12.07.2015 Views

Hal. 38-51 Pengembangan Kurikulum.pdf - BPK Penabur

Hal. 38-51 Pengembangan Kurikulum.pdf - BPK Penabur

Hal. 38-51 Pengembangan Kurikulum.pdf - BPK Penabur

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Pengembangan</strong> <strong>Kurikulum</strong> Sekolah UnggulanPenelitian<strong>Pengembangan</strong> <strong>Kurikulum</strong> Sekolah UnggulanWidodoE-mail: widodo_gbu@yahoo.comSMPK-SMAK <strong>BPK</strong> PENABUR TasikmalayaAbstrakekolah Dasar (SD) merupakan tingkat pendidikan formal yang paling rendah ataupermulaan yang memberikan dasar bagi siswa untuk mampu mempelajari ilmuS pengetahuan. Siswa kelas I dan II SD rata-rata berumur siswa 6 – 8 tahun sehingga tergolongpendidikan anak usia dini. Periode ini merupakan masa pertumbuhan dan perkembanganotak, kemampuan gerak, kemampuan bicara, pembentukan moral, pembentukan visi, danpembentukan percaya diri. SD dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak dengantidak memberikan beban berat seperti yang dilakukan SD di Indonesia selama ini. <strong>Kurikulum</strong> SD<strong>BPK</strong> PENABUR Unggulan yang diusulkan dalam tulisan ini menyajikan pembelajaran yang mampumenghadirkan kesukacitaan dalam belajar dan menekankan pada kemampuan membaca, menulis,dan berhitung dengan pembiasaan karakter berdasarkan Nilai-Nilai Kristiani (Calt-C = calistungplus karakter). Menggunakan prosedur penilaian non tes (kecuali Bahasa Indonesia danMatematika), dan buku pegangan siswa yang diwajibkan hanya 3 (tiga) buah untuk mata pelajaranBahasa Indonesia, Matematika, dan Mandarin, sangat meringankan beban siswa. Penguasaankemampuan membaca, menulis, dan berhitung dengan pembiasaan karakter berdasarkan Nilai-Nilai Kristiani merupakan modal yang kuat bagi siswa untuk meningkatkan keinginan mempelajaripengetahuan yang lebih luas.Kata-kata kunci: Belajar, kurikulum, pengembangan kurikulumDeveloping Leading School CurriculumAbstractPrimary school is the lowest education level that gives students ability to learn basic knowledge. The averageage of the first and second grade students are between six to eight years. This period is the time when braingrows, skills and speech skills develop, moral building begins, vision formulates, and self-confidence establishes.The problem is the existing elementry schools curriculum tends to give heavy burden to the students. Thisarticle discusses an ideal curriculum suitable for SD <strong>BPK</strong> PENABUR.Which presents the learning process tobring joy in learning and focus on reading, writing and arithmetic by using habituation of Christian valuescharacter. Using non-test assessment procedures (except for the Indonesian language and Mathematics), andthe student handbooks for Indonesian, Mathematics, and Mandarin subjects, will deerease the students’burden. Mastery of reading, writing, and arithmatic by using the habituation of Christian values characterbased is a strong key to strengthen the students’ learning motivation.Keywords: Learning, curriculum, curriculum development<strong>38</strong> Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012


<strong>Pengembangan</strong> <strong>Kurikulum</strong> Sekolah Unggulanbelajar di TK tidak pernah ada ulangan (tes),tetapi pada tahun yang sama ketika mulai belajardi SD anak harus menghadapi ulangan (tes)harian, ulangan tengah semester, dan ulanganakhir semester. Semua mata pelajaran dinilaimelalui ulangan (tes).Perbedaan jenjang pendidikan dari TK keSD membawa dampak perubahan sangat besarbagi peserta didik. Beban yang dibawa dariringan menjadi sangat berat, tuntutan belajar dariringan menjadi sangat berat dan rumit.Perubahan tersebut dapat mengakibatkanpertumbuhan fisik dan mental terganggu, danpelampiasan kebebasan bermain sehingga padasaat anak dituntut serius menjadi tidak seriusdan cenderung mengganggu teman-temannya.Dikuatirkan kemunduran semangat belajar dankejenuhan belajar akan dialami oleh pesertadidik ketika mereka duduk di jenjang SekolahMenengah Atas dan Perguruan Tinggi.Berdasarkan latar belakang tersebut dalampendahuluan, dapat dirumuskan masalahpokok, yaitu: Bagaimana sekolah menyusunkurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)yang peduli terhadap perkembangan usiapeserta didik.Kajian PustakaBelajar menurut Mohamad Surya (2004:48),adalah suatu proses usaha yang dilakukanindividu untuk memperoleh suatu perubahanperilaku yang baru secara keseluruhan sebagaihasil pengalaman individu itu sendiri dalaminteraksi dengan lingkungannya. Masihmenurut Mohamad Surya (2004: <strong>51</strong>-52) kualitasbelajar yang perlu dikembangkan dalam diripara siswa adalah (1) belajar untuk menjadi dirisendiri (learning to be) untuk menjadi pribadiyang mandiri, (2) belajar untuk belajar (learningto learn) mendorong siswa untuk belajar lebihlanjut seumur hidup atau belajar untukmenguasai pengetahuan (learning to know), (3)belajar untuk berbuat (learning to do) sebagaibekal untuk bekerja produktif dan efektif, dan(4) belajar untuk hidup bersama (learning to livetogether) dengan bekal nilai-nilai universalmampu menerima dan menghormati orang lainsebagai sesama ciptaan Tuhan.UNESCO memberi batasan anak usia dinisebagai periode anak sejak lahir sampai berusiadelapan tahun (World Vision, 2005). Periode inimerupakan masa pertumbuhan dan perkembanganotak, kemampuan gerak, kemampuanbicara, pembentukan moral, pembentukan visi,dan pembentukan percaya diri. Periode ini jugamerupakan dasar pembangunan kualitas hidupmanusia. Jika pendidikan pada periode inimengalami hambatan, dapat mengakibatkantidak maksimalnya perkembangan belajar padaperiode selanjutnya.Usia peserta didik kelas I dan II tergolongdalam periode anak usia dini. Anak usia dinimemerlukan banyak bermain untuk memaksimalkanpertumbuhan gerak. Beban belajar yangdiberikan selama ini terlalu berat sehinggamengurangi kegiatan bermain bersama temantemannyayang lebih dibutuhkan peserta didik.Perbedaan beban belajar yang sangat jauhantara TK dan SD (terutama kelas I dan II) dilihatdari jumlahn mata pelajaran, pemberianpekerjaan rumah (PR), dan ulangan (tes) terasaberat bagi anak dan terlalu cepat mengubahkeceriaan menjadi keseriusan. Akibatnyabanyak di antara peserta didik pada periodebelajar selanjutnya masih bermain ketikaseharusnya serius. Alangkah menyenangkanbila kita dapat memberikan lebih banyakkesempatan bermain di dalam pembelajaranpada akhir periode emas ini.Menurut Soegeng Santoso guru besarUniversitas Negeri Jakarta (UNJ), yang dianggappembelajaran unggul oleh masyarakat adalahhasilnya, padahal yang tepat, adalah harusproses dan hasilnya. Dengan menekankan padahasil anak dituntut menjadi juara kelas, nilainyaselalu bagus. Anak kemudian diikutkan dalambimbingan belajar, sebab hasil pembelajaran disekolah dirasakan kurang. “Cara ini kadangkadangmengenyampingkan proses pendidikan,yaitu membentuk kepribadian anak.”Sebenarnya yang utama dalam pendidikanadalah proses. Hanya saja, tidak sedikit sekolahyang lehih mengedepankan pada hasil akhir. Inimenyebabkan anak didik kurang memperolehkesempatan untuk bersenang-senang. Pelajaranmenjadi tidak menyenangkan. Padahal, dalampembelajaran, guru wajib memberikan suasana40 Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012


