20.01.2013 Views

Chapter II.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

Chapter II.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

Chapter II.pdf - USU Institutional Repository - Universitas Sumatera ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

2.1. Gagal Ginjal Kronik<br />

2.1.1. Pengertian Gagal Ginjal Kronik<br />

BAB <strong>II</strong><br />

TINJAUAN PUSTAKA<br />

Menurut NKF (National Kidney Foundation, 2002), Penyakit Gagal Ginjal<br />

(PGK) adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai penurunan Laju<br />

Filtrasi Glomerulus (LFG) yang kurang dari 60 ml. PGK merupakan suatu keadaan<br />

klinis kerusakan ginjal yang bersifat progresif dan menetap sehingga ginjal tidak<br />

dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Wilson & Price, 1994).<br />

Gagal ginjal kronik ( menahun ) merupakan kerusakan ginjal yang progresif<br />

dan ireversibel karena suatu penyakit ( Hartono, 2005 ).<br />

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) tidak bisa disembuhkan dan memerlukan<br />

pengobatan dalam jangka waktu lama. Dalam kondisi tersebut diperlukan terapi<br />

pengganti untuk mempertahankan hidup penderita yaitu hemodialisis, peritoneal<br />

dialisis dan transplantasi ginjal.<br />

Dialisis adalah suatu tindakan terapi pengganti yang hanya menggantikan<br />

sebagian fungsi ginjal yaitu fungsi ekskresi untuk membuang zat-zat toksin dari<br />

tubuh (Raharjo, 1992).<br />

2.1.2. Penyebab GGK<br />

Banyak hal yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronik, banyak penyakit<br />

ginjal yang mekanisme patofisiologinya bermacam-macam tapi semuanya<br />

menyebabkan destruksi nefron yang progresif.<br />

6<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Penyebab gagal ginjal kronik di Indonesia semual dilaporkan dengan tiga<br />

penyebab yaitu : glomerulus nefritis (46,6%), sumbatan dan infeksi (40,65%), dan<br />

diabetik nefropati (6,6%) (Sidabutar, 1996).<br />

Bermacam-macam Etiologi<br />

GGK dapat digolongkan sebagai berikut :<br />

1. Penyakit Glomerulus Primer; penyebab terbanyak adalah glomerulus nefritik<br />

kronik.<br />

2. Penyakit tubulus primer; hiperkalemia primer, hipokalemia kronik, keracunan<br />

logam berat seperti tembaga, dan kadmium.<br />

3. Penyakit vaskuler; iskemia ginjal akibat kongenital atau stenosis arteri ginjal,<br />

hipertensi maligna atau hipertensi aksekrasi.<br />

4. Infeksi Pielonefritis kronika terapi (nepropati repluks) inbercolusis.<br />

5. Obstruksi; batu ginjal, fobratis retroperi toneal, pembesaran prostat striktur uretra,<br />

dan tumor.<br />

6. Penyakit Autoimun; lupus eritomatosus sistemik, polior tentisnodosa, sindroma<br />

granulomatesa wegener.<br />

National Kidney Foundation (NKF, 2002), merekomendasikan PGK<br />

berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG dapat dilihat dari tabel 2.1<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Tabel 2.1. Klasifikasi PGK<br />

Stadium 1<br />

Stadium 2<br />

Stadium 3<br />

Stadium 4<br />

Stadium 5<br />

Klasifikasi Penyakit Ginjal Kronik (PGK)<br />

Kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminuria persisten dan LFG yang<br />

masih normal >90ml/menit<br />

Kelainan ginjal dengan albuminuria persisten dan LFG antara 60-89<br />

ml/menit<br />

Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 ml/menit<br />

Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 ml/menit<br />

Kelainan ginjal dengan LFG antara 15 ml/menit<br />

Klasifikasi PGK ini mempunyai konsekwensi terhadap rencana kerja<br />

pengelolaan PGK baik berupa terapi obat-obatan maupun terapi nutrisi. Pada setiap<br />

stadium terjadi perubahan patofisiologi maupun gangguan metabolik. Tujuan<br />

pengelolaan adalah untuk memperlambat prograsifitas penyakit ginjal (Tryani, 2005).<br />

