17.05.2018 Views

RADAR BEKASI EDISI 17 MEI 2018

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

TERUSAN KAMIS, <strong>17</strong> <strong>MEI</strong> <strong>2018</strong> 7<br />

Anwar Ibrahim Akhirnya Dibebaskan<br />

KUALA LUMPUR-Politisi<br />

Malaysia, Anwar Ibrahim telah<br />

bebas dari penjara. Ini mem buka<br />

jalan baginya kembali ke pangung<br />

politik. Ia dilihat sebagai calon<br />

pemimpin masa depan.<br />

Anwar telah menjalani<br />

hukuman penjara 5 tahun atas<br />

tuduhan sodomi dan korupsi<br />

setelah perselisihannya dengan<br />

pemerintah. Perdana Menteri<br />

Malaysia Mahathir Mohamad<br />

meminta pengampunan untuk<br />

Anwar yang telah dikabulkan<br />

pada Rabu pagi, (16/5).<br />

Mahathir berjanji akan pergi<br />

agar Anwar menjadi perdana<br />

menteri menggantikan dirinya<br />

dalam kurun waktu dua tahun.<br />

Keempatnya pun sempat<br />

datang ke Mako Brimob pasca<br />

kerusuhan bersama dua terduga<br />

teroris lainnya yang berasal<br />

dari Sumatera Selatan (Sumsel).<br />

Namun karena situasi sudah<br />

kondusif, mereka kembali lagi<br />

ke Pekanbaru, Riau.<br />

“Dua pulang ke Sumsel sudah<br />

ditangkap. Nah ini empat ke<br />

Pekanbaru melakukan penyerangan<br />

ke Mapolda Riau,<br />

kami patahkan,” kata anak<br />

buah Kapolri Jenderal Tito<br />

Karnavian itu.<br />

Mereka juga diduga satu<br />

kelompok dengan Wawan<br />

Kur niawan alias Abu Afif yang<br />

me rupakan provokator dari<br />

keru suhan di Mako Brimob.<br />

“Wawan juga dari Pekanbaru.<br />

Satu kelompok,” pungkas<br />

Setyo.<br />

Terpisah, suasana di Polda<br />

Riau, Jalan Jenderal Sudirman,<br />

Pekanbaru, Riau masih terasa<br />

mencekam setelah penyerangan<br />

terduga teroris kemarin<br />

pagi. Kendati empat pelaku<br />

dinyatakan tewas ditembak<br />

Bukannya menjawab, tiga<br />

orang itu, seorang dewasa dan<br />

dua anak-anak, malah kian<br />

mempercepat langkah menuju<br />

pintu gereja di Jalan Diponegoro,<br />

Surabaya, tersebut.<br />

Bahkan sudah setengah<br />

berlari.<br />

Melihat gelagat mencurigakan<br />

itu, dengan segera Yesaya yang<br />

bertugas bersama Antonius<br />

mengejar ketiganya. Namun,<br />

tetap saja tiga orang yang berpakaian<br />

serbagelap, longgar,<br />

dan hanya memperlihatkan<br />

kedua mata tersebut tak mau<br />

berhenti.<br />

Yesaya pun spontan langsung<br />

memegang si dewasa. Yang<br />

dipegang berontak. Karena<br />

mendapatkan perlawanan,<br />

Yesaya pun memegang lebih<br />

erat. Saat itulah ledakan keras<br />

langsung terdengar.<br />

“Daarrr...!”<br />

***<br />

Tak ada yang dirasakan tak<br />

lazim oleh Yeni Widiastuti<br />

pada Minggu pagi kemarin<br />

itu. Semua berjalan seperti<br />

biasa. Saat suaminya, Yesaya,<br />

hendak pergi ke GKI, tempat<br />

dia bekerja 12 tahun terakhir,<br />

Yeni pun mencium tangan<br />

Anwar selama ini memimpin<br />

gerakan oposisi Malaysia<br />

selama bertahun-tahun.<br />

Untuk pertama kalinya dalam<br />

sejarah Malaysia, akhirnya<br />

koalisi Mahathir mampu menyingkirkan<br />

partai yang berkuasa<br />

sebelumnya. Kemenangan<br />

pemilu yang mengejutkan<br />

pekan lalu kemudian diikuti<br />

rekonsiliasi antara Anwar dan<br />

Mahathir.<br />

Mahathir pernah memecat<br />

Anwar saat menjalankan tugas<br />

pertamanya sebagai perdana<br />

menteri. Anwar bebas dari rumah<br />

sakit di Ibu Kota Kuala Lumpur<br />

yang merupakan tempatnya<br />

menjalankan perawatan.<br />

Kabar ini disampaikan Kepala<br />

Staf Kepresidenan Moeldoko<br />

di Istana Negara, Jakarta,<br />

Rabu (16/5). “Untuk komando<br />

operasi khusus gabungan TNI<br />

sudah direstui oleh presiden,<br />

dan diresmikan kembali oleh<br />

panglima TNI,” ucapnya.<br />

Terkait tugas-tugas Koopssusgab<br />

TNI ini, lanjut Moeldoko,<br />

dipastikan pasukan yang<br />

tergabung di dalamnya telah<br />

dipersiapkan baik infra struuktur<br />

maupun kapasitasnya,<br />

mereka setiap saat bisa<br />

digerakkan ke mana pun dalam<br />

tempo secepat-cepatnya.<br />

“Tugasnya seperti apa, akan<br />

dikomunikasikan antara kapolri<br />

dan panglima TNI,” tukas<br />

mantan panglima TNI ini.<br />

Ketika disinggung apakah<br />

Sempat Tanya Pengebom, ’’Ibu Mau ke Mana?’’<br />

dan mendoakannya. Seperti<br />

yang sudah bertahun-tahun<br />

dia lakukan.<br />

Pasangan tersebut telah<br />

dikaruniai dua anak: Gerrard<br />

Cillion, 12, dan Pavel Cillion,<br />

13. “Papanya anak-anak itu<br />

disiplin dan suka berolahraga.<br />

Dia sering olahraga bareng<br />

anak-anak,” kata Yeni tentang<br />

suaminya yang berusia 40<br />

tahun dan berasal dari Alor,<br />

Nusa Tenggara Timur, itu.<br />

Sekitar dua jam setelah sang<br />

suami berangkat, barulah Yeni<br />

mendapat kabar yang merobek<br />

hati tersebut. “Sekitar jam<br />

08.00 dikabarin kalau suami<br />

saya kena bom dan dilarikan<br />

ke rumah sakit,” katanya.<br />

Di RSAL dr Ramelan Surabaya<br />

Yeni mendapati sang<br />

suami mengalami luka bakar<br />

di kaki dan tangan sebelah<br />

kanan serta pipi. Dirawat di<br />

instalasi gawat darurat dan<br />

hanya boleh dijenguk istri dan<br />

anak. Itu pun dibatasi waktunya.<br />

“Semoga suami saya<br />

baik-baik saja,” harap perempuan<br />

39 tahun tersebut.<br />

***<br />

Sekitar semenit setelah ledakan<br />

pertama, terdengarlah<br />

ledakan kedua. Jemaat di dalam<br />

gereja pun panik. Lang sung<br />

Para pendukung Anwar yang<br />

berkumpul di rumah sakit<br />

mengikutinya ke Istana untuk<br />

bertemu dengan Mahathir. Para<br />

pendukung yang mengendarai<br />

sepeda motor berteriak, “Hidup<br />

Anwar.” Mereka berangkat dari<br />

kompleks kerajaan untuk<br />

mendukung pemimpin mereka<br />

yang baru agar dibebaskan.<br />

Salah seorang pendukung<br />

Anwar, Ahmad Samsuddin,<br />

59 tahun, mengatakan, bebasnya<br />

Anwar rasanya seperti<br />

gelombang perubahan yang<br />

berputar-putar di Malaysia<br />

setelah tidak adanya keadilan<br />

selama bertahun-tahun. Kisah<br />

hubungan Mahathir dan<br />

menunggu peraturan presiden<br />

(Perpres) sebagai payung<br />

hukum menggerakkan Koopssusgab<br />

TNI, Moeldoko menjawab<br />

itu tidak diperlukan.<br />

“Nggak perlu nunggu. Bahwa<br />

sekarang ini pasukan itu sudah<br />

disiapkan. Nggak perlu payung<br />

hukum. (Satuan ini) di bawah<br />

panglima TNI, jadi itu inisiasi<br />

penuh dari panglima TNI,”<br />

tegas dia.<br />

semburat keluar. Men coba<br />

mencari tahu apa yang terjadi.<br />

“Saya kira tadi ban mobil meletus,”<br />

kata Octavia nus Rewah,<br />

salah seorang jemaat.<br />

Saat itu Rewah melihat ada<br />

beberapa orang yang tergeletak.<br />

Di antaranya seorang berpakaian<br />

serbahitam dengan<br />

posisi tengkurap. Rewah<br />

sebenarnya ingin menolong<br />

orang yang hanya terlihat<br />

kakinya tersebut.<br />

Namun, tindakan menolong<br />

itu dia urungkan. Sebab, dia<br />

takut melihat banyak asap yang<br />

keluar di sekitar orang yang<br />

tergeletak. Teriakan jemaat<br />

gereja lain agar tetap berada di<br />

dalam ruang gereja juga membuatnya<br />

ragu me nolong.<br />

Persis saat hendak masuk<br />

gereja, ledakan ketiga terdengar.<br />

Rewah mengaku melihat<br />

sumber ledakan itu dari<br />

orang yang tergeletak tersebut.<br />

Ledakan membuat tubuh<br />

orang yang memakai baju<br />

hitam dan sepatu hitam itu<br />

terpelanting ke atas. “Sampai<br />

4 meter.”<br />

Suasana area parkir tempat<br />

ledakan itu terjadi sudah<br />

berserak tidak keruan. Asap<br />

putih membumbung tinggi.<br />

Beberapa orang terlihat<br />

Anwar kemudian menjadi<br />

salah satu tikungan dan belokan<br />

yang luar biasa.<br />

Selama 1990-an mereka<br />

merupakan sekutu politik saat<br />

keduanya masing-masing menjabat<br />

sebagai perdana menteri<br />

dan wakilnya. Namun Anwar<br />

dipecat pada 1998 silam setelah<br />

berselisih dengan men tor<br />

politiknya dan dipen jarakan<br />

karena penyalahgunaan kekuasaan<br />

setahun kemudian.<br />

Seperti dilansir BBC, pada<br />

2004 lalu, keyakinannya di balik<br />

memimpin oposisi untuk mendapat<br />

keuntungan yang belum<br />

pernah terjadi sebelumnya.<br />

(ina/iml/trz/JPC)<br />

NII Bangkit Lagi<br />

polisi, tetapi seorang lainnya<br />

masih belum tertangkap.<br />

Menurut Kabid Humas Polda<br />

Riau AKBP Sunarto, saat itu<br />

kondisi Mapolda dalam<br />

keadaan siaga.<br />

Adapun kondisi itu sudah<br />

berlangsung sejak penyerangan<br />

Mapolres Surabaya belum lama<br />

ini. “Kondisi dalam keadaan<br />

siaga,” katanya dalam jumpa<br />

pers pada Rabu (16/5).<br />

Sunarto kemudian membeberkan<br />

kronologi penyerangan<br />

para pelaku teroris di Polda<br />

Riau. Kala itu, katanya, petugas<br />

jaga yang dilengkapi dengan<br />

senjata laras panjang sedang<br />

melakukan penjagaan di pagar<br />

depan Mapolda Riau.<br />

Kemudian tepat pukul 09.00<br />

WIB, ada kendaraan minibus<br />

Avanza warna putih yang<br />

menerobos masuk.<br />

Petugas sempat menutup<br />

pagar, tetapi mobil itu berhasil<br />

masuk setelah menabrak pagar<br />

berwarna hitam.<br />

“Ada beberapa orang di<br />

dalamnya, kemudian sampai<br />

di halaman Polda, penumpang<br />

turun dan melakukan penyerangan<br />

kepada anggota<br />

dengan senjata tajam jenis<br />

samurai,” terangnya.<br />

Selanjutnya, dua orang penum<br />

pang turun di depan Intel<br />

Polda Riau. Keduanya mengayunkan<br />

pedangnya kepada<br />

petugas. Dua petugas mengalami<br />

luka akibat tebasan itu.<br />

“Dua anggota mengalami luka<br />

bacok. Satu Brigadir Jhon Hendrik<br />

luka pada jarinya. Kom pol<br />

Farid Abdullah Bidkum, luka<br />

belakang kepala,” jelasnya.<br />

Petugas yang terdesak dengan<br />

situasi tersebut langsung<br />

melumpuhkan pelaku dengan<br />

timah panas.<br />

Saat itu, terdengar puluhan<br />

kali suara tembakan dari<br />

halaman Polda Riau. Tak lama<br />

berselang, setelah turunnya<br />

dua pelaku di pagar depan,<br />

mobil yang dikendarai pelaku<br />

langsung melaju cepat ke arah<br />

lobi Mapolda dan menurunkan<br />

seorang pelaku.<br />

Saat itu di Mapolda Riau<br />

akan digelar ekspose pengungkapan<br />

narkoba sekitar 40<br />

kilogram sabu-sabu.<br />

Pelaku satu itu berhasil dilum<br />

puhkan. Kemudian mobil<br />

kembali melaju dan menabrak<br />

dua jurnalis televisi, Ryan<br />

Rahman dan Rahmadi.<br />

Mereka juga menabrak anggota<br />

polisi Ipda H Auzar<br />

hingga meninggal dunia.<br />

Kemudian sopir mobil itu<br />

menginjak gas ke pagar<br />

samping Mapolda. Dua pelaku<br />

turun, dilakukan peng ejaran<br />

dan satu berhasil dilumpuhkan.<br />

Namun satu lain nya<br />

berhasil melarikan diri.<br />

“Kami dalam kondisi siaga,<br />

kita lakukan tindakan tegas<br />

berhasil melumpuhkan empat<br />

orang pelaku. Tewas. Kemudian<br />

pelaku yang diduga<br />

sopir masih dalam pengejaran,”<br />

tegasnya.<br />

Pelaku yang lolos dari kejaran<br />

petugas diduga melarikan diri<br />

ke sekitar rumah dinas<br />

Wakapolda Riau dan kantor<br />

Direktorat Reserse Kriminal<br />

Khusus Polda Riau.<br />

Ketika mengetahui satu<br />

orang melarikan diri, polisi<br />

bersenjata lengkap langsung<br />

melakukan pengejaran. (ce1/<br />

ica/jpnn/dna/ce1/JPC)<br />

Pasukan Elite TNI Siap Bergerak<br />

Nantinya pasukan pasukan<br />

elite yang tergabung dalam<br />

satuan itu antara lain, Komando<br />

Pasukan Khusus atau Kopassus<br />

dari TNI AD, Detasemen<br />

Jalamangkara (Denjaka), dan<br />

Detasemen Bravo 90 dari TNI<br />

AU. “Unsur-unsur di dalamnya<br />

kekuatan dari pasukan khusus<br />

darat, laut dan udara yang<br />

terpilih terbaik,” tambahnya.<br />

(fat/jpnn)<br />

bersimbah darah. Tergeletak<br />

di lantai. Salah satunya Yesaya.<br />

“Tolong saya, tolong saya.<br />

Tolong saya, Tuhan Yesus,”<br />

teriak Yesaya yang terdengar<br />

Anton, sapaan Antonius.<br />

Namun, Anton tidak berani<br />

mendekat untuk menolong<br />

Yesaya. Sejak ledakan pertama<br />

terdengar, lelaki 38 tahun itu telah<br />

menjauh dari lokasi. Setelah<br />

ledakan ketiga terdengar, dia<br />

baru kembali ke lokasi. Dilihatnya<br />

rekan kerjanya tersebut bersimbah<br />

darah di telinga, tangan, dan kaki.<br />

“Kalau tidak ada Bang Yesaya,<br />

mungkin saya bakal jadi korban,”<br />

kata Anton.<br />

Seniornya itu dikenal Anton<br />

sangat disiplin. Tiap bertugas,<br />

siapa saja yang tak dikenal akan<br />

langsung dia tanyai. Itu pula<br />

yang dilakukannya saat melihat<br />

tiga orang yang hanya terlihat<br />

bagian matanya tersebut.<br />

Belakangan diketahui, tiga orang<br />

itu adalah ibu (Puji Kuswati)<br />

dan dua anaknya (Fadhila Sari<br />

dan Pamela Riskika).<br />

Anton tak membayangkan<br />

seandainya Yesaya gagal<br />

mencegah ketiganya masuk<br />

ke gereja. “Mungkin bakal<br />

banyak jatuh korban jika bom<br />

meledak di dalam,” terangnya.<br />

(*/c9/ttg)<br />

BEROBAT: Peserta pengobatan gratis yang diselenggarakan PT Cikarang Listrindo di<br />

Wangunharja, Cikarang Utara, Selasa (15/5).<br />

Ratusan Warga Wangunharja<br />

Berobat Massal<br />

CIKARANG UTARA-Kembali<br />

PT CL melakukan aksi bakti<br />

sosial pada Selasa (15/5) untuk<br />

periode bulan Mei <strong>2018</strong>.<br />

Kegiatan ini merangkul Puskesmas<br />

Mekarmukti sebagai<br />

tim medis, Babinsa dan Bi maspol<br />

sebagai keamanan dan aparat<br />

Desa Wangunharja sebagai<br />

Bupati Pengatur Negara<br />

Sudah tidak ada harapan. Sudah<br />

ada kesimpulan bahwa<br />

me ninggal akan lebih baik. Biar<br />

saja meninggal dengan tenang.<br />

Tapi Enthus kan baru 51 tahun.<br />

Masih segar. Bahkan menjabat<br />

bupati Tegal. Kok di biar kan<br />

begitu? Ternyata yang di video<br />

itu bukan Enthus.<br />

Alhamdulillah. Saya dapat<br />

kepastian dari teman saya di<br />

Radar Tegal. Katanya: yang<br />

di video itu pejabat sementara<br />

bupati Tegal: Sinoeng Rahmadi.<br />

Yang lagi kesurupan. Setelah<br />

nyadran menjelang bulan<br />

puasa. Di makam Ki Gede<br />

Sebayu. Pendiri Tegal. Kebetulan<br />

hari itu HUT Tegal.<br />

Tapi Enthus memang juga<br />

meninggal. Hari itu. Siang itu<br />

Enthus ke satu madrasah di<br />

kecamatan Jatinegara. Perbatasan<br />

Tegal-Pemalang. Menghadiri<br />

acara penutupan masa<br />

sekolah tahun ini.<br />

Dengan membawa beberapa<br />

wayang golek. Pentas kecilkecilan:<br />

wayang santri.<br />

Setelah makan siang Enthus<br />

jalan lagi. Akan menghadiri<br />

pengajian. Di tengah jalan<br />

Enthus merasa sulit nafas.<br />

Lalu dimampirkan ke puskesmas<br />

Jatinegara. Diperiksa.<br />

Tekanan darahnya tinggi. Gula<br />

darahnya: 400.<br />

Enthus koma. Dilarikan ke<br />

rumah sakit Tegal. Di tengah<br />

jalan meninggal dunia: Senin,<br />

pukul 7 malam.<br />

Terlalu muda untuk meninggal.<br />

Terlalu banyak yang masih<br />

harus diperbuat. Baik di kesenian<br />

maupun di pemerintahan.<br />

Enthus memang menjabat<br />

Bupati Tegal. Dia harus cuti<br />

karena mencalonkan diri lagi.<br />

Untuk sementara diganti<br />

pejabat yang kesurupan itu.<br />

Posisi pencalonannya sangat<br />

kuat. Berpasangan dengan<br />

wakilnya yang sekarang: Umi<br />

Azizah. Hampir pasti akan<br />

terpilih lagi.<br />

Enthus memang dekat dengan<br />

masyarakat. Kepopulerannya<br />

sebagai dalang terkemuka<br />

sangat membantunya<br />

pelaksana. Pengobatan kali ini<br />

dilakukan di Kantor Desa Wangunharja,<br />

Kecamatan Cikarang<br />

Utara, Kabupaten Bekasi.<br />

Kegiatan kali ini dihadiri<br />

sebanyak 129 pasien yang<br />

me lakukan pemeriksaan, termasuk<br />

pemeriksaan Gula<br />

Darah 30, Kolesterol 34 dan<br />

9.000 Miras Digilas<br />

Indarto mengatakan menjelang<br />

Ramadan ini pihaknya<br />

akan terus mengintensifkan<br />

razia miras oplosan dan juga<br />

narkoba. Polisi telah mencanangkan<br />

zero miras di<br />

wilayah Bekasi. “Kita tadi sudah<br />

sepakat, semua lapisan masyarakat<br />

itu support, semua<br />

antimiras, jadi jangan sampai<br />

ada miras,” tuturnya.<br />

Indarto menambahkan, pihakn<br />

ya tidak hanya akan menindak<br />

penjual miras tetapi juga<br />

pengguna. “Peminum kita akan<br />

terapkan karena mengganggu<br />

ketertiban umum, kita nggak<br />

ada toleransi,” katanya.<br />

terpilih. Tapi juga ada unsur<br />

nasib baiknya: pesaingnya,<br />

bupati yang lama yang juga<br />

mencalonkan diri, tiba-tiba<br />

meninggal dunia. Persis seperti<br />

Enthus sekarang.<br />

Selama masa kampanye ini<br />

Enthus seperti kipas angin:<br />

muter terus. Pagi, siang, sore,<br />

malam. Tengah malam pun<br />

masih menerima tamu. Ia baru<br />

tidur menjelang subuh.<br />

Kebiasannya melek malam<br />

(saat mendalang) terbawa.<br />

Dan memang Enthus tetap<br />

mendalang. Jumat-Sabtu-<br />

Minggu Enthus melayani order.<br />

Termasuk dari luar kota.<br />

Mendalang semalam suntuk.<br />

Suatu saat Enthus bilang<br />

kepada saya: gaji saya sebagai<br />

bupati tidak ada apa-apanya<br />

dibanding pendapatan saya<br />

dari mendalang.<br />

Memang Enthus, sebagai<br />

bupati, dikenal bersih. Terbuka.<br />

Mudah dijadikan tempat<br />

curhat warganya. Suatu saat<br />

saya nonton pagelarannya.<br />

Sampai pagi.<br />

Saya pun bertanya: apakah jadi<br />

bupati itu berat. Inilah jawabnya:<br />

Saya kan sudah biasa ngatur<br />

negara, apa susah nya ngatur<br />

hanya kabupaten…hahahhaa.<br />

Kami pun tertawa-tawa.<br />

Sebagai dalang Enthus<br />

memang sudah biasa ngatur<br />

negara: Amarta, Astina,<br />

Mandura, Ndworowati ….<br />

Yang saya suka dari Enthus<br />

adalah: semuanya. Suaranya<br />

yang bulat-merdu-mantab.<br />

Yang bisa mewakili karakter<br />

suara puluhan tokoh wayang<br />

yang berbeda. Yang bisa<br />

menangis sesenggukan dengan<br />

trenyuhnya. Yang bisa tertawa<br />

ngakak dengan naturalnya.<br />

Yang bisa marah dengan<br />

garangnya. Yang bisa merayu<br />

dengan mendayunya.<br />

Bahkan bisa mencampur tawa<br />

ngakak dengan tangis sedih.<br />

Seperti dalam adegan Petruk-<br />

Bagong menghadapi ancaman<br />

Gatutkaca. Dalam lakon ‘Semar<br />

Membangun Kayangan’. Bisa<br />

dilihat youtubenya.<br />

Dan Enthus sangat bangga<br />

dengan kemampuannya itu.<br />

Dengan sabetannya. Di adegan<br />

Asam Urat 36.<br />

Pengobatan massal ini sebagai<br />

komitmen PT CL melakukan<br />

CSR yang bersinergis<br />

dengan warga masyarakat di<br />

sekitar perusahaan berada.<br />

“Ini komitmen kami dengan<br />

masyarakat sekitar,” tutup<br />

Anes, humas PT CL. (zar)<br />

Ia tegaskan, pihaknya tidak<br />

akan mentolerir penjualan mi ras<br />

baik dalam jumlah kecil maupun<br />

partai besar. “Mau jual minuman<br />

oplosan atau ke masan, barangbarang<br />

alkohol tanpa izin, mau<br />

itu satu botol ataupun satu gudang<br />

tetap kita kenakan (tindakan).<br />

Kota Bekasi harus zero minu man<br />

keras,” tegasnya. (neo)<br />

perangnya.<br />

Yang juga saya kagumi. Kadang<br />

muncul kegilaannya: ia berdiri,<br />

berperang dengan wayangnya<br />

sendiri. Enthus lebih dari<br />

sekedar dalang. Ia seniman.<br />

Dengan kreativitasnya. Dengan<br />

kebebasannya. Dengan daya<br />

ciptanya.<br />

Ia ciptakan wayang-wayang<br />

baru: Wayang Gus Dur, wayang<br />

George Bush, wayang Usamah<br />

bin Laden dan wayang yang jadi<br />

idola orang tegal: Si Lupit. Si Lupit<br />

mewakili karakter orang Tegal.<br />

Ceplas-ceplos, kasar, bego-pintar,<br />

polos dan apa adanya.<br />

Lewat wayang Si Lupit itulah<br />

Enthus bisa mengkritik siapa<br />

saja. Dengan kejamnya, dengan<br />

sinisnya dan dengan lucunya.<br />

Ia ciptakan lagu-lagu. Gendinggending.<br />

Dia ajari sinden<br />

bagaimana harus menyanyikannya.<br />

Ia ciptakan seragam<br />

wiyogo: penabuh gamelan. Mirip<br />

pakaian para wali.<br />

Dan Enthus sangat menguasai<br />

masalah agama. Dia demonstrasikan<br />

itu dalam wejanganwejangan<br />

filsafatnya. Tidak<br />

mungkin dilakukan dalang lain.<br />

Terlalu sensitif. Enthus juga sangat<br />

bangga dengan ke-Ansor-annya,<br />

keahlisunnah walja maahnya.<br />

Dan Enthus bisa mendalang<br />

wayang Sunda. Wayang golek.<br />

Dengan sempurnanya. Tidak<br />

dimiliki dalang lainnya di<br />

seluruh dunia.<br />

Kemampuannya itu ia peroleh<br />

secara otodidak. Belajar sendiri.<br />

Dari ayahnya. Yang juga dalang.<br />

Dari kakeknya. Yang juga dalang.<br />

Dari leluhurnya: yang juga<br />

dalang.<br />

Darahnya: dalang. Dagingnya:<br />