<strong>Pengembangan</strong> <strong>Kurikulum</strong> Sekolah Unggulansenang. Jangan sampai siswa takut kepada guru,takut pada mata pelajaran. Siswa harus dibuatsenang dengan pelajaran dan senang belajar.“Menakut-nakuti dalam mendidik tidak baik.Hindari kata ‘jangan’ karena anak biasabereksperimen.” (Republika: 16 April 2004).Pendidikan seharusnya tidak membuatanak kecil menjadi tertekan (Santrock, 2002:243).Tes atau ulangan berpotensi menimbulkan strespada anak. Tinggi rendahnya stres ditentukanoleh tinggi rendahnya kerugian dan ancaman,tantangan, sarana, dan kemampuan menanganicobaan. Bila kerugian dan ancaman tinggi,sementara tantangan, sarana, dan kemampuannyarendah, biasanya stresnya akan tinggi.(Santrock, 2002:302-303). Anak-anak usia 6 – 8tahun menghendaki nilai (angka rapor) yangbaik, tanpa mengingat apakah prestasinyamemang pantas diberi nilai baik atau tidak.(Yusuf, 2004:25).Abin Syamsuddin M dan Nana Syaodih S.,dalam Syamsu Yusuf (Yusuf, 2004: 179)menyatakan, bahwa usia sekolah dasarmerupakan masa berkembang pesatnyakemampuan mengenal dan menguasaiperbendaharaan kata. Pada awal usia sekolahdasar, anak mampu menguasai sekitar 2.500kata, dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun)mampu menguasai 50.000 kata. Dikuasainyaketerampilan membaca dan berkomunikasidengan orang lain, memungkinkan anak gemarmembaca dan mendengarkan cerita yang bersifatkritis. Dengan demikian pembiasaan berbahasayang baik pada anak usia sekolah dasar akanmembantunya mampu berkomunikasi denganbaik.<strong>Kurikulum</strong> – 2006, berdasarkan PeraturanMenteri Pendidikan Nasional RepublikIndonesia Nomor 22 Tahun, memberikankesempatan setiap sekolah menyusun kurikulumsendiri yang berbeda dengan sekolah lain.<strong>Kurikulum</strong> Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)jenjang pendidikan dasar dan menengahdikembangkan oleh sekolah dan komite sekolahberpedoman pada standar kompetensi lulusan(SKL), dan standar isi, serta pedomanpenyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP(Depdiknas, BSNP, 2006: 6). <strong>Kurikulum</strong> satuanpendidikan dasar dan menengah ditetapkanoleh kepala satuan pendidikan dasar danmenengah setelah memperhatikan pertimbangandari komite sekolah atau komitemadrasah.Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum(Depdiknas, BSNP, 2006: 6-7) adalah sebagaiberikut.a. Berpusat pada potensi, perkembangan,kebutuhan, dan kepentingan peserta didikdan lingkungannya.b. Beragam dan terpadu.c. Tanggap terhadap perkembangan ilmupengetahuan, teknologi, dan seni.d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.e. Menyeluruh dan berkesinambungan.f. Belajar sepanjang hayat.g. Seimbang antara kepentingan nasional dankepentingan daerah.Pelaksanaan kurikulum didasarkan padaprinsip-prinsip (Depdiknas, BSNP, 2006:7-8),sebagai berikut.a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan padapotensi perkembangan dan kondisi pesertadidik untuk menguasai kompetensi yangberguna bagi dirinya.b. <strong>Kurikulum</strong> dilaksanakan denganmenegakkan ke lima pilar belajar, yaitu (1)belajar untuk beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, (2) belajar untukmemahami dan menghayati, (3) belajaruntuk mampu melaksanakan dan berbuatsecara efektif, (4) belajar untuk hidupbersama dan berguna bagi orang lain, dan(5) belajar untuk membangun danmenemukan jati diri, melalui prosespembelajartan yang aktif, kreatif, efektif, danmenyenangkan.c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkanpeserta didik mendapat pelayanan yangbersifat perbaikan, pengayaan, dan/ataupercepatan sesuai dengan potensi, tahapperkembangan, dan kondisi peserta didikdengan memperhatikan keterpaduanpengembangan pribadi peserta didik yangberdimensi ke-Tuhanan, keindividuan,kesosialan, dan moral.d. <strong>Kurikulum</strong> dilaksanakan dalam suasanahubungan peserta didik dan pendidik yangsaling menerima dan menghargai, akrab,terbuka, dan hangat, dengan prinsip ‘tutwuri handayani, ing madyo mangun karso, ingJurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.19/Tahun ke-11/Desember 201241


