Chapter II.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...
Chapter II.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...
Chapter II.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
BAB <strong>II</strong><br />
TINJAUAN PUSTAKA<br />
2.1 Lemak dan Minyak<br />
Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi<br />
hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik<br />
lelehnya. Pada suhu kamar lemak berwujud padat, sedangkan minyak berwujud cair.<br />
Titik leleh minyak dan lemak tergantung pada strukturnya, biasanya meningkat<br />
dengan bertambahnya jumlah karbon. Banyaknya ikatan ganda dua karbon juga<br />
berpengaruh. Trigliserida yang kaya akan asam lemak tak jenuh, seperti asam oleat<br />
dan linoleat, biasanya berwujud minyak sedangkan trigliserida yang kaya akan lemak<br />
jenuh seperti asam stearat dan palmitat, biasanya adalah lemak. Semua jenis lemak<br />
tersusun dari asamasam lemak yang terikat oleh gliserol. Sifat dari lemak tergantung<br />
dari jenis asam lemak yang terikat dengan senyawa gliserol. Asam-asam lemak yang<br />
berbeda disusun oleh jumlah atom karbon maupun hidrogen yang berbeda pula.<br />
Atom karbon, yang juga terikat oleh dua atom karbon lainnya, membentuk rantai<br />
yang zigzag. Asam lemak dengan rantai molekul yang lebih panjang lebih rentan<br />
terhadap gaya tarik menarik intermolekul, (dalam hal ini yaitu gaya Van der waals)<br />
sehingga titik leburnya juga akan naik.<br />
Trigliserida alami ialah triester dari asam lemak berantai panjang dan gliserol<br />
merupakan penyusun utama lemak hewan dan nabati. Trigliserida termasuk lipid<br />
sederhana dan juga merupakan bentuk cadangan lemak dalam tubuh manusia.<br />
Keragaman jenis trigliserida bersumber dari kedudukan dan jati diri asam lemak.<br />
Trigliserida sederhana adalah triester yang terbuat dari gliserol dan tiga molekul<br />
asam lemak yang sama. Contohnya, dari gliserol dan tiga molekul asam stearat akan<br />
diperoleh trigliserida sederhana yang disebut gliseril tristearat atau tristearin.<br />
Trigliserida sederhana jarang ditemukan. Kebanyakan trigliserida alami adalah<br />
trigliserida campuran, yaitu triester dengan komponen asam lemak yang berbeda.<br />
Lemak hewan dan minyak nabati merupakan campuran beberapa trigliserida.<br />
(Tambun, 2006)<br />
<strong>II</strong>-1<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara
2.2 Asam Lemak<br />
Asam lemak merupakan rantai hidrokarbon, yang setiap atom karbonnya<br />
mengikat satu atau dua atom hidrogen, kecuali atom karbon terminal mengikat tiga<br />
atom hidrogen, sedangkan atom karbon terminal lainnya mengikat gugus karboksil.<br />
Asam lemak yang pada rantai hidrokarbonnya terdapat ikatan rangkap disebut asam<br />
lemak tidak jenuh, dan apabila tidak terdapat ikatan rangkap pada rantai<br />
hidrokarbonnya disebut dengan asam lemak jenuh. Secara umum struktur asam<br />
lemak dapat digambarkan sebagai berikut :<br />
H H H H H O<br />
HC C C C …C C<br />
H H H H H OH<br />
Asam Lemak Jenuh<br />
H H H H H O<br />
HC...C C C C C<br />
H H H H H OH<br />
Asam Lemak Tak Jenuh<br />
Asam lemak jenuh maupun asam lemak tak jenuh berbeda dalam energi yang<br />
dikandungnya dan titik leburnya. Karena asam lemak tak jenuh mengandung ikatan<br />
karbon-hidrogen yang lebih sedikit dibandingkan dengan asam lemak jenuh pada<br />
jumlah atom karbon yang sama, asam lemak tak jenuh memiliki energi yang lebih<br />
sedikit selama proses metabolisme daripada asam lemak jenuh pada keadaan dimana<br />
jumlah atom karbon sama. Asam lemak jenuh dapat tersusun dalam susunan yang<br />
