Preview - Kementerian Negara Koperasi dan UKM
Preview - Kementerian Negara Koperasi dan UKM
Preview - Kementerian Negara Koperasi dan UKM
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
BAB III<br />
ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS<br />
KEMENTERIAN KOPERASI DAN <strong>UKM</strong><br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong> telah melaksanakan pemberdayaan koperasi <strong>dan</strong> usaha mikro,<br />
kecil <strong>dan</strong> menengah (KUMKM) agar mampu menjadi pelaku utama dalam perekonomian<br />
nasional. Upaya <strong>dan</strong> langkah-langkah strategis pemberdayaan KUMKM akan terus dilaksanakan<br />
secara sistimatis, konsisten <strong>dan</strong> berkesinambungan pada masa mendatang. Untuk itu, perlu<br />
dikaji lingkungan strategis yang akan mempengaruhi proses pemberdayaan KUMKM yang akan<br />
dilaksanakan oleh <strong>Kementerian</strong> <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong> pada masa mendatang.<br />
A. KEKUATAN<br />
Sesuai dengan tugas pokok <strong>dan</strong> fungsinya, <strong>Kementerian</strong> <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong><br />
berperan sebagai koordinator perumusan kebijakan nasional <strong>dan</strong> pelaksanaan<br />
kebijakan pemberdayaan koperasi <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong> di Indonesia, sehingga diharapkan<br />
dapat berperan aktif dalam pemberdayaan koperasi <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong> di Indonesia.<br />
Sinergi kebijakan dengan instansi pemerintah lainnya, dunia usaha <strong>dan</strong><br />
masyarakat akan menjadi kunci keberhasilan pemberdayaan koperasi <strong>dan</strong><br />
UMKM.<br />
Jumlah <strong>dan</strong> tingkat pendidikan pegawai <strong>dan</strong> anggaran pembangunan yang<br />
cukup memadai merupakan sumberdaya utama <strong>Kementerian</strong> <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong><br />
untuk memberdayakan proses pemberdayaan koperasi <strong>dan</strong> UMKM di Indonesia.<br />
Komitmen Pimpinan <strong>Kementerian</strong> <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong> untuk menegakkan<br />
birokrasi yang efisien <strong>dan</strong> efektif serta akuntabel menjadi kunci kekuatan<br />
<strong>Kementerian</strong> <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong>. Di samping itu, dukungan politik dari<br />
masyarakat, pemerintah daerah <strong>dan</strong> lembaga legislatif menjadikan <strong>Kementerian</strong><br />
<strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong> lebih mudah mensinergikan sumberdaya yang ada di<br />
masyarakat <strong>dan</strong> dunia usaha untuk pemberdayaan koperasi <strong>dan</strong> UMKM di<br />
Indonesia.<br />
B. KENDALA<br />
Secara umum kendala yang dihadapi <strong>Kementerian</strong> <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong> adalah<br />
terbatasnya sarana <strong>dan</strong> prasarana penunjang yang persebarannya kurang<br />
merata <strong>dan</strong> kurang memadai. A<strong>dan</strong>ya gap kompetensi pegawai dengan<br />
perkembangan dinamika masyarakat, <strong>dan</strong> belum a<strong>dan</strong>ya sistem jenjang karir<br />
yang jelas <strong>dan</strong> belum a<strong>dan</strong>ya sistem kompensasi PNS yang berbasis kinerja<br />
17
menjadi salah satu kendala untuk memaksimalkan potensi <strong>Kementerian</strong> <strong>Koperasi</strong><br />
<strong>dan</strong> <strong>UKM</strong> dalam pelaksanaan pemberdayaan koperasi <strong>dan</strong> UMKM.<br />
Kendala lain yang dihadapi adalah rendahnya perspektif pimpinan instansi<br />
pemerintah <strong>dan</strong> dunia usaha mengenai pemberdayaan koperasi <strong>dan</strong> UMKM di<br />
Indonesia. A<strong>dan</strong>ya perspektif yang seolah-olah pemberdayaan koperasi <strong>dan</strong><br />
UMKM semata-mata urusan <strong>Kementerian</strong> <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong> menjadi kendala<br />
utama dalam mensinergikan potensi <strong>dan</strong> sumberdaya untuk pemberdayaan<br />
koperasi <strong>dan</strong> UMKM di Indonesia.<br />
C. PELUANG<br />
Pulihnya perekonomian nasional dari krisis ekonomi <strong>dan</strong> pertumbuhan ekonomi<br />