<strong>Pengembangan</strong> <strong>Kurikulum</strong> Sekolah Unggulanngarso sung tulodo’ (di belakang memberidaya dan kekuatan, di tengah membangunsemangat dan prakarsa, di depanmemberikan contoh).e. <strong>Kurikulum</strong> dilaksanakan dengan menggunakanpendekatan multistrategi danmultimedia, sumber belajar dan teknologiyang memadai, dan memanfaatkan lingkungansekitar sebagai sumber belajar,dengan prinsip ‘alam takambang jadi guru’(semua yang terjadi, tergelar, dan berkembangdi masyarakat dan lingkungan sekitarserta lingkungan alam semesta dijadikansumber belajar, contoh, dan teladan).f. <strong>Kurikulum</strong> dilaksanakan denganmendayagunakan kondisi alam, sosial, danbudaya serta kekayaan daerah untukkeberhasilan pendidikan dengan muatanseluruh bahan kajian secara optimal.g. <strong>Kurikulum</strong> yang mencakup seluruhkomponen kompetensi mata pelajaranmuatan lokal dan pengembangan diridiselenggarakan dalam keseimbangan,keterkaitan, dan kesinambungan yangcocok dan memadai antarkelas dan jenisserta jenjang pendidikan.Standar isi (Depdiknas, BSNP, 2006: 3)secara keseluruhan mencakup hal-hal sebagaiberikut.a Kerangka dasar dan struktur kurikulumyang merupakan pedoman dalampenyusunan kurikulum pada tingkat satuanpendidikan.b Beban belajar bagi peserta didik pada satuanpendidikan dasar dan menengahc <strong>Kurikulum</strong> tingkat satuan pendidikan yangakan dikembangkan oleh satuan pendidikanberdasarkan panduan penyusunankurikulum sebagai bagian tidak terpisahkandari standar isi.d Kalender pendidikan untuk penyelenggaraanpendidikan pada satuan pendidikanjenjang pendidikan dasar danmenengah.Menurut Menteri Pendidikan NasionalRepublik Indonesia (Depdiknas, BSNP, 2006:9),Struktur <strong>Kurikulum</strong> Sekolah Dasar/MadrasahIbtidaiah (SD/MI) terdiri atas 3 (tiga) komponen,yaitu:a. Mata Pelajaran, yang terdiri atas; (1)Pendidikan Agama dan akhlak mulia, (2)Pendidikan kewarganegaraan dankepribadian, (3)Ilmu Pengetahuan danTeknologi, yang terdiri atas: BahasaIndonesia, Matematika, Ilmu PengetahuanAlam, dan Ilmu Pengetahuan Sosial, (4)Estetika, yang terdiri atas : Seni Budaya danKeterampilan, (5) Pendidikan jasmani, Olahraga dan Kesehatanb. Muatan Lokal, yang merupakan kegiatankurikuler untuk mengembangkan kompetensiyang disesuaikan dengan ciri khas danpotensi daerah, termasuk keunggulandaerah yang materinya tidak dapatdikelompokkan ke dalam mata pelajaranyang ada. Substansi muatan lokalditentukan oleh satuan pendidikan.c. <strong>Pengembangan</strong> Diri, yang bertujuanmemberikan kesempatan kepada pesertadidik untuk mengembangan dan mengekspresikandiri sesuai dengan kebutuhan,bakat, dan minat setiap peserta didik sesuaidengan kondisi sekolah.<strong>Kurikulum</strong> untuk semua tingkat satuanpendidikan dapat memasukkan pendidikanberbasis keunggulan lokal dan global.Pendidikan berbasis keunggulan lokal danglobal adalah pendidikan yang memanfaatkankeunggulan lokal dan kebutuhan daya saingglobal dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa,teknologi informasi dan komunikasi, ekologi,dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagipengembangan kompetensi peserta didik.Pendidikan berbasis keunggulan lokal danglobal dapat merupakan bagian dari semua matapelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaranmuatan lokal. Satuan pendidikan dasar danmenengah dapat mengembangkan kurikulumdengan standar yang lebih tinggi dari standarisi sebagaimana diatur dalam Peraturan MenteriPendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006tentang Standar Isi untuk Satuan PendidikanDasar dan Menengah dan Standar KompetensiLulusan sebagaimana diatur dalam PeraturanMenteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun2006 tentang Standar Kompetensi Lulusanuntuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah(Depdiknas, BSNP, 2006: 284).42 Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012