rapat, sehingga asam lemak jenuh dapat dibekukan dengan mudah dan berwujud<br />
padatan pada temperatur ruangan. Tetapi ikatan rangkap yang kaku dalam lemak tak<br />
jenuh mengubah kimia dari lemak. Terdapat dua cara ikatan ini disusun yaitu :<br />
1. Isomer dengan kedua bagian dari rantai pada sisi yang sama (cis; hanya terdapat<br />
pada lemak alami). Isomer cis mencegah lemak dari penumpukan seperti halnya<br />
yang terjadi pada ikatan jenuh. Hal ini menurunkan gaya intermolekul diantara<br />
molekul lemak, sehingga menyebabkan lemak cis tak tejuh lebih sulit untuk<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara
membeku. Lemak cis tak jenuh biasanya merupakan cairan pada temperatur<br />
ruangan.<br />
2. Isomer dengan rantai yang berlawanan pada ikatan ganda (isomer trans, biasanya<br />
merupakan produk dari hidrogenasi parsial dari lemak tak jenuh alami)<br />
Reaksi hidrogenasi dapat mengubah minyak menjadi lemak. Hal ini sering<br />
dilakukan dalam industri margarin. Serbuk logam nikel (yang dikeluarkan kemudian)<br />
didispersikan dalam minyak panas sebagai katalis. Hidrogen beradisi pada beberapa<br />
ikatan ganda dua dari rantai asam lemak tak jenuh karbon dan menjenuhkannya.<br />
Dengan demikian akan mengubah minyak menjadi lemak. Contohnya hidrogenasi<br />
pada triolein menghasilkan tristearin.<br />
2.3 Gambaran Umum Distillate Palm Oil Fatty Acid<br />
Distillate Palm Oil Fatty Acid (DPOFA) merupakan jenis asam lemak yang<br />
dihasilkan dari destilasi Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) yang merupakan produk<br />
samping dari proses pembuatan minyak goreng. DPOFA banyak digunakan pada<br />
indutri seperti:<br />
1. Industri ban<br />
• digunakan sebagai pelumas atau activator untuk mempercepat reaksi zinc oxide<br />
dalam pembuatan compound<br />
• meningkatkan mutu/kualitas ban menjadi lebih mengkilat dan menarik<br />
2. Industri Lilin<br />
Dalam industri lilin, asam lemak digunakan sebagai campuran bahan untuk<br />
pembuatan lilin yang fungsinya untuk mempermudah melepaskan lilin dari<br />
cetakannya. Selain itu dengan ditambahkannya asam lemak dalam proses<br />
pembuatan lilin, akan menjadikan produk lilin yang dihasilkan tidak cepat<br />
meleleh ketika dinyalakan, asap yang dihasilkan lebih sedikit mengurangi<br />
timbulnya tetesan-tetesan lilin.<br />
3. Industri Kosmetik<br />
DPOFA dalam industri kosmetik digunakan sebagai bahan campuran pembuatan<br />
produk-produk kosmetik yang fungsinya untuk memberikan keharuman dan<br />
kemilauan..<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara
4. Bila direaksikan dengan H2 (hidrogenasi) akan menghasilkan fatty alkohol.<br />
Adapun kegunaan dari fatty alkohol adalah untuk:<br />
• pembuatan surfactan anionic<br />
• sebagai emulsifier dalam produk-produk pembersih dan lantai<br />
5. Konsumsi oleh industri pipa PVC :<br />
• digunakan sebagai lubrican internal<br />
• komposisi : 0,15 % - 0,2 % dari seluruh total bahan baku (tergantung jenis pipa<br />
PVC yang diproduksi)<br />
2.4 Sifat-Sifat Bahan Baku dan Produk<br />
2.4.1 Palm Fatty Acid Distillate (PFAD)<br />
1. Asam Lemak Bebas (%) : 83.3<br />
2. Bilangan Iodine : 55.3<br />
3. Moisture Content (%) : 0,08<br />
4. Unsaponifable matter (%) : 2,5<br />
5. Saponification Value : 198<br />
6. Komposisi Asam Lemak (wt %)<br />
C12:0 : 0,2<br />
C14:0 : 1,2<br />
C16:0 : 47,1<br />
C18:0 : 4,5<br />
C18:1 : 36,6<br />
C18:2 : 9,6<br />
C18:3 : 0,4<br />
(Hamirin, 1983)<br />
2.4.2 Destillate Palm Oil Fatty Acid (DPOFA)<br />
1. FFA (as. Palmitic) : 50 % min<br />
2. Total Fatty Matter : 98,20 %<br />
