16.01.2017 Views

Globalisasi Ekonomi dan Pengaturan Standar Akuntansi Pajak

Globalisasi ekonomi telah menjadi mainstream yang memengaruhi perkembangan konsep dan praktik perpajakan dan akuntansi. Paradigma lama yang memandang pajak dan akuntansi sebagai domain yang berbeda dan sulit untuk diharmonisasikan tampaknya akan berubah dalam mainstream globalisasi tersebut.

Globalisasi ekonomi telah menjadi mainstream yang memengaruhi perkembangan konsep dan praktik perpajakan dan akuntansi. Paradigma lama yang memandang pajak dan akuntansi sebagai domain yang berbeda dan sulit untuk diharmonisasikan tampaknya akan berubah dalam mainstream globalisasi tersebut.

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Globalisasi</strong> <strong>Ekonomi</strong> <strong>dan</strong> <strong>Pengaturan</strong> <strong>Standar</strong> <strong>Akuntansi</strong> <strong>Pajak</strong>*<br />

Oleh:<br />

Manik Sukoco**<br />

Kontributor pada Center for e-Accountability System<br />

<strong>Globalisasi</strong> ekonomi telah menjadi mainstream yang memengaruhi perkembangan konsep <strong>dan</strong><br />

praktik perpajakan <strong>dan</strong> akuntansi. Paradigma lama yang meman<strong>dan</strong>g pajak <strong>dan</strong> akuntansi<br />

sebagai domain yang berbeda <strong>dan</strong> sulit untuk diharmonisasikan tampaknya akan berubah dalam<br />

mainstream globalisasi tersebut.<br />

***<br />

Sistem perekonomian antar-bangsa yang semakin terintegrasi merupakan bentuk liberalisasi<br />

ekonomi yang berkembang pada saat ini. Salah satu bentuk integrasi ekonomi tersebut adalah<br />

integrasi pasar modal dunia dalam sistem ekonomi yang berorientasi pasar.<br />

Rupanya, integrasi pasar modal tersebut telah menjadi faktor utama yang mendorong upaya kearah<br />

penyeragaman (convergency) standar akuntansi keuangan menuju pada satu standar akuntansi<br />

global yang dikenal sebagai International Financial Reporting <strong>Standar</strong>d (IFRS), sebagai produk<br />

dari International Accounting <strong>Standar</strong>d Board (IASB). 1<br />

Negara maju, dalam hal ini adalah negara-negara Uni Eropa merupakan pihak yang lebih awal<br />

mengadopsi IFRS sebagai standar akuntansinya. Mereka telah mewajibkan semua perusahaan<br />

yang go public <strong>dan</strong> berdomisili di negara-negara Uni Eropa untuk menyusun laporan keuanganya<br />

berdasarkan IFRS per 1 Januari 2005. Dikecualikan dari itu, perusahaan-perusahaan tertentu diberi<br />

penangguhan hingga 2007. 2 Kemudian, negara-negara maju lainya, seperti Amerika Serikat juga<br />

telah merencanakan untuk mengadopsi penuh IFRS yang akan berlaku efektif pada 2014 nanti.<br />

Di samping harmonisasi akuntansi, negara-negara Uni Eropa juga tengah melakukan upaya<br />

harmonisasi disektor perpajakan. Salah satu upaya harmonisasi tersebut adalah inisiatif dari<br />

Komisi Eropa (European Commission) pada 2008, yang mengusulkan penggunaan Common<br />

Consolidated Corporate Tax Base (CCCTB) bagi perusahaan-perusahaan multinasional yang<br />

beroperasi di negara-negara Uni Eropa. 3<br />

Adapun level minimal harmonisasi pajak yang diharapkan adalah basis pajak (tax base) yang<br />

berdasarkan pada prinsip-prinsip akuntansi pajak yang menggunakan IFRS. Hal ini<br />

mengindikasikan a<strong>dan</strong>ya upaya (effort) yang dilakukan oleh negara-negara maju—khususnya Uni<br />

Eropa—dalam menyelaraskan akuntansi, perpajakan, <strong>dan</strong> antara keduanya.<br />

Indonesia pun tampaknya tidak dapat menghindar dari mainstream liberalisasi ekonomi dunia.<br />

Dalam ASEAN Economic Community Blueprint 4 , negara-negara ASEAN—termasuk Indonesia—<br />

se<strong>dan</strong>g berupaya mewujudkan suatu sistem perekonomian yang dinyatakan sebagai “a single<br />

market and production base, a highly competitive economic region, a region of equitable<br />

economic development, and a region fully integrated into global economy”.<br />

1<br />

Frederick D.S. Choi <strong>dan</strong> Gary K. Meek, International Accounting-Six Edition, (USA: Pearson<br />