2.2. Penanganan Gagal Ginjal<br />

2.2.1. Diagnosis Gagal Ginjal Kronis<br />

Kita dapat mendiagnosis pasien yang menderita gagal ginjal kronis melalui<br />

gejala klinis seperti berikut (Alatas, 2002) :<br />

1. Gangguan pada sistem gastrointestinal : Anoreksia, nausea, cegukan.<br />

2. Kulit : pucat, ekimosis, urea frost, bekas-bekas garutan karena gatal.<br />

3. Sistem hematologi : berkurangnya produksi eritropoetin, hemolisis, defisiensi<br />

besi.<br />

4. Sistem saraf dan otot.<br />

5. Sistem kardiovaskuler : hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama<br />

jantung.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


6. Sistem endokrin : gangguan seksual, gangguan metabolisme glukosa, lemak dan<br />

vitamin D.<br />

7. Gangguan sistem lain : terdapat pada tulang, asidosis metabolik.<br />

2.2.2. Pemeriksaan yang Diperlukan<br />

Di bawah ini adalah pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk<br />

menegakkan diagnosa penderita gagal ginjal kronis (Alatas, 2002) :<br />

1. Pemeriksaan laboratorium : urine, kreatinin darah, sedimen urin dan elektrolit<br />

serum.<br />

2. Pemeriksaan EKG.<br />

3. Ultrasonograpi (USG).<br />

4. Foto polos abdomen.<br />

5. Pemeriksaan radiologi tulang.<br />

6. Pielografi Intra Vena (PIV).<br />

7. Pemeriksaan Prelografi Retrograd.<br />

8. Pemeriksaan foto dada.<br />

2.2.3. Upaya Pengobatan Penderita GGK<br />

a. Penatalaksanaan Konservatif Gagal Ginjal Progresif (Alatas, 2002)<br />

Diadakan untuk mengendalikan gejala, meminimalkan komplikasi, mencegah<br />

akibat jangka panjang, dan memperlambat insufiensi ginjal, dapat dilakukan dengan<br />

cara:<br />

1. Menjaga tekanan darah dalam batas normal.<br />

2. Minum air putih yang banyak.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


3. Tidak sembarang minum obat dan dalam jangka waktu yang lama.<br />

4. Mematuhi program diet seperti : batasi makanan yang mengandung kalium,<br />

natrium, protein tinggi, garam tinggi, dan kolesterol tinggi.<br />

5. Memakai alat pelindung diri saat bekerja dengan bahan kontaminan.<br />

6. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala terutama fungsi ginjal.<br />

7. Mengurangi stres dan meningkatkan berpikir positif.<br />

8. Meningkatkan aktivitas yang aman.<br />

b. Dialisis<br />

Cara yang umum dilakukan untuk menangani gagal ginjal di Indonesia adalah<br />

dengan menggunakan mesin pencuci darah ( dialiser ) yang berfungsi sebagai ginjal<br />

buatan. Dialisa aadalah suatu proses dimana solut dan air mengalami difusi secara<br />

pasif melalui suatu membrane berpori darisuattu kompartemen cair menuju<br />

kompartemen lainnya ( Poice, 2006 ). Hemodialisis dan dialysis peritoneal<br />

merupakan dua tehnik utama dalam dialysis, dan prinsip dasar kedua teknik itu sama,<br />

difusi solut dan air dari plasma ke larutan dialysis sebagai responden terhadap<br />

perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu ( Burton, 1990 ).<br />

2.3. Zat Gizi pada penderita GGK<br />

Unsur-unsur gizi (nutrient) yang memiliki makna khusus dalam pengobatan<br />

conventional yang dapat digunakan sebagai terapi pendamping sudah harus<br />

dilaksanakan dan memerlukan pemantauan ketat.<br />

1. Cairan dan Natrium<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Gejala pertama pada keadaan gagal ginjal menahun adalah ketidakmampuan<br />

nefron yang masih berfungsi itu untuk meningkatkan filtarat glomelurus secara baik<br />

dan mengatur eksresi natrium kedalam air seni, dengan semakin parahnya kegagalan<br />

ginjal dan menurunnya glomerulus (GFR) hingga 10 % atau kurang dari nilai<br />

normlnya, maka produksi air seni akan menjadi sedikit sehingga masukan air dan<br />

natrium dalam jumlah yang lazim tidak dapat ditolerir. Kebutuhan penderita akan air<br />

