13.07.2015 Views

PUSTAHA - USUpress - Universitas Sumatera Utara

PUSTAHA - USUpress - Universitas Sumatera Utara

PUSTAHA - USUpress - Universitas Sumatera Utara

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>PUSTAHA</strong>Jurnal Studi Perpustakaan dan InformasiISSN: 1858 – 1447Penanggung JawabKetua Departemen Studi Perpustakaan dan InformasiPemimpin UmumA. Ridwan SiregarPemimpin RedaksiJonner HasugianSekretarisRasimanRedaksi AhliA. Ridwan Siregar (USU)Badollahi Mustafa (IPB)Belling Siregar (UNIMED)Ninis Agustini Damayani (UNPAD)Siti Sumarningsih (UI)Redaksi PelaksanaJonner HasugianZaslina ZainuddinZurni Zahara SamosirSirkulasiLaila HadriMucklisAlamat Redaksi/PenerbitDepartemen Studi Perpustakaan dan InformasiFakultas Sastra, <strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>Jl. <strong>Universitas</strong> 19, Kampus USU, Medan, 20155Tel. : 061-8223581 Fax : 061-8213108Situs Web: dspi.usu.ac.id/pustaha-jurnalE-mail: pustaha@dspi.usu.ac.id


Pengantar dari RedaksiHoras...<strong>PUSTAHA</strong>Pada bulan Desember 2006 ini, Jurnal <strong>PUSTAHA</strong> kembali hadir di hadapan pembaca. Edisi inimerupakan volume kedua, nomor dua dalam penerbitan jurnal <strong>PUSTAHA</strong> tahun 2006. Dalamedisi ini kami menyajikan lima tulisan dengan tema yang beragam akan tetapi tetap konsistendalam ruang lingkup Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Prof. Dr. Sulistyo-Basuki, MSLS, MA,guru besar pada Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya<strong>Universitas</strong> Indonesia membahas tentang kompetensi lulusan program studi ilmu perpustakaandan informasi. Drs. A. Ridwan Siregar, SH, MLib, memunculkan isu baru mengenai revitalisasiperan strategis perpustakaan dalam menunjang pembelajaran berbasis mahasiswa. Selanjutnya,Drs. Jonner Hasugian, MS membahas tentang peran kosakata (indeks) dalam sistem temu balikinformasi. Sedangkan dua tulisan lainnya berupa hasil penelitian dalam bidang kajian penggunamencakup kebutuhan informasi dan pemanfaatan katalog online yang masing-masing dihasilkanoleh saudara Ishak dan Desriyeni.Para pembaca yang budiman, sebagaimana telah kami sampaikan pada edisi sebelumnya bahwasudah menjadi harapan dan tekad kami untuk menyajikan tulisan-tulisan yang bernas danseimbang pada sejumlah kajian di bidang perpustakaan dan informasi pada edisi selanjutnya.Untuk itu, Redaksi Jurnal <strong>PUSTAHA</strong> mengundang para akademisi dan pemerhati bidangperpustakaan dan informasi untuk menyumbangkan hasil penelitian, gagasan, dan pemikirannyamelalui jurnal ini. Akhir kata, saran dan kritik pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikanjurnal ini, baik dari segi tampilan maupun muatan. Selamat membaca.Redaksiii


Daftar Isi<strong>PUSTAHA</strong>Jurnal Studi Perpustakaan dan InformasiVolume 2, No. 2, Desember 2006ISSN: 1858–1447Susunan RedaksiPengantar dari RedaksiDaftar Isi1. Kemampuan Lulusan Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di EraGlobalisasi InformasiSulistyo-Basuki2. Revitalisasi Peran Strategis Perpustakaan dalam Menunjang PembelajaranBerbasis MahasiswaA. Ridwan Siregar3. Penggunaan Bahasa Alamiah dan Kosa Kata Terkendali dalam Sistem TemuBalik Informasi Berbasis TeksJonner Hasugian4. Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Pengguna dalam Pamanfaatan LayananKatalog Online: Studi Deskriptif Analitis Pemanfaatan Katalog Online padaPerpustakaan Pascasarjana <strong>Universitas</strong> PadjadjaranDesriyeni5. Kebutuhan Informasi Mahasiswa Progam Pendidikan Dokter Spesialis(PPDS) FK-UI dalam Memenuhi Tugas Journal ReadingIshakiiiiii5265728190Petunjuk untuk Penulis 102iii


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Kemampuan Lulusan Program Studi Ilmu Perpustakaan danInformasi di Era Globalisasi InformasiSulistyo-BasukiFakultas Ilmu Pengetahuan Budaya<strong>Universitas</strong> IndonesiaAbstractThe Graduation of Library and Information Science Study Program in era of informationglobalization is required to have competence in Information and Communication Technology(ICT). The competence of ICT which is required to possess by graduation includes, basiccompetence of ICT, word processing, e-mail, internet and intranet, graphic, presentation,publication and project management, spreadsheet, and database. For librarian as graduationwho wants to develop their ICT competence, they are able to develop themselves until systemmaintenance, design and development of application in Web and system analysis andprogramming.Keywords: Competence, Library and Information Science1. PendahuluanDalam pertemuan tahun 2005 di Jakarta antarapara pengelola program studi ilmu perpustakaanhampir seluruh Indonesia disepakati untukmenggunakan istilah ilmu perpustakaan daninformasi dengan maksud bahwa ilmuperpustakaan dan informasi tidak semata-mataterbatas pada ilmu perpustakaan melainkanjuga ilmu informasi. Hubungan antara keduailmu tersebut dapat diibaratkan sepertisekeping koin yang bersisi dua, masingmasingsisi memiliki gambar dan ciritersendiri, namun tetap merupakan kesatuan(Saracevic, 1999).Sebagai program studi, sebutan yangdigunakan berbeda; ada yang menggunakanjurusan, program studi, departemen. Pengelolanyapun berbeda, ada yang masuk Fakultas IlmuKomunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik,Fakultas Sastra, Fakultas Ilmu PengetahuanBudaya. Dalam kesepakatan yang diambil padatahun 2002, dinyatakan tidak ada pengaruhpada kompetensi kelulusan selama setiapprogram studi menggunakan kurikulum yangsama. Tahun 2002 disepakati kurikulum dasarprogram studi ilmu perpustakaan dan informasi(Konsorsium 2002) yang terdiri dari 60 kredit.Sisanya diserahkan kepada masing-masinglembaga. Hal tersebut menunjukkan perubahandalam kebebasan menyusun kurikulum (Sulistyo,2006). Kurikulum dituangkan ke mata kuliah,dari mata kuliah dihasilkan kompetensilulusan.2. Kompetensi2.1. Pengertian KompetensiPendekatan berbasis kompetensi dalam duniakerja maupun dunia pendidikan adalah untukpeningkatan mutu dan penyiapan angkatankerja yang handal atau angkatan kerja kelasdunia (world-class workforce), dan juga untukmeningkatkan keterampilan (reskilling) dariangkatan kerja yang telah ada, sehinggatenaga kerja itu memiliki dasar keterampilanyang jauh lebih baik atau dapat bersaing di eraglobal.Kompetensi menurut Richards dan Rodgers(2001) terdiri atas keterampilan, pengetahuan,sikap dan tingkah laku inti yang dibutuhkanbagi terwujudnya sebuah kinerja yang efektifdalam melaksanakan tugas atau kegiatannyata. Kompetensi dalam kehidupan seharihariterefleksikan dari kebiasaan berpikir danbertindak. Pendekatan kompetensi ini tidaklahir dari teori baru, tetapi dari tuntutan duniakerja yang nyata dan juga persaingan globalyang semakin tinggi. Untuk memastikanHalaman 52


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Ada lima jenis ciri kompetensi, yaitu motif,ciri, konsep diri, pengetahuan dan keterampilan.Kompetensi pengetahuan dan keterampilan itusecara relatif tampak di permukaan. Konsep diri,ciri-ciri dan motif itu tersembunyi, melekat dalamkepribadian (Spencer & Spencer, 1993).1. Motif: hal yang selalu dipikirkan ataudiinginkan seseorang yang dapatmelahirkan kegiatan.2. Ciri: ciri fisik dan tanggapan yang ajegdimiliki terhadap sebuah keadaan atausituasi.3. Konsep diri: sikap, nilai-nilai atau citradiriseseorang.4. Pengetahuan: informasi yang dimilikiseseorang dalam bidang-bidang khusus.5. Keterampilan: kemampuan untukmelaksanakan kegiatan fisik atau mentaltertentu.Menurut pengertian di atas, faktor kompetensiyang sangat penting bagi perorangan maupunorganisasi dalam mencapai keberhasilan,meliputi: pengetahuan teknis (terutama untukkompetensi dalam bidang teknologi informasi),pengkoordinasian pekerjaan, penyelesaian danpemecahan masalah, komunikasi dan layanan(untuk mencapai kepuasan pengguna), danakuntabilitas (pengambilan keputusan danpertanggung-jawaban atasnya).Dengan demikian, kompetensi yang dimilikioleh setiap tenaga perpustakaan akanmenunjukkan kualitas tenaga perpustakaanyang sebenarnya. Kompetensi tersebut akanterwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan,keterampilan maupun sikap profesional dalammenjalankan fungsi sebagai tenaga perpustakaan.Berdasarkan pengertian tersebut, standarkompetensi tenaga perpustakaan adalah suatupernyataan tentang kriteria yang dipersyaratkan,ditetapkan dan disepakati bersama dalam bentukpenguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikapbagi seorang tenaga kependidikan sehingga layakdisebut berkompeten.3. Teknologi Informasi dan Komunikasi3.1. DefinisiIstilah teknologi informasi dan komunikasimerupakan terjemahan istilah communicationand information technology, disingkat ICTlazim ditemukan pada dokumen resmi UniEropa. Istilah lain yang banyak digunakanadalah teknologi informasi, merupakanterjemahan istilah information technologylazim digunakan di Amerika <strong>Utara</strong>. Ada jugaistilah informatika, banyak ditemukan diliteratur Prancis dengan sebutan informatique.Istilah serupa dikenal di eks blok sosialis,semula pengertiannya menyangkut dokumentasinamun kini disamakan dengan pengertianteknologi informasi dan komunikasi. DiIndonesia pada tahun 2000-an populer istilahtelematika yang merupakan sinergi antarakomputer dan telekomunikasi.Teknologi informasi dan komunikasi(selanjutnya disebut TIK) merupakankombinasi perangkat keras dan perangkatlunak komputasi dengan kemampuan jaringankomunikasi yang digunakan untuk berbagaikeperluan. Dalam konteks pendidikan, TIKdigunakan untuk pengajaran, pembelajarandan pelatihan dengan cara penyampaian ataupengantaran materi digital.3.2. TIK dalam KurikulumDalam kurikulum nasional ilmu perpustakaandan informasi, sedikit-dikitnya tersedia 4Satuan Kredit Semester (SKS) untuk matakuliah TIK. Karena istilah yang sedangpopuler pada masa itu, maka digunakan istilahTelematika. Kurikulum tersebut tidak merinciapa saja yang dicakup. Usulan cakupan isikuliah TI pernah diberikan oleh Sulistyo(1999) sementara kebebasan menyusunkurikulum oleh masing-masing institusijustru belum berkembang (Sulistyo, 2006).4. Kompetensi (Pustakawan) Profesionalyang Ada4.1. CakupanDalam makalah ini pengertian pustakawanprofesional adalah pustakawan lulusansedikit-dikitnya program sarjana. Bagi merekayang lulusan program diploma (1 sampaidengan 3) diperlakukan sebagai paraprofesional.Makalah ini tidak membahaspendidikan penyetaraan atau penyesuaianyang lazim ditemukan di berbagai Pusat.Halaman 54


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Tabel – 1: Kompetensi Informasi dengan Tiga Sub-kompetensi1. Mengembangkankoleksi2 Mengorganisasiinformasia. Memiliki pengetahuan mengenai pengarang, literatur, penerbit danpenerbitan termasuk isinya yang sesuai dengan jenjang pendidikan diSD/MIb. Mengetahui karya sastra Indonesia dan dunia, baik versi lengkap maupunringkasan, yang sesuai dengan tingkat usia anak di SD/MI dengan tidakmemandang medianya (cetak, multimedia, elektronik)c. Mampu menggunakan berbagai sumber untuk membantu pemilihan materiperpustakaan serta pengembangan koleksi perpustakaan, sesuai denganjenjang pendidikan di SD/MId. Mengetahui materi perpustakaan baru yang relevan dengan kurikulumserta minat siswa, guru, dan komunitas sekolah lainnya.e. Mengkoordinasi pemilihan bahan perpustakaan dengan bekerjasamadengan guru bidang studi terkait.f. Mampu mengevaluasi dan menyeleksi sumber daya informasig. Mampu membuat kriteria tentang buku dan lembaga donorh. Mampu bekerja sama dalam pengembangan koleksii. Mampu melakukan pemesanan, penerimaan dan pencatatanj. Mampu mendayagunakan teknologi tepat guna untuk keperluan pengadaanbahan perpustakaana. Mampu membuat deskripsi bibliografis (pengatalogan) sesuai denganstandar nasional, sampai pada tingkat pertama.b. Mampu menentukan subjek dan menggunakan bagan klasifikasi desimalDewey, (Dewey Decimal Classification) sampai ringkasan ketiga.c. Mampu menggunakan daftar tajuk subjek dalam bahasa Indonesia.d. Mampu menjajarkan (filing) kartu katalog.e. Terampil membuat indeks majalah dan surat kabarf. Terampil membuat anotasi.g. Mampu memberdayakan teknologi tepat guna.Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) diprovinsi maupun di Perpustakaan Nasionalyang memungkinkan seseorang yang bergelarsarjana atau sarjana muda non-ilmuperpustakaan menjadi pustakawan (fungsional)setelah mengikuti kursus selama 732 jam.4.2. Tenaga Perpustakaan SekolahDi Indonesia dikenal 5 jenis perpustakaanyaitu perpustakaan nasional, perpustakaanumum, perpustakaan khusus, perpustakaanperguruan tinggi, dan perpustakaan sekolah.Dari kelima jenis perpustakaan tersebut, yangsudah mengembangkan pedoman kompetensibaru perpustakaan sekolah sementara yanglainnya masih belum tertulis. Pengecualianmungkin dengan perpustakaan perguruantinggi yang sedang mengembangkan kompetensimereka (lihat butir 4.4.).Walaupun selama ini perpustakaan sekolahmendapat perhatian yang kurang denganakibat kemajuannya lebih terhambatdibandingkan dengan perpustakaan khususdan perguruan tinggi, namun pada masamendatang akan diperlukan banyak tenagapustakawan terutama untuk perpustakaanSMA. Tim Teknis Perpustakaan Sekolah(2006) telah membuat usulan kompetensitenaga perpustakaan sekolah 1 sebagai berikut:Indikator Kompetensi Tenaga PerpustakaanKompetensi tersebut terdiri atas:A. Kompetensi informasi dengan subkompetensi:1. pengembangan koleksi2. organisasi informasi3. jasa informasi1 Dalam perundang-undangan digunakan istilahtenaga perpustakaan sekolah, bukan pustakawansekolah.Halaman 55


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006B. Kompetensi manajemen dengansubkompetensi:1. melaksanakan kebijakan2. manajemen sumber daya3. keuangan dan anggaranC. Kompetensi pendidikan dengansubkompetensi:1. memiliki wawasan pendidikan2. mengembangkan keterampilan informasi3. bimbingan dan promosi penggunaanperpustakaan memiliki kemampuanberinisiatifContoh di atas sekadar menunjukkan bahwakompetensi teknologi informasi di tingkat SDhanya merupakan bagian kecil darikompetensi keseluruhan. Untuk tingkat SMAsaat ini sedang dalam taraf penyusunan.Di beberapa negara bagian AS, terdapatdaftar kompetensi pustakawan sekolah. Daftartersebut tidak ada yang seragam karena diaturoleh masing-masing negara bagian. untukperpustakaan sekolah masih dibagi-bagi lagi,termasuk aras kompetensinya.4.3. Special Libraries AssociationSpecial Libraries Association (SLA) dalamCompetencies for Special Librarians of the21st century membagi dua jenis kompetensiyaitu:a. Kompetensi profesional yang berkaitandengan pengetahuan pustakawan khususdalam bidang sumber informasi, aksesinformasi, teknologi, manajemen dan risetserta kemampuan penggunaan bidangpengetahuan tersebut sebagai dasarmenyediakan jasa informasi dan perpustakaan;b. Kompetensi perorangan (personal) terdiridari himpunan keterampilan, sikap dannilai yang memungkinkan pustakawanbekerja secara efisien.Special Libraries Association (2005)menyatakan profesional informasi menggunakaninformasi dalam pekerjaannya untukmemajukan misi organisasi. Profesionalinformasi mencapai tujuan ini melaluipengembangan, penyebaran dan manajemensumber dan jasa formasi. Dalam pengertianprofesional informasi ini termasuk pulapustakawan.4.4. Perpustakaan perguruan tinggiSaat ini beberapa pustakawan perguruantinggi di Indonesia tengah menyusunkompetensi pustakawan perguruan tinggi.Hasilnya masih belum diumumkan.5. Kemampuan TIK yang Diharapkan5.1. Asal UsulKemampuan TIK yang diharapkan daripustakawan Indonesia ini diajukanberdasarkan usulan yang pernah dikemukakanoleh penulis, pembahasan dengan beberaparekan pengajar dari beberapa lembagapendidikan pustakawan Indonesia yang dipilihsecara kebetulan, diskusi dengan rekanpengajar dari beberapa negara Asia Tenggaradalam pertemuan internasional di Bangkok(2005), Manila (2006) dan Singapura (2006)serta komunikasi informal dengan rekanpengajar dari Malaysia. Hasilnya diberikanpada butir 5.2. Survei serupa yang lebihmendalam pernah dilakukan antara lain untukkawasan Afrika Sub-Sahara (Minishi-Majanja, 2004), Malaysia (Ahmad Bakeri,2005; Roesnita, 2005).5.2. Urutan Kompetensi TIK(1) Kompetensi dasar TIKDalam kompetensi ini tercakupkemampuan:a. Menggunakan perambang (browsers)Web serta mengetahui fungsinya.b. Mengumpulkan data dari berbagaisumber.c. Meninjau dan menilai penggunaanTIK di perpustakaan.d. Memahami sistem operasi komputer.e. Menggunakan perangkat lunak komputer,memahami perangkat keras danantarmuka komunikasi.f. Analisis data.g. Menggunakan perangkat lunakpemampatan (compression) datah. Memasang dan memelihara mesincetak (printer).i. Memahami teknik yang digunakanoleh analis dan desainer sistem.j. Memahami konsep dasar analisissistem.Halaman 56


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006k. Menyediakan bantuan teknis dalampemasangan dan pemeliharaan.(2) Kompetensi olah kata (word processing)Ini merupakan kemampuan dasar yangharus dikuasai oleh profesional informasi,terutama kemampuan menggunakan MicrosoftWord. Penguasaan pengolah kata untukmenciptakan dokumen menggunakan fitursemacam printer control, mail merge, grafikdan indeks. Mungkin bagi perpustakaan lainyang tidak menggunakan Microsoft Worddapat menggunakan perangkat olah katalain seperti WordPerfect dan LotusWordPro walaupun kurang populer(Ahmad Bakeri, 2005).(3) Kompetensi surat elektronik (e-mail)Dalam kompetensi ini termasuk kemampuan(a) memasang serta menggunakan suratelektronik, (b) menggunakan MicrosoftOutlook Express. Di Malaysia adatuntutan kemampuan menggunakan LotusNotes (Ahmad Bakeri, 2005).(4) Kompetensi internet dan intranetInternet serta sumber berjaring (networkedresources) lainnya merupakan inovasiyang sangat mempengaruhi profesionalinformasi pada akhir abad 20 dan awalabad 21. Penguasaan internet dan intranetmerupakan hal vital. Kemampuan yangdiharapkan mencakup:a. Menggunakan internet untukmengakses sumber elektronik.b. Menggunakan internet untuk menelusurinformasi dengan menggunakan mesinpencari (search engines).c. Menggunakan internet untuk akses kejasa terpasang/dalam jaringan (online)lokal maupun asing. Contoh akses keberbagai situs surat kabar dalam danluar negeri.d. Menggunakan internet untuk katalogisasidan klasifikasi. Bila lembaga pendidikanpustakawan di Indonesia mampumenyediakan fasilitas internet yangcukup bagi mahasiswanya, makaperkuliahan katalogisasi dan klasifikasiakan jauh dipermudah. Kini bukanlagi katalogisasi asli (originalcataloguing) yang dilakukan melainkankatalogisasi menyalin (copy cataloguing).Pengajaran klasifikasi juga dipermudahkarena beberapa perpustakaan nasionalseperti The British Library menyediakandata bibliografis lengkap termasuk notasiDDC; bahkan OCLC WorldCat sudahmenyatakan bahwa akses ke pangkalandatanya sudah gratis (Korynta, 2006).e. Menggunakan file transfer protocolatau FTP.f. Mendayagunakan teknik penelusuranyang efektif. Banyak pemakaimenganggap dengan kehadiranInternet maka bantuan pustakawantidak lagi diperlukan. Pemakai lupabahwa dengan menggunakan mesinpencari yang tersedia, merekamenemukan jutaan dokumen, namunsebahagian besar, dengan perolehantinggi namun nisbah presisi sangatrendah sehingga hasil yang ditemukanlebih banyak sampahnya (junk).Berdasarkan pengalaman tidakbanyak pemakai yang mau memeriksalebih dari 100 entri, apalagi yangjutaan! Dalam hal demikian pustakawandiharapkan mampu memilih danmendayagunakan mesin pencari yangsesuai.g. Menggunakan internet untuk menjawabpertanyaan referens. Ada beberapaensiklopedia yang dapat diaksessecara cuma-cuma di internet, bahkanada ensiklopedi yang dapat diisi olehsiapa saja.h. Memahami intranet. Hal ini tidakmutlak karena tidak semua lembagamemiliki fasilitas intranet yang dapatdiakses oleh perpustakaan.i. Penggunaan papan buletin (bulletinboard), newsgroup. Saat ini dikalangan pustakawan Indonesia sudahtersedia berbagai kelompok berita.j. Kemampuan tambahan lain sepertiadministrasi situs web, penggunaaninternet untuk menciptakan halamanweb, penggunaan perangkat lunakvideokonferensi.(5) Kompetensi graf(ik).Kompetensi grafik mencakup:a. Penggunaan program grafik bisnisb. Pemahaman grafik komputerc. Menggunakan aplikasi gambar 2D/3DHalaman 57