<strong>Pengembangan</strong> <strong>Kurikulum</strong> Sekolah Unggulan1. Membaca sekurang-kurangnya 100kata sederhana dalam 1 (satu) menit.2. Menulis dengan rapih sekurangkurangnya40 kata sederhana dalam 1(satu) menit.3. Berhitung menambah dan mengurangserta kombinasi menambah danmengurang sampai bilangan 1.0004. Melakukan percakapan sederhanamenggunakan bahasa Inggris dan hafalsekurang-kurangnya 40 kata istilahyang digunakan dalam percakapan.5. Mengucapkan sekurang-kurangnya 30kata istilah dalam bahasa Mandarin.6. Bekerja sama dengan guru dan temandalam berbagai kegiatan.7. Mengenal IPA dalam kehidupansehari-hari.8. Mengenal IPS dalam kehidupan seharihari9. Menyanyikan 5 lagu nasional, 5 lagudaerah, dan 15 lagu anak10. Mengoperasikan komputer lebih baik.3 Struktur kurikulumStruktur kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiah (SD/MI) berdasarkanPeraturan Menteri Pendidikan NasionalRepublik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006,seperti terlihat pada Tabel 1.Berdasarkan struktur kurikulum tersebutsekolah diberi wewenang untuk menentukanTabel 1: Struktur <strong>Kurikulum</strong> Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)NoMata PelajaranJam PelajaranKelas IJam PelajaranKelas IIAMata Pelajaran Utama1. Pendidikan Agama2.PendidikanKewarganegaraan3. Bahasa Indonesia4. Matematika5. Ilmu Pengetahuan Alam6. Ilmu Pengetahuan Sosial7.8.Seni Budaya danKeterampilan (SBK)Pendidikan Jasmani, Olahraga dan KesehatanB. Muatan Lokal9.10.C. <strong>Pengembangan</strong> Diri11Jumlah 26 27Sumber: Depdiknas, BSNP, 2006:10 "<strong>Kurikulum</strong> 2006"44 Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012


<strong>Pengembangan</strong> <strong>Kurikulum</strong> Sekolah Unggulansendiri jam tatap muka setiap mata pelajaran,mata pelajaran muatan lokal, danpengembangan diri, dengan jumlah jam tatapmuka sampai dengan 32 jam pelajaran perminggu untuk kelas 1, 2,dan 3. Sekolah secaratidak langsung diperkenankan menambah jamtatap muka lebih dari 32 jam pelajaran perminggu dengan alasan yang dapat dipertanggungjawaban.Adapun struktur kurikulum SDK<strong>BPK</strong> PENABUR yang diusulkan seperti terterapada Tabel 2.<strong>Pengembangan</strong> struktur kurikulum yangdiusulkan seperti tersebut di atas memberikankesan luas dengan jumlah tatap muka jauhmelebihi ketentuan kurikulum. Belum lagi biladitambahkan dengan upacara atau kebaktian,jumlah jam tatap muka akan melebihi 41 jamtatap muka per minggu. <strong>Pengembangan</strong>Tabel 2: Struktur <strong>Kurikulum</strong> SDK <strong>BPK</strong> PENABURNoMata PelajaranJam PelajaranKelas IJam PelajaranKelas IIAMata Pelajaran Utama1. Pendidikan Agama 4 42.PendidikanKewarganegaraan2 23. Bahasa Indonesia 5 54. Matematika 6 65. Ilmu Pengetahuan Alam 3 36. Ilmu Pengetahuan Sosial 2 27.8.Seni Budaya danKeterampilan (SBK)Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan4 43 3B. Muatan Lokal9. Bahasa Daerah 1 110.Pendidikan LingkunganHidup1 111. Bahasa Inggris 4 412. Bahasa Mandarin 2 2C. <strong>Pengembangan</strong> Diri13. Komputer 2 214. Bimbingan 1 115. Perpustakaan 1 1Jumlah 41 41Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.19/Tahun ke-11/Desember 201245


<strong>Pengembangan</strong> <strong>Kurikulum</strong> Sekolah Unggulankurikulum yang terlalu luas dapat berakibatkurang fokus dan terlalu berat bagi siswa,sehingga target anak mampu membaca, menulisdan berhitung (calistung) menjadi kurangberhasil, apabila pembelajaran membosankandan menggunakan prosedur penilaian tes. Akantetapi, meskipun terlihat pengembangannyaterlalu luas dan berat, penyajian-penyajian matapelajaran yang ringan, penuh keceriaan, danpenilaian banyak menggunakan prosedur nontes menjadikan siswa dapat mengikuti dengansukacita. Hanya mata pelajaran BahasaIndonesia dan Matematika yang menggunakanprosedur tes (ulangan) untuk penilaian.Kegiatan-kegiatan pembelajaran setiap pelajarandiusulkan sebagai berikut.1 Pendidikan Agama: Menyanyi; Bercerita;Bermain; PKBN2K; Tidak memerlukan bukupegangan siswa; Penilaian non tes; Tidakada tes (formatif, tengah semester, maupunakhir semester); Tidak ada PR; Menghadirkansuasana sekolah minggu2. Pendidikan Kewarganegaraan: Menerapkanhidup rukun dalam perbedaan;Membiasakan tertib di rumah dan disekolah; Menerapkan hak dan kewajibananak di rumah dan di sekolah;Membiasakan hidup bergotong royong;Membiasakan cinta lingkungan; Membiasakansikap demokratis dan menjunjungtinggi nilai-nilai Pancasila; PKBN2K; Tidakmemerlukan buku pegangan siswa;Penilaian non tes; Tidak ada tes (formatif,tengah semester, maupun akhir semester);Tidak ada PR; Mempraktikkan kebiasaanhidup sebagai warga negara yang baik3. Bahasa Indonesia : Membaca; Menulis;Percakapan; PKBN2K; Memerlukan bukupegangan siswa; Penilaian tes4. Matematika: Memberikan materi sekurangkurangnyasesuai tuntutan kurikulum;PKBN2K; Memerlukan buku pegangansiswa untuk; Penilaian tes5. Ilmu Pengetahuan Alam: Mengenal anggotatubuhnya dan kegunaannya serta caramerawatnya; Mengenal cara memeliharalingkungan agar tetap sehat; Mengenalberbagai sifat benda dan kegunaannya;Mengenal berbagai bentuk energi danmanfaatnya; Mengenal berbagai bendalangit dan peristiwa alam sertapengaruhnya terhadap kegiatan manusia;Mengenal makhluk hidup dan proseskehidupannya; PKBN2K; Tidakmemerlukan buku pegangan siswa;Penilaian non tes; Tidak ada tes (formatif,tengah semester, maupun akhir semester);Tidak ada PR; Pembelajaran pengenalandan praktik6. Ilmu Pengetahuan Sosial: Memahami kedudukannyadalam keluarga; Memperkenalkankebiasaan hidup menjagakebersihan lingkungan rumah; Memahamiperistiwa penting dalam keluarga danpentingnya menjaga dokumen; Memahamikedudukan dan peran anggota dalamkeluarga dan lingkungan tetangga;PKBN2K; Tidak memerlukan bukupegangan siswa; Penilaian non tes; Tidakada tes (formatif, tengah semester, maupunakhir semester); Tidak ada PR; Pembelajaranpengenalan dan praktik7. Seni Budaya dan Keterampilan (SBK):Memperkenalkan seni rupa; Memperkenalkanseni musik; Memperkenalkan danmenyanyikan lagu-lagu nasional;Memperkenalkan dan menyanyikan lagulagurohani; Memperkenalkan danmempraktikkan seni tari/gerak; PKBN2K;Tidak memerlukan buku pegangan siswa;Penilaian non tes; Tidak ada tes (formatif,tengah semester, maupun akhir semester);Tidak ada PR; Pembelajaran pengenalandan praktik8. Pendidikan jasmani, Olah raga danKesehatan; Permainan; Senam; Renang;Memperkenalkan kebiasaan hidup sehat;PKBN2K; Tidak diperlukan Buku Pegangansiswa; Penilaian non tes; Tidak ada tes(formatif, tengah semester, maupun akhirsemester); Tidak ada PR; Pembelajaranpengenalan dan praktik9. Bahasa Daerah: Memperkenalkan istilah;Percakapan; Menyanyi lagu anak; PKBN2K;Tidak memerlukan buku pegangan siswa;Penilaian non tes; Tidak ada tes (formatif,tengah semester, maupun akhir semester);Tidak ada PR10. Pendidikan Lingkungan Hidup:Memperkenalkan lingkungan hidup dan46 Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012