selama tahun 2005 - 2009 mendatang yang diperkirakan tumbuh lebih baik daripada<br />
tahun 2000 - 2003, akan membuka berbagai peluang usaha baru, terutama bagi<br />
KUMKM. Pertumbuhan ekonomi diharapkan akan makin meningkatkan daya beli <strong>dan</strong><br />
keanekaragaman pola permintaan masyarakat, serta jumlah penduduk yang sangat<br />
besar, berarti pasar dalam negeri akan berkembang lebih besar sehingga memberi<br />
peluang untuk menumbuhkan usaha nasional, terutama bagi KUMKM. Ketersediaan<br />
tenaga kerja yang mutunya makin meningkat serta sumber daya alam yang beraneka<br />
ragam merupakan pula peluang untuk menghasilkan produksi yang lebih beragam<br />
<strong>dan</strong> kompetitif.<br />
A<strong>dan</strong>ya kemauan politik yang kuat dari pemerintah <strong>dan</strong> berkembangnya tuntutan<br />
masyarakat untuk menciptakan pembangunan yang makin berkeadilan <strong>dan</strong><br />
transparan serta komitmen membangun sistem ekonomi yang lebih demokratis<br />
berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan akan menciptakan lebih banyak peluang<br />
baru bagi pemberdayaan KUMKM.<br />
Pelaksanaan otonomi daerah yang lebih baik disertai perimbangan keuangan yang<br />
lebih adil akan meningkatkan kemampuan pemerintah daerah untuk<br />
memberdayakan KUMKM di daerahnya sebagai motor penggerak perekonomian<br />
daerah. Pemerintah Daerah dengan kedekatannya dengan permasalahan pelaku<br />
ekonomi di wilayahnya diharapkan mampu merumuskan kebijakan yang tepat untuk<br />
memberdayakan KUMKM, sehingga akan dapat menciptakan iklim berusaha yang<br />
kondusif <strong>dan</strong> dukungan perkuatan bagi KUMKM.<br />
Perubahan struktur perekonomian nasional dari sektor pertanian ke sektor industri<br />
<strong>dan</strong> jasa menciptakan peluang bagi KUMKM terutama di bi<strong>dan</strong>g agrobisnis,<br />
agroindustri, kerajinan industri, <strong>dan</strong> industri-industri lainnya di mana KUMKM dapat<br />
berfungsi sebagai sub kontraktor yang kuat <strong>dan</strong> efisien bagi usaha besar. Perubahan<br />
orientasi kebijakan investasi, perdagangan <strong>dan</strong> industri ke arah industri pedesaan<br />
18
<strong>dan</strong> industri yang berbasis sumber daya alam terutama pertanian, kehutanan,<br />
kelautan, pertambangan <strong>dan</strong> pariwisata serta kerajinan rakyat memberikan peluang<br />
bagi tumbuh <strong>dan</strong> berkembangnya KUMKM.<br />
Pertumbuhan ekonomi dunia yang semakin tinggi, <strong>dan</strong> makin terbukanya<br />
perekonomian dunia, serta makin pesatnya kerjasama ekonomi antar negara<br />
terutama dalam konteks ASEAN <strong>dan</strong> APEC juga akan menciptakan peluang baru<br />
bagi KUMKM, sehingga dapat meningkatkan peranannya sebagai penggerak utama<br />
pertumbuhan industri manufaktur <strong>dan</strong> kerajinan, agroindustri, ekspor non migas, <strong>dan</strong><br />
penciptaan lapangan kerja baru.<br />
Meningkatnya kesadaran pemerintah, dunia usaha <strong>dan</strong> masyarakat akan arti<br />
pentingnya KUMKM dalam pereko-nomian nasional akan meningkatkan komitmen<br />
<strong>dan</strong> pemihakannya dalam pembangunan nasional. Hal ini didukung oleh pranata<br />
konstitusi <strong>dan</strong> aturan pelaksanaannya (GBHN, UU Usaha Kecil, UU Perkoperasian,<br />
<strong>dan</strong> UU Propenas) yang memberikan prioritas pembangunan ekonomi pada KUMKM<br />
dalam rangka mewujudkan sistem ekonomi kerakyatan.<br />
Berbagai keterbatasan KUMKM dalam mengakses sumberdaya produktif telah<br />
menjadikan KUMKM sebagai usaha yang mandiri, kukuh <strong>dan</strong> fleksibel. Fleksibilitas<br />
usaha KUMKM untuk beralih usaha dari satu sektor ke sektor lain menjadi kekuatan<br />
KUMKM dalam mempertahan kelangsungan hidup <strong>dan</strong> mengembangkan usahanya.<br />
Fleksibilitas inilah yang sering menjadikan KUMKM menjadi kekuatan inovasi <strong>dan</strong><br />
stabilisator dalam pembangunan ekonomi nasional.<br />
KUMKM dapat didorong menjadi motor penggerak perekonomian nasional<br />
mengingat kandungan impornya rendah <strong>dan</strong> keterkaitannya antar sektor relatif tinggi.<br />
Di samping itu, KUMKM umumnya bergerak di sektor padat karya yang memerlukan<br />