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006d. Menggunakan perangkat lunakpemetaaan.(6). Kompetenasi penyajian (presentasi)Pustakawan diharapkan memiliki kemampuanmenyajikan hasil temuannya dalam bentukpresentasi menggunakan komputer. Kompetensipenyajian mencakup:a. Penggunaan Microsoft Power Pointb. Pemahaman perangkat lunak pemindaian(scanning) dan OCRc. Menggunakan Printshop Prod. Menggunakan Adobe PhotoshopAda lembaga yang menuntut penguasaanMacromedia Director dan HarvardGraphics, namun tidak semuanyamenyepakati tuntutan tersebut.(7). Kompetensi penerbitanKompetensi penerbitan sebenarnya setaradengan kompetensi penyajian, hanya sajapenerbitan dianggap lebih memerlukankeahlian daripada penyajian sertapemanfaatannya lebuih sedikit dibandingkandengan penyajian. Dalam kompetensi initercakup:a. Penggunaan perangkat lunak penerbitanWeb.b. Menulis dan menerbitkan di situsInternet.c. Menggunakan Adobe Pagemaker.Menyangkut penerbitan, beberapa lembagapendidikan di Inggris, Amsterdam danLeipzig sudah mulai menawarkanprogram Publishing Studies (Johnson,1997). Keahlian lain yang jarang disebutseperti penggunaan perangkat lunakDesktop dan Microsoft Frontpage. DiIndonesia menulis dan menerbitkan diinternet muncul dalam bentuk blog yangjumlahnya semakin meningkat termasukdi kalangan pustakawan.(8). Kompetensi manajemen proyek danlembar elektronik (spreadsheet)Kemampuan menguasai kompetentsi inidianggap moderat. Penguasaan yang diacuadalah penggunaan Microsoft Project 98,Microsoft Excel dan Lotus 1-2-3.Penguasaan atas program tersebutmerupakan keunggulan tambahan bagipustakawan. Microsoft 98 digunakanuntuk perencanaan dan pengelolaansebuah proyek, terutama untuk pustakawanyang berkecimpung dalam bidangperencanaan.(9). Kompetensi pangkalan dataBagi pustakawan konsep pangkalan datasebenarnya bukanlah masalah asing hanyasaja pengertian pustakawan sering lebihsempit. Pustakawan sejak semulamengelola katalog, padahal katalog adalahsebuah pangkalan data. Kemampuan yangdiharapkan adalah memasang, memeliharadan mengembangkan pangkalan datatermasuk kegiatan pemantauan, mengatasikesulitan (troubleshooting), dokumentasipangkalan data serta tugas lain yangberkaitan bila dijabarkan mencakup:a. Memasang, memelihara dan administrasipangkalan data.b. Menggunakan Microsoft Access.c. Menggunakan FoxPro.d. Menggunakan alat (tool) desainpangkalan data server/pemakai.e. Penggunaan alat pengembanganaplikasi visual.(10). Kompetensi pemeliharaan sistem(system maintenance)Bagian ini dianggap tidak penting bagipustakawan karena kompetensi tersebutmerupakan ranah ilmu komputer.Pustakawan berpendapat kompetensimendesain dan mengembangkan aplikasiserver/pemakai serta menciptakan danmengembangkan integrasi sistem sebagaikurang relevan dengan pekerjaanpustakawan. Pustakawan berpendapatdalam mengembangkan sistem, diadapat memberikan masukan selanjutnyaterpulang pihak komputer untukmengembangkannya.(11). Kompetensi desain dan pengembanganaplikasi dalam lingkungan Web.Di sini kompetensi yang dianggappaling penting adalah kemampuanmembangun situs Web. Kompetensilain yang diharapkan ialah:a. Penggunaan PERL.b. Menciptakan situs Web yangmenggunakan struktur pangkalandata.c. Memahami jasa penerbitan Web.Halaman 58


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006d. Menggunakan HTML.e. Menciptakan Communication GatewayInterfaces (CGI).f. Menggunakan Java language untukaplikasi internet.g. Mengembangkan Visual Basic atauJscript menggunakan ASP.h. Penggunaan Activex Control.i. Memahami Graphic UtilityInterface (GUI) pada aras aplikasi.(12). Kompetensi analisis sistem danpemrogramanDi Malaysia (Ahmad Bakeri, 2005)menganggap kompetensi ini penting,walaupun untuk Indonesia banyak yangmenganggap kompetensi tersebutsebagai kompetensi ilmu komputer.Adapun kompetensi yang diharapkanialah:a. Memahami isu siklus hidup sertapermasalahan perangkat lunak.Melakukan analisis aplikasi danpemodelan data konseptual.b. Menggunakan Visual Basic.Menggunakan UNIXc. Modifikasi perangkat lunak gunamemenuhi permintaan pemakai.d. Desain dan mengembangkanproduk perangkat lunak/Menggunakan INFORMIX 4GLMenggunakan Powerbuildere. Menggunakan Progress 4GLMenggunakan RPG/400f. Menggunakan C++g. Menggunakan COBOLDari butiran 12 nampak bahwa beberapaprogram tidak selalu tersedia diperpustakaan. Misalnya untuk RPG400harus mengikuti kursus di pusat komputeruniversitas atau ke penjajanya (vendor).6. AnalisisDari uraian di atas, kompetensi TIK yangdiperlukan untuk pustakawan tertera padaTabel- 2.Tabel-2: Kompetensi TIKNo. K o m p e t e n s i1 Kompetensi dasar TIK2 Kompetensi olah kata (word processing)3 Kompetensi surat elektronik (e-mail)4 Kompetensi internet dan intranet5 Kompetensi graf(ik).6 Kompetenasi penyajian (presentasi)7 Kompetensi penerbitan8 Kompetensi manajemen proyek danlembar elektronik (spreadsheet)9 Kompetensi pangkalan data10 Kompetensi pemeliharaan sistem(system maintenance)11 Kompetensi dalam desain danpengembangan aplikasi dalamlingkungan Web12 Kompeteni analisis sistem danpemrogramanTuntutan kompetensi TIK muncul akibatperkembangan TIK sehingga pada beberapaperpustakaan bertanggung jawab atas fungsikomputasi berkaitan dengan jasa perpustakaan(Renaud, 2006). Penggabungan perpustakaandan pusat komputer sebagaimana dikatakanRenaud tidak selalu berjalan lancar karenapustakawan harus membiasakan dirimembagi ruang, bekerja di luar perpustakaanseperti memberikan kuliah penelusuraninformasi di ruang kuliah dan laboratorium,orientasi mahasiswa pada sumber informasiserta membantu mahasiswa yang sedangmelakukan penelitian.Kemampuan mendayagunakan TIK sertamendayagunakan informasi secara efektifmerupakan keterampilan utama sehinggapustakawan tidak lagi disebut pekerjainformasi melainkan pekerja pengetahuan atauknowledge workers (Abell, 1998).Kompetensi TIK bagi pustakawan dimulaidari kompetensi dasar TIK sampai dengankompetensi dalam lembar elektronik(spreadsheet) dan manajemen proyek. Didalamnya sudah termasuk kemampuan olahkata, surat elektronik, internet, grafik,penyajian dan penerbitan. BerdasarkanHalaman 59


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006wawancara secara kebetulan denganmahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan dibeberapa lokasi, mereka menekankan padakemampuan internet. Kemampuan internetdiperlukan dalam era globalisasi dalam wujud(a) menggunakan internet untuk menelusurinformasi dengan menggunakan mesin pencari(search engines), (b) menggunakan internetuntuk akses ke jasa terpasang/dalam jaringanlokal maupun asing, (c) menggunakan internetuntuk katalogisasi dan klasifikasi, (d)menggunakan file transfer protocol atau FTP,(e) mendayagunakan teknik penelusuran yangefektif, (f) menggunakan internet untukmenjawab pertanyaan referens.Kemampuan “dasar” TIK bagi pustakawanmencakup butir 1 sampai dengan 9 sedangkankompetensi 10 s.d. 12 diperlukan bagipustakawan yang ingin mengembangkankemampuan TIK-nya lebih lanjut. Berdasarkanpengalaman lapangan di Jakarta dan Bogor,terdapat lulusan JIP yang sudah mampumenguasai kompetensi tersebut. Hasil karyamereka terlihat pada beberapa sistem otomasidi berbagai perpustakaan. Misalnya diperpustakaan IPB yang mengembangaknsistem otomasi bahkan menjualnya keperpustakaan lain.Kemampuan 1 s.d. 9 ditambah dengankemampuan komunikasi dan menyampaikankeinginan pustakawan kepada analis sistemdan pranata komputer dapat dijumpai diperpustakaan perguruan tinggi yangmengembangkan sistem ing-griya (in-houseprogram). Contoh terdapat di perpustakaan<strong>Universitas</strong> Bina Nusantara di Jakarta,<strong>Universitas</strong> Kristen Petra di Surabaya, UnikaAtma Jaya dan <strong>Universitas</strong> Indonesia.Kemampuan TIK dari nomor 1 s.d. 4 jugadapat diterapkan pada mahasiswa bidangkesehatan (Oberprieler, 2005) serta petugasreferens dalam konteks lebih terbatas (Kohand Al-Hawamdeh, 2002).Kemampuan lain yang perlu dikuasaipustakawan adalah kemampuan keilmuanserta bahasa. Kemampuan keilmuanmenyangkut kepustakawanan, baik menggunakanTIK maupun tidak, yang bersumber pada ilmuperpustakaan dan informasi. Maka pengajarankepustakawanan tradisional yang lazimdikaitkan dengan kegiatan berbasis manualmasih diperlukan. Contohnya tugas referens,walaupun di internet tersedia banyak sumberreferens, dalam hal tertentu menggunakanbuku cetak lebih cepat. Contoh mencari asalusul kata atau letak sebuah pulau akan lebihcepat menggunakan materi tercetak daripadamateri di internet.Keberadaan TIK diharapkan tidak mengaburkanmisi perpustakaan yaitu menyediakan data daninformasi bagi pemakai. Karena pemakai tetapmerupakan tujuan utama maka tidaklahmengherankan bila pada banyak kompetensiyang dikembangkan oleh asosiasi pustakawanmaupun lembaga pendidikan pustakawan selaluada kompetensi menghubungkan pemakaidengan informasi, termasuk memahamibagaimana informasi diciptakan, disebarkanserta fasilitasi akses ke informasi (Moran Jr,2005).Tabel – 3: Frequency of English Use by Seven University LibrariansCommunication activities Very often Often Sometimes Rarely NeverSurfing the internet 6 1Corresponding through e-mail 1 2 4Chatting with fellow professionals 1 4 2Collaborating to build a new web 1 2 4Attending seminars at home/abroad 1 2 4Presenting works at international1 6conferencesGiving formal speeches 1 6Translating textbooks 1 6Translating journal articles 1 6Sharing ideas with experts 1 5 1Sumber: Rusmono (2004)Halaman 60


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Kemampuan berikutnya yang diperlukan ialahpenguasaan bahasa Inggris tulis dan lisan(Sulistyo, 1999, 2001). Bila pada saat iniprogram pascasarjana masih mensyaratkankelulusan tingkat TOEFL pada angka 450,maka angka tersebut belum banyakbermanfaat untuk membaca teks Inggrisdengan baik. Padahal hampir 80% literaturkepustakawanan tertulis dalam bahasa Inggris.Rusmono (2004) mengemukakan betaparendahnya penggunaan bahasa Inggris dikalangan pustakawan universitas (Tabel-3).Kompas (24 Agustus 2006) menulis di kolomtajuk rencana berjudul Daerah PerdaganganBebas atau Free Trade Area (FTA). Pasartunggal tersebut dipercepat realisasinya, daritahun 2020 menjadi 2015. Dalam pengertianpasar tunggal ASEAN akan terdapatpergerakan bebas dalam bidang perdagangan,barang dan nantinya manusia di kawasanASEAN. Hal itu berarti bahwa tenagaprofesional informasi (termasuk pustakawan)bebas bergerak di seantero ASEAN. Ituberarti bahwa Indonesia akan didatangipustakawan dari negara jiran. Itu berartibahwa pustakawan Indonesia menghadapipersaingan pustakawan yang relatif hidupdalam lingkungan berbahasa Inggris sepertiFilipina, Singapura, dan juga Malaysia. Makatuntutan kemampuan TOEFL pada angka 450harus dinaikkan menjadi setidak-tidaknya 500atau kini 550. Itu berarti bahwa pustakawanIndonesia harus belajar terus menerusmengasah kemampuan bahasa Inggrisnya bilamau bersaing dalam pasaran bebas.Persaingan sesama pustakawan akanberlangsung lebih ketat manakala FTA yangdiusulkan Jepang mencakup 16 negara yaitu10 negara ASEAN ditambah Cina, India,Korea Selatan, Jepang, Australia dan NewZeland.Menyangkut TIK, negara seperti Singapuradan Malaysia sudah mendayagunakan TIKuntuk keperluan pengolahan dan penyimpananinformasi sehingga memaksa lembagapendidikan mereka menekankan banyak aspekTIK. Maka pustakawan Indonesia perlumenguasai kompetensi TIK (Tabel – 1) danmengembangkan diri sampai kompetensinomor 12. Sudah tentu tidak semuapustakawan harus menguasai sampaikompetensi nomor 12, namun untukkompetensi 1 s.d. 9 merupakan hal yangmutlak wajib.Di segi lain, pasar terbuka ASEAN tidaksemuanya dimasuki pesaing, terutama untuksektor pemerintahan (Sulistyo, 2001). Namundemikian sektor swasta akan menuntutkompetensi TIK yang lebih tinggi karenarelatif mereka lebih cepat menggunakan TIKdaripada sektor pemerintah,Bagi lembaga pendidikan (pustakawan), mautidak mau harus berbenah diri dalampengembangan kurikulum menyangkut TIKtermasuk penyediaan sarana pembelajaran danpengajarnya. Bila memperhatikan iklanlowongan pustakawan, lazimnya selaludicantumkan syarat memahami TIKmenyangkut pengoperasian komputer danInternet, bahkan sampai ada yang lebihspesifik menguasai CDS/ISIS, terlepas darikelemahan CDS/ISIS. Bila kompetensiinternet yang diinginkan, maka fasilitas untukpraktik internet harus disediakan olehlembaga pendidikan. Pengajar lain juga harusbersiap pula misalnya pengajar referens yangharus tahu bagaimana menelusur menggunakanberbagai mesin pencari, mengenali pangkalandata tersembunyi, fasilitas OA (OpenArchives), jurnal yang dapat diakses secaragratis, dll. Untuk katalogisasi dan klasifikasijuga dapat memanfaatkan katalog berbagaiperpustakaan besar yang dapat diunduhtermasuk OCLC World Cat yang terbukauntuk umum mulai tahun 2006 tanpa bayaran.Keberadaan TIK di lembaga pendidikan jugaseharusnya dapat dikembangkan ke arah e-learning artinya istilah generik yang berkaitandengan pembelajaran berbantuan teknologisebagai larik alat pengajaran danpembelajaran seperti telepon, audio danvideotape, teleconference, transmisi satelitdan pelatihan berbasis web atau pengajaranberbantuan komputer, dikenal juga sebagaipengajaran terpasang (dalam jaringan). DiIndonesia e-learning sudah dikenal setidaktidaknyasejak tahun 2000 atau sebelumnya,sudah dikembangkan oleh berbagai programstudi (setidak-tidaknya berjumlah 60) namunHalaman 61


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006belum satupun jurusan ilmu perpustakaan daninformasi yang sudah mengarah kesana.Makalah ini banyak membahas kompetensiTIK untuk keperluan pustakawan. Hal itutidak berarti bahwa penulis mengabaikankeberadaan ribuan perpustakaan yang masihdalam situasi merana; jangankan komputer,anggaran untuk membeli buku pun masihbelum tersedia. Di satu sisi, pustakawan perlumenguasai kompetensi TIK, di sisi lainpustakawan harus berusaha menularkankemampuan TIK-nya pada pustakawan lain.Pustakawan yang memiliki kompetensi TIKmasih memiliki tugas lain yaitu menjembatanikesenjangan digital antara kelompok yangmemiliki akses ke TIK dengan kelompokyang tidak memiliki akses ke TIK. Dengancara demikian, pustakawan Indonesiaberupaya mencegah kesenjangan digital.Dengan pemakai sebagai tujuan utamapustakawan, maka upaya menjembatanikesenjangan digital akan mencegah tidakterjadinya asimetri informasi di kalanganpemakai.7. PenutupIstilah teknologi informasi dikenal puladengan istilah informatika, teknologiinformasi dan komunikasi serta telematika.Kompetensi teknologi informasi dankomunikasi yang dituntut dari pustakawanmencakup kompetensi dasar TIK, olah kata(word processing), surat elektronik (e-mail),internet dan intranet, graf(ik), penyajian(presentasi), penerbitan dan manajemenproyek dan lembar elektronik (spreadsheet)dan pangkalan data. Bagi pustakawan yangingin mengembangkan kompetensi TIK-nyadia dapat mengembangkan diri sampai dengankompetensi pemeliharaan sistem (systemmaintenance), dalam desain dan pengembanganaplikasi dalam lingkungan Web dan analisissistem dan pemrograman. Dalam kaitannyadengan Pasar Terbuka ASEAN yang akandilaksanakan pada tahun 2015, maka disamping kompetensi TIK diperlukan duakompetensi lain yaitu kompetensi keilmuanmenyangkut ilmu perpustakaan dan informasiserta kemampuan bahasa Inggris. Denganberbekal tiga kompetensi (TIK, keilmuan dankebahasaan) maka pustakawan Indonesia siapbersaing dalam pasaran global, khususnyayang berkaitan dengan Pasar Terbuka ASEANtanpa melupakan perkembangan jenisperpustakaan lain yang relatif masihtertinggal, termasuk kesenjangan digital danasimetri informasi.RujukanAbell, Angela.1998. “Skills for the 21stcentury.” Journal of Librarianship andInformation Science, 30 (4) December:211-214.Ahmad bakeri Abu Bakar. 2005. “ITcompetencies in academic libraries:Malaysian experience.” LibraryReview, 54 (4): 267-276.Andretta, Susie and Cutting, Andrew. 2003.“Information literacy: a plug-and-playapproach. Libri, 43 (3): 202-209.Brown, H.D. 1991. TESOL at twenty-five:What are the Issues? TESOL Quarterly,25, pp. 245-260.Canagarajah, A.S. 2006. TESOL at Forty:What are the issues? TESOL Quarterly,40(1), pp.9-34.Cooper, J.D. 2000. Literacy: HelpingChildren Construct Meaning. Boston:Houghton Mifflin Company.Darling-Hammond, L. B. Berry, A. Thoreson,2001. Does teacher certification matter?Evaluating the evidence. EducationalEvaluation and Policy Analysis, 23(1),57-77.Diao, A.L. and Chandrawati, T. (2005).Current state of information literacyawareness and practices in Indonesianprimary and secondary public schoolsjakarta. (to be published).Djunaidi. 2001. Jabatan Fungsional Pustakawan.Jurnal Kepustakawanan dan MasyarakatMembaca. 17 (2): 27-34.Edwards, M.R. and Ewen, A.J. (1996). 360 0feedback: the powerful new model foremployee assessment and performanceimprovement. New York: Amacom.Engevik, A. 2001. “Arkeoland: et digitaltressursbibliotek for nordisk arkeologi =Archaeoland: a digital resource libraryof Nordic archaeology.” Synopsys 32(2):86-91.Halaman 62


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Fasheh, M.J. 1995. The reading campaignexperience within Palestinian Society:Innovative Strategies for learning andBuilding Community. Harvard EducationalReview, 65(1): 66-92.Goldhaber, D.D. & D.J. Brewer, 2000. Doesteacher certification matter? Highschool teacher certification status andstudent achievement. EducationalEvaluation and Policy Analysis, 2000,22(2):129-145.Goodson, I.F., 1997. In ChangingCurriculum: Studies in SocialConstruction. New York: Peterlang.Harris, B.M. & B.J. Monk, 1992. PersonnelAdministration in Education: Leadershipfor Instructional Improvement. Boston:Allyn and Bacon.Hockey, Susan. 2001. “UT and the educationof librarians.” Relay, the Journal of theUniversity, College & Research Group,(51):9-11Johnson, Ian. 1997. “Peering into the mist andstruggling through IT – the educationand training of the future informationprofessional.” Journal of Librarianshipand Information Science, 29 (1):3-7.Koh Lay Tin and Suliman Al-Hawamdeh.2002. “The changing role ofparaprofessionals in the knowledgeeconomy.” Journal of InformationScience, 28 (4):331-343Kompas, 24 Agustus 2006.Konsorsium Sastra dan Filsafat. 2001.Kurikulum bidang sastra dan filsafat.Tidak diterbitkanKoryntah, Waryn. Komunikasi pribadi.Agustus 2006Kravetz Associates .1999. Building a jobcompetency database: what the leadersdo. .(25/10/2005).Minishi-Majanja, Mabel K. And Ocholla,Dennis N. 2004. “Auditing of informationand communication technologies inlibrary and information scienceeducation in Africa.” Education forInformation 22 (3,4) December:187-221Moran Jr, Robert F. 2005. “Corecompetencies. Where is our future?Library Administration and Management,Summer, 19 (3)”146-148.Oberprieler,Gudrun; Masters, Kent and Gibbs,Trevor. “Information technology andinformationliteracy for first year healthscience students in South Africa:matching early and professional needs.”Medical Teacher, 7\27 (7):595.Perpustakaan Nasional RI, 2002. Hasil KajianKebutuhan Fungsional Pustakawan diPerpustakaan Perguruan TinggiNegeri.Perpustakaan Nasional. 2002. PedomanPembinaan Tenaga FungsionalPustakawan. Jakarta Perpunas RI.Rebore, R.W. 2004. Human ResourcesAdministration in Education: aManagement Approach. Boston:Pearson.Renaud, Robert E. 2006. “Shaping a newprofession: the role of librarians whenthe library and center merge.” LibraryAdministration & Management, 20 (2)Spring 006:65-74.Rusmono, Doddy. 2004. “How universitylibrarians communicate in English: anIndonesian version of challenge andreality.” Makalah The 9th English inSoutheast Asia : The Text and Contextof English Lanaguage Studies inSoutheast Asia., Yogyakarta, 2004.Roesnita, Ismail and Zainal, A. N. “Theappern of E-book use amongstundergraduates in Malaysia: a case ofto know is to use.” Malaysian Journalof Library & Information Science, 10(2) December:1-23Saracevic, Tefko. 1999. “Informationscience,” Journal of the AmericanSociety for Information Science, 50(12): 1051-1063Supriyanto. 1997. Pemberdayaan Profesi Pustakawan.Media Pustakawan. 4 (3): 35-37.Sulistyo-Basuki. 1999. “Information technologyand library education in Indonesia:recent developments in the curriculum,Education for Information, 17 (1)1999:353-361.Sulistyo-Basuki. 2001. “AFTA and libraryeducation: the case study of Indonesia,”makalah untuk Asia PacificInternational Conference on Libraryand Information Science Education,Kuala Lumpur, Malaysia, 11 –1 2 June2001Halaman 63


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Sulistyo-Basuki. 2006. “Political reformationand its impact to library andinformation science education andpractice: a case study of Indonesiaduring and post-President-Soehartoadministration.” Dalam Proceedings ofthe Asia Pacific Conference on Libraryand Information Education & Practice(A-LIEP 2006): preparing informationprofessionals for leadership in the newage: Singapore, 3-5 April [sic] 2006Edited by Christopher Khoo, DiljitSingh & Abdus Sattar Chaudhry.p:172-79.Tim Teknis Tenaga Perpustakaan Sekolah.2006. Kompetensi tenaga perpustakaansekolah. Tidak diterbitkan.Halaman 64


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Revitalisasi Peran Strategis Perpustakaan dalam MenunjangPembelajaran Berbasis MahasiswaA. Ridwan SiregarDepartemen Studi Perpustakaan dan Informasi<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>AbstractTransformation of teaching method into student-based learning in a higher education institution(HEI) has implication to its library roles. How a library should response toward such change isdiscussed in this paper.Keywords: Higher Education Libraries, Student-based LearningPendahuluanPerpustakaan perguruan tinggi sebagaiperpustakaan akademik telah dan akan terusmemainkan peran yang sangat penting dalamkehidupan suatu perguruan tinggi. Sebagaipusat sumber informasi, perpustakaanmemperoleh tempat utama dan sentral karenaperpustakaan melayani semua fungsi perguruantinggi. Untuk menjalankan fungsi tersebut,perpustakaan menyediakan pelayanan yangbersifat mendasar dan mutlak. Perpustakaanmerupakan instrumen dinamis pendidikan,bukan gudang buku yang dilengkapi denganruang baca. Pelayanan yang diberikan akanmempengaruhi keseluruhan program perguruantinggi, dan tanpa itu berarti penundaanberfungsinya perguruan tinggi sebagai pusatpembelajaran dan penelitian.Perubahan metode pembelajaran yangditerapkan oleh perguruan tinggi memilikiimplikasi terhadap penyelenggaraan perpustakaan.Sejauhmana implikasi yang ditimbulkannyatergantung pada kondisi perpustakaannya. Jikaoperasional perpustakaan telah berjalan secaraproporsional sebagai bagian dari operasionalperguruan tinggi secara keseluruhan, makaperubahan yang harus dilakukan tentu tidakterlalu besar. Tetapi jika penyelenggaraannyabelum berjalan sebagaimana lazimnya suatuperpustakaan perguruan tinggi, makaperubahan besar harus dilakukan berkaitandengan manajemen dan operasionalperpustakaan.Transformasi dari metode pembelajarankonvensional ke pembelajaran berbasismahasiswa (PBM) atau student-basedlearning, sebenarnya tidak jauh berbedadengan peralihan dari metode teaching-basedkepada learning-based yang telah lamadikenal di dunia perpustakaan. Pendekatantersebut selain memiliki ketergantungan yanglebih besar pada bahan pustaka, jugamerupakan salah satu misi perpustakaan padaumumnya yaitu mempromosikan pembelajaransepanjang hayat (life-long learning).Tulisan ini tidak dimaksudkan untukmembicarakan metode pembelajaran, tetapilebih pada upaya untuk melihat bagaimanaseharusnya perpustakaan berperan dalammendukung semua program perguruan tinggitermasuk penerapan suatu metodepembelajaran yang baru.Pembelajaran Berbasis MahasiswaSebelum melihat bagaimana perpustakaanharus melakukan perubahan untuk menunjangperubahan metode pembelajaran, perlukiranya dibicarakan secara ringkas tentangmetode tersebut. PBM dapat dipandangsebagai suatu model alternatif terhadap modelpembelajaran konvensional. Selain metodePBM, masih banyak metode atau istilah lainyang berkaitan dengan konsep pembelajaran.Semuanya pada umumnya bertujuan untukmengubah model konvensional yang lebihberorientasi pada pengajaran (teaching).Halaman 65


