05.04.2017 Views

Junjungan Edisi 3

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

• Bersama Panglima TNI Gatot Nurmantyo.<br />

yakin apapun persoalan yang ada dan<br />

seberat apapun persoalan itu, pasti<br />

akan teratasi. Tepat sasaran pula. “Saya<br />

berharap teman-teman di SKPD jangan<br />

justru takut sama kita. Dan jangan hanya<br />

hearing saja baru kita ketemu. Kita musti<br />

sama-sama paham bahwa tujuan kita<br />

sama. Gimana masyarakat bisa terayomi,<br />

terlayani dan kemudian kehidupan<br />

mereka bisa semakin membaik,” Rianto<br />

berharap.<br />

Memang kata Rianto, fungsi DPRD<br />

itu sudah jelas. Budgeting, legislasi dan<br />

pengawasan. “Tapi gimana pula kita bisa<br />

sama-sama membikin budget yang oke<br />

kalau kita nggak sering diskusi? Gimana<br />

kita mensingkronkan cara pandang<br />

saat membikin peraturan daerah jika<br />

kita nggak saling paham? Nah, lagi-lagi<br />

kuncinya itu tadi, komunikasi yang<br />

bagus,” ujarnya.<br />

Sebagai orang lapangan, mantan<br />

guru honor di SD Negeri 045 kelas jauh<br />

--- kini berubah menjadi SD Negeri 70<br />

Desa Balai Makam --- ini pun membeberkan<br />

apa yang dia tengok di lapangan<br />

terkait apa-apa saja yang menjadi domain<br />

komisi III.<br />

Dari sekitar delapan SKPD yang<br />

menjadi domain komisi III tadi, ada<br />

Dinas Pendapatan, Dinas Koperasi,<br />

Dinas Pasar serta Dinas Perindustrian<br />

dan Perdagangan yang disoroti oleh<br />

Rianto. “Kita punya segalanya lho. Apa<br />

yang nggak ada di bumi Bengkalis ini?<br />

Tanah subur, ikan melimpah, pertanian<br />

dan perkebunan menjanjikan. Perdagangan<br />

juga begitu. Tambang apalagi,<br />

masih sangat menjanjikan. Tinggal lagi<br />

gimana infrastruktur untuk ini bisa kita<br />

lengkapi,” katanya.<br />

Belakangan, semua daerah di Riau,<br />

termasuk Pemerintah Provinsi Riau<br />

dipusingkan oleh rasionalisasi anggaran<br />

ulah Dana Bagi Hasil (DBH) yang<br />

mengecil. Bagi Rianto, di satu sisi situasi<br />

semacam ini berdampak positif bagi Pemerintah<br />

Daerah (Pemda). Mau tak mau<br />

Pemda harus bisa mengencangkan ikat<br />

pinggang sembari berusaha memutar<br />

otak untuk mencari sumber pendapatan<br />

baru.<br />

“Lagi-lagi saya bilang, apa yang nggak<br />

dimiliki oleh Bengkalis? Tapi selama<br />

ini kekayaan itu belum dioptimalkan<br />

lantaran DBH masih melimpah. Kita<br />

ambil contoh sederhana saja soal Pajak<br />

Bumi dan Bangunan (PBB) yang selama<br />

ini nominalnya nggak pernah berubah.<br />

Padahal sektor ini sangat menjanjikan<br />

untuk dijadikan sumber pendapatan<br />

daerah. Saya berharap Pemda segera<br />

mengkaji ulang soal besaran PBB ini.<br />

Bikin tim khusus dengan Sumber Daya<br />

Manusia (SDM) yang mumpuni untuk<br />

menggarap ini. Mulai dari mengkaji<br />

besarannya, akses masyarakat saat membayar<br />

PBB hingga transparansi berapa<br />

besaran yang didapat daerah dari PBB<br />

itu. Saya yakin masyarakat nggak keberatan<br />

asal itu tadi. Beri kemudahan akses,<br />

hitungan yang akurat dan transparan.<br />

Dan sebisa mungkin petugas jemput<br />

bola. Warga yang jauh aksesnya untuk<br />

membayar pajak, didatangi. Jangan pula<br />

