04.09.2015 Views

PERKEMBANGAN OTAK PADA FASE AWAL MASA ANAK - pediatrik

PERKEMBANGAN OTAK PADA FASE AWAL MASA ANAK - pediatrik

PERKEMBANGAN OTAK PADA FASE AWAL MASA ANAK - pediatrik

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

1<br />

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN <strong>PERKEMBANGAN</strong> <strong>OTAK</strong> <strong>ANAK</strong><br />

(AN EFFORTS TO INCREASE CHILD’S BRAIN DEVELOPMENT)<br />

Erny, Darto Saharso<br />

Kelompok Studi Neuro-Developmental<br />

Surabaya<br />

Korespondensi:<br />

Dr Erny SpA<br />

Kantor : Bagian IKA RSAL Dr<br />

Ramelan/FKUHT Surabaya<br />

Jalan : Gadung 1 Surabaya<br />

Telp : 031-8404234<br />

Email : ernyprasetyo65@yahoo.com<br />

Prof dr Darto Saharso SpA(K)<br />

Kantor : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK<br />

Unair / RSUD Dr Soetomo<br />

Jalan : Mayjen Prof Dr Moetopo 6-8<br />

Surabaya<br />

Telp : 031-5501693<br />

Email : darto@<strong>pediatrik</strong>.com<br />

Abstrak :<br />

Kualitas hidup seseorang sangat ditentukan terutama oleh proses perkembangan otak yang dimulai dari konsepsi<br />

hingga usia 3 tahun (Batita). Atas dasar tersebut perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengembangkan potensi anak<br />

dengan meningkatkan pengetahuan mengenai perkembangan otak anak, intervensi gizi pada fase dini perkembangan<br />

otak dan stimulasi positif dengan tujuan untuk meningkatkan kematangan emosional dan intelegensi anak. Seperti<br />

pada semua perkembangan sistim organ, perkembangan otak merupakan hasil dari interaksi yang kompleks antara<br />

kode genetik yang kompleks, nutrisi dan berbagai pengalaman yang dialami anak sebelum dan setelah kelahiran.<br />

Kata kunci : tumbuh kembang otak, anak<br />

Abstract<br />

Quality of live very determined especially by process of brain development started from conception till 3 years of age.<br />

Based on this statement, we must do some efforts to develop the child potency by improving knowledge about brain<br />

development, nutrition interfere especially at early phase of brain development and give positive stimulation with the<br />

goal to increased the emotional maturity and increase the child’s intelligence. Like as all of the other organ’s system,<br />

brain development represent the result from complex interaction among complex genetic code, nutrition and various<br />

natural experiences before and postnatal.<br />

Keywords : brain growth and development, children<br />

I. TAHAPAN-TAHAPAN PERTUMBUHAN DAN <strong>PERKEMBANGAN</strong> <strong>OTAK</strong><br />

Proses perkembangan otak terdiri dari berbagai tahapan yang meliputi induksi neuroektoderm<br />

hingga pembentukan tabung saraf, lipatan cephalic, proliferasi neuron, migrasi, sinaptogenesis<br />

dan pertumbuhan sel-sel penyangga otak


2<br />

Tabel 1. Fase perkembangan otak<br />

3-4 minggu Pembentukan tabung saraf<br />

5-10 minggu Fase prosencephalic, pembentukan hemisfer<br />

8-18 minggu proliferasi neuronal<br />

12-24 minggu Migrasi<br />

>25 minggu Pembentukan sel pendukung<br />

Arborisasi neuron<br />

Sinaptogenesis<br />

Apoptosis<br />

40 minggu Myelinisasi<br />

Neurulisasi Primer dan Sekunder<br />

Neurulisasi adalah fase pembentukan otak dan medula spinalis yang dimulai dari bagian dorsal<br />

embryo. Proses tersebut dibagi menjadi 2 yaitu pembentukan otak dan pembentukan medula<br />

spinalis. 1,3,4,5<br />

Neurulisasi Primer<br />

Neurulisasi primer dimulai dengan terbentuknya tabung saraf pada usia 3-4 minggu<br />

kehamilan. Susunan saraf pusat dibentuk pertama dari bagian dorsal embryo yang mempunyai<br />

bentuk berupa lempeng jaringan yang kemudian mengalami diferensiasi di bagian tengah lapisan<br />

ektoderm. Bagian dasar notochord dan chordal mesoderm akan membentuk lempeng saraf pada<br />

usia kehamilan 18 hari yang dilanjutkan dengan bagian lateral lempeng saraf mengalami<br />

invaginasi dan bagian dorsal menutup hingga membentuk tabung saraf. Selama fase penutupan,<br />

cikal bakal sel neuron mulai diproduksi, dan sel-sel tersebut akan menjadi ganglia radix dorsalis,<br />

ganglia sensoris nervi cranialis, ganglia autonomik, sel Schwann dan sel pia dan arachnoid<br />

(dikenal sebagai malanosit, sel medulla adrenal dan elemen tulang tertentu dari kepala dan<br />

wajah). Tabung saraf akan menjadi susunan saraf pusat. Fusi pertama dari lempeng saraf terjadi<br />

pada bagian medulla bagian bawah pada usia kehamilan 22 hari. Ujung anterior tabung saraf akan<br />

menutup paling lambat pada usia 24 hari kehamilan, dan bagian ujung posterior menutup pada<br />

usia 26 hari kehamilan. Pada bagian posterior, penutupan tabung paling bawah berada pada<br />

ketinggian lumbosacral, dan segmen saraf yang lebih bawah akan dibentuk melalui proses<br />

diferensasi perkembangan selanjutnya. Interaksi antara tabung saraf dengan jaringan mesoderm<br />

sekitarnya akan membentuk dura dan tulang axial misalnya tulang tengkorak dan vertebrae.<br />

Perubahan bentuk lempeng saraf menjadi tabung saraf diatur oleh mekanisme seluler dan<br />

molekuler. Mekanisme seluler yang terpenting adalah fungsi jaringan sitoskeletal mikrotubulus


3<br />

dan mikrofilamen. Dibawah pengaruh kecenderungan pertumbuhan vertikal mikrotubulus, sel-sel<br />

lempeng saraf yang sedang berkembang akan memanjang dan bagian basal akan melebar.<br />

Dibawah pengaruh mikrofilamen, terjadi kecenderungan arah pertumbuhan secara pararel pada<br />

permukaan apikal, bagian apikal sel akan menyempit. Perubahan tersebut akan menekan<br />

permukaan lempeng saraf dan membuat bentukan lipatan saraf yang pada akhirnya akan berubah<br />

menjadi tabung saraf.<br />

Pada mekanisme molekuler, pentingnya peranan permukaan glikoprotein, terutama sel<br />

molekul adesi, yang mempengaruhi identifikasi sel-sel dan menyebabkan terjadinya interaksi<br />

melalui mekanisme adhesi pada matrix ekstraseluler, hal tersebut akan menyebabkan adhesi dari<br />

tepi yang berlawanan dari lipatan saraf.<br />

Neurulisasi sekunder (pembentukan tabung saraf caudal)<br />

Pembentukan tabung saraf bagian caudal misalnya segmen sakral bagian bawah dan<br />

coxygeus, terjadi melalui proses setelah terjadinya proses kanalisasi dan diferensiasi retrogresif.<br />

Kejadian tersebut dikenal dengan neurulisasi tabung saraf sekunder yang terjadi lebih lambat dari<br />

neurulisasi tabung saraf primer dan merupakan hasil perkembangan dari tabung saraf yang<br />

terakhir. Pada usia 28 hingga 32 hari kehamilan, terjadi fusi sel-sel yang belum mengalami<br />

diferensiasi pada bagian kaudal tabung saraf menjadi vakuola. Vacuola-vacuola tersebut akan<br />

menyatu, membesar dan berhubungan dengan kanalis sentralis yang merupakan bagian dari<br />

tabung saraf yang terbentuk dalam proses neurulisasi primer. Proses kanalisasi akan berlanjut<br />

hingga usia 7 minggu kehamilan dan dilanjutkan dengan proses diferensiasi retrogresif. Selama<br />

proses diferensiasi retrogresif sejak usia 7 minggu kehamilan hingga beberapa waktu setelah<br />

lahir, terjadi regresi beberapa massa sel kaudal. Mengingat strukturnya adalah ventrikulus<br />

terminalis, lokasi terutama di konus medularis dan filum terminalis.


4<br />

Gambar 1. fase neurulisasi<br />

Perkembangan prosensefalic<br />

Perkembangan prosensefalic terjadi dari mesoderm prekordal. Waktu puncak adalah<br />

bulan ke dua dan ketiga kehamilan, dengan fase prominen dini pada minggu ke 5 dan 6<br />

kehamilan. Interaksi utama yang terjadi adalah antara mesoderm notokhord-prekhordal dan otak<br />

depan. Interaksi tersebut terjadi didepan ujung rostral embrio; jadi istilah induksi ventral sering<br />

digunakan. Interaksi tersebut mempengaruhi pembentukan permukaan otak depan, adanya<br />

gangguan pada fase perkembangan otak ini sering menyebabkan anomali fasialis. Perkembangan<br />

proensefalon terdiri dari 3 hal yang terjadinya berurutan; pembentukan prosensefalic,<br />

pembentukan celah prosensefalic (cleavage) dan perkembangan garis tengah prosencephalic.<br />

Pembentukan prosencephalic dimulai pada ujung rostral tabung saraf pada akhir bulan pertama<br />

kehamilan dan berlanjut hingga bulan ke dua, segera setelah penutupan bagian anterior tabung<br />

saraf. 4,6 Pembentukan celah prosencephalic mulai aktif terjadi pada minggu ke 5 dan 6 kehamilan<br />

dan meliputi 3 prinsip dasar : (1) horizontal hingga membentuk sepasang vesikel optikus, bulbus<br />

olfaktorius dan tractus (2) transversal untuk memisahkan telecephalon dari diencephalon dan (3)<br />

sagital untuk membentuk bagian dari telencephalon sepasang cerebral hemisphere, ventrikel<br />

lateralis dan basal ganglia. Perkembangan garis tengah prosencephalic terjadi sejak pertengahan<br />

bulan ke 2 kehamilan hingga bulan ke 3 dengan terjadinya penebalan 3 lempeng jaringan yang<br />

penting; dari dorsal ke ventral, merupakan komisura, chiasma dan lempeng hipothalamus.<br />

Dilanjutkan dengan berturut-turut corpus calosum dan septum pelucidum, nervus optikus dan<br />

chiasma dan hipothalamus. Dari bentukan tersebut yang paling menonjol adalah pembentukan


5<br />

corpus calosum yang mulai tampak pada usia 9 minggu; pada usia 12 minggu bentukan corpus<br />

calosum dapat diidentifikasi secara jelas. Dengan pertumbuhan 2 arah yang dimulai dengan<br />

pertemuan genu dan corpus, keseluruhan corpus calosum berkembang (yang pertama genu,<br />

diikuti oleh corpus, splenium dan rostrum) yang sempurna pada usia 20 minggu kehamilan. 7<br />

Perkembangan struktur internal susunan saraf pusat yang kompleks terjadi secara<br />

menakjupkan dan evolusi dimulai setelah bentuk eksternal yang esensial selesai, terdiri dari<br />

proliferasi seluruh komplemen neuron, migrasi neuron menuju tempat yang spesifik di dalam<br />

SSP, proses organisasi untuk menghasilkan sirkuit yang rumit yang berupakan karakteristik otak<br />

manusia dan akhirnya peningkatan kualitas sirkuit dengan pembentukan membran spesifik sistim<br />

neural atau myelin. Peristiwa diatas terjadi mulai dari bulan kedua kehamilan hingga usia dewasa.<br />

Penyimpangan perkembangan neural akan membawa konsekuensi yang penting. 4,6,7<br />