dapat ditentukan lewat pengukuran jumlah air seni yang dikeluarkan selama 24 jam<br />

dengan memakai gelas silinder dan ditambah air 500 ml, ini akan menganti jumlah<br />

kehilangan air yang hilang dari dalam tubuh (volume urine + 500 ml).<br />

2. Natrium<br />

Natrium perlu dibatasi karena natrium diperlukan di dalam tubuh walaupun faal<br />

ginjal sudah menurun. Hal ini penting bila terdapat hipertensi, edema dan bendungan<br />

paru- paru. Parameter yang digunakan untuk menilai kecukupan natrium adalah berat<br />

badan, kadar Na urine, serum dan laju filtrasi glomerulus. Pemberian natrium harus<br />

diberikan dalam jumlah maksimal yang dapat ditolerir dengan tujuan untuk<br />

mempertahankan volume cairan ekstraseluler terkendalinya asupan natrium yang<br />

ditandai nya terkontrolnya tekanan darah dan pembengkakan (oedema).<br />

3. Protein<br />

Asupan protein disesuaikan dengan derajat ganguan fungsi ginjal/ laju filtrasi<br />

glomerulus kurang dari 25%, berdasarkan berbagai hasil- hasil penelitian di dapatkan<br />

bahwa pada GGK di perlukan peranan asupan protein sampai 0,5-0,6 gr/kg BB/hari,<br />

rata- rata 0,5 gr / kg BB/ hari agar tercapai keseimbangan metabolisme protein yang<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


optimal. Dari protein 0,5 gr/kg BB/hari ini hendaknya diusahakan sekurang-<br />

kurangnya 60% atau 0,35 gr/kg BB/ hari berupa protein dengan nilai biologik tinggi.<br />

Protein dengan nilai biologik tinggi adalah protein dengan susunan asam amino yang<br />

menyerupai aturan amino essensial dan pada umumnya berasal dari protein hewani<br />

(susu, telur, ikan, unggas, daging tidak berlemak).<br />

4. Kalium<br />

Kalium jarang meningkat pada GGK, bila terjadi hiperkalemia maka biasanya<br />

berkaitan dengan oliguri ( berkurangnya volume urine/, keadaan metabolic, obat-<br />

obatan yang mengandung kalium. Kadar kalium dalam dalam serum harus dijaga<br />

dalam suatu kisaran yang sempit yaitu 3,5 hingga 5 Eq/I untuk mencegah timbulnya<br />

kegawatan jantung karena hiperkalmia.<br />

5. Kalori/ Energi<br />

a. Asupan Energi<br />

Kebanyakan penderita GGK menunjukkan kurang gizi, hal ini disebabkan<br />

oleh berbagai factor metabolisme dan kurangnya asupan kalori. Kalori cukup tinggi<br />

di hasilkan dari sumber karbohidrat dan lemak merupakan hal yang penting bagi<br />

penderita kronik pembatasan masukan protein yang diperlukan untuk memperbaiki<br />

keseimbangan nitrogen, guna mencegah oksidasi protein. Untuk memproduksi energi<br />

disarankan masukan kalori paling sedikit 35kkal/kg BB/hari, kebutuhan asupan kalori<br />

penderita GGK yang stabil adalah 35 kkal/kg BB/hari<br />

b. Kebutuhan kalori harus dipenuhi guna mencegah terjadinya pembakaran<br />

protein tubuh dan merangsang pengeluaran insulin.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


6. Lemak<br />

Lemak terbatas, diutamakan pengguna lemak tak jenuh ganda. Lemak normal<br />

untuk pasien dialisis 15-30 % dari kebutuhan energi total.<br />

7. Vitamin<br />

Defisiensi asam folat, piridoksin dan vitamin C dapat terjadi sehingga perlu<br />

suplemen vitamin tersebut. diantaranya vitamin larut lemak, kadar vitamin A<br />

meningkat sehingga harus dihindari pemberian vitamin A pada GGK. Vitamin E<br />

dan K tidak membutuhkan suplemen tasi.<br />

2.4. Diet Penyakit Ginjal Kronik<br />

2.4.1. Tujuan Diet Penyakit Ginjal Kronik<br />

Tujuan diet penyakit ginjal kronik adalah untuk:<br />

1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa<br />

fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.<br />

2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia).<br />

3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.<br />

4. Mencegah atau mengurangi progresifitas gagal ginjal, dengan memperlambat<br />

turunnya laju filtrasi glomerulus (Almatsier, 2006).<br />

Pada penderita GGK sering terjadi mual, muntah, anoreksia, dan gangguan<br />

lain yang menyebabkan asupan gizi tidak adekuat/tidak mencukupi.<br />

2.4.2 Syarat Pemberian Diet pada Gagal Ginjal Kronik<br />

Syarat pemberian diet pada gagal ginjal kronik adalah (Almatsier 2006):<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB.<br />