masyarakat mau ngasi duit ke negara,<br />

justru kesulitan atau malah dipersulit,”<br />

katanya.<br />

Pajak Reklame dan Pajak Kebisingan<br />

atau Hinder Ordonanti (HO) sangat<br />

potensial untuk mendongkrak sumber<br />

pendapatan baru di sektor pajak. Rianto<br />

kemudian cerita soal pengalaman<br />

Indramayu Jawa Barat yang mampu<br />

mengoptimalkan pajak HO.<br />

“Miliaran duit yang mereka dapatkan<br />

dari situ. Nah di kita, banyak objek<br />

yang bisa dijadikan sumber pajak HO.<br />

Salah satunya adalah Pabrik Kelapa<br />

Sawit (PKS). Masih banyak lagi yang<br />

lain yang bisa kita jadikan sumber pendapatan<br />

baru. Tinggal kita mengkaji<br />

saja lalu dibikin peraturan daerah soal<br />

pendapatan daerah tadi,” ujar Rianto.<br />

Rianto kemudian menyentil kondisi<br />

perkoperasian yang ada di Bengkalis.<br />

Dari sekitar 800 koperasi yang ada, cuma<br />

34 yang aktif. Ini menjadi keadaan yang<br />

sangat memprihatinkan. Padahal selama<br />

ini boleh dibilang koperasi adalah soko<br />

guru.<br />

“Dimana-mana, kalau koperasinya<br />

tangguh, kehidupan masyarakat biasanya<br />

akan jauh lebih baik. Sebab lewat<br />

koperasi, banyak kemudahan yang bisa<br />

didapat oleh masyarakat. Apapunlah<br />

usahanya itu. Entah itu berdagang,<br />

bertani atau berkebun. Nah, kita harus<br />

bisa membikin koperasi yang ada di<br />

Bengkalis menjadi tangguh. Masyarakat<br />

akan bisa makmur jika ekonomi kuat. Itu<br />

aja kuncinya,” tegas suara Rianto.<br />

Selain koperasi, Usaha Mikro Kecil<br />

dan Menengah (UMKM) juga menjadi<br />

sangat penting. Lantaran itu, Pemda<br />

Bengkalis musti bisa menghidupkan<br />

UMKM sebanyak-banyaknya. Ada<br />

baiknya kata Rianto, izin mendirikan<br />

UMKM itu didelegasikan saja kepada<br />

camat. Terus, gimana caranya lewat izin<br />

yang sudah ada tadi, pelaku UMKM<br />

bisa mendapat akses pinjaman modal<br />

dari bank.<br />

Biar semuanya bisa berjalan, pemda<br />

musti menyiapkan banyak SDM untuk<br />

mendampingi dan mengarahkan. Baik<br />

itu koperasi maupun UMKM. Termasuk<br />

juga tenaga-tenaga penyuluh bagi para<br />

petani dan pekebun.<br />

“Jika para pelaku usaha tadi mendapat<br />

pendampingan yang serius, saya yakin<br />

SDM mereka juga akan ter upgrade.<br />

Dan otomatis, tingkat kreatifitas mereka<br />

juga akan meningkat. Kalau sudah kreatif,<br />

pendapatan mereka pun akan kian<br />

membaik. Jika sudah begini, siapa yang<br />

diuntungkan? Ya pemerintah. Pemerintah<br />

tidak akan kerepotan lagi,” Rianto<br />

kelihatan optimis.<br />

Apapun yang dibilang Rianto tadi,<br />

nggak akan kesampian jika kerjasama<br />

antar lembaga mandeg. “Pemerintah dan<br />

DPRD musti saling komunikatif. Begitu<br />

juga antar SKPD. Sebab ada beberapa<br />

hal yang berurusan dengan masyarakat<br />

ndak bisa hanya dilakukan oleh satu<br />

SKPD. Misalnya pertanian, perkebunan,<br />

koperasi dan Perindag. Keempat Satker<br />

ini musti saling singkron. Sebab di sana<br />

ada produksi yang butuh pemasaran<br />

dan modal,” ujarnya.<br />

• aziz<br />

<strong>Edisi</strong> 03 • Tahun I/2016 •<br />

21

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!