Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan - S1 Ilmu Komunikasi ...
Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan - S1 Ilmu Komunikasi ...
Era Perspektif Baru Kajian Kewirausahaan - S1 Ilmu Komunikasi ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
TOPIK UTAMA<br />
<strong>Era</strong> <strong>Perspektif</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kajian</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> :<br />
Studi <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
Wahyu Budi Priatna<br />
Staf Pengajar Fakultas Ekonomi & Manajemen<br />
Institut Pertanian Bogor<br />
Abstrak<br />
Inti kewirausahaan adalah kemandirian seseorang untuk bertanggung jawab atas nasibnya.<br />
Kemandirian yang dibangun dari perjalanan sepanjang kehidupan individu, baik hasil dialog saat<br />
kesendiriannya maupun hasil dari proses komunikasi dengan lingkungannya. Kemandirian dalam<br />
kewirausahaan tiada lain “kebebasan” atau “kemerdekaan”. Oleh karena itu, kemandirian membutuhkan<br />
kepercayaan diri yang terukur. Salah satu pisau analisa yang kerap diabaikan dalam studi<br />
kewirausahaan adalah komunikasi, dalam hal ini komunikasi intrapersonal. pendekatan komunikasi<br />
intrapersonal memainkan peranan yang sangat penting karena akan mampu memberikan<br />
pandangan yang lebih komprehensif tentang kewirausahaan. Dialog di dalam diri individu yang<br />
memilih jalan hidup sebagai wirausaha, telah mampu melampaui kekhawatiran akan “keamanan<br />
penghasilan” (gaji rutin meskipun rendah), seandainya dia memilih profesi sebagai pegawai perusahaan<br />
atau pemerintah. Wirausaha telah melepaskan diri dari budaya “prihatin asal aman”, dengan<br />
kemampuan dan keberanian mengambil resiko.<br />
Kata Kunci: <strong>Kajian</strong> <strong>Kewirausahaan</strong>, <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
Pendahuluan<br />
Penelaahan tentang usaha kecil, selama<br />
ini secara umum lebih menekankan pada aspek<br />
-aspek ekonomi dan manajemen. Hal ini tidaklah<br />
sebuah kekeliruan.<br />
<strong>Kewirausahaan</strong><br />
merupakan salah satu jalan untuk pemenuhan<br />
aspek kesejahteraan, yang ditandai dengan<br />
adanya peningkatan keuntungan, yang seringkali<br />
diukur dari hasil finansial bagi pengusahanya.<br />
Namun demikian, pengabaian terhadap<br />
proses pembentukan jiwa<br />
kewirausahaan sejatinya hanya akan<br />
menghantarkan proses kemandirian usaha<br />
(wirausaha) ini menjadi sebuah kesia-siaan<br />
belaka.<br />
Salah satu pisau analisa yang kerap diabaikan<br />
dalam studi kewirausahaan adalah<br />
komunikasi, dalah hal ini komunikasi intrapersonal.<br />
Menurut West dan Turner (2007),<br />
komunikasi intrapersonal merupakan komunikasi<br />
yang berlangsung dalam diri, meliputi<br />
kegiatan berbicara kepada diri sendiri (dialog<br />
internal), serta kegiatan mengamati dan memberi<br />
makna (intelektual dan emosional) terhadap<br />
lingkungan. dialog internal dalam diri<br />
manusia adalah esensi dari komunikasi intrapersonal.<br />
<strong>Komunikasi</strong> intrapersonal selain<br />
memberikan penilaian terhadap orang lain, ju-
PENTINGNYA <strong>Era</strong> <strong>Perspektif</strong> KOMUNIKASI <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> ARTIFAKTUAL :<br />
DALAM KEBERHASILAN Studi <strong>Komunikasi</strong> MODIFIKASI Intrapersonal<br />
KOMUNIKASI ANTARMANUSIA<br />
ga memberikan kesempatan bagi individu untuk<br />
menilai dirinya sendiri. Individu akan<br />
memiliki kemampuan untuk menilai tentang<br />
kelebihan dan kekurangan dirinya dalam beberapa<br />
situasi tertentu. Selanjutnya dikatakan<br />
bahwa, penelitian komunikasi intrapersonal<br />
berfokus pada kognisi, simbol dan niat<br />
(intensi) yang dimiliki seseorang terhadap perilaku<br />
tertentu.<br />
Dengan demikian, pendekatan komunikasi<br />
intrapersonal memainkan peranan yang<br />
sangat penting karena akan mampu memberikan<br />
pandangan yang lebih komprehensif<br />
tentang kewirausahaan. Dialog di dalam diri<br />
individu yang memilih jalan hidup sebagai<br />
wirausaha, telah mampu melampaui kekhawatiran<br />
akan “keamanan penghasilan” (gaji<br />
rutin meskipun rendah), seandainya dia memilih<br />
profesi sebagai pegawai perusahaan atau<br />
pemerintah. Wirausaha telah melepaskan diri<br />
dari budaya “prihatin asal aman”, dengan kemampuan<br />
dan keberanian mengambil risiko.<br />
Berangkat dari fenomena tersebut,<br />
maka penelaahan kewirausahaan tidak cukup<br />
hanya dengan mengandalkan pada proses pembelajaran,<br />
pelatihan keterampilan berusaha dan<br />
dukungan pemodalan. Dalam situasi demikian,<br />
maka pendekatan komunikasi adalah sebuah<br />
pilihan konstruksi berfikir paradigmatik yang<br />
mampu memberikan penjelasan tentang belum<br />
tumbuhkembangnya jiwa kewirausahaan itu<br />
sendiri. Melalui pendekatan komunikasi intrapersonal,<br />
akan dapat menjelaskan berbagai<br />
faktor yang diestimasi dapat menjadi indikator<br />
untuk upaya-upaya meningkatkan dan<br />
mengembangkan kewirausahaan.<br />
Studi kali ini bersifat kajian kepustakaan<br />
tentang dinamika perilaku kewirausahaan sebagai<br />
aktivitas terencana yang berbasis pada<br />
komunikasi intrapersonal pada pengusaha,<br />
khususnya agribisnis. Mengapa hal ini<br />
dikedepankan ? Krisis pada Juli 1997, yang<br />
awalnya bertumpu pada keuangan, berlanjut<br />
menjadi krisis multi dimensi. Hal ini semakin<br />
menyadarkan banyak pihak adanya kekeliruan<br />
dalam menerapkan prinsip perekonomian.<br />
Pemerintah cenderung mengutamakan kebijakan<br />
makro ekonomi. Tetapi sektor riil yang<br />
lebih berkeadilan dan pemerataan, kurang<br />
mendapat perhatian. Padahal, sebagian besar<br />
masyarakat menghidupi keluarga mereka dari<br />
sektor riil (Basri & Munandar, 2009).<br />
Menurut Kolopaking (2009), kondisi<br />
krisis yang lebih buruk dapat diredam oleh<br />
perkembangan sektor tradisional dan kecil<br />
(ekonomi kerakyatan). Fungsi penyelamatan<br />
ini segera terlihat pada sektor-sektor penyediaan<br />
kebutuhan pokok rakyat melalui<br />
produksi dan normalisasi distribusi. Bukti tersebut<br />
paling tidak telah menumbuhkan optimisme<br />
baru bagi sebagian besar orang yang<br />
menguasai sebagian kecil sumberdaya, akan<br />
kemampuannya untuk menjadi motor pertumbuhan<br />
bagi pemulihan ekonomi. Suherman<br />
(2008) menyatakan bahwa, usaha mikro-kecil<br />
(UMK) merupakan salah satu solusi keberlangsungan<br />
ekonomi negara yang langsung bersentuhan<br />
pada eksistensi masyarakat secara<br />
berkesinambungan.<br />
Sejarah perekonomian Indonesia di masa<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU Perilaku COPING <strong>Era</strong> Pentingnya Coping <strong>Perspektif</strong> MAHASISWA Mahasiswa <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES<br />
dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA <strong>Komunikasi</strong> Mata Modifikasi KULIAH Kuliah <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010<br />
krisis, telah menunjukkan kelenturan dan kemandirian<br />
usaha mikro, kecil dan menengah<br />
(UMKM), terutama UMK dibandingkan para<br />
pengusaha besar (Kusmuljono, 2009; Basri &<br />
Munandar, 2009; Kolopaking, 2009, Tambunan,<br />
2009). Pelaku UMK lebih dari 45 persen<br />
bergerak di sektor agribisnis. Ketangguhan<br />
sektor agribisnis diindikasikan oleh kemampuannya<br />
untuk tumbuh secara positif (0,22%).<br />
Sementara perekonomian nasional secara agregat<br />
mengalami kontraksi yang sangat hebat (-<br />
13,7%), sehingga terjadi penurunan penyerapan<br />
tenaga kerja nasional. Hal yang sebaliknya,<br />
sektor agribisnis justru mampu<br />
meningkatkan kapasitas penyerapan tenaga<br />
kerja. Fakta empiris ini menunjukkan bahwa<br />
sektor agribisnis merupakan sektor yang paling<br />
tangguh dalam menghadapi krisis, dan paling<br />
berjasa dalam menampung pengangguran sebagai<br />
akibat krisis (Saragih, 2001).<br />
Pada saat krisis keuangan global tahun<br />
2008, kembali membuktikan bahwa<br />
perekonomian harus dibangun dengan memperkokoh<br />
real based economy. Rente ekonomi<br />
harus dilakukan dengan kegiatan investasi<br />
yang produktif (Kolopaking, 2009; Basri dan<br />
Munandar, 2009). Pemerintah sudah seharusnya,<br />
memberikan lebih banyak kesempatan<br />
dan fasilitas untuk perkembangan sektor riil.<br />
Keberpihakan pemerintah, khususnya pada<br />
UMK agribisnis merupakan pilihan tepat karena<br />
keberadaan pemerintah untuk mensejahterakan<br />
kehidupan nyata rakyatnya, bukan hanya<br />
mengejar pertumbuhan ekonomi yang kesejahteraan<br />
rakyat diwakili sebagian kecil pengusaha<br />
besar. Meskipun, lapisan atas mulai pulih<br />
semenjak tahun 2003, lebih cepat dibandingkan<br />
kelompok usaha rakyat. Namun menyisakan<br />
persoalan hutang dalam jumlah yang sangat<br />
besar, yang mesti ditanggung oleh generasi<br />
selanjutnya. Pengusaha besar dengan segala<br />
fasilitas yang diberikan perbankan dan keberpihakan<br />
kebijakan pemerintah, terbukti rapuh<br />