Education, Inc.), 2008, 44.<br />

2 Marisi P. Purba, International Financial Reporting <strong>Standar</strong>ds-Konvergensi <strong>dan</strong> Kendala<br />

Aplikasinya di Indonesia, (Yogyakarta : Graha Ilmu), 2009, 13.<br />

3 Wolfgang Schon, International Accounting <strong>Standar</strong>ds-A Starting Point for a Common European<br />

Tax Bas”, Research Paper, (Amsterdam: Internatinonal Bureau of Fiscal Documentation), 2004,<br />

428, tidak diterbitkan.<br />

4 www.aseansec.org/21083.pdf


Se<strong>dan</strong>gkan untuk perkembangan akuntansinya, berdasarkan proposal konvergensi yang telah<br />

dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), proses adopsi IFRS dalam standar akuntansi<br />

keuangan Indonesia dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap adopsi (2008-2010), tahap persiapan<br />

(2011), <strong>dan</strong> tahap implementasi (2012). 5<br />

Berkaca pada dinamika perkembangan akuntansi pajak di negara-negara yang telah lebih dulu<br />

mengintegrasikan ekonominya, tulisan ini mencoba membahas bagaimana proses harmonisasi<br />

akuntansi komersial <strong>dan</strong> akuntansi pajak di negara-negara Uni Eropa. Semoga tulisan ini dapat<br />

menjadi bahan pemikiran bagi negara yang se<strong>dan</strong>g dalam proses integrasi ekonomi seperti<br />

Indonesia.<br />

<strong>Akuntansi</strong> <strong>Pajak</strong><br />

Pada umumnya, Wajib <strong>Pajak</strong> yang melakukan kegiatan usaha wajib menyelengarakan pembukuan.<br />

<strong>Pengaturan</strong> teknis penyelenggaraan pembukuan tersebut diserahkan sepenuhnya pada masyarakat<br />

profesi, dalam hal ini adalah profesi akuntan.<br />

Namun dalam hal tertentu, untuk mengamankan kebijakan <strong>dan</strong> tujuan sistem perpajakan, terdapat<br />

ketentuan-ketentuan yang digariskan di dalam aturan perpajakan, di mana ketentuan tersebut boleh<br />

jadi berbeda dengan ketentuan yang diatur oleh masyarakat profesi.<br />

Wajib <strong>Pajak</strong> yang mempunyai kewajiban menyelengarakan pembukuan juga diwajibkan untuk<br />

melampirkan Surat Pemberitahuan Tahunan <strong>Pajak</strong> Penghasilan (SPT Tahunan PPh)-nya dengan<br />

laporan keuangan yang terdiri dari neraca <strong>dan</strong> perhitungan laba rugi serta keterangan-keterangan<br />

lain yang diperlukan guna penghitungan besarnya penghasilan kena pajak. Dalam hal laporan<br />

keuangan merupakan output dari suatu proses akuntansi, maka laporan keuangan yang<br />

dimaksudkan untuk penghitungan besarnya penghasilan kena pajak tersebut adalah output dari<br />

proses akuntansi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan perpajakan.<br />

Walter F.O’Connor (dalam Gunadi : 2009) menjelaskan, akuntansi pajak merupakan metode <strong>dan</strong><br />

praktik akuntansi khusus untuk memenuhi ketentuan perpajakan, termasuk penyusunan laporan<br />

keuangan fiskal <strong>dan</strong> pengisian Surat Pemberitahuan <strong>Pajak</strong> (SPT) serta perencanaan dalam rangka<br />

mengefisienkan beban pajak. 6 Se<strong>dan</strong>gkan akuntansi komersial adalah akuntansi yang mengacu<br />

sepenuhnya kepada ketentuan yang diatur oleh masyarakat profesi akuntansi, yaitu standar<br />

akuntansi keuangan yang berlaku umum di suatu negara.<br />

Kesenjangan antara akuntansi komersial <strong>dan</strong> akuntansi pajak bertolak dari perbedaan tujuan,<br />

pengguna, <strong>dan</strong> prinsip yang mendasarinya. <strong>Akuntansi</strong> pajak, secara prinsip dipengaruhi oleh<br />

fungsi perpajakan karena merupakan implementasi ketetentuan perpajakan. Oleh karena fungsi<br />

utama pajak adalah penerimaan negara maka fungsi utama akuntansi pajak adalah melindungi hak<br />

penerimaan negara tersebut (public fiscal). 7<br />

Sementara itu, akuntansi komersial bertujuan untuk menyajikan informasi tentang posisi<br />

keuangan, kinerja, <strong>dan</strong> arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan<br />