investasi yang relatif rendah dengan ICOR rendah <strong>dan</strong> lag waktu yang singkat,<br />
sehingga upaya mendorong pertumbuhannya relatif lebih mudah <strong>dan</strong> lebih cepat.<br />
D. ANCAMAN<br />
A<strong>dan</strong>ya agenda neo liberalisasi dari dunia internasional akan mengancam upaya<br />
pemberdayaan KUMKM. Liberalisasi perdagangan yang tanpa batas akan<br />
mengancam upaya pemberdayaan usaha KUMKM, seperti: paha ayam impor,<br />
pakaian bekas impor <strong>dan</strong> sejenisnya.<br />
Bertambahnya pelaku pasar multinasional yang sangat inovatif <strong>dan</strong> mampu<br />
menyajikan produk <strong>dan</strong> layanan yang lebih baik, maka pelaku ekonomi termasuk<br />
KUMKM menghadapi persaingan yang semakin ketat di pasar dalam negeri <strong>dan</strong><br />
internasional. Penegakan hukum yang belum efektif juga akan menjadi ancaman,<br />
yang terbukti dengan maraknya peredaran barang impor ilegal, seperti: impor<br />
19
gula ilegal, beras ilegal, produk lainnya yang umumnya telah dihasilkan oleh<br />
KUMKM di Indonesia.<br />
Pemberdayaan KUMKM menghadapi kendala berupa rendahnya kualitas<br />
sumberdaya manusia yang tercermin dari kurang berkembangnya kewirausahaan<br />
<strong>dan</strong> rendahnya produktivitas serta daya saing KUMKM. Kendala itu mempengaruhi<br />
kemampuannya dalam menciptakan <strong>dan</strong> memanfaatkan peluang usaha. Kinerja<br />
KUMKM selain dipengaruhi oleh kualitas SDMnya <strong>dan</strong> ketersediaan berbagai faktor<br />
produksi yang dibutuhkan juga dipengaruhi oleh tersedianya sarana <strong>dan</strong> infrastruktur<br />
yang memadai. Infrastruktur di sektor transportasi, telekomunikasi, pasokan air bersih<br />
<strong>dan</strong> listrik masih terbatas penyebarannya.<br />
Keterbatasan akses KUMKM kepada sumberdaya produktif menjadi kendala untuk<br />
pemberdayaan usaha KUMKM secara cepat <strong>dan</strong> berkesinambungan. Kendala ini<br />
akibat struktur perekonomian nasional yang penuh dengan ketimpangan dalam<br />
penguasaan <strong>dan</strong> alokasi sumberdaya produktif. Upaya mempercepat pemberdayaan<br />
KUMKM memiliki berbagai keterbatasan antara lain: (1) mekanisme pasar yang<br />
berkeadilan belum efektif berfungsi, (2) keterbatasan keuangan negara untuk<br />
menstimulan pembangunan ekonomi, (3) belum optimalnya fungsi intermediasi bank,<br />
<strong>dan</strong> (4) belum optimalnya pelaksanaan otonomi daerah untuk mendukung<br />
pemberdayaan KUMKM.<br />
Iklim usaha yang belum sepenuhnya memberikan dukungan terhadap<br />
pemberdayaan KUMKM; belum lengkapnya kelembagaan pemberdayaan KUMKM,<br />
belum tegaknya pelaksanaan peraturan perun<strong>dan</strong>gan yang mengatur persaingan<br />
sehat <strong>dan</strong> adil, serta belum mantapnya pembinaan usaha nasional baik antar sektor<br />
<strong>dan</strong> antar golongan ekonomi maupun antar daerah.<br />
Rendahnya partisipasi anggota koperasi dalam kegiatan usaha koperasi masih<br />
merupakan kendala pengembangan koperasi di Indonesia. Untuk itu, pengembangan<br />
kelembagaan <strong>dan</strong> usaha koperasi, serta peningkatan citra koperasi perlu menjadi<br />
perhatian pemerintah pada masa mendatang.<br />
Tingkat kepedulian pembina dari instansi terkait relatif masih belum tinggi<br />
terhadap upaya pemberdayaan KUMKM di masing-masing unit kerjanya.<br />
Rendahnya tingkat kepedulian, kemampuan <strong>dan</strong> kualitas pembina dalam<br />
memberdayakan KUMKM akan menjadi salah satu kendala pemberdayaan KUMKM<br />
pada masa mendatang.<br />
E. TANTANGAN<br />
20<br />
Tantangan utama yang dihadapi dalam pengembangan ekonomi nasional pada<br />
masa mendatang adalah mempercepat upaya memperkukuh struktur ekonomi yang
erintikan KUMKM sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi, yang pro<br />
pengurangan kemiskinan <strong>dan</strong> peningkatan lapangan usaha. Ketimpangan<br />
penguasaan sumberdaya produktif baik antar pelaku usaha, antar daerah<br />
maupun antara pusat <strong>dan</strong> daerah telah menghambat upaya mewujudkan<br />
demokrasi ekonomi. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana<br />
meningkatkan alokasi sumberdaya produktif yang mudah diakses oleh<br />
KUMKM, sehingga dapat mengubah struktur ekonomi nasional yang lebih adil.<br />