<strong>Pengembangan</strong> <strong>Kurikulum</strong> Sekolah Unggulanmanfaatnya bagi manusia; Menjagakelangsungan lingkungan hidup agar tetaplestari; PKBN2K; Tidak memerlukan bukupegangan siswa; Penilaian non tes; Tidakada tes (formatif, tengah semester, maupunakhir semester); Tidak ada PR11. Bahasa Inggris: Memperkenalkan istilah/kata yang digunakan dalam percakapan ;Percakapan; Permainan; Menyanyi;Membiasakan berbahasa Inggris untukkata-kata yang telah diperkenalkan;KBN2K; Tidak memerlukan bukupengangan siswa; Penilaian non tes; Tidakada tes (formatif, tengah semester, maupunakhir semester); Tidak ada PR12. Bahasa Mandarin: Memperkenalkanistilah/kata; Percakapan; Menyanyi;PKBN2K; Memerlukan buku peganganSiswa; Penilaian non tes; Tidak ada tes(formatif, tengah semester, maupun akhirsemester); Tidak ada PR13. Komputer; Praktik di lab komputer;PKBN2K; Tidak diperlukan buku pegangansiswa; Penilaian non tes; Tidak ada tes(formatif, tengah semester, maupun akhirsemester); Tidak ada PRPembelajaran Pendidikan Agama Kristenyang menghadirkan suasana Sekolah Minggudiharapkan dapat membuat hubungan gurudengan siswa, dan antar siswa dekat, akrab, danmenyenangkan. Guru dapat mengembangkankreativitasnya dengan menayangkan gambargambaratau film-film melalui LCD proyektorsebagai alat bantu bercerita yang menarik danmudah dimengerti oleh siswa. Siswa dapatdilatih untuk menulis dan membaca ayat-ayathafalan untuk meningkatkan keterampilanmenulis, membaca, dan menghafal. Guru dapatmerancang berbagai aktivitas yang atraktif danmenarik baik permainan maupun keterampilanserta memanfaatkan barang-barang bekas pakai.Memiliki banyak kesempatan bagi guru untukmengimplementasikan nilai-nilai kristianidalam pembelajarannya. Membiasakanmengasihi Tuhan dan sesama (kasih),berterimakasih,memberi salam, bertutur kata sopan,mudah tersenyum (rendah hati), melakukantugas dengan benar (kesetiaan), kejujuran;menyelesaikan tugas sampai selesai, patuh padaaturan,mendengarkan dan tidak memotongpembicaraan, dan belajar berbagi dengan yangmembutuhkan (Sutanto, 2011:33-34). Prosedurpenilaian dilakukan melalui aktivitas siswa,kemampuan anak melakukan perintah guru,dan perubahan perilaku yang mencerminkannilai-nilai kristiani, bukan berdasarkan hasil tesatau ulangan sehingga tidak membebani siswadalam belajar.Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraanyang lebih banyak praktik mengenaihidup rukun dalam perbedaan, tertib di rumahdan di sekolah, memperkenalkan hak dankewajiban siswa di rumah dan di sekolah, hidupbergotong royong, cinta lingkungan, sikapdemokratis dan menjunjung tinggi nilai-nilaiPancasila. Siswa dapat dilatih untuk menulisdan membaca kalimat yang berhubungandengan indikator pembelajaran. Guru memilikibanyak kesempatan dalam mengimplementasikannilai-nilai kristiani dalampembelajarannya, sehingga sejak dini siswamembiasakan diri hidup benar yang terusdibawa sampai dewasa ketika bergaul dengansesamanya. Melalui LCD proyektor guru dapatmemperkenalkan contoh-contoh kehidupan baikyang rukun maupun yang tidak, baik yang tertibmaupun sebaliknya, gotong royong, cintalingkungan maupun sebaliknya, sikap yangdemokratis dan yang menjunjung tinggi nilainilaiPancasila maupun yang sebaliknya. Siswabelajar melalui melihat contoh dan praktikbersama teman-temannya dapat membentukperilaku hidup yang benar. Prosedur penilaiannon tes melalui kegiatan praktik, kemampuansiswa melakukan perintah guru, dan perubahanperilaku, dapat membuat siswa senang belajardan tidak terbeban.Pembelajaran Bahasa Indonesia memilikitarget siswa mampu membaca, menulis, danmelakukan percakapan. Dengan jam tatap mukasebanyak 5 (lima) jam pelajaran dalam semingguguru mampu membimbing siswa untuk belajarmembaca selama dua jam pelajaran, menulisselama dua jam pelajaran, dan percakapanselama satu jam pelajaran. Dalam percakapanguru dapat melakukan tanya jawab, menyuruhsiswa bercerita, atau mendengarkan ceritainteraktif. Ketika bercerita guru dapat membuatcerita yang didasarkan pada nilai-nilai kristiani(kasih, rendah hati, kesetiaan, kejujuran,Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.19/Tahun ke-11/Desember 201247