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Seperti kita ketahui, PBM tidak menekankanhanya pada transmisi konten atau isi tetapilebih pada pemfasilitasian pembelajaran yangmenyatukan keterampilan keilmuan danpengetahuan. Dengan kata lain, PBM lebihmenekankan pada cara atau prosespenyampaiannya (learning delivery) dibandingkandengan metode konvensional yang lebih padaisi mata kuliah dan hasil akhir suatu prosesbelajar. Bagaimana kaitan antara kurikulumberbasis kompetensi (KBK) yang banyakdiimplementasikan di sejumlah perguruantinggi dewasa ini dengan PBK. Penulismelihat bahwa KBK lebih menitik-beratkanpada konten, sedangkan PBM menitikberatkanpada proses. Oleh karena itu, PBMmenjadi komplementer terhadap KBK.Selain itu, dalam metode PBM penciptaaansuasana pembelajaran tertentu menjadipenting. Dalam hal ini termasuk penyediaanberbagai fasilitas baik fisik maupun non-fisik.Fasilitas fisik termasuk penyediaan ruangdiskusi untuk kelompok kecil dan penyediaandukungan infrastruktur teknologi informasi(TI). Sedangkan fasilitas non-fisik termasukantara lain penyediaan sumberdaya informasiberbasis elektronik dan sumberdaya belajarlainnya. Dengan penggunaan TI misalnya,ruang kelas tradisional dapat ditransformasikanke PBM, yang dapat meningkatkankemampuan mahasiswa dalam penyelidikan,kerja sama tim, dan interaksi global yangdapat menciptakan lingkungan yang inovatif.Di satu sisi, bentuk perkuliahan konvensionaldipandang lebih ekonomis bagi perguruantinggi, tetapi tidak efisien untuk pembelajaran.Di sisi lain, banyak yang menyadari bahwaproses belajar harus beralih dari “deliveringquality instruction” kepada “designing aclimate most conductive to student learning.”Berbagai studi telah dilakukan yangmenyarankan agar institusi pendidikan lebihberfokus pada pembelajaran yang sesungguhnya(learning-centered) seperti PBM. Dalam PBMbiasanya mahasiswa dibagi ke dalam sejumlahkelompok kecil yang terdiri empat hinggaenam orang. Kelompok ini melakukanpertemuan di luar kelas untuk melaksanakanberbagai diskusi dalam berbagai topik danmemberikan presentasi tentang topik tersebut.Selain itu, setiap kelompok juga ditugaskanuntuk membuat makalah pendek danmenyebutkan sumber bibliografi yang dikutip.Mahasiswa juga diminta untuk membuat makalahperorangan. Berkaitan dengan itu, sistem penilaianjuga akan mengalami perubahan disesuaikandengan tugas yang diberikan. Misalnya, 30%untuk partisipasi dalam kelompok yang terdiridari: 10% untuk diskusi, 8% untuk responskelompok, dan 12% untuk presentasi topik; 30%untuk makalah perorangan yang terdiri dari:20% persen untuk makalah perorangan dan 10%untuk diskusi; 32% untuk ujian yg terdiri dari:16% untuk ujian akhir semester, 16% untukujian tengah semester; dan 8% untuk persiapankolaborasi dalam kelompok.Jika dalam pendekatan konvensional, dosenaktif dalam proses perkuliahan dan mahasiswalebih pasif dengan asumsi bahwa mahasiswadiharapkan harus menerima materi pembelajaranyang telah diprogramkan (programmed learningatau development based learning). Sedangkandalam PBM, mahasiswa melakukan pencariansendiri informasi yang diperlukan. Mahasiswabekerja dalam lingkungan kelompok, melakukanpractical exercise, simulasi kasus, dan sebagainyadengan melibatkan semua anggota kelompok. Disini termasuk kegiatan seperti role-plays, kerjaproyek, pembelajaran berbantuan komputer,situational role-plays, conceptual mapping, selfdiscovery learning, dan studi kasus.Penyesuaian dengan Metode PembelajaranSeperti dikemukakan sebelumnya, bahwaperubahan metode pembelajaran memilikiimplikasi terhadap pelayanan perpustakaan.Suatu metode yang lebih menekankan padapenggunaan sumberdaya informasi yang luasseperti model PBM, mengharuskan perpustakaanmenyediakan sumberdaya yang diperlukanuntuk mendukungnya. Penerapan konsep”learning” membutuhkan bahan pustakadengan cakupan yang lebih luas dibandingkandengan metode konvensional yang lebihbanyak mengandalkan buku teks. Dengandemikian, para mahasiswa memperolehpengalaman yang luas tidak saja berkaitandengan disiplin ilmu yang mereka pelajari,tetapi juga pengalaman untuk mendapatkansendiri informasi yang mereka perlukan.Halaman 66


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Pengalaman dalam mendapatkan informasi,jauh lebih berharga dibandingkan denganinformasi itu sendiri. Informasi yangdiperoleh sewaktu mahasiswa belum tentusesuai dengan kebutuhan dunia kerja merekananti, tetapi pengalaman untuk mendapatkannyamenjadikan mereka memiliki kemampuan dansekaligus dapat mendorong mereka untukmendapatkan informasi mutakhir untukmemperbaharui pengetahuan mereka secaraberkelanjutan. Selanjutnya diharapkan mahasiswaakan sadar bahwa apapun pengetahuan yangtelah mereka ketahui sesungguhnya masih adasejumlah besar yang belum mereka ketahui; danmereka diharapkan terdorong untuk ingin tahudan mampu mengatasi setiap permasalahan.Para mahasiswa juga diharapkan mampumempertanyakan dan menganalisis setiapinformasi yang diterima melalui berbagaisaluran. Dan akhirnya diharapkan mahasiswamenyadari bahwa pendidikan merupakansuatu proses belajar sepanjang hayat (life-longprocess of learning). Untuk tujuan itu, perpustakaanharus selalu bekerja sama dengan dosen untukmemastikan bahwa para mahasiswa mampu:• Memahami dan menganalisis kebutuhaninformasi yang mereka perlukan;• Mengetahui sumberdaya informasi yangtersedia bagi mereka;• Menelusur dan menggunakan sumberdayatersebut secara efektif dan mengetahuibagaimana mengaksesnya; dan• Mengambil manfaat dari informasi yangtersedia untuk memproduksi karya akademik.Pertukaran ide antara perpustakaan dankomunitas akademik membantu untukmeningkatkan kualitas penerapan metodeyang gunakan dalam penyampaian pembelajaran(learning delivery) dan memberikan manfaatyang besar bagi mahasiswa. Kerja sama yangerat antara dosen dan pustakawan adalahmutlak dalam merancang dan melaksanakanperkuliahan dan sekaligus memberikanbimbingan penggunaan bahan-bahan dimaksud.Revitalisasi Peran PerpustakaanKebutuhan terhadap perpustakaan merupakansuatu keharusan bagi dosen dan mahasiswauntuk menyelenggarakan pembelajaran yangefisien. Hal ini semakin penting denganterjadinya transformasi pembelajaran darimetode konvensional ke PBM yang menekankanpada belajar mandiri yang selanjutnyamenyebabkan kebutuhan yang lebih besarterhadap pelayanan perpustakaan. Untukmenyelenggarakan fungsi tersebut, perpustakaanharus mampu menerjemahkan kebutuhanperubahan tersebut ke dalam kenyataaanoperasional. Perpustakaan harus mampumenambahkan beberapa dimensi lebih lanjutdalam upaya menyediakan fasilitas untukpembelajaran dalam rangka memenuhi kebutuhanmahasiswa. Untuk itu, perpustakaan harusdiperkuat sehingga memiliki kapasitas yangmemadai untuk mampu memberdayakansivitas akademika melalui pelayanan yangdisediakannya.Pentingnya peran perpustakaan dalam prosespembelajaran di suatu perguruan tinggisebenarnya telah disadari sejak dahulu.Sebagai contoh, di Inggris, Universities GrantCommittee (UGC) dalam laporannya padatahun 1921 menyebutkan bahwa ciri danefisiensi suatu perguruan tinggi dapat dilihatmelalui pelayanan organ pusatnya yaituperpustakaan. Untuk menyediakan fasilitassumberdaya informasi yang memadaiterhadap proses pembelajaran, perguruantinggi di Inggris pada tahun 1971–72membelanjakan antara 2,7 s.d. 8,1 persen darianggaran belanja tahunan perguruan tinggiinduknya untuk perpustakaan. Di Indonesiajuga direkomendasikan sebesar 5 persen daribelanja operasional perguruan tinggi yangbersangkutan.Berbagai aspek penyelenggaraan perpustakaanperlu ditinjau kembali untuk melihatsejauhmana perpustakaan telah dijalankansecara proporsional sebagai bagian daripeyelenggaraan keseluruhan fungsi perguruantinggi.Organisasi dan ManajemenPerpustakaan di dalam perguruan tinggi padaumumnya merupakan satu sistem terintegrasi.Selain perpustakaan induk bisa terdapatperpustakaan tingkat fakultas atau bahkan padatingkat departemen atau unit kerja lainnya.Tetapi dengan alasan efisiensi semuanya beradadalam satu organisasi. Perpustakaan fakultasHalaman 67


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006atau departemen biasanya menjadi cabangdari perpustakaan induk. Dengan dukunganinfrastruktur jaringan kampus dan perangkatlunak aplikasi perpustakaan terintegrasi,manajemen dan operasional perpustakaandapat dilakukan dengan lebih mudah danefisien.Penyelenggaraan perpustakaan sebagai suatuorganisasi harus dilakukan secara mandiridengan pengertian seluruh sumberdayaperpustakaan dikelola secara internaltermasuk manajemen keuangannya. Olehkarena itu, organisasi perpustakaan harusterdiri dari sejumlah bagian. Organisasitersebut dapat terdiri dari kepala, tata usaha,pengadaan, pengatalogan, pelayanan pengguna,manajemen koleksi, dan perpustakaan cabang.Setiap bagian dapat terdiri dari sejumlah timyang beranggotakan tiga hingga enam orangsesuai kebutuhan.Jika organisasi perpustakaan digabungkandengan pelayanan sistem informasi, sepertiyang dilakukan pada beberapa perguruantinggi belakangan ini, maka pelayanan sisteminformasi menjadi satu bidang tersendiriselain perpustakaan. Dalam organisasi yangsering disebut information services biasanyaterdapat dua wakil kepala yang bertangungjawabuntuk masing-masing bidang.Penyatuan kedua organisasi yang sebelumnyaterpisah ini dilakukan dengan alasan efisiensidan kemudahan koordinasi. Perkembanganpesat sumberdaya elektronik dan ketergantunganperpustakaan yang semakin tinggi terhadapsistem jaringan merupakan salah satu alasanpenyatuannya.KeuanganPerpustakaan perguruan tinggi harus memilikisumber pendanaan yang tetap denganpengelolaan sendiri oleh perpustakaan. Sepertidisebutkan di atas, besarnya anggaran belanjaperpustakaan berkisar lima persen dari totalbelanja operasional perguruan tinggiinduknya. Anggaran belanja ini diperoleh darilembaga induknya yang berasal dari berbagaisumber pendanaan. Beberapa perpustakaandewasa ini membebankan anggaran perpustakaanlangsung kepada mahasiswa dalam bentuk feeyang langsung dikutip oleh perguruan tinggipada saat diterima menjadi mahasiswa baru.Perpustakaan biasanya tidak diperkenankanmengenakan tarif langsung kecuali untukpelayanan ekstra seperti penggunaan printeratau fotokopi.Alokasi anggaran perpustakaan dapatmenggunakan pola 50:25:25 persen masingmasinguntuk koleksi, staf, danperalatan/operasional. Setiap rupiah yangdibelanjakan oleh perpustakaan harus disertaidengan pertanggung-jawaban yang tinggi. Isuakuntabilitas semakin penting karena bagianterbesar dari belanja perpustakaan adalahbersumber dari masyarakat. Alokasi anggaranbelanja sebaiknya didasarkan pada kepentingankelompok pengguna yaitu departemen atauprogram studi atau mata kuliah. Dengandemikian diharapkan departemen akan lebihaktif dalam memberikan masukan untukpengadaan bahan pustaka sehingga hasilnyabenar-benar berpengaruh besar terhadappeningkatan kualitas pembelajaran di masingmasingdepartemen.Anggaran belanja yang dihabiskanperpustakaan untuk pengadaan buku dibagidengan jumlah buku yang dipinjam dalamsatu tahun, akan menunjukkan biayapeminjaman satu buah buku. Demikian jugahalnya dengan penggunaan jurnal elektronik.Biaya berlangganan setahun dibagikan denganjumlah artikel yang di-download (hardcopyatau softcopy), akan diperoleh harga satuanartikel. Suatu perhitungan sederhanamenunjukkan bahwa fee yang dibayarkan olehmahasiswa pemanfaatannya lebih efisiendibandingkan dengan jika dibelanjakan sendirioleh mahasiswa.Pengembangan KoleksiPengembangan koleksi adalah prioritas utamadalam suatu perpustakaan. Pemilihan koleksimerupakan kunci pengembangan koleksi.Kerja sama yang baik antara dosen danpustakawan adalah suatu hal yang sangatmenentukan dalam pemilihan koleksi. Untukitu pola komunikasi yang efisien dan efektifperlu dikembangkan sehingga pertukaraninformasi antara kedua belah pihak dapatberlangsung secara berkelanjutan.Halaman 68


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Dalam praktik pengadaan, seleksi buku asinglebih ketat dibandingkan seleksi buku dalamnegeri. Pengadaan buku impor karenaharganya yang tergolong mahal untuk ukuranIndonesia, sebaiknya dilakukan setelahdiperoleh rekomendasi dari dosen atauprogram studi. Untuk penambahan eksemplardan pemutakhiran edisi serta bahan referenskiranya rekomendasi pustakawan sudahcukup. Untuk buku dalam negeri karenajumlah judul yang terbatas, yang diperkirakantidak lebih dari 1.000 judul setiap tahun untuktingkat perguruan tinggi, seleksi cukupdilakukan oleh pustakawan. Bahkanperpustakaan dapat langsung membeli semuajudul tersebut tanpa melakukan seleksi normalyang membutuhkan banyak waktu dan energi.Untuk langganan paket jurnal elektronik, jenisdatabase yang akan dilanggan dapatdidiskusikan bersama departemen ataufakultas. Dalam berlangganan jurnal ini, salahsatu hal penting yang harus diperhitungkanadalah kapasitas bandwidth internet danaccess point yang harus disediakan.Langganan jurnal online yang tidak didukungdengan kapsitas bandwidth dan terminal aksesyang memadai bisa menimbulkan ketidakefisienanpenggunaan anggaran perpustakaan.Berdasarkan pengalaman biaya yangdiperlukan untuk melanggan jurnal dan biayaberlangganan bandwidth sama besarnya setiaptahun.Organisasi KoleksiPengorganisasian koleksi yang baik akanmeberikan kemudahan kepada pengguna danstaf perpustakaan. Selanjutnya hal ini akanmenarik minat yang lebih besar untukmenggunakan koleksi perpustakaan.Pengorganisasian dimaksud tidak hanyaberdasarkan sistem klasifikasi tetapi jugapengelompokan bahan pustaka ke dalamkoleksi tertentu, seperti koleksi deposit(repository), pinjam singkat (reserved),multimedia, koleksi cabang dan sebagainya.Dalam suatu sistem perpustakaan perguruantinggi yang kompleks, peran manajemenkoleksi sangat penting, termasuk untukmengontrol perpindahan koleksi dari suatulokasi ke lokasi lain, termasuk pengubahankode lokasi pada cantuman database katalogketika terjadi pemindahan.Penataan perpustakaan dewasa inimenyatukan buku, terminal komputer danmeja baca, sehingga semua jenis sumberdayainformasi dapat diperoleh dalam radius yangtidak terlalu berjauhan. Dukungan penyediaanjaringan tanpa kabel (WiFi) untukpenggunaan komputer bergerak pribadi jugaseharusnya dapat menjangkau seluruh sisiruang gedung perpustakaan. Penyediaan outletlistrik yang dapat dijangkau dari semua mejabaca juga sangat mendukung prosespembelajaran di perpustakaan.Selain itu, karya sivitas akademika seharusnyadipublikasikan kepada masyarakat luasmelalui situs web dan sebaliknya akademisimemperoleh umpan balik untuk meningkatkankualitas dan mengembangkan secara terusmenerus bidang yang mereka tekuni. Tugasseperti itu, dengan dukungan teknologi saatini dapat dengan lebih mudah dilakukan.Publikasi elektronik terbukti lebih efisien danefektif dibandingkan dengan publikasi cetak.AkomodasiTata ruang yang ditata dengan baik akanmemberikan kemudahan kepada penggunadan staf perpustakaan. Hal ini juga akanmemudahkan pengawasan terhadap koleksiperpustakaan. Tanda-tanda penunjuk (signsystems) mulai dari petunjuk utama hinggapetunjuk rinci suatu rak buku, turutmemegang peranan penting dalammemberikan pelayanan yang baik kepadapengguna. Penyediaan sejumlah ruang diskusiuntuk mendukung PBM juga perlu dilakukan.Pengembangan ruang baca dengan dindingterbuka yang dekat dengan taman jugasemakin diminati oleh mahasiswa untukmenghilangkan kejenuhan dalam ruangtertutup. Kita harus memanfaatkan iklimtropis di negara kita yang memungkinkanfasilitas tersebut disediakan. Fasilitas sepertiitu dapat digunakan oleh mahasiswa untukbelajar dan diskusi kelompok kecil yang tidakmemerlukan bahan pustaka cetak, cukupdengan kursi, meja dan fasilitas WiFi.Halaman 69


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006KetenagaanTransfer informasi yang efektif sangattergantung pada kualitas staf perpustakaan.Karena kompleksnya perpustakaan perguruantinggi diperlukan untuk menunjuk stafprofesional dengan kualifikasi tertentu yangakan bertanggung jawab atas berbagai jenispelayanan perpustakaan. Peningkatan karierdan kesejahteraan staf yang sepadan denganproduktivitas kerja yang mereka hasilkanperlu diupayakan secara seimbang.Suatu lingkungan kerja yang nyaman bagi stafjuga perlu dikembangkan untuk meningkatkanrasa bangga dan percaya diri mereka dalammelayani pengguna perpustakaan.Pelayanan TeknisBerfungsinya pelayanan teknis, sebagai dapurperpustakaan, dengan baik pada akhirnya akanmenyajikan pelayanan pengguna yangberkualitas baik. Kelancaran sirkulasi bahanpustaka dan kemudahan mendapatkaninformasi yang diinginkan banyak tergantungpada kegiatan pengadaan bahan pustaka,pengatalogan dan pemeliharaan yangdilakukan di bidang pelayanan teknis.Pengatalogan bahan pustaka harus berjalansecara teratur, sehingga setiap minggusejumlah tertentu buku baru dapat dipamerkansecara teratur selama seminggu. Jika jumlahperolehan buku misalnya mencapai lebih dari10.000 eksemplar setahun, maka setiapminggu akan dipamerkan sekitar 200eksemplar buku baru. Ini menjadi daya tariktersendiri bagi pengguna yang dapatmendorong mereka untuk datang setiapminggu.Pelayanan PenggunaSalah satu hal yang terpenting dalampelayanan perpustakaan adalah menekansekecil mungkin ketidak-nyamanan penggunadalam menggunakan koleksi perpustakaan.Peningkatan mutu pelayanan menjadi upayayang seharusnya dilakukan secara berkelanjutan.Pelayanan pengguna yang menerapkanfilosofi “mahasiswa yang utama” atau studentfirst dapat mengubah sikap staf terhadappengguna dan sebaliknya imej terhadap stafakan semakin baik. Mahasiswa dalamhidupnya sudah seharusnya merasakan bahwabanyak orang di sekitarnya yang peduliterhadap keberhasilan mereka. Perpustakaandapat memainkan peran yang besar dalam halini, dan menjadikannya sebagai suatutantangan terhadap citra tradisionalperpustakaan akademik.Mahasiswa adalah donor potensial terbesardalam sejarah perguruan tinggi kita. Semuapendanaan yang diperoleh didasarkan kepadajumlah dan kebutuhan mereka, bahkan diperguruan tinggi swasta mungkin seratuspersen anggaran belanjanya berasal darimahasiswa. Di beberapa perguruan tinggi,hampir seluruh anggaran belanja operasionalperpustakaan diperoleh langsung darikontribusi mahasiswa. Kita juga tahu bahwamahasiswa program pascasarjana, ekstensi,dan diploma menanggung seluruh biayaoperasional pendidikan mereka dan bahkanmemberikan subsidi silang pada program lain.Oleh karena itu sudah sewajarnya kita lebihpeduli terhadap mahasiswa yang juga adalahsebagai pelanggan utama (primary customer)perpustakaan. Berfokus pada mahasiswaberarti melayani mahasiswa dengan respekdan bermartabat.PenutupPerpustakaan perguruan tinggi harusmengorganisasikan kembali sumberdaya danmerancang ulang pelayanan dan ruang yangmampu memenuhi dan mengantisipasikebutuhan baru masyarakat akademik dalamhal pembelajaran. Sejumlah besar peran dapatdilakukan oleh perpustakaan sebagaiperluasan peran yang telah dilakukan selamaini. Usaha kita, pilihan kita, dan visi kitasangat menentukan bagi keberhasilanpembelajaran yang diselenggarakan olehperguruan tinggi.RujukanAllen, David. 1995. “Information systemsstrategy formation in higher educationinstitutuion”. Information Research,Vol. 1 No. 1, April 1995.Halaman 70


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Bertnes, Pal A. 2000. “New role for academiclibraries in scientific information”.Liber Quarterly, 10: 326-334.Levesque, Nancy. 2002. “Partner ineducation: the role of academic library”.The Idea of Education Conference,Mansfield College, Oxford University,England, July 3-4, 2002.Loughridge, Brendan. 1996. “Themanagement information needs ofacademic Head of Department inuniversities in the United Kingdom”.Information Research, Vol. 2, No2,October 1996.Meyyappan, Narayanan, Suliman Al-Hawamdeh and Schubert Foo. 2002.“Task based design of a digital workenvironment (DWE) for an academiccommunity”. Information Research,Vol. 7 No. 2, January 2002.Savenije, Bas and Natalia Grygierczyk. 2002.“The role and responsibility of theuniversity library in publishing in auniversity”. .(02/09/2003).Shumaker, John W. 2003. “The highereducation environment and the role ofthe academic library”. ACRL EleventhNational Conference, Charlotte, NorthCaroline, April 10-13, 2003.Line, Maurice B. Libraries in the educationalprocess, LAITG, June 1990Halaman 71