Untuk itu, perlu ada perubahan radikal dalam kebijakan alokasi sumberdaya<br />
melalui reformasi perpajakan, reformasi kebijakan yang menghambat usaha<br />
KUMKM, penataan ulang perimbangan keuangan pusat-daerah <strong>dan</strong> reformasi<br />
kebijakan ekonomi lainnya dalam rangka mewujudkan demokrasi ekonomi.<br />
Indonesia baru pulih dari krisis ekonomi <strong>dan</strong> dalam proses percepatan pertumbuhan<br />
ekonomi untuk mengejar berbagai ketertinggalan pembangunan nasional akibat krisis<br />
ekonomi. Untuk itu, tantangan pemberdayaan KUMKM pada masa mendatang<br />
adalah mempercepat pemberdayaan KUMKM dengan mendorong kembali<br />
bekerjanya infrastruktur perekonomian seperti bank, lembaga keuangan <strong>dan</strong><br />
sejenisnya untuk memberikan dukungan bagi pemberdayaan usaha KUMKM,<br />
sehingga KUMKM mampu menjadi basis ketahanan <strong>dan</strong> pertumbuhan<br />
perekonomian Indonesia.<br />
Tantangan pemberdayaan KUMKM adalah meningkatkan produktivitas <strong>dan</strong> daya<br />
saing KUMKM agar dapat meningkatkan pangsa pasarnya, serta mendiversifikasi<br />
<strong>dan</strong> mendiferensiasikan produknya di pasar dalam negeri <strong>dan</strong> luar negeri. Upaya ini<br />
memerlukan sinergi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, masyarakat<br />
<strong>dan</strong> KUMKM untuk menyatukan potensi sumberdayanya dalam pemberdayaan<br />
KUMKM pada masa mendatang.<br />
Pemerintah <strong>dan</strong> dunia usaha perlu mengembangkan langkah-langkah strategis yang<br />
bersifat inovatif dalam memberdayakan KUMKM dengan menumbuhkan lingkungan<br />
usaha yang kondusif <strong>dan</strong> memberikan dukungan perkuatan agar KUMKM mampu<br />
bersaing secara global.<br />
21
BAB IV<br />
LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN<br />
UMKM<br />
Pancasila <strong>dan</strong> Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi <strong>dan</strong><br />
konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi <strong>dan</strong> usaha kecil <strong>dan</strong><br />
menengah. Pemberdayaan koperasi <strong>dan</strong> usaha kecil <strong>dan</strong> menengah merupakan bagian integral<br />
dari pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang demokratis, adil <strong>dan</strong><br />
makmur sesuai dengan amanat konstitusi Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g Dasar Tahun 1945. Rencana<br />
strategis <strong>Kementerian</strong> <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong> ini disusun atas dasar landasan idiil Pancasila <strong>dan</strong><br />
landasan konstitusional Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g Dasar Tahun 1945, Ketetapan MPR-RI, Un<strong>dan</strong>gun<strong>dan</strong>g<br />
Nomor 25/1992 tentang Perkoperasian, Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g Nomor 9/1995 tentang Usaha<br />
Kecil, Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g Nomor 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,<br />
serta berbagai un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g, peraturan pemerintah, Inpres <strong>dan</strong> Keppres <strong>dan</strong> Perpres lainnya<br />
yang terkait.<br />
A. UNDANG-UNDANG PERKOPERASIAN<br />
Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian menegaskan bahwa<br />
Pemerintah bertugas: (1) menciptakan <strong>dan</strong> mengembangkan iklim <strong>dan</strong> kondisi yang<br />
mendorong pertumbuhan serta pemasyarakatan koperasi, (2) memberikan<br />
bimbingan <strong>dan</strong> kemudahan kepada koperasi, <strong>dan</strong> (3) memberikan perlindungan<br />
kepada koperasi. Pembinaan koperasi dilakukan dengan memperhatikan keadaan<br />
<strong>dan</strong> kepentingan ekonomi nasional, serta pemerataan kesempatan berusaha <strong>dan</strong><br />
kesempatan kerja.<br />
Dalam upaya menciptakan <strong>dan</strong> mengembangkan iklim <strong>dan</strong> kondisi yang mendorong<br />
pertumbuhan <strong>dan</strong> pemasyarakatan koperasi, Pemerintah (pasal 61 UU Nomor<br />
25/1992):<br />
1. memberikan kesempatan usaha seluas-luasnya kepada koperasi<br />
2. meningkatkan <strong>dan</strong> memantapkan kemampuan koperasi agar menjadi koperasi<br />
