Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
• Bersama Panglima TNI Gatot Nurmantyo.<br />
yakin apapun persoalan yang ada dan<br />
seberat apapun persoalan itu, pasti<br />
akan teratasi. Tepat sasaran pula. “Saya<br />
berharap teman-teman di SKPD jangan<br />
justru takut sama kita. Dan jangan hanya<br />
hearing saja baru kita ketemu. Kita musti<br />
sama-sama paham bahwa tujuan kita<br />
sama. Gimana masyarakat bisa terayomi,<br />
terlayani dan kemudian kehidupan<br />
mereka bisa semakin membaik,” Rianto<br />
berharap.<br />
Memang kata Rianto, fungsi DPRD<br />
itu sudah jelas. Budgeting, legislasi dan<br />
pengawasan. “Tapi gimana pula kita bisa<br />
sama-sama membikin budget yang oke<br />
kalau kita nggak sering diskusi? Gimana<br />
kita mensingkronkan cara pandang<br />
saat membikin peraturan daerah jika<br />
kita nggak saling paham? Nah, lagi-lagi<br />
kuncinya itu tadi, komunikasi yang<br />
bagus,” ujarnya.<br />
Sebagai orang lapangan, mantan<br />
guru honor di SD Negeri 045 kelas jauh<br />
--- kini berubah menjadi SD Negeri 70<br />
Desa Balai Makam --- ini pun membeberkan<br />
apa yang dia tengok di lapangan<br />
terkait apa-apa saja yang menjadi domain<br />
komisi III.<br />
Dari sekitar delapan SKPD yang<br />
menjadi domain komisi III tadi, ada<br />
Dinas Pendapatan, Dinas Koperasi,<br />
Dinas Pasar serta Dinas Perindustrian<br />
dan Perdagangan yang disoroti oleh<br />
Rianto. “Kita punya segalanya lho. Apa<br />
yang nggak ada di bumi Bengkalis ini?<br />
Tanah subur, ikan melimpah, pertanian<br />
dan perkebunan menjanjikan. Perdagangan<br />
juga begitu. Tambang apalagi,<br />
masih sangat menjanjikan. Tinggal lagi<br />
gimana infrastruktur untuk ini bisa kita<br />
lengkapi,” katanya.<br />
Belakangan, semua daerah di Riau,<br />
termasuk Pemerintah Provinsi Riau<br />
dipusingkan oleh rasionalisasi anggaran<br />
ulah Dana Bagi Hasil (DBH) yang<br />
mengecil. Bagi Rianto, di satu sisi situasi<br />
semacam ini berdampak positif bagi Pemerintah<br />
Daerah (Pemda). Mau tak mau<br />
Pemda harus bisa mengencangkan ikat<br />
pinggang sembari berusaha memutar<br />
otak untuk mencari sumber pendapatan<br />
baru.<br />
“Lagi-lagi saya bilang, apa yang nggak<br />
dimiliki oleh Bengkalis? Tapi selama<br />
ini kekayaan itu belum dioptimalkan<br />
lantaran DBH masih melimpah. Kita<br />
ambil contoh sederhana saja soal Pajak<br />
Bumi dan Bangunan (PBB) yang selama<br />
ini nominalnya nggak pernah berubah.<br />
Padahal sektor ini sangat menjanjikan<br />
untuk dijadikan sumber pendapatan<br />
daerah. Saya berharap Pemda segera<br />
mengkaji ulang soal besaran PBB ini.<br />
Bikin tim khusus dengan Sumber Daya<br />
Manusia (SDM) yang mumpuni untuk<br />
menggarap ini. Mulai dari mengkaji<br />
besarannya, akses masyarakat saat membayar<br />
PBB hingga transparansi berapa<br />
besaran yang didapat daerah dari PBB<br />
itu. Saya yakin masyarakat nggak keberatan<br />
asal itu tadi. Beri kemudahan akses,<br />
hitungan yang akurat dan transparan.<br />
Dan sebisa mungkin petugas jemput<br />
bola. Warga yang jauh aksesnya untuk<br />