Gambar 2. Usia kehamilan 5-6minggu<br />

Proliferasi neuronal<br />

Hal penting pada fase proliferasi dimulai dari bulan ke 2 dan 4 kehamilan, dengan waktu puncak<br />

secara kuantitatif pada bulan ke 3 dan 4


6<br />

Tabel 2. Proliferasi Neuronal<br />

Periode Puncak<br />

3-4 bulan kehamilan<br />

Peristiwa yang terjadi<br />

Zona Ventrikuler dan subventrikuler merupakan tempat proliferasi<br />

Unit proliferasi diproduksi dengan pembelahan simetris sel stem<br />

Unit proliferasi akan membesar dengan pembelahan asimetris sel stem sebelum fase migrasi<br />

neuronal<br />

Seluruh neuron dan glia dibuat di zona ventrikuler dan subventrikuler yang ada pada<br />

lokasi subependymal disetiap tingkatan perkembangan susunan saraf. Pengetahuan yang sangat<br />

penting sehubungan dengan proliferasi seluler diperoleh dari penelitian mengenai deposisi DNA<br />

otak, dimana DNA merupakan bahan kimia yang berhubungan dengan jumlah sel. Dua fase yang<br />

terjadi pada fase proliferasi adalah: 1. pada usia 2 hingga 4 bulan kehamilan, bersamaan secara<br />

primer dengan proliferasi neuronal dan radial glia secara umum; 2. pada usia 5 bulan kehamilan<br />

hingga >1 tahun post natal, secara primer berkaitan dengan multiplikasi glia. Walaupun<br />

proliferasi neuronal mendominasi fase pertama, pembentukan sebagian sel glia juga sering terjadi<br />

selama periode awal . 4 Proliferasi prekusor glia akan meningkatkan jumlah sel glia secara cepat,<br />

pada akhirnya akan berpengaruh pada proses migrasi neuronal. Tetapi juga dijumpai<br />

pembentukan beberapa neuronal yang terjadi pada usia lebih dari 4 bulan kehamilan, terutama sel<br />

granula cerebelar eksternal. Pada tahap akhir, terjadi proliferasi percabangan vaskuler, sistim<br />

arterial terbentuk lebih dahulu daripada sistim vena, proliferasi tersebut terutama aktif selama<br />

fase proliferasi neuronal. Dimulai dengan terbentuknya pleksus leptomeningeal pembuluh darah;<br />

yang terjadi pada bulan ke 3 kehamilan dengan arah perkembangan secara radial, pada saat<br />

terbentuk tidak bercabang, pada bulan ke 4 kehamilan dan usia selanjutnya akan terbentuk<br />

percabangan arah horisontal. 4,5<br />

Aspek yang mendasar dari proliferasi sel sepanjang dinding tabung saraf dideskripsikan<br />

pertama kali oleh Sauer, 1935. Sel-sel ditepi zona ventrikuler yang menunjukkan aktivitas<br />

replikasi DNA, mengadakan migrasi kearah permukaan lumen dan membagi diri; 2 sel yang<br />

pertama akan migrasi kembali ke tepi zona ventrikuler. Migrasi dari dan kearah yang sama atau<br />

migrasi interkinetik nuklear berulang selama terjadi replikasi DNA dan mitosis sering terjadi di<br />

zona ventrikuler. Pada beberapa bagian otak, sel-sel di zona subventrikuler dapat diidentifikasi.<br />

Sel-sel tersebut membelah tanpa berpindah kembali ke permukaan lumen. Penelitian yang<br />

dilakukan oleh Rakic dkk, zona ventrikuler pertama kali dibentuk pada saat pembentukan neuron<br />

pertama, dan zona subventrikuler merupakan titik awal dari neuron-neuron yang terbentuk


7<br />

selanjutnya dan glia. Pada saat sel dihasilkan dari siktus mitosis dan aktivitas proliferasinya<br />

terhenti, mereka akan mengadakan migrasi masuk ke zona intermediate dalam rangka membentuk<br />

lempeng cortikal. Dapat disimpulkan, pada fase awal proliferasi, sel stem membelah secara<br />

simetris menjadi 2 dengan cara tersebut unit proliferasi sel stem neuronal-glia berkembang.<br />

Proses-proses diatas menentukan jumlah unit proliferasi dalam zona ventrikuler-subventrikuler.<br />

Pada usia kehamilan selanjutnya, jika dibandingkan dengan pertengahan bulan ke dua kehamilan,<br />

jumlah unit proliferasi relatif stabil seperti pada saat sel stem membelah secara asimetris.<br />

Pembelahan secara asimetris menentukan ukuran dari setiap unit proliferasi. Pada fase proliferasi<br />

akan didapatkan perbandingan produksi jumlah sel neronal post mitotik lebih banyak dibanding<br />

dengan sel stem. Rakic menyimpulkan bahwa neuron-neuron yang dihasilkan dari unit proliferasi<br />

mengadakan migrasi bersama dalam lorong untuk membentuk kolumna neuronal korteks cerebri.<br />

Rakic menunjukkan gambaran yang berbeda kinetika proliferasi neuronal pada primata dibanding<br />

dengan spesies dengan neokortikal yang lebih kecil, primata mempunyai durasi siklus sel yang<br />

lebih panjang dan terutama mempunyai periode perkembangan proliferasi neuronal yang lebih<br />

panjang. Hal tersebut karena jumlah unit proliferasi yang dibentuk lebih banyak.<br />

Gambar 3. Usia kehamilan 18 minggu<br />

Migrasi<br />

Migrasi neuronal adalah peristiwa yang terjadi secara berkelanjutan dimana jutaan sel<br />

saraf berpindah dari tempat asal di zona ventrikel-subventrikuler ke tempat yang spesifik di SSP<br />

dan sel-sel tersebut akan menetap sepanjang hidup. Periode puncak migrasi terjadi pada usia 3<br />

hingga 5 bulan kehamilan, walaupun migrasi neuronal sudah dapat dideteksi, pada area tertentu di<br />

cerebrum paling awal terjadi pada bulan ke 2 dan segera setelah bulan ke 5 kehamilan. 8,9


8<br />

Tabel 3 Migrasi Neuronal<br />

Periode puncak<br />

3-5 bulan<br />

Peristiwa utama<br />

Cerebrum<br />

Migrasi radial : korteks cerebri, nuklei profundus<br />

Cerebellum<br />

Migrasi radial : sel purkinje, nukleus dentatus<br />

Migrasi tangensial : eksternal→sel granuler internal<br />

Pengaturan waktu dan arah migrasi yang simultan harus diatur secara ketat, tetapi pemahaman<br />

yang mendalam mengenai mekanisme kontrol migrasi baru saja dapat dijelaskan. 8,10<br />

Dua proses dasar migrasi neuronal<br />

Pola utama migrasi sel primata didefinisikan pertama kali oleh Sidman dan Rakic. Dua<br />

pola dasar migrasi neuronal berupa migrasi kearah radial dan tangensial. Didalam cerebrum,<br />

migrasi radial dari sel-sel yang berasal dari zona ventrikuler dan subventrikuler merupakan<br />

mekanisme utama dalam pembentukan korteks dan struktur nukleus profundus. Didalam<br />

cerebelum, migrasi radial menyebabkan terbentuknya sel purkinje, nukleus dentatus dan nukleus<br />

bagian atas yang lainnya. Migrasi tangensial sel-sel yang berasal dari zona germinal dalam regio<br />

rhombic lip dan migrasi melalui permukaan cerebellum akan membentuk lapisan granular<br />

eksternal. Sel-sel tersebut mengadakan migrasi secara radial kearah dalam dengan tujuan<br />

membentuk lapisan sel granular internal dari korteks cerebellum. Jadi dalam perjalanannya dari<br />

tempat asal sel, sel granuler akan mengalami migrasi baik radial maupun tangensial. 8,11<br />

Migrasi tangensial merupakan perpindahan sel menuju permukaan pial, juga berlangsung<br />

dalam zona ventrikuler dan subventrikel untuk membentu korteks cerebri. Migrasi ke lateral<br />

pararel dengan permukaan pial sering terjadi setelah periode migrasi radial dalam upaya<br />

membentuk kelompok neuronal dalam batang otak dan medula spinalis. 12<br />

Migrasi korteks cerebri<br />

Pada stadium dini, sebelum migrasi sel dapat membentuk lempeng kortikal, sel glia radial<br />

akan menyebar dari permukaan ventrikuler sampai permukaan glia dimana ujung penyebaran<br />

akan membatasi pembentukan membran glia pada permukaan pial. Kelompok sel primitif<br />

pertama akan mengadakan migrasi pertama untuk membentuk bakal lempeng. Lapisan neuron<br />

yang terbentuk sesudahnya terpisah oleh neuron lempeng kortikal yang masuk ke lapisan<br />

superfisial terdekat dengan permukaan pial, dimana akan memproduksi Cajal-Retzius dan<br />

berhubungan dengan neuron-neuron di zona marginal, dan lapisan yang paling dalam, yang akan


9<br />

menjadi neuron subplate. Pembentukan Neuron preplate, Cajal-Retzius dan neuron subplate<br />

merupakan fase yang penting untuk progresi migrasi neuronal. 8<br />

Setelah fase penting pertama penyebaran glial secara radial dan pembentukan preplate<br />

yang merupakan prekusor pembentukan neuron-neuron di zona marginal dan subplate, proses<br />

migrasi neuron untuk membentuk lempeng kortikal dimulai. Diawali dengan sel yang diproduksi<br />

di zona ventrikuler akan bergerak kearah dan kembali (interkinetik nuklear) dan mengadakan<br />

migrasi secara cepat dan bersamaan sepanjang zona intermediate untuk membentuk lempeng<br />

kortikal. Pada stadium selanjutnya, neuron-neuron yang diproduksi di zona subventrikuler akan<br />

bermigrasi kearah zona intermediate tanpa mengadakan hubungan dengan permukaan ventrikuler.<br />

Rakic menunjukkan bahwa sel yang pertama kali bermigrasi akan berada pada posisi terbawah<br />

dalam korteks, sedangkan yang bermigrasi selanjutnya akan berada pada posisi yang lebih atas.<br />

Pada usia kehamilan 20 hingga 24 minggu korteks cerebri sudah mempunyai komplemen neuron<br />

secara penuh. 8<br />

Bagaimana sel yang bermigarsi mengetahui cara untuk mencapai tempatnya masingmasing?<br />

Sel glial radial akan memberi tuntunan untuk migrasi sel neuron yang lebih muda dari<br />

tempat asalnya hingga mencapai lempeng kortikal.<br />

Gambar 4. proses migrasi<br />

Organisasi<br />

Periode organisasi mencapai puncaknya pada bulan ke 5 kehamilan hingga beberapa tahun<br />

setelah lahir. Hal yang didapatkan pada perkembangan utama periode organisasi meliputi : 1.


