09.12.2012 Views

Kerangka Pikir dan Kebijakan - Smecda

Kerangka Pikir dan Kebijakan - Smecda

Kerangka Pikir dan Kebijakan - Smecda

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kajian Evaluasi Pemanfaatan Bantuan Sarana Pasar<br />

Dalam Pemberdayaan KUKM<br />

KERANGKA PIKIR DAN KEBIJAKAN<br />

2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN DAN PUBLIKASI<br />

Sungguhpun pusat-pusat pembelanjaan modern berkembang dengan pesat<br />

sampai kepinggiran kota kecamatan namun peranan pasar tradisional masih tetap<br />

penting <strong>dan</strong> menyatu dalam kehidupan masyarakat. Pasar tradisional merupakan<br />

tempat untuk mendapatkan berbagai keperluan <strong>dan</strong> kebutuhan pokok mayoritas<br />

penduduk di tanah air dengan harga yang terjangkau. Jumlah pasar tradisional di<br />

Indonesia lebih dari 13.450 dengan jumlah pedagang berkisar 12.625.000 orang<br />

(sumber:APKASI, 2003). Pasar tradisional masih merupakan wadah utama<br />

penjualan produk-produk kebutuhan pokok yang dihasilkan oleh para pelaku<br />

ekonomi berskala menengah, kecil <strong>dan</strong> mikro yaitu para petani, nelayan, pengrajin<br />

<strong>dan</strong> home industri (industri rakyat). Para pedagang yang merupakan kumpulan<br />

para entreprener <strong>dan</strong> calon entreprener yang pada umumnya menggunakan modal<br />

sendiri dalam jumlah paspasan memulai usahanya, berjumlah puluhan juta <strong>dan</strong><br />

menyandarkan hidupnya kepada pasar tradisional. Pada sisi lain, Interaksi sosial<br />

sangat kental terjadi di dalam pasar tradisional, karena mekanisme transaksinya<br />

menggunakan metode tawar menawar. Para pedagang atau produsen <strong>dan</strong> pembeli<br />

atau konsumen dapat secara langsung berkomunikasi <strong>dan</strong> saling mengenal lebih<br />

jauh, bukan hanya menyangkut barang yang diperdagangkan tetapi juga<br />

menyangkut hal lainnya. Di pasar tradisional budaya masing-masing yang terkait<br />

dengan jenis masakan <strong>dan</strong> cara berpakaian, telah berkumpul <strong>dan</strong> berintekraksi<br />

dengan damai dengan latar belakang suku <strong>dan</strong> ras mulai dari keturunan Arab,<br />

Cina, Batak, Pa<strong>dan</strong>g, Sunda, Jawa, Madura, Bugis <strong>dan</strong> lainnya. Selain itu, pasar<br />

tradisional selalu menjadi indikator nasional dalam kaitannya dengan pergerakan<br />

tingkat kestabilan harga atau inflasi domestic. Dalam menghitung inflasi, harga<br />

kebutuhan pokok penduduk yang dijual di pasar tradisional seperti beras, gula, <strong>dan</strong><br />

sembilan kebutuhan pokok lainnya menjadi objek monitoring ahli statistik setiap<br />

bulannya.<br />

Perkembangan pusat-pusat pembelanjaan modern akhir-akhir ini memang<br />

telah menekan keberadaan pasar tradisional, apalagi pasar tradisional secara<br />

umum kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah. Pasar tradisional<br />

kelihatan dibiarkan saja berkembang secara alamiah, upaya untuk melakukan<br />

penataan <strong>dan</strong> pengembangan infrastuktur pasar bisa dikatakan lamban <strong>dan</strong> selalu<br />

tertinggal dengan perkembangan kota.Kebanyakan pemerintah daerah lebih tertarik<br />

pada perkembangan gedung-gedung <strong>dan</strong> pusat-pusat perbelanjaan modern. Hal ini<br />

pada satu sisi dapat dipahami karena bisa menjadi indikator pembangunan <strong>dan</strong><br />

perkembangan kota yang tentunya sekaligus merupakan keberhasilan secara fisik<br />

yang bisa diteropong dengan mata dari seorang pimpinan daerah.<br />

Kondisi yang secara umum ditemukan tersebut, telah menyebabkan pasar<br />

tradisional sebagian besar terabaikan. Oleh karenanya, pasar tradisional belum<br />

dapat dibebaskan dari citra negatif sebagi tempat yang kumuh, semrawut, becek,<br />

kotor, kriminal tinggi, tidak nyaman, fasilitas minim, tempat parkir terbatas, toilet<br />

tidak terawat, tempat sampah yang bau, instalasi listrik yang gampang terbakar <strong>dan</strong><br />