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Penggunaan Bahasa Alamiah dan Kosa Kata Terkendali dalam SistemTemu Balik Informasi Berbasis TeksJonner HasugianDepartemen Studi Perpustakaan dan Informasi<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>AbstractLanguage or vocabularies play important role to support both effectiveness and efficiencysearching in text-based information retrieval system. Natural language and controlledvocabulary approach in text-based information retrieval system with both advantages anddisadvantages. Both of the approaches remain in use effectively. However the retrievaltechnique by using combination of natural language and controlled vocabulary is ideal to beused in text-based information retrieval system. Searching by using natural language andcontrolled vocabulary, in fact, are complementary. Efficiency and effectiveness of text-basedinformation retrieval system can be measured from recall and precision.Keywords: Information Retrieval System, Indexing, Natural Language, Controlled Vocabulary1. PendahuluanBahasa dan atau kosa kata (vocabulary)memegang peranan yang sangat pentingdalam efektivitas dan efisiensi penelusuranpada suatu sistem temu balik informasi.(Muddamalle, 1998: 881). Kegiatan penelusuranpada sistem temu balik informasi (STBI)bebasis teks hanya dapat berlangsung bilamenggunakan kosa kata, sebab kosa katainilah yang digunakan sebagai istilah berupaquery penelusuran untuk menemukandokumen yang diinginkan. Dalam STBIberbasis teks, kosa kata itu dapat berupaindeks, seperti indeks subjek, pengarang,judul, maupun istilah lain yang dirumuskandalam tesaurus.Pada dasarnya ada dua bahasa pendekatanpenelusuran yang lazim digunakan dalamSTBI berbasis teks yaitu bahasa alami(natural language), dan kosa kata terkendaliyang sering juga disebut controlledvocabulary. Kedua pendekatan ini sejaksemula telah digunakan secara luas dalamSTBI berbasis teks.Studi tentang efektivitas dan efisiensipenelusuran menggunakan pendekatan bahasaalamiah (natural language) dan kosa kataterkendali (controlled vocabulary) dalamSTBI telah lama dilakukan. Banyak databaseyang dibangun untuk digunakan sebagaieksperimen sarana penelusuran dalam rangkapembuktian efektivitas dan efisiensi darikedua pendekatan tersebut.Muddamalle (1998: 881-883) mencatat bahwasejarah bahasa alamiah (natural language)kontra kosa kata terkendali (controlledvocabulary) dalam STBI dibagi kepada tigaera. Era pertama dimulai pada abad ke-19dengan penekanan kepada popularitaspengindeksan istilah berdasarkan judul (titleterm indexing). Pada era ini kosa kataterkendali atau controlled vocabulary lebihdominan digunakan dalam penelusuran,terutama digunakan untuk menemukancantuman bibliografi dalam katalogberklasifikasi di perpustakaan. Sedangkanpenelusuran berdasarkan bahasa alamiah yangbiasa disebut dengan sebutan free-textsearching atau penelusuran dengan teksbebas, baru dalam tahap permulaan dilakukanpada era ini.Era kedua dimulai pada saat kehadirankomputer dalam sistem temu balik informasi.Pada era ini kegiatan pengindeksan mulaidilakukan dalam bentuk mekanis yaitu berupapengindeksan otomatis. Kemudian, era ketigadimulai pada pertengahan tahun 1970-an, diHalaman 72


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006mana pendekatan yang berbeda dilakukanuntuk menguji isu natural language versuscontrolled vocabulary, melalui pengujianrasio Recall dan Precision dalam STBI padaberbagai database berbasis teks.Para ahli informasi terus melakukan berbagaipenelitian dan percobaan berkenaan dengankedua pendekatan tersebut. Hasil yangdiperoleh bervariasi antara satu peneliti danyang lainnya. Beberapa contoh hasilpenelitian tersebut dapat dilihat di bawah ini.Pada tahun 1976, Barbara Charton melakukanpenelitian melalui penelusuran pada ChemicalAbstracts, untuk menjawab pertanyaanpenelitian, Is a controlled vocabularynecessary? Dalam hasil penelitiannya, diamengemukakan bahwa suatu penelusurandengan teks bebas bisa seefektif penelusuranmenggunakan controlled vocabulary, asalkandilakukan oleh seseorang yang memilikipengalaman dalam penelusuran. Penelusurandengan teks bebas bisa lebih efektif, sebab adakalanya penelusuran menggunakan controlledvocabulary mengorbankan ketepatan dalamkemungkinan mencapai kemudahan.Markey, Atherton, dan Newton (1982),membandingkan 165 pernyataan penelusurandengan teks bebas (free-text searchstatements) yang digunakan dalam mengaksesERIC database untuk mengetahui apakahkonsep ekspresi dengan istilah teks bebas ataubahasa alamiah dapat juga diekspresikan darideskriptor ERIC (ERIC descriptors). Merekamenemukan bahwa salah satu dari setiapdelapan pernyataan penelusuran teks bebasyang tidak direpresentasikan dalam ERICcontrolled vocabulary. Secara keseluruhan,temu balik informasi secara teks bebas (freetextretrieval) dengan menggunakanpendekatan bahasa alamiah menghasilkanperolehan (recall) yang tinggi denganketepatan (precision) yang rendah, dari padamenggunakan pendekatan controlledvocabulary.Calkins (1980) sesuai sitiran Muddamalle(1998: 881-883), dalam hasil pengamatannyakepada sejumlah penelusur yang hanyamenggunakan istilah controlled vocabularydan yang hanya menggunakan penelusuranteks bebas, mengemukakan kesimpulanbahwa penelusuran menggunakan teks bebasdan controlled vocabulary ternyata salingmelengkapi, dan penampilan terbaik yangdicapai dalam penelusuran ialah menggunakankombinasi dari keduanya.Dari ketiga contoh hasil penelitian yangdikemukakan di atas, dapat dilihat bahwaefektivitas dan efisiensi penelusuranmenggunakan pendekatan bahasa alamiahatau penelusuran dengan teks bebas (free-textsearch) ada kalanya lebih baik dari pada kosakata terkendali, demikian sebaliknyapendekatan menggunakan controlledvocabulary ada kalanya lebih baik dari bahasaalamiah. Mengingat banyaknya penelitian daneksperimen yang telah dilakukan untukmenguji kedua pendekatan tersebut, makakeunggulan maupun kelemahan dari keduapendekatan tersebut telah banyak yangdiketahui. Tulisan ini mencoba mengangkatisu tersebut untuk dibahas secara teoretismelalui tinjauan literatur.Sasaran utama yang akan dicapai dalamtulisan ini ialah mengetahui sejumlahkeunggulan dan kelemahan penelusuranmenggunakan pendekatan bahasa alamiah(natural language) dan kosa kata terkendali(controlled vocabulary). Kemudian akandirekomendasikan pendekatan mana yangideal digunakan dalam sistem temu balikinformasi berbasis teks. Akan tetapi sebelumpembahasan itu dilakukan, terlebih dahuluakan dibahas beberapa hal yang menyangkutdengan STBI berbasis teks antara lainmencakup pengertian dan fasilitas STBIberbasis teks, keefektifan STBI berbasis teks,serta pengindeksan dan bahasa indeks dalamSTBI.2. Pengertian, dan Fasilitas STBIBerbasis TeksPada dasarnya sistem temu balik informasiadalah suatu proses untuk mengidentifikasi,kemudian memanggil (retrieve) suatudokumen dari suatu simpanan (file), sebagaijawaban atas pemintaan informasi. Pengertianlain menyatakan bahwa sistem temu balikinformasi adalah proses yang berhubungandengan representasi, penyimpanan, pencarianHalaman 73


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006dengan pemanggilan informasi yang relevandengan kebutuhan informasi yang diinginkanpengguna (Ingwerson, 1992: 49). Pendapat inimenunjukkan bahwa pada sistem temu balikinformasi terkandung sejumlah kegiatan yangmeliputi proses penyimpanan, penyediaanrepresentasi, identifikasi serta pencarian ataupenelusuran dokumen yang relevan padasuatu database, dalam rangka memenuhikebutuhan informasi pengguna. Dari sekianbanyak STBI yang ada, salah satu diantaranya adalah STBI berbasis teks atautekstual.STBI tekstual adalah salah satu dari berbagaisistem yang mengelola penyimpanan tekssecara terkomputerisasi, kemudian proseduruntuk temu balik informasinya (Rowley,1987: 1). Dalam STBI tekstual, fokus utamaialah terletak pada penyimpanan dan temubalik informasi teks yang telah disimpansebelumnya, dan bukan data numerik,tabulasi, data grafis, dan sebagainya. Tetapidalam kenyataannya, dokumen-dokumen yangada saat ini jarang yang hanya terdiri dariinformasi berbasis teks semata, melainkandokumen yang berisi informasi yang berupagabungan dari numerik, tabel, grafis, imagedengan informasi yang berupa teks.Umumnya STBI tekstual didesain untukmemberi suatu kawasan titik akses (accesspoints) kepada suatu database dari informasiyang relatif tidak terstruktur, yang lazimdikenal dengan sebutan teks bebas. Olehkarena itu, kegiatan free-text search dapatdilakukan dengan menggunakan bahasaalamiah (natural language) dari dokumenyang berbentuk teks yang tersimpan dalamsuatu database. Keadaan ini sangat menolongpengguna awam yang tidak mampu menelusurdengan menggunakan bahasa indeks(controlled language) yang dibuat olehindekser, seperti halnya tesaurus atau tajuksubjek tertentu.Teskey (1984) dalam suntingan Rowlandsmengidentifikasikan ada empat fungsi yangpaling penting, yang bisa terbukti dalamsegala STBI tekstual yang baik, yaitu bahwasuatu STBI tekstual yang baik, seharusnyadapat untuk: (a) menerima dan menyusunberbagai teks dari berbagai sumber; (b)menetapkan penyimpanan yang sesuai untuksemua teks, (c) mendapatkan/memperolehinformasi yang spesifik dari teks yangtersimpan dalam merespons queries yangdiberikan, (d) memproses teks yangdidapatkan, dan menyajikannya kepadapengguna dalam format yang dapat diterima(acceptable).Suatu STBI berbasis teks, secara normalkarakteristiknya dilihat dari fasilitas temubalik yang dimilikinya. Seringkali suatu STBItidak dapat menelusur informasi melalui fieldfieldtertentu, karena keterbatasan fasilitasyang dimilikinya. Oleh karena itu fasilitaspenelusuran yang ditawarkan dalam suatuSTBI adalah merupakan salah satu unsur yangpaling penting dalam memilih paket-paketdatabase informasi berbasis teks.Secara umum bahwa suatu STBI tekstualmemiliki sejumlah fasilitas yang dapatdigunakan untuk query atau bahasa perintah(query or command language); formulasiquery dengan Boolean (Boolean queryformulation); pemurnian penelusuran (searchrefinement); pemendekan/pemotongan danpenelusuran rentetan teks (truncation and textstring searching); daftar kata yang tidakdipakai dalam penelusuran (stop list orcommon word list); tesaurus/pendukungperbendaharaan kosa kata (thesaurus/vocabulary support); kedekatan penelusuran(proximity searching); pembatasan penelusurandengan ruas (limiting searching by field); danpenelusuran kawasan numerik (numeric rangesearching) (Rowlands, 1987: 7-8). Sejumlahfasilitas yang disebutkan di atas sangatdiperlukan untuk melakukan penelusuran padasuatu database yang berbasis teks.Kelengkapan fasilitas ini tentu sangatmempengaruhi keefektifan STBI yang tentuakan berdampak kepada tingkat ketepatan(precision) dalam penelusuran.3. Efektivitas STBI Berbasis TeksPesatnya kemajuan teknologi informasikhususnya komputer disertai dengandukungan kecanggihan perangkat lunak(software) mengakibatkan pengelola informasimampu menata, menyimpan sejumlah besarinformasi dan menyediakan akses terhadapHalaman 74


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006informasi tersebut dengan cepat dan tepat.Kemajuan itu sangat berpengaruh kepadaperkembangan STBI (information retrievalsystem). Keakuratan dan kecepatan dari suatuSTBI sangat diharpakan dalam upayamemenuhi kebutuhan pengguna untukmemperoleh informasi yang diinginkannya.Efektivitas dari suatu STBI adalahkemampuan dari sistem itu untuk memanggilberbagai dokumen dari suatu database sesuaidengan permintaan pengguna. Efektivitas dariSTBI tersebut dapat diukur. Ada dua halpenting yang biasanya digunakan dalammengukur kemampuan suatu STBI yaitu rasioatau perbandingan dari perolehan (recall), danketepatan (precicion) (Lee Pao, 1989: 225).Perolehan (recall) berhubungan dengankemampuan sistem untuk memanggildokumen yang relevan dengan query,sedangkan ketepatan (precision) berkaitandengan kemampuan sistem untuk tidakmemanggil dokumen yang tidak relevandengan kebutuhan pengguna. Dokumenterpanggil (recall) yang relevan dengan querypengguna belum tentu relevan dengankebutuhan pengguna.Rasio dari tingkat perolehan (recall) danketepatan (precision) yang dicapai dalamkegiatan penelusuran dapat diungkapkansebagai berikut:Rasio dari recall sebenarnya sulit diukurkarena jumlah seluruh dokumen yang relevandalam database sangat besar dan tidakdiketahui. Oleh karena itu, presisi-lah(precision) yang menjadi salah satu ukuranyang digunakan untuk menilai keefektifansuatu STBI. Untuk memudahkan pemahamanakan kedua rasio tersebut, berikut dikemukakansebuah contoh soal dan perhitungan penentuanrecall dan precision.Andaikan suatu file dalm databasemenyimpan 100 dokumen. Pada suatupenelusuran menggunakan query “ChemicalIndustry”, ternyata diperkirakan ada 10dokumen yang mungkin dapat terambil(retrieved) menggunakan query tersebut, akantetapi dalam kenyataannya setelah dilakukanpenelusuran hanya 4 dokumen yang terambildalam pencarian sedangkan 6 dokumen laintidak terambil karena mungkin kurang/tidakrelevan. Kemudian diketahui bahwa ada 2dokumen lain dalam file dabase diketahuirelevan kepada query akan tetapi tidakterambil (not retrieved). Untuk menghitungrasio recall dan precision dari seperti disebutpada soal di atas, sering digunakan tabelberikut:Tabel Perhitungan Recall dan PrecisionRelevant Not TotalRelevantRetrieved 4 (a) 6 (b) 10Not Retrieved 2 (c) 88 (d) 90Total 6 94 100Berdasarkan tabel di atas, sekarangperhitungannya dapat dilakukan denganmengacu kepada kepada rasio yang telahdikemukakan sebelumnya. Untuk menghitungrasio recall, terlebih dahulu kita tentukanjumlah dokumen relevan yang terambil,berdasarkan data pada tabel yaitu a,sedangkan Jumlah dokumen relevan yang adadalam database adalah a + c. Dengandemikian rasio recall (R) tersebut dapatdinyatakan sebagai berikut:aR = ------a + c4= -------4 + 2= 0,66Selanjutnya untuk menghitung precision, halyang sama pada penghitungan recalldiberlakukan yaitu jumlah dokumen relevanyang terambil adalah a, sedangkan Jumlahdokumen yang terambil dalam pencarianHalaman 75


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006adalah a + b. Dengan demikian rasio precision(P) dapat dinyatakan sebagai berikut:aPrecision = --------a + b4= -------4 + 6= 0,40Kondisi ideal dari keefektifan suatu sistemtemu kembali informasi adalah apabila rasiorecall dan precision sama besarnya (1 : 1)(Lee Pao, 1989: 229). Selain itu, suatu sistemtemu kembali dinyatakan efektif apabila hasilpenelusuran mampu menunjukkan ketepatan(precision) yang tinggi sekalipun perolehannyarendah (Rowley, 1992: 172).4. Pengindeksan dan Bahasa Indeksdalam STBISalah satu faktor yang berpengaruh terhadapSTBI ialah pengindeksan dokumen.Pengindeksan (indexing) mencakup prosespencatatan ciri-ciri dokumen, analisis isi,klasifikasi maupun pembuatan entri ke dalambahasa indeks. Tujuan pengindeksan ialahuntuk memungkinkan ditemukannya dokumenyang relevan dengan pertanyaan (query)dengan tepat.Kegiatan pengideksan akan menghasilkanindeks. Meadow (1992: 69-70) mengemukakanbahwa indeks adalah merupakan cantumandari bermacam-macam atribut yangdiharapkan dapat digunakan sebagai dasarpencarian dokumen. Jika atribut tersebutberupa subjek, maka indeks yangmewakilinya disebut sebagai indeks subjek.Sedangkan bila atribut tersebut berupapengarang, maka indeks yang mewakilinyadisebut sebagai indeks pengarang. Umumnyakegiatan pengindeksan adalah berupapengindeksan subjek, namun dalam kenyataannyadi perpustakaan indeks subjek dan pengarangsama-sama digunakan dalam STBI.Indeks di perpustakaan berfungsi sebagaisarana untuk menunjukkan kepada penelusurdokumen-dokumen yang potensial relevandengan permintaannya. Sarana itu seringdisebut sebagai wakil dari dokumen yangdimiliki, yaitu berupa katalog perpustakaan.Dengan demikian, fungsi indeks padadatabase maupun perpustakaan padaprinsipnya adalah sama yaitu sebagai saranatemu balik.Tujuan utama pengindeksan ialah untukmembentuk representasi dari dokumen dalambentuk yang sesuai untuk dicantuman dalamberbagai tipe database (Lancaster, 1998: 1).Indeks sebagai representasi dari dokumendiharapkan dapat menggambarkan isi atausubjek yang terkandung di dalam dokumentersebut, sehingga dapat ditemukan kembalimelalui istilah (index term) yang digunakan.Pada dasarnya ada dua jenis bahasa indeksyaitu bahasa alamiah (natural language) dankosa kata terkendali (controlled vocabulary).Bahasa alamiah adalah bahasa dari dokumenyang diindeks. Biasanya bahasa tersebutmerupakan bahasa yang tidak terkendali(uncontrolled vocabulary). Bahasa alamiah iniumum digunakan dalam komunikasi danpenulisan ilmiah, yang banyak dipakai olehpengarang (Lancaster, 1986: 159). Sedangkankosa kata terkendali dapat berupa indekssubjek, pengarang, judul maupun dalamtesaurus.Ditinjau dari sisi STBI, tesaurus adalah suatudaftar pengendali (authority list) dari istilahistilahkhusus yang digunakan dalam STBItertentu. Akan tetapi bila ditinjau dari segifungsinya tesaurus adalah sarana pengawasanistilah yang digunakan untuk penerjemahanbahasa alamiah dokumen ke bahasa yangterkendali. Tesaurus berisi sejumlah istilahindeks dengan menggunakan bahasa yangterkendali, sehingga sering disebut jugadengan bahasa terkendali (controlledlanguage). Tujuan utama tesaurus adalah jugauntuk memudahkan temu kembali dokumen,dan juga untuk mencapai konsistensi dalampengindeksan dokumen pada STBI.Dalam pengindeksan kosa kata terkendaliseperti tesaurus, istilah yang digunakan untukmenyatakan kandungan atau isi suataudokumen telah dibakukan dalam suatu daftarHalaman 76


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006indeks yang disusun secara alfabetis, misalnyadalam Sears List of Subject Heading, Libraryof Congress Subject Heading, MacroEconomics Thesaurus, DDC Index, dansebagainya. Sedangkan dalam pengindeksanbahasa alamiah, pengindeksan dilakukan padasemua istilah baik dari judul, abstrak, maupundari teks lengkap (full text) dokumen,terkecuali stop word atau daftar kata umumyang tidak digunakan dalam penelusuran(Rowley, 1992: 272). Semua istilah indeksyang dihasilkan adalah bergantung kepadabahasa dokumen itu sendiri, dan semuanya itudapat merupakan representasi dari dokumenitu. Mengingat volume pengindeksan dalambahasa alamiah ini sangat besar, makapengindeksan ini biasanya dilakukan olehkomputer.Bahasa alamiah dan kosa kata terkendaliadalah dua bahasa hasil dari pengindeksanyang sama-sama dapat dipergunakan sebagairepresentasi dokumen. Kedua bahasapengindeksan tersebut digunakan pada waktupemasukan (input) data ke dalam database,dan akan digunakan juga pada waktupencarian/penelusuran (output) informasi daridatabase. Pertanyaan, yang manakah di antarakeduanya yang paling baik digunakan dalampencarian/penelusuran informasi pada suatudatabase?5. Bahasa Alamiah versus Kosa KataTerkendali dalam STBI5.1. Keunggulan dan Kelemahan BahasaAlamiahKeungulan maupun kelemahan bahasaalamiah dalam STBI sangat bervariasi dankompleks. Banyak faktor yang mungkin dapatmempengaruhinya. Banyak keunggulan daripenggunaan bahasa alamiah dalam penelusuraninformasi, beberapa di antaranya adalah:(a) Bahasa alamiah dapat dengan mudahdimengerti oleh pengguna tanpa harusmemerlukan pelatihan khusus, danberbagai nuansa makna dapat diekspresikandengan lebih leluasa (Meadow, 1992: 37-38). Maksudnya, dengan kekayaanperbendaharaan kosa kata, memungkinkanpenelusur mengekspresikan gagasan,perasaan dan keinginannya denganberbagai cara dan nuansa untukmendapatkan dokumen yang diinginkannya.(b) Bahasa alamiah memiliki spesifikasi(specification) yang tinggi (Lancaster,1977: 23). Spesifikasi istilah ini munculkarena dapat menggunakan seluruh istilahyang terdapat dalam dokumen sebagaiquery. Spesifikasi istilah memudahkanpencarian untuk mendapatkan ketepatan(precision) yang tinggi. Semakin tinggispesifikasi istilah yang digunakan dalampenelusuran akan semakin tinggi ketepatan(precision), sedangkan perolehan (recall)akan semakin rendah. Sebaliknya bilaspesifikasi istilah rendah, maka perolehan(recall) akan semakin tinggi, sedangkanketepatan (precision) cenderung rendah.Misalnya, bila kita menggunakan istilah“LINGUISTICS” untuk mencari dokumenyang memuat penelitian tentang logatbahasa pada suatu database, maka jumlahperolehan (recall) pasti akan tinggi,sedangkan ketepatan (precision) akanrendah, karena istilah “LINGUISTICS”adalah istilah umum dalam ilmu bahasa,dengan demikian spesifikasi yangdirumuskan rendah. Akan tetapi bila kitamenggunakan istilah “DIALECT”, makajumlah perolehan (recall) akan rendah,sedangkan ketepatan (precision) tinggi,karena istilah “DIALECT” adalah istilahkhusus, yang berarti spesifikasinya tinggi.(c) Bahasa alamiah memiliki kedalaman(exhaustivity) yang tinggi (Foskett, 1985:114). Artinya, banyak tema atau subjekbaru yang dihasilkan dokumen yang dapatdijadikan sebagai istilah baru dalampenelusuran. Karena, pada prinsipnyabahwa semua kata terkecuali stop worddapat dijadikan sebagai keyword dalampenelusuran.(d) Penelusur yang merupakan praktisi dalambidangnya dapat melakukan penelusurandengan bahasa alamiah dengan lebihefektif.Selain memiliki sejumlah keunggulan, bahasaalamiah juga memiliki berbagai kelemahan,beberapa di antaranya adalah:(a) Bahasa alamiah tidak atau kurang ringkas(lack of conciseness) (Meadow, 1992: 38).Halaman 77