10<br />

pembentukan dan diferensiasi neuron subplate 2. membentuk bagian tepi yang sesuai,<br />

menentukan arah pengembangan dan melapisi neuron kortikal 3. pengembangan dendrit dan<br />

percabangan axonal 4. pembentukan kontak sinaptik 5. apoptosis dan eliminasi selektif dalam<br />

proses neuronal dan sinaps 6. proliferasi dan diferensiasi glia. 9<br />

Tabel 4 Organisasi<br />

Periode puncak<br />

Bulan ke 5 kehamilan – beberapa tahun setelah lahir<br />

Peristiwa utama<br />

Neuron subplate – pembentukan dan diferensiasi<br />

Laminasi – tepi, arah dan melapisi neuron lempeng kortikal<br />

Pertumbuhan neurit – percabangan dendrit dan axon<br />

Sinaptogenesis<br />

Kematian sel dan eliminasi selektif dari proses neuronal dan dari sinaps<br />

Proliferasi glia dan diferensiasi<br />

Peristiwa-peristiwa dalam organisasi tersebut sangat penting karena sangat berpengaruh dalam<br />

pembentukan jaringan dalam otak dan mempersiapkan fase terakhir yakni myelinisasi.<br />

Neuron subplate<br />

Fungsi neuron subplate dalam proses organisasi cerebral dijelaskan dari penelitian yang<br />

dilakukan oleh Shatz dkk. Sel yang diperlukan untuk membentuk neuron subplate diproduksi di<br />

zona germinative dan mengadakan migrasi ke zona marginal primitif pada usia 7 minggu<br />

kehamilan sebelum terjadi pembentukan dan migrasi neuron-neuron dari lempeng kortikal. Pada<br />

awalnya sel-sel tersebut merupakan bagian dari zona preplate yang memisahkan diri pada usia 10<br />

minggu kehamilan akibat pertumbuhan lempeng kortikal didalam neuron subplate dibawahnya<br />

dan neuron Cajal-Retzius dari zona marginal diatasnya. Neuron subplate secara cepat<br />

mengadakan diferensiasi morfologis dalam bentuk resptor neurotransmiter (GABA, asam amino<br />

eksitatori), neuropeptida dan faktor pertumbuhan (faktor pertumbuhan saraf, neuropeptida<br />

gamma, somatostatin, calbindin). Neuron subplate merupakan pusat pertumbuhan dendrit, sinaps<br />

dan perluasan kolateral axon yang menutupi korteks cerebral, bagian kortikal dan subkortikal<br />

10, 12<br />

lainnya (thalamus, regio kortikal lainnya, corpus callosum)<br />

Fungsi neuron subplate dijabarkan oleh Shatz dkk. Pertama, Neuron subplate akan<br />

mempersiapkan tempat untuk kontak sinaptik dari axon diatasnya yang berasal dari thalamus atau<br />

dan bagian kortikal lainnya. Kedua, Neuron subplate berfungsi untuk menetapkan jaringan<br />

fungsional sinaptik antara aferen dan target kortikal. Jaringan tersebut dapat digunakan pada


11<br />

target neuron kortikal dengan melepaskan neuropeptida atau asam aminoeksitatori pada axon<br />

terminal subplate. Fungsi ketiga akan diarahkan oleh axon subplate yang masuk di cerebral<br />

korteks dari axon ascending kearah target. Tentu saja apabila neuron subplate dieliminasi, serabut<br />

aferent thalamo-cortical yang diperuntukkan untuk cortex yang tidak dapat bergerak ke atas<br />

masuk ke kortex yang tepat dan dan selanjutnya berkembang dalam regio subkortikal. Fungsi<br />

keempat neuron subplate berpengaruh dalam organisasi cerebral kortikal;. Fungsi ke lima<br />

tampaknya dimediasi oleh kolateral axon descending dari neuron subplate; kolateral tersebut<br />

berperan sebagai pendahulu atau penunjuk arah bagi korteks cerebri menuju target subcortikal<br />

misalnya thalamus, corpus calosum, dan tempat-tempat lain dalam korteks. 10<br />

Lapisan neuron subplate pada korteks frontalis mencapai puncaknya pada usia 22 dan 34<br />

minggu kehamilan. Program kematian sel (apoptosis) dari lapisan ini dimulai secara umum pada<br />

bagian akhir trimester ke 3, dan 90% neuron subplate akan menghilang setelah usia 6 bulan post<br />

natal. Terdapat sedikit perbedaan waktu untuk mencapai puncak perkembangan dan regresi<br />

neuron subplate untuk korteks somatosensoris dan visual. Yang jelas, periode saat fungsi neuron<br />

subplate harus dioperasionalkan dalam otak yang sedang berkembang berhubungan secara erat<br />

dengan waktu terjadinya perdarahan periventrikular dan lesi iskemik. Jika lesi tersebut<br />

mengganggu neuron subplate atau kolateral axon ke arah subkortikal atau kortikal, akan terjadi<br />

gangguan fungsi, dan akan berdampak pada perkembangan neuron kortikal dan sistem penting<br />

yang besar. 9,12<br />

Laminasi dan pertumbuhan neurit<br />

Setelah mencapai tepi yang diperlukan, sel neuronal akan menyelubungi neuron kortikal.<br />

Laminasi merupakan bagian akhir proses migarsi neuronal. Laminasi terjadi diantara proses<br />

organisasi kortikal paling awal. Pertumbuhan neurit yang merupakan perkembangan dari dendrit<br />

dan percabangan axon merupakan aktivitas perkembangan yang dominan di dalam korteks<br />

cerebri.<br />

Penelitian awal perkembangan neurit pada korteks cerebri telah dilakukan oleh Conel<br />

lebih dari 6 dekade yang terdahulu, dimana setelah lahir hingga 2 tahun menunjukkan<br />

perkembangan dendrit dan plexus axonal yang sangat progresif, dengan ukuran yang lebih kecil<br />

dan tidak didapatkan peningkatan proporsi dalam jumlah neuron individu. Yang terjadi<br />

bersamaan dengan peningkatan dendrit dan axon adalah elemen sinaptik, perkembangan<br />

neurofibril dan pembesaran retikulum endoplasmik dalam sitoplasma sel. Bahan biokimia yang<br />

berhubungan dengan perubahan tersebut adalah peningkatan jumlah RNA cerebral dan protein<br />

yang berhubungan dengan DNA. Kematangan relatif cepat pada hipokampus, sedangkan di<br />

dalam regio supralimbik akan terjadi proses yang lebih panjang, hal tersebut karena regio tersebut


12<br />

menjadi tempat hubungan yang utama. Perkembangan dendrit pada awalnya terjadi di thalamus<br />

dan batang otak. 10<br />

Perubahan dendrit dapat diperlihatkan pada korteks visual selama trimester III. Terjadi<br />

perkembangan dendrit basalis dan penyebaran secara tangensial dendrit apikal. Perkembangan<br />

dendrit tersebut bersamaan dengan dibentuknya ujung dendrit yang merupakan tempat kontak<br />

sinaps.<br />

Perkembangan diferensiasi dendrit tergantung dari jumlah input aferen dan aktivitas<br />

sinaptik. Jumlah sistim neural yang sedang berkembang sangat penting untuk menciptakan<br />

hubungan antar sel neuron dan merupakan dasar dalam proses organisasi berikutnya. Peran dari<br />

aktivitas fungsional dendrit mempunyai implikasi menentukan efek dari stimulasi lingkungan<br />

selama perkembangan proses organisasi pada masa postnatal. Diferensiasi neuronal utama yang<br />

penting dapat diperlihatkan dalam berbagai faktor-faktor pertumbuhan dan neuropeptida yang<br />

dikeluarkan oleh sel target, atau dikeluarkan sebagai akibat dari hubungan axon terminal.<br />

Peningkatan volume cerebral kortikal terjadi bersamaan dengan perkembangan<br />

perubahan didalam neuron kortikal. Fenomena tersebut terjadi secara cepat pada usia 28-40<br />

minggu setelah konsepsi dan dapat ditunjukkan secara kuantitatif dengan menggunakan MRI<br />

untuk mengukur volume bagian kelabu korteks. 10,12<br />

Perkembangan sinaptik (sinaptogenesis)<br />

Pembentukan sinaps berbeda untuk tiap regio di otak. Jumlah ujung-ujung dendrit yang<br />

merupakan tempat kontak sinaptik, didalam medula retikuler akan meningkat hingga mencapai<br />

puncak pada usia 34-36 minggu kehamilan dan menurun secara cepat setelah lahir. Pada<br />

cerebrum, sinaptik pertama sudah dijumpai pada neuron subplate dan neuron pada zona marginal,<br />

misalnya neuron dari primitif preplate. Pada hipokampus, sinaps didalam regio ini mulai<br />

meningkat pada usia kehamilan 15 dan 16,5 minggu. Penelitian mendapatkan progresi<br />

perkembangan ujung dendrit pada kortex manusia dari bulan ke 5 kehamilan. 8<br />

Tabel 5 Pembentukan sinaps dan eliminasi dalam kortex cerebral manusia<br />

Sinaptik pertama meliputi neuron subplate (misalnya 15-16 minggu fetal hipokampus)<br />

Sinaptogenesis dalam lempeng kortikaal lebih aktif pada masa postnatal<br />

Sebanyak 40% dari sinaps akan tereliminasi pada usia selanjutnya<br />

Pada awalnya dendrit tampak seperti bentukan tipis, hanya memiliki percabangan minimal.<br />

Dalam proses perkembangan selanjutnya terdapat peningkatan jumlah dalam skala besar dengan<br />

peningkatan macam bentuk ujung dendrit. Pada korteks visual, sinaptogenesis akan berjalan cepat


13<br />

antara usia 2 hingga 4 bulan setelah lahir, yang merupakan waktu terpenting untuk<br />

perkembangan fungsi visual. Densitas maksimal dicapai dengan jumlah 40% sinaps. Pada korteks<br />

frontal, perjalanan dari fase pembentukan hingga eliminasi berbeda dari korteks visual; densitas<br />

maksimal akan dicapai pada usia 15 hingga 24 bulan, dan eliminasi sinaps akan mencapai 40%<br />

tetapi membutuhkan waktu eliminasi yang lebih bertahap. Pada korteks prefrontal, eliminasi<br />

sinaps terjadi hingga pertengahan usia dewasa. 7<br />

Pada masa bayi, sel-sel otak (neuron) berhubungan satu dan lainnya dengan perantaraan<br />

50 triliun sinaps, sedangkan pada usia dewasa, densitas sinaps meningkat 10 kali lipat hingga<br />

mencapai jumlah 500 triliun. Pada usia 3 tahun, jumlah hubungan sinaps akan mencapai 1000<br />

triliun, lebih banyak dari jumlah sinaps pada usia dewasa. Jumlah sinaps yang besar tersebut<br />

merupakan hal yang penting untuk menunjang mempertajam kemampuan otak melalui berbagai<br />

pengalaman yang didapatnya.<br />

Faktor-faktor yang menstimulasi pembentukan dan perkembangan sinaps pada otak yang sedang<br />

berkembang adalah pertama, hal-hal yang tidak bergantung dari aktivitas misalnya mekanisme<br />

molekuler yang meliputi penentuan target (targeting), kedua, kejadian yang tergantung dari<br />

aktivitas yang sering terjadi setelah perkembangan reseptor pada neuron target dan pembentukan<br />

aktivitas elektrik. 7,8<br />

Gambar 5. proses sinaptogenesis (dikutip dari : Mauch DH, Nagler K, Schumacher S, Goritz C, Muller EC,<br />

Otto A, et al. CNS Synaptogenesis Promoted by Glia-Deved Cholesterol. Science 2001; 294:1354-57)<br />

Apoptosis dan eliminasi selektif proses neuronal dan sinapsis<br />

Kematian sel dan eliminasi selektif dalam proses neuronal dan sinaps, atau peristiwa<br />

regresi dari perkembangan otak merupakan periode yang sangat penting. Hasil dari penelitian


14<br />

pada berbagai sistim neuronal menunjukkan bahwa setelah pembentukan bahan-bahan neuronal<br />

dengan proses proliferasi dan migrasi yang progresif, kematian sel akan terjadi selanjutnya.<br />

Walaupun terdapat berbagai macam tingkatan diantara regio-regio di otak, dikatakan setengah<br />

dari neuron akan mati sebelum mengalami maturasi. Proses kematian sel diawali dan ditunjang<br />

oleh gen yang spesifik dan produk transkripsi mempunyai kemampuan untuk mengeliminasi<br />

neuron tersebut. Fase akhir yang berurutan dengan kematian sel merupakan masa yang penting<br />

dimana terjadi aktivasi kelompok sistin-protease yang dikenal dengan caspases. Istilah program<br />

kematian sel digunakan untuk menekankan bahwa hal ini merupakan proses perkembangan aktif. 8<br />

