skm-agu2005- (5).pdf - USU Institutional Repository - Universitas ...
skm-agu2005- (5).pdf - USU Institutional Repository - Universitas ...
skm-agu2005- (5).pdf - USU Institutional Repository - Universitas ...
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Beras merupakan salah satu kebutuhan<br />
pokok bagi masyarakat Indonesia. Beras sebagai<br />
bahan makanan mengandung nilai gizi yang<br />
cukup tinggi yaitu kandungan karbohidrat<br />
sebesar 360 kalori, protein sebesar 6.8 gr dan<br />
kandungan mineral seperti Ca dan Fe masingmasing<br />
6 dan 0.8 mg.<br />
Beras dalam proses pemasakkannya<br />
menjadi masi menghasilkan sisa air rebusan<br />
yang berlebih dan oleh masyarakat air rebusan<br />
ini sering dimanfaatkan untuk dikonsumsi oleh<br />
anak-anak. Mereka beranggapan bahwa air<br />
rebusan beras ini memiliki kandungan gizi yang<br />
cukup baik untuk kesehatan sehingga dengan<br />
alasan tersebut masyarakat yang tingkat<br />
ekonominya rendah menganggap air rebusan<br />
beras ini dapat dimanfaatkan sebagai minuman<br />
alternative pengganti susu yang harganya<br />
relative mahal.<br />
Kebiasaan masyarakat untuk<br />
mengkonsumsi air rebusan beras telah<br />
berlangsung dalam jangka waktu yang lama<br />
tanpa mereka mengetahui seberapa besar<br />
16<br />
Jurnal Sains Kimia (Suplemen)<br />
Vol 9, No.3, 2005: 15-16<br />
STUDI PENENTUAN KANDUNGAN KARBOHIDRAT, PROTEIN<br />
DAN MINERAL DALAM AIR REBUSAN BERAS SEBAGAI<br />
MINUMAN PENGGANTI S<strong>USU</strong><br />
Abstrak<br />
Pina Barus<br />
Jurusan Kimia FMIPA<br />
<strong>Universitas</strong> Sumatera Utara<br />
Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus <strong>USU</strong> Medan 20155<br />
Telah dilakukan penetuan kandungan karbohidrat, protein dan mineral (kalsium dan besi) dari air rebusan<br />
beras dan dibandingkan dengan kandungan parameter yang sama dari susu sapi. Karbohidrat ditentukan<br />
dengan metode Luff Schorl, protein (total) dengan metode Kjeldhal dan Mineral (kalsium dan besi)<br />
dengan metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil<br />
dari Padang Sidimpuan, Sidikalang dan Medan. Dari tiap 500 gram beras yang direbus dengan 1 liter air<br />
diperoleh kandungan karbohidrat 0.024 gr, protein (gr) 1.78, 1.52, dan 1.12, sementara mineral kalsium<br />
(mg): 9.48, 0.06, dan 0.24 dan besi (mg): 0.64, 0.32 dan 0.70<br />
Dari sumber literature disebutkan bahwa kandungan karbohidrat dan protein dalam beras giling (gr): 78.9<br />
dan 6.8, dalam nasi (gr) 40.6 dan 2.1. Kandungan kalsium 6 mgr dan masi 5 mg. Kandun gan besi 0.8<br />
mgr dan 0.5 mgr dalam nasi tiap 100 gram<br />
Bila dibandingkan dengan kandungan karbohidrat, protein dan mineral dalam susu sapi (gr/100 gr)<br />
adalah 4.3 dan 3.2 serta mineral (mgr/100 gr) adalah 143 untuk kalsium dan 1.7 besi. Walaupun ternyata<br />
masih jauh lebih kecil dari air rebusan beras tetapi masih bermanfaat untuk pengganti susu sapi<br />
Kata kunci: karbohidrat, protein, mineral, susu.<br />
PENDAHULUAN<br />
manfaatnya bagi kesehatan tubuh, karena itu<br />
perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui<br />
kandungan karbohidrat, protein dan mineral<br />
yang terkandung di dalam air rebusan beras.<br />
BAHAN DAN METODE<br />
Alat dan Bahan<br />
Alat<br />
Peralatan analisa total protein Kjeldahl,<br />
Spektrofotometer Serapan Atom, dan peralatan<br />
gelas lainnya.<br />
