11.07.2015 Views

Kdrt Banyak terjadi di Sekitar Kita - fahmina institute Cirebon

Kdrt Banyak terjadi di Sekitar Kita - fahmina institute Cirebon

Kdrt Banyak terjadi di Sekitar Kita - fahmina institute Cirebon

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

l a p o r a n k h u s u sKDRT <strong>Banyak</strong> Terja<strong>di</strong><strong>di</strong> <strong>Sekitar</strong> <strong>Kita</strong>Wajahnya kurus dan pucat, dengan rias muka tipis, tak mampu menutupi kegundahan hatinya.Begitulah kesan pertamanya, ketika pertama kali DR (25 tahun) datang ke Fahmina. Kami ajak <strong>di</strong>alangsung ke ruang rapat staff yang kini secara mendadak ja<strong>di</strong> ruang konsultasi. Sesekali matanyamenengadah ke atas seolah menahan tangis. Dengan suara berat dan terbata-bata ia menceritakankisah rumahtangganya, kekerasan yang <strong>di</strong>lakukan oleh suaminya dan kekhawatiran akan nasib anaknya.DR ingin bekerja. Tapi suaminya dengan alasan tidak jelas melarangnya. Suaminya berselingkuh,tidak hanya sekali tapi berkali-kali. Suaminya sering memukul, bahkan <strong>di</strong>saksikan sang mertua sertaipar-iparnya. Ia mengadu kepada keluarga, namun tidak ada penyelesaian. Parahnya lagi DR jugapunya catatan riwayat gangguan jiwa. Kekerasan dan pelecehan oleh suaminya sering DR terima.Demikian sepenggal kisahDR, ketika datang pertamakali <strong>di</strong> Fahmina. Kamimendengarkannya dengan seksama.Mencatat beberapa faktayang <strong>di</strong>a ungkapkan.Dengan bekalse<strong>di</strong>kit pengetahuanpendampingan, kamikadang berubahmenja<strong>di</strong> konsultanperkawinan. Dalamkasus DR ini akhirnyakami mendatangirumah orang tuanya,dan setelah melakukankontak sebelumnya kamiakhirnya bisa bertemudengan sang suami yangdatang <strong>di</strong>dampingi salahseorang kakak lelakinya.Yang <strong>di</strong>lakukan Fahminaadalah mengembalikankepercayaan <strong>di</strong>ri DR danmemberikan alternatifpemecahan masalah, lalumenyelesaikan melaluijalur kekeluargaan.Rendahnya KeberanianMelaporkanSebagai lembagayang konsistenmengangkat isu-isuperempuan, mau takmau Fahmina banyakbertemu dengan korban-korban kekerasan terhadap perempuan,baik korban trafiking, buruh migran,pelecehan seksual dan KDRT. Meski takresmi sebagai lembaga konseling, namunFahmina tak bisa menolak ketika korbanKDRT datang mengadukan persoalanyang menimpanya. Karena keberanianmengadukan kasus KDRT bagi korbanNo Identitas Korban Jenis Kasus Intervensi Keterangan1. DR (26 th) Wargakota <strong>Cirebon</strong>.2. EW (28 th)Warga Kab.Majalengka3. NH (20 th) WargaKab. <strong>Cirebon</strong>.4. EN (40 th)Warga Jakarta.KDRT (fisik &Psikis)KDRT (fisik &Psikis), pelecehanseksual olehmertuanyaKDRT (fisik &psikis)Inkar Janji &Penelantarananak5 NK (26) KDRT danperebutan hakasuh anakTerima laporan (12/06/2007)- Membangkitkan kepercayaan<strong>di</strong>ri korban& memberikanalternative pemecahanmasalah- Mengupayakan langkahperdamaian melalui jalurkekeluargaan- Monitoring perkembangankasusTerima laporan- Mendampingi korban laporke Polres- Mendampingi ke penga<strong>di</strong>lan- Terima laporan- Nengok ke RS- Visiting ke keluarganya- Mendampingi ke Polsek- Terima rujukan dari LBHAPIK Jakarta (17/4/2007)- Mendampingi ke LapasNarkoba Gintung untukbertemu dengan KALAPAS- Berkor<strong>di</strong>nasi dengan LBHAPIK- Mendampingi ke kantorWilayah JABAR Dep Hukumdan HAM- Mendampingi ke MABESPOLRI- Terima laporan Oktober 2008- Menyarankan untukmembuat laporan polisi ataskasus KDRT-nya.- Meninjau ulang putusanPenga<strong>di</strong>lan Agama atas hakasuh anaknya dengan faktafaktabaru.Sudah islah dan kembalibersatu dengan suaminyadengan bersyarat. Namunlaporan terakhir sebelumtulisan ini <strong>di</strong>turunkan, DR<strong>di</strong>laporkan kabur ke Jakartameninggalkan anak dansuaminya.Korban sudah meninggal,setelah <strong>di</strong>rawat 2,5 bulan<strong>di</strong> RSLaporan terakhir pelakusudah pindah atau<strong>di</strong>pindahkan. Menurutsalah satu atasan beliaupelaku sudah kenasanksi adminitratif berat.Namun belum ada laporanselanjutnya tentang kasusini.Korban meski sudah<strong>di</strong>dampingi oleh mitraFahmina dari Caraka FMMajalengka, tetap dalamkon<strong>di</strong>si ketakutan karenaancaman mantan suaminya.Hingga laporan ini<strong>di</strong>turunkan masih pikir-pikiruntuk <strong>di</strong>lanjutkanE<strong>di</strong>si 15 Januari 2009


