06.02.2015 Views

harga diri dan kecenderungan narsisme pada pengguna friendster

harga diri dan kecenderungan narsisme pada pengguna friendster

harga diri dan kecenderungan narsisme pada pengguna friendster

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

HARGA DIRI DAN KECENDERUNGAN NARSISME<br />

PADA PENGGUNA FRIENDSTER<br />

Pra<strong>dan</strong>a Saktya Adi 1<br />

M. Erna Agustina Yudiati 2<br />

1,2 Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata<br />

Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 Ben<strong>dan</strong> Dhuwur Semarang<br />

1 adiklaten@yahoo.com<br />

Abstrak<br />

Fenomena jejaring sosial seperti Friendster kian marak dijumpai sebagai sarana<br />

berinteraksi dalam dunia maya belakangan ini. Pengguna <strong>friendster</strong> sen<strong>diri</strong> adalah<br />

kelompok yang unik dengan karakteristik yang unik. Beberapa karakteristik psikologis yang<br />

ditengarai menjadi ciri kas kelompok ini adalah <strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong> <strong>dan</strong> <strong>harga</strong> <strong>diri</strong>.<br />

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan antara <strong>kecenderungan</strong><br />

<strong>narsisme</strong> <strong>dan</strong> <strong>harga</strong> <strong>diri</strong> <strong>pada</strong> <strong>pengguna</strong> Friendster. Hipotesis yang diajukan adalah ada<br />

hubungan negatif antara <strong>harga</strong> <strong>diri</strong> terhadap <strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong> <strong>pada</strong> <strong>pengguna</strong><br />

Friendster. Semakin rendah <strong>harga</strong> <strong>diri</strong>, maka semakin tinggi pula <strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong><br />

<strong>pada</strong> <strong>pengguna</strong> Friendster, sebaliknya semakin tinggi <strong>harga</strong> <strong>diri</strong>, maka semakin rendah pula<br />

<strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong> <strong>pada</strong> <strong>pengguna</strong> Friendster. Subjek penelitian memiliki<br />

karakteristik, yakni aktif menggunakan Friendster selama minimal enam bulan. Penelitian<br />

ini menggunakan metode kuantitatif dengan alat ukur Skala Kecenderungan Narsisme <strong>dan</strong><br />

Skala Harga Diri. Kedua skala tersebut disebar di Kota Yogyakarta dengan menggunakan<br />

sampling kebetulan <strong>dan</strong> jumlah subjek didapat sebanyak 70 orang. Berdasarkan hasil<br />

analisis didapatkan r xy = -0.346 dengan p


narcissistic on Friendster users. Thus, the analysis result provided the basis for the accepted<br />