(umum) pengguna laporan keuangan dalam rangka pembuatan keputusan-keputusan ekonomi serta<br />

menunjukan pertanggungjawaban manajemen atas sumberdaya yang dipercayakan kepada<br />

mereka. 8 Pengertian ini juga menjelaskan bahwa laporan keuangan komersial ditujukan kepada<br />

pengguna informasi yang bersifat umum.<br />

5 Purba, op. cit., 42.<br />

6 Gunadi, <strong>Akuntansi</strong> <strong>Pajak</strong> Sesuai Dengan Un<strong>dan</strong>g-Un<strong>dan</strong>g <strong>Pajak</strong> Terbaru, (Jakarta: Penerbit<br />

Grasindo), 2009, 4. <br />

7 Ibid, 14.<br />

8 IAS Framework, paragraf 12.


Dari sisi perpajakan, laporan keuangan memiliki tujuan sebagai dasar penghitungan pajak bagi<br />

pembayar pajak, di mana aplikasinya adalah dengan menyelenggarakan pembukuan guna<br />

penghitungan pajak <strong>dan</strong> melampirkan laporan keuangan pada saat menyerahkan SPT kepada<br />

otoritas pajak. Dalam hal ini, pengguna laporan keuangan bersifat khusus, yaitu otoritas pajak.<br />

Perbedaan akuntansi komersial <strong>dan</strong> akuntansi pajak juga bersumber dari prinsip-prinsip akuntansi<br />

yang berbeda. Terdapat empat prinsip akuntansi yang sering menjadi fokus perbedaan, yaitu<br />

penentuan beban <strong>dan</strong> pendapatan, konsistensi, konservatisme, <strong>dan</strong> substansi mengesampingkan<br />

bentuk formal. 9 Untuk singkatnya, perhatikan skema alur fikir akuntansi komersial <strong>dan</strong> akuntansi<br />

pajak.<br />

<br />

Skema Alur Fikir <strong>Akuntansi</strong> <strong>Pajak</strong> <strong>dan</strong> <strong>Akuntansi</strong> Komersial<br />

Pengguna Umum <br />

Fiskus <br />

LK. Final <br />

<strong>Akuntansi</strong> PPh <br />

SPT/PPh <br />

LK. Fiskal <br />

LK. Komersial <br />

Rekonsiliasi Fiskal <br />

Wilayah Kritis <br />

<strong>Akuntansi</strong> Komersial <br />

<strong>Akuntansi</strong> <strong>Pajak</strong> <br />

SAK <br />

Gap <br />

ATURAN HUKUM <br />

PERPAJAKAN <br />

Asumsi: <br />

1. Tujuan <br />

2. Prinsip <br />

Asumsi: <br />

1. Tujuan <br />

2. Prinsip <br />

A<strong>dan</strong>ya perbedaan asumsi antara akuntansi komersial <strong>dan</strong> akuntansi pajak berpotensi<br />

menyebabkan terjadinya perbedaan. Pertama, dalam hal pengakuan pendapatan <strong>dan</strong> beban antara<br />

standar akuntansi <strong>dan</strong> aturan perpajakan. Kedua, penafsiran aturan perpajakan. 10<br />

Perbedaan-perbedaan tersebut dapat berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib <strong>Pajak</strong> dalam<br />

pelaksanaan kewajibanya (tax compliance). Dari sudut pan<strong>dan</strong>g otoritas pajak, kepatuhan Wajib<br />

<strong>Pajak</strong> merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan administrasi pajak yang menggunakan self<br />

assestment system.<br />

9 Gunadi, op. cit, 28.<br />

10 Sofyan Syafri Harahap, Teori <strong>Akuntansi</strong>, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 1999, 26.


Dalam penelitiannya, Hidayat menemukan bahwa level keseragaman akuntansi <strong>dan</strong> pajak<br />

memiliki korelasi dengan kepatuhan pembayar pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.<br />

Semakin seragam akuntansi <strong>dan</strong> pajak, semakin meningkat kepatuhan Wajib <strong>Pajak</strong>. 11<br />

Harmonisasi <strong>Akuntansi</strong> <strong>dan</strong> <strong>Pajak</strong><br />

Perkembangan interaksi akuntansi <strong>dan</strong> perpajakan secara internasional dapat ditinjau dari berbagai<br />

aspek. Di antaranya aspek legal <strong>dan</strong> aspek praktik. 12 Berdasarkan aspek legal, sistem akuntansi di<br />

berbagai negara dapat diklasifikasikan menjadi common law <strong>dan</strong> code law accounting.<br />