Faktor yang mengaktivasi sistim kematian sel tampaknya berhubungan dengan beberapa<br />

cara kompetisi antar neuron hingga dicapai jumlah yang terbatas. Neuron yang hilang tersebut<br />

tampaknya mendukung 2 fungsi utama dalam perkembangan yaitu penambahan jumlah populasi<br />

yang saling berhubungan dari neuron dan eliminasi dari proses atau bahan-bahan yang kurang<br />

baik kualitasnya. Kegagalan kematian sel atau aktivasi yang berlebihan akan menimbulkan<br />

implikasi yang besar untuk perkembangan otak dan fungsi yang terkait.<br />

Proses organisasi neural pada masa mendatang didefinisikan sebagai kejadian regresif<br />

kedua, eliminasi selektif proses neural dan sinapsis. Eliminasi sinaps secara nyata terjadi pada<br />

batang otak yang sedang berkembang dan korteks bayi. Pada usia 3 tahun hingga dekade<br />

berikutnya akan terjadi eliminasi sinaps secara selektif; pada usia 15 tahun, jumlah sinaps akan<br />

menurun hingga setengahnya dan relatif menetap pada usia selanjutnya. Eliminasi sinaps secara<br />

selektif merupakan hal yang esensial untuk membentuk kematangan fungsi otak secara maksimal.<br />

Individu yang memliki sinaps yang berlebihan justru akan mengalami kelainan perilaku atau<br />

kelainan kognisi yang berat. Hal yang serupa, pada penelitian yang dilakukan pada kera<br />

menunjukkan kematangan kemampuan kognisi hanya akan tercapai setelah eliminasi slektif dari<br />

sinaps selesai dilakukan. 8,11<br />

Determinan dari eliminasi selektif proses neuronal dan sinapsis serupa dengan kematian<br />

sel. Aktivasi dari reseptor untuk NMDA tipe glutamat merupakan langkah penting dalam<br />

eliminasi sinaps selama perkembangan, setidaknya dalam cerebelum. Kematian sel dan eliminasi<br />

neuronal dan sinapsis selama periode perkembangan membawa implikasi untuk meningkatkan<br />

kemampuan plastisitas perkembangan otak yang akan menurun jika periode perkembangan otak<br />

telah lengkap. Hal tersebut merupakan kejadian yang bersifat regresif dan berguna jika terjadi<br />

cedera otak dimana proses neuronal dan eliminasi sinaps dapat ditahan jika diperlukan untuk<br />

mempertahankan fungsi. 12


15<br />

Proliferasi dan diferensiasi glia<br />

Proliferasi dan diferensiasi glia merupakan proses yang penting dalam perkembangan<br />

otak; jumlah glia melebihi jumlah neuron dalam SSP. Dalam cerebral korteks manusia, jumlah<br />

glia diperkirakan 1,25 hingga 1 dan merupakan sebagian besar dari tipe sel yang membentuk<br />

bagian putih otak. 1<br />

Tabel 6 Garis keturunan glial dan diferensiasi dalam otak<br />

Gambaran utama<br />

Astrosit dibentuk sebelum oligodendrosit<br />

Glial progenitor merupakan sel-sel ventrikuler-subventrukuler dan glial radial<br />

Proliferasi dari glial progenitor sering terjadi secara lokal (selama dan setelah migrasi) sama<br />

baiknya dengan pada tempat asalnya<br />

Astrosit<br />

Subventrikuler progenitor<br />

Radial glial<br />

Oligodendrosit<br />

Subventrikuler progenitor<br />

Astrosit secara khusus diproduksi sebelum oligodendrosit. Progenitor sel glia merupakan<br />

sel yang berasal dari zona ventrikuler-subventrikuler dan radial glia. Proliferasi glia tidak seperti<br />

neuron, sering bersifat lokal, selama dan setelah migrasi sama baiknya dengan ditempat asalnya.<br />

Radial glia akan memproduksi astrosit dan oligodendrosit. Sel subventrikuler akan menjadi<br />

astrosit dan oligodendrosit. Sel terakhir dari progenitor subventrikuler adalah sel bipotensial<br />

dengan kapasitas mampu berdiferensiasi menjadi sel oligodendroglial atau astrosit. 9<br />

Astrosit berperan sebagai sumber nutrisi yang kompleks dan pendukung dalam<br />

menciptakan keseimbangan neuronal dan didalam reaksi terhadap gangguan metabolik dan<br />

struktural. Astrosit akan mengambil glutamat secara berlebihan dan merubahnya menjadi<br />

glutamin dengan melalui proses yang menggunakan enzym yang spesifik; perpindahan glutamat<br />

dari ruang ekstra sel merupakan hal yang krusial untuk proteksi terhadap cedera eksitotoksik yang<br />

merupakan akibat dari cedera, kejang atau hipoglikemia. Astrosit dibuat di zona germinatif,<br />

setelah migrasi neuron menuju lapisan kortikal bagian dalam, selanjutnya akan mengadakan<br />

migrasi ke korteks superfisial, hal tersebut penting untuk perkembangan normal dari neuron pada<br />

lapisan korteks pada bagian teratas. Proliferasi oligodendroglia dan diferensiasi penting untuk<br />

proses myelinisasi. 11


16<br />

Myelinisasi<br />

Myelinisasi adalah suatu proses pembentukana membran myelin sepanjang axon. Periode<br />

myelinisasi terjadi dalam waktu yang panjang, dimulai pada trimester II dan berlanjut hingga usia<br />

dewasa. Myelinisasi pada belahan otak merupakan proses yang sangat cepat yang terjadi setelah<br />

lahir. Proses myelinisasi dimulai dengan proliferasi oligodendroglia yang akan memanjang sesuai<br />

dengan tepi axon. Membran plasma oligodendroglia akan berubah menjadi membran myelin SSP.<br />

Proses myelinisasi terdiri dari 2 fase: pertama proliferasi oligodendroglia dan diferensiasi, dan<br />

kedua terjadi penumpukan myelin sepanjang axon. 9<br />

Gambar 6. proses myelinisasi (dikutip dari : Weidenheim KM, Kress Y, Epshteyn I, Rashbaum WK,<br />

Lyman WD. Early Myelination in the Human fetal Lumbosacral Spinal Cord: Characterization by Light<br />

and Electron Microscopy. J Neuropathol Exp Neurol 1992; 51:142-9)<br />

Perkembangan oligodendroglia<br />

Perkembangan oligodendroglia terdiri dari 4 stadium dasar, pertama, progenitor<br />

oligodendroglia akan berubah menjadi preoligodendrosit, oligodendrosit imatur lalu menjadi<br />

oligodendrosit matur. Progentor berasal dari zona ventrikuler-subventriculer yang mengalami<br />

proliferasi dan progenitor berupa sel bipolar, yang merupakan sel migrans yang mengalami<br />

mitosis aktif yang dikenal oleh antibodi monoklonal A2B5 dan NG2. Progenitor A2B5<br />

diproduksi pada beberapa bulan terakhir kehamilan dan pada periode postnatal dini. Proses<br />

diferensiasi oligodendroglia menjadi preoligodendrosit, yang merupakan sel multipolar dikenali<br />

oleh antibodi monoklonal untuk sulfatide (O4). Gelombang migrasi sel-sel tersebut secara<br />

anatomi berhubungan dengan periventrikuler yang tampak dengan pemeriksaan MRI pada bayi<br />

prematur. O4 preoligodendrosit kemudian berdiferensiasi menjadi oligodendrosit imatur post<br />

mitotik yang merupakan sel multipolar yang dikenali oleh antibodi monoklonal terhadap<br />

galaktocebroside (O1). Pada trimester ke 3 kehamilan sel-sel tersebut dapat diamati<br />

perkembangannya yang tampak berupa garis tegas yang meluas menyelimuti sepanjang axon.


17<br />

Proses tersebut diikuti dengan diferensiasi menjadi oligodendrosit matur, yang merupakan sel<br />

multipolar dengan membran dan dikenali dengan antibodi untuk myelin basic protein dan protein<br />

proteolipid. 13<br />

Determinan molekuler pada proses ini adalah berbagai faktor pertumbuhan, hormon dan<br />

sitokin. Molekul tersebut termasuk basic fibroblast growth factors (bFGF), neurotropin-3 (NT3),<br />

platelet-derived growth factors (PDGF), insulin-like growth factor (IGF-1), neuregulin, anggota<br />

IL-6 dan hormone tyroid. 9<br />

Program kematian sel merupakan gambaran yang penting dalam perkembangan<br />

oligodendroglia, seperti pada neuron. Data penelitian menunjukkan apoptosis oligodendroglia<br />

mencapai 50% dalam proses perkembangannya. 13,14<br />

Myelinisasi pada regio otak manusia<br />

Myelinisasi dimulai dari sistem saraf perifer, dimana sistim saraf motorik mengalami<br />

myelinisasi sebelum sistim saraf sensoris. Segera kelahiran, myelin tampak pada batang otak dan<br />

cerebelum dimana komponen terbesarnya menyelimuti sistim sensoris dan motoris. Sedangkan<br />

myelinisasi pada SSP mempunyai tendensi untuk mendahulukan sistim saraf motorik. Myelinisasi<br />

pada hemisfer cerebral, terutama pada regio yang mengatur fungsi luhur dan perbedaan sensoris,<br />

sering sudah siap segera setelah lahir dan berlanjut pada dekade berikutnya. 4,5<br />

4 aturan utama yang secara umum mengatur myelinisasi pada manusia : 1. jalur proximal<br />

mengalami myelinisasi sebelum jalur distal 2. jalur saraf sensoris mengalami myelinisasi sebelum<br />

jalur motorik 3. jalur proyeksi mengalami myelinisasi sebelum jalur yang berhubungan dengan<br />

cerebral 4. lokasi sentral cerebral mengalami myelinisasi sebelum ujung cerebral 5. kutub<br />

oksipital mengalami myelinisasi sebelum bagian frontotemporal. Secara umum perubahan cepat<br />

dalam myelinisasi terjadi pada 8 bulan pertama post natal. 5<br />

7 minggu 14 minggu 5 bulan 9 bulan<br />

Gambar 7. Perkembangan otak


18<br />

II. PERANAN GIZI UNTUK MENGOPTIMALKAN <strong>PERKEMBANGAN</strong> <strong>OTAK</strong> BAYI<br />

Gizi yang terdiri dari berbagai komponen primer termasuk didalamnya protein dengan<br />

kandungan asam aminonya, baik yang esensial maupun non-esensial, sumber kalori berupa<br />

karbohidrat ataupun lemak, vitamin, dan mineral merupakan salah satu faktor utama yang<br />

berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan otak. Zat gizi yang dibutuhkan harus tersedia<br />

secara tepat baik kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan gizi pada masa tumbuh-kembang ini<br />

dapat menimbulkan kelainan yang bersifat ireversibel, artinya tidak dapat diperbaiki lagi setelah<br />

masa kritis tersebut teratasi. 14<br />

a. Peran Docosahexaenoic acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA)<br />

Lipida merupakan komponen utama penyusun otak yang terdiri dari kolesterol dan<br />

fosfolipid yang kaya asam lemak rantai panjang. Asam lemak rantai panjang yang paling banyak<br />

didapatkan dalam fosfolipid otak adalah Arachidonic Acid (AA) dan Docosahexaenoic Acid<br />