hypothesis.<br />

Key Words: the tendency of narcissistic, self-esteem, Friendster users<br />

PENDAHULUAN<br />

Kemajuan teknologi yang pesat<br />

dalam beberapa dasawarsa terakhir ini,<br />

sekaligus menggiring manusia memasuki<br />

era globalisasi di penghujung abad ke-21,<br />

agaknya memiliki kontribusi yang tidak<br />

kecil dalam perubahan peradaban manusia.<br />

Aktivitas sehari-hari sedemikian rupa<br />

dimudahkan oleh hadirnya beberapa fasilitas,<br />

sarana, <strong>dan</strong> prasarana dengan<br />

kecanggihan yang nyaris sempurna, baik<br />

yang berhubungan dengan transportasi,<br />

telekomunikasi <strong>dan</strong> informasi melalui<br />

media elektronik.<br />

Pesatnya kemajuan ilmu telah<br />

membawa umat manusia <strong>pada</strong> kemudahan<br />

<strong>dan</strong> kepraktisan hidup yang tidak<br />

terbayangkan <strong>pada</strong> sekian ribu tahun yang<br />

lalu. Hidup manusia menjadi lebih ringan.<br />

Kecanggihan teknologi yang menyertai<br />

kehidupan manusia ini membanggakan<br />

sekaligus perlu diwas<strong>pada</strong>i. Kartono<br />

(1992) mengatakan bahwa masyarakat<br />

modern yang serba kompleks sebagai<br />

produk dengan kemajuan teknologi,<br />

mekanisme, industrialisasi <strong>dan</strong> urbanisasi<br />

memunculkan banyak masalah sosial.<br />

Salah satu “alat” yang saat ini membantu<br />

manusia modern dalam beraktivitas<br />

sehari-hari adalah internet.<br />

Pada masa awal internet digunakan<br />

oleh masyarakat modern, fitur newsgroup<br />

mungkin tergolong paling populer sebagai<br />

ruang untuk bergaul <strong>dan</strong> memperluas<br />

jaringan persahabatan. Kemudian ruang<br />

mengobrol melewati popularitas newsgroups.<br />

Orang lebih suka bergaul dalam<br />

ruang mengobrol di server IRC maupun<br />

di ruang mengobrol berbasiskan web,<br />

misal Yahoo Messenger. Banyak orang<br />

akan menemukan sahabat atau kolega<br />

baru di ruang mengobrol. Hal ini cukup<br />

masuk akal, karena banyak orang menganggap<br />

newsgroup terlalu serius untuk<br />

bergaul, sebab sebetulnya newsgroup<br />

dirancang untuk berdiskusi mengenai<br />

topik-topik tertentu. Padahal bergaul<br />

ka<strong>dan</strong>gkala tidak hanya dengan sapaan,<br />

“Hi”; tanpa diskusi yang mengerutkan<br />

dahi (Setiawan <strong>dan</strong> Sopyan, 2007). Ruang<br />

mengobrol memungkinkan <strong>pengguna</strong> internet<br />

mengobrol dengan topik yang biasa<br />

saja <strong>dan</strong> itu berarti <strong>pengguna</strong> internet<br />

punya peluang untuk bertemu dengan<br />

bermacam-macam tipe karakter teman<br />

yang baru. Selain itu di dalam ruang<br />

mengobrol, <strong>pengguna</strong> internet dapat<br />

mengobrol secara langsung seketika yang<br />

tidak mungkin dilakukan di dalam<br />

newsgroup.<br />

Salah satu masalah bergaul di<br />

internet adalah komunikasi secara tidak<br />

langsung. Jika lawan obrolan adalah<br />

kenalan baru, maka <strong>pengguna</strong> internet<br />

tidak tahu secara persis tentang karakternya,<br />

wajahnya, pria atau wanita,<br />

bahkan kejujurannya. Pengguna internet<br />

baru bisa yakin bahwa kenalan barunya<br />

itu benar-benar ada <strong>dan</strong> mempunyai<br />

identitas jika ada orang lain yang membuktikannya.<br />

Tentu saja yang dapat<br />

membuktikannya adalah teman <strong>pengguna</strong><br />

itu sen<strong>diri</strong>. Pengguna tidak akan pernah<br />

ragu lagi berkenalan dengan orang yang<br />

telah dikenal oleh temannya <strong>pengguna</strong>.<br />

Inilah gebrakan yang membuat<br />

situs Friendster (dapat diakses melalui<br />

www.<strong>friendster</strong>.com) cepat sekali populer<br />

sebagai perangkat lunak jaringan sosial<br />

(social networking). Friendster adalah<br />

sebuah situs jaringan yang bisa membuat<br />

orang menampilkan profil beserta fotonya<br />

<strong>dan</strong> melakukan hubungan dengan teman,<br />

temannya teman atau temannya temannya<br />

teman. Pengguna Friendster bisa menambah<br />

daftar teman dengan mengirim<br />

semacam surat elektronik un<strong>dan</strong>gan me-<br />

26<br />

Jurnal Psikologi Volume 3, No. 1, Desember 2009