LAPORAN AKHIR<br />

2-1


Kajian Evaluasi Pemanfaatan Bantuan Sarana Pasar<br />

Dalam Pemberdayaan KUKM<br />

lorong yang sempit. Image lain yang melekat, pasar tradisional masih dipenuhi oleh<br />

para pedagang informal yang sulit diatur <strong>dan</strong> mengatur diri. Pengelola pasar masih<br />

mengalami kesulitan untuk melakukan penataan yang lebih tertib terhadap mereka.<br />

Kondisi ini membuat pasar tradisional menjadi semrawut <strong>dan</strong> tidak nyaman untuk<br />

dikunjungi. Dilain pihak, pasar dengan pola pengelolaan modern semakin banyak<br />

bermunculan sebagai salah satu alternative tempat berbelanja yang tidak semrawut<br />

<strong>dan</strong> nyaman. Penduduk yang berpenghasilan menengah ke atas menyambut<br />

gembira kedatangan pasar modern yang jumlahnya semakin banyak tersebar di<br />

berbagai wilayah <strong>dan</strong> berlokasi di tempat yang mudah di jangkau. Berdasarkan<br />

survey AC Nielsen pertumbuhan pasar modern (termasuk hypermarket) sebesar<br />

31,4%, sementara pertumbuhan pasar tradisional 8,1% (SWA, Edisi Desember<br />

2004). Para pedagang disebagain besar pasar tradisional mengalami penurunan<br />

omset sampai 75%. Di DKI Jakarta, pada tahun 2004 ada 7 pasar tradisional<br />

(Blora, Cilincing, Cipinang Besar, Kramat Raya, Muncang, Prumpung Tengah <strong>dan</strong><br />

Sinar Utara) yang sudah dilikwuidasi atau dibubarkan dengan berbagai alasan.<br />

2.2. TINJAUAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PASAR<br />

<strong>Kebijakan</strong> dalam penataan <strong>dan</strong> pengaturan keberadaan pasar secara umum<br />

telah dikeluarkan pemerintah, namun bentuk kebijakan <strong>dan</strong> peraturan yang khusus<br />

mengatur keberadaan pasar tradisional baik di tingkat pusat maupun daerah belum<br />

ada. Beberapa kebijakan <strong>dan</strong> peraturan pemerintah yang sudah ada dinilai banyak<br />

kalangan bertendensi tidak memihak pada pengembangan pasar tradisional yang<br />

disana berkumpul para pedagang atau UKM bersekala kecil dengan modal<br />

terbatas. Akibatnya pasar tradisional sulit berkembang se<strong>dan</strong>gkan pasar modern<br />

didukung pemodal besar semakin eksis <strong>dan</strong> menyebar diberbagai tempat melayani<br />

masyarakat dalam perdagangan ritel. Peluang <strong>dan</strong> kemudahan yang didapat<br />

pengemban dalam pengembangan pasar-pasar modern kecil maupun besar telah<br />

menyebabkan menjamurnya pusat-pusat riteil modern. Beberapa kebijakan dalam<br />

penataan pasar dapat dilihat antara lain :<br />

Kep. Menperindag NO. 420/MPP/Kep/10/1997 tentang: Pedoman Penataan <strong>dan</strong><br />

Pembinaan Pasar <strong>dan</strong> Pertokoan.<br />

Tujuan penataan <strong>dan</strong> pembinaan pasar <strong>dan</strong> pertokoan :<br />

• Menciptakan sinergi antara pasar modern dengan pengusaha kecil <strong>dan</strong><br />

menengah, koperasi, serta pasar tradisional agar dapat tumbuh <strong>dan</strong><br />

berkembang lebih cepat untuk mewujudkan tata perdagangan <strong>dan</strong> pola<br />

distribusi nasional yang mantap.<br />

• Mewujudkan kemitraan usaha antara pengusaha besar modern dengan<br />

pedagang kecil <strong>dan</strong> menengah, koperasi, serta pasar tradisional.<br />

