Pengertian Pancasila Buddhist By: Riman K Sila Pertama
Pengertian Pancasila Buddhist By: Riman K Sila Pertama
Pengertian Pancasila Buddhist By: Riman K Sila Pertama
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
<strong>Pengertian</strong> <strong>Pancasila</strong> <strong>Buddhist</strong><br />
<strong>By</strong>: <strong>Riman</strong> K<br />
<strong>Pancasila</strong> <strong>Buddhist</strong> sebagai dasar kemoralan dalam agama Buddha sering kita ucapkan,<br />
akan tetapi sering melupakan makna pemahaman yang terkandung didalamnya.<br />
<strong>Pancasila</strong> <strong>Buddhist</strong> walau hanya terdiri dari 5aturan kemoralan , makna yang terkandung<br />
didalamnya amatlah luas.<br />
5 aturan itu adalah:<br />
a. Pānātipātā veramani sikkhapadam samādiyāmi<br />
Aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan<br />
b. Adinnādānā veramani sikkhapadam samādiyāmi<br />
Aku bertekad melatih diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan<br />
c. Kāmesu micchācāra veramani sikkhapadam samādiyāmi<br />
Aku bertekad melatih diri untuk tidak melakukan perbuatanasusila<br />
d. Musāvāda veramani sikkhapadam samādiyāmi<br />
Aku bertekad untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar<br />
e. Surā meraya majja pamādatthānā veramani sikkhapadam samādiyāmi<br />
Aku bertekad untuk melatih diri menghindari segala minuman dan makanan yang dapat<br />
menyebabkan lemahnya kewaspadaan/kesadaran<br />
<strong>Sila</strong> <strong>Pertama</strong><br />
<strong>Sila</strong> pertama ini sering disebut “panatipata”. Panatipata terdiri dari 2 kosa kata, yaitu: Pana<br />
dan Atipata yang secara harafiah “pana” berarti mahluk atau kehidupan dan “atipata”<br />
berarti lepas dengan cepat, gabungan dua kosa kata tersebut mempunyai arti perbuatan<br />
yang membuat suatu mahluk / kehidupan mati sebelum waktunya (pembunuhan)<br />
Inti pemahaman sila ini adalah :<br />
- Menghargai hak hidup setiap mahluk dan melatih cinta-kasih (metta) terhadap semua<br />
mahluk hidup.<br />
Suatu perbuatan dapat dikatakan “membunuh, pembunuhan” bila 5 faktor yang mendasari<br />
perbuatan itu terpenuhi, yaitu :<br />
- Adanya mahluk hidup (pano) – manusia atau binatang<br />
- Menyadari bahwa mahluk itu masih hidup (panasannita)<br />
- Berkehendak untuk membunuhnya (vadhakacittam)<br />
- Melakukan usaha membunuhnya (upakkamo)<br />
- Mahluk itu mati akibat pembunuhan itu (tena maranam)
Ada 6 macam cara/usaha pembunuhan, yaitu :<br />
- Membunuh yang dilakukan sendiri (sahatthika)<br />
- Memerintahkan kepada orang lain untuk membunuh (anattika)<br />
- Membunuh mempergunakan senjata (nissaggiya)<br />
- Membunuh dengan membuat perangkap permanent (thavara)<br />
- Membunuh memakai ilmu perdukunan (vijjamaya)<br />
- Membunuh mempergunakan kemampuan batin (iddhimaya)<br />
Seorang pembunuh akan menanggung akibat perbuatannya buruknya berupa :<br />
- Lahir kembali dalam keadaan cacat<br />
- Berwajah dan perawakan tubuh yang jelek<br />
- Berbadan lemah dan berpenyakitan<br />
- Idiot, penakut dan senantiasa diselimuti perasan cemas<br />
- Dibenci, dimusuhi orang serta tak berkawan<br />
- Dipisahkan dengan orang yang disayangi, dicintai<br />
- Berusia pendek atau terbunuh oleh berbagai sebab<br />
<strong>Sila</strong> Kedua<br />
<strong>Sila</strong> kedua ini sering disebut “Adinnadana”. Adinnadana terdiri dari 3 kosa kata : “a” yang<br />
berarti tidak, “dinna” berarti barang atau benda “dana” yang diberikan oleh pemiliknya, jadi<br />
secara harafiah adinnadana berarti mengambil barang atau benda yang tidak diberikan oleh<br />
pemiliknya (pencuriaan)<br />
Inti pemahaman dari sila ini adalah :<br />
- Menghargai hak milik orang (mahluk) lain dan bertingkah laku jujur, dan tidak melakukan<br />
perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian materi.<br />
Suatu perbuatan dapat dikatakan “pencurian, mencuri” apabila 5 faktor yang mendasari<br />
perbuatan itu terpenuhi :<br />
1. Adanya barang, benda milik orang lain (parapariggahitam)<br />
2. Mengetahui barang, benda itu ada pemiliknya (parapariggahita-sannita)<br />
3. Berkehendak mengambilnya (theyyacittam)<br />
4. Berusaha mengambilnya (uppakamo)<br />
5. Berhasil mengambil melalui usaha itu (tena haranam)Akibat dari perbuatan mencuri :<br />
- Dilahirkan kembali dalam kemiskinan<br />
- Tidak mempunyai banyak harta benda dalam penghidupan sekarang<br />
- Menderita kelaparan<br />
- Tidak berhasil memperoleh apa yang diinginkan<br />
- Menderita kerugian atau kebangkrutan dalam usahanya<br />
