Pembedahan pada anak dengan Diabetes Mellitus Tipe-1
Pembedahan pada anak dengan Diabetes Mellitus Tipe-1
Pembedahan pada anak dengan Diabetes Mellitus Tipe-1
- No tags were found...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>Pembedahan</strong> <strong>pada</strong> <strong>anak</strong> <strong>dengan</strong> <strong>Diabetes</strong> <strong>Mellitus</strong> <strong>Tipe</strong>-1<br />
( Surgery in Children with Type-1 <strong>Diabetes</strong> <strong>Mellitus</strong> )<br />
Netty EP, Muhammad Faizi<br />
Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga<br />
RSUD Dr. Soetomo Surabaya<br />
ABSTRAK<br />
Tindakan pembedahan akan menyebabkan stres <strong>pada</strong> manusia dan keadaan ini akan<br />
mempengaruhi sistem endokrin. Terjadi stimulasi pengeluaran hormon-hormon katabolik seperti<br />
kortisol, glukagon dan katekolamin. Semua keadaan ini akan menyebabkan terjadinya<br />
hiperglikemia dan ketoasidosis, terutama <strong>pada</strong> penderita-penderita DM tipe-1 yang tidak<br />
mempunyai cadangan insulin. Karena itu penderita-penderita DM tipe-1 yang akan menjalani<br />
pemnedahan perlu persiapan khusus serta monitor ketat dari kadar gula darahbaik sebelum,<br />
selama maupun sesudah pembedahan.<br />
Hipoglikemia adalah keadaan yang lebih berbahaya dari<strong>pada</strong> hiperglikemia ringan atau sedang.<br />
Untuk mencegah hal tersebut, maka untuk setiap pemberian insulin yang dibutuhkan penderita<br />
tersebut, harus disertai pemberian glukosa. Protokol managemen tidak diharuskan ke kondisi<br />
normoglikemia atau mendekati normoglikemia, untuk mencegah terjadinya hipoglikemia. Pada<br />
penderita-penderita DM tipe-1 yang akan menjalani pembedahan, harus selalu diingat adanya<br />
beberapa pertimbangan resiko.<br />
ABSTRACT<br />
Any operative procedures constitute a kind of stress for the human organism, among others an<br />
impact on the endocrine system. There is a stimulation of the catabolic hormones as cortisol,<br />
glucagon, catecholamine. All of these may easily give rise to hyperglycemia and ketoacidosis<br />
especially in cases type-1 DM that have no insulin reserves. It is therefore of prime importance<br />
to monitor all the time and periodically the blood glucose of the surgical patients before, during,<br />
and after the operation procedures.<br />
Hypoglycemia is the other major hazard of surgery which is much more dangerous than<br />
mild/moderate hyperglycemia. To prevent hypoglycemia the insulin doses needed should be<br />
administered together with glucose for all grade of surgery as a principle management in<br />
patients type-1 DM. Protocol of management should not aim for normoglycemia or even near<br />
normoglycemia to avoid hypoglycemia. Precautions for surgical treatment on diabetic patient<br />
should always be taken in mind.<br />
Pendahuluan<br />
Diperkirakan lima puluh persen penderita diabetes mellitus pernah mengalami<br />
pembedahan selama masa hidupnya. Pada penderita dewasa, pembedahan biasanya sering<br />
berkaitan <strong>dengan</strong> penyakit diabetes mellitus itu sendiri misalnya pembedahan minor seperti:
insisi dan drainase abses, nekrotomi ganggren, serta segala prosedur pembedahan sebagai<br />
akibat komplikasi mikro atau makro angiopati. Sedangkan <strong>pada</strong> <strong>anak</strong>-<strong>anak</strong> <strong>dengan</strong> diabetes<br />
mellitus, pembedahan biasanya tidak terkait <strong>dengan</strong> penyakit diabetes mellitus itu sendiri,<br />
misalnya: herniotomi, appendiktomi, reposisi fraktur, dan lain-lain (1,2) .<br />
Telah diketahui pula bahwa kontrol glikemik yang baik <strong>pada</strong> penderita diabetes yang<br />
yang mengalami pembedahan akan menurunkan mortalitas dan morbiditasnya (2) . Sedangkan<br />
penderita diabetes <strong>dengan</strong> kadar gula darah yang tidak terkontrol baik akan meningkatkan<br />
morbiditas dan mortalitas paska pembedahan (3) .<br />
Perubahan Metabolik<br />
Proses pembedahan merupakan stres fisik tersendiri yang ditandai proses katabolisme,<br />
peningkatan metabolisme, peningkatan pemecahan protein dan lemak, balans nitrogen negatif,<br />
starvasi, dan intoleransi glukosa. Derajat perubahan metabolik sangat terkait <strong>dengan</strong> prosedur<br />
pembedahannya, lama pembedahan, dan komplikasi yang terjadi. Terjadi juga peningkatan<br />
sekresi hormon-hormon katekolamin, ACTH, kortisol, hormon pertumbuhan ( GH ), dan<br />
glukagon selama operasi sebagai akibat kekacauan metabolisme (1,4) .<br />
Respon stres terhadap pembedahan berupa peningkatan kadar gula darah <strong>pada</strong><br />
penderita non diabetes adalah akibat sekresi dari hormon katabolik dan terdapatnya defisiensi<br />
insulin relatif. Defisiensi relative terjadi akibat kombinasi penurunan sekresi insulin dan<br />
resistensi insulin. Resistensi insulin terjadi akibat meningkatnya sekresi hormon anti insulin (<br />
kortisol, growth hormon, epinefrin, dan katekolamin ) serta tejadinya perubahan <strong>pada</strong> paska<br />
reseptor insulin yang mengakibatkan penurunan transport glukosa transmembran (2,1) .<br />
Jenis anastesi juga mempunyai pengaruh metabolik <strong>pada</strong> penderita non-diabetes.<br />
Anastesi ekstradural dan spinal mempunyai pengaruh yang lebih ringan dibandingkan general.<br />
Obat-obat anastesi seperti eter, chloroform, dan cyclopropane dapat meningkatkan kadar gula<br />
darah, mobilisasi asam lemak, inhibisi sekresi insulin, dan peningkatan sekresi katekolamin dan<br />
ACTH (1) .<br />
Semua efek metabolik pembedahan di atas akan memperberat kondisi <strong>pada</strong> pendeita<br />
diabetes, terutama apa bila terjadi defisiensi insulin endogen ( tipe-1 ). Adanya katabolisme<br />
dapat menyebabkan pelepasan asam lemak, ketogenesis, hiperglikemia, dan bahkan dapat<br />
menyebabkan ketoasidosis. Oleh karena itu tujuan utama dari pengelolaan selama pembedahan<br />
adalah mencegah terjadinya dekompensasi metabolisme bersamaan mencegah terjadinya<br />
hipoglikemia sehingga tercapai kontrol diabetik yang baik selama pembedahan (1,3) .
<strong>Pembedahan</strong> <strong>pada</strong> <strong>anak</strong> <strong>dengan</strong> diabetes mellitus (DM) sebaiknya dilakukan hanya <strong>pada</strong><br />
rumah-sakit yang telah mempunyai fasilitas memadai serta tenaga ahli (ahli endokrinologi <strong>anak</strong>,<br />
ahli bedah, ahli anastesi, dan staf keperawatan) yang cakap dan terlatih untuk mengelola<br />
diabetes mellitus <strong>pada</strong> <strong>anak</strong> (5) .<br />
Managemen Selama <strong>Pembedahan</strong><br />
Tujuan pengelolaan yang harus dicapai adalah (4,6) :<br />
1. Mencegah hipoglikemia selama anastesi.<br />
2. Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan.<br />
3. Mencegah <strong>anak</strong> jatuh kedalam KAD.<br />
4. Mengatasi masalah yang tidak langsung, antara lain: infeksi, kesembuhan luka yang<br />
lama, dan adanya gangguan kardiovaskuler.<br />
Kecuali <strong>pada</strong> <strong>dengan</strong> indikasi mutlak, pembedahan darurat harus dihindarkan atau<br />
