29.09.2020 Views

Analisis Protein

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Maria Fransisca Sumual

6. ANALISIS KADAR PROTEIN


Pengantar

• Protein: Polimer asam amino

• Jumlah dan jenis asam amino

• Protein penting sebagai:

Sumber asam amino esensial (lysin, tryptophan,

metionin, leusin, isoleusin dan valin)

Struktur utama komponen makanan -- tekstur

Sumber energ


• Isolat protein sifat fungsional pada makanan

(tekstur, stabilitas emulsi dll) digunakan dalam

pembentukan gel, emulsifier, pembentukan busa

dan pengental

• Protein sebagai enzim menyebabkan reaksi

yang diinginkan maupun yg tidak diinginkan

Food analyst tertarik untuk mengetahui konsentrasi

total, jenis, struktur molekul dan sifat fungsional

protein dalam makanan


METODE KJELDAHL

• Dikembangkan oleh Johann Kjeldahl pada tahun

1883

• Prinsip: makanan yang dihancurkan dengan asam

kuat akan menghasilkan Nitrogen titrasi

• Kadar protein dihitung dari konsentrasi nitrogen

dalam makanan

• Faktor konversi 6.25 (setara dgn 0.16 g nitrogen per

gram protein)

• Faktor konversi berbeda untuk protein yang berbeda

komposisi as. Amino

• 3 tahap utama: destruksi, distilasi, titrasi (DDT)


Prinsip analisis:

1. Destruksi

• Sampel ditimbang dalam tabung destruksi

• Asam sulfat pekat sebagai agen pengoksidasi

• Natrium sulfat (anhydrous) untuk

meningkatkan titik didih percepat reaksi

• Cu, Se, Titanium, atau Hg sebagai katalis

percepat reaksi

• Nitrogen diubah menjadi gas amonia

• Bahan organik lain diubah menjadi CO 2 dan

H 2 O


• Gas amonia tinggal dalam larutan asam dlm

bentuk ion amonium (NH 4+ ) yang terikat pada

ion sulfat (SO 4

2-

)

N(makanan) (NH 4 ) 2 SO 4 (1)


Prinsip analisis:

2. Distilasi

• Hasil destruksi dinetralkan dengan

menambahkan NaOH (basa)

• Amonium sulfat gas amonia

(NH 4 ) 2 SO 4 + 2 NaOH 2NH 3 + 2H 2 O + Na 2 SO 4 (2)

• Gas amonia ditangkap oleh larutan asam borat

(konsentrasi berlebih, pH rendah) ion

amonium dan ion borat

NH 3 + H 3 BO 3 NH 4

+

+ H 2 BO 3

-

(3)

gas amonia + as. Borat ion amonium + ion borat


Prinsip analisis: 3. Titrasi

• Titrasi amonium borat dengan standard as.

Sulfat atau as. Hidroklorat (H 2 SO 4 atau HCl)

dengan indikator untuk menentukan titik

akhir reaksi

H 2 BO 3

-

+ H + H 3 BO 3 (4)

• Konsentrasi ion H (mol) yg dibutuhkan untuk

mencapai titik akhir reaksi = konsentrasi N yg

terdapat dalam sampel (persamaan 3)


Perhitungan: m mg sampel

dititrasi dgn x N HCl

% N = (A – B) x N HCl x 14,007 x 100

m mg sampel

Ket. :

A = vol (ml) HCL sampel

B = vol (ml)HCl blanko

% Protein = % N x faktor konversi


• Sample kosong (blanko) dikerjakan bersama

untuk mengeliminasi residu N yg mungkin

terdapat dalam reagen

• Kadar protein dihitung sbb:

%Protein = F x %N


Keuntungan dan Kerugian

• Keuntungan.

Metode Kjeldahl merupakan metode standar dengan

tingkat ketepatan tinggi dan dapat diulang sebagai

metode utama untuk estimasi protein dalam

makanan.

• Kerugian.

Tidak mengukur protein yg sebenarnya (hanya

mengukur N yg tidak semuanya berasal dari protein)

butuh faktor konversi berbeda untuk protein

berbeda.

As. Sulfat pekat pada suhu tinggi dan katalis sangat

berbahaya.

Teknik analisis membutuhkan waktu panjang


METODE DUMAS

• Sampel dipanaskan pada suhu 900 o C dalam

keadaan beroksigen CO 2 , H 2 O and N 2 .