menopang perekonomian Indonesia.<br />
Krisis keuangan global telah mengajarkan<br />
kepada banyak negara maju, untuk kembali<br />
pada basic ekonomi, yaitu UMK, khususnya<br />
UMK pertanian. Dari sisi pengembangan<br />
pasar, krisis menunjukkan pentingnya<br />
mendayagunakan pasar domestik dan tidak<br />
tergantung hanya pada pasar global. Pasar<br />
domestik, ternyata menyimpan potensi<br />
ekonomi yang juga sangat besar (Kusmuljono,<br />
2009; Daryanto, 2009).<br />
Kondisi tersebut merupakan peluang besar<br />
bagi tumbuhnya wirausaha-wirausaha Indonesia,<br />
untuk masuk ke sektor agribisnis berskala<br />
kecil, karena kelenturannya sekalipun<br />
menghadapi berbagai kondisi krisis. Selain itu,<br />
pengembangan pengusaha kecil diyakini telah<br />
mampu meningkatkan pertumbuhan dan mengubah<br />
struktur ekonomi nasional menjadi lebih<br />
kokoh dan berimbang (Pambudy dkk., 1999).<br />
Peranan wirausaha kecil agribisnis yang<br />
mampu bertahan dari kebangkrutan<br />
perekonomian nasional, mengindikasikan<br />
ketangguhan usaha yang dikelolanya. Hal ini<br />
menarik untuk menjadikan wirausaha kecil agribisnis<br />
sebagai subjek dari penelitian yang<br />
akan dilakukan. Wirausaha kecil agribisnis<br />
25
PENTINGNYA <strong>Era</strong> Pentingnya <strong>Perspektif</strong> KOMUNIKASI <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> ARTIFAKTUAL<br />
Artifaktual :<br />
DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Studi <strong>Komunikasi</strong> MODIFIKASI Modifikasi <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
KOMUNIKASI Antarmanusia<br />
ANTARMANUSIA<br />
adalah sumberdaya manusia yang paling<br />
menentukan keberlangsungan usaha kecil agribisnis.<br />
Oleh karena itu, pemahaman terhadap<br />
wirausaha kecil agribisnis, diharapkan akan<br />
membantu perkembangannya.<br />
<strong>Komunikasi</strong> intrapersonal menjadi fokus<br />
penelitian yang akan dilakukan karena<br />
kewirausahaan tidak sekedar kemampuan dalam<br />
berbuat, tetapi lebih jauh merupakan proses<br />
pengolahan informasi untuk berperilaku<br />
wirausaha. Dengan demikian, dialog dalam diri<br />
sendiri merupakan faktor yang sangat menentukan<br />
munculnya perilaku kewirausahaan yang<br />
ditampilkan. Dialog dalam diri sendiri bukanlah<br />
proses yang terlepas dari aktivitas individu<br />
dengan pihak lain dan lingkungannya. Namun<br />
justru, dialog terjadi sebagai hasil dan aktivitas<br />
individu saat bertransaksi dengan pihak lain<br />
dan lingkungan sekitar.<br />
Rakhmat (1994), menjelaskan bahwa<br />
psikologi tidak hanya mengulas komunikasi<br />
diantara neuron, tetapi mencoba menganalisis<br />
seluruh komponen yang terlibat dalam proses<br />
komunikasi. Psikologi mengkaji komunikasi<br />
intrapersonal, yakni berkaitan dengan berbagai<br />
karakteristik dan sifat-sifat individu serta<br />
menganalisis berbagai faktor internal maupun<br />
eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya.<br />
Selain itu, psikologi tertarik juga<br />
untuk memahami komunikasi antarpribadi dan<br />
penggunaan lambang-lambang yang<br />
digunakan. Selanjutnya dijelaskan bahwa, pendekatan<br />
psikologi berkaitan dengan kesadaran<br />
dan pengalaman manusia, terutama pada perilaku<br />
manusia dan mencoba menyimpulkan<br />
proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya<br />
perilaku itu.<br />
Menurut West dan Turner (2007), komunikasi<br />
intrapersonal merupakan komunikasi<br />
yang berlangsung dalam diri, meliputi kegiatan<br />
berbicara kepada diri sendiri (dialog internal),<br />
serta kegiatan mengamati dan memberi makna<br />
(intelektual dan emosional) terhadap lingkungan.<br />
Dengan demikian, pendekatan komunikasi<br />
intrapersonal memainkan peranan yang<br />
sangat penting karena akan mampu memberikan<br />
pandangan yang lebih komprehensif<br />
tentang kewirausahaan, yang selama ini lebih<br />
banyak dikaji dari sudut pandang manajemen<br />
dan ekonomi.<br />
Pemikiran West & Turner (2007),<br />
menekankan bahwa dialog internal dalam diri<br />
manusia adalah esensi dari komunikasi intrapersonal.<br />
<strong>Komunikasi</strong> intrapersonal selain<br />
memberikan penilaian terhadap orang lain, juga<br />
memberikan kesempatan bagi individu untuk<br />
menilai dirinya sendiri. Individu akan<br />
memiliki kemampuan untuk menilai tentang<br />
kelebihan dan kekurangan dirinya dalam beberapa<br />
situasi tertentu. Selanjutnya dikatakan<br />
bahwa, penelitian komunikasi intrapersonal<br />
berfokus pada kognisi, simbol dan niat<br />
(intensi) yang dimiliki seseorang terhadap perilaku<br />
tertentu.<br />
Mulyana (2005) berpendapat, bahwa<br />
istilah komunikasi intrapersonal sebenarnya<br />
belum tepat, karena pengertian segala perilaku<br />
dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua<br />
orang atau lebih. Namun demikian, tidak diragukan<br />
sebelum individu melakukan komu-<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU Perilaku COPING <strong>Era</strong> Pentingnya Coping <strong>Perspektif</strong> MAHASISWA Mahasiswa <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES<br />
dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA <strong>Komunikasi</strong> Mata Modifikasi KULIAH Kuliah <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia<br />
nikasi dengan orang lain akan melakukan<br />
komunikasi dengan diri sendiri. Berdasarkan<br />
pemikiran Mulyana (2007), komunikasi intrapersonal<br />
merupakan landasan komunikasi<br />
antarpribadi dan komunikasi dalam kontekskonteks<br />
lainnya. <strong>Komunikasi</strong> intrapersonal dalam<br />
disiplin komunikasi belum dipaparkan<br />
secara rinci dan tuntas, karena melekat pada<br />
komunikasi antarpribadi dan bentuk-bentuk<br />
komunikasi lainnya. Hal yang sangat menarik<br />
dikatakannya bahwa, keberhasilan komunikasi<br />
kita dengan orang lain bergantung pada<br />
keefektifan komunikasi kita dengan diri<br />
sendiri.<br />
Dalam tinjauan teori komunikasi yang<br />
berperspektif psikologi tersebut, pada awalnya<br />
intensi untuk melaksanakan sesuatu dijelaskan<br />
dalam Teori Tindakan Beralasan (Theory of<br />
Reasoned Action) dari Martin Fishbein & Icek<br />
Ajzen (1975). Teori Tindakan Beralasan merupakan<br />
salah satu teori terbaik yang mampu<br />
menjelaskan tentang bagaimana sikap<br />
mempengaruhi perilaku melalui intensi perilaku<br />
(Baldwin et. al. 2004). Selanjutnya<br />
dikatakan, bahwa teori didesain dengan<br />
mengetahui intensi perilaku terhadap situasi<br />
atau objek spesifik. Teori ini mengemukakan<br />
bahwa intensi perilaku dipengaruhi oleh faktor<br />
sikap terhadap perilaku (attitude toward the<br />
behavior) dan norma-norma subjektif<br />
(subjective norms).<br />
Fishbein dan Ajzen (1975) mendefinisikan<br />
intensi perilaku dalam teorinya, sebagai<br />
penempatan seseorang dalam suatu dimensi<br />
kemungkinan subjektif dalam kaitannya antara<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010<br />
dirinya dengan beberapa tindakan. Sikap terhadap<br />
perilaku adalah evaluasi positif atau<br />
negatif dari individu sebagai perwujudan ketertarikan<br />
terhadap perilaku tertentu. Norma<br />
subjektif adalah persepsi sebagian besar orang<br />
yang dianggap penting bagi dirinya yang<br />
mengharapkan dirinya melakukan atau tidak<br />
melakukan suatu perilaku tertentu. Beberapa<br />
tahun kemudian, setelah melalui serangkaian<br />
pengujian dan kritik, maka Icek Ajzen menyempurnakan<br />
teorinya dengan memperluasnya<br />
menjadi Teori Perilaku Terencana<br />
(Theory of Planned Behavior) pada tahun<br />
1985. Faktor kendali perilaku terasakan<br />
(perceived behavioral control) dimasukan sebagai<br />
yang juga mempengaruhi intensi perilaku.<br />
<strong>Kajian</strong> tentang wirausaha dalam perspektif<br />
komunikasi adalah salah satu kecabangan<br />
disiplin ilmu komunikasi yang relatif belum<br />
dikembangkan di Indonesia. Selama ini, penelaahan<br />
wirausaha dan kewirausahaan lebih<br />
banyak didekati dari disiplin ilmu manajemen<br />
dan ekonomi. Padahal yang tidak dapat diabaikan<br />
dari interaksi wirausaha adalah manusia<br />
sebagai pelaku komunikasi.<br />
Zimmerer & Scarborough (2008), menyatakan<br />
wirausaha dituntut untuk menyukai<br />
tanggung jawab, keberanian mengambil resiko,<br />
memiliki kepercayaan diri, hasrat untuk langsung<br />
mendapatkan umpan balik, semangat<br />
yang tinggi, orientasi ke depan, keterampilan<br />
mengorganisasi, menilai prestasi lebih tinggi<br />
dari uang, berkomitmen tinggi, toleransi pada<br />
ketidakpastian, fleksibelitas, dan keuletan. Hal<br />
27
PENTINGNYA <strong>Era</strong> Pentingnya <strong>Perspektif</strong> KOMUNIKASI <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> ARTIFAKTUAL<br />
Artifaktual :<br />
DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Studi <strong>Komunikasi</strong> MODIFIKASI Modifikasi <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
KOMUNIKASI Antarmanusia<br />
ANTARMANUSIA<br />
ini mengindikasi pentingnya kepemilikian potensi<br />
