BAB I - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera Utara
BAB I - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera Utara
BAB I - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera Utara
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
PENDAHULUAN<br />
DESTILASI ASAM LEMAK<br />
IR. M. Y<strong>USU</strong>F RITONGA<br />
FAKULTAS TEKNIK<br />
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA<br />
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA<br />
1.1 Pengenalan Minyak Dan Lemak<br />
Minyak dan lemak merupakan ester asam lemak dan gliserol atau gliserin. Dalam<br />
sain dikenal juga dengan nama trigliserida. Dalam ilmu kimia dasar, strukturnya digambarkan<br />
sebagai berikut :<br />
H2C – O – C<br />
HC – O – C<br />
H2C – O – C<br />
O<br />
R1<br />
O<br />
R2<br />
O<br />
R3<br />
Rumus molukulnya dikenal sebagai C3H5(COOR)3 jika gugus alkil adalah sama. Minyak dan<br />
lemak merupakan senyawa organik yang sangat penting terdapat dalammakanan, karena<br />
dapat langsung dicerna dalam tubuh manusia menjadi sumber energi.<br />
Minyak dan lemak tidak hanya dikenal sebagai sumber makan bagi manusia, tetapi<br />
merupakan bahan baku lilin, margarin, ditergent, kosmetika, obat-obatan dan<br />
pelumas.Tentunyan diolah dengan proses yang berbeda.Untuk digunakan dasar indusri<br />
sebagai bahan kosmetika dan konsumer produk trigliserida harus dihidrolisa yang<br />
menghasilkan asam lemak dan gliserin. Asam lemak lanjut dihidrogenasi menjadi alkohol.<br />
Keduanya asam lemak dan alkohol merupakan bahan baku pembuatan berbagai jenis<br />
kosmetik dan consumer product.<br />
Minyak dan lemak dibedakan berdasarkan titik lelehnya. Minyak merupakan cairan<br />
pada suhu kamar, sedangkan lemak membeku berupa padatan atau semi padatan.<br />
Perbedaan ini tidak begitu mencolok, tergantung keadaan alam dan iklim tempat minyak dan<br />
lemak berada.
Trigliserida atau gliserida yang terbentuk dari asam lemak januh dengan rantai yang<br />
panjang, memiliki titik didih atau titik cair lebih tinggi daripada asam-asam lemak jenuh<br />
rantai pendek. Demikian juga dengan asam-asam lemak tak jenuh.<br />
Titik cair asam-asam lemak yang tedapat dalam minyak dan lemak ditampilkan pada TABEL.1<br />
berikut ini.<br />
TABEL.1. Titik cair berbagai asam lemak pada minyak dan lemak.<br />
Jenis<br />
asam<br />
Lemak<br />
Asam<br />
Lemak<br />
Jenuh<br />
Asam<br />
emak<br />
Tak<br />
Jenuh<br />
Jumlah<br />
atom C<br />
4<br />
6<br />
8<br />
12<br />
14<br />
16<br />
18<br />
18<br />
18<br />
18<br />
Nama umum dan rumuskimia Titik<br />
cair 0 C<br />
Asam butirat (C3H7COOH)<br />
Asam karoat (C5H11COOH)<br />
Asam kaprilat (C7H15COOH)<br />
Asam laurat (C11H23COOH)<br />
Asam muislat (C13H27COOH)<br />
Asam palmitat (C15H31COOH)<br />
Asam stearat (C17H35COOH)<br />
Asam oleat<br />
CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH<br />
Asam linoleat<br />
CH2(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7<br />
Asam linolenat<br />
CH3CH27CH=CHCH2CH=CHCH2CH=CH(CH2)7COOH<br />
Pada lemak dan minyak berasal dari tumbuh-tumbuhan terutama biji-bijian terdapat<br />
lechitinyang dapat menyebabkan lendir. Minyak yang berasak dari tanaman yang<br />
mengandung klorofil akan berwarna kehijauan. Besarnya kandungan bahan ini tidak sama,<br />
kendati diperoleh dari tanaman yang sejenis, tergantung tempat tanaman dibudidayakan.<br />
Bahan-bahan yang terkandung dalam lemak dan minyak, bukan hanya lichtindan<br />
klorofil. Sesungguhnya masih cukup bantak bahan impuritis terkandung dengan jumlah yang<br />
- 7,9<br />
- 3,4<br />
16,7<br />
44,2<br />
54,4<br />
62,9<br />
69,9<br />
16,3<br />
- 5<br />
- 11
erbeda, oleh sebab iotu pengolahan lemak dan minyak adalah spesifik tergantung sifat<br />
alami minyak dan lemak dan hasil akhiryang diinginkan.<br />
1.2. Penggolongan Minyak dan Lemak<br />
Perbedaan fisis sangat erat hubungannya susunan asam lemak, sehingga ddibedakan<br />
atas tiga jenis, yaitu :<br />
a. minyak tak mengering, adalah minyak/ lemak yang memiliki bilangan Iod (IV)<br />
dibawah 100. Minyak kelapa, minyak sawit dan minyak inti sawit dimasukkan<br />
dalam golongan ini.<br />
b. minyak semi mengering, adalah minyak/lemak yang memiliki bilangan iod sekitar<br />
100-130. Asam lemaknya terutama asam lemak tak jenuh, diantaranya linoleat dan<br />
asam linolenat. Yang termasuk golongan ini adalah minyak kacang kedele.<br />
c. minyak mengering, adalah minyak/lemak yang memiliki bilangan iod diatas 130.<br />
asam lemaknya terutama asam lemak tak jenuh dan sedikit sekali asam lemak jenuh,<br />