minta temannya bergabung. Pengguna<br />

Friendster juga bisa mencari kawan yang<br />

mempunyai hobi atau asal sekolah yang<br />

sama (Widyatmoko, 2004). Hal senada<br />

juga diungkapkan oleh Nuswan<strong>dan</strong>a<br />

(2004) bahwa di dalam Friendster seseorang<br />

dapat mengumpulkan teman <strong>dan</strong><br />

berlomba-lomba untuk mengumpulkan<br />

banyak teman.<br />

Mengun<strong>dan</strong>g seseorang dalam jaringan<br />

pertemanan adalah fasilitas yang<br />

paling unik dalam Friendster. Begitu ada<br />

orang lain yang diun<strong>dan</strong>g sebagai teman<br />

menyatakan setuju, maka foto <strong>dan</strong> nama<br />

mereka otomatis akan langsung tampil<br />

dalam daftar teman. Hebatnya lagi, <strong>pengguna</strong><br />

Friendster juga langsung terhubung<br />

dengan teman-teman dari teman barunya<br />

itu. Begitu juga sebaliknya, teman barunya<br />

itu langsung terhubung pula dengan<br />

teman-teman yang telah ada di dalam<br />

daftar teman <strong>pengguna</strong> Friendster itu.<br />

Jika mereka akan melakukan kontak<br />

(komunikasi) yang lebih jauh, mereka<br />

akan saling mengirimkan pesan untuk<br />

menanyakan alamat mengobrol dalam<br />

Yahoo Messenger, bahkan nomor telepon<br />

yang bisa dihubungi.<br />

Pesona baru dunia maya inilah<br />

yang membuat sebagian besar <strong>pengguna</strong><br />

Friendster terhenyak di depan komputer<br />

<strong>dan</strong> menghabiskan banyak waktu di dunia<br />

maya tersebut. Pengguna Friendster mulai<br />

gemar menelusuri <strong>dan</strong> menjelajah<br />

jaringan pertemanan, menemukan kejutan<br />

baru dari teman baru, mengun<strong>dan</strong>g teman<br />

baru, memeriksa testimonial yang dikirim<br />

teman lama, mengecek pesan baru, <strong>dan</strong><br />

seterusnya. Tidak mengherankan jika<br />

Friendster yang semula dirancang untuk<br />

tempat kencan terhubung, kini berkembang<br />

jauh lebih luas <strong>dan</strong> hebat. Dalam<br />

sekejap saja total anggotanya di seluruh<br />

dunia melesat menjadi sembilan juta<br />

orang <strong>pada</strong> tahun 2004. Bukan hanya<br />

anak-anak muda saja yang tertarik menjadi<br />

anggotanya, namun kini telah<br />

merambah hingga <strong>pada</strong> semua golongan<br />

usia. Bila <strong>pengguna</strong> Friendster mencari<br />

anggota yang usianya di atas 40, tidak<br />

sedikit nama yang akan muncul. Berkat<br />

tersedianya fasilitas fitur-fitur yang mudah<br />

digunakan oleh para pemakai internet<br />

pemula, situs Friendster memang tidak<br />

menghalangi siapapun yang berusia antara<br />

10 sampai 60 tahun untuk bergabung<br />

(Toha, 2005).<br />

Bermula dari testimonial yang<br />

berisi pujian, sanjungan, <strong>dan</strong> kalimatkalimat<br />

yang terkesan “asal” (“sembarangan”)<br />

<strong>dan</strong> tidak perlu memakai<br />

bahasa yang baku (formal), asalkan yang<br />

membaca cukup mengerti dengan kalimat<br />

tersebut, itu sudah cukup (Nuswan<strong>dan</strong>a,<br />

2004). Hal ini sebenarnya bisa dikatakan<br />

“pesan yang tidak penting”, namun<br />

banyak <strong>pengguna</strong> Friendster yang menyukai<br />

akan banyaknya jumlah teman <strong>dan</strong><br />

testimonial yang masuk dalam akun<br />

Friendster-nya, sehingga hal ini akan<br />

membuat <strong>diri</strong>nya menjadi bangga.<br />

Komentar yang terlontar dari seseorang<br />

melalui testimonial, biasanya berisi<br />

“pesan yang tidak penting” tersebut <strong>dan</strong><br />

akan terlihat lebih “hebat” lagi jika ada<br />

temannya yang memberikan komentar<br />

tentang foto pribadi, wallpaper atau blog,<br />

yang boleh dikatakan “sangat narsis”<br />

melalui fitur testimonial yang seharusnya<br />

dikirim hanya ke penerima.<br />

Terminologi <strong>narsisme</strong> tampaknya<br />

akhir-akhir ini kian jamak dilontarkan<br />

oleh sebagian besar orang. Perempuan,<br />

lelaki, dewasa, atau remaja, kerap menggunakan<br />

kata tersebut. Kata ini biasanya<br />

ditujukan <strong>pada</strong> orang-orang yang memiliki<br />

<strong>kecenderungan</strong> untuk mencintai<br />

<strong>diri</strong>nya sen<strong>diri</strong> <strong>dan</strong> kemudian bermanifestasi<br />