diri, yang hanya muncul ketika individu<br />
mampu melakukan dialog wirausaha secara<br />
internal. Menurut Mulyana (2007), keefektifan<br />
komunikasi kita dengan diri sendiri akan<br />
menentukan keberhasilan komunikasi kita<br />
dengan orang lain.<br />
Griffin (2006) mengemukakan bahwa,<br />
salah satu dalam pemetaan studi komunikasi<br />
adalah penemuan kebenaran secara sistematis<br />
dan berbasis pada prinsip kausalitas. Memahami<br />
komunikasi sejatinya adalah berbicara<br />
tentang proses interaksi, yang mana individu<br />
memanfaatkan bentuk tanda atau simbol untuk<br />
membentuk dan memberikan makna dalam<br />
sebuah hubungan (Mulyana, 2005; West &<br />
Turner, 2007). Mereka juga menandaskan,<br />
bahwa komunikasi terjadi jika orang memberi<br />
makna pada pesan yang dikirim oleh sumber<br />
dalam rangka mempengaruhi.<br />
Penelitian yang akan dilakukan termasuk<br />
dalam kajian komunikasi intrapersonal di mana<br />
berlangsung dialog internal di dalam diri<br />
wirausaha. Morrow, 1998 (dalam West &<br />
Turner, 2007) mengungkapkan bahwa aktivitas<br />
manusia didominasi oleh perilaku konversasi<br />
dengan dirinya sendiri, alih-alih dengan orang<br />
lain. Aitken & Shedletsky, 1997 (dalam West<br />
& Turner, 2007) menambahkan, bahwa komunikasi<br />
intrapersonal menghadirkan pula<br />
atribusi tentang apa yang seharusnya diperbuat.<br />
Dengan kata lain, melalui dialog internal<br />
seseorang berusaha membentuk dan<br />
menghadirkan pemaknaan yang dipersepsikan<br />
penting dalam kehidupan.<br />
Tabel 1. Peranan UMKM dalam Perekonomian Nasional Tahun 2005 dan 2007<br />
Indikator 2005 2007<br />
Jumlah total UMKM (unit) 44.689.588 49.840.489<br />
Total UMKM/Total Usaha (%) 99,90 99,99<br />
Tenaga kerja UMKM (orang) 77.678.498 91.752.318<br />
Tenaga kerja UMKM terhadap Total TK (%) 96,77 97,33<br />
Investasi UMKM (Rp miliar) 275.367 462.012<br />
PDB dari UMKM (Rp miliar) 1.480.003 2.121.310<br />
PDB UMKM terhadap Total PDB (%) 54,22 53,60<br />
Ekspor Non Migas UMKM (Rp miliar) 109.129 142.822<br />
Ekspor Non Migas UMKM terhadap Total Ekspor (%) 19,16 20,02<br />
Sumber: Kusmuljono (2009)<br />
Peranan UMKM dalam perekonomian UMKM), yang mampu menyerap hampir 77<br />
Indonesia pada tahun 2005 dan 2007 diperlihatkan<br />
pada Tabel 1. Peranan UMKM dalam (Kusmuljono, 2009). Dengan demikian, usaha<br />
juta orang atau 81,7% dari total tenaga kerja<br />
perekonomian Indonesia pada tahun 2007, mikro adalah usaha yang paling banyak<br />
mengidentifikasikan pula bahwa jumlah usaha digeluti dan menyerap tenaga kerja. Apabila<br />
mikro sekitar 47,7 juta unit usaha (95,7% total pemerintah mampu meningkatkan 10% - 15%<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PENTINGNYA <strong>Era</strong> Pentingnya <strong>Perspektif</strong> KOMUNIKASI <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> ARTIFAKTUAL<br />
Artifaktual :<br />
DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Studi <strong>Komunikasi</strong> MODIFIKASI Modifikasi <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
KOMUNIKASI Antarmanusia<br />
ANTARMANUSIA<br />
usaha mikro menjadi usaha kecil, maka bisa<br />
diharapkan pengangguran terbuka yang pada<br />
Agustus 2009 berjumlah sekitar sembilan juta<br />
orang, akan segera mendapat pekerjaan.<br />
Di Indonesia batasan mengenai UMKM<br />
telah ditentukan dengan terbitnya Undang-<br />
Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang<br />
UMKM (Tabel 2). Nilai nominal sebagai kriteria<br />
pengelompokan usaha, dapat mengalami<br />
perubahan sesuai dengan perkembangan<br />
perekonomian, yang diatur dengan Peraturan<br />
Pemerintah.<br />
Tabel 2. Kriteria UMKM Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2008<br />
Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah<br />
Aset < Rp 50 jt<br />
Rp 50 jt < Aset < Rp. 500 jt<br />
Rp 500 jt < Aset < Rp10M<br />
(tidak termasuk tanah dan (tidak termasuk tanah dan bangunan) (tidak termasuk tanah dan<br />
bangunan)<br />
bangunan)<br />
Omset per th < 300 jt Rp 300 jt < Omset per th < Rp 2.5M Rp 2.5M < Omset per th < Rp<br />
Sumber: Kusmuljono (2009)<br />
Wirausaha adalah individu-individu yang<br />
berorientasi pada tindakan, bermotivasi tinggi,<br />
dan berani mengambil resiko dalam mengejar<br />
tujuannya (Meredith et al, 1996; Suryahadi,<br />
2007; Suryana, 2008; Zimmerer &<br />
Scarborough, 2008; Nitisastro, 2009;). Dengan<br />
demikian, wirausaha memiliki karakteristik<br />
percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil,<br />
pengambil resiko, mandiri, inisiatif, energik,<br />
dan bekerja keras. Wirausaha juga memiliki<br />
kemampuan untuk memimpin, berjiwa<br />
inovatif, kreatif, dan be-rorientasi masa depan.<br />
Drucker (1985) menyatakan bahwa di<br />
Amerika, wirausaha seringkali diartikan sebagai<br />
seseorang yang memulai bisnis baru,<br />
kecil dan milik sendiri. Selain itu, wirausaha<br />
selalu mencari perubahan (inovasi), menanggapinya<br />
dan memanfaatkannya sebagai<br />
peluang. Sumahamijaya, 1980 (dalam<br />
Soesarsono, 1996), mengartikan wirausaha sebagai<br />
sifat keberanian, keutamaan, keluhuran<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010<br />
dan keteladanan dalam mengambil risiko yang<br />
bersumber pada kemampuan sendiri. Oleh karena<br />
itu, wirausaha mengarah pada dua aspek<br />
utama, yaitu (1) mengembangkan dan<br />
memupuk sikap mental wira (berani, utama,<br />
luhur, teladan); dan (2) sikap mental berusaha<br />
(inovatif, mandiri).<br />
Menurut Soesarsono (1996), kemajuan<br />
dan keterbelakangan suatu negara bukan<br />
disebabkan karena baru atau sudah lama<br />
merdeka, bukan berlimpahnya kekayaan alam,<br />
luas wilayah atau jumlah penduduk yang dimiliki,<br />
tetapi karena sumberdaya manusia yang<br />
bemutu tinggi (wirausaha). Selanjutnya<br />
dikatakan wirausaha adalah individu-individu<br />
yang mempunyai sikap mental ksatria dan<br />
mampu “berdiri sendiri”, terutama untuk memperoleh<br />
nafkah dan kebutuhan hidup. “Berdiri<br />
sendiri” hendaknya ditafsirkan secara kritis<br />
dan dinamis, yaitu menuntut adanya kerjasama<br />
dan interaksi yang erat serta kepercayaan diri<br />
29
PERILAKU Perilaku COPING <strong>Era</strong> Pentingnya Coping <strong>Perspektif</strong> MAHASISWA Mahasiswa <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES<br />
dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA <strong>Komunikasi</strong> Mata Modifikasi KULIAH Kuliah <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia<br />
untuk mengatasi berbagai tantangan hidup.<br />
Indonesia dengan luas wilayah dan jumlah<br />
penduduk yang besar, serta kekayaan alam<br />
yang luar biasa, sampai sekarang belum dapat<br />
mensejahterakan rakyatnya sesuai amanat<br />
UUD 1945. Padahal berdasarkan pemaparan<br />
Kusmuljono (2009), Indonesia adalah<br />
penghasil crude palm oil (CPO) terbesar di<br />
dunia tetapi pusat transaksinya di Rotterdam,<br />
penghasil karet nomor dua di dunia dengan<br />
pusat transaksinya di Ohio-AS, rumput laut,<br />
rempah-rempah, kopi, kakao (transaksi di<br />
Swiss) dan masih banyak produk perkebunan<br />
lainnya. Indonesia juga penghasil gas alam<br />
kedelapan terbesar di dunia, penghasil batu<br />
bara dan emas ketujuh terbesar di dunia,<br />
penghasil minyak bumi serta penghasil<br />
tembaga dan nikel nomor lima dunia.<br />
Subianto, et. al. (2009) mengatakan juga<br />
bahwa Indonesia merupakan negara tropis<br />
terbesar kedua, sedangkan panjang pantai dan<br />
luas lautnya terluas ke empat di dunia.<br />
Fenomena terjadi karena masih lemahnya<br />
kemampuan bangsa Indonesia mengelola sumberdaya,<br />
yang mengindikasikan masih sangat<br />
kurangnya jumlah wirausaha. Wirausahawirausaha<br />
harus terus didorong, setidaknya<br />
untuk lingkup agribisnis yang merupakan<br />
lapangan pekerjaan yang paling banyak digeluti<br />
oleh masyarakat dan fundamental<br />
perekonomian masyarakat Indonesia<br />
(Solahuddin, 2009; Mangkuprawira, 2009). Di<br />
Indonesia konsep dan pemikiran sistem dan<br />
usaha agribisnis dikembangkan antara lain<br />
oleh Saragih dkk., dengan modifikasi<br />
kepentingan dan perkembangan masyarakat<br />
Indonesia sendiri.<br />
Sistem agribisnis merupakan totalitas atau<br />
kesatuan kinerja agribisnis yang terdiri dari<br />
subsistem agribisnis hulu yang berupa kegiatan<br />
ekonomi input produksi, informasi, dan<br />
teknologi; subsistem usahatani, yaitu kegiatan<br />
produksi pertanian primer tanaman dan hewan;<br />
subsistem agribisnis pengolahan, subsistem<br />
pemasaran; dan subsistem penunjang, yaitu<br />
dukungan sarana dan prasarana serta lingkungan<br />
yang kondusif bagi pengembangan agribisnis<br />
(Saragih, 2001; Tampubolon, 2002;<br />
Krisnamurthi, 2005). Dengan demikian, pembangunan<br />
sistem agribisnis mencakup lima sub<br />
Gambar 1. Konsep Sistem Agribisnis<br />
Subsistem<br />
Pengadaan&<br />
Distribusi<br />
Input:<br />
Subsistem<br />
Budidaya:<br />
Subsistem<br />
Pengolahan<br />
Hasil:<br />
Subsistem<br />
Pemasaran:<br />
Subsistem Penunjang:<br />