2. Protein rendah, yaitu 0,6 – 0,75 gr/kg BB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi.<br />

3. Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan total energi, diutamakan lemak tidak<br />

jenuh ganda.<br />

4. Karbohidrat cukup, yaitu : kebutuhan energi total dikurangi yang berasal dari<br />

protein dan lemak.<br />

5. Natrium dibatsi apabila ada hipertensi, edema, acites, oliguria, atau anuria,<br />

banyak natrium yang diberikan antara 1-3 g.<br />

6. Kalium dibatasi (60-70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq),<br />

oliguria, atau anuria.<br />

7. Cairan dibatasi yaitu sebanyak jumlah urine sehari ditambah dengan pengeluaran<br />

cairan melalui keringat dan pernapasan (±500 ml).<br />

8. Vitamin cukup, bila perlu berikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C,<br />

vitamin D.<br />

Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu :<br />

1. Diet Protein Rendah I : 30 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan<br />

50 kg.<br />

2. Diet Protein Rendah <strong>II</strong> : 35 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan<br />

60 kg.<br />

3. Diet Protein Rendah <strong>II</strong>I : 40 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat<br />

badan 65 kg.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat bergantung pada<br />

keadaan dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat lebih<br />

tinggi atau lebih rendah daripada standar. Untuk protein dapat ditingkatkan dengan<br />

memberikan asam amino esensial murni.<br />

2.5. Pola Konsumsi Makanan Penderita Gagal Ginjal Yang Menjalani<br />

Hemodialisa<br />

Pola konsumsi makanan merupakan gambaran mengenai jumlah jenis dan<br />

frekuensi bahan makanan yang dikonsumsi seseorang sehari-hari dan merupakan ciri<br />

khas pada suatu kelompok masyarakat tertentu. Konsumsi pangan merupakan faktor<br />

utama untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang (Harper, 1985). Sedangkan menurut<br />

Suharjo (1996), pola konsumsi pangan adalah cara seseorang atau sekelompok orang<br />

dalam memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis,<br />

kebudayaan, dan sosial.<br />

Pengaturan diet atau makanan pada gagal ginjal sangat berpengaruh bagi<br />

penyakit ginjal.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Tabel 2.5. Susunan Bahan Makanan Sehari untuk Gagal Ginjal Yang<br />