(DHA). 60% struktur otak terdiri dari lipida. Pada periode tumbuh-kembang otak, kandungan AA<br />

dan DHA meningkat pada membran sel saraf. Dengan adanya fakta ini diduga AA dan DHA<br />

berperan penting dalam proses tumbuh-kembang otak, terutama pada saat otak tumbuh dengan<br />

cepat, yaitu pada trimester ketiga kehamilan hingga usia 2-3 tahun. 16<br />

Dalam jaringan otak, terutama dalam bagian kelabu mempunyai kandungan DHA yang<br />

tinggi dibandingan dengan bagian putih atau myelin. Dalam neuron, AA dan DHA berperan<br />

sebagai bagian struktural non-myelin dari membran neuron, yaitu AA terdistribusi di fosfolipid<br />

membran sekeliling badan sel, sedangkan DHA sangat banyak didapatkan di membran


19<br />

presinaptik. Selama pertumbuhan otak, neuron berdiferensiasi membentuk akson dan dendrit<br />

yang akan diakhiri dengan pertumbuhan growth cones. Proses perpanjangan akson dan<br />

transformasi membutuhkan komposisi asam lemak, khususnya AA dan DHA. 16<br />

Uestad dan Innis (2000) menemukan bahwa DHA berperan pada membran growth cones.<br />

Pada saat cadangan DHA sangat terbatas, membran sel neuron menjadi prioritas utama dalam<br />

perkembangan sel, diikuti perpanjangan akson dan growth cone, pada akhirnya sangat membantu<br />

dalam transfer impuls antar jaringan.. AA dalam membran neuron berperan sebagai modulator<br />

untuk mengontrol pelepasan dan penyerapan kembali neurotransmiter serta transmisi sinaptik.<br />

AA dan DHA berperan penting dalam pengaturan neurotransmiter dalam sistem impuls saraf dan<br />

pertumbuhan neuron khususnya growth cone dan sinaptogenesis. 16,18<br />

Retina mamalia mempunyai DHA dalam konsentrasi tinggi. DHA terdapat pada bagian<br />

luar lapisan fosfolipid sel Rod. DHA diperlukan untuk fungsi normal retina. Fungsi DHA pada<br />

retina berhubungan dengan interaksi protein fotoaktif Rhodopsin dengan DHA. Juga ditemukan<br />

adanya lapisan ganda fosfolipid kaya akan DHA, mempunyai kadar cairan yang tinggi sehingga<br />

mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk berikatan dan meningkatkan permeabilitas,<br />

dimana merupakan karakteristik yang penting dalam fungsi normal sel fotoreseptor. 19<br />

Suplementasi AA dan DHA<br />

Tingginya kebutuhan AA dan DHA untuk tumbuh-kembang otak janin ditunjukkan<br />

dengan peningkatan AA dan DHA pada plasma ibu hamil mencapai 23% s/d 52% selama<br />

kehamilan. Semakin tua usia kehamilan semakin tinggi kadar AA dan DHA pada tali pusat, hal<br />

ini menunjukkan bahwa semakin tua usia janin dalam kandungan semakin tinggi kebutuhan AA<br />

dan DHA. Tingginya kebutuhan janin menuntut suplai dari plasma ibu melalui transfer tali pusat.<br />

Konsentrasi AA dan DHA ibu cenderung menetap sejak usia 26 minggu kehamilan. Tetapi pada<br />

ibu yang tidak mendapat nutrisi yang memadai akan menyebabkan turunnya kadar AA dan DHA<br />

dalam plasma dan dengan sendirinya jumlah yang ditransfer melalui tali pusat juga mengalami<br />

penurunan. Kadar AA dan DHA baru dapat kembali normal setelah 32 minggu pasca kelahiran.<br />

Diperkirakan transfer DHA dari ibu ke janin dapat mencapai 4 g/hari dengan laju aliran darah ke<br />

janin 110 ml/menit/kg berat badan. 20<br />

Houwelingen AC et al (1995) meneliti pengaruh suplementasi minyak ikan pada ibu<br />

hamil terhadap pertumbuhan otak janin. Penelitian dilakukan dengan memberikan 2.7 gram<br />

minyak ikan/hari sejak hamil 30 minggu sampai lahir. Kemudian penelitian tersebut dilanjutkan<br />

dengan meneliti pengaruh pemberian produk pangan kaya asam linoleat (Omega-6) 10 gram/hari<br />

dari umur kehamilan 20 minggu sampai lahir. Hasil kedua penelitian tersebut menunjukan bahwa


20<br />

suplementasi Omega-6 (Linoleic Acid Study) dapat meningkatkan konsentrasi Omega-6 tapi<br />

menurunkan konsentrasi Omega-3. Sebaliknya suplementasi Omega-3 dapat meningkatkan<br />

konsentrasi Omega-3 tapi menurunkan Omega-6. suplementasi long-chain polyunsaturated fatty<br />

acids (LC-PUFA) + ∝-asam linolenik pada ibunya yang sedang hamil akan berpengaruh positip<br />

pada pertumbuhan janin, namun kalau hanya diberikan asam linolenik maka pertumbuhan<br />

lingkaran kepalanya berbanding terbalik, diperkirakan karena dengan hanya pemberian asam<br />

linolenik justru akan menghambat pembentukan DHA yang akhirnya dapat menghambat<br />

pertumbuhan otak. 21<br />

Pentingnya peranan Omega-3/DHA untuk tumbuh-kembang bayi ditunjukkan dengan<br />

kandungan DHA pada ASI (0.2-0.4% asam lemak). Kadar AA dan DHA pada air susu ibu cukup<br />

tinggi, tetapi tidak semua PASI mempunyai kandungan AA dan DHA dalam konsentrasi yang<br />

diperlukan untuk tumbuh kembang otak bayi. Dengan adanya kenyataan bahwa AA dan DHA<br />

merupakan komponen penting dari asam lemak di otak, maka pemberian AA dan DHA pada<br />

formula terutama bagi bayi prematur akan sangat bermanfaat dalam pertumbuhan otaknya.<br />

Kandungan DHA di dalam ASI dipengaruhi oleh kualitas makanan ibu. Pada penelitian<br />

yang membandingkan pengaruh suplementasi DHA pada ibu menyusui dengan 4 perlakuan,<br />

yaitu: pemberian alga, telur omega-3, minyak ikan dan tanpa suplementasi menunjukkan hasil<br />

bahwa suplementasi DHA secara nyata meningkatkan konsentrasi DHA pada plasma ibu, terdapat<br />

hubungan yang bermakna antara konsentrasi DHA plasma ibu dengan konsentrasi DHA pada<br />

ASI, konsentrasi DHA ASI berhubungan erat dengan konsentrasi DHA bayi. 22<br />

Bayi yang mengkonsumsi ASI atau formula yang mengandung AA dan DHA akan<br />

menunjukkan developmental quotient (DQ) yang lebih tinggi, kemampuan memecahkan masalah<br />

yang lebih baik, kadar AA dan DHA di dalam plasma dan fosfolipid eritrosit juga lebih tinggi<br />

tetapi penilaian fungsi kognitif kedua kelompok pada usia 2 tahun tidak menunjukkan perbedaan<br />

23, 24<br />

jika dibandingkan dengan bayi yang mengkonsumsi formula tanpa AA dan DHA.<br />

Penelitian membandingkan bayi ASI dengan bayi susu formula yang diberi linoleic acid<br />

(LNA), setelah 6,5 minggu perlakuan, kandungan DHA pada bayi dengan susu formula nyata<br />

menurun dibanding bayi ASI. DHA-PE (DHA pada Phosphatidylethanolamie) dan DHA-PC<br />

(DHA pada Phosphatidylcholine Erythrocyte) pada bayi yang mendapat ASI meningkat<br />

sedangkan pada bayi yang mendapat formula menurun. Kesimpulan yang diambil dari penelitian<br />

ini adalah LNA bukan sumber terbaik bagi pembentukan DHA. Hal tersebut karena pada bayi<br />

terutama pada usia kurang dari 4 bulan belum dapat merubah LNA menjadi DHA karena<br />

keterbatasan untuk melakukan desaturasi dan elongisasi LNA menjadi DHA (Carlson,1992).<br />

Pedoman suplementasi LC PUFA pada susu formula bayi berdasarkan pada kebutuhan asam<br />

lemak esensial pada bayi prematur 4-5% dari total kalori, sampai 12% atau setara dengan 0,6-0,8


21<br />

g/kg/hari dengan batas tertinggi 1,5 g/kg/hari masih dianggap aman. Dengan komposisi Asam<br />

lemak sebesar 0,5-0,7 g/kg/hari dan 40-60 mg/kg/hari dalam bentuk AA dan n-3 sebesar 70-150<br />

mg/kg/hari, 35-75 mg/kg/hari dalam bentuk DHA dengan perbandingan n-6:n-3 harus dijaga<br />

antara 4:1 – 10:1, sedangkan rasio AA:DHA berkisar antara 1:1 sampai 2:1, Jumlah asam lemak<br />

tidak boleh melebihi 12% dari total energi yang dibutuhan. 27-29<br />

Suplementasi AA dan DHA pada formula bayi lanjutan atau pada makanan perlu<br />

dipertimbangkan masak-masak. karena anak-anak sudah dapat mensintesa AA maupun DHA dari<br />

LC-PUFA sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan pemberian DHA yang berlebihan dapat<br />

menekan proses pembentukan AA, menekan aktifitas ensim siklooksigenase yang memfasilitasi<br />

pembentukan prostaglandin PGH 2 dan PGH 3 dari AA, sehingga dapat menghambat pembentukan<br />

prostaglandin berikut tromboksan dan leukotrin, dan menyebabkan terhambatnya respons<br />

terhadap proses keradangan khususnya pada pelepasan interleukin-1 dan TNF, memanjangnya<br />

masa perdarahan, menurunnya renin yang turut dalam pengontrolan fungsi ginjal. 25-30<br />

Gambar 9. Proses perubahan DHA dan AA (Dikutip dari : Hornstra G. Essential Fatty Acids in Mothers<br />

and their Neonates. Am J Clin Nutr 2000; 71(Suppl):1262s-9s)<br />

b. Zat Besi<br />

Zat besi mempunyai peran yang penting dalam banyak hal. Merupakana nutrient yang<br />

penting dengan batas rasio terapeutik-toksik yang sangat sempit. Baik keadaan defisiensi maupun


22<br />

kelebihan mempunyai potensial besar untuk menimbulkan efek yang sangat berbahaya, meliputi<br />

gangguan pertumbuhan dan perkembangan organ, terutama gangguan neurologis. 31<br />

Sel Oligodendroglia sangat kaya akan zat besi, dimana fungsi oligodendroglia dalam<br />

membentuk selubung myelin di dalam medula spinalis dipengaruhi oleh kadar zat besi di<br />

dalamnya. Kadar zat besi di dalam tubuh sangat tinggi pada awal kelahiran namun akan menurun<br />

dengan drastis sampai usia 2 minggu. Kemudian secara perlahan-lahan akan meningkat kembali<br />

menuju kadar normal dan pada usia 3 minggu kadar zat besi di dalam tubuh mencapai jumlah<br />

50% dari zat besi pada tubuh orang dewasa. 31,32<br />

Zat besi diabsorpsi dari usus halus dan segera berikatan dengan globulin, transferin dan<br />

masuk ke dalam plasma. Besi berikatan lemah dengan molekul globulin dan akibatnya dapat<br />

dilepaskan ke setiap jaringan dalam tubuh. Kelebihan zat besi dalam darah ditimbun dalam sel<br />

hati dan berikatan dengan protein apoferitin untuk membentuk feritin. Zat besi hampir seluruhnya<br />

diabsorpsi dalam usus halus bagian atas terutama duodenum, dan mekanisme absorpsi aktif ini<br />

belum diketahui dengan pasti. 31<br />

Peranan Zat Besi Dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Otak<br />

Transpor zat besi (Fe) dalam metabolis besi di otak dapat melalui dua jalur, yaitu: jalur<br />

transferin dan jalur non-transferin. Jalur Transferin merupakan jalur utama untuk transpor besi<br />

masuk ke membran luminal dari blood brain barrier. Transferin di sintesis di dalam<br />

oligodendrosit atau sel epitel dari pleksus koronoideus. Transferin-Fe ditangkap oleh sel<br />

endothelial melalui reseptor yang disebut apo-transferin. Kemudian Fe lepas dari transferin dan<br />

masuk ke cairan intraseluler, mekanisme pelepasan Fe dari transferin masih belum jelas. Nontranssferin<br />

binding iron merupakan mekanisme yang bertanggung jawab atas tingginya kadar Fe<br />

dalam otak ataupun cairan serebrospinal pada kadar transferin yang rendah. Divalent Metal<br />