Common law accounting memiliki karakteristik fair presentation, transparency and full<br />

disclosure, serta a<strong>dan</strong>ya pemisahan yang jelas antara akuntansi keuangan <strong>dan</strong> akuntansi pajak.<br />

Dalam sistem tersebut, pasar modal, sektor swasta, <strong>dan</strong> profesi akuntan memegang peranan yang<br />

dominan dalam penentuan standar <strong>dan</strong> praktik akuntansi.<br />

Hal itu tidak lepas dari peranan pasar modal <strong>dan</strong> swasta (investor) sebagai sumber utama<br />

pen<strong>dan</strong>aan ekonomi. Beberapa negara yang mengadopsi sistem common law accounting adalah<br />

Inggris, Australia, Kanada, Hongkong, India, Malaysia, Pakistan, <strong>dan</strong> Amerika Serikat.<br />

Se<strong>dan</strong>gkan code law (continental/legalistic) accounting memiliki beberapa karakteristik, di<br />

antaranya berorientiasi legalistik, kurang transparan, <strong>dan</strong> a<strong>dan</strong>ya keseragaman antara akuntansi<br />

keuangan <strong>dan</strong> akuntansi pajak. Bank <strong>dan</strong> pemerintah sebagai sumber pen<strong>dan</strong>aan ekonomi, lebih<br />

berperan dalam penyusunan standar akuntansi dibandingkan pihak swasta <strong>dan</strong> profesi akuntan.<br />

Sistem code law ini banyak diadopsi oleh negara-negara Eropa kontinental—seperti Prancis <strong>dan</strong><br />

Jerman—<strong>dan</strong> negara bekas jajahan mereka di Afrika, Asia, <strong>dan</strong> Amerika.<br />

Klasifikasi sistem akuntansi berdasarkan praktik, mirip dengan klasifikasi legal. Pengecualian<br />

terjadi di beberapa negara—misalnya Belanda <strong>dan</strong> Meksiko—yang sistem hukumnya berdasarkan<br />

code law. Namun, sistem akuntansinya lebih condong pada sistem akuntansi common law.<br />

Sementara itu, beberapa negara code law lainya—seperti Prancis, Jerman, <strong>dan</strong> Jepang—se<strong>dan</strong>g<br />

dalam proses perubahan sistem akuntansi menuju sistem akuntansi common law. Sehingga,<br />

klasifikasi perkembangan akuntansi berdasarkan sistem hukum/legal dianggap kurang relevan lagi<br />

pada saat ini.<br />

Berdasarkan aspek praktik, pasar modal yang semakin terintegrasi dalam sistem ekonomi pasar<br />

menjadi faktor utama yang mendorong terjadinya konvergensi standar akuntansi di berbagai<br />

negara ke arah standar akuntansi berorientasi pasar, yang disebut sebagai fair presentation<br />

accounting. Dalam hal ini negara-negara common law, yang perkembangan pasar modalnya lebih<br />

maju, merupakan pelopor sistem akuntansi tersebut. Oleh karena pada sistem fair presentation<br />

accounting terdapat perbedaan antara akuntansi keuangan <strong>dan</strong> akuntansi pajak, maka beberapa<br />

pihak—seperti European Commission—meman<strong>dan</strong>g perlu a<strong>dan</strong>ya upaya harmonisasi antara<br />

akuntansi keuangan <strong>dan</strong> akuntansi pajak. 13<br />

Secara umum, ada tiga pan<strong>dan</strong>gan yang berbeda terhadap harmonisasi pajak <strong>dan</strong> akuntansi atau<br />

antara akuntansi pajak <strong>dan</strong> akuntansi komersial. Ketiga pan<strong>dan</strong>gan tersebut adalah perlunya upaya<br />

penyelarasan (conform) menyeluruh, melakukan penyelarasan secara parsial, <strong>dan</strong> sama sekali tidak<br />

perlu penyelarasan, namun perlu upaya penyempurnan di sisi keduanya. 14<br />

11 Aris Hidayat, Analisis Hubungan Keseragaman <strong>Akuntansi</strong> <strong>dan</strong> <strong>Pajak</strong> dengan Tingkat<br />

Kepatuhan Wajib <strong>Pajak</strong> Pada KPP Tanah Abang Tiga, Tesis FISIP Universitas Indonesia, 2008,<br />