<strong>pada</strong> tingkah lakunya, serta<br />

meminta pengaguman <strong>dan</strong> pemujaan <strong>diri</strong><br />

dari orang lain. Hal yang paling sering<br />

dilakukan orang yang mendapatkan<br />

“label” <strong>narsisme</strong> adalah orang tersebut<br />

senang membicarakan <strong>dan</strong> memuji <strong>diri</strong>nya<br />

sen<strong>diri</strong> di hadapan orang lain. Bisa<br />

jadi pujian <strong>pada</strong> <strong>diri</strong>nya tersebut benar<br />

a<strong>dan</strong>ya, tetapi yang kerap kali terjadi<br />

adalah pujian tersebut sesungguhnya sa-<br />

Adi, Yudiati, Harga Diri … 27


ngat jauh kenyataan. Seringkali <strong>diri</strong>nya<br />

meminta pengaguman <strong>dan</strong> pemujaan <strong>diri</strong><br />

dari orang lain mengenai kehebatannya.<br />

Seseorang yang senang memotret <strong>diri</strong>nya<br />

sen<strong>diri</strong>, juga dapat dengan mudah diberi<br />

“label” <strong>narsisme</strong> (Yanti, 2007).<br />

METODE PENELITIAN<br />

Pada penelitian ini, metode yang<br />

digunakan adalah metode kuantitatif.<br />

Kecenderungan <strong>narsisme</strong> diukur dengan<br />

Skala Kecenderungan Narsisme yang<br />

disusun berdasarkan pedoman DSM-IV<br />

yang memiliki sembilan ciri, yaitu (1)<br />

merasa <strong>diri</strong> paling hebat namun seringkali<br />

tidak sesuai dengan potensi atau kompetensi<br />

yang dimiliki; (2) percaya bahwa<br />

<strong>diri</strong>nya adalah spesial <strong>dan</strong> unik; (3)<br />

dipenuhi dengan fantasi tentang kesuksesan,<br />

kekuasaan, kepintaran, kecantikan<br />

atau cinta sejati; (4) memiliki kebutuhan<br />

yang eksesif untuk dikagumi; (5) merasa<br />

layak untuk diperlakukan secara istimewa;<br />

(6) kurang empati; (7) mengeksploitasi<br />

hubungan interpersonal; (8)<br />

seringkali memiliki rasa iri <strong>pada</strong> orang<br />

lain atau menganggap bahwa orang lain<br />

iri kepa<strong>dan</strong>ya; <strong>dan</strong> (9) angkuh.<br />

Harga <strong>diri</strong> diukur dengan menggunakan<br />

Skala Harga Diri, dengan menggunakan<br />

aspek rasa diterima, rasa mampu,<br />

rasa dibutuhkan, kepercayaan <strong>diri</strong>,<br />

<strong>dan</strong> cinta <strong>diri</strong> sen<strong>diri</strong>, serta penerimaan<br />

<strong>diri</strong>.<br />

Partisipan dalam penelitian ini adalah<br />

<strong>pengguna</strong> Friendster di kota<br />

Yogyakarta, yaitu calon subjek yang<br />

ditemui di sejumlah pusat perbelanjaan,<br />

kos atau rumah, baik yang secara<br />

langsung dikenal atau tidak dikenal<br />

dengan menggunakan sampling insidental.<br />

Karakteristik partisipan dalam<br />

penelitian ini adalah mereka yang aktif<br />

menggunakan Friendster selama minimal<br />

enam (6) bulan.<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Berdasarkan pengujian terhadap<br />

hipotesis penelitian dengan menggunakan<br />

teknik korelasi Product Moment diperoleh<br />

hasil r xy = -0.346 (p


Seseorang yang memiliki <strong>harga</strong> <strong>diri</strong><br />

normal tercermin dari keterbukaannya<br />

terhadap kritik <strong>dan</strong> hanya mengalami<br />

kekecewaan yang sebentar kalau dikritik.<br />

Meskipun tidak mendapat perlakuan<br />

istimewa, orang yang memiliki <strong>harga</strong> <strong>diri</strong><br />

yang normal tidak akan merasakan kekecewaan<br />

yang berarti, layaknya seseorang<br />

dengan <strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong>.<br />

Kadar <strong>harga</strong> <strong>diri</strong> juga masih sehat<br />

ketika individu masih bisa mengerti <strong>dan</strong><br />

berempati <strong>pada</strong> perasaan orang lain. Salah<br />

satu cara terbaik untuk mencegah agar<br />

<strong>harga</strong> <strong>diri</strong> tidak berkembang menjadi<br />

<strong>narsisme</strong> adalah dengan mau mendengarkan<br />

kritik dari orang lain <strong>dan</strong><br />

meminta umpan balik dari orang lain<br />

sebagai evaluasi <strong>diri</strong>. Selalu mau mengeksplorasi<br />

kelebihan <strong>dan</strong> kekurangan <strong>pada</strong><br />

<strong>diri</strong> juga merupakan salah satu cara agar<br />

<strong>harga</strong> <strong>diri</strong> tidak berubah menjadi orang<br />

dengan <strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong>.<br />

Orang yang benar-benar memiliki<br />

<strong>harga</strong> <strong>diri</strong> yang normal tidak perlu<br />

memamerkan semua kelebihannya, karena<br />

tahu kualitas <strong>diri</strong>nya <strong>dan</strong> tidak bergantung<br />