diantaranya asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat, biasanya jenis minyak ini<br />
dipakai sebagai bahan baku pembuatan cat.<br />
Asam lemak jenuh lebih stabil dibandingkan asam lemak tidak jenuh, akibatnya titik<br />
leleh asam lemak jenuh lebih tinggi. Kestabilan asam lemak jenuh mudah dipengaruhi oleh<br />
temperatur.<br />
Tingkat sifat mengering minyak/lemak selain ditentukan oleh jumlah ikatan rangkap<br />
asam lemaknya juga dipengaruhi oleh posisi ikatan rangkap tersebut pada eantai asam<br />
lemak yang terikat pada gliserida, sehingga dikenal asam lemak yang berkonjugasi dan tidak<br />
berkonjugasi.<br />
Jenis minyak yang memiliki asam lemak tidak jenuh yang tinggi memiliki sifat<br />
mengering yang kuat bila dibandingkan dengan minyak memiliki asam lemak tidak jenuh<br />
yang tinggi tetapi tidak berkonjugasi.<br />
Berikut ditampilkan asam lemak tak berkonjugasi dan berkonjugasi.<br />
H H H H H H H H H H<br />
H - C - C = C - C - H H - C - C = C - C = C - C - H<br />
H H H H<br />
Tak berkonjugasi berkonjugasi<br />
Penggolongan minyak dan lemak seperti ini sangat diperlukan, karena sangat<br />
mempengaruhi produk hasil hidrolisa trigliserida dan destilasi asam lemak. Dalam hal ini<br />
salah satu parameter utama untuk menghidrolisa trigliserida adalah bilangan iod (IV),<br />
disamping parameter lain. Hal ini disebabkan bilangan iod sangat dipengaruhi performa<br />
proses hidrolisa trigliserida dan destilasi asam lemak. Hal ini akan dibahas lebih mendalam<br />
pada pokok bahasan hidrolisa trigliserida.
1.3. komponen pembentukan trigliserida.<br />
Komponen utama pembentuk minyak atau lemak adalah trigliserida. Bahan ini<br />
merupakan hasil esterifikasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak yang<br />
menghasilkan tiga molekul air dan satu molekul trigeliserida.<br />
C3H5(OH)3 + RCOOH C3H5(COOR)3 + 3H2O<br />
Gliserol as. Lemak Trigliserida air<br />
Disamping trigliserida, secara alami minyak atau lemak juga mengandung digliserida dan<br />
monogliserida. Kedua jenis ini terdapat secara alami pada minyak dan lemak. Kandungan air<br />
pada minyak dan lemak mentah menyebabkan hidrolisa terhadap trigliserida membentuk di<br />
dan mono gliserida dengan bantuan enzim lipase pada daging buah. Pembentukan kedua<br />
bahan ini akan semakin erat bila suhu lingkungan semakin meningkat. Demikian juga bila<br />
waktu hidrolisa bertambah. Reaksi kimia berikut menggambarkan tahap pembentukan di dan<br />
mono gliserida.<br />
a. trigliserida + air digliserida + as. Lemak bebas<br />
C3H5(OOCR)3 + H2O C3H5(OH)(OOCR)2 + RCOOH<br />
b. digliserida + air monogliserida + as.lemak bebas<br />
C3H5(OH)(OOCR)2 + H2O C3H5(OH)2(OOCR) + RCOOH<br />
Berdasarkan reaksi di atas, kandungan air pada minyak atau lemak dapat<br />
menyebabkan kandungan as. Lemak bebas dan dua gliserida terakhir cendrung bertambah.<br />
Ini juga berarti kandungan impuritis pada minyak dan lemak cendrung bertambah.<br />
Beberapa jenis impuritis lain yang terdapat pada minyak dan lemak, adalah :<br />
a. as. Lemak bebas (free fatty acid)<br />
b. senyawa pospatida<br />
c. senyawa tak tersabunkan<br />
d. senyawa peroxida<br />
e. senyawa sterol<br />
f. sedikit logam (trace metals)<br />
g. senyawa penyebab warna (colour bodies)<br />
h. senyawa pestisida<br />
Bahan impuritis atau by product di atas harus dikurangi pada tingkat tertentu agar<br />
dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan asam lemak yang digunakan pada destilasi<br />
asam lemak atas golongan asam lemak blended dan asam lemak murni.<br />
Berikut ditampilkan komposisi beberapa minyak dan lemak untuk menggambarkan<br />
perbedaan kandungannya dan sebagai dasar pertimbangan pemilihan bahan baku<br />
pembuatan asam lemak untuk didestilasi.<br />
Tabel 2. Komposisi terigliserida pada beberapa minyak dan lemak.<br />
As. lemak Minyak kelapa sawit Minyak inti sawit Minyak kelapa<br />
(%)<br />
(%)<br />
As. Kaprilat<br />
As. Kaproat<br />
-<br />
-<br />
– 4<br />
– 7<br />
-<br />
-
As. Laulat<br />
As. Mirislit<br />
As. Palmitat<br />
As. Stearat<br />
As. Oleat<br />
As. linoleat<br />
-<br />
1,1 – 2,5<br />
40 – 46<br />
3,6 – 4,7<br />
39 – 45<br />
7 - 11<br />
46 – 52<br />
14 – 17<br />
6,5 – 9<br />
1,0 – 2,5<br />
13 – 19<br />
0,5 – 2<br />
6,3<br />
7,3<br />
17,5<br />
8,3<br />
10,2<br />
0,2<br />
1.4. Pengolahan awal minyak (pretreatment)<br />
Dari ketiga golongan minyak dan lemak yang telah diuraikan di depan pada pokok<br />
bahasan 1.2, minyak kelapa, minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit merupakan pilihan<br />
utama sebagai bahan baku pembuatan asam lemak. Ketiganya memiliki bilangan iod di<br />