15, tidak diterbitkan.<br />

12 Choi, op. cit., 43.<br />

13 Di sisi lain, sistem code law/legal compliance accounting menyeragamkan akuntansi<br />

keuangan <strong>dan</strong> akuntansi pajak.<br />

14 Disimpulkan dari tulisan Judith Freedman <strong>dan</strong> Wolfgang Schon.


Mereka yang berpendapat perlunya penyelarasan antara pajak <strong>dan</strong> akuntansi beralasan bahwa hal<br />

itu dapat mengefisienkan biaya administrasi pajak, khususnya biaya kepatuhan. Jika basis laba<br />

yang sama dapat digunakan untuk tujuan pelaporan keuangan <strong>dan</strong> sekaligus tujuan pajak, akan<br />

dapat memperbaiki transparansi <strong>dan</strong> mengurangi biaya penghitungan <strong>dan</strong> pelaporan pajak serta<br />

biaya kepatuhan lainya. Semakin transparan informasi keuangan Wajib <strong>Pajak</strong>, maka semakin kecil<br />

risiko penghindaran pajak. Lebih dari itu, harmonisasi pajak <strong>dan</strong> akuntansi yang berlaku secara<br />

internasional dapat mengurangi pajak berganda. 15<br />

Di sisi lain, menurut sebagian pakar perpajakan, secara teori <strong>dan</strong> praktik, antara akuntansi pajak<br />

<strong>dan</strong> akuntansi komersial terdapat perbedaan yang hampir tidak mungkin untuk diselaraskan.<br />

Kalaupun dipaksakan akan menimbulkan biaya, risiko, <strong>dan</strong> dampak penyelarasan yang cukup<br />

besar. Salah satunya, upaya penyelarasan antara pajak <strong>dan</strong> akuntansi tidak cukup hanya melakukan<br />

kajian yang bersifat konsepsual, namun juga harus mengkaji secara detail dampaknya terhadap<br />

praktik perpajakan—baik yang bersifat unilateral, bilateral, maupun multilateral.<br />

Di samping itu, penyelarasan tidak hanya melibatkan para akuntan <strong>dan</strong> fiskus saja, tapi juga<br />

meliputi berbagai bi<strong>dan</strong>g lainya seperti ekonomi, hukum, <strong>dan</strong> politik. Oleh karena itu, pakar yang<br />

menolak konvergensi ini berpendapat bahwa untuk meminimalkan kesenjangan informasi antara<br />

pajak <strong>dan</strong> akuntansi tidak harus melalui konvergensi. 16 Upaya lain yang dapat ditempuh misalnya<br />

dengan memperjelas aturan-aturan mengenai relasi pajak <strong>dan</strong> akuntansi atau dengan memperbaiki<br />

ketentuan pengungkapan akuntansi.<br />

Pakar yang berpan<strong>dan</strong>gan perlunya harmonisasi pajak <strong>dan</strong> akuntansi—namun menyadari bahwa<br />

upaya tersebut harus dilakukan secermat mungkin—berpendapat bahwa dengan melakukan kajian<br />

yang menyeluruh terhadap semua aspek <strong>dan</strong> elemen pajak <strong>dan</strong> akuntansi, konvergensi secara<br />

parsial mungkin dapat dilakukan. 17 Sejauh ini, perkembangan yang terjadi di Amerika Serikat <strong>dan</strong><br />

Eropa adalah a<strong>dan</strong>ya wacana <strong>dan</strong> upaya ke arah konvergensi pajak <strong>dan</strong> akuntansi, meski dalam<br />

konteks yang berbeda. 18<br />

Isu utama di Amerika Serikat adalah sejauh mana konvergensi tersebut dapat meningkatkan tata<br />

kelola usaha (corporate governance), se<strong>dan</strong>gkan di negara-negara Eropa lebih fokus pada<br />

penggunaan standar-standar akuntansi untuk tujuan pajak. Isu tata kelola usaha di Amerika Serikat<br />

tidak lepas dari berbagai skandal bisnis yang terjadi seperti Worldcom <strong>dan</strong> Enron.<br />

Sementara itu, bagi negara-negara Uni Eropa, integrasi ekonomi adalah target masa depan.<br />

Dengan demikian, berbagai upaya harmonisasi telah atau akan mereka lakukan di antaranya<br />

adalah harmonisasi pajak <strong>dan</strong> harmonisasi standar akuntansi berdasarkan IAS/IFRS. Salah satu<br />

upaya harmonisasi di bi<strong>dan</strong>g perpajakan adalah dengan menggunakan basis pajak bersama<br />

(common tax base), yang mana menurut European Commission, IAS/IFRS dipan<strong>dan</strong>g sebagai titik<br />

awal upaya tersebut. Dengan kata lain, penggunaan IAS/IFRS sebagai basis pajak bersama<br />

tersebut sekaligus merupakan upaya harmonisasi antara pajak <strong>dan</strong> akuntansi.<br />

