Realisasi Investasi (Izin Usaha Tetap) PMDN dan PMAInvestasi1 Jan – 30 Juni 2006/ 1 Jan – 30 Juni 2005/Pertumbuhan (%)P Investasi (Rp triliun) P Investasi (Rp Triliun) P IP M D N 96 11.19 113 7.85 -15.04 42.5534.05 32.5P M A 487 424(US$ 3,51 milyar)(US$ 3,35 milyar)14.86 4.77Total 583 45.24 537 40.35 8.57 12.12Catatan: Kurs 1 dollar AS = Rp 9.700 (patokan APBN 2006)Perkembangan Pasar Uang dan Pasar ModalTerjadinya bencana alam dapat dikatakan tidak berpengaruh pada stabilitas nilai tukar rupiah dan indeks hargasaham di pasar modal dalam negeri. Penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi di akhir Juni 2006 terus berlanjut dihampir sepanjang bulan Juli 2006. Meski sempat melemah di pertengahan Juli 2006 sebagai dampak meroketnyaharga minyak dunia ke posisi US$ 78 per barrel, namun dapat dikuatkan kembali ke posisi Rp 9.070 per dollarpada 28 Juli 2006. Dengan demikian dilihat dari posisi month to month nilai tukar rupiah menguat sekitar 2,5persen atau sebesar Rp 230 per dollar.Grafik 1Kurs Tengah Rupiah & Indeks Harga Saham GabunganJanuari 2006 - 31 Juli 20068,4001,600Rp/US$8,6008,8009,0009,2009,400Rupiah/US$IHSG9,6009,80010,0002-Jan-0617-Jan-061-Feb-0615-Feb-061-Mar-0615-Mar-0629-Mar-0619-Apr-063-May-0618-May-065-Jun-0619-Jun-063-Jul-0617-Jul-0631-Jul-061,5001,4001,3001,2001,1001,000Terjaganya stablitas rupiah ini diharapkan dapat menjamin terjaganya stabilitas ekonomi makro secara keseluruhandengan berkurangnya tekanan terhadap laju inflasi. Meskipun kondisi sektor riil masih jauh dari membaik,setidaknya stabilitas nilai tukar dapat menjadi pegangan bagi dunia usaha untuk melakukan investasi. Apalagidengan adanya sinyal dari Bank <strong>Indonesia</strong> bahwa suku bunga perbankan cukup mempunyai ruang untukditurunkan lebih lanjut, dan Bank <strong>Indonesia</strong> optimis bahwa dalam semester kedua tahun 2006 ini ekspansipenyaluran kredit akan ditingkatkan untuk mencapai target yang telah ditetapkan. Desakan dunia usaha danpemerintah agar Bank <strong>Indonesia</strong> terus menurunkan tingkat suku bunga diharapkan menjadi pertimbangan pentingbagi Bank <strong>Indonesia</strong> untuk tidak terlalu konservatif untuk mempengaruhi tingkat bunga perbankan.<strong>Laporan</strong> <strong>Ekonomi</strong> Bulan Juli 2006 – Kamar Dagang dan Industri <strong>Indonesia</strong> 4
Sementara itu, meskipun sempat terimbas kenaikan harga minyak di pertengahan bulan Juli lalu, namun trenkenaikan harga saham dalam negeri terus berlanjut sejalan dengan membaiknya gairah pasar modal dunia. Pada31 Juli 2006 indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta (BEJ) tercatat berada pada level 1.351,65atau naik sekitar 3,2 persen atau 41,39 poin dari level 1310,26 pada akhir Juni 2006. Walaupun masih jauh beradadi bawah level 1.553 yang dicapai pada 11 Mei 2006, namun tren kenaikan harga saham yang masih terusberlanjut memasuki bulan Agustus 2006 telah menentrankan para pelaku pasar.Perkembangan Laju InflasiAngka inflasi bulan Juli 2006 yang sama dengan inflasi bulan Juni 2006 (sebesar 0,45 persen) memunculkanoptimisme di kalangan pelaku usaha. Dengan inflasi kumulatif Januari-Juli 2006 yang hanya mencapai 3,33 persen,yang lebih rendah dari inflasi kumulatif pada periode yang sama tahun 2005, maka besar harapan angka inflasiuntuk seluruh tahun 2006 akan berada di bawah angka 8 persen.20Grafik 2Inflasi Kumulatif (%)2005 - 2006 (Januari - Juli)181614Kumulatif 2005Kumulatif 200612%10865.09423.330JanuaryFebruaryMarchAprilMayJuneJulyAugustSeptemberOctoberNovemberDecemberDilihat menurut kelompok pengeluaran, kelompok barang yang memberikan sumbangan terbesar pada inflasi Juli2006 adalah kelompok bahan makanan, yaitu sebesar 0,99 persen. Kenaikan harga beras selama bulan Juli lalumenjadi penyebab utama tingginya angka inflasi pada kelompok bahan makanan, dimana sumbangan kenaikanharga beras mencapai 0,05 persen dan merupakan penyumbang sepuluh persen terhadap total inflasi bulan Juli2006. Sementara itu terjadinya kenaikan biaya sekolah di bulan Juli menyebabkan inflasi pada kelompokpendidikan, rekreasi, dan olah raga menjadi penyumbang inflasi kedua terbesar, yaitu sebesar 0,69 persen.Suku BungaStabilnya tingkat inflasi sampai pertengahan tahun 2006 ini telah memungkinkan Bank <strong>Indonesia</strong> menurunkan sukubunga acuan atau BI rate ke level 11,75 pada 8 Agustus lalu. Dengan penurunan BI rate sebesar 50 basis poin dariposisi sebelumnya yang 12,25, maka hal ini merupakan penurunan yang terbesar sejak Bank indonesia menerapkaninflation targetting dalam kebijakan moneternya. Kondisi ini didukung tidak saja oleh menurunnya tekanan inflasidalam negeri dan stabilnya nilai tukar rupiah, tetapi juga oleh faktor eksternal, yaitu berupa berhentinya kenaikansuku bunga The Fed sejak akhir Juni 2006.Penurunan BI rate ini dilihat oleh banyak pihak sebagai tanda-tanda mulai terjadinya percepatan pertumbuhanekonomi pada semester II 2006. Penurunan suku bunga ini menjadikan kondisi makro ekonomi semakin kondusifuntuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Tantangan yang terbesar saat ini adalah bagaimana mempercepatrealisasi investasi dan belanja negara. Karena dari sisi moneter, Bank <strong>Indonesia</strong> sudah melakukan berbagai upayauntuk mendorong penurunan suku bunga kredit, meskipun tidak secara langsung bisa dinikmati kalangan duniausaha. Yang paling cepat akan merasakan dampak penurunan BI rate ini adalah sektor industri barang-barangkonsumsi, seperti industri otomotif dan properti, karena diperkirakan penurunan ini akan berdampak cukup besar<strong>Laporan</strong> <strong>Ekonomi</strong> Bulan Juli 2006 – Kamar Dagang dan Industri <strong>Indonesia</strong> 5