bawah 100 serta distribusi jumlah atom C pada masing-masing lebih menyebar mulai dari C6<br />
sampai C20 (lihat kembali tabel 2). Denganbilangan iod 100, proses hidrolisa akan dapat<br />
berjalan lebih effisien karena reaktor hidrolisa (spliter) dapat dioperasikan sepanjang tahun.<br />
Hal ini disebabkan senyawa polimer yang terbentuk selama proses hidrolisa tidak banyak<br />
berpengaruh dibandingkan jika menggunakan minyak dan lemak dengan bilangan iod diatas<br />
100. Senyawa polimer yang terbentuk lebih banyak dapat mengurangi efektivitas<br />
perpindahan panas selama proses hidrolisa, sehingga tidak ekonomis.<br />
Pada dasarnya minyak kelapa (Crude Coconut Oil) dan minyak inti sawit (Crude Palm<br />
Kernel Oil) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan asam lemak lewat jalur hidrolisa<br />
sudah diolah pada tingkat tertentu, untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan fraksifraksi<br />
asam lemak, Crude coconut oil (CNO) dan crude palm kernel oil (CPKO) harus diolah<br />
lebih dahulu, sehingga memenuhi kualitas yang lebih baik.<br />
Pada pengolahan awal ini proses yang dilakukan melalui dua tahap, yaitu :<br />
a. proses degumming<br />
b. proses pemucatan<br />
Proses degumming bertujuan untuk mengurangi senyawa pospolipida, protein, stack,<br />
tsace metal Fe, Cu; garam-garam Ca dan Mg serta garam-garam pospolipida. Proses ini<br />
berlangsung pada suhu + 120 0 C dan tekanan 25 mbar dengan menggunakan asam pospat<br />
(H3PO4).<br />
Proses degumming juga bertujuan untuk mengurangi pemakaian tanah pemucat atau<br />
campuran tanah pemucat dengan arang aktif pada proses pemucatan. Dengan melalui step<br />
ini upaya mengurangi dengan efektif senyawa pospolipida atau klarefit dan sejumlah zat-zat<br />
pewarna (colour bodies) lain akan dapat dicapai. Warna hasil pengolahan awal ini ditetapkan<br />
pada range 1,5R – 2R, sehingga layak digunakan sebagai bahan bakar pembuatan fraksifraksi<br />
asam lemak yang berkualitas internasional.<br />
Pemakaian tanah pemucat untuk masing-masing CNO dan CPKO berbeda jumlahnya.<br />
Umumnya pemakaian tanah pemucat untuk pemucatan CNO lebih besar dibandingkan pada<br />
pemucatan CPKO, karena kandungan impuritisnya lebih besar. Pemakaian tanah pemucat<br />
pada proses pemucatan berkisar 5% dari jumlah minyak yang diolah. Angka ini bisa berubah<br />
jika minyak yang digunakan mengandung komposisi yang berbeda.<br />
1.5. Hidrolisa trigliserida<br />
Hidrolisa trigliserida dari CNO atau CPKO merupakan awal dari pembuatan asam lemak,<br />
fatty alkohol, surfaltant, detergen, kosmetik, konsumer product dan farmasi. Hidrolisa ini
menjadi sangat penting dalam industri oleokimia, karena dengan proses lanjutan yang<br />
spesifik dapat dihasilkan bahan-bahan di atas dapat diproduksi.<br />
Hidrolisa CNO atau CPKO berlangsung menurut reaksi sebagai berikut:<br />
1. C3H5(OOCR)3 + H2O C3H5(OH)(OOCR)2 + RCOOH<br />
trigliserida digliserida as. Lemak<br />
2. C3H5(OH)(OOCR)2 + H2O C3H5(OH)2(OOCR) + RCOOH<br />
digliserida monogliserida as. Lemak<br />
3. C3H5(OH)2(OOCR) + H2O C3H5(OH)3 + RCOOH<br />
monogliserida gliserida as. Lemak<br />
Keseluruhan reaksi di atas akan memenuhi persamaan reaksi sebagai berikut :<br />
C3H5(OOCR)3 + 3H2O C3H5(OH)3 + 3RCOOH<br />
Hidrolisa ini berlangsung pada reaktoer yang disebut spliter, dengan menggunakan trafo<br />
bertekanan 63 bar. Asam lemak yang dihasilkan dikeluarkan dari bagian atas reaktor<br />
berdasarkan perbedaan berat jenis, sedangkan gliserin yang dihasilkan dikeluarkan dari<br />
bagian bawaah reaktor.<br />
Derajat hidrolisa atau splitting degree proses hidrolisa CNO atau CPKO bisa mencapai<br />
98%. Untuk memperoleh gambaran umum hasil hidrolisa CO atau CPKO, berikut dilanjutkan<br />
data-data sebagai berikut :<br />
Tabel –3 BAHAN BAKU<br />
CNO CPKO<br />
a. derajat hidrolisa<br />
b. pemakaian steam<br />
98%<br />
98%<br />
c. kadar gliserin (%berat) 17% (min)<br />
16% (min)<br />
d. bilangan<br />
lemak (AV)<br />
asam asam 264 (min)<br />
248 (min)<br />
e. kadar air asam lemak 1,5% (max)<br />
1,5% (max)<br />
f.<br />
(%berat)<br />
warna asam lemak (Red /<br />
Yellow)<br />
2,5R (max)<br />
2,5R (max)<br />
g. komposisi<br />
(%berat)<br />
asam lemak<br />
C6 = 1,0 % C14 = 17,5 %<br />
C8 = 9,1 % C16 = 8,3 %<br />
C10 = 6,3 % C18 = 10,2 %<br />
C12 = 47,3 % C20 = 0,2 %<br />
Asam lemak dari hasil hidrolisa di atas, tidak hanya mengandung trigliserida pada<br />
TABEL-3, tetapi tetap mengandung impuritis atau by product dalam jumlah kecil. Dengan<br />
penjelasan ini kualitas asam lemak hasil hidrolisa sangat menentukan kualitas fraksi-fraksi<br />
asam lemak dari proses destilasi.
