an asset<br />
and at the same time a potential which, if it is<br />
moved and developed, optimally will end up in<br />
community welfare, is intended to be set out. Of<br />
course, the size of welfare has its own levels.<br />
People, in this context is represented by<br />
members of cooperation receiving scrolling<br />
loan, who are successful in increasing their life<br />
standard after they have harvested the output<br />
of Scrolling Fund Strengthening For Loan Save<br />
Cooperaton (KPS) in Agribusiness/Sector program.<br />
Sincerely, their smiles bloom. Behind<br />
those smiles there is a “piece” of pride that their<br />
struggle to become more prosperous has been<br />
in the right lane. Behind those smiles there are<br />
also thousands of memories about heavy<br />
struggle. Struggle on the management of rice<br />
field, pond, embankment, workshops, restaurants,<br />
and etc. Among these memories there<br />
is one that they cannot forget-even when they<br />
inherit it to their future generation-the care of<br />
cooperation personnel, who since the beginning<br />
have been loyal assisting their struggle.<br />
Through this book together they will say: Thank<br />
you Cooperation.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 7
Bab II<br />
Dana Bergulir Untuk Modal<br />
Usaha Kecil dan Mikro<br />
Suatu ketika pada tahun 1953,<br />
sepenggal isi pidato Bung Hatta pada<br />
perayaan Hari <strong>Koperasi</strong> yang ke-3<br />
berbicara tentang sejauh mana manfaat koperasi<br />
bagi rakyat petani dan pengrajin. Ketika itu,<br />
secara retoris Bapak <strong>Koperasi</strong> Indonesia itu<br />
bertanya: “Sudahkah berkembang peternakan di<br />
kalangan rakyat yang dibiayai dengan pinjaman<br />
koperasi Sudahkah terlaksana di mana-mana<br />
kebun sayur dibiayai dengan pinjaman<br />
koperasinya Bagaimana koperasi di kalangan<br />
pertukangan dan kerajinan Sampai di manakah<br />
hasil yang diperoleh dengan koperasi untuk<br />
mengatasi ijon dengan pinjaman kecil-kecil sesuai<br />
kebutuhan dan lain-lainnya” Meski berbentuk<br />
sebuah kalimat tanya, pesan Bung Hatta dalam<br />
penggalan pidatonya itu sangat jelas: bahwa<br />
<strong>Koperasi</strong> harus mampu membiayai para petani<br />
dalam berusaha, juga para pengusaha kecil yang<br />
bergerak di sektor riil.<br />
Berpuluh tahun kemudian, sentilan bernada<br />
8<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
introspektif itu ternyata masih relevan untuk<br />
diungkapkan: “sudahkah koperasi mampu<br />
mendampingi para petani dan pengusaha kecil<br />
dan mikro” Begitu kira-kira bentuk pertanyaan<br />
itu di masa kini. Sementara itu fakta di lapangan<br />
berbicara bahwa, meski bukan segala-galanya,<br />
aspek permodalan merupakan sebuah aspek<br />
penting dalam pengembangan dan pembinaan<br />
usaha kecil dan menengah (UKM).<br />
Jika mengacu pada visi Bung Hatta pada<br />
paragraf pertama tadi maka <strong>Koperasi</strong> idealnya<br />
tampil sebagai lembaga yang mampu menjawab<br />
aspek permodalan yang dibutuhkan para petani<br />
dan pengusaha kecil dan mikro tadi. Namun, setali<br />
dua uang, kondisi sebagian besar koperasi pun<br />
setali dua uang dengan para pengusaha kecil<br />
dan mikro: sama-sama minim permodalan.<br />
Sementara itu, dalam konteks pembinaan dan<br />
pengembangan koperasi dan usaha kecil dan<br />
menengah (KUKM) tersebut, kemampuan KUKM<br />
untuk mengakses sumber permodalan, baik baik<br />
dari lembaga keuangan bank maupun bukan bank<br />
masih rendah. KUKM dianggap belum bankable.<br />
Atas dasar fakta itu, Pemerintah dalam hal<br />
Kementerian Negara <strong>Koperasi</strong> dan Usaha Kecil<br />
dan Menengah merasa perlu membangun<br />
sebuah ‘jembatan’ yang bisa menghubungkan<br />
antara KUKM dan sumber permodalan, yang<br />
dalam konteks ini diawali dengan dana stimulan<br />
dari APBN. Berangkat dari visi itulah lahir Program<br />
Dana Bergulir pada Kementerian Negara<br />
<strong>Koperasi</strong> dan UKM termasuk Program<br />
Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil<br />
melalui Bantuan Perkuatan Dana Bergulir Bagi<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) yang bergerak<br />
dalam pembiayaan Agribisnis/Sektoral.<br />
Program ini memiliki tujuan yang sangat<br />
strategis, yakni meningkatkan aktivitas dan<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 9
Aktivitas usaha di pabrik penggilingan padi milik anggota KSP Lestari Mandiri, Kabupaten Malang, Jawa Timur<br />
pendapatan Pengusaha Mikro dan Kecil melalui<br />
pelayanan simpan pinjam; meningkatkan akses<br />
anggota dan calon anggota untuk memperoleh<br />
pelayanan pinjaman dari KSP; meningkatkan<br />
kemampuan dan jangkauan layanan KSP yang<br />
bergerak dalam pembiayan agribisnis/sektoral;<br />
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia<br />
pengelola KSP; dan membangun KSP sebagai<br />
lembaga keuangan yang handal agar dapat<br />
sejajar dengan lembaga keuangan lainnya.<br />
Melalui mekanisme ini transfer dana dari<br />
Pemerintah Pusat pada akhirnya bisa menjadi<br />
motor penggerak aktivitas ekonomi di daerah,<br />
terutama di daerah perdesaan. Perputaran dana<br />
pinjaman bergulir itulah kemudian yang menjadi<br />
bahan bakar pertumbuhan ekonomi di daerah.<br />
Program ini mulai dilaksanakan oleh<br />
Kementerian Negara <strong>Koperasi</strong> dan UKM sejak<br />
tahun 2003. Dalam kurun waktu itu, terjadi<br />
beberapa dinamika kebijakan. Selama dua<br />
tahun, yakni tahun 2003 dan tahun 2004, program<br />
Perkuatan Dana Bergulir ini fokus pada<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) yang bergerak<br />
dalam pembiayaan agribisnis. Pada tahun 2003,<br />
program ini bernama “Program Pengembangan<br />
Pengusaha Mikro dan Kecil Melalui Perkuatan<br />
Modal <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) di Sektor<br />
Agribisnis”. Kemudian pada tahun 2004, program<br />
ini bernama “Program Pengembangan<br />
Pengusaha Mikro dan Kecil Melalui Bantuan<br />
Perkuatan Dana Bergulir Bagi <strong>Koperasi</strong> Simpan<br />
Pinjam (KSP) di Sektor Agribisnis”.<br />
Satu tahun kemudian, yakni pada tahun<br />
2005, program ini dikembangkan tak hanya<br />
untuk pengembangan usaha mikro dan kecil di<br />
sektor agribisnis tapi juga pengembangan<br />
usaha mikro dan kecil di sektor riil lainnya dengan<br />
nama “Program Pengembangan Pengusaha<br />
Mikro dan Kecil Melalui Bantuan Perkuatan Dana<br />
Bergulir Bagi <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP)<br />
Sektoral”. Setelah sempat vakum satu tahun<br />
selama 2006, pada tahun 2007 program ini<br />
10<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
dilanjutkan dengan nama “Program Peningkatan<br />
Permodalan Dana Bergulir Sektoral Bagi<br />
<strong>Koperasi</strong>, Usaha Mikro, dan Kecil”.<br />
Selama rentang waktu 2003 sampai 2005<br />
dan 2007 Pemerintah mengalokasikan dana<br />
sebesar Rp. 321.700.000.000,- bagi 448 koperasi<br />
yang tersebar di 32 provinsi. Dari alokasi dana<br />
sebesar itu, tercatat realisasi pencairan sebesar<br />
Rp. 299.150.715.000. Kemudian, berdasarkan<br />
hasil monitoring yang dilakukan Kementerian<br />
KUKM per Maret 2009 dana pinjaman bergulir<br />
tersebut telah berkembang menjadi Rp.<br />
840.972.990.980 dengan jumlah pemanfaat<br />
sebanyak 183.968 anggota koperasi. Itu artinya<br />
telah terjadi dinamika positif hingga sebesar<br />
281%. Catatan hasil monitoring itu memberi sinyal<br />
indikasi bahwa koperasi penerima program<br />
berhasil didalam mengelola dan menggulirkan<br />
bantuan yang diberikan. Jumlah dana yang<br />
tersalur dan hasil pengembangannya itu pun<br />
menjadi salah satu indikasi bahwa program ini<br />
telah berjalan dengan baik.<br />
Demi kebersinambungan program dana<br />
bergulir ini, koperasi peserta program wajib<br />
mengembalikan angsuran pokok dan bunga<br />
kepada Bank Pelaksana. Hingga 31 Maret 2009<br />
kinerja pengembalian angsuran pokok dan bunga<br />
tersebut tercermin pada tabel di bawah ini.<br />
Angka-angka pada tabel tersebut<br />
menunjukkan bahwa meskipun para koperasi<br />
peserta program sukses mengembangkan dana<br />
bergulir tersebut hingga 281 % tapi tingkat atau<br />
kinerja pengembalian angsuran pokok dan<br />
bunga masih belum sesuai target (lihat tabel).<br />
Dari yang seharusnya Rp. 104.797.609.500 baru<br />
44,92 % atau Rp.47.076.688.594 yang telah<br />
ditunaikan. Menurut penelusuran, angka<br />
pengembalian angsuran pokok dan bunga yang<br />
rendah itu disebabkan karena Bank Pelaksana<br />
dipandang masih kurang aktif dalam melakukan<br />
pembinaan dan monitoring kepada koperasi<br />
peserta program. Di samping itu, kewajiban<br />
Kelompok Kerja Keuangan Kabupaten/ Kota juga<br />
dipandang belum optimal.<br />
Hasil monitoring dan evaluasi juga<br />
menunjukkan bahwa di tingkat nasional, Propinsi<br />
Jawa Timur merupakan propinsi dengan tingkat<br />
realisasi pencairan terbesar, yakni yaitu<br />
434,32%. Di propinsi ini, jumlah dana pinjaman<br />
bergulir terlah berkembang dari Rp. 39,8 miliar<br />
menjadi Rp. 167,81 miliar. Propinsi lain yang juga<br />
memiliki kinerja bagus, yakni Propinsi Jawa<br />
Tengah dengan perkembangan sebesar<br />
255,99% atau berkembang dari Rp. 35 miliar<br />
menjadi Rp. 89.59 miliar.<br />
***<br />
Teknis Pelaksanaan<br />
Tidak semua <strong>Koperasi</strong> bisa menerima program<br />
perkuatan permodalan bagi koperasi,<br />
usaha mikro dan kecil tersebut. Ada syarat-syarat<br />
yang harus dipenuhi <strong>Koperasi</strong>-koperasi Simpan<br />
Pinjam calon penerima dana perkuatan.<br />
Syarat-Syarat Umum:<br />
a. Telah melaksanakan Rapat Anggota<br />
Tahunan (RAT) sebanyak 3 (tiga) Tahun<br />
Buku terakhir;<br />
b. Hasil penilaian kesehatan dalam 2 (dua)<br />
tahun terakhir berturut-turut “sehat”;<br />
c. Memiliki kantor sendiri yang telah ditempati<br />
minimal 2 (dua) tahun;<br />
d. Dalam melayani anggota-anggota di<br />
sentra agribisnis, bersedia membuat unit<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 11
pelayanan yang berada di lokasi sentra<br />
agribisnis;<br />
e. Kelompok masyarakat sebagai anggota<br />
KSP sudah pernah memperoleh dukungan<br />
modal dan pembinaan dari instansi teknis,<br />
yang dikelola dengan pola simpan pinjam<br />
dan sudah diadministrasikan secara tertib;<br />
f. Diutamakan bagi KSP yang para<br />
anggotanya mempunyai hubungan<br />
kerjasama kemitraan dengan perusahaan<br />
penghela.<br />
g. Ada pihak yang menjadi Jaminan<br />
Perorangan (personal guarantee) atas<br />
Dana Perkuatan yang diterima peserta<br />
program perkuatan modal KSP.<br />
Pada tahun 2004 syarat-syarat umum<br />
tersebut diperbarui. Beberapa pembaruan<br />
tersebut di antaranya:<br />
a. Merupakan koperasi primer kota/<br />
kabupaten yang telah berbadan hukum<br />
minimal 4 (empat) tahun dan melaksanakan<br />
RAT 3 (tiga) Tahun Buku terakhir<br />
dan memiliki predikat “sehat” berdasarkan<br />
hasil penilaian kesehatan dalam 2 (dua)<br />
tahun berturut-turut;<br />
b. KSP telah memperoleh jaminan perorangan<br />
(Personal Guarantee) dari<br />
Bupati/ Wali Kota setempat untuk<br />
mengelola Dana Bergulir KSP Agribisnis.<br />
Syarat-Syarat Khusus :<br />
a. Merupakan lembaga koperasi primer<br />
Kabupaten/Kota yang sudah berbadan<br />
hukum minimal 4 tahun;<br />
b. Di samping anggota secara keseluruhan,<br />
KSP juga memiliki anggota minimal 100<br />
orang yang bergerak dibidang usaha<br />
produktif yang sejenis antara lain: petani,<br />
peternak dan nelayan (bukan pedagang);<br />
c. Jumlah Pinjaman yang diberikan minimal<br />
Rp. 1 milyar;<br />
d. Tunggakan pinajaman macet maksimal 2%;<br />
e. Memiliki Komputer sendiri dan sanggup<br />
membeli komputer minimal Pentium 3;<br />
f. Hasil audit 2 tahun terakhir, Wajar Tanpa<br />
Syarat (WTS);<br />
g. Mempunyai Sistem Pengendalian Intern<br />
(SPI) yang telah berjalan secara efektif;<br />
h. Pengelolaan Usaha KSP sudah didelegasikan<br />
kepada manajer dan didukung<br />
karyawan-karyawan yang professional,<br />
serta tidak terjadi perangkapan pekerjaan<br />
untuk fungsi-fungsi yang bertentangan;<br />
i. Jumlah modal sendiri yang terdiri dari<br />
Simpanan Pokok, Simpanan Wajib,<br />
Cadangan, Donasi dan Sisa Hasil Usaha<br />
tahun berjalan minimal sebesar 33% dari<br />
total aset.<br />
Sedangkan persyaratan bagi Unit Simpan<br />
Pinjam (USP) <strong>Koperasi</strong> calon penerima dana<br />
perkuatan adalah sebagai berikut:<br />
a. USP <strong>Koperasi</strong> sudah menjadi unit otonom<br />
minimal 3 tahun;<br />
b. Telah melakukan pemisahan dalam<br />
akuntansi usaha dari akuntansi<br />
<strong>Koperasi</strong>nya.<br />
c. Bersedia mengubah badan hukumnya<br />
menjadi <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP).<br />
Anggota koperasi yang berhak menerima<br />
Tabel 1. Kewajiban <strong>Koperasi</strong> Ke Bank<br />
No<br />
Tahun<br />
Program<br />
Kewajiban Kepada Bank<br />
Sudah Dibayar<br />
Sebelumnya<br />
Bunga Pokok Bunga Pokok<br />
1 2003 Rp. 2.653.798.676 Rp. 2.145.214.083 Rp. 5.000.000.000 Rp. 6.000.000.000<br />
2. 2004 Rp. 25.888.986.731 Rp.23.431.731.955 Rp. 57.249.580.000 Rp. 68.699.496.000<br />
3. 2005 Rp. 18.483.903.187 Rp.10.956.055.146 Rp. 41.918.029.500 Rp. 25.150.817.700<br />
4. 2007 Rp. 50.000.000 Rp. 5.000.000 Rp. 630.000.000 Rp. 378.000.000<br />
Jumlah Rp. 47.076.688.594 Rp.36.538.001.184 Rp.104.798.609.500 Rp.100.228.313.700<br />
Sumber Data: <strong>Koperasi</strong> Peserta Program, Dinas yang membidangi <strong>Koperasi</strong> dan UKM, dan Bank Pelaksana (diolah)<br />
12<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
pinjaman dana bergulir untuk membiayai usahausaha<br />
ekonomi produktif dari alokasi dana program<br />
ini juga diatur dengan seleksi ketat. Aturan<br />
ini dibuat sebagai pagar bagi KSP-KSP peserta<br />
program dalam menyalurkan pinjaman dana<br />
bergulir tersebut. Sepanjang aturan ini ditaati,<br />
resiko pinjaman macet semakin kecil. Pengusaha<br />
Mikro dan Kecil calon penerima pinjaman dari<br />
KSP wajib memenuhi syarat sebagai berikut :<br />
a.Terdaftar sebagai anggota KSP/calon<br />
anggota KSP;<br />
b. Memiliki aktivitas usaha produktif di bidang<br />
agribisnis/sektoral yang menciptakan nilai<br />
tambah sehingga berkemampuan untuk<br />
mengembalikan/ melunasi pinjaman;<br />
c. Tidak mempunyai tunggakan pinjaman pada<br />
KSP;<br />
d. Mengajukan permohonan pinjaman kepada<br />
KSP sesuai kelayakan usaha;<br />
e. Mendapat persetujuan dari pengurus KSP<br />
atas hasil analisa kelayakan dari manajer<br />
pengelola simpan pinjam.<br />
Pada tahun 2005, seiring dengan dinamika<br />
yang terjadi pada pelaksanaan program tahun<br />
2003 dan 2004, Kementerian Negara <strong>Koperasi</strong><br />
dan UKM kemudian kembali melakukan penyempurnaan<br />
teknis pelaksanaan penyaluran pinjaman<br />
dana bergulir tersebut. Penyempurnaan<br />
ini dilakukan untuk mengakomodir pengembangan<br />
program. Jika pada tahun 2003 dan tahun<br />
2004 fokus program lebih pada KSP yang<br />
membiayai usaha mikro dan kecil di sektor<br />
agribisnis, pada tahun 2005 sasaran KSP peserta<br />
program diperluas tak lagi terbatas pada KSP<br />
yang membiayai usaha mikro dan kecil di sektor<br />
agribisnis tapi juga KSP yang membiayai usaha<br />
mikro dan kecil di berbagao sektor riil lainnya.<br />
Beberapa perubahan itu di antaranya pada<br />
Syarat-syarat umum KSP calon penerima dana<br />
bergulir sektoral itu di antaranya:<br />
a. KSP calon penerima diprioritaskan yang<br />
belum pernah memperoleh Dana Bergulir<br />
KSP Agribisnis;<br />
b. KSP memiliki anggota minimal 100 (seratus)<br />
orang Pengusaha Mikro dan Kecil yang<br />
bergerak disektor usaha produktif yang<br />
sejenis antara lain: pertanian, kehutanan<br />
dan perkebunan, peternakan, perikanan,<br />
pertambangan dan galian, industri pengolahan<br />
dan kerajinan, perdagangan dan<br />
aneka jasa lainnya;<br />
c. Telah berbadan hukum minimal 4 (empat)<br />
tahun dan melaksanakan Rapat Anggota<br />
Tahunan (RAT) 3 (tiga) Tahun Buku terakhir<br />
dan memiliki predikat “sehat” berdasarkan<br />
hasil penilaian kesehatan dalam 2 (dua) tahun<br />
berturut-turut serta klasifikasi minimal B;<br />
d. Hasil audit 2 (dua) tahun terakhir berpredikat<br />
Wajar Tanpa Syarat (WTS);<br />
e. Memiliki jumlah kekayaan bersih minimal<br />
sebesar Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta<br />
rupiah), dan memiliki simpanan pokok minimal<br />
Rp.150.000.000,- (Seratus lima puluh<br />
juta rupiah), bagi KSP Calon Penerima Dana<br />
Bergulir Sektoral sebesar Rp.<br />
1.000.000.000,- (satu milyar rupiah);<br />
f. Memiliki kekayaan bersih minimal sebesar<br />
Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta<br />
rupiah), dan memiliki simpanan pokok minimal<br />
Rp.75.000.000,- (tujuh puluh lima juta<br />
rupiah), bagi KSP Calon Penerima Dana<br />
Bergulir Sektoral sebesar Rp.500.000.000,-<br />
(lima ratus juta rupiah).<br />
g. Memberikan pelayanan pinjaman kepada<br />
anggota minimal 70 % (tujuh puluh per<br />
seratus) dari total pinjaman yang diberikan;<br />
h. Memiliki saldo pinjaman (piutang) minimal<br />
Rp.750.000.000,- (tujuh ratus lima puluh juta<br />
rupiah), bagi KSP Calon Penerima Dana<br />
Bergulir Sektoral sebesar Rp.1.000.0 00.000,-<br />
(satu milyar rupiah).<br />
i. Memiliki saldo pinjaman (piutang) minimal Rp.<br />
375.000.000,- (tiga ratus tujuh puluh lima<br />
juta rupiah), bagi KSP Calon Penerima Dana<br />
Bergulir Sektoral sebesar Rp. 500.000.000,-<br />
(lima ratus juta rupiah).<br />
Sedangkan beberapa perubahan pada<br />
Syarat-syarat Khusus bagi KSP calon penerima<br />
dana bergulir sektoral itu di antaranya:<br />
a. Bersedia atau telah melayani anggotaanggotanya<br />
di berbagai sektor usaha<br />
produktif dan membuka unit pelayanan yang<br />
berada di lokasi sentra;<br />
b. Diprioritaskan bagi KSP yang anggotaanggotanya<br />
mempunyai hubungan kerjasama<br />
kemitraan dengan perusahaan penghela;<br />
c. KSP telah memperoleh jaminan perorangan<br />
(Personal Guarantee) dari Bupati/ Wali Kota<br />
setempat untuk mengelola Dana Bergulir Sektoral;<br />
d. Total tunggakan pinjaman macet maksimal<br />
2 % (dua persen);<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 13
Suasana di kantor manajemen KSP Cipta Mandiri, Pulau Buru. Idealnya, pengelolaan Usaha KSP didelegasikan kepada manajer<br />
yang didukung oleh karyawan yang profesional<br />
e. Pengelolaan Usaha KSP sudah didelegasikan<br />
kepada manajer yang didukung oleh<br />
karyawan yang profesional dan tidak terjadi<br />
perangkapan pekerjaan, dengan Jumlah<br />
karyawan dan manajer minimal 5 orang;<br />
f. Modal sendiri minimal sebesar 33 % (tiga<br />
puluh tiga per seratus) dari total aset;<br />
g. Telah memiliki prosedur pemberian pinjaman<br />
ke anggota.<br />
Selain Syarat Umum dan Syarat Khusus<br />
tersebut di atas yang berlaku bagi <strong>Koperasi</strong><br />
Simpan Pinjam (KSP), sejak tahun 2005 USP-<br />
<strong>Koperasi</strong> calon penerima Dana Bergulir Sektoral<br />
wajib memenuhi syarat tambahan, yakni:<br />
a.manajemen USP-<strong>Koperasi</strong> telah dikelola<br />
secara otonom minimal 3 tahun, dan siap<br />
menjadi KSP;<br />
b.telah melakukan pembukuan terpisah atas<br />
pengelolaan usaha simpan pinjam dari<br />
akuntansi koperasinya, dibuktikan dengan<br />
neraca lajur 3 (tiga) tahun terakhir;<br />
c. <strong>Koperasi</strong> induk bersedia melakukan<br />
pembagian, dengan cara memisahkan unit<br />
Simpan Pinjam dari koperasi untuk menjadi<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam tersendiri atau<br />
mengubah nama dan bidang usaha koperasi<br />
menjadi hanya Usaha Simpan Pinjam (KSP);<br />
d.seluruh aset USP-<strong>Koperasi</strong> menjadi aset<br />
KSP yang baru dibentuk.<br />
Kemudian, selain syarat-syarat yang telah<br />
ditetapkan pada petunjuk teknis tahun 2003 dan<br />
2004, pada tahun 2005 Pengusaha Mikro dan<br />
Kecil calon penerima pinjaman dari KSP juga<br />
wajib memenuhi syarat sebagai berikut:<br />
a. Terdaftar sebagai anggota KSP aktif minimal<br />
1 (satu) tahun dan dibuktikan dengan<br />
jumlah simpanan wajib di koperasi;<br />
b. Mempunyai aktivitas di sektor usaha<br />
produktif dan masih dapat dikembangkan<br />
serta menciptakan nilai tambah, sehingga<br />
memiliki kemampuan untuk mengembalikan/<br />
melunasi pinjaman;<br />
c. Tidak mempunyai tunggakan pinjaman<br />
pada KSP;<br />
d. Bersedia menyimpan 5 % dari pokok<br />
pinjaman di KSP dalam bentuk Simpanan<br />
Wajib Khusus milik anggota sebagai bagian<br />
dari pemupukan modal sendiri KSP dan<br />
untuk keperluan stabilitas permodalan KSP.<br />
***<br />
Pada tahun 2007, terjadi beberapa<br />
perubahan persyaratan yang harus dipenuhi<br />
<strong>Koperasi</strong> Peserta Program. Beberapa persyaratan<br />
yang mengalami perubahan itu, di antaranya:<br />
a. <strong>Koperasi</strong> telah berbadan hukum minimal 1<br />
(satu) tahun dan melaksanakan Rapat<br />
Anggota Tahunan (RAT) dengan memiliki<br />
predikat “cukup sehat” berdasarkan hasil<br />
penilaian kesehatan yang dilakukan pejabat<br />
yang berwenang;<br />
14<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Sebagian besar KSP tadinya merupakan Unit Simpan Pinjam (KSP) dari sebuah koperasi induk. Gambar menunjukkan suasana<br />
pelayanan di sebuah KSP.<br />
b. Belum pernah memperoleh Dana Bergulir dari<br />
Kementerian Negara <strong>Koperasi</strong> dan UKM.<br />
c. <strong>Koperasi</strong> memiliki kekayaan bersih minimal<br />
Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta<br />
rupiah) termasuk simpanan pokok dan wajib<br />
minimal Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah),<br />
memiliki saldo piutang minimal Rp.<br />
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan<br />
memiliki jumlah anggota paling sedikit 100<br />
orang, untuk <strong>Koperasi</strong> calon penerima dana<br />
bergulir sebesar Rp. 500.000.000,- (lima<br />
ratus juta rupiah);<br />
d. <strong>Koperasi</strong> memiliki kekayaan bersih minimal<br />
Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)<br />
termasuk simpanan pokok dan wajib minimal<br />
Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah),<br />
memiliki saldo piutang minimal Rp.<br />
100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan<br />
memiliki jumlah anggota paling sedikit 60 orang,<br />
untuk <strong>Koperasi</strong> calon penerima dana<br />
bergulir sebesar Rp. 300.000.000,- (tiga<br />
ratus juta rupiah).<br />
Sedangkan beberapa perubahan pada<br />
persyaratan khusus, yakni :<br />
a. <strong>Koperasi</strong> telah memperoleh jaminan perorangan<br />
(Personal guarantee) dari Kepala<br />
Dinas Kabupaten/Kota, dengan menggunakan<br />
formulir sebagaimana contoh pada<br />
lampiran 14 peraturan ini;<br />
b. Total tunggakan pinjaman macet maksimal<br />
5% (lima persen) yang dibuktikan dengan<br />
laporan tahunan berjalan;<br />
c. manajemen unit usaha koperasi yang akan<br />
mengelola dana bergulir, telah dikelola<br />
secara otonom minimal 1 (satu) tahun;<br />
d. unit usaha koperasi yang akan mengelola<br />
dana bergulir telah menyelenggarakan<br />
pembukuan secara terpisah atas pengelolaan<br />
usaha koperasinya, yang dibuktikan dengan<br />
laporan keuangan pada tahun terakhir.<br />
Selain aturan-aturan main tadi, Kementerian<br />
<strong>Koperasi</strong> dan UKM juga telah mengantisipasi<br />
kemungkinan-kemungkinan khusus terutama<br />
bagi koperasi-koperasi yang berlokasi di daerah<br />
tertinggal atau di daerah yang terkena bencana<br />
alam atau koperasi yang dinilai mempunyai peran<br />
strategis pada daerah tertentu. Salah satu<br />
contoh, KSP Cipta Mandiri di Pulau Buru, yang<br />
profilnya ditampilkan dalam buku kisah sukses<br />
ini. Meski baru berdiri pada tahun 2004, KSP<br />
Cipta Mandiri bisa menjadi peserta program ini<br />
pada tahun 2005 berdasarkan Pasal 7<br />
Peraturan Menteri Negara <strong>Koperasi</strong> dan UKM<br />
No. 12/2005. Pada pasal itu disebutkan bahwa<br />
“Menteri dapat menetapkan KSP/USP-<strong>Koperasi</strong><br />
Penerima Dana Bergulir Sektoral secara khusus<br />
yang dinilai mempunyai peran strategis antara<br />
lain untuk keperluan pembinaan KSP/USP-<br />
<strong>Koperasi</strong> di daerah yang sedang berkembang,<br />
daerah perbatasan/terpencil. Dalam konteks ini,<br />
Pulau Buru dipandang memiliki kedudukan strategis<br />
sebagai ‘lumbung beras’ di Propinsi Maluku.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 15
Chapter II<br />
Scrolling Fund<br />
For Small and Micro Business Capital<br />
One day in 1953, a piece of Bung<br />
Hatta’s speech content in the cel<br />
ebration of the 3rd Cooperation Day<br />
which discussed how far cooperation can<br />
benefit for farmers and craftsmen. At the time,<br />
rhetorically such Indonesian Cooperation<br />
Founding Father asked: “has animal farming<br />
developed in the community which is funded<br />
by cooperation loan Has vegetable plants<br />
been funded by their cooperation loan How<br />
are cooperations among the handicraft and<br />
craftsmen How far is the output obtained<br />
with cooperation to overcome early crops purchase<br />
with small loan in accordance with needs<br />
and others” Even though it is in the form of<br />
questions, Bung Hatta message in its speech part<br />
is very clear: that Cooperation must be able to<br />
fund farmers in running their business, also for<br />
small entrepreneurs who are engaged in real<br />
sectors.<br />
Many years later, such introspective in nature<br />
critic is still relevant to be expressed: “have<br />
cooperations been able to assist farmers and<br />
micro and small entrepreneurs“ That is approximately<br />
the form of such statement in the present.<br />
In the mean time the facts on the field speak out<br />
16<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
that even though it is not everything, capitalization<br />
aspect is the important aspect in the development<br />
and founding of small and middle scale<br />
business (UKM).<br />
If referring to the mission of Bung Hatta in<br />
the first paragraph earlier, then ideally Cooperation<br />
appears as an institution that is able to answer<br />
capitalization aspect needed by such farmers<br />
and small and micro entrepreneurs. However,<br />
same as usual, the conditions of cooperation<br />
are as bad as small and micro entrepreneurs:<br />
they lack capitalization. Meanwhile in the context<br />
of founding and development of cooperation<br />
and such small and middle scale entrepreneurs<br />
(KUKM), the ability of KUKM to access<br />
capitalization source, both from bank financial<br />
institutions and non bank is still low. KUKM is still<br />
considered as non bankable.<br />
Based upon that fact, the Government in<br />
this matter State Ministry of Cooperation and<br />
Small and Middle Scale Entrepreneurs feels the<br />
necessity to build a ‘bridge’ that can connect<br />
KUKM and capitalization source, which in this<br />
context is initialized with stimulant fund from<br />
State Revenue and Expenditure (APBN). From<br />
that vision, Scrolling Fund Program on State Min-<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 17
The economic activites at Yudi Pujianto’s rice mill, whose life standard was lifted after synergizing with KSP Lestari Mandiri,<br />
Malang, East Java<br />
istry of Cooperation and UKM was born and<br />
was incorporated in Small and Micro Entrepreneurs<br />
Development Program through<br />
Scrolling Fund Program for Save Loan Cooperation<br />
(KSP) engaging in Agribusiness/Sector<br />
funding.<br />
This program has a very strategic purpose,<br />
i.e. increasing activities and revenue of<br />
Micro and Small Entrepreneurs through save<br />
loan services; Your browser may not support<br />
display of this image. increasing the ability and<br />
coverage of KSP services engaging in<br />
agribusiness/sector funding; increasing human<br />
resources KSP managers quality; and developing<br />
KSP as a financial institution that is reliable<br />
in order to be in the same level as any<br />
other financial institutions. Through this<br />
mechanism, fund transfer from Central Government<br />
at the end of the day could be the<br />
moving engine of region economic activities,<br />
mainly in villages. Such scrolling fund circle then<br />
becomes the fuel of region’s economic growth.<br />
This program has been implemented by<br />
State Ministry of Cooperation and Small and<br />
Middle Scale Enterprises since 2003. Within such<br />
period, there have been several policy dynamics.<br />
Within two years, i.e. 2003 and 2004 this<br />
Scrolling Fund Strengthening was focused on<br />
Save Loan Cooperation (KSP) engaging in<br />
agribusiness funding. In 2003, this program was<br />
named “Micro and Small Entrepreneurs Development<br />
Program through Save Loan Cooperation<br />
(KSP) Capital Strengthening in Agribusiness<br />
Sector.” Then in 2004 this program was called<br />
“Micro and Small Entrepreneurs Development<br />
program Through Scrolling Fund Strengthening<br />
Aid For Save Loan Cooperation (KSP) in<br />
Agribusiness Sector.”<br />
A year later, i.e. in 2005 and in 2007 this<br />
program was developed not only to develop micro<br />
and small business in agribusiness sector<br />
but also for the development of any other real<br />
sectors with the name “Micro and Small Entrepreneurs<br />
Development Program Through Scroll-<br />
18<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
ing Fund Strengthening Aid For Sector Save<br />
Loan Cooperations (KSP).” After being non active<br />
for a year in 2006, in 2007 this program was<br />
continued with the name “Sector Scrolling Fund<br />
Capitalization Increase Program For Cooperation,<br />
Micro and Small Business.”<br />
Within the period of 2003 up to 2005 and<br />
2007 the Government allocated fund in the<br />
amount of Rp. 321,700,000,000,- for 448 cooperation<br />
scattered in 32 provinces. From such<br />
amount of fund allocation, it is noted that the disbursement<br />
realization was in the amount of Rp.<br />
299,150,715,000. Then, based on the monitoring<br />
output conducted by Ministry of KUKM, in<br />
March 2009 such scrolling loan fund had increased<br />
to become Rp. 840,972,990,980 and<br />
was utilized by 183,968 cooperation members.<br />
It means there has been positive dynamic of up<br />
to 281 %. Such monitoring record indicates that<br />
program receiving cooperation is successful in<br />
managing and scrolling the aid provided. The<br />
amount of fund distributed and the output of its<br />
development become indicators that this program<br />
has been running well.<br />
For the sake of the sustainability of this<br />
scrolling fund program, participating cooperations<br />
are obligated to return principal installment<br />
with its interest to Implementing Banks. Data<br />
shows that even though participating cooperations<br />
are successful in developing such scrolling<br />
fund up to 281% however the level or performance<br />
of principal installment return has not<br />
been the same as the target. From the actual<br />
Rp. 104,797,609,500 only 44.92 % or the amount<br />
of Rp.47,076,688,594 has been paid up. According<br />
to investigation, such low principal installment<br />
and interest return was due to the fact that Implementing<br />
Bank has been not active enough in<br />
conducting development and monitoring against<br />
program participating cooperations. In addition,<br />
Regency/City Working Group obligations are<br />
considered as non optimum.<br />
Implementation Technique<br />
Not all cooperations could receive capitalization<br />
strengthening program for such cooperations,<br />
micro and small business. There are requirements<br />
that must be met by Save Loan Cooperation<br />
as nominees for strengthening<br />
fund receivers. Cooperation members who<br />
are entitled to receive scrolling fund to fund<br />
productive economic business from this program<br />
fund allocation are also regulated with<br />
tight selection. This regulation is set up as<br />
fence for program participating KSPs in distributing<br />
such scrolling fund loan. So long as<br />
this regulation is complied with, non performing<br />
loan risk will become smaller.<br />
In 2005, along with the dynamic that took<br />
place in the program implementation of 203<br />
and 2004, State Ministry of Cooperation and<br />
UKM then re-perfected the implementation<br />
technique in distributing such scrolling fund<br />
implementation. This perfection was conducted<br />
to accommodate program development.<br />
In 2003 and 2004 the program was<br />
more focused to KSP that funded micro and<br />
small business in agribusiness sector, in 2005<br />
and 2007 the target of program participating<br />
KSP was extended and not only limited to<br />
KSP funding micro and small business in<br />
agribusiness sector but also KSPs that fund<br />
micro and small business in any other real<br />
sectors.<br />
Ministry of Cooperation and UKM also<br />
has anticipated specific possibilities mainly<br />
for cooperations located in disadvantaged<br />
area or areas that have been exposed by<br />
natural disasters or cooperations that are<br />
considered as having strategic roles on some<br />
areas. One example is KSP Cipta Mandiri in<br />
Pulau Buru, which profile has been presented<br />
in this successful stories book. Although it<br />
was not established until 2004, KSP Cipta<br />
Mandiri was able to become a member of this<br />
program in 2005 based on Article 7 of Minister<br />
of Cooperation and UKM Regulation UKM<br />
No. 12/2005. In that article it is stated that “A<br />
minister may stipulate KSP/USP-Sector<br />
Scrolling Fund Receiving Cooperation in special<br />
manner which is considered as having<br />
strategic role among others for the need of<br />
the founding of KSP/USP-Cooperation is areas<br />
that are developing, border/remote areas.<br />
In this context, Pulau Buru is considered<br />
as having the strategic position as ‘rice<br />
barn’ in Maluku Province.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 19
Bab III<br />
Parade Kisah Sukses<br />
Sebuah kalimat bijak tentang koperasi,<br />
yang pernah diungkapkan Bung Hatta<br />
menarik untuk dicermati. Bapak <strong>Koperasi</strong><br />
Indonesia, yang juga Proklamator negara ini<br />
pernah berkata bahwa “bukan semboyan yang<br />
muluk-muluk yang dibutuhkan untuk mencapai<br />
masyarakat kooperasi yang ingin kita ciptakan,<br />
melainkan amal, yang berupa pendidikan atas<br />
diri sendiri dan perbuatan. Di atas jalan menuju<br />
masyarakat koperatif, belum ada yang<br />
sempurna, sebab itu dasar kita bekerja ialah:<br />
mencapai perbaikan senantiasa!”<br />
Melalui kalimatnya itu, Bung Hatta bicara<br />
bahwa segunung konsep untuk membangun<br />
masyarakat perkoperasian tak akan cukup jika<br />
tak bermuara pada kerja nyata, yang dibalut<br />
dengan semangat untuk senantiasa mewujudkan<br />
perbaikan.<br />
Parade kisah sukses KSP peserta program<br />
perkuatan permodalan usaha agribisnis/ sektoral<br />
ini merupakan bagian dari geliat untuk senantiasa<br />
mewujudkan kemajuan bagi dunia perkoperasian<br />
di Indonesia. Kisah-kisah sukses yang termuat<br />
di dalam bab ini bukan ditulis untuk sekadar<br />
20<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
mengukur tingkat keberhasiloan pelaksanaan<br />
Program Pengembangan Pengusaha Mikro dan<br />
Kecil melalui Bantuan Perkuatan Dana Bergulir<br />
Bagi <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) yang<br />
bergerak dalam pembiayaan Agribisnis/ Sektoral.<br />
Lebih dari itu, kisah-kisah sukses yang ditulis<br />
diniatkan untuk bisa menjadi referensi, sekaligus<br />