l a p o r a n k h u s u smerupakan keberanian tersen<strong>di</strong>ri. Denganlatar budaya Timur seperti <strong>di</strong>anut negerikita, membuka kasus KDRT ke wilayahpublik, masih <strong>di</strong>anggap membuka aibkeluarga.Akhirnya, kasus-kasus KDRT yangtercatat hanyalah kasus yang terlaporkan.Masih banyak lagi kasus yang tak<strong>di</strong>laporkan. Se<strong>di</strong>kitnya informasi tentanglembaga konseling yang <strong>di</strong>se<strong>di</strong>akanpemerintah, lemahnya struktur keluargakorban, dan keenganan memproses kepenga<strong>di</strong>lan, adalah <strong>di</strong> antara dari sekianfaktor yang mneyebabkan korban KDRTlebih memilih mendatangi LSM sepertiFahmina, untuk mengadukan masalahyang menimpanya.KDRT bisa <strong>di</strong>lakukan oleh siapasaja, motifnya bisa apa saja. Ada yangmelakukan KDRT karena tekananekonomi, tetapi banyak juga yang<strong>di</strong>sebabkan karena <strong>di</strong>awali denganperselingkuhan dan sebab-sebab lainnya.Ketika <strong>terja<strong>di</strong></strong> perselingkuhan, umumnyakorban bisa memaafkan, namun berbedaketika menyinggung persoalan anak.Seperti kasus yang <strong>di</strong>alami EN(40 th) warga Jakarta yang lebih seringtinggal <strong>di</strong> <strong>Cirebon</strong>, misalnya. Tuntutannyakepada pelaku-yang kebetulan mantansuaminya-lebih karena kon<strong>di</strong>si fisikanaknya. Meski belum terikat resmi dalamikatan pernikahan, EN hanya butuhpengakuan dari pelaku, agar anaknya<strong>di</strong>akui. Penyakit bawaan yang cukup berat<strong>di</strong>alami putranya, membuat tekanan lainbagi EN, karena berarti ia butuh biayabanyak untuk perawatan. Satu tahunmenghirup nafas, putra EN akhirnyameninggal. Hinggameninggal, pengakuansang ayah biologistidak kunjung tiba.Ini yang membuatnyacukup depresi.Kasus NK (26)lain lagi. Kekerasanyang <strong>di</strong>lakukan olehsuaminya sudahberlangsung lama.Kepatuhan sebagaiseorang istri membuatia memendampersoalan sen<strong>di</strong>ri saja.Begitu juga ketika<strong>di</strong>dapatinya sang suamiselingkuh, ia hanyabisa pasrah. Ancamandari suaminya kerapmembuatnya takut. Iatidak bisa mencegahketika suaminya memprosesperceraian kePenga<strong>di</strong>lan Agama.Tips Pengumpulan BuktiKasus KDRT Sebelum Proses Hukum1. Jangan ragu atau malu untuk menceritakan kekerasanyang <strong>di</strong>alami. Carilah seorang teman/saudara/siapapunyang bisa <strong>di</strong>percaya.2. Ceritakan pada orang yang bisa <strong>di</strong>percaya itu setiapkali <strong>terja<strong>di</strong></strong> kekerasan. Katakan bahwa Anda belum bisamelaporkan suami, namun ingin teman/saudara Andaitu membantu jika suatu saat Anda ingin melaporkansuami.3. Catatlah setiap kali kekerasan <strong>terja<strong>di</strong></strong> dalam