yang berkualitas, tangguh <strong>dan</strong> mandiri.<br />
3. mengupayakan tata hubungan usaha yang saling menguntungkan antara<br />
koperasi dengan ba<strong>dan</strong> usaha lainnya.<br />
4. membudayakan koperasi dalam masyarakat.<br />
Dalam rangka memberikan bimbingan <strong>dan</strong> kemudahan kepada koperasi,<br />
Pemerintah (pasal 62):<br />
1. membimbing usaha koperasi yang sesuai dengan kepentingan ekonomi<br />
anggotanya.<br />
22
2. mendorong, mengembangkan <strong>dan</strong> membantu pelaksanaan pendidikan,<br />
pelatihan, penyuluhan <strong>dan</strong> penelitian perkoperasian.<br />
3. memberikan kemudahan untuk memperkokoh permodalan koperasi serta<br />
mengembangkan lembaga keuangan koperasi.<br />
4. membantu pengembangan jaringan usaha koperasi <strong>dan</strong> kerjasama yang saling<br />
menguntungkan antar koperasi.<br />
5. memberikan bantuan konsultasi guna memecahkan permasalahan yang<br />
dihadapi oleh koperasi dengan tetap memperhatikan Anggaran Dasar <strong>dan</strong><br />
Prinsip <strong>Koperasi</strong>.<br />
Dalam rangka pemberian perlindungan kepada koperasi, Pemerintah dapat: (pasal<br />
63):<br />
1. menetapkan bi<strong>dan</strong>g kegiatan ekonomi yang hanya boleh diusahakan oleh<br />
koperasi.<br />
2. menetapkan bi<strong>dan</strong>g kegiatan ekonomi di suatu wilayah yang telah berhasil<br />
diusahakan oleh koperasi untuk tidak diusahakan oleh ba<strong>dan</strong> usaha lainnya.<br />
B. UNDANG-UNDANG USAHA KECIL<br />
Un<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>g Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil secara tegas<br />
menyatakan tujuan pemberdayaan usaha kecil adalah: (1) menumbuhkan <strong>dan</strong><br />
meningkatkan kemampuan usaha kecil menjadi usaha yang tangguh <strong>dan</strong> mandiri<br />
serta dapat berkembang menjadi usaha menengah, <strong>dan</strong> (2) meningkatkan peranan<br />
usaha kecil dalam pembentukan produk nasional, perluasan kesempatan kerja <strong>dan</strong><br />
berusaha, peningkatan ekspor, serta peningkatan <strong>dan</strong> pemerataan pendapatan<br />
untuk mewujudkan dirinya sebagai tulang punggung serta memperkukuh struktur<br />
perekonomian nasional.<br />
Dalam rangka mencapai tujuan pemberdayaan usaha kecil tersebut, maka<br />
pemerintah bertugas <strong>dan</strong> berperan:<br />
1. menumbuhkan iklim usaha yang kondusif bagi usaha kecil melalui penetapan<br />
peraturan perun<strong>dan</strong>g-un<strong>dan</strong>gan <strong>dan</strong> kebijakan: pen<strong>dan</strong>aan, persaingan,<br />
prasarana, informasi, kemitraan, perijinan usaha <strong>dan</strong> perlindungan.<br />
2. melakukan pembinaan <strong>dan</strong> pengembangan usaha kecil bersama-sama dunia<br />
usaha <strong>dan</strong> masyarakat terutama dalam bi<strong>dan</strong>g: produksi <strong>dan</strong> pengolahan,<br />
pemasaran, sumberdaya manusia <strong>dan</strong> teknologi.<br />
3. menyediakan pembiayaan bagi pemberdayaan usaha kecil bersama-sama<br />
dunia usaha <strong>dan</strong> masyarakat, berupa: kredit perbankan, pinjaman lembaga<br />
keuangan bukan bank, modal ventura, pinjaman dari penyisihan sebagian laba<br />
BUMN, hibah <strong>dan</strong> jenis pembiayaan lainnya.<br />
23
4. memfasilitasi kemitraan usaha kecil dengan usaha menengah <strong>dan</strong> besar<br />
melalui pola: inti-plasma, subkontrak, dagang umum, waralaba, keagenan, <strong>dan</strong><br />
bentuk-bentuk kemitraan lainnya.<br />
5. menugaskan Menteri yang membi<strong>dan</strong>gi usaha kecil untuk mengkoordinasikan<br />
<strong>dan</strong> mengendalikan pemberdayaan usaha kecil.<br />
6. melaksanakan sanksi pi<strong>dan</strong>a <strong>dan</strong> administratif kepada usaha menengah <strong>dan</strong><br />
besar yang merugikan pemberdayaan usaha kecil.<br />
Usaha kecil yang telah dibina <strong>dan</strong> berkembang menjadi usaha menengah masih<br />
dapat diberikan pembinaan <strong>dan</strong> pengembangan dalam jangka waktu paling lama<br />
tiga tahun, serta tetap dapat menempati lokasi usaha <strong>dan</strong> melakukan kegiatan usaha<br />
yang dica<strong>dan</strong>gkan. Pemerintah menetapkan bi<strong>dan</strong>g pembinaan <strong>dan</strong> pengembangan<br />