sebagai sumber inspirasi dan motivasi bagi<br />
masyarakat koperasi di Indonesia, serta para<br />
pelaku usaha mikro dan kecil yang selama ini<br />
menjadi mitra koperasi.<br />
Tentu saja, dalam memilih KSP dari sepuluh<br />
propinsi, yang profil dinamikanya ditulis dalam<br />
buku ini, berbagai pertimbangan dilakukan.<br />
Berbagai data tentang kinerja keuangan KSP,<br />
kinerja penyaluran dana bergulir, kinerja<br />
pemanfaatan dana, kinerja pengembalian dana<br />
dari anggota koperasi penerima pinjaman,<br />
kinerja peningkatan usaha anggota koperasi<br />
penerima pinjaman, hingga kinerja pengembangan<br />
usaha dana koperasi menjadi<br />
pertimbangan penting untuk memilih KSP-KSP<br />
mana saja yang layak diprofilkan. Tidak hanya<br />
itu, selain data-data statistik tersebut, pertimbangan-pertimbangan<br />
kualitatif juga menentukan,<br />
seperti upaya inisiasi, inovasi,<br />
terobosan, dan orisinalitas program yang<br />
dilakukan oleh KSP peserta program. Akhirnya,<br />
selamat mengambil manfaat.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 21
Chapter III<br />
A Parade Of Success Stories<br />
Awise sentence about cooperation,<br />
which was expressed by Bung Hatta<br />
is interesting to be analyzed. This Indonesian<br />
Cooperation Father, who is also the<br />
state proclaimer had also said that “it is not<br />
the pompous motto that is needed to create<br />
cooperation community that we would like to<br />
have, but it is the deed, in the form of self<br />
education and good deed. On the road that<br />
leads to cooperative community, nothing is<br />
perfect, therefore the basis of our work is: to<br />
always seek for improvement!”<br />
Through such sentence, Bung Hatta<br />
said that a pile of concepts to develop cooperation<br />
community will not be enough if they do not<br />
end up on real work, wrapped with the spirit to<br />
always create improvements.<br />
Parade of KSP success stories on this<br />
agribusiness/sector capitalization strengthening<br />
program participates is a part of the spirit to always<br />
create progress for the world of cooperation<br />
in Indonesia. Success stories contained in<br />
the chapters of this book are not merely written<br />
to measure the success level of Micro and Small<br />
Entrepreneurs Development Program through<br />
Scrolling Fund Strengthening Aid For Save Loan<br />
22<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Cooperation (KSP) engaging in Agribusiness/<br />
Sector funding. More than that, success stories<br />
written are intended to become references, and<br />
at the same time as the source of inspiration and<br />
motivation for cooperation community in Indonesia,<br />
as well as micro and small business actors<br />
who have been partners for cooperation.<br />
Of course, in selecting KSP from ten provinces,<br />
which profile dynamics are written in this<br />
book, various considerations are taken into account.<br />
Various data on KSP financial performance,<br />
scrolling fund distribution performance,<br />
fund utilization, fund return performance by loan<br />
receiver cooperation members, loan receiver<br />
cooperation members business increase, up<br />
to cooperation fund business increase<br />
perfomance become important considerations<br />
to select which KSPs are worth to be<br />
profiled. Not only that, in addition to such statistical<br />
data, qualitative considerations also<br />
sercve as determining factors, such as initiative,<br />
inovation, break through, and program<br />
originality efforts conducted by program participating<br />
KSP. At the end of the day, take<br />
advantage out of them.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 23
24<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
SUMATERA BARAT<br />
West Sumatera<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 25
Kantor KSP Lumbuang Pusako, senantiasa menjadi tempat menyimpan (lumbuang) aset-aset warisan yang berharga (pusako).<br />
Aset berharga itu adalah anggota yang terampil dan piawai mengelola koperasi.<br />
KSP LUMBUANG PUSAKO<br />
Kota Bukittingi, Provinsi Sumatera Barat<br />
Bila Keberlanjutan <strong>Koperasi</strong><br />
Adalah Penentu Kejayaan<br />
Bila pengurus koperasi piawai dan<br />
melahirkan kinerja koperasi menjadi<br />
semakin baik, itu hal biasa. Namun, bila<br />
sebuah koperasi juga menginginkan para<br />
anggotanya pandai mengelola koperasi, maka<br />
hal itu menjadi luar biasa. Tapi, itulah prinsip yang<br />
diyakini pengurus KSP Lumbuang Pusako Kota<br />
Bukitinggi, Sumatera Barat.<br />
Bagi pengurus KSP Lumbuang Pusako,<br />
menjalankan koperasi perlu keahlian dan<br />
pengalaman. Tanpa itu, keberhasilan anganangan<br />
belaka. Bukan hanya pengurus, para<br />
anggota pun dituntut untuk memahami bahkan<br />
berkemampuan mengelola koperasi. Sebab,<br />
melalui pengenalan yang memadai kepada<br />
anggota, koperasi menjadi lebih dinamis, bisa<br />
saling mengawasi, dan seterusnya. “Kami selalu<br />
berusaha menjadi pengurus yang bisa menjadi<br />
panutan bagi anggota sekaligus bisa mengayomi,”<br />
kata Anismar Asri, Ketua KSP Lumbuang<br />
Pusako.<br />
Untuk itu, KSP bekerja sama dengan Dinas<br />
<strong>Koperasi</strong> dengan cara mengadakan pelatihanpelatihan,<br />
baik untuk pengurus dan koperasi.<br />
Bagi pengurus, follow up pelatihan jelas, yakni<br />
langsung menerapkan ilmunya dalam praktik<br />
pengelolaan koperasi. Tapi bagaimana dengan<br />
anggota Mereka akan dimagangkan di<br />
26<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Salah satu usaha kecil menengah yang memanfaatkan modal usaha dari KSP Lumbung Pusako<br />
koperasi. Selama ini, setiap bulan dipilih lima<br />
orang anggota untuk mengikuti kegiatan magang<br />
tersebut.<br />
Pihak KSP sendiri berharap, kegiatan<br />
magang ini menjadi ajang pendidikan dan<br />
pelatihan bagi anggota untuk mengetahui<br />
bagaimana proses mengurus koperasi. Kelak,<br />
jika ada regenerasi pengurus, anggota relatif<br />
siap menerima estafeta kepengurusan. Pola<br />
regenerasi semacam ini jelas menguntungkan<br />
sebab banyak anggota yang sudah mengerti<br />
bagaimana mengurus koperasi.<br />
Seperti namanya, Lumbuang Pusako,<br />
koperasi ini senantiasa menjadi tempat<br />
menyimpan (lumbuang) aset-aset warisan yang<br />
berharga (pusako). Aset berharga itu adalah<br />
anggota yang terampil dan piawai mengelola<br />
koperasi. Melalui prosedur ini, keberlanjutan misi<br />
koperasi pun terjamin.<br />
Dan, keyakinan itu, bukanlah hisapan<br />
jempol belaka. KSP Lumbuang Pusako menjadi<br />
salah satu koperasi unggulan di Kota Bukittinggi.<br />
Bahkan, koperasi yang beralamat di Jl. Tarok<br />
Bungo No. 9A – Kec. Guguak Panjang,<br />
Bukittinggi, ini setidaknya telah mengantongi<br />
sebelas penghargaan, mulai tingkat kabupaten/<br />
kota, provinsi, hingga tingkat nasional. Jumlah<br />
asetnya telah mencapai Rp 5 miliar.<br />
***<br />
Dua dasawarsa lalu, koperasi ini dikenal<br />
dengan nama KOPINKRA, sebuah koperasi<br />
industri kerajinan sulaman dan konveksi. Ide<br />
pembentukannya dicetuskan sejumlah pengusaha<br />
dan perajin border, sulaman dan konveksi<br />
yang ada di Kota Bukittinggi. Tujuannya,<br />
membentuk sebuah organisasi yang mampu<br />
menampung hasil karya para perajin.<br />
<strong>Koperasi</strong> berakta notaris No. 1702/XVII/<br />
1988 ini kemudian mengubah bentuknya menjadi<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP), melalui Surat<br />
Keputusan Menteri Negara <strong>Koperasi</strong> dan UKM<br />
No. 188.45 – 385 – 2006, dan berganti nama<br />
menjadi KSP Lumbuang Pusako.<br />
Di usianya yang baru dua tahun, koperasi<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 27
Peran KSP Lumbung Pusako sangat besar dalam membantu mengembangkan usaha<br />
ini telah mendapat perhatian dari pemerintah.<br />
Dari tahun ke tahun, perkembangan KSP<br />
Lumbuang Pusako menunjukkan peningkatan<br />
yang cukup signifikan. Dari sisi aset, misalnya,<br />
total aset KSP ini telah mencapai Rp5 miliar.<br />
Padahal, beberapa tahun lalu, modal koperasi<br />
ini hanya Rp 2,5 miliar. Jumlah itu sudah<br />
termasuk tambahan dana pinjaman bergulir<br />
sektoral sebesar Rp 1 miliar yang diterima pada<br />
tahun 2005.<br />
Namun, berkat kegigihan dan perjuangan<br />
para pengelola, kini KSP Lumbuang Pusako<br />
menjadi koperasi unggulan di Kota Bukittingi.<br />
Selain aset yang makin menggelembung, jumlah<br />
anggota KSP pun terus bertambah. Hingga<br />
pertengahan tahun 2009 jumlah anggota<br />
mencapai 178 orang.<br />
Jika bicara prestasi, KSP Lumbuang Pusako<br />
memang bukanlah yang terbaik. Ada beberapa<br />
KSP lain di Sumatera Barat yang dianggap punya<br />
prestasi lebih membanggakan. Dalam dinamikanya,<br />
KSP Lumbuang Pusako pernah menerima<br />
anugerah sebagai <strong>Koperasi</strong> Terbaik I Tingkat Kota<br />
Bukittinggi 1992, <strong>Koperasi</strong> Berprestasi Tingkat<br />
Kota Bukittingi 2002, <strong>Koperasi</strong> Sehat Tingkat<br />
Kota Bukittinggi 2002. Kemudian, pada tahun<br />
2001 KSP ini dinobatkan sebagai <strong>Koperasi</strong><br />
Berprestasi Tingkat Nasional.<br />
Keberhasilan-keberhasilan itu tidak datang<br />
begitu saja, tetapi melalui upaya keras para<br />
pengurusnya. Misalnya dalam hal pembinaan<br />
terhadap anggota. Pengurus menggunakan<br />
pendekatan persuatif yang biasanya dilakukan<br />
pada saat anggota menabung atau menyetor.<br />
Pengurus akan memberikan pembinaan secara<br />
tidak langsung, seperti bertanya tentang<br />
perkembangan usaha anggota dan kendala yang<br />
dihadapi. Jika ada anggota yang mengalami<br />
kesulitan, pengurus tidak segan-segan memberikan<br />
solusi, termasuk kiat-kiat sukses dalam<br />
melakukan berbagai usaha.<br />
Jika dalam keanggotaan KSP terkesan<br />
blak-blakan, sebaliknya dalam hal pinjaman KSP<br />
tetap selektif. Pengurus koperasi memberlakukan<br />
beberapa ketentuan. Misalnya, jumlah dana<br />
pinjaman yang akan diberikan kepada para<br />
anggota disesuaikan masa keanggotaan, kesetiaan<br />
dan jumlah tabungannya.<br />
28<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Sekadar contoh, ada anggota yang bisa<br />
mendapat pinjaman sebesar Rp 50 juta karena<br />
ia telah menjadi anggota sejak tahun 1986 dan<br />
simpanannya sudah mencapai Rp 20 juta. “Jadi<br />
anggota tersebut bisa mendapat pinjaman<br />
sekitar Rp 50 jutaan, dengan tingkat suku bunga<br />
12% per tahun,” kata Anismar Asri.<br />
Keberhasilan anggota dalam mengembangkan<br />
usahanya akan berdampak positif bagi<br />
perkembangan KSP, tentu saja. Hal itu dapat<br />
dilihat dari tingkat keberhasilan pengembalian<br />
pinjaman anggota mengalami peningkatan.<br />
Boleh dikatakan tingkat kemacetan penyetoran<br />
angsuran kurang dari 1%.<br />
Berdasarkan catatan dari Bank Nagari<br />
Bukittinggi, sebagai lembaga perbankan yang<br />
membina administrasi penyaluran pinjaman dana<br />
bergulir sektoral, KSP Lumbuang Pusako telah<br />
mengembalikan pokok pinjaman sebesar Rp 300 juta.<br />
Sebagai Ketua KSP, Asnimar yakin bahwa sisa<br />
pinjaman pokok yang masih sebesar Rp 700 juta<br />
akan bisa dilunasi. Jika pun itu baru bisa dilunasi<br />
setelah ia tak lagi menjabat sebagai Ketua KSP,<br />
Anismar yakin para penerusnya akan melakukan<br />
itu. Dan, yang penting, Ia juga yakin bahwa dana<br />
bergulir itu akan terus bergulir memberdayakan<br />
para anggota Lumbuang Pusako.<br />
Salah satu usaha konveksi anggota KSP Lumbuang Pusako<br />
KSP Lumbuang Pusako<br />
Alamat<br />
: Jl. Tarok Bungo No. 9A, Kec. Guguak<br />
Panjang, Kab. Bukittinggi,<br />
Provinsi Sumatera Barat<br />
Berdiri : 2 Januari 1988<br />
Badan Hukum : No:188.45 – 385 – 2006<br />
Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2005<br />
Jumlah Perkuatan Modal<br />
Ketua<br />
Jumlah Anggota<br />
: Rp1 miliar<br />
: Hj. Anismar Asri<br />
: 178 orang<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 29
KSP LUMBUANG PUSAKO<br />
Bukittingi City - West Sumatera<br />
If the Cooperation Sustainability<br />
is the Determinant of Glory<br />
For administrators of KPS Lumbuang<br />
Pusako, running a cooperation re<br />
quires skills and experience. Without<br />
those elements, success is only a fantasy. Not<br />
only administrators, members are also required<br />
to understand and even have the ability<br />
to manage the cooperation. Due to proper<br />
introduction to the members cooperation becomes<br />
more dynamic, they can supervise each<br />
other, and so forth. “We always try to be administrators<br />
who could also be a role model<br />
for members and at the same time protect the<br />
members,” said Anismar Asri, Chairman of KSP<br />
Lumbuang Pusako.<br />
For that purpose, KSP in cooperation with<br />
Cooperation Services holds trainings, both for<br />
administrators and cooperation. For administrators,<br />
the follow up of trainings is obvious,<br />
i.e. to directly apply the knowledge in cooperation<br />
management practice. What about the<br />
members They will participate in cooperation<br />
apprenticeship. Each month five members are<br />
chosen to participate in such apprenticeship.<br />
KSP itself hopes that this apprenticeship<br />
activity will become educational and training<br />
event for members to discover the process of<br />
cooperation administration. In the future, if regeneration<br />
takes place, members are ready<br />
to accept the administration handover. This<br />
patter of regeneration is obviously profitable<br />
since there are many members who have already<br />
understood how to administer the cooperation.<br />
KSP Lumbuang Pusako is one of superior<br />
cooperations in Bukittingi City. This cooperation<br />
with Rp 5 billion asset has even re-<br />
ceived eleven awards, starting from regency/<br />
city, province up to national level. In its dynamic,<br />
KSP Lumbuang Pusako received an<br />
achievement award as the Best Cooperation<br />
I for Bukittinggi City Level in 1992, Achiever<br />
Cooperation for Bukittinggi City level in 2002,<br />
Healthy Cooperation for Bukittingi City Level<br />
in 2002. Then in 2001 this KSP was crowned<br />
as Achiever Cooperation for National Level.<br />
Two decades ago, this cooperation was<br />
known with the name KOPINKRA, an embroidery<br />
handicraft and convection industrial cooperation.<br />
At its tender age of tw, this cooperation<br />
has attracted attention of the government.<br />
From one year to another, KSP development<br />
has shown a significant increase. In<br />
terms of asset, for instance, the total asset of<br />
this KSP has reached Rp 5 billion. A couple of<br />
years ago this cooperation capital was only<br />
Rp 2.5 billion.<br />
In loan affairs KSP applies effective<br />
ways. Cooperation administrators set out several<br />
conditions. The amount of loan to be provided<br />
to members is adjusted to the membership<br />
period, loyalty and amount of savings.<br />
The success of members in developing<br />
their business will have positive impact for the<br />
development of KSP, of course. This can be<br />
seen from the loan return success increase<br />
rate. It may be concluded that the installment<br />
deposit nonperformance is less than 1%.<br />
Based on the record of Nagari Bukittinggi<br />
Bank, as the banking institution that develops<br />
sector scrolling distribution administration, KSP<br />
Lumbuang Pusako has returned principal loan<br />
in the amount of Rp 300 million.<br />
30<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Kantor KSP Lumbuang Pusako<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 31
Kantor KSP Sungai Kamuyang, Kabupaten Limapuluh Kota<br />
KSP Sungai Kamuyang<br />
Kabupaten Limapuluh Kota,<br />
Provinsi Sumatera Barat<br />
Barek Samo Dipikua, Ringan<br />
Samo Dijinjiang<br />
Nama KSP Sungai Kamuyang memang<br />
tidak bisa dilepaskan dari nama besar<br />
Nagari Sungai Kamuyang, sebuah<br />
nagari di Kecamatan Luak, Kabupaten<br />
Limapuluhkota, Sumatera Barat. Selain memiliki<br />
nama yang sama, lokasi KSP pun berada di<br />
wilayah kenagarian yang juga dikenal dengan<br />
nama Sei Kamuyang. Tak heran jika nama<br />
koperasi yang didirikan pada tahun 1996 ini<br />
begitu mudah dihafal. “Kita menggunakan nama<br />
Sungai Kamuyang, selain karena kisah<br />
historisnya juga karena nama Sungai Kamuyang<br />
sudah dikenal masyarakat,” kata ketua KSP<br />
Sungai Kamuyang, Najmul Irfan.<br />
Kini, nama KSP Sungai Kamuyang cukup<br />
dikenal masyarakat di nagari yang berada di kaki<br />
Gunung Sago itu. Sungai Kamuyang boleh<br />
menjadi sumber inspirasi bahkan dijadikan nama<br />
koperasi, tapi kegesitan para pengurus KSP<br />
Sungai Kamuyang tetap merupakan sebab<br />
terpenting mengapa badan usaha tersebut layak<br />
disebut bila membicarakan koperasi di wilayah<br />
Provinsi Sumatera Barat. Kinerja KSP Sungai<br />
Kamuyang yang baik selama ini adalah alasan<br />
bagi Dinas <strong>Koperasi</strong> Kabupaten Limapuluhkota<br />
merekomendasikan badan usaha ini sebagai<br />
penerima bantuan Perkuatan Permodalan Dana<br />
Bergulir Sektoral pada tahun 2006 senilai Rp 500 juta.<br />
32<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Usaha kecil yang mendapat bantuan modal usaha dari KSP Sungai Kamuyang<br />
Dalam perkembangannya, kehadiran KSP<br />
Sungai Kamuyang disambut baik oleh<br />
masyarakat, sehingga jumlah anggota yang<br />
bergabung semakin bertambah. Sampai saat ini<br />
jumlah anggota KSP mencapai 350 orang.<br />
Jumlah itu sebagian besar merupakan<br />
masyarakat yang berdomisili di Nagari Sungai<br />
Kamuyang. Bagi setiap anggota baru diwajibkan<br />
menyetor dana Simpan Pokok sebesar Rp 10<br />
ribu dan Simpanan Wajib Rp 5 ribu. Pada bulan<br />
selanjutnya, anggota cukup membayar<br />
Simpanan Wajib sebesar Rp 5 ribu.<br />
Kondisi geografis Sungai Kamuyang yang<br />
berada di kaki Gunung Sago ternyata cukup<br />
berpengaruh terhadap unit layanan usaha KSP.<br />
Berdasarkan catatan, sebagian besar nasabah<br />
KSP berprofesi di bidang agibisnis, seperti<br />
bertani dan beternak. Sedangkan untuk sektor<br />
perdagangan dan industri kecil, jumlahnya<br />
tidaklah sebesar sektor agribisnis.<br />
Seperti sebuah sungai, KSP Sungai<br />
Kamuyang mengalirkan banyak manfaat yang<br />
bisa dimanfaatkan siapa saja (baca: anggota).<br />
Sebut saja salah satunya Yurniati Ura, warga Jl.<br />
Raya Batang Tabik, Sungai Kamuyang. Awalnya,<br />
ia hanya mempunyai usaha kue kecil-kecilan.<br />
Semenjak bergabung dengan KSP Sungai<br />
Kamuyang tahun 2006 dan mendapat pinjaman<br />
dana sebesar Rp 10 juta, usahanya semakin<br />
berkembang dan kini ia telah mempunyai sebuah<br />
toko grosir. Pihak manajemen KSP tak sulit<br />
memberi dia pinjaman kedua sebesar Rp10 juta,<br />
karena selama ini proses pengembalian<br />
pinjamannya lancar. Yurniati membayar<br />
cicilannya Rp 650 ribu per bulan. “Kalau bisa di<br />
masa depan pinjaman bagi anggota bisa lebih<br />
besar karena usaha kami semakin berkembang,”<br />
kata pengusaha yang kini juga memiliki<br />
perkebunan kopi, coklat dan jeruk itu.<br />
Pengalaman serupa juga dialami Kurnia<br />
dan Leni Marlina, pemilik usaha Kerupuk Sanjai<br />
‘’MARISA”. Kini, usaha kerupuk yang beralamat<br />
Jl. Raya Payakumbuh Lintau Sungai Kamuyang<br />
ini mampu mempekerjakan 42 orang karyawan.<br />
Awalnya, Kurnia dan isterinya, Leni Marlina,<br />
hanya dibantu 15 orang karyawan. Kurnia<br />
bergabung pada KSP Sungai Kamuyang pada<br />
tahun 2006, sementara istrinya baru pada tahun<br />
2007. Dengan modal pinjaman sebesar Rp 15<br />
juta dari KSP, Kurnia dan Leni mulai<br />
mengembangkan usahanya. Kini, usaha Kerupuk<br />
Sanjai ‘’MARISA” semakin berkembang dan telah<br />
dipasarkan hingga ke luar daerah.<br />
Yuniarti dan Kurnia hanya dua dari sekian<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 33
Usaha pembuatan kue milik Yuniarti, salah seorang anggota KSP Sungai Kamuyang<br />
banyak masyarakat yang telah memanfaatkan<br />
dana pinjaman dari KSP Sungai Kamuyang untuk<br />
mengembangkan usaha mereka. Masih banyak<br />
anggota lain yang memiliki kisah sukses serupa<br />
di bidang yang berbeda berkat dana pinjaman<br />
dari KSP Sungai Kamuyang.<br />
Setiap tahun pundi-pundi KSP pun terus<br />
bertambah. Berdasarkan laporan terakhir, dana<br />
KSP sudah berkembang menjadi Rp 1,6 miliar.<br />
Keberhasilan itu juga dapat dilihat dari<br />
pengembalian pinjaman KSP ke bank, yang<br />
sudah sejumlah Rp 100 juta melalui Bank<br />
Sumbar. Selain itu KSP juga telah membayar<br />
bunga pinjaman sebesar Rp 88 juta.<br />
***<br />
Sampai saat ini, pinjaman tertinggi yang<br />
diberikan kepada anggota sebesar Rp 10 juta.<br />
Besarnya pinjaman ini didasarkan pada besar<br />
kecilnya jenis usaha dan agunan yang<br />
dijaminkan. Jenis usaha yang telah mapan<br />
biasanya bisa memperoleh pinjaman hingga<br />
Rp10 juta, sementara untuk usaha mikro<br />
besarnya disesuaikan dengan kemampuan<br />
pengembalian anggota. “Bukan berarti pengurus<br />
pilih kasih. Kemampuan pengembalian anggota<br />
menjadi pertimbangan kami. Kalau anggota<br />
dengan usaha kecil kita berikan pinjaman yang<br />
besar, nanti dia akan kesulitan dalam<br />
pengembaliannya,“ kata Najmul Irfan, Ketua<br />
KSP Sungai Kamuyang.<br />
Terhadap semua jenis pinjaman, KSP<br />
menetapkan batas pengembalian pada tanggal<br />
10 setiap bulan, dengan besaran jasa pinjaman<br />
sebesar 18% per tahun. Jika melewati tanggal<br />
yang telah ditetapkan, KSP menerapkan sanksi<br />
denda sebesar 1,5% dari pokok pinjaman untuk<br />
setiap keterlambatan.<br />
Meski demikian, bukan berarti sanksi itu<br />
merupakan harga mati. KSP masih memberikan<br />
tiga pilihan bagi anggota yang kesulitan<br />
mengembalikan pinjaman ke KSP. Pertama,<br />
peminjam menyerahkan jaminan ke koperasi<br />
untuk menyelesaikan tunggakan. Kedua, memilih<br />
cara meregulasi hutang pokok dengan melunasi<br />
seluruh jasa dan denda. Ketiga, membuat<br />
kesepakatan baru, di mana nasabah sanggup<br />
melunasi seluruh hutang dan jasa pada tanggal<br />
yang telah disepakati tanpa dikenai denda. Cara<br />
34<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Usaha kerupuk Sanjai Marisa anggota KSP Sungai Kamuyang, telah dipasarkan hingga ke luar daerah<br />
ini dilakukan dengan mencicil hutang setiap<br />
bulannya hingga lunas pada akhir tahun.<br />
Lantas, setelah si penunggak mampu<br />
membayar pinjaman itu dia tak bisa lagi<br />
memperoleh kredit dari KSP Rumus seperti itu<br />
tidak berlaku di KSP Sungai Kamuyang. “Ada<br />
yang kita berikan pinjaman lagi agar bisa<br />
memulai kembali usahanya,” kata Najmul.<br />
Kearifan pengurus KSP Sungai Kamuyang<br />
patut menjadi catatan. Pasalnya, tidak sedikit<br />
pengurus lembaga usaha sejenis yang tidak<br />
legowo ketika mengetahui kegagalan usaha<br />
anggotanya.<br />
Pembinaan anggota tidak dilakukan secara<br />
kontiniu, hanya dilakukan dalam bentuk konsultasi<br />
saja terutama dalam bidang usaha dan<br />
administrasi. Pembinaan dalam pengertian tidak<br />
langsung justru diberikan pada saat terjadi<br />
transaksi antara manajemen dan anggota/<br />
nasabah, melalui pemberian saran atau<br />
pandangan. Justru model pembinaan seperti ini<br />
banyak yang mencapai sasaran, yakni anggota<br />
senantiasa mematuhi prosedur yang telah<br />
ditetapkan. Kebersamaan yang terjalin, seperti<br />
kata pepatah Minang, ‘Barek samo dipikua,<br />
ringan samo dijinjiang’, artinya berat sama dipikul<br />
ringan sama dijinjing.<br />
KSP Sungai Kamuyang<br />
Alamat<br />
: Batang Tabit, Sungai Kamuyang,<br />
: Kec. Luak, Kab. Lima Puluh Kota<br />
Berdiri : 23 Juli 1987<br />
Badan Hukum<br />
: No: 097/BH/LEMB-3/2006<br />
Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2006<br />
Jumlah Perkuatan Modal : Rp 500 juta<br />
Ketua<br />
: Najmul Irfan<br />
Jumlah Anggota<br />
: 350 orang<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 35
KSP Sungai Kamuyang Management provides three options for members facing difficulties in returning loan to KSP. The wisdom of<br />
Sungai Kamuyang KSP administrators worth becoming a note, since many similar business institution administrators do not have<br />
big hearts when discovering the failure of their members’ business.<br />
KSP Sungai Kamuyang<br />
Limapuluh Kota, West Sumatera<br />
We bear heavy matters together<br />
and carry small matters together<br />
The name KSP Sungai Kamuyang can<br />
not be separated from the big name of<br />
Nagari Sungai Kamuyang, a state in<br />
Lunak District, Limapuluhkota Regency, West<br />
Sumatera. Besides having the same name,<br />
the location of KSP is in the state area also<br />
known by the name Sei Kamuyang. No wonder<br />
the name of this cooperation established<br />
in 1996 is easy to remember.<br />
Now, the name KSP Sungai Kamu yang<br />
is quite known by the community of this state<br />
located in the foot of Sago Mountain.<br />
Kamuyang river may be the muse and even<br />
becomes the name of the cooperation, however<br />
the nimbleness of the administrators of<br />
KSP Sungai Kamuyang is the main reason why<br />
such business entity worth mentioning when discussing<br />
cooperations in the area of West<br />
Sumatera Province. Favorable performance of<br />
KSP Sungai Kamuyang all this time has been<br />
the reason for Cooperation Service of<br />
Limapuluhkota Regency to recommend this business<br />
entity as receiver of Sector Fund Capitalization<br />
Strengthening in 2006 in the amount of<br />
Rp 500 million.<br />
Geographical condition of Kamuyang River<br />
which is located on the foot of Sago Mountain is<br />
quite affecting for business service unit of KSP.<br />
Based on the record, most of KPS customers<br />
work in agribusiness field, such as plant and<br />
36<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
animal farmings. Whereas as to trading sector<br />
and small industry, the number is not as large as<br />
agribusinees sector. Just like a river, KSP Sungai<br />
Kamuyang flows many benefits that can be utilized<br />
by anyone, mainly its members.<br />
Each year KSP’s pots keeps adding. Based<br />
on the last report, KSP fund had developed to<br />
become Rp 1.6 billion. This save loan cooperation<br />
has returned its KSP loan to the bank, which<br />
is in the amount of 88 million through Sumbar Bank.<br />
Up to date, the highest loan provided to the<br />
members has been in the amount of Rp 10 million.<br />
The amount of loan is based on the size<br />
business type and the collateral secured. The<br />
type of business that is already settled usually<br />
obtains loan up to Rp 10 million, whereas for<br />
micro business the amount is adjusted to the<br />
returning ability of its members.<br />
To all loan types, KSP sets out returning limit<br />
on the 10th each month, with the amount of loan<br />
service 18% per year. If exceeding the stipulated<br />
date, KSP applies penalty in the amount of 1.5%<br />
from the principal loan for each delay.<br />
Nevertheless, it does not mean that such<br />
penalty is a dead end. KSP still provides three<br />
options for members facing difficulties in returning<br />
loan to KSP. First, borrower delivers security<br />
to cooperation to settle arrears. Second,<br />
opting the method of regulating principal loan<br />
by paying up all services and penalties. Third<br />
drafting a new agreement, in which customers<br />
are able to pay up all debts and services<br />
on the agreed date without being imposed with<br />
penality. This method is conducted by paying<br />
installment each month untill all are paid up at<br />
the end of the year.<br />
So, after the customer in arrears is able<br />
to pay up his/her loan, can he/she obtain credit<br />
from KSP Such formula does not apply in<br />
Sungai Kamuyang KSP. “There are customers<br />
that are provided with loan so that they<br />
can restart their business,” said Najmul. The<br />
wisdom of Sungai Kamuyang KSP administrators<br />
worth becoming a note, since many similar<br />
business institution administrators do not<br />
have big hearts when discovering the failure<br />
of their members’ business. This policy is the<br />
form of Minang proverb, ‘Barek samo dipikua,<br />
ringan samo dijinjiang’, artinya berat sama<br />
dipikul ringan sama dijinjing’ (We bear heavy<br />
matters together and carry small matters together).<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 37
38<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
JAWA BARAT<br />
West Java<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 39
KSP Rukun Ikhtiar, tetap eksis dan semakin berkembang setelah enam dekade<br />
KSP RUKUN IKHTIAR,<br />
Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat<br />
Tetap Eksis Setelah Enam Dekade<br />
Berdirinya koperasi di Indonesia tidak<br />
lepas dari sejarah koperasi itu sendiri.<br />
Banyak koperasi dengan berbagai<br />
bentuk tumbuh dan berkembang di Indonesia.<br />
Kondisinya pun bermacam-macam. Ada yang<br />
tetap eksis bahkan menjadi badan usaha<br />
unggulan, namun ada juga yang dalam<br />
perjalanannya harus tumbang karena tidak bisa<br />
mengimbangi labilnya kondisi ekonomi. Salah<br />
satu koperasi yang masih eksis itu adalah<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) Rukun Ikhtiar<br />
Bandung.<br />
KSP Rukun Ikhtiar merupakan salah satu<br />
koperasi tertua di Jawa Barat. <strong>Koperasi</strong> ini berdiri<br />
pada tahun 1930, lebih tua dari <strong>Koperasi</strong> Susu<br />
di Pangalengan yang berdiri pada tahun 1949<br />
oleh Gabungan Petani Peternak Sapi Indonesia<br />
Pangalengan (Gappsip).<br />
Sejarah KSP Rukun Ikhtiar dimulai dari<br />
sebuah perkumpulan di unit perbengkelan milik<br />
Angkatan Udara (dulu AURI) Husein<br />
Sastranegara. Kelahiran KSP Rukun Ikhtiar<br />
Bandung ini jelas tidak bisa dilepaskan dari unit<br />
perbengkelan milik Angkatan Udara (AURI), yang<br />
kemudian membidani pendirian sebuah<br />
perkumpulan yang diberi nama Spaar Vereeniging<br />
Luchtvaart Afdeeling, sebagai cikal bakal <strong>Koperasi</strong><br />
Simpan Pinjam Rukun Ikhtiar. Perkumpulan itu<br />
40<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Suasana ketika salah seorang anggota KSP Rukun Ikhtiar menyetor uang di kas koperasi. Selain memberikan pinjaman modal usaha,<br />
KSP RI juga menggalakkan program tabungan berhadiah.<br />
sendiri lahir berawal dari rasa solidaritas<br />
antarpegawai. Ketika itu, salah seorang buruh<br />
bengkel terjerat hutang rentenir. Karena tidak<br />
mampu membayar, maka sang rentenir<br />
memenjarakannya. Tiga sekawan yakni R.<br />
Sukardi, Rum Affandi dan Kartawiria kemudian<br />
membentuk suatu perkumpulan yang bersifat<br />
menghimpun modal guna membantu rekan yang<br />
terjerat hutang tadi.<br />
Perkumpulan ini kemudian tumbuh dan<br />
berkembang menjadi sebuah badan usaha<br />
ekonomi yang kemudian dikenal dengan nama<br />
KSP Rukun Ikhtiar. Perjalanan KSP ini tidaklah<br />
semulus yang dibayangkan: penuh tantangan.<br />
Kondisi pasang surut mewarnai perjalanan<br />
koperasi ini hingga akhirnya menjadi salah satu<br />
badan usaha ekonomi yang cukup diperhitungkan.<br />
Berbekal umur dan pengalaman yang<br />
panjang (selama 79 tahun) tersebut, wajar jika<br />
KSP Rukun Ikhtiar mampu tumbuh dan terus<br />
berkembang, meskipun harus bersaing dengan<br />
badan-badan usaha lain yang sejenis. Di tangan<br />
dingin H. Suryana, yang sejak 1999 memimpin<br />
KSPRI ini, Rukun Ikhtiar ini mampu bertahan,<br />
bahkan semakin menampakkan eksistensinya.<br />
Dari sisi keanggotaan, misalnya, dari tahun<br />
ke tahun jumlah anggota KSPRI semakin<br />
bertambah. Pada tahun 2008, jumlah anggota<br />
KSP ini sebanyak 9.521 orang. Pada bulan Juli<br />
2009 jumlah anggota meningkat menjadi 10.072<br />
orang. Pertambahan jumlah anggota ini tentu<br />
saja berpengaruh pada jumlah permodalan<br />
koperasi. Simpanan Pokok anggota pada tahun<br />
2008 bertambah menjadi Rp 42.435.900 dan<br />
simpanan wajib sebesar Rp 1.756.449.460 serta<br />
simpanan khusus sebesar Rp 161.157.250.<br />
Menurut Ketua KSP Rukun Ikhtiar, Suryana, total<br />
aset KSP Rukun Ikhtiar saat ini telah berada<br />
pada level Rp 20 miliar.<br />
Peningkatan juga terjadi pada kualitas<br />
neraca pinjaman, yang mengalami kenaikan<br />
hingga 5,35%. Pinjaman yang diberikan pada<br />
tahun 2008 kepada 4.270 orang anggota<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 41
mencapai jumlah Rp12,66 miliar. Jumlah itu lebih<br />
besar daripada jumlah pinjaman pada tahun<br />
2007 yang diberikan kepada 3.991 anggota,<br />
yakni sejumlah Rp12,01 miliar. Besarnya<br />
pinjaman yang diberikan bervariasi, mulai dari<br />
yang terkecil Rp 1 juta dan maksimal Rp 20 juta.<br />
Untuk setiap pinjaman dikenakan jasa pinjaman<br />
sebesar 3%.<br />
Pada tahun 2005, KSP Rukun Ikhtiar<br />
menjadi salah satu koperasi penerima bantuan<br />
dana bergulir sektoral Rp 1 miliar, yang dikhususkan<br />
untuk membiayai kebutuhan permodalan<br />
anggotanya yang bergerak di bidang usaha<br />
agribisnis dan sektor riil lainnya. Dalam konteks<br />
penyaluran pinjaman, manajemen KSP sangat<br />
selektif. Ada agunan yang disyaratkan seperti<br />
sertifikat tanah, misalnya. Besarnya tabungan<br />
peminjam dan tingkat pengembaliannya pun<br />
turut menjadi penentu besarnya pinjaman yang<br />
diberikan. Sistem ini dimaksudkan untuk menekan<br />
jumlah kredit macet. Terbukti sistem ini cukup<br />
efektif menekan angka kredit macet. Hingga saat<br />
ini, jumlah kredit macet di KSP Rukun Ikhtiar tidak<br />
lebih dari 1%.<br />
Berbagai rapor biru tadi akhirnya bermuara<br />
pada perolehan laba. Pada tahun 2008 KSP ini<br />
mencatat laba sebesar Rp 1,643 miliar. Jumlah<br />
ini meningkat dari laba tahun 2007 yang Rp 1,487<br />
miliar. Atas prestasi itu, Dinas <strong>Koperasi</strong> UKM dan<br />
Perindustrian Perdagangan Kota Bandung<br />
memberi nilai 87,2 (delapan puluh tujuh koma<br />
dua) kepada KSP Rukun Ikhtiar. Artinya, KSP<br />
Rukun Ikhtiar merupakan salah satu koperasi<br />
dengan predikat <strong>Koperasi</strong> Sehat. “KSP Rukun<br />
Ikhtiar adalah koperasi kebanggaan Kota<br />
Bandung” kata H. Meivy Adha Krisnan, Drs, M.Si,<br />
Sekretaris Dinas <strong>Koperasi</strong> Usaha Kecil Menengah<br />
(KUKM) dan Perindustrian Perdagangan<br />
Kota Bandung. KSP ini juga telah dinobatkan<br />
sebagai <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Berprestasi<br />
tahun 2008 oleh Menteri Negara <strong>Koperasi</strong> dan<br />
Usaha Kecil Menengah.<br />
KSP Rukun Ikhtiar Bandung memberikan hadiah bagi anggotanya yang berprestasi, di antaranya berupa sepeda motor<br />
KSP Rukun Ikhtiar<br />
Alamat<br />
Berdiri : 7 Agustus 1997<br />
Badan Hukum<br />
Tahun Perkuatan Modal : 2005<br />
Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />
Total Aset<br />
: Rp 20 miliar<br />
Ketua<br />
: H. Suryana<br />
Jumlah Anggota : 10.072 orang<br />
Jumlah Karyawan : 20 orang<br />
: Jl. Otto Iskandardinata, No. 435, Bandung,<br />
Jawa Barat<br />
: No: 581/PAD/20.DISKOP/2007,<br />
tanggal 2 Mei 2007<br />
42<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
KSP RUKUN IKHTIAR BANDUNG<br />
Still Exists After Six Decades<br />
The establishment of cooperation in In<br />
donesia is inseparable from the history<br />
of cooperation itself. Many cooperations<br />
of various types are developing in Indonesia.<br />
Their conditions also vary. There are<br />
some that still exist and even become superior<br />
business entities, however there are also<br />
some that had to fall in their journeys since<br />
they could not balance with the unstable economic<br />
condition. One of the cooperations that<br />