Bahan<br />
Selenium, H2SO4, NaOH, H3BO3, larutan<br />
Luff Schorl, HCl, Pb(CH3COO)2, KI, N2CO3,<br />
Na2S2O3, NH4OH.<br />
Penentuan Karbohidrat<br />
10 g air rebusan beras ditambah 50 ml<br />
aquadest, Pb asetat, diencerkan hingga 100 ml
Studi penentuan kandungan karbohidrat , protein dan mineral<br />
(Pina Barus)<br />
dan disaring. Filtratnya ditambah Na2CO3,<br />
diencerkan hingga 250 ml, dikocok dan<br />
disaring. Filtratnya dipipet 25 ml dan<br />
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, ditambah<br />
larutan Luff Schorl, dididihkan selama 10<br />
menit, dinginkan dan ditambah 15 ml KI 20%,<br />
25 ml H2SO4 25% dan dititrasi dengan Na2S2O3<br />
0.1 N hingga berwarna kuning pucat, ditambah<br />
indicator amilum dan dititrasi hingga berwarna<br />
putih susu, dicatat volume Na2S2O3.<br />
Penentuan Protein.<br />
5 g air rebusan beras dimasukkan dalam<br />
labu Kjeldahl, ditambah 0.5 gr Se dan 35 H2SO4<br />
didekstruksi selama 2 jam. Setelah 2 jam,<br />
didinginkan, diencerkan dengan aquadest<br />
hingga 250 ml dan ditambah NaOH 45% hingga<br />
larutan bersifat basa dan didestilasi. Destilat<br />
ditampung dalam 25 ml H3BO3 3% yang telah<br />
ditambah indicator campuran (metil biru dan<br />
metil merah) dan dititrasi dengan HCl 0.1 N.<br />
Penentuan Kadar Mineral Ca dan Fe.<br />
50 g air rebusan beras dimasukkan dalam<br />
cawan porselin dan dikeringkan dalam oven<br />
pada suhu 100 – 105 o C dan didinginkan dalam<br />
desikator selama 30 menit. Sampel kering<br />
dimasukkan dalam furnace pada suhu 450 o C<br />
selama 5 jam dan abunya ditambah 10 ml<br />
HNO3, dipanaskan pada hot plate selama 15<br />
menit dan disaring. Filtrat diencerkan dalam<br />
labu takar 50 ml, diatur pH 2 – 3 dengan<br />
NH4OH dan dianalisa dengan Spektrofotometer<br />
Serapan Atom (SAA)<br />
HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
Hasil pengujian karbohidrat, protein<br />
dan mineral dari air rebusan beras adalah<br />
sebagai berikut:<br />
Tabel 1. Data pengujian karbohidrat, protein,<br />
dan mineral<br />
Parameter<br />
Asal<br />
Sampel<br />
Beras<br />
Padang<br />
Sidempuan<br />
Karbohidrat<br />
(g)<br />
Protein<br />
(g)<br />
Ca<br />
(mg)<br />
Mineral<br />
Besi<br />
(mg)<br />
0.024 1.78 0.48 0.68<br />
Sidikalang 0.024 1.52 0.64 0.36<br />
Medan 0.024 1.12 0.24 0.70<br />
Dari data yang diperoleh terlihat bahwa<br />
kadar karbohidrat, protein dan mineral yang<br />
terdapat dalam air rebusan beras dapat<br />
menyamai susu sapi. Kandungan karbohidrat,<br />
protein dan mineral dalam air rebusan beras<br />
memang jauh lebih kecil dibandingkan dengan<br />
susu sapi. Sekalipun demikian masih<br />
bermanfaat digunakan sebagai pengganti susu<br />
dan ada beberapa keunggulan dari air rebusan<br />
beras diantaranya bahwa air rebusan diperoleh<br />
dari hasil pemasakan beras yang ke dalamnya<br />
tidak ada ditambahkan bahan pengawet,<br />
sehingga terbebas dari kemungkinan zat-zat<br />
kimia yang tidak diinginkan masuk ke dalam<br />
tubuh (dibandingkan dengan susu yang ke<br />
dalamnya ditambahkan bahan pengawet).<br />
Selain itu, air rebusan beras dapat<br />
diperoleh sebagai hasil samping yang<br />
seharusnya dibuang justru dimanfaatkan. Jadi<br />
dari segi ekonomi tidak merugikan, bahkan<br />
menguntungkan karena mampu memberikan<br />
asupan nutrisi tanpa mengeluarkan dana. Dalam<br />
penelitian ini kandungan protein dihitung<br />