<strong>Pengembangan</strong> <strong>Kurikulum</strong> Sekolah Unggulanketekunan, ketaatan, keberanian, dan kepedulian).Kemampuan membaca, menulis, danpercakapan yang baik merupakan modal dasaruntuk belajar lebih baik di tingkat di atasnya.Prosedur penilaian menggunakan tes atauulangan baik formatif, tengah semester, maupunakhir semester, dan juga dapat menggunakanpenilaian non tes dalam berbagai aktivitas.Pembelajaran Matematika menekankansiswa mampu berhitung sederhana denganmateri sekurang-kurangnya sesuai tuntutankurikulum. Waktu tatap muka sebanyak 6(enam) jam pelajaran dalam satu minggudiharapkan siswa mampu memenuhi targetmengoperasikan penambahan angka maupunpengurangan angka. Praktik penambahan danpengurangan menggunakan gambar atau simbolatau benda memudahkan siswa memahamipengoper-asiannya. Pembelajaran yang menarikdan mudah dapat memupuk siswa mencintaimatematika yang berguna di berbagai disiplinilmu. Nilai-nilai kristiani yang dapat dibiasakanadalah: rendah hati, kesetiaan, kejujuran,ketekunan, ketaatan dan keberanian. Penilaianmenggunakan prosedur tes atau ulangan danjuga dapat menggunakan penilaian non tesdalam berbagai aktivitas.Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPAatau Sains) memperkenalkan kepada siswaanggota tubuh dan kegunaannya serta caramerawatnya, cara memelihara lingkungan agartetap sehat, berbagai sifat benda dan kegunaan,berbagai bentuk energi dan manfaatnya,berbagai benda langit dan peristiwa alam sertapengaruhnya terhadap kegiatan manusia, danmakhluk hidup dan proses kehidupannya.Waktu tatap muka sebanyak 3 jam pelajarandalam satu minggu diharapkan siswa mampumengerti dan mencintai ilmu pengetahuan alam.Siswa dapat juga dilatih menuliskan danmembaca beberapa kalimat yang berhubungandengan indikator pembelajaran. Melalui LCDproyektor guru dapat memperkenalkan contohcontohangota-anggota tubuh dan caramerawatnya, lingkungan sehat dan tidak sehat,macam-macam benda dan kegunaannya,macam-macam energi, benda-benda langit danberbagai peristiwa alam, dan mengenai makhlukhidup dan proses kehidupannya. Nilai-nilaikristiani yang dapat dibiasakan adalah: kasih,rendah hati, kesetiaan, kejujuran, ketekunan,ketaatan dan keberanian. Prosedur penilaianmelalui aktivitas anak, kemampuan anakmelakukan perintah guru, dan perubahanperilaku yang mencerminkan nilai-nilaikristiani, bukan berdasarkan hasil tes atauulangan sehingga tidak membebani siswa dalambelajar.Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)melalui cerita, penayangan gambar atau filmmelalui LCD proyektor, dapat membuat siswamampu memahami kedudukannya dalamkeluarga, kebiasaan hidup menjaga kebersihanlingkungan rumah, peristiwa penting dalamkeluarga dan pentingnya menjaga dokumen,dan kedudukan dan peran anggota dalamkeluarga dengan lingkungan tetangga. Waktutatap muka sebanyak 2 jam pelajaran dalam satuminggu diharapkan siswa mampu mengerti danmencintai ilmu pengetahuan sosial. Siswa dapatjuga dilatih menuliskan dan membaca beberapakalimat yang berhubungan dengan indikatorpembelajaran. Nilai-nilai kristiani yang dapatdibiasakan adalah: kasih, rendah hati, kesetiaan,kejujuran, ketekunan, ketaatan, keberanian dankepedulian. Prosedur penilaian melalui aktivitasanak, kemampuan anak melakukan perintahguru, dan perubahan perilaku yang mencerminkannilai-nilai kristiani, bukan berdasarkanhasil tes atau ulangan sehingga tidakmembebani siswa dalam belajar.Pembelajaran Seni Budaya danKeterampilan (SBK) dengan waktu tatap muka 4(empat) jam pelajaran dalam satu minggudiharapkan dapat membuat siswa mampumengenal seni rupa, seni musik, menyanyi lagulagunasional, menyanyikan lagu-lagu rohanianak, dan seni tari/gerak. Pembelajaran senibudaya dan keterampilan merupakan pelajaranyang menarik bagi anak, karena banyak praktikdan ada hasil yang dapat dilihat siswa. Guruyang dibekali keterampilan menggambar danmembuat berbagai bentuk dari kertas akan selalumampu memberikan suatu kenangan yangdapat dibawa pulang siswa. Guru musik yangjuga dibekali keterampilan gerak akan selalumenghadirkan suasana ceria dalam setiappertemuan. Siswa dapat juga dilatih menuliskandan membaca beberapa kalimat yangberhubungan dengan indikator pembelajaran.48 Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012