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Query yang digunakan penelusur seringberupa kata atau istilah berbeda atau tidakstandar sehingga sering terjadi kehilanganinformasi saat penelusuran. Misalnya,seorang penelusur ingin mendapatkandokumen tentang proses yang dialamiseseorang untuk menjadi semakin tua.Lalu dia menggunakan query “PROSESMAKIN TUA”. Dengan query itu, mungkinpenelusur tersebut pasti mendapatkanperolehan (recall) dokumen, akan tetapiketepatannya (precsion) dengan kebutuhantidak ada, karena dokumen yang berisiistilah itu tidak ada. Akan tetapi bilapenelusur itu menggunakan istilah indekssubjek “PENUAAN” sebagai query,mungkin akan dia peroleh (recall)sejumlah dokumen yang ketepatannya(precision) sangat tinggi, yang berartisangat sesuai dengan yang diinginkannya.Kesalahan yang terjadi sebenarnya terletakpada penyusunan atau pemilihan istilahyang tepat sebagai query.(b) Mempunyai ambiguitas (ambiguity) yangtinggi (Meadaw, 1992: 37). Muddamalle(1998: 881) menyebut bahwa …”naturallanguage is full of ambiguities”.Ambiguitas adalah kata atau istilah yangdapat memiliki lebih dari satu arti sehinggamengakibatkan kerancuan. Ambiguitasdapat terjadi karena sinonim atauhomograf. Sinonim yaitu bentuk kata yangberbeda tetapi artinya sama, dapatmenyebabkan terpencarnya informasimengenai topik yang sama, misalnya, katasado, dokar, delman. Homograf yaitu katakatayang ejaannya sama tetapi maknanyaberbeda, misalnya raut artinyameruncingkan, menghaluskan; akan tetapiraut dapat juga artinya tampang, potongan.Sinonim dan homograf dapatmengakibatkan false drops yaituterjaringnya dokumen yang sama sekalitidak relevan, atau subjek yang tidakrelevan ikut terjaring atau terambil dalamproses temu balik.(c) Kesulitan komputer untuk menginterpretasikanteks (Meadow, 1992: 37). Kelemahan initerjadi karena ketidakmampuan sistemmenyerap atau menangkap makna darisuatu pernyataan. Hal ini terjadi karenadalam memroses bahasa alami, komputertidak bisa bekerja sebagaimana otakmanusia, terkecuali komputer tersebutdilengkapi dengan suatu knowledge base.Misalnya, seseorang ingin mencaridokumen tentang “Perpustakaan Sekolah”pada suatu database, maka ia akanmenggunakan query Perpustakaan ANDSekolah, akan tetapi dalam pencariannyadokumen-dokumen tentang “SekolahPerpustakaan” juga akan terjaring atauterambil, padahal konsep “PerpustakaanSekolah” dengan “Sekolah Perpustakaan”mempunyai makna yang berbeda. Dalamkeadaan ini juga terjadi false drops.5.2. Keunggulan dan Kelemahan KosaKata TerkendaliBanyak keunggulan dari penggunaan kosakata terkendali (controlled vocabulary) dalamsistem temu kembali informasi, beberapa diantaranya adalah:(a) Proses penelusuran dan temu balikinformasi lebih efisien (Korfhage, 1997:24). Artinya, dengan menggunakan kosakata terkendali seperti indeks subjek atautesaurus dalam penelusuran, makaketepatan dari dokumen yang terambildengan kebutuhan pengguna dapatdiperoleh dalam waktu yang relatif singkat.(b) Mempunyai representasi dokumen yangkonsisten. Kosa kata atau istilah yangdigunakan dalam pengindeksan dokumenpada saat input ke sistem adalah kosa katayang terkendali dan standar. Oleh karenaitu, bila kosa kata atau istilah tersebutkemudian dijadikan sebagai query untukpencarian atau penelusuran, maka sudahpasti akan tetap mewakili ataumerepresentasikan dokumen yang samaseperti pada saat input sistem dilakukan.Misalnya, pada input sistem dokumen Adirepresentasikan oleh kosa kata atauindeks subjek “MICROBIOLOGY”, padawaktu pencarian seorang penelusurmenggunakan “MICROBIOLOGY” sebagaiquery-nya, maka penelusur tersebut pastiakan menemukan dokumen A karenarepresentasi dokumennya tetap konsisten.Dengan demikian selalu terjadi kesamaanpenggunaan istilah di antara pengindeks(indexer) dengan penelusur (searcher).Halaman 78


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006(c) Memudahkan penelusuran komprehensifdengan menyatukan istilah terkait secarasemantis (Lancaster, 1977: 2). Maksudnya,ada kalanya suatu kosa kata atau indekssubjek tertentu mempunyai hubunganmakna dengan indeks yang lain, sehinggadapat digunakan untuk memperkuatpencarian. Misalnya untuk mencaridokumen tentang “pengebalan tubuhmanusia terhadap penyakit”, maka kosakata atau indeks subjek yang dapat dijadikansebagai query ialah “IMMUNIZATION”, akantetapi untuk menguatkan pencarianpenelusur juga dapat menggunakan kosakata lain seperti “VACCINATION”, karenakedua kosa kata di atas adalah terkaitsecara semantis.(d) Memiliki ambiguity yang sangat kecil.Ambiguitas atau kerancuan dapatdikurangi sekecil mungkin karena kosakata dapat mengontrol sinonim danhomograf.Selain keunggulan, penggunaan kosa kataterkendali (controlled vocabulary) pada STBIjuga mempunyai banyak kelemahan, sebagiandi antaranya adalah:(a) Kosa kata terkendali harus selaludiperbaharui. Perkembangan ilmu danteknologi menyebabkan munculnyaberbagai subjek baru yang sekaligus jugaberdampak terhadap pemunculan ataupenghilangan suatu istilah atau kosa kata.Oleh karena itu, suatu tajuk subjek atautesaurus pada suatu periode tertentu harusdiperbaharui untuk bisa menyesuaikan dirisesuai perkembangan (Muddamalle, 1998:881). Misalnya, bila kita menelusur denganistilah atau kosa kata “CANCER” sebagaiquery pada indeks DDC edisi ke-19, makakita akan dirujuk dengan kata see“TUMORS”. Sekalipun keduanya semantis,namun terdapat perbedaan. Ini terjadikarena pada indeks DDC edisi ke-19subjek CANCER belum dijabarkan secaralengkap karena mungkin pada masa ituistilah cancer masih belum populer. Akantetapi bila ditelusur pada indeks DDC edisike-20 dan 21, istilah tersebut telahdijabarkan secara rinci. Hal itumenunjukkan bahwa indeks DDC tersebutdiperbaharui secara berkala.(b) Kosa kata terkendali (controlledvocabulary) sering dihadapkan kepadaketidak-cocokan (incompatibility) istilah diantara satu database dengan databaselainnya pada bidang ilmu yang sama(Lancaster, 1986: 159). Misalnya, CABCD-ROM dan Agricola CD-ROM adalahdua database yang memuat indeks danabstrak penelitian pada bidang ilmu yangsama yaitu pertanian (agriculture). Akantetapi ada kalanya beberapa kosa kata atauistilah yang digunakan untuk indeks subjekpada kedua database tersebut berbeda. Halini tentunya bisa menyulitkan penelusurbila melakukan penelusuran pada keduadatabase tersebut.(c) Kurangnya spesifikasi dalam kosa kata.Berbeda dengan bahasa alamiah, di manapenelusur dapat menggunakan secarabebas kosa kata yang spesifik. Akan tetapipada kosa kata terkendali, spesifikasiistilah ditentukan oleh ketersediaannyapada indeks subjek atau tesaurus.(d) Kosa kata terkendali memiliki strukturyang tidak lengkap. Artinya rincian subjekadalah sangat terbatas untuk pencarian ataupenelusuran komprehensif.(e) Kosa kata terkendali memerlukan biayadan upaya yang besar pada waktu inputsistem yaitu pada saat pengindeksandilakukan (Lancaster, 177: 7).5.3. Pendekatan Penelusuran yang IdealDengan menguraikan sejumlah keunggulandan kelemahan dalam melakukan penelusuranmenggunakan pendekatan bahasa alamiah(natural language) dan kosa kata terkendali(controlled vocabulary) sebagai manadijelaskan di atas, maka mucul pertanyaan,“Pendekatan manakah yang ideal dilakukandalam melakukan penelusuran dalam sistemtemu kembali informasi?”Untuk menjawab pertanyaan tersebut,Muddamalle (1998: 881-887) melaluipenelitiannya yang berjudul “NaturalLanguage versus Controlled Vocabulary inInformation Retrieval: a Case Study in SoilMechanics”, menyatakan bahwa temu balikinformasi dengan bahasa alamiah dan kosakata terkendali menunjukkan hasil yangHalaman 79


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006sangat efektif, dengan perbedaan atau denganbatasan yang sangat tipis, hasilnya tidak jauhberbeda. Untuk mencapai temu balikinformasi yang optimal, suatu teknik temubalik informasi dengan kombinasi bahasaalamiah dan kosa kata terkendali dapatdiadopsi.Hasil penelitian tersebut juga menyatakanbahwa teknik penelusuran dengan secarakombinasi yaitu menggunakan bahasa alamiahdan kosa kata terkendali menunjukkan hasilyang lebih baik dari pada penelusuran dengancara terpisah. Hasil uji coba menunjukkanbahwa terdapat 5% lebih tinggi tingkatketepatan hasil temu balik informasimenggunakan cara kombinasi dari pada hasilpenelusuran dengan cara terpisah. Oleh karenaitu, alternatif bahasa alamiah atau kosa kataterkendali tidak perlu diperlakukan lebih lamasebagai teknik terpisah, akan tetapi lebih baikdiperlakukan bersama sebagai suatu teknikkombinasi yang ideal.6. KesimpulanBahasa atau kosa kata (vocabulary)memegang peranan yang sangat pentingdalam efektivitas dan efisiensi penelusuranpada suatu STBI berbasis teks. Pendekatanbahasa alamiah dan kosa kata terkendalidalam STBI berbasis teks sama-samamemiliki keunggulan dan kelemahan. Keduapendekatan tersebut tetap masih efektif untukdigunakan. Akan tetapi teknik temu balikdengan menggunakan kombinasi dari bahasaalamiah dan kosa kata terkendali adalahbentuk pendekatan yang ideal digunakandalam temu balik informasi. Penelusuranmenggunakan bahasa alamiah atau naturallanguage dan kosa kata terkendali ataucontrolled vocabulary ternyata salingmelengkapi.Frants, Valery I. (1997). AutomatedInformation Retrieval: Theory andMethods. New York: Academic Press.Hasibuan, Zainal A. (1996). “Kajian SistemTemu-Kembali Informasi: PergeseranParadigma dari Orientasi Teknologi keOrientasi Pemakai”. Prosiding SeminarSehari Layanan Pusdokinfo BerorientasiPemakai di Era Informasi. Depok, 16Maret 1996.Korfhage, Robert R. (1997). InformationStorage and Retrieval. New York:John Wiley and Sons.Lancaster, F.W. (1998). Indexing andAbstracting in Theory and Practise.London: Library Association Publishing.Lancaster, F.W. (1977). Vocabulary Controlin Information Retrieval System: inAdvances Librarianship. New York:Academic Press.Lancaster, F.W. (1986). Vocabulary Controlfor Information Retrieval. Arlington,Virginia: Information Resources Press.McQuire, April R.; Eastman, Caroline M.(1998) “The Ambiguity of Negation inNatural Language Queries toInformation Retrieval Systems”. Journalof The American Society for informationScience. 49 (8): 686-692.Meadow, Charles T. (1997). Text InformationRetrieval Systems. New York:Academic Press.Muddamalle, Manikya Rao. (1998). “NaturalLanguage versus Controlled Vocabulary inInformation Retrieval: a Case Studi inSoil Mechanics”. Journal of TheAmerican Society for InformationScience. 49 (10): 881-887.Pao, Miranda Lee. (1988). Concepts ofInformation Retrieval. Englewood,Colorado: Libraries Unlimited.RujukanDimitroff, A. (1995). “Affective Responseand Retrieval Performance: Analysis ofContributing Factors”. Library andInformation Science Research. 18: 121-132.Halaman 80


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Pengguna dalam PamanfaatanLayanan Katalog Online:Studi Deskriptif Analitis Pemanfaatan Katalog Online pada PerpustakaanPascasarjana <strong>Universitas</strong> PadjadjaranDesriyeniProgram Studi Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan<strong>Universitas</strong> Negeri PadangAbstractThe purpose of this research is to understand the internal and external factors of users in usingonline catalogue at the postgraduate library of Padjadjaran University. Method used in thisresearch is survey method by spreading questioner to 93 respondents selected randomly whobecame the user or visitors of library. Data gathering technique in this research areobservation, questioner, interview and literature study. The result of this research indicate thatexternal factor which consist of the quality of collection, amenity of usage, usage freshment, andthe role of librarian influence the user in using online catalogue service. The recommendationof this research to organize of postgraduate library of Padjadjaran University to increase thequality of collection at online catalogue, improving knowledge and skill of librarian staff aboutonline catalogue and library collection.Keywords: Online Catalogue, Internal and External FactorA. Pendahuluan1. Latar BelakangPerpustakaan sebagai pusat informasiberorientasi untuk mendistribusikan informasikepada pengguna. Salah satu cara dalammendistribusikan informasi tersebut adalahmelalui penelusuran atau temu kembaliinformasi yang dilakukan oleh pengguna.Temu kembali informasi yang selama inimenggunakan katalog kartu mulai beralih kelayanan yang menggunakan katalog onlinedengan menggunakan komputer sebagai alatbantunya.Katalog online berfungsi seperti layaknyakatalog kartu yang dapat digunakan untukpenelusuran informasi dari berbagai titikakses dan memberikan informasi tentangstatus dan letak koleksi yang dibutuhkan padasuatu perpustakaan. Temu kembali informasidi perpustakaan dengan sistem katalog onlinesemakin memudahkan pengguna dalammenemukan informasi yang dibutuhkandibandingkan dengan menggunakan katalogkartu. Hal ini dapat dipahami bahwa dengansistem katalog online pengguna tidak perlumembuka kartu katalog yang tersedia padalaci, melainkan dengan memasukkan katakunci (keyword) terhadap jenis atau materiyang dibutuhkan oleh pengguna. Sistem iniakan memandu pada rak dan bagian tempatbahan yang dibutuhkan tersebut terletak. Disamping itu, pengguna juga akan dipanduuntuk menemukan materi lain yang dianggapsejenis dengan materi yang dibutuhkan.Dengan seperangkat komputer yangdisediakan, pengguna dapat lebih leluasadalam menemukan bahan pustaka yangdibutuhkan dan biasanya sistem ini terkoneksidengan komputer pada bagian lainnya.Informasi yang dihasilkan dari pemanfaatankatalog online sesuai dengan kata kunci yangdimasukkan oleh pengguna dan selanjutnyapengguna dapat memilih koleksi/bahanpustaka yang mereka butuhkan.Perpustakaan yang menggunakan sistemkatalog online sebagai alat temu kembaliinformasi akan memberikan kualitaspelayanan yang lebih bagi penggunadibandingkan dengan sistem katalog kartu.Halaman 81


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Pemanfaatan layanan katalog online dapatmenginformasikan kepada pengguna materialatau bahan pustaka yang dibutuhkan secaracepat, mudah, dan tepat. Dengan demikian,pemanfaatan layanan katalog online dapatmembantu pengguna dalam pemenuhankebutuhan informasinya.Perubahan dalam pemanfaatan layananpenelusuran informasi dari katalog kartu kekatalog online, didasarkan atas dorongan yangtimbul baik dari luar maupun dari dalam diripengguna itu sendiri. Setiap manusiadigerakkan dan dilatar-belakangi oleh motiftertentu yang kemudian disebut motivasi(Stainer dalam Siswanto, 1989: 243). Perilakumanusia sebenarnya merupakan cerminanyang paling sederhana dari motivasi dasarmereka atau dengan kata lain perilakumanusia timbul dengan adanya motivasi.Selanjutnya Handoko (1992: 9) menyatakanbahwa motivasi adalah suatu tenaga ataufaktor yang terdapat dalam diri manusia yangdapat menimbulkan, mengarahkan danmengorganisasikan seseorang untuk berbuatsesuatu atau melakukan suatu tindakantertentu.Motivasi seseorang yang dirasakannya dapatmendorongnya untuk bertindak ataumelakukan sesuatu seperti pemanfaatankatalog online untuk memenuhi kebutuhaninformasinya. Pada umumnya, perilakuseseorang diarahkan untuk suatu tujuan tertentudalam rangka memenuhi kebutuhannya. Prosesmotivasi sebagai pengarah perilaku, dapatdikatakan sebagai suatu siklus yang terdiriatas tiga unsur yakni kebutuhan, dorongan,dan tujuan. Ketiga unsur ini salingmendukung dan saling mempengaruhi(Sumantri, 2001: 54).Pemanfaatan berbagai sumber informasiidentik dengan pola penelusuran/pencarianinformasi. Perilaku pencarian informasi akanberlangsung bila terdapat/dirasakan adanyakebutuhan akan informasi tersebut. Informasidapat diperoleh dari media yang menyajikaninformasi yang dibutuhkan oleh pengguna.Perpustakaan Pascasarjana <strong>Universitas</strong>Padjadjaran (Unpad) yang banyakdimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhaninformasi pengguna terutama dari kalanganmahasiswa Pascasarjana Unpad. Sejalandengan perkembangan layanan pengguna diperpustakaan tersebut, sejak tiga tahunterakhir telah mengembangkan sistem temukembali informasi dalam bentuk katalogonline. Berbagai kemudahan yang diperolehdari pemanfaatan katalog online ini adalahtemu kembali informasi dapat dilakukandengan mudah, cepat, dan akurat. Namundemikian, berbagai kemudahan tersebutbelum sepenuhnya dimanfaatkan olehpengguna. Berdasarkan hasil pengamatan danwawancara dengan staf perpustakaandiketahui bahwa hanya sekitar 50 persenpengunjung yang memanfaatkan katalogonline tersebut, sementara sisanya masihmenggunakan katalog kartu.Untuk mengetahui kurangnya pemanfaatankatalog online yang menawarkan berbagaikemudahan dan manfaat dalam temu kembaliinformasi di Perpustakaan PascasarjanaUnpad dilakukan suatu kajian deskriptifanalitis.2. Perumusan Masalah2.1. Identifikasi MasalahPemanfaatan katalog online oleh penggunadapat dilihat dari dua sisi, yakni internal daneksternal pengguna. Permasalahan kurangnyapemanfaatan katalog online oleh penggunapada Perpustakaan Pascasarjana Unpad dapatdiidentifikasi antara lain: (1) masalahpengetahuan pengguna terhadap layanankatalog online; (2) masalah kemampuanpengguna dalam melakukan temu kembaliinformasi; (3) masalah kebutuhan penggunaterhadap layanan katalog online; (4) masalahkualitas koleksi; (5) masalah kemudahandalam penggunaan; (7) kenyamanan dalampenggunaan; dan (8) peran staf perpustakaan.2.2. Rumusan MasalahPermasalahan dalam pemanfaatan katalogonline dapat dirumuskan sebagai: ”ApakahFaktor-Faktor Pengguna dalam PemanfaatanLayanan Katalog Online di PerpustakaanPascasarjana <strong>Universitas</strong> Padjadjaran”.Halaman 82


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Faktor-faktor tersebut dilihat dari faktorinternal dan eksternal pengguna.3. TujuanTujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahuifaktor internal pengguna dalam pemanfaatanlayanan katalog online; (2) mengetahui faktoreksternal pengguna dalam pemanfaatanlayanan katalog online; (3) mengetahuikendala yang dihadapi pengguna dalampemanfaatan katalog online padaPerpustakaan Pascasarjana Unpad.Tulisan ini memfokuskan kepada pemanfaatanlayanan katalog online oleh pengguna.Motivasi atau keinginan yang dirasakan dapatmendorong pengguna untuk bertindak atauberperilaku dalam hal ini adalah pemanfaatanlayanan katalog online. Pembahasan akandilakukan dari dua sisi, yakni internal daneksternal pengguna. Berdasarkan teorimotivasi, kedua faktor ini mempengaruhiseseorang untuk bertindak atau melakukansesuatu. Dorongan yang berasal dan dalamdiri individu disebut motivasi internal,sedangkan dorongan yang berasal dari luarindividu disebut dengan motivasi eksternal.B. Metode PenelitianPenelitian ini dirancang untuk memahami danmengungkap fakta-fakta yang berkaitandengan pemanfaatan katalog online padaPerpustakaan Pascasarjana <strong>Universitas</strong>Padjadjaran. Penelitian ini menggunakanmetode penelitian survei, yakni untukmengungkap gambaran yang terjadi padasejumlah variasi dalam situasi dan kondisitertentu. Metode ini juga dapat dilakukanuntuk mendeskripsikan berbagai hal yangterjadi sesuai dengan fokus penelitian(Singarimbun dkk., 1989: 4).Penelitian ini akan mengidentifikasi danmenggambarkan fakta yang terjadi sehubungandengan pemanfaatan layanan katalog online diPerpustakaan Pascasarjana Unpad, surveidilakukan dengan alasan antara lain: (1)penelitian akan mendeskripsikan fakta, situasidan gejala-gejala yang berhubungan denganpemanfaatan layanan katalog online olehpengguna; (2) pemahaman terhadap fenomenayang terjadi didasarkan kepada kenyataanyang terjadi di lapangan dan kajian-kajianyang relevan yang sudah ada tentang topikyang sama seperti layanan pengguna,efektivitas pemanfaatan katalog dijadikan titiktolak dan investigasi untuk memahamipermasalahan pemanfaatan katalog online diPerpustakaan Pascasarjana Unpad.Populasi dalam penelitian ini adalah penggunaPerpustakaan Pascasarjana Unpad yang padaumumnya adalah anggota perpustakaan.Jumlah populasi adalah sebanyak 1.329 orang.Jumlah responden yang dijadikan sampeldalam penelitian ini merujuk kepada Yamane(Rakhmat, 1992: 2), yakni sebanyak 93responden. Peneliti menggunakan angketsebagai instrumen penelitian dengan indikatorantara lain: pengetahuan pengguna, kemampuanpenelusuran, kebutuhan pengguna, kualitaskoleksi, kemudahan dan kenyamananpenggunaan serta peran staf perpustakaan.Teknik analisis yang digunakan dalampenelitian adalah analisis deskriptif kualitatif,yakni dengan menguraikan data dan informasiyang diperoleh dari daftar pertanyaan yangdiajukan kepada responden. Data daninformasi yang telah diperoleh, selanjutnyaditabulasikan dan disusun ke dalam tabeltabelyang telah dipersiapkan sebelumnya,yakni dengan menghitung frekuensi danpersentase dari masing-masing variabel.Untuk menghitung persentase masing-masingjawaban responden digunakan rumusdistribusi frekuensi sebagai berikut.P =fnx 100%di mana: P = persentase; f = jumlahjawaban yang diperoleh (frekuensi); n =jumlah responden/sampel.Penafsiran data dan hasil distribusi terhadapjawaban responden dilakukan menggunakanpedoman penafsiran data sebagai berikut(Rahmiati, 1999: 75).0,00% : Tidak ada1,00% -24,99% : Sebagian kecil25,00% - 49,99% : Hampir setengahnya50,00% : Setengahnya50,01% - 74,99 % : Sebagian besarHalaman 83


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 200675,00% - 99,99% : Pada umumnya100% : SeluruhnyaC. Hasil Penelitian dan PembahasanTemu kembali informasi di PerpustakaanPascasarjana Unpad ada dua bentuk layanan,yakni: 1) menggunakan katalog kartu, dan 2)menggunakan katalog online. Katalog onlineadalah alat untuk temu kembali informasidengan menggunakan komputer untukoperasionalnya. Pemanfaatan katalog kartuuntuk temu kembali informasi diPerpustakaan Pascasarjana Unpad ada duabentuk, pertama katalog dalam bentuk daftar(list) koleksi tesis dan disertasi yang dibundeldalam daftar tesis dan disertasi menurut jenisdan klasifikasi. Kedua, katalog kartu yangtersedia pada laci katalog yang ditujukanuntuk koleksi buku-buku, dan publikasilainnya.Sejalan dengan perkembangan layananpengguna di Perpustakaan PascasarjanaUnpad, sejak tiga tahun telah mengembangkansistem temu kembali informasi dalam bentukkatalog online dengan menggunakanperangkat komputer untuk operasionalnya.Temu kembali informasi melalui katalogonline ini dapat dilakukan berdasarkan judul,nama pengarang (penulis), pembimbing,bidang kajian utama, tahun dan berdasarkansubjek. Dengan katalog online ini, penggunadapat secara mudah, cepat dan akurat dalammenemukan bahan pustaka yang dibutuhkan.Dengan layanan tersebut diharapkan kebutuhaninformasi pengguna terhadap bahan pustakapada Perpustakaan Pascasarjana Unpad dapatlebih optimal.1. Faktor Internal PenggunaFrekuensi kunjungan responden padaPerpustakaan Pascasarjana Unpad menunjukkanbahwa hampir setengahnya melakukankunjungan dengan frekuensi lebih dari enamkali dan hanya sebagian kecil yakni sebanyak3,23% pengguna yang melakukan kunjungan1-2 kali dalam satu bulan terakhir. Jeniskoleksi yang dicari pengguna untukmemenuhi kebutuhan informasinya padaPerpustakaan Pascasarjana Unpad, padaumumnya adalah bahan pustaka (koleksi) tesisdan disertasi. Hanya sebagian kecil penggunayang mencari koleksi buku-buku padaPerpustakaan Pascasarjana Unpad. Jeniskoleksi yang dicari oleh pengguna padaPerpustakaan Pascasarjana Unpad hampirsetengahnya, yakni 42,16% bertujuan untukpenelitian dalam penyelesaian studi padaPascasarjana Unpad.Pada umumnya pengguna perpustakaan sudahmengetahui adanya fasilitas katalog onlinesebagai alat temu kembali informasi. Hanyasebagian kecil saja dari pengguna, yakni3,15% yang tidak mengetahui adanya fasilitaskatalog online di Perpustakaan PascasarjanaUnpad. Walaupun pengelola perpustakaantidak memberikan sosialisasi tentangpemanfaatan layanan katalog online, namunpengunjung perpustakaan tersebut sudahmengetahuinya. Hal ini menunjukkan bahwapengguna cukup kreatif dalam memanfaatkansemua fasilitas layanan yang ada perpustakaantersebut.Pengguna pada umumnya sudah mengetahuibahwa katalog online merupakan salah satualat untuk melakukan penelusuran koleksisecara langsung, cepat dan tepat dan hanyasebagian kecil saja (5,55%) pengguna yangtidak mengetahui fungsi dari katalog online.Dilihat dari pemanfaatan layanan katalogonline, sebagian besar pengguna menyatakanbahwa katalog online ini kurang atau tidakbermanfaat karena hanya sekedarmenginformasikan tentang status koleksi yangdicari dan tentang koleksi yang dibutuhkan.Sumber informasi tentang adaaya layanankatalog online untuk temu kembali informasidi Perpustakaan Pascasarjana Unpad sebagianbesar diketahui oleh pengguna pada saatberkunjung ke perpustakaan dan hanyasebagian kecil yang diinformasikan olehpengunjung lainnya dan petugas perpustakaan.Pemanfaatan katalog online oleh penggunabervariasi. Hampir setengahnya atau 37,25%pengguna memanfaatkan layaaan katalogonline dengan frekuensi 1-2 kali, 35,29%memanfaatkan katalog online 3-4 kali dalamsatu bulan. Hanya sebagian kecil daripengguna yang memanfaatkan katalog online5-6 kali dan lebih dari enam kali dalam satuHalaman 84