sebagai total protein dan karbohidrat total<br />
sementara dalam susu biasanya karbohidrat<br />
sebagai laktosa.<br />
KESIMPULAN<br />
Air rebusan beras memiliki kandungan<br />
karbohidrat, protein dan mineral yang tidak<br />
terlalu tinggi, sungguhpun demikian air rebusan<br />
beras dapat dimanfaatkan sebagai minuman<br />
tambahan yang relative lebih aman dikonsumsi<br />
karena bebas dari adanya bahan tambahan<br />
(pengawet).<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
AAK, 1990, “Budidaya Tanaman Padi”,<br />
Kanisius, Jakarta<br />
Direktorat Gizi, 1996, “Daftar Komposisi<br />
Bahan Makanan”, Bharata Yudha,<br />
Jakarta.<br />
Hadrian, 1981, “Budidaya Tanaman Padi di<br />
Indonesia”, Sastra Budaya, Jakarta.<br />
Mulja, Saharman, 1995, “Analisis<br />
Instrumental”, Airlangga University<br />
Press, Surabaya.<br />
Poedjiadi, Anna 1994, “Dasar-Dasar<br />
Biokimia”, UI Press, Jakarta.<br />
Soediaoetama, A, 1976, “Ilmu Gizi dan Ilmu<br />
Diit di Daerah Tropik”, Balai Pustaka,<br />
Jakarta.<br />
Sudarmadji, 1981, “Analisa Bahan Makanan<br />
dan Pertanian”, Liberty, Yogyakarta.<br />
Suhardjo, 1985, Pangan, Gizi dan Pertanian”,<br />
UI Press, Jakarta<br />
Vogel, 1994, “Kimia Analisis Kuantitatif<br />
Anorganik”, Edisi 4, Penerbik Buku<br />
Kedokteran EGC, Jakarta.<br />
17
18<br />
Jurnal Sains Kimia (Suplemen)<br />
Vol 9, No.3, 2005: 17-19<br />
PENGARUH PENAMBAHAN BIOTROL 120 KE DALAM<br />
PRECIPITATED CALCIUM CARBONAT (PCC) 70% TERHADAP<br />
PERTUMBUHAN BAKTERI AEROBIK<br />
Abstrak<br />
Ribu Surbakti<br />
Jurusan Kimia FMIPA<br />
<strong>Universitas</strong> Sumatera Utara<br />
Jl. Bioteknologi No. 1 Kampus <strong>USU</strong> Medan 20155<br />
Kalsium karbonat adalah suatu komposisi kimia yang secara alamiah terdapat di mana-mana dalam<br />
berbagai bentuk antara lain: batu gamping / kapur, marmer, kulit kerang laut, mutiara, kapur tulis dan<br />
sebagainya. Reaksi kimia yang mereaksikan karbondioksida dengan bahan kimia lainnya dapat<br />
menghasilkan endapatn kalsium karbonat atau precipitate calcium carbonat (PCC) yang sangat penting<br />
dalam produksi kertas dalam industri sebagai filler atau coated agent. PCC ini sangat disukai oleh bakteri<br />
aerobik sehingga mudah tumbuh dan berkembang sehingga menghasilkan kertas yang tidak bagus.<br />
Salah satu alternatif dalam menangani PCC 70% ini agar tidak ditumbuhi oleh bakteri aerobik adalah<br />
dengan menambahkan Biotrol 120 ke dalamnya, karena Biotrol 120 dapat membunuh bakteri tersebut.<br />
Efektifitas Biotrol 120 dalam membunuh bakteri aerob ini dapat ditentuka dengan menghitung jumlah<br />
bakteri hidup yaitu menggunakan metode cawan tuang. Hasil yang ingin dicapai adalah untuk<br />
mendapatkan jumlah Biotrol 120 yang optimal untuk ditambahkan ke dalam PCC 70 guna mencegah<br />
pertumbuhan bakteri aerobik yang dapat merusak mutu dari PCC 70% tersebut sebagai bahan coating<br />
untuk pembuatan art paper.<br />
Kata kunci: biotrol 120, kalsium karbonat, bakteri aerobik.<br />
PENDAHULUAN<br />
Kalsium karbonat (calcium karbonat)<br />
adalah suatu komposisi kimia yang secara<br />
alamiah terdapat di mana-mana dalam berbagai<br />
bentuk antara lain: batu gamping/kapur,<br />
marmer, kulit kerang laut, mutiara, kapur tulis<br />
dan sebagainya. Reaksi kimia yang mereaksikan<br />
karbondioksida dengan bahan kimia yang<br />