yang masih perlu diberikan kepada usaha menengah.<br />
C. PERATURAN PEMERINTAH DAN KEPUTUSAN<br />
PRESIDEN<br />
Pelaksanaan pemberdayaan koperasi <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong> juga mengacu pada berbagai<br />
peraturan pemerintah <strong>dan</strong> Keputusan Presiden <strong>dan</strong> Instruksi Presiden, antara lain:<br />
1. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 tentang Pendirian <strong>dan</strong> Perubahan<br />
Anggaran Dasar <strong>Koperasi</strong><br />
2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1994 tentang Pembubaran <strong>Koperasi</strong><br />
oleh Pemerintah<br />
3. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Kegiatan Usaha Simpan<br />
Pinjam.<br />
4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba<br />
5. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan<br />
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan <strong>dan</strong><br />
Pengembangan Usaha Kecil<br />
7. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1998 tentang Modal Penyertaan pada<br />
<strong>Koperasi</strong><br />
8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah<br />
<strong>dan</strong> Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.<br />
9. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan<br />
Dekonsentrasi.<br />
10. Peraturan pemerintah nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas<br />
Pembantuan.<br />
11. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet<br />
Indonesia Bersatu sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden<br />
Nomor 8/M Tahun 2005.<br />
12. Peraturan Presiden Nomor 07 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan<br />
Jangka Menengah Periode Tahun 2004 - 2009<br />
24
13. Peraturan Presiden Nomor 09 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,<br />
Susunan Organisasi <strong>dan</strong> Tata Kerja <strong>Kementerian</strong> <strong>Negara</strong> Republik Indonesia.<br />
14. Instruksi Presiden Nomor 18 Tahun 1998 tentang Peningkatan <strong>dan</strong> Pembinaan<br />
<strong>dan</strong> Pengembangan Perkoperasian.<br />
15. Instruksi Presiden Nomor 07 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja.<br />
16. Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha<br />
Menengah<br />
serta berbagai peraturan pemerintah <strong>dan</strong> keputusan presiden lainnya.<br />
D. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH<br />
PERIODE 2004 - 2009<br />
Dalan Rencana pembangunan Jangka Menengah Periode Tahun 2004 – 2009,<br />
<strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> UMKM menempati posisi strategis untuk mempercepat perubahan<br />
struktural dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sebagai wadah<br />
kegiatan usaha bersama bagi produsen maupun konsumen, koperasi diharapkan<br />
berperan dalam meningkatkan posisi tawar <strong>dan</strong> efisiensi ekonomi rakyat,<br />
sekaligus turut memperbaiki kondisi persaingan usaha di pasar melalui dampak<br />
eksternalitas positif yang ditimbulkannya. Sementara itu UMKM berperan dalam<br />
memperluas penyediaan lapangan kerja, memberikan kontribusi yang signifikan<br />
terhadap pertumbuhan ekonomi, <strong>dan</strong> memeratakan peningkatan pendapatan.<br />
Bersamaan dengan itu adalah meningkatnya daya saing <strong>dan</strong> daya tahan<br />
ekonomi nasional. Dengan perspektif peran seperti itu, sasaran umum<br />
pemberdayaan koperasi <strong>dan</strong> UMKM dalam lima tahun mendatang adalah:<br />
1. Meningkatnya produktivitas UMKM dengan laju pertumbuhan lebih tinggi<br />
dari laju pertumbuhan produktivitas nasional;<br />
2. Meningkatnya proporsi usaha kecil formal;<br />
3. Meningkatnya nilai ekspor produk usaha kecil <strong>dan</strong> menengah dengan laju<br />
pertumbuhan lebih tinggi dari laju pertumbuhan nilai tambahnya;<br />
4. Berfungsinya sistem untuk menumbuhkan wirausaha baru berbasis ilmu<br />
pengetahuan <strong>dan</strong> teknologi; <strong>dan</strong><br />
5. Meningkatnya kualitas kelembagaan <strong>dan</strong> organisasi koperasi sesuai<br />
dengan jatidiri koperasi.<br />
Dalam rangka mewujudkan sasaran tersebut, pemberdayaan koperasi <strong>dan</strong><br />