Pemerintah, Koperasi, Perbankan, Lembaga Penelitian, Asosiasi, Transportasi, Asuransi,<br />
dll.<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU Perilaku COPING <strong>Era</strong> Pentingnya Coping <strong>Perspektif</strong> MAHASISWA Mahasiswa <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES<br />
dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA <strong>Komunikasi</strong> Mata Modifikasi KULIAH Kuliah <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010<br />
Pengembangan agribisnis telah menjadi<br />
kebijakan pemerintahan 2004-2009 dalam<br />
rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia<br />
melalui revitalisasi pertanian dalam<br />
arti luas. Pembangunan pertanian diarahkan<br />
untuk mendorong pengamanan ketahanan pangan,<br />
peningkatan daya saing, diversifikasi,<br />
peningkatan produktivitas dan nilai tambah<br />
produk pertanian, peternakan, perkebunan,<br />
perikanan serta kehutanan untuk peningkatan<br />
kesejahteraan petani dan nelayan. Hal ini<br />
mengandung makna bahwa, dibutuhkan lebih<br />
banyak sumberdaya manusia yang mampu untuk<br />
melakukan kegiatan kewirausahaan<br />
(Daryanto, 2009).<br />
Sebuah pertanyaan besar kemudian<br />
mengemuka, ketika berwirausaha adalah sebuah<br />
solusi yang konstruktif dalam menggerakkan<br />
sektor riil, yang sekaligus membuka<br />
lapangan pekerjaan, dan bermuara pada peningkatan<br />
kesejahteraan hidup, mengapa banyak<br />
program pemerintah maupun swasta yang<br />
merupakan stimulus untuk wirausaha rakyat<br />
mengalami banyak kendala, bahkan kegagalan?<br />
Apakah benar hanya karena masyarakat<br />
lebih suka memilih profesi sebagai pegawai<br />
pemerintah atau swasta yang sifatnya dependentif?<br />
Apa yang menjadi pertimbangan individu<br />
dalam memilih wirausaha sebagai “jalan<br />
hidup”?<br />
Banyak bukti empiris yang menunjukkan,<br />
kegagalan program stimulus wirausaha karena<br />
faktor ketepatan pemilihan calon penerima<br />
stimulus yang masih lemah. Ternyata calon<br />
kurang cukup, bahkan tidak memiliki faktorfaktor<br />
wirausaha. Kuratko & Hodgetts (2007);<br />
Hisbrich et al (2008); Zimmerer & Scarborough<br />
(2008); Baron & Shane (2008),<br />
menyatakan wirausaha menuntut suatu sikap<br />
dan laku berupa keberanian mengambil resiko,<br />
bijaksana dalam pembuatan keputusan, kepandaian<br />
dalam melihat peluang dan berkemampuan<br />
manajerial yang baik, dan di atas<br />
segala-galanya wirausaha menuntut intensi untuk<br />
melakukan kegiatan bisnis.<br />
Nybakk & Hansen (2008) mengungkapkan,<br />
kewirausahaan dan inovasi telah<br />
mendapatkan perhatian banyak dalam berbagai<br />
penelitian, namun sangat sedikit yang<br />
mengkhususkan diri dalam pembahasaan usaha<br />
skala kecil. Riset yang dilakukan di Norwegia<br />
menunjukkan, bahwa para wirausaha yang<br />
memiliki sikap yang positif untuk mandiri<br />
cenderung akan mengubah cara mereka<br />
mengelola usaha dan berimplikasi pada<br />
meningkatknya tingkat kesejahteraan. Sedangkan<br />
dalam studi pengelolaan kepariwisataan<br />
di Australia ditemukan fakta bahwa<br />
melalui kewirausahaan, seseorang mampu<br />
melihat potensi dari situasi yang secara kebanyakan<br />
orang dinilai sebagai kerumitan multidimensi<br />
alih-alih menganggapnya sebagai<br />
penghambat dominan yang tidak mungkin<br />
terselesaikan (Russell & Faulkner, 2004).<br />
Penelitian serupa yang dilakukan di Yunani<br />
menunjukkan bahwa kreativitas, proaktivitas<br />
dan kendali situasi menentukan hasrat dan penitikberatan<br />
individu untuk terlibat dalam<br />
kegiatan kewirausahaan (Zampetakis, 2008).<br />
Sedangkan di China, selain pemberdayaan<br />
31
PENTINGNYA <strong>Era</strong> Pentingnya <strong>Perspektif</strong> KOMUNIKASI <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> ARTIFAKTUAL<br />
Artifaktual :<br />
DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Studi <strong>Komunikasi</strong> MODIFIKASI Modifikasi <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
KOMUNIKASI Antarmanusia<br />
ANTARMANUSIA<br />
masyarakat lokal, deregulasi kebijakan dan<br />
pemberian hak privatisasi atas hasil karyanya,<br />
maka kebangkitan usaha mikro dan kecil<br />
ditandai oleh perilaku kewirausahaan secara<br />
massif (Gibb & Li, 2003). Bergevoet, et. al.<br />
(2004) menambahkan, penelitian pada peternak<br />
sapi perah di Belanda menunjukkan bahwa<br />
tujuan, ekspektasi dan sikap secara signifikan<br />
lebih menentukan strategi dan perilaku<br />
kewirausahaan alih-alih besaran kepemilikan<br />
usaha itu sendiri.<br />
Studi yang dilakukan oleh Van Gelderen<br />
et al (2008) dalam Career Development<br />
International, tentang intensi wirausaha<br />
dengan menggunakan Teori Perilaku<br />
Terencana. Metodologi yang digunakan adalah<br />
studi replikasi sampel. Penelitian dimulai<br />
dengan riset kualitatif terhadap 373 mahasiswa<br />
dua perguruan tinggi di Belanda. Pertanyaan<br />
pokok yang diajukan adalah (1) Menurut anda,<br />
aspek apa yang menarik tentang wirausaha?<br />
dan (2) Aspek apa yang anda pikir tidak<br />
menarik tentang wirausaha? Dua pertanyaan<br />
terbuka lainnya digunakan untuk menentukan<br />
kendali keyakinan, yaitu (1) apa yang<br />
diperlukan untuk mendirikan sebuah bisnis?<br />
dan (2) apa yang dibutuhkan untuk sukses<br />
menjalankan bisnis?<br />
Hasilnya, yang menarik dari wirausaha<br />
adalah otonomi dan tantangan, yang tidak<br />
menarik adalah kurangnya keamanan finansial<br />
dan beban kerja. Berdasarkan literatur, peneliti<br />
memasukan variabel akumulasi pendapatan<br />
dan kekayaan. Jawaban untuk dua pertanyaan<br />
berikutnya adalah ketekunan dan kreativitas.<br />
Peneliti kembali memasukan variabel tambahan<br />
dari literatur, yakni kesiapan berwirausaha<br />
dan efektivitas diri.<br />
Variabel-variabel tersebut, kemudian<br />
dioperasionalkan pada komponen-komponen<br />
dari Teori Perilaku Terencana. Pengujian intensi<br />
wirausaha dilakukan kepada para mahasiswa<br />
studi sarjana administrasi bisnis dari empat<br />
perguruan tinggi lainnya, dengan ukuran<br />
total sampel 1.225 orang. Hasil penelitian<br />
menunjukkan bahwa ada dua variabel yang<br />
paling penting dari penjelasan intensi<br />
wirausaha, yaitu adanya kesiapan berwirausaha<br />
dan pentingnya keamanan financial (financial<br />
security).<br />
Studi ini juga menunjukkan intensi<br />
wirausaha dapat dijelaskan dengan baik oleh<br />
Teori Perilaku Terencana. Namun demikian,<br />
Teori Perilaku Terencana hanya mampu menjelaskan<br />
35 persen dari varians dalam niat<br />
wirausaha. Menurut peneliti, hal ini dikarenakan<br />
faktor usia sampel yang rata-rata 22 tahun<br />
dan masih mahasiswa, sehingga pada<br />
umumnya belum pasti dalam memutuskan karirnya.<br />
Van Gelderen et al telah melakukan<br />
pengujian Teori Perilaku Terencana dengan<br />
dua tahap penelitian, yang sampelnya<br />
mahasiswa. Penelitian yang akan dilakukan,<br />
berusaha untuk menerapkanya pada sampel<br />
para wirausaha kecil dibidang agribisnis,<br />
dengan mempertimbangkan kelompok usaha<br />
yang dilakukannya (off farm hulu, on farm, off<br />
farm hilir).<br />
Zampetakis (2008), dengan penelitiannya<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU Perilaku COPING <strong>Era</strong> Pentingnya Coping <strong>Perspektif</strong> MAHASISWA Mahasiswa <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES<br />
dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA <strong>Komunikasi</strong> Mata Modifikasi KULIAH Kuliah <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010<br />
yang berjudul The role of creativity and proactivity<br />
on perceived entrepreneurial desirability<br />
memfokuskan diri pada peranan kreativitas dan<br />
sifat proaktif mahasiswa di Yunani terhadap<br />
intensi kewirausahaan. Penelitian<br />
menggunakan Teori Perilaku Terencana dan<br />
Model Kegiatan <strong>Kewirausahaan</strong> untuk menguji<br />
pada 199 mahasiswa dari tiga univesitas di<br />
Yunani, yang berlatar belakang pendidikan<br />
manajemen sumberdaya manusia.<br />
Pengolahan datanya menggunakan teknik<br />
analisa Struktural Ekuasi Model (SEM). Hasilnya<br />
menunjukkan bahwa, secara terpisah dan<br />
bersama-sama bahwa proaktif dan kreativitas<br />
memiliki berpengaruh langsung dan nyata pada<br />
intensi kewirausahaan. Model yang didalilkan<br />
secara teoritis juga adalah fit.<br />
Penelitian ini memiliki keserupaan dalam<br />
penentuan aspek variabel terikat, yakni intensi<br />
wirausaha dengan menggunakan teknik<br />
struktural ekuasi model sebagai pisau analisanya.<br />
Namun demikian, penelitian yang<br />
akan dilakukan memiliki variabel bebas yang<br />
lebih lengkap, tidak hanya sekedar kreativitas<br />
dan proaktif. Diharapkan penelitian yang dilakukan<br />
relatif lebih komprehensif dan lebih<br />
sesuai untuk perilaku wirausaha di Indonesia.<br />
Penelitian yang dilakukan Linan & Santos<br />
(2007) berjudul “does social capital affect entrepreneurial<br />
intentions?” Penelitian ini dilatar<br />
