11.07.2015 Views

Download Report (Bahasa Indonesia, 2.8 MB, PDF)

Download Report (Bahasa Indonesia, 2.8 MB, PDF)

Download Report (Bahasa Indonesia, 2.8 MB, PDF)

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

76 KOTAKKERJA KERAS PENGHASILAN KECILPada tahun 1997 dengan modal Rp25.000 per hari Entin (36 tahun), seorang ibu dengan enam anak yangtinggal di Soreang, Jawa Barat, membuat 1.000 buah kue “kroket.” Sebelum fajar menyingsing Entin sudahmengantar penganannya ke pedagang di pasar dengan harga Rp35/buah. Hasil penjualannya tidak pernahmencapai Rp35.000, karena setiap hari rata-rata terdapat 75 buah kroket yang rusak. Keuntungan Entinhanya sekitar Rp7.375, padahal untuk membuat 1.000 kroket itu dia harus bekerja 15,5 jam/hari. Namunbagaimanapun, hasil itu masih lebih besar dari pada pendapatan suaminya yang buruh bangunan hariandengan upah Rp5.000/hari.Jadwal kerja harian Entin adalah sebagai berikut:08.00 - 10.00 Ke pasar membeli bahan10.00 - 12.00 Istirahat/urusan rumah tangga12.00 - 18.00 Membuat 1.000 kroket18.00 - 21.00 Istirahat (tidur)/urusan rumah tangga21.00 - 03.00 Menggoreng kroket03.00 - 04.30 Mengantar kroket ke pasar04.30 - 06.00 Istirahat (tidur)06.00 - 08.00 Urusan rumah tanggaFasilitas pasar di desa: masih jauh panggang dari asap7 KOTAKNASIB PENGUNGSI KORBAN KONFLIK POLITIKKonflik politik dan sosial sangat potensial sebagai penyebab kemiskinan dan menurunnya martabat manusia.Sebagai contoh, menjelang dan setelah kemerdekaan Timor Timur, wilayah NTT harus menerima limpahanpengungsi dari Timor Timur. Di sekitar Kota Kupang para pengungsi itu ditampung di gubug sederhanadari pelepah pohon Gewang, sejenis pohon palma yang banyak tumbuh di NTT. Selama mengungsihidup mereka tergantung pada bantuan sembako dari pemerintah, meskipun ada beberapa yang berjualansayur-sayuran untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.Di Desa Umaklaran, dekat Atambua di Kabupaten Belu yang letaknya terdekat dengan wilayah TimorTimur, para pengungsi ditampung di rumah-rumah keluarga, sebagian di kantor desa atau di gedungsekolah, tetapi ada pula yang terpaksa bertahan di pekarangan penduduk setempat atau di bawah pohontanpa atap pelindung.Sekitar pertengahan bulan September 1999, persediaan makanan mereka sudah menipis. Mereka hanyadapat mengisi perut dengan selapan segan, bahan makanan dari tepung kasar jagung kering. Ini adalahcadangan terakhir makanan keluarga yang biasanya baru dimakan jika sudah kehabisan bahan makananlainnya. Seorang pengungsi berkata: “Di kampung asal kami sebenarnya stok jagung cukup untuk kebutuhanhidup setahun, tetapi bahan makanan dan barang lainnya tidak sempat diangkut karena kendaraan sulitdan keadaan tidak aman".

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!