11.12.2012 Views

Berbagi Kisah & Harapan - Perpustakaan Online - Kementerian ...

Berbagi Kisah & Harapan - Perpustakaan Online - Kementerian ...

Berbagi Kisah & Harapan - Perpustakaan Online - Kementerian ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

nada�sinis),�tetapi� mereka�juga�bilang� kalau�aku�orang� bodoh�karena�tidak�<br />

mampu�memanfaatkan�kesempatan.�Masyarakat�kita�agaknya�sudah�sangat�<br />

permisif� dengan� moralitas.� Orang� tuaku� (ibuku)� walaupun� sepertinya�<br />

mendukungku,� tapi� aku� tahu� beliau� menginginkan� aku� seperti� saudaraku.�<br />

Aku� benar�benar� dalam� persimpangan.� Di� lubuk� hatiku� aku� menginginkan�<br />

surga�yang�selalu�diceritakan�istriku,�tapi�realitas�selalu�mendorongku�untuk�<br />

berpikir�pragmatis.�Ya�Allah,�kapan�pertolongan�itu�datang.��<br />

Saat� modernisasi� mulai� bergulir,� aku� tidak� peduli� dengan� hiruk�<br />

pikuknya.� Pikirku� saat� itu,� itu� hanyalah� omong� kosong� di� siang� bolong.� Itu�<br />

hanyalah� move� anak�anak� muda� menuju� kursi� kekuasaan.� Selebihnya�<br />

hanyalah�mars�yang�dinyanyikan�di�rapat�rapat.�Aku�tidak�peduli�dengan�janji�<br />

remunerasi,�yang�aku�pikirkan�hanyalah�nasib�anak�anakku�di�kemudian�hari.�<br />

Maka�aku�tetap�menjadi�manusia�apatis�yang�meratapi�nasib�buruk�yang�tak�<br />

berkesudahan.� Yang� aku� syukuri,� aku� tidak� sampai� berprasangka� buruk�<br />

kepada�Tuhanku.��<br />

Namun� rupanya� Allah� berkehendak� lain.� Modernisasi� itu� bergulir�<br />

dengan� cepat� melumat� sekat�sekat� kekuasaan� yang� telah� kokoh� dibangun�<br />

dengan�uang.�Manusia�manusia�congkak�yang�dulu�merasa�sangat�perkasa,�<br />

kini� uangnya� tidak� mampu� menolongnya.� Aku� segera� terbangun� dari�<br />

keputus�asaan.� Ya� Allah,� ternyata� pertolongan�Mu� begitu� dekat.� Dengan�<br />

sisa�sisa� harapan� kubangun� asa� baru� jauh� melampaui� tingginya� awan.�<br />

Kenapa�tidak?�Bukankah�kini�manusia�gembel�mempunyai�kesempatan�yang�<br />

sama�dengan�manusia�terhormat.��<br />

Aku� mulai� memiliki� kepercayaan� diri.� Dengan� remunerasi� baru� yang�<br />

kuterima�aku�berani�menyekolahkan�anakku�di�sekolah�terpadu�yang�full�day�<br />

school.�Alhamdulillah�aku�juga�sanggup�menempati�rumah�yang�layak�milik�<br />

sendiri.� Kini,� aku� tidak� lagi� harus� berbohong� sebagai� buruh� pabrik� tekstil,�<br />

atau� turun� angkot� jauh� dari� kantor.� Aku� punya� keberanian� untuk�<br />

mengatakan�“aku�orang�pajak”.�Modernisasi�mungkin�jawaban�Tuhan� atas�<br />

doaku�dan�doa�orang�orang�yang�senasib�denganku.�Dulu,�di�akhir�tahajudku�<br />

selalu� kulantunkan� doa,� “Ya� Allah� bukakan� pintu� rizki�Mu� sedikit� saja,� aku�<br />

khawatir�meninggalkan�anak�keturunanku�dalam�keadaan�lemah”.�Tapi�Allah�<br />

menjawabnya� dengan� jumlah� yang� tak� kuduga.� Jumlah� yang� jauh� melebihi�<br />

kebutuhanku.��<br />

Kawan,� aku� jadi� teringat� puisi� yang� kutulis� di� masa� susah� dulu.� Puisi�<br />

untuk�membesarkan�hati�anak�anakku,�terkhusus�hatiku�sendiri�yang�sempat�<br />

24�<br />

Direktorat Jenderal Pajak - <strong>Berbagi</strong> <strong>Kisah</strong> & <strong>Harapan</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!