<strong>Pengembangan</strong> <strong>Kurikulum</strong> Sekolah UnggulanNilai-nilai kristiani yang dapat dibiasakanadalah: kasih, rendah hati, kesetiaan, kejujuran,ketekunan, ketaatan, keberanian, dan kepedulian.Prosedur penilaian melalui aktivitas anak,kemampuan anak melakukan perintah guru,unjuk kemampuan, dan perubahan perilakuyang mencerminkan nilai-nilai kristiani, bukanberdasarkan hasil tes atau ulangan sehinggatidak membebani siswa dalam belajar.Pembelajaran Bahasa Daerah dengan waktutatap muka satu jam pelajaran setiap minggumemperkenalkan kepada siswa beberapa istilahyang lazim digunakan sehari-hari, budayadaerah, kesenian daerah, dan percakapan.Jangan melatihkan kepada siswa menulis tulisanbahasa daerah bila berbeda dengan kaidahpenulisan bahasa Indonesia, agar tidakmembingungkan siswa. Melalui proyektor LCDguru dapat memperkenalkan contoh-contohbudaya daerah, cerita yang difilmkan, keseniandaerah dan ehidupan sehari-hari. Nilai-nilaikristiani yang dapat dibiasakan adalah: kasih,rendah hati, kesetiaan, kejujuran, ketekunan,ketaatan, keberanian, dan kepedu-lian. Prosedurpenilaian melalui aktivitas anak, kemampuananak melakukan perintah guru, unjukkemampuan, dan perubahan perilaku yangmencerminkan nilai-nilai kristiani, bukanberdasarkan hasil tes atau ulangan sehinggatidak membebani siswa dalam belajar.Pembelajaran Pendidikan LingkunganHidup (PLH) dengan waktu tatap muka satu jampelajaran dalam satu minggu memperkenalkanlingkungan hidup dan manfaatnya bagimanusia, dan cara-cara menjaga kelangsunganlingkungan hidup agar tetap lestari. MelaluiLCD proyektor guru dapat memperkenalkancontoh-contoh lingkungan hidup danmanfaatnya, lingkungan hidup yang rusakkarena perilaku manusia dan akibatnya,lingkungan hidup yang terjaga kelestariannyadan manfaatnya bagi kehidupan manusia.Siswa dapat diajak melakukan tindakan nyatamencintai dan merawat lingkungan secarasederhana, misalnya membuang sampah ditempatnya dan menyiram tanaman. Nilai-nilaikristiani yang dapat dibiasakan adalah: kasih,rendah hati, kesetiaan, kejujuran, ketekunan,ketaatan dan keberanian. Prosedur penilaianmelalui aktivitas anak, kemampuan anakmelakukan perintah guru, unjuk kemampuan,dan perubahan perilaku yang mencerminkannilai-nilai kristiani, bukan berdasarkan hasil tesatau ulangan sehingga tidak membebani siswadalam belajar.Pembelajaran Bahasa Inggris mengutamakanpercakapan sehari-hari, mengenalbeberapa istilah dan mampu mengucapkannyadengan benar, dan membangkitkan keberaniansiswa untuk menggunakan Bahasa Inggris.Pembelajaran yang kreatif, atraktif, dan ceriamelalui permainan, penayangan gambar(menggunakan LCD proyektor ), film, lagu-lagu,cerita, percakapan, dan tanya jawab, sertadidukung pembiasaan sehari-hari akan mampumenimbul-kan keberanian siswa berbahasaInggris. Waktu tatap muka selama 4 jampelajaran dalam satu minggu dengan hari yangberbeda dapat memungkinkan siswamembiasakan diri untuk berbahasa Inggris.Nilai-nilai kristiani yang dapat dibiasakanadalah: kasih, rendah hati, kesetiaan, kejujuran,ketekunan, ketaatan dan keberanian. Prosedurpenilaian melalui aktivitas anak, kemampuananak melakukan perintah guru, unjukkemampuan, dan perubahan perilaku yangmencerminkan nilai-nilai kristiani, bukanberdasarkan hasil tes atau ulangan sehinggatidak membebani siswa dalam belajar.Pembelajaran Bahasa Mandarin mengutamakanmemperkenalkan istilah sederhanauntuk percakapan sehari-hari, misalnya sapaan,nama hari, nama buah, nama pakaian, dan namaanggota tubuh. Pembelajaran dilakukan melaluipenayangan gambar dan siswa diminta menirukanpengucapan guru, dan lagu-lagu sederhana.Mengingat belum banyak model pengenalanBahasa Mandarin, maka diperlukan bukupegangan siswa sekaligus sebagai buku kerjasiswa. Waktu tatap muka 2 jam pelajaran dalamsatu minggu yang dikemas dengan menarik,cukup dapat membantu siswa mengenalbeberapa istilah sehari-hari. Nilai-nilai kristianiyang dapat dibiasakan adalah: kasih, rendahhati, kesetiaan, kejujuran, ketekunan, ketaatandan keberanian. Prosedur penilaian melaluiaktivitas anak, kemampuan anak melakukanperintah guru, unjuk kemampuan, danperubahan perilaku yang mencerminkan nilainilaikristiani, bukan berdasarkan hasil tes atauJurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.19/Tahun ke-11/Desember 201249