15 Otto H. Jacobs, et. al., EU Company Taxation in case of a Common Tax Base: A Computerbased<br />

Calculation and Comparison Using the Enhanced Model of the European Tax Analyzer,<br />

Research Paper, (Mannheim: Centre for European Economic Research), 2005, 7.<br />

16 Salah satunya adalah Prof. Dr. Judith Freedman dari Oxford University Centre For Business and<br />

Taxation<br />

17 Salah Satunya adalah Prof. Dr. Wolfgang Schön dari Max Planck Institute, Munich.<br />

18 Judith Freedman, Financial Accounting: Transparency and Truth, Research Paper, (Oxford:<br />

Oxford University Centre for Business Taxation), 2008, 3.


Selain itu, Schon berpan<strong>dan</strong>gan bahwa ketika suatu set aturan akuntansi akan diadopsi sebagai<br />

hukum pajak atau akuntansi pajak, maka sejumlah kriteria berikut harus dipenuhi, yaitu: 19<br />

1. Menjamin Penerimaan Pemerintah<br />

Aturan akuntansi harus dapat menjadi dasar yang benar bagi pemerintah dalam menentukan<br />

berapa jumlah pajak yang terutang oleh pembayar pajak dalam interval waktu tertentu, yang<br />

merupakan penghasilan pemerintah. Dengan kata lain, aturan akuntansi yang tidak konsisten<br />

<strong>dan</strong> dapat menyebabkan hilangnya potensi penerimaan pemerintah dari pajak seharusnya<br />

dihindari.<br />

2. Adil<br />

Aturan akuntansi harus selaras dengan pinsip keadilan dalam perpajakan. Pembayar pajak<br />

yang berada dalam kondisi ekonomi yang sama, seharusnya membayar pajak dengan jumlah<br />

yang sama. Untuk itu, aturan akuntansi harus berpegang teguh pada prinsip kewajaran<br />

(fairness), yaitu tidak boleh membeda-bedakan kelompok pengguna akuntansi (Wajib <strong>Pajak</strong>).<br />

3. Kepastian Hukum<br />

Aturan akuntansi harus dapat memberikan kepastian kepada otoritas pajak <strong>dan</strong> Wajib <strong>Pajak</strong><br />

dalam menentukan basis <strong>dan</strong> besarnya pajak yang terutang oleh pembayar pajak.<br />

4. Netral<br />

Aturan akuntansi seharusnya tidak berdampak negatif terhadap persaingan usaha <strong>dan</strong><br />

mendistorsi keputusan ekonomi para investor <strong>dan</strong> konsumen. Dalam hal ini, prinsip tersebut<br />

sejalan dengan prinsip keadilan.<br />

5. Efisiensi Biaya Kepatuhan<br />

Aturan akuntansi yang selaras dengan ketentuan pajak seharusnya mampu mengefisienkan<br />

biaya kepatuhan, karena tidak lagi perlu penghitungan, penyesuaian, <strong>dan</strong> dokumentasi<br />

tambahan untuk tujuan perpajakan. Kalaupun dibutuhkan, haruslah seminimal mungkin.<br />

6. Mencegah Penghindaran <strong>Pajak</strong><br />

Aturan <strong>dan</strong> teknik akuntansi tidak boleh memberikan kebebasan kepada Wajib <strong>Pajak</strong> untuk<br />

memengaruhi penghasilan kena pajaknya dengan maksud menghindari pembayaran pajak.<br />

Dalam hal ini, kaidah substance over form di dalam kerangka IAS sejalan dengan prinsip<br />

dasar perpajakan.<br />

7. Mencerminkan Penghasilan yang Sebenarnya<br />

Aturan akuntansi seharusnya memberikan gambaran sebenarnya mengenai penghasilan <strong>dan</strong><br />

biaya, sehingga secara ekonomi mercerminkan kemampuan membayar (ability to pay) pajak<br />

yang sesungguhnya.<br />

8. Mengakui Kerugian dalam Penghitungan <strong>Pajak</strong> Penghasilan<br />

Aturan akuntansi seharusnya mengakui kerugian yang dialami oleh Wajib <strong>Pajak</strong> <strong>dan</strong><br />

kemudian dapat dikompensasikan ke periode sebelumnya maupun sesudahnya.<br />

9. Perlindungan Kepemilikan Kekayaan<br />

Perbedaan mendasar antara akuntansi pajak <strong>dan</strong> akuntansi komersial bukanlah pada konsep<br />

penghasilan, melainkan pada karakteristik pengungkapan penghasilan bagi manajemen,<br />

investor, <strong>dan</strong> otoritas pajak. Pengungkapan informasi penghasilan bagi manajemen <strong>dan</strong><br />

investor tidak membawa konsekuensi penyediaan <strong>dan</strong>a yang segera, se<strong>dan</strong>gkan bagi otoritas<br />

