13.03.2015 Views

The Myth of Maempo Cimande - Pukulan Cimande Pusaka

The Myth of Maempo Cimande - Pukulan Cimande Pusaka

The Myth of Maempo Cimande - Pukulan Cimande Pusaka

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

6. Jangan berbuat zinah<br />

7. Jangan bohong dan licik<br />

8. Jangan mabok-mabokan dan menghisap madat<br />

9. Jangan jahil dan menganiaya sesama mahluk Tuhan<br />

10. Jangan memetik tampa ijin, mengambil tampa minta,<br />

11. Jangan suka iri hati dan dengki<br />

12. Jangan suka tidak membayar hutang<br />

13. Harus sopan santun, rendah hati dan saling harga menghargai diantara sesama manusia.<br />

14. Berguru <strong>Cimande</strong> bukan untuk gagah-gahan , kesombongan dan ugal-ugalan tetapi untuk<br />

mencapai keselamatan dunia dan<br />

akhirat.<br />

Patalekan <strong>Cimande</strong> dijelaskan sedemikian rupa dan diulang-ulang kepada calon murid hingga<br />

murid benar-benar memahaminya dan mematuhinya dengan dipegang tangannya oleh guru<br />

sebagai tanda kesanggupan . Berikutnya guru membacakan do'a tawasul dan meneteskan air<br />

bercampur daun sirih ke mata sang murid (dipeureh) tradisi ini disebut upacara keceran untuk<br />

menajamkan pandangan mata. Pada dasarnya <strong>Cimande</strong> ini berfungsi sebagai media siar agama<br />

Islam oleh karena itu ketaatan kepada Allah dan Rasulnya dengan menjalankan segala<br />

perintahnya dan menjahui larangannya merupakan syariat yang harus ditaati warga <strong>Cimande</strong>.<br />

<strong>Cimande</strong> merupakan pengisi dan pengekang nafsu hewani dan sifat-sifat lain yang dapat<br />

merugikan semua pihak. Hal ini <strong>Cimande</strong> bukan bertujuan untuk menguasai dan berkuasa atas<br />

diri manusia lainnya. Pada hakekatnya Talek <strong>Cimande</strong> adalah roh dari pencaknya, tampa Talek<br />

<strong>Cimande</strong>, pencak <strong>Cimande</strong> ibarat mayat yang menebarkan bau busuk yang menyesakkan.<br />

Semoga informasi ini berfana'at memberi gambaran apa dan bagaimana <strong>Cimande</strong>. Selamat<br />

menjalankan ibadah puasa dan semoga tetap afdol puasanya.<br />

Passage from the book, Learning Silat, page 10, by Mr. R Asikin, Bandung, August 1975 and<br />

authorized by H. Suhari Sapari, <strong>The</strong> General Leader <strong>of</strong> PPSI "<strong>The</strong> Indonesian Self Defense<br />

Association" <strong>of</strong> West Java, and the IPSI, Ikatan Pencak Silat Indonesia<br />

(Original Indonesian text is shown below)<br />

Embah Kahir<br />

He was the master <strong>of</strong> "<strong>Cimande</strong>", clan. He introduced the "<strong>Cimande</strong>" fighting system to the<br />

West Javanese. He called his clan "<strong>Cimande</strong>" for the place where he lived had a river called the<br />

<strong>Cimande</strong> River. He lived in a small village called the "Congreg" near the town <strong>of</strong> Bogor in West<br />

Java, around, 1780.<br />

14 | P a g e

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!