<strong>Pengembangan</strong> <strong>Kurikulum</strong> Sekolah Unggulanulangan sehingga tidak membebani siswa dalambelajar.Pembelajaran Komputer praktik mengoperasikanprogram-program permainan, programprogrampembelajaran, dan mengenal bagianbagiankomputer. Waktu tatap muka 2 jam pelajarandalam satu minggu akan selalu menariksiswa, karena siswa praktik langsung mengoperasikankomputer. Nilai-nilai kristiani yangdapat dibiasakan adalah: kasih, rendah hati,kesetiaan, kejujuran, ketekunan, ketaatan dankeberanian. Prosedur penilaian melalui aktivitasanak, kemampuan anak melakukan perintahguru, unjuk kemampuan, dan perubahan perilakuyang mencerminkan nilai-nilai kristiani,bukan berdasarkan hasil tes atau ulangansehingga tidak membebani siswa dalam belajar.Bimbingan mengutamakan pengenalancara belajar, cara berteman yang baik, caramenghargai dan menghormati orang lain. Gurubimbingan memiliki kesempatan yang cukupuntuk mengimplementasikan nilai-nilaikristiani. Meskipun waktu tatap muka hanyasatu jam pelajaran dalam satu minggu, cukupmampu membangkitkan keberanian siswauntuk bercerita tentang dirinya kepada oranglain. Nilai-nilai kristiani yang dapat dibiasakanadalah: kasih, rendah hati, kesetiaan, kejujuran,ketekunan, ketaatan, keberanian, dan kepedulian.Bimbingan tidak diperlukan penilaian,akan tetapi kedekatan dan kehangatan gurukepada siswa mampu membantu siswa bilamengalami masalah.Penggunaan perpustakaan merupakanpembiasaan untuk membangkitkan siswa gemarmembaca dan memperkenalkan pentingnyaperpustakaan dalam pembelajaran. Waktu yangdialokasikan satu jam pelajaran dalam satuminggu dapat digunakan oleh siswa membacabuku di perpustakaan atau meminjam bukuuntuk dibaca di rumah. Dapat juga suatu saatsiswa diberikan tugas untuk membaca suatubuku dan diminta menceriterakan kembali isibuku yang dibacanya.Kesimpulan<strong>Pengembangan</strong> kurikulum yang menawarkanhasil dengan menambah lebih banyak matapelajaran, mewajibkan siswa memiliki bukupegangan, dan prosedur penilaian tesdiberlakukan kepada seluruh mata pelajaranakan menambah beban berat siswa. Usia siswakelas I dan II SD tergolong anak usia dini yangyang memerlukan banyak bermain dan selalumenginginkan pujian atau penilaian yang baik,menjadi tidak terpenuhi bila beban belajar yangmenjadi semakin berat jauh berbeda denganketika masih di TK, ditambah dengan prosedurpenilaian tes yang meningkatkan stres sehinggakemungkinan memberikan hasil yang tidakmemuaskan.<strong>Pengembangan</strong> kurikulum yang diusulkanpenulis lebih menekankan pada proses baruhasil. Meskipun kelihatannya sangat luas, yaitusebanyak 15 mata pelajaran, akan tetapi denganpenyajian pembelajaran yang ringan, penuhkeceriaan, dan penilaian banyak menggunakanprosedur non tes (hanya mata pelajaran BahasaIndonesia dan Matematika yang menggunakanprosedur tes atau ulangan), menjadikan siswadapat belajar dengan sukacita. Beban alat tulisyang dibawa ke sekolah juga ringan, karenasiswa hanya membawa 3 buku pegangan siswa.Beban orang tua juga ringan, karena tidak harusmembeli banyak buku pegangan siswa.Kesukacitaan siswa di dalam belajarmemberikan keleluasaan bagi pembiasaanpembentukan moral dan mental yangmemanusiakan manusia sesamanya gunameningkatkan kualitas kehidupan. Penguasaanmembaca, menulis, dan berhitung denganpembiasaan karakter berdasarkan Nilai-NilaiKristiani (Calt-C = calistung plus karakter) padaawal-awal pendidikan dasar merupakan modalyang kuat bagi siswa untuk meningkatkankeinginan mempelajari pengetahuan yang lebihluas.50 Jurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012


<strong>Pengembangan</strong> <strong>Kurikulum</strong> Sekolah UnggulanSaranSekolah disarankan menggunakan pengembangankurikulum usulan penulis yang menekankanpada proses baru kemudian hasil,mempertimbangkan usia dan kemampuansiswa dan akan berdampak guru selalumemperbaharui keterampailan danpengetahuannya. Banyaknya mata pelajarandan jam tatap muka yang diusulkan dapatdisesuaikan dengan sekolah setempat.Penekanannya lebih pada pengurangan bebansiswa, persiapan pembelajaran yang menuntutkreativitas guru, penyajian pembelajaran yangatraktif dan praktis, dan penilaian menggunakanprosedur non tes.Daftar PustakaDepdiknas, BSNP, (2006). <strong>Kurikulum</strong> 2006.Jakarta: DepdiknasKurniawan, (2010). Sebagian besar pekerja indonesialulusan sekolah dasar. Biro Pusat StatistikRepublika: 16 April 2004Santrock, John W. (2002). Live-span development(perkembangan masa hidup). Jakarta:ErlanggaSurya, Mohamad (2004). Psikologi pembelajarandan pengajaran. Bandung: Pustaka BaniQuraisySutanto, Maryam Kurniawati (2011). Pendidikankarakter berbasis nilai-nilai kristiani, Jakarta:<strong>BPK</strong> PENABURYusuf, Syamsu L.N. (2004). Psikologiperkembangan anak dan remaja, Bandung:PT Remaja Rosdakaryahttp://hdr.undp.org/en/statistics/, (2011).Human develompment index (HDI). Unesco.http://www.worldvision.or.id, (2005).Pendidikan Untuk SemuaJurnal Pendidikan <strong>Penabur</strong> - No.19/Tahun ke-11/Desember 2012<strong>51</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!