Grafik 5Perkembangan Nilai Ekspor dan Nilai Impor <strong>Indonesia</strong>(US$ Milyar)9085.6US$ Milyar8070605040302053.441.7EksporImpor48.8 48.727.324.062.1 61.056.3 57.233.531.031.332.471.646.557.540.728.546.928.81001997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Jan -Juni2005Jan -Juni2006Dilihat dari golongan penggunaan barang, dalam periode tersebut hanya impor barang konsumsi dan barang modalyang masih meningkat, yaitu masing-masing 12,1 persen dan 3,75 persen, sedangkan impor bahan baku tetapmengalami penurunan sekitar 0,18 persen. Terjadinya penurunan impor bahan baku pada periode tersebut secarakeseluruhan memang mengindikasikan turunnya kegiatan produksi selama semester I 2005, sehingga ada kalanganyang menganggap bahwa kondisi ini sangat kontradiktif dengan peningkatan nilai ekspor yang cukup berarti,terutama dalam dua bulan terakhir ini.504540353025201510502.7226.024.782.25Grafik 6Impor Menurut Golongan Barang(US$ Milyar)23.88 24.234.832.654.412.9025.874.313.7736.316.094.6344.698.282.1622.252000 2001 2002 2003 2004 2005 Jan-Juni20054.052.4222.224.20Jan-Juni2006Barang Konsumsi Bahan Baku Barang ModalTetapi, sesungguhnya kondisi ini justeru seiring dengan peningkatan nilai ekspor dan memperlihatkan bahwa geliatsektor riil sudah ada dengan kenaikan impor bahan baku/penolong yang mencapai hampir 20 persen pada bulan<strong>Laporan</strong> <strong>Ekonomi</strong> Bulan Juli 2006 – Kamar Dagang dan Industri <strong>Indonesia</strong> 8
Juni 2006. Pada bulan Juni 2006 impor baha baku mencapai US$ 4,61 milyar, sedangkan pada bulan Mei 2006baru sebesar US$ 3,84 milyar. Sementara itu impor barang konsumsi dan impor barang modal selama bulan Juni2005 mencatat penurunan masing-masing 18,5 persen dan 9,5 persen.Ketenaga KerjaanSalah satu dampak dari belum membaiknya sektor riil adalah tingginya tingkat pengangguran di <strong>Indonesia</strong>.Meskipun angka pengangguran per Februari 2006 lebih rendah dari angka pengangguran November 2005 – sepertidipublikasikan oleh BPS – namun sesungguhnya hal itu tidaklah mencerminkan adanya perbaikan kondisi ketenagakerjaan <strong>Indonesia</strong>. Tingkat pengangguran terbuka (Open Unemployment) -- yang merupakan rasio antara jumlahpengangguran terbuka dengan jumlah angkatan kerja – pada dasarnya justeru meningkat jika dibandingkandengan posisi pada Februari 2005 atau bahkan Agustus 2004. Jika pada Agustus 2004 dan Februari 2005 jumlahpengangguran mencapai 10,3 juta jiwa dan 10,9 juta jiwa, dan tingkat pengangguran terbukanya adalah 9,9persen dan 10,3 persen, maka pada Februari 2006 jumlah pengangguran naik menjadi 11,1 juta jiwa 10,4 persen.Rincian2004 20052006Agustus Februari November FebruariPenduduk Usia 15 Tahun Ke Atas (Juta Jiwa) 153.9 155.5 158.5 159.3Angkatan Kerja (Juta Jiwa) 104.0 105.8 105.9 106.3a. Bekerja 93.7 94.9 94.0 95.2b. Tidak Bekerja (Penganggur Terbuka) 10.3 10.9 11.9 11.1Bekerja Tidak Penuh /Setengah Menganggur (Juta Jiwa) 27.9 29.6 28.9 29.9a. Sukarela 14.5 15.3 15.0 15.7b. Terpaksa 13.4 14.3 13.9 14.2Bukan Angkatan Kerja (Juta Jiwa) 50.0 49.7 52.6 53.0Jumlah Pengangguran (Juta Jiwa) 38.2 40.5 40.8 41.0Tingkat Pengangguran Terbuka/TPT (%) 9.9 10.3 11.2 10.4Sumber: Badan Pusat StatistikPerkembangan Ketenaga-kerjaan <strong>Indonesia</strong>Meskipun tingkat pengangguran terbuka di bulan Februari 2006 lebih rendah dari tingkat pengangguran padaNovember 2005 yang mencapai 11,2 persen, namun sudah tentu tidak bisa dikatakan lebih baik. Melonjaknyaangka pengangguran pada November 2005 merupakan akibat dari kebijakan pemerintah pusat yang menaikkanharga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak dua kali pada tahun 2005, yaitu pada bulan Maret dan bulan Oktober.Naiknya harga BBM tidak saja menyebabkan hancurnya daya beli masyarakat karena melonjaknya harga barangbarang,tetapi juga telah menyebabkan sebagian masyarakat kehilangan pekerjaan karena terpuruknya sektorusaha. Tutupnya sebagian usaha di sektor industri kecil dan larinya investasi ke luar negeri menyebabkanterpuruknya sektor produksi riil sejak triwulan IV 2005. Sebagai akibatnya adalah melonjaknya tingkatpengangguran terbuka di <strong>Indonesia</strong>.Jika ada penurunan tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2006, hal itu dimungkinkan karena terjadinyapenyesuaian dalam pola kerja masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang sebelumnya bekerja penuh kemudianberpindah menjadi bekerja tidak penuh (setengah pengangguran), dan ada pula sebagian dari masyarakat yangsebelumnya tidak bekerja kemudian menjadi bekerja namun dengan status sebagai setengah pengangguran. Halini ditunjukkan oleh jumlah penduduk setengah pengangguran per Februari 2006 yang mengalami peningkatan jikadibandingkan dengan posisi sebelumnya. Jika pada November 2005 jumlah penduduk yang tergolong setengahpengangguran baru sekitar 28,9 juta orang, maka pada Februari 2006 naik mencapai 29,9 juta jiwa, atau terjadipeningkatan sebanyak 1 juta jiwa.This report is for use by professional and business investors only and has been prepared for information purposes and is not an offer to sell or a solicitation to buyany institution. The information herein was obtained or derived from sources that we believe are reliable, but whilst all reasonable care has been taken to ensure Thisreport is for use by professional and business investors only and has been prepared for information purposes and is not an offer to sell or a solicitation to buy thatstated facts are accurate and opinions fair and reasonable, we do not represent that it is accurate or complete and it should not be relied upon as such. All opinionsand estimates included in this report constitute our judgment as of this date and are subject to change without notice. This document is for the information of clientsonly and must not be copied, reproduced or mare available to others.<strong>Laporan</strong> <strong>Ekonomi</strong> Bulan Juli 2006 – Kamar Dagang dan Industri <strong>Indonesia</strong> 9