Untuk lebih memahami proses hidrolisa CNO dan CPKO secara umum, di bawah ini<br />
digambarkan diagram blok proses pretreatment dan hidrolisa.<br />
AS. LEMAK<br />
B. EARTH/A.CARBON KE UNIT<br />
H3PO4 DISTILASI<br />
DRIER RETENTION SPLI<br />
CNO/<br />
VESSEL<br />
TER<br />
STEAM BER-<br />
CPKO TEKANAN<br />
63 BAR<br />
GLISERIN<br />
WATER<br />
KEUNITPETREAT<br />
MEN GLISERIN<br />
PROSES DEGUMMING DAN PEMUCATAN PROSESHIDROLISA<br />
UNIT – A UNIT – B<br />
Gbr 1. Blok diagram proses degumming, pemucatan dan hidrolisa CNO/CPKO<br />
Bahan baku CNO, sebelum dihidrolisa selalu terlebih dahulu harus diolah pada unit-A.<br />
Berbeda dengan CPKO yang tidak selalu harus diolah pada unit-A. Hal ini disebabkan CNO<br />
secara alami memang lebih banyak mengandung impuritis dibandingkan dengan CPKO,<br />
sehingga jarang memenuhi kualitas CNO yang layak dihidrolisa untuk menghasilkan fraksifraksi<br />
asam lemak yang bermutu tinggi.<br />
DISTILASI ASAM LEMAK<br />
2.1 Tujuan Distilasi Asam Lemak.<br />
Seperti telah diungkapkan pada hidrolisa CNO dan CPKO, bahwa sebagian impuritis<br />
pada CNO dan CPKO tetap terikut dalam asam lemak. Impuritis ini harus dipisahkan untuk<br />
mendapatkan fraksi-fraksi asam lemak yang berkwalitas tinggi. Distilasi asam lemak,<br />
disamping terutama untuk memisahkan fraksi-fraksi asam lemak, juga untuk memisahkan<br />
impuritis dari fraksi-fraksi asam lemak.<br />
Fraksi-fraksi asam lemak yang diperoleh pada distilasi asam lemak terbagi atas dua<br />
fraksi utama, yakni fraksi asam lemak C6-10 dan fraksi asam lemak C12-18. Sekitar 30%<br />
impuritis bertitik didih diatas 270 o C pada tekanan 8 mbar serta sebagian kecil asam lemak<br />
beratom C2O, yang lazim disebut fraksi residue, dapat dihidroksi ulang pada splitter
2.2. Uraian Proses Distilasi<br />
Diagram blok proses distilasi asam lemak atas dua bagian fraksi C6-10 dan C12-18 dapat<br />
digambarkan sebagai berikut<br />
As.lemak as. Lemak KOLOM as. lemak<br />
DRIER<br />
DISTILA<br />
residu<br />
SI - I<br />
mentah mentah C12-18 +<br />
residu<br />
KOLOM<br />
DISTILA<br />
SI - II<br />
Gambar 2. Diagram blok proses distilasi asam lemak<br />
Pada kenyataannya distilasi asam lemak (brude fatty acid) bisa lebih kompleks dari<br />
blok diagram di atas. Keadaan ini tergantung pada permintaan proses. Artinya kedua fraksi<br />
utama asam lemak C6-10 dan C12-18 dapat dipisahkan atas fraksi-fraksi tunggal pembentuknya,<br />
yaitu asam lemak C6, C8, C10, C12, C14, C16, dan C18. Untuk tujuan ini, kolom distilasi yang<br />
dipakai lebih banyak dari blok diagram di atas dengan spesifikasi alat yang berbeda tentunya.<br />
Kendati demikian prinsip utama tujuan proses distilasi asam lemak tidak berbeda.<br />
Umumnya proses distilasi asam lemak dimulai dengan pengeringan. Pada proses<br />
pengeringan ini, air yang terkandung pada asam lemak dikurangi sampai tingkat tertentu<br />
hingga tidak mengganggu proses distilasi. Dengan melalui proses pengeringan ini, air yang<br />
terkandung pada asam lemak dapat dikurangi sampai lebih dari sebagian besar kandungan<br />
awal. Kadar air asam lemak yang layak untuk proses distilasi sekitar 2% berat. Pengeringan<br />
asam lemak tidak hanya bertujuan untuk mengurangi kadar air, tetapi juga untuk<br />
mengurangi kandungan impuritis yang bertitik didih sekitar 100 o C pada tekanan 8 mbar.<br />
Impuritis yang bertitik didih di atas 100 o C, dikurangi sampai pada tingkat tertentu<br />
pada suhu sekitar 235 o C pada tekanan sekitar 48 mbar pada kolom pertama. Kondisi ini juga<br />
merupakan temperatur yang ideal untuk memisahkan asam lemak C6-10 dengan campuran<br />
asam lemak C12-18 dengan residu. Sebagian kecil air yang terkandung pada asam lemak<br />
ditekan sampai tingkat tertentu. Dengan kondisi ini pula, dapat diharapkan kwalitas asam<br />
lemak C6-10 sebagai berikut :<br />
a. bilangan asam (AV) = 255 - 370<br />
b. bilangan Iod (IV) = 1.0 (maksimum)<br />
c. warna = 0.5 – 1.0 R<br />
d. kadar air (%berat) = 0.1 % (maksimal)<br />
e. komposisi (%berat)<br />
C6 = 5% (maksimal)<br />
C8 = 56 –58%<br />
C10 = 37 – 39%<br />
C12 = 1.0 (maksimal)
Pada kolom pertama asam lemak C6-10 yang dihasilkan besarnya (secara kwantitatif)<br />
berkisar 7 – 9 % dari bahan baku asam lemak yang dipergunakan. Jika asam lemak berasal<br />
