11.12.2012 Views

Berbagi Kisah & Harapan - Perpustakaan Online - Kementerian ...

Berbagi Kisah & Harapan - Perpustakaan Online - Kementerian ...

Berbagi Kisah & Harapan - Perpustakaan Online - Kementerian ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

ukurannya.� Anak� perempuan� kecil� itu� menawarkan� kue�kue� dagangannya�<br />

kepada�kami.�<br />

“Bu…,�Pak…,�beli�ya�kue�saya,�tolong�ya�Bu,�Pak,�dari�tadi�belum�ada�<br />

yang�membeli,�semua�yang�datang�saya�tawari�tapi�tidak�ada�yang�mau,�saya�<br />

takut� kalau� pulang� nanti� kuenya� tidak� ada� yang� laku,� Ibu� saya� marah� dan�<br />

kue�kue�ini�basi”.��<br />

“Nggak�Dik,�terima�kasih,�kami�sudah�banyak�kue�di�rumah”,�sahutku.�<br />

Anak�perempuan�itu�masih�duduk�menunggu�di�samping�kami;�kasihan,�iba,�<br />

tapi�tidak�enak�juga,�bercampur�dalam�hati�dan�pikiranku.�Sejurus�kemudian�<br />

aku� berpikir:� “Lebih� baik� kutawarkan� sebungkus� nasi� bakar� kemangi� dan�<br />

segelas� teh� hangat� untuk� mengisi� perutnya.� Barangkali� saja� dia� belum�<br />

makan,�atau�kuberikan�beberapa�uang�receh�supaya�dia�segera�berlalu�dan�<br />

tidak�mengganggu�acara�makan�kami.�<br />

“Adik� sudah� makan?”� tanyaku,� “Belum,� Pak”� jawabnya,� “Dari� jam�<br />

berapa� kamu� jualan”� lanjutku.� � “Dari� jam� dua� sepulang� dari� sekolah”.� Iba,�<br />

trenyuh,� pilu� rasa� hati� ini� mendengar� jawaban� gadis� kecil� itu.� Kami� dan�<br />

sebagian� besar� yang� ada� di� lokasi� itu� terkesan� berlimpah� kesenangan,�<br />

kemewahan�(mobil,�baju�bagus,�ponsel�terbaru,�parfum�semerbak,�dompet�<br />

tebal,�sementara�di�sekitar�kami�ada�seorang�anak�kecil�berjuang�menahan�<br />

lapar,�menahan�rasa�cemas,�kehilangan�waktu�bermain�dan�belajarnya�tetapi�<br />

tidak�seorang�pun�peduli�kepadanya.�<br />

Ketika� kutawarkan� untuk� memesan� makanan� (tentu� kami� yang� akan�<br />

membayarnya),�tanpa�kuduga�sedikit�pun�dia�menjawab�“Terima�kasih�Pak,�<br />

tapi�saya�tidak�akan�memesan�makanan�yang�bapak�tawarkan�dan�saya�tidak�<br />

akan�makan�sebelum�kue�saya�ini�ada�yang�membeli”.�“Sombong�juga�anak�<br />

ini”�pikirku.�“Ya�sudah�kalau�begitu,�ambil�ini�sedikit�uang�buat�kamu�ya”�–�<br />

sambil� kusodorkan� lembaran� uang� lima� ribu� rupiah.� Lagi�lagi� gadis� kecil� ini�<br />

menolak�“Terima�kasih�Pak,�saya�tidak�mau�menerima�uang�Bapak.��Ibu�saya�<br />

mengajarkan�supaya�saya�tidak�menerima�apa�pun�secara�cuma�cuma”.�<br />

“Bukankah� adik� perlu� uang?”,� tegurku.� “Ya� Pak,� tapi� saya� tidak� mau�<br />

meminta,�saya�maunya�berjualan”.�Deg�rasa�jantung�dan�hatiku,�di�usiaku�46�<br />

tahun�yang�setua�ini�pada�malam�yang�bahagia�ini,�aku��mendapat�pelajaran�<br />

yang� sangat� berharga� dari� seorang� anak� kecil,� ya� seorang� gadis� kecil� yang�<br />

berumur�8�tahun.�<br />

Mulutku�terkunci�rapat�dan�tak�mampu�mengucap�sepatah�kata�pun,�<br />

air� mata� membasahi� sanubariku,� sesal� menyelimuti� jiwaku.� Aku� merasakan�<br />

berdosa� telah� � memandang� enteng� bocah� tersebut.� Namun� ternyata� anak�<br />

34�<br />

Direktorat Jenderal Pajak - <strong>Berbagi</strong> <strong>Kisah</strong> & <strong>Harapan</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!