still exist is Save Loan Cooperation (KSP) of<br />
Rukun Ikhtiar Bandung. KSP Rukun Ikhtiar is<br />
one of the oldest cooperations in West Java.<br />
This cooperation was established in 1930,<br />
older than the Milk Cooperation in<br />
Pangalengan that was established in 1949 by<br />
the Indonesian Cow Farmers Association of<br />
Pangalengan (Gappsip).<br />
Equipped with such old age and long experience<br />
(79 years), it is obvious that KSP<br />
Rukun Ikhtiar is able to grow and keep developing,<br />
although it has to compete with other<br />
similar business entities. In the cold hand of<br />
H. Suryana, who since 1999 has led this<br />
KSPRI , this Rukun Ikhtiar is able to survive<br />
and even show more of its existence.<br />
From its membership point of view, for example,<br />
from one year to another the number<br />
of members of KSPRI has become larger and<br />
larger. In 2008, the number of KSP members<br />
was 9,521. In July 2009 the number of members<br />
increased to become 10,072. The increase<br />
of this number of members of course<br />
affects the amount of cooperation capitalization<br />
amount and volume of asset. According<br />
to Chairman of KSP Rukun Ikhtiar, Suryana,<br />
the total asset of KSP Rukun Ikhtiar at this time<br />
is at the level of Rp 20 billion.<br />
Increase also occurs to the loan balance<br />
quality, which increased by up to 5.35%. The<br />
loan provided in 2008 to 4,270 members<br />
reached the amount of Rp12.66 billion. That<br />
amount is higher than the loan amount in<br />
2007 provided to 3,991 members i.e. Rp 12.01<br />
billion. The amount of loan provided varies<br />
from the smallest Rp 1 million to a maximum<br />
of Rp 20 million. For each loan, loan service<br />
is charged in the amount of 3%.<br />
In 2005, KSP Rukun Ikhtiar became one<br />
of sector scrolling fund aid receiver cooperations<br />
in the amount of Rp 1 billion, which was<br />
focused to fund capitalization need to its members<br />
who are engaged in agribusiness field<br />
and any other real sectors. In the context of<br />
fund distribution, KSP management is very<br />
selective. They require collaterals such as land<br />
certificate. The amount of borrower’s savings<br />
amount and the level of its return also determine<br />
the amount of loan granted. This system<br />
is intended to press the amount of non<br />
performing loan. This system is proven to be<br />
effective in pressing non performing credit.<br />
Up to now, the amount of non performing loan<br />
in KSP Rukun Ikhtiar has been less than 1%.<br />
Such various favorable reports finally<br />
ended up in profit gaining. In 2008 this KSP<br />
noted a profit of Rp 1.643 billion. This amount<br />
increased from the profit gained in 2007 which<br />
was Rp 1.487 billion. On such achievement,<br />
Cooperation Service of Small Middle Scale<br />
Enterprises (UKM) and Industry and Trading<br />
of Bandung City gave the score of 87.2 (eighty<br />
seven point two) to KSP Rukun Ikhtiar. It<br />
means KSP Rukun Ikhtiar is one of cooperations<br />
with the predicate Healthy Cooperation.<br />
“KSP Rukun Ikhtiar is the pride cooperation<br />
of Bandung City” said H. Meivy Adha Krisnan,<br />
Drs, M.Si, Secretary of Cooperation Service<br />
of Small Middle Scale Enterprises (KUKM) and<br />
Industry and Trading of Bandung City. This<br />
KSP was also crowned as the Achiever Save<br />
Loan Cooperation in 2008 by State Minister<br />
of Cooperation and Small Middle Scale Enterprises.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 43
Suasana di Kantor Pelayanan KSP Trisula, Majalengka<br />
KSP TRISULA<br />
Kabupaten Majalengka,<br />
Provinsi Jawa Barat<br />
Kiprah Trisula di “Kota Angin”<br />
Dua puluh enam tahun lalu, tepatnya<br />
tahun 1983, sebuah perkumpulan<br />
petani tiga desa di Kecamatan Palasah<br />
Kabupaten Majalengka berembug. Mereka<br />
tergabung dalam Kelompak Tani Tegal Simpur.<br />
Dalam pertemuan rutin kelompok tani tersebut,<br />
Subani, sang ketua kelompok, mengusulkan<br />
untuk mendirikan sebuah lembaga usaha yang<br />
bisa menaungi para petani, baik dalam<br />
menyediakan berbagai kebutuhan pertanian<br />
maupun menampung hasil panen mereka,<br />
termasuk kepastian harga jual hasil panen.<br />
Karena masalah tersebut selama bertahun-tahun<br />
selalu mereka hadapi, para peserta rembug pun<br />
sepakat terhadap usulan Subani. Konkretnya,<br />
mereka inginkan sebuah koperasi.<br />
Trisula, atau KUD Trisula, begitulah nama<br />
yang mereka pilih untuk badan usaha yang<br />
berazaskan kekeluargaan dan gotong royong<br />
yang mereka dirikan itu. Nama itu dipilih karena<br />
mereka ingin koperasi yang mereka dirikan itu<br />
kelak bisa menjadi<br />
Kala itu, jumlah anggota terdaftar berjumlah<br />
139 orang dengan total modal simpanan sebesar<br />
Rp 298.175. Secara aklamasi, Subani pun dipilih<br />
sebagai Ketua KUD Trisula.<br />
Karena belum memiliki tempat untuk<br />
kegiatan, separuh rumah milik Subani dijadikan<br />
sebagai kantor sekaligus tempat pelayanan bagi<br />
anggota. Satu tahun berjalan, namun KUD Trisula<br />
44<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Kelompok belajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang dikelola oleh KSP Trisula, Majalengka<br />
belum juga mendapatkan pinjaman dana dari<br />
Departemen <strong>Koperasi</strong>. Alasanya, tidak mungkin<br />
kelompok tani bisa mengelola sebuah KUD.<br />
Berbekal semangat tinggi namun kemampuan<br />
keuangan terbatas KUD belum bisa bergerak<br />
cepat melayani berbagai kebutuhan anggota.<br />
Masa-masa awal KUD ini berdiri adalah saat-saat<br />
sulit dalam mendapatkan suntikan modal. Namun,<br />
mereka tak berputus asa. Justru era itu mereka<br />
jadikan sebagai sebuah tantangan.<br />
Subani pun mencoba menggandeng<br />
lembaga usaha lain. Akhirnya, KUD Trisula<br />
mendapatkan kepercayaan PT Taman Sari<br />
Cirebon sebagai penyalur pupuk. Kerja sama<br />
pertama kali itu sukses. KUD Trisula mampu<br />
menjual pupuk kepada anggota dan masyarakat<br />
luas dengan omzet yang luar biasa. Maka,<br />
tawaran dana pun mengalir bukan atas<br />
permohonan pengurus koperasi, tetapi atas<br />
inisiatif pihak luar. Kas KUD menggelembung,<br />
nama Trisula pun semakin tenar. Memanfaatkan<br />
dana-dana tersbut, berbagai usaha anggota di<br />
bidang usaha pengadaan pangan terutama<br />
penanaman padi unggul bisa terbiayai.<br />
Kinerja KUD Trisula semakin mantap. Pada<br />
tahun 1986 KUD ini mendapat penghargaan dari<br />
BPPT Jawa Barat atas keberhasilannya<br />
memproduksi benih unggul. Sejak itu berbagai<br />
penghargaan pun diperoleh baik atas nama KUD<br />
maupun atas nama Subani.<br />
Awal Ekspansi<br />
Sekitar tahun 2004, KUD Trisula mendapat<br />
kucuran dana dari pemerintah berupa kredit program<br />
agribisnis. Nilainya Rp 1 miliar. Untuk bisa<br />
mendapatkan dana itu, badan usaha harus<br />
berbentuk <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP). Maka,<br />
Unit Simpan Pinjam (USP) yang ada di KUD<br />
Trisula pun dikembangkan menjadi koperasi<br />
baru berbasis usaha simpan pinjam, termasuk<br />
statusnya ditingkatkan menjadi badan hukum<br />
tersendiri terpisah dari KUD. Maka, berdirilah<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) Trisula pada<br />
tanggal 5 Agustus 2004 dengan Badan Hukum<br />
No.518/Kep.58/Kop.UKM dan PM.<br />
Kendati terpisah, pada dasarnya dua<br />
lembaga ini tetap satu. Misalnya dalam sisi<br />
keanggotaan. Anggota yang mendirikan KSP<br />
Trisula adalah juga anggota KUD Trisula.<br />
Bahkan pengelolanya pun sebagian besar<br />
direkrut dari KUD Trisula. “Meminjam istilah<br />
pemerintahan tempo dulu, yaitu dwi-tunggal,<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 45
Usaha perikanan milik Kelompok Tani Tegal Simpur anggota KSP Trisula<br />
maka kurang lebih begitulah pola keberadaan<br />
kedua koperasi ini,” jelas Susilowati, manajer<br />
KSP Trisula, seperti dilansir Majalah PIP edisi<br />
Agustus 2009.<br />
Kedua koperasi itu memang saling mengisi<br />
dan bersinergi. Misalnya dalam hal penyaluran<br />
pupuk dan pengadaan beras yang dikelola KUD.<br />
Jika dulu permodalannya berdasarkan modal<br />
kerja, maka kini pembiayaannya dipasok oleh<br />
KSP Trisula. Begitu pula dengan urusan pinjam<br />
meminjam uang untuk anggota KUD, kini menjadi<br />
urusan KSP Trisula. Dua-duanya sama-sama<br />
menggunakan nama Trisula, berkantor di tempat<br />
yang sama, yaitu di komplek KUD Trisula, Jl Raya<br />
Palasah, Desa Cisambang, Majalengka, Jawa<br />
Barat. Bahkan, ketua yang memimpin adalah<br />
juga orang yang sama. Itulah H. Subani (72),<br />
yang akrab dipanggil Abah, atau orang yang<br />
dituakan.<br />
Perubahan bentuk dari USP menjadi KSP,<br />
ternyata tidak mempengaruhi minat masyarakat<br />
untuk menjadi nasabah/ anggota KSP Trisula.<br />
Termasuk adanya pergantian pucuk pimpinan di<br />
Trisula, dari H. Subani ke Khoeruman.<br />
Pertumbuhannya tetap menunjukkan kenaikan<br />
cukup signifikan. Ambil contoh dengan total aset<br />
yang dimiliki, sudah tercatat lebih dari Rp 7 miliar.<br />
Padahal, modal awal tak lebih dari Rp 300 juta.<br />
Bahkan menurut Susi, pada neraca Juni 2009,<br />
jumlah asset sudah berada di level Rp 9 miliar.<br />
Adapun pinjaman yang disalurkan pada 2008,<br />
tercatat Rp 6,6 miliar.<br />
Demikian pula dari sisi keanggotaan, juga<br />
mengalami peningkatan. Seperti dikatakan oleh<br />
Khoeruman, yang sejak 5 Mei 2009 lalu diangkat<br />
menjadi Ketua KSP Trisula, jika pada 2005<br />
jumlah anggota baru 468 orang, per Juni 2009<br />
sudah melonjak jadi 1.541 orang.<br />
Menggunakan pola tanggung renteng<br />
(kebersamaan) dengan pendekatan kelompok,<br />
begitulah sistem yang dijalankan oleh KSP<br />
Trisula dalam menyalurkan pinjaman.<br />
Pertambahan jumlah anggota ini juga<br />
berpengaruh terhadap ruang lingkup pelayanan,<br />
juga menjadi semakin luas. Jika sebelumnya<br />
(saat masih USP) hanya beroperasi di seputar<br />
Kecamatan Palasah, kini KSP Trisula menjangkau<br />
beberapa kecamatan lain di kabupaten<br />
Majalengka. Tak tanggung-tanggung, meliputi 26<br />
kecamatan dan 331 desa. Maka tak heran bila<br />
46<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Peternakan kambing milik Kelompok Tani Tegal Simpur, yang merupakan salah satu binaan KSP Trisula dan permodalannya dibiayai<br />
dari dana bergulir Agribisnis/ Sektoral<br />
KSP Trisula saat ini sudah mempunyai anggota<br />
mencapai 1.541 orang yang tersebar di<br />
beberapa kecamatan di “Kota Angin” ini.<br />
Selain syarat administrasi, manajemen<br />
Trisula juga menerapkan persyaratan kualifikatif.<br />
Yakni, setiap peminjam harus mendapat<br />
rekomendasi dari satuan kelompok yang terdiri<br />
dari 20 hingga 50 orang. Tanpa itu, pinjaman<br />
tidak dapat dicairkan walaupun secara<br />
administrasi telah memenuhi persyaratan.<br />
Besarnya pinjaman bervariasi mulai dari yang<br />
terkecil Rp 1 juta hingga 150 juta dengan suku<br />
bunga 2 persen.<br />
Pola penyaluran seperti ini mampu menekan<br />
risiko kemacetan pengembalian pinjaman. Pada<br />
neraca 2008, misalnya, pinjaman bermasalah<br />
atau nonperforming loan (NPL) KSP Trisula di<br />
bawah lima persen. Menurut catatan Bank Jabar<br />
Banten Cabang Majalengka, KSP Trisula merupakan<br />
koperasi yang tingkat pengembalian<br />
pinjaman ke bank cukup bagus. Pada<br />
pertengahan 2009, tingkat pengembalian pinjaman<br />
dana bergulir 1 miliar telah mencapai 50%<br />
atau sebesar Rp 500 juta. “Kami melihat KSP<br />
Trisula punya potensi. Saya berharap banyak<br />
koperasi seperti ini,” kata Budi Heryanto, Kepala<br />
Cabang Bank Jabar Banten Cabang Majalengka.<br />
Meskipun baru berusia 5 tahun, KSP Trisula<br />
ini telah meraih beberapa penghargaan baik di<br />
tingkat kabupaten, provinsi maupun tingkat<br />
nasional; seperti Juara <strong>Koperasi</strong> Berprestasi<br />
Kelompok <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Tingkat<br />
Kabupaten Majalengka, <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam<br />
Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Barat tahun<br />
2006. Pada Hari <strong>Koperasi</strong> Ke-62, KSP Trisula<br />
mendapatkan anugerah sebagai <strong>Koperasi</strong><br />
Terbaik Tingkat Nasional tahun 2009 dengan<br />
kategori <strong>Koperasi</strong> Wirausaha Mandiri. Selain itu,<br />
pembina <strong>Koperasi</strong> Trisula, H Subani dinobatkan<br />
sebagai tokoh koperasi tingkat nasional dan<br />
mendapatkan Satya Lencana Wira Karya dari<br />
Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.<br />
Penyerahan anugerah tertinggi bidang koperasi<br />
itu diberikan pada 15 Juli 2009 lalu.<br />
Prestasi ini membuat pihak bank tertarik<br />
bekerja sama dengan KSP Trisula. Salah satunya<br />
pinjaman dari Bank BNI sebesar Rp 20 miliar yang<br />
semuanya dialokasikan untuk sektor agribisnis.<br />
Kini jalan lempang bagi KSP Trisula telah<br />
terbentang di depan mata. Pikiran-pikiran kreatif<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 47
para pengurusnya pun senantiasa menelorkan<br />
ide-ide baru pengembangan usaha. Di antaranya<br />
membikin sebuah perusahaan dengan<br />
nama PT. Trisula Mandiri yang bergerak di bidang<br />
perdagangan umum serta jasa. Perusahaan ini<br />
antara lain menjadi mitra PT. PLN (Persero) dalam<br />
pelayanan pembayaran rekening listrik. Gagasan<br />
pendirian perseroan terbatas tersebut pada<br />
awalnya merupakan inisiatif H. Subani bersama<br />
6 pengurus koperasi lain—KUD Trisula, KUD<br />
Lingga Setra, KUD Karya Sejati, KUD Mitra Tani,<br />
KUD Bakti Jaya, KUD Sumber Harapan, KUD<br />
Mekar Jaya. Hasil kesepakatan seluruh<br />
pengurus dan anggota ketujuh koperasi tersebut<br />
menghasilkan sebuah lembaga baru yang<br />
bernama PT. Trisula Mandiri itu. Di perusahaan<br />
itu H. Subani duduk sebagai komisaris<br />
sedangkan Khoeruman sebagai direktur.<br />
Apa yang diperankan para pionir <strong>Koperasi</strong><br />
Trisula jelas inspiratif. Beranjak dari kebersahajaan,<br />
kemudian secara gradual menata<br />
sebuah lembaga koperasi hingga eksis, semangat<br />
mereka untuk terus maju terus membara. Tak puas<br />
sukses di ‘rumah’ sendiri mereka menjajaki<br />
kesuksesan bersama koperasi-koperasi lain. Tak<br />
berlebihan jika mereka menyandang nama<br />
Trisula, yang dalam mitos yunani adalah senjata<br />
para perwira yang berpenampilan seperti petani<br />
atau nelayan. Mereka itulah perwira-perwira itu.<br />
Kolam tempat budidaya ikan air tawar milik salah seorang anggota KSP Trisula, yang permodalannya dibiayai dana bergulir<br />
agribisnis/sektoral<br />
KSP Trisula<br />
Alamat<br />
Berdiri : 1 Juli 1988<br />
Badan Hukum<br />
Tahun Perkuatan Modal : 2004<br />
Jumlah Perkuatan Modal : Rp 1 miliar<br />
Total Aset<br />
: Rp 9 miliar<br />
Ketua<br />
: Khoeruman<br />
Jumlah Anggota : 1.541 orang<br />
Jumlah Karyawan : 15 orang<br />
: Desa Cisambeng, Kec. Palasah,<br />
Kab. Majalengka, Jawa Barat<br />
: 518/Kep.58/KOP. UKM dan PM,<br />
tanggal 5 Agustus 2004<br />
48<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
KSP Trisula Majalengka<br />
The Progress of Trisula in<br />
“The Wind City”<br />
Twenty Six years ago, precisely in 1983,<br />
a farmer organization in three villages<br />
in the district of Palasah Majalengka<br />
Regency had a discussion. They were united<br />
under Tegalsipur Farmers Group. In such<br />
regular farmers meeting, Subani, the group<br />
leader, proposed to establish a business<br />
entity that could protect farmers, both in providing<br />
various needs of farmers and<br />
accomodating their harvest output, including<br />
the price certainty of crops sale proceeds. In<br />
principal, they wanted to have a cooperation.<br />
Trisula, or KUD Trisula, is the name they<br />
picked for the business entity that they tried<br />
to establish based on kindship and working<br />
together spirit.<br />
In 2004, KUD Trisula was programmed<br />
to become a participant of scrolling fund<br />
strenghtening program from the government<br />
in the form of agribusiness program credit<br />
with a value of Rp 1 billion. In order to be<br />
able to obtain such fund, the business entity<br />
must be in the form of Save Loan Cooperation<br />
(KSP). Therefore, the existing Save Loan<br />
Unit (USP) in KUD Trisula was then developed<br />
to become Save Loan Cooperation<br />
(KSP) of Trisula.<br />
The formation change from USP to become<br />
KSP, could not attract the interest of<br />
the community to become a customer/member<br />
of KSP Trisula. Neverthelessm, KSP<br />
performance kept showing a significant increase.<br />
According to June 2009 balance, the<br />
amount of asset was on the level of Rp 9<br />
billion. The save distributed in 2008 was<br />
noted at Rp 6.6 billion.<br />
Service scope became wider. Previously<br />
(when it was still in the form of USP) the operation<br />
only covered Palasah District, now<br />
KSP Trisula covers several other districts in<br />
Majalengka Regency, including 26 districts<br />
and 331 village with number of members up<br />
to 1,541. Fantastic numbers!<br />
In addition to administrative requirements,<br />
Trisula management also applies qualification<br />
requirements. Each of the borrower<br />
must obtain recommendation from a group unit<br />
comprising 20 up to 50 persons. Without such<br />
recommendation, loan could not be liquidated<br />
even if administratively the borrower has met<br />
the requirements. The amount of loan varies<br />
from the smallest amount Rp 1 million up to<br />
150 million with interest rate of 2 percent. The<br />
joint responsibility (togetherness) with group<br />
aproach pattern is the system used by KSP<br />
Trisula in distributing loan.<br />
This type of distribution pattern is able<br />
to press non performing credit risk. In 2008<br />
balance, for instance, non performing loan<br />
(NPL) of KSP Trisula was under 5%. According<br />
to the record of Jabar Banten Bank<br />
Majalengka Branch, KSP Trisula is the cooperation<br />
with quite favorable level of loan return.<br />
In mid 2009, the level of loan return of<br />
scrolling fund in the amount of 1 billion had<br />
reached 50% or in the amount of Rp 500 million.<br />
Even though KSP Trisula is only 5 years<br />
old, it has achieved several awards in regency,<br />
province and national levels; such as Achiever<br />
Cooperation Champion for Save Loan Cooperation<br />
Group Majalengka Regency Level,<br />
Achiever Save Loan Cooperation West Java<br />
Province Level in 2006. On the 62th Cooperation<br />
Day, KSP Trisula reached the<br />
achievement as The Best Cooperation for<br />
National Level in the year 2009 with the category<br />
of Independent Business Cooperation.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 49
Suasana di Kantor <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) Wahana Arta Mukti (WAM) Kecamatan Dawuan, Subang<br />
KSP Wahana Arta Mukti<br />
Kabupaten Subang - Provinsi Jawa Barat<br />
Bila Tak Ada Dusta di Antara Kita<br />
adalah Kunci Sukses<br />
Di Kabupaten Subang, Jawa Barat,<br />
setidaknya terdapat 828 unit koperasi<br />
dengan berbagai bentuk usaha mulai<br />
dari <strong>Koperasi</strong> Unit Desa (KUD), <strong>Koperasi</strong> Jasa,<br />
<strong>Koperasi</strong> Pemasaran, <strong>Koperasi</strong> Serba Usaha<br />
(KSU), <strong>Koperasi</strong> Pondok Pesantren hingga<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP). Badan usaha<br />
yang disebut terakhir jumlahnya 46 unit. Satu di<br />
antaranya <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP)<br />
Wahana Arta Mukti (WAM) Kecamatan Dawuan<br />
Subang. KSP WAM tumbuh dan berkembang di<br />
antara koperasi lainnya. Kisah sukses koperasi yang<br />
tumbuh dan berkembang di kabupaten yang dikenal<br />
sebagai penghasil nanas madu ini layak disimak.<br />
Syahdan, pada 2004, Pemerintah melalui<br />
Kementerian <strong>Koperasi</strong> dan UMKM menggulirkan<br />
dana bantuan agribisnis Rp 1 miliar. Syaratnya<br />
penerima dana ini tentu saja koperasi simpan<br />
pinjam. Pada waktu itu KSP Wahana Arta Mukti<br />
masih berbentuk KUD Wahana Arta Mukti.<br />
Karena itu, pada tanggal 2 Oktober 2004,<br />
pengurus dan 29 anggota aktif KUD Wahana Arta<br />
Mukti bermusyawarah untuk mengembangkan<br />
Usaha Simpan Pinjam (USP) yang merupakan<br />
unit usaha otonom KUD Wahana Arta Mukti<br />
menjadi badan usaha yang mandiri. Mereka<br />
bersepakat untuk membentuk <strong>Koperasi</strong> Simpan<br />
Pinjam (KSP) dan diberi nama Wahana Arta<br />
50<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Mukti. Pendirian KSP Wahana Arta Mukti<br />
berbadan hukum No. 553/BH 10.11/X/2004<br />
tanggal 5 Oktober 2004, dengan modal dan<br />
kekayaan bersih Rp 663.266.000.<br />
Pola usaha yang diterapkan adalan<br />
pinjaman pola bulanan (konvensional) dan<br />
pinjaman pola mingguan, dengan jasa pinjaman<br />
sebesar 2,5% per bulan. Jangka waktu<br />
pengembalian pinjaman bervariasi antara 10<br />
bulan – 18 bulan. Selain itu, hampir 90% warga<br />
di Kecamatan Dawuan Subang dalam<br />
kehidupan kesehariannya masih mengandalkan<br />
sektor agro seperti padi, kadang, jagung dan<br />
sebagainya. Pontensi inilah yang dinilai menjadi<br />
peluang usaha yang cukup menjanjikan.<br />
Pinjaman tertinggi yang ditetapkan sebesar<br />
Rp 20 juta, dengan jasa pinjaman sebesar 2,5%.<br />
Namun dalam praktiknya tidak semua laba itu<br />
masuk ke kas KSP, sebagian lagi dikembalikan<br />
ke nasabah yakni sebesar 0,5%. Syaratnya,<br />
pengembalian pinjaman harus tepat waktu. Program<br />
ini dimaksudkan untuk memacu kesadaran<br />
peminjam untuk selalu mengembalikan kredit<br />
tepat pada waktunya. Cara ini dinilai cukup<br />
berhasil. Berdasarkan catatan, tingkat pengembalian<br />
pinjaman di KSP mencapai lebih 99%.<br />
Bukan hanya dalam hal pinjaman, manajemen<br />
KSP juga selektif dalam menerima anggota<br />
baru. Untuk bisa menjadi anggota KSP pengelola<br />
menetapkan beberapa syarat, di antaranya<br />
nasabah telah meminjam minimal 3 kali. Jika<br />
selama 3 kali berturut-turut tingkat pengembaliannya<br />
bagus, nasabah dapat mengajukan<br />
menjadi calon anggota. Biasanya besar pinjaman<br />
tahap awal ini tidak lebih dari Rp 2 juta. Jika syarat<br />
di atas belum terpenuhi, maka KSP belum akan<br />
memproses menjadi anggota.<br />
Hingga kini jumlah anggota KSP WAM<br />
berjumlah 130 orang, dan nasabah sebanyak<br />
Rp 700 orang. Mereka tidak hanya pedagang<br />
kecil seperti padagang asongan, tetapi juga<br />
pengusaha menengah. Salah satunya adalah<br />
Ukanda, warga Kampung Buah Dua Desa<br />
Margasari, Kecamatan Dawuan, Subang, yang<br />
menekuni usaha ternak ayam. Saat ini, usaha<br />
peternakan ayam miliknya telah mengalami<br />
kemajuan cukup pesat. Awalnya, Ukanda hanya<br />
mempunyai satu blok kandang yang mampu<br />
menampung 5.000 ekor ayam. Kini, ia telah<br />
mempunyai tiga kandang yang mampu<br />
menampung 15.000 ekor ayam. Sekali panen,<br />
ia bisa mengantongi laba Rp 10-20 juta<br />
Ukanda merupakan salah satu anggota<br />
masyarakat yang berhasil membangun usahanya<br />
dengan memanfaatkan dana pinjaman dari KSP<br />
Wahana Arta Mukti. Selain meningkatkan taraf<br />
hidupnya, ia juga mampu menampung tenaga<br />
kerja di sekitarnya. Ia mempekerjakan tiga orang<br />
karyawan dengan gaji rata-rata Rp 700 ribu per<br />
bulan.<br />
Usaha yang dibiayai oleh KSP Sahana Arta<br />
Mukti meliputi usaha sektor agribisnis (pertanian,<br />
peternakan, perikanan), usaha sektor niaga<br />
(warung, pedagang kaki lima), usaha sektor<br />
pengadaan (bahan bangunan, penghala hasil<br />
pertanian), usaha kecil mikro (kerajinan, mebeler).<br />
Tingkat perputaran uang yang cukup tinggi<br />
telah menjadikan aset KSP Wahana Arta Mukti<br />
bertambah besar dari hari ke hari. Kini total<br />
asetnya mencapai Rp 2,198 miliar. Dalam<br />
melayani nasabah, KSP Wahan Arta Mukti<br />
didukung 14 orang karyawan dengan kualifikasi<br />
pendidikan SMA dan 1 orang sarjana. Pengurus<br />
senantiasa beruisaha meningkatkan kinerja para<br />
pengurus dengan cara mengikutsertakan para<br />
karyawannya ke berbagai kegiatan pengembangan<br />
kapasitas.<br />
Yang tak kalah penting adalah upaya<br />
pengurus dan manajemen di dalam membangun<br />
mental kerja karyawan melalui internalisasi motto<br />
KSP Wahan Arta Mukti: “Tidak ada dusta di antara<br />
kita” dan “Tidak ada dendam di antara kita”.<br />
KSP Wahana Arta Mukti<br />
Alamat : Desa Dawuan Kaler RT. 08/03,<br />
Kec. Kalijati, Kab. Subang, Jawa Barat<br />
Berdiri : 14 Juli 1997<br />
Badan Hukum<br />
: 553/BH/KDK.10.11/X/2004,<br />
tanggal 5 Oktober 2004<br />
Tahun Perkuatan Modal : 2004<br />
Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />
Total Aset<br />
: Rp2,1 miliar<br />
Ketua<br />
: H. Hali Natapermana, Spd<br />
Jumlah Anggota : 130 orang<br />
Jumlah Karyawan : 14 orang<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 51
Kisah Sukses Peternak Ayam di Buahdua, anggota KSP Wahana<br />
Artha Mukti<br />
Sekali Panen<br />
Bisa Untung<br />
Rp10-20 Juta<br />
Ukanda dan usaha peternakan ayam yang ia kelola<br />
Adalah saat-saat paling membahagiakan<br />
Ukanda, Warga Kp.<br />
Buahdua Desa Margasari, Kecamatan<br />
Dawuan, Subang, saat berada di<br />
kandang ayam, apalagi bila menjelang panen<br />
tiba. “Alhamdulillah, sebentar lagi panen,” tutur<br />
ayah dua anak ini sembari senyum simpul,<br />
Agustus 2009 silam.<br />
Kegembiraan semakin tergambar di raut<br />
mukanya karena harga ayam di pasaran<br />
cukup tinggi. Ia membayangkan akan memperoleh<br />
untung yang cukup besar. Karena itu<br />
Ia bernazar akan memberi bonus kepada tiga<br />
karyawannya, dan selanjutnya mampu mengembalikan<br />
pinjamannya ke koperasi. Ya, ia<br />
telah meminjam uang ke KSP Wahana Arta<br />
Mukti sebesar Rp 20 juta. Ia lupa entah yang<br />
keberapa pinjaman kali ini, karena begitu<br />
sering ia meminjam dana dari KSP Wahana<br />
Arta Mukti.<br />
Ukanda mulai meminjam dana dari KSP<br />
Wahana Arta Mukti sebesar Rp 10 juta pada<br />
tahun 2005 untuk modal usaha peternakan<br />
ayam. Modal tersebut besar maknanya bagi<br />
pengembangan usahanya. Berkat insting kejelian<br />
dalam pengelolaan usahanya, ia sukses,<br />
bahkan pinjaman bisa ia dikembalikan<br />
sebelum jatuh tempo. Kepercayaan dari koperasi<br />
pun bertambah, dan sebagai bentuk reward<br />
koperasi memberi Ukanda kelonggaran<br />
peminjaman hingga Rp 20 juta. Kini ia telah<br />
mempunyai tiga blok kandang yang mampu<br />
menampung 15.000 ekor ayam.<br />
Bisanya ayam-ayam ini bisa dipanen<br />
pada usia antara umur 28-35 hari, dengan<br />
biaya operasional per musim sebesar Rp 10<br />
juta. Modal kerja tersebut dipergunakan untuk<br />
biaya bibit, pakan dan obat-obatan. Setelah<br />
dipotong biaya operasional, ia bisa memperoleh<br />
laba hingga Rp 10-20 juta sekali panen.<br />
Keuntungan tambahan juga Ukdanda<br />
dapatkan dari hasil menjual kotoran ayam.<br />
Para karyawannya mengemas kotoran ke<br />
dalam karung. Sekali panen Ukanda biasanya<br />
mendapat 800-1000 karung kotoran ayam,<br />
dijual dengan harga Rp 3.500- 4.000 per<br />
karung<br />
Nilai-nilai koperasi, yakni kebersamaan,<br />
kekeluargaan dna kegotongroyongan ia<br />
terapkan juga dalam pengelolaan usahanya.<br />
Setidaknya, tiga orang karyawan bisa<br />
merasakan hal ini. Mereka bergaji Rp 700 ribu<br />
per bulan, ditambah uang saku mingguan<br />
sebesar Rp 25 ribu per orang. Ukanda acap<br />
memberi mereka bonus bila mendapatkan<br />
keuntungan besar. Ia tak segan-segan memberikan<br />
bonus kepada karyawan hingga Rp<br />
1 juta per orang.<br />
Dengan performa bisnisnya yang cukup<br />
bagus, Ukanda berharap dapat meminjam<br />
modal lebih besar untuk mengembangkan<br />
usahanya. Dengan begitu, Ia bisa menampung<br />
tenaga kerja lebih banyak lagi.<br />
52<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
KSP WAHANA ARTA MUKTI<br />
If there is no Lie Betrween us is the<br />
Key to Success<br />
Save Loan Cooperation (KSP) of<br />
Wahana Arta Mukti (WAM) Dawuan<br />
Subang District grows and develops<br />
in Subang Regency, the regency that used<br />
to be known as honey pineapple producer is<br />
worth paying attention to. In 2004, the Government<br />
through Ministry of Cooperation and<br />
UMKM scrolled agribusiness aid fund in the<br />
amount of Rp 1 billion. This save loan was<br />
formerly in the form of Save Loan Unit from<br />
KUD Wahana Arta Mukti. In October 2004,<br />
Save Loan Cooperation (KSP) was born with<br />
legal entity No. 553/BH 10.11/X/2004 dated<br />
5 October 2004.<br />
The applied business pattern was<br />
monthly pattern loan (conventional) and<br />
weekly pattern loan, with loan service in the<br />
amount of 2.5% per month. The term for return<br />
varied between 10 – 18 months. In addition,<br />
nearly 90% of denizens in Dawuan<br />
Subang District depended on agricultural<br />
sector in their daily lives, such as rice,<br />
(kadang), corn, etc. It was this potential that<br />
was considered as quite promising.<br />
The highest loan was stipulated at Rp<br />
20 million, with loan service in the amount of<br />
2.5%. However in practice not all profit went<br />
to KSP petty cash, some was returned to the<br />
customers i.e., in the amount of 0.5%. The<br />
requirements are that such return must be<br />
made in timely manner. This program was<br />
intended to drive the awareness of borrowers<br />
to always return credits in timely maner.<br />
This way was considered as quite successful.<br />
Based on the record, the level of return<br />
at KSP reached up to more than 99%.<br />
Not only in terms of loan, KSP management<br />
is also selective in accepting new members.<br />
To be able to become a member of<br />
KSP the manager applies several requirements,<br />
among others is that the customer<br />
has borrowed at least 3 times. If the return<br />
has been favorable 3 times consecutively,<br />
the customer may apply to become a member.<br />
The amount of loan at this early stage<br />
is not more than Rp 2 million.<br />
Up to now the number of members of<br />
KSP WAM has been 130, and the number<br />
of customers has been 700. They are not<br />
only small traders such as peddlers, but are<br />
also middle scale businessmen.<br />
Business funded by KSP Sahana Arta<br />
Mukti includes agribusiness sector (agriculture,<br />
animal farming, fishery), commerce sector<br />
business (shops, pavement sellers), trading<br />
sector business (hardware store, crops<br />
processors) , and micro small business<br />
(handicraft, furniture).<br />
The high level of money circulation has<br />
made KSP Wahana Arta Mukti’s asset to increase.<br />
Now its total asset reaches Rp 2.198<br />
billion. In providing service to customers,<br />
KSP Wahan Arta Mukti is supported by 14<br />
staff who are high school graduates and 1<br />
university graduate.<br />
Another important thing is the effort of<br />
the administrators and managemewnt in developing<br />
the working mental of their staff<br />
through the internalization of KSP Wahan<br />
Arta Mukti motto: “There is no lie between<br />
us” and “There is no grudge between us.”<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 53
54<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
JAWA TENGAH<br />
Central Java<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 55
Suasana kawasan agropolitan di perdesaan di Kecamatan Grabag, yang terletak di di lereng dan kaki Gunung Merapi<br />
KSP KARYA USAHA DANA GRABAG<br />
Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah<br />
Agribisnis di Antara Lereng Merapi<br />
Ibarat perangko ketemu amplop. Demikian<br />
kisah pengembangan usaha agribisnis/<br />
sektoral yang diupayakan melalui KSP Karya<br />
Usaha Dana Grabag di Kabupaten Magelang.<br />
Betapa tidak. Pemerintah Kabupaten Magelang<br />
sejak 2004 silam telah mengeluarkan kebijakan<br />
pengembangan agropolitan. Artinya, pengembangan<br />
agribisnis di wilayah Kabupaten<br />
Magelang yang terbentang di antara Gunung<br />
Merapi dan Merbabu (seluas 1.085,73 km² atau<br />
setara 9,56% dari Wilayah Propinsi Jawa<br />
Tengah) itu mendapat perhatian serius pemerintah<br />
daerah.<br />
Gayung pun bersambut. Kebijakan tersebut<br />
telah menaikkan antusiasme masyarakat petani<br />
dalam kegiatan budi daya pertanian. Bila<br />
kegiatan budi daya tanaman, ternak, atau<br />
campuran, pada 2003 berjumlah 122.527 orang,<br />
pada tahun 2006, angkanya meningkat menjadi<br />
132.077 orang atau naik sebanyak 7,79%.<br />
Demikian juga pada pengolahan hasil atau<br />
agroindustri telah menghasilkan kesempatan<br />
kerja tahun 2003 sebanyak 23.743 orang. Pada<br />
tahun 2006 jumlahnya meningkat menjadi 26.231<br />
orang atau naik 10,47%.<br />
Tentu saja bukan semata lantaran<br />
kebijakan tersebut bila KSP Karya Usaha Dana<br />
Grabag sukses menjalankan Program Pengem-<br />
56<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
angan Pengusaha Mikro dan Kecil Melalui<br />
Perkuatan Modal <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP)<br />
di Sektor Agribisnis dari Kementerian Negara<br />
<strong>Koperasi</strong> dan Usaha Kecil dan Menengah. Yang<br />
bisa dikatakan adalah bahwa sukses KSP Karya<br />
Usaha Dana Grabag berada dalam arus besar<br />
keberhasilan Kabupaten Magelang dalam<br />
mengembangkan sektor agribisnisnya.<br />
Keberhasilan pengelolaan dana tentu saja<br />
merupakan wilayah yang berbeda dari gambaran<br />
agropolitan secara umum. Yang jelas, kesuksesan<br />
itu merupakan cerminan dari keseriusan dan<br />
kepiawaian para pengurus dan manajemen<br />
Kesuksesan KSP Karya Usaha Dana Grabag<br />
dalam mengelola dana. Hubungan kerja sama<br />
yang harmonis antara koperasi dan Dinas <strong>Koperasi</strong><br />
Dinas <strong>Koperasi</strong>, Perindustrian dan Perdagangan<br />
Kab. Magelang menambah nilai tersendiri.<br />
Harmoni Pengurus dan Anggota<br />
Grabag sebagai wilayah kecamatan—di<br />
lereng dan kaki Gunung Merapi— memang telah<br />
lama dikenal daerah yang memiliki “kultur<br />
berkoperasi” yang baik. KUD Grabag juga<br />
terkenal bukan hanya di seantero Kabupaten<br />
Magelang, tetapi juga Provinsi Jawa Tengah.<br />
Kultur ini menurun juga kepada KSP Karya Usaha<br />
Dana Grabag yang tumbuh–pada awalnya—<br />
sebagai bagian dari KUD Grabag itu.<br />
KSP Karya Usaha Dana Grabag ini<br />
termasuk koperasi sehat. Meski baru berdiri pada<br />
2004, KSP ini langsung menjadi peserta Program<br />
Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil<br />
melalui Bantuan Perkuatan Dana Bergulir bagi<br />
KSP di Sektor Agribisnis pada tahun itu juga,<br />
dengan jumlah perkuatan sebesar Rp 1 miliar.<br />
KSP ini dinilai telah memenuhi persyaratan yang<br />
diwajibkan. Sebagai catatan, sebelum KSP ini<br />
dibentuk KUD Grabag telah melakukan<br />
otonomisasi pengelolaan usaha simpan pinjam<br />
selama lebih dari tiga tahun.<br />
Kini KSP Karya Usaha Dana Grabag telah<br />
membukukan asetnya sekitar Rp Rp<br />
2.255.922.274. Jumlah anggota per 31<br />
Desember 2008 sebanyak 481 orang. Hingga<br />
buku ini disusun, angkanya tentu saja telah<br />
meningkat. Gambaran sekilas tersebut melukiskan<br />
dinamika yang tercipta selama ini.<br />
“Sebagai badan usaha berbasis budaya<br />
kekeluargaan dan kebersamaan, manajemen<br />
KSP Karya Usaha Dana Grabag berusaha selalu<br />
dekat dengan anggota, atau dalam hal ini para<br />
petani, perajin, dan peternak,” tutur Kelik<br />
Murtandiya. “Hubungan kami dengan para tokoh<br />
desa di Grabag cukup akrab dan saling<br />
mengenal satu sama lain,” tambah Kelik.<br />
Benar. Setidaknya Kepala Desa Lebak<br />
mengakui hal ini. “Sebagai kepala desa, saya<br />