belakangi pendapat mereka bahwa, studi tentang<br />
aspek-aspek kualitatif wirausaha yang<br />
berfokus pada karakteristik psikologis dan<br />
kepribadian serta yang menekankan pentingnya<br />
faktor-faktor demografi (usia, jenis kelamin,<br />
agama, etnis, pendidikan, keluarga, status<br />
sosial ekonomi dan pengalaman professional)<br />
akan menyulitkan orang-orang untuk<br />
belajar menjadi wirausaha. Hal ini dikarenakan<br />
kuatnya faktor penciptaan atau keturunan.<br />
Peneliti menerapkan teori intensi dari Icek<br />
Ajzen yang diintegrasikan dengan faktorfaktor<br />
modal sosial (hubungan formal dan informal<br />
yang dihasilkan individu dalam interaksinya<br />
dengan orang lain untuk mendapatkan<br />
apa yang diharapkannya). Dengan<br />
demikian, modal sosial merupakan hasil dari<br />
suatu proses investasi hubungan manusia, yang<br />
memerlukan sumberdaya dan waktu.<br />
Subyek penelitiannya adalah mahasiswa<br />
manajemen (69.2%) dan mahasiswa ekonomi<br />
(30.8%), yang total ukuran sampelnya<br />
sebanyak 354 orang (55% wanita dan 45% laki<br />
-laki) dari dua PTN di Seville. Uji reliabilitasnya<br />
menggunakan Cronbach Alpha.<br />
Pengaruh variabel diketahui dengan uji regresi<br />
berganda yang didasarkan pada kuadrat<br />
terkecil parsial (partial least square).<br />
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa,<br />
modal sosial nyata secara tidak langsung<br />
mempengaruhi intensi untuk memulai<br />
wirausaha. Modal sosial dibutuhkan karena<br />
mampu memberikan akses pada sumbersumber<br />
produksi melalui hubungan timbal balik<br />
dan rasa saling percaya. Ada dua modal sosial<br />
yang penting untuk niat memulai<br />
wirausaha, yaitu hubungan individu dengan<br />
orang-orang terdekat dan hubungan individu<br />
dengan lingkungan wirausaha.<br />
Penelitian Linan dan Santos, mempunyai<br />
33
PENTINGNYA <strong>Era</strong> Pentingnya <strong>Perspektif</strong> KOMUNIKASI <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> ARTIFAKTUAL<br />
Artifaktual :<br />
DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Studi <strong>Komunikasi</strong> MODIFIKASI Modifikasi <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
KOMUNIKASI Antarmanusia<br />
ANTARMANUSIA<br />
pendapat latar belakang teori yang agak berbeda<br />
dengan penelitian yang akan dilaksanakan.<br />
Peneliti mempunyai keyakinan<br />
bahwa, meskipun setiap orang dapat menjadi<br />
wirausaha, tetapi perlu ada cara-cara yang<br />
lebih baik untuk mengetahui tingkatan potensi<br />
setiap orang. Hal ini untuk memudahkan seleksi<br />
dan pengembangannya. Hal yang relatif<br />
sama adalah adanya upaya-upaya untuk<br />
mengintegrasikan variabel lain dalam Teori<br />
Perilaku Terencana yang dikemukakan oleh<br />
Icek Ajen.<br />
Entrepreneurial behaviour of dutch dairy<br />
farmers under a milk quota system: goals, objectives<br />
and attitudes adalah judul penelitian<br />
yang dilaksanakan oleh Bergevoet, et al<br />
(2004). Penelitian di desain dengan model empiris<br />
berdasarkan Teori Perilaku Terencana<br />
untuk melihat perbedaan tujuan, sasaran dan<br />
sikap sebagai determinan strategis dan perilaku<br />
kewirausahaan.<br />
Hasil penelitian terhadap 112 peternak<br />
dari organisasi peternak di Belanda Utara<br />
dengan teknik analisa regresi, menunjukkan<br />
bahwa tujuan, sasaran dan sikap yang tercermin<br />
dalam keinginan untuk berubah, peningkatan<br />
penghasilan dan pandangan hidup adalah<br />
prediktor yang kuat dalam memahami perilaku<br />
kewirausahaan.<br />
Kekuatan Teori Perilaku Terencana dalam<br />
memprediksi faktor-faktor yang<br />
mempengaruhi perilaku kewirausahaan, semakin<br />
meyakinkan peneliti untuk mengujinya.<br />
Dengan demikian, teori yang sama akan<br />
digunakan oleh peneliti, namun akan dilakukan<br />
lebih fokus pada pengintegrasian dua teori dalam<br />
sebuah model. Selain itu, teknik<br />
analisanya relatif berbeda.<br />
Davis et al (2002), telah meneliti<br />
mengenai keputusan siswa keturunan Afrika di<br />
Amerika untuk menyelesaikan SMU sebgai<br />
penerapan Teori Perilaku Terencana. Survei<br />
dilakukan kepada 166 siswa SMU keturunan<br />
Afrika di Amerika. Hasilnya menunjukkan<br />
bahwa, niat (intensi) untuk menyelesaikan<br />
sekolah SMU dapat secara akurat diperkirakan<br />
dari sikap, norma subjektif dan kendali perilaku<br />
(R = 0.71: p < 0.01) yang dikemukan<br />
oleh Teori Perilaku Terencana.<br />
Saltzera (1981), meneliti tentang moderasi<br />
kognitif diri suatu hubungan antara intensi<br />
perilaku dan perilaku itu sendiri. Saltzera,<br />
mengungkapkan bahwa studi intensi perilaku<br />
berkaitan dengan perilaku faktual. Peneliti<br />
mencari penjelasan apakah kontrol perilaku<br />
dan nilai yang dihasilkan dari perilaku akan<br />
mempengaruhi hubungan antara intensi<br />
perilaku dan perilaku faktual. Survey dalam<br />
studi ini dilakukan terhadap 115 orang yang<br />
berumur diantara 15 hingga 68 tahun, berkait<br />
dengan program penurunan berat badan.<br />
Hasil dalam penelitian tersebut<br />
mengungkapkan bahwa, kuatnya hubungan<br />
antara intensi perilaku dan perilaku faktual<br />
dipengaruhi oleh kontrol perilaku turunnya<br />
berat badan dan nilai relevan yang didapat dari<br />
turunnya berat badan tersebut. Hal ini<br />
mengindikasikan bahwa, individu-individu<br />
akan yakin jika perilaku yang dilakukan dapat<br />
menghasilkan nilai-nilai lebih. Jadi nilai-nilai<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PERILAKU Perilaku COPING <strong>Era</strong> Pentingnya Coping <strong>Perspektif</strong> MAHASISWA Mahasiswa <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES<br />
dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA <strong>Komunikasi</strong> Mata Modifikasi KULIAH Kuliah <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia<br />
internal lebih menentukan dibandingkan<br />
dengan nilai-nilai eksternal dalam<br />
menampilkan perilaku tersebut.<br />
Penelitian Saltzera identik dalam<br />
pemanfaatan intensi, namun berbeda dengan<br />
rencana penelitian ke depan di mana teori yang<br />
diintegrasikan adalah teori kewirausahaan alihalih<br />
moderasi kognitif diri. Hal yang menarik<br />
dari hasil penelitiannya adalah adanya<br />
hubungan yang kuat antara intensi perilaku<br />
dengan perilaku faktual yang ditampilkan<br />
individu. Hal ini sejalan dengan Teori Perilaku<br />
Terencana yang meyakini bahwa intensi<br />
merupakan prediksi yang kuat untuk<br />
perilakunya.<br />
1. Van Gelderen<br />
et al (2008)<br />
Menjelaskan Intensi<br />
Wirausaha melalui<br />
Teori Perilaku Terencana<br />
Korelasi, Regresi,<br />
dan kualitatif<br />
1.225 mahasiswa<br />
4 PT di Belanda<br />
373 mahasiswa 2<br />
PT di Belanda<br />
(kualitatif)<br />
Intensi wirausaha nyata sangat dipengaruhi<br />
oleh kesiapan berwirausaha dan kebutuhan<br />
akan keamanan finansial.<br />
Teori Perilaku Terencana bermanfaat dalam<br />
menjelaskan niat wirausaha.<br />
2. Zampetakis<br />
(2008)<br />
Peran kreativitas dan<br />
proaktif dalam<br />
kewirausahaan mahasiswa<br />
di Yunani<br />
SEM<br />
Kreativitas dan proaktif memiliki pengaruh<br />
sangat nyata terhadap intensi<br />
kewirausahaan, baik secara terpisah maupun<br />
bersama-sama<br />
3. Linan & Santos<br />
(2007)<br />
Modal Sosial dan<br />
Intensi (niat)<br />
wirausaha<br />
Survei<br />
Partial Least<br />
Square<br />
354 mahasiswa 2<br />
PT di Seville<br />
Modal sosial nyata secara tidak langsung<br />
mempengaruhi niat untuk memulai<br />
wirausaha. Modal sosial adalah seluruh<br />
rangkaian hubungan yang dimiliki individu<br />
4. Bergevoet et al<br />
(2004)<br />
Perilaku wirausaha<br />
peternak<br />
Regresi<br />
112 peternak di<br />
Belanda<br />
Perilaku wirausaha dapat dipahami melalui<br />
sikap, tujuan, dan sasaran usahanya.<br />
5. Davis et al<br />
(2002)<br />
Keputusan siswa<br />
Keturunan Afrika di<br />
Amerika untuk menyelesaikan<br />
SMU:<br />
Penerapan Teori Perilaku<br />
Terencana<br />
Survei<br />
166 siswa SMU<br />
keturunan Afrika –<br />
Amerika<br />
Niat (intensi) untuk menyelesaikan sekolah<br />
SMU dapat secara akurat diperkirakan dari<br />
sikap, norma subjektif dan kendali perilaku<br />
(R = 0.71: p < 0.01)<br />
6. Saltzera<br />
(1981)<br />
Hubungan antara<br />
intensi perilaku dan<br />
perilaku faktual<br />
Survey<br />
Nilai-nilai internal (keyakinan) lebih<br />
menentukan dibandingkan nilai-nilai eksternal<br />
dalam mewujudnya perilaku<br />
Tabel 3. Penelitian-Penelitian Terdahulu Tentang Intensi<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010<br />
35
PERILAKU Perilaku COPING <strong>Era</strong> Pentingnya Coping <strong>Perspektif</strong> MAHASISWA Mahasiswa <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES<br />
dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA <strong>Komunikasi</strong> Mata Modifikasi KULIAH Kuliah <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia<br />
Teori tentang intensi (niat) dipandang<br />
peneliti merupakan salah satu teori komunikasi<br />