UMKM akan dilaksanakan dengan arah kebijakan sebagai berikut:<br />
1. Mengembangkan usaha kecil <strong>dan</strong> menengah (<strong>UKM</strong>) yang diarahkan untuk<br />
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,<br />
penciptaan lapangan kerja, <strong>dan</strong> peningkatan daya saing; se<strong>dan</strong>gkan<br />
pemberdayaan usaha skala mikro lebih diarahkan untuk memberikan<br />
25
kontribusi dalam peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat<br />
berpendapatan rendah.<br />
2. Memperkuat kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata<br />
kepemerintahan yang baik (good governance) <strong>dan</strong> berwawasan gender<br />
terutama untuk:<br />
• memperluas akses kepada sumber permodalan khususnya perbankan;<br />
• memperbaiki lingkungan usaha <strong>dan</strong> menyederhanakan prosedur<br />
perijinan;<br />
• memperluas <strong>dan</strong> meningkatkan kualitas institusi pendukung yang<br />
menjalankan fungsi intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan<br />
usaha, teknologi, manajemen, pemasaran <strong>dan</strong> informasi.<br />
3. Memperluas basis <strong>dan</strong> kesempatan berusaha serta menumbuhkan<br />
wirausaha baru berkeunggulan untuk mendorong pertumbuhan,<br />
peningkatan ekspor <strong>dan</strong> penciptaan lapangan kerja terutama dengan :<br />
• meningkatkan perpaduan antara tenaga kerja terdidik <strong>dan</strong> terampil<br />
dengan adopsi penerapan teknologi;<br />
• mengembangkan UMKM melalui pendekatan klaster di sektor<br />
agribisnis <strong>dan</strong> agroindustri disertai pemberian kemudahan dalam<br />
pengelolaan usaha, termasuk dengan cara meningkatkan kualitas<br />
kelembagaan koperasi sebagai wadah organisasi kepentingan usaha<br />
bersama untuk memperoleh efisiensi kolektif;<br />
• meningkatkan peran UMKM dalam proses industrialisasi, perkuatan<br />
keterkaitan industri, percepatan pengalihan teknologi, <strong>dan</strong> peningkatan<br />
kualitas SDM;<br />
• mengintegrasikan pengembangan usaha dalam konteks<br />
pengembangan regional, sesuai dengan karakteristik pengusaha <strong>dan</strong><br />
potensi usaha unggulan di setiap daerah.<br />
4. Meningkankan peran UMKM sebagai penyedia barang <strong>dan</strong> jasa pada pasar<br />
domestik yang semakin berdaya saing dengan produk impor, khususnya<br />
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.<br />
5. Membangun koperasi yang diarahkan <strong>dan</strong> difokuskan pada upaya-upaya<br />
untuk: (i) membenahi <strong>dan</strong> memperkuat tatanan kelembagaan <strong>dan</strong><br />
organisasi koperasi di tingkat makro, meso, maupun mikro, guna<br />
menciptakan iklim <strong>dan</strong> lingkungan usaha yang kondusif bagi kemajuan<br />
koperasi serta kepastian hukum yang menjamin terlindunginya koperasi<br />
<strong>dan</strong>/atau anggotanya dari praktek-praktek persaingan usaha yang tidak<br />
sehat; (ii) meningkatkan pemahaman, kepedulian <strong>dan</strong> dukungan pemangku<br />
kepentingan (stakeholders) kepada koperasi; <strong>dan</strong> (iii) meningkatkan<br />
kemandirian gerakan koperasi.<br />
Program pemberdayaan koperasi <strong>dan</strong> UMKM dalam RPJM Periode Tahun 2004-<br />
2009 diarahkan pada 5 program pokok, yaitu:<br />
26
1. Program penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi UMKM; Tujuan<br />
program ini adalah untuk memfasilitasi terselenggaranya lingkungan usaha<br />
yang efisien secara ekonomi, sehat dalam persaingan, <strong>dan</strong> nondiskriminatif<br />
bagi kelangsungan <strong>dan</strong> peningkatan kinerja usaha UMKM,<br />
sehingga dapat mengurangi beban administratif, hambatan usaha <strong>dan</strong><br />
biaya usaha maupun meningkatkan rata-rata skala usaha, mutu layanan<br />
perijinan/pendirian usaha, <strong>dan</strong> partisipasi stakeholders dalam<br />
pengembangan kebijakan UMKM.<br />
2. Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi UMKM;<br />
Tujuan program ini adalah mempermudah, memperlancar <strong>dan</strong> memperluas<br />
akses UMKM kepada sumberdaya produktif agar mampu memanfaatkan<br />
kesempatan yang terbuka <strong>dan</strong> potensi sumberdaya lokal serta<br />