memberikan dorongan kepada warga untuk<br />
menjadi atau aktif di KSP Karya Usaha Dana<br />
Grabag. Jadi, kami saling memberikan<br />
rekomendasi, misalnya dalam hal pengajuan<br />
Anggota KSP Dana Grabag memasarkan berbagai komoditas agribisnis di pasar agropolitan Grabag<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 57
Doni Riskiyanto, anggota KSP Dana Grabag membiayai usaha pembuatan aneka kerupuk singkong dari dana pinjaman bergulir<br />
agribisnis/ sektoral sebesar Rp 30 juta, yang dikucurkan dalam beberapa tahap<br />
kredit,” aku Budi Solikin Kepala Desa Lebah,<br />
kecamatan Grabag.<br />
Kedekatan semacam itu menjadi kunci dari<br />
keberhasilan penyaluran sekaligus kontrol<br />
terhadap pemanfaatan dana koperasi. Ciri dari<br />
asas kekeluargaan dan kegotongroyongan<br />
koperasi semacam itu dirasakan seorang<br />
anggota KSP Karya Usaha Dana Grabag, Doni<br />
Riskianto (48 th), warga Dusun Kaligandu,<br />
Grabag. Ia mendapatkan pinjaman koperasi<br />
hingga Rp 30 juta untuk melancarkan usaha<br />
pembuatan aneka krupuk singkong. Ia yang<br />
memiliki keahlian di dalam pengolahan berbagan<br />
baku singkong itu bekerja sama dengan para<br />
petani. Hasil yang diserahkan kepada Doni<br />
berupa bahan setengah jadi untuk kemudian<br />
dibumbui hingga barang jadi (mentah). Berkat<br />
pinjaman dari koperasi, ia bisa membayar<br />
puluhan petani serta mengangsur setelah<br />
produk-produknya terbeli.<br />
Doni tidak mengalami kesulitan lantaran ia<br />
telah memiliki sejumlah pelanggan, seperti dari<br />
Jakarta, Malang, dan Kabupaten Banyumas.<br />
“Kami menerapkan sistem kontan. Pada saat<br />
memesan, saya meminta para pelanggan untuk<br />
mentransfer uang pemesanan, setelah itu<br />
barang dikirim sesuai pesanan yang sudah<br />
dibayar,” ujar Dodi menceritakan mekanisme<br />
bisnisnya.<br />
Kelik sendiri mengaku bangga memiliki<br />
nasabah seperti Doni ini. “Ia adalah prototipe<br />
nasabah yang berani dalam mengambil risiko,<br />
namun jujur dan sportif. Kami tak pernah<br />
terganggu bila, misalnya, terjadi terlambatan<br />
angsuran, sebab alasannya masuk akal. Inilah<br />
salah satu seni berkoperasi. Ada prinsip<br />
fleksibilitas tanpa harus mengorbankan risiko<br />
besar,” kata Kelik.<br />
Bahkan, untuk ukuran nasabah yang<br />
kemampuannya jauh di bawah Doni, KSP tetap<br />
memberikan pelayanan dan kesempatan untuk<br />
meminjam modal. Pengalaman Mardi, 60 tahun,<br />
membuktikan hal itu. Mardi, yang seorang petani<br />
itu, mengajukan pinjaman uang sebesar Rp<br />
700.000. Dana tersebut dipergunakan sebagai<br />
biaya untuk membesarkan seekor sapi Australia<br />
yang ia miliki, seperti yang dilakukan para petani<br />
di lingkungannya. Maklum, untuk membesarkan<br />
sapi membutuhkan waktu beberapa bulan<br />
hingga hewan piaraan tersebut layak dijual ke<br />
pasar. Ia juga mendapatkan tambahan berupa<br />
pupuk dari pengelolaan kotoran piaraannya itu.<br />
58<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Mardi hanya mengambil untung beberapa<br />
persen dari nilai jual seekor sapi (sekitar Rp 4-7<br />
juta). “Saya berani pinjam ke koperasi karena<br />
ada yang bisa saya hasilkan. Saya takut ngutang.<br />
Saya baru bisa kembalikan pinjaman setelah<br />
sapi ini dijual. Karena saya dipercaya, dan saya<br />
bersedia dengan persyaratan yang berlaku, ya<br />
saya mau,” tutur Mardi lugu namun tegas.<br />
Tingkatkan Kinerja<br />
Penyaluran dan hasil Program Pengembangan<br />
Pengusaha Mikro dan Kecil melalui<br />
Bantuan Perkuatan Dana Bergulir bagi KSP di<br />
Sektor Agribisnis yang dilakukan melalui KSP<br />
Karya Usaha Dana Grabag cukup berhasil dan<br />
tepat sasaran. Namun, jajaran manajemen tak<br />
berbangga hati, sebagaimana jajaran dewan<br />
pengurus dan pengawas KSP Karya Usaha<br />
Dana Grabag tak berpangku tangan terhadap<br />
prestasi yang telah mereka raih. Pasalnya,<br />
mereka masih “gelisah” terhadap kurang<br />
optimalnya penggalangan dana dari anggota.<br />
Mereka mengakui, selama ini pemanfaatan<br />
dana yang sampai ke anggota, meskipun sudah<br />
cukup berhasil, masih mengandalkan modal dari<br />
luar. Hal itu mengemuka pada saat Rapat<br />
Anggota Tahunan di akhir 2008 silam. Oleh<br />
karena itu, mari kita upayakan secar bersamasama<br />
peran aktif nyata anggota,” tutur<br />
Sutaryono, ketua Pengawas KSP Karya Usaha<br />
Grabag pada kesempatan hajatan puncak itu.<br />
Kelik Murtandiya mengakui kelemahan<br />
koperasi yang ia pimpin. “Kami masih terus belajar<br />
dari kekurangan-kekurangan itu, meski kami sudah<br />
mencoba berbuat yang terbaik. Kami, misalnya, tak<br />
bosan untuk mengirimkan beberapa karyawan ke<br />
berbagai forum pelatihan peningkatan kompetensi,”<br />
aku Kelik merendah.<br />
“KSP Karya Usaha Dana Grabag di mata kami<br />
sudah cukup bagus. Karyanya nyata dan bisa<br />
dibuktikan di lapangan. Kami berharap ke depan<br />
KSP ini bisa berkinerja lebih baik,” kata Menurut<br />
Anik Indaryanti, Kasi Bina Usaha dan Permodalan<br />
Dinas <strong>Koperasi</strong> Dinas <strong>Koperasi</strong>, Perindustrian dan<br />
Perdagangan Kab. Magelang. “Bukan melulu soal<br />
besarnya aset, tetapi jangan lupa bahwa mengelola<br />
koperasi itu juga membutuhkan semangat. Nah, dari<br />
sisi itulah KSP Karya Usaha Dana Grabag harus<br />
dilihat,” simpul Kelik.<br />
Mardi anggota KSP Dana Grabag dan usaha penggemukan sapi yang ia kelola<br />
KSP Karya Usaha Dana Grabag<br />
Alamat<br />
: Jl. Stadion No 1 Grabag, Kab. Magelang,<br />
Provinsi Jawa Tengah<br />
Berdiri : 1 Maret 1997<br />
Badan Hukum<br />
: No: 227/GH/II/2004, tanggal 22 November<br />
2004<br />
Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004<br />
Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />
Total Aset<br />
: Rp2.255.922.274<br />
Manager<br />
: Kelik Murtandiya Ph<br />
Jumlah Anggota : 327 orang<br />
Jumlah Karyawan : 5 orang<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 59
KSP KARYA USAHA DANA GRABAG<br />
Magelang Regency – Central Java<br />
Agribusiness Between Merapi Slopes<br />
Just like a stamp that meets an enve<br />
lope, this is the story of agribusiness/<br />
sector business development sought<br />
through KSP Karya Usaha Dana Grabag in<br />
Magelang Regency. The government of<br />
Magelang Regency since 2004 has issued a<br />
policy of agropolitan development. It means,<br />
such agribusiness development in Magelang<br />
Regency area stretched between Merapi<br />
and Merbabu Mountains obtains a serious attention<br />
from regional government.<br />
Of course, the government attention is<br />
not the only factor that makes KSP Karya<br />
Usaha Dana Grabag successful in running<br />
Micro and Small Entrepreneurs Development<br />
Through Capital Save Loan Cooperation<br />
(KSP) Strengthening in Agribusiness Sector<br />
from State Ministry of Cooperation and Small<br />
Middle Scale Enterprises. It would be more<br />
precise to say that the success of KSP Karya<br />
Usaha Dana Grabag is in the large wave of<br />
Magelang Regency success in developing its<br />
agribusiness sector. Such success is obviously<br />
the reflection of the seriousness and<br />
expertise of the administrators and management<br />
of KSP Karya Usaha Dana Grabag in<br />
managing fund. There is a harmonious cooperative<br />
relation among Cooperation Services,<br />
Industry and Trading of Magelang Regency.<br />
Magelang has added specific value.<br />
Grabag as a district area – on the slope<br />
of Merapi Mountain – has been known for a<br />
long time as an area that has a good “cooperation<br />
culture.” KUD Grabag is also known<br />
not only throughout Magelang Regency, but<br />
also Central Java Province. This culture also<br />
descended to the staff of KSP Karya Usaha<br />
Dana Grabag who grew–initially— as parts<br />
of such KUD Grabag.<br />
This KSP Karya Usaha Dana Grabag is<br />
quite a healthy cooperation. Even thought it<br />
was not established until 2004, this KSP immediately<br />
became participant of Micro and<br />
Small Entrepreneurs Development Program<br />
through Strengthening Scrolling Fund Aid for<br />
KSP in Agribusiness Sector in the same year,<br />
with strengthening fund in the amount of Rp<br />
1 billion. This KSP is considered as having<br />
met the compulsory requirements. As a note,<br />
before this KSP was established, KUD Grabag<br />
had conducted save loan business management<br />
autonomy for more than three years.<br />
Now KSP Karya Usaha Dana Grabag has<br />
accounted its asset which is around Rp<br />
2,255,922,274. The number of members as<br />
per 31 December 2008 is 481. Until this book<br />
was composed, the number of course has increased.<br />
The brief description provides clear<br />
dynamic that has been created all this time.<br />
“As a business entity with kinship and togetherness<br />
basis, management of KSP Karya<br />
Usaha Dana Grabag always tries to be close<br />
to members, or in this matter farmers, craftsmen,<br />
and animal farmers,” said Kelik<br />
Murtandiya, Chairman of this KSP.<br />
Such closeness becomes the key to success<br />
in distribution and control of cooperation<br />
fund utilization. These characteristics of<br />
kinship and mutual assistance are felt by a<br />
member of KSP Karya Usaha Dana Grabag,<br />
Doni Riskianto (48), a Kaligandu Village denizen,<br />
in Grabag. He obtained cooperation<br />
loan up to Rp 30 million to smoothen his cassava<br />
chips business. Thanks to the loan<br />
from cooperation, he could pay many farmers<br />
and pay his own installment after all his<br />
products are sold.<br />
60<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Pasar agropolitan Grabag, tempat para anggota KSP Karya Usaha Dana Grabag memasarkan hasil tani mereka<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 61
Suasana dialog antara pengurus dan anggota KSP Utama Karya yang sedang mengajukan kredit.<br />
KSP UTAMA KARYA<br />
Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah<br />
Jati Diri Kebersamaan di Bumi Kartini<br />
Jika Anda pergi ke Kabupaten Jepara,<br />
Jawa Tengah, sempatkan pergi ke Jl.<br />
Raya Bakalan No. 21 Kalinyamatan. Anda<br />
akan menjumpai sebuah gedung dua lantai<br />
berarsitektur modern-minimalis. Penampilan<br />
gedung ini bersih, dan tampak menonjol bila<br />
dibanding beberapa bangunan di sekitarnya.<br />
Sekilas, terkesan bahwa bangunan itu milik<br />
perusahaan swasta nasional, atau kantor<br />
perwakilan perusahaan besar swasta. Halaman<br />
samping hingga ke belakang luas, dan terdapat<br />
sebuah toko grosiran ala supermarket.<br />
Ada apa dengan bangunan tersebut<br />
Bangunan tersebut adalah kantor pusat<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) Utama Karya.<br />
Tidak salah bila Anda menyimpulkan bahwa<br />
penampilan bangunan tersebut mewakili<br />
performa koperasi yang berdiri pada 2004 itu.<br />
Kemegahan bangunan tersebut sekaligus<br />
menggambarkan dedikasi para pengurusnya,<br />
dan manajemen KSP Utama Karya, di dalam<br />
mengembangkan usahanya.<br />
Logikanya sederhana, bagaimana mungkin<br />
sebuah koperasi—atau badan usaha apa saja—<br />
mampu membangun gedung perkantoran untuk<br />
aktivitas sehari-hari bila para pengelolanya tidak<br />
memiliki dedikasi untuk maju Motto KSP Utama<br />
Karya: Bersama Membangun Jati Diri, seperti<br />
62<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
telah tertransformasi ke dalam etos kerja para<br />
pengurusnya, puluhan karyawannya, bahkan<br />
para nasabahnya. Kinerja koperasi ini adalah<br />
yang terbaik di Kabupaten Jepara, dan termasuk<br />
bersinar di antara koperasi-koperasi terbaik di<br />
Jawa Tengah.<br />
Sebagai koperasi simpan pinjam, Utama<br />
Karya masih berusia muda. Induknya adalah<br />
<strong>Koperasi</strong> Serba Usaha (KSU) Utama Karya yang<br />
berdiri sejak 1993, yang kini memiliki 7 cabang<br />
yang tersebar di sejumlah kabupaten/ kota di<br />
Jawa Tengah (baca: Cita-Cita Kaum Kaki Lima).<br />
Keberadaan KSP Utama Karya memang<br />
relevan dengan potensi Kabupaten Jepara yang<br />
memiliki banyak jenis usaha agribisnis, seperti<br />
pertanian, kerajinan. Tak heran begitu ada Program<br />
Perkuatan Modal <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam<br />
(KSP) di Sektor Agribisnis, kesempatan itu tidak<br />
disia-siakan.<br />
Namun, kemauan saja tak cukup. Sebab,<br />
bagaimanapun juga dana tersebut adalah uang<br />
negara yang harus dipertanggungjawabkan.<br />
Dinas <strong>Koperasi</strong>, UMKM dan Pengelolaan Pasar<br />
Kabupaten Jepara memiliki peranan besar dalam<br />
menentukan koperasi mana yang berhak dan<br />
dapat dipercaya untuk mengelola pemanfaatan<br />
dana tersebut. Dan, bila pilihan jatuh kepada<br />
KSP Utama Karya, tentu pertimbangannya<br />
adalah kinerja. “KSP Utama Karya memang<br />
salah satu koperasi terbaik yang kami miliki di<br />
sini. Kami percaya, Utama Karya adalah pihak<br />
yang pas menjalankan program perkuatan modal<br />
di bidang agribnisnis-sektoral itu,” kata Sujarot,<br />
Kepala Dinas <strong>Koperasi</strong>, UMKM dan Pengelolaan<br />
Pasar Kabupaten Jepara<br />
Bagi jajaran pengurus KSP Utama Karya<br />
kepercayaan tersebut bukan tanpa konsekuensi.<br />
“Kami menjalankan kepercayaan tersebut<br />
sebagai amanah, dan progam agribisnis-sektoral<br />
itu kebetulan sama dengan misi kami di sini,” tutur<br />
Zaenal Arief, yang merupakan Kepala<br />
Pembukuan KSP Utama Karya tersebut.<br />
Memfasilitasi Agribisnis<br />
Keputusan Dinas <strong>Koperasi</strong> dan Pengelolaan<br />
Pasar itu sangat beralasan, karena KSP Utama<br />
Karya selama ini bekerja secara profesional. Kini<br />
aset <strong>Koperasi</strong> ini secara keseluruhan sekitar Rp<br />
80 miliar.<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Utama Karya<br />
memang terpisah secara otonomi dari <strong>Koperasi</strong><br />
Utama Karya sebagai induk. Sebagai holding,<br />
<strong>Koperasi</strong> Utama Karya bergerak di bidang<br />
perdagangan. Dari sinilah, memang, pergerakan<br />
modal koperasi melejit. Sebagai catatan,<br />
Sutomo, anggota KSP Utama Karya memamerkan hasil kerajinan tenun hasil usaha tenun yang ia kelola<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 63
<strong>Koperasi</strong> Utama Karya kini memiliki Toko Grosir<br />
terbesar di Kabupaten Jepara.<br />
Kembali ke KSP Utama Karya. Penyaluran<br />
dana perkuatan sebesar Rp 1 miliar (diterima<br />
pada tahun 2004) kepada para anggota yang<br />
bergerak di bidang agribisnis dan sektor riil<br />
lainnya bukan hal sulit bagi KSP Utama Karya.<br />
Ya, sebab, mekanisme dan tradisi koperasi telah<br />
terbangun dengan baik.<br />
Salah satu anggota koperasi yang<br />
mendapatkan manfaat dari program di atas<br />
adalah Sutomo, 48 tahun, seorang perajin tenun<br />
di Desa Troso, Kecamatan Pecangakan. Desa<br />
ini memang dikenal sebagai penghasil tenun<br />
sejak 1935. “Saya jelas beruntung bisa dapatkan<br />
modal usaha itu dengan persyaratan yang<br />
memudahkan saya,” aku Sutomo, perajin yang<br />
produknya telah banyak dipasarkan hingga ke<br />
Bali itu.<br />
Pencanggihan Manajemen<br />
Kini, tenaga-tenaga utama di manajemen<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Utama Karya adalah<br />
anak-anak muda. Generasi perintis hanya<br />
berada di jajaran kepengurusan. Hal ini memang<br />
bukan tanpa kesengajaan. “Kami tutwuri<br />
handayani (mendorong dari belakang),” tutur<br />
Ibnu Zaenuri, perintis <strong>Koperasi</strong> Utama Karya,<br />
kalem.<br />
Dan, benar, kepercayaan para senior dalam<br />
mendorong kader-kader koperasi yang muda<br />
telah membuahkan hasil. Paling tidak, pada saat<br />
ini di jajaran manajemen koperasi telah memiliki<br />
seorang manajer yang telah mengantongi<br />
sertifikat kompetensi di bidang manajemen.<br />
Mahali, demikian namanya, kini menjabat<br />
sebagai Manajer KSP Utama Karya. “Kami ingin<br />
mengelola koperasi ini secara profesional.<br />
Teman-teman senantiasa berlomba-lomba untuk<br />
mendapatkan sertifikat yang proses ujiannya<br />
ternyata nggak mudah,” tutur Mahali bangga.<br />
Laporan dari pihak Bank Jateng Cabang<br />
Jepara yang berperan sebagai mitra dari program<br />
perkuatan modal dana bergulir sektor<br />
agribisnis ini menyebutkan bahwa KSP Utama<br />
Karya telah menjalankan kewajibannya dengan<br />
baik dan tidak pernah menunggak.<br />
KSP Utama Karya<br />
Alamat<br />
: Jl. Raya Bakalan No. 21 Kalinyamatan,<br />
Kab. Jepara, Jawa Tengah<br />
Berdiri : 31 Januari 1996<br />
Badan Hukum<br />
: No: 12047a/BH/PAD/KWK-II/1/1996<br />
Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004<br />
Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />
Ketua<br />
: H. Ahmad Zaeni<br />
Usaha tenun kain milik Sutomo, anggota KSP Utama Karya Jepara<br />
64<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Pusat Grosir, salah satu jenis usaha milik KSU Utama Karya Jepara<br />
Cita-Cita Kaum Kaki Lima<br />
Awalnya, pada 1993, sekitar 6 orang pedagang berinisiatif mendirikan sebuah<br />
paguyuban untuk menghimpun para pedagang kaki lima (PKL) di Kabupaten<br />
Jepara. Gagasan tersebut segera menyebar di kalangan PKL. Pada tahap<br />
pertama berkumpul 35 orang. Mereka bersepakat untuk membangun membangun<br />
ekonomi bersama melalui sebuah koperasi.<br />
Sejumlah pionir, di antaranya Ibnu Zaenuri, lantas melobi Dinas <strong>Koperasi</strong> setempat.<br />
Maka, di tahun 1993 juga keinginan bersama itu terwujud. Kebetulan, Ibnu Zaenuri<br />
dan beberapa kawannya pernah mengelola sebuah koperasi. Maka, rapat anggota<br />
pun terselenggara, dan lahirlah <strong>Koperasi</strong> Utama Karya.<br />
Berkat keuletan para pengurusnya, kini <strong>Koperasi</strong> Utama Karya telah memiliki 7<br />
cabang di berbagai kota di sekitar Jepara, seperti di Pati, bahkan hingga ke arah<br />
barat Banjarnegara.<br />
Kini, total aset <strong>Koperasi</strong> Utama Karya mencapai Rp 80 miliar. Itu melingkupi semua<br />
jenis usaha yang ada, termasuk KSU Utama Karya yang kini mengelola Pusat<br />
Perbelanjaan Grosir yang tidak pernah sepi pembeli itu. Omset per hari mencapai<br />
puluhan juta rupiah. Demikian bila kebersamaan dibangun, jati diri pun terlahir, seperti<br />
motto <strong>Koperasi</strong> Utama Karya, “Maju Bersama Membangun Jati Diri”.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 65
KSP UTAMA KARYA<br />
Jepara, Central Java<br />
Togetherness Identity on<br />
the Earth of Kartini<br />
If you go to Jepara Regency, Central Java,<br />
stop by at Jl. Raya Bakalan No. 21<br />
Kalinyamatan. You will meet a two-storey<br />
building with modern-minimalist architectural<br />
design. This building looks clean and more<br />
prominent compared to the surrounding buildings.<br />
At a glance, there is an impression that<br />
such building belongs to national private company,<br />
or it is a private large company representative<br />
office. On the side yard up to backyard,<br />
there is a grocery store just like a supermarket.<br />
Such building is the head office of Save<br />
Loan Cooperation (KSP) of Utama Karya. It<br />
wouldn’t be incorrect if we concluded that the<br />
building appearance represents the performance<br />
of the cooperation that was established<br />
in 2004. The greatness of such building<br />
is at the same describes the dedication<br />
of the administrators and management of<br />
KSP Utama Karya, in developing their business.<br />
Performance of this cooperation is the<br />
best in Central Java.<br />
As a save loan cooperation, Utama Karya<br />
is still young. Its chief is Various Business Cooperation<br />
(KSU) of Utama Karya that was established<br />
in 1993, which now owns 7 branches,<br />
scattered in a number of regencies/cities in<br />
Central Java.<br />
The presence of KSP Utama Karya is<br />
indeed relevant with Jepara Regency potential<br />
that has many types of agribusiness business,<br />
such as agriculture and handicraft. No<br />
wonder when an opportunity such as Capital<br />
Strengthening Program for Save Loan Cooperation<br />
(KSP) in Agribusiness came, it did<br />
not go to waste. Cooperation, Small Middle<br />
Scale Enterprises and Jepara have a large<br />
role in determining which cooperation is en-<br />
titled and can be trusted to manage such fund<br />
utilization. Such decision of Cooperation Service<br />
and Market Management is reasonable<br />
since KSP Utama Karya has worked professionally.<br />
Now this Cooperation asset in total<br />
is around Rp 80 billion.<br />
Save Loan Cooperation of Utama Karya<br />
is separate in terms of autonomy from Utama<br />
Karya Cooperation as the chief. As a holding<br />
company, Utama Karya Cooperation is engaged<br />
in trading. From here, indeed, cooperation<br />
capital movement rocketed. As a<br />
record, Utama Karya Cooperation now owns<br />
the Largest Grocery Store in Jepara Regency.<br />
Going back to KSP Utama Karya, the distribution<br />
of strengthening fund in the amount<br />
of Rp 1 billion (received in 2004) to members<br />
who are engaged in agribusiness and any<br />
other real sectors was not a difficult matter<br />
for KSP Utama Karya.<br />
One of cooperation members who obtain<br />
benefit from the above program is<br />
Sutomo, 48 year, a weaving craftsman in<br />
Troso Village, Pecangakan District. This village<br />
is indeed has been famous for its weaving<br />
products since 1935. “I am obviously very<br />
lucky to be able to obtain such business capital<br />
with requirements that facilitate me,” admit<br />
Sutomo, the craftsman whose products<br />
have been marketed up to Bali.<br />
Now, principal powers in Utama Karya<br />
Save Loan Cooperation management are<br />
youngsters. Pioneer generation is only at administrator<br />
array. Reports from Jateng Bank<br />
Jepara Branch who acts as a partner in this<br />
agribusiness scrolling fund capital strengthening<br />
program say that KSP Utama Karya has<br />
fulfilled its obligation well and it is never in<br />
arrears.<br />
66<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Kantor KSP Utama Karya<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 67
Kantor KSP Bina Ummat <strong>Sejahtera</strong>, Rembang<br />
KOPERASI SIMPAN PINJAM<br />
BINA UMMAT SEJAHTERA (BUS)<br />
Lasem, Kabupaten Rembang, Provinsi Jawa Tengah<br />
Tangan-tangan Dingin di Ujung<br />
Timur Pantura<br />
Kening Haji Saleh berkerut ketika<br />
menghadapi jalan buntu untuk<br />
mendapatkan dana secara cepat bagi<br />
sekitar 40 hektar lahan tebu miliknya dan<br />
sembilan petani di kelompoknya. Petani pada<br />
umumnya tidak bankable. Ia sadar betul soal ini,<br />
dan proses mengurus kredit di bank pun tak<br />
mudah.<br />
Namun, guratan-guratan di dahinya segera<br />
berubah ketika telepon genggamnya berdering.<br />
“Alhammdulillah, pengajuan pinjaman saya dan<br />
teman-teman disetujui,” ucap Saleh usai<br />
membaca sebuah pesan pendek dari seorang<br />
petugas koperasi simpan pinjam yang dikelola<br />
dengan sistem Syariah: <strong>Koperasi</strong> Jasa<br />
Keuangan Syariah (KJKS) Bina Umat <strong>Sejahtera</strong><br />
(BUS) Lasem atau juga dikenal sebagai <strong>Koperasi</strong><br />
Simpan Pinjam (KSP) Bina Umat <strong>Sejahtera</strong>.<br />
“Pinjaman seperti ini sungguh sangat<br />
membantu kami. Kesulitan kami terutama untuk<br />
membeli pupuk. Saya dan teman-teman kan baru<br />
panen setelah menunggu 11 bulan. Panen<br />
pertama itu baru untuk menutupi ongkos<br />
produksi. Jadi, kalau dihitung-hitung, selama<br />
masa itu kami makan apa” ucap Haji Saleh.<br />
Kenangan itu terjadi pada tahun 2005.<br />
68<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Beberapa bulan sebelumnya, ia dan temanteman<br />
memang telah mendengar tentang adanya<br />
dana pinjaman Rp 1 miliar dari Kementerian<br />
<strong>Koperasi</strong> dan Usaha Kecil dan Menengah yang<br />
akan diterima KJKS BUS Lasem untuk<br />
pengembangan usaha agribisnis/ sektoral. Saleh<br />
dan kawan-kawan sendiri telah lama menjadi<br />
anggota koperasi tersebut. Mereka merasa<br />
cocok karena sistem diterapkan KJKS BUS itu<br />
menggunakan sistem syariah.<br />
Sistem Bagi Hasil<br />
Hatta, maka kelompok tani yang ia pimpin<br />
mendapat pinjaman sebesar Rp 150 juta. Jika<br />
dirata-rata, setiap orang mendapat pinjaman<br />
sebesar Rp 15 juta. Hitung-hitungannya<br />
sederhana. Sepuluh orang dalam kelompok<br />
petani tebu itu paling tidak harus membeli 30<br />
sampai 40 ton pupuk. Belum lagi untuk ongkos<br />
pengelolaan lahan, seperti membalikkan tanah<br />
(dangir) dan membikin tangkep (gundukan tanah<br />
memanjang untuk ditanamani tebu).<br />
Selain untuk pupuk, para petani tebu juga<br />
harus mengeluarkan biaya tebang dan angkut<br />
Rp 3.000.000, dan biaya giling Rp 1.300.000.<br />
Rata-rata, per satu ha lahan menghasilkan 60<br />
ton batang tebu. Jika direkapitulasi, biaya tanam<br />
tebu pada saat ini sekitar Rp 4.500.000 per<br />
hektar per musim tanam (11 bulan) dengan<br />
perhitungan jangka waktu hanya tiga kali panen.<br />
Dengan rendemen 7,5% dan harga gula Rp<br />
3.000 per kg, maka total biaya yang harus<br />
ditanggung petani sekitar Rp 5.280.000.<br />
Pendapatan petani sekitar Rp 3.810.000 per<br />
hektar.<br />
Berdasarkan hitung-hitungan seperti itu,<br />
maka antara anggota dan KSP BUS lalu<br />
membuat akad kredit. Mereka bersepakat untuk<br />
memberikan keuntungan kepada <strong>Koperasi</strong><br />
setara dengan nilai 2%. “Anggota kami di sini<br />
sudah akrab dengan akad kredit seperti ini,” tutur<br />
Martono, Manajer Kredit KSP BUS Lasem.<br />
Nilai pinjaman tersebut memang atas nama<br />
kelompok. Namun, pemanfaatan dana tersebut<br />
dibagi sesuai kebutuhan masing-masing<br />
anggota. “Kelebihan dari sistem kelompok ini<br />
adalah pertanggungjawaban terhadap kami lebih<br />
terjamin. Sebab, masing-masing pemanfaat<br />
pinjaman akan menjadi tanggung jawba bersama<br />
kelompok. Dan, berdasarkan pengalaman<br />
selama ini cukup efektif,” tutur Martono<br />
menambahkan.<br />
Anggota kelompok petani tebu tak lagi<br />
menjual kepada pabrik gula dalam bentuk<br />
batang tebu, melainkan kepada anggota lain<br />
dalam satu kelompok yang memiliki mesin<br />
produksi gula. Gula tebu ini, selain bisa langsung<br />
Pabrik gula tebu milik salah satu anggota KSP BUS Lasem<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 69
Batik Lasem, karya anggota koperasi KSP BUS Lasem<br />
dijual ke pasar, juga dibeli perusahaan pembuat<br />
kecap. Bahkan, Haji Saleh memproduksi kecap<br />
dari bahan dasar gula tebu itu untuk memenuhi<br />
pasar di Kabupaten Rembang dan sekitarnya.<br />
“Jadi, keuntungan tidak pergi ke mana-mana,”<br />
kata Haji Saleh.<br />
Menjadi Mitra Usaha Kecil-Menengah<br />
KSP BUS Lasem memang memiliki<br />
kepedulian cukup tinggi dalam menumbuhkan<br />
sektor agrobisnis/ sektoral. KSP BUS Lasem juga<br />
tidak mengalami kesulitan dalam menyalurkan<br />
dana agribisnis/ sektoral ini. Di Lasem pada<br />
khususnya, dan Rembang pada umumnya,<br />
terdapat sejumlah anggota yang telah bergerak<br />
di bidang yang dimaksud.<br />
Selain disalurkan kepada petani tebu, KSP<br />
juga menawarkan pemanfaatan dana Rp 1 miliar<br />
tersebut kepada sejumlah penggiat agri-industri.<br />
Seperti pada kisah petani tebu, perajin terasi<br />
biasanya membutuhkan modal untuk membeli<br />
bahan baku berupa udang kering dan ongkos<br />
produksi. Joyo Kasmita (50), misalnya, bisa<br />
menghabiskan 7 kwintal udang kering dalam<br />
satu pekan. Industri rumahan ini memiliki 7<br />
karyawan yang dibayar dengan sistem borongan.<br />
Pada umumnya, para perajin yang telah memiliki<br />
pelanggan itu tidak mengalami kesulitan untuk<br />
mengembalikan pinjaman mereka.<br />
Demikian juga pengalaman anggota<br />
<strong>Koperasi</strong>, Nurhidayah, seorang pengelola usaha<br />
batik tulis Lasem. Ia bahkan mempekerjakan 30<br />
pembatik. “Saya membayar karyawan berdasarkan<br />
hasil pekerjaan per potong. Mereka<br />
membawa kain dan semua kelengkapan dari sini<br />
untuk kemudian mengolahnya sesuai desain dari<br />
saya. Jika desainnya rumit, kami akan<br />
membayar lebih mahal ketimbang batik yang<br />
modelnya biasa,” tutur Nurhidayah, pengusaha<br />
kecil/ perajin batik di Desa Ngemplak, Lasem.<br />
Manajemen Solid dan Inovatif<br />
Faktor penting keberhasilan KSP BUS<br />
dalam mengelola dana koperasi adalah manajemen<br />
yang solid. Pengelolaannya bertangan<br />
dingin. Ini bisa dimengerti bila melihat usia<br />
koperasi yang hampir dua puluh tahun sukses<br />
mengelola dana masyarakat dengan sistem<br />
syariah (Bank Muamalat Takaful-BMT).<br />
Peningkatan kemampuan sumber daya<br />
manusia memang menjadi prioritas di koperasi<br />
ini. Secara berkala, para manajer dan staf<br />
mendapat berbagai training. Bahkan BMT BUS<br />
70<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Terasi udang, salah satu produk usaha anggota KSP BUS Lasem<br />
sendiri juga membuka jasa konsultasi-pelatihan<br />
pengelolaan lembaga keuangan nonbank secara<br />
modern. Beberapa telah bersertifikat.<br />
“Di kami, secara bergiliran, setingkat kasi<br />
dan manajer diberikan kesempatan untuk<br />
meningkatkan kapasitas atau kompetensi, yakni<br />
dengan disekolahkan. Kita dapat fasilitas<br />
beasiswa, katakan begitu, 50% biaya kuliah dari<br />
<strong>Koperasi</strong>,” kata Martono.<br />
Selain manajemen, KSP juga senantiasa<br />
memberikan pelayanan terbaik kepada anggota.<br />
Salah satu inovasi yang langka bagi sebuah<br />
koperasi adalah penyediaan anjungan tunai<br />
mandiri (ATM). Bahkan, <strong>Koperasi</strong> sudah memiliki<br />
ATM sendiri, satu unit. Pelayanan ini sudah setara<br />
dengan lembaga perbankan di tingkat unit atau<br />
kantor cabang pembantu.<br />
Kinerja yang baik lantaran didukung sumber<br />
daya berkemampuan memadai telah mengantarkan<br />
<strong>Koperasi</strong> ini sebagai salah satu koperasi<br />
terbaik di Jawa Tengah, bahkan mungkin di Indonesia.<br />
Bagaimana dengan cicilan pinjaman Rp 1<br />
miliar untuk agribisnis “Alhamdulillah, lancar,”<br />
kata Martono. Kalau ada lagi, kami tak kesulitan<br />
menyalurkan dana tersebut,” tutur Martono<br />
menantang setengah bercanda.<br />
KSP Bina Ummat <strong>Sejahtera</strong><br />
Alamat<br />
Berdiri : Tahun 1996<br />
Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004<br />
Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />
Ketua<br />
Jumlah Karyawan<br />
: Jl Raya No. 1 Lasem, Kab. Rembang,<br />
Provinsi Jawa Tengah<br />
: H. Abdullah Yazid<br />
: 200 orang<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 71
PROSPEROUS BUSINESS DEVELOPMENT SAVE<br />
LOAN COOPERATION<br />
Lasem, Rembang, Central Java<br />
Cold Hands at the East Tip of<br />
Pantura<br />
Haji Saleh frowned when he faced a<br />
dead end to obtain fund quickly for<br />
around 40 hectares of sugar cane<br />
land of his and nine farmers of his group.<br />
Generally farmers are not bankable. He was<br />
fully aware of this fact, and the process of<br />
credit administration at the bank is not an easy<br />
matter either. However, the facial wrinkles of<br />
his forehead soon changed when his cellular<br />
phone rang. “Thank God, the load submission<br />
from me and my friends is approved, “<br />
said Saleh after reading a short message from<br />
an official of save loan cooperation managed<br />
using Sharia system: Sharia Financial Service<br />
Cooperation (KJKS) Prosperous Community<br />
Development (BUS) of Lasem or also known<br />
as Save Loan Cooperation (KSP) of Bina<br />
Umat <strong>Sejahtera</strong>.<br />
In its operation, KSP BUS Lasem applies<br />
farmer group system. One group may obtain<br />
loan in the amount of Rp 150 million. In average,<br />
each person obtains loan in the amount<br />
of Rp 15 million. Farmers group and KSP BUS<br />
then draw up a credit contract. They agreed<br />
to provide profit for the Cooperation which is<br />
equivalent to 2% value.<br />
Such loan value was indeed on behalf<br />
of the group. However, such fund utilization<br />
was distributed in accordance with each<br />
member’s needs. “The advantage of this group<br />
system is that the accountability towards us<br />
is more secured, since each loan utilization<br />
will be the joint responsibility of the group. In<br />
addition, it is based on the effective experience<br />
that we have had,” said Martono.<br />
Sugar cane farmers group members no<br />
longer sell to the sugar factory in the form of<br />
sugar cane, instead they sell their crops to<br />
other members in one group who have sugar<br />
producer machines. This sugar cane, in addition<br />
to be able to be sold directly at the market,<br />
it may also be bought by soy bean sauce<br />
manufacturer companies.<br />
Becoming Small-Middle Scale Business Partner<br />
KSP BUS Lasem indeed has high level<br />
of care in growing agribusiness /sector. KSP<br />
BUS Lasem also does not experience difficulties<br />
in distributing this agribusiness/sector<br />
fund. Particularly in Lasem, and generally in<br />
Rembang, there are members who have engaged<br />
in the concerned field. In addition to<br />
distributing to sugar cane farmers, KSP also<br />
offers fund utilization of such Rp 1 billion to a<br />
number of agribusiness-industry activators.<br />
The important factor of KSP BUS success<br />
in managing its cooperation fund is its solid<br />
management. The managers have cold hands.<br />
This could be understood considering the age<br />
of the cooperation which has nearly twenty<br />
years managed community fund using sharia<br />
system (Bank Muamalat Takaful-BMT).<br />
The favorable performance due to the<br />
support of appropriate resources has delivered<br />
this Cooperation as one of the best cooperations<br />
in Central Java, possibly even in<br />
Indonesia. What about the installment of Rp<br />
1 billion for agribusiness “Thank God it has<br />
gone well,” said Martono. If there is another<br />
fund granted, we will not face any difficulty in<br />
distributing such fund,” challenged Martono<br />
jokingly.<br />
72<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Aktivitas produksi batik pada sebuah worksop yang dikelola oleh anggota KSP BUS Lasem<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 73
74<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
JAWA TIMUR<br />
East Java<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 75
Kantor KSP Lestari Mandiri, Kota Malang, Jawa Timur<br />
KSP LESTARI MANDIRI<br />
Kota Malang, Provinsi Jawa Timur<br />
Sukses dengan Sistem<br />
Tanggung Renteng<br />
Rasanya tidak berlebihan jika Yudi<br />
Pujianto punya rasa fanatisme yang<br />
besar terhadap eksistensi <strong>Koperasi</strong><br />
Simpan Pinjam (KSP) Lestari Mandiri. Ketika<br />
usaha penggilingan padi yang ia kelola perlu<br />
pengembangan modal, ia meminjam modal dari<br />
koperasi. Ketika itu tahun 2000, ia meminjam<br />
sejumlah dana dari Usaha Simpan Pinjam (USP)<br />
Lestari Mandiri. Dan, ketika usahanya sempat<br />
mengalami gonjang-ganjing karena ditipu mitra<br />
kerja pada tahun 2008, lagi-lagi ia mendapatkan<br />
pinjaman dari KSP Lestari Mandiri, yang dulu<br />
bernama USP Lestari Mandiri. Usaha yang ia<br />
kelola pun selamat dari kebangkrutan. “”Di saat<br />
aku jatuh, hanya koperasi yang setia<br />
membantuku,” ungkap Yudi Pujianto, pemilik<br />
usaha penggilingan gabah (selep) di kawasan<br />
Singosari, Kabupaten Malang. Yudi Pujianto<br />
merupakan salah satu contoh warga masyarakat<br />
di Kabupaten Malang yang taraf hidupnya<br />
terangkat setelah bersinergi dengan koperasi,<br />
dalam hal ini KSP Lestari Mandiri.<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Lestari Mandiri<br />