ditunda <strong>pada</strong> <strong>anak</strong> dalam kondisi ketoasidosis diabetes (KAD), sampai kondisinya stabil dan<br />
terkontrol. KAD sendiri sering memberikan gambaran klinis menyerupai akut abdomen yang<br />
akan menghilang sendiri <strong>dengan</strong> terapi KAD. Secara umum, apabila pembedahan dapat<br />
ditunda, tundalah sampai penderita stabil dan ketosis sudah terkoreksi <strong>dengan</strong> baik. Sebaiknya<br />
penderita dibawa ke-kamar bedah setelah satus kardiovaskuler sudah stabil dan pH plasma<br />
sudah > 7,2. Pengobatan terhadap KAD-nya diteruskan selama pembedahan (4,5) .<br />
<strong>Pembedahan</strong> terencana hanya dapat dilakukan <strong>pada</strong> penderita (DM) yang sudah dalam<br />
keadaan kontrol metabolik baik. Bila keadaan kontrol glikemik kurang baik atau buruk:<br />
• Sebaiknya penderita dirawat-inapkan 1-3 hari sebelum jadwal operasi untuk pemeriksaan<br />
dan stabilisasi kontrol metaboliknya.<br />
• Jika kontrol metaboliknya masih jelek harus ditunda dan dijadwal ulang.<br />
<strong>Pembedahan</strong> bila mungkin ditunda bila: kadar gula darah puasa > 150 mg/dL, kadar gula 2 jam<br />
PP > 200 mg/, HbA1 > 10% dan HbA1c > 8% (4,5) .<br />
Penjadwalan operasi sedapat mungkin dijadwalkan pagi hari, hal ini untuk<br />
memungkinkan stabilisasi pasca operasi dapat dilakukan saat jam kerja (1,5) .<br />
Pemberian cairan: Sejak <strong>anak</strong> dipuasakan, pemberian cairan intravena sudah harus<br />
dimulai, yang diberikan sebagai cairan rumatan <strong>dengan</strong> menggunakan larutan dextrose 5% (<br />
tabel 1). Sebagai alternatif, kecepatan pemberian cairan adalah 1500 ml/m 2 /24 jam tanpa<br />
memperhatikan umur.
Tabel 1: Cairan rumatan berdasarkan umur (5,7) .<br />
Umur<br />
Jumlah cairan<br />
2 - 6 th 100 ml/kg BB/24 jam<br />
7 - 10 th 80 ml/kg BB/24 jam<br />
> 10 th 60 ml/kg BB/24 jam<br />
Pemberian insulin intravena: Terdapat dua metode pemberian insulin intravena,<br />
yakni pemberian insulin, glukosa dan kalium diberikan dalam botol terpisah, dan cara<br />
pemberian insulin + glukosa dan kalium diberikan dalam satu botol pemberian (3) . Insulin yang<br />
dipergunakan adalah jenis 'short acting' (4,5,6,7) .<br />
Cara terpisah (5)<br />
Pemberian insulin dipisahkan dari cairan rumatan. Insulin diencerkan menggunakan<br />
Normal salin (NaCl 0,9%) <strong>dengan</strong> kekuatan 5 unit dalam 50 ml Normal salin yang ekuivalen<br />
<strong>dengan</strong> 0,1 unit insulin per 1 ml larutan.<br />
Dengan menggunakan syrenge-pump, dosis awal yang diberikan adalah 0,02 unit/kg<br />
BB/jam. Protokol lain yang bisa digunakan adalah <strong>dengan</strong> kecepatan 0,15 unit/gram glukosa<br />
yang diberikan sebagai cairan rumatan. Namun demikian, apapun protokol yang digunakan,<br />
dosis insulin harus selalu disesuaikan <strong>dengan</strong> kebutuhan penderita.<br />
Kadar glukosa darah dipertahankan <strong>pada</strong> 120 -150 g/dL, <strong>dengan</strong> cara mengatur<br />
kecepatan pemberian insulin iv ( menaikan / menurunkan kecepatan )sebesar 10%.<br />
Pemberian insulin iv dipertahankan sampai penderita mulai mendapat makanan peroral<br />
dan insulin subkutan. Insulin iv dihentikan 90 menit setelah pemberian dosis pertama insulin<br />
subkutan.<br />
Cara pemberian bersamaan (6)<br />
<strong>Pembedahan</strong> terencana: Cairan rumatan dextrose 5 % dalam salin 0,45 % ditambah<br />
20 mEq/L potasium klorida diberikan pagi hari menjelang pembedahan. 1 unit regular insulin<br />
ditambahkan kedalam cairan infus untuk setiap pemberian 4 gram glukosa. Kecepatan<br />
pemberian cairan harus disesuaikan <strong>dengan</strong> kebutuhan rumatan ditambah perkiraan kehilangan<br />
cairan selama pembedahan. Pemeriksaan kadar gula darah dilakukan secara berkala baik<br />
sebelum, selama, dan sesudah pembedahan. Kadar gula darah yang diharapkan adalah 120 -
150 mg/; kadar tersebut dapat dicapai <strong>dengan</strong> menyesuaikan kecepatan pemberian infus<br />
(tetesan) glukosa dan elektrolit, atau penambahan insulin. Pemberian 'regimen' tersebut bisa<br />
dihentikan bila penderita mulai sadar dan dapat makan serta minum peroral. Sebelum<br />
pemberian makan biasa dapat diberikan insulin kerja cepat 0,25 U/kg bb setiap 6 jam;<br />
pengaturan dosis harus didasarkan <strong>pada</strong> kadar gula darah atau glukosuria.<br />
Perencanaan untuk pembedahan pendek bisa dilakukan sebagai berikut: <strong>pada</strong> pagi<br />
hari menjelang pembedahan diberikan setengah dosis insulin biasanya secara subkutan, dan<br />
infus yang mengandung glukosa dan elektrolit sebagaimana di atas tanpa pemberian insulin.<br />
Selesai pembedahan, diberikan insulin kerja pendek 0,25 U/kg bb subkutan; selanjutnya setiap<br />
6 jam yang disesuikan <strong>dengan</strong> kadar glukosa darah sampai penderita kembali dapat makan<br />
seperti biasa.<br />
Untuk pembedahan darurat, dapat diberikan infus glukosa 5 - 10 % dalan 0,45 %<br />
salin, 20 mEq/L potassium klorid, dan 1 unit insulin regular untuk setiap 2 - 4 g glukosa. Kadar<br />
gula darah dipertahankan <strong>pada</strong> kisaran 120 - 150 mg/. Keseimbangan cairan dan metabolik<br />
harus dipertahankan selama pembedahan. Setelah pembedahan, bisa dilakukan sesuai protokol<br />
di atas.<br />
Pada pembedahan minor <strong>dengan</strong> anastesi lokal, pemberian insulin serta diet<br />
diberikan seperti biasanya. Jika terdapat muntah, dapat diberikan cairan infus glukosa untuk<br />
menggantikan cairan yang hilang.<br />
Kepustakaan<br />
1. Ellis EN. Management Before and After surgery. In: Travis LB, Brouhard BH, Schreiner<br />
BJ, eds. <strong>Diabetes</strong> <strong>Mellitus</strong> in Children and Adolescents. 29 th Volume. Philadelphia: WB<br />
Saunders Company; 1987: 201-4.<br />
2. McAnulty GR, Robertshaw HJ, Hall GM. Anaesthetic management of patients with<br />
diabetes mellitus. British Journal of Anaesthesia 2000; 85 (1): 80-90.<br />
3. Jack SD, Alberti KG. Management of <strong>Diabetes</strong> <strong>Mellitus</strong> in Surgical Patients. <strong>Diabetes</strong><br />
Spectrum 2002; 15 (1): 44-8.<br />
4. Netty EP. Surgery in Children with Insulin Dependent <strong>Diabetes</strong> <strong>Mellitus</strong> (IDDM). Bulletin<br />
Ilmu Kesehatan Anak 1995; 28 (3): 39-43.<br />
5. Australian Paediatric Endocrine Group. APEG Handbook on Childhood and Adolescent<br />
<strong>Diabetes</strong> –The Management of Insulin-Dependent ( Type 1 ) <strong>Diabetes</strong> <strong>Mellitus</strong> ( IDDM<br />
). Paramatta NSW, Australia: APEG, 1996.
6. Sperling MA. <strong>Diabetes</strong> <strong>Mellitus</strong>. In: Sperling MA, ed. Pediatric Endocrinology. 2 nd Edition.<br />
Philadelphia: Saunders; 2002: 351.<br />
7. ISPAD. Guidelines for The Management of <strong>Diabetes</strong> in Children During Surgery or<br />
Procedures that Require Fasting. In: Consensus Guidelines for The Management of<br />
Insulin-Dependent ( Type I ) <strong>Diabetes</strong> <strong>Mellitus</strong> ( IDDM ) in Childhood and Adolescence<br />
1995. London: Freund Publishing House, Ltd; 1995: 22.