Kep. Menperindag No. 107/MPP/Kep/2/1998 tentang ketentuan <strong>dan</strong> Tata Cara<br />

Pemberian Izin Usaha Pasar Modern.<br />

Setiap perusahaan yang melaksanakan kegiatan usaha :<br />

• Pasar modern wajib memperoleh izin Usaha Pasar Modern (IUPM)<br />

• Pasar modern wajib melakukan kerjasama dengan pedagang kecil <strong>dan</strong><br />

menengah, serta pasar tradisional.<br />

• Perusahaan pasar modern wajib menyampaikan laporan usahanya secara<br />

berkala 6 (enam) bulan sekali kepada Dirjen Perdagangan Dalam Negeri<br />

Departemen Perdagangan.<br />

LAPORAN AKHIR<br />

2-2


Kajian Evaluasi Pemanfaatan Bantuan Sarana Pasar<br />

Dalam Pemberdayaan KUKM<br />

Keppres No. 118 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas Keppres No 96 Tahun 2000<br />

tentang Bi<strong>dan</strong>g Usaha yang tertutup <strong>dan</strong> Terbuka dengan Persyaratan Tertentu<br />

bagi Penanaman Modal.<br />

Bi<strong>dan</strong>g usaha yang tertutup untuk penanaman modal yang dalam modal<br />

perusahaan ada pemilikan warga negara asing <strong>dan</strong> ba<strong>dan</strong> hukum asing antara lain:<br />

• Sektor Perhubungan<br />

• Sektor Perdagangan<br />

• Sektor Penerangan<br />

• Sektor Kehutanan <strong>dan</strong> Perkebunan<br />

Keppres Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria da Persyaratan Penyusunan<br />

Bi<strong>dan</strong>g Usaha yang tertutup <strong>dan</strong> Bi<strong>dan</strong>g Usaha Terbuka dengan Persyaratan<br />

Bi<strong>dan</strong>g Penanaman Modal.<br />

Kriteria Penetapan Bi<strong>dan</strong>g Usaha terbuka dengan Persyaratan :<br />

• Perlindungan sumber daya alam<br />

• Perlindungan usaha mikro, kecil, menengah <strong>dan</strong> koperasi<br />

• Pengawasan produksi <strong>dan</strong> distribusi<br />

• Peningkatan kapasitas teknologi<br />

• Partisipasi modal dalam negeri<br />

• Kerjasama dengan ba<strong>dan</strong> usaha yang ditunjuk<br />

Peraturan Menteri Negara Koperasi <strong>dan</strong> Usaha Kecil <strong>dan</strong> Menengah Republik<br />

Indonesia Nomor: 16/Per/M.KUKM/VII/2006 tentang Pedoman Teknis Bantuan<br />

Perkuatan Dalam Bi<strong>dan</strong>g Pemasaran <strong>dan</strong> Jaringan Usaha Kepada Koperasi<br />

• Sumber <strong>dan</strong> <strong>dan</strong>a alokasi <strong>dan</strong>a bantuan perkuatan<br />

• Persyaratan, seleksi <strong>dan</strong> penetapan Koperasi, penerima <strong>dan</strong> pengelola<br />

• Pencairan <strong>dan</strong>a bantuan perkuatan<br />

• Penggunaan <strong>dan</strong>a bantun perkuatan<br />

• Pengelola bantuan perkuatan<br />

• Pemanfaatan <strong>dan</strong>a perguliran<br />

• Koordinasi pelaksanaan<br />

• Pengendalian<br />

• Monitoring, evaluasi <strong>dan</strong> pelaporan<br />

SKB Menperindag <strong>dan</strong> Mendagri Nomor: 145/MPP/Kep/5/1997 <strong>dan</strong> Nomor 57<br />

Tahun 1997<br />

• Lokasi Pasar Modern berada di ibukota Provinsi ditetapkan berdasarkan<br />

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK)<br />

• Penetapan lokasi pasar modern di Kabupaten/Kota yang perkembangan<br />

kota <strong>dan</strong> ekonominya dianggap sangat pesat <strong>dan</strong> berlokasi diluar ibukota<br />