lainnya dapat menghasilkan endapan kalsium<br />
karbonat atau precipitate calcium carbonate<br />
(PCC) yang sangat penting dalam produksi<br />
kertas dalam industri sebagai filler atau coated<br />
agent.<br />
Dengan menggunakan teknik (metode)<br />
pengendapan (precipitation) dapat dihasilkan<br />
bermacam-macam jenis kristal PCC yang<br />
berbeda-beda. Teknologi ini berperan untuk<br />
mengontrol ukuran, bentuk (morphology),<br />
karakteristik permukaan (area permukaan dan<br />
sifat kimiawi) kristal serta mengontrol<br />
komposisi dan karakteristik dasar kimia yang<br />
dimiliki kristal dalam proses pembuatan kertas.<br />
Produk yang sangat didambakan oleh<br />
mesin pembuat kertas (paling tidak saat ini)<br />
adalah suatu produk yang sangat khusus yang<br />
disebut MEGAFIL. Produk PCC ini unjuk<br />
kerjanya sangat baik pada mesin kertas karena<br />
merupakan suatu filler yang sangat baik. Ini<br />
berarti bahwa mesin pembuat kertas dapat lebih<br />
banyak lagi menambahkan produk ini ke dalam<br />
kertas yang dihasilkan, sehingga<br />
memungkinkan mengurangi penggunaan bubur<br />
kayu (yang jauh lebih mahal) sementara kualitas<br />
kertas tetap dipertahankan baik.<br />
BAHAN DAN METODE<br />
Alat dan Bahan<br />
Alat<br />
Oven, Vorteks, Autoklaf, Coulter<br />
Counter, Inkubator, Fermentor, Hot Plate.<br />
Bahan<br />
PCC 70% (Precipitated Calcium<br />
Carbonat) diperoleh dari industri kertas PT.
Pengaruh penambahan biotrol 120 ke dalam precipitated calcium carbonat<br />
(Ribu Surbakti)<br />
Indah Kiat Pulp and Paper Corporation –<br />
Perawang – Pekan Baru, Biotrol 120, PCA<br />
(Plate Count Agar), NA (Nutrien Agent),<br />
Metanol, TSB (Trypticase Soy Broth) diperoleh<br />
dari E Merck.<br />
Persiapan Media<br />
Media PCA ditimbang sebanyak 20 g,<br />
dilarutkan dalam beaker glass berisi 1 liter<br />
aquadest. Dipanaskan di atas hot plate sampai<br />
larutan mendidih. Lalu dituang ke dalam tabung<br />
reaksi masing-masing 15 ml, ditutup dengan<br />
kapas lalu dibungkus dengan kertas. Kemudian<br />
disterilkan dalam Autoklaf pada suhu 121 o C,<br />
tekanan 1 atm selama 15 menit.<br />
Persiapan Sampel<br />
Sebanyak 1 liter PCC 70% dimasukkan<br />
ke dalam alat fermentor modifikasi, ditambah<br />
Biotrol 120 dengan masing-masing konsentrasi<br />
0.25, 0.30, 0.35, 0.40 dan 0.45%. Pada tiap<br />
perlakuan diaduk dengan stirer dan diinkubasi<br />
selama 7, 14, 21 dan 28 hari.<br />
Penentuan Jumlah Bakteri dengan Metode<br />
Cawan Tuang.<br />
Pada hari ke-7, dari setiap sampel<br />
diambil 1 ml, lalu dibuat pengenceran 10 -1 , 10 -2 ,<br />
10 -3 dan selanjutnya sesuai keperluan.<br />
Kemudian dari tiap pengenceran ditanam ke<br />
media PCA dengan metode Cawan Tuang.<br />
Diinkubasi dan dihitung jumlah bakteri pada<br />
tiap pengenceran dan dicatat sebagai data. Lalu<br />
pengamatan diteruskan dan dilakukan<br />
penanaman pada media PCA pada hari ke-14,<br />
21 dan 28.<br />
HASIL DAN PEMBAHASAN<br />
Dalam penelitian ini diharapkan<br />
konsentrasi Biotrol 120 yang digunakan sekecil<br />
mungkin dengan daya hambat sebesar mungkin<br />
sehingga dari segi ekonomisnya sangat besar<br />
pengaruhnya bagi industri kertas yang<br />
menggunakan PCC 70% sebagai bahan coating<br />
dalam produksi kertas.<br />
Dari hasil penelitian yang telah<br />
dilakukan, secara umum dapat diketahui bahwa<br />
variasi konsentrasi Biotrol 120 ke dalam<br />