dari hidrolisa CPKO. Harga diatas akan berubah menjadi 13-15% dari asam lemak yang<br />
dipergunakan, jika asam lemak berasal dari hidrolisa CNO. Secara alami kandungan C6-10<br />
pada CNO lebih banyak 0.67-0.86 dari jumlah C6-10 pada CPKO. Kwantitas ini memberikan<br />
sedikit dampak terhadap perencanaan pabrik proses distilasi asam lemak berbahan baku<br />
asam lemak dari hidrolisa CNO. Perbedaan ini dapat diperhatikan pada diagram alir proses<br />
distilasi asam lemak dari hidrolisa CNO dan CPKO pada gambar 3. dan gambar 4.<br />
Berbeda dengan asam lemak C6-10 dari asam lemak CPKO, asam lemak C6-10 dari<br />
asam lemak CNO akan berkwalitas lebih rendah, jika jumlah C6 yang lebih banyak pada asam<br />
lemak CNO tidak dipisahkan dan dikurangi pada jumlah tertentu. Khususnya terhadap<br />
penampilan warna dan kandungan ikatan rangkap pada rantai atom C asam lemak C6-10<br />
cenderung menurunkan kwalitas alkohol dari asam lemak (fatty alkohol).<br />
Untuk menghasilkan asam lemak C6-10 dari asam lemak CNO yang setara dengan<br />
kwalitas asam lemak C6-10 dari asam lemak CPKO, jumlah asam lemak C6 yang harus diambil<br />
berkisar 0.15-0.4% dari asam lemak yang dipergunakan. Pada fraksi inilah sebagian besar<br />
impuritis penyebab warna dipisahkan. Tentu saja bercampur sedikit dengan asam lemak C6-10<br />
dalam jumlah kecil.<br />
Asam lemak C12-18 yang bercampur dengan residu dikeluarkan dari bagian bawah<br />
kolom distilasi dan selanjutnya dipisahkan pada kolom kedua. Pemisahan pada kolom ini<br />
berlangsung pada suhu 188-266 o C dan tekanan 15-18 mbar. Pada kolom ini impuritis yang<br />
masih terkandung pada C12-18 dipisahkan dari bagian atas dan bawah kolom distilasi. Dengan<br />
proses ini diharapkan dapat dihasilkan asam lemak C12-18 dengan spesifikasi sebagai berikut :<br />
a. bilangan asam (AV) = 355-370<br />
b. bilangan Iod (IV) = 0.1 (maksimum)<br />
c. warna = 0.82 (maksimum)<br />
d. kadar air (% berat) = 0.1% (maksimum)<br />
e. komposisi (% berat)<br />
C8 = 0.1 %<br />
C10 = 1.0 % (maksimum)<br />
C12 = 53-56 %<br />
C14 = 19-21 %<br />
C16 = 10-11 %<br />
C18 = 12-14 %<br />
C20 = 0.1 % (maksimum)
LAH<br />
5-0103<br />
LIC<br />
5-0102<br />
2<br />
5D1<br />
22<br />
16<br />
WC WC<br />
3<br />
5G2<br />
4<br />
5E1<br />
5D4<br />
TR<br />
5-0105<br />
TIC<br />
5-0104<br />
18<br />
TIC<br />
5-0111<br />
FRC<br />
5-0110<br />
22 24<br />
23<br />
5G11<br />
TR<br />
5-0115<br />
PR<br />
5-0118<br />
PR<br />
5-0122<br />
33<br />
5D2<br />
24<br />
23<br />
22<br />
21<br />
20<br />
19<br />
18<br />
17<br />
16<br />
15<br />
14<br />
13<br />
12<br />
11<br />
10<br />
9<br />
8<br />
7<br />
6<br />
5<br />
4<br />
3<br />
2<br />
1<br />
8<br />
5E4<br />
29<br />
9<br />
TR<br />
5-0125<br />
TR<br />
5-0121<br />
10<br />
7<br />
FR<br />
5-0127<br />
FRC<br />
5-0123<br />
39<br />
5G3<br />
44<br />
TR<br />
5-0100<br />
5G3<br />
5<br />
5D5<br />
TR<br />
5-0100<br />
TIC<br />
5-0123<br />
40<br />
WC WC<br />
TR<br />
5-0188<br />
5D7<br />
43<br />
5G4<br />
5G1<br />
5F2<br />
LC<br />
5-0135<br />
1<br />
5E9<br />
TRC<br />
5-0214<br />
13<br />
6<br />
5E8<br />
5D3<br />
PR<br />
5-0255<br />
5E10<br />
11<br />
S<br />
12<br />
TR<br />
5-0241<br />
5G5<br />
30<br />
TR<br />
5-0255<br />
15 28 34<br />
19<br />
5D6<br />
5G9<br />
TIC<br />
5-0259<br />
TR<br />
5-0261<br />
WCT<br />
5G13<br />
25<br />
41<br />
5G12<br />
26 27<br />
21<br />
PR<br />
5-0266<br />
TR<br />
5-0268<br />
TIC<br />
5-0262<br />
5G15-2<br />
LIC<br />
5-0271<br />
LAH<br />
5-0263<br />
5F3<br />
565<br />
28 31 37 36<br />
RESIDUE<br />
TO TANK 10T14<br />
OR TANK 10T16<br />
5G15-3<br />
45<br />
5E11<br />
WCT<br />
35<br />
RESIDUE CO<br />
SH<br />
FAT 2101<br />
FAT TRAP
LAH<br />
5-0103<br />
LIC<br />
5-0102<br />
2<br />
5D1<br />
22<br />
16<br />
WC WC<br />
3<br />
5G2<br />
4<br />
5E1<br />
5D4<br />
TR<br />
5-0105<br />
TIC<br />
5-0104<br />
18<br />
TIC<br />
5-0111<br />
FRC<br />
5-0110<br />
22 24<br />
23<br />
5G11<br />
TR<br />
5-0115<br />
PR<br />
5-0118<br />
PR<br />
5-0122<br />
33<br />
5D2<br />
24<br />
23<br />
22<br />
21<br />
20<br />
19<br />
18<br />
17<br />
16<br />
15<br />
14<br />
13<br />
12<br />
11<br />
10<br />
9<br />
8<br />
7<br />
6<br />
5<br />
4<br />
3<br />
2<br />
1<br />
8<br />
5E4<br />