Provinsi harus memperoleh izin secara khusus dari Menteri<br />

• Keberadaan pasar modern wajib ikut menumbuh kembangkan kegiatan<br />

usaha pasar tradisional <strong>dan</strong> Pengusaha Kecil <strong>dan</strong> Menengah melalui<br />

kemitraan<br />

LAPORAN AKHIR<br />

2-3


Kajian Evaluasi Pemanfaatan Bantuan Sarana Pasar<br />

Dalam Pemberdayaan KUKM<br />

2.3. KERANGKA PIKIR DAN KEBIJAKAN BANTUAN<br />

PERKUATAN<br />

Pemberian bantuan perkuatan pengembangan sarana pasar tradisional<br />

kepada pedagang melalui KOPPAS/Koperasi dimaksudkan untuk mendukung<br />

aktivitas usaha perdagangan di Pasar Tradisional. A<strong>dan</strong>ya perbaikan sarana<br />

pedagang diharapkan akan memberikan citra positif kepada konsumen sehingga<br />

memberi daya tarik untuk tetap berbelanja pada Pasar Tradisional. Perbaikan<br />

sarana pemasaran ini tentu akan mendorong pedagang untuk memberikan<br />

pelayanan yang optimal kepada konsumen baik dari sisi kualitas produk maupun<br />

dalam pelayanan bertransaksi. Pada sisi lain bantuan ini dapat menjadi stimulan<br />

bagi PEMDA untuk ikut bersama-sama memperhatikan para pedagang atau UKM<br />

pada Pasar Tradisional, sehingga PEMDA akan memberikan dukungan agar nilai<br />

bantuan bisa dinikmati para pedagang <strong>dan</strong> masyarakat konsumen secara optimal.<br />

Peranan KOPPAS/Koperasi dalam hal ini diharapkan tidak hanya sebatas<br />

penyalur batuan saja, tapi harus mampu memberikan kepastian lokasi para<br />

pedagang secara layak, mendorong semangat berkoperasi, <strong>dan</strong> mengayomi para<br />

pedagang dalam wadah koperasi sebagai organisasi para pedagang dalam<br />

mengembangkan usahanya. Pasar bagi pedagang tidak dijadikan sebatas tempat<br />

sarana berdagang guna mendapatkan keuntungan dengan cukup membayar<br />

retribusi pasar saja, namun para pedagang diharapkan untuk mengembangkannya<br />

sebagai tempat perdagangan yang layak. Disinilah diharapkan peran<br />

KOPPAS/Koperasi untuk mendorong partisipasi para pedagang <strong>dan</strong> bersamasama<br />

PEMDA mengembangkan Pasar Tradisional menjadi pasar yang<br />

memberikan citra baik dimata konsumen. Dalam mengembangkan pasar,<br />

KOPPAS/Koperasi bisa menjadi mitra kerja UPP (Unit Pelayanan Pasar) bersamasama<br />

mewujudkan pasar tradisional modern sebagai icon daerah.<br />

KOPPAS/Koperasi sebagai wadah organisasi pedagang tentunya perlu<br />

mengembangkan usahanya yang sejalan <strong>dan</strong> mendukung aktivitas bisnis para<br />

pedagang. Usaha KOPPAS/Koperasi tidak hanya cukup sebatas usaha simpan<br />

pinjam yang hanya membantu kebutuhan permodalan pedagang saja tetapi<br />

seyogyanya juga mengembangkan unit usaha yang mendukung pengadaan<br />

kebutuhan barang dagang bagi anggotanya. Bila peran ini bisa dilakoni<br />

KOPPAS/Koperasi tentunya banyak keuntungan yang dapat dipetik dari sisi bisnis<br />

pedagang <strong>dan</strong> usaha KOPPAS/Koperasi. Pedagang akan terbantu dalam<br />

mendapatkan kebutuhan barang dagangan yang akan dijual dengan kualitas baik<br />