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006bulan terakhir. Pada umumnya penggunamengungkapkan bahwa mereka membutuhkankatalog online untuk temu kembali informasidan hanya sebagian kecil saja pengguna yangtidak membutuhkannya.Di sisi lain, alasan pengguna PerpustakaanPascasarjana Unpad memantaatkan layanankatalog online dalam temu kembali informasiyang dibutuhkan hampir setengah daripengguna menyatakan, bahwa denganmengunakan katalog online lebih cepat,akurat, dan mudah menemukan koleksiperpustakaan yang dicari. Selanjutnya, hampirsetengah pengguna perpustakaan, menyatakanbahwa mereka mampu menggunakan layanankatalog online karena ada petunjukpenggunaannya. Sebanyak 30,11% penggunakatalog online, yakni dengan cara coba-coba.Kemampuan pengguna dalam memanfaatkankatalog online sebagian kecil karenadiberitahu oleh petugas perpustakaan. Hal inimenunjukkan bahwa untuk operasionalkatalog online tidak diperlukan pendidikanbagi pengguna (user education} cukupmenyediakan petunjuk penggunaannya saja.Ditinjau dari kejelasan petunjuk penggunaankatalog online, sebagian besar pengguna(68,09%) menyatakan bahwa petunjukpenggunaan sangat jelas dan menunya mudahdipahami. Hanya sebagian kecil saja (9,57%)dari pengguna yang mengungkapkan bahwapetunjuk penggunaan katalog online kurangjelas dan menunya sulit dipahami. Dengandemikian, pengoperasian katalog online olehpengguna tidak sulit karena untukoperasionalnya karena sudah dilengkapidengan petunjuk penggunaan yang sangatjelas. Hal ini terkait dengan kemudahanpenggunaan katalog online; pada umumnyaatau 84,25% pengguna menyatakan bahwaprosedur pemanfaatan layanan katalog onlinesangat mudah untuk mencari informasikoleksi yang dibutuhkan.Dalam pemanfaatan katalog online ternyatapengguna mengalami kesulitan dalam temukembali informasi. Kesulitan-kesulitan yangsering dihadapi oleh pengguna dalampemanfaatan katalog online bervariasi, dimana setengahnya atau sekitar 41,94% daripengguna menyatakan bahwa mereka tidakmenemukan koleksi yang mereka cari. Hanyasebagian kecil pengguna yang seringmenemukan kesulitan tentang carakerja/operasionalisasi katalog online atautidak bisa melakukan pencarian koleksisecara cepat dan tepat, serta tidak mengetahuistatus dari koleksi yang dicari.Kesulitan yang dihadapi pengguna, terutamasering tidak ditemukannya koleksi yangdicari. Hal ini erat kaitannya dengan entridata pada pangkalan data katalog online.Berdasarkan informasi dari Kepala UrusanPerpustakaan Pascarjana, data yang dientrikansampai saat ini baru sekitar 70% dari koleksiyang ada. Hal ini disebabkan karena adanyakoleksi yang hilang dan belum selesainyapengentrian data. Di samping itu, juga terlihatadanya kesalahan dalam pengentriaan dataseperti salah ketik dan tidak lengkapnya datadimasukkan ke dalam pangkalan data sepertitidak adanya nomor katalog, tidak ada namapenulis, tidak ada subjek, dan lain sebagainya.Dengan demikian, pada saat penggunamencari koleksi yang dibutuhkan denganmemasukkan kata kunci informasi koleksiyang dibutuhkan tidak tampil dan jika tampiltidak lengkap informasi yang disajikan.Hal tersebut di atas, erat kaitannya dengankelengkapan sajian informasi koleksi padakatalog online. Sekitar 43,01% dari penggunamengungkapkan bahwa sajian informasikoleksi pada katalog online kurang lengkap.Sebagian kecil pengguna (6,45%) menyatakanbahwa sajian informasi pada katalog onlinetidak lengkap. Berkaitan dengan kelengkapansajian informasi koleksi tersebut, ternyatasekitar 36,56% menyatakan bahwa merekakadang-kadang memperoleh informasi yangdibutuhkan dengan menggunakan katalogonline. Terlihat adanya kesenjangan antarainformasi yang dibutuhkan dan informasiyang diperoleh melalui pemanfaatan katalogonline. Kondisi ini mempengaruhi penggunadalam pemanfaatan layanan kotalog online.Zethami dan Bimer (Bambang dan Suhardi,2004: 5) menyatakan bahwa kualitas koleksidari suatu layanan seperti informasi yaagdiperoleh akan mempengaruhi penggunadalam pemanfaatan layanan perpustakaantersebut. Layanan perpustakaan yang dapatmemenuhi atau bahkan melebihi harapanHalaman 85


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006pengguna, maka pengguna akan cenderunguntuk memanfaatkan layanan tersebut dansebaliknya.Selanjutnya, tindakan yang dilakukan olehpengguna dalam mengatasi kesulitankesulitanyang sering ditemuinya dalam temukembali informasi menggunakan katalogonline, sebagian besar atau sekitar 60,22%menanyakan kepada staf perpustakaan.Hanya sebagian kecil pengguna dalammengatasi kesulitan yang ditemuinya dalampemanfaatan katalog online bertanya kepadateman, dan tidak melakukan apa-apa ataulangsung menutupnya serta beralih kelayananpenelusuran lainnya (katalog kartu).2. Faktor EksternalTanggapan pengguna terhadap kecepatankatalog online dalam menampilkan koleksiyang dicari, hampir setengah penggunamengungkapkan bahwa katalog online cepatmenampilkan koleksi, yakni antara 5-10menit. Sementara 45,16% dari penggunamengungkapkan bahwa mereka merasakankatalog online lambat menampilkan koleksiyang dicari. Hal ini terkait dengan spesifikasikomputer yang digunakan untuk operasionalkatalog online.Di sisi lain, kenyamanan dalam pemanfaatankatalog online menunjukkan bahwa sebagianbesar pengguna mengungkapkan bahwafasilitas dan kondisi ruangan tidak nyamandalam pemanfaatan layanan katalog onlinedan hanya sebagian kecil yang menyatakannyaman dalam memanfaatkan katalog online.Kenyamanan dalam pemanfaatan layanankatalog online menyangkut kebersihan ruangan,tata letak perlengkapan dan kesesuaian alatdengan karakteristik pengguna.Peran staf perpustakaan dalam melayanikebutuhan informasi pengguna merupakansalah satu faktor yang mempengaruhipengguna dalam pemanfaatan layanan katalogonline. Peran staf perpustakaan dalammelayani kebutuhan informasi pengguna,terlihat bahwa sebagian besar penggunamenyatakan bahwa staf perpustakaan kurangmembantu dalam melayani kebutuhaninformasi pengguna. Hanya sekitar 41,92%yang menyatakan bahwa staf perpustakaanberperan (membantu) dalam menemukaninformasi yang dibutuhkan.Peran staf perpustakaan dalam melayanikebutuhan informasi pengguna berkaitandengan pengetahuan, keterampilan dankemampuan terhadap berbagai hal yangberkaitan dangan koleksi dan fasilitas layanankatalog online. Stoakly (Asrukin, 1994: 21)menyatakan bahwa staf perpustakaan sangatberperan dalam memenuhi kebutuhan informasipengguna. Peran staf perpustakaan merupakansalah satu faktor yang mempengaruhi penggunadalam pemanfaatan layanan perpustakaan. Untukitu, staf perpustakaan diharapkan memilikipengetahuan, keterampilan dan kemampuantentang koleksi dan fasilitas layanan yang adapada perpustakaan tersebut.3. Keterkaitan antara Faktor Internal danEksternalUntuk melihat hubungan atau keterkaitanantara faktor internal dan eksternal dilakukantabulasi silang untuk indikator yangmempengaruhi pengguna dalam pemanfaatankatalog online. Keterkaitan antara pengetahuanpengguna dan frekuensi pemanfaatan layanankatalog online. Pada umumnya penggunamenyatakan bahwa mereka sudah mengetahuiadanya fasilitas layanan katalog online dansebanyak 37,63% pengguna memanfaatkankatalog online 1-2 kali dalam sebulan. Hal inimenunjukkan bahwa frekuensi pemanfaatankatalog online tidak dipengaruhi olehpengetahuan pengguna.Keterkaitan antara kemampuan penggunadalam mengoperasikan katalog online danfrekuensi pemanfaatannya. Sebanyak 29,41%pengguna menyatakan bahwa mereka sangatmampu menggunakan katalog online denganfrekuensi pemanfaatan 3-4 kali dalam sebulan.Hal ini menunjukkan bahwa kemampuandalam pengoperasian katalog online tidakmempengaruhi pengguna dalam pemanfaatanlayanan katalog online tersebut.Keterkaitan antara kemudahan penggunaankatalog online dan frekuensi pemanfaatannya.Sebanyak 17,65% menyatakan bahwapenelusuran menggunakan katalog onlineHalaman 86


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006mudah, tetapi frekuensi pemanfaatannyarendah, yakni 1-2 kali dalam sebulan.Sebanyak 21,57% pengguna menyatakanpenggunaan katalog online sangat mudahnamun frekuensinya hanya 3-4 kali sebulan.Hal ini menunjukkan bahwa frekuensipemanfaatan katalog online tidak dipengaruhioleh tingkat kemudahan penggunaan katalogonline dalam temu kembali informasi.Keterkaitan antara keakuratan informasikoleksi dan frekuensi pemanfaatan katalogonline. Sebanyak 19,61% penggunamenyatakan bahwa informasi yaag diperolehmelalui pemanfaatan katalog online tidakakurat, sehingga mempengaruhi frekuensipemanfaatan layanan katalog online, yakni 1-2 kali dalam sebulan. Kurang akuratnyainformasi tentang koleksi yang diperoleh yangmempengaruhi frekuensi pengguna dalampemanfaatan layanan katalog online eratkaitannya dengan kelengkapan informasi yangdiperoleh dari katalog online.Selanjutnya, keterkaitan antara kenyamananpengguna dan frekuensi pemanfaatan katalogonline hampir setengah pengguna, yakni sekitar35,29%, menyatakan bahwa dalam pemanfaatanlayanan online kurang nyaman sehinggafrekuensi pemanfaatan katalog online 1-2 kalidalam sebulan. Hal ini menunjukkan bahwafrekuensi pemanfaatan katalog online semakinberkurang dengan semakin tidak nyamannyapenggunaan katalog online. Dengan kata lain,kenyamanan dalam pemanfaatan layanan katalogonline mempengaruhi pengguna untukmemanfaatkan layanan tersebut.Katalog online sebagai alat temu kembaliinformasi di Perpustakaan PascasarjanaUnpad saat ini baru sebatas untuk pencariankoleksi dan belum dapat digunakan untukpenelusuran koleksi lainnya. Sebagian besaratau sebanyak 43,01% pengguna menyatakanbahwa informasi koleksi yang disajikan dalamkatalog online kurang lengkap dan hanyasebagian kecil, yakni sebanyak 6,45% yangmenyatakan koleksi tidak lengkap dan sisanyamenyatakan informasi koleksi yang disajikansudah lengkap.Kecepatan katalog online menampilkankoleksi yang dicari, sebagian besar atausebesar 45,16% pengguna menyatakan lambatkarena butuh waktu 10-20 menit dan sebanyak35,48% menyatakan cepat dengan kebutuhanwaktu untuk pencarian sekitar 5-10 menit.Kesesuaian informasi yang diperolehmenggunakan katalog online denganinformasi yang dibutuhkan oleh penggunasebagian besar menyatakaa sangat sesuai dansesuai, dan hanya sebagian kecil atausebanyak 22,58% yang menyatakan kurangsesuai. Keakuratan informasi koleksi yangdiperoleh sebagian besar atau sebanyak55,91% menyatakan akurat dan hanyasebagian kecil, yakni sebanyak 18,28%pengguna yang menyatakan kurang akurat.Sebagian besar atau sebanyak 49,66%pengguna berpendapat bahwa prosedurpemanfaatan katalog online mudah dan tidakberbelit-belit. Sebagian besar pengguna yakni54,84% menyatakan bahwa fasilitas dankondisi ruangan kurang memadai karenaruangan perpustakaan sempit, fasilitasruangan yang terbatas dan perlengkapanbelum tertata rapi.Pengunjung Perpustakaan Pascasarjana Unpadsebagian besar telah memanfaatkan katalogonline untuk temu kembali informasi danhanya sekitar 45,16% yang tidakmemanfaatkan katalog online. Frekuensipengguna yang memanfaatkan katalog onlineuntuk temu kembali informasi dalam satubulan terakhir hampir setengahnya atausekitar 35,29% sebanyak 1-2 kali dan 3-4 kalisebesar 35,29% dan hanya sebagian kecilyang menggunakannya 5-6 kali dan lebih dari6 kali.Alasan pengguna memanfaatkan katalogonline adalah karena lebih cepat, mudah, dantepat dalam temu kembali informasi yangberkaitan dengan koleksi yang dibutuhkan.Hampir setengah pengguna atau sebanyak41,94% menyatakan bahwa kesulitan-kesulitanyang sering ditemui dalam pemanfaatan katalogadalah tidak ditemukannya koleksi yang dicari.Tindakan yang dilakukan oleh penggguna untukmengatasi kesulitan dalam pemanfaatan katalogonline sebagian besar, yakni sebanyak 60,22%bertanya kepada staf perpustakaanKaitan antara pengetahuan pengguna danfrekuensi pemanfaatannya, sebanyak 37,25%Halaman 87


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006dan pengguna menyatakan mengetahui adanyafasilitas katalog online, namun frekuensipemanfaatnya rendah yakni 1-2 kali dalamsebulan. Hal ini menunjukkan bahwapemanfaatan layanan katalog online tidakdipengaruhi oleh pengetahuan penggunaterhadap layanan tersebut.Dalam kaitan antara kemampuan menggunakankatalog online dan frekuensi pemanfaatnya,sebanyak 29,41% pengguna menyatakan sangatmampu menggunakan katalog online, namunfrekuensi pemanfaatannya rendah yakni 3-4 kalidalam sebulan. Hal ini menunjukkan kemampuanpengguna tidak berpengaruh terhadappemanfaatan layanan katalog online.Untuk kaitan antara kemudahan penggunaankatalog online dan frekuensi pemanfaatanlayanan katalog online, 17,84% penggunamenyatakan mudah namun frekuensipemanfaatannya rendah, yakni 1-2 kalisebulan. Kaitan antara tingkat kebutuhanpengguna terhadap katalog online danfrekuensi pemanfaatannya, sebanyak 37,25%pengguna sangat membutuhkan katalogonline, namun frekuensi pemanfaatannyarendah, yakni 1-2 kali dalam sebulan.Kaitan antara manfaat katalog online bagipenguna dengan frekuensi pemanfaatan katalogonline, sebanyak 23,53% pengguna menyatakanbahwa katalog online kurang bermanfaat,sehingga frekuensi pemanfaatan rendah yakni 1-2 kali dalam satu bulan. Kaitan antarakeakuratan informasi koleksi dan frekuensipemanfaatan katalog online, sebanyak 21,57%dan pengguna menyatakan bahwa informasikoleksi yang diperoleh melalui pemanfaatankatalog online tidak akurat, sehinggamempengaruhi frekuensi pemanfaatan katalogonline yakni 1-2 kali dalam sebulan.Kaitan antara kelengkapan sajian informasidan frekuensi pemanfaatan katalog online,29,41% pengguna menyatakan informasi yangdisajikan katalog online kurang lengkapsehingga mempengaruhi frekuensi pemanfaatannya1-2 kali dalam sebulan.Kaitan antara kesesuaian informasi danfrekuensi pemanfaatan katalog online, 15,69%pengguna menyatakan informasi yangdisajikan katalog online kurang sesuai sehinggamempengaruhi frekuensi pemanfaatannya, yakni 1-2 kali dalam sebulan.Kaitan antara kenyamanan penggunaankatalog online dan frekuensi pemanfaatan,35,29% dari pengguna menyatakan bahwapenggunaan katalog online tidak nyamansehingga frekuensi pemanfaatan katalogonline rendah, yakni 1-2 kali dalam sebulan.Ketidaknyamanan pengguna dalam pemanfaatankatalog online juga berkaitan dengan jumlahkomputer yang disediakan untuk katalogonline. Jumlah komputer yang diperlukanuntuk layanan optimal katalog onlinedibutuhkan antara 3-4 unit dan saat ini hanyaada 2 unit komputer, sehingga frekuensipemanfaatan katalog online menjadi rendah.D. Kesimpulan dan Saran1. KesimpulanHasil penelitian menunjukkan, bahwa faktorinternal atau faktor yang berasal dan dalamdiri pengguna tidak mempengaruhi penggunadalam pemanfaatan layanan katalog onlineFaktor yang mempengaruhi pengguna dalampemanfaatan layanan katalog online adalahfaktor eksternal atau faktor yang berasal danluar diri pengguna itu sendiri.Indikator yang termasuk dalam faktoreksternal yang mempengaruhi penggunadalam pemanfaatan layanan katalog onlineantara lain sebagai berikut.1). Kualitas koleksi. Kualitas koleksi dapatdilihat dari: (a) kelengkapan sajianinformasi koleksi pada katalog online, dimana sajian informasi koleksi padakatalog online tidak lengkap yangdisebabkan belum seluruhnya data koleksiyang dimasukkan ke dalam pangkalandata katalog online; (b) informasi koleksiyang diperoleh tidak akurat yangdisebabkan pemasukan data yang tidaklengkap seperti tidak ada nomor katalog,tidak ada judul, dan tidak ada namapenulis, sehingga ketika penggunamemasukkan kata kunci (keyword),komputer tidak dapat menampilkan hasilyang dicari; (c) informasi koleksi yangdiperoleh melalui katalog online denganHalaman 88


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006informasi yang dibutuhkan kurang sesuaiyang disebabkan oleh adanya kesalahandalam mengentrikan data. Hal inimenunjukkan ketidakhati-hatian dalampengentrian data, sehingga kesalahan dalampengentrian data menyebabkan data yangterdapat dalam pengkalan data tidak bisaditampilkan saat pencarian dilakukan.2). Kenyamanan dalam pemanfaatan katalogonline, dapat dilihat antara lain darifasilitas dan kondisi ruangan perpustakaankurang memadai. Hal ini yang disebabkanoleh ruangan yang terbatas baik jumlahmaupun ukurannya, dan perlengkapanyang ada kurang tertata rapi. Di sampingitu, kurangnya kenyamanan dalampemanfaatan layanan katalog online yangdisebabkan spesifikasi komputer yangrendah, jumlah komputer untuk operasionalkatalog online kurang, sehingga seringkalipengguna harus antri dalam memanfaatkanlayanan katalog online.3). Peranan staf perpustakaan mempengaruhipengguna dalam pemanfaatan layanankatalog online. Hal ini dapat dilihat antaralain dari: (a) kurangnya pengetahuan stafterhadap koleksi perpustakaan danoperasional katalog online; (b) kurangnyaketerampilan staf perpustakaan dalammelayani kebutuhan informasi pengguna;(c) kurangnya kemampuan stafperpustakaan dalam melayani kebutuhaninformasi pengguna. Hal ini disebabkanoleh jumlah staf perpustakaan untukpelayanan pengguna terbatas, yakni hanyadua orang dengan pendidikan sekolahmenengah dan tidak ada yang berlatarpendidikan perpustakaan.2. Kendala-kendala yang dihadapi olehpengguna dalam pemanfaatan katalogonline antara lain: (a) sebagian besar tidakmenemukan informasi tentang koleksiyang dicari; (b) tidak mengetahui statuskoleksi yang dicari; (3) sering antriantarsesama pengguna dalam pemanfaatanlayanan katalog online karena jumlahkomputer yang terbatas.3. Bahan pustaka (koleksi) yang banyakdibutuhkan oleh pengguna padaPerpustakaan Pascasarjana Unpad padaumumnya adalah tesis dan disertasi. Lebihdari 75% dan pengguna melakukankunjungan ke perpustakaan hanya untukmencari tesis dan disertasi yangdigunakan untuk penyelesaian tugas-tugasperkuliahan dan tujuan penelitian.2. SaranBerdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapahal yang disarankan antara lain:1. Koleksi atau bahan pustaka yang dapatdiakses melalui katalog online tidak hanyaberkaitan dengan koleksi (bahan pustaka)tesis dan disertasi saja melainkan untukkeseluruhan bahan pustaka di PerpustakaanPascasarjana Unpad.2. Perlu kehati-hatian dalam mengentri datakoleksi ke dalam pangkalan data sehinggasemua data yang ada dapat diaksesmelalui katalog online.3. Untuk kelengkapan koleksi tesis dandisertasi pada katalog online perlu seluruhdata tesis dan disertasi dimasukkan kedalam pangkalan data.4. Untuk kenyamanan dalam pemanfaatankatalog online diperlukan ruangan yanglebih luas, bersih, dan perlengkapantertata rapi serta jumlah komputer untukoperasional katalog online ditambahmenjadi 3- 4 unit.5. Staf perpustakaan perlu ditambah danditingkatkan pengetahuan dan keterampilannyadalam pelayanan informasi penggunaterutama berkaitan dengan koleksiperpustakaan dan layanan katalog online.RujukanAsrukin, 1994. Sikap Mahasiswa TerhadapFasilitas dan Pelayanan PerpustakaanIKIP Malang. Tesis ProgramPascasarjana Ilmu Perpustakaan<strong>Universitas</strong> Indonesia. Jakarta {tidakdipublikasikan.)Handoko, M. 1992. Motivasi: DayaPenggerak Tingkah Laku. Kanisius.Yogyakarta.Rakhmat, J. 1999. Metode PenelitianKomunikasi: Dilengkapi denganAnalisis Statistik. Remaja Rosdakarya.Bandung-------------. 2005. Psikologi Komunikasi.Edisi Revisi. Remaja Rosdakarya.BandungSingarimbun, M dan Effendi, S. 1989. MetodePenelitian Survai. LP3ES. Yakarta.Sumantri, S. 2001. Perilaku Organisasi.<strong>Universitas</strong> Padjadjaran. BandungHalaman 89