3. Impurities : 0,26 %<br />
4. Moisture : 1,54%<br />
5. Total saponiable matter : 97,55 %<br />
(Feld and Hanh GMBH, 1998)<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara
2.5 Proses Pembuatan DPOFA<br />
Pada dasarnya proses pembuatan DPOFA ada 2 cara, yaitu :<br />
1. Destilasi yang di dahului proses hidrolisis (splitting)<br />
Yaitu proses pembuatan distillate fatty acid yang diawali proses hidrolisis yang<br />
kemudian dilanjutkan dengan proses destilasi. Pada proses ini PFAD yang<br />
merupakan bahan baku terlebih dahulu dihilangkan kandungan trigliseridanya<br />
melalui proses hidrolisis. Trigliserida ini akan di reaksikan dengan air yang akan<br />
menjadi asam lemak dan gliserol. Setelah melalui tahap ini kemudian asam<br />
lemak akan di proses dengan destilasi. Yield yang di hasilkan pada proses ini<br />
mencapai 93%. Kelebihan proses ini adalah dapat diperoleh yield asam lemak<br />
tetapi memerlukan konsumsi energi dan modal yang besar. (Feld and Hanh<br />
GMBH, 1998)<br />
2. Destilasi Langsung<br />
Proses ini sebenarnya hampir sama dengan proses diatas, hanya saja tahap awal<br />
proses yaitu hidrolisis dihilangkan pada proses ini. Jadi bahan baku PFAD yang<br />
akan diproses akan langsung di destilasi tanpa adanya proses hidrogenasi. Yield<br />
proses ini mencapai maksimal 90%. Kelebihan proses ini adalah konsumsi energi<br />
dan modal yang diperlukan rendah, sedangkan kelemahannya adalah yield yang<br />
dihasilkan lebih rendah dari proses dengan hidrolisis. (Feld and Hanh GMBH,<br />
1998)<br />
2.6 Pemilihan Proses<br />
Pada pra rancangan pabrik pembuatan distillate palm oil fatty acid (DPOFA)<br />
ini, proses yang dipilih adalah proses destilasi langsung dengan pertimbangan<br />
ekonomi dan konsumsi energi yang rendah. (Feld and Hanh GMBH,1998)<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara
2.7 Deskripsi Proses<br />
Bahan baku yang digunakan dalam proses ini adalah PFAD yang merupakan<br />
by-product dari proses refinery minyak sawit.<br />
PFAD dipompa dengan menggunakan pompa P-101 dari tangki penyimpanan TK-<br />
101 ke dryer V-101 yang sebelumnya dilewatkan pada heater E-101 untuk<br />
dipanaskan hingga 140°C. Di dryer PFAD dan recycle dari residu destiller ini<br />
diproses untuk menghilangkan air dan bahan-bahan yang mudah menguap. Proses ini<br />
berlangsung pada 20 kPa dan 140°C. Selanjutnya asam lemak yang keluar dari dryer<br />
dialirkan ke heater E-102 untuk menaikkan suhu sampai 240°C dan selanjutnya ke<br />
precut destiller T-101 dengan pompa P-102 untuk memisahkan light fatty acid.<br />
Proses ini berlangsung pada 3,7 kPa dan 240°C.<br />
Pada aliran bawah kolom asam lemak dialirkan dengan menggunakan pompa<br />
P-103 ke kolom main distiller . Pada kolom ini DPOFA keluar pada aliran atas<br />
terlebih dahulu didinginkan di kondensor E-103 dan cooler E-105 sebelum disimpan<br />
pada tangki TK-103. Proses ini berlangsung pada 0,69 kPa dan 202 o C. Dari bagian<br />
bawah kolom flash destiller I ini asam lemak kemudian di alirkan ke residu destiller<br />
dengan pompa P-106. Pada residu destiller ini dipisahkan asam lemak yang akan di<br />
recycle dengan residu. Proses ini berlangsung pada 0,8 kPa dan 210 o C. Asam lemak<br />
yang yang akan di recycle akan keluar dari bagian atas kolom yang kemudian di<br />
kondensasi pada kondensor E-110 dan dialirkan ke dryer. Sedangkan residu akan<br />
keluar pada bagian bawah kolom yang akan dialirkan dengan pompa P-110 ke cooler<br />
E-111 dan selanjutnya di simpan di Tanki penyimpanan residu TK-104.<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara