Sriwijaya Magazine September 2017
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
94<br />
ART & CULTURE<br />
Gerobak Sapi Berhias<br />
di Festival Pegon<br />
Teks & Foto: Alfian Widiantono<br />
A<br />
B<br />
Idul Fitri berlalu. Namun bagi sebagian daerah di Indonesia mengenal satu<br />
lagi hari raya yang tak kalah meriah. Lazim disebut Lebaran Ketupat, merujuk<br />
pada hari ke tujuh setelah Idul Fitri. Lebaran Ketupat berasal dari tradisi<br />
sejumlah umat Islam terutama di masa lalu yang langsung melaksanakan<br />
puasa sunnah Syawal selama enam hari berurutan tepat setelah Idul Fitri.<br />
layaknya hari suci umat Islam tersebut, di hari ke tujuh<br />
menjadi perayaan setelah puasa Syawal ditunaikan.<br />
Ketupat tentu menjadi bagian penting di hari itu sebagai<br />
menu wajib dalam hidangan.<br />
Namun di Ambulu, Jember; cikar atau gerobak yang ditarik<br />
sapi adalah aktor utama Lebaran Ketupat di sana. Masyarakat<br />
setempat menyebutnya ‘pegon’. Moda transportasi ini adalah<br />
andalan warga sekitar terutama untuk mengangkut barang jauh<br />
sebelum kendaraan bermotor hilir mudik. Saat Lebaran Ketupat<br />
orang-orang berekreasi ke Pantai Watu Ulo dan menyantap<br />
hidangan besar di tepiannya. Pegon adalah pilihan logis sebagai<br />
kendaraan menuju obyek pelesir yang jaraknya cukup dekat.<br />
Disadari bahwa iring-iringan pegon menjadi pusat perhatian, pada<br />
awal tahun 2000 masyarakat setempat berinisiatif menjadikannya<br />
sebuah festival sebagai media pelestarian tradisi sekaligus daya<br />
tarik wisata. Titik awal pawai berada di Balai Desa Sumberrejo dan<br />
berakhir di Pantai Watu Ulo yang berjarak sekitar 7 kilometer.<br />
Puluhan pegon, kebanyakan berasal dari Kecamatan<br />
Ambulu, berpartisipasi dalam festival. Kegiatan ini<br />
sekaligus menjadi ajang adu kreatifitas para peserta<br />
dalam menghias gerobaknya. Sekilas teknik menghias<br />
ini mengingatkan kita akan karnaval 17 Agustus.<br />
Gerobak sapi yang biasanya terlihat kurang menarik,<br />
tiba-tiba saja berubah menjadi indah. Uniknya lagi,<br />
beberapa gerobak bahkan tak segan mengerahkan<br />
sound system yang memutar lagu bising. Hiburan<br />
sederhana ini mampu menyedot animo warga<br />
terutama anak-anak di sepanjang rute arak-arakan.<br />
Kemacetan tak terhindarkan. Gerobak-gerobak<br />
tersebut berjalan pelan dan memakan hampir<br />
seluruh badan jalan yang memang tak lebar.<br />
Bertambah parah ketika muncul problem klasik,<br />
sapi penarik berhenti atau bertingkah di tengah jalan.<br />
Namun hal ini justru menggelikan dan menambah<br />
keseruan pawai.<br />
EDISI 79 | SEPTEMBER <strong>2017</strong> |