Transporter (DMT1) didapatkan pada sel epitel koroid dan berperan didalam transpor Fe ke<br />

dalam otak melalui jalur non-transferin. Disamping DMT1, melanotransferin (p97) yang terdapat<br />

di endotel pembuluh darah otak dan sel mikroglia juga berperan. 33<br />

Metabolisme zat besi dalam otak dimulai pada trimester ke-3 kehamilan. Zat besi ini<br />

didistribusikan pada sel oligodendroglia, globus palidus, substansia nigra, nukleus dentatus.<br />

Implikasi neurologis pada keadaan defisiensi awal adalah pada fetus dan neonatus akan terjadi<br />

penurunan hingga habisnya cadangan besi diotak sebelum eritrosit. Keadaan defisiensi zat besi<br />

antara 6 hingga 24 bulan akan menyebabkan keterlambatan motorik dan kognisi selama masa<br />

defisiensi, keterlambatan kognisi persisten selama 10 hingga 12 tahun setelah kekurangan zat<br />

besi, dan abnormalitas elektrofisiologi yang menggambarkan gangguan myelinasi atau penurunan<br />

efisiensi sinaptik. Populasi yang mempunyai resiko untuk mengalami deisiensi besi akan


23<br />

mempunyai gambaran elektrofisiologi dari gangguan untuk mengingat sesuatu. Derajat kelainan<br />

berhubungan dengan derajat defisiensi. Pada penelitian anatomis, defisiensi besi pada masa<br />

perkembangan otak akan menimbulkan dampak abnormalitas hipokampus dan fungsi striatal<br />

yang akan menyebabkan gangguan perilaku, hypomyelinisasi, gangguan metabolisme monoamin<br />

(dopamin), kelebihan glutamat, gangguan pembentukan dendrit. Dilain sisi, adanya kadar zat besi<br />

yang berlebihan juga membawa dampak neurologis yang berbahaya, memanjangnya keadaan<br />

hipoksia dan iskemia setelah asphyxia atau trauma perfusi, penumpukan besi di otak yang terjadi<br />

setelah terjadinya hipoksemia dan iskemia serta sistim transport zat besi di otak dan intestine akan<br />

rusak dan sangat sulit diatur. Penumpukan zat besi yang berlebihan di dalam otak didapatkan<br />

pada beberapa kelainan degeneratif, seperti Parkinson dan Alzheimer Disease. Peningkatan kadar<br />

zat besi pada Parkinson dan Alzheimer Disease terjadi oleh karena peningkatan dari reseptor besi,<br />

yaitu DMT1 pada Parkinson dan p97 pada Alzheimer Disease. Kadar zat besi yang meningkat di<br />

dalam ganglia basalis terutama pada daerah kauda dan putamen, pada penderita Alzheimer<br />

disease. Penyakit Parkinson disebabkan oleh adanya degenerasi spesifik dopamin otak pada area<br />

kompakta dari substansia nigra, dimana proses degenerasi ini disebabkan oleh adanya akumulasi<br />

32, 34<br />

zat besi di daerah tersebut.


Gambar 10. Fe dan perkembangan otak<br />

24


25<br />

Tabel 7. 12 nutrient yang penting untuk perkembangan otak<br />

Nutrient Fungsi Sumber makanan<br />

Vit A<br />

(beta karoten)<br />

Membantu otak untuk membangun protein<br />

dan DNA<br />

Hati sapi, susu, wortel,<br />

apricot, mangga, telur<br />

Thiamin (B1)<br />

Membantu otak untuk memproses energi<br />

dari glukose dan protein. Membantu<br />

transmisi sistim saraf ke target organ<br />

Hati sapi, nasi, roti, cereal<br />

Riboflavin (B2)<br />

Niacin<br />

Pyridoxin (B6)<br />

Asam folat<br />

Vit C<br />

Fe<br />

Magnesium<br />

Memelihara substansi yang melindungi saraf<br />

dan membantu konduksi untuk penyaluran<br />

impuls saraf dan merupakan energi untuk<br />

otak<br />

Membantu otak untuk memproduksi bahan<br />

kimia dan asam esensial dalam upaya<br />

membentuk protein<br />

Membantu otak untuk memproduksi bahan<br />

kimia dan asam esensial dalam upaya<br />

membentuk protein, berperan dal;am<br />

acetilcholin metabolisme<br />

Membantu membentuk RNA dan DNA,<br />

bagian terpenting dari asam nukleat dan<br />

proses penyimpanan memori jangka pendek<br />

Membantu tubuh untuk memakai protein,<br />

memperbaiki penyerapan Fe yang<br />

dibutuhkan oleh otak<br />

Membantu tubuh mengolah nutrient yang<br />

dibutuhkan untuk aktivitas otak dan<br />

membantu membentuk neurotransmiter dan<br />

DNA<br />

Hati sapi, keju, susu non fat,<br />

nasi, cereal<br />

Salmon, tuna, daging merah,<br />

kacang, nasi, cereal yang<br />

difortifikasi<br />

Ayam, ikan, babi, hati sapi,<br />

almond<br />

Bayam, jus jeruk, apokat,<br />

kacang hijau, hati ayam,<br />

kacang, almond<br />

Jus jeruk, pepaya, strawberi,<br />

brokoli, tomat<br />

Hati sapi, kismis, bayam,<br />

cereal yang difortifikasi<br />

dengan Fe


26<br />

Kalium<br />

Membantu otak untuk mengolah energi dari<br />

nutrient<br />

Cereal, nasi, gandum, almond,<br />

kacang hitam<br />

Seng<br />

Diperlukan untuk menstabilkan kadar<br />

normal neurotransmiter<br />

Apricot, apokat, madu, kiwi,<br />

jeruk, strawberi, kentang,<br />

tomat, sayur<br />

Chromium<br />

Diperlukan dalam setiap reaksi enzym di<br />

dalam otak. Membantu membentuk RNA,<br />

DNA dan protein, membantu menyediakan<br />

energi dari glukose dan protein<br />

Daging merah, hati sapi,<br />

kepiting, kacang kedelai,<br />

cereal<br />

Sialic acid<br />

Penting untuk metabolisme glukosa. Otak<br />

adalah organ yang membutuhkan glukosa<br />

sebagai sumber energi<br />

Daging merah, seluruh cereal,<br />

margarin<br />

Vit E<br />

banyak terkandung di dalam sel<br />

oligodendroglia dan berperan penting dalam<br />

pembentukan membran sel otak.<br />

berperan di dalam pembentukan struktur dan<br />

proses pengantaran sinaps<br />

memperbaiki kemampuan belajar. Carlson,<br />

House (1985)<br />

Choline<br />

proteksi terhadap radikal bebas untuk<br />

menghindari kerusakan otak<br />

membantu proses myelinisasi<br />

Telut, tomat, sayur<br />

untuk pembentukan acetilkolin<br />

memperbaiki daya ingat<br />

Kuning telur, kacang kedelai,<br />

kacang, daging<br />

(Dikutip dari : Lipson E. continuing education module:. Brain Nutrient. New Hope Institute Natural Media,<br />

December 1999)


27<br />

III. PERANAN STIMULASI UNTUK <strong>PERKEMBANGAN</strong> <strong>OTAK</strong> BAYI<br />

Otak bayi memiliki kemampuan yang besar untuk berkembang pesat. Jika anak<br />

mempunyai minat dan mempunyai kesempatan yang cukup untuk bereksperimen mereka akan<br />

belajar hal baru dengan lebih cepat dibanding dengan anak yang lebih besar atau orang dewasa.<br />

Otak berfungsi maksimal dengan menyerap semua informasi dan rangsangan terutama pada usia<br />

3 tahun pertama, proses ini akan berlanjut pada usia-usia berikutnya hingga usia 12 tahun.<br />

Dengan stimulasi yang optimal pada semua panca indera dan diberinya kesempatan anak untuk<br />

bereksplorasi akan menyebabkan optimalisasi pertumbuhan otak apalagi dengan dasar tumbuh<br />

kembang otak pada masa janin yang tidak mengalami interupsi dan dukungan nutrisi yang<br />

memadai. 35<br />

Struktur dan fungsi otak anak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik saja tetapi juga<br />

oleh pengalaman yang dilaluinya. Pada saat faktor genetik membuat program tipe tertentu untuk<br />

menentukan hubungan-hubungan sel saraf, faktor pengalaman juga membuat program dan<br />

membuat program ulangan. Pengaruh relatif dari faktor genetik dan faktor pengalaman dapat<br />

berbeda tergantung dari tipe fungsi yang diprogram, misalnya bagian otak yang pengatur pusat<br />

pernafasan dan detak jantung secara relatif bekerja lebih berat pada saat lahir, sedangkan fungsi<br />

kortikal tertinggi yang mengontrol kedua fungsi tersebut akan berubah dan dimodifikasi sesuai<br />

dengan kebutuhan berdasarkan pengalaman yang didapat oleh individu. Pemahaman yang terbaru<br />

mengenai perkembangan otak menunjukkan bahwa otak manusia bersifat lentur seperti plastik<br />

dan dapat dibentuk dalam perkembangannya dan dipelihara oleh sinaps yang pembentukannya<br />

berdasarkan kebutuhan dan tidak dibatasi oleh hal-hal sebelumnya. 3<br />

Perkembangan dan eliminasi sinaps di otak tergantung dari pengalaman seseorang.<br />

Pengalaman merupakan aktivitas stimulasi pada regio tertentu di otak yang akan memfasilitasi<br />

perkembangan sinaps di regio tersebut, jadi dapat dikatakan sinaps akan terbentuk berdasarkan<br />

kebutuhan. Pada saat sebelum lahir, terjadi pembentukan neuron yang terjadi secara berkelanjutan<br />

dan spontan pada otak yang masih imatur, aktivitas neuron tersebut dikatakan akan menstimulasi<br />

pembentukan sinaps. 3 Hal tersebut menekankan bahwa aktivitas neuron secara spontan akan<br />

mendukung pembentukan sinaps yang proporsional dan hal tersebut dikontrol oleh faktor<br />

genetik.; hal tersebut memastikan bahwa jumlah sinaps yang memadai sudah terbentuk selama<br />

kehamilan dan pada masa dini kehidupan dimana pada saat itu belum banyak terpapar oleh<br />

stimulus eksternal.<br />

Otak janin mempunyai kapabilitas untuk belajar. Pada satu eksperimen di Belfast,<br />

Irlandia Utara, bayi dengan ibu yang rutin mendengar musik selama kehamilan akan memiliki<br />

respon yang sangat baik terhadap musik pada usia beberapa hari setelah lahir. 12 Setelah lahir,<br />

aktivitas neural akan terjadi spontan dan dengan bertambahnya usia, sinaptogenesis yang