bukuharian (jika dapat menyimpannya dalam bentukelektronik akan jauh lebih baik). Jangan simpan <strong>di</strong>rumah Anda karena pelaku/suami/mantan suami bisasaja menemukannya. Mintalah orang yang bisa Andapercaya untuk menyimpan catatan-catatan itu.4. Setiap kali ada luka fisik, jangan malu untukmenunjukkannya pada orang lain. Justru pergilahberbelanja <strong>di</strong> warung dekat rumah, atau sekedarmenunjukkan luka itu pada teman/tetangga. Biarkanorang bertanya, tidak perlu menjelaskan jika tidakmau. Yang terpenting adalah bahwa ada orang yangbisa <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kan saksi kelak jika Anda ingin melapor.(Sebenarnya UU PKDRT telah membuat terobosanhukum dengan menja<strong>di</strong>kan saksi korban saja sudahcukup. Namun dalam praktiknya masih banyak aparatpenegak hukum yang menuntut keha<strong>di</strong>ran saksi lain.Atau meskipun tidak menuntut, keha<strong>di</strong>ran saksi lainseringkali menja<strong>di</strong> ‘nilai tambah’ tersen<strong>di</strong>ri dalammenjatuhkan hukuman atas pelaku).5. Mintalah orang yang Anda percaya (atau Anda bisalakukan sen<strong>di</strong>ri) untuk memfoto atau merekam tubuh/wajah Anda yang terluka akibat kekerasan suami.Simpanlah foto-foto itu <strong>di</strong> tempat aman. Jika perlupergilah ke rumah sakit segera agar ada catatan me<strong>di</strong>syang sewaktu-waktu penting untuk <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kan bukti.6. Jika Anda tidak mengalami luka fisik, tetapi Anda stres/tertekan, dan jatuh sakit, pergilah ke dokter (yangsama, jangan berganti-ganti dokter agar arsip Andatersimpan <strong>di</strong> satu dokter saja). Simpanlah kwitansipengobatan dsb, untuk sewaktu-waktu <strong>di</strong>ja<strong>di</strong>kanbukti. Arsip dokter kelak bisa berguna sebagai buktidan dokter yang bersangkutan bahkan dapat <strong>di</strong>panggilsebagai saksi ahli.KDRT <strong>di</strong> IndonesiaSepanjang tahun2006 angka Kekerasandalam Rumah Tangga(KDRT) <strong>di</strong> Indonesia<strong>di</strong>pastikan meningkat <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ngkan dengantahun 2005. Temuan ini tentu saja cukupmengejutkan, mengingat telah <strong>di</strong>ratifikasikannyaUU No 23 Tahun 2004 tentangUndang-Undang Penghapusan Kekerasandalam Rumah Tangga (PKDRT).Komnas Perempuan dan YayasanMitra Perempuan melaporkan hasil penelitianmereka tentang kon<strong>di</strong>si KDRT <strong>di</strong>Indonesia. Komnas perempuan mencatatjumlah sejak tahun 2001 terdapat 3.169kasus KDRT. Jumlah itu meningkat 61%pada tahun 2002 (5.163 kasus). Pada 2003,kasus meningkat 66% menja<strong>di</strong> 7.787 kasus,lalu 2004 meningkat 56% (14.020) dan2005 meningkat 69% (20.391 kasus). PadaE<strong>di</strong>si 15 Januari 2009