berdimensi psikologis yang akan mampu untuk<br />
digunakan menjelaskan dan mengelaborasi<br />
tentang perilaku wirausaha.Teori yang pertama<br />
kali mengemukakan dengan jelas tentang intensi<br />
digagas oleh Icek Ajzen dan Martin<br />
Fishbein dalam Theory of Reasoned Action<br />
(Teori Tindakan Berasalan) pada tahun 1975.<br />
Pada beberapa tahun kemudian, setelah melalui<br />
serangkaian pengujian dan kritik, maka<br />
Icek Ajzen (1985, 1988, 1991) menyempurnakan<br />
teorinya dengan mengemukakan Theory<br />
of Planned Behavior (Teori Perilaku Terencana).<br />
Setelah diperluas menjadi Teori Perilaku<br />
Terencana, intensi dipengaruhi oleh tiga dimensi,<br />
yaitu sikap berperilaku (attitude toward<br />
the behavior), norma subjektif (subjective<br />
norms), dan kendali perilaku dirasakan<br />
(perceived behavioral control). Penelitian yang<br />
akan dilakukan, salah satu teorinya merupakan<br />
penerapan model dari Teori Perilaku Terencana<br />
tersebut. Secara teoritis, perilaku individu<br />
dapat diprediksi dari intensinya. Dengan<br />
perkataan lain, intensi wirausaha merupakan<br />
prediktor yang kuat untuk perilaku<br />
kewirausahaan individu.<br />
Intensi didefinisikan oleh Fishbein dan<br />
Ajzen (1975), sebagai penempatan seseorang<br />
dalam suatu dimensi kemungkinan subjektif<br />
dalam kaitannya antara dirinya dengan beberapa<br />
tindakan. Sebuah intensi perilaku merupakan<br />
kemungkinan subjektif seseorang yang<br />
akan ditunjukan dalam perilaku. Dari<br />
pengertian tersebut, intensi (niat) dapat dimaksudkan<br />
sebagai dasar pemikiran individu dalam<br />
dirinya, yang akan ditampilkan pada perilaku.<br />
Ajzen juga menyatakan bahwa, intensi<br />
dapat digunakan untuk meramalkan seberapa<br />
kuat keinginan individu untuk menampilkan,<br />
dan seberapa banyak usaha yang dilakukan<br />
individu untuk menampilkan perilaku.<br />
Sikap memiliki arti kecenderungan sebagai<br />
respon yang disukai ataupun tidak<br />
disukai terhadap objek, orang, institusi, atau<br />
peristiwa. Sikap dapat terbentuk karena<br />
berbagai hal, seperti pengalaman langsung<br />
dengan objek sikap (pengalaman pribadi dan<br />
asosiasi objek dengan objek lain dimana sikap<br />
telah terbentuk), orang tua, kelompok, teman<br />
sebaya dan pengaruh media.<br />
Sikap seseorang dapat berkembang<br />
sebagaimana orang tersebut dapat berkembang.<br />
Perkembangan sikap seseorang berbeda antara<br />
satu orang dengan orang yang lain. Hal ini<br />
menyebabkan perbedaan sikap seseorang dari<br />
sikap orang lain. Dengan mengetahui faktor<br />
yang berkaitan dengan sikap, maka diharapkan<br />
dapat memprediksi perilaku orang dalam<br />
waktu tertentu atau ingin mengendalikan<br />
tindakan seseorang. Selain itu, akan diketahui<br />
cara-cara untuk mengembangkan sikap-sikap<br />
baru, cara-cara menguatkan atau melemahkan<br />
bahkan menghilangkan sikap pada seseorang<br />
atau sekelompok orang.<br />
Sikap terhadap perilaku (attitude toward<br />
the behavior) merupakan evaluasi positif atau<br />
negatif individu sebagai perwujudan ketertarikan<br />
terhadap perilaku tertentu. Sikap terhadap<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PENTINGNYA <strong>Era</strong> Pentingnya <strong>Perspektif</strong> KOMUNIKASI <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> ARTIFAKTUAL<br />
Artifaktual :<br />
DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Studi <strong>Komunikasi</strong> MODIFIKASI Modifikasi <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
KOMUNIKASI Antarmanusia<br />
ANTARMANUSIA<br />
perilaku (attitude toward the behavior) dipengaruhi<br />
oleh dua determinan, yaitu keyakinan<br />
berperilaku (behavioral beliefs) dan<br />
evaluasi terhadap konsekuensi perilaku<br />
(evaluation of that consequences).<br />
Keyakinan berperilaku (behavioral beliefs)<br />
adalah kemungkinan subjektif dari hubungan<br />
antara objek yang diyakininya dengan<br />
nilai, konsep, atau atribut atas objek. Belief<br />
terhadap objek terbentuk ketika seseorang<br />
menghubungkan objek tersebut dengan atribusi<br />
tertentu, dimana atribusi ini diperoleh melalui<br />
informasi, pengalaman dan penyimpulan. Sebuah<br />
penilaian subjektif seseorang terhadap<br />
suatu objek, yang mana hal tersebut menampilkan<br />
informasi yang dimiliki seseorang melalui<br />
pengalaman, pengetahuan dari orang lain,<br />
maupun proses resumeisasi atas belief-belief<br />
sebelumnya.<br />
Individu memungkinkan untuk memiliki<br />
belief yang banyak jumlahnya terhadap suatu<br />
objek, namun yang sangat menentukan sikapnya<br />
hanyalah belief yang mendasar. Belief<br />
mendasar yang dimiliki seseorang terhadap<br />
suatu objek diperkirakan hanya berjumlah<br />
sekitar 5-9 item saja. Dengan mengidentifikasi<br />
belief yang mendasar ini, maka akan dapat<br />
diramalkan sikap individu secara lebih akurat.<br />
Evaluasi konsekuensi berperilaku<br />
(evaluation of that consequences) adalah<br />
kemungkinan subjektif yang mewujud sebagai<br />
konsekuensi logis yang akan didapat dari perilaku<br />
tertentu. Apabila dengan berperilaku tertentu<br />
individu yakin bahwa, akan<br />
menghasilkan konsekuensi positif baginya,<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010<br />
maka individu tersebut akan menganggap bahwa<br />
perilaku tersebut adalah sesuatu yang positif<br />
baginya (menyenangkan, menguntungkan<br />
atau baik), demikian juga sebaliknya.<br />
Secara matematis sikap terhadap perilaku<br />
dapat dirumuskan sebagai berikut (Fishbein &<br />
Ajzen, 1975):<br />
n<br />
Ab = S bi . ei<br />
i=1<br />
Ab= Sikap berperilaku seseorang<br />
Bi = Belief seseorang bahwa tingkah laku tersebut<br />
akan membawa konsekuensi i.<br />
ei = Evaluasi terhadap konsekuensi i.<br />
n = Jumlah belief seseorang tentang tingkah<br />
laku tersebut.<br />
Norma subjektif (subjective norms) merupakan<br />
persepsi sebagian besar orang yang dianggap<br />
penting bagi dirinya dan<br />
mempengaruhinya (significant others’), yang<br />
mengharapkan dirinya melakukan atau tidak<br />
melakukan suatu perilaku tertentu. Norma<br />
subjektif ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu<br />
normative beliefs (keyakinan normatif) dan<br />
motivation to comply (motivasi kepatuhan).<br />
Keyakinan normatif (normative beliefs)<br />
adalah representasi persepsi dari orang-orang<br />
yang penting bagi seseorang dan<br />
mempengaruhinya (significant others’) tentang<br />
perilaku terbaik yang harus dilakukan. Dengan<br />
perkataan lain, keyakinan seseorang mengenai<br />
apa yang harus dilakukannya sesuai dengan<br />
harapan orang-orang yang penting baginya dan<br />
mempengaruhinya tentang perilaku yang<br />
dinilai terbaik.<br />
Motivasi kepatuhan (motivation to comply),<br />
berarti kemungkinan subjektif dari orang-<br />
37
PERILAKU Perilaku COPING <strong>Era</strong> Pentingnya Coping <strong>Perspektif</strong> MAHASISWA Mahasiswa <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES<br />
dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA <strong>Komunikasi</strong> Mata Modifikasi KULIAH Kuliah <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia<br />
orang yang penting baginya dan<br />
mempengaruhinya (sebagai referen), sehingga<br />
seseorang harus menampilkan perilaku tertentu<br />
dan memotivasinya untuk patuh terhadap ekspetasi<br />
referens. Motivasi kepatuhan ini, antara<br />
lain dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian<br />
tertentu, seperti kebutuhan untuk diterima atau<br />
afiliasi harga diri individu.<br />
Pengukuran terhadap norma subjektif dilakukan<br />
dengan menjumlahkan hasil perkalian<br />
normative belief dengan motivation to comply<br />
(Fishbein & Ajzen, 1975).<br />
n<br />
SN = S bi. mi.<br />
i=1<br />
SN = Norma subjektif seseorang terhadap<br />
tingkah laku<br />
bi = Keyakinan normatif terhadap significant<br />
others’<br />
mi = Motivasi kepatuhan seseorang terhadap<br />
harapan significant others’<br />
n = Jumlah individu/ kelompok yang berarti<br />
baginya<br />
Kendali perilaku (perceived behavioral<br />
control) merupakan persepsi individu<br />
mengenai mudah atau sulitnya memunculkan<br />
suatu perilaku tertentu, serta diasumsikan sebagai<br />
refleksi dari pengalaman masa lalunya<br />
dan hambatan-hambatan yang diantisipasi.<br />
Kendali perilaku (perceived behavioral control)<br />
dipresentasikan melalui control beliefs<br />
(kendali keyakinan), yang merupakan keyakinan<br />
mengenai kesempatan dan sumberdaya<br />
yang dimiliki individu dalam melakukan suatu<br />
tingkahlaku. Kendali keyakinan dapat terbentuk<br />
dari pengalaman terhadap tingkahlaku<br />
tersebut, jika tidak memiliki pengalaman tersebut,<br />
maka kendali keyakinan seseorang dipengaruhi<br />
oleh informasi dari orang lain yang<br />
pernah mengalaminya, serta faktor lain yang<br />
dapat meningkatkan atau menurunkan persepsinya<br />
akan kemudahan untuk menampilkan<br />
tingkahlaku tertentu. Semakin yakin seseorang<br />