ke<strong>pada</strong> orang lain agar merasa<br />

nyaman (Trumpeter dkk., 2008). Sebaliknya,<br />

orang dengan <strong>kecenderungan</strong><br />

<strong>narsisme</strong> justru butuh pengakuan <strong>dan</strong><br />

pujian dari orang lain demi menaikkan<br />

<strong>harga</strong> <strong>diri</strong>nya yang mulai terancam rapuh.<br />

Inilah rahasia terbesar individu dengan<br />

<strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong>. Jauh dalam<br />

hatinya, tersimpan sebuah jiwa yang<br />

sangat rapuh <strong>dan</strong> individu dengan<br />

<strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong> menutupinya<br />

dengan menekankan betapa hebatnya<br />

<strong>diri</strong>nya yang terbukti dari banyaknya<br />

pujian dari orang lain (Yanti, 2007).<br />

Orang yang mengalami gangguan<br />

ini dari luar tampak memiliki perasaan<br />

luar biasa akan pentingnya <strong>diri</strong>nya,<br />

sepenuhnya terserap ke dalam <strong>diri</strong>nya<br />

sen<strong>diri</strong>, <strong>dan</strong> fantasi tentang keberhasilan<br />

tanpa batas, namun demikian telah<br />

diteorikan bahwa karakteristik tersebut<br />

merupakan topeng bagi <strong>harga</strong> <strong>diri</strong>nya<br />

yang sangat rapuh (Davisond dkk., 2006).<br />

Hasil penelitian Campbell (2000) <strong>dan</strong><br />

Kwan (2004) mengatakan bahwa <strong>kecenderungan</strong><br />

<strong>narsisme</strong> justru sebagai alat<br />

untuk menutupi kelemahan <strong>dan</strong> kekurangannya,<br />

yakni <strong>harga</strong> <strong>diri</strong> yang rendah.<br />

Selanjutnya dikatakan bahwa individu<br />

yang memiliki <strong>harga</strong> <strong>diri</strong> normal<br />

berarti individu masih memiliki kesadaran<br />

untuk menerima <strong>diri</strong>nya sebagaimana<br />

a<strong>dan</strong>ya <strong>dan</strong> memahami <strong>diri</strong>nya<br />

seperti apa a<strong>dan</strong>ya. Se<strong>dan</strong>gkan bagi individu<br />

yang memiliki <strong>harga</strong> <strong>diri</strong> yang<br />

rendah, maka tidak bisa menerima <strong>diri</strong>nya<br />

apa a<strong>dan</strong>ya <strong>dan</strong> ingin memperbaiki<br />

kekurangan-kekurangan yang ada <strong>pada</strong><br />

<strong>diri</strong>nya, sehingga ingin tampak lebih baik<br />

lagi dengan cara sering meminta pujian,<br />

perhatian atau komentar dari orang lain<br />

yang terkait atas penampilannya, prestasinya,<br />

<strong>dan</strong> perbuatan-perbuatan yang<br />

telah dilakukannya. Hal tersebut menjelaskan<br />

bahwa rendahnya <strong>harga</strong> <strong>diri</strong> seseorang<br />

dapat menyebabkan individu<br />

cenderung meminta pengaguman <strong>dan</strong><br />

pemujaan <strong>diri</strong> dari orang lain atas penampilan<br />

<strong>dan</strong> kelebihan yang dimilikinya,<br />

dengan kata lain bahwa individu tersebut<br />

memiliki <strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong> yang<br />

tergolong tinggi.<br />

Berdasarkan analisa data, sumbangan<br />

efektif <strong>harga</strong> <strong>diri</strong> dalam hubungannya<br />

dengan <strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong><br />

<strong>pada</strong> <strong>pengguna</strong> Friendster diperoleh<br />

sebesar 12%. Pengaruh <strong>harga</strong> <strong>diri</strong><br />

terhadap <strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong> <strong>pada</strong><br />

<strong>pengguna</strong> Friendster tidak terlalu besar,<br />

di mana 88% lainnya dipengaruhi oleh<br />

faktor lainnya, seperti a<strong>dan</strong>ya konsep <strong>diri</strong>,<br />

kesepian, <strong>dan</strong> cemburu atau iri hati.<br />

Secara teoritis faktor-faktor <strong>kecenderungan</strong><br />

<strong>narsisme</strong>, antara lain <strong>harga</strong> <strong>diri</strong>,<br />

konsep <strong>diri</strong>, kesepian, <strong>dan</strong> cemburu atau<br />

iri hati.<br />

Hasil analisis penelitian ini menunjukkan<br />

bahwa subjek mempunyai <strong>kecenderungan</strong><br />

<strong>narsisme</strong> yang tergolong tinggi.<br />

Hal ini ditunjukkan dengan perolehan<br />

rerata empirik sebesar 82 <strong>dan</strong> rerata<br />

hipotetik sebesar 67.5 dengan standar<br />

Adi, Yudiati, Harga Diri … 29


deviasi hipotetik (SD h ) sebesar 13.5.<br />

Selanjutnya bila dilihat secara norma<br />

umum, subjek dengan kategori sangat<br />

tinggi sejumlah 5 orang (7.1%), kategori<br />

tinggi sejumlah 32 orang (45.7%) <strong>dan</strong><br />

kategori se<strong>dan</strong>g sejumlah 33 orang<br />

(47.1%). Bila persentase kategori sangat<br />

tinggi <strong>dan</strong> persentase kategori tinggi<br />

diakumulasi akan didapatkan persentase<br />

sejumlah 52.9%, maka kondisi ini<br />

menunjukkan bahwa <strong>pengguna</strong> Friendster<br />

memiliki <strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong> dengan<br />