29<br />
9<br />
TR<br />
5-0125<br />
TR<br />
5-0121<br />
10<br />
7<br />
FR<br />
5-0127<br />
FRC<br />
5-0123<br />
39<br />
5G3<br />
44<br />
TR<br />
5-0100<br />
5G3<br />
5<br />
5D5<br />
TR<br />
5-0100<br />
TIC<br />
5-0123<br />
40<br />
WC WC<br />
TR<br />
5-0188<br />
5D7<br />
43<br />
5G4<br />
5G1<br />
5F2<br />
LC<br />
5-0135<br />
1<br />
5E9<br />
TRC<br />
5-0214<br />
13<br />
6<br />
5E8<br />
5D3<br />
PR<br />
5-0255<br />
5E10<br />
11<br />
S<br />
12<br />
TR<br />
5-0241<br />
5G5<br />
30<br />
TR<br />
5-0255<br />
15 28 34<br />
19<br />
5D6<br />
5G9<br />
TIC<br />
5-0259<br />
TR<br />
5-0261<br />
WCT<br />
5G13<br />
25<br />
5G12<br />
41<br />
26 27<br />
21<br />
PR<br />
5-0266<br />
TR<br />
5-0268<br />
TIC<br />
5-0262<br />
5G15-2<br />
LIC<br />
5-0271<br />
LAH<br />
5-0263<br />
5F3<br />
565<br />
28 31 37 36<br />
RESIDUE<br />
TO TANK 10T14<br />
OR TANK 10T16<br />
5G15-3<br />
45<br />
5E11<br />
WCT<br />
RESIDUE<br />
FAT 2101<br />
FAT TRAP<br />
35<br />
CO SH
Impuritis yang dipisahkan pada bagian bawah kolom kedua berupa :<br />
a. digliserida<br />
b. monogliserida<br />
c. asam lemak C18-20<br />
d. trigliserida<br />
e. colour bodies<br />
Gliserida yang terkandung pada residu, merupakan bagian yang tidak<br />
terkonversi seutuhnya menjadi asam lemak dan gliserin pada hidrolisa trigliserida CNO<br />
atau CPKO, oleh sebab ini fraksi residu ini dapat diolah kembali menjadi asam lemak<br />
dan gliserin.<br />
Disamping memenuhi kwalitas asam lemak C12-18, residu yang dihasilkan<br />
merupakan pembatas pada distilasi ini. Proses pemisahan asam lemak C12-18 dengan<br />
fraksi residu baru ideal jika harga bilangan asamnya lebih kecil atau sama dengan 10<br />
dan jumlah residu yang dihasilkan berkisar sebanyak 3% dari asam lemak yang<br />
digunakan. Jika jumlah residu lebih besar dari 3%, maka proses ini menjadi sedikit<br />
kurang fisible. Keadaan ini akan menyebabkan kapasitas produksi menurun, akibat<br />
asam lemak C12-18 yang dihasilkan akan semakin berkurang dan rentang waktu<br />
pengolahan kembali residu menjadi lebih pendek. Hidrolisa residu dan distilasi asam<br />
lemak dari residu secara keseluruhan lebih mahal dan jumlah perolehan produk adalah<br />
relatif jauh lebih kecil.<br />
2.3. Tekanan vakum<br />
Pada uraian ringkas proses distilasi asam lemak pada pokok bahasan 2.2,<br />
kondisi tekanan selalu dibawah 1 atm. Besar tekanan vakum rata-rata dibawah 50<br />
mbar.<br />
Terdapat 2 hal pokok yang melatar belakangi kondisi vakum ini, antara lain :<br />
2.3.1. effisiensi pemakaian energi<br />
2.3.2. meningkatkan mutu asam lemak yang dihasilkan.<br />
Untuk lebih memahami kedua hal di atas, masing-masing dibahas pada<br />
subpokok bahasan tersendiri.<br />
2.3.1. Effisiensi pemakaian energi.<br />
Proses distilasi pada prinsipnya adalah pemisahan suatu bahan cair atas<br />
komponen-komponennya atas perbedaan titik didihnya. Untuk tujuan ini tentu saja<br />
bahan cair tersebut harus dipanaskan, diuapkan lalu dipisahkan pada suhu dan<br />
tekanan tertentu, sesuai dengan produk yang diinginkan.<br />
Penguapan bahan cair tentu saja menyangkut titik didih dan tekanan<br />
lingkungan bahan cair yang diuapkan atau dipisahkan dan ini berarti menyangkut<br />
energi panas yang dibutuhkan untuk penguapan. Sekarang timbul pertanyaan :<br />
“bagaimana tekanan vakum dapat menurunkan pemakaian energi panas pada proses<br />
distilasi asam lemak ?” Jawabannya sangatlah sederhana.<br />
Secara alami bahan cair dapat mendidih pada suhu yang berbeda-beda. Bisa<br />
lebih tinggi atau lebih rendah dari titik didihnya pada tekanan atmosfer. Bagaimana hal<br />
ini bisa jadi kenyataan ? Tekanan lingkungan bahan cair diatur lebih rendah atau lebih<br />
tinggi dari tekanan udara luar. Jika tekanan lingkungan dibuat lebih rendah dari satu<br />
atmosfer, bahan cair akan mendidih dan menguap pada suhu yang lebih rendah.<br />
Sebaliknya bahan cair akan mendidih dan menguap pada suhu yang lebih tinggi, jika
tekanan lingkungan dibuat lebih tinggi dari tekanan udara luar (1 atm). Apakah artinya<br />
ini, jika dikaitkan dengan pemakaian energi panas untuk menaikkan dan menurunkan<br />
suhu bahan cair pada proses penguapan ?. dari penjelasan sederhana di atas, dapat<br />
disimpulkan pemakaian energi panas akan semakin kecil jika tekanan lingkungan<br />