membayar pajak, didatangi. Jangan pula<br />
masyarakat mau ngasi duit ke negara,<br />
justru kesulitan atau malah dipersulit,”<br />
katanya.<br />
Pajak Reklame dan Pajak Kebisingan<br />
atau Hinder Ordonanti (HO) sangat<br />
potensial untuk mendongkrak sumber<br />
pendapatan baru di sektor pajak. Rianto<br />
kemudian cerita soal pengalaman<br />
Indramayu Jawa Barat yang mampu<br />
mengoptimalkan pajak HO.<br />
“Miliaran duit yang mereka dapatkan<br />
dari situ. Nah di kita, banyak objek<br />
yang bisa dijadikan sumber pajak HO.<br />
Salah satunya adalah Pabrik Kelapa<br />
Sawit (PKS). Masih banyak lagi yang<br />
lain yang bisa kita jadikan sumber pendapatan<br />
baru. Tinggal kita mengkaji<br />
saja lalu dibikin peraturan daerah soal<br />
pendapatan daerah tadi,” ujar Rianto.<br />
Rianto kemudian menyentil kondisi<br />
perkoperasian yang ada di Bengkalis.<br />
Dari sekitar 800 koperasi yang ada, cuma<br />
34 yang aktif. Ini menjadi keadaan yang<br />
sangat memprihatinkan. Padahal selama<br />
ini boleh dibilang koperasi adalah soko<br />
guru.<br />
“Dimana-mana, kalau koperasinya<br />
tangguh, kehidupan masyarakat biasanya<br />
akan jauh lebih baik. Sebab lewat<br />
koperasi, banyak kemudahan yang bisa<br />
didapat oleh masyarakat. Apapunlah<br />
usahanya itu. Entah itu berdagang,<br />
bertani atau berkebun. Nah, kita harus<br />
bisa membikin koperasi yang ada di<br />
Bengkalis menjadi tangguh. Masyarakat<br />
akan bisa makmur jika ekonomi kuat. Itu<br />
aja kuncinya,” tegas suara Rianto.<br />
Selain koperasi, Usaha Mikro Kecil<br />
dan Menengah (UMKM) juga menjadi<br />
sangat penting. Lantaran itu, Pemda<br />
Bengkalis musti bisa menghidupkan<br />
UMKM sebanyak-banyaknya. Ada<br />
baiknya kata Rianto, izin mendirikan<br />
UMKM itu didelegasikan saja kepada<br />
camat. Terus, gimana caranya lewat izin<br />
yang sudah ada tadi, pelaku UMKM<br />
bisa mendapat akses pinjaman modal<br />
dari bank.<br />
Biar semuanya bisa berjalan, pemda<br />
musti menyiapkan banyak SDM untuk<br />
mendampingi dan mengarahkan. Baik<br />
itu koperasi maupun UMKM. Termasuk<br />
juga tenaga-tenaga penyuluh bagi para<br />
petani dan pekebun.<br />
“Jika para pelaku usaha tadi mendapat<br />
pendampingan yang serius, saya yakin<br />
SDM mereka juga akan ter upgrade.<br />
Dan otomatis, tingkat kreatifitas mereka<br />
juga akan meningkat. Kalau sudah kreatif,<br />
pendapatan mereka pun akan kian<br />
membaik. Jika sudah begini, siapa yang<br />
diuntungkan? Ya pemerintah. Pemerintah<br />
tidak akan kerepotan lagi,” Rianto<br />
kelihatan optimis.<br />
Apapun yang dibilang Rianto tadi,<br />
nggak akan kesampian jika kerjasama<br />
antar lembaga mandeg. “Pemerintah dan<br />
DPRD musti saling komunikatif. Begitu<br />
juga antar SKPD. Sebab ada beberapa<br />
hal yang berurusan dengan masyarakat<br />
ndak bisa hanya dilakukan oleh satu<br />
SKPD. Misalnya pertanian, perkebunan,<br />
koperasi dan Perindag. Keempat Satker<br />
ini musti saling singkron. Sebab di sana<br />
ada produksi yang butuh pemasaran<br />
dan modal,” ujarnya.<br />
• aziz<br />
<strong>Edisi</strong> 03 • Tahun I/2016 •<br />
21