19 Wolfgang Schon, International Accounting <strong>Standar</strong>ds-A Starting Point for a Common European<br />

Tax Base, Research Paper, (Amsterdam: Internatinonal Bureau of Fiscal Documentation), 2004,<br />

428, tidak diterbitkan.


pajak membawa konsekuensi untuk segera menyediakan <strong>dan</strong>a dalam rangka memenuhi<br />

kewajiban pajak. Jika pada saat pemenuhan kewajiban tersebut, Wajib <strong>Pajak</strong> tidak memiliki<br />

<strong>dan</strong>a tunai, maka mereka terpaksa menjual aset atau menjaminkan aset untuk memperoleh<br />

pinjaman. Oleh karena itu, aturan akuntansi seharusnya dapat melindungi kepemilikan<br />

kekayaan Wajib <strong>Pajak</strong> dari kondisi tersebut. Penghasilan seharusnya tidak dikenakan pajak<br />

sebelum benar-benar dikonversi menjadi uang kas, se<strong>dan</strong>gkan biaya dapat diakui tanpa<br />

melihat a<strong>dan</strong>ya arus kas yang keluar.<br />

10. Memperhitungkan Keberadaan Pasar Modal<br />

Dalam hal Wajib <strong>Pajak</strong> tidak memiliki <strong>dan</strong>a untuk membayar kewajiban pajaknya, mereka<br />

dapat menggunakan ekuitas atau hutang sebagai alternatif. Idealnya, penghasilan yang belum<br />

<strong>dan</strong> sudah terealisasi memang harus dikenakan pajak. Namun, pada kenyataanya pembayaran<br />

pajak tetap sangat bergantung pada ketersediaan <strong>dan</strong>a, sehingga (sekali lagi) pendekatan<br />

konservatif yang wajar terhadap akuntansi pajak seharusnya dapat diterima.<br />

Lebih lanjut, menurut pendapat Schon, kendala penggunaan IAS/IFRS sebagai basis pajak<br />

bukanlah suatu hal yang tidak teratasi. Namun demikian, harmonisasi tersebut akan membawa<br />

konsekuensi ke penyesuaian substansi <strong>dan</strong> hukum serta perubahan terhadap kerangka konsepsual<br />

akuntansi pajak, khususnya di Eropa.<br />

Dalam penelitian lain, Oestreicher <strong>dan</strong> Spengel meneliti sejauh mana IFRS memenuhi kelayakan<br />

sebagai basis pajak bersama bagi negara-negara Eropa. 20 Mereka mengkaji kesesuaian konsep <strong>dan</strong><br />

aturan akuntansi menurut IFRS dengan tujuan <strong>dan</strong> prinsip-prinsip perpajakan, serta dampaknya<br />

terhadap beban pajak (tax burden) efektif di beberapa negara Eropa. Prisip-prinsip perpajakan<br />

yang digunakan hampir sama dengan yang disebutkan oleh Schon, yaitu keadilan (equity),<br />

kepastian hukum (legal certainty), kesederhanaan (simplicity), <strong>dan</strong> netralitas (neutrality).<br />

Dari tinjauan prinsip keadilan, Oestreicher <strong>dan</strong> Spengel lebih menyoroti konsep <strong>dan</strong> aturan IFRS<br />

yang berdasarkan prinsip kemampuan membayar (ability to pay). Sementara itu, mengenai prinsip<br />

kesederhanaan, a<strong>dan</strong>ya standardisasi dipan<strong>dan</strong>g dapat menyederhanakan proses administrasi pajak,<br />

baik bagi Wajib <strong>Pajak</strong> maupun otoritas pajak.<br />

Adapun yang perlu diperhatikan adalah penyederhanaan dapat berakibat kekurangcermatan dalam<br />

menganalisis substansi transaksi perpajakan. Sejalan dengan Schon, standardisasi dapat membuka<br />

peluang penghindaran pajak melalui perencanaan pajak (tax planning), yang pada giliranya akan<br />

mengganggu efisiensi ekonomi <strong>dan</strong> meningkatkan biaya perencanaan bagi Wajib <strong>Pajak</strong> <strong>dan</strong><br />

otoritas pajak.<br />

Prinsip-pinsip akuntansi pada IFRS yang dianalisis yaitu (1) pengakuan penghasilan, (2) akuntansi<br />

beban yang meliputi kapitalisasi aset, pengakuan kewajiban, penentuan nilai perolehan, <strong>dan</strong><br />

amortisasi, <strong>dan</strong> (3) antisipasi kerugian yang meliputi akuntansi potensi kerugian, impairment<br />