bahan cair dibuat semakin rendah.<br />
Penjelasan di ataslah yang mendasari distilasi asam lemak dilakukan pada<br />
tekanan vakum. Jauh di bawah tekanan satu atmosfer. Akan tetapi hal ini tidak<br />
terlepas dari kwalitas produk distilasi asam lemak yang akan dibahas pada subpokok<br />
bahasan berikut.<br />
Tekanan vakum pada proses distilasi asam lemak dicapai dengan<br />
menggunakan peralatan mekanis seperti ejektor atau pompa vakum yang menjadi<br />
bagian dari peralatan proses distilasi yang berlangsung secara berkesinambungan.<br />
Dengan peralatan ini tekanan vakum dapat dicapai sampai 5 mbar pada kolom<br />
distilasi, saat telah dibebani oleh penguapan bahan cair dan 10 s/d 70 mbar pada saat<br />
dibebani oleh penguapan pada kolom yang berbeda.<br />
2.3.2. Meningkatkan mutu asam lemak.<br />
Asam lemak yang dihasilkan pada proses distilasi asam lemak dibedakan atas<br />
fraksi-fraksi C6-10 dan C12-18 serta fraksi tunggal masing-masing asam lemak yang<br />
membentuk brude fatty acid (asam lemak kasar) dari hidrolisa trigliserida CNO, seperti<br />
asam lemak C6, C8, C10, C12, C14, C16, dan C18. Proses distilasi asam lemak kasar pada<br />
tekanan vakum bertujuan untuk meningkatkan kwalitas asam lemak tersebut di atas.<br />
Bagaimana tujuan di atas dicapai ?. Bukankah proses distilasi hanya untuk<br />
memisahkan asam lemak kasar atas komponen-komponen pembentuknya ?.<br />
Sekilas proses distilasi asam lemak kasar, hanya untuk memisahkan atas<br />
komponen-komponen pembentuknya dengan tingkat persentase tertentu. Memang<br />
inilah yang menjadi tujuan utama distilasi asam lemak kasar. Tetapi hal ini saja tidak<br />
cukup, karena masih terdapat beberapa faktor lain yang menunjang mutu fraksi-fraksi<br />
asam lemak, sehingga lebih kompetitif di pasar industri oleokimia, untuk kebutuhan<br />
pembuatan kosmetik, detergent dan sebagainya.<br />
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, kita kembali pada materi<br />
penyusun trigliserida minyak kelapa kopra (crude coconut oil).<br />
Selain komposisi fraksi –fraksi asam lemak, faktor-faktor berikut perlu<br />
mendapat perhatian. Pada proses distilasi asam lemak terdapat beberapa faktor yang<br />
harus dikontrol dengan baik untuk memisahkan kwalitas fraksi asam lemak yang baik,<br />
adapun faktor-faktor tersebut ialah :<br />
a. kadar air pada tiap fraksi distilasi.<br />
b. warna pada tiap fraksi distilasi.<br />
c. ikatan rangkap pada asam lemak jenuh.<br />
Disamping komposisi asam lemak pembentuk tiap fraksi asam lemak serta besar<br />
bilangan asamnya (acid value).<br />
Dua faktor terakhir di atas yakni warna dan ikatan rangkap pada fraksi<br />
distilasi, merupakan faktor yang dapat berubah secara fisis dan kimiawi pada saat<br />
proses distilasi berlangsung. Terutama jika proses pemisahan berlangsung pada<br />
tekanan udara atmosfer.<br />
Pada proses distilasi dengan tekanan atmosfer, terdapat udara yang cukup<br />
banyak di dalam peralatan. Udara, dalam hal ini oksigen yang cukup yang terdapat di<br />
dalam udara akan mengoksidasi ikatan jenuh asam lemak serta ikatan tidak jenuh
pada asam lemak. Pembentukan ikatan rangkap ini dimungkinkan karena suhu proses<br />
destilasilebih tinggi pada tekanan atmosfer. Dengan adanya ikatan rangkap pada<br />
fraksi-fraksi destilasi asam lemak, warna fraksi destilasi cenderung bertambah.<br />
Kecenderungan bertambahnya ikatan rangkap dan warna pada tiap fraksi akan<br />
semakin besar bila temperatur pemisahan semakin tinggi.<br />
Dengan tekanan vakum, destilasi asam lemak dapat dilakukan pada suhu yang<br />
lebih rendah. Dengan tekanan vakum, kadar oksigen di dalam peralatan pemisah<br />
dapat ditekan serendah mungkin, sehingga dapat menekan reaksi oksidasi ikatan<br />
jenuh pada asam lemak menjadi ikatan rangkap. Pada akhirnya dapat menekan warna<br />
pada produk destilasi asam lemak dari minyak kelapa kopra.<br />
Inilah yang paling pokok yang mendasari proses pemisahan asam lemak<br />
dengan destilasi, dilakukan pada tekanan vakum.<br />
Faktor kadar air, berpengaruh secara tidak langsung pada perubahan warna<br />
dan ikatan rangkap fraksi destilasi asam lemak. Jumlah kadar air di atas 1,5 % pada<br />
asam lemakkasar, membutuhkan suhu destilasi yang lebih tinggi. Kendatipun proses<br />