- Sering ditipu, atau harta bendanya ludes karena bencana
<strong>Sila</strong> Ketiga<br />
<strong>Sila</strong> ketiga ini sering disebut “Kamesumicchacara”. Kamesumicchacara terdiri dari 3 kosa<br />
kata : “kamesu” yang berarti persetubuhan, “miccha” yang berarti menyimpang (cabul) dan<br />
“cara” yang berarti prilaku.<br />
Secara harafiah berarti prilaku (perbuatan) seks yang menyimpang atau cabul<br />
Inti pemahaman dari sila ini adalah :<br />
- Menghargai ikatan suci perkawinan, pengendalian nafsu indriya<br />
Suatu perbuatan dapat dikategorikan sebagai prilaku seks yang menyimpang atau cabul<br />
apabila faktor yang mendasari terpenuhi :<br />
1. Adanya obyek (orang) yang tak patut (tak memenuhi syarat) untuk disetubuhi<br />
(agamaniya-vatthu)<br />
2. Mempunyai kehendak (niat) menyetubuhi ( tasmim-sevacittam)<br />
3. Usaha, upaya untuk menyetubuhi (sevanappayogo)<br />
4. Berhasil menyetubuhi ( maggena maggapatipatti adhivasanam)<br />
Ada 3 macam orang yang tak pantas disetubuhi :<br />
1. Telah menikah<br />
2. Masih dalam pengawasan suatu pihak<br />
3. Dilarang karena adat atau agama<br />
3.1 masih dalam garis keturunan keluarga<br />
3.2 rohaniawan yang berdasarkan peraturan agama dilarang menikah<br />
3.3 mereka yang dilarang karena hukum negaraPerzinahan dapat mengakibatkan :<br />
- Mempunyai banyak musuh, dibenci<br />
- Terlahir kembali sebagai waria<br />
- Mempunyai kelainan jiwa, senantiasa gelisah<br />
- Gagal bercinta atau sukar mendapat jodoh, dipisahkan dari orang yang dicintai<br />
- Tidak mendapat kebahagiaan berberumah tangga<br />
<strong>Sila</strong> Keempat<br />
<strong>Sila</strong> keempat ini sering disebut “Musavada”. Musavada terdiri dari 2 kosa kata, yaitu<br />
“musa” yang berarti bukan suatu kebenaran dan “vada” yang berarti ucapan<br />
Jadi secara harafiah kata musavada berarti mengucapkan sesuatu yang bukan merupakan<br />
kebenaran atau berbohong.<br />
Ucapan dikatakan suatu pendustaan (berbohong) bila 4 faktor yang mendasari terpenuhi:<br />
1. Sesuatu atau hal yang tidak benar (atthama-vatthu)<br />
2. Mempunyai kehendak, pikiran untuk berdusta (visamvadanacittam)<br />
3. Berusaha berdusta (tajjo-vayamo)<br />
4. Orang lain mempercayai kata katanya (parassa-tadatthavijananam)Termasuk dalam<br />
kategori pendustaan adalah :<br />
1. Ucapan yang dapat menimbulkan cekcok, pertikaian, pertengkaran, perpecahan diantara<br />
pihak-pihak yang dahulunya terjalin dalam kerukunan, kesatuan (pisunavaca)
2. Ucapan yang dapat menimbulkan kemarahan, kebenciaan seseorang (pharusavaca)<br />
3. Ucapan yang dapat melenyapkan manfaat dan kebahagiaan (samphappala)<br />
4. Ucapan yang mencerminkan kehendak jahat untuk memiliki barang orang lain secara<br />
tidak sah (abhijjha)<br />
5. Ucapan yang mencerminkan itikad jahat (vyapada)<br />
6. Ucapan yang mencerminkan pandangan sesat, pengertian salah (micchaditthi)Akibat dari<br />
perbuatan musavada :<br />
- Mulut berbau busuk, berbicara tidak jelas<br />
- Perkataannya tidak dipercayai<br />
- Menjadi celaan para bijaksana<br />
- Sering bertikai, hidup jauh dari kerukunan<br />
- Mudah sakit hati atu tersingung oleh ucapan orang lain<br />
- Terjauhkan dari kebenaran, tidak mempunyai kebijaksanaan luhur<br />
<strong>Sila</strong> Kelima<br />
<strong>Sila</strong> kelima ini sering disebut “Surameraya-majjapamadatthana”. Suramerayamajjapamadatthana<br />
terdiri dari 4 kosa kata “ sura” artinya suatu sebab yang mendorong<br />
perbuatan nekad, “meraya” artinya sesuai sebab yang menyebabkan mabuk, “majja” artinya<br />
sesuatu sebab yang dapat tak sadrkan diri, “pamadatthana” artinya sesuatu sebab<br />
kelengahan atau kecerobohan.<br />
Faktor-faktor yang mendasari perbuatan yang dapat menyebabkan menurunnya kesadaran :<br />
- Adanya makanan, minuman yang dikategorikan sura, meraya, majja<br />
- Mempunyai keinginan untuk mengkomsumsi (pivitukamata)<br />
- Mengkomsumsi (pivanam)<br />
- Timbul akibatnya (mabok, menurunnya kesadaran) (maddanam)<br />
Akibat pemabukan :<br />
- Terlahir kembali sebagi orang yang terganggu ingatannya<br />
- Tingkat kesadarannya rendah<br />
- Tidak mempunyai kecerdasan, pengetahuan<br />
- Ceroboh, pikun, malas, tidak dipercaya oleh masyarakat<br />
- Sulit mencari mata pencaharian<br />
KESIMPULAN<br />
5 aturan <strong>Buddhist</strong> (panatipata, Adinadana, Kamesu micchacara, Musavada, dan Surameraya<br />
majja pamadatthana) terjadi atas keinginan para umat manusia dan terdapat akibat dari apa<br />
yang telah manusia langgar.