merupakan salah satu koperasi peserta Program<br />
Pengembangan Pengusaha Mikro dan Kecil<br />
melalui Perkuatan Modal KSP di sektor<br />
Agribisnis. Pada tahun 2003, koperasi ini<br />
menerima pinjaman dana bergulir dari Pe-<br />
76<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Suasana kantor pelayanan KSP Lestari Mandiri<br />
merintah melalui Kementerian Negara <strong>Koperasi</strong><br />
dan UKM sebesar Rp 1 miliar. <strong>Koperasi</strong> simpan<br />
pinjam ini merupakan reinkarnasi dari Unit<br />
Simpan Pinjam (USP) <strong>Koperasi</strong> Citra Lestari<br />
Mandiri. Pada tahun 2004, berdasarkan SK<br />
Bupati Malang nomor SK 180/ 863/ KOP/KEP/<br />
421.012/2004 tanggal 11 November 2004, USP<br />
Lestari Mandiri berubah status menjadi KSP<br />
Lestari Mandiri. Perubahan ini merupakan<br />
amanat dari Keputusan Menteri Negara <strong>Koperasi</strong><br />
dan UKM No. 143.1/Kep/M.KUKM/XI/2003, yang<br />
salah satu pasalnya menyebutkan bahwa USP<br />
<strong>Koperasi</strong> penerima dana perkuatan bersedia<br />
mengubah badan hukumnya menjadi <strong>Koperasi</strong><br />
Simpan Pinjam.<br />
Menurut Ketua KSP Lestari Mandiri,<br />
Khulsum Hidayati, dari pinjaman dana bergulir<br />
senilai Rp 1 miliar itu, hingga saat ini jumlah<br />
pengembalian yang telah dilakukan oleh KSP<br />
Lestari Mandiri sudah mencapai Rp 500 juta.<br />
“Kami melakukan pengangsuran bunga setiap<br />
bulan, sedangkan angsuran simpanan pokok<br />
kami lakukan pada setiap tahun,” ungkap<br />
perempuan sarjana ekonomi ini. Jika diukur dari<br />
profil keuangan KSP ini siapapun akan sepakat<br />
untuk menyatakan bahwa KSP Lestari Mandiri<br />
adalah koperasi berkinerja bagus. Dengan<br />
jumlah anggota sudah mencapai 4.268 orang,<br />
kemudian aset mencapai Rp 7,2 miliar,<br />
perputaran simpan pinjam pada KSP ini<br />
mencapai Rp 10,8 miliar pada tahun 2008 lalu.<br />
Tidak hanya membiayai permodalan bagi usaha<br />
anggotanya di sektor agribisnis, KSP ini juga<br />
membiayai permodalan di sektor jasa, seperti<br />
jasa katering, salon, dan percetakan.<br />
Masih menurut Khulsum Hidayati, salah satu<br />
kunci keberhasilan para pengurus dalam<br />
mengelola KSP ini adalah penerapan sistem<br />
tanggung renteng. “Sistem tanggung renteng<br />
sebagai tujung tombak keberhasilan kami, sistem<br />
itu berhasil menekan pinjaman yang macet,” jelas<br />
Khulsum Hidayati. Dalam sistem itu, koperasi<br />
tidak memberikan pinjaman secara perorangan,<br />
melainkan secara kelompok. Satu kelompok<br />
terdiri dari 15 hingga 30 orang anggota koperasi.<br />
Dengan cara ini, setiap anggota KSP Lestari<br />
Mandiri otomatis menjadi anggota kelompok<br />
tanggung renteng.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 77
Dengan cara ini maka jika ada anggota<br />
yang kesulitan melakukan pengangsuran<br />
pinjaman maka anggota lain dalam satu<br />
kelompok ikut menanggung resiko. Dengan<br />
demikian potensi pinjaman macet bisa ditekan.<br />
Kelebihan lain, pengurus koperasi pun lebih<br />
mudah melakukan pembinaan terhadap anggota<br />
koperasi yang tergabung dalam 267 kelompok<br />
itu. “Lebih mudah mengatur jadwal kunjungan<br />
ke 267 kelompok ketimbang ke empat ribuan<br />
anggota,” ujar Khulsum Hidayati. Mekanisme<br />
tanggung renteng ini oleh para pengurus dan<br />
anggota KSP dianggap sangat ‘Indonesia’.<br />
“Kebersamaan, kegotongroyongan, dan kekeluargaan<br />
adalah semangat dari tanggung<br />
renteng,” ungkap Julia Maris Herdiyanti, salah<br />
seorang anggota KSP Lestari Mandiri, yang<br />
memiliki usaha konsultan jasa pesta pernikahan<br />
(wedding consultant) itu.<br />
Setiap kelompok memiliki jadwal rutin<br />
pertemuan bulanan. Selain untuk saling bertukar<br />
informasi, para anggota biasanya melakukan<br />
penyetoran angsuran pinjaman, pada forum<br />
bulanan itu. Hasil setoran angsuran yang<br />
terkumpul itu kemudian dibawa oleh perwakilan<br />
kelompok untuk disetorkan ke kantor KSP Lestari<br />
Mandiri. Cara seperti ini merupakan konsekwensi<br />
dari sistem pinjaman yang disalurkan melalui<br />
kelompok, meskipun pinjaman itu dialokasikan<br />
untuk anggota tertentu. Besar pinjaman<br />
permodalan yang diberikan melalui kelompok itu<br />
maksimal Rp 8 juta per anggota dengan jangka<br />
waktu pengembalian selama 24 bulan. Bagi<br />
anggota yang memerlukan jumlah pinjaman lebih<br />
dari ketentuan itu maka KSP mensyaratkan<br />
jaminan baginya. Sebagai catatan, besar bunga<br />
pinjaman ditetapkan maksimal 2%.<br />
***<br />
Saat ini keluarga besar KSP Lestari Mandiri<br />
mulai bisa menikmati hasil kebersamaan mereka<br />
mengelola koperasi. Tak hanya para pengurus,<br />
para anggota koperasi pun ikut menikmati hasil<br />
kerja keras mereka. Salah satu bentuk kerja<br />
keras itu di antaranya bangunan dua lantai<br />
seluas 400 m² yang kini menjadi Kantor KSP<br />
Lestari Mandiri. Bangunan itu dibeli dari hasil<br />
Mekanisme tanggung renteng oleh para pengurus dan anggota KSP dianggap sangat ‘Indonesia’.<br />
78<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Contoh-contoh kartu undangan produk wedding consultant yang dikelola Julia Maris Herdiyanti, anggota KSP Lestari Mandiri<br />
urunan (patungan) anggota selama 18 bulan.<br />
“Dari urunan yang hanya Rp 2.000 per orang<br />
per bulan, akhirnya kami bisa membangun<br />
sebuah kantor yang layak,” kata Khulsum<br />
Hidayati seraya tersenyum.<br />
Namun, kesuksesan itu tak lantas menyilaukan<br />
para pengurus dan anggota KSP Lestari<br />
Mandiri. Apalagi, tingkat kompetisi antarkoperasi<br />
di Malang cukup tinggi. Kehadiran bank-bank<br />
perkreditan rakyat, yang menjanjikan bunga<br />
rendah, juga menjadi tantangan tersendiri.<br />
“Yang jelas, kami bekerja keras untuk melayani<br />
anggota dengan pelayanan seoptimal mungkin,”<br />
ungkap Khulsum. Bahkan, KSP Lestari Mandiri<br />
terus berusaha menambah jumlah anggota<br />
dengan menerapkan cara member get member,<br />
yang artinya anggota merekrut anggota baru.<br />
Cara itu ditempuh untuk melebarkan sayap<br />
pelayanan KSP Lestari Mandiri di antara derap<br />
kompetisi 600-an koperasi di seantero Malang.<br />
Bagaimana kelanjutan cerita KSP Lestari Mandiri<br />
kelak, jawabannya ada pada seluruh pemangku<br />
kepentingan KSP Lestari Mandiri.<br />
KSP Lestari Mandiri<br />
Alamat<br />
: Jl. Dr. Cipto No.24 Kec. Lawang<br />
Kab. Malang, Provinsi Jawa Timur<br />
Berdiri : 31 Juli 1999<br />
Badan Hukum<br />
: 180/863/KUP/KEP/421.012/2004<br />
Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2003<br />
Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />
Ketua<br />
: Khulsum Hidayati, SE<br />
Jumlah Anggota : 4.268 orang<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 79
Yudi Pujianto anggota KSP Lestari Mandiri, pemilik usaha penggilingan padi<br />
Bangkit Bersama <strong>Koperasi</strong><br />
Seperti tulisan pembuka pada profil sukses KSP Lestari Mandiri, Yudi Pujianto<br />
adalah salah satu anggota yang telah menjadikan KSP Lestari Mandiri<br />
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kisah hidupnya. Betapa tidak,<br />
usaha penggilingan gabahnya bisa maju seiring dengan perkuatan modal yang ia<br />
terima dari KSP Lestari Mandiri. Bahkan, ketika ia rugi hingga Rp 1 miliar karena<br />
ditipu mitra bisnisnya, KSP Lestari Mandiri kembali hadir sebagai ‘dewa penyelamat’.<br />
Usaha selep atau penggilingan gabah yang ia kelola kini telah mempekerjakan 12<br />
orang dengan produksi rata-rata sebesar 8 ton per hari.<br />
Puji pun bercerita tentang masa-masa sulit yang pernah dihadapinya ketika ia<br />
harus menghadapi jurang kebangkrutan akibat penipuan yang dilakukan mitra<br />
bisnisnya. “Uang habis, saya tak mampu membeli gabah. Orang pun tidak berani<br />
menjual gabahnya kepada saya karena takut tak dibayar,” kenang Puji. Yang<br />
membuat bebannya semakin berat, ketika itu tak satu pihak pun yang mau<br />
membantunya hingga akhirnya sebuah telpon datang dari kantor KSP Lestari Mandiri.<br />
“Saya ingat betul, waktu itu Ibu Khulsum menelpon saya menawarkan bantuan,”<br />
lanjut Puji. Kini, usaha selep yang ia kelola pun kembali eksis. Dalam sebulan ia<br />
bisa menghasilkan laba kotor hingga Rp 50 juta perbulan.<br />
80<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
KSP Lestari Mandiri<br />
Malang, East Java<br />
Success with Joint<br />
Responsibility System<br />
It wouldn’t be exaggerating if Yudi Pujianto<br />
had the feeling of huge fanaticism towards<br />
the presence of Save Loan Cooperation<br />
(KSP) of Lestari Mandiri. When rice mill that<br />
he managed needed capital development,<br />
he borrowed capital from cooperation. At the<br />
time it was 2000, he borrowed fund from<br />
Save Loan Business (USP) of Lestari<br />
Mandiri. When his business went through ups<br />
and downs since he was deceived by his<br />
business partner in 2008, again he obtained<br />
loan from KSP Lestari Mandiri, which used<br />
to be known as USP Lestari Mandiri. The<br />
business that he managed was saved from<br />
bankruptcy. “When I fell, only cooperation<br />
that was there to help me,” said Yudi<br />
Pujianto, business owner of rice mill, whose<br />
life standard was lifted after synergizing with<br />
cooperation, in this matter KSP Lestari<br />
Mandiri.<br />
Lestari Mandiri Save Loan Cooperation<br />
is one of cooperations participating in Micro<br />
and Small Entrepreneur Development Program<br />
through KSP Capital Strengthening in<br />
Agribusiness sector. This save loan cooperation<br />
is the reincarnation of Save Loan Unit<br />
(USP) of Citra Lestari Mandiri Cooperation.<br />
In 2003, this cooperation received scrolling<br />
fund from the Government through State<br />
Ministry of Cooperation and Small Middle<br />
Scale Enterprises in the amount of Rp 1 billion.<br />
According to Chairman of KSP Lestari<br />
Mandiri, Khulsum Hidayati, from such scrolling<br />
fund loan in the amount or Rp 1 billion,<br />
up to now the amount of return that has been<br />
paid by KSP Lestari Mandiri has reached Rp<br />
500 million. With number of members of up<br />
to 4,268, then the asset reached Rp 7.2 bil-<br />
lion, the circulation of save loan in this KSP<br />
reached Rp 10.8 billion last year (2008).<br />
Still according to Khulsum Hidayati,<br />
one of the keys to the success of administrators<br />
in managing this KSP is the application<br />
of joint responsibility system. “Joint responsibility<br />
system as the tip of the spear of<br />
our success has been successful also in<br />
terms of pressing the non performing loan,”<br />
described Khulsum Hidayati. In such system,<br />
the cooperation does not provide individual<br />
loan, instead it is provided for groups. One<br />
group consists of 15 up to 30 cooperation<br />
members. This way each member of KSP<br />
Lestari Mandiri automatically becomes a<br />
member of joint responsibility.<br />
With this method if there is a member<br />
who faces difficulties in paying the loan installment,<br />
other members within the group<br />
will also bare the risk. Therefore the potential<br />
non performing loan can be pressed.<br />
Another advantage, cooperation administrators<br />
will find it easier to develop cooperation<br />
members who are united in such 267 groups.<br />
Each group has a regular schedule of<br />
monthly meeting. In addition to exchanging<br />
information, members usually make loan installment<br />
deposit in such monthly forum. The<br />
collected installment deposit is then carried<br />
by group representatives to be deposited to<br />
KSP Lestari Mandiri.<br />
The amount of capital provided through<br />
such groups is at a maximum of RP 8 million<br />
per member with the term of 24 months. For<br />
members who need more than the stipulated<br />
amount of loan, KSP will require security for<br />
them. As a note, the amount of loan interest<br />
is stipulated at a maximum of 2%.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 81
82<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
NUSA TENGGARA BARAT<br />
West Nusa Tenggara<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 83
Petani tembakau anggota KSP Karya Mandiri ketika hasil panen tembakau yang sudah siap untuk dikeringkan<br />
KSP KARYA MANDIRI<br />
Kec. Jerowaru, Kab. Lombok Timur<br />
Nusa Tenggara Barat<br />
Maju Bersama Petani Tembakau<br />
dan Rumput Laut<br />
Komoditas rumput laut tak hanya sedang<br />
naik daun. Harga rumput laut yang sejak<br />
beberapa terakhir ini terus naik<br />
membuat para nelayan di wilayah pesisir Lombok<br />
Timur mengaku menjadi petani rumput laut lebih<br />
menguntungkan daripada nelayan.<br />
Di sepanjang kawasan pantai di Kecamatan<br />
Jerowaru, sejumlah nelayan yang kini beralih<br />
profesi menjadi petani rumput laut tampak<br />
bergairah. Betapa tidak, harga komoditi rumput<br />
laut yang kini menjadi salah satu komoditas<br />
ekspor unggulan itu harganya terus meningkat.<br />
Padahal para petani rumput laut di wilayah<br />
tersebut tidak pernah menuntut kepada<br />
pengepul, yang datang langsung ke dusun<br />
mereka agar harga rumput laut dinaikan.<br />
Sebagai gambaran, harga rumput laut<br />
basah dijual Rp 1.000 per kilogram, sedangkan<br />
yang kering harganya bisa mencapai Rp.6.400<br />
s/d Rp.7.000 rupiah per kilogram. Saat musim<br />
kemarau rumput laut cukup dikeringkan selama<br />
dua hari.<br />
Di Jerowaru, para petani rumput laut itu<br />
sebagian di antaranya adalah anggota <strong>Koperasi</strong><br />
Simpan Pinjam (KSP) Karya Mandiri. Sebagian<br />
besar dari mereka, bahkan, bisa mengembangkan<br />
usaha budidaya rumput laut setelah memperoleh<br />
suntikan modal usaha kecil dari KSP tersebut,<br />
84<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Anggota KSP Karya Mandiri ketika memanen rumput laut<br />
terutama melalui perkuatan modal dana bergulir<br />
Program Agribisnis/Sektoral.<br />
KSP Surya Mandiri merupakan satu dari 14<br />
KSP berbasis agribisnis penerima kucuran dana<br />
perkuatan sebesar Rp 1 miliar tersebut. <strong>Koperasi</strong><br />
yang diketuai Ahmad Zulyadaen ini memperoleh<br />
kucuran dana perkuatan modal tersebut pada<br />
tahun 2004. Dana bergulir itu kemudian<br />
disalurkan kepada 80 petani untuk<br />
menghidupkan kebun tembakau dan budidaya<br />
rumput laut. Selain dua jenis usaha agribisnis<br />
itu, ada juga petani padi yang menerima pinjaman<br />
bergulir dari KSP Surya Mandiri. Menurut Ahmad<br />
Zulyadaen, setiap peminjam dikenai biaya bunga<br />
rata-rata sebesar 2 % per bulan. Kelebihan yang<br />
bisa dinikmati para petani atau nelayan anggota<br />
KSP ini adalah: “Bila pinjam di bank bisa sebulan<br />
baru cair. Di koperasi cepat cair, seminggu<br />
setelah disurvai.”<br />
Tak sulit bagi mereka untuk mengembalikan<br />
pinjaman modal usaha tersebut. Bayangkan,<br />
setiap petani rumput laut rata-rata memiliki lima<br />
rakit. Dalam setiap rakit rata-rata bisa<br />
menghasilkan tiga kwintal rumput laut basah.<br />
Tinggal hitung jika harganya mencapai Rp.6.400<br />
s/d Rp.7.000 rupiah per kilogram. Padahal, modal<br />
untuk membiayai satu rakit hanya berkisar Rp<br />
150 ribu.<br />
***<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Karya Mandiri<br />
berdiri sejak 11 September 2000. <strong>Koperasi</strong> ini<br />
semula merupakan KSU, yang berdasarkan<br />
Rapat Anggota kemudian berubah menjadi KSP<br />
pada tahun 2003. Perubahan tersebut<br />
dilakukan dengan pertimbangan agar usaha<br />
yang dikelola terfokus pada satu bidang usaha<br />
yakni memberikan layanan Simpan Pinjam.<br />
Seiring dengan perubahan status tersebut,<br />
akte pendirian KSP Karya Mandiri pun<br />
mengalami perubahan. Apalagi, setelah KSP ini<br />
membuka cabang di luar Lombok Timur, seperti<br />
di Kecamatan Praya, Lombok Tengah. Perluasan<br />
wilayah layanan itu jelas memerlukan<br />
pengesahan dari Dinas <strong>Koperasi</strong> dan UKM<br />
Propinsi NTB.<br />
Menurut Ahmad Zulyadaen, hingga akhir tahun<br />
2008, jumlah anggota KSP Karya Madiri berjumlah<br />
445 orang. Padahal pada saat berdiri pada tahun<br />
2000 jumlah anggotanya hanya 21 orang.<br />
Permodalan KSP Karya Mandiri berasal dari<br />
Simpanan Pokok, Simpanan Wajib, dan Dana<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 85
Cadangan dan Modal Penyertaan, yang saat<br />
berdirinya pada November 2000 tercatat Modal<br />
Awal sebesar Rp 21 juta. Selanjutnya per 31<br />
Desember 2001 jumlah modal meningkat menjadi<br />
menjadi Rp 36.125.000. Kemudian, hingga<br />
tahun 2008 jumlah permodalan sudah mencapai<br />
angka Rp. 1,564 miliar. Sedangkan modal dari<br />
luar yang bersumber dari Tabungan Sukarela<br />
Anggota/Calon Anggota dan Pinjaman yang<br />
diterima hingga 31 Desember 2008, tercatat<br />
sebesar Rp.6,796 miliar.<br />
Permodalan KSP Karya Mandiri yang<br />
bersumber dari luar meningkat drastis pada tahun<br />
2004 yakni menjadi senilai Rp.1,980 miliar setelah<br />
mendapat bantuan dana bergulir sektor Agrobisnis<br />
dari Kementerian Negara <strong>Koperasi</strong> dan UKM RI<br />
sebesar Rp 1 milyar. Dan, sejak saat itu pula<br />
dilakukan ekspansi besar-besaran dalam pelayanan<br />
pinjaman, yang otomatis mendorong semua sendi<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Karya Mandiri.<br />
Eskalasi volume usaha tersebut kini telah<br />
berkembang pesat. Jika pada akhir tahun 2001<br />
volume Usaha KSP Karya Mandiri berbentuk<br />
pinjaman yang diberikan kepada masyarakat<br />
sebesar baru senilai Rp.704 juta, maka per 31<br />
Desember 2008 lalu sudah melonjak menjadi<br />
sebesar Rp.14,592 miliar.<br />
Yang jelas, kemajuan pesat yang dialami<br />
KSP Karya Mandiri itu berbanding lurus dengan<br />
peningkatan kesejahteraan anggotanya. Di mata<br />
mereka, program perkuatan modal sektoral<br />
membuat para petani di Jerowaru semakin<br />
mudah mengakses pinjaman modal usaha. Lalu<br />
Jumairi, misalnya, yang petani tembakau di Desa<br />
Jerowaru. Menurut ia, selain bunga yang relatif<br />
rendah, yakni hanya 1,5 % prosedur peminjaman<br />
pun tak berbelit-belit. “Mudah dan cepat,” simpul<br />
Lalu Jumairi. Sebagai penerima pinjaman modal<br />
usaha, Lalu Jumairi berhasil meningkatkan skala<br />
produksi tembakaunya hingga 50 persen dari<br />
sebelumnya.<br />
Lalu Jumairi pun mengenang masa-masa<br />
ketika para petani tembakau di desanya harus<br />
berhubungan dengan para rentenir. Beberapa<br />
tahun silam, banyak di antara petani di desanya<br />
yang terjerat renternir, dengan bunga hingga 50<br />
% per 40 hari kerja. Bandingkan dengan program<br />
bantuan dana bergulir, yang paling tinggi hanya<br />
mengeluarkan 5% hingga 6% dari hasil usaha<br />
untuk mengembalikan angsuran ke koperasi.<br />
KSP Karya Mandiri<br />
Alamat<br />
: Kecamatan Jerowaru, Kab. Lombok<br />
: Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)<br />
Berdiri : 11 September 2000<br />
Badan Hukum<br />
: No: 518/31/BH/DISKOP DAN UKM/X/2004<br />
Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004<br />
Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />
Ketua<br />
: Ahmad Zulyadaen<br />
Jumlah Anggota : 445 orang<br />
Seorang anggota KSP Karya Mandiri merawat tanaman rumputlaut yang sudah hampir siap panen<br />
86<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
KSP KARYA MANDIRI JEROWARU DISTRICT<br />
East Lombok Regency<br />
Progressing Together With Tobacco<br />
and Seaweed Farmers<br />
Seaweed is not only a hot commodity at<br />
the market. The price of seaweed for<br />
the last couple of years has been increasing<br />
and made farmers in East Lombok<br />
coastal area admit that it is more profitable to<br />
be seaweed farmers than to be fishermen.<br />
Some of seaweed farmers in Jerowaru<br />
District, East Lombok, are members of Save<br />
Loan Cooperation (KSP) of Karya Mandiri.<br />
Most of them even develop seaweed cultivation<br />
business after obtaining business capital<br />
fund aid from such cooperation, mainly through<br />
scrolling fund strengthening of Agribusiness/<br />
Sector Program.<br />
KSP Surya Mandiri is one of KSP with<br />
agribusiness basis receiver of strengthening<br />
fund in the amount of Rp 1 billion. This cooperation<br />
led by Ahmad Zulyadaen obtained<br />
such capital strengthening fund in 2004. Such<br />
scrolling fund was then distributed to 80 farmers<br />
to revive tobacco plantation and seaweed<br />
cultivation business. In addition to those two<br />
agribusiness types, there are also rice farmers<br />
who obtain scrolling loan from KSP Surya<br />
Mandiri. Each loan is imposed with interest in<br />
the average amount of 2 % per month.<br />
Karya Mandiri Save Loan Cooperation<br />
was established on 11 September 2000. Initially<br />
this cooperation was a KSU, based on<br />
Members Resolution, which then changed to<br />
become KSP in 2003. Such change was conducted<br />
with the consideration to make the<br />
business managed focused on one field, i.e.<br />
providing Save Loan services. Along with such<br />
status change, KSP Karya Mandiri establishment<br />
deed was also amended. Moreover, after<br />
this KSP opened a branch outside East<br />
Lombok, such as in Praya District, Central<br />
Lombok. Such area expansion obviously<br />
needed ratification from Cooperation Service<br />
and UKM of NTB Province.<br />
Seaweed farmers in Jerowaru, East Lombok are<br />
members of KSP Karya Mandiri.<br />
Until the end of 2008, the number of<br />
members of KSP Karya Madiri had been 445.<br />
When it was established in 2000 the number<br />
of members was only 21. Volume escalation<br />
of KSP Karya Mandiri business keeps developing<br />
fast. At the end of 2001 Business Volume<br />
of KSP Karya Mandiri business in the<br />
form of loan provided to the community was<br />
only in the amount of Rp 704 million, then as<br />
per 31 December 2008 it went up to become<br />
Rp.14,592 billion.<br />
Obviously, such vast progress experienced<br />
by KSP Karya Mandiri is parallel with<br />
the increase of its members’ prosperity. To<br />
them, sector capital strengthening program<br />
makes farmers in Jerowaru find it easier to<br />
access business capital loan. Lalu Jumairi,<br />
for example, who is a tobacco farmer in<br />
Jerowaru Village opines that in addition to its<br />
relatively low interest, i.e. 1.5% up to []%,<br />
the loan procedures are not complicated.<br />
“Easy and fast,” concluded Lalu Jumairi. As<br />
a business capital loan receiver, Lalu Jumairi<br />
has been successful in increasing his tobacco<br />
production scale up to 50 percent from previous<br />
production.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 87
Kesibukan di KSP Rinjani Perkasa, Lombok Timur<br />
KSP RINJANI PERKASA<br />
Kec. Selong, Kab.Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat<br />
Sahabat Petani di Lereng Rinjani<br />
Lombok Timur identik dengan banyak hal.<br />
Salah satunya adalah tembakau virginia.<br />
Separuh potensi tanaman tembakau<br />
virginia di pulau Lombok yang seluas 58.000<br />
hektar itu separuhnya ada di Lombok Timur,<br />
yakni seluas 29.000 hektare. Rata-rata tiap<br />
hektar ladang tembakau bisa menghasilkan dua<br />
ton. Karena potensinya itu, saat ini 15<br />
perusahaan pengelola dan pabrikan rokok besar<br />
dari Jawa yang membeli tembakau dari Lombok.<br />
Dari fakta yang ada, sekitar 70 persen petani<br />
tembakau di Lombok Timur telah menjadi binaan<br />
para perusahaan pengelola Intensifikasi<br />
Tembakau Virginia itu. Mereka yang 70% ini<br />
relatif tidak mengalami hambatan baik dalam<br />
aspek permodalan maupun pemasaran.<br />
Sebaliknya, yang 30% petani tembakau swadaya<br />
cukup sering mengalami hambatan dalam<br />
berproduksi, berupa hambatan permodalan,<br />
teknologi pengolahan yang minim, hingga<br />
pemasaran.<br />
Untuk kebutuhan modal, para petani<br />
tembakau swadaya itu terpaksa mengetuk pintu<br />
rumah para rentenir dengan bunga pinjaman<br />
hingga sebesar 50% per 40 hari kerja. Jelas,<br />
suku bunga pinjaman yang sebesar itu sangat<br />
mencekik petani. Fakta tentang hal itu juga<br />
dialami oleh para petani tembakau di Kecamatan<br />
Selong.<br />
Berangkat dari keprihatinan itu KSP Rinjani<br />
88<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Lahan pertanian padi yang dikelola oleh para anggota KSP Rinjani Perkasa dan permodalannya dibiayai melalui paket pinjaman<br />
musiman bagi para petani<br />
Perkasa didirikan. Pada awalnya, KSP tersebut<br />
merupakan unit simpan pinjam <strong>Koperasi</strong> Rinjani<br />
Perkasa yang telah berdiri sejak tahun 1995.<br />
<strong>Koperasi</strong> simpan pinjam yang berkantor di Desa<br />
Sandubaya ini pun segera menjadi solusi bagi<br />
para petani tembakau yang hampir tiap tahun<br />
mengaku kesulitan modal tadi. Betapa tidak, suku<br />
bunga pinjaman di KSP ini sangat rendah. Para<br />
petani peminjam cukup mengeluarkan rata-rata<br />
5% sampai 5% dari hasil panen untuk membayar<br />
angsuran pinjaman ke koperasi atau dengan<br />
bunga pinjaman yang hanya berkisar 1% hingga<br />
2 %. Selain suku bunga yang rendah, proses<br />
pencairan pinjaman pun tak serumit jika petani<br />
meminjam dari bank. Cara pengembaliannya pun<br />
lebih mudah. Selain paket pinjaman<br />
konvensional, KSP Rinjani Perkasa menyiapkan<br />
sebuah paket pinjaman musiman. Pada paket<br />
pinjaman musiman ini para petani mengangsur<br />
pinjamannya pada setiap musim panen dengan<br />
kisaran masa panen antara empat sampai tujuh<br />
bulan. Model pinjaman ini juga dikenal sebagai<br />
model pinjaman yarnen (bayar panen). Dari<br />
beberapa aspek, pinjaman model ini sangat<br />
meringankan petani, karena mereka tidak<br />
dibebani biaya bulanan. Besarnya jasa pinjaman<br />
dihitung sekaligus berdasarkan jangka waktu<br />
pinjaman dan dikembalikan bersama besarnya<br />
pinjaman.<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Rinjani Perkasa<br />
merupakan salah satu koperasi peserta program<br />
perkuatan permodalan pengusaha kecil dan<br />
mikro melalui dana bergulir agribisnis. Pada<br />
tahun 2003, KSP ini menerima pinjaman dana<br />
bergulir agribisnis senilai Rp 1 miliar. Sejak mulai<br />
menggulirkan dana senilai Rp 1 miliar tersebut,<br />
hingga buku ini disusun, jumlah outstanding<br />
pinjaman bergulir tersebut sudah mencapai Rp<br />
1,4 miliar, yang dialokasikan sebagai pinjaman<br />
permodalan untuk membiayai berbagai sektor<br />
usaha anggotanya, serta warga masyarakat<br />
yang bukan anggota KSP. Sementara itu, sejak<br />
tahun 2004 hingga tahun 2008 perputaran<br />
pinjaman, bahkan mencapai Rp 7 miliar. Selain<br />
untuk membiayai usaha kecil dan mikro sektor<br />
agribisnis, dana bergulir itu juga sudah<br />
dimanfaatkan untuk membiayai permodalan<br />
berbagai usaha sektor riil, seperti sektor<br />
perdagangan, restoran dan warung kecil.<br />
Sesuai dengan prinsip koperasi, KSP Rinjani<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 89
Perkasa melayani kebutuhan permodalan usaha<br />
di berbagai sektor yang dikelola masyarakat,<br />
mulai dari sektor pertanian, peternakan, kelautan<br />
hingga perdagangan. Namun, dari semua sektor<br />
itu, pembiayaan sektor agrobisnis memang yang<br />
terbesar karena mayoritas penduduk Selong<br />
yang bermatapencaharian petani. Pada musim<br />
penghujan mereka bertani padi, sedangkan<br />
pada musim kemarau berkebun tembakau. “Kami<br />
berusaha membantu masyarakat dengan memberikan<br />
kemudahan mendapatkan modal usaha,” kata Ketua<br />
<strong>Koperasi</strong> Rinjani Perkasa, Muhammad Idrus.<br />
Manfaat yang ditebarkan koperasi ini akhirnya<br />
menuai hasil. Sebagian besar warga di Selong,<br />
terutama yang pernah berhubungan dengan KSP<br />
Rinjani Perkasa, memuji kinerja KSP yang kini telah<br />
memiliki aset senilai Rp3,5 miliar itu. Harapan besar<br />
pun dipikul KSP ini. Para petani Selong berharap<br />
KSP Rinjani Perkasa adalah bagian penting dari<br />
perwujudan mimpi-mimpi mereka untuk menjadi<br />
petani-petani perkasa di lereng Rinjani. “Kami<br />
adalah sahabat para petani, kami ingin sahabatsahabat<br />
kami juga perkasa, seperti nama koperasi<br />
ini,” simpul Muhammad Idrus.<br />
Tanaman tembakau yang dikelola para petani tembakau KSP Rinjani Perkasa<br />
KSP Rinjani Perkasa<br />
Alamat<br />
: Kecamatan Selong, Lombok Timur, NTB<br />
Berdiri : 29 Desember 1998<br />
Badan Hukum<br />
: No: 11.a/BH/PAD/.DKP/08.5/XI/2004<br />
Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2003<br />
Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />
Total Aset<br />
: Rp3.485.196.718<br />
Ketua<br />
: Ir.H. M. Idus, MM<br />
Jumlah Anggota : 209 orang<br />
Jumlah Karyawan : 15 orang<br />
90<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
KSP RINJANI PERKASA AT SELONG REGENCY<br />
East Lombok – Nusa Tenggara Barat<br />
Farmers Best Fried at the Slope<br />
of Rinjani<br />
East Lombok is identical with many<br />
things. One of them is Virginian to<br />
bacco. Half of the potential of Virginian<br />
tobacco plants in Lombok island is in East<br />
Lombok, i.e. covering an area of 29,000<br />
hectare. In average, each tobacco plantation<br />
can produce up to two tons. Due to such<br />
potential, at this time there are 15 managing<br />
companies and large cigarette factories in<br />
Java that purchase tobacco from Lombok.<br />
From the present facts, approximately 70%<br />
of tobacco farmers in East Lombok have become<br />
the developed personnel by managing<br />
companies engaging in such Virginian<br />
Tobacco Intensification. This 70% does not<br />
face any obstacles both in capitalization and<br />
marketing aspects. On the contrary, the 30%<br />
of independent tobacco farmers often face<br />
obstacles in production, in the form of capitalization,<br />
minimum processing technology,<br />
up to marketing obstacles.<br />
For capital need, such independent tobacco<br />
farmers had to borrow from loan<br />
sharks with loan interest of 50% per 40 working<br />
days. It is obvious that such large loan<br />
interest made it more difficult for farmers.<br />
From such concern KSP Rinjani<br />
Perkasa was established in 1995. This Save<br />
Loan Cooperation with its office at<br />
Sandubaya Village then became the solution<br />
for tobacco farmers who almost each year<br />
had difficulties in capitalization matters. With<br />
very low loan interest rate in this KSP, borrower<br />
farmers only spend 5% of the harvest<br />
proceeds to pay loan installment to such cooperation<br />
or with loan interest of only approximately<br />
1% up to 2%. Besides the low interest<br />
rate, loan disbursement process is also not<br />
as complicated as if the farmers borrow from<br />
the bank. The return method is also easier.<br />
Farmers can also pay their loan installment<br />
in each harvest season with approximately<br />
harvest period of four up to seven months.<br />
This loan model is also known as yarnen loan<br />
model (harvest payment).<br />
Rinjani Perkasa Save Loan Cooperation<br />
is one of participating cooperations in<br />
small and micro entrepreneurs capitalization<br />
strengthening program participants through<br />
agribusiness scrolling fund. In 2003, this<br />
KSP received agribusiness scrolling fund<br />
loan in the amount of Rp 1 billion. Since commencing<br />
such fund scrolling in the amount<br />
of Rp 1 billion, until this book is composed,<br />
the amount of outstanding of such scrolling<br />
loan has been Rp 1.4 billion.<br />
In accordance to cooperation principal,<br />
KSP Rinjani Perkasa provides service in business<br />
capitalization need in various sectors<br />
managed by the community, starting from agriculture,<br />
animal farming, marine, up to trading<br />
sectors. However, from all such factors,<br />
agribusiness sector funding is the largest,<br />
since majority of Selong denizens work as<br />
farmers. In raining season they plant rice,<br />
whereas in hot season they plant tobacco.<br />
Benefits spread by this cooperation finally<br />
resulted in output. Most of denizens in<br />
Selong, mainly those who have had relations<br />
with this cooperation, compliment such KSP<br />
performance, having an asset of Rp 3.5 billion.<br />
High hopes are carried by this KSP.<br />
Selong farmers hope that KSP Rinjani<br />
Perkasa is an important part of the realization<br />
of their dreams to become powerful farmers<br />
at the slope of Rinjani. “We are farmers’<br />
best friends, we wish our best friends could<br />
also be powerful,” concluded Muhammad<br />
Idrus, Chairman of KSP Rinjani Perkasa.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 91
92<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
NUSA TENGGARA TIMUR<br />
East Nusa Tenggara<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 93
Kantor <strong>Koperasi</strong> Kredit Obor Mas, Kabupaten Sikka<br />
KOPERASI KREDIT OBOR MAS<br />
Kabupaten Sikka, Maumere, Provinsi Nusa Tenggara Timur<br />
Dari Guru untuk Masyarakat<br />
Mendirikan koperasi mungkin bukan citacita<br />
Yosef Doing saat itu. Yosef, begitu<br />
Ia biasa disapa, adalah Kepala Dinas<br />
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sikka<br />
yang merasa prihatin melihat nasib para guru<br />
SD yang sering telat menerima gaji bulanan<br />
mereka. Alih-alih membentuk organisasi yang<br />
membantu para guru dalam mendapatkan<br />
pinjaman, kini <strong>Koperasi</strong> tersebut justru menjadi<br />
salah satu koperasi kredit yang cukup maju di<br />
Sikka.<br />
Bermula dari kesulitan yang dialami para<br />
guru SD Kabupaten Sikka di tahun 1972<br />
koperasi ini dibentuk. Walaupun para guru ini<br />
mendapat penghasilan tetap, namun<br />
kenyataannya sering terlambat menerima gaji.<br />
Bahkan, hingga tiga bulan sekali baru menerima<br />
gaji. Kondisi ini menyebabkan para guru di<br />
Kabupaten Sikka mengalami kesulitan dalam<br />
memenuhi kebutuhan rumah tangga yang serba<br />
mendesak dan mendasar seperti kebutuhan<br />
biaya pendidikan, kesehatan, perbaikan rumah,<br />
dll. Di sisi lain, pendapatan sebagai PNS sangat<br />
tidak berlebih. Akhirnya, rentenir menjadi satu<br />
pemecahan soal dana. Walaupun, mereka<br />
menyadari bahwa terlibat dengan rentenir<br />
sangat tidak menguntungkan.<br />
Menyadari hal tersebut, Yosef Doing, Kepala<br />
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten<br />
Sikka bersama Ramiggus S. Parera, Ketua<br />
Kelompok Kerja Guru di Sikka, membentuk<br />
arisan di kalangan guru SD. Namun, dalam<br />
94<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
perjalanannya disadari bahwa kelompok arisan<br />
ini tidak mampu mengakomodasi keinginan para<br />
peserta untuk menjadi lembaga yang permanen.<br />
Lalu muncul pemikiran untuk membentuk sebuah<br />
kelompok usaha bersama simpan pinjam, yang<br />
dikenal sebagai Credit Union.<br />
Kemudian ditahun 1974, tepatnya pada<br />
tanggang 04 November, atas inisiatif Yosef Doing,<br />
didirikan sebuah <strong>Koperasi</strong> untuk kalangan<br />
Guru SD dan Pegawai TU Dinas P dan K dengan<br />
nama Credit Union Obormas. Setelah berkiprah<br />
selama 20 tahun, nama CU Obormas diganti<br />
dengan nama <strong>Koperasi</strong> Kredit Obormas atau<br />
Kopdit Obormas, pada tanggal 29 Oktober 1994.<br />
Kala itu, jumlah anggota berjumlah 98 orang,<br />
dengan jumlah simpanan anggota yang berhasil<br />
dihimpun sebesar Rp105.500. Dari modal<br />
sebesar tersebut, pertama kali pemberian<br />
pinjaman diberikan kepada salah seorang guru<br />
dari Desa Nele, sebesar Rp100.000 untuk biaya<br />
pernikahan.<br />
Sampai akhir 2008, Kopdit Obormas telah<br />
memiliki 6.267 anggota, dengan rincian 4.312<br />
orang (69%) adalah Pegawai Negeri Sipil dan<br />
1.955 orang (31%) adalah masyarakat umum.<br />