<strong>dan</strong> harga yang normal. Pedagang dapat terlindungi dari praktek sepikulan <strong>dan</strong><br />

permainan harga dari para pemasok yang bisa menciptakan persaingan tidak sehat<br />

diantara pedagang. KOPPAS/Koperasi sebagai wadah usaha pedagang tentunya<br />

akan mendapat keuntungan yang wajar yang tentunya dapat pula dinikmati<br />

anggota dalam bentuk SHU. Disisi lain, sebagai mitra kerja UPP maka<br />

KOPPAS/Koperasi bisa ikut bersama-sama menanggulangi masalah kebersihan<br />

pasar <strong>dan</strong> pemungutan retribusi pasar. <strong>Kerangka</strong> pikir kajian evaluasi ini dapat<br />

dilihat pada gambar 2-1.<br />

Sebagaimana tertuang dalam petunjuk teknis bahwa bantuan <strong>dan</strong>a bergulir<br />

pengembangan pasar tradisional diberikan kepada pedagang <strong>dan</strong> disalurkan<br />

melalui Koperasi bertujuan untuk memberdayakan pedagang pasar anggota<br />

koperasi melalui peningkatan kualitas sarana usaha, serta meningkatkan peran<br />

koperasi dalam perencanaan, pengembangan <strong>dan</strong> pengelolaan pasar tradisional.<br />

Sasaran bantuan <strong>dan</strong>a bergulir ini adalah : a) terlaksananya pengembangan <strong>dan</strong><br />

LAPORAN AKHIR<br />

2-4


Kajian Evaluasi Pemanfaatan Bantuan Sarana Pasar<br />

Dalam Pemberdayaan KUKM<br />

pengelolaan pasar tradisional oleh koperasi; b) terjaminnya kepastian lokasi <strong>dan</strong><br />

tempat usaha bagi pedagang <strong>dan</strong> koperasi dalam pasar tradisional; c) terwujudnya<br />

peningkatan peran koperasi dalam memberikan pelayanan kepada anggota; d)<br />

terfasilitasinya sarana usaha pedagang pasar yang memadai melalui terwujudnya<br />

pasar tradisional yang lebih tertib, bersih, indah <strong>dan</strong> nyaman; e) tersalurnya<br />

bantuan <strong>dan</strong>a bergulir kepada koperasi penerima <strong>dan</strong> dari koperasi penerima<br />

kepada para pedagang anggotanya secara tertib, transparan <strong>dan</strong> dapat<br />

dipertanggung jawabkan.<br />

Dana bergulir ini merupakan <strong>dan</strong>a pemerintah yang bersumber dari APBN<br />

Kementerian Koperasi <strong>dan</strong> UKM. Dana ini bersifat sebagai pinjaman modal yang<br />

wajib disalurkan <strong>dan</strong> atau digulirkan lebih lanjut kepada koperasi lainnya setelah<br />

jangka waktu <strong>dan</strong> persyaratan dipenuhi oleh koperasi penerima. Besarnya <strong>dan</strong>a<br />

bantuan <strong>dan</strong> koperasi yang menerima bantuan ditetapkan oleh Menteri<br />

berdasarkan usulan Bupati/Walikota. Persyaratan pasar tradisional sebagai calon<br />

penerima perkuatan adalah : a) pasar tradisional yang se<strong>dan</strong>g atau akan<br />

dikembangkan diprakarsai oleh koperasi atau prakarsa Pemda dengan melibatkan<br />

Koperasi; b) memiliki pola kepemilikan atau pemanfaatan kios <strong>dan</strong> los yang<br />

memberikan kepastian tempat berusaha bagi pedagang dalam jangka panjang; c)<br />

harus mendapat dukungan Pemda setempat dalam bentuk : (1) penyediaan lahan<br />

siap bangun berikut perijinannya, (2) pemberian status HGB pada kios <strong>dan</strong> los yang<br />

dikembangkan, (3) penyediaan sarana <strong>dan</strong> prasarana pendukung di lokasi pasar<br />

meliputi jalan, sarana transportasi, air bersih, listrik, pos keamanan, tempat parkir,<br />

MCK, tempat sampah dll; d) memiliki jumlah pedagang anggota koperasi paling<br />

sedikit 30 (tiga puluh) orang pedagang yang siap menempati kios atau los segera<br />

selesai dikembangkan.<br />

Se<strong>dan</strong>gkan persyaratan koperasi penerima bantuan perkuatan adalah : a)<br />

telah berba<strong>dan</strong> hukum paling cepat 1 tahun <strong>dan</strong> berkedudukan serta berusaha<br />

diwilayah pasar tradisional yang akan dikembangkan; b) mendapat persetujuan dari<br />

anggota/pedagang untuk melaksanakan program pengembangan yang dibuktikan<br />

dengan berita acara Rapat Anggota <strong>dan</strong> surat pernyataan; c) organisasi,<br />

manajemen <strong>dan</strong> usaha koperasi dalam kondisi sehat berdasarkan hasil penilaian<br />