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Kebutuhan Informasi Mahasiswa Progam Pendidikan DokterSpesialis (PPDS) FK-UI dalam Memenuhi Tugas Journal ReadingIshakDepartemen Studi Perpustakaan dan Informasi<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>AbstractThe objective of this research is to identify and to describe the information need of medicalstudents, 2004, Faculty of Medicine, University of Indonesia, in supporting journal reading.This research tries to identify selected subject, information use, type of collections, informationformat, information resources, and the library service needed. This research was conducted to35 students from 24 specialist education programs in medical by giving questionnaires.Keywords: Information Needs, Information Use, Information Resources, Journal ReadingPendahuluanPelaksanaan Program Pendidikan DokterSpesialis Fakultas Kedokteran <strong>Universitas</strong>Indonesia (selanjutnya disingkat PPDS FK-UI) berpegang pada Tridharma PerguruanTinggi, di mana unsur penelitian merupakansalah satu komponen dalam programpendidikan tersebut. Unsur penelitian initercantum dalam tujuan umum PPDS FK-UIbutir ketiga yaitu untuk menghasilkan lulusanyang mampu menentukan, merencanakan,melaksanakan pendidikan, penelitian mandiri,dan mengembangkan ilmu ke tingkatakademik yang lebih tinggi. Kepentinganpenelitian juga dituangkan dalam KebijakanDasar Pengembangan Jangka Panjang<strong>Universitas</strong> Indonesia tahun 1990 – 2010.Salah satu tema pokok pengembanganprogram pendidikan disiapkan untukmewujudkan universitas riset (researchuniversity) (UI, 1999).Mahasiswa PPDS FK-UI sebelum memasukiprogram studi masing-masing diberikan paketmetodologi penelitian berupa kuliah sebesar 2SKS, bertujuan untuk meningkatkanpengetahuan tentang penelitian. Paketpenyelenggaraan metodologi penelitian bagimahasiswa PPDS terdiri dari: a) kursuspendahuluan metode penelitian, b) kursuslanjutan menjelang peserta PPDS melakukanpenelitian, dan c) journal reading. Fokuspada penelitian ini adalah kegiatan journalreading sebagai salah satu bagian dari paketmetodologi penelitian yang bertujuan untukmeningkatkan kualitas penelitian pesertaPPDS FK-UI. Kegiatan journal readingdilakukan agar mahasiswa dapat memahamiberbagai metodologi penelitian ilmiah yangtelah dilakukan dan dimuat di berbagaisumber informasi.Perpustakaan Fakultas Kedokteran UI(selanjutnya disingkat Perpustakaan FK-UI),sebagai pengelola informasi dalampenyelenggaraannya mempunyai tugas dankewajiban untuk memenuhi kebutuhaninformasi dan memberikan fasilitas aksesinformasi terhadap pemakai perpustakaan.Dukungan yang diberikan perpustakaan FK-UI untuk kegiatan perkuliahan tersebut,adalah menyediakan jasa layanan penelusuranliteratur, langganan fotokopi daftar isi jurnalterbaru, layanan audio visual, jasa pembuatanslide presentasi, dan lain-lain.Penelitian ini dilakukan untuk memberigambaran apakah sumber informasi dan jasalayanan yang tersedia pada perpustakaan FK-UI sudah membantu dalam memenuhikebutuhan informasi mahasiswa PPDS FK-UI, sumber informasi apa yang digunakan,dan bagaimana upaya pencarian informasiyang dilakukan, apakah mahasiswa PPDSmenggunakan sumber informasi dan jasalayanan perpustakaan FK-UI atau mencarisumber informasi di luar perpustakaan FK-UI.Halaman 90


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Tinjauan LiteraturKonsep Kebutuhan informasiKata kebutuhan dapat diartikan sebagaisesuatu yang harus dimiliki seseorang.Sehingga kebutuhan informasi dapat diartikaninformasi yang harus dimiliki seseorang.Mengapa seseorang membutuhkan informasidan kapan munculnya kebutuhan informasitersebut? Belkin (1978: 55) dengan konsepAnomalous State of Knowledge (ASK)memberikan batasan tentang kebutuhaninformasi sebagai berikut: “… when a personrecognizes something wrong in his or her state ofknowledge and wishes to resolve the anomaly.”Belkin menyatakan bahwa kebutuhaninformasi terjadi ketika seseorang menyadariadanya kekurangan dalam tingkatpengetahuannya tentang situasi atau topik tertentudan berkeinginan mengatasi kekurangan tersebut.Krikelas (1983: 5) mendefinisikan kebutuhaninformasi sebagai berikut, “… when thecurrent state of possessed knowledge is lessthan needed”. Krikelas menyatakan bahwakebutuhan informasi timbul ketikapengetahuan yang dimiliki seseorang kurangdari yang dibutuhkan, sehingga mendorongseseorang untuk mencari informasi.Kuhlthau (1991) juga memberikan batasanpengertian kebutuhan informasi. Kuhlthaumenyatakan bahwa kebutuhan informasimuncul akibat kesenjangan pengetahuan yangada dalam diri seseorang dengan kebutuhaninformasi yang diperlukan. SelanjutnyaCrawford (dalam Devadason, 1996)mengemukakan bahwa kebutuhan informasisulit didefinisikan dan diukur karenamelibatkan proses kognitif dengan tingkatkesadaran yang berbeda-beda. Hal senadajuga diungkapkan Krikelas (1983) yangmenyatakan bahwa adanya kesulitan dalammenentukan kebutuhan informasi, yaknimembedakan kapan kebutuhan itu disadaridan bagaimana kebutuhan itu diungkapkan.Analisis Kebutuhan InformasiPenelitian terhadap kebutuhan informasi dibidang perpustakaan sudah dimulai sejaktahun 1916 di Inggris melalui surveibagaimana perpustakaan digunakan dan siapasaja yang menggunakan. Awalnya penelitianberfokus pada penggunaan sistem bukan padapemakai. Baru pada tahun 1980-an kajianberalih kepada pemakai (user center) (Wilson,2000).Memahami kebutuhan informasi pemakaisebenarnya untuk mengetahui antara lain: a)siapa pemakai potensial perpustakaan, b) apayang mereka pelajari dan teliti, c) sumberinformasi dan layanan perpustakaan apa yangmereka butuhkan, d) bagaimana pengetahuanmereka tentang sumber informasi dan layananyang ada di perpustakaan, e) bagaimanamereka menggunakan sumber informasi danperpustakaan, dan f) bagaimana merekamenjadikan perpustakaan sebagai nilai tambahdalam membantu menyelesaikan tugas danpekerjaan (Hiller, 2004).Jika pengelola informasi bisa memahamikebutuhan informasi pemakai, maka akanmembantu dalam pengembangan layananperpustakaan, di antaranya: a) peningkatanapa saja yang dapat dilakukan untukmemanfaatkan layanan yang sudah ada, b)usaha apa saja yang harus dilakukan agarlayanan dan sumber informasi perpustakaandiketahui secara lebih baik oleh pemakai, danc) program kerja apa saja yang dapatdijalankan untuk mempertemukan layananyang ada dengan kebiasaan pencarianinformasi pemakai (Chaudry, 1993).Hiller (2004) mengemukakan bahwa upayapengelola informasi untuk memahamikebutuhan informasi pemakai, berdasarkanpada konsep user center, yaitu: a) menyesuaikankoleksi dan sumber informasi dengan kebutuhanpemakai, b) mengidentifikasi perbedaankebutuhan informasi pemakai, c) mendukungpendistribusian dana yang wajar dan adil, dand) menjamin perpustakaan mempu meresponskebutuhan pemakai.Pendekatan yang dapat dilakukan untukmengetahui karakteristik dan perilakupemakai dari suatu jasa perpustakaan secarasistematis adalah dengan kajian pemakai (userstudies). Kajian pemakai banyak dipengaruhiilmu psikologi dan sosiologi (Darmono danHalaman 91


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Ardoni, 1994). Ilmu psikologi menjelaskanfaktor internal manusia melalui perilakumanusia, dalam kajian pemakai difokuskanpada perilaku manusia terhadap informasi.Aspek sosiologi menjelaskan perilakumanusia sebagai anggota masyarakat. Perilakumanusia sangat dipengaruhi oleh kedudukanmanusia di antara komunitasnya.Kebutuhan informasi seseorang sulitdidefinisikan dan diukur karena melibatkanproses kognitif dengan tingkat kesadaran yangberbeda-beda. Juga sulit untuk membedakankapan kebutuhan itu disadari dan bagaimanakebutuhan itu diungkapkan (Krikelas, 1983).Sementara itu Leckie dkk. (1996) danNicholas (2000) mencoba menjawabpermasalahan ini dengan mencari karakteristikdari kebutuhan informasi tersebut. Leckie dkk.(1996) juga menyatakan bahwa pengetahuantentang sumber informasi (awareness ofinformation sources) yang akan digunakan,seperti kecepatan akses (accessibility),kualitas (quality), ketepatan waktu(timeliness), kepercayaan (trustworthiness),kebiasaan (familiarity) dan keberhasilansebelumnya (previous success) akan berdampaklangsung pada pelaksanaan pencarianinformasi (information is sought).Identifikasi kebutuhan informasi pemakaiKebutuhan informasi pemakai selalu berubahdan berkembang, sehingga sulit untukmenentukannya secara tepat. Alasan tersebutdidukung oleh pendapat Moores (1981: 83)yang menyatakan: “They have customer’sneeds that are changing all the time.Understanding how these needs are changingis obviously an essential element whendesigning future service”. Perpustakaanmemiliki pemakai yang kebutuhannya terusberubah. Memahami bagaimana kebutuhan ituberubah merupakan unsur penting dalamperencanaan layanan informasi di masamendatang. Memahami kebutuhan informasipemakai memerlukan kerja sama antarapengelola informasi dan pemakai informasi.Chaudry (1993: 5) menyatakan: “Ascertaininginformation needs is indeed a complexphenomenon. Even users themselves, most oftime, have difficulty in clearly defining andexpressing their information needs”.Memastikan kebutuhan informasi pemakaimerupakan suatu fenomena yang rumit,bahkan pemakai sendiri sering merasakesulitan dalam mengungkapkan danmengidentifikasi kebutuhan mereka.Berrie (dalam Newhouse, 1990) melihat duamanfaat paling penting dari usaha untukmengetahui kebutuhan informasi pemakai,yaitu: a) mendorong komunikasi antarapengelola informasi dengan pemakaiinformasi, dan b) mengidentifikasi antaraketersediaan sumber informasi di perpustakaandengan kebutuhan pemakai.Prawati (2003) menyatakan bahwa untukmengidentifikasi kebutuhan informasi dapatdilakukan dengan: a) current approach, yaitumemperhatikan kebutuhan pengguna akaninformasi mutakhir, b) everyday approach,yaitu kebutuhan pengguna akan informasiyang diperlukan sehari-hari, c) exhaustiveapproach, yaitu kebutuhan pengguna akaninformasi secara menyeluruh, dan d) catchingupapproach, yaitu kebutuhan pengguna akaninformasi yang cepat dan singkat.Chowdhury (1999) mengatakan bahwakebutuhan informasi merupakan suatu konsepyang samar. Kebutuhan informasi munculketika seseorang menyadari pengetahuan yangada padanya tidak cukup untuk mengatasipermasalahan tentang subjek tertentu.Selanjutnya Chowdhury menyatakan sifatsifatkebutuhan informasi antara lain: a)mempunyai konsep yang relatif, b) berubahpada periode tertentu, c) berbeda antara satuorang dengan orang lain, d) dipengaruhi olehlingkungan, e) sulit diukur secara kuantitas, f)sulit diekspresikan, g) seringkali berubahsetelah seseorang menerima informasi lain.Hal senada juga diungkapkan Devadason(1996) bahwa kebutuhan informasi tergantungpada kegiatan kerja, disiplin ilmu/bidangpekerjaan/minat, fasilitas yang tersedia,kedudukan atau jabatan seseorang, motivasi,kebutuhan untuk mengambil keputusan,kebutuhan untuk menemukan ide baru,kebutuhan mencari kebenaran, dan lain-lain.Devadason (1996) juga menyatakan bahwakebutuhan informasi dipengaruhi olehHalaman 92


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006berbagai faktor seperti, a) ketersediaansumber informasi, b) kegunaan informasi, c)latar belakang, motivasi, kepentinganprofesional, dan karakteristik lain yangdimiliki pemakai, d) sosial, politik, ekonomi,hukum dan sistem yang berkaitan denganpemakai, dan e) konsekuensi dari penggunaaninformasi.Faktor yang Mempengaruhi KebutuhanInformasiPannen (1990) mengatakan bahwa faktor yangpaling umum mempengaruhi kebutuhaninformasi adalah pekerjaan, termasuk kegiatanprofesi, disiplin ilmu yang diminati,kebiasaan, dan lingkungan pekerjaan. Halsenada juga dikatakan Wilson (1981) bahwakebutuhan informasi berkaitan erat denganmasalah yang dihadapi, kesenjangan atauketidak berdayaan seseorang dalammendapatkan sumber informasi.Nicholas (2000) menyatakan bahwa ada limafaktor yang mempengaruhi kebutuhaninformasi pemakai, yaitu: a) jenis pekerjaan,b) personalitas, yaitu aspek psikologi daripencari informasi, meliputi, ketepatan,ketekunan mencari informasi, pencariansecara sistematis, motivasi dan kemauanmenerima informasi dari teman, kolega danatasan, c) waktu, d) akses, yaitu menelusurinformasi secara internal (di dalam organisasi)atau eksternal (di luar organisasi), dan e)sumber daya teknologi yang digunakan untukmencari informasi.Sementara itu Crawford (dalam Devadason,1996) menyatakan bahwa kebutuhaninformasi tergantung pada: kegiatanpekerjaan, disiplin ilmu, tersedianya berbagaifasilitas, jenjang jabatan individu, faktormotivasi terhadap kebutuhan informasi,kebutuhan untuk mengambil keputusan,kebutuhan untuk mencari gagasan baru,kebutuhan untuk mendapatkan informasi yangtepat, kebutuhan untuk memberikankontribusi professional, dan kebutuhan untukmelakukan penemuan baru.Wilson (1981) juga menguraikan faktor yangsecara bertingkat mempengaruhi kebutuhaninformasi, seperti digambarkan pada Gambar-1.KEBUTUHAN INFORMASIGambar – 1: Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi(Sumber: Wilson, 1994)Halaman 93


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Pada Gambar tersebut di atas terdapat tigafaktor utama yang mempengaruhi kebutuhaninformasi, yaitu:a. Kebutuhan individu (person)Kebutuhan yang ada dalam diri individumeliputi kebutuhan psikologis (psychologicalneeds), kebutuhan afektif (affectif needs)dan kebutuhan kognitif (cognitive needs).Ketiga kebutuhan ini secara langsungmempengaruhi kebutuhan informasi.b. Peran sosial (social role)Peran sosial meliputi peran kerja (workrole) dan tingkat kinerja (performancelevel), akan mempengaruhi faktor kebutuhanyang ada dalam diri individu.c. Lingkungan (environment)Faktor lingkungan, meliputi lingkungankerja (work environment), lingkungansosial-budaya (social-cultural environment),lingkungan politik-ekonomi (politiceconomicenvironment) dan lingkunganfisik (physical environment) mempengaruhifaktor peran sosial maupun faktorkebutuhan individu. Sehingga terjadipengaruh bertingkat yang akanmembentuk kebutuhan informasi.Karakteristik Kebutuhan InformasiLeckie dkk. (1996) menyatakan bahwakebutuhan informasi memiliki enamkarakteristik yang dapat menunjukkan wujuddari kebutuhan informasi itu, yaitu: a)demografis seseorang, seperti tingkatpendidikan atau usia, b) konteks, misalnyakebutuhan khusus, kebutuhan internal ataueksternal, c) frekuensi, misalnya apakahkebutuhan informasi itu berulang atau baru, d)kemungkinan, misalnya apakah kebutuhaninformasi tersebut dapat diramalkan atau tidakterduga, e) kepentingan, misalnya kebutuhaninformasi dilihat dari tingkat urgensinya, danf) kerumitan, misalnya kebutuhan informasitersebut mudah atau sulit untuk dipecahkan.Sementara itu Nicholas (2000) menyatakanbahwa kebutuhan informasi memiliki sebelaskaraktersitik yang dapat menunjukkan wujuddari kebutuhan informasi tersebut. Berikuturaian singkat dari kesebelas karakteristikkebutuhan informasi.a. Pokok Masalah (Subject)Subjek yang terkandung dalam suatuinformasi merupakan karakteristikkebutuhan informasi yang paling jelas dansegera terlihat. Ada tiga aspek yang harusdipertimbangkan dalam menguraikanpokok masalah, yaitu: 1) berapa banyakpokok masalah yang terkandung dalamsuatu informasi, 2) seberapa jauhkedalaman pokok masalah itu, dan 3)apakah terdapat masalah dalammenentukan subjek yang lebih rinci.b. Fungsi (Function)Setiap pemakai informasi memiliki fungsiyang berbeda-beda dalam memanfaatkaninformasi, tergantung pada kegiatan danhasil kegiatan dari pemakai informasi.Pada dasarnya pemakai membutuhkaninformasi dengan tujuan untuk memenuhilima fungsi pokok, yaitu: 1) fungsi temuan(fact-finding), 2) fungsi aktualisasi informasi(current awareness), 3) fungsi penelitian(research), 4) fungsi penyegaran (briefing),dan 5) fungsi pendorong (stimulus).c. Sifat (Nature)Sifat informasi merujuk pada ciri esensialyang ada pada suatu informasi, yaituapakah informasi itu memiliki salah satusifat berikut, seperti: berubah padaperiode tertentu, atau kebutuhan informasiberbeda antara satu orang dengan yanglainnya.d. Tingkat Intelektual (Intellectual Level)Informasi baru dapat dipahami secaraefektif oleh pemakai bila memilikiprasyarat keluasan pengetahuan minimumatau tingkat kecerdasan tertentu. Sehinggadalam konsep kebutuhan informasiterkandung karakteristik yang berkaitandengan tingkat intelektual pemakai.e. Titik Pandang (Viewpoint)Informasi dalam ilmu sosial seringdituangkan dengan titik pandang ataupendekatan tertentu. Untuk memudahkantitik pandang tersebut maka dibuatkategori berdasarkan pada pemikiran,orientasi politik, pendekatan positif –negatif, dan orientasi disiplin ilmu.f. Kuantitas (Quantity)Pemakai informasi membutuhkan jumlahatau kuantitas yang berbeda dalammemenuhi keperluan tugas pekerjaan ataudalam memecahkan suatu permasalahan.Halaman 94


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Jumlah informasi yang dibutuhkan sangattergantung pada sifat individu pemakai,artinya setiap pemakai dianggap mampumenentukan batasan kebutuhan informasimasing-masingg. Kualitas (Quality)Kualitas kebutuhan informasi sangattergantung pada sifat individu pemakaiinformasi. Sehingga keputusan penggunaaninformasi berdasarkan pada kualitas inibersifat pribadi. Untuk dapat melakukanpemilihan kebutuhan informasi berdasarkankualitas secara tepat, sangat diperlukanpemahaman yang mendalam terhadappemakai informasi.h. Batas Waktu Informasi (Date)Untuk memahami kebutuhan informasipemakai berdasarkan karakteristik bataswaktu informasi, ada dua pertanyaan yangharus diajukan. Pertanyaan tersebutadalah: 1) seberapa lama informasi masalampau yang diperlukan? dan 2) seberapabaru informasi yang diperoleh?Pertimbangan utama yang menentukanialah berapa lama umur informasi dalamsimpanan berkas yang ada. Informasipada setiap disiplin ilmu yang ada akanmemiliki umur penyimpanan berkasinformasi berbeda-beda.i. Kecepatan Pengiriman (Speed of Delivery)Informasi diupayakan secepatnya sampaipada pemakai, dan diharapkan tidakterhenti dalam masa transit ataupenyebarannya, sehingga aktualitasinformasi dapat dijaga. Hal ini berartiinformasi jangan sampai tidak up-to-datekemanfaatannya.j. Tempat Asal Publikasi (Place)Bagi pemakai informasi, tempat asalpublikasi bisa menjadi masalah. Masalahtersebut berhubungan dengan tiga halutama, yaitu: 1) pokok masalah dalaminformasi, 2) posisi pengguna, dan 3)kelancaran bahasa.k. Pemrosesan dan Pengemasan (Processingand Packaging)Pemrosesan berkaitan dengan carapenyajian informasi dari pokok pikirandan riset yang sama, sedangkanpengemasan berkaitan dengan tampilanluar atau bentuk fisik dari informasi.Selanjutnya untuk mengetahui wujudkebutuhan informasi pemakai, dalampenelitian ini hanya difokuskan pada tigakaraktersitik saja, yaitu subjek, fungsi ataumanfaat, dan format informasi yang adahubungannya dengan jenis koleksi. Ketigakarakterisik ini dianggap lebih mudahditanyakan kepada pemakai. Pengetahuanpemakai tentang sumber informasi danlayanan perpustakaan juga difokuskan dalampenelitian ini, dengan tujuan dapat memberikontribusi bagi penyelenggara perpustakaan,khususnya perpustakaan FK-UI.Metode dan Prosedur PenelitianPenelitian ini menggunakan metode survei,dengan tujuan untuk memberi gambaran yangtepat dari suatu gejala. (Tan, dalamKoentjaraningrat, 1993). Dalam penelitian ini,survei dilakukan untuk mendapatkangambaran mengenai kebutuhan informasimahasiswa PPDS FK-UI yang terdaftar pada24 program studi dalam rangka memenuhitugas journal reading. Kehandalan penelitiansurvei tergantung pada: a) jumlah orang yangdijadikan sampel, b) taraf hingga manasampel itu representative, artinya mewakilikelompok yang diselidiki, dan c) tingkatkepercayaan informasi yang diperoleh darisampel itu (Nasution, 2003).Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalahmahasiswa yang terdaftar sebagai pesertaPPDS FK-UI angkatan 2004. MahasiswaPPDS FK-UI angkatan 2004 tersebar pada 24program studi dan berjumlah 352 orang.Jumlah mahasiswa pada setiap program studiseperti terlihat pada Tabel – 1.Penentuan ukuran sampel pada penelitiandeskriptif, menurut Gay (dalam Sevilla dkk.,1993) dan Nasution (2003) dapat diambilsebesar 10% dari jumlah populasi. Dengandemikian ukuran sampel pada penelitian inijika dihitung 10% dari jumlah populasi (n =352) adalah 35. Dari 24 program studi yangada dihitung pengambilan sampelHalaman 95


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Tabel – 1: Mahasiswa PPDS FK-UI Angkatan 2004No Program StudiJumlah Populasi(N)1 Ilmu Penyakit Dalam 212 Ilmu Bedah 113 Ilmu Kesehatan Anak 284 Obstetri & Ginekologi 275 Ilmu Penyakit Saraf 106 Psikiatri 217 Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin 108 Ilmu Penyakit Mata 209 Ilmu Penyakit THT 1310 Radiologi 1211 Ilmu Kedokteran Forensik 1312 Kardiologi 2113 Pulmonologi 1614 Anestesiologi 2015 Ilmu Bedah Orthopaedi 1216 Patologi Anatomi 1217 Patologi Klinik 1318 Urologi 1119 Ilmu Bedah saraf 1220 Ilmu Kedokteran Fisik & Rehabilitasi 1021 Ilmu Kedokteran Olahraga 922 Ilmu Bedah Plastik 1123 Mikrobiologi Klinik 1024 Farmakologi Klinik 9Jumlah 352(Sumber: Seketariat PPDS FK-UI)dengan menggunakan alokasi sebanding,dengan rumus:n i = (N 1N) x n, untuk i = 1, 2, 3, … kdi mana: N 1 = jumlah populasi pada 1, 2, 3, …kN = jumlah semua populasin = jumlah sampel yang ditetapkanMisalnya, jumlah populasi pada program studiIlmu Penyakit Dalam 21 orang, Jumlahsampel ditetapkan 35, dengan menggunakanrumus alokasi sebanding maka jumlah sampelyang akan diambil pada program studi IlmuPenyakit Dalam adalah 21/352x35=2,08.Jumlah sampel yang ditetapkan untukprogram studi Ilmu Penyakit Dalam menjadi 2orang. Demikian seterusnya perhitunganpenentuan jumlah sampel dilakukan untuksemua program studi.Strategi pengambilan sampel dalam penelitianini dilakukan secara sampel aksidental, karenametode ini sangat mudah, murah, dan cepatuntuk dilakukan (Nasution, 2003).Variabel penelitianVariabel adalah faktor-faktor yang berperandalam suatu penelitian atau dapat pula diartikansebagai sesuatu objek pengamatan penelitianberupa faktor yang memiliki variasi nilai. Faktoratau objek pengamatan tersebut dapat berupagejala, kondisi, kemampuan, sikap, perilaku danlain-lain (Poerwanti, 2000).Variabel dalam penelitian ini adalah sepertiterlihat padaTabel – 2.Halaman 96