destilasi berlangsung pada tekanan vakum, kenaikan suhu tetap memungkinkan<br />
perubahan-perubahan (kenaikan). Warna dan ikatan rangkap pada product destilasi<br />
asam lemak. Dengan demikian kenaikan kadar air pada asam lemak kasar dapat<br />
menaikan warna dan ikatan rangkap pada fraksi destilasi asam lemak. Tidak hanya<br />
kedua faktor ini mengalami kenaikan, proses pemisahan pun dapat terganggu.<br />
Kelancaran dang kapasitas produksi dapat berkurang sampai 50%, di samping terjadi<br />
penyimpangan komposisi asam lemak pembentuk fraksi destilasi asam lemak akibat<br />
kenaikan kadar air pada umpan asam lemak.<br />
Dengan penjelasan singkat di atas penulis yakin para pembaca dapat<br />
memahami alasan proses pemisahan asam lemak dari minyak kelapa sawit dari minyak<br />
kelapa kopra dengan proses destilasi bertekanan vakum.<br />
BILANGAN ASAM PRODUK DESTILASI<br />
3.1. BILANGAN ASAM FRAKSI TUNGGAL ASAM LEMAK<br />
Dalam proses destilasi, mengontrol secara berkesinambungan nilai bilangan<br />
asam fraksi-fraksi destilasi asam lemak sangat diperlukan untuk menjaga kualitas<br />
produk destilasi asam lemak. Pengontrolan dapat dilakukan melalui hasil analisa<br />
laboratorium secara berkala maupun secara teoritis dari formulasi yang ada.<br />
Pengontrolan bilangan asam dengan cara terakhir ini mutlak perlu dilakukan jika<br />
pengontrolan lewat hasil analisa laboratorium tidak dapat dilakukan, karena kerusajkan<br />
analisa bilangan asam.<br />
Menentukan bilangan asam fraksi destilasi asam lemak secara praktis sangat<br />
mudah dilakukan. Besar bilangan asam lemak tergantung dari dua hal pokok, yaitu :<br />
1. komposisi asam lemak<br />
2. bilangan asam fraksi tunggal asam lemak.<br />
Secara alami bilangan asam lemak dengan rantai karbon lebih pendek adalah lebih<br />
besar, dibanding asam lemak dengan rantai karbon lebih panjang, karena berat<br />
molekulnya lebih kecil. Sehingga jika asam lemak merupakan campuran beberapa<br />
asam lemak, bilangan asam campuran cenderung bertambah besar jika komposisi<br />
lebih ringan cenderung bertambah banyak. Kecenderungan berkurangnya bilangan<br />
asam merupakan indikasi berkurangnya komposisi asam lemak lebih ringan atau<br />
bertambahnya komposisi asam lemak lebih berat (heavy component).
Besarnya bilangan asam untuk asam lemak fraksi tunggal dapat ditentukan<br />
sebagai berikut :<br />
AV = 56,108<br />
BM<br />
Dimana :<br />
AV = bilangan asam fraksi tunggal asam lemak<br />
BM = berat molekul asam lemak tunggal.<br />
Berikut ini diberikan bilangan asam fraksi tunggal asam lemak (pure fatty acid)<br />
.<br />
Tabel 3.1. Bilangan Asam Fraksi Tunggal Asam Lemak<br />
No Asam lemak AV (bilangan asam)<br />
1.<br />
C6 – fatty acid<br />
483<br />
2.<br />
C8 – fatty acid<br />
389<br />
3.<br />
C10- fatty acid<br />
326<br />
4.<br />
C12- fatty acid<br />
280<br />
3.2. BILANGAN ASAM CAMPURAN ASAM LEMAK<br />
Produk destilasi asam lemak dapat berupa campuran C6-10 artinya terdiri dari<br />
sejumlah tertentu fraksi tunggal asam lemak C6, C8, C10 dan sejumlah kecil asam lemak<br />
C12 seperti dicantumkan pada spesifikasi C6-10 asam lemak. Produk asam lemak yang<br />
lain dapat berupa C12-18 asam lemak artinya terdiri dari sejumlah teretntu fraksi tunggal<br />
asam lemak C10 (sangat sedikit), C12, C14, C16, C18 dan sejumlah kecil C20, seperti<br />
dicantumkan pada spesifikasi C12-18 asam lemak.<br />
Bilangan asam campuran asam lemak dapat ditentukan secara teoritis dengan<br />
formula berikut :<br />
AV = (A x a) + (B x b) + (C x c) + (D x d)<br />
Dimana :<br />
A, B, C dan D = bilangan fraksi tunggal asam lemak.<br />
A, b, c dan d = komposisi masing-masing fraksi tunggal dalam campuran<br />
(dalam % berat).<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
1. Lurgi. GmBh,” operasi manual fatty acid distilation”, frankfurt, 1989.<br />
2. S. kataren, “Minyak dan lemak pangan “’ <strong>Universitas</strong> indonesia press, jakarta,<br />
1986.<br />
3. Siid chemie indonesia, “highly active bleaching eart for processing of fats and<br />
oils”, cimapag, 1994.<br />
4. Lurgi GmBh, “ spliting process of fats and oils”, frank furt, 1990.<br />
5. Seminar bleaching eart, siid chemie indonesia, medan , 1994.<br />
6. Lurgi, GmBh, “ manual prosess of hidrolisys crude palm kernel oil”, frankfurt,<br />
1990.