Kini koperasi ini telah menempati gedung mewah<br />
lantai tiga. Untuk ukuran sebuah kabupatan,<br />
sarana prasarana yang dimiliki oleh <strong>Koperasi</strong><br />
Kredit Obormas tergolong mewah.<br />
Karena jumlah nasabah yang semakin<br />
banyak dan jangkauan yang semakin luas,<br />
Kopdit Obormas membuka Kantor cabang di<br />
komplek pasar tingkat sebagai tempat layanan<br />
simpan pinjam bagi Kec. Alok Timur, Kec. Nelle,<br />
Kec. Kangae dan Kec. Kewapante. Selain itu<br />
juga dibuka Unit Agribisnis di Jl. Kesehatan No<br />
04 Maumere lantai II, sebagai pusat layanan<br />
anggota di bidang perdagangan, pertanian,<br />
peternakan dan nelayan.<br />
Unit ini dibentuk dengan modal awal<br />
bersumber dari pinjaman lunak Kementerian<br />
Negara <strong>Koperasi</strong> Republik Indonesia sebesar<br />
Rp1miliar. Tepatnya pembentukan unit ini pada<br />
tanggal 1 April 2005. Tujuannya, pemberian<br />
modal kerja bagi anggota Kopdit Obormas yang<br />
bergerak di bidang usaha Pertanian, peternakan,<br />
Nelayan dalam bentuk pinjaman bulanan dan<br />
triwulan. Dengan Harapan modal ini dapat<br />
meningkatkan produktifitas usaha mereka,<br />
dengan suku bunga 2,5% IOB atau 1,25 flat/bulan.<br />
Unit Agrobisnis ini juga menekankan agar<br />
anggota yang berhasil dapat menabung di<br />
SIMANIS (Simpanan Masyarakat Agrobisnis)<br />
yang akan bermanfaat untuk dapat membantu<br />
Usaha penjahitan baju yang dikelola oleh salah satu anggota Kopdit Obor Mas<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 95
anggota lain yang juga membutuhkan modal<br />
usaha. Dengan sistem ini akan terbentuk<br />
semangat solidaritas tolong-menolong diantara<br />
pelaku agrobisnis yang menjadi binaan Kopdit<br />
Obormas, Sikka-Maumere-NTT.<br />
Ada Keunikan lain dalam pemberian<br />
pinjaman kepada masyarakt agrobisnis di sektor<br />
nelayan, di Kecamatan Kawapante. Pengurus<br />
menggunakan boks yang kuncinya dipegang<br />
oleh petugas dari koperasi. Menurut Fredianto,<br />
sang Manajer Kopdit Obormas kebijakan itu<br />
ditempuh karena Unit Agrobisnis hanya melayani<br />
angsuran pinjaman bulanan atau triwulan,<br />
sedangkan budaya nelayan, khususnya suku<br />
Bajo yang tinggal di kawasan pantai masih suka<br />
menyimpan uang di rumah daripada di lembaga<br />
keuangan. Maka, untuk memudahkan dibuatlah<br />
kotak yang mereka isi setiap memperoleh uang<br />
dari hasil penjualan ikan atau dari usaha dagang<br />
ikan asin yang menjadi andalan pendapatan<br />
rata-rata keluarga di kawasan ini.<br />
Sebagai sebuah badan usaha yang<br />
bergerak di jasa keuangan, koperasi ini selalu<br />
membangun kerjasama dengan berbagai pihak<br />
dalam nuansa saling mendukung dan saling<br />
menyelamatkan. <strong>Koperasi</strong> Kredit Obormas<br />
terlibat aktif sebagai anggota Puskopdit Swadaya<br />
Utama, sebagai anggota Dekopinda Kabupaten<br />
Sikka. Lembaga ini juga selalu menjalin dan<br />
memelihara hubungan kerjasama yang baik<br />
dengan sesame gerakan koperasi maupun<br />
dengan instansi pemerintah.<br />
Sebagai badan usaha keuangan, kiprah<br />
Kopdit Obormas dinilai cukup berhasil. Banyak<br />
anggota yang meningkat taraf hidupnya. Seperti<br />
halnya Abraham, salah seorang Guru SMK 1<br />
Sikka, yang mempunyai usaha sampingan<br />
peternakan ayam potong.<br />
Dengan adanya dana agrobisnis Kopdit<br />
Obormas, menurut Abraham penghasilannya<br />
lebih meningkat. Dengan dana pinjaman terakhir<br />
sebesar Rp60 juta dengan jangka waktu 1<br />
tahun, ia dapat meningkatkan produksi rata-rata<br />
hasil ternak ayam potong setiap 3 bulan sehingga<br />
bisa menghasilkan Rp30 juta, dengan keuntungan<br />
bersih rata-rata Rp 6-7 juta per bulan.<br />
Aktivitas petani cengkeh anggota Kopdit Obor Mas<br />
<strong>Koperasi</strong> Kredit Obor Mas<br />
Alamat<br />
: Jl. Kesehatan No. 04 Maumere,<br />
Nusa Tenggara Timur<br />
Berdiri : 29 Oktober 1994<br />
Badan Hukum<br />
: Nomor: 716/BH/XIV/X/1994<br />
Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004<br />
Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />
Ketua<br />
: Remius Noang<br />
Jumlah Anggota : 6.267 anggota<br />
96<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
KOPDIT OBOR MAS<br />
Sikka<br />
Life Light at Bukit Sikka<br />
Establishing a cooperation may not be<br />
the goal of Yosef Doing. However,<br />
Yosef, his nick name, who is the Head<br />
of Educational and Cultural Services of Sikka<br />
Regency felt concerned for the fate of Primary<br />
School teachers who were often delayed<br />
in receiving their monthly pay checks.<br />
From there, Yosef with his friends then established<br />
an institution to manage save loan<br />
with members who are Primary School teachers.<br />
This institution is the embryo of cooperation<br />
that later will become ‘the light” of the<br />
community of Sikka Regency.<br />
The story of Yosef concern took place<br />
in 1972. Teachers in Sikka Regency were often<br />
delayed in receiving their pay checks.<br />
Once they even received pay checks once<br />
in three months. On the other hand their daily<br />
needs had to be fulfilled. They, the teachers,<br />
as Civil Servants, had less than enough income.<br />
Consequently, many Civil Servants and<br />
teachers in Sikka Regency utilized loan<br />
sharks’ service as short term solution for daily<br />
life needs. That method was also adopted<br />
without the awareness of the fact that getting<br />
involved with loan shark was actually a<br />
non profitable act.<br />
This fact encouraged Yosef Doing together<br />
with Ramiggus S. Parera, Chairman<br />
of Teacher Working Group in Sikka Regency,<br />
to seek for alternative solution. These two<br />
men then established an “arisan” ( monthly<br />
meeting with the purpose of saving money)<br />
for Primary School teachers. In 1974, to be<br />
exact on November 4, upon Yosef Doing’s<br />
initiative, a Cooperation for Primary School<br />
teachers and Administrative employees of<br />
Educational and Cultural Services with the<br />
name of Obor Mas Credit Union was established.<br />
After operating for 20 years, on October<br />
29, 1994 CU Obor Mas changed its name<br />
to become Credit Cooperation of Obor Mas<br />
or Kopdit Obor Mas. Up to 2008, Kopdit Obor<br />
had had 6,267 members, with the following<br />
details: 4,312 members (69%) are State Civil<br />
Servants and 1,955 members (31%) are the<br />
public. Now this cooperation inhibits a threestorey<br />
luxurious building. Fantastic.<br />
Kopdit Obor Mas services have also been<br />
expanded to provide services in agribusiness/<br />
sector capitalization funding since 1 April 2005.<br />
This has been the largest expansion ever done<br />
by Kopdit Obor Mas within several decades<br />
since it was established. Along with the establishment<br />
of such unit, Kopdit Obor Mas was<br />
given the trust to manage Micro and Small<br />
Entrepreneur Development Program through<br />
Save Loan Cooperation capitalization<br />
strengthening from State Ministry of Cooperation<br />
of the Republic of Indonesia in the amount<br />
of Rp 1 billion. Agribusiness sector development<br />
is the accurate step considering the topography<br />
of Sikka Regency, which mostly is hilly, as<br />
the resource of produce such as variety of vegetable<br />
such as chilly, pecan, vanilla, and others.<br />
Meanwhile, Sikka Regency also has coastal<br />
water area which is potential for fishermen.<br />
Further, such program entrusted Kopdit<br />
Obor Mas to distribute working capital for members<br />
who are engaged in agribusiness sector,<br />
mainly who are engaged in agriculture and<br />
animal farming business fields. For fishermen,<br />
Kopdit Obor Mas created a product in the form<br />
of monthly and quarterly loan with interest rate<br />
of 2.5% IOB or 1.25 flat/month.<br />
There is uniqueness in loan granting to<br />
agribusiness community, mainly to fishermen in<br />
Kawapante District. The administrators use a<br />
box which key is held by a special cooperation<br />
officer. According to Fredianto, the manager of<br />
Kopdit Obor Mas, such policy is adopted since<br />
Agribusiness Unit only serves monthly or quarterly<br />
installment, meanwhile in fishermen culture,<br />
especially Bajo tribe who lives in coastal area,<br />
they still like to save their money in their homes<br />
rather than in financial institutions.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 97
Kesibukan di Kantor Kopdit Swasti Sari, Kota Kupang<br />
KOPERASI KREDIT SWASTI SARI<br />
Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur<br />
Berani Tampil Beda<br />
Lapisan ‘akar rumput’ memang lapisan<br />
masyarakat ekonomi bawah. Namun jika<br />
diorganisir dengan benar, ternyata<br />
mereka mempunyai potensi yang luar biasa. Hal<br />
itu telah dibuktikan oleh <strong>Koperasi</strong> Kredit (Kopdit)<br />
Swasti Sari. Karena mampu merangkul kalangan<br />
‘akar rumput’ tersebut, kini, Kopdit Swasti Sari<br />
menjadi lembaga jasa keuangan yang cukup<br />
maju, bahkan cukup diperhitungkan di Kota<br />
Kupang. “Sesuai dengan visi Kopdit Swasti Sari<br />
bahwa koperasi harus dapat diakses oleh<br />
masyarakat pada tingkat ‘akar rumput’, artinya<br />
harus mampu melayani masyarakat miskin atau<br />
masyarakat lapisan bawah,” kata Ketua Kopdit<br />
Swasti Sari, Drs. Daniel Tapobali sedikit berpromosi.<br />
Seperti koperasi kredit pada umumnya,<br />
kegiatan koperasi yang didirikan pada 10 April<br />
1997 ini difokuskan pada pemberian bantuan<br />
permodalan kepada para petani dan nelayan di<br />
pantai Kupang. Jumlahnya cukup besar, mencapai<br />
Rp27.058.825.000 pada tahun 2008.<br />
Ada satu trik unik yang diterapkan Daniel,<br />
dkk dalam merekrut nasabah. Salah satunya<br />
dengan memberikan bunga pinjaman yang lebih<br />
rendah dari unit jasa keuangan lainnya. Jika<br />
lembaga keuangan mematok bunga minimal<br />
sebesar 2%, Kopdit Swasti Sari mampu<br />
98<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
memberikan bunga pinjaman hanya 1,5% saja.<br />
Trik ‘tampil beda’ ini tergolong berani. Namun,<br />
kelebihan ini yang justru menarik minat<br />
masyarakat. “Kalau mereka diberikan bunga<br />
yang tinggi, mereka akan kesulitan,” tambah<br />
Daniel beralibi.<br />
Di bawah kendali tangan dingin Daniel<br />
Tapobali, Kopdit Swasti Sari mengalami kemajuan<br />
yang cukup signifikan. Misalnya dari sisi<br />
keanggotaan. Jumlah anggota Kopdit Swasti<br />
Sari dari tahun ke tahun mengalami peningkatan.<br />
Hingga Maret 2009, anggota Kopdit berjumlah<br />
4.701 orang, sementara jumlah total nasabah<br />
yang sudah dilayani oleh Kopdit Swasti Sari<br />
mencapai 8.000 orang.<br />
Dalam hal pengelolaan, Drs. Daniel Tapobali<br />
yang dibantu oleh 8 karyawan selalu menekankan<br />
pentingnya kebersamaan. Baik kebersamaan<br />
antara sesama pengurus maupun kebersamaan<br />
pengurus dengan anggota. Kebersamaan<br />
dengan anggota diantaranya diwujudkan dengan<br />
rutin melakukan kunjungan ke anggota. Selain<br />
menyampaikan informasi tentang sejauhmana<br />
efektivitas penggunaan dana pinjaman terhadap<br />
usaha anggota. “Jika ada anggota yang<br />
mengalami kesulitan berusaha, selalu kita<br />
pecahkan bersama,” kata Daniel.<br />
Hasilnya pun dapat dirasakan. Rapor Kopdit<br />
Sawti Sari berhiaskan angka biru. Berdasarkan<br />
hasil audit dari Puskopdit Bekatigade Timor,<br />
Inkopdit dan Akuntan Publik BWP dan Rekan<br />
Registerred Public Accountants Jakarta-Indonesia<br />
pada Pebruari 2009, menyatakan bahwa<br />
<strong>Koperasi</strong> Kredit Swasti Sari Kupang dinyatakan<br />
Sehat dan Layak.<br />
Bukan hanya sisi keanggotaan saja yang<br />
mengalami kenaikan, grafik neraca keuangan<br />
juga menunjukkan peningkatan. Berdasarkan<br />
hasil Laporan Rapat Angota Tahunan (RAT) 2008<br />
yang dilaksanakan Maret 2009, Kopdit Swasti<br />
Sari telah membukukan omzet senilai<br />
Rp5.334.670.383. Jika kurangi biaya bunga dan<br />
operasional yang harus dikeluarkan senilai<br />
Rp4.345.617.974, maka surplus Hasil Usaha<br />
(HU) yang bisa dikantongi sebesar Rp<br />
989.052.409. Sekadar catatan, deviden/BJP<br />
yang dibagikan kepada anggota pada tahun<br />
2008 sebesar Rp1.867.536.676.<br />
Beralih Ke Sektor Agribisbis<br />
Awalnya, <strong>Koperasi</strong> Kredit (Kopdit) yang<br />
berdiri pada 10 April 1997, lebih banyak<br />
berkosentrasi pada bidang perdagangan. Salah<br />
Toko serba ada milik Kopdit Swasti Sari<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 99
satu alasannya karena base camp koperasi yang<br />
berada di jantung Kota Kupang. Namun, ketika<br />
koperasi ini mendapat bantuan dana bergulir<br />
agribisnis melalui Kementerian Negara <strong>Koperasi</strong><br />
dan UKM Rp1 miliyar pada tahun 2005, KSP<br />
Swasti Sari kemudian banting stir. Cakupan<br />
layannya kini lebih banyak ke sektor agribisnis,<br />
dengan memberikan bantuan permodalan para<br />
petani jagung dan nelayan di pantai Kupang.<br />
Pada tahun 2008, jumlah pinjaman yang dicairkan<br />
untuk sektor ini sebesar Rp<br />
27.058.825.000. Jumlah ini dialokasikan untuk<br />
1.762 orang, dengan rincian 65% sebagai<br />
pinjaman Kesra dan sisanya sebesar 35%<br />
merupakan pinjaman produktif. “Karena ini dana<br />
program agribisnis, ya kita jalankan sesuai<br />
prosedur,” kata Daniel Tapobali.<br />
Selain modal pinjaman dari pemerintah,<br />
sumber dana koperasi yang kini memiliki asset<br />
lebih Rp29 M ini, juga didukung oleh dana<br />
swadaya, di antaranya bersumber dari Simpanan<br />
Saham sebesar Rp17.297.598.709, Simpanan<br />
Non Saham sebesar Rp4.702.020.214, Pinjaman<br />
Beredar sebesar Rp26.153.351.650, dan Dana<br />
Cadangan Rp960.448.852.<br />
Cengkeh hasil dari petani anggota Kopdit Swasti Sari<br />
<strong>Koperasi</strong> Kredit Swasti Sari<br />
Alamat<br />
: Jl. Thamrin Oepoi, Kota Kupang,<br />
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)<br />
Berdiri : 10 April 1997<br />
Badan Hukum<br />
: Nomor: 10/PAD/KWK/IV/1997<br />
Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2005<br />
Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />
Ketua<br />
: Drs. Daniel Tapobali<br />
Jumlah Anggota : 4.701 orang<br />
100<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
KOPDIT SWASTI SARI<br />
Kupang, East Nusa Tenggara<br />
Dare to be Different<br />
Low class community, who generally has<br />
low income, if “handled” properly, will<br />
show outstanding potential. Such experience<br />
has been proven by Credit Cooperation<br />
(Kopdit) of Swasti Sari in the city of Kupang,<br />
NTT. Since it was able to put its hands around<br />
the “grass root” class, now Kopdit of Swasti<br />
Sari—established on April 10, 1997— becomes<br />
an advanced financial service institution, it is<br />
even quite prominent in the City of Kupang.<br />
Just like any other cooperation in general,<br />
Kopdit of Swasti Sari actively distributes<br />
credit fund that is normally utilized as working<br />
capital for farmers and fishermen in Kupang<br />
beach. The number is quite large during 2008<br />
which reached Rp 27,058,825,000. With such<br />
large scrolling loan fund, of course crucial<br />
question arises: What is the secret behind the<br />
success of that Kopdit of Swasti Sari<br />
There is one strategy applied by Daniel<br />
and partners administrators of Kopdit in recruiting<br />
customers. One of which is by ways of<br />
providing lower loan interest than any other<br />
financial services. If a financial institution sets<br />
a minimum interest in the amount of 2%, Kopdit<br />
of Swasti Sari is able to provide loan interest<br />
in the amount of only 1,5%. This “appear differently”<br />
trick is quite daring, indeed. However,<br />
then it harvested the interests of those who<br />
wish to become customers and members. “If<br />
they are given high interest, they will face difficulties,”<br />
added Daniel Tapobali, Chairman of<br />
Kopdit of Swastisari providing alibis. The number<br />
of Kopdit of Swasti Sari members increased<br />
from one year to another. Up to March 2009,<br />
the number of members of Kopdit was 4,701,<br />
while the total number of customers serviced<br />
by Kopdit of Swasti Sari reached 8,000, both<br />
as members and non members. Different from<br />
KSP, that only services members, Kopdit service<br />
scale is more open.<br />
In terms of management, Daniel Tapobali<br />
together with eight staff always emphasize the<br />
important meaning of togetherness, both with<br />
administrators, and with members. “I think, that<br />
is the meaning of togetherness in cooperation<br />
basis, which is to sit together to solve problems<br />
faced by the members or otherwise,” said Daniel.<br />
Initially Swasti Sari Credit Cooperation<br />
concentrated in trading field. One of the reasons<br />
is that the cooperation base camp which<br />
is located in the heart of the City of Kupang is<br />
the busiest transaction center throughout such<br />
NTT capital city. Meanwhile farmers and fishermen<br />
in the area of sub-urban in the city of<br />
Kupang expected that they could also obtain<br />
capital aid service. Their wishes were granted.<br />
Considering the favorable track record of<br />
Kopdit of Swasti Sari that shows this Kopdit<br />
has successfully managed scrolling loan fund,<br />
in 2005 this cooperation was participated in<br />
capital strengthening program through sector<br />
scrolling fund aid through State Ministry of<br />
Cooperation and Small and Middle Scale Business<br />
in the amount of Rp 1 billion. KSP of<br />
Swasti Sari service scale was extended by<br />
opening credit services for agricultural sector.<br />
Indeed, not only strengthening fund in<br />
the amount of Rp 1 billion that was scrolled.<br />
Kopdit of Swasti Sari also scrolled their own<br />
fund to strengthen such capitalization for farmers,<br />
especially corn farmers and fishermen in<br />
Kupang beach. In addition to loan capital from<br />
the government, in the amount of Rp 1 billion,<br />
fund source of the cooperation that now<br />
owns asset worth more than Rp 29 billion is<br />
also supported by independent fund. Tracing<br />
back the story of Kopdit Swasti of Sari, one<br />
thing that can be modeled is the innovative<br />
nature adopted by the administrators. “Innovation<br />
is important, even though for that we<br />
are considered as different,” concluded Daniel.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 101
102<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
KALIMANTAN TENGAH<br />
Central Kalimantan<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 103
Muhammad Nasir di Kantor KSP Surya Sekawan di Jl Barito no. 26 Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah<br />
KSP SURYA SEKAWAN<br />
Kab. Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah<br />
Berkawan ala Surya Sekawan<br />
Berkawan dengan<br />
anggota, berkawan<br />
dengan perbankan,<br />
berkawan dengan<br />
pemerintah, dan berkawan<br />
dengan pengusaha.<br />
Amanah, menjadi satu kata,<br />
yang kemudian disebutsebut<br />
sebagai kata sifat<br />
yang wajib diperankan oleh<br />
segenap pribadi yang<br />
berkiprah di koperasi ini. Tak<br />
hanya para pengurus, tapi<br />
juga para anggota.<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Surya Sekawan<br />
dibentuk pada tahun 1997 dengan<br />
modal awal tak lebih dari Rp 10 juta itu.<br />
Pada tahun 2003, status KSU pun dinaikkan<br />
menjadi <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam. Kinerja positif<br />
itu akhirnya menghantarkan Surya Sekawan<br />
terpilih sebagai koperasi peserta Program<br />
Agribisnis/Sektoral pada periode tahun 2004-<br />
2005. Dana bergulir sebesar Rp1 miliar pun<br />
mengucur ke kas koperasi ini.<br />
Jika sekarang ini KSP Surya Sekawan<br />
mendapat label sebagai koperasi berprestasi hal<br />
itu tentu saja tak diperoleh tanpa sebab. Amanah,<br />
menjadi satu kata, yang kemudian disebut-sebut<br />
sebagai kata sifat yang wajib diperankan oleh<br />
segenap pribadi yang berkiprah di koperasi ini.<br />
Tak hanya para pengurus, tapi juga para<br />
104<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
anggota. “Amanah bukan sekadar dalam makna<br />
jujur, tapi juga konsisten dan kerja keras,” tegas<br />
Pandih, seorang pensiunan PNS Dinas<br />
Pertanian yang sudah beberapa periode terakhir<br />
dipercaya sebagai Ketua KSP Surya Sekawan.<br />
Selain amanah, Pandih juga menyebut sebuah<br />
strategi yang menurut ia menjadi simpul<br />
kesuksesan KSP yang kini ia pimpin:<br />
perkawanan. “Berkawan dengan anggota,<br />
berkawan dengan perbankan, berkawan dengan<br />
pemerintah, dan berkawan dengan pengusaha,”<br />
jelasnya.<br />
***<br />
Sedikit kilas balik, kelahiran koperasi ini tak<br />
bisa dilepaskan dari peran Pengurus Daerah<br />
Muhammadiyah Kabupaten Kapuas. “Memang,<br />
koperasi ini awalnya didirikan oleh para pengurus<br />
Muhammadiyah, tapi siapapun bisa menjadi<br />
anggota koperasi ini,” lanjut Pandih. Menilik latar<br />
belakangnya itu, wajar jika kemudian Surya<br />
Sekawan dipilih sebagai nama koperasi yang kini<br />
telah mengelola dana pinjaman bergulir senilai<br />
Rp 2,9 miliar itu. Di beberapa daerah, koperasi<br />
yang dikelola oleh lembaga berlatar belakang<br />
Muhammadiyah pun diberi nama serupa.<br />
Kini, seiring dengan skala layanan yang<br />
telah berkembang hingga ke beberapa<br />
kecamatan tetangga di sekitar Kecamatan Selat,<br />
seperti Kecamatan Kapuas Hilir, Kecamatan<br />
Pulau Petak, dan Kecamatan Kapuas Timur, KSP<br />
Surya Sekawan tak lagi milik warga<br />
Muhammadiyah. Di empat kecamatan itu, saat<br />
ini tersebar 225 orang anggota KSP ini. Tidak<br />
sedikit dari para anggota itu kini berada pada<br />
taraf hidup yang jauh lebih baik sejak bergabung<br />
dengan KSP Surya Sekawan. Beberapa figur<br />
anggota koperasi penerima pinjaman bergulir<br />
bahkan telah mampu mengembangkan<br />
usahanya pada level yang tidak pernah mereka<br />
duga sebelumnya.<br />
Sebut saja, Hj. Naji Maturpah, seorang<br />
pengusaha peternakan burung puyuh, yang<br />
pada tahun 2006 memperoleh pinjaman bergulir<br />
sebesar Rp20 juta dari KSP Surya Sekawan.<br />
Juga, Muhammad Nasir, petani kebun karet di<br />
areal tanah hutan rakyat di Desa Barimba,<br />
Kecamatan Kapuas Hilir. Meski hingga tulisan ini<br />
disusun ia belum pernah memanen karet dari<br />
3.000 pohon karet yang bibitnya ia beli dari dana<br />
pinjaman bergulir, namun empat tahun<br />
mendatang, Nasir akan segera menikmati hasilnya<br />
(lihat boks: Mereka yang Tersenyum di Bibir<br />
Kapuas).<br />
Pengurus dan karyawan KSP Surya Sekawan<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 105
Hj. Naji Maturpah, anggota KSP Surya Sekawan di peternakanan burung puyuh miliknya<br />
Selain dua pengusaha di bidang agribisnis<br />
tadi, nama Umi Suyatmi juga pantas dimunculkan<br />
sebagai profil anggota yang sukses mengelola<br />
usaha berkat dana pinjaman dari KSP Surya<br />
Sekawan. Pemilik usaha restoran bakso, soto<br />
babat dan rawon ini memang memulai usaha<br />
rumah makannya dengan modal sendiri pada<br />
tahun 2006. Pada tahun 2006, ia mengajukan<br />
pinjaman permodalan sebesar Rp 15 juta pada<br />
tahun 2008 dan Rp20 juta pada tahun 2008. Kini<br />
dengan omset Rp1,5 juta hingga Rp2,5 juta per<br />
hari, ia bisa menabung sebesar Rp200 ribu per<br />
hari. Bayangkan, setidaknya Umi bisa<br />
menambah pundi-pundi tabungannya hingga Rp<br />
6 juta per bulan.<br />
Besaran dana pinjaman berupa suntikan<br />
modal usaha tadi memang bervariasi antara Rp<br />
10 juta hingga Rp 20 juta dengan bunga<br />
pinjaman sebesar Rp 16 % per tahun.<br />
***<br />
Sebagai koperasi peserta Program<br />
Perkuatan Modal KSP Agribisnis/Sektoral, oleh<br />
BPD Kalteng KSP Surya Sekawan memiliki<br />
reputasi terpuji. Selain disiplin melakukan<br />
angsuran pinjaman, koperasi ini juga dianggap<br />
memiliki strategi yang efektif dalam memilih<br />
anggota penerima pinjaman. Menurut Pandih,<br />
anggota-anggota yang telah memiliki basis usaha<br />
kuat memang mendapat semacam kemudahan<br />
untuk menerima pinjaman. “Setidaknya, peluang<br />
menjadi kredit macet semakin kecil,” ungkap<br />
Pandih menjabarkan kebijakan itu. Namun<br />
demikian, KSP jelas pantang pilih kasih. Anggotaanggota<br />
yang baru akan memulai usaha pun<br />
tetap mendapatkan pinjaman.<br />
Memang, tak semua anggota yang menerima<br />
pinjaman permodalan itu disiplin menunaikan<br />
angsuran. Nah, untuk mengantisipasi kredit macet<br />
semacam ini, pengurus KSP membentuk sebuah<br />
“tim buser” yang secara intensif melakukan<br />
pendekatan persuasif kepada anggota yang<br />
menunggak tersebut. “Meski dinamai tim buser, tapi<br />
dalam praktiknya tidak sesangar namanya, justru<br />
kedatangan tim tersebut untuk membantu mencari<br />
solusi masalah. Itulah salah satu bentuk berkawan<br />
dengan anggota tadi,” lanjut Pandih.<br />
Saat ini, dari total pinjaman bergulir Program<br />
Agribisnis/Sektoral yang pernah diterima KSP<br />
Surya Sekawan, menurut laporan keuangan per<br />
bulan Juli 2009, dana tersebut telah berkembang<br />
hingga mencapai Rp 2,9 miliar. Dari jumlah<br />
pinjaman pokok sebesar Rp1 miliar tersebut, KSP<br />
telah menunaikan kewajiban pengembalian<br />
106<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Pengurus KSP Surya Sekawan mengunjungi salah seorang anggota KSP yang mengelola usaha perkebunan karet<br />
senilai Rp280 juta. Selain itu, selama dua tahun,<br />
KSP Surya Sekawan juga telah menunaikan<br />
kewajiban bunga pinjaman sebesar Rp120 juta.<br />
Profil kinerja yang semacam itu tak terlepas<br />
dari strategi manajemen yang diterapkan para<br />
pengampu koperasi ini. Pandih, misalnya, rutin<br />
melakukan safari kunjungan ke rumah-rumah<br />
anggota koperasi. Selain Pandih, pengurus lain<br />
pun mendapat giliran tugas serupa. Selain itu,<br />
komunikasi dengan BPD Kalteng pun terbina<br />
dengan baik. Bahkan, telah dibuat sebuah program<br />
tabungan khusus bagi para anggota KSP.<br />
Yang unik, Kepala Cabang BRI Kuala Kapuas<br />
didaulat sebagai Pengawas pada struktur<br />
kepengurusan KSP Surya Sekawan.<br />
“Setidaknya, ada pengawas yang ahli di bidang<br />
akuntansi dan perbankan,” lanjut Zulianto,<br />
Sekretaris KSP.<br />
Sederet rapor biru tadi, tentu saja tak<br />
membuat para pengurus KSP Surya Sekawan<br />
berpuas diri. “Masih banyak pekerjaan rumah yang<br />
harus kami kerjakan,” ungkap Zulianto melengkapi.<br />
Salah satunya, program jejaring kemitraan dengan<br />
komunitas pengusaha di wilayah itu. Di masa<br />
mendatang, para pengurus KSP Surya Sekawan<br />
mengimpikan sebuah sinergi yang saling<br />
menguntungkan antara KSP dan para pengusaha<br />
itu, terutama dalam jejaring pemasaran hasil<br />
produksi anggota koperasi. “Kami pasti bisa<br />
mewujudkan itu. Surya Sekawan akan terus<br />
menjalin perkawanan dengan siapapun,” simpul<br />
Pandih mengakhiri.<br />
KSP Surya Sekawan<br />
Alamat<br />
Berdiri : Tahun 1997<br />
Badan Hukum<br />
Tahun Perkuatan Modal : 2005<br />
Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />
Ketua<br />
: Pandih M.S,Sp<br />
Jumlah Anggota : 225 orang<br />
Jumlah Karyawan : 12 orang<br />
: Jl. Barito No.26, Kab. Kuala Kapuas,<br />
Provinsi Kalimantan Tengah<br />
: No: 333/PAD/DPPK/KOP-1/II/2006,<br />
tanggal 9 Februari 2006<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 107
Hj. Helmi, anggota KSP Surya Sekawan pemilik usaha toko<br />
pakaian di Pasar Sari Mulya, Kuala Kapuas<br />
H. Suryadarma, seorang anggota KSPSurya Sekawan di<br />
gudang pupuk miliknya<br />
Mereka yang Tersenyum<br />
di Bibir Kapuas<br />
Jarak Desa Selat Hulu, tempat para<br />
pengurus KSP Surya Sekawan<br />
berkantor memang tak berada di bibir<br />
sungai Kapuas. Namun, anggota koperasi ini<br />
tersebar hingga ke bibir sungai yang<br />
membentang hingga ke Propinsi Kalimantan<br />
Selatan itu. Alhasil, senyum yang ditebar oleh<br />
keberhasilan KSP Surya Sekawan ini pun<br />
merambat hingga ke bibir Kapuas.<br />
Hj. Helmi, misalnya, pemilik usaha toko<br />
pakaian di Pasar Sari Mulya, Kuala Kapuas.<br />
Ia telah dua kali mendapatkan pinjaman<br />
suntikan modal usaha masing-masing senilai<br />
Rp 20 jt rupiah pada tahun 2006 dan tahun<br />
2008. Kini, total asset yang dikelola telah<br />
mencapai Rp 200 jt.<br />
Di Desa Barimba, di Kecamatan Kapuas<br />
Hilir, tersebut seorang petani karet bernama<br />
Muhammad Nasir. Ia juga penerima pinjaman<br />
dana bergulir. Memulai usaha penanaman<br />
pohon karet dengan modal awal sebesar Rp<br />
60 jt di atas lahan kelola seluas 4 hektar, ia<br />
kemudian mengajukan suntikan modal sebesar<br />
20jt pada tahun 2008, yang seluruhnya<br />
dipergunakan untuk membeli bibit pohon karet<br />
sebanyak 3.000 bibit karet. “Setidaknya,<br />
dengan usaha ini saya sudah bisa<br />
mempekerjakan penduduk kampung,” ungkap<br />
ia. Kelak, sekitar empat tahun mendatang, jika<br />
telah menuai panen, Nasir akan bisa memanen<br />
setidaknya 500 kg getah karet per satu hektar<br />
atau sekitar 2 ton getah karet per bulan. Dengan<br />
asumsi harga getah karet itu Rp.10.000 per kg<br />
maka omset usaha kebun karet miliknya itu akan<br />
mencapai Rp 20 jt per bulan.<br />
Penerima pinjaman lain bernama Hj. Naji<br />
Maturpah. Usaha peternakan puyuhnya saat<br />
ini telah berkembang hingga sekitar 3.000 ekor,<br />
dengan rata-rata produksi telur sebanyak<br />
4.000 butir per hari. Dengan skala usaha yang<br />
seperti itu ia bisa mengantongi laba bersih<br />
senilai Rp 8 jt per bulan.<br />
Sementara itu, H. Suryadarma, seorang<br />
warga Kelurahan Umbulau, Kecamatan<br />
Kapuas Hilir, menambah skala usaha distribusi<br />
pupuk produksi Petrokimia Gresik dari suntikan<br />
modal usaha sebesar Rp20 juta pada tahun<br />
2007. Ia, bahkan, berhasil melunasi pinjaman<br />
itu sebelum tenggat akhir pinjaman.<br />
Nama-nama tadi, hanyalah segelintir<br />
nama yang senyumnya terabadikan dalam<br />
buku ini. Di luar sana, senyum-senyum<br />
anggota lain mengembang mengiringi asa yang<br />
kian benderang.<br />
108<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
KSP SURYA SEKAWAN<br />
Kapuas<br />
Being Friends like Surya Sekawan<br />
Surya Sekawan Save Loan Coopera<br />
tion was established in 1997 with<br />
working capital of not more than Rp<br />
10 million. In 2003, KSU status was promoted<br />
to become Save Loan Cooperation. Such<br />
positive performance finally brought Surya<br />
Sekawan to be selected as participating cooperation<br />
in Agribusiness Sector KSP Capitalization<br />
Strengthening Program for the period<br />
of 2004. Scrolling fund in the amount of<br />
Rp 1 billion was distributed to this cooperation<br />
treasury.<br />
In managing KSP Surya Sekawan, administrators<br />
apply trusteeship philosophy. In<br />
addition to trusteeship, there is a strategy that<br />
is believed to the knot of this KSP Surya<br />
Sekawan success, namely: “Being friends<br />
with the members, being friends with banking,<br />
being friends with the government, and<br />
being friends with entrepreneurs”.<br />
Now, along with this KSP financial ability,<br />
the service scale has also been developed<br />
up to several neighboring districts that surround<br />
Selat Regency, such as Kapuas Hilir<br />
District, Pulau Petak District, and East Kapuas<br />
District. In these four regencies at this time<br />
there are 225 members of this KSP. Many of<br />
them have now been living in better living standards<br />
since they joined with KSP Surya<br />
Sekawan. Some of members of scrolling loan<br />
receiver cooperation have even been able to<br />
develop their business to the level that they had<br />
never expected before. Just to name one, Hj.<br />
Naji Maturpah, an entrepreneur of quail farm,<br />
in 2006 obtained scrolling loan in the amount<br />
of Rp 20 million from KSP Surya Sekawan.<br />
As a cooperation that is a member of<br />
Agribusiness/Sector KSP Strengthening Program,<br />
according to BPD Kalteng, KSP Surya<br />
Sekawan has a remarkable reputation. In ad-<br />
dition to being discipline in paying for loan<br />
installment, this cooperation is also considered<br />
as having effective strategy in selecting<br />
loan receiver members. According to Pandih,<br />
members who have strong business basis<br />
indeed have some sort of facility in receiving<br />
loan. However, KSP is not allowed to apply favoritism.<br />
The new members who are just commencing<br />
their business will also obtain loan.<br />
Indeed, not all members who have received<br />
such capitalization loan are discipline<br />
in paying installment. Well, to anticipate this<br />
type of non performing credit, KSP administrators<br />
established what is so called as an “ambush<br />
team” which intensively conducts intensive<br />
approach to such members who are in arrears.<br />
At this time, the total amount of<br />
Agribusiness/Sector program scrolling that<br />
was received by KSP Surya Sekawan, according<br />
to financial report per July 2009, has<br />
developed to up to Rp 2,9 billion. From the<br />
principal loan in the amount of Rp 1 billion,<br />
KSP has fulfilled its obligations to return the<br />
loan in the amount of Rp 280 million. In addition,<br />
for two years, KSP Surya Sekawan has<br />
also fulfilled its obligation in returning the loan<br />
interest in the amount of Rp 120 million.<br />
This type of performance profile is inseparable<br />
from management strategy applied<br />
by these cooperation administrators. Pandih,<br />
for example, regularly visits the cooperation<br />
members’ homes. Besides that, the communication<br />
with BPD has also been favorable. A<br />
special savings for KSP members has even<br />
been established. The unique thing is Branch<br />
Head of BRI Kuala Kapuas is assigned to<br />
become the Supervisor in KSP Surya<br />
Sekawan administrative structure. “At least there<br />
is an expert in accounting and banking as a supervisor,”<br />
continued Zulianto, Secretary of KSP.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 109
110<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
SULAWESI UTARA<br />
South Sulawesi<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 111
Suasana Kantor Pelayanan KSP Ayamen Mandiri, Kabupaten Minahasa<br />
KSP AYAMEN MANDIRI<br />
Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara<br />
Mitra Petani Cengkeh<br />
Wajah Alfi Waleleng, 35 th, sumringah<br />
pada hari-hari belakangan ini<br />
(akhir Juli 2009 lalu). Ia senantiasa<br />
tersenyum setiap kali melihat kebun cengkeh<br />
miliknya mulai berbuah. Tak lama lagi musim petik<br />
tiba, ia akan panen cengkeh. Jika harga sedang<br />
bagus, Alfi bisa mengantongi untung yang<br />
lumayan besar.<br />
Alfi adalah salah satu petani cengkeh di<br />
Desa Kombi, Kecamatan Kombi, Kabupaten<br />
Minahasa. Seperti kehidupan petani cengkeh<br />
pada umumnya, Alfi juga bergantung dari hasil<br />
budi daya cengkeh. Setiap menjelang musim<br />
panen, ia selalu sibuk merawat kebun cengkeh<br />
miliknya, berharap panen kali ini menuai hasil<br />
melimpah. Dari hasil kebun seluas 1,5 hektar, ia<br />
menghidupi istri dan dua orang anaknya.<br />
Nama Kombi bagi sebagian orang memang<br />
sudah tak asing lagi. Kecamatan baru hasil<br />
pemekaran dari Kecamatan Eris sejak tahun<br />
1962 ini dikenal sebagai salah salah satu<br />
produsen cengkeh terbesar di Minahasa, bahkan<br />
seantero Provinsi Sulawesi Utara. Selain hasilnya<br />
yang melimpah, cengkeh dari Kombi terkenal<br />
karena mempunyai kualitas yang bagus. Letak<br />
geografi Kombi yang berada di daereh<br />
pegunungan sangat cocok untuk budi daya jenis<br />