Dinas; d) mempunyai anggota sebagai pedagang menimal 30 orang; e) belum<br />

pernah mendapat bantuan <strong>dan</strong>a bergulir serupa; f) bersedia <strong>dan</strong> mampu mengelola<br />

<strong>dan</strong>a bergulir sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan <strong>dan</strong> dibuktikan dengan<br />

surat pernyataan <strong>dan</strong> rekomendasi dari dinas; g) bersedia memenuhi kewajiban<br />

pelaporan secara berkala sesuai dengan format yang ditentukan; h) bersedia <strong>dan</strong><br />

mampu berpartisipasi secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, pengelolaan,<br />

serta pengembalian <strong>dan</strong>a bergulir secara tepat jumlah <strong>dan</strong> waktu sesuai dengan<br />

pedoman teknis ini. Untuk kriteria anggota koperasi/pedagang penerima bantuan<br />

perkuatan <strong>dan</strong>a bergulir adalah : a) terdaftar sebagai anggota koperasi, <strong>dan</strong> telah<br />

memenuhi kewajiban; b) berdomisili <strong>dan</strong> bertempat tinggal diwilayah kerja koperasi;<br />

c) sanggup <strong>dan</strong> bersedia mentaati peraturan <strong>dan</strong> memenuhi persyaratan yang<br />

ditetapkan oleh koperasi; d) tidak memiliki tunggakan pinjaman pada bank atau<br />

lembaga lain; e) Penetapan Koperasi calon penerima <strong>dan</strong>a bergulir dilakukan oleh<br />

Pokja Keuangan Kabupaten/Kota melalui tahapan : a) menerima permohonan dari<br />

koperasi calon penerima <strong>dan</strong> melakukan penelitian <strong>dan</strong> penilaian terhadap<br />

persyaratan; b) mengumumkan hasil penelitian <strong>dan</strong> penilaian pada papan<br />

pengumuman di kantor kecamatan, tempat kedudukan koperasi <strong>dan</strong> pada<br />

dinas/instansi kabupaten/kota setempat. Menetapkan calon koperasi yang akan<br />

disusulkan kepada Menteri paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja<br />

setelah tanggal pengumuman dengan surat keputusan Kepala dinas yang<br />

membi<strong>dan</strong>gi pengembangan koperasi dilampiri berita acara hasil penilian yang<br />

LAPORAN AKHIR<br />

2-5


Kajian Evaluasi Pemanfaatan Bantuan Sarana Pasar<br />

Dalam Pemberdayaan KUKM<br />

ditandatangani paling sedikti oleh 2/3 (dua per tiga) bagian dari jumlah anggota<br />

Pokja. Selanjutnya hasil seleksi Pokja Keuangan Provinsi diteruskan kepada Pokja<br />

Keauangan Pusat <strong>dan</strong> Deputi Bi<strong>dan</strong>g Pemasaran <strong>dan</strong> Jaringan Usaha.<br />

Pencairan bantuan perkuatan <strong>dan</strong>a bergulir pengembangan pasar tradisional<br />

baru bisa setelah Menteri Negara Koperasi <strong>dan</strong> UKM menetapkan Koperasi<br />

penerima bantuan perkuatan dengan memperhatikan usulan koperasi yang<br />

disampaikan oleh Bupati / Walikota setempat. Koperasi penerima bantuan<br />

perkuatan yang telah ditetapkan Menteri, mengajukan permohonan pencairan <strong>dan</strong><br />

rencana penggunaan bantuan perkuatan <strong>dan</strong>a bergulir kepada Menteri atau Pokja<br />

Keuangan Kabupaten/Kota atau Dinas secara bertingkat dengan melampirkan<br />

persyaratan yang diminta sebagaimana tertuang dalam petunjuk teknis penyaluran<br />

bantuan <strong>dan</strong>a bergulir pengembangan pasar tradisional (terlampir).<br />

LAPORAN AKHIR<br />

2-6


Gambar 2-1 kerangka pikir<br />

LAPORAN AKHIR 2-7


Kajian Evaluasi Pemanfaatan Bantuan Sarana Pasar<br />

Dalam Pemberdayaan KUKM<br />

LAPORAN AKHIR<br />

2-1

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!