Berbagi Kisah & Harapan - Perpustakaan Online - Kementerian ...
Berbagi Kisah & Harapan - Perpustakaan Online - Kementerian ...
Berbagi Kisah & Harapan - Perpustakaan Online - Kementerian ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
jadi�masalah,�kita�bersama�sama�menghadapi�pasti�akan�terasa�ringan,”�kata�<br />
istri�coba�menenangkanku.��<br />
Hikmah� lain� berkarya� di� kantor� pajak� modern� saat� itu� adalah� istriku�<br />
memutuskan�berjualan�baju�muslimah.��<br />
“Ayah,� saya� sudah� beli� tiket� buat� nanti� ayah� berangkat,� karena�<br />
kemarin� ada� seorang� ibu� yang� memborong� dagangan� yang� nilainya� bisa�<br />
untuk�beli�tiket�pesawat,”�kata�istriku�saat�aku�akan�berangkat�ke�Gorontalo.�<br />
Kupeluk�dan�kuciumi�seluruh�wajah�istriku.�“Terima�kasih�cinta,�Bunda�baik�<br />
sekali� sama� ayah,� Bunda� sudah� bersusah� payah� mendidik� anak�anak,�<br />
sekarang� bersusah� payah� membelikan� tiket� dengan� uang� keringat� Bunda�<br />
sendiri,�tidak�ada�kewajiban�membantu�cari�nafkah�buat�suami!”�<br />
�������� Aku� terpaksa� sendiri� tanpa� didampingi� istri� dan� anak�anak,� karena� di�<br />
tempat� tugas� yang� baru� tidak� ada� sekolah� dan� tempat� terapi� untuk� anak�<br />
sulungku� yang� berkebutuhan� khusus.� Karena� itulah� untuk� sementara� kami�<br />
berpisah,� dan� hanya� sebulan� sekali� kami� bisa� berkumpul.� Sungguh� berat�<br />
keputusan�ini�kami�ambil,�tapi�semua�ini�semata�mata�demi�pengobatan�dan�<br />
kebaikan� si� sulung.� Sebuah� keluarga� sebaiknya� memang� harus� berkumpul�<br />
bersama� untuk� saling� asih,� asah� dan� asuh� agar� anak�anak� bisa� mempunyai�<br />
figure� seorang� bapak� dan� seorang� ibu,� tapi� kadang� kondisi� keadaan� yang�<br />
memaksa�untuk�tidak�selalu�demikian.��<br />
Hari� itu,� setelah� berangkat� dari� Cengkareng� pukul� 06.00� WIB� ,�<br />
pesawat� mendarat� di� Bandara� Djalaluddin� sekitar� pukul� 10.30� WIT.�<br />
Perjalanan� melintasi� sungai,� gunung,� laut,� pulau� bahkan� melintasi� waktu.�<br />
Dari�Bandara�Djalaluddin�ke�tempat�tinggalku�di�rantau�yang�berupa�sebuah�<br />
kamar� kost� sederhana,� aku� naik� taxi� bandara� yang� � berupa� mobil� Avanza�<br />
berplat�nomor�warna�hitam.��<br />
�� Kembali�kumenatap�langit�langit�yang�penuh�gambar�perjalanan�hidup�<br />
diriku,�kini�terasa�semakin�tampak�jelas�wajah�istriku�dan�wajah�anak�anakku.�<br />
Malam� ini� malam� Minggu,� malam� yang� biasanya� merupakan� saat� yang�<br />
membahagiakan�bagi�kami�untuk�bercengkrama�dan�berbagi�kasih,�tapi�kali�<br />
ini�aku�hanya�tersendiri�dalam�sepi�di�kamar�kost.�Kuambil�telepon�genggam�<br />
untuk�menelpon�istriku�tapi�rasa�ragu�timbul�karena�sekarang�sudah�pukul�<br />
02.00� WITA� yang� berarti� pukul� 01.00� WIB.� Aku� takut� mengganggu� tidur�<br />
istriku.�Rasa�rindu�mendalam�mendorongku�untuk�tetap�menelpon�istriku.��<br />
”Maaf�cinta,�aku�menelepon�di�malam�selarut�ini,�aku�tidak�bisa�tidur�<br />
karena�kangeeen�sekali.”��<br />
“Tidak�apa�apa�sayang,�aku�dan�anak�anak�juga�kangen”,�sahut�istriku.��<br />
Direktorat Jenderal Pajak - <strong>Berbagi</strong> <strong>Kisah</strong> & <strong>Harapan</strong><br />
71