tanaman ini. Maka, tak heran jika sebagian besar<br />
masyarakat Kombi tertarik untuk<br />
mengembangkan jenis komoditas cengkeh.<br />
Peran lembaga keuangan sebagai mitra<br />
petani terjalin baik di sini. Bentuk hubungan yang<br />
dimaksud adalah pemanfaatan fasilitas pinjaman<br />
modal usaha yang disediakan lembaga<br />
keuangan oleh para petani cengkeh. Bukan<br />
112<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
hanya dari bank milik pemerintah dan swasta,<br />
bantuan modal usaha itu pun terkucur dari<br />
lembaga keuangan seperti koperasi. Salah<br />
satunya adalah <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Ayamen<br />
Mandiri. <strong>Koperasi</strong> yang berkantor di Desa Kombi<br />
ini telah lama menjadi mitra masyarakat di<br />
Kecamatan Kombi.<br />
Hubungan antara KPS Ayamen Mandiri dan<br />
masyarakat cukup harmonis. Bahkan, interaksi<br />
yang baik telah tercipta sejak KPS itu masih<br />
berbentuk <strong>Koperasi</strong> Unit Desa (KUD)— berubah<br />
menjadi KSP pada tanggal 6 Januari 2005 lalu.<br />
Wajar jika KSP Ayamen Mandiri telah dikenal luas<br />
masyarakat.<br />
KPS Ayamen Mandiri adalah alasan senyum<br />
Alfi di atas. Alfi adalah salah satu nasabah KSP<br />
Ayamen Mandiri yang paling aktif. “<strong>Koperasi</strong> ini<br />
sangat membantu kami. Dulu kami pinjam uang<br />
dari bank harian, namun kesulitan<br />
mengembalikan karena harus menyetor tiap hari.<br />
Kini kami memilih koperasi karena bisa bayar<br />
setelah panen,” kata Alfi.<br />
Meski baru berusia empat tahun, koperasi<br />
ini telah menunjukkan pola kinerjanya yang baik.<br />
Dari sisi keanggotaan, misalnya, jumlahnya<br />
bertambah dari waktu ke waktu. Hingga tahun<br />
2008 jumlah anggota KSP telah mencapai 120<br />
orang, dan cakupan layanannya pun semakin<br />
meluas. Ketika itu, KSP Ayamen Mandiri tak<br />
hanya sebatas berkiprah di Desa Kombi, namun<br />
juga telah merambah ke beberapa desa di<br />
Kecamatan Kombi.<br />
Sejurus dengan itu, kepercayaan<br />
masyarakat menjadi vitamin-suplemen tersendiri<br />
bagi pengurus KSP Ayamen Mandiri untuk terus<br />
berkiprah, bahkan berinovasi. Puncak kinerja<br />
pada empat tahun usianya, KSP Ayamen Mandiri<br />
dipercaya untuk mengelola Progran Dana<br />
Bantuan Perkuatan KSP Agribisnis/ Sektoral<br />
pada tahun 2006. Lantaran program ini pula,<br />
KSP Ayamen Mandiri menjalin kerja sama dengan<br />
dua bank di Sulawesi Utara, yakni Bank Sulut<br />
dan Bank Prisma Dana. Bank Sulut merupakan<br />
bank penyalur dana bergulir agribisnis Rp1 miliar,<br />
sementara Bank Prisma Dana berperan menjadi<br />
pensuplai dana bagi KSP kekurangan dana<br />
untuk memenuhi permintaan pinjaman,<br />
khususnya pada momen-momen tertentu. “Pada<br />
musim tanam banyak anggota yang mengajukan<br />
pinjaman. Biasanya kami kekurangan dana,” kata<br />
Ketua KSP Ayamen Mandiri, Hesky Z.P Montong.<br />
Layanan KSP Ayamen Mandiri bagi warga<br />
mendorong warga lain yang belum menjadi<br />
anggota mengajukan aplikasi permohonan<br />
Alfri Waleleng merasa lebih mudah dan nyaman mengajukan kredit di koperasi untuk modal bertani cengkeh<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 113
menjadi anggota. Memang, tak semua aplikasi<br />
serta merta dikabulkan. Tapi yang jelas,<br />
pertambahan jumlah anggota itu berimplikasi<br />
pada necara keuangan koperasi. Pada tahun<br />
2008, omzet koperasi mencapai Rp<br />
1.323.865.000. Angka Sisa Hasil Usaha (SHU)<br />
pun naik dari tahun ke tahun. Bila pada 2006,<br />
jumlah SHU senilai Rp 27.718.000, pada dua<br />
tahun berikutnya, 2008, jumlah HSU melonjak<br />
hingga dua kali lipat, yakni mencapai Rp<br />
45.256.701.<br />
Angka-angka tersebut tidak terlalu besar,<br />
tetapi menarik jika dilihat dari kontribusinya<br />
terhadap kekayaan koperasi. Menurut Hesky Z.P<br />
Montong, jumlah kekayaan KSP pada tahun 2008<br />
berada pada level Rp 1.354.575.000. Angka ini<br />
cukup fantastik jika dibandingkan dengan jumlah<br />
kekayaan awal ketika berdiri yang hanya Rp 40<br />
juta. Tak berlebihan jika KSP Ayamen Mandiri, kini,<br />
menjadi salah satu koperasi unggulan di Minahasa.<br />
***<br />
Memang, tak ada gading yang tak retak.<br />
Meskipun telah mencapai beberapa prestasi<br />
dinamika positif KSP Ayamen Mandiri tadi sesekali<br />
tersandung kendala. Salah satunya, ulah nasabah<br />
‘nakal’ yang enggan mengembalikan pinjaman<br />
tepat waktu. Untuk meminimalir angka kemacetan<br />
itu, tambah Hesky, kunjungan dan pembinaan rutin<br />
terhadap anggota pun dilakukan. Bahkan tak<br />
jarang Ketua KSP turun langsung untuk berdialog<br />
dan mendengar keluh kesah anggota. “Kami<br />
berusaha mengenal lebih dekat para anggota<br />
maupun calon anggota,” kata Hesky Z.P Montong.<br />
Semua langkah tadi, tambah Hesky,<br />
merupakan upaya untuk membantu para petani<br />
yang rata-rata kesulitan mendapatkan pinjaman<br />
modal kerja. Ia berharap kerja sama antara<br />
koperasi dan masyarakat tetap terjalin secara<br />
harmonis. Meskipun hubungan demikian dekat,<br />
KSP tetap bisa menerapkan sistem sanksi berupa<br />
denda sebesar 30% dari besarnya pinjaman<br />
terhadap setiap kasus keterlambatan pengembalian<br />
pinjaman. Bagi KSP, kebijakan sanksi<br />
tersebut ditempuh untuk mendewasakan anggota.<br />
Bagaimanapun, kedewasaan anggota adalah<br />
modal bagi sebuah pola kemitraan yang sehat.<br />
“Kami hadir sebagai mitra bagi para petani. Dalam<br />
bermitra perlu ada pola kemitraan yang sehat di<br />
antara koperasi dan petani,” simpul Hesky.<br />
Lahan perikanan nmilik anggota KSP Ayamen Mandiri<br />
KSP Ayamen Mandiri<br />
Alamat<br />
: Desa Kombi, Kecamatan Kombi,<br />
Kabupaten Minahasa,<br />
Provinsi Sulawesi Utara<br />
Berdiri : 10 Mei 1997<br />
Badan Hukum : No: 2499/BH-KOP, tanggal 6 Januari 2005<br />
Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2006<br />
Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />
Total Aset<br />
Ketua<br />
Jumlah Anggota<br />
: Rp1.354.575.000<br />
: Drs. Hesky Z.P. Montong<br />
: 120 orang<br />
114<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
KSP AYAMEN MANDIRI<br />
Clove Farmers Partner<br />
The name “Kombi” for some people<br />
does not sound strange anymore. The<br />
new district as a result of Eris District<br />
extension since 1962 has been known as one<br />
of the largest clove producers in Minahasa,<br />
even in the entire North Sulawesi Province. In<br />
addition to its abundance produce, the clove<br />
from Kombi is famous for its good quality. Geographic<br />
location of Kombi which is on the<br />
mountain range is suitable for the cultivation<br />
of this type of plant. No wonder if most of Kombi<br />
communities are interested in developing clove<br />
commodity type.<br />
The financial institution as farmers’ partner<br />
plays a very good role here. The intended<br />
form of relationship is the utilization of business<br />
capital loan provided by financial institution<br />
by clove farmers. Not only from state and<br />
private owned banks, such business capital is<br />
also provided by financial institution such as<br />
cooperation. One of such cooperations is Save<br />
Loan Cooperation Ayamen Mandiri. The Cooperation<br />
that has its office at Kombi Village<br />
has been the partner of the community in Kombi<br />
Regency for a long time.<br />
The relation between KPS Ayamen Mandiri<br />
and the community is quite harmonious. The<br />
favorable interaction that has been created<br />
since such KPS was still in the form of Village<br />
Unit Cooperation (KUD)— changed to become<br />
KSP on 6 January 2005. It is obvious that KSP<br />
Ayamen Mandiri has been widely known.<br />
KPS Ayamen Mandiri is the reason of Alfi’s<br />
smile above. Alfi is one of the most active customers<br />
of KSP Ayamen Mandiri. “This cooperation<br />
helps us a lot. We used to borrow money<br />
from daily bank, but we found it difficult to return<br />
the money because we had to deposit<br />
every day. Now we choose cooperation because<br />
we can pay after the harvest,” said Alfi,<br />
who is also one of the farmers there.<br />
Even though it is only four years old, this<br />
cooperation has shown its favorable performance<br />
pattern. In terms of membership, for example,<br />
the number increases from time to time.<br />
Until 2008, the number of KSP members<br />
reached up to 120 people, and its service coverage<br />
became wider. Then, KSP Ayamen<br />
Mandiri was not limited to only operate in Kombi<br />
Village, but also had spread to several villages<br />
in Kombi Regency.<br />
In line with that, the trust of the community<br />
becomes a supplement vitamin for KSP<br />
Ayamen Mandiri administrators to keep acting,<br />
and even innovating. The peak performance<br />
of its fourth year, KSP Ayamen Mandiri was<br />
trusted to manage Agribusiness/Sector KSP<br />
Aid Fund Program in 2006. Due to this program<br />
also, KSP Ayamen Mandiri cooperated<br />
with two banks in North Sulawesi, namely Sulut<br />
Bank and Prisma Dana Bank. Sulut Bank is the<br />
distributing bank for agribusiness scrolling fund<br />
in the amount of Rp 1 billion, meanwhile Prisma<br />
Dana Bank has the role of fund supplier for<br />
KSPs that are lack of fund to fulfill loan request,<br />
especially on specific moments. “In the planting<br />
season there are many members who apply for<br />
loan. Usually we are lack of fund,” said Chairman<br />
of KSP Ayamen Mandiri, Hesky Z.P Montong.<br />
The service of KSP Ayamen Mandiri for<br />
denizens, encourages other denizens who are<br />
non members, to apply for membership. Indeed,<br />
not all applications could merely be<br />
granted. However it is clear that such number<br />
of members increase implicates the cooperation<br />
financial balance. According to Hesky Z.P<br />
Montong, the value of asset of KSP in 2008<br />
was at the level of Rp 1,354,575,000. This<br />
number is quite fantastic if it it is compared to<br />
the number when the cooperation was first<br />
established which was only Rp 40 million. It<br />
will not be exaggerating to say that KSP<br />
Ayamen Mandiri, now, has become one of superior<br />
cooperations in Minahasa.<br />
To minimize the amount of non performing<br />
loan, regular visits and development on<br />
members are conducted. It is also quite often<br />
that Chairman of KSP directly participates and<br />
has dialogs as well as listens to the grievances<br />
of members.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 115
Suasana pelayanan di KSP Tamporok Timampas<br />
KSP TAMPOROK TIMAMPAS<br />
Kab. Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara<br />
Buka Peluang Lebar-lebar,<br />
Ketat Bersyarat<br />
Sumiati adalah sosok wanita bersahaja.<br />
Ia tinggal di Desa Tatelu, Kecamatan<br />
Dimembe. Di balik kebersahajaannya<br />
itu sesungguhnya ia adalah perempuan<br />
pengusaha tangguh. Sejak tahun 2001 silam,<br />
Sumiati adalah pengelola usaha kecil sektor<br />
perikanan darat. Bersama sang suami,<br />
perempuan yang kini berusia 38 tahun itu<br />
mengawali bisnisnya dengan sebuah kolam ikan,<br />
yang masing-masing berukuran 10 x 20 meter.<br />
Kolam-kolam itu ia gunakan untuk membesarkan<br />
ikan-ikan mas, gurami, dan mujair, yang kelak ia<br />
suplai ke rumah-rumah makan di Minahasa, dan<br />
beberapa lagi di Manado. Ketika usahanya mulai<br />
berbuah hasil. Sebuah kolam tambahan pun ia<br />
sewa. “Jika mengingat masa-masa itu penghasilan<br />
torang pas-pasan,” kenang Sumiati.<br />
Beruntung Sumiati adalah anggota KUD<br />
Tamporok, yang kelak melahirkan <strong>Koperasi</strong><br />
Simpan Pinjam (KSP) Tamporok Timampas,<br />
penerima perkuatan modal dari dana bergulir<br />
Program Agribisnis/Sektoral. Ketika KSP<br />
Tamporok Timampas terbentuk pada tahun 2003,<br />
Sumiati pun mendaftar menjadi anggota KSP.<br />
Tahun 2005, Sumiati mengajukan perkuatan<br />
modal usaha perikanan yang ia kelola. Bantuan<br />
modal sejumlah Rp 5 juta pun ia peroleh. Uang<br />
sebesar itu ia gunakan untuk untuk membeli bibit<br />
116<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Sumiati dan usaha budidaya ikan air tawar<br />
ikan dan pakan. Pinjaman modal itu ternyata<br />
efektif menaikkan skala usaha kolam ikan<br />
miliknya. Lantaran termasuk anggota KSP yang<br />
disiplin menunaikan angsuran pinjaman, aplikasi<br />
pinjaman tahap kedua yang ia ajukan diterima.<br />
Kali ini sebesar Rp 10 juta. Bahkan, kini Sumiati<br />
kembali meminjam perkuatan modal sebesar Rp<br />
15 juta. “Semua uang itu torang gunakan untuk<br />
modal usaha, bukan untuk membeli barangbarang<br />
kebutuhan rumah tangga,” tegas<br />
Sumiati.<br />
Delapan tahun berselang, kini Sumiati telah<br />
memiliki enam kolam ikan. Selain menyuplai ikan<br />
untuk kebutuhan rumah-rumah makan di<br />
Minahasa dan Manado, Sumiati juga berjualan<br />
ikan di Pasar KUD Tamporok pada setiap hari<br />
Minggu. Memang, grafik usaha Sumiati tak<br />
selamanya meniti jalan mendaki. Terkadang,<br />
terselip juga kisah duka dalam mengelola usaha<br />
miliknya. Penuh onak dan duri, bahkan<br />
kegagalan. Suatu ketika, Sumiati pernah<br />
mengalami kerugian besar akibat ikan-ikan yang<br />
ia biakkan terserang penyakit. Ikan-ikan mas<br />
yang sudah siap panen itu tiba-tiba mati.<br />
Beruntung, Sumiati tipe pengusaha gigih, aral<br />
seperti itu tak lantas menyurutkan semangatnya<br />
untuk maju. Kini, berkat kegigihannya mengelola<br />
usaha, dalam sebulan kini ia bisa memperoleh<br />
laba bersih senilai Rp 4,5 juta.<br />
Itulah sekelumit kisah tentang Sumiati, satu<br />
dari sekian anggota KSP Tamporok Timampas<br />
yang berhasil menaikkan taraf hidupnya.<br />
Keberhasilan Sumi mengelola dana bergulir<br />
permodalan jelas menginspirasi warga lain di<br />
Desa Tatelu. Bahkan, warga desa-desa di sekitar<br />
Tatelu, seperti Desa Pinilih, Desa Warukapas,<br />
Desa Wassian, Desa Lumpias, dan Desa Klabat.<br />
Ratusan warga desa-desa itu kini antri<br />
menunggu persetujuan untuk menjadi anggota<br />
KSP Tamporok Timampas.<br />
***<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP) Tamporok<br />
Timampas berdiri pada tahun 2003. Kelahiran<br />
KSP ini memiliki sejarah erat dengan eksistensi<br />
KUD Tamporok. Awalnya, KUD Tamporok<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 117
mengelola sebuah unit simpan pinjam (USP).<br />
Seiring dengan dinamika USP itu, beberapa<br />
tokoh KUD Tamporok kemudian mengusulkan<br />
agar unit usaha simpan pinjam itu dikukuhkan<br />
saja menjadi sebuah koperasi tersendiri yang<br />
memiliki badan hukum. Singkat cerita, berdasarkan<br />
hasil Rapat Anggota Tahunan Tahun<br />
2003, terbentuklah <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam<br />
(KSP), yang selanjutnya diberi nama KSP<br />
Tamporok Timampas.<br />
Modal awal KSP ini tentu saja berasal dari<br />
kas USP yang menjadi cikal bakal kelahirannya.<br />
Jumlahnya tidak besar. Hanya Rp.147.509.230.<br />
Untuk ukuran sebuah koperasi simpan pinjam,<br />
dana senilai itu jelas tergolong minim.<br />
Bayang-bayang KSP yang gulung tikar<br />
karena seret modal sempat menghantui para<br />
pengurus KSP Tamporok Timampas, yang baru<br />
saja berdiri itu. Tak ingin bernasib serupa, para<br />
pengurus KSP baru itu pun mulai menyusun<br />
strategi. Beberapa penjajakan kerjasama dengan<br />
badan usaha lain, baik swasta maupun lembaga<br />
pemerintah dilakukan. Hasilnya, KSP Tamporok<br />
Timampas berhasil menjalin kerjasama dengan<br />
PT. Permodalan Nasional Madani (PNM). Bantuan<br />
permodalan sebesar Rp 250 juta pun mengucur<br />
pada akhir tahun 2003. Setahun kemudian,<br />
tepatnya pada akhir 2004, KSP Tamporok<br />
Timampas kembali mendapat suntikan modal<br />
serupa sebesar Rp500 juta. Hanya berselang<br />
tiga tahun, seluruh pinjaman dari PT PNM tersebut<br />
berhasil dilunasi.<br />
Berkaca dari jejak rekam KSP Tamporok<br />
Timampas tadi wajar jika kemudian proposal<br />
mereka untuk bantuan perkuatan modal Program<br />
Agribisnis/Sektoral sebesar Rp 1 miliar terkabul<br />
pada tahun 2005.<br />
Berkat disiplin mengelola sistem, dana<br />
bergulir sebesar Rp1 miliar itu kini, empat tahun<br />
kemudian, telah berkembang menjadi lebih dari<br />
Rp 2 miliar. “Peningkatan itu diperoleh dari laba<br />
usaha simpan pinjam yang dijalankan,” ungkap<br />
Ketua KSP Tamporok Timampas, Juliantje<br />
Kaunang. Keberhasilan itu juga mempengaruhi<br />
tingkat pengembalian dana pinjaman ke bank.<br />
Berdasarkan track record Bank Sulsel, sebagai<br />
penyalur dana bergulir agribisnis Rp 1 miliar, KSP<br />
Temporok pada 2008 telah menyetor dana<br />
sebesar Rp 100 juta ditambah bunga.<br />
Keberhasilan KSP Tamporok Timampas<br />
menggali berbagai potensi permodalan efektif<br />
menggerakkan grafik aset dan neraca keuangan<br />
KSP ke level yang lebih baik. Menurut data KSP,<br />
saat ini aset yang dimiliki sudah bernilai Rp 800<br />
juta. Grafik neraca keuangan pun setali dua uang.<br />
Tahun demi tahun neraca keuangan<br />
menunjukkan peningkatan yang cukup untuk<br />
membuat para pengurus KSP ini tersenyum puas.<br />
Pasar tradisional milik KUD Tamporok, tempat para anggota KSP Tamporok Timampas memasarkan hasil panen<br />
118<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Salah satu indikator, misalnya, bisa dilihat dari<br />
jumlah kredit yang dikeluarkan. Pada tahun 2007<br />
jumlah kredit yang disalurkan mencapai senilai<br />
Rp1.967.808.300, yang kemudian menghasilkan<br />
laba usaha senilai Rp24.181.925. Satu tahun<br />
kemudian, jumlah kredit yang tersalur meningkat<br />
menjadi Rp1.998.278.300 dengan laba usaha juga<br />
meningkat menjadi Rp27.199.507. Sebagai<br />
catatan, besaran pinjaman atau kredit yang<br />
disalurkan bervariasi, mulai dari yang terkecil<br />
Rp500 ribu hingga Rp20 juta dengan berbagai<br />
program pilihan. Sedangkan tingkat suku bunga<br />
yang digunakan adalah sebesar 20,4% per tahun.<br />
Kinerja keuangan yang kinclong tersebut<br />
merupakan buah dari sistem penyaluran dana<br />
bergulir yang relatif ketat. Dalam hal keanggotaan,<br />
KSP menerapkan sistem open house.<br />
Artinya, membuka pintu seluas-luasnya bagi<br />
masyarakat atau calon anggota yang ingin<br />
menjadi anggota KSP. “Kami membuka<br />
kesempatan seluas-luasnya bagi calon anggota<br />
untuk menjadi anggota KSP,” kata Ketua KSP<br />
Tamporok Timampas, Juliantje Kaunang.<br />
Namun, ada beberapa syarat yang harus<br />
dipenuhi untuk bisa menjadi anggota KSP. Salah<br />
satunya prestasi pengembalian yang tidak boleh<br />
cacat selama dua kali pengajuan kredit. Untuk<br />
syarat yang satu ini pengurus tidak memberi<br />
toleransi. Wajar jika sampai waktu tertentu, KSP<br />
Tamporok Timampas baru mempunyai anggota<br />
tetap sebanyak 25 orang. “Kami harus selektif<br />
dalam menerima anggota,” jelas Juliantje Kaunang.<br />
Kebijakan pintu dibuka lebar-lebar di satu<br />
pihak, dan pemberlakuan ketat di dalam<br />
persyaratannya di pihak lain, ternyata membuahkan<br />
hasil. Hasilnya adalah jumlah anggota<br />
yang banyak dan selektif. Hingga tahun 2009<br />
calon anggota KSP mencapai 1.604 orang, yang<br />
tersebar tidak hanya di Desa Tatelu tapi juga desadesa<br />
sekitarnya, seperti Pinilih, Warukapas,<br />
Wassian, Lumpias, T. Rondor dan Klabat.<br />
Kredibilitas calon anggota dan jenis usaha<br />
yang dilakukan menjadi pertimbangan KSP untuk<br />
meluncurkan kredit. Bahkan, bisa berpengaruh<br />
terhadap besar kecilnya pinjaman yang<br />
dikeluarkan. Sedangkan untuk memudahkan<br />
pembinaan, di masing-masing desa ditempatkan<br />
seorang manajer, seorang kasir dan seorang juru<br />
tagih berstatus karyawan KSP.<br />
Track record bagus itu tidak datang begitu<br />
saja, namun melalui perjuangan keras yang<br />
cukup panjang dari para pengurus. Misalnya<br />
keberhasilan pengurus KSP dalam menembus<br />
birokrasi lembaga usaha yang selama ini terkesan<br />
enggan bekerja sama dengan koperasi.<br />
Setidaknya, Pemerintah Daerah mulai mempertimbangkan<br />
keberadaan KSP. Sebagai bentuk<br />
dukungan Pemda, KSP Tamporok Timampas terpilih<br />
sebagai koperasi penerima bantuan dana bergulir<br />
perkuatan modal bidang agribisnis dari Pemerintah<br />
sebesar Rp 1 miliar pada tahun 2005/ 2006.<br />
Tapi, bukan hanya alasan lobi kenapa KSP<br />
pantas untuk menjalankan program dari Kementerian<br />
Negara <strong>Koperasi</strong> dan usaha Kecil dan<br />
Menengah. Pertimbangan utamanya tetap pada<br />
kinerja koperasi itu sendiri. Di sana kepiawaian<br />
pengurus teruji.<br />
Sayang, sinar kinerja KSP Tamporok<br />
Timampas terganggu oleh sebuah catatan kaki<br />
dari Bank Sulut. Menurut Data Bank Sulut, jumlah<br />
pinjaman dana bergulir Program Agribisnis<br />
Sektoral yang sebesar Rp 1 miliar yang diterima<br />
KSP Tamporok Timampas, baru Rp 100 juta yang<br />
dikembalikan. Menyikapi pertanyaan nakal atas<br />
fakta itu, sang Ketua KSP Tamporok Timampas,<br />
Juliantje Kaunang, hanya bisa berujar: “kami<br />
masih prioritas pada perguliran dana, semakin<br />
bergulir semakin kuat koperasi kami.”<br />
KSP Tamporok Timampas<br />
Alamat<br />
: Desa Tatelu, Keca. Dimembe,<br />
Kab.Minahasa Utara<br />
Berdiri : 10 Mei 1997<br />
Badan Hukum<br />
: No: 2473/BH-KOP/IX-2003<br />
Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004<br />
Jumlah Perkuatan Modal<br />
: Rp1 miliar<br />
Peningkatan Dana Perkuatan Modal : Lebih dari Rp2 miliar<br />
Ketua<br />
: Juliantje Kaunang<br />
Jumlah Anggota<br />
: 25 orang<br />
Jumlah Karyawan<br />
: 23 orang<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 119
KSP TAMPOROK TIMAMPAS<br />
North Minahasa, Norht Sulawesi<br />
Providing Wide Open<br />
opportunities, Tight Requirements<br />
Sumiati is a simple woman. She lives in<br />
Tatelu Village, Dimembe District. Be<br />
hind her simplicity she is actually a<br />
strong business woman. Since 2001, Sumiati<br />
is the manager of land fishery small business<br />
sector. Sumiati is a member of Loan Save Cooperation<br />
(KSP) of Tamporok Timampas, receiver<br />
of scrolling fund strengthening for Sector KSP.<br />
Sector<br />
In 2005, Sumiati submitted a proposal<br />
on capital strengthening for fishery business<br />
that she managed. Capital aid with the value<br />
of Rp 5 million was obtained by her. With that<br />
much money, she bought fish seed and food.<br />
As a discipline member of KSP she paid back<br />
the loan installment, and then she applied for<br />
the second stage loan, in the amount of 10<br />
million, then the third one in the amount of<br />
Rp 15 million. “I used all that money for business<br />
capital, not for purchasing household<br />
goods,” said Sumiati expressly.<br />
Eight years later, now Sumiati has had<br />
six fish ponds. In addition she also supplies<br />
fish for restaurants in Minahasa and Manado.<br />
Sumiati is a hard work type of business<br />
woman, any hindrances do not stop her spirit<br />
from progressing. Now, thanks to her hard<br />
work in managing her business, in a month<br />
she can obtain a net profit of Rp 4.5 million.<br />
Loan Save Cooperation (KSP) Tamporok<br />
Timampas was established in 2003. Because<br />
of its good recording system, their proposal<br />
to obtain scrolling fund aid for Sector KSP in<br />
the amount of Rp 1 billion was granted in 2005.<br />
Because of the discipline in system management,<br />
scrolling fund in the amount of Rp 1<br />
billion has now four years later, developed to<br />
become Rp 2 billion. “Such increase was obtained<br />
from profit of the managed loan save<br />
business,” said Chairman of KSP Tamporok<br />
Timampas, Juliantje Kaunang. Such success also<br />
affects the return level of loan fund to the bank.<br />
In 2008 Temporok returned such scrolling loan<br />
fund in the amount of Rp 100 million plus interest.<br />
According to KSP data, currently asset<br />
that is owned has reached the amount of Rp<br />
800 million. Meanwhile, financial balance also<br />
shows enough increase to make all administrators<br />
smile in satisfaction. On of the indicators,<br />
for example, can be seen from the amount<br />
of credit issued. In 2007 the amount of credit<br />
distributed reached the amount of<br />
Rp1.967.808.300, which then produced business<br />
profit in the amount of Rp24.181.925. A<br />
year later, the amount of credit distributed increased<br />
to become Rp1.998.278.300 with<br />
business profit that also increased to become<br />
Rp27.199.507.<br />
Such sparkling financial performance is<br />
the fruit of scrolling fund distribution system<br />
which is relatively tight. In terms of membership,<br />
KSP applies the open house system. It<br />
means, it opens the door widely for communities<br />
or future members who wish to become<br />
KSP members. “We provide opportunities wide<br />
open for future members to become members<br />
of KPS,” said Chairman of KSP Tamporok<br />
Timampas, Juliantje Kaunang.<br />
The wide open door policy by one side,<br />
and the tight enactment in its requirements are<br />
actually fruitful. The output is the large and selective<br />
number of members. Up to 2009 members<br />
of KSP have reached 1,604 scattered not<br />
only in Tatelu Village but also the surrounding<br />
villages such as Pinilih, Warukapas, Wassian,<br />
Lumpias, T. Rondor and Klabat.<br />
120<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Lahan persawahan di Kabupaten Minahasa<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 121
122<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
SULAWESI TENGGARA<br />
Southeast Sulawesi<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 123
Aktivitas anggota KSP Tunas Sari dalam melakukan pemilihan bibit rumput laut<br />
KSP TUNAS SARI<br />
Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara<br />
Maju Bersama Petani Rumput Laut<br />
Masyarakat Labone terkenal sebagai<br />
masyarakat pembudidaya rumput<br />
laut. Awalnya, mereka berprofesi<br />
sebagai nelayan. Namun, seiring dengan<br />
perkembangan usaha budidaya rumput laut<br />
yang dianggap lebih potensial, satu demi satu<br />
mereka beralih profesi menjadi petani rumput<br />
laut. Secara geografis masyarakat Desa Labone<br />
terletak di tepi selat Buton yang memang cocok<br />
untuk budidaya rumput laut. Meskipun harga<br />
rumput laut tergolong labil dianggap tetapi usaha<br />
ini dianggap lebih prospektif daripada menjadi<br />
nelayan kecil.<br />
Lagi-lagi alasan minim modal membuat<br />
para petani rumput laut itu sulit melakukan<br />
eskalasi usaha mereka. Untuk meminjam modal<br />
ke bank, terlalu banyak persyaratan administratif<br />
yang tak bisa mereka penuhi. Padahal,<br />
permintaan pasar terhadap rumput laut semakin<br />
tinggi. Tanpa modal yang cukup, para petani<br />
rumput laut itu jelas tak bisa berbuat banyak.<br />
Keresahan itu akhirnya bermuara di forum<br />
pertemuan anggota <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam<br />
Tunas Sari. Para petani rumput laut mengeluh.<br />
“Seperti ada tembok besar di hadapan kami,”<br />
kenang La Saimuna, Ketua sekaligus Manager<br />
124<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Rumput laut hasil produksi usaha tambak rumput laut milik anggota KSP Tunas Sari<br />
KSP Tunas Sari menggambarkan suasana hati<br />
para petani rumput laut yang menjadi<br />
anggotanya.<br />
Ketika itu tahun 2003. Begitu mendengar<br />
bahwa Kementerian KUKM meluncurkan program<br />
perkuatan permodalan bagi KSP yang<br />
membiayai UKM sektor agribisnis, para pengurus<br />
KSP Tunas Sari sepakat untuk mengajukan proposal.<br />
Berbekal neraca keuangan yang stabil,<br />
mereka yakin bahwa proposal itu akan<br />
dikabulkan. Sebagai catatan, pada tahun 2003,<br />
KSP Tunas Sari telah memiliki anggota hampir<br />
2000 orang dengan modal mencapai Rp<br />
3.092.275.276. “Dengan anggota sebanyak itu,<br />
kami masih membutuhkan perkuatan modal<br />
untuk membiayai usaha mikro para petani<br />
rumput laut yang menjadi anggota KSP,” ungkap<br />
La Saimuna.<br />
Satu tahun kemudian, doa para petani<br />
rumput laut Lasalepa terkabul. Proposal KSP<br />
untuk memperoleh perkuatan permodalan<br />
sebesar Rp 1 miliar melalui Perkuatan Modal<br />
KSP Sektor Agribisnis disetujui.<br />
Sedikit kilas balik, koperasi simpan pinjam<br />
berkembang dari sebuah unit usaha Simpan<br />
Pinjam pada KUD Tunas sari yang telah berdiri<br />
sejak tahun 1992 di Desa Labone, Kecamatan<br />
Lasalepa. Karena USP dari KUD Tunas sari ini<br />
tumbuh dengan pesat dan menjadi unit usaha<br />
primadona maka pada 1995 diputuskan untuk<br />
berdiri sendiri dengan nama KSP Tunas Sari.<br />
Ketika itu, modal awalnya hanya sebesar<br />
Rp 8 juta rupiah dengan jumlah pengurus<br />
sebanyak 3 orang, selain pengawas sebanyak<br />
3 orang, satu orang karyawan. Memang, jumlah<br />
anggotanya sudah relatif banyak: 200 orang.<br />
“Dengan anggota sebanyak itu modal kami habis<br />
berputar, padahal jumlah pinjaman tertinggi kami<br />
hanya Rp. 100.000, yang harus lunas selama<br />
5-10 bulan dengan bunga rata-rata 2,5 persen,”<br />
kenang La Saimuna.<br />
Kini, berbelas tahun kemudian, berkat<br />
sentuhan tangan dingin dari para pengurusnya,<br />
KSP Tunas Sari telah mengembangkan usaha<br />
simpan pinjamnya. Sejak menerima perkuatan<br />
modal bergulir Program Agribisnis/Sektoral,<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 125
jumlah anggota KSP ini merangkak naik. Pada<br />
tahun 2004 jumlah anggotanya telah mencapai<br />
2.468 orang dengan total modal yang mencapai<br />
senilai Rp 5,67 miliar.<br />
Pertambahan anggota yang cukup pesat itu<br />
tak mengherankan, karena KSP Tunas Sari<br />
memberikan persyaratan yang mudah. Cukup<br />
dengan mengisi formulir pendaftaran, menyetor<br />
simpanan pokok sebesar Rp10.000 dan<br />
membayar simpanan wajib yang besarnya 5%<br />
dari total pinjaman. Sepanjang calon anggota<br />
tersebut disiplin melunasi pinjamannya selama<br />
dua kali putaran, mereka berhak menjadi<br />
anggota.<br />
Sekadar menampilkan data statistik, pada<br />
tahun 2008 lalu, jumlah pinjaman yang digulirkan<br />
kepada para anggota mencapai Rp 11,84 miliar<br />
dengan volume usaha sebesar Rp 14,34 miliar.<br />
Pencapaian itu meningkat 28 persen jika<br />
dibandingkan prestasi keuangan pada tahun<br />
2007 dengan volume usaha sebesar Rp 11,21<br />
miliar. Dari hasil penyaluran pinjaman selama<br />
Tahun Buku 2008 tersebut, KSP Tunas Sari<br />
meraih pendapatan Hasil Usaha (HU) senilai<br />
Rp823,9 juta (lihat tabel).<br />
Kinerja keuangan yang baik itu juga diiringi<br />
dengan kinerja pengembalian dana bergulir<br />
yang sebesar Rp 1 miliar, yang mesti lunas<br />
dalam kurun waktu 10 tahun. Menurut data Bank<br />
Sultra KSP Tunas Sari tergolong koperasi yang<br />
disiplin melakukan pengangsuran. Hingga akhir<br />
2008, KSP Tunas Sari telah menunaikan<br />
kewajiban pengembalian sebesar Rp 450 juta.<br />
La Saimuna, Ketua KSP Tunas Sari (kiri). Cabang KSP Tunas Sari di Kendari (kanan)<br />
Kondisi KSP Tunas Sari 2007-2008<br />
2007 2008 Peningkatan (Rp) Peningkatan (%)<br />
Volume usaha 11.214.450.050 14.347.473.200 3.134.023.150 28<br />
Hasil Usaha (HU) 788.920.561 823.901.658 34.981.097 4,4<br />
Jumlah anggota 2.830 2.816 -14 -0,49<br />
KSP TUNAS SARI<br />
Alamat<br />
: Desa Labone, Kec. Lasalepa, Kab.Muna,<br />
Provinsi Sulawesi Tenggara<br />
Berdiri : 21 Juli 1995<br />
Badan Hukum<br />
: No: 16/BH/KWK.21/XI/1995<br />
Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004<br />
Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />
Total Aset<br />
: Rp1.624.511.628<br />
Ketua<br />
: La Saimuna<br />
Jumlah Anggota : 2000 orang<br />
Jumlah Karyawan : 32 orang<br />
126<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Inspirasi La Rimu<br />
Menjadi petani rumput laut sudah<br />
menjadi pilihan hidup La Rimu.<br />
Pria 49 tahun ini memiliki<br />
sebidang lahan seluas 400 x 300 meter<br />
persegi yang ia manfaatkan sebagai arena<br />
budidaya rumput laut. Setiap 45 hari sekali<br />
ia bisa memanen rumput laut rata-rata 1<br />
ton rumput laut kering. Dalam satu tahun<br />
ia bisa memanen hingga lima sampai<br />
enam kali panen. Sebelum membudidaya<br />
rumput laut, La Rimu bekerja sebagai<br />
pedagang kelontong sekaligus bertani di<br />
ladang.Harga rumput laut kering saat ini<br />
Rp 8.500/kg. Memang harga rumput laut<br />
kering sering tidak stabil. Kadang turun<br />
hingga kisaran Rp 4.000/kg. Namun, suatu<br />
waktu bisa melambung hingga Rp 15.000/<br />
kg. Rata-rata para petani rumput laut bisa<br />
mengantongi untung setidaknya 200%<br />
hingga 300% dari modal yang mereka<br />
keluarkan. Hal itulah yang membuat La<br />
Rimu tetap setia dengan usaha budidaya<br />
rumput laut.Suatu ketika, La Rimu terbentur<br />
sebuah situasi sulit. Di satu sisi ia<br />
memerlukan biaya untuk kedua anaknya,<br />
yang kebetulan bersiap melanjutkan ke<br />
jenjang SMA dan SMP secara bersamaan.<br />
Uang simpanannya hampir habis untuk<br />
biaya sekolah anak-anaknya. “Sempat<br />
terpikir untuk meminjam uang di Bank,<br />
tetapi saya pikir kenapa tak pinjam di<br />
<strong>Koperasi</strong> saja yang persyaratannya<br />
ternyata lebih mudah,” kenang La Rimu.<br />
Akhirnya dengan tekad bulat La Rimu<br />
datang ke kantor KSP Tunas Sari untuk<br />
mendaftar menjadi anggota koperasi<br />
sekaligus mengajukan pinjaman modal<br />
sebesar Rp 1 juta. Uang itu ia gunakan<br />
untuk membeli tambang sebagai media<br />
tanam rumput laut seluas 100 m x 50 m.<br />
Untuk membeli bibit ia terpaksa<br />
menggunakan uang simpanan yang masih<br />
sedikit tersisa. Ternyata usaha La Rimu<br />
La Rimu<br />
menuai hasil bagus. Di saat panen, hasil<br />
panennya berkualitas baik. Sementara itu,<br />
ketika itu harga rumput laut juga sedang<br />
tinggi. La Rimu pun akhirnya bisa<br />
membayar hutangnya ke koperasi dengan<br />
lancar. Kini, La Rimu telah beberapa kali<br />
mengajukan pinjaman. Pinjaman kedua<br />
sebesar Rp 2,5 juta yang ia gunakan<br />
untuk menambah luas area budidaya<br />
rumput laut miliknya. Pinjaman kedua ini<br />
pun bisa ia kembalikan tepat waktu. Saat<br />
usaha budidaya rumput lautnya<br />
mengalami kemajuan, naluri dagang La<br />
Rimu menyeruak. “Selain menanam<br />
sendiri, saya juga ingin menjadi pengepul,”<br />
ujarnya. La Rimu kembali mengajukan<br />
pinjaman sebesar Rp 10 juta untuk modal<br />
menjadi pengepul rumput laut kering.<br />
Sebagian uang tersebut ia gunakan untuk<br />
membangun gudang penampungan<br />
rumput laut kering. Usahanya berjalan<br />
lancar. Kini ia mampu membiayai kedua<br />
anaknya kuliah di Unhalu Kendari. Bahkan<br />
ia telah mempunyai deposito puluhan juta<br />
rupiah di KSP Tunas Sari.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 127
KSP OF TUNAS SARI<br />
Southeast Sulawesi<br />
Moving Forward Together With<br />
Seaweed Farmers<br />
Labone Community is famous as sea<br />
weed cultivator community. Initially,<br />
they were fishermen. However, along<br />
witht the development of seaweed cultivation<br />
that is considered as more potential, one by<br />
one the community members changed jobs<br />
to become seaweed farmers. Geographically,<br />
Labone Village community is on the edge of<br />
Buton strait which is suitable for seaweed cultivation.<br />
Even though the price of seaweed<br />
is rather unstable, this business is considered<br />
as more prospective compared to being<br />
small fishermen.<br />
Again, minimum capital becomes the<br />
reason for the seaweed farmers as the difficulties<br />
in escalating their business. To apply<br />
for loan from the bank, there are too many<br />
administrative requirements that thay could not<br />
meet. On the other hand, market demand for seaweed<br />