kategori tinggi.<br />

Hal ini terlihat dari subjek yang<br />

cenderung suka memamerkan kelebihannya,<br />

misalnya bisa mengatur tampilan<br />

wallpaper, video, atau MP3 yang unik<br />

<strong>dan</strong> menarik. Namun, ketika ada orang<br />

lain yang ingin meminta bantuan untuk<br />

“mempercantik” akun Friendster, <strong>pengguna</strong><br />

Friendster dengan <strong>kecenderungan</strong><br />

<strong>narsisme</strong> enggan berbagi tips. Selain itu,<br />

mereka juga sering meminta pengaguman,<br />

pujian, <strong>dan</strong> pemujaan <strong>diri</strong> dari<br />

teman-temannya melalui fitur testimonial,<br />

mengenai fisik (tatanan rambutnya, model<br />

pakaiannya, hingga <strong>pada</strong> tampilan<br />

foto-foto yang diunggah) <strong>dan</strong> bukan-fisik<br />

(tutur kata atau ujaran, sikap, hingga <strong>pada</strong><br />

perilaku sehari-harinya).<br />

Umumnya <strong>pengguna</strong> Friendster<br />

dengan <strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong> memiliki<br />

jumlah teman yang relatif cukup banyak.<br />

Bila ada temannya yang enggan memberikan<br />

komentar atas penampilannya,<br />

biasanya <strong>pada</strong> kemudian hari ia akan<br />

bersikap mengabaikan temannya itu.<br />

Pengguna Friendster dengan <strong>kecenderungan</strong><br />

<strong>narsisme</strong> suka berpenampilan<br />

modis <strong>dan</strong> busana yang dikenakan produk<br />

dari distro atau factory outlet ternama.<br />

Tatanan rambutnya pun mencirikan gaya<br />

“kawula muda” masa kini. Sebagian dari<br />

mereka juga memiliki hubungan interpersonal<br />

yang <strong>dan</strong>gkal, misalnya kurang<br />

peduli dengan teman-temannya. Pengguna<br />

Friendster dengan <strong>kecenderungan</strong><br />

<strong>narsisme</strong> menganggap <strong>diri</strong>nya paling<br />

sempurna <strong>dan</strong> berarti dibanding orang<br />

lain, sulit meng<strong>harga</strong>i orang lain, <strong>dan</strong><br />

hanya mau berteman dengan seseorang<br />

jika dalam konteks hubungan relasi yang<br />

menguntungkan bagi <strong>diri</strong>nya saja.<br />

Rerata empirik <strong>pada</strong> variabel <strong>harga</strong><br />

<strong>diri</strong> sebesar 51.70 jika dibandingkan<br />

dengan rerata hipotetik (M h )-nya sebesar<br />

45 dengan standar deviasi hipotetik (SD h )<br />

sebesar 9, menunjukkan bahwa <strong>harga</strong> <strong>diri</strong><br />

tergolong se<strong>dan</strong>g. Selanjutnya bila dilihat<br />

secara norma umum, subjek dengan<br />

kategori sangat tinggi sejumlah 4 orang<br />

(5.7%), kategori tinggi sejumlah 23 orang<br />

(32.9%) <strong>dan</strong> kategori se<strong>dan</strong>g sejumlah 43<br />

orang (61.4%). Bila persentase kategori<br />

sangat tinggi <strong>dan</strong> persentase kategori<br />

tinggi diakumulasi akan didapatkan persentase<br />

sejumlah 38.6%, maka hal ini<br />

menunjukkan bahwa <strong>pengguna</strong> Friendster<br />

memiliki <strong>harga</strong> <strong>diri</strong> dengan kategori<br />

se<strong>dan</strong>g. Ada beberapa faktor yang diperkirakan<br />

berpengaruh, antara lain kemampuan<br />

interpersonal, dukungan sosial,<br />

gender atau jenis kelamin, <strong>dan</strong> kelas<br />

sosial (Trumpeter dkk., 2008).<br />

Seseorang yang memiliki <strong>kecenderungan</strong><br />

<strong>narsisme</strong> merasa sulit memahami<br />

orang lain. Beberapa konselor, baik<br />

psikolog, maupun bukan psikolog, telah<br />

dimintai bantuan untuk menangani kasus<br />

ini. Sayangnya, individu dengan <strong>kecenderungan</strong><br />

<strong>narsisme</strong> hanya mau mendengarkan<br />

hal-hal positif yang meningkatkan<br />

<strong>harga</strong> <strong>diri</strong>nya, <strong>dan</strong> sebaliknya<br />

selalu menolak masukan yang menunjukkan<br />

kekurangannya. Tidak jarang<br />

individu dengan <strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong><br />

memamerkan bagaimana komentar orang<br />

lain yang mengakui keunikan atau<br />

idealisme yang dijunjung tinggi olehnya.<br />

Hal itu dilakukannya ketika individu<br />

dengan <strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong> merasa<br />