bahwa dia memiliki kesempatan dan sumberdaya<br />
yang besar, dan semakin sedikit halangan<br />
yang individu persepsikan ada, maka<br />
kendali perilakunya semakin kuat.<br />
Kemampuan menciptakan pekerjaan dan<br />
ketahanan terhadap krisis ekonomi, bahkan<br />
krisis multidimensi telah ditunjukkan pula oleh<br />
wirausaha UMKM di Indonesia. UMKM telah<br />
mampu menyerap lebih dari 97% tenaga kerja<br />
(2007), dan mampu mencegah kehancuran<br />
ekonomi Indonesia di masa krisis<br />
(Kusmuljono, 2009). Peranan dan ketangguhan<br />
wirausaha UMKM inilah yang menjadikan<br />
peneliti tertarik untuk menempatkannya sebagai<br />
subjek penelitian. Berdasarkan data tersebut,<br />
subjek penelitian akan difokuskan pada<br />
wirausaha kecil yang bergerak dibidang agribisnis.<br />
Usaha kecil agribisnis dipilih karena<br />
merupakan usaha yang paling berkaitan<br />
dengan kebutuhan dasar masyarakat, sehingga<br />
sangat menentukan kelangsungan hidup<br />
perekonomian Nasional.<br />
Wirausaha (entrepreneur) adalah orang<br />
yang melaksanakan perilaku kewirausahaan.<br />
Seorang wirausaha mampu mengubah tantangan<br />
dan peluang menjadi manfaat bernilai<br />
tambah sehingga memberikan keuntungan,<br />
dengan kemandirian sebagai dasar aktivitasnya.<br />
Oleh karena itu, wirausaha merupakan<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PENTINGNYA <strong>Era</strong> Pentingnya <strong>Perspektif</strong> KOMUNIKASI <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> ARTIFAKTUAL<br />
Artifaktual :<br />
DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Studi <strong>Komunikasi</strong> MODIFIKASI Modifikasi <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
KOMUNIKASI Antarmanusia<br />
ANTARMANUSIA<br />
orang yang mempunyai energi, kreatif, inovatif,<br />
optimis, pekerja keras, berani mengambil<br />
resiko dan kemauan menerima tanggungjawab<br />
pribadi dalam mewujudkan suatu impian sehingga<br />
menjadi prestasi terbaik dengan orientasi<br />
ke masa depan. Wirausaha adalah pencipta<br />
kekayaan, pusat pertumbuhan pekerjaan dan<br />
ekonomi, yang memberikan mekanisme pembagian<br />
kekayaan.<br />
Selain kemandirian, seorang wirausaha<br />
dituntut memiliki kreativitas yang bermanfaat<br />
untuk menciptakan inovasi. Kreativitas adalah<br />
proses timbulnya ide yang baru, sedangkan<br />
inovasi adalah pengimplementasian ide itu sehingga<br />
menimbulkan perubahan. Kreativitas<br />
dibentuk oleh motivasi, rasa keingintahuan dan<br />
kemauan untuk mengatasi ketidakpastian.<br />
Kreativitas berarti kemampuan untuk<br />
mengembangkan ide-ide baru dan menemukan<br />
cara-cara baru dalam memecahkan berbagai<br />
masalah dan menghadapi peluang.<br />
Inovasi berarti kemampuan untuk menerapkan<br />
kreativitas dalam rangka memecahkan<br />
masalah dan mengelola peluang untuk meningkatkan<br />
atau memperkaya kehidupan. Inovasi<br />
berarti sesuatu atau melakukan sesuatu yang<br />
baru atau dianggap baru pada lingkunganya.<br />
Inovasi dapat dilakukan terhadap produk, sistem,<br />
proses, dan metode yang secara ringkas<br />
berorientasi pada nilai tambah. Inovasi merupakan<br />
sumber kekuatan dan kemampuan baru<br />
untuk wirausaha dalam menciptakan kesejahteraan<br />
masyarakat, yang sekaligus berdampak<br />
pada kehidupan dirinya. Inovasi adalah<br />
menciptakan “sumberdaya” ekonomi. Inovasi<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010<br />
memberikan perubahan dengan konsekuensi<br />
ketidakpastian.<br />
Inovasi yang sukses adalah hasil pencarian<br />
dengan penuh kesadaran dan bertujuan<br />
mengantisipasi munculnya peluang. Inovasi<br />
harus dikembangkan dengan pengelolaan<br />
berbagai proses interaksi dan didukung budaya<br />
untuk selalu bertanya.<br />
Dalam praktek sehari-hari, tampaknya<br />
wirausaha dalam arti luas tidak selalu<br />
memerlukan sesuatu yang baru. Banyak bisnis<br />
yang berhasil karena meniru bisnis orang lain<br />
(Me-too business), dan ternyata juga bisa<br />
menghasilkan uang yang memadai. Inovasi<br />
dibutuhkan wirausaha, saat tak lagi ada<br />
perkembangan yang berarti karena orang lain<br />
akan mempelajari kekuatan usaha kita dan<br />
menirunya (imitation). Oleh karenanya, setiap<br />
saat dibutuhkan adanya inovasi dari sebagian<br />
wirausaha untuk menumbuhkan pasar-pasar<br />
baru.<br />
<strong>Kewirausahaan</strong> (entrepreneurship) merupakan<br />
kemampuan individu untuk menciptakan<br />
ide, produk atau jasa bernilai tambah<br />
melalui kreativitas dan inovasi dengan<br />
pendayagunaan seluruh potensi dirinya dan<br />
didukung lingkungan yang terukur secara cermat<br />
dalam risiko ketidakpastian untuk<br />
mendapatkan kemandirian dan kesejahteraan.<br />
Dengan perkataan lain, kewirausahaan membutuhkan<br />
kedinamisan individu untuk selalu<br />
memunculkan perilaku terbaik, sehingga memberikan<br />
banyak manfaat bagi diri dan lingkungannya.<br />
Standar yang diterapkan dalam<br />
39
PERILAKU Perilaku COPING <strong>Era</strong> Pentingnya Coping <strong>Perspektif</strong> MAHASISWA Mahasiswa <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES<br />
dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA <strong>Komunikasi</strong> Mata Modifikasi KULIAH Kuliah <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia<br />
kewirausahaan adalah mencapai prestasi terbaik.<br />
Ide, jasa dan produk yang dihasilkannya<br />
akan selalu memberikan nilai tambah dan bermanfaat<br />
untuk sendi-sendi kehidupan masyarakat.<br />
Dengan demikian, kewirausahaan merupakan<br />
suatu kualitas terbaik dari perilaku mandiri<br />
seseorang, tidak cukup sekedar keahlian dan<br />
tidak sekedar berbuat. Inti kewirausahaan adalah<br />
kemandirian seseorang untuk bertanggung<br />
jawab atas nasibnya. Kemandirian yang<br />
dibangun dari perjalanan sepanjang kehidupan<br />
individu, baik hasil dialog saat kesendiriannya<br />
maupun hasil dari proses komunikasi dengan<br />
lingkungannya. Kemandirian dalam<br />
kewirausahaan tiada lain “kebebasan” atau<br />
“kemerdekaan”. Oleh karena itu, kemandirian<br />
membutuhkan kepercayaan diri yang terukur.<br />
Dengan demikian, kewirausahaan lebih<br />
banyak berkaitan dengan potensi diri<br />
wirausaha. Hal ini mengindikasikan pula pentingnya<br />
pengkajian lebih mendalam terhadap<br />
faktor-faktor yang berpengaruh pada munculnya<br />
perilaku wirausaha. Beranjak dari kerangka<br />
ini, maka sesungguhnya peranan komunikasi,<br />
khususnya komunikasi intrapersonal<br />
memainkan peranan yang sangat penting untuk<br />
melihat bagaimana sesungguhnya dialektika di<br />
dalam diri individu yang memilih jalan hidup<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
Daftar Pustaka<br />
PENTINGNYA <strong>Era</strong> Pentingnya <strong>Perspektif</strong> KOMUNIKASI <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> ARTIFAKTUAL<br />
Artifaktual :<br />
DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Studi <strong>Komunikasi</strong> MODIFIKASI Modifikasi <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
KOMUNIKASI Antarmanusia<br />
ANTARMANUSIA<br />
Ajzen, I. 1985. "From intentions to actions: a theory of planned behaviour", in Kuhl, J. et<br />
al. (Ed.), Action-Control: From Cognition to Behaviour, Springer, Heidelberg, pp. 11-39.<br />
Ajzen, I. 1988. Attitude, Personality, and Behavior. Milton Keynes, England: Open University<br />
Press.<br />
Ajzen, I. 1991. "The theory of planned behaviour", Organizational Behaviour and Human Decision<br />
Processes, Vol. 50, pp. 179-211.<br />
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.<br />
Antoncic, B. 2009. The Entrepreneur's General Personality Traits and Technological Developments,<br />
World Academy of Science, Engineering and Technology 53. 2009.<br />
Asrori, M. (tanpa tahun). Hubungan Sikap, Norma Subjektif dan Perceived Behavior Control<br />
dengan Intensi Menghindari Pajak (Studi pada Wajib Pajak, Pajak Penghasilan Perorangan di<br />
Kodia Semarang). Perpustakaan Pusat UI. Melalui hp://lontar.cs.ui.ac.id/gateway/file?<br />
file=digital/74400-t 143.pdf<br />
Baker, W.E. & J.M. Sinkula. 2009. The Complementary Effect of Market Orientation and Entrepreneurial<br />
Orientation on Profitability in Small Businesses. Journal of Small Business Management.<br />
Milwaukee: Oct 2009. Vol. 47. Iss. 4: pg. 443, 22 pgs.<br />
Baldwin, J.R., S.D. Perry & M.A. Moffitt. 2004. Communication Theories: for Everyday Life.<br />
United State of America: Pearson Education, Inc.<br />
Bann, C.L. 2009. An Innovative View of the Entrepreneur Through Exploration of the "Lived Experience"<br />
of the Entrepreneur in Startup of the Business. The Journal of Business and Economic<br />
Studies. Oakdale: Vol. 15, Iss. 2; pg. 62, 22 pgs.<br />
Baron, R.A. & S.A. Shane. 2008. Entrepreneurship: a process perspective. China: Thomson South-<br />
Western.<br />
Basri, F. & H. Munandar. 2009. Lanskap Ekonomi Indonesia: <strong>Kajian</strong> dan Renungan terhadap Masalah-Masalah<br />
Struktural, Transformasi <strong>Baru</strong>, dan Prospek Perekonomian Indonesia. Jakarta:<br />