increased. Without enough capital, such seaweed<br />
farmers obviously could not gain much.<br />
Such anxiety finally ended up in meeting<br />
forum of Tunas Sari Save Loan Cooperation<br />
members. Seaweed farmers complained.<br />
“There seems to be a great wall in<br />
front of us,” said La Saimuna, Chairman and<br />
Manager of KSP Tunas Sari describing the<br />
feeling of seaweed farmers who were his<br />
members. In 2003, when there was news that<br />
Ministry of KUKM launched capital strengthening<br />
program for KSPs that have UKM in<br />
agribusiness sector, administrators of KSP<br />
Tunas Sari agreed to submit a proposal.<br />
Equiped with stable financial balance, they<br />
were certain that such proposal will be<br />
granted. As a note, in 2003, KSP Tunas Sari<br />
had had members up to 2,000 people with<br />
capital that reached Rp 3,092,275,276. A year<br />
later, the prayers of Lasalepa seaweed farmers<br />
were granted. KSP Proposal to obtain<br />
capital strengthening in the amount of Rp 1<br />
billion through Capital Strenghtening for KSP<br />
Agribusiness Sector Program was approved.<br />
A little flash back, save loan cooperation<br />
developed from a business unit of Save<br />
Loan in KUD of Tunas Sari that has been<br />
established since 1992 in Labone Village,<br />
Lasalepa District. Since this USP from KUD<br />
of Tunas Sari grew fast and became the main<br />
business unit, then in 1995 it was decided to<br />
become independent with the name KSP<br />
Tunas Sari. Now, years later, due to the touch<br />
of the administrators’ cold hands, KSP Tunas<br />
Sari has developed its save loan business.<br />
Since receiving scrolling capital<br />
strengthening for Agribusinees/Sector Program,<br />
the number of KSP members has begun<br />
to go up. In 2004 the number of members<br />
had reached 2,468 people with a total<br />
capital value of Rp 5.67 billion.<br />
Just to present a statistic data, in 2008,<br />
the amount of loan scrolled to the members<br />
reached Rp 11,84 billion with a business volume<br />
of Rp 14.34 billion. Such achievement<br />
increased by 28 percent if compared to the<br />
financial achievement in 2007 with a business<br />
volume of Rp 11.21 billion. From the output<br />
of loan distribution during such Financial<br />
Year of 2008, KSP Tunas Sari obtained a<br />
business revenue (HU) with a value of<br />
Rp823,9 million (see table).<br />
Such favorable financial performance<br />
was also in line with scrolling fund return performance<br />
in the amount of Rp 1 billion, that<br />
must be paid up wihtin 10 years. According<br />
to Sultra Bank data KSP Tunas Sari is a discipline<br />
cooperation in paying the installment.<br />
Up to the end of 2008, KSP Tunas Sari had<br />
fulfilled its obligation in returning loan in the<br />
amount of Rp 450 million.<br />
128<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Aktivitas petani rumput laut anggota KSP Tunas Sari<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 129
Kantor KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> di Kabupaten Kolaka<br />
KSP MINA SEJAHTERA<br />
Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara<br />
Bertindak Cermat di Masa Sulit<br />
Pengalaman adalah guru terbaik”.<br />
“<br />
Begitulah pesan yang bisa ditangkap<br />
dari kisah perjalanan KSP Mina<br />
<strong>Sejahtera</strong> Kabupaten Kolaka, Sulawesi<br />
Tenggara. Meskipun masa-masa sulit juga dialami<br />
badan usaha serupa, KSP Mina <strong>Sejahtera</strong><br />
mampu keluar dari ujian tersebut. Pengurus KSP<br />
ini senantiasa belajar kepada pengalaman<br />
mereka sendiri di masa lalu sehingga bekerja<br />
lebih cermat pada masa-masa berikutnya.<br />
Ujian demi ujian telah menempa KDP Mina<br />
<strong>Sejahtera</strong>. Misalnya, ketika usaha budi daya<br />
rumput laut dan teripang yang ditekuni sebagian<br />
anggota KSP sedang mengalami kelesuan.<br />
Keadaan yang tak menguntungkan ini berimbas<br />
terhadap penurunan tingkat pendapatan<br />
anggota, dan pada akirnya mempengaruhi<br />
kelancaran pengembalian pinjaman kepada<br />
koperasi.<br />
Muhammad Jaya, Ketua KSP Mina<br />
<strong>Sejahtera</strong>, tidak tinggal diam. Ia lantas<br />
mencarikan alternatif usaha bagi anggota yang<br />
mengalami kesulitan. Di kepalanya tercetus<br />
gagasan untuk mengajak sejumlah anggota<br />
yang sebelumnya bergerak di bidang budi daya<br />
rumput lut dan teripang itu untuk beralih<br />
sementara bekerja menyadap getah pinus<br />
bahkan sampai ke pengolahan. “Anggota yang<br />
sedang sulit usahanya saya ajak untuk bekerja<br />
menyadap dan mengolah getah pinus bekerja<br />
sama dengan Dinas Kehutanan,” kata Jaya.<br />
Dalam kerja sama tersebut, KSP<br />
130<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Aktivitas KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> dalam memberikan pelayanan bagi para anggotanya<br />
menyediakan jasa tenaga, sementara Dinas<br />
Kehutanan menyediakan lahannya. “Hasilnya<br />
nanti akan kita sepakati bersama,” tambah Jaya.<br />
Menurut Jaya, upaya itu dilakukan agar<br />
pinjaman dana yang telah dikucurkan dapat<br />
dikembalikan oleh masyarakat. “Sekarang kita<br />
berusaha untuk memperlancar pengembalian<br />
pinjaman,” tambah Jaya.<br />
***<br />
Kehadiran KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> telah banyak<br />
membantu masyarakat. Bahkan ketika masih<br />
berbentuk <strong>Koperasi</strong> Serba Usaha (KSU) Mina<br />
<strong>Sejahtera</strong> pada tahun 1998, koperasi ini telah<br />
melakukan berbagai kegiatan usaha, di<br />
antaranya sebagai penyalur pupuk saprodi<br />
(sarana produksi padi), menampung dan<br />
menyalurkan hasil berbagai budi daya pertanian<br />
dan perkebunan, menampung hasil budi daya<br />
kelautan seperti teripang dan rumput laut dan<br />
warung serba ada (waserba). Selain itu,<br />
koperasi ini juga melayani simpan pinjam.<br />
Manfaat program simpan pinjam ini<br />
sungguh besar, terutama bagi anggota dan calon<br />
anggota di lingkungan Tanggetada yang<br />
sebagian besar merupakan petani dan nelayan.<br />
Satu contoh terjadi pada saat booming budi daya<br />
rumput laut dan teripang beberapa waktu lalu,<br />
yang berpengaruh terhadap pola usaha<br />
masyarakat. Saat itu, warga Tanggetada ramairamai<br />
membudidayakan rumput laut dan<br />
teripang. Hanya saja, sebagian besar dari<br />
mereka tidak mempunyai modal cukup untuk<br />
memulai usaha budi daya tersebut. Sebagai<br />
solusi, mereka pun mengajukan pinjaman modal<br />
ke koperasi Mina sejahtera yang pada saat itu<br />
masih berbentuk <strong>Koperasi</strong> Serba Usaha (KSU).<br />
Ketika skala usaha budidaya rumput laut<br />
masyarakat Tanggetada meningkat, kebutuhan<br />
modal usaha pun ikut meningkat. Mina Mandiri,<br />
yang ketika itu masih berbentuk KSU, tak mampu<br />
mengakomodasi peningkatan kebutuhan modal<br />
usaha itu. Para pengurus pun akhirnya menjalin<br />
kata sepakat: meningkatkan status Mina Mandiri<br />
dari KSU menjadi <strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam (KSP).<br />
Kehadiran KSP ini sangat membantu<br />
masyarakat Tanggetada dalam mendapatkan<br />
modal usaha. Bagi mereka, lebih mudah<br />
memperoleh pinjaman modal dari koperasi<br />
daripada lembaga keuangan lainnya.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 131
“Persyaratan peminjaman ke bank itu repot.<br />
Sementara, jika pinjam ke rentenir, jelas kami tak<br />
sanggup dengan bunga dan sistem<br />
pengembalian pinjaman,” tutur Palampang (53),<br />
salah seorang anggota KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> yang<br />
hingga kini menggeluti budi daya rumput laut<br />
demi untuk menghidupi keluarganya.<br />
Arus surat pengajuan pinjaman dari<br />
masyarakat yang begitu deras membuat<br />
pengurus KSP kelabakan. Pasalnya, pengajuan<br />
pinjaman ternyata lebih besar dari stok dana<br />
yang ada di koperasi. “Kami sempat kerepotan<br />
melayani permintaan anggota karena<br />
keterbatasan modal yang ada di kas koperasi,”<br />
kata Jaya.<br />
Kini, kisah kekurangan dana itu menjadi<br />
cerita masa lalu. Setelah mendapatkan bantuan<br />
dana dana bergulir perkuatan modal sektor<br />
agribisnis sebesar Rp 1 miliar pada tahun 2004,<br />
KSP Mina Mandiri mulai bisa mencukupi<br />
kebutuhan pinjaman anggota. Dari situlah<br />
kemudian KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> mulai fokus pada<br />
kegiatan usaha simpan pinjam. Saat ini, KSP Mina<br />
<strong>Sejahtera</strong> mempunyai anggota sebanyak 126<br />
orang dan calon anggota 1.250 orang.<br />
Dari tahun ke tahun neraca KSP menunjukkan<br />
peningkatan. Sebagai contoh, adanya<br />
peningkatan SHU pada tahun 2008 sebesar Rp<br />
194.033.372 dibandingkan SHU pada tahun 2007<br />
yang hanya sebesar Rp 5.345.450.<br />
Dinamika <strong>Koperasi</strong><br />
Problem pengembalian pinjaman adalah<br />
masalah klasik. Hal itu dihadapi oleh hampir<br />
seluruh KSP, termasuk KSP Mina <strong>Sejahtera</strong>.<br />
Ketersendatan pengembalian pinjaman itu<br />
terjadi, salah satunya, karena hasil bisnis<br />
budidaya teripang dan rumput laut yang dikelola<br />
anggota sedang menurun alias tak sebagus<br />
dulu. Fenomena ini, misalnya, dialami<br />
Pelampang yang di masa lalu bisa menghasilkan<br />
1 ton rumput laut dari lahan berukuran 100 m x<br />
50 m. Kini, di lahan yang sama, Pelampang<br />
hanya bisa memanen paling banyak 600 kg<br />
rumput laut. “Mungkin karena laut kami mulai<br />
tercemar,” tambah Jaya.<br />
Meski mengalami kelesuan, tingkat<br />
pengembalian pinjaman dana bergulir agribisnis<br />
yang pernah disalurkan KSP Mina <strong>Sejahtera</strong><br />
tergolong lancar. Dalam kurun waktu empat<br />
Usaha pengepulan rumput laut yang mendapat suntikan modal dari KSP Mina <strong>Sejahtera</strong><br />
132<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Aktivitas anggota KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> dalam proses produksi rumput laut<br />
tahun, KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> telah mengembalikan<br />
pinjaman dana bergulir agribisnis/ sektoral<br />
sebesar Rp 400 juta melalui Bank BPD Sultra.<br />
Artinya, KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> tak pernah<br />
menunggak, karena aturannya memang<br />
demikian. Untuk menutupi hutang ini, KSP<br />
menerapkan subsidi silang.<br />
Di balik kemampuan KSP Mina <strong>Sejahtera</strong><br />
menghadapi berbagai situasi sulit di atas adalah<br />
kualitas sumber daya manusia yang terlibat<br />
dalam kepengurusan. KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> tak<br />
segan untuk mengirim karyawan atau pengurus<br />
mengikuti berbagai pelatihan/kursus yang<br />
diselenggarakan Dinas <strong>Koperasi</strong> dan PKM<br />
Provinsi Sulawesi Tenggara serta instansi terkait<br />
atau mengikuti magang di koperasi lain yang telah<br />
mapan. Para pengurus koperasi ini yakin<br />
kecermatan dalam bertindak perlu diasah.<br />
Pelatihan, kursus, dan magang adalah upaya<br />
untuk mengasah kecermatan itu.<br />
KSP Mina <strong>Sejahtera</strong><br />
Alamat<br />
: Desa Tanggetada, Kec. Tanggetada,<br />
Kab. Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara<br />
Berdiri : 5 Oktober 1998<br />
Badan Hukum<br />
: No: 359/BH/DKPPM/II/05<br />
Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2004<br />
Jumlah Perkuatan Modal : Rp1 miliar<br />
Total Aset<br />
: Rp.3.723.316.078<br />
Ketua<br />
: Muhammad Jaya<br />
Jumlah Anggota : 126 orang<br />
Jumlah Karyawan : 10 orang<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 133
KSP MINA SEJAHTERA<br />
Kolaka, Southeast Sulawesi<br />
Acting Carefully in a Difficult Period<br />
One ordeal after another has shaped<br />
KSP Mina <strong>Sejahtera</strong>. For example,<br />
when seaweed and trepang (sea<br />
cucumber) cultivation was elaborated members<br />
of KSP experienced listlessness. The<br />
unfavorable circumstance had affected the<br />
level decrease of members’ revenue and in<br />
the end would affect the smoothness of loan<br />
return to the cooperation.<br />
Muhammad Jaya, Chairman of KSP Mina<br />
<strong>Sejahtera</strong>, did not stand still. He then sought<br />
business alternatives for members who faced<br />
difficulties. In his head there was an idea to<br />
ask a number of members who previously<br />
were engaged in seaweed and trepang cultivation<br />
to shift jobs temporarily and worked<br />
as pine gum tapers and even involved up to<br />
the processing stage. “Members who were<br />
experiencing difficulties were invited by me<br />
to work as tapers and process pine gum in<br />
cooperation with Forestry Service,” said Jaya.<br />
In such cooperation, KSP provided manpower,<br />
meanwhile Forestry Services provided<br />
the land. “The production will be jointly agreed<br />
upon later,” Jaya added. According to Jaya,<br />
such effort was made in order for fund loan<br />
that has been distributed to be returned by<br />
the community. “Now we are thriving to<br />
smoothen out the return of loan,” Jaya added.<br />
The presence of KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> in<br />
the vicinity of seaweed farmers is considered<br />
as something quite large, especially for members<br />
and future members in Tanggetada area.<br />
One example was when seaweed and<br />
trepang cultivation went booming a couple<br />
of years ago, which affected the business<br />
pattern of the community. At the time,<br />
Tanggetada denizens together cultivated seaweed<br />
and trepang. However, most of them<br />
did not have enough capital to start such cultivation.<br />
As a solution, they applied for loan<br />
to KSP Mina <strong>Sejahtera</strong>.<br />
When the scale of seaweed cultivation<br />
business of Tanggetada community increased,<br />
the need of business capital also<br />
increased. One day, loan application demand<br />
was so high that KSP administrators became<br />
overwhelmed. The loan application turned out<br />
to be larger than the fund reserve in the cooperation.<br />
However, now the story of fund<br />
shortage becomes the story of the past. After<br />
receiving agribusiness sector capital strengthening<br />
scrolling fund aid in the amount of Rp 1<br />
billion in 2004, KSP Mina Mandiri began to<br />
be able to fulfill the needs of loan for the members.<br />
At this time, KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> has<br />
126 members and 1,250 future members.<br />
The issue of loan return is classical. It is<br />
faced by nearly all KSPs including KSP Mina<br />
<strong>Sejahtera</strong>. The stagnation of loan return occurs,<br />
among others, due to the production of<br />
trepang and seaweed cultivation managed by<br />
the members that decreased or in other words<br />
that was not as good as it used to. Even<br />
though it went through listlessness, the level<br />
of agribusiness scrolling fund loan return distributed<br />
by KSP Mina <strong>Sejahtera</strong> was rather<br />
high. Within four years, KSP Mina <strong>Sejahtera</strong><br />
has returned agribusiness/sector scrolling<br />
fund loan in the amount of Rp 400 million<br />
through BPD Sultra Bank. It means KSP Mina<br />
<strong>Sejahtera</strong> has never been in arrears, since it<br />
is regulated that way. To pay up this debt KSP<br />
applies cross subsidize.<br />
134<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Para pengurus KSP Mina <strong>Sejahtera</strong><br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 135
136<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
MALUKU<br />
Maluku<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 137
Suasana di Kantor KSP Cipta Mandiri, Kabupaten Buru<br />
KSP CIPTA MANDIRI<br />
Kabupaten Buru, Provinsi Maluku<br />
Mandiri di Usia Muda<br />
Mereka itu para pendatang dari tanah<br />
Jawa. Sebuah buku berjudul “Cerita<br />
dari Pulau Buru” menulis bahwa<br />
mereka telah mengubah Pulau Buru yang<br />
tandus menjadi pulau yang mengalirkan ‘emas<br />
putih’ (istilah untuk sagu) dan ‘emas merah’<br />
(istilah untuk kayu meranti); mereka juga<br />
mengubah hutan dan savana menjadi beras dan<br />
palawija.<br />
Memang, masih ada citra dari masa lampau<br />
yang masih melekat pada pulau Buru, yang pada<br />
akhir dekade 1960-an menjadi pulau ‘tefaat’<br />
(baca: tempat pemanfaatan) para tahanan politik.<br />
Citra suram itu jelas fakta, yang tak bisa dihapus<br />
begitu saja. Namun, bagi warga Buru, ketimbang<br />
menghapus citra lama itu, membangun citra baru<br />
dianggap lebih bijak. Itulah yang dilakukan warga<br />
Buru, yang juga sebagian besar pendatang dari<br />
tanah Jawa. Mereka adalah para transmigran,<br />
yang berhasil meneruskan mimpi para<br />
pendatang awal di pulau ini untuk menjadikan<br />
pulau Buru sebagai pulau lumbung beras,<br />
sebagian lagi menyebutnya sebagai pulau<br />
pangan. Bersama penduduk asli, yang sebagian<br />
besar bekerja sebagai penyuling minyak kayu<br />
putih, pulau Buru kini menjadi lumbung padi<br />
wilayah Maluku. Setiap tahun, pulau ini memasok<br />
padi sebanyak 2.500 ton. Pertanian dan<br />
138<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Aktivitas usaha penggilingan gabah milik anggota KSP Cipta Mandiri di Pulau Buru<br />
perkebunan adalah nafas pulau Buru. Dua<br />
sektor ini menyumbang 70% devisa dari total<br />
devisa yang dihasilkan pulau ini.<br />
Bertolak dari karakteristik yang demikian<br />
itu berbagai dinamika kehidupan di pulau ini pun<br />
tak jauh-jauh dari urusan kedua sektor tersebut,<br />
termasuk dinamika perkoperasian, yang juga<br />
berkembang sebagai penopang aktivitas<br />
masyarakat Pulau Buru dalam menggerakkan<br />
aktivitas mereka dalam bertani dan berkebun.<br />
<strong>Koperasi</strong> Simpan Pinjam Cipta Mandiri, salah satu<br />
koperasi terkemuka di Propinsi Maluku, juga lahir<br />
dari dinamika kedua sektor tadi. Ketika berdiri<br />
pada tahun 2003, KSPCM masih berbentuk KSU<br />
dengan usaha pengadaan beras sebagai<br />
andalan utama.<br />
Konsisten mengkawal jati dirinya, enam<br />
tahun kemudian, KSP Citra Mandiri (KSPCM)<br />
tumbuh sebagai koperasi multiprestasi. Bahkan,<br />
tidak berlebihan jika ada pihak yang menyebut<br />
<strong>Koperasi</strong> ini sebagai salah satu dinamo aktivitas<br />
bisnis di pulau Buru. Sebagai gambaran, jika<br />
anda berjalan-jalan ke Waeapo, sebuah<br />
kecamatan di pulau ini, anda akan menjumpai<br />
bangunan Rice Milling Unit (RMU) milik KSPCM.<br />
Bangunan itu menjulang tinggi di antara<br />
bangunan-bangunan lain di sekitarnya.<br />
***<br />
Sejarah KSP Cipta Mandiri bermula dari<br />
sebuah <strong>Koperasi</strong> Serba Usaha Cipta Mandiri.<br />
<strong>Koperasi</strong> ini hadir diantara kelesuan usaha<br />
perkoperasian di Waeapo. Ketika itu tahun 1980-<br />
an. Sayang, mereka tak bisa mendirikan koperasi<br />
karena amanat Inpres No.4/1984 yang<br />
menyebutkan bahwa dalam satu wilayah<br />
kecamatan hanya boleh ada satu koperasi.<br />
Ketika Inpres No. 4/1984 dicabut, seiring<br />
dengan pemberlakuan Inpres No. 18/1998,<br />
pertumbuhan koperasi di Indonesia meningkat<br />
pesat. Impian lama para petani di Pulau Buru<br />
untuk memiliki sebuah koperasi akhirnya<br />
terwujud. Meski agak terlambat, pada tahun<br />
2003 berdirilah <strong>Koperasi</strong> Serba Usaha Cipta<br />
Mandiri.<br />
Ketika berdiri pada tahun 2003, ada 23 orang<br />
yang menjadi anggota pertama. Dari mereka<br />
terkumpul modal awal sebesar Rp6 juta, yang<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 139
Mbok Sutinah, di warung kelontongnya, setia pada KSP Cipta Mandiri<br />
berasal dari simpanan pokok dan simpanan<br />
wajib anggota. Warung serba ada (waserba)<br />
merupakan usaha pertama yang dirintis KSU<br />
Cipta Mandiri (KSU-CM). Tak puas, sebagai ketua<br />
KSU, Slamet Haryono terus mencari peluang dan<br />
terobosan bisnis lain. Akhirnya, KSU-CM<br />
mendapat peluang kontrak kerjasama dengan<br />
Divisi Regional Bulog Provinsi Maluku. Isi kontrak<br />
itu, KSU-CM dilibatkan dalam pengadaan beras<br />
dengan kuantitas pasokan sebanyak 50 ton pada<br />
setiap musim panen. Sebuah tawaran yang<br />
sangat menggiurkan, sekaligus menantang.<br />
Tantangan itu dijawab dengan akhir memuaskan.<br />
Di bawah kepemimpinan Slamet, petani asal<br />
Banyuwangi yang hijrah ke Buru tahun 1981,<br />
KSU-CM berhasil menggandeng 14 kelompok<br />
penggilingan padi untuk memasok beras 50 ton<br />
per musim. Cerita sukses itu tersiar luas. Para<br />
petani Waeapo pun tertarik untuk bergabung.<br />
Dalam tempo singkat, jumlah anggota KSU KCM<br />
melonjak hingga tiga kali lipat menjadi 67 orang.<br />
Tak hanya apresiasi dari masyarakat, Pemerintah<br />
pun mulai melirik kinerja apik KSUCM tersebut.<br />
Pada tahun 2005, berdirilah KSP Cipta<br />
Mandiri, yang merupakan ‘anak kandung’ dari<br />
KSU Cipta Mandiri. Melihat jejak rekam KSU Cipta<br />
Mandiri dan konsistensi para pengurusnya, serta<br />
nilai strategis koperasi ini pada pertumbuhan<br />
ekonomi kawasan, pada tahun itu juga (tahun<br />
2005) KSP Cita Mandiri mendapat kepercayaan<br />
sebagai peserta program perkuatan permodalan<br />
dana bergulir sektoral dari Kementerian Negara<br />
<strong>Koperasi</strong> dan UKM. <strong>Koperasi</strong> ini pun menerima<br />
pinjaman perkuatan permodalan sebesar Rp 500<br />
juta. Kebijakan ini didasarkan pada Pasal 7<br />
Peraturan Menteri Negara <strong>Koperasi</strong> dan UKM<br />
No. 12/2005 yang menyebutkan bahwa “Menteri<br />
dapat menetapkan KSP/USP-<strong>Koperasi</strong> Penerima<br />
Dana Bergulir Sektoral secara khusus yang<br />
dinilai mempunyai peran strategis antara lain<br />
untuk keperluan pembinaan KSP/USP-<strong>Koperasi</strong><br />
di daerah yang sedang berkembang, daerah<br />
perbatasan/terpencil. Dalam konteks ini, Pulau<br />
Buru dipandang memiliki kedudukan strategis<br />
sebagai ‘lumbung beras’ di Propinsi Maluku.<br />
Meski berumur muda, KSP Cipta Mandiri<br />
telah memberi contoh kepada masyarakat di<br />
Pulau Buru bahwa kerja keras adalah awal dari<br />
kesuksesan. Dalam usia yang masih relatif<br />
muda, empat tahun, KSP Cipta Mandiri kini<br />
memiliki kekayaan senilai Rp 1,5 miliar—yang di<br />
dalamnya sudah termasuk dana pinjaman<br />
bergulir sebesar Rp 500 juta.<br />
***<br />
Cerita sukses KSP Cipta Mandiri tadi<br />
tampaknya berbanding lurus dengan<br />
peningkatan kesejahteraan para anggotanya.<br />
Anton Suparman, 67 th, misalnya. Ia telah<br />
beberapa kali memperoleh pinjaman permodalan<br />
140<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Lahan pertanian yang dikelola oleh salah satu anggota KSP Cipta Mandiri<br />
dari KSP. Setelah berhasil melunasi pinjaman<br />
pertamanya, yang senilaiRp5 juta, Anton kembali<br />
dipercaya untuk memperoleh pinjaman permodalan<br />
senilai Rp10 juta. Modal usaha itu<br />
digunakan untuk memperbesar skala usaha<br />
usaha penggilingan padi miliknya dan biaya<br />
pengolahan tanah seluas 1 ha. Dari usahanya<br />
tersebut, Anton mampu membiayai pendidikan<br />
dua anaknya hingga ke jenjang perguruan tinggi:<br />
seorang di Akper Ambon dan seorang lagi di<br />
Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Jawa Barat.<br />
Selain Anton, Mbok Sutinah, 56 tahun,<br />
transmigran asal Banyuwangi juga bisa menjadi<br />
sisi terang dinamika anggota KSP Cipta Mandiri.<br />
Berbekal keahlian membuat tempe, ia membuka<br />
usaha pembuatan tempe. Dari usaha ini ia<br />
mampu menghidupi sembilan orang anaknya.<br />
Seperti kebanyakan pengusaha mikro lainnya,<br />
bagi Mbok Sutinah, permodalan sempat menjadi<br />
masalah. Ia pun lalu mengajukan pinjaman ke<br />
koperasi, dengan jumlah pinjaman yang tidak<br />
terlalu besar, hanya Rp500 ribu. “Uang itu untuk<br />
biaya beli bahan-bahan,” ungkap nenek 13 orang<br />
cucu ini. Ketika pinjaman telah lunas, ia pun<br />
kembali mengajukan pinjaman. Begtulah<br />
seterusnya hingga usahanya berkembang.<br />
Bahkan, karena seringnya ia meminjam modal<br />
ke KSP, Sutinah tidak ingat lagi berapa kali telah<br />
meminjam modal ke koperasi. “Karena sering<br />
minjem jadi nggak ingat sudah berapa kami<br />
minjem ke koperasi,” katanya seraya tersenyum.<br />
Dari usaha pembuatan tempe itu, kini ia telah<br />
memiliki sebuah toko kelontong yang cukup<br />
besar.<br />
KSP Cipta Mandiri<br />
Alamat<br />
Berdiri : 29 November 2002<br />
Badan Hukum<br />
: Desa Waekasar, Kec. Waeapo, Kab. Buru,<br />
Provinsi Maluku<br />
: No: 518-80/BH/DK-UKM/V/2006,<br />
tanggal 04 Mei 2006<br />
Tahun Perkuatan Modal : Tahun 2005<br />
Jumlah Perkuatan Modal : Rp500 juta<br />
Ketua<br />
: Slamet Haryono<br />
Jumlah Anggota : 67 orang<br />
Jumlah Karyawan : 11 orang<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 141
KSP CIPTA MANDIRI<br />
Buru, Maluku<br />
Independent at a Young Age<br />
They are pilgrims from Java land. A<br />
book titled “A Story from Buru Island”<br />
says that they have converted the dry<br />
land of Buru Island to become an island<br />
where ‘white gold’ (the term for sago palm)<br />
and ‘red gold’ (the term for timber tree wood)<br />
flow; they also turned forests and deserts to<br />
become rice and crops. They are the transmigrated<br />
people, who are successful in continuing<br />
the dreams of the early pilgrims in this<br />
island who turned Buru island into rice barn,<br />
and some other people call it as the food island.<br />
For the natives, who mostly work as<br />
sandal wood oil refiners, now Buru Island has<br />
become rice barn for Maluku area. Each year,<br />
this island supplies 2,500 tons of rice. Agriculture<br />
and plantation are the breath of Buru<br />
island. These two sectors contribute 70% of<br />
the total revenue produced by this island.<br />
From such characteristics, various life<br />
dynamics in this island are not far from the<br />
two sectors’ affairs, including the dynamics<br />
of cooperation matters, which also developed<br />
as Buru island community activities supporter<br />
in motoring their activities of farming and<br />
gardening. Cipta Mandiri Save Loan Cooperation,<br />
one of prominent cooperations in<br />
Maluku Province, was also born from the<br />
dynamics of those two sectors. When it was<br />
established in 2003, KSPCM was still in the<br />
form of KSU with rice trading business as its<br />
mainstay.<br />
The history of KSP Cipta Mandiri started<br />
from a Various Business Cooperation Cipta<br />
Mandiri. This cooperation was present among<br />
the resistance of cooperation business in<br />
Waeapo. When it was established in 2003,<br />
there were 23 first members. From them working<br />
capital in the amount of Rp 6 million was<br />
collected, deriving from main savings and<br />
members’ compulsory savings. It was a convenient<br />
store (waserba) that was first managed<br />
by KSU Cipta Mandiri (KSU-CM).<br />
In 2005. KSP Cipta Mandiri was established,<br />
and this KSP is the “biological son” of<br />
KSU Cipta Mandiri. Looking at the track record<br />
of KSU Cipta Mandiri and the consistency of<br />
its administrators as well as the strategic value<br />
of this cooperation on the area economic<br />
growth, in the same year (2005) KSP Cipta<br />
Mandiri was granted a trust to become a member<br />
of sector scrolling fund strengthening program<br />
from Ministry of Cooperation and Small<br />
Middle Scale Enterprises. This cooperation<br />
then received a capital strengthening loan in<br />
the amount of Rp 500 million. This policy is<br />
based on Article 7 of State Minister of Cooperation<br />
and Small Middle Scale Business<br />
Regulation No. 12/2005 which states that<br />
“Minister may stipulate KSP/USP-Sector Scrolling<br />
Fund Receiver Cooperation particularly<br />
which is considered as having strategic role<br />
among others for the need of development of<br />
KSP/USP-Cooperation in the developing areas<br />
and border/remote areas. In this context,<br />
Buru Island is considered as having the strategic<br />
position as ‘rice barn’ in Maluku Province.<br />
Even tough it is still young, KSP Cipta<br />
Mandiri has given examples to the community<br />
in Buru Island that hard work is the beginning<br />
of success. In its relatively young age,<br />
four years, KSP Cipta Mandiri now owns asset<br />
with a value of Rp 1,5 billion—in which<br />
scrolling fund in the amount of Rp 500 million<br />
is included.<br />
***<br />
142<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
Para pengurus KSP Cipta Mandiri<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 143
Epilog<br />
Epilog<br />
Demi Amanah Konstitusi<br />
Upaya pembinaan koperasi memiliki dua<br />
makna penting dalam waktu<br />
bersamaan. Pertama, memperkuat pilar<br />
ekonomi kerakyatan, yang di dalamnya<br />
melibatkan warga negara terbesar dan<br />
merupakan bagian penting dari perekonomian<br />
nasional. Kedua, memenuhi amanah konstitusi<br />
Undang-Undang Dasar 1945.<br />
Meningkatkan kapasitas koperasi secara<br />
kelembagaan maupun permodalan otomatis<br />
berarti memberikan ruang yang luas bagi<br />
berkembangnya pengusaha kecil / mikro. Sebab,<br />
koperasi merupakan titik simpul penting bagi<br />
pengusaha kecil yang tergabung ke dalam<br />
badan usaha tersebut dalam melakukan<br />
berbagai kegiatan bisnis sehari-hari. Aktivitas<br />
penting itu misalnya penyediaan modal jangka<br />
pendek bagi usaha kecil / mikro. <strong>Koperasi</strong> bisa<br />
menyediakan modal yang dibutuhkan dengan<br />
persyaratan yang lebih ringan ketimbang<br />
lembaga perbankan.<br />
Melalui komunikasi dan interkasi yang intensif,<br />
apalagi didukung tradisi kekeluargaan,<br />
kebersamaan serta kegotongroyongan, proses<br />
pembinaan terhadap para pengusaha kecil/ mikro<br />
sudah otomatis berlangsung. Titik tekan pembinaan<br />
paling tidak terfokus kepada upaya peningkatan<br />
kemampuan produksi serta kapasitas usaha.<br />
Dalam situasi iklim usaha baik di tingkat<br />
lokal, nasional maupun global, yang<br />
mengutamakan kompetisi, upaya pembinaan<br />
terhadap koperasi tersebut jelas memiliki makna<br />
144<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
esar tidak hanya bagi peningkatan kapasitas<br />
pengusaha kecil/ mikro yang tergabung dalam<br />
berbagai jenis usaha koperasi, tetapi juga<br />
meringankan tugas negara mengingat mereka<br />
adalah bagian terbesar dari bangsa ini.<br />
Dari sisi ini, ketika membina koperasi berarti<br />
negara telah memberikan jaminan bagi<br />
pewujudan keadilan sosial. Amanah konstitusi<br />
tersebut merupakan hal prinsip karena Indonesia<br />
penganut paradigma negara kesejahteraan<br />
(welfare state). Dalam perspektif demikian, Program<br />
Pengembangan Pengusaha Mikro dan<br />
Kecil Melalui Perkuatan Modal <strong>Koperasi</strong> Simpan<br />
Pinjam (KSP) yang membiayai kegiatan ekonomi<br />
di sektor Agribisnis maupun sektoral lainnya,<br />
yang dilaksanakan sejak tahun 2003, merupakan<br />
langkah nyata yang diperlukan bagi usaha<br />
perkuatan ekonomi kerakyatan yang dimaksud.<br />
Perhatian pemerintah kepada usaha kecil<br />
dan mikro tak boleh berhenti karena peranannya<br />
tidak kecil bagi kekuatan perekonomian nasional.<br />
Buktinya, pada masa krisis ekonomi Indonesia<br />
pada 2007 yang masih terasa dampaknya<br />
hingga pada saat ini, mereka–bersama usaha<br />
menengah— pada umumnya masih eksis,<br />
bahkan kekuatan yang memberikan kontribusi<br />
kepada angka pertumbuhan ekonomi nasional<br />
tidak anjlok atau bertahan di angka 4%. Artinya,<br />
koperasi sebagai wadah pembinaan usaha bagi<br />
masyarakat senantiasa relevan.<br />
Keberhasilan yang ditunjukan ratusan<br />
koperasi simpan pinjam koperasi penerima Program<br />
Pengembangan Pengusaha Mikro dan<br />
Kecil melalui Perkuatan Modal Bagi <strong>Koperasi</strong><br />
Simpan Pinjam (KSP) di bidang Agribisnis/<br />
Sektoral, dan tentu saja juga kesuksesan<br />
pengusaha kecil di dalam memanfaatkan kredit,<br />
adalah penjelasan terang benderang bahwa<br />
pembangunan ekonomi kerakyatan di negeri ini<br />
memiliki prospek yang cerah di masa mendatang.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 145
Epilog<br />
Epilog<br />
For The Sake of Constitutional<br />
Mandate<br />
The effort of cooperation development<br />
has two important meanings simulta<br />
neously: First, to strengthen populist<br />
economic pillars, in which the largest citizens<br />
are being involved and which constitute the<br />
important part of the national economic and<br />
Second, to fulfill The 1945 Constitution mandate.<br />
Increasing the cooperation capacity both<br />
in institutional and capitalization manners automatically<br />
means providing wide space for<br />
the development of small/micro business. Cooperation<br />
is the point of important knot for<br />
small entrepreneurs as members of such business<br />
entities in running daily business. Such important<br />
activities are long term capital supply for<br />
small/micro business. Cooperation is able to provide<br />
the needed capital with more lenient requirements<br />
compared to banking institutions.<br />
Through interactive and intensive communications,<br />
more over if they are supported by family,<br />
togetherness and mutual cooperation, the<br />
process of development of small/micro entrepreneurs<br />
has automatically taken place. Development<br />
emphasizing point at least is focused on<br />
the effort of production as well as business ca-<br />
146<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a
pacity increase.<br />
In the favorable business climate either in<br />
local, national or global levels, which emphasize<br />
in competition, development effort on such cooperation<br />
clearly has large meaning not only for<br />
the increase of small/micro entrepreneurs who<br />
are members of various types of cooperation,<br />
but also to lighten the state duties in reminding<br />
them as the largest part of this nation.<br />
From this perspective, by developing cooperation<br />
a country has provided security for the<br />
creation of social welfare. Such constitutional<br />
mandate is a principal matter since Indonesia<br />
adopts the welfare state paradigm. Within this<br />
perspective, Micro and Small Entrepreneurs<br />
Development Program through the Strengthening<br />
of Safe and Loan Cooperation Capital (KSP)<br />
which funds the economic activities in Agricultural<br />
or any other sectors, which has been implemented<br />
since 2003, is the real step required for<br />
the concerned populist economic.<br />
The government attention to small and micro<br />
business cannot be ceased since its role<br />
is not insignificant for the national economic<br />
power. As evidence, in the Indonesian economic<br />
crisis period of 2007 which effect is still<br />
felt until today, they-together with middle scale<br />
business-generally still existed, even the power<br />
that provides contribution to the number of<br />
national economic growth did not plumet or<br />
otherwise it remained stable at the level of 4%.<br />
It meas, cooperation as the accomodation for<br />
business develpoment for the community has<br />
always been relevant.<br />
The sucess shown by hundreds of save<br />
loan cooprations or cooprations the receivers<br />
of Micro and Small Entrepreneurs Development<br />
Program through the Strengthening of<br />
Safe and Loan Cooperation Capital (KSP) in<br />
Agricultural/ Sectoral fields, and of course the<br />
success of small entrepreneurs in benefiting<br />
from credits, are crystal clear descriptions that<br />
this country’s populist economic development<br />
has bright prospect in the future.<br />
K o p e r a s i P e d u l i , R a k y a t S e j a h t e r a 147