(penurunan nilai aset), <strong>dan</strong> provisi. Berdasarkan penelitian tersebut, IFRS dapat menjadi sarana<br />

bagi harmonisasi <strong>dan</strong> basis pajak bersama bagi negara-negara Eropa, khususnya pada bagianbagian<br />

tertentu.<br />

Bagian-bagian yang dimaksudkan di sini adalah pengakuan aset <strong>dan</strong> kewajiban, penentuan nilai<br />

perolehan, amortisasi, impairment, <strong>dan</strong> perlakuan kontrak-kontrak yang rumit. Se<strong>dan</strong>gkan<br />

akuntansi nilai wajar dipan<strong>dan</strong>g kurang sejalan dengan prinsip-prinsip perpajakan, karena dapat<br />

menyebabkan ketidakpastian <strong>dan</strong> diskresi yang besar terhadap pembayar pajak <strong>dan</strong> administrasi<br />

pajak, sehingga berisiko bagi penerimaan negara <strong>dan</strong> keadilan pembayar pajak.<br />

Kesimpulan<br />

Liberalisasi ekonomi melalui sistem ekonomi pasar, termasuk pasar modal, telah menarik pajak<br />

<strong>dan</strong> akuntansi mendekati pusaran yang sama, yaitu kepentingan pasar. Meskipun tidak dapat<br />

20<br />

Andreas Oestreicher <strong>dan</strong> Christopher Spengel, Tax Harmonization in Europe-The<br />

Determination of Corporate Taxable Income in the EU Member States, Research Paper,<br />

(Mannheim: Centre for European Economic Research), 2007.


dipungkiri bahwa tarik menarik kepentingan, antara masing-masing negara atau antara<br />

kepentingan publik <strong>dan</strong> swasta akan tetap ada.<br />

Akibat dari perkembangan ekonomi global, sistem akuntansi di dunia yang sebelumnya terbagi<br />

menjadi code law <strong>dan</strong> common law accounting, bergeser menjadi legalistic <strong>dan</strong> fair presentation<br />

accounting. Liberalisasi pasar modal telah mendorong fair presentation accunting (yang<br />

digunakan oleh negara-negara common law) lebih mendominasi perkembangan sistem akuntansi<br />

di banyak negara dibandingkan sistem legalistic accounting. Konvergensi standar akuntansi di<br />

berbagai negara dengan standar akuntansi IAS/IFRS merupakan kondisi yang mencerminkan<br />

dominasi sistem fair presentation accounting pada saat ini.<br />

Perbedaan akuntansi komersial <strong>dan</strong> akuntansi pajak yang terdapat pada sistem fair presentation<br />

accounting dianggap memiliki dampak kontra-produktif terhadap perekonomian, seperti<br />

inefisiensi biaya administrasi pajak <strong>dan</strong> timbulnya pajak berganda. Oleh karena itu, sebagian ahli<br />

akuntansi pajak meman<strong>dan</strong>g perlu upaya harmonisasi antara akuntansi komersial <strong>dan</strong> akuntansi<br />

pajak.<br />

Salah satu bentuk harmonisasi yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan standar<br />

akuntansi komersial—misalnya IAS/IFRS—sebagai basis penghitungan pajak, sepanjang standar<br />

akuntansi komersial tersebut memenuhi kriteria tertentu. Dengan a<strong>dan</strong>ya harmonisasi, diharapkan<br />

biaya administrasi pajak dapat lebih efisien, mengurangi risiko penghindaran pajak <strong>dan</strong><br />

meminimalkan pajak berganda antar negara.<br />

Selain itu, harmonisasi akuntansi komersial <strong>dan</strong> akuntansi pajak dipan<strong>dan</strong>g dapat meningkatkan<br />

kepatuhan Wajib <strong>Pajak</strong> dalam melaksanakan kewajiban perpajakanya. Indonesia yang pada saat<br />

ini dalam proses konvergensi standar akuntansi dengan IFRS <strong>dan</strong> akan memulai implementasinya<br />

pada 2012 nanti, serta menuju ASEAN Economic Community pada 2015, sebaiknya mulai<br />

memikirkan pelajaran yang dapat diambil dari upaya harmonisasi antara akuntansi komersial <strong>dan</strong><br />

akuntansi pajak di negara-negara Uni Eropa.<br />

*Tulisan pernah dimuat pada majalah Inside Indonesia<br />

**Penulis adalah kontributor pada Center for e-Accountability System

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!