28<br />

didukung oleh stimuli eksternal akan meningkat pesat. Respon otak terhadap stimulus eksternal<br />

dikenal sebagai aktivitas neural yang dikendalikan oleh fungsi sensoris. Neuron yang diaktivasi<br />

oleh stimulus tertentu banyak berperan dalam hal menerima, mengolah dan mengeluarkan respon<br />

terhadap stimus tersebut, karena neuron yang diaktivasi tersebut pada saat yang bersamaan akan<br />

berhubungan dengan neuron lainnya maka akan terbentuk suatu jaringan atau sirkuit dalam otak<br />

yang terorganisasi secara baik. 3<br />

Otak anak akan berubah melalui pengalaman yang didapatinya<br />

Pada penelitian neurobiologi dengan hewan coba menemukan jumlah dan macam<br />

stimulasi lingkungan mempunyai dampak pada perkembangan fisik otak. Individu yang<br />

berkembang lebih baik dalam lingkungan yang baik ternyata mempunyai densitas sinaps 30%<br />

lebih banyak pada korteks cerebri dibandingkan dengan yang berada di lingkungan yang kurang<br />

baik. 3 Dampak yang baik berupa peningkatan kemampuan untuk menyelesaikan masalah<br />

berdasarkan stimulus visual yang diterimanya.<br />

Dalam perkembangan sinaps, stimulasi eksternal akan menentukan macam sinaps yang<br />

akan menetap dan tidak akan tereliminasi pada usia 3 tahun. Kitten menyatakan stimulasi visual<br />

yang sangat kurang pada satu mata pada awal kelahiran akan menghilangkan kemampuan visual<br />

pada mata tersebut secara permanen. Dengan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa regio otak<br />

manusia merupakan pusat persepsi visual tidak pernah berkembang karena mata tersebut tidak<br />

pernah digunakan. Dengan alasan yang sama, anak usia kurang dari 18 bulan yang menderita<br />

katarak yang tidak dikoreksi akan kehilangan kemampuan melihat secara bermakna dan bersifat<br />

permanen, dan jangka waktu tidak digunakannya mata berhubungan secara langsung dengan<br />

potensi ketajaman visual pada saat koreksi dilakukan dan saat pengelihatan dipulihkan.<br />

Fakta yang menunjukkan perkembangan sinaps berdasarkan kebutuhan menunjukkan<br />

bahwa otak adalah organ yang adaptif, dimana organisasi fisiknya akan meningkat dengan<br />

stimulasi lingkungan. Pada hal ini dikatakan, pembelajaran merupakan proses dimana otak<br />

manusia akan menunjukkan respon yang adaptif terhadap stimulus lingkungan. Isolasi terhadap<br />

lingkungan yang dikerjakan sejak usia dini mempunyai dampak yang sangat buruk dalam<br />

perkembangan otak anak. Penelitian menunjukkan timbulnya semua gejala gangguan<br />

perkembangan yang berat pada anak yang tinggal dipanti. Anak yang diadopsi pada usia < 6<br />

bulan mempunyai kemampuan untuk mengejar hampir seluruh keterlambatan fisik dan kognisi.<br />

Sedangkan anak yang diadopsi pada usia >6bulan akan menunjukkan keterlambatan kemampuan<br />

untuk mengejar ketinggalannya, mempunyai skoring kognisi yang lebih rendah dan gangguan<br />

perkembangan secara menyeluruh jika dibandingkan dengan anak-anak yang diadopsi pada usia<br />

yang lebih dini. Penelitian tersebut menekankan bahwa otak manusia mempunyai kapasitas yang


29<br />

besar untuk belajar dan pulih tetapi hilangnya interaksi sosial yang berat dapat menyebabkan<br />

konsekusi yang buruk secara permanen untuk anak. 35<br />

Tetapi pemberian stimulasi yang berlebihan juga tidak dianjurkan walaupun dengan<br />

tujuan agar anak akan mempunyai kemampuan otak yang lebih baik. Pada saat ini, tidak ada data<br />

empiris yang mendukung bahwa pemberian stimulasi yang berlebihan pada otak yang sedang<br />

berkembang akan memberi efek yang menguntungkan dalam hal ini adalah pertumbuhan otak<br />

atau hubungan sinaptik.<br />

Waktu pemberian stimulasi<br />

Pada awal kehidupan, regio-regio di otak, terutama yang berhubungan dengan<br />

kemampuan atau perilaku akan berhubungan dengan regio lain. Pada saat lahir, batang otak yang<br />

merupakan bagian yang terletak pada lokasi terendah dari otak merupakan pusat detak jantung<br />

dan pengaturan suhu tubuh akan meningkat dan stabil dalam waktu singkat karena merupakan<br />

bagian terpenting untuk menunjang kehidupan. Sesudah itu, regio lainnya yang berhubungan<br />

dengan kapasitas perkembangan emosional dan motorik sensorik mulai berkembang dengan<br />

dikendalikan oleh pengaruh genetik dan lingkungan. Karena regio-regio di otak berkembang<br />

dalam waktu yang berbeda, stimulasi eksternal akan memfasilitasi perkembangan setiap regio<br />

selama periode perkembangan otak. 1,2 Periode perkembangan otak dibagi menjadi periode<br />

singkat, yang dikenal dengan periode kritis dan periode panjang atau periode sensitif dimana<br />

merupakan waktu dimulainya perkembangan area tertentu diotak, membutuhkan waktu lebih<br />

panjang, bertahap, terjadinya dapat bertahun-tahun.<br />

Selama periode kritis dan periode sensitif, otak lebih lentur, sangat peka dan dapat<br />

menerima pengaruh dari lingkungan. Pada saat tertentu, sinaps yang menetap pada regio tertentu<br />

akan distabilisasi; pada saat itu akan lebih sulit untuk membentuk hubungan baru pada regio<br />

tersebut. Oleh karena itu para ilmuwan percaya bahwa periode kritikal atau sensitif untuk setiap<br />

regio yang sedang berkembang dari otak merupakan kesempatan emas dengan tujuan untuk<br />

meningkatkan pertumbuhan sinap yang dibutuhkan. 3<br />

Sebagian besar penelitian menyatakan pentingnya periode kritikal yang difokuskan pada<br />

perkembangan sensoris (pengelihatan dan pendengaran). Bayi tikus yang terpapar dengan<br />

keadaan stres derajat sedang, misalnya sering dipegang oleh manusia, akan menunjukkan respon<br />

kontrol yang bermakna seperti pada tikus dewasa jika dibandingkan dengan kelompok kontrol<br />

yang tidak menerima perlakuan. Hal tersebut menekankan pentingnya waktu stimulasi dalam<br />

periode kritikal untuk perkembangan dari faktor kontrol neurologis yang efektif terhadap stress<br />

pada tikus.


30<br />

Perkembangan bahasa merupakan salah satu contoh bagaimana periode sensitif<br />

mempengaruhi perkembangan otak. Kapasitas untuk mendengar dan memproduksi semua suarasuara,<br />

atau fonem, digunakan oleh semua manusia sejak lahir. Satu penelitian menemukan bahwa<br />

walaupun bayi bangsa Amerika dan jepang usia 1 bulan dapat membedakan antara suara R dan L,<br />

tetapi bayi jepang tidak dapat membedakan hingga usia 5 bulan. Sebab kapasitas potensial untuk<br />

membedakan dan membuat fonem yang spesifik tidak ada pada bahasa ibu anak yang secara<br />

bertahap akan menurun bersama dengan meningkatnya usia anak, orang dewasa yang berbahasa<br />

jepang akan mengalami kesulitan untuk membedakan suara-suara yang tidak biasa didengar.<br />

Peneliti-peneliti juga mengidentifikasi adanya rentang usia 2 dan 14 tahun untuk dapat meniru<br />

suara dengan bahasa yang baru tanpa aksen. Hal tersebut menunjukkan bahwa orang jepang<br />

dewasa yang berbahasa jepang dapat belajar untuk membedakan huruf L dan R jika mereka<br />

berpartisipasi dalam program yang secara khusus dibuat untuk mereka dengan cara melakukan<br />

program ulang hubungan neural melalui stimulasi intensif dengan penetapan target. Hal tersebut<br />

sulit, tapi bukan mustahil untuk membentuk kemampuan bahasa yang baru pada masa dewasa. 3<br />

Kelenturan otak yang sering terjadi selama periode kritis memungkinkan perkembangan<br />

kemampuan misalnya pengelihatan, pendengaran dan kapasitas bahasa yang dikenal dengan<br />

pengalaman-harapan yang diinginkan. Perkembangan kemampuan sensorimotor tampaknya<br />

hanya membutuhkan stimulasi minimal. Timbulnya masalah kesehatan seperti katarak yang<br />

terjadi selama periopde kritis perkembangan pengelihatan, atau infeksi kronik telinga yang terjadi<br />

selama periode kritis perkembangan pendengaran, akan menyebabkan kegagalan perkembangan<br />

pengelihatan dan pendengaran yang normal. 35<br />

Untuk kemampuan lain, misalnya kemampuan belajar bahasa asing, memperbaiki<br />

perbendaharaan bahasa ibu, atau belajar instrumen musik, merupakan kesempatan yang terbuka<br />

yang secara terperinci dideskriptsikan didalam periode sensitif dan tetap terbuka untuk jangka<br />

waktu yang panjang. Tipe kelenturan otak dikenal sebagai hal yang tergantung dari pengalaman.<br />

Otak akan merespon setiap pengalaman walaupun tidak terjadi setiap hari. 3 Perkembangan otak<br />

merupakan proses dari konsepsi hingga dewasa dan menekankan bahwa bagian terpenting dari<br />

perkembangan otak terjadi pada fase pranatal hingga usia 3 tahun, perkembangan otak merupakan<br />

proses yang terjadi sepanjang hidup yang terutama dipengaruhi oleh pengalaman individu, dan<br />

sinaptogenesis.<br />

Hubungan pengaruh sosial dan fungsi emosional<br />

Para peneliti menjabarkan bagaimana pengalaman yang diterima pada awal kehidupan<br />

secara bermakna mempengaruhi perkembangan fisik otak anak. Bagaimanapun juga kita<br />

mengetahui bahwa pengalaman yang didapatkan oleh anak, sangat berpengaruh pada fungsi sosial


31<br />

dan emosi. Sebagai contoh, salah satu prediktor terbesar dari penilaian hasil akhir fungsi sosial<br />

dan emosional anak adalah hubungan anak dengan pengasuhnya. Hubungan tersebut mulai<br />

terbentuk pada saat anak berusia 6 hingga 18 bulan dan direfleksikan sebagai rasa aman jika anak<br />

berdekatan dengan pengasuhnya. Karena perasaan aman dan nyaman pada pengasuh akan<br />

menghilangkan stress anak, hal tersebut akan membangun kesehatan sosial dan emosional, dan<br />

dapat memberi efek yang positip dalam perkembangan otak anak. 35<br />

Anak-anak belajar untuk mengatur respon emosional terhadap orang lain dan kejadiankejadian<br />

disekelilingnya. Jika hubungan tersebut terjadi secara baik, anak akan belajar untuk<br />

menyerahkan masalahnya pada pengasuh untuk membantu mengatur responnya terhadap situasi<br />

stress dan selanjutnya mulai belajar untuk mengaturnya sendiri. Jika hubungan tidak terasa aman<br />

karena kurang cukup waktu, tidak konsisten atau perilaku pengasuh yang tidak efektif, anak akan<br />

mengalami fase stress yang berkepanjangan dan pada kasus-kasus yang berat, anak akan<br />

mengalami kegagalan perkembangan kemampuan mengatur diri sendiri misalnya sulit tidur<br />

sendiri. Paparan berkepanjangan terhadap hormon stress dapat berdampak pada sinaps di korteks<br />

serebri, dan dapat dimengerti bahwa hal tersebut dapat mengubah struktur fisik otak, jika hal<br />

3, 36<br />

tersebut sering terjadi pada periode kritis perkembangan terutama perkembangan otak.<br />

Sekelompok orang tua yang memiliki anak yang beresiko berada dalam lingkungan yang<br />

tidak aman dan terpaparan dalam waktu yang panjang terhadap stress adalah anak dengan ibu<br />

yang mengalami depresi. 40% dari semua ibu pernah mengalami depresi dalam bentuk yang<br />

ringan sedangkan 10% dalam bentuk sedang hingga berat selama periode dini postpartum.<br />