Menjalani Hemodialisis Menurut Standart Poli Gizi Dr. Pringadi<br />

Medan<br />

Waktu Bahan Makanan Berat URT<br />

Beras 75 gr 1 gelas tim<br />

Telur 50 gr 1 butir<br />

Mezena 20 gr 4 sdm<br />

Pagi<br />

Sayuran 50 gr ¾ gelas<br />

Gula Pasir 20 gr 2 sdm<br />

Minyak 10 gr 1 sdm<br />

Tepung Susu Whole 10 gr 2 sdm<br />

Pukul Maizena 10 gr 2 sdm<br />

10.00 wib Gula Pasir 20 gr 2 sdm<br />

Minyak 10 gr 1 sdm<br />

Beras 75 gr 1 gelas tim<br />

Daging 25 gr 1 potong kecil<br />

Telur 25 gr ½ butir<br />

Siang<br />

Sayuran 75 gr ¾ gelas<br />

Buah 100 gr 1 potong pepaya<br />

Minyak 10 gr 1 sdm<br />

Gula Pasir 10 gr 1 sdm<br />

Maezena 10 gr 2 sdm<br />

Pukul 16.00 wib Gula pasir 20 gr 2 sdm<br />

Minyak 10 gr 1 sdm<br />

Beras 75 gr 1 gelas tim<br />

Daging 25 gr 1 potong kecil<br />

Sore<br />

Telur<br />

Sayuran<br />

25 gr<br />

75 gr<br />

1/2 butir<br />

3/4 gelas<br />

Buah 100 gr 1 potong papaya<br />

Minyak 10 gr 1 sdm<br />

Gula pasir 10 gr 1 sdm<br />

Pukul 21.00 wib<br />

Tepung Susu Whole<br />

Gula Pasir<br />

20 gr<br />

20 gr<br />

4 sdm<br />

4 sdm<br />

Sumber : Poli Gizi RSUD. dr. Pirngadi Medan 2009 .<br />

Dimana: Energi : 2000 kal; Protein : 40 gr; Diet rendah protein : Rendah Garam<br />

16<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


Contoh Menu :<br />

Diet Rendah Protein Rendah garam<br />

Pagi Siang Malam<br />

< 10.00 wib 10.00 wib < 1600 wib 16.00 wib < 20.00 wib 20.00 wib<br />

Nasi Kue talam Nasi Agar-agar Nasi Susu<br />

Telur ceplok Teh manis Ikan panggang The manis Daging bistik<br />

Tumis labu<br />

siam Ca. sayur Sup sayur<br />

Susu Pepaya Pepaya<br />

Teh manis Teh manis<br />

Sumber : Poli Gizi RSUD. dr. Pirngadi Medan 2009 .<br />

Pada Penderita ginjal kronik hemodialisa demikian kompleks, dengan<br />

mengatur asupan energi, protein, dan beberapa mineral seperti kalium, natrium, dan<br />

air. Pengaturan diit sukar dipatuhi oleh pasien sehingga memberikan dampak<br />

terhadap status gizi dan kualitas hidup penderita (Sidabutar, 1992).<br />

Ahmad Sapri (2004), melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang<br />

mempengaruhi kepatuhan dalam mengurangi asupan cairan pada penderita GGK<br />

yang menjalani HD di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Hasilnya<br />

menunjukkan 67,3% penderita yang patuh dan 32,7% penderita yang tidak patuh<br />

dalam mengurangi asupan cairan. Hal tersebut antara lain faktor keterlibatan tenaga<br />

kesehatan yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam mengurangi asupan<br />

cairan, lama menjalani HD lebih dari 1 tahun pda penderita yang patuh lebih besar.<br />

Dari penelitian yang telah dilakukan Saragih (2005) tentang hubungan<br />

pemberian diet rendah protein terhadap perkembangan kadar ureum dan kreatinin<br />

darah penderita GGK di RSU dr.Pirngadi Medan menunjukkan adanya<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


kecenderungan penurunan kadar ureum dan kadar kreatinin dari pemberian diet<br />