<strong>harga</strong> <strong>diri</strong>nya terancam saat menerima<br />

masukan yang mengoreksi kebiasaan atau<br />

pola pikirnya. Tampak bahwa individu<br />

dengan <strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong> sangat<br />

bangga <strong>dan</strong> mengagumi <strong>diri</strong>nya sen<strong>diri</strong>.<br />

Individu dengan <strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong><br />

cenderung suka menyalahkan orang lain,<br />

30<br />

Jurnal Psikologi Volume 3, No. 1, Desember 2009


ila ada hal yang tidak memuaskan<br />

<strong>narsisme</strong>-nya.<br />

Pada umumnya dalam <strong>diri</strong> seseorang<br />

terdapat <strong>kecenderungan</strong> mengagumi<br />

<strong>diri</strong> sen<strong>diri</strong>. Hal ini berkaitan<br />

dengan <strong>harga</strong> <strong>diri</strong>. Orang yang merasakan<br />

a<strong>dan</strong>ya hal-hal positif dalam <strong>diri</strong>nya<br />

sen<strong>diri</strong> tentu saja akan menyukai <strong>diri</strong><br />

sen<strong>diri</strong> <strong>dan</strong> mengembangkan perasaan<br />

bahwa <strong>diri</strong>nya ber<strong>harga</strong>. Hal ini memberikan<br />

ketenangan batin <strong>dan</strong> merupakan<br />

sumber bagi kesehatan mental. Jadi,<br />

mengagumi <strong>diri</strong> sen<strong>diri</strong> dalam batas<br />

tertentu justru merupakan indikasi kesehatan<br />

mental.<br />

Seseorang senang jika dipuji <strong>dan</strong><br />

di<strong>harga</strong>i oleh orang lain, maka individu<br />

tersebut merasa bahwa <strong>diri</strong>nya ber<strong>harga</strong><br />

<strong>dan</strong> berguna. Ketika merasa ber<strong>harga</strong>,<br />

maka manusia dapat berkarya lebih baik<br />

lagi <strong>dan</strong> bersemangat dalam menjalani<br />

hidup. Perasaan ber<strong>harga</strong> ini seringkali<br />

didapat melalui keberhasilan, kesuksesan,<br />

sehingga orang lain memberikan pengakuan<br />

kepa<strong>dan</strong>ya. Banyak hal lain yang<br />

membuat seseorang merasa <strong>diri</strong>nya ber<strong>harga</strong>,<br />

contohnya orang merasa ber<strong>harga</strong><br />

ketika mereka mempunyai kekayaan,<br />

kedudukan, prestasi akademik, <strong>dan</strong><br />

kelebihan dari orang lain.<br />

Individu yang memiliki <strong>harga</strong> <strong>diri</strong><br />

normal tidak perlu meminta pengaguman<br />

<strong>dan</strong> pemujaan <strong>diri</strong> dari orang lain<br />

mengenai sikap, perilaku, prestasi, <strong>dan</strong><br />

kehebatannya. Robins (2001) juga<br />

mengatakan bahwa individu dengan<br />

<strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong> memiliki <strong>harga</strong><br />

<strong>diri</strong> yang rendah. Demikian pula fenomena<br />

yang terjadi <strong>pada</strong> <strong>pengguna</strong><br />

Friendster yang cenderung meminta<br />

pengaguman <strong>dan</strong> pemujaan <strong>diri</strong> dari<br />

orang lain mengenai suka memamerkan<br />

kelebihan, kehebatan yang dimilikinya,<br />

serta memiliki hubungan interpersonal<br />

yang <strong>dan</strong>gkal dengan teman-temannya<br />

kurang perhatiannya dengan temannya<br />

mengindikasikan bahwa <strong>diri</strong>nya mengalami<br />

gangguan kepribadian, yakni <strong>kecenderungan</strong><br />

<strong>narsisme</strong>.<br />

SIMPULAN DAN SARAN<br />

Simpulan<br />

Berdasarkan hasil penelitian <strong>dan</strong><br />

pembahasan yang telah dilaksanakan,<br />

maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan<br />

negatif yang sangat signifikan<br />

antara <strong>harga</strong> <strong>diri</strong> dengan <strong>kecenderungan</strong><br />