menyesuaikan skala usahanya sesuai dengan tuntutan efisiensi. Sistem<br />
pendukung dibangun melalui pengembangan lembaga<br />
pendukung/penyedia jasa pengembangan usaha yang terjangkau, semakin<br />
tersebar <strong>dan</strong> bermutu untuk meningkatkan akses UMKM terhadap pasar<br />
<strong>dan</strong> sumber daya produktif, seperti sumber daya manusia, modal, pasar,<br />
teknologi, <strong>dan</strong> informasi, termasuk mendorong peningkatan fungsi<br />
intermediasi lembaga-lembaga keuangan bagi UMKM.<br />
3. Program pengembangan kewirausahaan <strong>dan</strong> keunggulan kompetitif<br />
<strong>UKM</strong>; Tujuan program ini adalah untuk mengembangkan jiwa <strong>dan</strong><br />
semangat kewirausahaan <strong>dan</strong> meningkatkan daya saing <strong>UKM</strong> sehingga<br />
pengetahuan serta sikap wirausaha semakin berkembang, produktivitas<br />
meningkat, wirausaha baru berbasis pengetahuan <strong>dan</strong> teknologi meningkat<br />
jumlahnya, <strong>dan</strong> ragam produk-produk unggulan <strong>UKM</strong> semakin<br />
berkembang.<br />
4. Program Pemberdayaan Usaha Skala Mikro; Tujuan program ini adalah<br />
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak dalam<br />
kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang berskala usaha mikro,<br />
terutama yang masih berstatus keluarga miskin dalam rangka memperoleh<br />
pendapatan yang tetap, melalui upaya peningkatan kapasitas usaha<br />
sehingga menjadi unit usaha yang lebih mandiri, berkelanjutan <strong>dan</strong> siap<br />
untuk tumbuh <strong>dan</strong> bersaing. Program ini akan memfasilitasi peningkatan<br />
kapasitas usaha mikro <strong>dan</strong> keterampilan pengelolaan usaha serta sekaligus<br />
mendorong a<strong>dan</strong>ya kepastian, perlindungan <strong>dan</strong> pembinaan usaha.<br />
5. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan <strong>Koperasi</strong>; Tujuan program<br />
ini adalah untuk meningkatkan kualitas kelembagaan <strong>dan</strong> organisasi<br />
koperasi agar koperasi mampu tumbuh <strong>dan</strong> berkembang secara sehat<br />
sesuai dengan jati dirinya menjadi wadah kepentingan bersama bagi<br />
anggotanya untuk memperoleh efisiensi kolektif, sehingga citra koperasi<br />
menjadi semakin baik. Dengan demikian diharapkan kelembagaan <strong>dan</strong><br />
organisasi koperasi di tingkat primer <strong>dan</strong> sekunder akan tertata <strong>dan</strong><br />
berfungsi dengan baik; infrastruktur pendukung pengembangan koperasi<br />
27
semakin lengkap <strong>dan</strong> berkualitas; lembaga gerakan koperasi semakin<br />
berfungsi efektif <strong>dan</strong> mandiri; serta praktek berkoperasi yang baik (best<br />
practices) semakin berkembang di kalangan masyarakat luas.<br />
E. TUGAS DAN FUNGSI KEMENTERIAN KOPERASI<br />
DAN <strong>UKM</strong><br />
Tugas <strong>dan</strong> fungsi <strong>Kementerian</strong> <strong>Koperasi</strong> <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong> telah ditetapkan dalam Peraturan<br />
Presiden Nomor 09 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan<br />
Organisasi, <strong>dan</strong> Tata Kerja <strong>Kementerian</strong> <strong>Negara</strong> Republik Indonesia, pasal 94 <strong>dan</strong><br />
95, yaitu: membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan <strong>dan</strong> koordinasi<br />
kebijakan di bi<strong>dan</strong>g koperasi <strong>dan</strong> usaha kecil <strong>dan</strong> menengah. Dalam melaksanakan<br />
tugasnya, <strong>Kementerian</strong> koperasi <strong>dan</strong> <strong>UKM</strong> menyelenggarakan fungsi:<br />
1. perumusan kebijakan nasional di bi<strong>dan</strong>g koperasi <strong>dan</strong> usaha kecil <strong>dan</strong><br />
menengah;<br />
2. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bi<strong>dan</strong>g koperasi <strong>dan</strong> usaha kecil <strong>dan</strong><br />
menengah;<br />
3. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawabnya;<br />
4. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; <strong>dan</strong><br />
5. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran <strong>dan</strong> pertimbangan di bi<strong>dan</strong>g tugas<br />
<strong>dan</strong> fungsinya kepada Presiden.<br />
28