Prenada Media Group.<br />
Bergevoet, R.M.H., C.J.M. Ondersteijn, H.W. Saatkamp, C.M.J. van Woerkum & R.B.M. Huirne.<br />
2004. Entrepreneurial behaviour of dutch dairy farmers under a milk quota system: goals, objectives<br />
and attitudes. http://www. sciencedirect.com www.elsevier.com/locate/agsy, Agricultural<br />
Systems 80 (2004) 1–21<br />
Biro Pusat Statistik Jawa Barat. 2009. Jawa Barat Dalam Angka 2009. Bandung.<br />
Biro Pusat Statistik Kabupaten Bogor. 2009. Kabupaten Bogor Dalam Angka 2009. Bogor.<br />
Boeree, C.G. 2009. Personality Theories. Terjemahan. Inyiak Ridwan Muzir. Jogyakarta:<br />
Prismashopie.<br />
Cochran, W.G. 1991. Teknik Penarikan Sampel. Terjemahan. Rudiansyah dan Erwin R. Osman.<br />
Jakarta: UI-Press.<br />
Costa, P.T., & McCrae, R.R. 1992. NEO PI-R. Professional manual. Odessa, FL: Psychological Assessment<br />
Resources, Inc.<br />
Daryanto, A. 2009. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. Bogor: IPB Press.<br />
Davis, Larry E., Icek Ajzen, Jeanne Saunders and Trina Williams. 2002. The Decision of African<br />
American Students to Complete High School: An Application of the Theory of Planned Behavior.<br />
School of Social Work, University of Pittsburgh, University of Massachusetts, George<br />
Warren Brown, and Washington University.<br />
Fishbein, M. & Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory<br />
and Reseach. Sydney: Addison-Wesley Publishing Company.<br />
Gartner. 1990. What Are We Talking About When We Talk About Entrepreneurship? Journal of<br />
Business Venturing. 5 (1), pg.15-28<br />
Gibb A. & J. Li . 2003. Organizing for Enterprise in China: what can we learn from the Chinese<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010<br />
41
PERILAKU Perilaku COPING <strong>Era</strong> Pentingnya Coping <strong>Perspektif</strong> MAHASISWA Mahasiswa <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> dalam DALAM Artifaktual Mengatasi MENGATASI : Stres STRES<br />
dalam MENGIKUTI Keberhasilan Mengikuti Studi MATA <strong>Komunikasi</strong> Mata Modifikasi KULIAH Kuliah <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
MPK Kuantitatif KUANTITATIF Antarmanusia<br />
micro, small, and medium enterprise development experience. http://www.sciencedirect.com<br />
www.elsevier.com/locate/futures future 35 (2003) 403-421.<br />
Griffin, E.M. 2006. A First Look At Communication Theory. New York: McGraw-Hill.<br />
Hisrich, R.D., M.P. Peters & D.A. Shepherd. 2008. <strong>Kewirausahaan</strong>. Terjemahan. Criswan<br />
Sungkono dan Diana Angelica. Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat.<br />
Kolopaking, L.M. 2009. Mengatasi Pengangguran melalui Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan<br />
Menengah (UMKM). Makalah Lokakarya Nasional Upaya Pemberdayaan Usha Mikro Sektor<br />
Pangan dan Ketenagakerjaan. IICC-Bogor.<br />
Krech, D., R.S, Crutchfield and E.L. Ballachey. 1963. Individual in Society. International Student<br />
Edition. McGraw-Hill International Book Company. Tokyo.<br />
Krisnamurthi, B. 2005. Menumbuhkan Ide dan Pemikiran: Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis.<br />
Bogor: Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan-LPPM IPB.<br />
Kuratko, D.F. & R.M. Hodgetts. 2007. Entrepreneurship. Canada: Thomson South-Western.<br />
Kusmuljono, B.S. 2009. Menciptakan Kesempatan Rakyat Berusaha. Bogor: IPB Press.<br />
Linan, F. & F.J. Santos. 2007. Does Social Capital Affect Entrepreneurial Intentions? International<br />
Atlantic Society. http://www.proquest.com [9/9/2007]<br />
Lupiyoadi, R. 2007. Entrepreneurship: from mindset to strategy. Edisi ketiga. Jakarta: Lembaga<br />
Penerbit, Fakultas Ekonomi UI.<br />
Mangkuprawira, S.Tb. 2009. Bisnis, Manajemen dan Sumberdaya Manusia. Bogor: IPB Press.<br />
Mastuti, E. 2008. Memahami Perilaku Prokrastinasi Akademik Berdasar Tingkat Self Regulation<br />
Learning dan Trait Kepribadian. Surabaya: Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga.<br />
Meredith, G.G., R.E. Nelson & P.A. Neck. 1996. <strong>Kewirausahaan</strong>: Teori dan Praktek. Terjemahan.<br />
Andre Asparasayogi. Jakarta: LPPM dan PT Pustaka Binaman Pressindo.<br />
Muatip, K. 2008. Kompetensi <strong>Kewirausahaan</strong> Peternak Sapi Perah: Kasus Peternak Sapi Perah<br />
Rakyat di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bogor:<br />
Program Pascasarjana IPB.<br />
Mulyana, D. 2005. <strong>Komunikasi</strong> Efektif: Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Bandung: PT Remaja<br />
Rosdakarya.<br />
Mulyana, D. 2007. <strong>Ilmu</strong> <strong>Komunikasi</strong>: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.<br />
Nitisusastro, M. 2009. <strong>Kewirausahaan</strong> dan Manajemen Usaha Kecil. Bandung: Alfabeta.<br />
Nybakk & Hansen. 2008. Entrepreneurial attitude, innovation and performance among Norwegian<br />
nature-based tourism enterprises. http://www. sciencedirect.com www.elsevier.com/locate/forpol,<br />
Forest Policy and Economics 10 (2008) 473–479<br />
Pambudy, R., T. Sipayung, W.B. Priatna, Burhanuddin, A. Kriswantriyono dan A. Satria. 1999.<br />
Bisnis dan <strong>Kewirausahaan</strong> dalam Sistem Agribisnis: Bogor: Pustaka Wirausaha Muda.<br />
Phalestie, A.A. 2007. Hubungan Antara Trait Kepribadian dan Kemampuan <strong>Komunikasi</strong> Interpersonal<br />
dengan Prestasi Kerja pada Agen Asuransi. Skripsi. Jakarta: Universitas Atmajaya.<br />
Primiana, I. 2009. Menggerakkan Sektor Riil: UKM & Industri. Bandung: Alfabeta.<br />
Rakhmat, J. 1989. Metode Penelitian <strong>Komunikasi</strong>. Bandung: CV Remadja Karya.<br />
Rokhman, A. 2008. Peranan Kebijakan Publik, Orientasi <strong>Kewirausahaan</strong> dan Kompetensi Sumberdaya<br />
Manusia dalam Pengembangan Produk Perikanan Prima. Bogor: Program Pascasarjana<br />
IPB.<br />
Russell, R & B. Faulkner. 2004. Entrepreneurship, Chaos And The Tourism Area Lifecycle. http://<br />
www.sciencedirect.com www.elsevier.com/locate/atoures. Annals of Tourism Research, Vol. 31,<br />
No. 3, pp. 556–579, 2004.<br />
Saragih, B. 2001. Membangun Sistem Agribisnis. Bogor: USESE Foundation dan Sucofindo.<br />
Saragih, B. 2001. Agribisnis: Paradigma <strong>Baru</strong> Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Bogor:<br />
Yayasan Mulia Persada Indonesia dan PT Surveyor Indonesia.<br />
Saltzera, E.B. 1981. Cognitive moderators of the relationship between behavioral intentions and<br />
behavior. Journal of Personality and Social Psychology Volume 41, Issue 2, August 1981,<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010
PENTINGNYA <strong>Era</strong> Pentingnya <strong>Perspektif</strong> KOMUNIKASI <strong>Komunikasi</strong> <strong>Baru</strong> <strong>Kewirausahaan</strong> ARTIFAKTUAL<br />
Artifaktual :<br />
DALAM dalam KEBERHASILAN Keberhasilan Studi <strong>Komunikasi</strong> MODIFIKASI Modifikasi <strong>Komunikasi</strong> Intrapersonal<br />
KOMUNIKASI Antarmanusia<br />
ANTARMANUSIA<br />
Pages 260-271,<br />
Seniati, A.N.L. 2002. Pengaruh Masa Kerja, Trait Kepribadian, Kepuasan Kerja, dan Iklim<br />
Psikologis Terhadap Komitmen Dosen pada Universitas Indoensia. Desertasi. Depok: Program<br />
Pascasarjana UI.<br />
Solahuddin, S. 2009. Pertanian: Harapan Masa Depan Bangsa. Bogor. IPB Press.<br />
Soesarsono. 1996. Pengantar Kewiraswastaan. Bogor: Jurusan Teknologi Industri, Fateta, IPB.<br />
Subianto, P., H. Djojohadikusumo, R. Pambudy, E.S. Thohari, Frans BMD, R. Purnama dan W.<br />
Purnama. 2009. Membangun Kembali Indonesia Raya: Haluan <strong>Baru</strong> Menuju Kemakmuran.<br />
Jakarta: Institut Garuda Nusantara.<br />
Suharyadi, A. Nugroho, Purwanto S.K. dan M. Faturohman. 2007. <strong>Kewirausahaan</strong>: Membangun<br />
Usaha Sukses Sejak Usia Muda. Jakarta: Salemba Empat.<br />
Suherman, E. 2008. Business Entrepreneur. Bandung: Alfabeta.<br />
Suryabrata, S. 1983. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.<br />
Suryabrata, S. 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi.<br />
Suryana. 2008. <strong>Kewirausahaan</strong>: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.<br />
Tambunan, T.T.H. 2009. UMKM di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.<br />
Tampubolon, S.M.H. 2002. Sistem dan Usaha Agribisnis. Bogor: Pusat Studi Pembangunan IPB<br />
dan USESE Foundation.<br />
Van Gelderen, M., M. Brand, M. van Praag, & W. Bodewes. 2008. Explaining entrepreneurial<br />
intentions by means of the theory of planned behavior. Career Development International.<br />
Bradford: 2008. Vol. 13, Iss. 6; pg. 538.<br />
West, R. & L.H. Turner. 2007. Introducing Communication Theory: Analysis and Application.<br />
New York: McGraw-Hill.<br />
Zampetakis. 2008. The role of creativity and proactivity on perceived entrepreneurial desirability.<br />
http://www.sciencedirect.com www.elsevier .com/locate/tsc Thinking Skills and Creativity 3<br />
(2008) 154–162<br />
Zimmerer, T.W. & N. M. Scarborough. 2008. <strong>Kewirausahaan</strong> dan Manajemen Usaha Kecil. Terjemahan.<br />
Deni Arnos Kwary. Jakarta: PT Indeks.<br />
Acta diurnA │Vol 6 No 2 │2010<br />
43