<strong>narsisme</strong> <strong>pada</strong> <strong>pengguna</strong> Friendster.<br />

Sema-kin rendah <strong>harga</strong> <strong>diri</strong>, maka<br />

semakin tinggi <strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong><br />

<strong>pada</strong> <strong>pengguna</strong> Friendster, demikian pula<br />

sebaliknya semakin tinggi <strong>harga</strong> <strong>diri</strong>,<br />

maka <strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong> <strong>pada</strong><br />

<strong>pengguna</strong> Friendster rendah. seperti<br />

konsep <strong>diri</strong>, kesepian, <strong>dan</strong> cemburu atau<br />

iri hati.<br />

Berdasarkan hasil penelitian diketahui<br />

bahwa <strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong><br />

para <strong>pengguna</strong> Friendster tersebut tergolong<br />

tinggi <strong>dan</strong> <strong>harga</strong> <strong>diri</strong> tergolong<br />

se<strong>dan</strong>g. Banyak cara yang bisa dilakukan<br />

para <strong>pengguna</strong> Friendster untuk meningkatkan<br />

<strong>harga</strong> <strong>diri</strong>nya, antara lain mengenali<br />

jati <strong>diri</strong> sen<strong>diri</strong> dengan segala<br />

kelebihan <strong>dan</strong> kekurangannya, meminta<br />

umpan balik dari orang lain sebagai<br />

evaluasi <strong>diri</strong>, berpikir positif <strong>dan</strong> realistis,<br />

bersosialisasi dengan tetangga atau lingkungan<br />

terdekat, <strong>dan</strong> meng<strong>harga</strong>i hasil<br />

yang telah dihasilkannya meskipun hanya<br />

sederhana.<br />

Saran<br />

Sementara itu saran bagi peneliti<br />

selanjutnya yang tertarik untuk meneliti<br />

<strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong> <strong>pada</strong> <strong>pengguna</strong><br />

Friendster ditinjau dari <strong>harga</strong> <strong>diri</strong> adalah<br />

menggunakan faktor-faktor yang berpengaruh<br />

terhadap <strong>kecenderungan</strong> <strong>narsisme</strong><br />

<strong>pada</strong> <strong>pengguna</strong> Friendster, seperti:<br />

konsep <strong>diri</strong>, kesepian, <strong>dan</strong> cemburu atau<br />

iri hati.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Campbell, W.K. 2000 “Narcissism and<br />

comparative self-enhancement<br />

Adi, Yudiati, Harga Diri … 31


strategies” Journal of Research in<br />

Personality vol 34 pp 235-243.<br />

Davison, G.C., Neale, J.M., <strong>dan</strong> Kring<br />

A.M. 2006 Psikologi abnormal (Edisi<br />

9) Alih Bahasa: Noermalasari Fajar<br />

PT Rajawali Press Jakarta.<br />

Kartono, K. 1992 Patologi sosial (Jilid 1)<br />

PT Rajawali Press Jakarta.<br />

Kwan, V.S.Y. 2004 “Reconceptualizing<br />

individual differences in selfenhancement<br />

bias: An interpersonal<br />

approach” Pyschological Review vol<br />

111 pp 94-110.<br />

Nuswan<strong>dan</strong>a, A. 2004 Cari teman baru<br />

lewat Friendster Dalam<br />

www.kompas.co.id tanggal 26 Maret<br />

2004 diunduh 15 Juli 2007.<br />

Robins, R.W. 2001 “Personality<br />

correlates of self-esteem. Journal of<br />

Research in Personality” vol 35 pp<br />

463-482.<br />

Toha, D.A. 2005 Friendster: Pesona baru<br />

dunia online www.dudung.net<br />

diunduh 15 Januari 2008<br />

Trumpeter, N.N., Watson, P.J., O’Leary,<br />

B.J., and Weathington, B.L. 2008<br />

“Self-functioning and perceived<br />

parenting: Relation of parental<br />

empathy and love inconsistency with<br />

narcissism, depression, and selfesteem”<br />

The Journal of Genetic<br />

Psychology vol 169 pp 51-71.<br />

Widyatmoko, T. 2004 Demam Friendster<br />

melanda www.detikinet.com tanggal<br />

02 April 2004 diunduh 15 Juli 2007.<br />

Yanti. 2007 Asal usul narsis (Narcissistic<br />

Personality Disorder) www.triyanti.<br />

blogspot.com tanggal 03 Desember<br />

2007 diunduh 07 Maret 2008.<br />

32<br />

Jurnal Psikologi Volume 3, No. 1, Desember 2009

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!