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Tabel – 2: Variabel dan Definisi OperasionalVariabel terikat Variabel bebas Definisi operasionalKebutuhan informasi 1 subjek/permasalahan2. manfaat3. jenis koleksi dan formatinformasi4. sumber informasi5. layanan perpustakaan1. masalah yang timbul akibattugas journal reading2. kegunaan, nilai, dan artiinformasi yang diperoleh3. jenis koleksi yang dibutuhkanuntuk tugas journal reading,termasuk format informasiyang dipilih, tercetak atauelektronik4. individu, organisasi, institusidan lembaga yang dianggappenting untuk mendukungtugas journal reading5. jasa layanan yang tersedia diperpustakaan yang dibutuhkanpemakaiTeknik Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan denganmenggunakan kuesioner. Pemilihan alat iniberdasarkan pendapat Nasution (2003) yangmenyatakan bahwa untuk memperolehinformasi pada penelitian survei dapatmenggunakan metode kuesioner, wawancara,observasi langsung, atau kombinasi beberapateknik pengumpulan data.Kuesioner disebarkan pada 35 mahasiswaPPDS FK-UI angkatan 2004 yang dijadikansampel dan penyebaran kuesioner pada 24program studi diperlakukan secara proporsional.Upaya ini dilakukan agar sampel benar-benarrepresentatif.Kuesioner terdiri dari 15 pertanyaan mengenaipenilaian responden terhadap kebutuhaninformasi. Jawaban dalam kuesionerbentuknya berupa pilihan, daftar urutan, skala,serta pertanyaan terbuka.Analisis DataData yang sudah terkumpul dianalisismenggunakan Tabel Distribusi Frekuensi.Data tersebut diperoleh dari jawaban yangberagam pada kuesioner yang terkumpul dandikelompokkan ke dalam kode kategori. Datayang sudah dikelompokkan dibuatkan lembarringkasan (summary sheet) dan kemudiandibuat tabulasi sesuai dengan analisis yangdigunakan, antara lain: daftar urutan, tabelpresentase, dan tabel distribusi frekuensi.Data kuantitatif yang dikumpulkan berupa:a. Daftar urutan, yaitu dengan menjumlahkanpernyataan yang dipilih oleh respondensecara berurut.b. Skala numerik, yaitu dengan menjumlahkansemua angka pada setiap pernyataankemudian membaginya sesuai denganjumlah responden.c. Persentase pilihan pernyataan yang dipilihresponden dari sejumlah pilihan.Data yang diperoleh dari pertanyaan terbukadikelompokkan ke dalam kategori. Kemudiankategori ini dimasukkan dalam lembarringkasan dan ditabulasikan dengan menyusuntabel persentase.Pengolahan data dibantu dengan programSPSS ver 10.0 for Windows. Program inidigunakan untuk mengetahui jumlah frekuensidan penyebaran data yang diperolehberdasarkan program studi. Adapun prosedurpengolahan data yang dilakukan menggunakanprogram SPSS adalah:• Editing, yaitu melakukan pengecekanisian kuesioner. Hal ini dilakukan untukmengetahui apakah jawaban yang adapada kuesioner sudah lengkap, jelas, relevandan konsisten.Halaman 97


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006• Coding, yaitu merubah data berbentukhuruf menjadi data berbentuk angka ataubilangan. Misalnya untuk sub-variabelformat informasi dilakukan coding 1 =tercetak, 2 = elektronik, dan 3 = keduanya(tercetak dan elektronik). Coding digunakanuntuk mempermudah saat analisis datadan mempercepat entri data.• Processing, yaitu melakukan entri datadari kuesioner ke program SPSS untukdapat dianalisis.• Cleaning, yaitu melakukan pengecekankembali data yang sudah dientri untukmenghindari kesalahan pada saat analisisdata.Selanjutnya setelah entri data dianggap benar,maka dilakukan analisis data. Analisis datamenggunakan analisis deskriptif, tujuannyauntuk dapat menjelaskan atau mendeskripsikankarakteristik dari variabel yang diteliti. Untukdata numerik digunakan nilai rata-rata,sedangkan data kategorik digunakan jumlahdan persentase.Hasil dan PembahasanSubjek yang Berhubungan Dengan TugasJournal ReadingJawaban responden mengenai subjek yangberhubungan dengan tugas journal reading,dikelompokkan pada jawaban yang bersifatumum dan jawaban spesifik. Jawaban yangspesifik mengenai pokok permasalahan untuktugas journal reading, dijawab oleh 14responden (40%). Subjek atau permasalahanyang dipilih responden seperti terlihat padaTabel – 3. Selanjutnya responden yangmemberikan jawaban umum denganmenyatakan ”masalah yang berhubungandengan program studi” dijawab oleh 21responden (60%).Pokok masalah yang terkandung dalam suatuinformasi yang dinyatakan responden dari 8program studi tersebut merupakankarakteristik kebutuhan informasi yang palingjelas dan segera dapat dilihat. Pokok masalahtersebut juga tergantung minat respondenseperti yang telah diungkapkan Nicholas(2000). Subjek yang berhubungan dengandispilin ilmu pemakai, dalam hal inimahasiswa PPDS, diperlukan untukmenentukan jenis koleksi yang akandisediakan perpustakaan sebagai sumberinformasi bagi pemakai, seperti yangdikatakan Atherton (1977).Jenis dan Format InformasiBerdasarkan data mengenai jenis koleksi yangdigunakan responden untuk mendukung tugasjournal reading, sumber informasi primeryang dipandang sangat penting adalah jurnalilmiah (68,60%) dan buku (57,10%).NoProgram StudiTabel – 3: Subjek yang Berhubungan dengan Tugas Journal ReadingJumlahResponden1 Ilmu Penyakit Dalam 22 Obstetri & Ginekologi 33 Psikiatri 24 Ilmu Penyakit Mata 25 Ilmu Penyakit THT 26 Ilmu Kedokteran Forensik 1Subjek MasalahPatofisiologi, epidemiologi, Hypertension,Diabetic fortSLE in pregnancy Retensio urin post partum,Diabetes mellitus in pregnancy PPH, ECV, RPLDepresi, Ketergantungan zat, PsikiatrikomunitasGlaukoma, Kelainan retina, Kelainan korneaKelainan infeksi imunologi, TrabeculectomyOtologi, Rinologi, Laring-faringologi,Plastik rekonstruksiBasic toxicology drugs, Blood grouplaboratory, Thanatology (Post mortem sign)7 Ilmu Kedokteran Fisik & Rehabilitasi 1 Low back pain, Neuro imaging8 Ilmu Bedah Plastik 1 Perioperatif, Teknik operasiJumlah 14Halaman 98


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Sedangkan sumber primer yang dipandangpenting adalah laporan penelitian dantesis/disertasi. Ini berarti jenis koleksi tersebutselalu dibutuhkan responden sebagai sumberinformasi untuk mendukung tugas journalreading. Penggunaan sumber primer ini(jurnal, buku, laporan penelitian, tesis/disertasi) karena dipengaruhi oleh kebutuhandan pengetahuan responden untuk terusmengikuti perkembangan informasi bidangkedokteran dengan cara membaca sumberprimer terutama jurnal ilmiah. Adapun jurnalyang rutin dibaca oleh 35 responden adalah 67judul jurnal ilmiah. Terdiri dari 66 judulterbitan luar negeri dan 1 judul terbitan dalamnegeri. Kemudian terdapat 2 pangkalan datajurnal yang diakses melalui internet, yaituMedscape dan Proquest Medical Journal.Judul jurnal tersebut mencakup 24 programstudi PPDS yang ada di lingkungan FK-UI.Responden umumnya masih memilih formatinformasi tercetak (69,52%) dibanding denganformat elektronik (30,48%). Format tercetakuntuk jenis koleksi buku dipilih respondendengan jumlah frekuensi 34 kali. Formatinformasi elektronik yang digunakanresponden terbanyak adalah jenis koleksijurnal ilmiah dengan jumlah frekuensi 26 kali.Hal ini juga didukung oleh tersedianyafasilitas akses journal electronic melaluidatabase proquest medical journal yangdilanggan perpustakaan FK-UI dantersedianya akses internet gratis dilaboratoriun komputer FK-UI.Sumber InformasiSumber informasi pertama yang digunakanresponden dalam menyelesaikan tugas journalreading adalah koleksi sendiri, dipilihsebanyak 17 responden (53,13%) dan internetdipilih sebanyak 12 responden (34,29%). Bilabelum menemukan informasi yangdibutuhkan, responden akan mencari kesumber informasi berikutnya yaitu koleksipada perpustakaan program studi dipilihsebanyak 9 responden (25,71%) dan bertanyapada teman dipilih sebanyak 8 responden(25%).Selanjutnya sumber informasi yang dihubungiresponden sebagai alternatif kelima adalahkoleksi pada perpustakaan FK-UI dipilihsebanyak 10 responden (28,57%) danbertanya pada dosen dipilih sebanyak 7responden (21,88%). Sebagai urutan ke-7yang dipilih responden sebagai sumberinformasi yang dihubungi adalah koleksi diluar perpustakaan FK UI dipilih sebanyak 10responden (31,25%), sedangkan toko bukumerupakan sumber informasi terakhir yangdihubungi dipilih sebanyak 19 responden(61,29%). Sumber informasi diluar perpustakaanFK-UI yang dikunjungi responden adalahperpustakaan Bristol Myers Squibb (BMS)Indonesia dipilih sebanyak 16 responden(45,71%), perpustakaan Eijkman dipilihsebanyak 8 responden (22,86%) danperpustakaan Rumah Sakit Persahabatan Kitadipilih sebanyak 1 responden (2,86%).Jenis koleksiTabel – 4: Format Informasi yang Dipilih RespondenfFormat informasiTercetakElektronikPersentasePersentase(%)f(%)fJumlahPersentase(%)1. Jurnal ilmiah 14 35,00 26 65,00 40 100,002. Buku 34 100,00 - - 34 100,003. Laporan Penelitian 22 73,33 8 26,67 30 100,004. Tesis/Disertasi 27 96,43 1 3,57 28 100,005. Abstrak 14 42,42 19 57,58 33 100,006. Surat kabar 19 86,36 3 16,64 22 100,00Jumlah 130 69,52 57 30,48 187 100,00Keterangan: f = frekuensiHalaman 99


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Layanan PerpustakaanLayanan perpustakaan FK-UI yang palingbanyak digunakan responden adalah layananfotokopi dokumen (32,63%), selanjutnyalayanan penelusuran (29,476%), layananpeminjaman (25,26%), dan layanan fotokopidaftar isi majalah (12,64%).Tabel – 5: Jenis layanan Perpustakaan yangDigunakanJenis layanan f Persentase (%)Layanan fotokopidokumen31 32,63Layanan penelusuran 28 29,47Layanan peminjaman 24 25,26Layanan fotokopidaftar isi majalah12 12,64Jumlah 95 100,00Keterangan: f = frekuensiSetelah mengetahui jenis layanan perpustakaanFK-UI yang digunakan responden untukmemenuhi tugas journal reading, selanjutnyaperlu diketahui sarana yang digunakanresponden untuk memesan informasi yangdibutuhkan, sehingga dapat diungkapkandengan cara apa responden memesan informasi.Cara responden untuk memesan informasiumumnya dengan datang sendiri keperpustakaan FK-UI, dipilih sebanyak 33responden (94,30%). Hanya 1 responden yangmenggunakan electronic mail, dan tidak adaresponden yang memilih telepon dan faksimilisebagai sarana untuk memesan informasi.Tabel – 6: Cara Responden MemesanInformasiCara memesaninformasif Persentase(%)Datang sendiri 33 97,06Electronic mail 1 2,94Telepon 0 0,00Faksimili 0 0,00Jumlah 34 100,00Keterangan: f = frekuensiResponden selalu mendatangi sendiri sumberinformasi yang dibutuhkan dalam rangkamenyelesaikan tugas journal reading. Cara inidilakukan karena responden membutuhkaninformasi yang lengkap dan hasil pencarianyang tepat menurut tingkat uraian danketelitian (Leckie et al., 1996).KesimpulanSubjek yang dipilih mahasiswa PPDS FK-UIangkatan 2004 dalam memenuhi tugas journalreading umumnya berhubungan dengan minatdan program studi yang dipilih responden.Untuk memenuhi tugas tersebut respondenmembutuhkan jenis koleksi jurnal ilmiah,khususnya terbitan luar negeri dalam formatelektronik. Jenis koleksi buku, laporanpenelitian, tesis/disertasi, dan abstrak jugadibutuhkan mahasiswa sebagai bahanpendukung untuk tugas journal reading.Penelitian ini juga dapat menggambarkan bahwamahasiswa cenderung menggunakan formatelektronik untuk mengakses jurnal ilmiah.Layanan yang paling banyak diminati diperpustakaan FK-UI adalah layanan fotokopidokumen dan layanan penelusuran informasi.Umumnya mahasiswa datang sendiri keperpustakaan untuk mendapatkan informasiyang dibutuhkan. Fasilitas lain yang disediakanperpustakaan seperti e-mail, telepon dan faksimilibelum secara maksimal digunakan responden.RujukanAtherton, P. (1977). Handbook forinformation systems and services. Paris:UNESCOBelkin, N. J (1978). “Information concept forinformation science”. Journal ofDocumentation, 34(1): 55-58Chaudry, A.S. (1993). “Information needs andtheir satisfaction in a utility company”.Libraries Review, 42 (1)Chowdhury. G.G. (1999). Introduction tomodern information retrieval. London:Library Association PublishingDarmono dan Ardoni. (1994). “Kajianpemakai dan sumbangannya kepadadunia Pusdokinfo”. Jurnal IlmuPerpustakaan dan Ilmu Informasi, 1(2), April: p. 21-34Devadason, F.J., dan P. Pratap Lingam.(1996). “Practical steps for identifyinginformation needs of clients”. TenthCongress of Southeast Asian Librarians(CONSAL X), May 21-25, 1996; KualaLumpur, Malaysia.Halaman 100


Pustaha: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol.2, No.2, Desember 2006Devadason, F.J.; P. dan Pratap Lingam.(1996). “A Methodology for theIdentification of Information Needs ofUsers”. 62nd IFLA General Conference- Conference Proceedings - August 25-31, 1996Eskola, Eeva-Liisa. (1998). “Universitystudents' information seeking behaviourin a changing learning environment”.Information Research, 4 (2) OctoberHiller, Steve. (2004). User needs assessmentto support collection managementdecisions. Florida: ALA AnnualKrikelas, J. (1983). “Information seekingbehaviour: patterns and concepts”.Drexel Library Quarterly, 19(2) SpringKuhlthau, C.C. (1991). Seeking meaning: aprocess approach to library andinformation services. Norwood, NJ:AblexKuhlthau, Carol C. (2002). “The InformationSearch Process (ISP): A Search forMeaning Rather than Answers”.Leckie, G.J; Pettigrew, K.E dan Sylvain, C.(1996). “Modelling the informationseeking of professional: a generalmodel derived from research onengineers, health care professionals,and lawyers”. Library Quarterly, 66(2):161-193Moores, Paul. (1981). “Information userschanging expectation and needs”. Aslibproceedings. 33(3)Nasution, S. (2003). Metode research:penelitian ilmiah. Jakarta: Bumi AksaraNew house, R.C. (1990). A library essential:need assessment. Library Review, 32(3)Nicholas, David. (2000). Assessinginformation needs: tools, techniquesand concepts for the internet age. 2 nded. London: AslibPannen, P. (1990). A study in informationseeking and use behaviours of residentstudents and non-resident students inIndonesia tertiary education. SyracuseUniversity (Disertasi)Poerwanti, Endang. (2000). Pendekatankuantitatif dalam penelitian perilaku.Malang: <strong>Universitas</strong> MuhammadiyahPrawati, Budi. (2003). “Keterpakaian koleksimajalah ilmiah pusat perpustakaan danpenyebaran teknologi pertanian olehpeneliti badan balitbang pertanian”.Jurnal Perpustakaan Pertanian, 12(1)Sevilla, C.G. dkk. (1993). Pengantar metodepenelitian; penerjemah AlimuddinTuwu. Jakarta: Penerbit <strong>Universitas</strong>Indonesia, 1993.Wilson, T.D. (1981). “The cognitive approachto information-seeking behaviour andinformation use”. Social ScienceInformation Studies, 4, 197-204Wilson, T.D. (2000). “Human informationbehavior”. Informing Science. 3(2): p.49-55Halaman 101


Petunjuk untuk Penulis<strong>PUSTAHA</strong>: Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi terbit dua kali setahun yaitu pada bulanJuni dan Desember. Redaksi Pustaha menerima artikel baik yang berupa hasil penelitianmaupun studi literatur yang orisinal yang relevan dengan bidang perpustakaan dan informasi.Pustaha juga menerima artikel berupa laporan kasus, penyegar ilmu perpustakaan dan informasi,dan ceramah ilmiah lainnya dalam konteks perpustakaan dan informasi.Artikel Penelitian: berisi artikel mengenai hasil penelitian dalam bidang perpustakaan daninformasi. Format penulisannya terdiri dari: Pendahuluan: berisi latar belakang, masalah dantujuan penelitian. Tinjauan Pustaka: berisi kajian teoretis dan atau landasan teori yang relevandengan topik yang diteliti. Metode: berisi metode atau cara dan prosedur yang digunakan untukmelakukan penelitian. Hasil: dapat disajikan dalam bentuk deskripsi teks, dan data dapatdisajikan pada tabel, gambar atau grafik. Berikan kalimat pengantar untuk menerangkan tabel,gambar, dan atau grafik, tetapi jangan mengulang apa yang telah disajikan dalam tabel, gambar,dan atau grafik sebelumnya. Diskusi: berisi pembahasan mengenai hasil penelitian yangditemukan. Pembahasan tentang hasil penelitian dapat dibandingkan dengan hasil penelitianlain. Jangan mengulang apa yang telah ditulis pada bab sebelumnya. Kesimpulan dan Saran:berisi kesimpulan penulis berdasarkan hasil penelitiannya. Saran yang dikemukakan harusmengacu kepada kesimpulan yang ditulis ringkas, padat dan relevan dengan hasil.Studi Literatur: merupakan article review dari jurnal dan atau buku mengenai ilmuperpustakaan dan informasi yang mutakhir. Format tulisan terdiri atas Pendahuluan,Pembahasan dan Kesimpulan.Laporan Kasus: berisi artikel tentang kasus pada perpustakaan tertentu yang cukup menarikdan baik untuk disebarluaskan kepada kalangan perpustakaan lainnya. Format tulisan terdiriatas: Pendahuluan, Laporan Kasus, Pembahasan, dan Kesimpulan.Penyegar Ilmu Perpustakaan dan Informasi: berisi artikel yang membahas berbagai hal danatau topik, baik topik yang lama maupun yang baru akan tetapi masih bersifat mutakhir yangdipandang perlu untuk disebarluaskan. Format tulisan disesuaikan dengan kebutuhan.Ceramah: berisi tulisan atau laporan yang menyangkut bidang ilmu perpustakaan dan informasiyang pernah disampaikan pada pertemuan tertentu akan tetapi dipandang perlu untukdisebarluaskan. Format tulisan disesuaikan dengan kebutuhan.Petunjuk UmumArtikel yang dikirim ke Redaksi Pustaha adalah artikel yang belum pernah dipublikasikan.Untuk menghindari duplikasi, redaksi tidak menerima artikel yang juga dikirim pada jurnal lainpada waktu yang bersamaan untuk publikasi. Bila artikel itu berupa karyasama dari beberapapenulis, maka penulis utama harus memastikan bahwa seluruh penulis pembantu telah membacadan menyetujui artikel tersebut.Semua artikel yang dikirimkan kepada Redaksi Pustaha akan dibahas oleh para pakar dalambidang keilmuan tersebut (peer-review) dan Redaksi Pustaha. Artikel yang perlu mendapatperbaikan format atau isinya akan dikembalikan kepada penulis untuk diperbaiki.Penulisan ArtikelArtikel, termasuk tabel, gambar, dan daftar pustaka, harus diketik dua spasi pada kertas ukuran21,5 x 28 cm (kertas A4) dengan jarak tepi minimal 2,5 cm, dengan jumlah halaman maksimum20 halaman. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan dimulai dari halaman judul sampaihalaman terakhir. Kirimkan naskah asli dalam bentuk cetak dan berkas elektroniknya (disket)kepada Redaksi Pustaha. Tuliskan nama berkas dan program yang digunakan pada label disket.Halaman 102


Artikel cetak dan berkas elektronik yang dikirim kepada Redaksi Pustaha tidak akandikembalikan kepada penulis.Halaman JudulHalaman judul berisi judul artikel, nama setiap penulis artikel disertai dengan gelar akademiktertinggi dan lembaga afiliasi penulis, nama dan alamat korespondensi, nomor telepon, nomorfaksimil dan alamat e-mail. Judul sebaiknya singkat dengan jumlah maksimal 40 karaktertermasuk huruf spasi. Dianjurkan agar jumlah penulis artikel dibatasi maksimal sampai dengan4 orang.Abstrak dan Kata KunciAbstrak untuk artikel yang berbahasa Indonesia dibuat dalam bahasa Inggris dan artikel yangditulis dalam bahasa Inggris dibuat dalam bahasa Indonesia. Abstrak ditulis dalam bentuk tidakterstruktur dengan jumlah kata maksimal 200 kata. Artikel penelitian harus berisi tujuanpenelitian, metode, hasil utama dan kesimpulan utama. Abstrak dibuat ringkas dan jelassehingga memungkinkan pembaca memahami aspek penting tanpa harus membaca seluruhartikel.Teks ArtikelTeks artikel disusun menurut subjudul atau subbab yang sesuai format penulisan sebagaimanadiuraikan di atas. Jangan menggunakan singkatan tidak baku. Jangan memulai kalimat dengansuatu bilangan numerik. Untuk kalimat yang diawali dengan suatu angka, tuliskan dengan huruf.TabelSetiap tabel harus diketik dua spasi. Nomor tabel berurutan sesuai dengan urutan penyebutandalam teks. Setiap tabel diberi judul singkat. Judul tabel dituliskan di atas tabel. Setiap kolomdiberi subjudul atau uraian singkat. Tempatkan penjelasan pada catatan kaki, bukan pada judul.Gambar dan atau GrafikGambar dan atau grafik harus diberi nomor urut sesuai dengan pemunculan dalam teks. Judulgambar dan atau grafik ditulis di bawah gambar dan atau grafik.RujukanRujukan ditulis sesuai aturan penulisan yang ditetapkan oleh Modern Language Association(MLA). Cantumkan semua nama penulis bila tidak lebih dari tiga orang, dan bila lebih dari tigaorang penulis pertama diikuti oleh kata et al. Jumlah rujukan sebaiknya dibatasi maksimalsampai dengan 30 judul. Hindari penggunaan abstrak sebagai rujukan. Hindari rujukan berupakomunikasi pribadi (personal communication) kecuali untuk informasi yang tidak mungkindiperoleh dari sumber umum. Sebutkan nama sumber dan tanggal/komunikasi, dapatkan izintertulis dan konfirmasi ketepatan dari sumber komunikasi.Artikel dikirimkan kepada:Pemimpin Redaksi <strong>PUSTAHA</strong>: Jurnal Studi Perpustakaan dan InformasiDepartemen Studi Perpustakaan dan InformasiFakultas Sastra, <strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> <strong>Utara</strong>Jl. <strong>Universitas</strong> 19, Kampus USU, Medan, 20155, IndonesiaTel: 061-8223581, Fax: 061-8213108Situs Web: dspi.usu.ac.id/pustaha-jurnalE-mail: pustaha@dspi.usu.ac.idHalaman 103

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!