rendah protein.<br />

Tabel 2.3. Daftar Kadar Natrium dan Kalium Bahan Makanan (mg/100 g’<br />

Bahan Makanan) menurut Almatsier (2006)<br />

I. Sumber Karbohidrat<br />

Bahan Makanan Natrium Kalium Bahan Makanan Natrium Kalium<br />

Beras giling<br />

Beras ½ giling<br />

Beras ketan<br />

Beras merah<br />

Bihun<br />

Biskuit<br />

Havermout<br />

Jagung kuning<br />

Kentang<br />

Krekers (soda)<br />

Krekers graham<br />

Kue-kue<br />

Makaroni<br />

Misoa<br />

5<br />

5<br />

5<br />

2<br />

13<br />

500<br />

5<br />

5<br />

7<br />

110<br />

710<br />

250<br />

3<br />

1<br />

100<br />

303<br />

282<br />

282<br />

195<br />

195<br />

200<br />

400<br />

260<br />

396<br />

120<br />

330<br />

132<br />

96<br />

Roti bakar<br />

Roti coklat<br />

Roti coklat tak<br />

bergaram<br />

Roti kismis<br />

Roti putih<br />

Roti putih tak bergaram<br />

Roti susu<br />

Singkong<br />

Teping kedelai<br />

Tepung tapioka<br />

Tepung terigu<br />

Ubi kuning<br />

Ubi putih<br />

Vermiseli<br />

700<br />

500<br />

10<br />

300<br />

530<br />

3<br />

500<br />

3<br />

11<br />

5<br />

2<br />

36<br />

30<br />

3<br />

150<br />

200<br />

200<br />

91<br />

94<br />

150<br />

394<br />

926<br />

400<br />

400<br />

150<br />

304<br />

210<br />

130<br />

<strong>II</strong>. Sumber Protein Hewani<br />

Bahan Makanan Natrium Kalium Bahan Makanan Natrium Kalium<br />

Ayam<br />

Corned beef<br />

Daging anak sapi<br />

Daging babi<br />

Daging bebek<br />

Daging domba<br />

Daging kelinci<br />

Daging sapi<br />

Ekor sapi<br />

Ginjal<br />

Ham<br />

Hati babi<br />

Hati sapi<br />

Ikan<br />

Ikan mas<br />

Ikan sardin<br />

100<br />

1250<br />

100<br />

30<br />

200<br />

100<br />

50<br />

93<br />

73<br />

200<br />

1250<br />

150<br />

110<br />

100<br />

-<br />

131<br />

350<br />

100<br />

250<br />

210<br />

300<br />

350<br />

350<br />

498<br />

159<br />

300<br />

350<br />

350<br />

213<br />

300<br />

335<br />

501<br />

Ikan tongkol<br />

Kantong perut<br />

sapi/babat<br />

Keju<br />

Lidah<br />

Merah telur ayam<br />

Merah telur bebek<br />

Paru-paru sapi<br />

Putih telur ayam<br />

Putih telur bebek<br />

Sosis<br />

Telur ayam<br />

Telur bebek<br />

Udang<br />

Usus besar<br />

Usus halus<br />

180<br />

57<br />

1250<br />

100<br />

128<br />

125<br />

190<br />

215<br />

2281<br />

000<br />

158<br />

191<br />

185<br />

84<br />

123<br />

470<br />

158<br />

100<br />

250<br />

169<br />

106<br />

136<br />

172<br />

158<br />

250<br />

176<br />

258<br />

333<br />

177<br />

213<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


<strong>II</strong>I. Sumber Protein Nabati<br />

Bahan Makanan Natrium Kalium Bahan Makanan Natrium Kalium<br />

Kacang hijau<br />

Kacang kedelai<br />

Kacang kedelai<br />

Kuning<br />

Kacang kedelai<br />

hitam<br />

Kacang mete<br />

Kacang merah<br />

IV. Sayuran<br />

6<br />

-<br />

-<br />

-<br />

26<br />

19<br />

1132<br />

1504<br />

1504<br />

410<br />

420<br />

1151<br />

Kacang tanah<br />

Kecap<br />

Keju kacang tanah<br />

Tahu<br />

Tempe<br />

4<br />

4000<br />

607<br />

12<br />

-<br />

421<br />

500<br />

670<br />

151<br />

-<br />

Bahan Makanan Natrium Kalium Bahan Makanan Natrium Kalium<br />

Andewi<br />

Bayam<br />

Bawang merah<br />

Bawang putih<br />

Bit<br />

Daun pepaya<br />

muda<br />

Kacang buncis<br />

Kacang kapri<br />

(biji)<br />

Kapri<br />

Kembang kol<br />

V. Buah-buahan<br />

14<br />

4<br />

9<br />

18<br />

36<br />

16<br />

18<br />

11<br />

1<br />

20<br />

294<br />

416<br />

166<br />

373<br />

330<br />

652<br />

295<br />

295<br />

370<br />

349<br />

Ketimun<br />

Kol<br />

Peterseli<br />

Petsay<br />

Prei<br />

Selada<br />

Seledri batang<br />

Seledri daun<br />

Tomat<br />

Sortel<br />

5,3<br />

10<br />

28<br />

22<br />

5<br />

15<br />

75<br />

96<br />