• CO 2 dan H 2 O (gas) ditangkap oleh kolom khusus

• Kadar nitrogen diukur dgn menggunakan kolom

dengan detektor konduksi panas pada ujungnya

(Kolom memisahkan N dari CO 2 dan H 2 ).

• Perlu dikalibrasi menggunakan bahan dengan

konsentrasi N yg diketahui , contoh EDTA (=

9.59%N).

• Faktor konversi digunakan seperti pada metode

Kjeldahl.


Keuntungan dan Kerugian

• Keuntungan:

Lebih cepat daripada metode Kjeldahl (< 4 menit : 1 – 2

jam).

Tidak menggunakan bahan kimia atau katalis berbahaya.

Banyak sampel dapat dianalisis secara otomatis.

Mudah dilakukan

• Kerugian:

Biaya awal tinggi

Tidak mengukur protein sebenarnya

Membutuhkan faktor konversi yg berbeda

Sampel yg digunakan terlalu sedikit tidak representatif.


Metode UV-visible spectroscopy

• Perlu kurva standar untuk kalibrasi absorbansi

(atau turbiditas) vs konsentrasi protein

menggunakan larutan protein pada konsentrasi

seri yang berbeda, diukur pada panjang

gelombang yg sama.

• Konsentrasi protein ditentukan menggunakan

kurva standar

• Perbedaan disebabkan oleh gugus kimia yg

menyebabkan absorpsi atau pembiasan radiasi

(ikatan peptida, gugus samping aromatik, gugus

dasar, dan agregat protein).


Pengukuran langsung

λ = 280 nm

• Kadar triptofan dan tirosin berbagai jenis

protein konstan

• Keuntungan: sederhana, non destruktif, tidak

butuh reagen khusus

• Kerugian: asam nukleat juga terukur pada

panjang gelombang yang sama

• Modifikasi: menggunakan 2 panjang

gelombang berbeda sebagai koreksi


Metode Biuret

• Prinsip: Warna ungu terbentuk jika ion Cupri (Cu 2+ )

berinterkasi dengan ikatan peptida dalam kondisi

basa

• Reagen Biuret dicampur dengan larutan protein,

didiamkan selama 15-30 menit, kemudian

absorbansi dibaca pada λ = 540 nm.

• Keuntungan:

tidak ada gangguan dari bahan lain yg terabsorbsi pada

panjang gelombang lebih rendah

Absorbsi karena reaksi pada ikatan peptida tidak perlu

faktor konversi

• Kerugian: Sensitivitas rendah dibandingkan

metode UV-visible yang lain.


Metode Lowry

• Menggunakan reagen Biuret dan reagen Folin-

Ciocalteau phenol yg bereaksi dengan tyrosin

dan tryptophan pada protein.

• Menghasilkan warna kebiruan

• Dibaca antara λ= 500 - 750 nm 500 nm utk

menentukan konsentrasi protein yg tinggi (peak

kecil); 750 nm utk menentukan konsentrasi

protein rendah (peak tinggi).

• Lebih sensitif pada makanan dengan

konsentrasi protein rendah (dibandingkan met.

Biuret)


Metode Pengecatan (Dye binding)

• Pewarna anionik (bermuatan negatif)

dicampurkan pada larutan protein yg bermuatan

positif (<titik isoelektrik)

• Terbentuk endapan berwarna karena adanya

daya elektrostatik antara molekul

• Pewarna yang tidak diikat tetap dalam larutan

• Pewarna anionik diikat pada gugus kation residu

asam amino basa (histidin, arginin dan lisin) dan

pada gugus amino terminal yg bebas


• Jumlah pewarna yg sisa setelah sentrifugasi

ditentukan dengan mengukur absorbansi

• Jumlah protein dalam larutan protein = jumlah

pewarna yang terikat

dye terikat = dye awal - dye bebas


Keuntungan dan Kerugian

• Keuntungan:

Cukup cepat dan mudah dilakukan

Sensitif terhadap konsentrasi protein yg rendah

• Kerugian:

Membutuhkan pengenceran

Membutuhkan preparasi sampel seperti homogenasi,

ekstraksi, sentrifugasi, filtrasi waktu panjang

Kadang sulit untuk menghitung jumlah protein yg

diekstraksi dari makanan tertentu (terutama makanan

yang diproses)

Absorbansi tergantung pada jenis protein yg diuji

karena protein yg berbeda mempunyai sekuens asam

amino yang beda

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!