l a p o r a n k h u s u s2006 penambahan <strong>di</strong>perkirakan 70%.Mitra Perempuan mencatatperempuan yang mengalami kekerasanpsikis menduduki urutan pertamakekerasan dalam rumah tangga.Urutan selanjutnya, perempuan yangmengalami kekerasan fisik sebanyak 63,99persen, perempuan yang <strong>di</strong>telantarkanekonominya sebanyak 63,69 persen,kekerasan seksual sebanyak30,95 persen.Menurut Purnianti(Kriminolog UI dananggota Mitra Perempuan)korban kekerasan yangmengalami kekerasan fisik,kemungkinan mengalamigangguan psikis. Dalampenelitiannya, <strong>di</strong>temukanbahwa 9 dari 10 perempuanyang mengalami kekerasanfisik mengalami gangguanmental. Mitra Perempuanjuga mengungkapkan,pelaku kekerasan dalamrumah tangga itu sebagianbesar <strong>di</strong>lakukan suamiatau mantan suami, yaknimencapai 79,76 persen.Sedangkan 4,95 persenperempuan yang mengalamikekerasan adalah anak-anak<strong>di</strong> bawah umur atau 18tahun ke bawah (Kompas, 26Desember 2006).Hampir 52% pelakuadalah suami, 23% karenatekanan ekonomi, sisanyakarena pertengkaran,pemabok dan pelakunarapidana. Rekomendasiyang <strong>di</strong>berikan Mitraperempuan antara lainadalah penyadaran dansosialisasi kepada masyarakatbahwa KDRT bukanlah sekedar persoalaninternal rumah tangga, tetapi adalahperilaku kriminal dan harus <strong>di</strong>adukanke polisi. Selain itu perlu <strong>di</strong>lakukanpen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan publik mengenai kekerasandalam rumah tangga dan pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan itu<strong>di</strong>fokuskan pada perempuan.Pentingnya Advokasi KDRTDari beberapa kasus yang <strong>di</strong>laporkanke Fahmina, jelas memperlihatkan betapapentingnya advokasi terhadap korbanKDRT, selain tentu penting juga untukmelakukan advokasi kebijakan. Faktamemperlihatkan kasus KDRT masih tinggimeski UU PKDRT telah <strong>di</strong>sahkan.Meski banyak lembaga pemerintahmemberikan ruang kepada korbanKDRT, namun tetap saja korban KDRTmerasa enggan ketika kasusnya <strong>di</strong>bawake ranah publik. Kasus-kasus yang<strong>di</strong>laporkan <strong>di</strong> Fahmina misalnya, parakorban umumnya berharap agar pelakusadar dan menghentikan kekerasan fisikatau psikis yang <strong>di</strong>lakukan pelaku, lebihtinggi ketimbang <strong>di</strong>selesaikan lewatjalur hukum, yang biasanya merupakanpilihan pahit dan terakhir bagi korban.Tidak mudah bagi para aktifis untukmeyakinkan para korban agar maumelanjutkan kasus ini ke wilayah hukum.Kepercayaan kepada aktifis pendamping,bisa menja<strong>di</strong> modal utama. Tapi jalurhukum memang bukan satu-satunyapenyelesaian.Para aktifis mestinya punyakemampuan dan pengetahuanyang cukup atas kasus-kasus yang<strong>di</strong>dampinginya, tidak memposisikanperempuan (korban) untuk menghadapiresiko lanjutan atas kekerasan terhadap<strong>di</strong>rinya, memaksimalkan dukungankeluarga dan peka terhadap perubahanpsikis dan prilaku korban.Lebih jauh advokasijuga bisa <strong>di</strong>lakukan denganmendorong kebijakanpemerintah lokal agarlebih peduli terhadappersoalan-persoalanmenyangkut perempuan,dengan men<strong>di</strong>rikanlayanan semacam womancrisis centre, yang kemu<strong>di</strong>an<strong>di</strong>publikasikan secara luas.Karena bagaimanapunadalah tugas negara untukmelindungi warganya,dalam hal ini perempuanyang kerap menja<strong>di</strong>korban berbagai tindakankekerasan.Advokasi juga bisa<strong>di</strong>lakukan <strong>di</strong> tingkat warga.Lembaga-lembaga sosial<strong>di</strong> tingkat warga sepertiPKK, kelompok pengajian,LKMD dan FKPM bisa ja<strong>di</strong>tempat mengadu korbanKDRT <strong>di</strong> tingkat awal.Tindak kekerasanterhadap perempuanmemang bisa <strong>di</strong>jumpai <strong>di</strong>semua ruang; privat danpublik, serta <strong>di</strong>lakukanoleh banyak orang denganberagam identitas kulturaldan strukturalnya. NamunKDRT, sebagai salahsatu bentuknya, <strong>di</strong> manaperempuan lebih sering menja<strong>di</strong> korban,adalah prilaku kekerasan yang palingdekat dengan kita dan paling sering kitasaksikan, sengaja atau tidak sengaja.Suara HP penulis berdering. SMSmasuk. Dari NK, salah satu korban KDRT.Isinya copy sms ancaman dari mantansuaminya: “Kamu mau ngadu ke siapa saja,saya tidak takut. Siapapun yang akanmembela kamu akan saya habisi.....” Lalupenulis mencoba menghubungi. NK ketakutansekali.“ Kang. Saya takut sekali.....”.[ET]E<strong>di</strong>si 15 Januari 2009

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!