4<br />

70<br />

122<br />

238<br />

900<br />

279<br />

316<br />

203<br />

350<br />

326<br />

235<br />

245<br />

Bahan Makanan Natrium Kalium Bahan Makanan Natrium Kalium<br />

Apokat<br />

Anggur<br />

Apel hijau<br />

Apel merah<br />

Arbei<br />

Belimbing<br />

Duku<br />

2<br />

6<br />

2<br />

3,8<br />

1<br />

4<br />

1<br />

278<br />

111<br />

130<br />

203<br />

193<br />

130<br />

232<br />

Jeruk manis<br />

Jeruk<br />

Nenas<br />

Pepaya<br />

Pisang<br />

Sari apel<br />

Sawo<br />

4<br />

2<br />

2<br />

4<br />

18<br />

1<br />

3<br />

137<br />

162<br />

125<br />

221<br />

435<br />

95<br />

181<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


VI. Susu<br />

Bahan Makanan Natrium Kalium Bahan Makanan Natrium Kalium<br />

Cokelat susu<br />

Es krim<br />

Susu<br />

Susu asam bubuk<br />

Susu kambing<br />

Susu kental manis<br />

V<strong>II</strong>. Lemak<br />

100<br />

100<br />

50<br />

600<br />

50<br />

150<br />

500<br />

90<br />

150<br />

1800<br />

200<br />

320<br />

Susu kental tak bergula<br />

Susuh penuh cair<br />

Susu penuh bubuk<br />

Susu skim cair<br />

Susu skim bubuk<br />

Yoghurt<br />

140<br />

36<br />

380<br />

38<br />

470<br />

175<br />

303<br />

150<br />

1200<br />

149<br />

1500<br />

200<br />

Bahan Makanan Natrium Kalium Bahan Makanan Natrium Kalium<br />

Kelapa<br />

Lemak babi<br />

Margarin<br />

V<strong>II</strong>. Lain-lain<br />

7<br />

1500<br />

987<br />

555<br />

250<br />

23<br />

Margarin tak bergaram<br />

Mentega<br />

Santan<br />

15<br />

987<br />

4<br />

10<br />

15<br />

324<br />

Bahan Makanan Natrium Kalium Bahan Makanan Natrium Kalium<br />

Bit (4% alcohol)<br />

Boulin blok<br />

Bubuk coklat<br />

Cokelat pahit<br />

Garam<br />

Gula merah<br />

Gula putih<br />

8<br />

5000<br />

500<br />

4<br />

38758<br />

24<br />

0,3<br />

46<br />

100<br />

1000<br />

830<br />

4<br />

230<br />

0,5<br />

2.5.1 Pencegahan Penyakit Gagal Ginjal<br />

Hagelslag<br />

Jam<br />

Kopi<br />

Madu<br />

Teh<br />

Tomato ketchup<br />

25<br />

15<br />

0,03<br />

60<br />

10<br />

2100<br />

300<br />

75<br />

16<br />

210<br />

1800<br />

800<br />

Salah satu penyebab kerusakan ginjal adalah penyakit batu ginjal dan saluran<br />

kemih (GSK). Kelainan ini bukanlah sesuatu yang baru tetapi sudah ada sejak<br />

berabad-abad yang lalu. Penyelidikan tentang penyebab dan pengobatan penyakit<br />

batu GSK sudah mencapai banyak kemajuan selama 2 dekade ini, dimana :<br />

a. 95% pasien baik sudah dapat dideteksi penyebabnya.<br />

b. Sebagian besar pasien batu dapat dicegah kekambuhannya.<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara


c. Pengambilan batu makin kurang invasive : tindakan-tindakan bedah atau tindakan-<br />

tindakan yang memakai alat yang dimasukkan ke dalam tubuh).<br />

Salah satu pencegahan dari gagal ginjal ini adalah dengan makanan dan<br />

anjuran diet sebagai upaya timbulnya batu di kemudian hari.<br />

2.6. Kerangka Konsep Penelitian<br />

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini,<br />

maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan :<br />

Pola Makan :<br />

- Jenis<br />

- Jumlah<br />

- Frekuensi<br />

Jumlah Asupan Gizi :<br />

- Energi<br />

- Protein<br />

- Natrium (Na)*<br />

- Kalium (K)*<br />

- Air<br />

Keterangan : * = Didasarkan pada mengonsumsi atau tidak mengonsumsi sayuran dan<br />

buah sumber natrium dan kalium, bahan makanan tidak<br />

menggunakan garam dapur.<br />

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Kaitan antara Pola Makan dan<br />

Penyakit Gagal Ginjal<br />

Skema di atas menunjukkan pola makan dilihat jenis, jumlah, dan frekuensi<br />

makanan yang dikonsumsi setiap hari dapat diketahui jumlah asupan gizinya yang<br />

terdiri dari energi, protein, natrium, kalium, dan air pada gagal ginjal.<br />

Penderita<br />

Gagal Ginjal<br />

<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!