dalang. Nafasnya: dalang. Dan<br />

Enthus, harus saya akui, sangat<br />

ganteng. Hidungnya, pipinya,<br />

dagunya, dahinya, telinganya,<br />

seperti kumpulan semua<br />

onderdil ganteng dikumpulkan<br />

di wajah Enthus.<br />

Suatu saat saya kemukakan<br />

kegantengannya itu. Apa ia<br />

bilang? ”Rasanya memang<br />

sayalah dalang paling ganteng<br />

sedunia,” katanya. Hahahaa…<br />

Hanya satu yang saya sayangkan:<br />

ia tidak bisa lagi membaca<br />

tulisan saya ini. (dis)<br />

General Manager/Penanggung Jawab: Andi Ahmadi. Pemimpin Redaksi: Zaenal Aripin. Redaktur Eksekutif: Bisman Pasaribu. Redaktur Pelaksana:<br />

Irwan. Korlip: Antonio J. S. Bano. Redaktur: Irwan, Miftakhudin, Eko Iskandar, Antonio J. S. Bano. Sekretaris Redaksi: Sondang. Staf Redaksi: Andi<br />

Mardani, Syahrul Ramadhan, Ahmad Pairudz, Dani Ibrahim, Karsim Putra Pratama. Komisaris: Hazairin Sitepu. Direktur: Hetty, Faturohman S Kanday.<br />

Ombudsman JPG: M.Choirul Shodiq, Rohman Budijanto. Fotografer: Arisanto, Raiza Septianto. Pracetak: Yudhi Handoko, Mahmud Amsori, Bambang<br />

Joko Prakoso, Tio Ardiansyah, M. Indra Negara. Desain Iklan: Denis Arfian. Editor: Muhammad Qithfi Rul Aziz. Teknologi Informasi: Beni Irawan, Alvin.<br />

Pemasaran/Sirkulasi: Asep Rachmat (Koordinator), Eti Cahyanih. Manager Iklan: Hafidz. Iklan: Flora Pangestika. Manager Keuangan: Imam Hidayat.<br />

Keuangan: Rizky Marcella, Niki Ayu Minofi, Linda Rose Iskandar. Alamat Redaksi dan Tata Usaha: Perkantoran Suncity Square, Jl M Hasibuan Blok<br />

A40-41, Bekasi. Telp. Redaksi: 021-88863639. Telp Iklan: 021-88863640 (FO & PEMASARAN): 021-88966203. Telp. Keuangan: 021-88863641, Faks:<br />

021-88863641, 021-88863639. Telp: 021-88966203, 88863641. Bank: Bank CIMB Niaga Bekasi. No.Rek: 925-01- 00699-00-0 a.n PT <strong>BEKASI</strong> EKSPRES<br />

MEDIA. Diterbitkan oleh: PT Bekasi Ekspres Media. Percetakan: PT Bogor Media Grafika Jalan Siliwangi Kav 1 No 34 Komplek Puslitbang Intel Desa<br />

Ciujung, Kabupaten Bogor, Sentul Bogor. No.Telp: (0251) 8655 365. (isi diluar tanggung jawab percetakan).<br />

Warna FC : Rp. 50.000,-<br />

Halaman 1 FC : Rp. 65.000,-<br />

Advertorial FC : Rp. 30.000,-<br />

Hitam Putih BW : Rp. 35.000,-<br />

Halaman 1 BW : Rp. 50.000,-<br />

Advetorial BW : Rp. 20.000,-<br />

Pengumunan BW : Rp. 30.000,-<br />

Iklan Baris : Rp. 15.000,-<br />

Wartawan Radar Bekasi selalu dibekali identitas dan tidak menerima uang atau barang berharga lainnya dari narasumber.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!