Berbagi Kisah & Harapan - Perpustakaan Online - Kementerian ...
Berbagi Kisah & Harapan - Perpustakaan Online - Kementerian ...
Berbagi Kisah & Harapan - Perpustakaan Online - Kementerian ...
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Ibu� sangat� tersinggung� dengan� caci� maki� itu.� Ibu� hanya� bisa�<br />
menceritakan�kembali�hal�itu�kepada�paman�saya.�Ibu�menganjurkan�paman�<br />
untuk� menantang� orang�orang� pajak� itu� supaya� menghitung� secara� riil�<br />
berapa� pajak� yang� harus� dibayar� dan� menuntut� � petugas� pajak� yang� gaya�<br />
bicaranya� kasar� tersebut.� Tetapi� paman� lebih� memilih� untuk� bekerja� sama�<br />
dan�berdamai�dengan�petugas�pajak,�sehingga�tidak�perlu�memperpanjang�<br />
masalah.� “Bagaimanapun� kita� sebagai� orang� Cina� tidak� akan� pernah�<br />
menang”,� kata� Paman.� Akhirnya� pajak� yang� dibayar� adalah� yang� sesuai�<br />
hitungan� petugas� pajak� karena� sesuai� aturan� pada� waktu� itu,� yang�<br />
menghitung� pajak� adalah� petugas� pajak,� dan� bukan� Wajib� Pajak.� Sang�<br />
petugas� pajak� itu� pun� diberi� sedikit� “uang� rokok”� untuk� memproses�<br />
secepatnya�pelepasan�segel.�<br />
Sampai� dengan� berlakunya� undang�undang� perpajakan� pun,� kondisi�<br />
aparat�pajak�tidak�jauh�berbeda.�Masih�banyak�praktik�praktik�tidak�terpuji�<br />
dari� petugas� pajak� untuk� mendapatkan� “sesuatu”� dari� Wajib� Pajak.� Saya�<br />
masih� ingat� ketika� duduk� di� bangku� SMA,� Ayah� saya� pernah� dipanggil� ke�<br />
kantor� pajak.� Sebagai� orang� yang� sangat� awam,� hitungan� pajak� masih�<br />
dianggap� sangat� rumit� dan� susah� untuk� ditulis� dan� dilaporkan.� Biasanya�<br />
Ayah� memakai� jasa� seorang� petugas� pajak� untuk� menghitung� dan�<br />
memperhitungkan� berapa� besar� pajak� yang� harus� dibayar.� Petugas� tadi�<br />
tentunya� diberi� imbalan� sejumlah� uang.� Beberapa� kerabat� ayah� sering�<br />
dipanggil� ke� kantor� pajak� dan� disuruh� untuk� menaikkan� angsuran�<br />
pembayaran� pajak,� yang� tentunya� akhirnya� mereka� juga� memberi� uang�<br />
sebagai�sogokan.�<br />
Itulah�secuil�sketsa�apa�yang�terjadi�di�masa�lampau.�Memang�instansi�<br />
pemerintah� tidak� hanya� instansi� perpajakan,� tetapi� setidaknya� itu� potret�<br />
masa�lalu�yang�ada�dan�terjadi�pada�keluarga�saya�sebagai�pembelajaran�di�<br />
masa� depan.� Ketika� mendaftar� penerimaan� pegawai� di� Departemen�<br />
Keuangan�(induk�organisasi�Ditjen�Pajak),�ibu�memandang�penuh�pesimistis�<br />
kepada� saya.� Ibu� berkata,� “Tidak� ada� WNI� keturunan� Tionghoa� yang� akan�<br />
diterima�di�instansi�pemerintah,�terlebih�lagi�semacam�Ditjen�Pajak”.��<br />
Saya� memaklumi� pandangan� Ibu� seperti� itu,� mengingat� pengalaman�<br />
buruknya� bersama� petugas� pajak.� Tetapi� saya� optimis� bahwa� perubahan�<br />
yang� signifikan� telah� terjadi.� Salah� satu� indikasinya� adalah� pola�<br />
perekrutannya� melalui� sistem� online� dan� terpusat,� yang� sangat� kecil�<br />
kemungkinannya� untuk� dipelintir� oleh� oknum�oknum� yang� tidak�<br />
bertanggung�jawab.��<br />
12�<br />
Direktorat Jenderal Pajak - <strong>Berbagi</strong> <strong>Kisah</strong> & <strong>Harapan</strong>