Pengelolaan sumberdaya hutan di era ... - Terry Sunderland
Pengelolaan sumberdaya hutan di era ... - Terry Sunderland
Pengelolaan sumberdaya hutan di era ... - Terry Sunderland
- No tags were found...
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
100 <strong>Pengelolaan</strong> <strong>sumberdaya</strong> <strong>hutan</strong> <strong>di</strong> <strong>era</strong> desentralisasi<br />
Ketidakpastian lahan (eksternal)<br />
Pembalakan liar<br />
Manajemen tidak mendukung<br />
Kompleksitas masalah teknis<br />
Terlalu mahal<br />
Tidak <strong>di</strong>persyaratkan oleh pemerintah<br />
Tuntutan lahan oleh masyarakat (eksternal)<br />
Konflik tata guna lahan<br />
Kurang pelatihan<br />
Lemahnya kualitas staf<br />
Perlu investasi teknologi<br />
Gambar 8. Faktor <strong>di</strong>sinsentif bagi perusahaan kayu dalam men<strong>era</strong>pkan RIL (dalam jumlah respons)<br />
perlunya investasi teknologi (4) dan bahwa RIL tidak<br />
<strong>di</strong>perlukan oleh pemerintah (2).<br />
Diskusi dan implikasi pengelolaan<br />
Penebangan, penyaradan<br />
dan kerusakan tegakan tinggal<br />
Jika <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengan praktek penebangan<br />
konvensional, teknik RIL dapat mengurangi<br />
kerusakan jumlah pohon sampai sebesar 40%.<br />
Bagaimanapun juga, proporsi kerusakan pohon<br />
dengan menggunakan kedua teknik tersebut sama,<br />
terutama pada areal yang <strong>di</strong>tebang dengan intensitas<br />
tinggi, yang menunjukkan bahwa RIL hanya efektif<br />
<strong>di</strong>gunakan untuk intensitas penebangan rendah<br />
hingga sedang. Temuan ini sejalan dengan hasil<br />
penelitian Sist dan The (2002) <strong>di</strong> B<strong>era</strong>u, juga <strong>di</strong><br />
Kalimantan Timur. Dalam stu<strong>di</strong> ini juga <strong>di</strong>tunjukkan<br />
bahwa kerusakan yang <strong>di</strong>sebakan oleh penebangan<br />
berbeda ketimbang kerusakan akibat penyaradan.<br />
Penebangan lebih banyak melukai pohon dengan<br />
<strong>di</strong>ameter antara 30–50 cm (dbh) sementara<br />
penyaradan menyebabkan kematian besar-besaran<br />
pada tegakan pohon berukuran kecil, yaitu<br />
10–20 cm dbh. Manfaat utama RIL adalah untuk<br />
mengurangi kerusakan akibat penyaradan hingga<br />
25% dari tegakan semula <strong>di</strong> CL hingga mencapai<br />
hanya 9,5%. Op<strong>era</strong>si penyaradan merupakan<br />
salah satu penyebab utama kematian pada tegakan<br />
tinggal, rendahnya proporsi pohon yang mati atau<br />
rusak akibat pen<strong>era</strong>pan teknik RIL tampaknya akibat<br />
teknik penyaradan yang semakin baik.<br />
Penentuan arah rebah yang <strong>di</strong>lakukan secara<br />
hati-hati juga berpengaruh terhadap praktek<br />
pengelolaan lestari, yang paling jelas adalah<br />
kecepatan pohon yang <strong>di</strong>tebang untuk kembali<br />
pulih semakin baik dan akses untuk kembali ke<br />
tempat ini tidaklah sulit. Penentuan arah rebah juga<br />
bertujuan untuk melengkapi kegiatan penyaradan<br />
dengan cara meletakkan batang pohon pada posisi<br />
yang memudahkan penyaradan dan membatasi<br />
kerusakan akibat penyaradan pada tegakan tinggal.<br />
Perlu untuk <strong>di</strong>catat bahwa dalam op<strong>era</strong>si RIL,<br />
kerusakan akibat penyaradan berhubungan dengan<br />
intensitas penebangan, sedangkan pada penebangan<br />
konvensional hal ini tidak terja<strong>di</strong>. Jelas bahwa stu<strong>di</strong><br />
ini menunjukkan kerusakan yang sebagian besar<br />
terja<strong>di</strong> saat op<strong>era</strong>si penebangan dapat <strong>di</strong>kurangi<br />
melalui pen<strong>era</strong>pan metode pemanenan kayu yang<br />
lebih baik.<br />
Kerusakan akibat penebangan juga dapat <strong>di</strong>kurangi<br />
dengan cara mengatur pemotongan tumbuhan pelilit<br />
atau p<strong>era</strong>mbat sebelum penebangan <strong>di</strong>lakukan.<br />
Kegiatan ini biasanya <strong>di</strong>lakukan sebagai perlakuan<br />
silvikultur setelah pemanenan yang bertujuan untuk<br />
membebaskan dan mempercepat pertumbuhan jenis<br />
pohon yang <strong>di</strong>inginkan. Meskipun demikian, stu<strong>di</strong><br />
yang <strong>di</strong>lakukan oleh Azman dkk (1999) <strong>di</strong> Pahang<br />
(Peninsular Malaysia) menunjukkan bahwa sekitar<br />
15% dari 3.000 pohon yang <strong>di</strong>beri tanda untuk<br />
<strong>di</strong>tebang telah <strong>di</strong>liliti oleh tumbuhan p<strong>era</strong>mbat<br />
yang dapat menyebabkan kerusakan yang serius<br />
pada pohon yang ada <strong>di</strong> dekatnya. Pemotongan<br />
tumbuhan pelilit ini sekitar 10 bulan sebelum<br />
penebangan dapat membuat tumbuhan tersebut<br />
membusuk dan tidak mengakibatkan kerusakan<br />
pada pohon yang ada <strong>di</strong> dekatnya pada saat op<strong>era</strong>si<br />
penebangan <strong>di</strong>laksanakan.