Walaupun hal tersebut merupakan bentuk exacerbasi akut karena kelahiran bayi, faktor-faktor<br />

lain seperti dukungan sosial, keluarga berperan penting untuk mendukung kapasitas interaksi ibu<br />

dan bayinya. Ibu yang menderita depresi klinik akan mengalami kesulitan berhubungan secara<br />

baik dengan bayinya, sering tidak memperdulikan perkembangan bayi dan sering gagal untuk<br />

menciptakan respon yang adaptif dari tanda-tanda emosional bayi. Penelitian juga menekankan<br />

ibu yang mengalami depresi juga kurang memperhatikan perkembangan anak. Efek dari<br />

perlakuan ibu depresi dapat diamati secara obyektif dari pemeriksaan EEG, yang menunjukkan<br />

peningkatan aktivitas elektrik otak pada lobus frontalis yang diekspresikan sebagai emosi yang<br />

negatif dibandingkan dengan anak dengan ibu yang tidak depresi. Pola peningkatan aktivitas<br />

elektrik di otak menunjukkan adanya usaha untuk mengatur reaksi negatif dari kejadian yang<br />

dialaminya, tetapi usaha tersebut sering gagal, anak dengan ibu depresi sering lebih iritabel dan<br />

tampak sedih dan mudah marah. 35<br />

Bayi dengan ibu depresi juga menunjukkan peningkatan kadar kortisol dalam darah yang<br />

lebih persisten, merupakan hormon yang dikeluarkan dalam keadaan stress dibanding dengan<br />

bayi kontrol. Penelitian lain menunjukkan peningkatan kadar kortisol dihubungkan dengan


32<br />

terjadinya atrofi hipokampus, bagian otak yang mengatur memori dan proses belajar. Kesimpulan<br />

yang diambil dari penelitian ini adalah kurangnya interaksi sosial dan kurangnya stimulasi pada<br />

masa perkembangan otak tidak saja menghilangkan rasa aman tetapi juga akan membuat<br />

gangguan memori dan proses belajar anak dalam jangka waktu yang panjang. Dapat dikatakan<br />

kebutuhan yang diperlukan untuk mengoptimalkan perkembangan otak pada anak terdiri dari 35,36 :<br />

a. Kebutuhan akan rasa aman<br />

Hubungan yang erat dan positif dari orang terdekat akan memenuhi rasa aman yang<br />

sangat dibutuhkan seorang anak. Dengan adanya rasa aman, bayi dapat mulai belajar dengan<br />

melalui sentuhan dan hal-hal yang positif, menerima respon yang konsisten melalui terpenuhinya<br />

kebutuhan akan makanan dan kenyamanan. Kurangnya rasa aman pada masa bayi dapat<br />

berdampak lebih buruk jika dibandingkan dengan kejadian yang dialami oleh anak dan pada usia<br />

yang lebih tua.<br />

b. Kebutuhan akan latihan untuk tumbuh kembang otak<br />

Pengalaman yang nyata dengan melalui rangsangan pada panca indra yang meliputi<br />

kegiatan menyentuh, mengecap, membau, melihat, berbicara dan mendengarkan sangat<br />

dibutuhkan untuk proses tumbuh kembang otak. Dengan stimulasi yang diterimanya, anak akan<br />

berperan dilingkungannya dan mulai mengamati respon yang dihasilkan. Dengan hal tersebut,<br />

fungsi mental, visual, pendengaran, kognisi dan emosional yang berpusat di otak akan terbangun<br />

dan bekerja dalam sistim yang terpadu.<br />

c. Kebutuhan akan percakapan<br />

Dengan banyak mendengar percakapan baik aktif maupun pasif akan merangsang sistim<br />

pendengaran seseorang untuk mulai meniru suara-suara yang pernah didengarnya dan hal tersebut<br />

sangat bermakna dalam perkembangan otak anak. Lingkungan yang banyak menstimulasi anak<br />

dengan mengadakan percakapan akan membuat anak mempunyai kemampuan mengingat kosa<br />

kata lebih banyak dibandingkan dengan anak yang hidup di dalam lingkungan yang bertolak<br />

belakang. Pada usia 4 tahun, pengalaman bahasa sebelumnya akan mempengaruhi kemampuan<br />

untuk mempelajari bahasa yang baru. Rangsangan mendengar seseorang berbicara sudah<br />

diperlukan sejak lahir. Dalam stimulasi bahasa, yang terpenting adalah interaksi bersama dengan<br />

demikian anak akan berpartisipasi secara aktif untuk menciptakan percakapan walaupun masih<br />

dalam bahasa mereka yang kadang tidak dimengerti. Bersama dengan bertambahnya usia, yang<br />

semakin dibutuhkan adalah pembelajaran dengan belajar menceriterakan sesuatu, memperpanjang<br />

percakapan dan mulai belajar bertanya dan memperluas kata-kata.


33<br />

KEPUSTAKAAN<br />

1. Brain Development. Available at: http://faculty.washington.edu/ chudler/dev.html. Accessed 5/11/2003<br />

2. Johnson MH. Functional Brain Development in Humans. Nature 2001; 2:475-83.<br />

3. Halfon N, Schulman E, Hochstein M. Brain development in early childhood. In: Halfon N, Schulman E,<br />

Hochstein M, eds. Building community system for young children, Los Angeles: UCLA centre for healthier<br />

children, families and communities, 2001<br />

4. Gable S, Hunting M. Nature, Nurture and Early Brain Development. Available at:<br />

http://muextension.missouri.edu/explore/hesguide/ humanrel/gh6115.htm. Accessed 6/11/2003.<br />

5. DeBord K. Brain Development. Available at: http://www.ces.ncsu. edu/depts/fcs/human/pubs/brain-nc.html.<br />

Accessed 5/11/2003.<br />

6. Sherwood L. Fisiologi Neuron. In: Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC Penerbit Buku<br />

kedokteran, 1996. 77-96.<br />

7. Guyton AC. Sistem saraf. In: Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, eds 3. Jakarta: EGC Penerbit Buku<br />

kedokteran, 1995. 399-421.<br />

8. Mauch DH, Nagler K, Schumacher S, Goritz C, Muller EC, Otto A, et al. CNS Synaptogenesis Promoted by<br />

Glia-Deved Cholesterol. Science 2001; 294:1354-57.<br />

9. Weidenheim KM, Kress Y, Epshteyn I, Rashbaum WK, Lyman WD. Early Myelination in the Human fetal<br />

Lumbosacral Spinal Cord: Characterization by Light and Electron Microscopy. J Neuropathol Exp Neurol<br />

1992; 51:142-9.<br />

10. Ledesma MD, Brugger B, Bunning C, Wieland FT, Dotti CG. Maturation of the Axonal Plasma Membrane<br />

Requires Upregulation of Sphingomyelin Synthesis and Formation of Protein-lipid Complexes. EMBO J<br />

1999; 18(7):1761-71.<br />

11. Sadler TW. Sistem Saraf Pusat. In: Ronardy DH, ed. Embriologi Kedokteran Langman, eds 7. Jakarta: EGC<br />

Penerbit Buku kedokteran, 1995. 374-85.<br />

12. Dobbing J. The Later Development of the Brain and Its Vulnerability. In: Davis JA. Dobbing J, eds.<br />

Scientific Foundations of Paediatrics. London: William Heinemann Medical Books Ltd,1974. 565-77.<br />

13. Amin SB, Merle KS, Orlando MS, Dalzell LE, Guillet R. Brainstem Maturation in Premature Infants as a<br />

Function of Enteral Feeding Type. Pediatrics 2000; 106(2):318-22.<br />

14. Kinney HC, Brody BA, Kloman AS, Gilles FH. Sequence of Central Nervous System Myelination in Human<br />

Infancy. J Neuropathol Exp Neurol 1988; 47:217-34.<br />

15. Uauy R, Mena P. Lipids and Neurodevelopment. Am J Clin Nutr 2001; 11:34-54<br />

16. Carlson SE. Behavioral Methods Used in the Study of Long-Chain Polyunsaturated Fatty Acid Nutrition in<br />

Primate Infants. Am J Clin Nutr 2000; 71:268-74.<br />

17. Auesta N, Innis SM, Dietary n-3 Fatty Acid Restriction During Gestation in Rats: Neuronal Cell Body and<br />

Growth-Cone Fatty Acids. Am J Clin Nutr 2000; 71(Suppl):312s-4s.<br />

18. Innis AM, Owens SP. Dietary Fatty Acid Composition in Pregnancy Alters Neurite Membrane Fatty Acids<br />

and Dopamine in Newborne Rat Brain. J Nutr 2000; 131:118-22.<br />

19. Lipson E. continuing education module:. Brain Nutrient. New Hope Institute Natural Media, December 1999.<br />

20. Ruyle M, Connor WE, Anderson GJ, Lowenshon RI. Placental Transfer of essential Fatty Acid in Human:<br />

Venous-Arterian Diffr=erence for Docosahexaenoic Acid in Fetal Umbilical Erythrocites. Proc Natl Acad<br />

Sci. 1990; 87:7902-6.<br />

21. Houwelingen AC, Gerard H, Adriana C. Am J Clin Nutr 1995; 71: 1242-7.<br />

22. Otto Sj. Long Chain Poliunsaturated Fatty Acids in Pregnancy. Am J Clin Nutr 1997; 71(Suppl):245s-50s.<br />

23. Uauy R, Mena P, Rojas C. Essential Fatty Acids in Early Life: Structural and Functional Role. Nutr Soc<br />

2000; 59:3-15.<br />

24. Barkhooy P. Fatty Acids are Needed for Brain Growth and Development. Available at:<br />

http://www.chem.csustan.edu/chem4400/ SJBR/polet.pdf Accessed 5/15/2004.<br />

25. Willatts P, Forsyth JS, Modugno M, Varma S, Colvin M. Effect of Long-Chain Polyunsaturated Fatty Acids<br />

in Infant Formula on Problem Solving at 10 Months of Age. Pediatr Res 1998; 352:688-90.<br />

26. Burruchaga SM, Sanz RJI, Zubizarreta PJI, Fernandez BJ, Crespo SP. Double-Blind, Randomized Trial of<br />

Long-Chain Polyunsaturated Fatty Acid Supplementation in Formula Fed to Preterm Infants. An Esp Pediatr<br />

2000; 52:530-6.<br />

27. Hornstra G. Essential Fatty Acids in Mothers and their Neonates. Am J Clin Nutr 2000; 71(Suppl):1262s-9s.<br />

28. Monique DM, Adriana C, Gerard H. Long Chain Poliunsaturated Fatty Acids, Pregnancy and Pregnancy<br />

Outcome. Am J Clin Nutr 2000; 71(Suppl):292s-9s.<br />

29. Kurlak LO, Stephenson TJ. Plausibble Explanation for Effects of Long Chain Polyunsaturated Fatty Acids on<br />

Neonates. Arch Dis Child 1999; 30:148-54.<br />

30. Craig LJ, Maude M, Anderson E, Heird WC. Effect of Docosahexaenoic Acid Suplementation of Lactating<br />

Women on the Fatty Acid Composition of Breast Milk Lipid and Maternal and Infant Plasma Phospholipid.<br />

Am J Clin Nutr 2000; 71(Suppl):292s-9s.<br />

31. Rouault TA. Iron on the Brain. Nature Genet 2001; 28:299-300.


32. Yehuda S, Rabinovitz SS. On the Importance of Brain Iron to the Pregnant Mother and the Infant. Available<br />

at: http://www.danoneinstitute.org/danone_institutes_initiatives/pd/Importanceofbrain Accessed 5/20/2004.<br />

33. Takeda A. Significance of Transferrin in Iron Delivery to the Brain. J Health Sci 2001; 47(6):520-4.<br />

34. Georgieff MK. Perinatal aspect of Iron metabolism. University of Minesota, 2004.<br />

35. Eastman GE, Riley DA. 7 ways to build your baby’s brain power. University of Wisconsin-extension, july,<br />

1999.<br />

36. Building Baby’s Brain: What to Eat When You’re Expecting. Available at:<br />

http://www.fcs.uga.edu/pubs/PDF/FACS01/9 Accessed 5/20/2004.<br />

34

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!