Precipitated Calcium Carbonat (PCC)<br />
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan<br />
bakteri aerob yang berarti.<br />
Tabel 1. Pengaruh penambahan Biotrol 120 ke<br />
dalam Precipitated Calcium Carbonate<br />
(PCC) terhadap pertumbuhan bakteri<br />
aerobik<br />
Konsentrasi<br />
Biotrol 120<br />
(%)<br />
Minggu<br />
I<br />
Jumlah Bakteri (CFU /mL)<br />
Minggu<br />
II<br />
Minggu<br />
III<br />
Minggu<br />
IV<br />
Total<br />
0.25 80 168 296 196 740<br />
0.30 61 135 250 127 572<br />
0.35 47 50 83 58 238<br />
0.40 25 166 239 159 589<br />
0.45 61 54 117 33 265<br />
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat<br />
diketahui bahwa pada penambahan Biotrol 120<br />
dengan konsentrasi 0.35% ke dalam PCC 70%<br />
diperoleh jumlah total bakteri yang hidup<br />
selama 4 minggu jauh lebih sedikit yaitu<br />
sebanyak 238 (CFU/mL) dibandingkan dengan<br />
konsentrasi yang lain. Semakin lama waktu<br />
inkubasi dari PCC 70% tersebut maka<br />
pertumbuhan bakteri semakin meningkat. Hal<br />
ini disebabkan karena menurunnya daya kerja<br />
antimikrobial yaitu Biotrol 120 dalam<br />
menghambat pertumbuhan bakteri aerobik.<br />
Namun setelah minggu IV pertumbuhan bakteri<br />
aerobik tersebut menurun, hal ini disebabkan<br />
bahan makanan yang tersedia dalam PCC 70%<br />
semakin menurun atau bahkan habis sehingga<br />
tidak cukup bagi pertumbuhan bakteri<br />
selanjutnya.<br />
KESIMPULAN<br />
Konsentrasi Biotrol 120 yang optimal<br />
untuk ditambahkan ke dalam PCC 70% guna<br />
mencegah pertumbuhan bakteri aerobik yang<br />
dapat merusak mutu dari PCC 70% tersebut<br />
sebagai bahan coating untuk pembuatan art<br />
paper adalah pada konsentrasi 0.35% dan<br />
kombinasi perlakuan ulangan yang paling baik<br />
adalah pada Biotrol 120 dengan konsentrasi<br />
0.35% (B3) dengan waktu fermentasi 3 minggu<br />
(L3)<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Bibana W. 1994, “Analisis Mikroba di<br />
Laboratorium”, PT. Raja Grafindo<br />
Persada, Jakarta, Halaman 47 – 57, 67 –<br />
68.<br />
Document. No. 002/MF/20/VII/97, 1997<br />
“Material Safety Data Sheet Biotrol<br />
120”, PT. Mega Formulatama, Pekan<br />
BAru.<br />
Ernest, FM and Harman, SM., 1989.<br />
“Comparison of Several Bases in the<br />
19
Bisulfite Pulping of Wood”, Canada.<br />
Page 110 – 111.<br />
HACH 1998. “World Headquarters” Hach<br />
Company, Loveland, CO 80539 U.S.A.<br />
ICIP, 1998, “Indonesia Cleaner<br />
Industrial Production Program”<br />
Kenji S., Akira Y. 1998, “Applied and<br />
Environmental Microbiology”,<br />
Department of Applied Chemistry,<br />
Faculty of Enginering, The University of<br />
Tokyo, Tokyo 133 – 0032, Japan. Page<br />
3397 – 3402<br />
Nilsson P. and Larsson KO., 1981. “Paper Web<br />
Performance in a Press Nip”, Pulping and<br />
Paper Mag. Of Canada. Page 438.<br />
Norman N. Potter., 1986, “Food Science”,<br />
Fourth Edition, Deperatment of Food<br />
Science Cornell University Ithaca, New<br />
York. Page 157.<br />
Sumber. Initial Training Manual, 1997, “PT.<br />
Indah Kiat Pulp and Paper Corporation”<br />
Revisi Original, Halaman 3.<br />
Sumber. RKI & RPI., 1998 “PT. Inti<br />
Indorayon Utama”<br />
Sumber. Sinar Mas Speciality Minerals 1997,<br />
“PT. Indah Kiat Pulp and Paper<br />
Corporation”, Perawang, Indonesia.<br />
20<br />
.<br />
Jurnal Sains Kimia (Suplemen)<br />
Vol 9, No.3, 2005: 17-19